RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN REPRODUKSI
SAPI PERAH BERBASIS MOBILE (STUDI KASUS : PT. DRAJAT FARM)
TUGAS AKHIR
Program Studi
S1 Sistem Informasi
Oleh:
BUDI KUSUMAWATININGRUM
07410100239
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
i
PT. Drajat Farm merupakan salah satu peternakan sapi perah yang telah
berdiri sejak tahun 2009. Dengan jumlah sapi produktif yang mencapai 50 ekor,
penggunaan kartu ternak tidak dapat digunakan lagi untuk menyimpan data
reproduksi. Dengan jumlah data reproduksi dan produksi yang terus berubah
setiap harinya, membuat proses pengolahan data menjadi lambat.
Informasi-informasi yang harus tepat waktu seperti penjadwalan birahi, kawin, cek
kebuntingan menjadi tertunda sehingga dibutuhkan sistem yang dapat dengan
cepat menyimpan dan mengolah data menjadi informasi tersebut.
Sistem ini dibangun menjadi aplikasi mobile yang beroperasi pada
smartphone dengan sistem operasi Android, dengan menggunakan database
online. Proses manajemen reproduksi sapi perah yang ada didalam aplikasi mobile
ini menggunakan metode perhitungan JMR (Jours Moyen Retard) dan standarisasi
produksi susu. Dengan penggunaan JMR akan dapat diketahui nilai dari
kesuburan atau reproduksi sapi perah di peternakan sedangkan standarisasi
produksi susu digunakan untuk menghitung jumlah susu maksimum yang dapat
dihasilkan sapi perah pada masa hidupnya.
Berdasarkan uji coba aplikasi menggunakan data pada PT. Drajat Farm,
sistem berhasil menampilkan data laktasi, informasi pakan, informasi keadaan
emergency, informasi produksi susu sapi, melakukan penjadwalan birahi,
penjadwalan kawin, penjadwalan cek kebuntingan dan juga menampilkan nilai
reproduksi sapi berdasarkan perhitungan dengan metode JMR (Jours Moyen
Retard).
iv DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah... 2
1.4 Tujuan ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
1.6 Sistematika Penulisan... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Definisi Sistem Informasi ... 6
2.1.1. Sistem ... 6
2.1.2. Informasi ... 6
2.1.3. Sistem Informasi ... 6
2.2 Sapi Perah ... 8
2.2.1. Sapi Perah Fries Holland ... 10
2.3 Manajemen Reproduksi ... 11
2.3.1. Pencatatan dan monitoring waktu birahi ... 12
v
2.3.4. Pencatatan Reproduksi menggunakan
Jours Moyen Retard (JMR) ... 15
2.4 Pencatatan Produksi Susu ... 18
2.5 Mobile Application ... 18
2.5.1 Android ... 19
2.6 Web Service ... 20
2.7 Testing dan Implementasi Sistem ... 21
2.6.1. Black Box Testing ... 21
2.8 Konsep Dasar Basis Data ... 22
2.7.1. Database ... 22
2.7.2. Sistem basis data ... 22
2.9 Analisa Perancangan Sistem ... 22
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 24
3.1 Desain Penelitian ... 24
3.2 Tahapan Penelitian ... 24
3.3 Analisis Permasalahan ... 27
3.4 Rancangan Sistem ... 29
3.4.1. Gambaran Umum Sistem ... 29
3.4.2. Model Pengembangan Sistem ... 31
3.4.3. Data Flow Diagram (DFD) ... 41
3.5 Rancangan Database ... 52
3.5.1. Conceptual Data Model ... 52
vi
Halaman
3.5.3. Struktur Tabel ... 55
3.6 Rancangan Interface ... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 79
4.1 Hasil Penelitian dan Pengujian Sistem ... 79
4.1.1 Hasil Penelitian Aplikasi Web ... 79
4.1.2 Hasil Penelitian Aplikasi Mobile ... 87
4.1.3 Pengujian Aplikasi Web ...102
4.1.4 Pengujian Aplikasi Mobile ...111
4.2 Pembahasan Hasil Pengujian ...120
4.2.1 Pembahasan Hasil Pengujian Prediksi Kemampuan Produksi Susu ...120
4.2.2 Pembahasan Hasil Pengujian Nilai Reproduksi sapi Perah ...122
BAB V PENUTUP……… 127
5.1 Kesimpulan ………. 127
5.2 Saran………. 128
vii
Tabel 3.1 Data Produksi Susu Perlaktasi ... 34
Tabel 3.2 Tabel Perhitungan Kemampuan Produksi Susu ... 36
Tabel 3.3 Tabel Perhitungan JMR ... 38
Tabel 3.4 Struktur Tabel Sapi ... 55
Tabel 3.5 Struktur Tabel User ... 56
Tabel 3.6 Struktur Tabel Emergency ... 56
Tabel 3.7 Struktur Tabel Laktasi ... 57
Tabel 3.8 Struktur Tabel Pakan ... 57
Tabel 3.9 Struktur Tabel Produksi Susu ... 58
Tabel 3.10 Struktur Tabel Detail Produksi Susu ... 58
Tabel 3.11 Struktur Tabel Jadwal Pengecekan ... 58
Tabel 3.12 Struktur Tabel Kawin ... 59
Tabel 3.15 Rencana Pengujian Aplikasi ... 76
Tabel 3.16 Desain Uji Coba Menginputkan Data Laktasi ... 77
Tabel 3.17 Desain Uji Coba Menginputkan Data Produksi Susu ... 77
Tabel 3.18 Desain Uji Coba Menampilkan Prediksi Produksi Susu ... 78
Tabel 3.19 Desain Uji Coba Menampilkan Nilai JMR ... 78
Tabel 4.1 Evaluasi Ujicoba Login ...102
Tabel 4.2 Evaluasi Ujicoba Menu sapi ...103
Tabel 4.3 Evaluasi Ujicoba Menu User ...105
Tabel 4.4 Evaluasi Ujicoba Menu Pakan ...108
viii
Halaman
Tabel 4.6 Evaluasi Ujicoba Login Mobile Application ...111
Tabel 4.7 Evaluasi Ujicoba Detail Sapi Mobile Application ...113
Tabel 4.8 Evaluasi Ujicoba Data Laktasi Mobile Application ...115
Tabel 4.9 Evaluasi Ujicoba Input Hasil Susu Mobile Application ...116
Tabel 4.10 Evaluasi Ujicoba Kalender Reproduksi Mobile Application ...118
Tabel 4.11 Evaluasi Aplikasi Mobile pada Berbagai Macam Ukuran Layar ...120
Tabel 4.12 Hasil perhitungan prediksi kemampuan produksi susu...121
Tabel 4.13 Tabel perhitungan JMR ...122
ix
Gambar 3.1 Gambaran Umum Aplikasi... 30
Gambar 3.2 Blok Diagram Manajemen Reproduksi Sapi Perah... 31
Gambar 3.3 Context Diagram Manajemen Reproduksi Sapi Perah ... 42
Gambar 3.4 Diagram Berjenjang Manajemen Reproduksi Sapi Perah ... 44
Gambar 3.5 Dfd Level 0 Pada Manajemen Reproduksi Sapi Perah ... 46
Gambar 3.6 Dfd Level 1 Mengelola Master ... 47
Gambar 3.7 Dfd Level 2 Subsistem Master Sapi ... 48
Gambar 3.8 Dfd Level 2 Subsistem Master Pakan ... 48
Gambar 3.9 Dfd Level 2 Subsistem Master Users ... 49
Gambar 3.11 Dfd Level 1 Mengelola Produksi Susu ... 49
Gambar 3.12 Dfd Level 2 Subsistem Menghitung Produksi Susu Harian ... 50
Gambar 3.13 Subsistem Menghitung Kemampuan Produksi Susu ... 51
Gambar 3.14 Dfd Level 1 Subsistem Mengelola Reproduksi Sapi ... 52
Gambar 3.15 Cdm Manajemen Reproduksi Sapi Perah... 53
Gambar 3.17 Pdm Manajemen Reproduksi Sapi Perah ... 54
Gambar 3.18 Desain Interface Home-Petugas ... 59
Gambar 3.19 Desain Interface Profile Sapi-Petugas ... 60
Gambar 3.20 Desain Interface Detail Profil Sapi-Petugas ... 62
Gambar 3.21 Desain Interface Input Produksi Susu-Petugas ... 63
Gambar 3.22 Desain Interface Halaman Pakan-Petugas... 64
Gambar 3.23 Desain Interface Update Pakan-Petugas ... 65
x
Halaman
Gambar 3.25 Desain Interface Kalender Reproduksi-Petugas ... 66
Gambar 3.26 Desain Interface Halaman Pesan Emergency-Petugas ... 67
Gambar 3.27 Desain Interface Halaman Home-Pemilik... 67
Gambar 3.28 Desain Interface Halaman Pofile Sapi-Pemilik ... 68
Gambar 3.29 Desain Interface Halaman Detail Profile Sapi-Pemilik... 69
Gambar 3.30 Desain Interface Halaman Detail Anak-Pemilik ... 70
Gambar 3.31 Desain Interface Halaman Kalender Reproduksi Sapi – Pemilik . 71 Gambar 3.32 Desain Interface Halaman Produksi Susu- Pemilik ... 72
