• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Indonesia Rangkuman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa Indonesia Rangkuman"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1. I

DENTITAS

B

UKU

:

J

UDUL

B

UKU

: ADAB BERGAUL

P

ENGARANG

: A

HMAD

J

AENI

P

ENERBIT

: I

NSAN

M

ADANI

J

UMLAHHALAMAN

: 80

HALAMAN

2. J

UMLAH

B

AB

: 3

P

OKOKPIKIRANBAB

1 : P

ENGERTIANDAN

A

YAT

-

AYATTENTANG

A

DAB

B

ERGAUL

P

OKOK

P

IKIRANBAB

2 : K

ONTEKS

P

ERGAULANPADA

M

ASA

R

ASULLULAH

P

OKOK

P

IKIRANBAB

3 : A

RTI

P

ENTINGDAN

B

ERBAGAI

A

DAPDALAM

B

ERGAUL

I

SLAM

3. R

INGKASAN

M

ATERI

1. M

ENGENAL

A

DAB

B

ERGAUL

DALAM

A

L

-Q

UR

'

AN

Kita setuju bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Fitrah inilah yang mendorong kita untuk selalu berinteraksi dengan orang lain. Jadi, wajar apabila dikatakan bahwa pribadi kita dibentuk oleh lingkungan sosial di sekitar kita.

Untuk mengenal pribadi seseorang, maka lihatlah dengan siapa dia bergaul.

A. Pengertian Adab

Adab adalah semua sikap, perilaku, atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai kesopanan, kehalusan, kebaikan, dan budi pekerti. Secara garis besar, adab terbagi menjadi dua yaitu: adab individu(berhubungan dengan diri sendiri) dan adab sosial(berhubungan dengan orang lain).

B. Adab adalah Bagian dari Akhlak

Dari pengertian KBBI, akhlak memiliki pengertian yang lebih luas daripada adab. Sebab akhlak mencakup kebiasaan atau perangai, entah yang baik atau yang buruk. Adapun adab lebih menunjuk pada perangai yang baik. Ahklak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak yang baik (akhlaq

al-mahmudah) dan akhlak yang tercela (al-akhlaq al-mazmumah).

Semakin seseorang beradab, semakin tinggi pula kualitas hidup yang dimilikinya. Masyarakat akan memberikan perlakuan khusus kepadanya. Paling tidak, mereka akan lebih menghormati dan

menghargaiorang yang beradab daripada yang tidak beradap.

C. Ayat-ayat tentang Adab Bergaul

1. Q.S. al-Hujurat [49]:10

(2)

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (Q.S. al-Hujarat [49]:10).

Pengertian seperti ini juga dapat dijumpai dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Diantaranya adalah: 1. Persaudaraan karena persamaan sifat. (Q.S. al-Isra' [17]:26-27)

2. Persaudaraan karena persamaan suku dan bangsa. (Q.S. al-A'raf [7]:65) 3. Persaudaraan karena kesamaan sebagai makhluk Allah.

Persaudaraan karena keimanan memiliki tingkatan lebih tinggi dibandingkan persaudaraan karena kesamaan suku, bangsa, warna kulit, pekerjaan, atau lainnya.

2. Q.S. al-Hujurat [49]:11

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang Seburuk-buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. al-Hujurat [49]:11)"

Tindakan olok-mengolok sering menjadi pemicu utama munculnya pertikaian.

Setelah menyebutkan larangan mengolok-olok, maka penggalan ayat berikutnya menjelaskan tentang alasan ('illah) larangan tersebut. Perbuatan mengolok-olok dilarang karena dimungkinkan pihak yang olok belum tentu lebih baik daripada yang diolok-olok. Lebih dari itu, perbuatan mengolok-olok termasuk perbuatan tercela.

Orang-orang mukmin pada hakikatnya seperti satu tubuh (al-jasad al-wahid). Jadi, apabila ada orang mukmin yang mencela sesama mukmin, berarti ia telah mencela dirinya sendiri.

Al-Qur'an memberi wejangan kepada orang-orang yang terlanjur melanggar larangan di atas untuk segera bertobat. Di dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Allah memiliki dua cara dalam menerima tobat hamba-Nya, yaitu:

 Pertama dengan memberikan taufik (pertolongan) untuk selalu kembali dan berada pada jalan-Nya.

