STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
MENGGUNAKAN SCIENTIFIC APPROACH
DI SD SONOSEWU, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL
SKRIPSI
Oleh:
NITA VITRI SRI HANDAYANI
NPM. 20130720170FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
MENGGUNAKAN SCIENTIFIC APPROACH
DI SD SONOSEWU, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Strata Satu
pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Nita Vitri Sri Handayani
NPM. 20130720170FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
vi
MOTTO
Ƃ Segala ujian yang senantiasa Allah berikan, yakinlah bahwa Dia mengetahui semua hal baik yang tidak kamu ketahui.
Ialah Allah yang tidak akan memberikan suatu ujian jika hamba-Nya
tak kuasa untuk melaluinya
ƃ
⁂⁂⁂
vii PERSEMBAHAN
Pertama kali ingin penulis ungkapkan rasa syukur yang tak terkira untuk
sang Khaliq, Allah Subhanahu wata’ala. Ia memberikan segala kekuatan dan
kelapangan hati untuk menyelesaikan buah tulisan ini.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Orang tua tercinta, Ibu Painem dan Bapak Turutono yang senantiasa
mendukung, memotivasi dan memberikan sokongan baik materi maupun
dukungan psikologi yang sangat luar biasa. Hingga akhirnya penulis mampu
menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini kupersembahkan untukmu.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Abd. Madjid, M.Ag.
Beliau memberikan inspirasi besar terhadap arah hidup perkuliahan penulis.
3. Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus inspirator pendidikan Indonesia,
Nurwanto, M.A., M.Ed. Beliau dengan sabar memberikan bimbingan dan
perhatiannya hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabat, teman seperjuangan penulis, mahasiswa PAI UMY angkatan
2013. Berkat jasa-jasa dan dukungan kalian, penulis berhasil menyelesaikan
tugas akhir ini. Kalianlah yang menjadi kaki penulis selama kuliah.
5. Seluruh keluarga besar SD Sonosewu yang telah mendukung rampungnya penulisan skripsi ini. Tanpa kalian skripsi ini tak kan selesai dengan waktu
yang relatif singkat.
viii KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat bertalikan salam senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wa sallam yang
membawa ummat Islam ke zaman yang terang benderang.
Penyusunan skripsi ini merupakan hasil penelitian tentang studi evaluatif
implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan Scientific Approach di SD Sonosewu. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Mahli Zainuddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Drs. H. Abd. Madjid, M.Ag selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam FAI PAI UMY.
3. Bapak Nurwanto, S.Ag., M.A., M.Ed selaku Dosen pembimbing skripsi.
4. Kepala sekolah beserta Bapak dan Ibu guru SD Sonosewu.
ix
6.Teman-teman mahasiswa PAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
angkatan 2013 dan 2014.
7.Para siswa dan siswi SD Sonosewu yang senantiasa membantu penulis.
8.Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga pahala berlimpah senantiasa Allah berikan untuk mereka atas
bantuan yang diberikan. Tiada untaian kata yang terindah dan berharga kecuali
ucapan alhamdulillahirabbil ‘alamiin atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis
mampu merampungkan tulisan ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 1 November 2016
Penulis
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Sistematika Pembahasan... 10
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 12
A. Tinjauan Pustaka... 12
B. Kerangka Teori ... 17
BAB III. METODE PENELITIAN ... 46
A. Pendekatan Penelitian ... 46
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46
C. Lokasi Penelitian ... 47
xi
E. Triangulasi ... 49
F. Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV. PEMBAHASAN ... 53
A. Gambaran Umum SD Sonosewu ... 53
B. Keadaan Siswa SD Sonosewu ... 61
C. Evaluasi Pembelajaran PAI Menggunakan Scientific Approach di SD Sonosewu ... 63
BAB V. PENUTUP ... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Rekomendasi ... 121
C. Kata Penutup... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 123
xii DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin 61
Tabel 1.2 Jumlah Siswa Berdasarkan Usia 61
Tabel 1.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Agama 62
Tabel 1.4 Jumlah Rombel SD Sonosewu 62
Tabel 2.1 Daftar Guru PAI di SD Sonosewu 70
Tabel 2.2 Daftar jumlah peserta didik yang menerapkan
scientific approach 71
Tabel 3.1 Daftar Sarana di SD Sonosewu 76
Tabel 3.2 Daftar Prasarana SD Sonosewu 77
Tabel 4.1 Daftar Nilai PAI Kelas IA 110
Tabel 4.2 Daftar Nilai PAI Kelas IB 111
Tabel 4.3 Daftar Nilai PAI Kelas IVA 112
Tabel 4.3 Daftar Nilai PAI Kelas IVB 113
xiii DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Bagan Komponen-komponen evaluasi kurikulum 21
Gambar 1.2. Langkah-langkah Pembelajaran 40
Gambar 2.1 Mushola Sekolah 77
Gambar 3.1 Kondisi Perpustakaan sekolah (1) 79
Gambar 3.2 Kondisi Perpustakaan sekolah (2) 80
Gambar 3.3 Kondisi Perpustakaan sekolah (3) 80
Gambar 4.1 Kondisi Ruang Kelas I 80
Gambar 4.2 Kondisi Ruang Kelas II 81
Gambar 4.3 Kondisi Ruang Kelas V 81
Gambar 4.4 Kondisi Ruang Kelas VI 81
Gambar 5.1 Cover Depan dan Belakang DVD
Aplikasi Media Ajar Kurikulum 2013 85
Gambar 5.2 Contoh BS dan BG untuk kelas I 86
Gambar 5.3 Contoh BS dan BG untuk kelas IV 86
Gambar 6.1 Guru bercerita di kelas 91
Gambar 6.2 Aktivitas bertanya di kelas 92
Gambar 6.3 Guru bertanya di kelas 93
Gambar 6.4 Guru menuliskan pertanyaan di papan tulis 97
Gambar 6.5 Diskusi siswa di kelas 98
xiv ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menggunakan scientific approach di SD Sonosewu, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Penelitian ini akan mengevaluasi pembelajaran PAI ditinjau dari segi context, input, process dan
productnya. Alasan diadakan penelitian ini adalah karena pendidikan di Indonesia sudah menggunakan kurikulum 2013 di mana di dalamnya wajib menggunakan pendekatan pembelajaran yaitu scientific approach. Oleh karena itu, di sekolah perlu diadakan evaluasi untuk menilik bagaimana efektivitas implementasi pembelajaran tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif (evaluative research) yang bertujuan untuk mengukur manfaat, sumbangan dan kelayakan program atau kegiatan tertentu. Penelitian ini dilakukan menggunakan model evaluasi CIPP oleh Stufflebeam dengan menganalisis komponen
context, input, process dan product. Pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi implementasi pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu ditinjau dari context menunjukkan hasil yang efektif sedangkan evaluasi ditinjau dari input menunjukkan hasil yang kurang efektif dan evaluasi ditinjau dari process menunjukkan hasil kurang efektif dan evaluasi ditinjau dari
product menunjukkan hasil efektif.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu cara yang dilakukan Pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pembangunan yang ada di Indonesia. Pendidikan ini
diselenggarakan di setiap satuan dan jenjang pendidikan. Pendidikan
dilakukan mulai dari jenjang pendidikan dasar bahkan sampai jenjang
pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia selain dilakukan di
lembaga-lembaga formal, juga dilakukan di lembaga-lembaga-lembaga-lembaga nonformal. Tujuannya
ialah untuk menghasilkan output pendidikan yang berkualitas. Namun, pada
realitasnya pendidikan di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan
dengan dengan output pendidikan yang ada di negara lain (Mulyasa, 2014:
13).
