• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE GI YANG DILENGKAPI DENGAN PENERAPAN MEDIA VBL PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DI SMAN 1 CEPER TAHUN AJARAN 2009 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE GI YANG DILENGKAPI DENGAN PENERAPAN MEDIA VBL PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DI SMAN 1 CEPER TAHUN AJARAN 2009 2010"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE GI YANG DILENGKAPI DENGAN PENERAPAN

MEDIA VBL PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA

DI SMAN 1 CEPER TAHUN AJARAN

2009/2010

Disusun Oleh: DESY DWI ARTANTI

K3305027

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Program Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi syarat mendapat gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari :………..

Tanggal :………..

Ketua : Dra. Bakti Mulyani, M.Si ………..

Sekretaris : Drs. Haryono, M.Pd ………

Anggota I : Drs. J. S. Sukardjo, M.Si ………..

Anggota II : Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si ………...

Disahkan Oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

Desy Dwi Artanti. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA

MENGGUNAKAN METODE GI YANG DILENGKAPI DENGAN PENERAPAN MEDIA VBL PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DI SMAN 1 CEPER TAHUN AJARAN

2009/2010. Skipsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :“Efektivitas penggunaan Metode pembelajaran GI yang dimodifikasi dengan penerapan media VBL dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia”

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA N 1 Ceper tahun pelajaran 2009/2010. Sampel terdiri dari dua kelas. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara random sampling. Kelas eksperimen menggunakan metode GI yang dimodifikasi dengan penerapan media VBL. Data utama dalam penelitian ini berupa prestasi belajar siswa yang diperoleh melalui tes dalam bentuk objektif untuk aspek kognitif dan metode angket untuk aspek afektif. Analisis data dilakukan dengan uji t-pihak kanan dengan uji persyaratan analisisnya yaitu uji normalitas dengan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlet

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: penerapan metode pembelajaran GI yang dimodifikasi dengan penerapan media VBL dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif siswa kelas XI SMAN 1 Ceper, hal ini dapat dilihat dari harga thitung yang diperoleh,

untuk prestasi belajar kognitif thitung = 2,083 > ttabel = 1,66, sedangkan prestasi

belajar afektif thitung = 1,878 > ttabel = 1,66, masing-masing pada taraf signifikansi

(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Desy Dwi Artanti. THE EFFECTIVENESS OF TEACHING CHEMISTRY USING THE MODIFIED GI METHOD BY THE APPLICATION OF VBL MEDIA ON MAIN SUBJECT OF THE EQUILIBRIUM CHEMISTRY IN

SMAN 1 CEPER. Minithesis. Surakarta: Theacher Training and Education

Faculty of Sebelas Maret University. July 2010.

The aim of this research is to know the effectiveness of teaching chemistry using GI method learning modified by the application of VBL media on main subject of the equilibrium chemistry.

The research is experimental method using Randomized Control Group Pretest-Postest Design. The population of this research was first semester of the XI IPA class SMAN 1 Ceper in academic year 2009/2010. The samples consist of two class, the XI IPA 1 class is as experimental class and the XI IPA 2 is as control class, that were decided by a random sampling. Experiment class were thought by GI method learning modified by the application of VBL media. The data were collected using multiple choice test to measure variable of achievement learning and questionnaires to measure affective aspect. The data were then analysed using t-test (right-tailed test).

The result of this research showed that: the GI method learning modified by the application of VBL media on main subject of the equilibrium chemistry is more effective than conventional method. It could be showed from the value obtained, for the ability cognitive the t-ob = 2,083 > ttable = 1,66, while the ability

of affective t-ob = 1,878 > ttable = 1,66, with difference of the experimental class

(6)

commit to user

vi

MOTTO

• Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 13)

• Ketahuilah bahwa bersabar atas apa yang tidak kamu sukai itu mengandung kebaikan yang banyak, dan sesungguhnya kemenangan ada

bersama kesabaran, kelapangan ada bersama kesusahan, dan bersama

kesulitan ada kemudahan (HR. Ahmad & At- Tirmidzi)

• Orang yang hidupnya untuk dirinya sendiri maka dia akan hidup kerdil dan mati sebagai orang yang kerdil, orang yang hidup untuk umat maka

dia akan hidup besar dan namanya tidak akan pernah mati (Sayyid

Quthub)

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

• Bapak dan Ibu yang sudah sangat luar biasa memberikan segalanya,

• Mas Eko, Mb Yulis dan Adik Puput yang selalu menjadi motivasi ku,

• Keluarga Besar di Sukoharjo yang telah memberi tempat berteduh selama ini,

• Teman-teman lingkaran kecil yang selalu memberikan energi tersendiri, The Ligh Team (Nanda, Apri, Dewi, Rina, Endah, Wiji, Tri, Andi, Panji) yang telah memberi ukhuwah yang begitu indah, Laskar BIAS FKIP yang telah berjuang bersama-sama, Keluarga besar HMP Kimia Kovalen periode 2007, Terima kasih buat semuanya,

• Semua teman-teman Kimia khususnya 2005 yang telah membersamai dari awal,

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan

yang sangat luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya Skipsi ini,

guna memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program

Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada

Rasulullah SAW.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan makalah ini

banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dengan segala kerendahan hati, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bpk. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah

memberikan izin penyusunan skripsi,

2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, selaku Ketua Jurusan P.MIPA FKIP

UNS, yang telah menyetujui atas permohonan penulisan skripsi,

3. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S, selaku Ketua Program Studi Kimia P.MIPA

FKIP UNS, yang telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi

ini,

4. Bpk. Drs. J.S. Sukardjo, M.Si , selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian hingga

diselesaikan skipsi ini,

5. Ibu Dr.rer.nat.Sri Mulyani, M.Si, Selaku pembimbing II sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan terhadap

skripsi ini,

6. Bpk Drs. Haryono, M.Pd Selaku penguji skripsi yang telah memberi

(9)

commit to user

ix

7. Bpk Drs. Sri Harjana, M.M, Kepala Sekolah SMA N I Ceper, yang telah

memberikan izin untuk mengadakan penelitian,

8. Ibu Happy dan Bpk. Sinder, selaku guru Kimia SMA N I Ceper , yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan

penelitian,

9. Siswa-siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA N I Ceper, terimakasih

atas bantuan dan kerjasamanya,

10.Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga

karya ini dapat memberikan manfaat.

Surakarta, Desember 2010

(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………... …… i

PERSETUJUAN……… ……... ii

PENGESAHAN………. ……... …... iii

ABSTRAK……… ……… iv

ABSTRACT………... v

MOTTO………. …... vi

PERSEMBAHAN………. vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI……… ….. x

DAFTAR TABEL………. xii

DAFTAR GAMBAR………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……… xv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah……… 4

C. Pembatasan Masalah……… 5

D. Perumusan Masalah……… 5

E. Tujuan Penelitian……… 5

F. Manfaat Penelitian……… 6

BAB II LANDASAN TEORI……… 7

A. Tinjauan Pustaka……… 7

1. Efektifitas……….……… 7

2. Pembelajaran Kimia……… 8

3. Metode Pembelajaran Kooperatif GI……… 9

4. Media Pembelajaran……… 11

5. Media VBL……… 13

6. Kesetimbangan Kimia……… 14

B. Kerangka Pemikiran……… 25

(11)

commit to user

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian………. 27

B. Metode Penelitian……… 27

C. Populasi dan Sampel……… 29

1. Populasi Penelitian………. 29

2. Teknik Pengambilan Sampel……….. 29

D. Variabel Penelitian………. 29

E. Teknik Pengumpulan Data………. 29

1. Sumber Data………... 29

2. Instrumen Penelitian……….. 29

a. Instrumen Kognitif……… 29

b. Instrumen Afektif……….. 32

F. Teknik Analisis Data………. 34

1. Uji Normalitas……… 34

2. Uji Homogenitas……… 35

3. Uji Hipotesis……….. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN………. 38

A. Deskripsi Data……… 38

B. Pembahasan……… 49

C. Keterbatasan Penelitian……….. 53

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN……… 54

A. Simpulan ……… 54

B. Implikasi………. 54

C. Saran……….. 54

DAFTAR PUSTAKA……….. 55

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian………

Tabel 2. Rancangan Penelitian ………...