 Kedua, dengan memberikan ampunan kepada para pendosa yang telah kembali ke jalan-Nya

Menurut ar-Ragib Asfahani, bertobat mensyaratkan empat hal. Diantaranya adalah: a) meninggalkan dosa yang telah diperbuat;

b) menyesal karena telah melakukannya; c) bertekad untuk tidak mengulangi; dan

d) menghindari segala hal yang dapat mendekatkannya.

(3)

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. (Q.S. al-Hujurat [49]:14)"

Dengan demikian, zann (prasangka) yang dilarang di sini adalah prasangka yang tidak berdasarkan pengetahuan. Redaksi yang digunakan ayat diatas mengandung beberapa penekanan. Diantaranya:

Penekanan pada gaya pertanyaan yang menggunakan istifham taqriri. Penekanan pada gaya bahasa.

Perbuatan yang dilakukan adalah yang tidak layak, yaitu memakan daging saudara sendiri.

4. Q.S. al-Hujurat [49]:13

Artinya:

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (Q.S. al-Hujurat [49]:13)

Dari keterangan ini dapat dipahami bahwa saling mengenal (ta'aruf) membutuhkan proses. Diakui ataupun tidak, kehadiran manusia di bumi ini merupakan hasil dari ta'aruf (saling mengenal) antara laki-laki dan perempuan.

Takwa. Inilah kriteria unggulan yang Allah gariskan kepada mereka. Barangsiapa yang dapat meraih takwa, ia akan mendapatkan tempang paling mulia di sisi-Nya.

2.

KONTEKS

P

ERGAULAN

PADA

M

ASA

R

ASULULLAH

A. Konteks Q.S. al-Hujurat [49]:10 Diturunkan.

Artinya:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (Q.S. al-Hujurat [49]:10)

Berbeda ketika masih di Mekkah, di Madinah Nabi bisa menghirup udara segar. Ajarannya diterima dengan baik. Hampir tidak ada konflik. Surah al-Hujurat [49]:10 ini diturunkan untuk menyadarkan orang mukmin bahwa mereka sebenarnya bersaudara. Kalaupun timbul perbedaan, lebih-lebih yang menjurus pada perpecahan dan permusuhan, hendaklah diselesaikan secara damai.

B. Konteks Q.S. al-Hujurat [49]:11 Diturunkan.

(4)

Kita tidak boleh mengolok-olok orang lain yang secara penampilan terlihat hina. Boleh jadi mereka memiliki hati nurani yang lebih ikhlas dan lebih bersih dibandingkan kita.

C. Konteks Q.S. al-Hujurat [49]:13 Diturunkan

Diseputar Surah al-Hujurat [49]:13 ini diturunkan muncul beragam kejadian. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Bilal mengumandangkan adzan di Kakbah. Mendengar suara adzan itu dari Bilal, Usaid bin Abi al-Ish langsung berkomentar dengan nada mengejek,

"Alhamdulillah, ayahku wafat sebelum mendengar suara adzan ini." Ada juga yang berkomentar,"Apakah Muhammad tidak menemukan selain burung gagak ini untuk

mengumandangkan adzan?". Kemudian ayat ini turun untuk mengingatkan sifat mereka yang keliru.

3. E

TIKA

B

ERGAUL

DALAM

I

SLAM

A. Persaudaraan Seiman sebagai Dasar Pergaulan.

artinya :

"Sesungguhnya darah, harta benda, dan kehormatan kalian adalah haram bagi kalian. seperti keharaman hari ini, bulan ini, dan negeri kalian ini." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Seorang mukmin tidak di perkenankan melukai atau membunuh saudara seiman hanya demi membela harga diri sukunya.

B. Arti Penting Membina Adab Bergaul

Penerapan adab bergaul sangat menentukan terciptanya kedamaian dan ketenanagan. Kepedulian masyarakat yang rendah terhadap adab bergaul akan membuka pintu permusuhan, yang ujungnya menjurus pada kerusuhan. kasus-kasus mengerikan yang terjadi di negeri kita akhir-akhir ini merupakan contoh konkret dari fenomena ini.

C. Boleh Bergaul dengan Siapa Saja

Artinya:

"Seseorang itu tergantung pada agama teman karibnya. Maka hendaklah tiap-tiap kalian selalu waspada dengan siapa ia berteman karib." (H.R. Abu Dawud dan at-Tirmizi)

Alangkah lebih baik apabila kita bergaul dengan orang-orang yang dapat mengantarkan kita menjadi lebih baik. Sebab, perilaku kita sangat bergantung pada perilaku teman dekat kita.