Tertera di dalam Undang-undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003 mengenai fungsi dan tujuan pendidikan. Dikatakan di
dalamnya bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan
potensi manusia dan menghasilkan manusia yang memiliki imtaq (iman dan
taqwa) kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu pengetahuan, cakap, kreatif,
dan demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3). Dengan adanya pendidikan
diharapkan akan adanya manusia-manusia hebat yang tidak hanya hebat dalam
2 Implementasi pendidikan di setiap jenjang, jenis dan satuan pedidikan
harus dilaksanakan secara optimal demi terwujudnya tujuan pendidikan yang
telah direncanakan. Hal ini sesuai dengan intisari pendidikan yang merupakan
proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju.
Perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya (Listyarti, 2012: 2).
Dalam konteks pendidikan, pendidikan tidak akan lepas dengan kata
kurikulum. Kurikulum ini harus ada di setiap jenis pembelajaran. Kurikulum
merupakan satu perangkat perencanaan dan pengelolaan tujuan pembelajaran,
materi dan bahan pelajaran serta metode yang digunakan sebagai patokan/
pedoman penyelenggaraan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun
2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Di Indonesia sudah ada kurikulum baru yang diberlakukan oleh
Pemerintah, yaitu kurikulum 2013. Tujuan kurikulum 2013 adalah
menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter.
Kurikulum ini juga disusun dengan berasaskan pada ranah taksonomi
pendidikan yang harus dicapai peserta didik yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Kurikulum baru ini mengandung esensi tujuan pendidikan
nasional, sehingga kurikulum ini digadang-gadang menjadi awal pembentukan
pendidikan karakter. Selama ini para pendidik sudah mengajarkan pendidikan
karakter kepada para peserta didiknya, namun kebanyakan masih berkutat
3 (Listyana, 2012: 2). Dengan adanya kurikulum ini, diharapkan agar dihasilkan
peserta didik yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik.
Dimuat juga di dalam kurikulum 2013 tentang bagaimana seharusnya
proses pembelajaran bersama para peserta didik di kelas. Salah satu ciri dari
pembelajaran kurikulum 2013 adalah adanya pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah (scientific approach) yang menjadikan pembelajaran berbasis student centre learning. Langkah ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan, yaitu untuk memunculkan peserta didik
sebagai seorang manusia yang mandiri, berguna bagi orang lain, inovatif,
kreatif serta berkarakter dengan adanya sinergi antara kognitif, afektif dan
psikomotorik .
Pendekatan ilmiah biasa disebut juga dengan pendekatan saintifik atau
scientific approach. Komponen yang terkandung dalam pembelajaran tersebut adalah aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksplorasi
dengan berbagai cara, mengolah informasi/mengasosiasi/menganalisis data di
mana peserta didik sudah mulai menyusun hipotesis, dan sampai pada
kegiatan mengkomunikasikan hasil (Permendikbud No 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah).
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan
proses pembelajaran yang dirancang oleh pendidik dengan sedemikian rupa
agar semua peserta didik mampu secara aktif mengkonstruksi konsep, teori
atau prinsip tertentu. Penerapan pendekatan saintifik di dalam proses
4 mengukur, meramalkan, menjelaskan, serta proses menyimpulkan. Semua
aktivitas itu tetap membutuhkan bantuan pendidik, namun bantuan tersebut
hanya sebagian kecil saja. Kondisi yang tercipta diharapkan mampu
mendorong para peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber, bukan
hanya sekedar langsung diberi tahu (Daryanto, 2014:51).
Scientific Approach ialah pendekatan yang digunakan dalam suatu pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah. Apa yang dipelajari dan
didapatkan peserta didik dilakukan dengan akal dan pikiran sendiri. Sehingga
mereka mengalami proses belajar dan menerima ilmu pengetahuan secara
langsung. Melalui pendekatan tersebut, peserta didik diharapkan mampu
menghadapi serta memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik.
Pendekatan saintifik ini dilakukan dengan melalui kegiatan mengamati
(observing), menanya (exploring), mencoba (experimenting), menalar (associating) dan mengkomunikasikan (communicating). Semua proses belajar tersebut masuk dalam kegiatan inti pembelajaran. Dengan adanya
pembelajaran seperti ini dapat membentuk sikap, keterampilan dan
pengetahuan peserta didik secara maksimal. Sehingga kegiatan belajar
menuntut peserta didik untuk belajar aktif (Fadlillah, 2014: 175-176) .
Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah sangat penting untuk
dilakukan pada proses KBM. Dengan adanya aktivitas belajar menggunakan
pendekatan tersebut peserta didik dituntut untuk berpikir kritis dan
menciptakan sesuatu yang kreatif dan inovatif. Nantinya pembelajaran ini
5 menghasilkan lulusan yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Selain itu,
seorang pendidik juga akan menjalankan fungsinya sebagai fasilitator
pembelajaran. Sebagai contoh, di SD N 2 Serangan Bali sudah menerapkan
pendekatan ilmiah dalam pelajaran matematika. Pembelajaran tersebut mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif para peserta didik. Selain itu,
terdapat peningkatan hasil belajar pengetahuan matematika kelas IV di SD
tersebut (Dewi et.al., 2015: 10). Selain di Serangan, Bali banyak sekolah yang juga sudah menerapkan pendekatan ini. Dengan menggunakan pendekatan
ilmiah, sebagian sekolah telah menunjukkan sudah adanya peningkatan hasil
belajar para peserta didiknya.
