• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) MENGGUNAKAN SCIENTIFIC APPROACH DI SD SONOSEWU, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) MENGGUNAKAN SCIENTIFIC APPROACH DI SD SONOSEWU, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

MENGGUNAKAN SCIENTIFIC APPROACH

DI SD SONOSEWU, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL

SKRIPSI

Oleh:

NITA VITRI SRI HANDAYANI

NPM. 20130720170

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

ii

STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

MENGGUNAKAN SCIENTIFIC APPROACH

DI SD SONOSEWU, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Strata Satu

pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Nita Vitri Sri Handayani

NPM. 20130720170

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Ƃ Segala ujian yang senantiasa Allah berikan, yakinlah bahwa Dia mengetahui semua hal baik yang tidak kamu ketahui.

Ialah Allah yang tidak akan memberikan suatu ujian jika hamba-Nya

tak kuasa untuk melaluinya

ƃ

⁂⁂⁂

(7)

vii PERSEMBAHAN

Pertama kali ingin penulis ungkapkan rasa syukur yang tak terkira untuk

sang Khaliq, Allah Subhanahu wata’ala. Ia memberikan segala kekuatan dan

kelapangan hati untuk menyelesaikan buah tulisan ini.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta, Ibu Painem dan Bapak Turutono yang senantiasa

mendukung, memotivasi dan memberikan sokongan baik materi maupun

dukungan psikologi yang sangat luar biasa. Hingga akhirnya penulis mampu

menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini kupersembahkan untukmu.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Abd. Madjid, M.Ag.

Beliau memberikan inspirasi besar terhadap arah hidup perkuliahan penulis.

3. Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus inspirator pendidikan Indonesia,

Nurwanto, M.A., M.Ed. Beliau dengan sabar memberikan bimbingan dan

perhatiannya hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabat, teman seperjuangan penulis, mahasiswa PAI UMY angkatan

2013. Berkat jasa-jasa dan dukungan kalian, penulis berhasil menyelesaikan

tugas akhir ini. Kalianlah yang menjadi kaki penulis selama kuliah.

5. Seluruh keluarga besar SD Sonosewu yang telah mendukung rampungnya penulisan skripsi ini. Tanpa kalian skripsi ini tak kan selesai dengan waktu

yang relatif singkat.

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat bertalikan salam senantiasa

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wa sallam yang

membawa ummat Islam ke zaman yang terang benderang.

Penyusunan skripsi ini merupakan hasil penelitian tentang studi evaluatif

implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan Scientific Approach di SD Sonosewu. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Mahli Zainuddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Drs. H. Abd. Madjid, M.Ag selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama

Islam FAI PAI UMY.

3. Bapak Nurwanto, S.Ag., M.A., M.Ed selaku Dosen pembimbing skripsi.

4. Kepala sekolah beserta Bapak dan Ibu guru SD Sonosewu.

(9)

ix

6.Teman-teman mahasiswa PAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

angkatan 2013 dan 2014.

7.Para siswa dan siswi SD Sonosewu yang senantiasa membantu penulis.

8.Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Semoga pahala berlimpah senantiasa Allah berikan untuk mereka atas

bantuan yang diberikan. Tiada untaian kata yang terindah dan berharga kecuali

ucapan alhamdulillahirabbil ‘alamiin atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis

mampu merampungkan tulisan ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 1 November 2016

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Pembahasan... 10

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 12

A. Tinjauan Pustaka... 12

B. Kerangka Teori ... 17

BAB III. METODE PENELITIAN ... 46

A. Pendekatan Penelitian ... 46

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46

C. Lokasi Penelitian ... 47

(11)

xi

E. Triangulasi ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV. PEMBAHASAN ... 53

A. Gambaran Umum SD Sonosewu ... 53

B. Keadaan Siswa SD Sonosewu ... 61

C. Evaluasi Pembelajaran PAI Menggunakan Scientific Approach di SD Sonosewu ... 63

BAB V. PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Rekomendasi ... 121

C. Kata Penutup... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(12)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin 61

Tabel 1.2 Jumlah Siswa Berdasarkan Usia 61

Tabel 1.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Agama 62

Tabel 1.4 Jumlah Rombel SD Sonosewu 62

Tabel 2.1 Daftar Guru PAI di SD Sonosewu 70

Tabel 2.2 Daftar jumlah peserta didik yang menerapkan

scientific approach 71

Tabel 3.1 Daftar Sarana di SD Sonosewu 76

Tabel 3.2 Daftar Prasarana SD Sonosewu 77

Tabel 4.1 Daftar Nilai PAI Kelas IA 110

Tabel 4.2 Daftar Nilai PAI Kelas IB 111

Tabel 4.3 Daftar Nilai PAI Kelas IVA 112

Tabel 4.3 Daftar Nilai PAI Kelas IVB 113

(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Bagan Komponen-komponen evaluasi kurikulum 21

Gambar 1.2. Langkah-langkah Pembelajaran 40

Gambar 2.1 Mushola Sekolah 77

Gambar 3.1 Kondisi Perpustakaan sekolah (1) 79

Gambar 3.2 Kondisi Perpustakaan sekolah (2) 80

Gambar 3.3 Kondisi Perpustakaan sekolah (3) 80

Gambar 4.1 Kondisi Ruang Kelas I 80

Gambar 4.2 Kondisi Ruang Kelas II 81

Gambar 4.3 Kondisi Ruang Kelas V 81

Gambar 4.4 Kondisi Ruang Kelas VI 81

Gambar 5.1 Cover Depan dan Belakang DVD

Aplikasi Media Ajar Kurikulum 2013 85

Gambar 5.2 Contoh BS dan BG untuk kelas I 86

Gambar 5.3 Contoh BS dan BG untuk kelas IV 86

Gambar 6.1 Guru bercerita di kelas 91

Gambar 6.2 Aktivitas bertanya di kelas 92

Gambar 6.3 Guru bertanya di kelas 93

Gambar 6.4 Guru menuliskan pertanyaan di papan tulis 97

Gambar 6.5 Diskusi siswa di kelas 98

(14)
(15)

xiv ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menggunakan scientific approach di SD Sonosewu, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Penelitian ini akan mengevaluasi pembelajaran PAI ditinjau dari segi context, input, process dan

productnya. Alasan diadakan penelitian ini adalah karena pendidikan di Indonesia sudah menggunakan kurikulum 2013 di mana di dalamnya wajib menggunakan pendekatan pembelajaran yaitu scientific approach. Oleh karena itu, di sekolah perlu diadakan evaluasi untuk menilik bagaimana efektivitas implementasi pembelajaran tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif (evaluative research) yang bertujuan untuk mengukur manfaat, sumbangan dan kelayakan program atau kegiatan tertentu. Penelitian ini dilakukan menggunakan model evaluasi CIPP oleh Stufflebeam dengan menganalisis komponen

context, input, process dan product. Pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi implementasi pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu ditinjau dari context menunjukkan hasil yang efektif sedangkan evaluasi ditinjau dari input menunjukkan hasil yang kurang efektif dan evaluasi ditinjau dari process menunjukkan hasil kurang efektif dan evaluasi ditinjau dari

product menunjukkan hasil efektif.

