• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Reproduksi Sapi Perah Berbasis Mobile (Studi Kasus : PT. Drajat Farm).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Reproduksi Sapi Perah Berbasis Mobile (Studi Kasus : PT. Drajat Farm)."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN REPRODUKSI

SAPI PERAH BERBASIS MOBILE (STUDI KASUS : PT. DRAJAT FARM)

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Sistem Informasi

Oleh:

BUDI KUSUMAWATININGRUM

07410100239

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

i

PT. Drajat Farm merupakan salah satu peternakan sapi perah yang telah

berdiri sejak tahun 2009. Dengan jumlah sapi produktif yang mencapai 50 ekor,

penggunaan kartu ternak tidak dapat digunakan lagi untuk menyimpan data

reproduksi. Dengan jumlah data reproduksi dan produksi yang terus berubah

setiap harinya, membuat proses pengolahan data menjadi lambat.

Informasi-informasi yang harus tepat waktu seperti penjadwalan birahi, kawin, cek

kebuntingan menjadi tertunda sehingga dibutuhkan sistem yang dapat dengan

cepat menyimpan dan mengolah data menjadi informasi tersebut.

Sistem ini dibangun menjadi aplikasi mobile yang beroperasi pada

smartphone dengan sistem operasi Android, dengan menggunakan database

online. Proses manajemen reproduksi sapi perah yang ada didalam aplikasi mobile

ini menggunakan metode perhitungan JMR (Jours Moyen Retard) dan standarisasi

produksi susu. Dengan penggunaan JMR akan dapat diketahui nilai dari

kesuburan atau reproduksi sapi perah di peternakan sedangkan standarisasi

produksi susu digunakan untuk menghitung jumlah susu maksimum yang dapat

dihasilkan sapi perah pada masa hidupnya.

Berdasarkan uji coba aplikasi menggunakan data pada PT. Drajat Farm,

sistem berhasil menampilkan data laktasi, informasi pakan, informasi keadaan

emergency, informasi produksi susu sapi, melakukan penjadwalan birahi,

penjadwalan kawin, penjadwalan cek kebuntingan dan juga menampilkan nilai

reproduksi sapi berdasarkan perhitungan dengan metode JMR (Jours Moyen

Retard).

(3)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah... 2

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Definisi Sistem Informasi ... 6

2.1.1. Sistem ... 6

2.1.2. Informasi ... 6

2.1.3. Sistem Informasi ... 6

2.2 Sapi Perah ... 8

2.2.1. Sapi Perah Fries Holland ... 10

2.3 Manajemen Reproduksi ... 11

2.3.1. Pencatatan dan monitoring waktu birahi ... 12

(4)

v

2.3.4. Pencatatan Reproduksi menggunakan

Jours Moyen Retard (JMR) ... 15

2.4 Pencatatan Produksi Susu ... 18

2.5 Mobile Application ... 18

2.5.1 Android ... 19

2.6 Web Service ... 20

2.7 Testing dan Implementasi Sistem ... 21

2.6.1. Black Box Testing ... 21

2.8 Konsep Dasar Basis Data ... 22

2.7.1. Database ... 22

2.7.2. Sistem basis data ... 22

2.9 Analisa Perancangan Sistem ... 22

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 24

3.1 Desain Penelitian ... 24

3.2 Tahapan Penelitian ... 24

3.3 Analisis Permasalahan ... 27

3.4 Rancangan Sistem ... 29

3.4.1. Gambaran Umum Sistem ... 29

3.4.2. Model Pengembangan Sistem ... 31

3.4.3. Data Flow Diagram (DFD) ... 41

3.5 Rancangan Database ... 52

3.5.1. Conceptual Data Model ... 52

(5)

vi

Halaman

3.5.3. Struktur Tabel ... 55

3.6 Rancangan Interface ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 79

4.1 Hasil Penelitian dan Pengujian Sistem ... 79

4.1.1 Hasil Penelitian Aplikasi Web ... 79

4.1.2 Hasil Penelitian Aplikasi Mobile ... 87

4.1.3 Pengujian Aplikasi Web ...102

4.1.4 Pengujian Aplikasi Mobile ...111

4.2 Pembahasan Hasil Pengujian ...120

4.2.1 Pembahasan Hasil Pengujian Prediksi Kemampuan Produksi Susu ...120

4.2.2 Pembahasan Hasil Pengujian Nilai Reproduksi sapi Perah ...122

BAB V PENUTUP……… 127

5.1 Kesimpulan ………. 127

5.2 Saran………. 128

(6)

vii

Tabel 3.1 Data Produksi Susu Perlaktasi ... 34

Tabel 3.2 Tabel Perhitungan Kemampuan Produksi Susu ... 36

Tabel 3.3 Tabel Perhitungan JMR ... 38

Tabel 3.4 Struktur Tabel Sapi ... 55

Tabel 3.5 Struktur Tabel User ... 56

Tabel 3.6 Struktur Tabel Emergency ... 56

Tabel 3.7 Struktur Tabel Laktasi ... 57

Tabel 3.8 Struktur Tabel Pakan ... 57

Tabel 3.9 Struktur Tabel Produksi Susu ... 58

Tabel 3.10 Struktur Tabel Detail Produksi Susu ... 58

Tabel 3.11 Struktur Tabel Jadwal Pengecekan ... 58

Tabel 3.12 Struktur Tabel Kawin ... 59

Tabel 3.15 Rencana Pengujian Aplikasi ... 76

Tabel 3.16 Desain Uji Coba Menginputkan Data Laktasi ... 77

Tabel 3.17 Desain Uji Coba Menginputkan Data Produksi Susu ... 77

Tabel 3.18 Desain Uji Coba Menampilkan Prediksi Produksi Susu ... 78

Tabel 3.19 Desain Uji Coba Menampilkan Nilai JMR ... 78

Tabel 4.1 Evaluasi Ujicoba Login ...102

Tabel 4.2 Evaluasi Ujicoba Menu sapi ...103

Tabel 4.3 Evaluasi Ujicoba Menu User ...105

Tabel 4.4 Evaluasi Ujicoba Menu Pakan ...108

(7)

viii

Halaman

Tabel 4.6 Evaluasi Ujicoba Login Mobile Application ...111

Tabel 4.7 Evaluasi Ujicoba Detail Sapi Mobile Application ...113

Tabel 4.8 Evaluasi Ujicoba Data Laktasi Mobile Application ...115

Tabel 4.9 Evaluasi Ujicoba Input Hasil Susu Mobile Application ...116

Tabel 4.10 Evaluasi Ujicoba Kalender Reproduksi Mobile Application ...118

Tabel 4.11 Evaluasi Aplikasi Mobile pada Berbagai Macam Ukuran Layar ...120

Tabel 4.12 Hasil perhitungan prediksi kemampuan produksi susu...121

Tabel 4.13 Tabel perhitungan JMR ...122

(8)

ix

Gambar 3.1 Gambaran Umum Aplikasi... 30

Gambar 3.2 Blok Diagram Manajemen Reproduksi Sapi Perah... 31

Gambar 3.3 Context Diagram Manajemen Reproduksi Sapi Perah ... 42

Gambar 3.4 Diagram Berjenjang Manajemen Reproduksi Sapi Perah ... 44

Gambar 3.5 Dfd Level 0 Pada Manajemen Reproduksi Sapi Perah ... 46

Gambar 3.6 Dfd Level 1 Mengelola Master ... 47

Gambar 3.7 Dfd Level 2 Subsistem Master Sapi ... 48

Gambar 3.8 Dfd Level 2 Subsistem Master Pakan ... 48

Gambar 3.9 Dfd Level 2 Subsistem Master Users ... 49

Gambar 3.11 Dfd Level 1 Mengelola Produksi Susu ... 49

Gambar 3.12 Dfd Level 2 Subsistem Menghitung Produksi Susu Harian ... 50

Gambar 3.13 Subsistem Menghitung Kemampuan Produksi Susu ... 51

Gambar 3.14 Dfd Level 1 Subsistem Mengelola Reproduksi Sapi ... 52

Gambar 3.15 Cdm Manajemen Reproduksi Sapi Perah... 53

Gambar 3.17 Pdm Manajemen Reproduksi Sapi Perah ... 54

Gambar 3.18 Desain Interface Home-Petugas ... 59

Gambar 3.19 Desain Interface Profile Sapi-Petugas ... 60

Gambar 3.20 Desain Interface Detail Profil Sapi-Petugas ... 62

Gambar 3.21 Desain Interface Input Produksi Susu-Petugas ... 63

Gambar 3.22 Desain Interface Halaman Pakan-Petugas... 64

Gambar 3.23 Desain Interface Update Pakan-Petugas ... 65

(9)

x

Halaman

Gambar 3.25 Desain Interface Kalender Reproduksi-Petugas ... 66

Gambar 3.26 Desain Interface Halaman Pesan Emergency-Petugas ... 67

Gambar 3.27 Desain Interface Halaman Home-Pemilik... 67

Gambar 3.28 Desain Interface Halaman Pofile Sapi-Pemilik ... 68

Gambar 3.29 Desain Interface Halaman Detail Profile Sapi-Pemilik... 69

Gambar 3.30 Desain Interface Halaman Detail Anak-Pemilik ... 70

Gambar 3.31 Desain Interface Halaman Kalender Reproduksi Sapi – Pemilik . 71 Gambar 3.32 Desain Interface Halaman Produksi Susu- Pemilik ... 72

