• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Pedoman Pendampingan Psikologis Anak Jalanan (Pedoman Bagi Pendamping Anak Jalanan Dalam Menangani Masalah Psikologis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku Pedoman Pendampingan Psikologis Anak Jalanan (Pedoman Bagi Pendamping Anak Jalanan Dalam Menangani Masalah Psikologis)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

VRNR@

Ind

ï½¾

b

BUKU PEDOMAN

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS

ANAK JALANAN

(Pedoman

Bag; Pendamp;ng Anak Jalanan

Dalam Menangan; Masalah Ps;kolog;s)

(3)

Katalog Dalam Terbitan Departemen Kesehatan RI

362.2 Ind b

Indonesia, Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik

Buku Pedoman pendampingan pSlkologis anak jalanan (Pedoman bagi Pendamping anak jalanan dalam menangani mental psikologis--- Jakarta: Departemen kesehatan RI,2007

(4)

Daftar isi

Kata Pengantar ... .. .... .... ... ... ... ... ... .. .

Kata Sambutan.. .. .. ... ... ... .... ... ... .... ... .. .... .. ... . iii

BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang.... ... .. ... ... ... ... ... ... . .... ... 1 2. Pengertian... .. ... .. ... .. .. ... .. .... ... ... ... 3 3. Propil Anak Jalanan di Indonesia.... .... ... 5 4. lFaktor Penyebab Anak Berada di Jalan .. ... 10 5. Oasar Hukum... ... .. ... .. ... . 13 6. Tujun... ... ... ... .... ... ... ... ... 14 7. Sasaran... ... .. .... ... ... ... .... ... .... .... .. . 14

BAB II Masalah Psikologis Anak Jalanan 1. Kondisi - Kondisi Anak yang Oapat

Meninbulkan Masal'ah Psikologis.. .... .. ... . 15 2. Masalah Mental Emosional pada

Anak Jalanan .... ... .. .... .... ... .. ... ... . 19

BAB III Pendamping Masalah Pso,kologis Anak Jalanan

1. Tanggung Jawab dan Karakteristik

Penendampig .... .. ... .. ... ... ... ... ... ;... 29 2. Menbantu Mengatasi Masal.ah Psikologis

(5)

BAB IV Langkah - Langkah Pendampingan Anak Jalanan

1. Membangun Komunikasi Efektif.. ... .... 45

2 . Membina Hubungan Saling Percaya.. .... .. ... 52

3. Menilai Masalah dan menetapakan Kebutuhan Anak Jalanan .. .. ... ... .. .. ... 54

4 . Mengajukan Pertanyaan ... .. ... 60

5. Menganalisa Informasi dan Menyiapkan Rencana Aksi... .. ... .. .. .. .. .. .. 80

BAB V Penutupan.... ... ... ... ... ... 83

RUJUKAN... ... .. ... ... .. ... .. ... ... .... ... ... 85

(6)

PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat T uhan Yang Maha Esa, Buku Pedoman Pendampingan Anak Jalanan ini telah selesai disusun. Buku pedoman ini disusun sebagai salah satu pegangan bagi mereka yang berkecimpung dalam pendampingan anakjalanan.

Sebelum menyusun buku, diawali dengan menyelenggarakan survai lapangan bekerja sama dengan Bagian Psikiatri FKUII RSPN Cipto Mangunkusumo awal tahun 2007 . Hasil survai menunjukkan antara lain bahwa jenis pekerjaan anak yang paling tinggi prevalensi gangguan jiwanya adalah kelompok anakjalanan. Jenis dan proporsi gangguan jiwa yang 'banyak ditemukan adalah jenis 9angguan jiwa yang ringan yang lebih membutuhkan pendampingan dari pada intervensi medik psikiatrik yang dilakukan oleh tenaga spesialis. Mempertimbangkan hasil surva i tersebut, diputuskanlah untuk menyusun Buku Pedoman Pendampingan Psikol'ogis Anak Jalanan, sebagai langkah awal.

Dalam penyusunan buku pedoman ini kami telah melibatkan antara lain LSM-LSM yang bergerak di bidang penanganan anak jalanan; Departemen Psikiatri pusat FKUI dan instansi terkait dengan masalah anakjalanan. Dengan kerjasama ini diharapkan buku pedoman ini menjadi produk yang akan kita gunakan bersama.

(7)

Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, peserta rapat penyusunan, tim uji coba serta semua yang terlibat dalam proses penyusunan Buku Pedoman ini. Jerih payah ini akan menjadi kebahagian tersendiri bagi kita semua manakala buku pedoman ini dapat termanfaatkan secara optimaL

Jakarta, Maret 2007 DlREKTUR BINA PELAYANAN

KESEHATAN JIWA

DITJEN BINA PELAYANAN MEDIK DEP,KES RI

(8)

SAMBUTAN

DIREKTUR JENDERAL BINA

PELAYANAN MEDIK

DEPARTEMEN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

Assalamualaikum Wr. Wb .

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing kita sehingga kita dapat menyelesaikan dan menerbitkan Buku Pedoman Pendampingan Anak Jalanan ini.

Anak jalanan merupakan bagian dari masyarakat 'Indonesia yang merupakan subjek pembangunan yang harus diperhatikan terutama kesehatan jiwanya, karena kesehatan j ,iwa merupakan faktor yang sangat menentukan mutu sumber daya manusia.

