• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Penelitian Analisis Penetapan Margin dan Penerapan Manajemen Risiko dalam Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab II Penelitian Analisis Penetapan Margin dan Penerapan Manajemen Risiko dalam Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BATASAN ISTILAH DAN TINJAUAN PUSTAKA / LANDASAN TEORI A. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka peneliti merasa perlu menjelaskan terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan judul penelitian “Analisis Penetapan Margin dan Penerapan Manajemen Risiko, dalam Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Fajar Sejahtera Bali“. Adapun penjelasan sekaligus pembatasan istilah untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Analisis

Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui hal yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb)3

2. Penetapan Margin

Penetapan keuntungan dari harga jual sejumlah tertentu dangan mempertimbangkan keuntungan yang akan diambil, biaya-biaya yang ditanggung termasuk antisipasi timbulnya kemacetan dan jangka waktu pengembalian.4

3. Penerapan Manajemen Risiko

Pengenaan; perihal mempraktikan5, sedangkan menurut beberapa ahli

berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktikkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,

1990), Cet. 3, h. 32.

4 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika,

2012), Cet. 1, h. 17.

5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,

(2)

suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya6, maka penerapan

manajemen risiko adalah kegiatan memperaktikan serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank7.

4. Pembiayaan Murabahah

Satu bentuk pembiayaan berbentuk perjanjian jual beli yang harus tunduk pada kaidah dan hukum umum jual beli yang berlaku dalam muamalah islamiyah, Ibnu Qudamah dalam bukunya Mughni 4/280 mendefinisikan : Murabahah adalah menjual dangan harga asal, ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati8.

B. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

1. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai pembiayaan dan manajemen risiko pada bank syariah merupakan sesuatu yang kompleks. Karakteristik unik bank syariah menyebabkannya menghadapi risiko yang berbeda dengan bank konvensional. Saat ini, penelitian yang khusus mengkaji pembiayaan dan manajemen risiko pada bank syariah secara detail masih sangat terbatas. Dan peneliti tidak dapat menemukan penelitian yang membahasa tentang

6 Media Belajar, Pengertian “Penerapan”,

http://internetsebagaisumberbelajar.blogspot.com/2010/07/pengertian-penerapan.html, Diakses 22 september 2013, jam 22.12 WITA.

7 Veithzal Rivai, Rifki Ismail, Islamic Risk Management For Islamic Bank, (Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama, 2013), h. 63.

8 Muhamad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta : UII Press, 2000), Cet.1, h.

(3)

penetapan margin serta penerapan manajemen risiko yang khusus membahasa pada pembiayaan murabahah. Beberapa sumber melaluli kajian pustaka yang diperoleh oleh peneliti, berisi pembahasan manajamen risiko pada perbankan syariah serta jenis-jenis transaksi yang terdapat pada perbankan syariah, namun tidak membahas secara spesifik tentang penetapan margin pada pembiayaan murabahah.

2. Landasan Teori

a. Sistem Ekonomi Islam

Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara pendangan kapitalis dan komunis dan mencoba membentuk keseimbangan antara kebendaan dan kerohanian. Keberhasilan sitem ekonomi Islam tergantung pada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan antara keperluan kebendaan dan kerohanian manusia. Sumber pedoman ekonomi Islam adalah firman Allah SWT, dan sunnah Rasul.9

Sistem ekonomi Islam bukanlah sekedar sistem keuangan yang bebas riba, perniagaan yang jauh dari unsur gharar, atau kutipan dan pemberian zakat yang bermanfaat. Sistem ekonomi Islam melampaui semua itu karena ilmuwan terdahulu telah lama membincangkan soal-soal pengkhususan buruh, hukum penawaran dan permintaan, serta hal-hal perpajakan. 10

Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi Islam menetapkan bahwa permasalahan ekonomi utama dalam masyarakat adalah 9 Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economic & Finance, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama, 2012), h. 5.