Di antara sekian banyak mata pelajaran di dalam tingkat satuan
pendidikan, Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam satuan pelajaran. Pendidikan agama Islam bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami,
menghayati, serta menyerasikan penguasaannya dalam bidang IPTEKS.
Pendidikan Agama Islam diajarkan bukan hanya sebatas pengetahuan, namun
sampai kepada penghayatan dan penerapan ilmu pengetahuan peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari (Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007).
Apabila PAI tidak diajarkan secara optimal, maka para peserta didik
tidak akan memiliki karakter yang baik. Pendidikan Agama sudah diajarkan,
namun moral para peserta didik masih buruk. Apalagi jika pelajaran ini tidak
diajarkan. Pada hakikatnya, di dalam Pendidikan Agama Islam itu
6 Indonesia saat ini. Apabila peserta didik memiliki nilai-nilai karakter yang
baik, maka ilmu yang mereka dapatkan akan mampu mereka pergunakan
dengan bijak. Untuk itu peran pendidik sangat penting dalam penanaman
nilai-nilai tersebut agar dijadikan kebisaaan oleh peserta didiknya dalam kehidupan
sehari-hari.
Di SD Negeri Klego 01 Pekalongan, pendidik mengalami banyak
kendala dalam hal manajemen waktu dalam mempersiapkan peserta didik
selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terkait dengan kemampuan
pendidik dalam memahami esensi pendekatan ilmiah yang masih belum
mencukupi. Pendidik merasa belum sepenuhnya memahami langkah-langkah
dalam proses pembelajaran yang berciri saintifik. Terlebih para peserta didik
di sekolah masih sulit untuk diajak berpikir kritis dan partisipatif dalam proses
pembelajaran. Di SD lain yang masih dalam satu wilayah juga merasa
kesulitan dalam pengimplementasian pendekatan saintifik. Para pendidik itu
mengerti, namun sebatas permukaan saja (Matra et.al., 2014: 58-59).
Tantangan yang dihadapi ketika melaksanakan pembelajaran PAI adalah
mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak
mulia serta mencari kebenaran-kebenaran permasalahan agama dengan proses
ilmiah (Sintawati, 2014: 18). Hal ini membuktikan bahwa proses ilmiah dalam
pengajaran PAI dirasa masih sangat sulit untuk direalisasikan. Hal-hal yang
menjadi alasan kesulitan ini antara lain ialah kurangnya kesiapan pendidik
7 yang kurang memadai, sehingga sekolah hanya menjalankan pembelajaran
dengan alat/media seadanya atau media yang sudah tersedia di sekolah.
Berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang telah dihadapi oleh pendidik
dalam menjalankan aktivitas ilmiah dalam pelajaran PAI, perlu dilakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas pembelajaran tersebut. Evaluasi
tersebut berfungsi untuk mengukur tingkat efektivitas pembelajaran dan dapat
berguna juga untuk mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran yang belum
terlaksana secara maksimal. Aktivitas pembelajaran ini berada dalam konteks
kurikulum, sehingga evaluasi yang dilakukan harus secara menyeluruh
mencakup semua aspek-aspek dalam kurikulum. Ralph W. Tyler, seorang ahli
kurikulum dari Amerika Serikat mengungkap aspek-aspek yang harus ada di
dalam kurikulum, yaitu tujuan dalam pembelajaran (purpose/objectives), isi/materi pembelajaran (learning experience), media/strategi/metode/proses
(process), serta evaluasi/penilaian (evaluation) (Sukmadinata, 2000: 29). Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dengan proses mengukur
seberapa tinggi mutu ataupun kondisi tertentu sebagai hasil dari pelaksanaan
pembelajaran. Indikator keberhasilan (kriteria) dibandingkan dengan realitas
yang terjadi di lingkungan sekolah. Selain itu dalam pelaksanaan evaluasi
akan diketahui tingkat ketercapaian hasil dengan tujuan yang telah
direncanakan. Apabila tujuan belum sepenuhnya tercapai, maka akan dicari di
mana letak kekurangan atau kelemahan yang menyebabkan pembelajaran
8 penyebabnya akan diketahui dalam pelaksanaan evaluasi tersebut (Arikunto
dan Cepi, 2014: 7).
Ada berbagai macam jenis/model evaluasi. Jenis evaluasi yang akan
digunakan dalam penelitian ini ialah model evaluasi CIPP. Model CIPP ini
mengarah pada konteks, input, proses dan produk dari sebuah program.
Program dalam penelitian ini tidak lain adalah program pembelajaran dengan
pendekatan saintifik untuk Pelajaran PAI. Evaluasi ini termasuk dalam
evaluasi kurikulum, di mana evaluasi ini berkaitan dengan perbaikan suatu
program yang berkelanjutan dan merupakan suatu proses yang terus
menerus/kontinyu (Hamalik, 2008: 23). Evaluasi ini perlu dilakukan agar
dapat diketahui bagaimana suatu konsep pembelajaran kurikulum 2013
dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI.
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, penelitian ini sangat penting
untuk dilakukan. Melalui penelitian ini akan ditelisik bagaimana implementasi
dari kurikulum 2013. Fokus kajian adalah pada pelaksanaan pembelajaran PAI
menggunakan scientific approach di SD Sonosewu. Di samping itu, sekolah ini sebelumnya sudah pernah menggunakan kurikulum yang sama. Namun,
kurikulum ini hanya berlangsung 1 semester. Jadi, sekolah ini sudah pernah
menerapkan sebuah pembelajaran berbasis scientific berdasarkan kurikulum yang diterapkan. Penelitian akan mengerucut pada context, input, process, dan
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dengan menggunakan model evaluasi
CIPP, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana konteks terkait penerapan pembelajaran PAI menggunakan
scientific approach di SD Sonosewu?
2. Bagaimana input (masukan) terkait penerapan pembelajaran PAI
menggunakan scientific approach di SD Sonosewu?
3. Bagaimana proses pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu?
4. Bagaimana hasil yang didapatkan dari penerapan scientific approach
dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui konteks terkait penerapan pembelajaran PAI dengan
scientific approach di SD Sonosewu.
2. Untuk mengetahui input terkait penerapan pembelajaran PAI dengan
scientific approach di SD Sonosewu.
3. Untuk mengetahui proses pembelajaran PAI menggunakan scientific approach di SD Sonosewu.
10 D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis :
1. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi bagi lembaga-lembaga
pendidikan Islam, terutama dalam membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan kurikulum pendidikan Islam.
2. Menambah dan memperkaya keilmuan tentang teori pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran. Secara Praktis :
1. Bagi kepala sekolah:
Sebagai bahan rekomendasi kebijakan program terkait metode
pembelajaran dan pengembangan kurikulum di sekolah.