Gambar 3.33 Desain Interface Halaman Detail Produksi Susu- Pemilik... 73

Gambar 3.34 Desain Interface Halaman Grafik Produksi Susu- Pemilik ... 74

Gambar 3.35 Desain Interface Halaman Grafik Input Sapi Baru- Pemilik... 75

Gambar 4.1 Tampilan halaman login ... 80

Gambar 4.2 Halaman Home ... 81

Gambar 4.3 Halaman Menu User... 82

Gambar 4.4 Halaman Edit User ... 83

Gambar 4.5 Halaman menu sapi ... 84

Gambar 4.6 Halaman edit sapi ... 84

Gambar 4.7 Halaman tambah sapi ... 85

Gambar 4.8 Halaman menu pakan ... 86

Gambar 4.9 Halaman edit pakan ... 86

Gambar 4.10 Halaman Awal Mobile Application ... 88

Gambar 4.11 Halaman Login Mobile Application ... 89

(10)

xi

Gambar 4.14 Halaman Detail Profile Sapi Mobile Application ... 92

Gambar 4.15 Halaman Kalender Reproduksi Mobile Application ... 93

Gambar 4.16 Halaman Data Laktasi Sapi Mobile Application... 94

Gambar 4.17 Halaman Input Stok Pakan Mobile Application ... 95

Gambar 4.18 Halaman Emergency Mobile Application ... 96

Gambar 4.19 Halaman Input Produksi susu Mobile Application ... 97

Gambar 4.20 Halaman Produksi susu Mobile Application ... 98

Gambar 4.21 Halaman Prediksi Hasil Susu Mobile Application ... 99

Gambar 4.22 Halaman Produktifitas Susu Mobile Application ...100

Gambar 4.23 Halaman Detail Penampilan Reproduksi Sapi Mobile Application ...101

Gambar 4.24 Hasil Uji Coba Test case ID: 3 ...104

Gambar 4.25 Hasil Uji Coba Test case ID: 4 ...104

Gambar 4.26 Hasil Uji Coba Test case ID: 5 ...104

Gambar 4.27 Hasil Uji Coba Test case ID: 6 ...104

Gambar 4.28 Hasil Uji Coba Test case ID: 7 ...106

Gambar 4.29 Hasil Uji Coba Test case ID: 8 ...106

Gambar 4.30 Hasil Uji Coba Test case ID: 9 ...107

Gambar 4.31 Hasil Uji Coba Test case ID: 10 ...107

Gambar 4.32 Hasil Uji Coba Test case ID: 11 ...109

Gambar 4.33 Hasil Uji Coba Test case ID: 12 ...109

(11)

xii

Halaman

Gambar 4.35 Hasil Uji Coba Test case ID: 14 ...110

Gambar 4.36 Hasil Uji Coba Test case ID: 15 ...112

Gambar 4.37 Hasil Uji Coba Test case ID: 16 ...112

Gambar 4.38 Hasil Uji Coba Test case ID: 17 ...113

Gambar 4.39 Evaluasi Ujicoba Detai Sapi Mobile Application Test case ID: 18 ...114

Gambar 4.40 Evaluasi Ujicoba Data Laktasi Mobile Application Test case ID: 19 ...115

Gambar 4.41 Evaluasi Ujicoba Input Hasil Susu Mobile Application Test case ID: 20 ...117

Gambar 4.42 Evaluasi Ujicoba Input Hasil Susu Mobile Application Test case ID: 21 ...117

Gambar 4.43 Evaluasi Ujicoba Kalender Reproduksi Mobile Application Test case ID: 23 ...119

Gambar 4.44 Kemampuan produksi susu ...120

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai prinsip sebagai penghasil

susu. Diantara ternak perah, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat

dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam

memenuhi kebutuhan konsumsi bagi manusia.

Sapi perah butuh perawatan ekstra agar produksi susunya tetap stabil dan

menghasilkan anakan yang bagus. Selain pakan yang harus diperhatikan oleh

peternak sapi perah adalah manajemen reproduksi sapi perah. Kapan waktu birahi,

kapan waktu kawin, kapan cek kebuntingan hingga jadwal vaksin harus sangat

diperhatikan karena merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu

sapi.

Selama ini di PT Drajat Farm, kapan waktu birahi, cek kebuntingan maupun

jadwal vaksin masih tergantung dengan kalender dinding. Peternak harus

menghitung satu persatu jadwal masing-masing sapi. Untuk histori kesehatan dan

penangannan sapi masih tergantung pada kartu ternak sehingga untuk sapi yang

sudah beberapa kali laktasi tidak dapat ditelusuri data historinya. Peternak

kesulitan menentukan mana sapi yang harus dipertahankan dan mana yang harus

dikeluarkan karena data histori dari sapi masih berada di kartu ternak. Selain itu

data histori ini juga dibutuhkan untuk mengetahui tingkat produktif sapi perah.

Untuk menyelesaikan masalah diatas, dibutuhkan suatu sistem yang dapat

(13)

2

ada dalam sistem adalah mencatat dan memperkirakan waktu birahi, waktu kawin,

mencatat cek kebuntingan hingga jadwal vaksin, menghitung nilai reproduksi

masing-masing sapi dipeternakan untuk menentukan tingkat fertilitas sapi dan

mencatat serta menghitung produksi susu yang dapat dicapai masing-masing sapi

pada puncak laktasinya.

Dengan adanya histori sapi yang dicatat dengan baik oleh sistem ini,

peternak dapat mengetahui nilai reproduksi dan memperkirakan jumlah produksi

susu yang diproduksi masing-masing sapi pada puncak produksinya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan

dalam Tugas Akhir ini, yaitu:

1. Bagaimana membangun sistem informasi yang dapat mencatat dan

memonitoring jalannya manajemen reproduksi sapi perah.

2. Bagaimana membangun sistem informasi yang dapat memperkirakan

jumlah produksi susu.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang digunakan sebagai berikut:

1. Sistem ini berbasis mobile dengan sistem operasi Android.

2. Sistem ini tidak mencakup pemasaran susu maupun rugi laba

peternakan.

3. Pakan yang dibahas pada sistem ini hanyalah jumlah pakan yang

(14)

4. Manajemen reproduksi yang dibahas di Tugas Akhir ini adalah,

pencatatan dan monitoring waktu birahi dan pencatatan perkawinan

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Membangun sistem informasi yang dapat mencatat dan memonitoring

jalannya manajemen reproduksi sapi perah, meliputi birahi, kawin

(alami & IB) agar didapatkan nilai reproduksi masing-masing sapi.

2. Membangun sistem informasi yang dapat memperkirakan jumlah

produksi susu yang dihasilkan masing-masing sapi pada puncak

laktasinya. Sehingga peternak dapat mengetahui produktifitas sapi yang

ada di peternakannya sejak dini.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Sistem ini dapat menampilkan nilai reproduksi masing-masing sapi

sehingga peternak dapat memilih atau melakukan seleksi sapi yang ada

di peternakannya berdasarkan fertilitas sapinya.

2. Sistem dapat memperkirakan jumlah produksi susu yang dapat dicapai

masing-masing sapi pada puncak laktasinya. Sehingga peternak dapat

mengetahui produktifitas sapi yang ada di peternakannya sejak dini.

3. Sistem dapat menampilkan riwayat kesehatan dan data sapi sehingga

perkawinan sedarah dapat dihindari dan apabila ada masalah dengan

(15)

4

4. Sistem dapat membantu pemilik kandang mendapatkan informasi yang

berhubungan dengan manajemen reproduksi sapi perah. Sehingga tidak

akan terjadi lagi gagal bunting karena masalah terlambat cek birahi atau

terlambat mengawinkan.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir in ditulis dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang diambilnya topic Tugas Akhir,

rumusan masalah dari topic Tugas Akhir, batasan masalah atau ruang

lingkup pekerjaan Tugas Akhir, tujuan dari Tugas Akhir dan

sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan landasan teori yang berbentuk uraian kualitatif

dan model sistemanik yang langsung berkaitan dengan permasalahan

yang dikerjakan.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan tahap-tahap yang dikerjakan dalam penyelesaian

Tugas Akhir yang terdiri dari desain penelitian, tahapan penelitian,

analisis permasalahan, rancangan sistem, rancangan basis data, desain

interface untuk input dan output, kemudian yang terakhir adalah

desain uji coba. Pada rancangan sistem, akan dijelaskan mulai dari

(16)

diagram. Sedangkan untuk rancangan basis data, akan ditampilkan

CDM dan PDM dari rancangan basis data sistem.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini dijelaskan hasil dari penelitian dan analisis yang telah

dirancang pada Bab III. Pada bab ini akan dijelaskan apa saja yang

dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi ini. Kebutuhan itu diantaranya

kebutuhan perangkat keras dan kebutuhan perangkat lunak.