(4)

masalah rusaknya distribusi kekayaan di tengah masyarakat. Dengan kata lain, komitmen Islam yang demikian mendalam terhadap persaudaraan dan keadilan menyebabkan konsep kesejahteraan (falah) bagi semua umat manusia sebagai suatu tujuan pokok Islam (Chapra, 2000). Kesejahteraan ini meliputi kepuaasan fisik, kedamaian mental, dan kebahagiaan yang hanya dapat dicapai melalui realisasi yang seimbang antara kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Karena itu, memaksimumkan output total semata-mata tidak menjadi tujuan masyarakat Muslim.11

b. Keuangan Syariah

Keuangan syariah adalah bentuk keuangan yang didasarkan pada syariah atau bangunan hukum Islam. Syariah, yang berarti “jalan menuju sumber air”, dipenuhi dengan tujuan moral dan pelajaran tentang kebenaran. Karena itu, syariah lebih dari sekedar seperangkat aturan-aturan hukum. Sejatinya, syariah mewakili gagasan bahwa hukum. Ini adalah satu istilah yang meringkaskan cara hidup yang diajarkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya dan mencakup segala sesuatu mulai dari kontrak bisnis dan pernikahan hingga azab dan ibadah. Umum untuk menggunakan istilah “sesuai dengan syariah” dalam menggambarkan segala sesuatu yang dibolehkan oleh hukum Islam. Tidak seperti keuangan konvensional, yang telah dikenal oleh sebagian besar kita, keuanga syariah memiliki satu persyaratan utama untuk setiap transaksi keuangan yang harus sesuai

11 Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economic & Finance, (Jakarta : PT Gramedia

(5)

dengan syariah. Untuk menjamin kepatuhan terhadap syariah, terdapat lima prinsip utama yang harus diikuti secara ketat (lihat Gambar 2.1) :12

Gambar 2.1 : Prinsip-prinsip Kunci Keuangan Syariah

Sumber :Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee, Buku Pintar Keuangan Syariah

1) Kenyakinan pada Tuntunan Ilahi

Perintah-perintah Allah tidak dibatasi pada ibadah dan ritual keagamaan semata. Melainkan, mencakup bidang penting dari nyaris setiap aspek kehidupan, termasuk transaksi ekonomi dan keuangan. Manusia membutuhkan tuntunan Ilahi karena dia tidak memiliki kekuatan sendiri untuk mencapai kebenaran. Manusia bukan sekedar tak sempurna, melainkan juga memiliki ‘rasio’ yang kerap dikacaukan dengan ‘hawa nafsu’. Setiap muslim memiliki keyakinan kuat bahwa perintah-perintah 12 Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee, Buku Pintar Keuangan Syariah, (Jakarta : Zaman,2012), Cet.

(6)

yang diberikan oleh Allah SWT dan sunnah Rasul haruslah diikuti secara harfiah dan substansial.

2) Tidak ada Bunga

Yaitu, tidak boleh menerima bunga dari satu pinjaman atau diminta untuk membayar bunga atas suatu pinjaman.

3) Tidak ada Investasi Haram

Uang harus diinvestasikan pada tujuan yang baik, sementara perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang haram seperti lakohol, tembakau, senjata atau pornografi dihindari.

4) Berbagi Risiko dianjurkan

Gagasan tentang berbagi risiko secara sadar didorong dan dipraktikkan secara rutin diantara mitra bisnis, seperti antara nasabah dan lembaga keuangan.

5) Pembiayaan Didasarkan pada Asset Riil

Pembiayaan yang disalurkan lewat produk-produk syariah hanya bisa meningkat seiring meningkatnya perekonomian riil dan, dengan demikian, membantu menangkal spekulasi dan ekspansi kredit berlebihan.13

Menurut Andri Soemitra sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang menjembatani antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana melalui produk dana jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Seluruh transaksi yang terjadi dalam kegiatan keuangan syariah harus dilaksanakan

13 Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee, Buku Pintar Keuangan Syariah, (Jakarta : Zaman,2012), Cet.