Gambar 3.33 Desain Interface Halaman Detail Produksi Susu- Pemilik... 73
Gambar 3.34 Desain Interface Halaman Grafik Produksi Susu- Pemilik ... 74
Gambar 3.35 Desain Interface Halaman Grafik Input Sapi Baru- Pemilik... 75
Gambar 4.1 Tampilan halaman login ... 80
Gambar 4.2 Halaman Home ... 81
Gambar 4.3 Halaman Menu User... 82
Gambar 4.4 Halaman Edit User ... 83
Gambar 4.5 Halaman menu sapi ... 84
Gambar 4.6 Halaman edit sapi ... 84
Gambar 4.7 Halaman tambah sapi ... 85
Gambar 4.8 Halaman menu pakan ... 86
Gambar 4.9 Halaman edit pakan ... 86
Gambar 4.10 Halaman Awal Mobile Application ... 88
Gambar 4.11 Halaman Login Mobile Application ... 89
xi
Gambar 4.14 Halaman Detail Profile Sapi Mobile Application ... 92
Gambar 4.15 Halaman Kalender Reproduksi Mobile Application ... 93
Gambar 4.16 Halaman Data Laktasi Sapi Mobile Application... 94
Gambar 4.17 Halaman Input Stok Pakan Mobile Application ... 95
Gambar 4.18 Halaman Emergency Mobile Application ... 96
Gambar 4.19 Halaman Input Produksi susu Mobile Application ... 97
Gambar 4.20 Halaman Produksi susu Mobile Application ... 98
Gambar 4.21 Halaman Prediksi Hasil Susu Mobile Application ... 99
Gambar 4.22 Halaman Produktifitas Susu Mobile Application ...100
Gambar 4.23 Halaman Detail Penampilan Reproduksi Sapi Mobile Application ...101
Gambar 4.24 Hasil Uji Coba Test case ID: 3 ...104
Gambar 4.25 Hasil Uji Coba Test case ID: 4 ...104
Gambar 4.26 Hasil Uji Coba Test case ID: 5 ...104
Gambar 4.27 Hasil Uji Coba Test case ID: 6 ...104
Gambar 4.28 Hasil Uji Coba Test case ID: 7 ...106
Gambar 4.29 Hasil Uji Coba Test case ID: 8 ...106
Gambar 4.30 Hasil Uji Coba Test case ID: 9 ...107
Gambar 4.31 Hasil Uji Coba Test case ID: 10 ...107
Gambar 4.32 Hasil Uji Coba Test case ID: 11 ...109
Gambar 4.33 Hasil Uji Coba Test case ID: 12 ...109
xii
Halaman
Gambar 4.35 Hasil Uji Coba Test case ID: 14 ...110
Gambar 4.36 Hasil Uji Coba Test case ID: 15 ...112
Gambar 4.37 Hasil Uji Coba Test case ID: 16 ...112
Gambar 4.38 Hasil Uji Coba Test case ID: 17 ...113
Gambar 4.39 Evaluasi Ujicoba Detai Sapi Mobile Application Test case ID: 18 ...114
Gambar 4.40 Evaluasi Ujicoba Data Laktasi Mobile Application Test case ID: 19 ...115
Gambar 4.41 Evaluasi Ujicoba Input Hasil Susu Mobile Application Test case ID: 20 ...117
Gambar 4.42 Evaluasi Ujicoba Input Hasil Susu Mobile Application Test case ID: 21 ...117
Gambar 4.43 Evaluasi Ujicoba Kalender Reproduksi Mobile Application Test case ID: 23 ...119
Gambar 4.44 Kemampuan produksi susu ...120
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai prinsip sebagai penghasil
susu. Diantara ternak perah, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat
dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam
memenuhi kebutuhan konsumsi bagi manusia.
Sapi perah butuh perawatan ekstra agar produksi susunya tetap stabil dan
menghasilkan anakan yang bagus. Selain pakan yang harus diperhatikan oleh
peternak sapi perah adalah manajemen reproduksi sapi perah. Kapan waktu birahi,
kapan waktu kawin, kapan cek kebuntingan hingga jadwal vaksin harus sangat
diperhatikan karena merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu
sapi.
Selama ini di PT Drajat Farm, kapan waktu birahi, cek kebuntingan maupun
jadwal vaksin masih tergantung dengan kalender dinding. Peternak harus
menghitung satu persatu jadwal masing-masing sapi. Untuk histori kesehatan dan
penangannan sapi masih tergantung pada kartu ternak sehingga untuk sapi yang
sudah beberapa kali laktasi tidak dapat ditelusuri data historinya. Peternak
kesulitan menentukan mana sapi yang harus dipertahankan dan mana yang harus
dikeluarkan karena data histori dari sapi masih berada di kartu ternak. Selain itu
data histori ini juga dibutuhkan untuk mengetahui tingkat produktif sapi perah.
Untuk menyelesaikan masalah diatas, dibutuhkan suatu sistem yang dapat
2
ada dalam sistem adalah mencatat dan memperkirakan waktu birahi, waktu kawin,
mencatat cek kebuntingan hingga jadwal vaksin, menghitung nilai reproduksi
masing-masing sapi dipeternakan untuk menentukan tingkat fertilitas sapi dan
mencatat serta menghitung produksi susu yang dapat dicapai masing-masing sapi
pada puncak laktasinya.
Dengan adanya histori sapi yang dicatat dengan baik oleh sistem ini,
peternak dapat mengetahui nilai reproduksi dan memperkirakan jumlah produksi
susu yang diproduksi masing-masing sapi pada puncak produksinya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan
dalam Tugas Akhir ini, yaitu:
1. Bagaimana membangun sistem informasi yang dapat mencatat dan
memonitoring jalannya manajemen reproduksi sapi perah.
2. Bagaimana membangun sistem informasi yang dapat memperkirakan
jumlah produksi susu.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang digunakan sebagai berikut:
1. Sistem ini berbasis mobile dengan sistem operasi Android.
2. Sistem ini tidak mencakup pemasaran susu maupun rugi laba
peternakan.
3. Pakan yang dibahas pada sistem ini hanyalah jumlah pakan yang
4. Manajemen reproduksi yang dibahas di Tugas Akhir ini adalah,
pencatatan dan monitoring waktu birahi dan pencatatan perkawinan
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membangun sistem informasi yang dapat mencatat dan memonitoring
jalannya manajemen reproduksi sapi perah, meliputi birahi, kawin
(alami & IB) agar didapatkan nilai reproduksi masing-masing sapi.
2. Membangun sistem informasi yang dapat memperkirakan jumlah
produksi susu yang dihasilkan masing-masing sapi pada puncak
laktasinya. Sehingga peternak dapat mengetahui produktifitas sapi yang
ada di peternakannya sejak dini.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Sistem ini dapat menampilkan nilai reproduksi masing-masing sapi
sehingga peternak dapat memilih atau melakukan seleksi sapi yang ada
di peternakannya berdasarkan fertilitas sapinya.
2. Sistem dapat memperkirakan jumlah produksi susu yang dapat dicapai
masing-masing sapi pada puncak laktasinya. Sehingga peternak dapat
mengetahui produktifitas sapi yang ada di peternakannya sejak dini.
3. Sistem dapat menampilkan riwayat kesehatan dan data sapi sehingga
perkawinan sedarah dapat dihindari dan apabila ada masalah dengan
4
4. Sistem dapat membantu pemilik kandang mendapatkan informasi yang
berhubungan dengan manajemen reproduksi sapi perah. Sehingga tidak
akan terjadi lagi gagal bunting karena masalah terlambat cek birahi atau
terlambat mengawinkan.
1.6 Sistematika Penulisan
Laporan Tugas Akhir in ditulis dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang diambilnya topic Tugas Akhir,
rumusan masalah dari topic Tugas Akhir, batasan masalah atau ruang
lingkup pekerjaan Tugas Akhir, tujuan dari Tugas Akhir dan
sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan landasan teori yang berbentuk uraian kualitatif
dan model sistemanik yang langsung berkaitan dengan permasalahan
yang dikerjakan.