Tabel 3. Skor Penilaian Afektif………

Tabel 4. Rangkuman Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan

Prestasi Belajar Afektif ………

Tabel 5. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Prestasi

Belajar Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif

GI yang dilengkapi VBL dan Model Pembelajaran

Konvensional………...

Tabel 6. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postest Prestasi

Belajar Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI

yang dilengkapi VBL dan Model Pembelajaran

Konvensional……….

Tabel 7.Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar

Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI

yang dilengkapi VBL dan Model Pembelajaran

Konvensional………..

Tabel 8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Prestasi Belajar

Afektif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang

dilengkapi VBL dan Model Pembelajaran

Konvensional………..

Tabel 9. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postest Prestasi Belajar

Afektif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang

dimodifikasi VBL dan Model Pembelajaran

Konvensional………..

Tabel 10. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi

Belajar Afektif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif

(13)

commit to user

xiii

GI yang dimodifikasi VBL dan Model Pembelajaran

Konvensional………..

Tabel 11. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Pretest, Nilai Postest dan

Selisih Nilai Postest-Pretest Prestasi Belajar Kognitif

Siswa………..

Tabel 12. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Pretest, Nilai Postest dan

Selisih Nilai Postest-Pretest Prestasi Belajar Afektif

Siswa………..

Tabel 13 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest, Postest dan

Selisih Postest-Pretest Prestasi Belajar Siswa………...

Tabel 14. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif………

Tabel 15. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif………...

38

45

46

47

48

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian………

Gambar 2. Hisogram Nilai Pretest Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan

Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL

dan Model Pembelajaran Konvensional………

Gambar 3. Hisogram Nilai Postest Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan

Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL

dan Model Pembelajaran Konvensional………

Gambar 4. Hisogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan

Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL

dan Model Pembelajaran Konvensional………

Gambar 5. Hisogram Nilai Pretest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan

Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL

dan Model Pembelajaran Konvensional………

Gambar 6. Hisogram Nilai Postest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan

Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL

dan Model Pembelajaran Konvensional………

Gambar 7. Hisogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan

Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL

dan Model Pembelajaran Konvensional………

26

39

40

41

42

43

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus dan Sistem Penilaian ………. 57

Lampiran 2. Skenario Pembelajaran ……… 61

Lampiran 3. Soal Try Out ……… 70

Lampiran 4. Lembar Jawab Soal Tes Try Out Kognitif ……….. .79

Lampiran 5. Soal Try Out Aspek Afektif ……… 74

Lampiran 6. Soal Pretest dan Postest ………... 84

Lampiran 7. Lembar Jawab Soal Tes Pretest dan Postest……… 89

Lampiran 8. Soal Pretest dan Postest Aspek Penilaian Afektif …………. 90

Lampiran 9. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Kognitif ……… 93

Lampiran 10. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penilaian Aspek Afektif ……… 98

Lampiran 11. Normalitas Pretest Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ……… 103

Lampiran 12. Normalitas Pretest Belajar Kognitif Kelas Kontrol ……….. 104

Lampiran 13. Normalitas Postest Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ……… 105

Lampiran 14. Normalitas Postest Prestasi Belajar Kognitif Kelas Kontrol .106 Lampiran 15. Normalitas Pretest Afektif Kelas Eksperimen ……….. 107

Lampiran 16. Normalitas Pretest Prestasi Belajar Afektif Kelas Kontrol .. 108

Lampiran 17. Normalitas Postest Prestasi Belajar Afektif Kelas Eksperimen ……… 109

Lampiran 18. Normalitas Postest Prestasi Belajar Afektif Kelas Kontrol.. 110

Lampiran 19. Normalitas Selisih Nilai Pretest Postest Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ……….. 111

Lampiran 20. Normalitas Selisih Nilai Pretest Postest Prestasi Belajar Kognitif Kelas Kontrol ……… 112

(16)

commit to user

xvi

Lampiran 22. Normalitas Selisih Nilai Pretest Postest Prestasi Belajar

Afektif Kelas Kontrol ……….. 114

Lampiran 23. Uji t-matching Nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Kimia Siswa Kelas XI IPA1 dan XI IPA2 Tahun Pelajaran 2009/ 2010 ……… .115

Lampiran 24. Uji t-pihak kanan Prestasi Belajar Afektif……….116

Lampiran 25. Uji t-pihak kanan Prestasi Belajar Kognitif………117

Lampiran 26. Normalitas Nilai UAS Kelas XI IPA 2………...118

(17)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya

perbaikan pada sistem Pendidikan Nasional yang termasuk pada penyempurnaan

kurikulum. Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang

mengalami perubahan dari kurikulum 1994 yang disempurnakan diganti dengan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan saat ini sedang

diterapkan dan dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

KTSP yang merupakan pengembangan dari kurikulum 2004 mempunyai prinsip

bahwa kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan

kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Hasil belajar yang dinilai

mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotor diharapkan dapat tercapai

sebagai hasil pembelajaran.

Secara umum pengajaran kimia bertujuan untuk mengembangkan sumber

daya manusia yang memiliki ketrampilan intelektual dan psikomotor dalam

bidang kimia yang dilandasi sikap ilmiah sehingga mampu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu materi pembelajaran

kimia di SM A adalah Kesetimbangan Kimia. Dalam materi tersebut terdapat

konsep-konsep yang abstrak yang memerlukan pengamatan siswa. salah satu sub

materi Kesetimbangan Kimia adalah Pergeseran Kesetimbangan Kimia yang

didalamnya terdapat pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan , hal ini dapat

ditunjukkan salah satunya dengan adanya perubahan warna yang terjadi sehingga

arah pergeseran kesetimbangan dapat diketahui bergeser ke kanan atau ke kiri.

Konsep yang bersifat abstrak ini dapat lebih nyata dengan melakukan praktikum

di laboratorium, sehingga diharapkan siswa dapat mengamati secara langsung

agar pembelajaran lebih jelas.

M asalah yang timbul adalah tidak semua sekolah mempunyai gedung

laboratorium dengan peralatan praktik kimia yang lengkap. Kondisi ini terutama

(18)

commit to user

laboratorium kimia yang memadai, dan hanya memiliki peralatan praktikum

sederhana. Hal ini tentu tidak mendukung upaya pembelajaran kimia melalui

pengalaman langsung oleh siswa terhadap konsep dan fakta kimia. Sehubungan

dengan itu, peneliti mencoba memberikan satu terobosan pembelajaran kimia

dengan melaksanakan praktikum tanpa gedung laboratorium dan peralatan kimia

yang mahal yaitu VBL (Video Based Laboratory). VBL sebagai alat bantu

potensial dalam pengembangan kemampuan interpretasi bagi siswa. VBL akan

digunakan untuk menampilkan percobaan kimia tentang pergeseran

kesetimbangan dengan baik tanpa melalui praktik langsung. VBL diharapkan

berkemampuan baik untuk digunakan sebagai media pengajaran Kesetimbangan

Kimia yang mencakup aspek teoritis maupun eksperimental. Dalam sebuah

penelitian sebelumnya dengan judul ”Work In Progress- Video-Based Lab

Tutorials in an Undergraduate Electrical Circuit Course”, dalam jurnal Rose-Human Institute of Technology, Terre Haute, IN 47803, menunjukkan hasil