(7)

berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan kepada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam konteks Indonesia, prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam, dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.14 Sasaran dan fungsi

sistem keuangan syariah dan konvensional pada prinsipnya adalah sama, yang membedakannya adalah sasaran dan fungsi sistem keuangan syariah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ideologi keislaman yang didasarkan kepada ajaran Islam (Al-Qur’an dan Sunnah). Dilihat dari sasarannya, sistem keuangan syariah diharapkan mampu mencapai tujuan-tujuan pemenuhan kebutuhan dasar, pertumbuhan ekonomi yang optimum, perluasan kesempatan kerja, pemerataan distribusi pendapatan, dan stabilitas ekonomi. Sistem keuangan syariah diharapkan memberi dampak yang kuat terhadap kesehatan perekonomian. Dalam praktiknya, sistem keuangan syariah menggunakan instrument yang bervariasi dalam melakukan pengendalian pencapaian sasaran keuangan, dan instrumen-instrumen itu memiliki komitmen yang tinggi kepada nilai-nilai spiritual, keadilan sosio-ekonomi, dan solidaritas sesama manusia. 15

c. BPRS sebagai Lembaga Keuangan Syariah

(8)

Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik sector usaha, lembaga pemerintahan maupun individu (rumah tangga) untuk penyediaan dana bagi unit ekonomi lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari unit ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit, lembaga intermediasi denominasi, intermediasi risiko, intermediasi jatuh tempo, intermediasi informasi, intermediasi lokasi, dan intermediasi mata uang.

Gambar 2.2 : Metode Intermediasi Keuangan

Sumber : Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah

(9)

lembaga keuangan apakah berdasarkan syariah atau konvensional. Sedangkan bagi pengguna dana didasarkan pada kebutuhan jangka waktu, jumlah dan prinsip operasional yang digunakan.16

Prinsip utama yang dianut oleh lembaga keuangan syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya adalah bebas “Maghrib”, yaitu : 1) Maysir (spekulasi) : secara bahasa maknanya berarti judi, secara umum

mengundi nasib dan setiap kegiatan yang sifatnya untung-untungan (spekulasi), secara ekonomi perjudian merupakan bentuk investasi yang tidak produktif karena tidak terkait langsung dengan sektor riil, dan tidak memberikan dampak peningkatan penawaran barang dan jasa. 2) Gharar : sesuatu yang memperdayakan manusia di dalam bentuk harta,

kemegahan, jabatan, syahwat (keinginan). Dimana gharar berarti menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan yang cukup, atau menjalankan suatu transaksi yang risikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti apa akibatnya atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya, gharar dapat terjadi pada transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaanya, atau tidak dapat dieserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah, secara ekonomi pelarangan gharar akan mengedepankan transparansi dalam bertransaksi dan kegiatan operasional lainnya dan menghindari ketidakjelasan dalam berbisnis.

16 Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah ( Jakarta : Kencana Prenada Media

(10)

3) Haram : secara bahasa berarti larangan dan penegasan, dalam aktivitas ekonomi setiap orang diharapkan untuk menghindari semua yang haram, baik haram zatnya maupun haram selain zatnya. Secara ekonomi, pelarangan yang haram akan menjamin investasi hanya dilakukan dengan cara dan produk yang menjamin kemaslahatan manusia.

4) Riba : penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau sama dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ ah). Secara ekonomi, pelarangan riba membuat arus investasi lancer dan tidak terbatas oleh tingkat suku bunga yang menghambat arus investasi ke sector produkstif

5) Batil : secara bahasa berarti batal atau tidak sah, dalam aktivitas ekonomi tidak boleh dilakukan dengan jalan yang batil seperti mengurangi timbangan, mencampurkan barang rusak diantara barang yang baik untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak, menimbun barang, menipu atau memaksa. Secara ekonomi, pelarangan batil akan semakin mendorongnya berkurangnya moral hazard dalam berekonomi.17

BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang lengkap, dimana usaha keuangan

17 Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah ( Jakarta : Kencana Prenada Media

(11)

yang dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan juga melakukan usaha penghimpunan dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. BPRS memiliki fungsi sebagai pelaksana sebagian fungsi bank umum, dalam tingkat regional dengan berlandaskan prinsip-prinsip syariah, BPRS juga merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil dalam lingkup kecamatan maupun pedesaan, dengan jenis produk yang ditawarkan relatif sempit jika dibandingkan dengan bank umum, bahkan terdapat beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh BPRS, seperti pembukaan rekening giro serta ikut dalam kliring.18

Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas hanya boleh dimiliki oleh WNI (Warga Negara Indonesia) dan / atau badan hukum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah daerah.19

d. Penetapan Nilai Margin

Faturrahman Djamil dalam bukunya yang berjudul Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah mengatakan bahwa bank melakukan penetapan margin/keuntungan dari harga jual sejumlah tertentu dengan mempertimbangkan keuntungan yang akan diambil, biaya-biaya yang ditanggung termasuk antisipasi timbulnya kemacetan dan jangka waktu pengembalian20. Hal ini ditunjang oleh undang-undang perbankan

UU No. 10 Th. 1998 tentang perubahan undang-undang nomor 7 tahun 1992 18 Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah ( Jakarta : Kencana Prenada Media

Group), Cet.2 h. 45-46.