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini menjelaskan tahap-tahap yang dikerjakan dalam penyelesaian
Tugas Akhir yang terdiri dari desain penelitian, tahapan penelitian,
analisis permasalahan, rancangan sistem, rancangan basis data, desain
interface untuk input dan output, kemudian yang terakhir adalah
desain uji coba. Pada rancangan sistem, akan dijelaskan mulai dari
diagram. Sedangkan untuk rancangan basis data, akan ditampilkan
CDM dan PDM dari rancangan basis data sistem.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Bab ini dijelaskan hasil dari penelitian dan analisis yang telah
dirancang pada Bab III. Pada bab ini akan dijelaskan apa saja yang
dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi ini. Kebutuhan itu diantaranya
kebutuhan perangkat keras dan kebutuhan perangkat lunak.
Implementasi sistem yang meliputi pengujian terhadap aplikasi yang
dibuat untuk mengetahui aplikasi tersebut telah dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari pembuatan Rancang
Bangun Sistem Informasi Manajemen Reproduksi Sapi Perah Berbasis
Mobile dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Sistem Informasi
Ada beberapa komponen yang berpengaruh secara langsung pada Sistem
Informasi, diantaranya adalah:
2.1.1.Sistem
Menurut Jogianto, suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari
prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Jogiyanto HM,
2003). Tujuan umum dari suatu sistem adalah menghubungkan berbagai bagian
atau komponen yang mempunyai fungsi berbeda dan independen untuk mencapai
tujuan yang sama.
2.1.2.Informasi
Menurut Davis, suatu informasi adalah data yang telah diproses/diolah ke
dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang
sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau
nantinya (Davis, 1995).
2.1.3.Sistem Informasi
Sistem Informasi (SI) adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan (Leitch dan Davis
sebagai sebuah sistem yang menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk
menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mendapatkan, memanipulasi atau
menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh satu atau lebih proses bisnis (Alter
dalam (Sarno, 2009)). Agar dapat berdaya guna maka SI seharusnya merupakan
rangkaian prosedur formal yang melakukan pengelompokan data pemrosesan dan
pendistribusian kepada pengguna (Hall dalam (Sarno, 2009)).
Menurut Herlambang dan Tanuwijaya , Sistem informasi terdiri dari input,
proses, dan output (Herlambang & Tanuwijaya, 2005), seperti yang tampak pada
Gambar 2.1. Pada proses terdapat hubungan timbal balik dengan 2 (dua) elemen,
yaitu kontrol kinerja sistem dan sumber-sumber penyimpanan data, baik berupa
karakter-karakter huruf maupun berupa numerik. Saat ini data bisa berupa suara
maupun gambar. Data ini diproses dengan metode-metode tertentu dan akan
menghasilkan output yang berupa informasi. Informasi yang dihasilkan dapat
berupa laporan maupun solusi dari proses yang telah dijalankan
Control of system performance
Input of data resources
Processing data
Out of information
product
Storage of data resources
Gambar 2.1. Proses Sistem Informasi
8
Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Informasi
adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya.
Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai
berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeless)
dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Output yang tidak didukung oleh ketiga
pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna (Jogiyanto HM,
2003).
2.2 Sapi Perah
Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi prinsip sebagai
penghasil susu. Diantara ternak perah, sapi perah merupakan penghasil susu yang
sangat dominan dibanding ternak lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam
memenuhi kebutuhan konsumsi bagi manusia, selama ini yang kita kenal di
Indonesia ternak penghasil susu adalah sapi perah.
Sapi perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan susu sebagai
produk utamanya (Firman, 2010). Sapi perah mulai dikenalkan pada rakyat
Indonesia pada jaman kolonialisasi Belanda di akhir abad ke 19. Dilihat dari
jumlah populasi yang ada, jumlah ppopulasi sapi perah sampai dengan tahun 2009
baru mencapai 370 ribuan (Firman, 2010). Padahal agribisnis sapi perah sudah
berjalan lebih dari satu abad.
Berdasarkan patokan normal lama laktasi seekor sapi adalah 305 hari.
Namun jumlah susu yang dapat diproduksi masing-masing sapi juga berbeda, ada
yang rendah ada yang tinggi. Namun keputusan untuk menjual sapi dengan
produksi rendah tidak dapat serta merta dilakukan, harus diketahui dulu, berapa
Apakah diatas atau malah dibawah jumlah produksi rata-rata peternakan.
Perkiraan produksi susu seekor sapi, pada umur 2 tahun seekor sapi mmproduksi
sekitar 70% dari pada puncak produksi, pada umur 3 tahun 80% dan umur 6 tahun
merupakan produksi maksimum (puncak produksi) (Makin, 2011).
Sapi perah yang baik, tidak hanya sapi perah yang produksi susunya tinggi
namun juga fertilitasnya tinggi. Dalam 1 tahun, sapi dapat diperah 10 bulan
lamanya dan 2 bulan dikeringkan untuk pemulihan kesehatan sebagai persiapan
melahirkan. Apabila sapi yang dipelihara fertilitasnya rendah, sapi akan sulit
bunting sehingga peternak akan merugi ketika sapi yang dipeliharanya gagal
bunting dan harus menunggu siklus birahi sapi, 21 hari kemudian, untuk
mengkawinkan sapi itu lagi.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya fertilitas sapi, peternak harus tahu nilai
reproduksi dari pada sapi-sapi dipeternakannya, sehingga ketika ada sapi yang
nilai reproduksinya rendah dapat segera di cull dimasa muda ketika harga sapi itu
masih tinggi. Dengan demikian peternakan bisa menghilangkan resiko kerugian
yang akan diakibatkan oleh sapi dengan nilai reproduksi rendah tersebut dimasa
yang akan datang dan mendapat untung dari penjualan indukan sapi yang masih
produktif. Namun untuk mengetahui nilai reproduksinya ini diperlukan langkah
panjang dan perhitungan berbagai factor diantaranya conception rate, days open,
carving interval dan lain-lain.
Salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas sapi adalah pasangan kawin
sapi tersebut. Sapi betina tidak boleh dikawinkan dengan saudara kandungnya
10
pada sapi perah dengan memperhatikan induk dan saudara kandung dari sapi
tersebut sehingga sapi akan terhindarkan dari perkawinan sedarah.
2.2.1. Sapi Perah Fries Holland
Susu yang dihasilkan oleh sapi perah Fries Holland merupakan tertinggi
didunia menghasilkan rata-rata 6000 liter per laktasi didaerah asalnya (Makin,
2011). Persentase kadar lemak rata-rata 3,5% yang bervariasi 2,5-4,3%. Namun
saat dipindahkan kearea yang lebih hangat, dalam hal ini wilayah Indonesia
produksi susu yang dihasilkan sapi perah Fries Holland menurun. Khususnya area
Sidoarjo yang cenderung panas, turun menjadi 4500 s/d 5500 liter perlaktasi.
Sifat dari sapi Fries Holland betina cenderung jinak dan tenang karena sifat
ini lah sapi FH lebih disenangi oleh peternak (Firman, 2010), sedangkan pejantan
agak liar dan ganas. Serta tidak tahan panas, tetapi lebih mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Sehingga ketika diboyong ke area panas seperti Sidoarjo lebih
dapat beradaptasi dan berproduksi dengan baik.
Berat dan bentuk badan:
1. Sapi perah Fries Holland merupakan sapi yang terbesar diseluruh dunia
2. Berat badan standar betina 625 kg, jantan 900 kg, bahkan ada jantan
lebih dari 1 ton
3. Ambing besar, kepala panjang sempit
4. Yang lebih disukai yang mempunyai paha lurus dan bahu bulat.
Sapi perah Fries Holland mempunyai sifat reproduksi yang baik. Berat lahir
Kedewasaan :
1. Fries Holland mempunyai sifat masak lambat (late maturity), betina
bisa dikawinkan pada umur antara 18-21 bulan.
2. Pertama kali melahirkan pada umur 28-30 bulan.
3. Pertumbuhan maximum sampai umur 7 tahun.
Dalam menghasilkan daging juga merupakan nomor satu dibandingkan
dengan sapi perah lainnya (Makin, 2011). Pada beberapa penelitian sapi jantan
menunjukkan hasil yang lebih baik daripada pejantan tipe lainnya.
2.3 Manajemen Reproduksi
Manajemen Reproduksi adalah pengelolaan kegiatan reproduksi ternak.