2. Bagi pendidik:
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan metode pembelajaran
di dalam proses kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi peserta didik:
Sebagai bahan untuk meningkatkan motivasi dan kreativitas di sekolah.
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini merupakan susunan dalam alur penulisan
skripsi yang disertai dengan hubungan antara satu bab dengan bab yang lain.
Dengan adanya sistematika pembahasan ini akan memudahkan dalam
11 Tatanan penulisan skripsi ini terdiri dari hal-hal berikut :
a. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
b. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka
teori relevan dan terkait dengan tema skripsi, yaitu implementasi
kurikulum 2013 dalam pelaksanaan scientific approach dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu.
c. BAB III : METODE PENELITIAN
Bagian ini memuat secara rinci tentang metode penelitian yang digunakan
beserta justifikasi/alasannya, jenis penelitian, lokasi, subyek dan objek,
metode pengumpulan data, serta analisis data yang digunakan.
d. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisi hasil dan pembahasan penelitian, klasifikasi bahasan
yang disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan
masalah. Pada bab ini memuat bagaimana implementasi pembelajaran
PAI di SD Sonosewu dilihat dari aspek-aspek evaluasi. Mulai dari
konteks sampai kepada hasil/produknya. Hasil dari pengumpulan data
dianalisis dan dievaluasi sehingga menghasilkan sebuah gambaran nyata
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan acuan, kajian ilmiah tertulis berkaitan dengan tema
penelitian implementasi scientific approach adalah sebagai berikut :
Sriadnyani pada tahun 2015 melakukan penelitian di SD Negeri Wilayah
Pinggiran Kabupaten Badung. Setelah diadakan penelitian mengenai
efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada tingkat sekolah dasar negeri di
wilayah pinggiran Kabupaten Badung, hasilnya adalah kurang adanya
efektivitas implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari konteks, input, proses
dan produknya. Walaupun dari beberapa komponen yang dievaluasi
menunjukkan hasil yang baik dan efektif, namun belum bisa dikatakan efektif
karena masih banyak komponen dari evaluasi yang menunjukkan hasil kurang
efektif.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Ummu Aiman pada tahun 2015
dengan judul Evaluasi Pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 di MIN
Tempel Sleman. Penelitian ini menghasilkan kesimpulkan bahwa perencanaan
pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 belum sepenuhnya maksimal
di MIN Tempel Sleman. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya pelatihan
khusus dalam membuat instrumen penilaian, seperti rubrik dan lembar kerja.
Penerapan penilaian autentik kurikulum 2013 di MIN Tempel belum
13 Faktor pendukung pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 adalah
Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Islam, mengenai madrasah yang
tetap melanjutkan pelaksanaan kurikulum 2013, sedangkan faktor yang
menghambatnya adalah pendidik kurang memahami tentang proses penilaian
autentik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian autentik.
Paparan hasil penelitian Ummu Aiman tersebut membuktikan bahwa
implementasi penilaian autentik belum berjalan dengan baik di MIN Tempel,
salah satunya disebabkan karena kurangnya profesionalitas pendidik di
sekolah. Berbeda dengan penelitian yang akan lakukan, penelitian ini bukan
meneliti penelitian autentik kurikulum 2013, namun penelitian ini akan
meneliti pada proses pembelajaran kurikulum 2013 yang berpedoman pada
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.
Dua penelitian di atas membahas bagaimana implementasi dari
kurikulum 2013 yang telah diberlakukan di tingkat satuan yang berbeda.
Penelitian pertama dilakukan di tingkat sekolah dasar, sedangkan penelitian
kedua dilakukan di tingkat madrasah. Penelitian yang disebutkan belum
terfokus pada implementasi pembelajaran di dalam sistem kurikulum 2013,
yaitu penggunaan pendekatan saintifik. Fokus kajiannya adalah masalah
efektivitas dan bagaimana pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013
yang terealisasi di sekolah.
Melalui pembelajaran dengan pendekatan ilmiah membuat peserta didik
mampu meningkatkan pemecahan masalah matematika bentuk cerita dalam
14 SMP N 2 Sawit tahun ajaran 2014/2015 (Susanto dan Sutarni, 2015: 1).
Dengan hasil tersebut, penerapan pendekatan ilmiah ini perlu dioptimalkan
oleh para pendidik di Indonesia. Tentunya dengan berbagai persiapan dan
pembekalan yang cukup untuk para pelaku pendidikan khususnya para
pendidik di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia.
Penelitian lain terkait dengan evaluasi implementasi kurikulum 2013
ialah penelitian gabungan yang dilakukan oleh Ni Md Sriadnyani, I.B. Surya
Manuaba, dan Md Putra pada tahun 2015 dengan judul penelitian “Studi
Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari CIPP pada SD Negeri di Wilayah Perkotaan Kabupaten Badung”. Inti dari penelitian ini ialah
mengevaluasi komponen mulai dari konteks, input, proses dan produk dengan
instrumen berupa kuisioner. Penelitian tersebut menunjukkan implementasi
kurikulum 2013 ditinjau dari konteks adalah efektif dengan presentase
65,45%, ditinjau dari input menunjukkan 61,18%. Sedangkan dilihat dari
proses menunjukkan hasil kurang efektif dengan presentase sebesar 35,36%.
Untuk produk implementasi kurikulum 2013 juga menunjukkan hasil kurang
efektif, yaitu sebesar 40% tingkat efektivitasnya. Berdasarkan hasil tersebut
disimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada SD Negeri di Wilayah
Perkotaan Kabupaten Badung kurang efektif ditinjau dari CIPP (konteks,
input, proses dan produknya).
Lebih fokus lagi pada penelitian pelaksanaan pembelajaran dengan
15 pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan”. Hasil penelitian menunjukkan
dengan menerapkan pendekatan ilmiah ini berpengaruh positif terhadap hasil
belajar kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik serta hasil evaluasi
pembelajaran telah mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Jadi dalam
di pembelajaran tersebut, pendidik telah menerapkan pendekatan saintifik,
penanaman karakter dan konservasi lingkungan dengan baik.
Evaluasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan pendekatan
saintifik dilakukan oleh Suharno Gustin di SMP Negeri 8 Yogyakarta pada
tahun 2015. Ia menerangkan bahwa pembelajaran PPKn di salah satu sekolah
di kota Yogyakarta itu telah berhasil menerapkan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Dilihat dari pemahaman pendidik mengenai
langkah-langkah pendekatan saintifik, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan
penilaian dalam kategori itu sangat tinggi. Sekalipun kendala-kendala
pembelajaran juga tidak terlalu terlihat. Upaya-upaya yang dilakukan dalam
pembelajaran saintifik pun telah berjalan dengan baik. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa pendekatan saintifik sudah mampu dilaksanakan dengan
baik di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
Reni Sintawati juga melakukan penelitian pada tahun 2014. Ia meneliti
bagaimana implementasi pendekatan saintifik dengan model discovery learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N 1 Jetis Bantul. Penelitian dilakukan di lokasi tersebut karena SMA N 1 Jetis
16 pembelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik
menggunakan model discovery learning dengan mengamati melalui problem statement, menanya melalui stimulasi, mengumpulkan data melalui data collection, mengasosiasi melalui data processing dan generalisasi serta mengkomunikasikan melalui tahap verification. Proses pembelajaran sudah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran saintifik, meskipun tidak
maksimal. Output dari penerapan pendekatan saintifik model discovery learning dalam pembelajaran PAI adalah dapat membuat para peserta didik bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PAI, rasa ingin tahunya menjadi
berkembang, aktif, berpusat pada peserta didik, dan dapat mengembangkan
kemampuan berkomunikasi peserta didik. Kelebihan dan kelemahan dari
adanya pendekatan saintifik ini ada pada sumber belajar, metode dan strategi
pembelajaran, media pembelajaran, potensi peserta didik yang berbeda-beda,
pengelolaan kelas, dan keaktifan peserta didik di kelas.
Berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang telah dilakukan terdahulu,
penelitian ini akan lebih menitikberatkan pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan fokus pada implementasi kurikulum 2013 menjurus pada
pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI di SD Sonosewu. penelitian ini
menitikberatkan pada proses pembelajaran PAI di salah satu sekolah dengan
jenjang Sekolah Dasar. SD yang diteliti adalah SD Negeri di wilayah
Kabupaten Bantul yang telah mengimplementasikan pendekatan saintifik.
Penelitian ini akan mengevaluasi mulai dari konteks, input, proses dan produk
17 mengimplementasikan kurikulum 2013. Sehingga tahun ini menjadi tahun
pertama penerapan kurikulum 2013 dan akan langsung dilihat bagaimana
implementasi pembelajaran PAI menggunakan pendekatan tersebut.
B. Kerangka Teori
1. Studi Evaluatif
a. Pengertian dan Konsep Studi Evaluatif
Banyak persamaan antara penelitian evaluatif dengan evaluasi.
Keduanya bisa mengkaji fokus atau permasalahan yang sama,
menggunakan desain dengan metode dan teknik pengukuran atau
pengumpulan data yang sama. Keduanya juga mampu menggunakan
sampel dengan lokasi atau wilayah yang sama, menggunakan teknik
analisis data dan interpretasi hasil yang sama.
David R.Kratchwohl menyatakan bahwa perbedaan mendasar
antara keduanya adalah dalam tujuan dan penggunaan. Penelitian
evaluatif dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji hipotesis.
Sedangkan evaluasi bertujuan untuk mengambil keputusan. Penelitian
evaluatif ini bersifat hipotesis driven, sedangkan evaluasi bersifat
decision driven. Perbedaan mendasar yang lain adalah pada sisi penggunaannya (utilization). Hasil penelitian disimpan sampai ada orang atau lembaga yang menggunakannya. Sedangkan hasil evaluasi segera
digunakan untuk mengambil keputusan dalam program yang dievaluasi
18 Sehingga posisi dalam penelitian ini adalah pada posisi evaluatif,
sesuai dengan kegunaannya. Hasil dari penelitian ini tidak dapat untuk
memutuskan bagaimana keputusan kelanjutan program, dilanjutkan atau
tidak. Hal ini disebabkan karena ini bukan kewenangan dari peneliti.
Sebaliknya, peneliti akan memberikan rekomendasi untuk para pembuat
kebijakan dan para pendidik yang bersangkutan, sehingga penelitian ini
diharapkan bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Evaluasi merupakan kegiatan yang sangat luas, kompleks dan terus
menerus untuk mengetahui kriteria, proses serta hasil pelaksanaan setiap
sistem pendidikan dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan. Tyler
(1950) dalam Arikunto dan Cepi (2014: 5) menyebutkan bahwa evaluasi
merupakan suatu proses untuk mengetahui realisasi program pendidikan,
apakah tujuan pendidikan sudah terlaksana atau belum.
Evaluasi menurut Tyler (1949: 106) dalam Wahyudin (2014: 27)
berfokus pada usaha untuk menentukan tingkat perubahan pada hasil
belajar (behavior), baik pengetahuan, sikap maupun penerapan pengetahuan. Sedangkan menurut Sukmadinata (2000: 173)
komponen-komponen yang dievaluasi itu sangat luas. Program evaluasi kurikulum
bukan hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses
pembelajarannya, namun juga dilakukan kegiatan evaluasi pada desain
dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja pendidik,
kemampuan dan kemajuan peserta didik, sarana, fasilitas dan
19 (2000: 173) menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu
meliputi:
Objective, scope, the quality of personel in charger of it, the capacities of students, the relative importance of various subjects, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so son.
Apa yang dikemukakan di atas merupakan evaluasi kurikulum
secara luas yang mencakup seluruh komponen dan kegiatan pendidikan.
Evaluasi kurikulum juga sering dibatasi secara sempit, yaitu hanya
ditekankan pada hasil-hasil yang dicapai oleh peserta didik. Wright (1966) dalam Sukmadinata, 2000: 173) mengatakan bahwa “Curriculum
evaluation may be defined as the estimation of the growth and progress of student toward objectives or values of curriculum”. Evaluasi kurikulum ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
berdasarkan tujuan atau nilai-nilai kurikulum.
Di kalangan para ahli dalam evaluasi kurikulum, yang sering
menjadi perdebatan ialah pemisahan antara pengumpulan data dan
penyusunan informasi dengan penentuan keputusan. Stufflebeam (1971)
merumuskan evaluation is the process of delineating, obtaining and providing useful information for delineating, obtaining and profiding useful information for judging decision alternative. Stake (1976) dari Illinois University mengatakan bahwa evaluation is an observed value compared to some standars. Sedangkan Micheal Scriven (1969) dari Universitas Indiana, memberikan perumusan tentang tugas evaluator
20
that mass of data info on word: good, or bad. Evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk melihat efektivitas pencapaian dari tujuan
(Hidayat, 2013: 68).