bahwa media yang digunakan yaitu VBL memberikan hasil yang lebih baik

daripada pembelajaran pembelajaran yang berbasis pada teks. Selain itu media

VBL tidak membuat bingung dan frustasi siswa ketika siswa masih belum

familierdengan peralatan yang mau dioperasikan

M ateri pokok bahasan Kesetimbangan Kimia yang diberikan pada kelas XI

SM A semester I di SM AN 1 Ceper Klaten tahun pelajaran 2007/2008

menunjukkan bahwa nilai hasil pembelajaran rata-rata rendah. Hal ini karena

adanya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa untuk pelajaran kimia khususnya

materi Kesetimbangan Kimia. Selain itu juga menunjukkan bahwa pengajaran

yang diberikan kepada peserta didik khususnya materi Kesetimbangan Kimia

belum maksimal sehingga hasil yang didapat belum memuaskan. Rendahnya

prestasi belajar siswa khususnya pada materi Kesetimbangan Kimia ini,

dimungkinkan karena rendahnya motivasi belajar siswa dan proses belajar

mengajar yang hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara

aktif dalam proses belajar tersebut. Berkaitan dengan hal diatas maka harus dicari

model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Karena

(19)

commit to user

guru hanya mentransfer ilmunya secara utuh ke pikiran siswa tanpa

memperhatikan kemampuan siswa berbeda-beda. Sedangakan siswa hanya

sebagai obyek dan dibatasi kebebasannya dalam kegiatan belajar mengajar,

sehingga membuat siswa menjadi malas dan kurang bersemangat dalam mengikuti

proses belajar mengajar.

Pada pembelajaran kooperatif penggunaan ketrampilan-ketrampilan sangat

penting untuk mengembangkan sikap saling bekerjasama, mempunyaai rasa

tanggung jawab dan mampu berkompetisi secara sehat. Sifat dan sikap demikian

akan membawa pribadi yang diharapakan berhasil dalam menghadapi tantangan

pendidikan yang lebih tinggi yang berorientasi pada kelompok. Dalam

pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah untuk menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan

masalah-masalah tersebut dengan temannya. Anggota kelompok yang mempunyai

prestasi lebih baik harus membantu teman sekelomponya dengan melakukan apa

saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil (Slavin, 1985 : 5). M aka perlu

adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif dalam

kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara

lain: diskusi, presentasi, debat pendapat dan sebagainya. Sehingga kegiatan

belajar mengajar berlangsung aktif dan siswa tidak cepat merasa bosan.

Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dalam proses belajar mengajar

dipengaruhi banyak faktor. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah

faktor motivasi belajar siswa terhadap materi yang akan dipelajari. M otivasi dapat

diartikan sebagai daya pengerak atau dorongan dari dalam diri seseorang untuk

melakukan suatu tindakan. M otivasi lain tumbuh dalam diri seseorang dapat juga

dirangsang dari luar. Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan media VBL

bukan hanya diharapkan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam hal

menginterpretasikan konsep-konsep abstrak dalam kimia namun juga dapat

dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan motivasi belajar.

Selain faktor motivasi belajar siswa, pemilihan metode mengajar yang

tepat untuk materi pokok bahasan tertentu juga mempengaruhi pencapaian tujuan

(20)

commit to user

yang menuntut keaktifan siswa seperti GI (Group Investigation) diharapkan

mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. M etode GI yaitu sistem

pembelajaran yang membuat siswa mempunyai minat dan antusias untuk berperan

aktif baik secara individu ataupun dalam kelompok mencari informasi sendiri,

serta sharing pemahaman dengan teman/ kelompok lain. Dengan GI ini

diharapkan siswa mempunyai kompetensi yang lebih baik. Siswa diharapkan

mempunyai pemahaman secara penuh konsep-konsep dalam Kesetimbangan

Kimia dan diharapakan siswa dapat berlatih diskusi (mengeluarkan pendapat dan

mendengarkan pendapat orang lain), bekerjasama dalam kelompok (team work),

memimpin diskusi, serta berpresentasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian tentang

penerapan metode kooperatif GI yang dilengkapi dengan penggunaan VBL untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep. Dengan modifikasi

keduanya tersebut, maka siswa diberi kebebasan untuk membangun sendiri

pengetahuannya. Keduanya merupakan faktor yang sangat membantu dalam

membentuk dan mengembangkan pengetahuan siswa. Dengan demikian,

modifikasi antara GI dengan penggunaan VBL akan dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa terhadap materi Kesetimbangan Kimia

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Adanya prestasi belajar yang rendah dalam pelajaran Kimia khususnya materi

Kesetimbangan Kimia karena model pembelajaran dan media pembelajaran

yang digunakan selama ini kurang variatif.

2. M etode pembelajaran kooperatif GI belum banyak digunakan di SM A N 1

Ceper

3. Konsep Kesetimbangan Kimia yang bersifat abstrak tidak bisa dijelaskan

dengan praktikum karena keterbatasan sarana laboratorium yang ada di SM A

(21)

commit to user

4. Banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran karena kurangnya

motivasi belajar dan model pembelajaran yang digunakan masih bersifat

teacher centered.

C. Pembatasan masalah

Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka perlu adanya

pembatasan masalah. Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada:

1. M ateri yang diajarkan khusus pada materi Kesetimbangan Kimia

2. Pembelajaran dilakukan dengan metode kooperatif GI yang dilengkapi dengan

media VBL

3. M edia VBL hanya menampilkan praktikum tentang reaksi reversible dan

pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan

4. Prestasi belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif dan aspek afektif

5. Subyek penelitian yaitu siswa kelas XI IPA semester ganjil SM AN 1 Ceper

tahun pelajaran 2009/2010

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini

dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah metode pembelajaran GI yang

dilengkapi dengan penerapan media VBL efektif dalam pembelajaran Kimia pada

pokok bahasan Kesetimbangan Kimia?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui :“Efektivitas penggunaan M etode pembelajaran GI yang

dilengkapi dengan penerapan media VBL dalam pembelajaran Kimia pada pokok

(22)

commit to user F. Manfaat Penelitian

1. M anfaat Secara Teoritis

Informasi mengenai penggunaan metode GI yang dilengkapi dengan media VBL

2. M anfaat Secara Praktis

a. M emberikan alternatif media pembelajaran yang lain bagi sekolah-sekolah

yang tidak memiliki laboratorium atau tidak memiliki peralatan kimia lengkap

dalam pembelajaran Kimia

b. M emberikan alternatif metode yang lain bagi guru kimia dalam

menyampaikan materi yang memiliki konsep abstrak agar lebih mudah

dipahami siswa

c. M emberikan alternatif metode pembelajaran yang lain bagi guru kimia untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti-peneliti

selanjutnya yang melakukan penelitian tentang pengajaran kimia, khususnya

(23)

commit to user BAB II

LANDAS AN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 284), efektif berarti

dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan). M enurut M argono

(1995: 3) “efektif berarti semua potensi dapat dimanfaatkan dan semua tujuan

dapat dicapai. Sedangkan menurut Roestiyah N.K (2001:1), efektif menunjuk

pada sesuatu yang mampu memberikan dorongan atau bantuan dalam mencapai

suatu tujuan. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektif

adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan, sehingga

efektifitas pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kesanggupan yang

menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada diri siswa.