Faktor utama yang berpengaruh dalam manajemen reproduksi sapi perah adalah
heat detection atau deteksi birahi (Esslemont, 1985). Deteksi birahi pada sapi
perah merupakan kunci utama didalam proses manajemen reproduksi. Dengan
deteksi birahi yang tepat akan dihasilkan prosentase keberhasilan bunting yang
tinggi (Esslemont, 1985).
Esselemont dalam bukunya Fertility Management in Dairy Cattle
menuliskan bahwa masalah utama pada sebagian besar peternakan sapi perah
adalah manajemen reproduksi ternak. Untuk mendapatkan nilai dan status
reproduksi sapi perah yang baik sepenuhnya tergantung pada kontrol dari peternak
(Esslemont, 1985).
Sapi perah dewasa mempunyai siklus laktasi yang konsisten apabila
dilakukan pengawasan dan penanganan yang tepat. Dengan siklus laktasi yang
12
yang memasukin masa kering kandang, sudah ada sapi lain yang melahirkan dan
memproduksi susu menggantikan sapi yang kering kandang.
Pada tugas akhir ini, manajemen reproduksi yang digunakan dalam rancang
bangun sistem adalah pencatatan dan monitoring waktu birahi, pencatatan kawin,
monitoring cek kebuntingan, dan pencatatan reproduksi menggunakan metode
Jours Moyen Retard (JMR)
2.3.1 Pencatatan dan monitoring waktu birahi
Siklus estrus atau yang biasa disebut siklus birahi adalah interval dari
tanda-tanda pertama kesanggupan menerima seksual hingga permulaan estrus
berikutnya. (Makin, 2011).
Pada saat sapi sedang birahi, peternak harus mengkawinkan sapinya, baik
secara alami maupun dengan inseminasi buatan. Tanda-tanda birahi pada sapi
perah rata-rata muncul setiap 21 hari dan tidak akan muncul apabila sapi itu
bunting dan hanya bertahan selama 15 jam. Dengan pencatatan yang teratur dan
monitoring yang baik, sapi dapat dikawinkan tepat saat birahi dengan prosentase
kegagalan 3% (Esslemont, 1985). Hal ini sangat penting karena sapi yang tidak
bunting tepat waktu akan berdampak buruk, baik bagi sapi maupun peternak.
Pada gambar 2.2 tampak gambar dari grafik dan siklus dari manajemen
reproduksi sapi perah yang baik. Dengan masa pemerahan atau laktasi 10,5 bulan
dan days open atau jarak lahir dengan kawin pertama setelah melahirkan tepat 2
Gambar 2.2 Pengelolaan Reproduksi dan Produksi Susu Sapi Perah
(Firman, 2010)
Apabila sapi gagal bunting saat dikawinkan, akan menyebabkan day open
semakin lama, namun masa laktasi tetap 10 bulan, maka sapi akan mendapatkan
masa kering kandang lebih lama, dan peternak harus tetap merawat sapi tersebut
walaupun sapi tidak menghasilkan susu.
2.3.2 Pencatatan perkawinan
Pencatatan perkawinan akan digunakan dalam:
a. Menetapkan masa kering sapi
b. Memperkirakan kapan sapi akan melahirkan
c. Menggambarkan apabila pejantan yang digunakan mandul
d. Mendiagnosa masalah-masalah reproduksi
e. Menetapkan tanggal untuk menguji kehamilan
Perkawinan dapat secara alam dengan menggunakan pejantan. Atau dengan
inseminasi buatan (Artificial Insemination). Untuk keberhasilan perkawinan
14
a. Sapi betina yang sehat
b. Waktu yang tepat untuk dikawinkan
c. Kualitas Semen
d. Pengalaman inseminator
Pada umumnya apabila keempat faktor tersebut dipenuhi maka kebuntingan
akan berhasil dengan tidak lebih dari dua kali perkawinan. Dari jumlah sapi-sapi
yang bunting dapat ditentukan “conception ratio”, dengan rumus sebagai berikut:
Conception ratio = Jumlah sapi yang bunting/Jumlah Sapi yang dikawinkan
x 100%.
Pemberian kode pada sapi dapat bersifat permanen ataupun temporer,
penomoran permanen dapat berupa tattoo pada telinga atau badan, sedangkan
yang temporer dengan menggunakan anting pada telinga (eartag)
2.3.3 Monitoring cek kebuntingan
Monitoring cek kebuntingan dilakukan sesuai dengan usia kebuntingan dari
sapi. Usia kebuntingan normal dari sapi adalah 9 bulan. Cek kebuntingan
umumnya dilakukan 3 kali.
a. Cek kebuntingan pertama
Cek kebuntingan pertama dilakukan saat cek birahi, yaitu 21 hari setelah
dikawinkan, cek kebuntingan pertama ini dilakukan untuk memastikan
kawin yang terakhir menghasilkan kebuntingan atau tidak. Apabila sapi
tidak bunting, maka sapi dikawinkan lagi apabila sapi bunting maka di
b. Cek kebuntingan kedua
Cek kebuntingan kedua dilakukan saat umur janin 3 bulan. Cek dilakukan
dengan perabaan, memasukkan tangan ke anus sapi bunting untuk
mememastikan detak jantung dari janin. Hal ini untuk memastikan janin
masih sehat didalam rahim induk sapid an menghindari pembusukan akibat
kematian janin didalam kandungan yang tidak terdeteksi
c. Cek kebuntingan ketiga
Cek kebuntingan ketiga dilakukan saat umur janin 7 bulan. Cek dilakukan
dengan perabaan. Cek kebuntingan ketiga ini wajib dilakukan untuk
mengetahui letak atau posisi janin. Dari hasil cek kebuntingan, peternak
akan tahu sapi mengalami kehamilan normal atau sungsang, dan apakah
kelahirannya normal atau harus membutuhkan penangan khusus.
2.3.4 Pencatatan Reproduksi menggunakan Jours Moyen Retard (JMR)
Untuk pencatatan reproduksi, penulis menggunakan metode Jours Moyen
Retard (JMR) sehingga dapat disimpulkan satu nilai penampilan reproduksi sapi
perah.
Penampilan reproduksi merupakan gambaran kondisi reproduksi ternak sapi
perah berdasarkan angka/nilai dari berbagai parameter. Parameter yang digunakan
antara lain : panjang siklus birahi; umur dara saat birahi pertama, dikawinkan, dan
beranak pertama; selang waktu antara kawin pertama dan beranak pertama; masa
16
Tabel 2.1 Tabel perhitungan JMR
Keterangan tabel
1. Nomor Urut
2. Nama Sapi
3. Laktasi ke
Jumlah laktasi yang sudah dialami sapi. Periode laktasi adalah periode perah
susu. Dimulai dari hari sapi melahirkan hinggal 10 bulan kedepan.
4. Voluntary waiting periode (VP)
Merupakan jeda jumlah hari sebelum sapi dikawinkan lagi setelah
melahirkan. Angka VP tergantung dari banyaknya laktasi, apabila laktasi=1,
maka VP=80 hari, apabila laktasi >1 maka VP=60 hari
5. Tanggal Beranak Terakhir
Tanggal sapi beranak terakhir
6. IB Pertama
Kawin pertama yang diberikan pada sapi setelah melahirkan
7. IB Terakhir
Kawin terakhir yang diberikan pada sapi sampai saat perhitungan JMR
No Nama Sapi Laktasi Ke Voluntary waiting periode
Total IB Nilai Kebuntingan Days Penalty / nilai JMR Tanggal Kering (15-60 perkiraan Tanggal Beranak Berikut (+283 hari)
VP Pertama Terakhir Partus
ke IB Days Open
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tgl Beranak terakhir
8. Total IB
Jumlah IB atau kawin yang telah dilakukan. Terhitung dari IB pertama
hingga terakhir
9. Nilai Kebuntingan
Nilai yang diberikan untuk status bunting sapi, keterangan nilai diambil dari
hasil pengecekan sapi
0 = tidak hamil
1 = sudah dikawinkan tapi belum di cek hamil atau tidaknya
2 = hamil
10. Days
Days = IB terakhir – Tanggal Beranak Terakhir – VP
11. Penalty
Penalty = Days, namun jika Nilai kebuntingan =2 atau Days = (-), maka
Penalty=0
12. Jarak Waktu Partus ke IB
Jarak waktu Partus ke IB = Tanggal IB pertama – Tanggal beranak terakhir
13. Jarak waktu DaysOpen
DaysOpen = Tanggal IB pertama – Tanggal beranak terakhir
14. Tanggal Kering
Tanggal mulai kering kandang = perkiraan Beranak Berikutnya - 60 hari
15. Tanggal Beranak berikut
Perkiraan tanggal sapi akan melahirkan. Dihitung dari IB terakhir yang
18
Dari berbagai parameter tersebut, dapat disimpulkan suatu nilai untuk
penampilan reproduksi sapi perah. Berdasarkan nilai ini, evaluasi tatalaksana
peternakan dan sifat reproduksi sapi perah dapat dilakukan, lebih baik atau lebih
buruk dari sebelumnya. JMR menggunakan parameter yang lebih lengkap
dibandingkan dengan kartu reproduksi konvensional sehingga reproduksi dari sapi
perah dapat di manage dengan lebih baik dan akurat.