19Ibid., h. 62.

20 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta : Sinar

(12)

tentang perbankan, Pasal 1 No. 13 dan Pasal 6 huruf m, yang berisikan tentang pembiayaan pada perbankan syariah

Muhamad dalam bukunya yang berjudul sistem prosedur & operasional Bank Syariah menuliskan dalam pembiayaan Murabahah harga jual pada pemesan adalah harga beli pokok plus margin keuntungan yang telah disepakati.21

Dalam Alqur’an juga disebutkan bagaimana akad jual beli haruslah dilakukan dengan adil dengan penetapan yang tidak merugikan satu pihak dengan pihak yang lain.

Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil

(tidak benar), kecuali dalam

perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang

kepadamu. (Quran : An Nisa : 29)22.

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. (Quran

21 Muhamad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta : UII Press, 2000), Cet. 1, h.

24.

(13)

: Asy Syu'araa' : 181)23.

Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila

kamu bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam.

Dan berdzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk

kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang

tidak tahu. ( Quran : Al Baqarah : 198)24.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam melakukan penghitungan harga jual pada pembiayaan murabahah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 2.3 : Contoh Perhitungan Harga Jual dalam Murabahah

Sumber : Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah

(14)

pembiayaan murabahah di bank syariah25.

Jadi dapat kita ketahui dari penelitian sebelumnya bahwa penetapan margin dalam pembiayaan murabahah belumlah memiliki standar yang pasti mengenai besarannya melainkan masih ditentukan oleh bank maupun kesepakatan antara kedua pihak yang melakukan transaksi, dalam penelitian ini peneliti ingin memastikan dan melihat bagaimana suatu lembaga keuangan perbankan syariah dalam hal ini PT BPRS Fajar Sejahtera Bali menentukan besaran margin dalam transaksi murabahah dan kesesuaian terhadap besaran pembiayaan yang dilakukan.

e. Manajemen Risiko Pembiayaan

Seperti yang telah dijelaskan dalam batasan istilah sebelumnya manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Hal ini terkait dengan definisi umum risiko, yaitu pada setiap usaha/kegiatan selalu terdapat kemungkinan tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat ketidakpastian atas keputusan apapun yang telah diambil.26

Studi tentang bagaimana mengelola risiko telah dilakukan pada paruh kedua dari abad terakhir. Makrowitz’s (1959) dalam tulisannya, mengemukakan bahwa seleksi portofolio merupakan masalah bagi upaya maksimalisasi return yang diharapkan dan upaya meminimalkan risiko. Sharpe (1964), dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM), mengenalkan 25 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN), h. 143. 26 Veithzal Rivai, Rifki Ismail, Islamic Risk Management For Islamic Bank, (Jakarta : PT Gramedia

(15)

konsep risiko sistematik dan residual, model ini lebih lanjut meliputi Single Factor Models dari risiko yang menghhitung beta dari aset. Abitrage Pricing Theory (APT) yang dikenalkan oleh Ross (1976), mengemukakan bahwa tingkat return yang diharapkan dari satu aset dipengaruhi oleh berbagai faktor, implikasi dari Multiple Factor Model ini adalah, bahwa total risiko merupakan penjumlahan dari berbagai faktor risiko dan risiko residual sehingga satu kelipatan dari premi risiko (risk premia) dapat dihubungkan dengan satu aset dengan faktor beta tertentu27.