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu cara yang dilakukan Pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pembangunan yang ada di Indonesia. Pendidikan ini

diselenggarakan di setiap satuan dan jenjang pendidikan. Pendidikan

dilakukan mulai dari jenjang pendidikan dasar bahkan sampai jenjang

pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia selain dilakukan di

lembaga-lembaga formal, juga dilakukan di lembaga-lembaga-lembaga-lembaga nonformal. Tujuannya

ialah untuk menghasilkan output pendidikan yang berkualitas. Namun, pada

realitasnya pendidikan di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan

dengan dengan output pendidikan yang ada di negara lain (Mulyasa, 2014:

13).

Tertera di dalam Undang-undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan

Nasional tahun 2003 mengenai fungsi dan tujuan pendidikan. Dikatakan di

dalamnya bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan

potensi manusia dan menghasilkan manusia yang memiliki imtaq (iman dan

taqwa) kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu pengetahuan, cakap, kreatif,

dan demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3). Dengan adanya pendidikan

diharapkan akan adanya manusia-manusia hebat yang tidak hanya hebat dalam

(17)

2 Implementasi pendidikan di setiap jenjang, jenis dan satuan pedidikan

harus dilaksanakan secara optimal demi terwujudnya tujuan pendidikan yang

telah direncanakan. Hal ini sesuai dengan intisari pendidikan yang merupakan

proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju.

Perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya (Listyarti, 2012: 2).

Dalam konteks pendidikan, pendidikan tidak akan lepas dengan kata

kurikulum. Kurikulum ini harus ada di setiap jenis pembelajaran. Kurikulum

merupakan satu perangkat perencanaan dan pengelolaan tujuan pembelajaran,

materi dan bahan pelajaran serta metode yang digunakan sebagai patokan/

pedoman penyelenggaraan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun

2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Di Indonesia sudah ada kurikulum baru yang diberlakukan oleh

Pemerintah, yaitu kurikulum 2013. Tujuan kurikulum 2013 adalah

menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter.

Kurikulum ini juga disusun dengan berasaskan pada ranah taksonomi

pendidikan yang harus dicapai peserta didik yaitu ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Kurikulum baru ini mengandung esensi tujuan pendidikan

nasional, sehingga kurikulum ini digadang-gadang menjadi awal pembentukan

pendidikan karakter. Selama ini para pendidik sudah mengajarkan pendidikan

karakter kepada para peserta didiknya, namun kebanyakan masih berkutat

(18)

3 (Listyana, 2012: 2). Dengan adanya kurikulum ini, diharapkan agar dihasilkan

peserta didik yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik.

Dimuat juga di dalam kurikulum 2013 tentang bagaimana seharusnya

proses pembelajaran bersama para peserta didik di kelas. Salah satu ciri dari

pembelajaran kurikulum 2013 adalah adanya pembelajaran dengan pendekatan

ilmiah (scientific approach) yang menjadikan pembelajaran berbasis student centre learning. Langkah ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan, yaitu untuk memunculkan peserta didik

sebagai seorang manusia yang mandiri, berguna bagi orang lain, inovatif,

kreatif serta berkarakter dengan adanya sinergi antara kognitif, afektif dan

psikomotorik .

Pendekatan ilmiah biasa disebut juga dengan pendekatan saintifik atau

scientific approach. Komponen yang terkandung dalam pembelajaran tersebut adalah aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksplorasi

dengan berbagai cara, mengolah informasi/mengasosiasi/menganalisis data di

mana peserta didik sudah mulai menyusun hipotesis, dan sampai pada

kegiatan mengkomunikasikan hasil (Permendikbud No 103 Tahun 2014

tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah).

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan

proses pembelajaran yang dirancang oleh pendidik dengan sedemikian rupa

agar semua peserta didik mampu secara aktif mengkonstruksi konsep, teori

atau prinsip tertentu. Penerapan pendekatan saintifik di dalam proses

(19)

4 mengukur, meramalkan, menjelaskan, serta proses menyimpulkan. Semua

aktivitas itu tetap membutuhkan bantuan pendidik, namun bantuan tersebut

hanya sebagian kecil saja. Kondisi yang tercipta diharapkan mampu

mendorong para peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber, bukan

hanya sekedar langsung diberi tahu (Daryanto, 2014:51).

Scientific Approach ialah pendekatan yang digunakan dalam suatu pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah. Apa yang dipelajari dan

didapatkan peserta didik dilakukan dengan akal dan pikiran sendiri. Sehingga

mereka mengalami proses belajar dan menerima ilmu pengetahuan secara

langsung. Melalui pendekatan tersebut, peserta didik diharapkan mampu

menghadapi serta memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik.

Pendekatan saintifik ini dilakukan dengan melalui kegiatan mengamati

(observing), menanya (exploring), mencoba (experimenting), menalar (associating) dan mengkomunikasikan (communicating). Semua proses belajar tersebut masuk dalam kegiatan inti pembelajaran. Dengan adanya

pembelajaran seperti ini dapat membentuk sikap, keterampilan dan

pengetahuan peserta didik secara maksimal. Sehingga kegiatan belajar

menuntut peserta didik untuk belajar aktif (Fadlillah, 2014: 175-176) .

Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah sangat penting untuk

dilakukan pada proses KBM. Dengan adanya aktivitas belajar menggunakan

pendekatan tersebut peserta didik dituntut untuk berpikir kritis dan

menciptakan sesuatu yang kreatif dan inovatif. Nantinya pembelajaran ini

(20)

5 menghasilkan lulusan yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Selain itu,

seorang pendidik juga akan menjalankan fungsinya sebagai fasilitator

pembelajaran. Sebagai contoh, di SD N 2 Serangan Bali sudah menerapkan

pendekatan ilmiah dalam pelajaran matematika. Pembelajaran tersebut mampu

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif para peserta didik. Selain itu,

terdapat peningkatan hasil belajar pengetahuan matematika kelas IV di SD

tersebut (Dewi et.al., 2015: 10). Selain di Serangan, Bali banyak sekolah yang juga sudah menerapkan pendekatan ini. Dengan menggunakan pendekatan

ilmiah, sebagian sekolah telah menunjukkan sudah adanya peningkatan hasil

belajar para peserta didiknya.

Di antara sekian banyak mata pelajaran di dalam tingkat satuan

pendidikan, Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam satuan pelajaran. Pendidikan agama Islam bertujuan

untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami,

menghayati, serta menyerasikan penguasaannya dalam bidang IPTEKS.

Pendidikan Agama Islam diajarkan bukan hanya sebatas pengetahuan, namun

sampai kepada penghayatan dan penerapan ilmu pengetahuan peserta didik

dalam kehidupan sehari-hari (Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007).