2.4 Pencatatan Produksi Susu
Catatan produksi juga berguna untuk seleksi dan pembuatan silsilah
(keturunan) dari sapi-sapi tersebut. Catatan produksi ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain dicatat setiap hari, setiap minggu atau sebulan sekali.
Yang terbaik adalah yang dicatat setiap hari, akan tetapi pencatatan sebulan sekali
telah diakui oleh semua negara. Yang utama pencatatan ini harus mencakup
segala keterangan dari setiap ekor sapi dari seluruh peternakan. hal ini untuk
mengevaluasi pelaksanaan manajemen selanjutnya serta rencana jangka panjang.
Pencatatan ini harus lengkap, dapat dipertanggungjawabkan dan memerlukan
sedikit waktu pengerjaannya.
2.5 Mobile Application
Aplikasi adalah program yang digunakan orang untuk melakukan
sesuatu pada sistem komputer
Mobile dapat diartikan sebagai perpindahan yang mudah dari satu tempat
ke tempat yang lain, misalnya telepon mobile berarti bahwa terminal telepon yang
dapat berpindah dengan mudah dari satu tempat ke tempat lain tanpa terjadi
Aplikasi mobile merupakan aplikasi yang dapat digunakan
walaupun pengguna berpindah dengan mudah dari satu tempat ketempat lain lain
tanpa terjadi pemutusan atau terputusnya komunikasi. Aplikasi ini dapat diakses
melalui perangkat nirkabel salah satunya smart phone..
2.5.1. Android
Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk
perangkat seluler layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet. Android
awalnya dikembangkan oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari
Google, yang kemudian membelinya pada tahun 2005. Sistem operasi ini dirilis
secara resmi pada tahun 2007, dan Ponsel Android pertama mulai dijual pada
bulan Oktober 2008 (Creative Project, 2011).
Android adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis
kodenya di bawah Lisensi Apache. Kode dengan sumber terbuka dan lisensi
perizinan pada Android memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi
secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat perangkat, operator nirkabel,
dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki sejumlah besar komunitas
pengembang aplikasi yang memperluas fungsionalitas perangkat, umumnya
ditulis dalam versi kustomisasi bahasa pemrograman Java. Pada bulan Oktober
2012, ada sekitar 700.000 aplikasi yang tersedia untuk Android, dan sekitar 25
juta aplikasi telah diunduh dari Google Play, toko aplikasi utama Android.Sebuah
survey pada bulan April-Mei 2013 menemukan bahwa Android adalah platform
paling populer bagi para pengembang, digunakan oleh 71% pengembang aplikasi
20
Gambar 2 Pertumbuhan Smartphone yang diminati pelanggan
2.6 Web Service
Web service adalah suatu sistem perangkat lunak yang dirancang untuk
mendukung interoperabilitas dan interaksi antar sistem pada suatu jaringan. Web
service digunakan sebagai suatu fasilitas yang disediakan oleh suatu web site
untuk menyediakan layanan (dalam bentuk informasi) kepada sistem lain,
sehingga sistem lain dapat berinteraksi dengan sistem tersebut melalui
layanan-layanan (service) yang disediakan oleh suatu sistem yang menyediakan web
service. Web service menyimpan data informasi dalam format XML, sehingga
data ini dapat diakses oleh sistem lain walaupun berbeda platform, sistem operasi,
maupun bahasa compiler.
Web service bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antar pemrogram dan
perusahaan, yang memungkinkan sebuah fungsi di dalam Web Service dapat
dipinjam oleh aplikasi lain tanpa perlu mengetahui detil pemrograman yang
2.7 Testing dan Implementasi Sistem
Testing software adalah proses mengoperasikan software dalam kondisi
yang dikendalikan untuk:
1. Verifikasi
Apakah telah berlaku sebagaimana yang ditetapkan (menurut spesifikasi).
2. Mendeteksi error
3. Validasi
Apakah spesifikasi yang telah ditetapkan telah memenuhi keinginan atau
kebutuhan pengguna yang sebenarnya.
2.7.1. Black Box Testing
Berbeda dengan white box testing, black box testing atau behavioral
testing atau specification-based testing, input/output testing atau functional testing
dilakukan tanpa sepengetahuan detail struktur internal dari sistem atau komponen
yang dites. Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada software,
berdasarkan spesifikasi kebutuhan software.
Menggunakan black box testing, perekayasa software dapat menggunkan
sekumpulan kondisi masukan yang dapat secara penuh memeriksa keseluruhan
kebutuhan fungsional pada suatu program. Kategori error yang dapat diketahui
melalui black box testing, antara lain:
1. Fungsi yang hilang atau tidak benar.
2. Error dari antar-muka.
3. Error dari struktur data atau akses eksternal database.
4. Error dri kinerja atau tingkah laku.
22
2.8 Konsep Dasar Basis Data
Konsep dasar basis data terdiri dari beberapa tipe diantaranya:
2.2.1. Database
Menurut Marlinda, database adalah suatu susunan/kumpulan data
operasional lengkap dari suatu organisasi/perusahaan yang diorganisir/dikelola
dan disimpan secara terintegrasi dengan metode tertentu menggunakan komputer
sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang diperlukan pemakainya
(Marlinda, 2004).
Penyusunan satu database digunakan untuk mengatasi masalah-masalah
pada penyusunan data yaitu, redudansi dan inkonsistensi data, kesulitan
pengaksesan data, isolasi data untuk standarisasi, multiple user, masalah
keamanan (security), masalah data independence (kebebasan data).
2.2.2. Sistem basis data
Menurut (Marlinda, 2004), sistem basis data adalah suatu sistem
menyusun dan mengelola record-record menggunakan komputer untuk
menyimpan atau merekam serta memelihara dan operasional lengkap sebuah
organisasi/perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang
diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan.
2.9 Analisa Perancangan Sistem
Analisis sistem dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi dan
mengevaluasi permasalah yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan, sehingga
Perancangan sistem merupakan penguraian suatu sistem informasi yang utuh
ke dalam bagian komputerisasi yang dimaksud, mengindentifikasi dan
mengevaluasi permasalahan, menentukan kriteria, menghitung konsistensi
terhadap kriteria yang ada, serta mendapatkan hasil atau tujuan dari masalah
tersebut serta mengimplementasikan seluruh kebutuhan operasional dalam
membangun aplikasi.
Menurut (Kendall, 2003), analisa dan perancangan sistem dipergunakan
untuk menganalisis, merancang dan mengimplementasikan
peningkatan-peningkatan fungsi bisnis yang dapat dicapai melalui penggunaan sistem
24 BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Desain Penelitian
Penelitian untuk tugas akhir ini dilakukan di peternakan PT. Drajat Farm,
dengan jumlah sapi produktif 50 ekor. Alasan mengapa penulis memilih
peternakan ini karena peternakan ini sudah mempunyai dasar hukum dan sudah
mempunyai ijin usaha dari pemerintah. PT. Drajat Farm juga sudah menjadi
anggota dari koperasi susu sidoarjo, sehingga sering mendapatkan hibah bantuan
dari pemerintah, namun dengan jumlah sapi cukup banyak, manajemen reproduksi
tidak lagi cukup hanya dengan mencatat di kartu ternak dan Ms. Excel.
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan
wawancara pemilik, petugas kandang dan dokter hewan yang rutin memeriksa
sapi PT. Drajat Farm. Sedangkan untuk data sekunder,dilakukan dengan cara
mempelajari buku, artikel dan mengikuti seminar yang berhubungan dengan sapi
perah.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai reproduksi sapi perah dan
prediksi produksi susu dengan memaksimalkan fungsi manajemen reproduksi sapi
perah dan pencatatan kegiatan produksi susu di peternakan.