M enurut Roestiyah N. K (1989: 37-41) ada beberapa syarat yang

diperlukan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif, antara lain:

a. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Di dalam belajar siswa harus

mengalami aktivitas mental, misalnya siswa dapat mengembangkan

kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis juga mengalami

aktivitas jasmani seperti mengerjakan sesuatu.

b. Guru harus menggunakan banyak metode waktu mengajar. Variasi metode

mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa,

mudah diterima siswa dan kelas menjadi hidup.

c. Guru harus memberikan motivasi karena hal ini sangat berperan pada

kemajuan perkembangan siswa selanjutnya melaui proses belajar.

d. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individu. Guru tidak cukup

hanya merencanakan perencanaan klasikal, karena masing-masing siswa

mempunyai perbedaan dalam beberapa segi misalnya intelegensi, bakat,

tingkah laku dan lain-lain.

e. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum

(24)

commit to user

kelas. Perencanaan yang masak dapat menumbuhkan banyak inisiatif dan daya

kreatif guru waktu mengajar, dapat meningkatkan interaksi dan meningkatkan

interaksi dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa.

Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya suatu

tujuan yang telah ditentukan. Hasil yang semakin mendekati tujuan yang telah

ditentukan menunjukkan semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Pembelajaran

yang efektif adalah pembelajaran yang dapat memanfaatkan segala potensi

sebagai pengukur terhadap keberhasilan siswa atau prestasi belajar siswa setelah

mempelajari suatu materi pelajaran.

2. Pembelajaran Kimia

Istilah “pembelajaran” sama dengan “pengajaran”. Pembelajaran

mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan menurut

Poerwadarminta (1984 : 22). M enurut M argono (1989 : 1) : “M engajar adalah

kegiatan agar siswa dapat belajar, artinya agar terjadi perubahan tingkah laku pada

diri siswa”. M engajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan sekitar

siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan

belajar (Nana Sudjana, 1989 : 7). Dalam mengajar ada 3 faktor yang harus

diperhatikan : 1. Pengajar – yang mengajar, yang memberikan bahan, yang

memotivasi; 2. pelajar – yang menerima, yang belajar, yang menyerap dan

menggunakannya; 3. Bahan pelajarannya (Roestiyah, 1998 : 1)

Dengan demikian pembelajaran diartikan sebagai perbuatan belajar (oleh

siswa) dan mengajar (oleh guru) dimana terjadi pengorganisasian lingkungan yang

ada disekitar siswa sehingga proses belajar mengajar yang berupa penyampaian

pengetahuan dapat berjalan baik.

M empelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia

yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi

ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai

peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat

materi dan perubahnnya, menemukan metode ilmiah, mengembangkan

kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta

(25)

commit to user

dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau

“tidak kasat mata” (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkritnya

(Depdiknas, 2003 : 2)

M enurut Elizabeth Kean dan Catheine M iddlecamp (1985 :5) menyatakan

bahwa sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, materi kimia sifatnya berurutan

dan berkembang dengan pesat, diajarkan dalam bentuk yang lebih sederhana

daripada kenyataannya, melibatkan lebih daripada sekedar pemecahan soal-soal,

dan menuntut banyak belajar.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam proses pembelajaran

khususnya pelajaran kimia guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang

memadai dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya dan harus mampu

mewujudkan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu mengelola

kelasnya sehingga prestasi belajar siswa tinggi.

3. M etode Pembelajaran Kooperatif GI

M etode GI adalah perpaduan bidang sosial dan kemahiran berkomunikasi

dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis. GI tidak

dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan

dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam

pembelajaran kelas (Arends,1997 : 120-121)

Dalam menggunakn metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa

kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang siswa dengan karakteristik yang

heterogen. Adapun metode GI memiliki enam tahapan kegiatan yaitu sebagai

berikut:

a. M engidentifikasi Topik dan Pembentukan Kelompok

Tingkatan ini menekankan pada permasalahan dimana siswa meneliti,

mengajukan topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa

diberikan modul yang mana berisikan kisi-kisi, dari langkah ini diharapkan

siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan pada siswa.

Kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu

(26)

commit to user

membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan

memudahkan pengaturan.

b. M erencanakan Tugas Belajar

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan

diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta

mengumpulkan sumber untuk penyelesaian masalah yang telah diinvestigasi

kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada

penelitian untuk seluruh kelas.

c. M enjalankan Investigasi

Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi,

menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota

kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk

kelompoknya. Sedangkan anggota kelompok yang lain dapat menolong dan

mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar informasi dan

mengumpulakan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kumpulan.

d. M enyiapkan Laporan Akhir

Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan mengintegrasikan

semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di

depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk

mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian

setiap anggota mendengarkan. Peran guru disini sebagai penasihat membantu

memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya.

e. M empresentasikan Hasil Akhir

Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan

berbagai bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang

beraneka ragam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan

dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab.

f. M engevaluasi

Pada tahap ini siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik

(27)

commit to user

mengevaluasi proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai

semua subtopik yang disajikan (Slavin, 1985 : 73)

4. M edia pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, sehingga media

adalah perantara atau pengantar pesan kepada penerima pesan (Arief S. Sadiman,

1996 : 6). Kemudian menurut AECT (Association of Education and

Communication Technology) dalam Arif S. sadiman (1996 : 19), media atau

bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan

yang biasanya disajikan dengan peralatan, sedangkan hardware atau perangkat

keras merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung dalam pesan

tersebut.

M edia merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk membawa

suatu informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media

dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa

informasi yang ditujukan untuk pembelajaran. selain digunakan sebagai alat

penyampaian pembelajaran yang utuh, media juga dapat dimanfaatkan untuk

menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, misalnya memperikan

penguatan atau motivasi.

Proses pembelajaran hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke

pengirim pesan (Arief S. sadiman, 1996 : 11), sedangkan Howard dalam Roestyah

N. K (1989 : 15), “Pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong,

membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengembangkan ketrampilan, skap,

cita-cita, penghargaan dan pengetahuan”.

Dari pengertian di atas, media pembelajaran dapat diartikan sebagai

perangkat keras dan atau perangkat lunak yang dapat digunakan untuk

menciptakan proses belajar, sehingga pebelajar dapat memperoleh pengetahuan

(28)

commit to user

M edia pembelajaran dalam dunia pendidikan secara umum mempunyai

kegunaan sebagai berikut :

1. M emperjelas penyajian agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk

kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. M engatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,misalnya :

a. obyek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan gambar, film bingkai

b. obyek yang kecil bisa dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai atau

gambar

c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan time

elapseatau high-speed photography

d. kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilakan lagi

lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal

e. obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagaram dan lain-lain

f. konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain)

dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan

lain-lain

3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sifat pasif siswa

Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:

a. menimbulkan kegairahan belajar,

b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan

lingkungan dan kenyataan

c. memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan

sifatnya

4. Dengan sifatnya yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk semua siswa, maka guru akan banyak mengalami

kesulitan bila semua itu diatasi sendiri. Apabila latar belakang lingkungan

guru dan juga siswa berbeda. M asalah ini dapat diatasi dengan media

(29)

commit to user

a. memberikan perangsang yang sama,

b. mempersamakan pengalaman,

c. menimbulkan persepsi yang sama (Arief S. sadiman, 1996 : 16-17)

5. M edia VBL

Salah satu usaha untuk memberikan variasi dalam pembelajaran kimia

adalah dengan menggunakan media pendidikan kimia yang cenderung disebut

sebagai alat peraga kimia. M edia pendidikan kimia yang cenderung disebut

sebagai alat peraga kimia juga didefinisikan sebagai suatu alat peraga yang

penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran yang telah

dituangkan dalam Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) mata pelajaran

kimia dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar

(Darhim, 1993 : 5). Video Based Laboratory (VBL), merupakan salah satu media

pembelajaran sebagai alat bantu potensial dalam pengembangan kemampuan

interpretasi konsep-konsep abstrak melalui video yang menampilkan percobaan

laboratorium untuk memudahkan pemahaman bagi siswa.