(9)

-Kehidupan di jalanan penuh dengan stres sehingga anak jalanan rawan menderita tindak kekerasan dan masalah mental emosional seperti Gangguan Cemas , Gangguan Depresi, Penyalahgunaan NAPZA, dan Perilaku Seks Bebas. Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak baik sektor kesehatan maupun non kesehatan termasuk LSM antara lain mendirikan rumah-rumah singgah dengan berbagai program yang menyertainya. Upaya pendampingan pun telah banyak dilakukan dengan berbagai bentuk pendampingan, termasuk pendampingan psikososial. Departemen Kesehatan dalam hal ini Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Direktorat Bina Pelayanan Medik telah menyusun buku pedoman pendampingan masalah psikologis anak jatanan sebagai pegangan bagi pendamping anakjalanan .

Saya menyambut baik terbitnya Buku Pedoman Pendampingan Masalah PsikologisAnak Jalanan ini dengan harapan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pendamping anakjalanan . Sayajuga mengucapkan terima kasih atas jerih payah tim penulis, tim pembahas, tim editor dan seluruh yang terlibat dalam penyusunan buku pedoman in i. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayahnya kepada kita semua .

Wassalamualaikum Wr. Wb . Jakarta, Maret 2008

Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik

c:::::::::::::

(10)

ï½¾ ï¼­ï¼­ï¼­ï¼­ï¼­ï¼­ ï¼­ï¼­ ï¼­ ï¼­ ï¼­ï¼­ ï¼­

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

(11)

"convention on the Right of the Child" (konvensi tentang hak-hak anak) . Mereka perlu mendapatkan haknya secara normal, yaitu hak sipil dan kemerdekaan ("civil right and freedoms ").

Menurut UU PerlindunganAnak No 23 tahun 2002 tentang PerlindunganAnak Bab II pasal3 berbunyi : Perlindungan anak bertujuan untuk menjarnin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang- dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindung.an dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera . Berdasarkan data Departemen Sosial Tahun 2006, jumlah anakjalanan mencapai 144.889 orang ana'kjalanan yang terdeteksi dan terkonsentrasi di banyak kota besar di Indonesia . Jumlah anak jalanan paling banyak di OKI Jakarta yakni 30 ribu anak. Data anak jalanan di Jabotabek saat ini berdasarkan data terakhir dari Komisi Nasional Perlindungan Anak mencapai angka 75.000 orang .

Dari survei yang dilakukan Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa DEPKES bekerja sama dengan Departemen Psikiatri FK UI tahun 2007, didapatkan temuan antara lain:

(12)

Anakjalanan berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi, 'kemiskinan , hilangnya nilai-nilai tradisional, kekerasan dalam rumah tangga dan penganiayaan fisik atau mental. Kebutuhan yang mendasar dari anak jalanan adalah : makan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan . Untuk dapat memberikan bantuan yang tepat terhadap anak jalanan, kita perlu memahami siapa mereka, apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka kerjakan dan bagaimana cara mengenali mereka . Pengasuhl pendamping perlu diberi pegangan cara membantu anakja lanan .

2.

PENGERTIAN

Untuk adanya keseragaman persepsi , perlu ditetapkan beberapa pengertian sebagai berikut:

2.1 Konsep anak: didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan pengertian yang beragam.

Menurut UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, ana'k adalah seseoran9' yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2.2 Ana,k jalanan:

Berdasarkan panduan Depsos , kategori anak jalanan terdiri dari :

2.2.1 Anak jalanan yang hidup di jalanan (children of

the streeteet

=

true street children) , dengan
(13)

• Hampir seluruh hidupnya dihabiskan di jalanan

• 8 - 10 jam berada di jalanan untuk "bekerja" (mengamen, mengemis, memulung) dan sisanya menggelandang atau tidur di jalanan.

• Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orangtuanya.

• Tidak lagi bersekolah.

• Rata-rata berusia di bawah 14 tahun. 2.2.2 Anak jalanan yang bekerja di jalanan (children

on the street

=

working children), dengan

kriteria:

• Keberadaan di jalanan untuk bekerja. • Berhubungan dengan orangtuanya secara

tidak teratur.

• 8-16jamberadadijalanan.

• Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orangtua/saudara, umumnya di daerah kumuh.

• Tidak lagi bersekolah.

• Lokasi tersebar pada umumnya di lampu merah, pasar dan terminal.

• Pekerjaan penjual koran, pengasong, pencuci bus, pemulung, penyemir sepatu dan lain-lain.

• Rata-rata berusia di bawah 16 tahun. 2.2.3Anak yang rentan menjadi anak jalanan

((children vulnerable to be street children),

(14)

• Bertemu secara teratur/setiap hari atau tinggal dan tidur dengan keluarganya. • 4 - 6 jam bekerja di jalanan

• Masih bersekolah.

• Pekerjaan penjual koran, penyemir, pengamen dan lain-lain.

• Usia rata-rata di bawah 14 tahun.

2.3 Pendamping:

Yang dimaksud dengan pendamping ada lah orang yang terlibat langsung dengan anak jalanan dan memperhatikan kebutuhan mereka dengan cara memberikan dukungan dan pelayanan.

2.4 Pendampingan masalah psikologis:

Berarti bahwa pendamping memperhatikan masalah psikologis yang dialami oleh anak jalanan dan memberikan bantuan agar mereka dapat menyelesaikan masa'iah tersebut.