Apabila PAI tidak diajarkan secara optimal, maka para peserta didik

tidak akan memiliki karakter yang baik. Pendidikan Agama sudah diajarkan,

namun moral para peserta didik masih buruk. Apalagi jika pelajaran ini tidak

diajarkan. Pada hakikatnya, di dalam Pendidikan Agama Islam itu

(21)

6 Indonesia saat ini. Apabila peserta didik memiliki nilai-nilai karakter yang

baik, maka ilmu yang mereka dapatkan akan mampu mereka pergunakan

dengan bijak. Untuk itu peran pendidik sangat penting dalam penanaman

nilai-nilai tersebut agar dijadikan kebisaaan oleh peserta didiknya dalam kehidupan

sehari-hari.

Di SD Negeri Klego 01 Pekalongan, pendidik mengalami banyak

kendala dalam hal manajemen waktu dalam mempersiapkan peserta didik

selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terkait dengan kemampuan

pendidik dalam memahami esensi pendekatan ilmiah yang masih belum

mencukupi. Pendidik merasa belum sepenuhnya memahami langkah-langkah

dalam proses pembelajaran yang berciri saintifik. Terlebih para peserta didik

di sekolah masih sulit untuk diajak berpikir kritis dan partisipatif dalam proses

pembelajaran. Di SD lain yang masih dalam satu wilayah juga merasa

kesulitan dalam pengimplementasian pendekatan saintifik. Para pendidik itu

mengerti, namun sebatas permukaan saja (Matra et.al., 2014: 58-59).

Tantangan yang dihadapi ketika melaksanakan pembelajaran PAI adalah

mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak

mulia serta mencari kebenaran-kebenaran permasalahan agama dengan proses

ilmiah (Sintawati, 2014: 18). Hal ini membuktikan bahwa proses ilmiah dalam

pengajaran PAI dirasa masih sangat sulit untuk direalisasikan. Hal-hal yang

menjadi alasan kesulitan ini antara lain ialah kurangnya kesiapan pendidik

(22)

7 yang kurang memadai, sehingga sekolah hanya menjalankan pembelajaran

dengan alat/media seadanya atau media yang sudah tersedia di sekolah.

Berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang telah dihadapi oleh pendidik

dalam menjalankan aktivitas ilmiah dalam pelajaran PAI, perlu dilakukan

evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas pembelajaran tersebut. Evaluasi

tersebut berfungsi untuk mengukur tingkat efektivitas pembelajaran dan dapat

berguna juga untuk mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran yang belum

terlaksana secara maksimal. Aktivitas pembelajaran ini berada dalam konteks

kurikulum, sehingga evaluasi yang dilakukan harus secara menyeluruh

mencakup semua aspek-aspek dalam kurikulum. Ralph W. Tyler, seorang ahli

kurikulum dari Amerika Serikat mengungkap aspek-aspek yang harus ada di

dalam kurikulum, yaitu tujuan dalam pembelajaran (purpose/objectives), isi/materi pembelajaran (learning experience), media/strategi/metode/proses

(process), serta evaluasi/penilaian (evaluation) (Sukmadinata, 2000: 29). Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dengan proses mengukur

seberapa tinggi mutu ataupun kondisi tertentu sebagai hasil dari pelaksanaan

pembelajaran. Indikator keberhasilan (kriteria) dibandingkan dengan realitas

yang terjadi di lingkungan sekolah. Selain itu dalam pelaksanaan evaluasi

akan diketahui tingkat ketercapaian hasil dengan tujuan yang telah

direncanakan. Apabila tujuan belum sepenuhnya tercapai, maka akan dicari di

mana letak kekurangan atau kelemahan yang menyebabkan pembelajaran

(23)

8 penyebabnya akan diketahui dalam pelaksanaan evaluasi tersebut (Arikunto

dan Cepi, 2014: 7).

Ada berbagai macam jenis/model evaluasi. Jenis evaluasi yang akan

digunakan dalam penelitian ini ialah model evaluasi CIPP. Model CIPP ini

mengarah pada konteks, input, proses dan produk dari sebuah program.

Program dalam penelitian ini tidak lain adalah program pembelajaran dengan

pendekatan saintifik untuk Pelajaran PAI. Evaluasi ini termasuk dalam

evaluasi kurikulum, di mana evaluasi ini berkaitan dengan perbaikan suatu

program yang berkelanjutan dan merupakan suatu proses yang terus

menerus/kontinyu (Hamalik, 2008: 23). Evaluasi ini perlu dilakukan agar

dapat diketahui bagaimana suatu konsep pembelajaran kurikulum 2013

dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI.

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, penelitian ini sangat penting

untuk dilakukan. Melalui penelitian ini akan ditelisik bagaimana implementasi

dari kurikulum 2013. Fokus kajian adalah pada pelaksanaan pembelajaran PAI

menggunakan scientific approach di SD Sonosewu. Di samping itu, sekolah ini sebelumnya sudah pernah menggunakan kurikulum yang sama. Namun,

kurikulum ini hanya berlangsung 1 semester. Jadi, sekolah ini sudah pernah

menerapkan sebuah pembelajaran berbasis scientific berdasarkan kurikulum yang diterapkan. Penelitian akan mengerucut pada context, input, process, dan

(24)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dengan menggunakan model evaluasi

CIPP, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana konteks terkait penerapan pembelajaran PAI menggunakan

scientific approach di SD Sonosewu?

2. Bagaimana input (masukan) terkait penerapan pembelajaran PAI

menggunakan scientific approach di SD Sonosewu?

3. Bagaimana proses pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu?

4. Bagaimana hasil yang didapatkan dari penerapan scientific approach

dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui konteks terkait penerapan pembelajaran PAI dengan

scientific approach di SD Sonosewu.

2. Untuk mengetahui input terkait penerapan pembelajaran PAI dengan

scientific approach di SD Sonosewu.

3. Untuk mengetahui proses pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu.

(25)

10 D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis :

1. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi bagi lembaga-lembaga

pendidikan Islam, terutama dalam membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan kurikulum pendidikan Islam.

2. Menambah dan memperkaya keilmuan tentang teori pendekatan ilmiah

(scientific approach) dalam pembelajaran. Secara Praktis :

1. Bagi kepala sekolah:

Sebagai bahan rekomendasi kebijakan program terkait metode

pembelajaran dan pengembangan kurikulum di sekolah.

2. Bagi pendidik:

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan metode pembelajaran

di dalam proses kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi peserta didik:

Sebagai bahan untuk meningkatkan motivasi dan kreativitas di sekolah.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini merupakan susunan dalam alur penulisan

skripsi yang disertai dengan hubungan antara satu bab dengan bab yang lain.