Jadi, para ahli evaluasi kurikulum di atas memberikan gambaran
sekaligus cakupan evaluasi. Tyler hanya membatasi evaluasi secara
sempit, begitupun Wright. Stake dari Illinois University juga
menyebutkan bahwa evaluasi hanya sekedar membandingkan nilai-nilai
yang terjadi dengan standar yang telah diberlakukan. Sedangkan Micheal
Scriven menjelaskan fungsi dan tugas evaluator yang harus bekerja keras
dalam mengumpulkan data dan mengolahnya, sehingga ia mampu
menentukan hasil suatu program baik atau buruk. Hilda Taba
menjelaskan cakupan evaluasi dengan lebih luas mencakup semua
aspek-aspek kurikulum. Stufflebeam juga telah menjelaskan mengenai
apa itu evaluasi. Evaluasi merupakan sebuah proses untuk
menggambarkan/melukiskan, menghasilkan serta menyediakan
informasi-informasi penting, yang nantinya kegiatan evaluasi tersebut
akan menghasilkan suatu alternatif keputusan yang berguna bagi
kelangsungan sebuah program pendidikan. Dalam konteks kurikulum,
evaluasi ini berupa suatu rangkaian kegiatan untuk melihat efektivitas
pencapaian tujuan pendidikan dapat berfungsi untuk mengetahui secara
jelas apakah tujuan sudah tercapai atau belum dan evaluasi ini digunakan
21 Penelitian ini akan mengevaluasi kurikulum secara luas, karena
jika evaluasi hanya dilakukan pada hasil akhir dari sebuah program
pendidikan, tidak akan diketahui totalitas pelaksanaan konsep
pendekatan saintifik dalam suatu pembelajaran. Aspek-aspek yang
mendukung pembelajaran, seperti keaktifan peserta didik, sarana dan
prasarana, guru, kondisi psikologis peserta didik, ataupun faktor lain
tidak akan diketahui jika evaluasi hanya dalam aspek hasil.
Komponen-komponen evaluasi tersebut bisa digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. 1 Bagan Komponen-komponen evaluasi kurikulum
b. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum
Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum (Wahyudin, 2014: 27) ialah
sebagai berikut:
1) tujuan kurikulum;
2) bersifat objektif;
3) bersifat komprehensif;
4) kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan;
5) efisiensi;
22 c. Tujuan diadakannya Evaluasi
Sukmadinata (2012: 121) menyebutkan setidaknya ada 5 tujuan
dalam evaluasi, yaitu:
1) Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program pembelajaran.
2) Membantu dalam penentuan penyempurnaan atau perubahan pada
pembelajaran.
3) Membantu dalam menentukan keputusan berlanjut atau berhentinya
program pembelajaran.
4) Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program
pembelajaran.
5) Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis,
sosial, politik dalam pelaksanaan pembelajaran dan juga
faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran.
d.Fungsi Evaluasi
Adapun fungsi evaluasi adalah sebagai berikut (Kurniawati, 2006: 46):
1) Menyediakan informasi yang handal dan terpercaya tentang hasil kerja
atau hasil kebijakan. Informasi ini akan menjawab pertanyaan
mengenai sejauh mana kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah
terealisasikan melalui tindakan-tindakan nyata sebagai pelaksanaan
program kebijakan.
2) Evaluasi membantu memperjelas dan melakukan kritik terhadap
23 3) Membantu mengidentifikasi dan mendefinisikan kembali alternatif
program yang sudah terlaksana.
Suatu kegiatan pembelajaran dapat dinilai tingkat keberhasilannya.
Adapun indikator keberhasilan dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah:
1) Kegiatan yang dilakukan mendapat sokongan dari berbagai pihak, baik
bersifat material maupun immaterial.
2) Terlaksananya pembelajaran di lapangan, maksudnya adalah program
yang telah direncanakan dapat diimplementasikan dengan baik di
waktu dan tempat yang telah direncanakan.
3) Pembelajaran tepat sasaran, artinya pembelajaran digunakan oleh
obyek yang menjadi target pembelajaran.
4) Tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu hasil akhir dari rencana
pembelajaran yang sudah dirumuskan.
e. Model Evaluasi CIPP
Model CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk pada tahun 1967 di
Ohio State University. CIPP merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu Context, Input, Process, dan Product. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran
evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah
pembelajaran. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang
memandang hal yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Dengan demikian,
24 untuk mengevaluasi pembelajaran, maka yang harus dilakukan adalah
menganalisis pembelajaran tersebut berdasarkan komponen-komponennya.
1) Context Evaluation (Evaluasi Konteks)
Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang
dilayani di sekolah, dan tujuan dari pembelajaran.
2) Input Evaluation (Evaluasi Masukan)
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Maksud dari
evaluasi masukan adalah kemampuan awal peserta didik dan sekolah
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan. Hal penting dalam evaluasi
masukan antara lain kemampuan sekolah dalam menyiapkan segala
sesuatu terkait dengan pembelajaran. Komponen evaluasi masukan
meliputi: a) sumber daya manusia; b) sarana dan peralatan yang
mendukung; c) dana atau anggaran; d) berbagai prosedur dan aturan
yang diperlukan. Menurut Stufflebeam, pertanyaan yang berkenaan
dengan masukan, mengarah pada pemecahan masalah.
3) Process Evaluation (Evaluasi Proses)
Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what)
kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggungjawab dan pelaksana program, “kapan” (when) kegiatan dimulai dan selesai (tentunya dengan
berbagai pengembangan). Dalam model CIPP, evaluasi proses
25 pembelajaran sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Dalam
penelitian ini, evaluasi proses dikembangkan dengan melihat
keseluruhan proses pembelajaran dan unsur-unsur yang ada di
dalamnya. Misalnya guru, siswa, sumber belajar, kesesuaian dengan
RPP dll.
4) Product Evaluation (Evaluasi Hasil)
Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan
perubahan yang terjadi pada input. Evaluasi produk merupakan tahap
akhir dari serangkaian evaluasi pembelajaran.
Model evaluasi CIPP merupakan model yang paling banyak dikenal
dan digunakan oleh para evaluator pendidikan. Karena komponen yang
dievaluasi dalam pembelajaran bukan hanya belajar, namun keseluruhan
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi evaluasi komponen tujuan
sampai strategi pembelajaran dan komponen evaluasi pembelajaran itu
sendiri. Oleh karena itu, penelitian menggunakan model evaluasi ini.
2. Implementasi Pembelajaran
a. Pengertian Implementasi
Pelaksanaan atau sering disebut juga implementasi menurut Mulyasa
(2015: 26) adalah proses yang memberikan kepastian bahwa pembelajaran
telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang siap
diperlukan untuk pembelajaran, sehingga dapat membentuk kompetensi,
26 b.Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran di dalam PP No. 32 Tahun 2013 diartikan dengan
proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan tenaga
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam arti
formal, pembelajaran dilakukan di lingkungan belajar, misalnya sekolah.