VBL sebagai media pembelajaran memiliki beberapa nilai praktis

diantaranya: (1). Dapat mengatasi perbedaan pengalaman siswa, (2). Dapat

membangkitkan semangat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi serta

merangsang kegiatan siswa dalam belajar, (3). Dapat mempengaruhi abstraksi,

(4). Dapat memperkenalkan, memperbaiki, meningkatkan dan memperjelas

pengertian konsep dan fakta, (5). Dapat membantu mengatasi keterbatasan indera

manusia, (6). Dapat mengatasi kendala ruang dan waktu, (7). Dapat menyajikan

obyek pelajaran tanpa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas

(30)

commit to user

6. Kesetimbangan Kimia

I. Konsep Kesetimbangan Kimia

1. Reaksi Reversibel dan Irreversibel

Perhatikan kertas yang terbakar. Apakah abu hasil pembakaran kertas

dapat diubah menjadi kertas seperti semula? Pengalaman menunjukkan bahwa

proses itu tidak dapat dilakukan, bukan? Reaksi seperti itu kita golongkan sebagai

reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik (irreversibel).

Apakah ada reaksi yang dapat balik? Dalam kehidupan sehari-hari sulit

menemukan reaksi yang dapat balik. Proses-proses alami umumnya berlangsung

searah, tidak dapat balik. Namun, di laboratorium maupun dalam proses industri,

banyak rekasi yang dapat balik. Reaksi yang dapat balik kita sebut reaksi

reversible. Dua diantaranya kita sebutkan dalam contoh di bawah ini.

Contoh1:

Jika campuran gas nitrogen dan hidrogen dipanaskan akan menghasilkan amonia

N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)

Sebaliknya jika ammonia (NH3) dipanaskan akan terurai membentuk nitrogen dan

hidrogen:

2NH3 (g) N2 (g)+ 3H2 (g)

Apabila diperhatikan ternyata reaksi kedua merupakan kebalikan dari reaksi

pertama. Kedua reaksi itu dapat digabuhng sebagai berikut:

N2 (g) + 3H2 (g) ⇔ 2NH3 (g)

Tanda ⇔ dimaksudkan untuk menyatakan reaksi dapat balik. Reaksi kekanan

disebut reaksi maju, reaksi ke kiri disebut reaksi balik

Contoh 2:

Reaksi antara timbel(II) sulfat dengan natrium iodida. Jika serbuk timbel(II) sulfat

direaksikan dengan natrium iodida, terbentuk endapan kuning dari timbel(II)

iodida sebagai berikut:

PbSO4(s)+ 2NaI(aq) PbI2(s)+ Na2SO4 (aq)

Putih Kuning

Sebaliknya, jika endapan timbel(II) iodide direaksikan dengan larutan natrium

(31)

commit to user

PbI2(s)+ Na2SO4(aq) PbSO4(s)+ 2NaI(aq)

Kuning Putih

Reaksi pertama dan reaksi kedua diatas dapat digabungkan sebagai berikut:

PbSO4(s)+ 2NaI(aq) ⇔ PbI2(s)+ 2Na2SO4(aq)

2. Reaksi Setimbang

Bayangkan suatu ruangan tertutup dimana 1 mol gas nitrogen dipanskan

bersama 3 mol gas hidrogen.pada awalnya, hanya terjadi satu reaksi yaitu

pembentukan amonia

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)

Seperti telah disebutkan di atas,amonia dapat terurai membentuk nitrogen

dan hidrogen. Oleh karena itu, segera setelah terbentuk, sebagian amonia akan

terurai kembali membentuk gas nitrogen dan gas hidrogen.

2NH3(g) N2(g)+ 3H2 (g)

Selanjutnya kedua reaksi tersebut akan berlangsung secara bersamaan (simultan)

menurut reaki dapat balik berikut:

N2(g) + 3H2(g) ⇔ 2NH3(g)

M isalnya laju reaksi maju v1 dan laju reaksi balik v2. sebagaimana telah

dipelajari dalam bab 3 (Laju Reaksi), nilai v1bergantung pada konsentrasi N2dan

H2, sedangkan nilai v2 bergantubng pada konsentrasi NH3. pada awal reaksi,v1

mempunyai nilai maksimum, sedangkan v2 = 0 (karena NH3 belum terbentuk).

Selanjutnya, seiring dengan berkurangnya konsentarasi N2 dan H2 nilai v1 makin

lama makin kecil. Sebaliknya, dengan bertambahnya konsentrasi NH3, nilai v2

makin lama makin besar. Pada suatu saat, laju reaksi maju (v1) akan menjadi sama

dengan laju reaksi balik (v2).hal itu berarti bahwa laju menghilangnya suatu

komponen sama dengan laju pembentukan komponen itu. Berariti sejak v1 = v2,

jumlah masing-masing komponen tidak berubah terhadap waktu. Oleh karena itu,

tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur (sifat makroskopis tidak

berubah), reaksi seolah-olah telah berhenti. Keadaan seperti itu disebut keadaan

setimbang (kesetimbangan). Akan tetapi, percobaan menunjukkan bahwa dalam

(32)

commit to user

mikroskopis) oleh karena itu, keseimbangan kimia disebut kesetimbangan

dinamis.

3. Waktu Untuk M encapai Kesetimbangan

Waktu untuk mencapai kesetimbangan berbeda dari satu reaksi kereaksi

yang lain. Ada reaksi yang mencaai kesetimbangan begitu zat-zat pereaksi

dicampurkan, misalnya:

Fe3+(aq)+ SCN

-(aq) ⇔ FeSCN 2+

(aq)

2CrO42-(aq)+ 2H

+

Cr2O7(aq)+ H2O(l)

Akan tetapi banyak reaksi yang memerlukan waktu lebih lama untuk

mencapai kesetimbanagn. M isalnya, reaksi gas nitrogen dengan gas hidrogen

membentuk amonia,

N2(g) + 3H2(g) ⇔ 2NH3(g)

M emerlukan waktu berhari-hari untuk mencapai kesetimbangan meskipun

dilakukan pada suhu 500oC

Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung pada laju

reaksinya. Semakin besar laju reaksi, semakin cepat kesetimbangan tercapai.

a. Sifat-Sifat Kesetimbangan Kimia

Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup.

Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem terbuka.

Sebagaimana kita saksikan, berbagai proses alami, seperti perkaratan logam,

pembusukan, dan pembakaran, merupakan reaksi yang berlangsung searah. Akan

tetapi jika sistemnya kita perbesar, misalnya mencakup atmosfer secara

keseluruhan, kita dapat melihat berbagai kesetimbangan. M isalnya kesetimbangan

yang mengatur komposisi atmosfer yang relatif konstan dari waktu ke waktu.

Proses kesetimbangan juga terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Darah manusia

sebagai contoh, mempunyai sistem yang mengatur pH tetap sekitar 7,4. hal itu

sangat penting, karena perubahan kecil saja pada pH darah akan mengganggu

(33)

commit to user

b. Kesetimbangan Homogen dan Heterogen

kesetimbangan yang sama komponennya satu fase kita sebut

kesetimbangan homogen, sedangkan kesetimbangan yang terdiri dari dua fase

atau lebih kita sebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat

beruap sistem gas atau laruatan. Kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan

komponen padat-gas atau cair-gas.