Dengan adanya sistematika pembahasan ini akan memudahkan dalam

(26)

11 Tatanan penulisan skripsi ini terdiri dari hal-hal berikut :

a. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

b. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka

teori relevan dan terkait dengan tema skripsi, yaitu implementasi

kurikulum 2013 dalam pelaksanaan scientific approach dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu.

c. BAB III : METODE PENELITIAN

Bagian ini memuat secara rinci tentang metode penelitian yang digunakan

beserta justifikasi/alasannya, jenis penelitian, lokasi, subyek dan objek,

metode pengumpulan data, serta analisis data yang digunakan.

d. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi hasil dan pembahasan penelitian, klasifikasi bahasan

yang disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan

masalah. Pada bab ini memuat bagaimana implementasi pembelajaran

PAI di SD Sonosewu dilihat dari aspek-aspek evaluasi. Mulai dari

konteks sampai kepada hasil/produknya. Hasil dari pengumpulan data

dianalisis dan dievaluasi sehingga menghasilkan sebuah gambaran nyata

(27)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan acuan, kajian ilmiah tertulis berkaitan dengan tema

penelitian implementasi scientific approach adalah sebagai berikut :

Sriadnyani pada tahun 2015 melakukan penelitian di SD Negeri Wilayah

Pinggiran Kabupaten Badung. Setelah diadakan penelitian mengenai

efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada tingkat sekolah dasar negeri di

wilayah pinggiran Kabupaten Badung, hasilnya adalah kurang adanya

efektivitas implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari konteks, input, proses

dan produknya. Walaupun dari beberapa komponen yang dievaluasi

menunjukkan hasil yang baik dan efektif, namun belum bisa dikatakan efektif

karena masih banyak komponen dari evaluasi yang menunjukkan hasil kurang

efektif.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Ummu Aiman pada tahun 2015

dengan judul Evaluasi Pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 di MIN

Tempel Sleman. Penelitian ini menghasilkan kesimpulkan bahwa perencanaan

pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 belum sepenuhnya maksimal

di MIN Tempel Sleman. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya pelatihan

khusus dalam membuat instrumen penilaian, seperti rubrik dan lembar kerja.

Penerapan penilaian autentik kurikulum 2013 di MIN Tempel belum

(28)

13 Faktor pendukung pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 adalah

Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Islam, mengenai madrasah yang

tetap melanjutkan pelaksanaan kurikulum 2013, sedangkan faktor yang

menghambatnya adalah pendidik kurang memahami tentang proses penilaian

autentik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian autentik.

Paparan hasil penelitian Ummu Aiman tersebut membuktikan bahwa

implementasi penilaian autentik belum berjalan dengan baik di MIN Tempel,

salah satunya disebabkan karena kurangnya profesionalitas pendidik di

sekolah. Berbeda dengan penelitian yang akan lakukan, penelitian ini bukan

meneliti penelitian autentik kurikulum 2013, namun penelitian ini akan

meneliti pada proses pembelajaran kurikulum 2013 yang berpedoman pada

pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

Dua penelitian di atas membahas bagaimana implementasi dari

kurikulum 2013 yang telah diberlakukan di tingkat satuan yang berbeda.

Penelitian pertama dilakukan di tingkat sekolah dasar, sedangkan penelitian

kedua dilakukan di tingkat madrasah. Penelitian yang disebutkan belum

terfokus pada implementasi pembelajaran di dalam sistem kurikulum 2013,

yaitu penggunaan pendekatan saintifik. Fokus kajiannya adalah masalah

efektivitas dan bagaimana pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013

yang terealisasi di sekolah.

Melalui pembelajaran dengan pendekatan ilmiah membuat peserta didik

mampu meningkatkan pemecahan masalah matematika bentuk cerita dalam

(29)

14 SMP N 2 Sawit tahun ajaran 2014/2015 (Susanto dan Sutarni, 2015: 1).

Dengan hasil tersebut, penerapan pendekatan ilmiah ini perlu dioptimalkan

oleh para pendidik di Indonesia. Tentunya dengan berbagai persiapan dan

pembekalan yang cukup untuk para pelaku pendidikan khususnya para

pendidik di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia.

Penelitian lain terkait dengan evaluasi implementasi kurikulum 2013

ialah penelitian gabungan yang dilakukan oleh Ni Md Sriadnyani, I.B. Surya

Manuaba, dan Md Putra pada tahun 2015 dengan judul penelitian “Studi

Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari CIPP pada SD Negeri di Wilayah Perkotaan Kabupaten Badung”. Inti dari penelitian ini ialah

mengevaluasi komponen mulai dari konteks, input, proses dan produk dengan

instrumen berupa kuisioner. Penelitian tersebut menunjukkan implementasi

kurikulum 2013 ditinjau dari konteks adalah efektif dengan presentase

65,45%, ditinjau dari input menunjukkan 61,18%. Sedangkan dilihat dari

proses menunjukkan hasil kurang efektif dengan presentase sebesar 35,36%.

Untuk produk implementasi kurikulum 2013 juga menunjukkan hasil kurang

efektif, yaitu sebesar 40% tingkat efektivitasnya. Berdasarkan hasil tersebut

disimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada SD Negeri di Wilayah

Perkotaan Kabupaten Badung kurang efektif ditinjau dari CIPP (konteks,

input, proses dan produknya).

Lebih fokus lagi pada penelitian pelaksanaan pembelajaran dengan

(30)

15 pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan”. Hasil penelitian menunjukkan

dengan menerapkan pendekatan ilmiah ini berpengaruh positif terhadap hasil

belajar kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik serta hasil evaluasi

pembelajaran telah mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Jadi dalam

di pembelajaran tersebut, pendidik telah menerapkan pendekatan saintifik,

penanaman karakter dan konservasi lingkungan dengan baik.

Evaluasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan pendekatan

saintifik dilakukan oleh Suharno Gustin di SMP Negeri 8 Yogyakarta pada

tahun 2015. Ia menerangkan bahwa pembelajaran PPKn di salah satu sekolah

di kota Yogyakarta itu telah berhasil menerapkan pembelajaran dengan

pendekatan saintifik. Dilihat dari pemahaman pendidik mengenai

langkah-langkah pendekatan saintifik, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan

penilaian dalam kategori itu sangat tinggi. Sekalipun kendala-kendala

pembelajaran juga tidak terlalu terlihat. Upaya-upaya yang dilakukan dalam

pembelajaran saintifik pun telah berjalan dengan baik. Penelitian tersebut

membuktikan bahwa pendekatan saintifik sudah mampu dilaksanakan dengan

baik di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

Reni Sintawati juga melakukan penelitian pada tahun 2014. Ia meneliti

bagaimana implementasi pendekatan saintifik dengan model discovery learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N 1 Jetis Bantul. Penelitian dilakukan di lokasi tersebut karena SMA N 1 Jetis

(31)

16 pembelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik

menggunakan model discovery learning dengan mengamati melalui problem statement, menanya melalui stimulasi, mengumpulkan data melalui data collection, mengasosiasi melalui data processing dan generalisasi serta mengkomunikasikan melalui tahap verification. Proses pembelajaran sudah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran saintifik, meskipun tidak

maksimal. Output dari penerapan pendekatan saintifik model discovery learning dalam pembelajaran PAI adalah dapat membuat para peserta didik bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PAI, rasa ingin tahunya menjadi

berkembang, aktif, berpusat pada peserta didik, dan dapat mengembangkan

kemampuan berkomunikasi peserta didik. Kelebihan dan kelemahan dari

adanya pendekatan saintifik ini ada pada sumber belajar, metode dan strategi

pembelajaran, media pembelajaran, potensi peserta didik yang berbeda-beda,

pengelolaan kelas, dan keaktifan peserta didik di kelas.

Berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang telah dilakukan terdahulu,

penelitian ini akan lebih menitikberatkan pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan fokus pada implementasi kurikulum 2013 menjurus pada

pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu. penelitian ini

menitikberatkan pada proses pembelajaran PAI di salah satu sekolah dengan

jenjang Sekolah Dasar. SD yang diteliti adalah SD Negeri di wilayah

Kabupaten Bantul yang telah mengimplementasikan pendekatan saintifik.

Penelitian ini akan mengevaluasi mulai dari konteks, input, proses dan produk

(32)

17 mengimplementasikan kurikulum 2013. Sehingga tahun ini menjadi tahun

pertama penerapan kurikulum 2013 dan akan langsung dilihat bagaimana

implementasi pembelajaran PAI menggunakan pendekatan tersebut.

B. Kerangka Teori

1. Studi Evaluatif

a. Pengertian dan Konsep Studi Evaluatif

Banyak persamaan antara penelitian evaluatif dengan evaluasi.

Keduanya bisa mengkaji fokus atau permasalahan yang sama,

menggunakan desain dengan metode dan teknik pengukuran atau

pengumpulan data yang sama. Keduanya juga mampu menggunakan

sampel dengan lokasi atau wilayah yang sama, menggunakan teknik

analisis data dan interpretasi hasil yang sama.

David R.Kratchwohl menyatakan bahwa perbedaan mendasar

antara keduanya adalah dalam tujuan dan penggunaan. Penelitian

evaluatif dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji hipotesis.

Sedangkan evaluasi bertujuan untuk mengambil keputusan. Penelitian

evaluatif ini bersifat hipotesis driven, sedangkan evaluasi bersifat

decision driven. Perbedaan mendasar yang lain adalah pada sisi penggunaannya (utilization). Hasil penelitian disimpan sampai ada orang atau lembaga yang menggunakannya. Sedangkan hasil evaluasi segera

digunakan untuk mengambil keputusan dalam program yang dievaluasi

(33)

18 Sehingga posisi dalam penelitian ini adalah pada posisi evaluatif,

sesuai dengan kegunaannya. Hasil dari penelitian ini tidak dapat untuk

memutuskan bagaimana keputusan kelanjutan program, dilanjutkan atau

tidak. Hal ini disebabkan karena ini bukan kewenangan dari peneliti.

Sebaliknya, peneliti akan memberikan rekomendasi untuk para pembuat

kebijakan dan para pendidik yang bersangkutan, sehingga penelitian ini

diharapkan bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Evaluasi merupakan kegiatan yang sangat luas, kompleks dan terus

menerus untuk mengetahui kriteria, proses serta hasil pelaksanaan setiap

sistem pendidikan dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan. Tyler

(1950) dalam Arikunto dan Cepi (2014: 5) menyebutkan bahwa evaluasi

merupakan suatu proses untuk mengetahui realisasi program pendidikan,

apakah tujuan pendidikan sudah terlaksana atau belum.

Evaluasi menurut Tyler (1949: 106) dalam Wahyudin (2014: 27)

berfokus pada usaha untuk menentukan tingkat perubahan pada hasil

belajar (behavior), baik pengetahuan, sikap maupun penerapan pengetahuan. Sedangkan menurut Sukmadinata (2000: 173)

komponen-komponen yang dievaluasi itu sangat luas. Program evaluasi kurikulum

bukan hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses

pembelajarannya, namun juga dilakukan kegiatan evaluasi pada desain

dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja pendidik,

kemampuan dan kemajuan peserta didik, sarana, fasilitas dan

(34)

19 (2000: 173) menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu

meliputi:

Objective, scope, the quality of personel in charger of it, the capacities of students, the relative importance of various subjects, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so son.

Apa yang dikemukakan di atas merupakan evaluasi kurikulum

secara luas yang mencakup seluruh komponen dan kegiatan pendidikan.

Evaluasi kurikulum juga sering dibatasi secara sempit, yaitu hanya

ditekankan pada hasil-hasil yang dicapai oleh peserta didik. Wright (1966) dalam Sukmadinata, 2000: 173) mengatakan bahwa “Curriculum

evaluation may be defined as the estimation of the growth and progress of student toward objectives or values of curriculum”. Evaluasi kurikulum ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

berdasarkan tujuan atau nilai-nilai kurikulum.

Di kalangan para ahli dalam evaluasi kurikulum, yang sering

menjadi perdebatan ialah pemisahan antara pengumpulan data dan

penyusunan informasi dengan penentuan keputusan. Stufflebeam (1971)

merumuskan evaluation is the process of delineating, obtaining and providing useful information for delineating, obtaining and profiding useful information for judging decision alternative. Stake (1976) dari Illinois University mengatakan bahwa evaluation is an observed value compared to some standars. Sedangkan Micheal Scriven (1969) dari Universitas Indiana, memberikan perumusan tentang tugas evaluator

(35)

20

that mass of data info on word: good, or bad. Evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk melihat efektivitas pencapaian dari tujuan

(Hidayat, 2013: 68).

Jadi, para ahli evaluasi kurikulum di atas memberikan gambaran

sekaligus cakupan evaluasi. Tyler hanya membatasi evaluasi secara

sempit, begitupun Wright. Stake dari Illinois University juga

menyebutkan bahwa evaluasi hanya sekedar membandingkan nilai-nilai

yang terjadi dengan standar yang telah diberlakukan. Sedangkan Micheal

Scriven menjelaskan fungsi dan tugas evaluator yang harus bekerja keras

dalam mengumpulkan data dan mengolahnya, sehingga ia mampu

menentukan hasil suatu program baik atau buruk. Hilda Taba

menjelaskan cakupan evaluasi dengan lebih luas mencakup semua

aspek-aspek kurikulum. Stufflebeam juga telah menjelaskan mengenai

apa itu evaluasi. Evaluasi merupakan sebuah proses untuk

menggambarkan/melukiskan, menghasilkan serta menyediakan

informasi-informasi penting, yang nantinya kegiatan evaluasi tersebut

akan menghasilkan suatu alternatif keputusan yang berguna bagi

kelangsungan sebuah program pendidikan. Dalam konteks kurikulum,

evaluasi ini berupa suatu rangkaian kegiatan untuk melihat efektivitas

pencapaian tujuan pendidikan dapat berfungsi untuk mengetahui secara

jelas apakah tujuan sudah tercapai atau belum dan evaluasi ini digunakan

(36)

21 Penelitian ini akan mengevaluasi kurikulum secara luas, karena

jika evaluasi hanya dilakukan pada hasil akhir dari sebuah program

pendidikan, tidak akan diketahui totalitas pelaksanaan konsep

pendekatan saintifik dalam suatu pembelajaran. Aspek-aspek yang

mendukung pembelajaran, seperti keaktifan peserta didik, sarana dan

prasarana, guru, kondisi psikologis peserta didik, ataupun faktor lain

tidak akan diketahui jika evaluasi hanya dalam aspek hasil.