Implementasi sistem yang meliputi pengujian terhadap aplikasi yang

dibuat untuk mengetahui aplikasi tersebut telah dapat menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari pembuatan Rancang

Bangun Sistem Informasi Manajemen Reproduksi Sapi Perah Berbasis

Mobile dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk

(17)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Sistem Informasi

Ada beberapa komponen yang berpengaruh secara langsung pada Sistem

Informasi, diantaranya adalah:

2.1.1.Sistem

Menurut Jogianto, suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari

prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan

suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Jogiyanto HM,

2003). Tujuan umum dari suatu sistem adalah menghubungkan berbagai bagian

atau komponen yang mempunyai fungsi berbeda dan independen untuk mencapai

tujuan yang sama.

2.1.2.Informasi

Menurut Davis, suatu informasi adalah data yang telah diproses/diolah ke

dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang

sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau

nantinya (Davis, 1995).

2.1.3.Sistem Informasi

Sistem Informasi (SI) adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,

bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan

pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan (Leitch dan Davis

(18)

sebagai sebuah sistem yang menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk

menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mendapatkan, memanipulasi atau

menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh satu atau lebih proses bisnis (Alter

dalam (Sarno, 2009)). Agar dapat berdaya guna maka SI seharusnya merupakan

rangkaian prosedur formal yang melakukan pengelompokan data pemrosesan dan

pendistribusian kepada pengguna (Hall dalam (Sarno, 2009)).

Menurut Herlambang dan Tanuwijaya , Sistem informasi terdiri dari input,

proses, dan output (Herlambang & Tanuwijaya, 2005), seperti yang tampak pada

Gambar 2.1. Pada proses terdapat hubungan timbal balik dengan 2 (dua) elemen,

yaitu kontrol kinerja sistem dan sumber-sumber penyimpanan data, baik berupa

karakter-karakter huruf maupun berupa numerik. Saat ini data bisa berupa suara

maupun gambar. Data ini diproses dengan metode-metode tertentu dan akan

menghasilkan output yang berupa informasi. Informasi yang dihasilkan dapat

berupa laporan maupun solusi dari proses yang telah dijalankan

Control of system performance

Input of data resources

Processing data

Out of information

product

Storage of data resources

Gambar 2.1. Proses Sistem Informasi

(19)

8

Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Informasi

adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya.

Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai

berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeless)

dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Output yang tidak didukung oleh ketiga

pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna (Jogiyanto HM,

2003).

2.2 Sapi Perah

Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi prinsip sebagai

penghasil susu. Diantara ternak perah, sapi perah merupakan penghasil susu yang

sangat dominan dibanding ternak lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam

memenuhi kebutuhan konsumsi bagi manusia, selama ini yang kita kenal di

Indonesia ternak penghasil susu adalah sapi perah.

Sapi perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan susu sebagai

produk utamanya (Firman, 2010). Sapi perah mulai dikenalkan pada rakyat

Indonesia pada jaman kolonialisasi Belanda di akhir abad ke 19. Dilihat dari

jumlah populasi yang ada, jumlah ppopulasi sapi perah sampai dengan tahun 2009

baru mencapai 370 ribuan (Firman, 2010). Padahal agribisnis sapi perah sudah

berjalan lebih dari satu abad.

Berdasarkan patokan normal lama laktasi seekor sapi adalah 305 hari.

Namun jumlah susu yang dapat diproduksi masing-masing sapi juga berbeda, ada

yang rendah ada yang tinggi. Namun keputusan untuk menjual sapi dengan

produksi rendah tidak dapat serta merta dilakukan, harus diketahui dulu, berapa

(20)

Apakah diatas atau malah dibawah jumlah produksi rata-rata peternakan.

Perkiraan produksi susu seekor sapi, pada umur 2 tahun seekor sapi mmproduksi

sekitar 70% dari pada puncak produksi, pada umur 3 tahun 80% dan umur 6 tahun

merupakan produksi maksimum (puncak produksi) (Makin, 2011).

Sapi perah yang baik, tidak hanya sapi perah yang produksi susunya tinggi

namun juga fertilitasnya tinggi. Dalam 1 tahun, sapi dapat diperah 10 bulan

lamanya dan 2 bulan dikeringkan untuk pemulihan kesehatan sebagai persiapan

melahirkan. Apabila sapi yang dipelihara fertilitasnya rendah, sapi akan sulit

bunting sehingga peternak akan merugi ketika sapi yang dipeliharanya gagal

bunting dan harus menunggu siklus birahi sapi, 21 hari kemudian, untuk

mengkawinkan sapi itu lagi.

Untuk mengetahui tinggi rendahnya fertilitas sapi, peternak harus tahu nilai

reproduksi dari pada sapi-sapi dipeternakannya, sehingga ketika ada sapi yang

nilai reproduksinya rendah dapat segera di cull dimasa muda ketika harga sapi itu

masih tinggi. Dengan demikian peternakan bisa menghilangkan resiko kerugian

yang akan diakibatkan oleh sapi dengan nilai reproduksi rendah tersebut dimasa

yang akan datang dan mendapat untung dari penjualan indukan sapi yang masih

produktif. Namun untuk mengetahui nilai reproduksinya ini diperlukan langkah

panjang dan perhitungan berbagai factor diantaranya conception rate, days open,

carving interval dan lain-lain.

Salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas sapi adalah pasangan kawin

sapi tersebut. Sapi betina tidak boleh dikawinkan dengan saudara kandungnya

(21)

10

pada sapi perah dengan memperhatikan induk dan saudara kandung dari sapi

tersebut sehingga sapi akan terhindarkan dari perkawinan sedarah.

2.2.1. Sapi Perah Fries Holland

Susu yang dihasilkan oleh sapi perah Fries Holland merupakan tertinggi

didunia menghasilkan rata-rata 6000 liter per laktasi didaerah asalnya (Makin,

2011). Persentase kadar lemak rata-rata 3,5% yang bervariasi 2,5-4,3%. Namun

saat dipindahkan kearea yang lebih hangat, dalam hal ini wilayah Indonesia

produksi susu yang dihasilkan sapi perah Fries Holland menurun. Khususnya area

Sidoarjo yang cenderung panas, turun menjadi 4500 s/d 5500 liter perlaktasi.

Sifat dari sapi Fries Holland betina cenderung jinak dan tenang karena sifat

ini lah sapi FH lebih disenangi oleh peternak (Firman, 2010), sedangkan pejantan

agak liar dan ganas. Serta tidak tahan panas, tetapi lebih mudah menyesuaikan diri

dengan lingkungan. Sehingga ketika diboyong ke area panas seperti Sidoarjo lebih

dapat beradaptasi dan berproduksi dengan baik.

Berat dan bentuk badan:

1. Sapi perah Fries Holland merupakan sapi yang terbesar diseluruh dunia

2. Berat badan standar betina 625 kg, jantan 900 kg, bahkan ada jantan

lebih dari 1 ton

3. Ambing besar, kepala panjang sempit

4. Yang lebih disukai yang mempunyai paha lurus dan bahu bulat.

Sapi perah Fries Holland mempunyai sifat reproduksi yang baik. Berat lahir

(22)

Kedewasaan :

1. Fries Holland mempunyai sifat masak lambat (late maturity), betina

bisa dikawinkan pada umur antara 18-21 bulan.

2. Pertama kali melahirkan pada umur 28-30 bulan.

3. Pertumbuhan maximum sampai umur 7 tahun.

Dalam menghasilkan daging juga merupakan nomor satu dibandingkan

dengan sapi perah lainnya (Makin, 2011). Pada beberapa penelitian sapi jantan

menunjukkan hasil yang lebih baik daripada pejantan tipe lainnya.

2.3 Manajemen Reproduksi

Manajemen Reproduksi adalah pengelolaan kegiatan reproduksi ternak.

Faktor utama yang berpengaruh dalam manajemen reproduksi sapi perah adalah

heat detection atau deteksi birahi (Esslemont, 1985). Deteksi birahi pada sapi

perah merupakan kunci utama didalam proses manajemen reproduksi. Dengan

deteksi birahi yang tepat akan dihasilkan prosentase keberhasilan bunting yang

tinggi (Esslemont, 1985).

Esselemont dalam bukunya Fertility Management in Dairy Cattle

menuliskan bahwa masalah utama pada sebagian besar peternakan sapi perah

adalah manajemen reproduksi ternak. Untuk mendapatkan nilai dan status

reproduksi sapi perah yang baik sepenuhnya tergantung pada kontrol dari peternak

(Esslemont, 1985).