3. PROFIL ANAK JALANAN DIINDONESIA

Dari penelitian yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) bekerjasama dengan Balitbangsos Departemen Sosial RI , yang dilakukan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Surabaya tahun 2003, profil anak jalanan di Indonesia sebagai berikut:

3.1 Kegiatan yang dilakukan anakjalanan dijalan

Anak jalanan di Jabodetabek :

(15)

• 34,4 % (31 orang) untuk bermain • 50 % (31 orang) untuk berjualan Anak jalanan di Surabaya :

• 20 % (2 orang) menggunakan jalan sebagai tempat tinggal

• 20 % (2 orang) menggunakan jalan sebagai tempat bermain

• 60 % (6 orang) menggunakan jalan sebagai tempat berjualan

3.2 Tempat tinggal anakjalanan Anak jalanan di Jabodetabek:

• 3,3 % (3 orang) tinggal di taman kota • 4,4 % (4 orang) tinggal di emper toko • 92,2 % (83 orang) tinggal di rumah Anak jalanan di Surabaya:

• 100 % tinggal di rumah 3.3 Sumber memperoleh makanan

Anak jalanan di Jabodetabek:

• 78,9 % (71 orang) memperoleh makanan dengan cara membeli sendiri.

• 15,6 % (14 orang) dengan cara meminta-minta • 5,6 % (5 orang) mendapatkan uluran tangan dari

dermawan

Anak jalanan di Surabaya:

• 90 % (9 orang) memperoleh makanan dengan cara membeli sendiri

(16)

3.4 Lamanya tingga/ dija/anan setiap hari

Anak jalanan di Jabodetabek:

• 25,6 % (23 orang) lama berada di jalanan kurang dari 12jam

• 52,2 % (47 orang) berada di jalanan lebih dari 12jam

• 22,2 % (20 orang) berada di jalanan selama 24 jam

Anak jalanan di Surabaya :

• 10 % (1 orang) lama berada di jalanan kurang dari 12 jam

• 90 % (9 orang) berada d'i jalanan lebih dari 12 Jam

3.5

Sumber mendapatkan uang

Anak jalanan di Jabodetabek:

• 23,3 % (21 orang) sumber mendapatkan uang dengan cara meminta-minta

• 45,6 % (41 orang) dengan cara berjualan • 22,2 % (20 orang) dengan cara mengamen Anak jalanan di Surabaya:

• 20 % (2 orang) sumber mendapatkan uang dengan cara meminta-minta

• 40 % (4 orang) dengan cara berjualan • 40 % (4 orang) dengan cara mengamen

3.6 Penggunaan pendapatan

Anakjalanan di Jabodetabek:

(17)

• 46,7 % (42 orang) untuk membantu keluarga • 32,2 % (29 orang) untuk ditabung

Anak jalanan di Surabaya :

• 10 % (1 orang) menggunakan pendapatan habis dipakai sendiri

• 70 % (7 orang) untuk membantu keluarga • 20 % (2 orang) untuk ditabung

3.7 Pertemuan dengan orangtua

Anak jalanan di Jabodetabek :

• 20 % (18 orang) sering bertemu dengan orangtuanya

• 65,6 % (59 orang) jarang bertemu dengan orangtuanya

• 14,4 % (13 orang) tidak pernah bertemu dengan orangtuanya

Anak jalanan di Surabaya :

• 10 % (1 orang) sering bertem u dengan orangtuanya

• 60 % (6 orang) j,arang bertemu dengan orangtuanya

• 30 % (3 orang) tidak pernah bertemu denga n orangtuanya

3.8 Mendapat kesulitan selama tinggal di rumah

Anakjalanan di Jabodetabek:

• 50 % (45 orang) sering mendapat kesulitan selama tinggal di rumah

(18)

• 1,1 % (13 orang) tidak mendapat kesulitan selama tinggal di rumah

Anak jalanan di Surabaya:

• 100 % mendapatkan kesulitan selama tinggal di rumah

3.9

Kebetahan tinggal di rumah

Anak jalanan di Jabodetabek:

• 31,1 % (28 orang) betah tinggal di rumah • 68,9 % (62 orang) kurang betah tinggal di rumah Anak jalanan di Surabaya:

• 100 % kurang betah tinggal di rumah

3.10

Pihak yang dimintai tolong saat mengalami

kesulitan

Anak ja'ianan di Jabodetabek:

• 41,1 % (37 orang) pihak yang dimintai to long ketika kesulitan adalah orangtuanya

• 54,4 % (49 orang) meminta tolong kepada saudaranya

• 4,4 % (4 orang) meminta tolong kepada orang lain

Anak jalanan di Surabaya:

• 100 % meminta tolong kepada saudaranya

3.11 Pihak yang dinilai paling dekat dengan anak jalanan

(19)

• 37 ,1 % (33 orang) menyatakan pihak yang dinilai paling dekat dengan anak jalanan adalah orangtuanya

• 52,8 % (47 orang) dengan saudaranya • 10,1 % (9 orang) dengan pihak lain Anak jalanan di Surabaya:

• 100 % paling dekat dengan saudaranya

4. FAKTOR PENYEBAB ANAK BERAOA 0 1

JALANAN

Alasan mengapa anak hidup di jalanan sangat bervariasi . Namun alasan yang umum ditemukan baik di negara berkembang ataupun negara maju adalah faktor kemiskinan . Sebagian dari anak-anak tersebut pergi ke jalanan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Data dari berbagai sumber menyebutkan alasan yang umum ditemukan adalah sebagai berikut:

4.1 Untuk mendapatkan uang bagi dirinya dan membantu keluarga

(20)

mobil, pengamen, kUliir pengedar obat, penyemir sepatu, penjual koran ataupun pekerja seks.