Dari risiko yang biasa dihadapi bank syariah, risiko mark-up

menempati peringkat paling tinggi, kemudian diikuti oleh risiko operasionalnya.28

Eddi Cade menyatakan bahwa definisi risiko berbeda-beda, tergantung pada tujuannya. Definisi risiko yang tepat dilihat dari sudut pandang bank adalah, exposure terhadap ketidakpastian pendapatan. Sedangkan Philip Best menyatakan bahwa risiko adalah kerugian secara

financial, baik secara langsung maupun tidak langsung. Risiko bank adalah keterbukaan terhadap kemungkinan rugi (exposure to the change of loss).29

Dalam Al-Qur’an juga telah memperkenalkan kita tentang risiko yang harus kita tanggung dalam suatu tindakan yang kita lakukan.

27 Tariqullah Khan, Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, terj Ikhwan Abidin

Basri, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Cet. 1, h. 14-15.

28Ibid., Cet. 1, h. 84.

29 Veithzal Rivai, Rifki Ismail, Islamic Risk Management For Islamic Bank, (Jakarta : PT Gramedia

(16)

Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga

keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana

(surga). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi

musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan

di bumi sampai waktu yang ditentukan. (Quran : Al Baqarah : 36)30

Dari surat di atas, tampak bahwa manusia pertama Nabi Adam as dan isterinya Siti Hawa, tampak menanggung risiko karena melanggar larangan Allah SWT., yang disebabkan bujuk rayu dan diperdaya oleh setan.31

Sehubungan dengan fungsi bank syariah sebagai lembaga

intermediary dalam kaitannya dengan penyaluran dana masyarakat atau fasilitas pembiayaan berdasarkan prinsip syariah tersebut, bank syariah menaggung risiko kredit atau risiko pembiayaan. Hal tersebut dijelaskan kembali dalam Pasal 37 ayat (1) UU Perbankan Syariah yang menyatakan bahwa penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh bank syariah dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah dan UUS.

30 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV Darus Sunnah, 2002), h. 7. 31 Veithzal Rivai, Rifki Ismail, Islamic Risk Management For Islamic Bank, (Jakarta : PT Gramedia

(17)

Mengingat bahwa penyaluran dana yang dimaksud bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank syariah dan UUS, risiko yang dihadapi bank syariah dan UUS dapat berpengaruh pula kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Risiko bagi bank syariah dalam pemberian fasilitias pembiayaan adalah tidak kembalinya pokok pembiayaan dan tidak mendapat imbalan, ujrah, atau bagi hasil sebagaimana telah disepakati dalam akad pembiayaan antara bank syariah dan nasabah penerima fasilitas.32

Risiko kredit atau pembiayaan adalah kerugian penting yang dihadapi oleh bank, sebab hal ini bisa memicu likuiditas, tingkat suku bunga, penurunan dan timbulnya risiko atau kerugian lainnya33, karena itu

senior manajemen bank bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi manajemen risiko kredit yang telah ditetapkan oleh dewan direksi, yaitu dengan mengembangkan prosedur-prosedur tertulis yang merefleksikan keseluruhan strategi serta meyakinkan pelaksanaannya34, dimana bank

memerlukan informasi tetang berbagai faktor terkait dengan nasabah yang diberikan fasilitas kredit atau pembiayaan, yang diantaranya adalah tujuan fasilitas kredit atau pembiayaan dan sumber pengembalian, profil risiko nasabah dan sensitivitasnya terhadap kondisi ekonomi dan perubahan pasar, reputasi dan kapasitas nasabah untuk pengembalian pembiayaan, serta

32 A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.

89.

33 Veithzal Rivai, Rifki Ismail, Islamic Risk Management For Islamic Bank, (Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama, 2013), h. 605.

34 Tariqullah Khan, Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, terj Ikhwan Abidin

(18)

kemampuan nasabah dalam memberikan jaminan35.

Menurut Trisadini P. Usanti dan Abdul Shomad, risiko pembiayaan adalah risiko timbulnya kerugian akibat kegagalan/ketidakmampuan nasabah dalam memenuhi kewajiban sesuai akad atau perjanjian yang telah ditetapkan antara bank syariah dan nasabah. Risiko pembiayaan umumnya bersumber dari karakter nasabah, kemampuan nasabah dan siklus bisnis. Risiko tersebut dapat berdampak lebih besar bagi bank syariah, sehingga risiko pembiayaan harus diidentifikasi, diukur, dipantau, dan dikendalikan.36

Adiwarman Karim mengatakan sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengindentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan sehingga manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan usaha bank. Tujuan manajemen risiko itu sendiri adalah sebagai berikut :

1) Menyediakan informasi tentang risiko kepada regulator

2) Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat

unaccepteble.