D. Berbagai Adab dalam Bergaul

Marilah kita kaji pesan-pesan yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut:

 Larangan mengolok-olok.

Artinya:

" Sesungguhnya Allah tidak memandang pada bentuk fisik dan harta kalian, melainkan pada hati dan perbuatan-perbuatan kalian." (H.R. Muslim)

Ketika seseorang telah menyatakan diri beriman, maka persaudaraan yang dibangun bukan karena latar belakang keluarga, tetapi atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

 Larangan Mencela.

Artinya:

(5)

(untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. (Q.S. at-Taubah [9]:79)

Ayat ini menyebutkan tentang dua ciri orang munafik:

1. Suka mencela dan tidak menghargai orang yang berbuat baik.

2. Orang munafik suka menghina atau mengolok-olok ketika melihat kekurangan orang lain.

 Larangan Memanggil dengan Panggilan Buruk.

Sikap saling menghormati merupakan syarat penting dalam bergaul. Orang akan merasa dihormati bila dipanggil dengan panggilan yang baik. Contohnya, orang yang telah menunaikan ibadah haji biasanya dipanggil dengan sebutan "Pak Haji". Sebutan demikian akan menjadikan orang yang dipanggil merasa dihormati dan dihargai.

Salah satu bentuk menghormati adalah memanggil orang lain dengan panggilan yang baik. Orang akan merasa dihormati bila dipanggil dengan panggilan yang baik. Misalnya seorang

anak memanggil kakaknya dengan panggilan "kak".

 Larangan banyak prasangka

Orang beriman dilarang menyatakan sesuatu yang masih bersifat dugaan. Karena apabila dugaan telah diucapkan oleh seseorang dan didengarkan oleh orang lain, maka bisa

dipastikan dugaan itu akan menyebar.

Prasangka (zann) adalah menilai sesuatu tanpa pengetahuan atau bukti yang kuat. Kalau orang merasa tidak senang terhadap sesuatu, biasanya ia akan berprasangka negatif. Begitu juga sebaliknya.

 Larangan Mencari-cari Kesalahan Orang Lain

Artinya:

"Sesungguhnya jika kamu mengintai (memata-matai) aurat orang lain, berarti kamu telah merusak mereka atau hampir merusak mereka." (H.R. Thabrani)

Dalam kesempatan lain, Nabi juga menyatakan bahwa tajassus (memata-matai) merupakan perilaku orang-orang yang memiliki iman dangkal. Mereka hanya mengaku beriman pada lidahnya dan belum masuk ke dalam hatinya.

 Larangan Menggunjing

Menggunjing atau gibah adalah menyebut-nyebut aib orang lain, sedangkan orang yang disebut-sebut tidak berada di tempat. Apabila keburukan yang dibicarakan itu tidak benar, maka disebut dengan buhtan (kebohongan besar).

Orang yang melakukan gibah diibaratkan memakan daging saudara sendiri yang sudah menjadi bangkai.

(6)

Menurut kami, buku ini sangat komplit. Dengan buku ini, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih tau apa arti dan pentingnya adab itu sebenarnya serta juga dijelaskan atau

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai orang yang beragama dan beriman, kamu tentu sering mendengarkan khotbah sesuai dengan agama yang kamu anut, bukan? Jika kamu seorang muslim, setiap seminggu sekali pasti

Ayat ini turun: Wahai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada rasul dan kepada ulil amri (pemimpin) di antara kamu

orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena

sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang

Di hari kiamat kelak kamu, wahai orang yang mendengarkan pesan ini, akan mendapatkan orang-orang yang menganiaya diri dengan kesyirikan menjadi takut akan

Maknanya adalah; ketahuilah wahai orang-orang yang beriman bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan yang melelahkan badan, sesuatu yang melalaikan

Rasul Paulus mengingatkan: Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1 Kor. Sabda Tuhan ini mengingatkan supaya setiap orang beriman memahami

“Wahai orang-orang yang beriman, ber- taqwalah kamu kepada Allah dan beradalah kamu bersama orang-orang yang jujur.” “Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.“ “Maka