Komponen-komponen evaluasi tersebut bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. 1 Bagan Komponen-komponen evaluasi kurikulum

b. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum

Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum (Wahyudin, 2014: 27) ialah

sebagai berikut:

1) tujuan kurikulum;

2) bersifat objektif;

3) bersifat komprehensif;

4) kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan;

5) efisiensi;

(37)

22 c. Tujuan diadakannya Evaluasi

Sukmadinata (2012: 121) menyebutkan setidaknya ada 5 tujuan

dalam evaluasi, yaitu:

1) Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program pembelajaran.

2) Membantu dalam penentuan penyempurnaan atau perubahan pada

pembelajaran.

3) Membantu dalam menentukan keputusan berlanjut atau berhentinya

program pembelajaran.

4) Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program

pembelajaran.

5) Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis,

sosial, politik dalam pelaksanaan pembelajaran dan juga

faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran.

d.Fungsi Evaluasi

Adapun fungsi evaluasi adalah sebagai berikut (Kurniawati, 2006: 46):

1) Menyediakan informasi yang handal dan terpercaya tentang hasil kerja

atau hasil kebijakan. Informasi ini akan menjawab pertanyaan

mengenai sejauh mana kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah

terealisasikan melalui tindakan-tindakan nyata sebagai pelaksanaan

program kebijakan.

2) Evaluasi membantu memperjelas dan melakukan kritik terhadap

(38)

23 3) Membantu mengidentifikasi dan mendefinisikan kembali alternatif

program yang sudah terlaksana.

Suatu kegiatan pembelajaran dapat dinilai tingkat keberhasilannya.

Adapun indikator keberhasilan dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah:

1) Kegiatan yang dilakukan mendapat sokongan dari berbagai pihak, baik

bersifat material maupun immaterial.

2) Terlaksananya pembelajaran di lapangan, maksudnya adalah program

yang telah direncanakan dapat diimplementasikan dengan baik di

waktu dan tempat yang telah direncanakan.

3) Pembelajaran tepat sasaran, artinya pembelajaran digunakan oleh

obyek yang menjadi target pembelajaran.

4) Tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu hasil akhir dari rencana

pembelajaran yang sudah dirumuskan.

e. Model Evaluasi CIPP

Model CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk pada tahun 1967 di

Ohio State University. CIPP merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu Context, Input, Process, dan Product. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran

evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah

pembelajaran. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang

memandang hal yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Dengan demikian,

(39)

24 untuk mengevaluasi pembelajaran, maka yang harus dilakukan adalah

menganalisis pembelajaran tersebut berdasarkan komponen-komponennya.

1) Context Evaluation (Evaluasi Konteks)

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci

lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang

dilayani di sekolah, dan tujuan dari pembelajaran.

2) Input Evaluation (Evaluasi Masukan)

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Maksud dari

evaluasi masukan adalah kemampuan awal peserta didik dan sekolah

dalam menunjang pelaksanaan kegiatan. Hal penting dalam evaluasi

masukan antara lain kemampuan sekolah dalam menyiapkan segala

sesuatu terkait dengan pembelajaran. Komponen evaluasi masukan

meliputi: a) sumber daya manusia; b) sarana dan peralatan yang

mendukung; c) dana atau anggaran; d) berbagai prosedur dan aturan

yang diperlukan. Menurut Stufflebeam, pertanyaan yang berkenaan

dengan masukan, mengarah pada pemecahan masalah.

3) Process Evaluation (Evaluasi Proses)

Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what)

kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggungjawab dan pelaksana program, “kapan” (when) kegiatan dimulai dan selesai (tentunya dengan

berbagai pengembangan). Dalam model CIPP, evaluasi proses

(40)

25 pembelajaran sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Dalam

penelitian ini, evaluasi proses dikembangkan dengan melihat

keseluruhan proses pembelajaran dan unsur-unsur yang ada di

dalamnya. Misalnya guru, siswa, sumber belajar, kesesuaian dengan

RPP dll.

4) Product Evaluation (Evaluasi Hasil)

Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan

perubahan yang terjadi pada input. Evaluasi produk merupakan tahap

akhir dari serangkaian evaluasi pembelajaran.

Model evaluasi CIPP merupakan model yang paling banyak dikenal

dan digunakan oleh para evaluator pendidikan. Karena komponen yang

dievaluasi dalam pembelajaran bukan hanya belajar, namun keseluruhan

pelaksanaan pembelajaran yang meliputi evaluasi komponen tujuan

sampai strategi pembelajaran dan komponen evaluasi pembelajaran itu

sendiri. Oleh karena itu, penelitian menggunakan model evaluasi ini.

2. Implementasi Pembelajaran

a. Pengertian Implementasi

Pelaksanaan atau sering disebut juga implementasi menurut Mulyasa

(2015: 26) adalah proses yang memberikan kepastian bahwa pembelajaran

telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang siap

diperlukan untuk pembelajaran, sehingga dapat membentuk kompetensi,

(41)

26 b.Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran di dalam PP No. 32 Tahun 2013 diartikan dengan

proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan tenaga

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam arti

formal, pembelajaran dilakukan di lingkungan belajar, misalnya sekolah.

Dengan adanya pendidik, peserta didik dan tersedianya sumber belajar,

maka pembelajaran sudah dapat dilakukan. Menurut Permendikbud 81A

Tahun 2013 dimaksudkan bahwa pembelajaran merupakan proses

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan potensi mereka menjadi semakin meningkat dalam sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan

bermasyarakat. Melalui kedua sumber tersebut, pembelajaran merupakan

suatu proses untuk mengembangkan potensi peserta didik dari sebelumnya

tidak tau menjadi tau baik dari sikap, pengetahuan maupun keterampilan

dan terdapat pula sarana dan prasarana yang mendukung proses tersebut.

c. Konsep Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi

dan membangun karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari hubungan

dan interaksi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan

masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin

(42)

27 dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk

bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup

umat manusia. Peserta didik akan memiliki karakter yang baik di dalam

dirinya.

Peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan untuk

secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan

pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan

yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan

dalam proses kognitifnya. Agar proses belajar maksimal, peserta didik

perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala

sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Sehingga pendidik hanya mempunyai tugas sebagai fasilitator yang baik.

Orientasi belajar yang awalnya teacher centre learning harus beralih ke

student centre learning.

d. Prinsip Belajar

Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen

kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai

berikut:

1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;

2) peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;

3) proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;

(43)

28 5) pembelajaran terpadu;

6) pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki

kebenaran multi dimensi;

7) pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

8) peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara

hard-skills dan soft-skills;

9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan

peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10)pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi

keteladanan (ing ngarso sung tulodho), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11)pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di

masyarakat;

12)pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

13)pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya

peserta didik; dan

14)suasana belajar menyenangkan dan menantang.

e. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan

(44)

29 mengantarkan mereka kepada tujuan yang ingin dcapai secara maksimal.

Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta didik harus

dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran tersebut, agar para peserta

didik bersemangat dan mempunyai motivasi belajar sehingga suasana

pembelajaran benar-benar kondusif dan terarah pada tujuan dan

pembentukan kompetensi peserta didik.

Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif

karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi. Peserta didik didorong untuk menafsirkan informasi yang

disajikan oleh pendidik sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal

sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini memerlukan proses pertukaran

gagasan/ide, diskusi, dan perdebatan.

Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan

belajar yang memadai/kondusif. Sehingga pendidik harus mampu

mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola

isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar.

Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses

pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan cara parsial, melainkan harus

menyeluruh dan komprehensif mulai dari kegiatan perencanaan,

(45)

30 3. Pendidikan Agama Islam (PAI)

a. Pengertian PAI

Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang memberikan

pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta

didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Pendidikan ini yang

dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada

semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Jadi, semua jalur, jenjang dan

jenis pendidikan wajib mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada para

peserta didiknya (PP No. 55 Tahun 2007).

Zakiah Daradjat (1996) dalam Sintawati (2014: 29) menerangkan

bahwa Pendidikan Agama Islam ialah usaha sadar yang berupa bimbingan

dan asuhan terhadap anak didiknya agar di kehidupan dewasanya, setelah

selesai pendidikannya, ia akan dapat memahami dan mengamalkan ajaran

agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

Pendidikan Agama Islam ini difokuskan untuk membentuk seorang

manusia yang berakhlakul karimah. Mampu membedakan apa yang dibenarkan oleh agama dan apa yang dilarang oleh agama.

Pendidikan agama Islam sangat penting untuk dilakukan. Selain tertera

di dalam Peraturan Perundang-Undangan, di dalam Al-Qur‟an juga telah

dijelaskan tentang ketentuan ilmu. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi

setiap muslim. Apabila para peserta didik mempelajari agama mereka

(46)

31 penting dan agungnya menuntut ilmu, khususnya ilmu agama dijelaskan

Allah dalam FirmanNya:

Artinya : “Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah :11).

Rasulullah SAW pun menyeru untuk menjadi orang yang beriman

dan berilmu. Sabda Rasulullah :

Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim (baik muslimin maupun muslimah) (HR. Ibnu Majah).

Oleh sebab itulah ilmu Pendidikan Agama Islam harus diajarkan dan

dijadikan titik tumpuan umat muslim. Rasulullah meninggalkan dua

perkara di dunia sebelum beliau wafat. Apabila kalian (kaum nabi

Muhammad Saw.) berpegang teguh pada 2 hal itu, maka kalian tidak akan

celaka di dunia. Pedoman yang dimaksud nabi Muhammad Saw. adalah

Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Kemudian 2 pedoman ini dijadikan sumber

(47)

32 b. Fungsi PAI

Di dalam Undang-Undang No. 55 Tahun 2007 disebutkan bahwa

pendidikan agama berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia

serta mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan sosial di

masyarakat. Selain itu, Pendidikan Agama juga bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami,

menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan

penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).

Berdasarkan keterangan di atas, Pendidikan Agama Islam selain

bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, bertugas juga untuk

membentuk sikap dan kepribadian serta penerapan ilmu pengetahuan di

kehidupan sehari-hari peserta didik. PAI menjadi pelajaran penting yang

oleh pendidik harus benar-benar diajarkan secara maksimal. Pendidikan

agama ini bukan lagi hanya sebagai pengajaran, namun lebih sebagai

pembelajaran.

Buku pegangan kurikulum 2013 di sekolah untuk mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam adalah Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti. Buku ini terdiri dari 2 jenis, yaitu buku peserta didik (BS) dan

buku pendidik (BG). Buku tersebut memiliki fungsi masing-masing. Buku

(48)

33 4. ScientificApproach

a. Pengertian Scientific Approach

Scientific Approach sering disebut juga pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah. Pembelajaran melalui pendekatan saintifik merupakan

proses pembelajaran yang dirancang oleh pendidik dengan sedemikian

rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau

prinsip. Pembelajaran dilakukan melalui tahapan-tahapan mengamati

(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik pengumpulan data, menganalisis data, menarik kesimpulan

dan mengkomunikasikan konsep. Pendekatan ini dimaksudkan untuk

memberikan pemahaman kepada para peserta didik dalam mengenal,

memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa

informasi bisa saja berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung

pada informasi satu arah dari pendidik dalam hal ini guru. Oleh karena itu,

kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk

mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui

observasi, dan bukan hanya diberi tahu (Mulyasa, 2015: 53).

Scientific Approach menurut Daryanto (2014: 51) adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang dirancang secara aktif mengkontruksi

konsep, gagasan atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati, menanya

(dalam hal ini peserta didik bisa mengajukan hipotesis), mengumpulkan

(49)

34 dapatkan, dan kegiatan terakhir dalam pendekatan ini adalah

mengkomunikasikan hasil. Peserta didik diharapkan mampu untuk

mengkomunikasikan hasil yang telah didapat dari proses-proses

sebelumnya.

Scientific approach dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk

pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya

misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning. Sehingga, scientific approach dapat dilakukan dengan berbagai model pembelajaran (Permendikbud No 103 Tahun

2014).

Jadi, scientific approach merupakan sebuah proses dalam pembelajaran yang berasaskan kegiatan-kegiatan ilmiah. Di dalamnya

terdapat 5 kegiatan pokok yaitu, mengamati, menalar, mencoba/

eksperimen, mengolah informasi dan kegiatan mengkomunikasikan atau

membentuk jejaring. Di dalamnya pun dapat digunakan berbagai model

pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.

b. Hakikat Scientific Approach dalam Pembelajaran

Scientific approach disebut juga dengan pendekatan ilmiah. Dalam proses kerja ilmiah, para ilmuan lebih mengutamakan pendekatan induktif

(50)

35 keadaan tertentu baru kemudian menarik kesimpulan secara kompleks.

Sejatinya, penalaran induktif ini menempatkan bukti-bukti spesifik ke

dalam hubungan ide-ide yang lebih luas. Sedangkan penalaran deduktif

melihat fenomena yang umum untuk kemudian menarik kesimpulan yang

spesifik. Secara umum, metode ilmiah menempatkan kejadian unik dengan

kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan kesimpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik penyelidikan atas

suatu/beberapa fenomena, membentuk sebuah skema, menerima sebuah

pengetahuan baru, mengoreksi ataupun memadukan dengan pengetahuan

yang sudah ada sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, suatu metode

pencarian (inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diterima oleh panca indera, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip

penalaran yang spesifik. Oleh karena itu, metode ilmiah pada umumnya

memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi/

eksperimen, mengolah informasi/associating, menganalisis data, kemudian memformulasi dan melakukan pengujian hipotesis hingga membentuk

kesimpulan.

c. Kaidah-Kaidah Scientific Approach dalam Pembelajaran

Pendekatan ini memiliki ciri-ciri adanya dimensi pengamatan,

penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan tentang suatu fakta.