4.2 Untuk mendapatkan tempat tinggal

Tempat tingga l yang kumuh dan sarat dlen9an penghuni, membuat anak tidak betah di rumah dan memutuskan untuk meninggalkan rumah guna memberi kesempatan kepada adik atau anggota keluarga yang berusia lanjut. Anak lainnya menjadi anak jalanan karena tidak ada pilihan lain. Mereka mungkin terpisah dari keluarga akibat dari perangl konflik bersenjata, atau orangtua melieka meninggal akibat sakit atau terbunuh saat konflik ataupun akibat bencana. Anak lainnya mungkin karena tidak ada Ilagi tempat berteduh setelah mereka keluar dari institusi seperti penjara.

4.3 Untuk menghindari masalah dalam keluarga, termasuk anak yang ditolak oleh keluarga

Banyak anak merasa bahwa hidup di jalanan lebih baik dari pada menghadapi masalah di rumah mereka. Masalah ini meliputi bentrbkan dengan orangtua, penganiayaan fisik/seksual atau penelantaran. Sebagian anak mungkin diusir oleh keluar9anya karena kelakuan anak yang tidak dapat dirterima oleh keluarga, misalnya homoseksualitas, hamil di luar nikah atau penyalahgunaan NAPZA,

4.4 Untuk menghindari banyaknya pekerjaan di rumah

(21)

atau tuntutan keluarga melebihi kemampuan anak untuk mengerjakannya. Hal ini menyebabkan anak merasa sebagai pembantu. Anak demikian meninggalkan rumah agar terbebas dari tuntutan keluarga.

Penyebab anak tinggal di jalanan juga dapat ditinjau dari berbagai segi:

4.5 Penyebab yang berkaitan dengan kondisi dan situasi anak dalam keluarga:

• Keluarga besar, miskin dan tidak berpendidikan • Kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang

pengasuhan anak

• Kurangnya tanggung jawab orangtua • Konflik keluarga

• Masalah perilaku dalam pengasuhan anak, misalnya orangtua penjudi, penyalahguna NAPZA • Penganiayaan anak

• Sikap dan perilaku anak yang pembangkang. 4.6 Penyebab berkaitan dengan kondisi masyarakat

setempat:

• Distribusi sumberdaya dan kesempatan yang tidak merata dalam masyarakat, misalnya kurangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan • Masalah dalam kondisi kerja

• Kurangnya kegiatan rekreasi

• Keadaan penuh sesak di daerah kumuh dan fasilitas peru mahan yang tidak memadai.

(22)

4.7 Penyebab berkaitan dengan kondisi masyarakat umumnya:

• Kondisi politik dan ekonomi, misalnya kemiskinan dan sumberdaya yang rendah

5. Dasar Hukum

5.1 Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 34, bahwa fakir miskin dan anak terlantar dil pelihara oleh negara

5.2 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

5.3 Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

5.4 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotro pi ka

5.5 Undang-Undang Nomor 22 tahun ,1997 tentang Narkotika

5.6 Undang-Undang No 22 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

5.7 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No 182 Concerning

The Prohibition and Immediate Action to Elimination of the Worst Form of Child Labour

5.8 Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(23)

6.

TUJUAN

6.1 Tujuan Umum: Terdeteksi dan tertanganinya masalah anak jalanan secara tepat sehingga mereka dapat tetap berkembang menjadi SDM yang berguna. 6.2 Tujuan khusus:

• Meningkatnya pengetahuan pendamping dalam menilai kebutuhan dan masalah yang dihadapi anakjalanan

• Menin9katnya kemampuan pendamping dalam mendeteksi dan menangani masalah psikologis anak jalanan

7.

SASARAN

7.1 Sasaran langsung

Pekerja sosial dan pendamping anak jalanan lainnya (individu dan kelompok)

7.2 Sasaran Tak Langsung (yang berkecimpung dalam pendampingan anak jalanan)

• Organisasi masyarakaULSM;

• Dunia usaha/swasta yang menangani anak jalanan

(24)

BAB II

MASALAH PSIKOLOGIS

ANAK .IALANAN

Masalah psikologis anakjalanan dapat terjadi akibat kondisi yang mereka alami atau akibat kelemahan dari jiwanya . Kedua hal tersebut saling mempengaruhi.

1 . . Kondisi-Ko"ndisi yang Oapat Menimbulkan

Masalah Psikologis

Anak jalanan mempunyai beban psikologis yang liebih berat dibandingkan dengan anak miskin yang diasuh oleh orang dewasa. Kehidupan di jalan yang keras membuat mereka mengalami berbagai masalah sosial seperti: • kekerasan dalam keluarga

• kekerasan di jalarian

• pelecehan seksual (anak ' mengalami kekerasan seksual di jalanan, dan tidak sedikit anak perempuan dijadikan komoditas untuk d ;jadikan PSK),

• rawan kecelakaan la'iu lintas, • ditertibkan petugas,

• terlibat tindak kriminal, • diperjual belikan (traficking)

• konflik dengan kelompok lain atau teman dalam

kelompok, .

(25)

anak jalanan dalam bentuk kekerasan fisik juga mengalami kekerasan psikologis . Akibatnya mereka rentan mengalami gangguan mental emosional.