Sapi perah dewasa mempunyai siklus laktasi yang konsisten apabila

dilakukan pengawasan dan penanganan yang tepat. Dengan siklus laktasi yang

(23)

12

yang memasukin masa kering kandang, sudah ada sapi lain yang melahirkan dan

memproduksi susu menggantikan sapi yang kering kandang.

Pada tugas akhir ini, manajemen reproduksi yang digunakan dalam rancang

bangun sistem adalah pencatatan dan monitoring waktu birahi, pencatatan kawin,

monitoring cek kebuntingan, dan pencatatan reproduksi menggunakan metode

Jours Moyen Retard (JMR)

2.3.1 Pencatatan dan monitoring waktu birahi

Siklus estrus atau yang biasa disebut siklus birahi adalah interval dari

tanda-tanda pertama kesanggupan menerima seksual hingga permulaan estrus

berikutnya. (Makin, 2011).

Pada saat sapi sedang birahi, peternak harus mengkawinkan sapinya, baik

secara alami maupun dengan inseminasi buatan. Tanda-tanda birahi pada sapi

perah rata-rata muncul setiap 21 hari dan tidak akan muncul apabila sapi itu

bunting dan hanya bertahan selama 15 jam. Dengan pencatatan yang teratur dan

monitoring yang baik, sapi dapat dikawinkan tepat saat birahi dengan prosentase

kegagalan 3% (Esslemont, 1985). Hal ini sangat penting karena sapi yang tidak

bunting tepat waktu akan berdampak buruk, baik bagi sapi maupun peternak.

Pada gambar 2.2 tampak gambar dari grafik dan siklus dari manajemen

reproduksi sapi perah yang baik. Dengan masa pemerahan atau laktasi 10,5 bulan

dan days open atau jarak lahir dengan kawin pertama setelah melahirkan tepat 2

(24)

Gambar 2.2 Pengelolaan Reproduksi dan Produksi Susu Sapi Perah

(Firman, 2010)

Apabila sapi gagal bunting saat dikawinkan, akan menyebabkan day open

semakin lama, namun masa laktasi tetap 10 bulan, maka sapi akan mendapatkan

masa kering kandang lebih lama, dan peternak harus tetap merawat sapi tersebut

walaupun sapi tidak menghasilkan susu.

2.3.2 Pencatatan perkawinan

Pencatatan perkawinan akan digunakan dalam:

a. Menetapkan masa kering sapi

b. Memperkirakan kapan sapi akan melahirkan

c. Menggambarkan apabila pejantan yang digunakan mandul

d. Mendiagnosa masalah-masalah reproduksi

e. Menetapkan tanggal untuk menguji kehamilan

Perkawinan dapat secara alam dengan menggunakan pejantan. Atau dengan

inseminasi buatan (Artificial Insemination). Untuk keberhasilan perkawinan

(25)

14

a. Sapi betina yang sehat

b. Waktu yang tepat untuk dikawinkan

c. Kualitas Semen

d. Pengalaman inseminator

Pada umumnya apabila keempat faktor tersebut dipenuhi maka kebuntingan

akan berhasil dengan tidak lebih dari dua kali perkawinan. Dari jumlah sapi-sapi

yang bunting dapat ditentukan “conception ratio”, dengan rumus sebagai berikut:

Conception ratio = Jumlah sapi yang bunting/Jumlah Sapi yang dikawinkan

x 100%.

Pemberian kode pada sapi dapat bersifat permanen ataupun temporer,

penomoran permanen dapat berupa tattoo pada telinga atau badan, sedangkan

yang temporer dengan menggunakan anting pada telinga (eartag)

2.3.3 Monitoring cek kebuntingan

Monitoring cek kebuntingan dilakukan sesuai dengan usia kebuntingan dari

sapi. Usia kebuntingan normal dari sapi adalah 9 bulan. Cek kebuntingan

umumnya dilakukan 3 kali.

a. Cek kebuntingan pertama

Cek kebuntingan pertama dilakukan saat cek birahi, yaitu 21 hari setelah

dikawinkan, cek kebuntingan pertama ini dilakukan untuk memastikan

kawin yang terakhir menghasilkan kebuntingan atau tidak. Apabila sapi

tidak bunting, maka sapi dikawinkan lagi apabila sapi bunting maka di

(26)

b. Cek kebuntingan kedua

Cek kebuntingan kedua dilakukan saat umur janin 3 bulan. Cek dilakukan

dengan perabaan, memasukkan tangan ke anus sapi bunting untuk

mememastikan detak jantung dari janin. Hal ini untuk memastikan janin

masih sehat didalam rahim induk sapid an menghindari pembusukan akibat

kematian janin didalam kandungan yang tidak terdeteksi

c. Cek kebuntingan ketiga

Cek kebuntingan ketiga dilakukan saat umur janin 7 bulan. Cek dilakukan

dengan perabaan. Cek kebuntingan ketiga ini wajib dilakukan untuk

mengetahui letak atau posisi janin. Dari hasil cek kebuntingan, peternak

akan tahu sapi mengalami kehamilan normal atau sungsang, dan apakah

kelahirannya normal atau harus membutuhkan penangan khusus.

2.3.4 Pencatatan Reproduksi menggunakan Jours Moyen Retard (JMR)

Untuk pencatatan reproduksi, penulis menggunakan metode Jours Moyen

Retard (JMR) sehingga dapat disimpulkan satu nilai penampilan reproduksi sapi

perah.

Penampilan reproduksi merupakan gambaran kondisi reproduksi ternak sapi

perah berdasarkan angka/nilai dari berbagai parameter. Parameter yang digunakan

antara lain : panjang siklus birahi; umur dara saat birahi pertama, dikawinkan, dan

beranak pertama; selang waktu antara kawin pertama dan beranak pertama; masa

(27)

16

Tabel 2.1 Tabel perhitungan JMR

Keterangan tabel

1. Nomor Urut

2. Nama Sapi

3. Laktasi ke

Jumlah laktasi yang sudah dialami sapi. Periode laktasi adalah periode perah

susu. Dimulai dari hari sapi melahirkan hinggal 10 bulan kedepan.

4. Voluntary waiting periode (VP)

Merupakan jeda jumlah hari sebelum sapi dikawinkan lagi setelah

melahirkan. Angka VP tergantung dari banyaknya laktasi, apabila laktasi=1,

maka VP=80 hari, apabila laktasi >1 maka VP=60 hari

5. Tanggal Beranak Terakhir

Tanggal sapi beranak terakhir

6. IB Pertama

Kawin pertama yang diberikan pada sapi setelah melahirkan

7. IB Terakhir

Kawin terakhir yang diberikan pada sapi sampai saat perhitungan JMR

No Nama Sapi Laktasi Ke Voluntary waiting periode

Total IB Nilai Kebuntingan Days Penalty / nilai JMR Tanggal Kering (15-60 perkiraan Tanggal Beranak Berikut (+283 hari)

VP Pertama Terakhir Partus

ke IB Days Open

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Tgl Beranak terakhir

(28)

8. Total IB

Jumlah IB atau kawin yang telah dilakukan. Terhitung dari IB pertama

hingga terakhir

9. Nilai Kebuntingan

Nilai yang diberikan untuk status bunting sapi, keterangan nilai diambil dari

hasil pengecekan sapi

 0 = tidak hamil

 1 = sudah dikawinkan tapi belum di cek hamil atau tidaknya

 2 = hamil

10. Days

Days = IB terakhir – Tanggal Beranak Terakhir – VP

11. Penalty

Penalty = Days, namun jika Nilai kebuntingan =2 atau Days = (-), maka

Penalty=0

12. Jarak Waktu Partus ke IB

Jarak waktu Partus ke IB = Tanggal IB pertama – Tanggal beranak terakhir

13. Jarak waktu DaysOpen

DaysOpen = Tanggal IB pertama – Tanggal beranak terakhir

14. Tanggal Kering

Tanggal mulai kering kandang = perkiraan Beranak Berikutnya - 60 hari

15. Tanggal Beranak berikut

Perkiraan tanggal sapi akan melahirkan. Dihitung dari IB terakhir yang

(29)

18

Dari berbagai parameter tersebut, dapat disimpulkan suatu nilai untuk

penampilan reproduksi sapi perah. Berdasarkan nilai ini, evaluasi tatalaksana

peternakan dan sifat reproduksi sapi perah dapat dilakukan, lebih baik atau lebih

buruk dari sebelumnya. JMR menggunakan parameter yang lebih lengkap

dibandingkan dengan kartu reproduksi konvensional sehingga reproduksi dari sapi

perah dapat di manage dengan lebih baik dan akurat.

2.4 Pencatatan Produksi Susu

Catatan produksi juga berguna untuk seleksi dan pembuatan silsilah

(keturunan) dari sapi-sapi tersebut. Catatan produksi ini dapat dilakukan dengan

beberapa cara antara lain dicatat setiap hari, setiap minggu atau sebulan sekali.