3) Meminimalisasi kerugian dari berbagai resiko yang bersifat

uncontrolled.

35 Tariqullah Khan, Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, terj Ikhwan Abidin

Basri, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Cet. 1, h. 22.

36 Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2013), Cet.

(19)

4) Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.

5) Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.

Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat yang hanya ada pada bank syariah. Perbedaan mendasar antara bank Islam dan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur (how to measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to measure).37

Dapat kita lihat bahwa penelitian terdahulu, masih lebih condong mengacu pada penerapan manajemen risiko secara konvensional, dan masih sangat minim pada transaksi pembiayaan syariah dimana disini terkait dengan manajemen risiko kredit, melalui penelitian ini peneliti ingin memaparkan bagaimana penerapan manajemen risiko terutama dalam pembiayaan murabahah yang sesuai dengan perbankan syariah dalam lingkup di PT BPRS Fajar Sejahtera Bali.

f. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan berdasarkan akad murabahah didefinisikan sebagai akad dengan transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, di mana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli. Dalam pembiayaan berdasarkan akad murabahah, bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan transaksi murabahah dengan nasabah. Bank

37 Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2013), Cet.

(20)

dapat membiayai sebagaian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. Apabila telah ada kesepakatan antara bank dan nasabahnya, dan akad pembiayaan murabahah telah ditandatangani oleh bank dan nasabah, maka bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang dipesan nasabah.38

Menurut Sutan Remy Sjahdeni murabahah adalah jenis jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Pada perjanjian murabahah atau mark up, bank membiayai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambahkan suatu mark up atau keuntungan. Dengan kata lain penjualan barang oleh bank kepada nasabah dilakukan atas dasar cost plus profit. Baik mengenai barang yang dibutuhkan oleh nasabah maupun tambahan biaya atau mark up yang akan menjadi imbalan bagi bank, dirundingkan dan ditentukan di muka oleh bank dan nasabah yang bersangkutan. Keseluruhan harga barang dibayar oleh pembeli (nasabah) secara mencicil. Pemilikan (ownership) dari asset tersebut dialihkan kepada nasabah (pembeli) secara proposional sesuai dengan cicilan-cicilan yang telah dibayar. Dengan demikian barang yang dibeli berfungsi sebagai agunan sampai seluruh biaya dilunasi. Bank diperkenankan pula meminta agunan tambahan dari nasabah yang bersangkutan.

38 A. Wangsawidjaja Z.,Pembiayaan Bank Syariah,(Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012),

(21)

Abdullah Saeed, mengemukakan, bahwa bank-bank Islam pada umumnya menggunakan murabahah sebagai metode utama pembiayaan, yang merupakan hampir tujuh puluh lima persen asetnya. Bank-bank Islam mengambil murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun klien tersebut mungkin tidak memiliki uang tunai untuk membayar. Murabahah, sebagaimana digunakan dalam perbankan Islam ditemukan terutama berdasarkan dua unsur : harga membeli dan biaya yang terkait, dan kesepakatan berdasarkan

mark up (keuntungan).39

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sri Nurhayati & Wasilah, 2008). Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin (keuntungan) sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara pembayaran sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan. Apakah pembeli melunasi lebih cepat dari jangka waktu pembiayaan yang

39 Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2013), Cet.

(22)

ditentukan atau pembeli menunda pembayarannya, harga tidak boleh berubah. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli. Uang muka tersebut menjadi bagian pelunasan piutang jika akad murabahah disepakati. Namun, apabila pembeli menggunakan hak khiarnya untuk membatalkan transaksi, maka uang muka tersebut dapat digunakan untuk menutup kerugian penjual akibat dibatalkannya transaksi. Bila nilai uang muka yang diterima lebih kecil dari pada kerugian yang harus ditanggung oleh penjual, maka penjual berhak untuk meminta kekurangannya kepada pembeli. Sebaliknya, apabila nilai uang muka lebih besar dibandingkan kerugian yang harus ditanggung oleh penjual, maka sisa lebih uang muka tersebut harus dikembalikan kepada pembeli. Dan apabila sebelum jangka waktu pembiayaan, pembeli dapat melunasi utangnya, maka penjual boleh memberikan diskon atau potongan kepada pembeli. Potongan tersebut tidak boleh disyaratkan dalam akad yang desepakati di awal untuk menghindari adanya riba’.40

Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee, dalam bukunya menuliskan bahwa murabahah adalah jenis lain dari pembiayaan ongkos-plus. Sebagaimana dengan BBA (bai’ bitsaman ajil), anda menentukan rumah, bank membelinya dan kemudian menjualnya kepada anda dengan harga berupa ongkos atau biaya plus margin laba. Aturan dalam murabahah adalah bahwa bank harus mengungkapkan biayanya dan margin labanya. Harga jual kemudian dibayarkan secara penuh atau mengangsur. Sebagai

40 Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah, ( Padang : Akademia

(23)

perbandingan, BBA juga penjualan dengan ongkos-plus, tapi pembayarannya selalu dalam bentuk cicilan. Di Asia Tenggara, murabahah umum digunakan dalam pembiayaan modal kerja. Sementara di Timur Tengah, murabahah digunakan untuk modal kerja sebagaimana juga untuk pembiayaan proyek jangka panjang41.

Gambar 2.4 : Contoh Skema Transaksi Murabahah

Sumber : Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee, Buku Pintar Keuangan Syariah

Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman menyebut murabahah sebagai pembiayaan mark up, dimana dia mencontohkan jika seorang konsumen (nasabah) ingin membeli mobil, tetapi tidak punya uang, ia bisa datang ke bank atau lembaga keuangan syariah yang akan membeli mobil tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, si konsumen (nasabah) akan membayar kembali ke bank ditambah jumlah tertentu. Di kalangan praktisi ekonomi Islam sendiri ada perdebatan mengenai kehalalan model transaksi pembiayaan murabahah. Beberapa pihak menganggap bahwa transaksi

41 Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee, Buku Pintar Keuangan Syariah, (Jakarta : Zaman,2012), Cet.

(24)

murabahah termasuk syubhat karena melibatkan nilai mark up yang berfungsi sebagai “bunga siluman”.42

Kautsar Riza Salman menuliskan dalam bukunya bahwa terdapat dua jenis pembiayaan murabahah, yaitu :

1) Murabahah Berdasarkan Pesanan

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Murabahah yang bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Adapun murabahah yang bersifat tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.

42 Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economic & Finance, (Jakarta : PT Gramedia

(25)
[image:25.595.179.441.149.337.2]

Gambar 2.5 : Murabahah berdasarkan pesanan

Sumber : Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah

2) Murabahah Tanpa Pesanan

Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat. Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.43

Gambar 2.6 : Murabahah tanpa pesanan

Sumber : Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah

43 Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah, ( Padang : Akademia

[image:25.595.148.495.486.670.2]

Gambar

Gambar 2.1 : Prinsip-prinsip Kunci Keuangan Syariah
Gambar 2.2 : Metode Intermediasi Keuangan
Gambar 2.3 : Contoh Perhitungan Harga Jual dalam Murabahah
Gambar 2.4  : Contoh Skema Transaksi Murabahah
+2

Referensi

Dokumen terkait

4) Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa

Anda dapat menampilkan layar yang sama di perangkat Android pada monitor unit dengan menggunakan fungsi Miracast di perangkat

Hal ini dirasa cukup efektif karena dari surat rekomendasi yang diberikan oleh Bupati menjadi surat tugas kepada Inspektorat Kabupaten Pamekasan untuk melakukan

Korelasi antara bentuk Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku

Adegan tersebut menunjukkan, posisi perempuan dalam film tersebut merupakan pembawa pesan dan kekuasaan atas rumah besar dipegang ayah tiri Jan.. Hal tersebut juga

Dukungan kuat dari Pemerintah; merupakan salah satu strategi Indonesia Sehat 2010, Bagian dari salah satu subsistem Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu

TANAH: material alam yang tidak tersementasi, atau lemah tersementasi, mengandung deposit mineral, organic, dan partikel batuan yang merupakan hasil dari pelapukan

Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun atau 35 tahun untuk