1.1 Kondisi Sosial

Penyebab dialaminya masalah psikologis karena kondisi sosial adalah: kemiskinan, diskriminasi, lingkungan yang keras, stigmatisasi

1.1.1 Kemiskinan

Sebagian besar kasus anak jalanan merupakan masalah klasik yang berkaitan dengan masalah keterbatasan ekonomi, karena kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga yang miskin atau kurang mampu. Akibat dari keadaan ini mereka tidak mampu untuk:

• mempertahankan kehidupan yang sehat (tinggal di bedeng, kolong jembatan, emperan toko) tanpa adanya sumber air bersih, MCK dan lain-lain.

• membeli pakaian yang layak

• membeli makanan yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya.

• Bersekolah atau mendapat pendidikan yang layak atau mengalami putus sekolah

1.1.2 Diskriminasi

(26)

tidak mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan.

1.1.3 Lingkungan yang Keras

Jalanan merupakan lingkungan yang tidak terlindung dan anak jalanan seringkali dieksploitasi. Akibatnya anak jalanan rentan mengalami luka fisik bahkan kematian .

1. 1.4 Stigmatisasi

Umumnya anak jalanan dianggap sebagai anak nakal yang seringkali membuat onar, sulit dikendalikan, sering me 'lakukan bndak kekerasan, terl,ibat masalah NAPZA, kurang bermoral, kurang berperasaan dan cenderung bertindak anti sosial. Masyarakat cenderung tidak bersimpati terhadap anak jalanan.

1.2 Kondisi Fisik

Kondisi fisik yang sering menimbulkan masalah psikologis antara lain : gizi kurang (malnutrisi), luka, kesehatan reproduksi dan seksual dan penyakit umum.

1.2.1 Gizi Kurang Memadai

(27)

1.2.2 Luka

Luka yang sering ditemukan pada anakjalanan adalah luka akibat terjatuh, tertabrak, terkilirl patah tulang , luka bakar. Penyebab luka dapat karena disengaja (akibat intoksikasi atau akibat lainnya) atau tidak disengaja (mengalami kecelakaan). Anak yang mengalami luka dapat menyebabkan hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari . Hal ini bisa menimbulkan masalah psikologis seperti kehilangan rasa percaya diri, merasa tak berdaya, merasa tidak mempunyai harapan yang dapat memicu terjadinya gangguan penyesuaian, depresi, cemas, dan lain-lain.

1.2.3 Masalah Kesehatan Reproduksi dan

Seksual

(28)

1.2.4 Penyakit Umum

Anak jalanan dapat mengalami berbagai penyakit umum, seperti TBC, penyakit kulit, sakit mata , masalah gigi dan penyakit akibat parasit (kecacingan, ォ。ォセGMMY。ェ。ィL@ malar.ia, keputihan) . Penyakit yang bersifat kronis dapat menimbulkan masalah psikologis (cemas, depresi).

2. Masalah Mental Emosional Pada Anak

Jalanan

Masalah mental emosional yang sering terdapat pada anak jalanan adalah:

• Gangguan cemas • Gangguan depresi

• Gangguan stres pasca trauma • Gangguan psikotik

• Gangguan penggunaan NAPZA 2.1 Gangguan Cemas (Anxietas)

(29)

• Ketegangan mental : cemas, bingung, rasa tegang atau gugup, sulit memusatkan perhatian, sulit tidur, mimpi buruk, mudah tersinggung.

• Ketegangan fisik: gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa santai, tidak bertenaga dan mudah lelah.

• Gejala fisik: pusing , berkeringat, denyut jantung cepat atau keras, mulut kering dan nyeri perut, tegang seluruh otot terurama otot bahu dan tungkai, kadang disertai sakit perut, mual, muntah,berdebar-debar, gemetar.

Gejala dapat berlangsung berbulan-bulan, sering muncul kembali dan sering dicetuskan oleh peristiwa yang menegangkan.

Gangguan cemas terdiri dari:

• Gangguan cemas menyeluruh: cemas terjadi setiap saat yang tidak berkaitan dengan situasi yang dialami.

• Gangguan fobik: gejala cemas muncul bila menghadapi situasi atau benda yang ditakuti. • Gangguan obsesif-kompulsif: terdapat pikiran

yang terpaku pada satu hal dan melakukan pekerjaan yang berulang-ulang, misalnya mencuci tangan berulangkali walaupun tidak kotor. Gejala cemas muncul bila anak tidak dapat melakukan pekerjaan yang berulang-ulang tersebut.

• Gangguan panik: ketakutan yang memuncak seolah anak akan mati atau takut menjadi gila Sikap pendamping:

(30)

• Tenangkan anak dengan melatih melakukan relaksasi atau berdoa.

• Bila hal tersebut tidak menolong, rujuk anak ke fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah Sakit Umum, RSJ) untuk mendapatkan konsel,ing atau obat.

2.2 Gangguan depresi

Gangguan depresi harus dibedakan dengan perasaan sedih biasa. Semua orang pada saat tertentu dapat merasa sedih dan tidak bahagia. Apabila kehilangan orang yang dicintai, orang akan merasa sedih mendalam. Rasa sedih dan berkabung yang demikian adalah normal dan merupakan reaksi sementara menghadapi stres dalam kehidupan. Orang tersebut masih dapat melaksanakan fungsi dalam kehidupan sehari-hari dan dengan berlalunya waktu perasaan ini juga akan menghilang.

Gangguan depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap. Perasaan tertekan sedemikian beratnya sehingga yang bersangkutan tak dapat melaksanakan fungsi sehari-hari. la merasa putus asa dan tidak ada lagi kenikmatan untuk melakukan kegiatan yang biasa dia lakukan. Anak mengalami gejala berikut:

(31)

• Pikiran : isi pikiran biasanya tentang kegagalan dan kesalahan . Anak cenderung menyalahkan diri sendiri terhadap kegagalan yang terjadi. la sulit memusatkan perhatian dan daya ingat menjadi terganggu. Kadang-kadang timbul pikiran ingin mati.