Yang terbaik adalah yang dicatat setiap hari, akan tetapi pencatatan sebulan sekali

telah diakui oleh semua negara. Yang utama pencatatan ini harus mencakup

segala keterangan dari setiap ekor sapi dari seluruh peternakan. hal ini untuk

mengevaluasi pelaksanaan manajemen selanjutnya serta rencana jangka panjang.

Pencatatan ini harus lengkap, dapat dipertanggungjawabkan dan memerlukan

sedikit waktu pengerjaannya.

2.5 Mobile Application

Aplikasi adalah program yang digunakan orang untuk melakukan

sesuatu pada sistem komputer

Mobile dapat diartikan sebagai perpindahan yang mudah dari satu tempat

ke tempat yang lain, misalnya telepon mobile berarti bahwa terminal telepon yang

dapat berpindah dengan mudah dari satu tempat ke tempat lain tanpa terjadi

(30)

Aplikasi mobile merupakan aplikasi yang dapat digunakan

walaupun pengguna berpindah dengan mudah dari satu tempat ketempat lain lain

tanpa terjadi pemutusan atau terputusnya komunikasi. Aplikasi ini dapat diakses

melalui perangkat nirkabel salah satunya smart phone..

2.5.1. Android

Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk

perangkat seluler layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet. Android

awalnya dikembangkan oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari

Google, yang kemudian membelinya pada tahun 2005. Sistem operasi ini dirilis

secara resmi pada tahun 2007, dan Ponsel Android pertama mulai dijual pada

bulan Oktober 2008 (Creative Project, 2011).

Android adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis

kodenya di bawah Lisensi Apache. Kode dengan sumber terbuka dan lisensi

perizinan pada Android memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi

secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat perangkat, operator nirkabel,

dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki sejumlah besar komunitas

pengembang aplikasi yang memperluas fungsionalitas perangkat, umumnya

ditulis dalam versi kustomisasi bahasa pemrograman Java. Pada bulan Oktober

2012, ada sekitar 700.000 aplikasi yang tersedia untuk Android, dan sekitar 25

juta aplikasi telah diunduh dari Google Play, toko aplikasi utama Android.Sebuah

survey pada bulan April-Mei 2013 menemukan bahwa Android adalah platform

paling populer bagi para pengembang, digunakan oleh 71% pengembang aplikasi

(31)

20

Gambar 2 Pertumbuhan Smartphone yang diminati pelanggan

2.6 Web Service

Web service adalah suatu sistem perangkat lunak yang dirancang untuk

mendukung interoperabilitas dan interaksi antar sistem pada suatu jaringan. Web

service digunakan sebagai suatu fasilitas yang disediakan oleh suatu web site

untuk menyediakan layanan (dalam bentuk informasi) kepada sistem lain,

sehingga sistem lain dapat berinteraksi dengan sistem tersebut melalui

layanan-layanan (service) yang disediakan oleh suatu sistem yang menyediakan web

service. Web service menyimpan data informasi dalam format XML, sehingga

data ini dapat diakses oleh sistem lain walaupun berbeda platform, sistem operasi,

maupun bahasa compiler.

Web service bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antar pemrogram dan

perusahaan, yang memungkinkan sebuah fungsi di dalam Web Service dapat

dipinjam oleh aplikasi lain tanpa perlu mengetahui detil pemrograman yang

(32)

2.7 Testing dan Implementasi Sistem

Testing software adalah proses mengoperasikan software dalam kondisi

yang dikendalikan untuk:

1. Verifikasi

Apakah telah berlaku sebagaimana yang ditetapkan (menurut spesifikasi).

2. Mendeteksi error

3. Validasi

Apakah spesifikasi yang telah ditetapkan telah memenuhi keinginan atau

kebutuhan pengguna yang sebenarnya.

2.7.1. Black Box Testing

Berbeda dengan white box testing, black box testing atau behavioral

testing atau specification-based testing, input/output testing atau functional testing

dilakukan tanpa sepengetahuan detail struktur internal dari sistem atau komponen

yang dites. Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada software,

berdasarkan spesifikasi kebutuhan software.

Menggunakan black box testing, perekayasa software dapat menggunkan

sekumpulan kondisi masukan yang dapat secara penuh memeriksa keseluruhan

kebutuhan fungsional pada suatu program. Kategori error yang dapat diketahui

melalui black box testing, antara lain:

1. Fungsi yang hilang atau tidak benar.

2. Error dari antar-muka.

3. Error dari struktur data atau akses eksternal database.

4. Error dri kinerja atau tingkah laku.

(33)

22

2.8 Konsep Dasar Basis Data

Konsep dasar basis data terdiri dari beberapa tipe diantaranya:

2.2.1. Database

Menurut Marlinda, database adalah suatu susunan/kumpulan data

operasional lengkap dari suatu organisasi/perusahaan yang diorganisir/dikelola

dan disimpan secara terintegrasi dengan metode tertentu menggunakan komputer

sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang diperlukan pemakainya

(Marlinda, 2004).

Penyusunan satu database digunakan untuk mengatasi masalah-masalah

pada penyusunan data yaitu, redudansi dan inkonsistensi data, kesulitan

pengaksesan data, isolasi data untuk standarisasi, multiple user, masalah

keamanan (security), masalah data independence (kebebasan data).

2.2.2. Sistem basis data

Menurut (Marlinda, 2004), sistem basis data adalah suatu sistem

menyusun dan mengelola record-record menggunakan komputer untuk

menyimpan atau merekam serta memelihara dan operasional lengkap sebuah

organisasi/perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang

diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan.

2.9 Analisa Perancangan Sistem

Analisis sistem dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi dan

mengevaluasi permasalah yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan, sehingga

(34)

Perancangan sistem merupakan penguraian suatu sistem informasi yang utuh

ke dalam bagian komputerisasi yang dimaksud, mengindentifikasi dan

mengevaluasi permasalahan, menentukan kriteria, menghitung konsistensi

terhadap kriteria yang ada, serta mendapatkan hasil atau tujuan dari masalah

tersebut serta mengimplementasikan seluruh kebutuhan operasional dalam

membangun aplikasi.

Menurut (Kendall, 2003), analisa dan perancangan sistem dipergunakan

untuk menganalisis, merancang dan mengimplementasikan

peningkatan-peningkatan fungsi bisnis yang dapat dicapai melalui penggunaan sistem

(35)

24 BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Desain Penelitian

Penelitian untuk tugas akhir ini dilakukan di peternakan PT. Drajat Farm,

dengan jumlah sapi produktif 50 ekor. Alasan mengapa penulis memilih

peternakan ini karena peternakan ini sudah mempunyai dasar hukum dan sudah

mempunyai ijin usaha dari pemerintah. PT. Drajat Farm juga sudah menjadi

anggota dari koperasi susu sidoarjo, sehingga sering mendapatkan hibah bantuan

dari pemerintah, namun dengan jumlah sapi cukup banyak, manajemen reproduksi

tidak lagi cukup hanya dengan mencatat di kartu ternak dan Ms. Excel.

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan

wawancara pemilik, petugas kandang dan dokter hewan yang rutin memeriksa

sapi PT. Drajat Farm. Sedangkan untuk data sekunder,dilakukan dengan cara

mempelajari buku, artikel dan mengikuti seminar yang berhubungan dengan sapi

perah.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai reproduksi sapi perah dan

prediksi produksi susu dengan memaksimalkan fungsi manajemen reproduksi sapi

perah dan pencatatan kegiatan produksi susu di peternakan.

3.2 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian untuk tugas akhir ini terdiri dari dua tahap, yaitu

melakukan observasi dan melakukan studi pustaka. Hasil dari masing-masing

tahap dikumpulkan dan di analisa untuk menentukan rancangan sistem yang tepat

(36)

3.2.1.Melakukan Observasi

Observasi dilakukan pada PT. Drajat Farm untuk mencari data yang

diperlukan untuk melakukan analisis dengan melakukan wawancara dan meminta

data mengenai proses manajemen reproduksi dan proses pencatatan produksi susu

yang dilakukan dipeternakan. Selain itu juga mengamati kegiatan yang dilakukan

dilingkungan peternakan untuk mendapatkan detail proses dari manajemen

reproduksi dan proses produksi susu.

Kegiatan reproduksi sapi perah dan produksi susu sapi di PT. Drajat Farm

dimulai sejak sapi berumur 20 bulan, dimana pada saat itu organ-organ tubuh sapi

perah telah menunjukan tanda kedewasaan dan siap untuk dikawinkan. Kegiatan

reproduksi ini tidak berhenti diwaktu tertentu, namun terus berulang hingga sapi

tersebut mati atau dikeluarkan dari peternakan.