Proses pembelajaran bisa disebut ilmiah apabila memenuhi kriteria

(51)

36 1)Materi pembelajaran berbasis pada fakta.

2)Penjelasan pendidik, respon peserta didik, dan interaksi edukatif

pendidik-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,

pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir

logis.

3)Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir kritis, analitis, dan

tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah serta

mengaplikasikan materi pembelajaran.

4)Mendorong dan menginspirasi peserta didik sehingga mereka mampu

berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan hubungan

satu sama lain dari materi pembelajaran.

5)Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk mampu memahami,

menerapkan dan mengembangkan pola pikir yang rasional dan objektif

dalam merespon materi pembelajaran.

6)Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung

jawabkan.

7)Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun

dalam penyajiannya ditampilkan secara menarik.

Selain hal-hal di atas, proses pembelajaran juga harus terhindar

dari sifat-sifat non ilmiah. Sifat-sifat non ilmiah yang dimaksud adalah

intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal

berpikir kritis tanpa adanya fakta/eksperimen (Daryanto, 2014: 58).

(52)

37 b. Tujuan adanya scientific approach

Tujuan dari adanya pendekatan saintifik adalah sebagai berikut

(Daryanto, 2014: 54):

1)Meningkatkan intelektualitas, khususnya kemampuan berpikir tingkat

tinggi peserta didik;

2)Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan

suatu masalah secara sistematik;

3)Untuk menciptakan kondisi pembelajaran di mana peserta didik

merasa bahwa belajar itu merupakan bukan suatu kewajiban namun,

belajar merupakan suatu kebutuhan;

4)Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang tinggi;

5)Untuk melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide,

misalnya dalam menulis artikel ilmiah;

6)Untuk mengembangkan karakter para peserta didik.

c. Karakteristik Pembelajaran Scientific Approach

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai

berikut (Mulyasa, 2015: 54):

1) Berpusat pada peserta didik;

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep,

(53)

38 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat

tinggi para peserta didik;

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

d. Langkah-langkah pembelajaran dengan Scientific approach

Pendekatan saintifik meliputi lima pokok pengalaman belajar. Di

dalam Permendikbud No. 81a Tahun 2013 menyebutkan ada 5 kegiatan

pokok dalam pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengeksplorasi dan mengkomunikasikan.

Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mengamati (observing)

Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dengan indra

(membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan

sebagainya) dengan atau tanpa alat. Pendidik memfasilitasi peserta

didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk

memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal penting dari

suatu benda/objek. Bentuk hasil belajar dari proses ini adalah

perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu

tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang

yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.

(54)

39 2) Menanya (questioning)

Kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah membuat dan

mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi

yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau

sebagai klarifikasi. Pendidik membuka kesempatan secara luas

kepada peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan tentang hasil pengamatan, baik bersifat faktual maupun

hipotetik. Bentuk hasil belajar yang diharapkan adalah jenis, kualitas,

dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan

faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)

3) Mengumpulkan informasi/mencari (exploring)

Tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya adalah mengeksplorasi,

mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak,

melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks.

Informasi tersebut menjadi dasar bagi proses selanjutnya.

4) Mengolah informasi/mengasosiasi (associating)

Kegiatan pada langkah ini adalah mengolah informasi yang

sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat

kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi

yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan

menyimpulkan. Proses pengolahan inforamsi-informasi adalah untuk

menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,

(55)

40 berbagi kesimpulan dari pola yang ditemukan. Sedangkan hasil

belajar yang diharapkan adalah mengembangkan interpretasi,

argumentasi dan kesimpulan.

5) Mengkomunikasikan (communicating)

Kegiatan akhir dalam pembelajaran saintifik adalah menyajikan

laporan. Peserta didik menuliskan dan menceritakan apa saja yang

ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan

menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai

oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik.

Langkah-langkah pembelajaran dengan scientific approach dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2. Langkah-langkah Pembelajaran

Dalam kelima kegiatan itu, terdapat kegiatan lain yang termasuk dalam

pembelajaran. Disampaikan oleh Rusman (2015: 234-248) pengembangan

langkah-langkah pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut:

1) Mengamati (Observing)

Kegiatan belajar yang dilakukan adalah membaca, mendengar,

menyimak, melihat baik menggunakan alat atupun tidak. Kompetensi

(56)

41 informasi. Metode mengamati ini mengutamakan kebermaknaan

proses pembelajaran (meaningfull learning). 2) Menanya (Questioning)

Kegiatan menanya ini dilakukan dengan cara peserta didik

mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari

apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang diamati. Dari kegiatan pengamatan yang

dilakukan sebelumnya, peserta didik ini dilatih keterampilannya dalam

bertanya secara kreatif dan inovatif. Pendidik memberikan stimulus

kepada siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan pancingan dan

memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk membuat

dan mengajukan pertanyaan mereka sendiri. Supaya proses

pembelajaran melalui tanya jawab berjalan dengan baik, ada beberapa

kriteria pertanyaan yang baik, yaitu:

a) Singkat dan jelas

b) Menginspirasi jawaban

c) Memiliki fokus

d) Bersifat probing atau divergen

e) Bersifat validatif atau penguatan

f) Memberikan kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang

g) Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif peserta

didik

Gambar

Gambar 1. 1 Bagan Komponen-komponen evaluasi kurikulum
Gambar 1.2. Langkah-langkah Pembelajaran
Tabel 1.2 Jumlah Siswa Berdasarkan Usia
Tabel 1.4 Jumlah Rombel SD Sonosewu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun secara keseluruhan data pengamatan CALLISTO Sumedang pada tahun 2015 hanya memiliki rentang sempit dan belum kontinyu, fitur semburan khususnya tipe II pada

Agar lingkup yang akan dibahas tidak meluas ke hal lain, maka batasan yang akan dibahas dalam pembuatan Sistem Informasi Pendaftaran Siswa Baru Online adalah mengenai data siswa

Perbedaan status gizi memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap perkembangan anak, jika kebutuhan gizi seimbang tidak terpenuhi dengan baik maka pencapaian

kontekstual yang berkaitan dengan barisan aritmetika hanya 25% 1 Kurang Terampil (KT), Jika peserta didik mampu memecahkan masalah. kontekstual yang berkaitan dengan

Sikap salah kaprah pemerintah Orde Baru yang menganggap perbedaan sebagai sumber konflik yang harus dilebur serta memusatkan segala urusan dan kebijakan secara

Setelah mengikuti pembelajaran Mobilisasi Post Sectio Caesarea, peserta dapat Setelah mengikuti pembelajaran Mobilisasi Post Sectio Caesarea, peserta dapat memahami materi

Selain untuk menentukan dimulainya tahap S atau mitosis, kompleks ini juga berperan penting untuk meng- halangi inisiasi siklus sel yang salah pada setiap tahap dalam siklus

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk dapat membantu memudahkan masyarakat yang mencari kegiatan pembelajaran untuk dapat menemukan kegiatannya secara