Contoh kesetimbangan homogen:

1. Azas Le Chatelier

Pada tahun 1884, Henri Louis Le Chatelier (1850 – 1936) berhasil

menyimpulkan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan dalam suatu azas

yang dikenal dengan azas Le Chatelier sebagai berikut: bila terhadap suatu

kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu akan mengadakan

reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut. Secara singkat, azas

Le Chatelier dapat disimpulakan sebagai berikut:

Reaksi = -Aksi

Cara sistem bereaksi adalah dengan melakuakn pergeseran ke kiri atau ke

kanan. M arilah kita bahas penerapan azas Le Chatelier terhadap pergeseran

kesetimbanagn

a. Pengaruh Konsentrasi

Sesuai dengan azas Le Chatelier (Reaksi = -Aksi), jika konsentrasi salah

satu komponen diperbesar maka reaksi sistem adalah mengurangi komponen

(34)

commit to user

reaksi sistem adalah menambahkan komponen itu. Oleh karena itu, pengaruh

konsentrasi terhadap kesetimbangan berlansung

b. Pengaruh Tekanan

Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volum akan memperbesar

konsentrasi semua komponen. Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka sistem akan

bereaksi dengan mengurangi tekanan. Sebagaimana anda ketahui, tekanan gas

bergantung pada jumlah molekul dan tidak bergantung pada jenis gas. Oleh

karena itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser

ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi

dengan cara memperbesar volum, maka sistem akan bereaksi dengan menambah

tekanan dengan cara menambah jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah

yang jumlah koefisiennya lebih besar.

c. Pengaruh Komponen Padat dan Cair

Penambahan atau pengurangan komponen yang berupa padatan atau cairan

murni tidak mempegaruhi keetimbangan. Hal ini dapat dipahami sebagai berikut.

Penambahan komponen yang berupa larutan atau gas akan berpengaruh pada

kerapatan antarpartikel dalam campuran.jika suatu komponen gas atau terlarut

ditambahkan, maka konsentrasi meningkat, sehingga sistem bereaksi untuk

mengurangi konsentrasi. Jika yang ditambahkan berupa padatan atau cairan

murni, hal itu tidak merubah konsentrasi karena jarak antarpartikel dalam padatan

dan cairan adalah tetap.

Demikian juga halnya pada perubahan tekanan atau volum. Perubahan

tekanan atau volum tidak mempengaruhi konsentrasi padatan atau cairan murni.

Jadi, ketika mempertimbangkan pengaruh tekanan dan volum, koefisien

komponen padat tidak diperhitungkan. Tekanan hanya berpengaruh pada system

kesetimbangan gas

d. Pengaruh Suhu

Sesuai denagn azas Le Chatelier, jika suhu system kesetimbangan

dinaikkan, maka reaksi sistem menurunkan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke

(35)

commit to user

suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi eksoterm.

Perhatikan contoh soal berikut:

Ditentukan reaksi kesetimbnagan:

(1) N2(g)+ 3H2(g) ⇔ 2NH3(g) H = -92,2 kJ

(2) H2O(g) ⇔ ½ H2(g)+ O2(g) H = +242 kJ

Ke arah mana kesetimbangan bergeser jika suhu dinaikkan?

Jawab:

Pada kenaikan suhu, kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi endoterm;

Pada kesetimbangan (1), reaksi bergeser ke kiri

Pada kesetimbangan (2), reaksi bergeser ke kanan

e. Pengaruh Katalisator

Dalam bab 3 telah dijelaskan bahwa katalisator memperbesar laju reaksi

karena menurunkan energi pengaktifan. Penurunan energi pengaktifan tersebut

berlaku untuk kedua arah. Jadi, katalisator akan mempercepat laju reaksi maju

sekaligus laju reaksi balik. Oleh karena itu, penggunaan katalisator akan

mempercepat tercapainya keadaan setimbang.suatu reaksi yang memerlukan

waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat

dicapai dalam beberapa menit dengan adanya katalisator. Suatu katalisator juga

penting dalam reaksi yang memerlukan suhu tinggi, karena dengan sutu

katalisator reaksi seperti itu dapat berlangsung pada suhu yang lebih rendah. Hal

itu akan jadi sangat penting jika reaksi pada suhu tinggi mengurangi rendemen

hasil reaksi.

M eskipun katalisator dapat mempercepat pencapaian keadaan setimbang,

namun katalisator tidak mengubah komponen kesetimbangan.

III. Kesetimbangan Dalam Industri

Banyak proses pembuatan zat kimia yang didasarkan pada reaksi

kesetimbangan.agar efesien, kondisi reaksi haruslah diusahakan sedemikian

sehingga menggeser kesetimbangan ke arah produk dan memiinimalkan reaksi

balik. Pada bagian berikut kita akan membahas bagaimana prinsip kesetimbangan

(36)

commit to user

1. Pembuatan Amonia M enurut Proses Haber-Bosch

Nitrogen terdapat melimpah di udara, yaitu sekitar 78% volum. Walaupun

demikian, senyawa nitrogen tidak terdapat banyak di alam.satu-satunya sumber

alam yang penting adalah NaNO3 yang disebut senyawa Chili. Sementara itu,

kebutuhan senyawa nitrogen semakin banyak, misalnya, untuk industri pupuk,

mesiu, dan bahan peledak. Oleh karena itu, proses sintesis senyawa nitrogen

disebut fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri yang sangat pentinng.

M etode yang paling utama adalah dengan mereaksikan nitrogen dengan hidrogen

membentuk amonia. Selanjutnya amonia dapat diubah menjadi senyawa nitrogen

lain seperti asam nitrat dan garam nitrat.

Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh

Fritz Haber (1908), seorang ahli kimia dari Jerman.sedangkan proses industri

pembuatan amonia, untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl

Bosch, seorang insinyur kimia, juga dari Jerman.

Persamaan termokimia realsi sintesis amonia adalah:

N2(g)+ 3H2(g) ⇔ 2NH3(g) H = -92,4 kJ

Pada 25oC : Kp = 6,2 x 105

Berdasarkan pada prinsip kesetimbangan, kondisi menguntungkan untuk

ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah tekanan

tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berjalan sangat lambat pada suhu rendah,

bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Di pihak lain, karena reaksi ke kanan

eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi rendemen.

Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar 500oC dan

tekanan sekitar150 – 350 atm dengan katalisator, yaitu serbuk besi dicampur

dengan Al2O3, M gO, CaO, dan K2O. dewasa ini, seiring dengan kemajuan

teknologi, digunakan tekanan yang jauh lebih besar, bahkan mencapai 700 atm.

Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang terbentuk segera dipisahakan.

M ula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen dikompresi (dimampatkan)

hingga mencapai tekanan yang diinginkan. Kemudian campuaran gas dipanaskan

dalam suatu ruangan bersama katalisator sehingga terbentuk amonia. Campuran

(37)

commit to user

hidroen yang belum bereaksi (dan juga amonia yang tidak mencair) diresirkulasi,

sehingga pada akhirnya semua diubah menjadi amonia.

2. Pembuatan Asam Sulfat M enurut Proses Kontak

Satu lagi contoh industri yang berdasarkan reaksi kesetimbangan yaitu

pembuatan asam sulfat yang dikenal dengan proses kontak. Reaksi yang terjadi

dapat diringakas sebagai berikut:

1. Belerang dibakar dengan udara membentuk belerang dioksida

S(s)+ O2(g) ⇔ SO2(g)

2. Belerang dioksida dioksidasi lebih lanjut menjadi belerang trioksida

2SO2(g) + O2(g) ⇔ 2SO3(g)

3. Belerang trioksida dilarutakan dalam asam sulfat pekat membentuk asam

pirosulfat

H2SO4(aq)+ SO3(g) ⇔ H2S2O7(l)

4. Asam pirosulfat direasikan dengan air dapat membentuk asam sulfat pekat

H2S2O7(l)+ H2O(l) ⇔ H2SO4(aq)