Di dalam penerapannya PT. Drajat Farm memprediksi jadwal birahi

menggunakan Ms Excel dan memberi tanda khusus pada kalender yang diletakkan

dikandang, dengan harapan seluruh petugas kandang melihat kalender tersebut

dan melakukan proses yang telah tercatat dikalender. Apabila saat dilakukan

pengecekan dilapangan sapi tidak mengalami birahi, maka akan dilakukan

perubahan data di file birahi dan mencatat ulang pada kalender dikandang. Untuk

data laktasi disimpan dikartu ternak yang seringkali hilang ketika masa laktasi

habis dan diganti kartu ternak baru untuk laktasi yang baru. Begitu juga saat akan

melakukan proses manajemen reproduksi yang lain, data-data disimpan di file

excel dan kartu ternak kemudian ditulis dipapan kandang untuk dibaca oleh para

petugas. Karena hal-hal inilah PT. Drajat farm tidak dapat mengukur nilai

(37)

26

sapi mana saja yang gampang bunting dan yang susah bunting padahal apabila

PT. Drajat Farm mengetahui nilai reproduksi sapi yang ada dipeternakannya, PT

Drajat Farm dapat melakukan seleksi sapi dipeternakannya untuk menekan

kerugian akibat memelihara sapi yang susah bunting.

Proses pencatatan produksi susu di PT. Drajat Farm dilakukan dengan cara

pemilik peternakan menginput data produksi susu tersebut pada Ms. Excel dan

menyimpannya pada file berbeda untuk masing-masing sapi. Untuk mengetahui

produktifitas sapi yang ada dipeternakannya, pemilik harus membuka file

produksi sapi tersebut dan mencatat jumlah produksi susu masing-masing sapi

kemudian dilakukan sorting untuk mengetahui, sapi mana yang produksi susunya

tinggi. Dengan melakukan organizing yang tepat, data-data produksi susu tidak

hanya dapat memberikan informasi tinggi-rendahnya produksi susu dipeternakan

namun juga dapat memberikan informasi sapi mana yang berpotensi untuk

memproduksi susu dengan jumlah yang tinggi dimasa puncak laktasinya.

3.2.2.Melakukan Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan landasan teori mengenai

manajemen reproduksi sapi perah dan produksi susu yang dihasilkan oleh sapi

perah untuk mendapatkan acuan mengenai cara mengatur reproduksi sapi perah

dan pencatatan data produksi susu. Untuk menentukan metode analisis yang tepat,

penulis menggunakan buku-buku manajemen peternakan sapi perah.

Tujuan utama kegiatan manajemen reproduksi dan pencatatan produksi susu

adalah mengetahui sapi mana yang layak dipertahankan dipeternakan, baik dari

kemampuan produksi susu maupun dari kemampuan reproduksi sapi tersebut.

(38)

reproduki dan produksi susu. Hal ini membutuhkan akses mudah ke data terinci

mengenai birahi sapi, kawin sapi, periode laktasi hingga jumlah produksi susu

yang dihasilkan sapi dipeternakan.

3.3 Analisis Permasalahan

Sapi perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan susu sebagai

produk utamanya (Firman, 2010). Sapi perah butuh perawatan ekstra agar

produksi susunya tetap stabil dan menghasilkan anakan yang bagus. Selain pakan,

yang harus diperhatikan oleh peternak sapi perah adalah manajemen reproduksi

sapi perah. Kapan waktu birahi, kapan waktu kawin, kapan cek kebuntingan

hingga jadwal vaksin harus sangat diperhatikan karena merupakan faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi susu sapi.

Selama ini di PT Drajat Farm, kapan waktu birahi, cek kebuntingan

maupun jadwal vaksin masih tergantung dengan kalender dinding. Peternak harus

menghitung satu persatu jadwal masing-masing sapi. Untuk histori kesehatan dan

penanganan sapi masih tergantung pada kartu ternak sehingga untuk sapi yang

sudah beberapa kali laktasi tidak dapat ditelusuri data sejarahnya. Peternak

kesulitan menentukan mana sapi yang harus dipertahankan dan mana yang harus

dikeluarkan dari peternakan karena data sejarah dari sapi tersebut masih berada di

kartu ternak. Selain itu data histori ini juga dibutuhkan untuk mengetahui tingkat

produktif sapi perah.

Berdasarkan patokan normal lama laktasi seekor sapi adalah 305 hari,

namun jumlah susu yang diproduksi setiap sapi berbeda yang disebabkan oleh

bawaan lahir, jenis sapi maupun kesalahan penangan. Keputusan untuk

(39)

28

salah satu hal yang menjadi pertimbangan adalah kemmpuan produksi susu setiap

sapi dimasa yang akan datang, apakah diatas atau malah dibawah jumlah produksi

rata-rata peternakan.

Sapi perah yang baik, tidak hanya sapi perah yang produksi susunya tinggi

namun juga fertilitasnya tinggi. Dalam 1 tahun, sapi dapat diperah 10 bulan

lamanya dan 2 bulan dikeringkan untuk pemulihan kesehatan sebagai persiapan

melahirkan. Apabila sapi yang dipelihara fertilitasnya rendah, sapi akan sulit

bunting sehingga peternak akan merugi ketika sapi yang dipeliharanya gagal

bunting dan harus menunggu siklus birahi sapi, 21 hari kemudian, untuk

mengkawinkan sapi itu lagi.

Untuk mengetahui tinggi rendahnya fertilitas sapi, peternak harus tahu

nilai reproduksi dari pada sapi-sapi dipeternakannya, sehingga ketika ada sapi

yang nilai reproduksinya rendah dapat segera di cull dimasa muda ketika harga

sapi itu masih tinggi. Dengan demikian peternakan bisa menghilangkan resiko

kerugian yang akan diakibatkan oleh sapi dengan nilai reproduksi rendah tersebut

dimasa yang akan datang dan mendapat untung dari penjualan indukan sapi yang

masih produktif. Namun untuk mengetahui nilai reproduksinya ini diperlukan

langkah panjang dan perhitungan berbagai faktor diantaranya tanggal birahi,

jumlah hari antara kapan sapi melahirkan dan birahi yang menghasilkan

kebuntingan hingga berapa kali sapi itu harus dikawinkan sampai bunting.

Berdasarkan uraian diatas, untuk membantu peternak mengatur jadwal

reproduksi dan mempermudah peternak menentukan sapi mana yang baik untuk

dipertahankan diperternakannya dibutuhkan sistem yang dapat memberikan

(40)

diharapkan peternak tidak lagi merugi akibat terlambat mengkawinkan sapi

ataupun menjual ternak yang kurang produktif.

3.4 Rancangan Sistem

Setelah dilakukan observasi dan studi pustaka pada PT. Drajat Farm,

dilakukan perancangan sistem aplikasi manajemen reproduksi sapi perah yang

berfokus di peternakan Drajat Farm, yang dapat memberikan informasi lengkap

tentang keadaan peternakan. Mula-mula akan dibuat gambaran umum sistem,

kemudian membuat diagram aliran data yang ada disistem dan merancang basis

data yang akan digunakan sistem.

3.4.1.Gambaran Umum Sistem

Sistem aplikasi manajemen reproduksi sapi perah ini dapat memberikan

informasi lengkap keadaan peternakan. Data-data yang diperlukan oleh sistem akan

dimasukkan oleh pemilik peternakan dan dibantu oleh pegawai kandang. Data-data

yang telah dimasukkan akan diolah oleh aplikasi sehingga dapat memberikan

informasi dengan lebih terstruktur dan dapat bermanfaat bagi para user. Sistem ini

nantinya akan dibagi menjadi dua bagian yaitu aplikasi web dan aplikasi mobile.

Gambaran umum sistem yang ada dalam aplikasi ini secara garis besar dapat

(41)

30

Web server

(42)

3.4.2.Model Pengembangan Sistem

Dalam proses sistem ini dapat menghitung prediksi produksi susu dan nilai

reproduksi sapi perah di PT. Drajat Farm. Perancangan langkah-langkah dari

sistem ini yaitu:

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN REPRODUKSI SAPI PERAH

PROSES OUTPUT

INPUT

· Data Sapi

· Data Laktasi Proses input data

Informasi history sapi dan detail laktasinya

· Data Sapi

· Data susu harian

Proses prediksi produksi susu maksimum

· Informasi produksi susu masing-masing sapi

· Informasi prediksi produksi susu maksimum

· Data Sapi

· Data Laktasi

· Data Birahi

· Data kebuntingan

· Data Kawin Sapi

Proses menghitung nilai Reproduksi Sapi dengan

metode JMR

[image:42.595.97.510.196.528.2]

· Informasi nilai reproduksi masing-masing sapi

Gambar 3.2 Blok Diagram Manajemen reproduksi sapi perah

Berdasarkan Gambar 3.2 tersebut, maka dapat dijelaskan input, proses dan

(43)

32

A. Input

1. Data Sapi

Berisi data-data sapi, diantaranya id sapi, tanggal lahir, induk sapi, foto sapi,

status sapi, jenis kelamin.