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian untuk tugas akhir ini terdiri dari dua tahap, yaitu
melakukan observasi dan melakukan studi pustaka. Hasil dari masing-masing
tahap dikumpulkan dan di analisa untuk menentukan rancangan sistem yang tepat
3.2.1.Melakukan Observasi
Observasi dilakukan pada PT. Drajat Farm untuk mencari data yang
diperlukan untuk melakukan analisis dengan melakukan wawancara dan meminta
data mengenai proses manajemen reproduksi dan proses pencatatan produksi susu
yang dilakukan dipeternakan. Selain itu juga mengamati kegiatan yang dilakukan
dilingkungan peternakan untuk mendapatkan detail proses dari manajemen
reproduksi dan proses produksi susu.
Kegiatan reproduksi sapi perah dan produksi susu sapi di PT. Drajat Farm
dimulai sejak sapi berumur 20 bulan, dimana pada saat itu organ-organ tubuh sapi
perah telah menunjukan tanda kedewasaan dan siap untuk dikawinkan. Kegiatan
reproduksi ini tidak berhenti diwaktu tertentu, namun terus berulang hingga sapi
tersebut mati atau dikeluarkan dari peternakan.
Di dalam penerapannya PT. Drajat Farm memprediksi jadwal birahi
menggunakan Ms Excel dan memberi tanda khusus pada kalender yang diletakkan
dikandang, dengan harapan seluruh petugas kandang melihat kalender tersebut
dan melakukan proses yang telah tercatat dikalender. Apabila saat dilakukan
pengecekan dilapangan sapi tidak mengalami birahi, maka akan dilakukan
perubahan data di file birahi dan mencatat ulang pada kalender dikandang. Untuk
data laktasi disimpan dikartu ternak yang seringkali hilang ketika masa laktasi
habis dan diganti kartu ternak baru untuk laktasi yang baru. Begitu juga saat akan
melakukan proses manajemen reproduksi yang lain, data-data disimpan di file
excel dan kartu ternak kemudian ditulis dipapan kandang untuk dibaca oleh para
petugas. Karena hal-hal inilah PT. Drajat farm tidak dapat mengukur nilai
26
sapi mana saja yang gampang bunting dan yang susah bunting padahal apabila
PT. Drajat Farm mengetahui nilai reproduksi sapi yang ada dipeternakannya, PT
Drajat Farm dapat melakukan seleksi sapi dipeternakannya untuk menekan
kerugian akibat memelihara sapi yang susah bunting.
Proses pencatatan produksi susu di PT. Drajat Farm dilakukan dengan cara
pemilik peternakan menginput data produksi susu tersebut pada Ms. Excel dan
menyimpannya pada file berbeda untuk masing-masing sapi. Untuk mengetahui
produktifitas sapi yang ada dipeternakannya, pemilik harus membuka file
produksi sapi tersebut dan mencatat jumlah produksi susu masing-masing sapi
kemudian dilakukan sorting untuk mengetahui, sapi mana yang produksi susunya
tinggi. Dengan melakukan organizing yang tepat, data-data produksi susu tidak
hanya dapat memberikan informasi tinggi-rendahnya produksi susu dipeternakan
namun juga dapat memberikan informasi sapi mana yang berpotensi untuk
memproduksi susu dengan jumlah yang tinggi dimasa puncak laktasinya.
3.2.2.Melakukan Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan landasan teori mengenai
manajemen reproduksi sapi perah dan produksi susu yang dihasilkan oleh sapi
perah untuk mendapatkan acuan mengenai cara mengatur reproduksi sapi perah
dan pencatatan data produksi susu. Untuk menentukan metode analisis yang tepat,
penulis menggunakan buku-buku manajemen peternakan sapi perah.
Tujuan utama kegiatan manajemen reproduksi dan pencatatan produksi susu
adalah mengetahui sapi mana yang layak dipertahankan dipeternakan, baik dari
kemampuan produksi susu maupun dari kemampuan reproduksi sapi tersebut.
reproduki dan produksi susu. Hal ini membutuhkan akses mudah ke data terinci
mengenai birahi sapi, kawin sapi, periode laktasi hingga jumlah produksi susu
yang dihasilkan sapi dipeternakan.
3.3 Analisis Permasalahan
Sapi perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan susu sebagai
produk utamanya (Firman, 2010). Sapi perah butuh perawatan ekstra agar
produksi susunya tetap stabil dan menghasilkan anakan yang bagus. Selain pakan,
yang harus diperhatikan oleh peternak sapi perah adalah manajemen reproduksi
sapi perah. Kapan waktu birahi, kapan waktu kawin, kapan cek kebuntingan
hingga jadwal vaksin harus sangat diperhatikan karena merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi susu sapi.
Selama ini di PT Drajat Farm, kapan waktu birahi, cek kebuntingan
maupun jadwal vaksin masih tergantung dengan kalender dinding. Peternak harus
menghitung satu persatu jadwal masing-masing sapi. Untuk histori kesehatan dan
penanganan sapi masih tergantung pada kartu ternak sehingga untuk sapi yang
sudah beberapa kali laktasi tidak dapat ditelusuri data sejarahnya. Peternak
kesulitan menentukan mana sapi yang harus dipertahankan dan mana yang harus
dikeluarkan dari peternakan karena data sejarah dari sapi tersebut masih berada di
kartu ternak. Selain itu data histori ini juga dibutuhkan untuk mengetahui tingkat
produktif sapi perah.
Berdasarkan patokan normal lama laktasi seekor sapi adalah 305 hari,
namun jumlah susu yang diproduksi setiap sapi berbeda yang disebabkan oleh
bawaan lahir, jenis sapi maupun kesalahan penangan. Keputusan untuk
28
salah satu hal yang menjadi pertimbangan adalah kemmpuan produksi susu setiap
sapi dimasa yang akan datang, apakah diatas atau malah dibawah jumlah produksi
rata-rata peternakan.
Sapi perah yang baik, tidak hanya sapi perah yang produksi susunya tinggi
namun juga fertilitasnya tinggi. Dalam 1 tahun, sapi dapat diperah 10 bulan
lamanya dan 2 bulan dikeringkan untuk pemulihan kesehatan sebagai persiapan
melahirkan. Apabila sapi yang dipelihara fertilitasnya rendah, sapi akan sulit
bunting sehingga peternak akan merugi ketika sapi yang dipeliharanya gagal
bunting dan harus menunggu siklus birahi sapi, 21 hari kemudian, untuk
mengkawinkan sapi itu lagi.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya fertilitas sapi, peternak harus tahu
nilai reproduksi dari pada sapi-sapi dipeternakannya, sehingga ketika ada sapi
yang nilai reproduksinya rendah dapat segera di cull dimasa muda ketika harga
sapi itu masih tinggi. Dengan demikian peternakan bisa menghilangkan resiko
kerugian yang akan diakibatkan oleh sapi dengan nilai reproduksi rendah tersebut
dimasa yang akan datang dan mendapat untung dari penjualan indukan sapi yang
masih produktif. Namun untuk mengetahui nilai reproduksinya ini diperlukan
langkah panjang dan perhitungan berbagai faktor diantaranya tanggal birahi,
jumlah hari antara kapan sapi melahirkan dan birahi yang menghasilkan
kebuntingan hingga berapa kali sapi itu harus dikawinkan sampai bunting.
Berdasarkan uraian diatas, untuk membantu peternak mengatur jadwal
reproduksi dan mempermudah peternak menentukan sapi mana yang baik untuk
dipertahankan diperternakannya dibutuhkan sistem yang dapat memberikan
diharapkan peternak tidak lagi merugi akibat terlambat mengkawinkan sapi
ataupun menjual ternak yang kurang produktif.
3.4 Rancangan Sistem
Setelah dilakukan observasi dan studi pustaka pada PT. Drajat Farm,
dilakukan perancangan sistem aplikasi manajemen reproduksi sapi perah yang
berfokus di peternakan Drajat Farm, yang dapat memberikan informasi lengkap
tentang keadaan peternakan. Mula-mula akan dibuat gambaran umum sistem,
kemudian membuat diagram aliran data yang ada disistem dan merancang basis
data yang akan digunakan sistem.
3.4.1.Gambaran Umum Sistem
Sistem aplikasi manajemen reproduksi sapi perah ini dapat memberikan
informasi lengkap keadaan peternakan. Data-data yang diperlukan oleh sistem akan
dimasukkan oleh pemilik peternakan dan dibantu oleh pegawai kandang. Data-data
yang telah dimasukkan akan diolah oleh aplikasi sehingga dapat memberikan
informasi dengan lebih terstruktur dan dapat bermanfaat bagi para user. Sistem ini
nantinya akan dibagi menjadi dua bagian yaitu aplikasi web dan aplikasi mobile.