Tahap penting dalam proses ini adalah reaksi (2). Reaksi ini merupakan reaksi

kesetimbangan dan eksoterm. Sama seperti pada sintesis amonia,reaksi ini hanya

berlangsung baik pada suhu tinggi. Akan tetapi pada suhu tingi kesetimbangan

bergeser ke kiri. Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500oC dengan

katalisator V2O5. sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan produksi SO3,

tetapi ternyata penambahan tekanan tidak diimbangi penambahan hasil yang

memadahi. Oleh karena itu, pada proses kontak tidak digunakan tekanan besar

melainkan tekanan normal, 1 atm

IV. Tetapan Kesetimbangan

1. Hukum Kesetimbangan

Kita telah mengetahui bahwa komposisi kesetimbangan dapat berubah

bergantung pada kondisi reaksi. Akan tetapi, pada tahu 1864 Cato maximillian

Gulberg dan PeterWage menemukan adanya suatu hubungan yang tetap antara

konsentrasi komponen dalam kesetimbangan. Hubungan yang tetap ini disebut

(38)

commit to user

2. Persamaan Tnetapan Kesetimbangan

Ungkapan hukum kesetimbangan kita sebut persamaan tetapan

kesetimbanagn. Persamaan tetapan kesetimbangan sesuai dengan

stoikiometri reaksi. Secara umum untuk reaksi

mA + nB ⇔ pC + qD

persamaan tetapan kesetimbangan adalah

n

3. Tetapan Kesetimbangan Tekanan (Kp)

Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan gas juga dapat dinyatakan

berdasarkan tekanan parsial gas, selain tetapan kesetimbnagan berdasarkan

konsentrasi.tetapan kesetimbangan yang bedasarkan tekanan parsial disebut

tetapan kesetimbangan tekanan parsial dan dinyatakan dengan Kp

4. Tetapan Kesetimbangan untuk Kesetimbangan Heterogen

Persamaan tetapan kesetimbangan hanya mengandung komponen yang

konsentrasi atau tekanannya berubah selama reaksi berlangsung. Hal seperti

itu tidak terjadi pada zat padat murni atau zatcair murni. Karena itu, zat padat

murni atau zat cair murni tidak disertakan dalam persamaan tetapan

kesetimbangn.perhatikan contoh di bawah ini:

BiCl2(aq)+ H2O(l) ⇔ BiOCl(s)+ 2HCl(aq)

BiOCl(s)dan H2O(l)tidak disertakan dalam persamaan Kc

5. Hubungan Nilai Tetapan Kesetimbangan Antara Reaksi-reaksi yang Berkaitan

Reaksi dapat balik yang melibatkan SO2(g), O2(g)dan SO3(g) dapat dinyatakan

dengan tiga cara berikut:

(1) 2SO2(g)+ O2(g) ⇔ 2SO3(g) Kc = K1

(39)

commit to user

(3) SO2(g)+ ½ O2(g) ⇔ SO3(g) Kc = K3

Bagaimanakah hubungan antara nilai tetapan kesetimbangan reaksi-reaksi itu?

Persamaan Kc untuk ketiga reaksi tersebut adalah sebagai berikut:

]

Reaksi (2) adalah kebalikan dari reaksi (1) dan persamaan Kc untuk reaksi (2)

adalah kebalikan dari reaksi (1)

Jadi,

Reaksi (3) sama dengan reaksi (1) tetapi koefisiennya dibagi dua.

Ternyata, K3= K1 1/2

Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa:

(1). Jika persamaan reaksi kesetimbangan dibalik, maka harga Kc juga dibalik

(2). Jika koefisien reaksi kesetimbangan dibagi dengan faktor n maka harga

ketetapan kesetimbangan yang baru adalah akar pangkat n dari harga

ketetapan kesetimbangan yang lama.

(3). Jika koefisien reaksi kesetimbangan dikalikan dengan faktor n maka harga

tetapan kesetimbangan yang baru adalah harga tetapan kesetimbangan

yang lama dipangkatkan dengan n.

6. Penggabungan Persamaan Tetapan Kesetimbangan

Jika diketahui harga tetapan kesetimbangan pada 298K untuk dua reaksi

berikut,

Reaksi (1): N2(g) + O2(g) ⇔ 2NO(g) Kc = 4,1 x 10 -31

Reaksi (2): N2(g) + ½ O2(g) ⇔ N2O(g) Kc =2,4 x 10 -18

M aka kita dapat menentukanh arga tetapan kesetimbangan untuk reaksi

berikut

(40)

commit to user

Reaksi (3) adalah penjumlahan dari reaksi (1) dengan kebalikan dari reaksi (2)

Reaksi (1): N2(g) + O2(g) ⇔ 2NO(g)

Jika persamaan Kc reaksi (1) dikalikan dengan kebalikan persamaan Kc reaksi

(2) diperoleh persamaan Kc reaksi (3). Dengan demikian, harga Kc reaksi (3)

dapat ditentukan:

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:

Tetapan kesetimbangan untuk suatu reaksi total adalah hasil kali tetapan

kesetimbangan dari reaksi yang digabungkan.

7. M enentukan Nilai Tetapan Kesetimbangan

Harga tetapan kesetimbangan dapat ditentukan melalui percobaan. Salah satu

cara adalah dengan membekukan kesetimbangan, yaitu menurunkan suhu

secara tiba-tiba sehingga reaksi berhenti, sehingga kesetimbangan tidak

sempat bergeser. Dengan demikian, komposisi kesetimbangan dapat

(41)

commit to user V. Kesetimbangan Disosasi

Disosiasi adalah peruraian suatu zat menjadi zat lain yang lebih sederhana.

Disosiasi yang terjadi akibat pemanasan disebut disosiasi termal. Disosiasi yang

berlangsung dalam ruang tertutup akan berakhir dengan suatu kesetimbangan

yang disebut dengan kesetimbangan disosiasi.

Beberapa contoh kesetimbangan disosiasi gas:

2SO3(g) ⇔ 2SO2(g) + O2(g)

2NH3(g) ⇔ N2(g)+ 3H2(g)

N2O4(g) ⇔ 2NO2(g)

I2(g) ⇔ 2I(g)

Besarnya reaksi zat yang terdisosiasi dinyatakan oleh derajat disosiasi (á), yaitu

perbandinagn antara zat yang terdisosiasi dengan jumlah zat mula-mula.

mula

Jika jumlah mol zat mula-mula dinyatakan dengan á, maka:

a

Jadi, jumlah mol zat yang terdisosiasi = aá mol

B. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran kimia dengan menggunkan media VBL diharapkan akan

bisa meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pokok kesetimbangan

kimia. Karena media VBL menampilkan terkait praktikum materi kesetimbangan

kimia sehingga membantu siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak pada

materi kesetimbangan kimia, sehingga siswa lebih mudah memahami

konsep-konsep tersebut, dan diharapkan prestasinya akan lebih meningkat. Dengan

kemampuan visualisasinya, maka penggunaan VBL diharapkan akan lebih

membuat siswa menjadi tertarik dan tidak merasa bosan, sehingga siswa akan

(42)

commit to user

Aktivitas belajar siswa sangat penting dalam proses pembelajaran, karena

tanpa aktivitas maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan

tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. Pada penelitian ini akan diterapkan

metode pembelajaran kooperatif GI yang akan dapat merangsang siswa untuk bisa

terlibat aktif di dalam aktivitas belajar.

Sehingga dengan adanya metode pembelajaran kooperatif GI yang

dilengkapi dengan media VBL ini diharapkan aktivitas belajar siswa dan juga

prestasi belajar siswa akan bisa meningkat.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan kerangka

pemikiran sebagai berikut:

Bagan 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

C. Hipotesis

Hipotesis Penelitian ini adalah: “Metode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL lebih efektif dalam pembelajaran Kimia pada pokok

bahasan Kesetimbangan Kimiadaripada model pembelajaran konvensional”

Keadaan Awal

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

M etode GI yang

dimodifikasi dengan media VBL

M etode diskusi dilanjutkan ceramah

Prestasi

belajar kimia

(43)

commit to user 27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ceper, Klaten

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 yaitu

pada bulan Oktober- November. Perincian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian

No Kegiatan I II III IV V VI VII

1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan Proposal

3 Try Out

4 PelaksanaanPenelitian

5 Analisis Data

6 Penyusunan Laporan

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan

Randomized Control Group Pretest-Postest Design.