2. Data Laktasi

Data laktasi ini, merupakan data inti yang digunakan untuk melakukan

perhitungan nilai reproduksi sapi. Berisi data-data laktasi diantaranya tanggal

mulai laktasi, tanggal terakhir melahitkan, tanggal perkiraan melahirkan, status

laktasi.

3. Data Susu Harian

Data susu harian ini diinputkan setiap hari oleh petugas. Data susu harian ini

akan diolah menjadi data produksi susu yang nantinya akan digunakan untuk

menghitung prediksi produksi susu masing-masing sapi dipeternakan. Data susu

harian ini berisi jumlah susu yang dihasilkan sapi saat pemerahan pagi dan sore

serta tanggal pemerahan.

4. Data Birahi

Data birahi diinputkan oleh pemilik. Birahi seekor sapi adalah setiap 21hari.

Terus berulang sampai sapi itu hamil. Saat sapi birahi harus dikawinkan dan data

kawin akan disimpan di database sistem.

5. Data Kebuntingan

Data kebuntingan ini merupakan status sapi, bunting atau tidak. Apabila

bunting sistem akan menjadwalkan kapan sapi itu harus dicek kebuntingannya.

(44)

6. Data Kawin Sapi

Data Kawin sapi ini akan merupakan data yang diinput saat ada sapi birahi

yang dikawinkan. Beberapa data diantaranya nama sapi, nam pejantan, metode

kawin.

B. Proses

1. Proses Input Data

2. Proses Prediksi Produksi Susu Maksimum

Proses Prediksi Produksi Susu Maksimum dilakukan dengan mengambil

informasi dari setiap data sapi dan data susu yang telah diinput kedalam sistem.

Ada beberapa tahap dalam proses ini, tahap pertama dilakukan perhitungan

jumlah produksi susu satu periode laktasi, tahap kedua menghitung rata-rata

produksi peternakan, kemudian tahap terakhir menghitung kemampuan produksi

seekor sapi. Setelah seluruh data diolah dan diperoleh kemampuan masing-masing

sapi PT. Drajat Farm dapat membanding-bandingkan sapi mana yang harus

dipertahankan dan mana yang harus dikeluarkan atau di cull. Sapi-sapi yang

kemampuan berproduksinya diatas rata-rata produksi peternakan dapat tetap

dipertahankan. Berikut penjelasan tahap-tahap menghitung prediksi produksi susu

maksimum

a. Menghitung produksi susu satu periode laktasi

Mula mula produksi susu setiap sapi dicatat dan dihitung jumlah produksinya

setiap hari. Produksi susu yang dicatat adalah produksi susu satu kali laktasi.

Pencatatan produksi susu tersebut dapat dilakukan menggunakan tabel seperti

(45)

34

Tabel 3.1 Data produksi susu perlaktasi

Setelah dicatat, dihitung jumlah produksi susu satu kali priode laktasi.

Adapun cara menghitungnya adalah

b. Menghitung rata-rata produksi perusahaan

Setelah dilakukan perhitungan jumlah susu yang diproduksi sapi setiap

laktasi, dihitung rata-rata produksi susu peternakan. Perhitungan rata-rata

produksi susu peternakan dilakukan untuk melakukan standarisasi produksi

susu dalam satu peternakan. Seperti diketahui bahwa dalam satu peternakan

sapi perah yang mempunyai banyak sapi, kondisi masing-masing sapi

tidaklah sama. Untuk menghitung rata-rata produksi susu peternakan,

digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : x = jumlah sapi

c. Menghitung kemampuan produksi seekor sapi

Setelah diketahui jumlah produksi susu setiap sapi satu periode laktasi dan

rata-rata produksi peternakan, dilakukan perhitungan kemampuan produksi

seekor sapi dengan rumus sebagai berikut

P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

… 305

Nama Sapi

No 10

Hari ke- [P= Pagi, S= Sore]

(46)

Catatan:

n = banyaknya laktasi seekor sapi, didapatkan dari jumlah berapa kali sapi

itu melahirkan.

Dari tahap-tahap diatas, dapat dilakukan dengan meletakkan data-data pada satu

tabel, seperti yang ditampilkan tabel 3.2

Kemampuan berproduksi seekor sapi betina

+

Rata-rata produksi susu peternakan

=

Produksi susu 1x laktasi

Rata-rata produksi susu peternakan

(47)
[image:47.842.86.804.165.454.2]

36

Tabel 3.2 Tabel perhitungan kemampuan produksi susu

No Nama

sapi JUMLAH

LAKTASI

KE UMUR

LAMA

LAKTASI komponen untuk menghitung kemampuan produksi MAKSIMAL

Kemampuan Produksi MAKSIMAL SARAN produksi air susu jumlah brapa kali melahirkan saat beranak terakhir (Bulan) rumus: jumlah laktasi*0,4 rumus : 1+(0,4 x (banyak laktasi - 1

rumus:(jumlah laktasi*0,4)/(1+(0, 4*(banyak

laktasi-1)

Rumus : produksi susu tiap sapi - rata2 produksi perusahaan

rumus: rata-rata perusahaan

+i*j

jika jumlah kemampuan produksi dibawah rata2 perusahaan, sapi tsb disarankan untuk dilepas, apabila jumlahnya diatas

atau sama dengan rata2 perusahaan sapi tersebut

disarankan disimpan

A b c d E f g h i j k l

(48)

3. Proses Menghitung Nilai Reproduksi Sapi dengan metode JMR

Proses perhitungan nilai reproduksi sapi menggunakan metode JMR

membutuhkan banyak parameter. Apabila semua parameter telah diisi, akan

diketahui nilai JMR perternakan dan sapi dipeternakan. Nilai JMR peternakan

didapat dari rata-rata penalty sapi yang ada dipeternakan. Para peternak jepang

menargetkan nilai JMR peternakan mereka disekitar angka 20. Namun untuk

Indonesia rata-rata menargetkan diantara 40. Nilai JMR peternakan merupakan

tampilan reproduksi peternakan keseluruhan. Nilai JMR masing-masing didapat

dari nilai penalty pada kolom no 11 di tabel 3.5. Semakin kecil nilai JMR seekor

(49)
[image:49.842.89.826.162.409.2]

38

Tabel 3.3 Tabel perhitungan JMR

No Nama Sapi

Laktasi Ke

Voluntary waiting periode

Total IB Nilai

Kebuntingan Days

Penalty / nilai JMR

Tanggal Kering

(15-60

perkiraan Tanggal Beranak Berikut (+283

hari)

VP Pertama Terakhir Partus

ke IB

Days Open

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Tgl Beranak terakhir

IB Jarak Waktu

(50)

Keterangan

1. Nomor Urut

2. Nama Sapi

3. Laktasi ke

Jumlah laktasi yang sudah dialami sapi. Periode laktasi adalah periode perah

susu. Dimulai dari hari sapi melahirkan hinggal 10 bulan kedepan.

4. Voluntary waiting periode (VP)

Merupakan jeda jumlah hari sebelum sapi dikawinkan lagi setelah

melahirkan. Angka VP tergantung dari banyaknya laktasi, apabila laktasi=1,

maka VP=80 hari, apabila laktasi >1 maka VP=60 hari

5. Tanggal Beranak Terakhir

Tanggal sapi beranak terakhir

6. IB Pertama

Kawin pertama yang diberikan pada sapi setelah melahirkan

7. IB Terakhir

Kawin terakhir yang diberikan pada sapi sampai saat perhitungan JMR

8. Total IB

Jumlah IB atau kawin yang telah dilakukan. Terhitung dari IB pertama

hingga terakhir

9. Nilai Kebuntingan

Nilai yang diberikan untuk status bunting sapi, keterangan nilai diambil dari

hasil pengecekan sapi

· 0 = tidak hamil

(51)

40

· 2 = hamil

10.Days

Days = IB terakhir – Tanggal Beranak Terakhir – VP

11.Penalty

Penalty = Days, namun jika Nilai kebuntingan =2 atau Days = (-), maka

Penalty = 0

12.Jarak Waktu Partus ke IB

Jarak waktu Partus ke IB = Tanggal IB pertama – Tanggal beranak terakhir

13.Jarak waktu Days Open

Days Open = Tanggal IB pertama – Tanggal beranak terakhir

14.Tanggal Kering

Tanggal mulai kering kandang = perkiraan Beranak Berikutnya - 60 hari

15.Tanggal Beranak berikut

Perkiraan tanggal sapi akan melahirkan. Dihitung dari IB terakhir yang

menghasilkan kebuntingan + 283 hari.

C. Output

1. Informasi History sapi

Informasi history sapi digunakan untuk menghindari perkawinan satu induk

atau sedarah dan juga sebagai bahan pertimbangan apabila akan dilakukan

seleksi sapi.

2. Detail Laktasi

Detail laktasi ini, dibutuhkan sistem untuk menghitung nilai reproduksi sapi.