Gambaran umum sistem yang ada dalam aplikasi ini secara garis besar dapat
30
Web server
3.4.2.Model Pengembangan Sistem
Dalam proses sistem ini dapat menghitung prediksi produksi susu dan nilai
reproduksi sapi perah di PT. Drajat Farm. Perancangan langkah-langkah dari
sistem ini yaitu:
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN REPRODUKSI SAPI PERAH
PROSES OUTPUT
INPUT
· Data Sapi
· Data Laktasi Proses input data
Informasi history sapi dan detail laktasinya
· Data Sapi
· Data susu harian
Proses prediksi produksi susu maksimum
· Informasi produksi susu masing-masing sapi
· Informasi prediksi produksi susu maksimum
· Data Sapi
· Data Laktasi
· Data Birahi
· Data kebuntingan
· Data Kawin Sapi
Proses menghitung nilai Reproduksi Sapi dengan
metode JMR
[image:42.595.97.510.196.528.2]· Informasi nilai reproduksi masing-masing sapi
Gambar 3.2 Blok Diagram Manajemen reproduksi sapi perah
Berdasarkan Gambar 3.2 tersebut, maka dapat dijelaskan input, proses dan
32
A. Input
1. Data Sapi
Berisi data-data sapi, diantaranya id sapi, tanggal lahir, induk sapi, foto sapi,
status sapi, jenis kelamin.
2. Data Laktasi
Data laktasi ini, merupakan data inti yang digunakan untuk melakukan
perhitungan nilai reproduksi sapi. Berisi data-data laktasi diantaranya tanggal
mulai laktasi, tanggal terakhir melahitkan, tanggal perkiraan melahirkan, status
laktasi.
3. Data Susu Harian
Data susu harian ini diinputkan setiap hari oleh petugas. Data susu harian ini
akan diolah menjadi data produksi susu yang nantinya akan digunakan untuk
menghitung prediksi produksi susu masing-masing sapi dipeternakan. Data susu
harian ini berisi jumlah susu yang dihasilkan sapi saat pemerahan pagi dan sore
serta tanggal pemerahan.
4. Data Birahi
Data birahi diinputkan oleh pemilik. Birahi seekor sapi adalah setiap 21hari.
Terus berulang sampai sapi itu hamil. Saat sapi birahi harus dikawinkan dan data
kawin akan disimpan di database sistem.
5. Data Kebuntingan
Data kebuntingan ini merupakan status sapi, bunting atau tidak. Apabila
bunting sistem akan menjadwalkan kapan sapi itu harus dicek kebuntingannya.
6. Data Kawin Sapi
Data Kawin sapi ini akan merupakan data yang diinput saat ada sapi birahi
yang dikawinkan. Beberapa data diantaranya nama sapi, nam pejantan, metode
kawin.
B. Proses
1. Proses Input Data
2. Proses Prediksi Produksi Susu Maksimum
Proses Prediksi Produksi Susu Maksimum dilakukan dengan mengambil
informasi dari setiap data sapi dan data susu yang telah diinput kedalam sistem.
Ada beberapa tahap dalam proses ini, tahap pertama dilakukan perhitungan
jumlah produksi susu satu periode laktasi, tahap kedua menghitung rata-rata
produksi peternakan, kemudian tahap terakhir menghitung kemampuan produksi
seekor sapi. Setelah seluruh data diolah dan diperoleh kemampuan masing-masing
sapi PT. Drajat Farm dapat membanding-bandingkan sapi mana yang harus
dipertahankan dan mana yang harus dikeluarkan atau di cull. Sapi-sapi yang
kemampuan berproduksinya diatas rata-rata produksi peternakan dapat tetap
dipertahankan. Berikut penjelasan tahap-tahap menghitung prediksi produksi susu
maksimum
a. Menghitung produksi susu satu periode laktasi
Mula mula produksi susu setiap sapi dicatat dan dihitung jumlah produksinya
setiap hari. Produksi susu yang dicatat adalah produksi susu satu kali laktasi.
Pencatatan produksi susu tersebut dapat dilakukan menggunakan tabel seperti
34
Tabel 3.1 Data produksi susu perlaktasi
Setelah dicatat, dihitung jumlah produksi susu satu kali priode laktasi.
Adapun cara menghitungnya adalah
b. Menghitung rata-rata produksi perusahaan
Setelah dilakukan perhitungan jumlah susu yang diproduksi sapi setiap
laktasi, dihitung rata-rata produksi susu peternakan. Perhitungan rata-rata
produksi susu peternakan dilakukan untuk melakukan standarisasi produksi
susu dalam satu peternakan. Seperti diketahui bahwa dalam satu peternakan
sapi perah yang mempunyai banyak sapi, kondisi masing-masing sapi
tidaklah sama. Untuk menghitung rata-rata produksi susu peternakan,
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : x = jumlah sapi
c. Menghitung kemampuan produksi seekor sapi
Setelah diketahui jumlah produksi susu setiap sapi satu periode laktasi dan
rata-rata produksi peternakan, dilakukan perhitungan kemampuan produksi
seekor sapi dengan rumus sebagai berikut
P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
… 305
Nama Sapi
No 10
Hari ke- [P= Pagi, S= Sore]
Catatan:
n = banyaknya laktasi seekor sapi, didapatkan dari jumlah berapa kali sapi
itu melahirkan.
Dari tahap-tahap diatas, dapat dilakukan dengan meletakkan data-data pada satu
tabel, seperti yang ditampilkan tabel 3.2
Kemampuan berproduksi seekor sapi betina
+
Rata-rata produksi susu peternakan
=
Produksi susu 1x laktasi
Rata-rata produksi susu peternakan
36
Tabel 3.2 Tabel perhitungan kemampuan produksi susu
No Nama
sapi JUMLAH
LAKTASI
KE UMUR
LAMA
LAKTASI komponen untuk menghitung kemampuan produksi MAKSIMAL
Kemampuan Produksi MAKSIMAL SARAN produksi air susu jumlah brapa kali melahirkan saat beranak terakhir (Bulan) rumus: jumlah laktasi*0,4 rumus : 1+(0,4 x (banyak laktasi - 1
rumus:(jumlah laktasi*0,4)/(1+(0, 4*(banyak
laktasi-1)
Rumus : produksi susu tiap sapi - rata2 produksi perusahaan
rumus: rata-rata perusahaan
+i*j
jika jumlah kemampuan produksi dibawah rata2 perusahaan, sapi tsb disarankan untuk dilepas, apabila jumlahnya diatas
atau sama dengan rata2 perusahaan sapi tersebut
disarankan disimpan
A b c d E f g h i j k l
3. Proses Menghitung Nilai Reproduksi Sapi dengan metode JMR
Proses perhitungan nilai reproduksi sapi menggunakan metode JMR
membutuhkan banyak parameter. Apabila semua parameter telah diisi, akan
diketahui nilai JMR perternakan dan sapi dipeternakan. Nilai JMR peternakan
didapat dari rata-rata penalty sapi yang ada dipeternakan. Para peternak jepang
menargetkan nilai JMR peternakan mereka disekitar angka 20. Namun untuk
Indonesia rata-rata menargetkan diantara 40. Nilai JMR peternakan merupakan
tampilan reproduksi peternakan keseluruhan. Nilai JMR masing-masing didapat
dari nilai penalty pada kolom no 11 di tabel 3.5. Semakin kecil nilai JMR seekor
38
Tabel 3.3 Tabel perhitungan JMR
No Nama Sapi
Laktasi Ke
Voluntary waiting periode
Total IB Nilai
Kebuntingan Days
Penalty / nilai JMR
Tanggal Kering
(15-60
perkiraan Tanggal Beranak Berikut (+283
hari)
VP Pertama Terakhir Partus
ke IB
Days Open
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tgl Beranak terakhir
IB Jarak Waktu
Keterangan
1. Nomor Urut
2. Nama Sapi
3. Laktasi ke
Jumlah laktasi yang sudah dialami sapi. Periode laktasi adalah periode perah
susu. Dimulai dari hari sapi melahirkan hinggal 10 bulan kedepan.