Dengan adanya pendidik, peserta didik dan tersedianya sumber belajar,
maka pembelajaran sudah dapat dilakukan. Menurut Permendikbud 81A
Tahun 2013 dimaksudkan bahwa pembelajaran merupakan proses
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi mereka menjadi semakin meningkat dalam sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan
bermasyarakat. Melalui kedua sumber tersebut, pembelajaran merupakan
suatu proses untuk mengembangkan potensi peserta didik dari sebelumnya
tidak tau menjadi tau baik dari sikap, pengetahuan maupun keterampilan
dan terdapat pula sarana dan prasarana yang mendukung proses tersebut.
c. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi
dan membangun karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari hubungan
dan interaksi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin
27 dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk
bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup
umat manusia. Peserta didik akan memiliki karakter yang baik di dalam
dirinya.
Peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan untuk
secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan
pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan
yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan
dalam proses kognitifnya. Agar proses belajar maksimal, peserta didik
perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
Sehingga pendidik hanya mempunyai tugas sebagai fasilitator yang baik.
Orientasi belajar yang awalnya teacher centre learning harus beralih ke
student centre learning.
d. Prinsip Belajar
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen
kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai
berikut:
1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
2) peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
3) proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;
28 5) pembelajaran terpadu;
6) pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki
kebenaran multi dimensi;
7) pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
8) peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara
hard-skills dan soft-skills;
9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10)pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodho), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11)pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat;
12)pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
13)pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik; dan
14)suasana belajar menyenangkan dan menantang.
e. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan
29 mengantarkan mereka kepada tujuan yang ingin dcapai secara maksimal.
Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta didik harus
dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran tersebut, agar para peserta
didik bersemangat dan mempunyai motivasi belajar sehingga suasana
pembelajaran benar-benar kondusif dan terarah pada tujuan dan
pembentukan kompetensi peserta didik.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif
karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Peserta didik didorong untuk menafsirkan informasi yang
disajikan oleh pendidik sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal
sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini memerlukan proses pertukaran
gagasan/ide, diskusi, dan perdebatan.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan
belajar yang memadai/kondusif. Sehingga pendidik harus mampu
mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola
isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar.
Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses
pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan cara parsial, melainkan harus
menyeluruh dan komprehensif mulai dari kegiatan perencanaan,
30 3. Pendidikan Agama Islam (PAI)
a. Pengertian PAI
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta
didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Pendidikan ini yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada
semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Jadi, semua jalur, jenjang dan
jenis pendidikan wajib mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada para
peserta didiknya (PP No. 55 Tahun 2007).
Zakiah Daradjat (1996) dalam Sintawati (2014: 29) menerangkan
bahwa Pendidikan Agama Islam ialah usaha sadar yang berupa bimbingan
dan asuhan terhadap anak didiknya agar di kehidupan dewasanya, setelah
selesai pendidikannya, ia akan dapat memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).
Pendidikan Agama Islam ini difokuskan untuk membentuk seorang
manusia yang berakhlakul karimah. Mampu membedakan apa yang dibenarkan oleh agama dan apa yang dilarang oleh agama.
Pendidikan agama Islam sangat penting untuk dilakukan. Selain tertera
di dalam Peraturan Perundang-Undangan, di dalam Al-Qur‟an juga telah
dijelaskan tentang ketentuan ilmu. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi
setiap muslim. Apabila para peserta didik mempelajari agama mereka
31 penting dan agungnya menuntut ilmu, khususnya ilmu agama dijelaskan
Allah dalam FirmanNya:
Artinya : “Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah :11).
Rasulullah SAW pun menyeru untuk menjadi orang yang beriman
dan berilmu. Sabda Rasulullah :
Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim (baik muslimin maupun muslimah) (HR. Ibnu Majah).
Oleh sebab itulah ilmu Pendidikan Agama Islam harus diajarkan dan
dijadikan titik tumpuan umat muslim. Rasulullah meninggalkan dua
perkara di dunia sebelum beliau wafat. Apabila kalian (kaum nabi
Muhammad Saw.) berpegang teguh pada 2 hal itu, maka kalian tidak akan
celaka di dunia. Pedoman yang dimaksud nabi Muhammad Saw. adalah
Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Kemudian 2 pedoman ini dijadikan sumber
32 b. Fungsi PAI
Di dalam Undang-Undang No. 55 Tahun 2007 disebutkan bahwa
pendidikan agama berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia
serta mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan sosial di
masyarakat. Selain itu, Pendidikan Agama juga bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).
Berdasarkan keterangan di atas, Pendidikan Agama Islam selain
bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, bertugas juga untuk
membentuk sikap dan kepribadian serta penerapan ilmu pengetahuan di
kehidupan sehari-hari peserta didik. PAI menjadi pelajaran penting yang
oleh pendidik harus benar-benar diajarkan secara maksimal. Pendidikan
agama ini bukan lagi hanya sebagai pengajaran, namun lebih sebagai
pembelajaran.
Buku pegangan kurikulum 2013 di sekolah untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Buku ini terdiri dari 2 jenis, yaitu buku peserta didik (BS) dan
buku pendidik (BG). Buku tersebut memiliki fungsi masing-masing. Buku
33 4. ScientificApproach
a. Pengertian Scientific Approach
Scientific Approach sering disebut juga pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah. Pembelajaran melalui pendekatan saintifik merupakan
proses pembelajaran yang dirancang oleh pendidik dengan sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau
prinsip. Pembelajaran dilakukan melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik pengumpulan data, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengkomunikasikan konsep. Pendekatan ini dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada para peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa saja berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung
pada informasi satu arah dari pendidik dalam hal ini guru. Oleh karena itu,
kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu (Mulyasa, 2015: 53).
Scientific Approach menurut Daryanto (2014: 51) adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang dirancang secara aktif mengkontruksi
konsep, gagasan atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati, menanya
(dalam hal ini peserta didik bisa mengajukan hipotesis), mengumpulkan
34 dapatkan, dan kegiatan terakhir dalam pendekatan ini adalah
mengkomunikasikan hasil. Peserta didik diharapkan mampu untuk
mengkomunikasikan hasil yang telah didapat dari proses-proses
sebelumnya.
Scientific approach dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya
misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning. Sehingga, scientific approach dapat dilakukan dengan berbagai model pembelajaran (Permendikbud No 103 Tahun
2014).