• Keluhan fisik o rasa lelah berkepanjangan , gangguan tidur (sulit tidur atau terlalu banyak tidur), gangguan makan (tidak napsu makan atau banyak makan), kehilangan minat seksual, rasa sakit dan nyeri di Ieher dan punggung , sakit kepala, nyeri di dada dan keluhan di perut serta keluhan fisik lainnya dari ujung rambut ke ujung kaki . Beberapa orang yang mengalami depresi, hanya mengeluh gangguan fisik dan menolak adanya masalah emosional atau depresi. Orang ini disebut menderita depresi terselubung, depresinya tertutup oleh keluhan fisiko

• Kegiatan (Aktivitas) : biasanya orang yang mengalami depresi kegiatannya menjad i menurun, ia hanya ingin berbaring di tempat tidur sepanjang hari atau ia menarik diri dari pergaulan. Dalam keadaan ini kadang-kadang ada usaha untuk buriuh diri.

• Khusus untuk anak dan remaja : depresi sering muncul dalam bentuk gangguan tingkah laku , misalnya menantang, kebut-kebutan , berkelahi atau tingkah laku mencederai diri sendiri .

Sikap pendamping :

(32)

• Dorong ia untuk melawan perasaan depresinya • Bila hal di atas tidak menolong, rujuk anak ke

fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah Sa kit Umum, RSJ).

2.3 Gangguan stress pasca trauma (GSPT)

adalah gangguan yang terjadi setelah mengalami peristiwa traumatik. Gejala biasanya muncul setelah beberapa hari atau beberapa minggu dan dapat pula setelah beberapa tahun kemudian .

GSPT ditandai oleh 3 kelompok gejala utama : • Mengalami kembali (Re-experiencing), terbayang

selalu peristiwa traumatik, anak seolah mengalami kembali kejadian traumatik yang pernah ia alami tersebut (flashback), terganggu mimpi buruk akan peristiwa traumatik, merasakan ketegangan psikologis atau terdapat reaksi fisik yang berat seperti berkeringat, jantung berdebar atau panik apabila dia menghadapi situasi yang mengingatkannya pada peristiwa traumatik . • Reaksi menghindar (avoidence) dan kehidupan

emosi menjadi terbatas (numbing), menghindari kegiatan, tempat, pikiran, perasaan atau berbicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan kejadian tersebut ; emosi terbatas; amnesia (Iupa) psikogenik; kehilangan minat terhadap kegiatan yang biasa dia lakukan; perilaku menarik diri; takut memikirkan masa depan .

(33)

Gejala lainnya yang dapat menyertai adalah: • Rasa berdosa dan menyalahkan diri. • Depresi, anxietas, marah, berduka . • Peyalahgunaan NAPZA.

• Perilaku impulsif (belanja kompulsif, gangguan makan, dan perubahan perilaku seksual).

• Keluhan somatik kronis (sa kit kepala, gangguan lambung).

• Perilaku destruktifterhadap diri sendiri. • Perubahan kepribadian.

Sikap pendamping:

• Dampingi anak menghadapi situasi krisis akibat peristiwa traumatik, tunjukkan dengan sikap bahwa anda sungguh-sungguh ingin membantu.

• Dengarkan keluhannya dan bantu ia mengatasi gejala-gejala yang ia rasakan .

• Bantu anak menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan pasca peristiwa traumatis.

• Bantu anak menata kehidupan pasca trauma dan - merencanakan masa depan .

• Bila dengan cara tersebut, keluhan anak masih berat, and a dapat meruj,uknya ke fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah Sakit Umum, RSJ) untuk mendapat konseling atau mungkin pula anak membutuhkan obat untuk sementara.

2.4 Gangguan psikotik

(34)

Orang tersebut mungkin menunjukkan gejala sebagai berikut:

• Menarik diri dari lingkungan dan hidup dalam dunianya sendiri .

• Merasa tidak mempunyai masalah dengan dirinya .

• Kesulitan untuk berpikir dan memusatkan perhatian.

• Gelisah dan bertingkah laku atau bicara kacau. • Sulit tidur.

• Mudah tersinggung dan mudah marah .

• Mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata (halusinasi).

• Berkeyakinan yang keliru seakan-akan ada seseorang yang membuntuti atau ingin membunuhnya (waham).

• Keluhan fisik yang aneh, misalnya ada hewan atau benda yang tak lazim di dalam tubuhnya.

• Mungkin ada masalah dalam melaksana1kan tugas sehari- harinya .

• Tidak merawat diri, kadang-kadang berpenampilan kotor.

Sikap pendamping:

• Apabila menemukan anak dengan gejala tersebut di atas, segeralah dirujuk ke tenaga kesehatan . Anak tersebut membu tuhkan obat untuk mengatasi gejalanya.

(35)

2.5 Gangguan penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya)

Anakjalanan berrisiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA akibat kehidupan mereka yang penuh dengan stres dan adanya bandar yang memanfaatkan keberadaan mereka.

Narkotika terdiri dari opiat, kokain dan ganja.

Psikotropika terdiri dari ecstasy, benzodiazepin (pil koplo).

Zat adiktif lainnya terdiri dari alkohol, lem, nikotin (tembakau).