Berisi data-data seperti perkiraan birahi selanjutnya, jadwal cek

(52)

3. Informasi produksi susu masing-masing sapi

Informasi ini berisi detail tentang produksi susu masing-maing, yang

ditampilkan dalam tabel dan juga grafik agar lebih mudah untuk dipahami.

4. Informasi prediksi produksi susu maksimum

Informasi ini digunakan oleh pemilik peternakan untuk mengetahui sapi

mana yang layak dipertahankan berdasarkan hasil susu sapi tersebut. Berisi

informasi tentang umur sapi, jumlah susu yang dihasilkan saat ini dan

prediksinya serta selisih produksi susu sapi tersebut dengan rata-rata

perusahaan.

5. Informasi nilai reproduksi masing-masing sapi

Informasi nilai reproduksi ini ditampilkan sistem secara singkat. Hanya

menampilkan nama sapi, umur sapi dan nilai JMR sapi tersebut.

3.4.3.Data Flow Diagram(DFD)

A. Context Diagram

Dalam perancangan sistem ini, entitas yang berperan adalah admin, pemilik

peternakan dan petugas kandang. Admin memberi masukan data master,

diantaranya data sapi, data pakan dan data user. Petugas kandang memberi

masukan data yang secara regular diperbarui agar sistem dapat berjalan,

diantaranya data susu harian, data jumlah pakan harian. Pemilik member masukan

berupa kebijakan yang ada dikandang, data birahi sapi, data sapi baru dan

(53)

42

[image:53.842.120.702.118.442.2]

Gambar 3.3 Context Diagram Manajemen Reproduksi Sapi Perah

data sapi

data pakan kebijakan

data user

data informasi cek kebuntingan data informasi cek birahi

data susu harian

data informasi reproduksi sapi

data informasi produksi susu

data informasi prediksi produksi susu

data informasi cek birahi

data informasi cek kebuntingan data informasi cek kebuntingan

data informasi prediksi kelahiran

data sapi baru beli data sapi baru lahir

data jumlah pakan sisa harian data emergency

data informasi emergency

data birahi

1

MANAJEMEN REPRODUKSI SAPI PERAH DRAJAT FARM admin

petugas kandang

pemilik

(54)

B. Diagram Berjenjang

Diagram berjenjang dari Sistem Informasi Manajemen Sapi Perah dapat

dijabarkan menjadi tiga proses, yaitu proses mengelola data master, proses

mengelola produksi susu, mengelola reproduksi sapi. Dari proses tersebut

memiliki subproses lagi, untuk mengelola data master memiliki empat subproses,

proses mengelola produksi susu ada dua subproses, dan proses mengelola

[image:54.595.90.510.314.532.2]

reproduksi sapi ada dua subproses. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

(55)

44 1 Sistem Informasi manajemen reproduksi 1.1 Mengelola Data Master 1.2 Mengelola Produksi susu 1.3 Mengelola Reproduksi sapi 1.1.1 Master sapi 1.1.2 Master pakan 1.2.1 Menghitung produksi susu harian 1.2.2 Menghitung kemampuan produksi susu 1.3.1 Perhitungan Birahi 1.3.2 Perhitungan JMR 1.2.1.1 Counter ID produksi susu 1.2.1.2 Cej tanggal produksi susu 1.2.1.3

Cek sapi laktasi

1.2.1.4

Cek jumlah susu

1.2.1.5 Simpan produksi susu harian 1.2.2.1 Cek sapi 1.2.2.2

Cek status laktasi

1.2.2.3 Hitung jumlah produksi susu peternakan 1.2.2.4 Hitung produksi susu sapi perlaktasi 1.2.2.5 Menhitung prediksi kemampuan produksi susu 1.2.2.6 Membuat informasi prediksi kemampuan produksi susu 1.2.2.7 Membuat informasi produksi susu 1.1.3 Master users 1.1.1.1

Cek data sapi

1.1.1.2

Tambah data sapi

1.1.1.3

Simpan data sapi

1.1.2.1

Cek data pakan

1.1.2.2

Simpan data pakan

1.1.3.1

Cek data user

1.1.3.2

Simpan data user

1.4 Mengelola data emmergency 1.5 Mengelola stok pakan

Gambar 3.4 Diagram Berjenjang Manajemen Reproduksi Sapi Perah

(56)

C. Data Flow Diagram

Data flow diagram dibuat berdasarkan context diagram yang telah dibuat

sebelumnya. Context diagram tersebut dijabarkan menjadi subproses dibawahnya

berdasarkan diagram berjenjang yang telah dirancang.

Sistem informasi Manajemen Reproduksi sapi perah berbasis mobile ini

dijabarkan menjadi 5 subproses, yaitu subsistem mengelola data master,

mengelola produksi susu, mengelola reproduksi sapi, mengelola data emergency,

dabn mengelola stok pakan. Untuk lebih jelasnya data flow diagram dapat dilihat

(57)
[image:57.842.94.731.88.452.2]

46

Gambar 3.5 DFD level 0 Pada Manajemen Reproduksi sapi pera

data pakan data sapi

data user

data sapi

data pakan data user

data sapi baru lahir

data sapi baru lahir

data jumlah pakan sisa harian

data susu harian data prediksi produksi susu data informasi produksi susu

data produksi susu data sapi

data laktasi

data emergency

data informasi emergency

data informasi cek birahi data informasi cek kebuntingan

data informasi prediksi kelahiran

kebijakan

data informasi cek kebuntingan

data informasi reproduksi sapi data informasi prediksi kelahiran

data informasi cek birahi

data sapi

data laktasi data jumlah pakan sisa harian

data birahi

admin

pemilik

petugas kandang

1.1

mengelola data master

1.2

mengelola produksi susu

1.3

mengelola reproduksi sapi

1 sapi

2 pakan 3 users

4 kawin

5 laktasi

6 produksi susu

8 jadwal pengecekan 9 emergency

1.4

mengelola data emergency

1.5

mengelola stok pakan

(58)

Subsistem mengelola data master memiliki empat subproses, empat

subproses tersebut adalah subproses master sapi, master pakan, master users. DFD level 1 mengelola master dapat dilihat pada Gambar 3.6.

[image:58.595.96.516.139.528.2]

Gambar 3.6 DFD level 1 mengelola master

a. Subsistem Master Sapi

Subsistem master sapi dijabarkan menjadi 3 sub proses yaitu : cek data sapi,

tambah data sapi dan simpan data sapi. DFD level 2 master sapi dapat

dilihat pada Gambar 3.7.

data sapi

data sapi baru beli

data sapi baru lahir

data user data pakan

data sapi

data pakan

data user admin

pemilik

1 sapi

2 pakan

3 users

1.1.1

master sapi

1.1.2

master pakan

1.1.3

(59)
[image:59.595.90.536.75.654.2]

48

Gambar 3.7 DFD level 2 Subsistem master sapi

b. Subsistem Master Pakan

Subsistem master pakan dijabarkan menjadi 2 sub proses yaitu : cek data

pakan dan simpan data pakan. DFD level 2 master pakan dapat dilihat pada

Gambar 3.8.

Gambar 3.8 DFD level 2 Subsistem master pakan

data sapi

data sapi baru lahir

data sapi data sapi

data sapi data sapi

data sapi baru beli admin

pemilik

1 sapi

1.1.1.1

cek data sapi

1.1.1.2

tambah data sapi

1.1.1.3

simpan data sapi

data pakan

data jumlah pakan sisa harian

Gambar

Gambar 3.2 Blok Diagram Manajemen reproduksi sapi perah
Tabel 3.2 Tabel perhitungan kemampuan produksi susu
Tabel 3.3 Tabel perhitungan JMR
Gambar 3.3 Context Diagram Manajemen Reproduksi Sapi Perah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perorangan yang memiliki sertifikasi Certified Public Accountant of Indonesia dan bekerja di profesi Akuntan Publik, namun tidak memiliki izin praktik Akuntan Publik; 4..

Mempelajari artikel yang berhubungan dengan progja individu yang dipilih mahasiswa untuk dijadikan poster edukasiB. 13.00 wib - selesai Membuat poster edukasi

Pengaruh ekstrak kulit luar semangka (Watermelon Peel Extract) sebagai inhibitor korosi terhadap efisiensi inhibisi dan laju korosi tinplate pada media korosi 2% NaCl

Dengan demikian, dari hasil tersebut dapat diketahui bagaimana efektivitas kepemimpinan dalam rangka meningkatkan komitmen organisasi di PT Biro Klasifikasi Indonesia

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya

Sedangkan pada tanaman dengan dosis mikoriza dosis 6 gr, 8 gr, dan 10 gr jumlah daun tidak mengalami penurunan yang disebabkan adanya simbiosis dengan mikoriza sehingga

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komisaris independen, anggota komite audit independen, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi merupakan

Hasil penelitian menunjukkan akumulasi presentase tertinggi sebesar 52,5% untuk jawaban tertinggi dengan subjek penelitian sebanyak 30 responden dengan latar belakang masalah