Jadi, scientific approach merupakan sebuah proses dalam pembelajaran yang berasaskan kegiatan-kegiatan ilmiah. Di dalamnya
terdapat 5 kegiatan pokok yaitu, mengamati, menalar, mencoba/
eksperimen, mengolah informasi dan kegiatan mengkomunikasikan atau
membentuk jejaring. Di dalamnya pun dapat digunakan berbagai model
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.
b. Hakikat Scientific Approach dalam Pembelajaran
Scientific approach disebut juga dengan pendekatan ilmiah. Dalam proses kerja ilmiah, para ilmuan lebih mengutamakan pendekatan induktif
35 keadaan tertentu baru kemudian menarik kesimpulan secara kompleks.
Sejatinya, penalaran induktif ini menempatkan bukti-bukti spesifik ke
dalam hubungan ide-ide yang lebih luas. Sedangkan penalaran deduktif
melihat fenomena yang umum untuk kemudian menarik kesimpulan yang
spesifik. Secara umum, metode ilmiah menempatkan kejadian unik dengan
kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan kesimpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik penyelidikan atas
suatu/beberapa fenomena, membentuk sebuah skema, menerima sebuah
pengetahuan baru, mengoreksi ataupun memadukan dengan pengetahuan
yang sudah ada sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, suatu metode
pencarian (inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diterima oleh panca indera, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik. Oleh karena itu, metode ilmiah pada umumnya
memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi/
eksperimen, mengolah informasi/associating, menganalisis data, kemudian memformulasi dan melakukan pengujian hipotesis hingga membentuk
kesimpulan.
c. Kaidah-Kaidah Scientific Approach dalam Pembelajaran
Pendekatan ini memiliki ciri-ciri adanya dimensi pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan tentang suatu fakta.
Proses pembelajaran bisa disebut ilmiah apabila memenuhi kriteria
36 1)Materi pembelajaran berbasis pada fakta.
2)Penjelasan pendidik, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
pendidik-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir
logis.
3)Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir kritis, analitis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah serta
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4)Mendorong dan menginspirasi peserta didik sehingga mereka mampu
berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan hubungan
satu sama lain dari materi pembelajaran.
5)Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk mampu memahami,
menerapkan dan mengembangkan pola pikir yang rasional dan objektif
dalam merespon materi pembelajaran.
6)Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan.
7)Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
dalam penyajiannya ditampilkan secara menarik.
Selain hal-hal di atas, proses pembelajaran juga harus terhindar
dari sifat-sifat non ilmiah. Sifat-sifat non ilmiah yang dimaksud adalah
intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal
berpikir kritis tanpa adanya fakta/eksperimen (Daryanto, 2014: 58).
37 b. Tujuan adanya scientific approach
Tujuan dari adanya pendekatan saintifik adalah sebagai berikut
(Daryanto, 2014: 54):
1)Meningkatkan intelektualitas, khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi peserta didik;
2)Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
suatu masalah secara sistematik;
3)Untuk menciptakan kondisi pembelajaran di mana peserta didik
merasa bahwa belajar itu merupakan bukan suatu kewajiban namun,
belajar merupakan suatu kebutuhan;
4)Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang tinggi;
5)Untuk melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide,
misalnya dalam menulis artikel ilmiah;
6)Untuk mengembangkan karakter para peserta didik.
c. Karakteristik Pembelajaran Scientific Approach
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut (Mulyasa, 2015: 54):
1) Berpusat pada peserta didik;
2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep,
38 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat
tinggi para peserta didik;
4) Dapat mengembangkan karakter siswa.
d. Langkah-langkah pembelajaran dengan Scientific approach
Pendekatan saintifik meliputi lima pokok pengalaman belajar. Di
dalam Permendikbud No. 81a Tahun 2013 menyebutkan ada 5 kegiatan
pokok dalam pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengeksplorasi dan mengkomunikasikan.
Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengamati (observing)
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dengan indra
(membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan
sebagainya) dengan atau tanpa alat. Pendidik memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk
memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal penting dari
suatu benda/objek. Bentuk hasil belajar dari proses ini adalah
perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu
tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang
yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.
39 2) Menanya (questioning)
Kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah membuat dan
mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi
yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau
sebagai klarifikasi. Pendidik membuka kesempatan secara luas
kepada peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan tentang hasil pengamatan, baik bersifat faktual maupun
hipotetik. Bentuk hasil belajar yang diharapkan adalah jenis, kualitas,
dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan
faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)
3) Mengumpulkan informasi/mencari (exploring)
Tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya adalah mengeksplorasi,
mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak,
melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks.
Informasi tersebut menjadi dasar bagi proses selanjutnya.
4) Mengolah informasi/mengasosiasi (associating)
Kegiatan pada langkah ini adalah mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat
kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi
yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan
menyimpulkan. Proses pengolahan inforamsi-informasi adalah untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,
40 berbagi kesimpulan dari pola yang ditemukan. Sedangkan hasil
belajar yang diharapkan adalah mengembangkan interpretasi,
argumentasi dan kesimpulan.
5) Mengkomunikasikan (communicating)
Kegiatan akhir dalam pembelajaran saintifik adalah menyajikan
laporan. Peserta didik menuliskan dan menceritakan apa saja yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai
oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik.
Langkah-langkah pembelajaran dengan scientific approach dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.2. Langkah-langkah Pembelajaran
Dalam kelima kegiatan itu, terdapat kegiatan lain yang termasuk dalam
pembelajaran. Disampaikan oleh Rusman (2015: 234-248) pengembangan
langkah-langkah pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut:
1) Mengamati (Observing)
Kegiatan belajar yang dilakukan adalah membaca, mendengar,
menyimak, melihat baik menggunakan alat atupun tidak. Kompetensi
41 informasi. Metode mengamati ini mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran (meaningfull learning). 2) Menanya (Questioning)
Kegiatan menanya ini dilakukan dengan cara peserta didik
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati. Dari kegiatan pengamatan yang
dilakukan sebelumnya, peserta didik ini dilatih keterampilannya dalam
bertanya secara kreatif dan inovatif. Pendidik memberikan stimulus
kepada siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan pancingan dan
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk membuat
dan mengajukan pertanyaan mereka sendiri. Supaya proses
pembelajaran melalui tanya jawab berjalan dengan baik, ada beberapa
kriteria pertanyaan yang baik, yaitu:
a) Singkat dan jelas
b) Menginspirasi jawaban
c) Memiliki fokus
d) Bersifat probing atau divergen
e) Bersifat validatif atau penguatan
f) Memberikan kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang
g) Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif peserta
didik