Tabel 2. Rancangan Penelitian

Kelompok Pretest Treatmen Post test

Eksperimen T1 X T2

(44)

commit to user 28 Keterangan :

X : Metode GI yang dimodifikasi dengan media VBL

Y : Metode konvensional, yakni: kegiatan diskusi yang dilanjutkan ceramah

T1 : Pretest Kesetimbangan Kimia

T2 : Post test Kesetimbangan Kimia

(Sumadi Suryabrata, 2000 : 45)

Prosedur dalam rancangan ini adalah:

1. Memilih sejumlah subyek dari suatu populasi.

2. Mengelompokkan subyek tersebut menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen yang dikenai variabel perlakuan X, dan kelompok kontrol yang

dikenai perlakuan Y.

3. Memberikan pretest T1 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

untuk mengukur rata-rata hasil belajar sebelum subyek diberi perlakuan.

4. Memberikan perlakuan X pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada

kelompok kontrol diterapkan perlakuan Y.

5. Memberikan Post test T2 pada kelompok eksperimen untuk mengukur

rata-rata hasil belajar yang dicapai setelah adanya perlakuan X.

6. Memberikan post test pada kelompok kontrol.

7. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelompok eksperimen untuk

mengukur rata-rata selisih nilai Pretest-Post test (Z1)

8. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelompok kontrol untuk

mengukur rata-rata selisih nilai Pretest-Post test (Z2)

9. Membandingkan Z1 dan Z2 untuk menentukan perbedaan yang timbul jika

sekiranya ada.

10.Menerapkan tes statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan

(45)

commit to user 29

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester

ganjil SMAN 1 Ceper Klaten tahun pelajaran 2009/ 2010

2. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik random sampling

dengan menggunakan dua kelas dari tiga kelas yang ada. Penetapan kelas sampel

dan kelas kontrol didasarkan pada nilai hasil ujian materi sebelumnya yang telah

dilakukan uji t-maching, sehingga kedua kelas mempunyai standar yang sama.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang diguanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas

Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode

pembelajaran kooperatif GI yang dimodifikasi dengan media VBL.

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dan prestasi

belajar siswa pada materi pokok bahasan Kesetimbangan Kimia

E. Teknik Pengumpulan data

1. Sumber Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dengan jenis tes

obyektif. Semua data dikumpulkan dengan cara memberikan pretest pada kedua

kelompok sampel dan pemberian post test setelah pemberian materi

Kesetimbangan Kimia, juga pada kedua kelompok sampel.

2. Instrumen Penelitian a. Instrumen Kognitif

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan soal-soal tes obyektif dengan lima

alternatif pilihan. Untuk mengetahui kelayakan instrument yang digunakan dalam

(46)

commit to user 30 a. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu

menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, yang harganya dapat dicari dengan

rumus sebagai berikut:

IK =

Skor maksimal = besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari

suatu item

N x skor maksimal = jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh siswa

dari suatu item

Indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut:

0,81 – 1,00 = mudah sekali (MS)

0,61 - 0,80 = mudah (M)

0,41 – 0,60 = sedang/ cukup (Sd-C)

0,21 – 0,40 = sukar (S)

0,00 – 0,20 = sangat sukar (SS) (Ignatius Masidjo, 1995 : 189 – 192)

b. Daya Pembeda Soal

Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut:

ID =

KA = jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa yang tergolong

(47)

commit to user 31

KB = Jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa yang tergolong

kelompok bawah

NKA atau NKB = Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau

kelompok bawah

NKA atau NKB x skor maksimal = Perbedaan jawaban dari siswa yang

tergolong kelompok atas dan bawah

yang seharusnya diperoleh

Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:

0,80 – 1,00 = sangat membedakan (SM)

0,60 – 0,79 = lebih membedakan (LM)

0,40 – 0,59 = cukup membedakan (CM)

0,20 – 0,39 = kurang membedakan (KM)

Negatif – 0,19 = sangat kurang membedakan (SKM)

(Ignatius Masidjo, 1995 : 198 – 201)

C. Validitas

Validitas soal diuji dengan rumus korelasi produk moment, sebagai berikut

:

Rxy = koefisien korelasi suatu butir soal

X = skor item

Y = skor total

N = jumlah subyek

Kriteria pengujian

Jika rxy > rtotal maka item dinyatakan valid

Jika rxy < rtotal maka item dinyatakan tidak valid

Klasifikasi validitas soal adalah sebagai berikut:

(48)

commit to user 32 0,71 – 0,90 = tinggi

0,41 – 0,70 = cukup

Negatif – 0,20 = sangat rendah

(Ignatius Masidjo, 1995 : 243)

c. Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas soal digunakan rumus KR-20 sebagai

berikut:

R = kooefisien reliabilitas

n = jumlah item

S = deviasi standar

P = indeks kesukaran

Q = 1-p

Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:

0,91 – 1,00 = sangat tinggi

0,71 – 0,90 = tinggi

0,41 – 0,70 = cukup

0,21 – 0,40 = rendah

Negatf – 0,20 = sangat rendah (Ignatius Masidjo, 1995 : 233)

b. Instrumen afektif

Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa

angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus

menyediakan alternatif jawaban. Siswa memberikan jawaban yaitu dengan

memilih salah satu jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item

angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam

menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu

(49)

commit to user 33 Digunakan menggunakan acuan sebagai berikut:

Tabel 3. Skor Penilaian Afektif

Pernyataan

Tidak Pernah (TP)

5

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut

diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui

kualitas item angket.

1) Uji Validitas

Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung

indeks korelasi antara X dan Y yaitu dengan menggunakan rumus korelasi

product moment dengan angka kasar sebagai berikut:

( )( )

rxy : koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)

X : skor butir item nomor tertentu Y : skor total

N : jumlah subyek Kriteria pengujian :

Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel

Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel

Gambar

Tabel 10.  Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai  Prestasi
Tabel 11. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Pretest, Nilai Postest dan
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………
gambargerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan time
+7

Referensi

Dokumen terkait

Impression for Quality of Life (CGI- QL) dari tahanan / narapidana Rumah Tahanan Kelas I di Surakarta, dimana yang dimaksud tahanan di sini adalah orang yang ditahan

Dr Noer Sasongko, Ak, M.Si selaku tim hibah Pasca yang telah memberikan saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini;... Segenap pengelola dan segenap dosen

[r]

yang berkaitan dengan Pengaruh Zikir Asmāul Ḥ usnā Dengan Relaksasi Terhadap Prestasi Belajar Santri Kelas Tarjim TPQ-Madin Fathur Rohman Kureksari Waru Sidoarjo

Apabila di dalam putusan ditetapkan bahwa pembunuhan itu telah dilakukan setelah mengadakan pertimbangan secara tenang dan direncanakan dengan tenang pula, maka ini berarti

Menghasilkan Sistem Informasi Siswa yang dapat menyajikan informasi yang akurat dan aktual untuk mendukung tugas dan fungsi manajemen , khususnya dalam pengolahan

Garis besar ajaran positivisme berisi sebagai berikut: pertama , hanya ilmu yang bebas nilai yang dapat memberikan pengetahuan yang sah; kedua , hanya fakta

Informasi tersebut merupakan informasi negatif bagi investor yang menanamkan modal, karena pada tahun tersebut harga per lembar saham sedang turun, sehingga investor