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA secara patologis (di luar tujuan pengobatan), sekali-sekali atau terus menerus dan menimbulkan gangguan dalam fungsi sosial, sekolah atau pekerj,aan . Penyalahgunaan NAPZA dapat menimbulkan ketergantungan.

Ketergantungan NAPZA adalah suatu keadaan dimana anak tidak dapat lagi menghentikan penggunaan NAPZA karena dia akan merasakan gejala putus zat (gejala yang timbul apabila anak menghentikan pemakaian atau mengurangi dosis). Ketergantungan akan menyebabkan toleransi, yaitu semakin lama dosis yang digunakan semakin besar.

(36)

Gejala dari penyalahgunaan NAPZA tergantung dari keadaan (sedang menggunakan atau gejala putus zat), juga tergantung darijenis NAPZA yang digunakan. Gejala yang perlu diwaspadai adalah perubahan sikap dan perilaku:

• Prestasi menurun, menjadi pemalas , kurang bertanggung jawab

• Bersikap emosional, mudah marah, mudah tersinggung, pencuriga dan bersikap kasar • Sering berbohong, menipu, berhutang, menjual

barang-barang, mencuri, mengompas

• Pola tidur berubah, malam begadang , siang mengantuk

• Kehilangan minat terhadap hobi dan kegiatan lain yang biasanya disenangi

• Menghindari pertemuan dengan anggota keluarga Gejala saat menggunakan:

• Sikap apatis (acuh tak acuh), tampak mengantuk , jalan sempoyongan, bicara cadel (pelo)

• Bila kelebihan dosis: denyut nadi dan detakjantung melambat, kulit terasa dingin, napas melambat sampai berhenti dan meninggal .

Gejala sedang ketagihan :

(37)

Pangaruh jangka panjang:

• Badan kurus, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan diri, gigi tidak terawat dan sering om pong (gigi rapuh), terdapat deretan bekas suntikan di lengan atau bag ian tubuh lain (pada pengguna NAPZA dengan menyuntik).

Sikap pendamping:

• Dekati anak dan terima dia apa adanya • Telusuri penyebab dia menggunakan NAPZA • Bantu anak mengatasi masa'iah kehidupannya • Rujuk ke fasilitas yang sesuai (dalam keadaan over

(38)

BAB III

PENDAMPINGAN MASALAH

PSIKOLOGIS ANAK JALANAN

Yang dimaksud dengan pend am ping adalah orang yang terlibat langsung dengan anak jalanan dan memperhatikan kebutuhan mereka dengan cara memberikan dukungan dan pelayanan. Pendampingan merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk memberikan dukungan kepada anak jalanan, karena hal terse'but terjadi pada lingkungan dimana mereka hidup dan bekerja. Pendampingan dapat dilakukan di jalanan, di tempat yang sering mereka kunjungi atau tempat mereka berlindung atau di komunitas tempat keluarga mereka tinggal. Pendampingan masalah psikologis berarti bahwa pendamping memperhatikan masalah psikologis yang dialami oleh anak jalanan dan rnemberikan bantuan agar mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Agar berhasil dengan baik, maka pendamping harus . berkontak langsung dengan anak jalanan dan menyadari

sepenuhnya peran dan tanggung jawab dari pendamping.

1. TANGGUNG JAWAB DAN KARAKTERISTIK

PENDAMPING

1.1 Tanggung-jawab pendamping

Peran dan tanggung jawab pend am ping antara lain:

• Melakukan penilaian: mencari informasi tentang

(39)

tersedia serta melakukan wawancara dengan ana ·k itu sendiri . Hal ini akan meno ,long pendamping untuk menemukan masalah yang mereka hadapi dan memilih masalah apa yang diprioritaskan untuk dibantu terlebih dulu .

• Merespon kebutuhan dan masalah: pilihlah masalah yang mendesak yang perlu diatasi terlebih dulu dengan memperhitungkan keterbatasan dan sumber-sumber yang tersedia .

• Membimbing dan mengarahkan sesuai permasalahan: hal ini akan membantu anak mencegah atau mengurangi, masalahnya serta mengarahkan mereka untuk mencari pertolongan yang tepat bila diperlukan .

• Melakukan advokasi dan menggerakkan masyarakat: mencari berbagai bentuk dukungan lingkungan dan melaku'kan kontakipendekatan dengan jejar:ng yang diperlukan dalam upaya mengatasi permasalahannya.

• Manajemen yang berkesinambungan:

penilaian, perencanaan, terapan, evaluasi serta melakukan kerjasama baik dengan pemerintah maupun dengan swasta dan LSM yang bergerak dalam membantu anakjalanan .

(40)

Tidaklah mudah menjadi pendamping anakjalanan , karena pengalaman menunjukkan adanya stigma dan tekanan dari berbagai pihak terhadap mereka yang perlu ditangani oleh pendamping . Tugas utama pendamping adalah membina hubungan baik dengan anakjalanan. Untuk itu anda perlu meluangkan waktu di jalanan bersama mereka agar memahami dunia mereka sehingga terbina hubungan saling mempercayai.

1.2 Karakteristik pendamping

Pendampingan anak jalanan yang men9alami masalah psikologis memerlukan karakteristik khusus dari yang melakukannya, antara lain:

• Mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai.

• Mempunyai keinginan untuk terus belajar dan menyadari keterbatasannya serta mampu merujuk kasus yang membutuhkan pertolongan lebih lanjut. • Trampil berkomunikasi, mau dan mampu mendengarkan anak, tidak asik bicara sendiri, tidak cepat menyimpulkan , tidak terperangkap oleh pemikiran atau pendapatnya sendiri .