4. Voluntary waiting periode (VP)
Merupakan jeda jumlah hari sebelum sapi dikawinkan lagi setelah
melahirkan. Angka VP tergantung dari banyaknya laktasi, apabila laktasi=1,
maka VP=80 hari, apabila laktasi >1 maka VP=60 hari
5. Tanggal Beranak Terakhir
Tanggal sapi beranak terakhir
6. IB Pertama
Kawin pertama yang diberikan pada sapi setelah melahirkan
7. IB Terakhir
Kawin terakhir yang diberikan pada sapi sampai saat perhitungan JMR
8. Total IB
Jumlah IB atau kawin yang telah dilakukan. Terhitung dari IB pertama
hingga terakhir
9. Nilai Kebuntingan
Nilai yang diberikan untuk status bunting sapi, keterangan nilai diambil dari
hasil pengecekan sapi
· 0 = tidak hamil
40
· 2 = hamil
10.Days
Days = IB terakhir – Tanggal Beranak Terakhir – VP
11.Penalty
Penalty = Days, namun jika Nilai kebuntingan =2 atau Days = (-), maka
Penalty = 0
12.Jarak Waktu Partus ke IB
Jarak waktu Partus ke IB = Tanggal IB pertama – Tanggal beranak terakhir
13.Jarak waktu Days Open
Days Open = Tanggal IB pertama – Tanggal beranak terakhir
14.Tanggal Kering
Tanggal mulai kering kandang = perkiraan Beranak Berikutnya - 60 hari
15.Tanggal Beranak berikut
Perkiraan tanggal sapi akan melahirkan. Dihitung dari IB terakhir yang
menghasilkan kebuntingan + 283 hari.
C. Output
1. Informasi History sapi
Informasi history sapi digunakan untuk menghindari perkawinan satu induk
atau sedarah dan juga sebagai bahan pertimbangan apabila akan dilakukan
seleksi sapi.
2. Detail Laktasi
Detail laktasi ini, dibutuhkan sistem untuk menghitung nilai reproduksi sapi.
Berisi data-data seperti perkiraan birahi selanjutnya, jadwal cek
3. Informasi produksi susu masing-masing sapi
Informasi ini berisi detail tentang produksi susu masing-maing, yang
ditampilkan dalam tabel dan juga grafik agar lebih mudah untuk dipahami.
4. Informasi prediksi produksi susu maksimum
Informasi ini digunakan oleh pemilik peternakan untuk mengetahui sapi
mana yang layak dipertahankan berdasarkan hasil susu sapi tersebut. Berisi
informasi tentang umur sapi, jumlah susu yang dihasilkan saat ini dan
prediksinya serta selisih produksi susu sapi tersebut dengan rata-rata
perusahaan.
5. Informasi nilai reproduksi masing-masing sapi
Informasi nilai reproduksi ini ditampilkan sistem secara singkat. Hanya
menampilkan nama sapi, umur sapi dan nilai JMR sapi tersebut.
3.4.3.Data Flow Diagram(DFD)
A. Context Diagram
Dalam perancangan sistem ini, entitas yang berperan adalah admin, pemilik
peternakan dan petugas kandang. Admin memberi masukan data master,
diantaranya data sapi, data pakan dan data user. Petugas kandang memberi
masukan data yang secara regular diperbarui agar sistem dapat berjalan,
diantaranya data susu harian, data jumlah pakan harian. Pemilik member masukan
berupa kebijakan yang ada dikandang, data birahi sapi, data sapi baru dan
42
[image:53.842.120.702.118.442.2]
Gambar 3.3 Context Diagram Manajemen Reproduksi Sapi Perah
data sapi
data pakan kebijakan
data user
data informasi cek kebuntingan data informasi cek birahi
data susu harian
data informasi reproduksi sapi
data informasi produksi susu
data informasi prediksi produksi susu
data informasi cek birahi
data informasi cek kebuntingan data informasi cek kebuntingan
data informasi prediksi kelahiran
data sapi baru beli data sapi baru lahir
data jumlah pakan sisa harian data emergency
data informasi emergency
data birahi
1
MANAJEMEN REPRODUKSI SAPI PERAH DRAJAT FARM admin
petugas kandang
pemilik
B. Diagram Berjenjang
Diagram berjenjang dari Sistem Informasi Manajemen Sapi Perah dapat
dijabarkan menjadi tiga proses, yaitu proses mengelola data master, proses
mengelola produksi susu, mengelola reproduksi sapi. Dari proses tersebut
memiliki subproses lagi, untuk mengelola data master memiliki empat subproses,
proses mengelola produksi susu ada dua subproses, dan proses mengelola
[image:54.595.90.510.314.532.2]reproduksi sapi ada dua subproses. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
44 1 Sistem Informasi manajemen reproduksi 1.1 Mengelola Data Master 1.2 Mengelola Produksi susu 1.3 Mengelola Reproduksi sapi 1.1.1 Master sapi 1.1.2 Master pakan 1.2.1 Menghitung produksi susu harian 1.2.2 Menghitung kemampuan produksi susu 1.3.1 Perhitungan Birahi 1.3.2 Perhitungan JMR 1.2.1.1 Counter ID produksi susu 1.2.1.2 Cej tanggal produksi susu 1.2.1.3
Cek sapi laktasi
1.2.1.4
Cek jumlah susu
1.2.1.5 Simpan produksi susu harian 1.2.2.1 Cek sapi 1.2.2.2
Cek status laktasi
1.2.2.3 Hitung jumlah produksi susu peternakan 1.2.2.4 Hitung produksi susu sapi perlaktasi 1.2.2.5 Menhitung prediksi kemampuan produksi susu 1.2.2.6 Membuat informasi prediksi kemampuan produksi susu 1.2.2.7 Membuat informasi produksi susu 1.1.3 Master users 1.1.1.1
Cek data sapi
1.1.1.2
Tambah data sapi
1.1.1.3
Simpan data sapi
1.1.2.1
Cek data pakan
1.1.2.2
Simpan data pakan
1.1.3.1
Cek data user
1.1.3.2
Simpan data user
1.4 Mengelola data emmergency 1.5 Mengelola stok pakan
Gambar 3.4 Diagram Berjenjang Manajemen Reproduksi Sapi Perah
C. Data Flow Diagram
Data flow diagram dibuat berdasarkan context diagram yang telah dibuat
sebelumnya. Context diagram tersebut dijabarkan menjadi subproses dibawahnya
berdasarkan diagram berjenjang yang telah dirancang.
Sistem informasi Manajemen Reproduksi sapi perah berbasis mobile ini
dijabarkan menjadi 5 subproses, yaitu subsistem mengelola data master,
mengelola produksi susu, mengelola reproduksi sapi, mengelola data emergency,
dabn mengelola stok pakan. Untuk lebih jelasnya data flow diagram dapat dilihat
46
Gambar 3.5 DFD level 0 Pada Manajemen Reproduksi sapi pera
data pakan data sapi
data user
data sapi
data pakan data user
data sapi baru lahir
data sapi baru lahir
data jumlah pakan sisa harian
data susu harian data prediksi produksi susu data informasi produksi susu
data produksi susu data sapi
data laktasi
data emergency
data informasi emergency
data informasi cek birahi data informasi cek kebuntingan
data informasi prediksi kelahiran
kebijakan
data informasi cek kebuntingan
data informasi reproduksi sapi data informasi prediksi kelahiran
data informasi cek birahi
data sapi
data laktasi data jumlah pakan sisa harian
data birahi
admin
pemilik
petugas kandang
1.1
mengelola data master
1.2
mengelola produksi susu
1.3
mengelola reproduksi sapi
1 sapi
2 pakan 3 users
4 kawin
5 laktasi
6 produksi susu
8 jadwal pengecekan 9 emergency
1.4
mengelola data emergency
1.5
mengelola stok pakan
Subsistem mengelola data master memiliki empat subproses, empat
subproses tersebut adalah subproses master sapi, master pakan, master users. DFD level 1 mengelola master dapat dilihat pada Gambar 3.6.
[image:58.595.96.516.139.528.2]
Gambar 3.6 DFD level 1 mengelola master
a. Subsistem Master Sapi
Subsistem master sapi dijabarkan menjadi 3 sub proses yaitu : cek data sapi,
tambah data sapi dan simpan data sapi. DFD level 2 master sapi dapat
dilihat pada Gambar 3.7.
data sapi
data sapi baru beli
data sapi baru lahir
data user data pakan
data sapi
data pakan
data user admin
pemilik
1 sapi
2 pakan
3 users
1.1.1
master sapi
1.1.2
master pakan
1.1.3
48
Gambar 3.7 DFD level 2 Subsistem master sapi
b. Subsistem Master Pakan
Subsistem master pakan dijabarkan menjadi 2 sub proses yaitu : cek data
pakan dan simpan data pakan. DFD level 2 master pakan dapat dilihat pada
Gambar 3.8.
Gambar 3.8 DFD level 2 Subsistem master pakan
data sapi
data sapi baru lahir
data sapi data sapi
data sapi data sapi
data sapi baru beli admin
pemilik
1 sapi
1.1.1.1
cek data sapi
1.1.1.2
tambah data sapi
1.1.1.3
simpan data sapi
data pakan
data jumlah pakan sisa harian