• Dapat memahami kondisi dan situasi kehidupan anakjalanan yang didampinginya .

• Matang dalam berpikir Jan bertindak, bertanggung jawab, penyabar dan mampu berempati.

• Kreatif, mempunyai motivasi yang tinggi dan antusias

• Berminat mendampingi anak jalanan yang mengalami masalah psikologis.

• Memahami dan dapat memanfaatkan jejaring

(41)

• Tuntas dalam memberikan bantuan, baik terhadap individu maupun dalam kelompok jejaring agar tidak terjadi pemutusan hubungan secara sepihak yang dapat berdampak negatif pada kelanjutan pendampingan masalah psikologis yang dialami anak jalanan.

• Mengenali dirinya sendiri serta memahami keterbatasan kemampuannya.

• Percaya bahwa pada dasarnya setiap anak mempunyai kemampuan untuk mengenali dan menyelesaikan masalahnya sendiri . Pendamping hanya membantu meningkatkan rasa percaya dirinya dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan masalahnya.

1.3 Pengetahuan, ketrampilan dan sikap • Pengetahuan

Pen-damping perlu dibekali pengetahuan yang berkaitan dengan anak jalanan . Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan membaca laporan tentang anakjalanan , berbicara langsung dengan mereka atau dengan pemuka masyarakat setempat, melakukan asesmen terhadap anak jalanan dan belajar dari pengalaman.

• Ketrampilan

(42)

• Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berpikir atau bertindak dengan cara tertentu . Sikap juga meliputi nilai-nilai dan keyakinan . Hal ini dapat tercermin dari apa yang anda katakan, apa yang anda kerjakan atau tidak kerjakan . Misalnya bila anda tidak mengenali masalah anak jalanan dan tidak yakin bahwa mereka membutuhkan pertolongan, maka sikap anda yang tak mau menolong itu dapat tercermin dari cara anda berinteraksi dengan mereka. Sikap terbentuk dalam jangka panjang dan biasanya agak sulit untuk diubah .

1.4 8elajar dari pengalaman

Bekerja dengan anakjalanan, anda perlu memahami budaya mereka, kemampuan serta sumber-sumber yang mereka miliki. Agar efektif, anda perlu fleksibel untuk menerima kenyataan di lapangan. Anda perlu mengembangkan kemampuan untuk belajar terus menerus dari pengalaman bekerja dengan anak jalanan. Misalnya jika anda ingin menggunakan pengaruh teman sebaya , maka anda perlu memahami bagaimana carel mengembangkan kelompok sebaya . Anda perlu mengenali individu yang dapat berkomun ,i:kasi dan menyampaikan kebutuhan , perasaan dan aspirasi kelompok.

(43)

kesulitan besar bagi and a untuk bekerja dengan mereka .

2. MEMBANTU

MENGATASI

MASALAH

PSIKOLOGIS ANAK JALANAN

Masalah psikologis anak jalanan dapat dipicu oleh masalah fisik , masalah sosial atau masalah psikologis yang timbul akibat dari dalam diri sendiri. Untuk membantu mengatasi masalah tersebut diperlukan berbagai sumber yang berkaitan dengan masalah tersebut di atas. Pendampingan untuk mengatasi masalah psikologis dapat dilakukan pada 3 tingkatan, yaitu :

• Tingkat individu • Tingkat masyarakat • Oi luar masyarakat

Cara yang dipilih tergantung dari keadaan anak jalanan, sumber-sumber yang tersedia dan harapan serta norma budaya setempat. Cara tersebut harus komprehensif dan saling melengkapi dengan mempertimbangkan individu lain dan organisasi yang ada di masyarakat.

2.1 8ekerja pada tingkat individu

(44)

mengembangkan keterampilan dasar, konseling dan memperbaiki akses terhadap pelayanan kesehatan serta merujuk anak yang tak dapat ditangani ke pelayanan yang tepat.

2.2

8ekerja pada tingkat masyarakat

Masyarakat lokal kadangkala membuat program untuk membantu penduduknya . Program tersebut dapat berupa pencegahan masalah kesehatan, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat untuk mencegah penyalahgunaan NAPZA serta merujuk kasus kepada pelayanan kesehatan yang sesuai. Intervensi terhadap anak jalanan merupakan bag ian dari kegiatan dalam masyarakat. Strategi yang dapat dilakukan pada tingkat ini meliputi kegiatan masyarakat, memberikan pelayanan dan menjamin tersedianya sumber daya yang dibutuhkan .

2.3

8ekerja pada tingkat di luar masyarakat

Pendamping dapat pula mempengaruhi sesuatu yang terjadi jauh diluar area kerja mereka, khususnya dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Mereka dapat melakukannya melalui advokasi yang mungkin menuju perbaikan pelayanan kesehatan . Kegiatan tersebut dapat secara regional, nasional atau bahkan internasional yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi anakjalanan .

2.4

Mempertahankan dukungan
(45)

berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, misalnya dengan mengingatkan mereka untuk menghadiri pelayanan spesifik dan menyarankan serta mendukung untuk tidak absen pada pertemuan berikutnya .

Pastikan bahwa anak jalanan tertentu mempunyai akses ke pelayanan yang sesuai. Anda sebaiknya dapat menghubungkan anak jalanan dengan seseorang di masyarakat yang dapat memberikan dukungan .

3. JENIS PENDAMPINGAN

Masalah psikologis anak jalanan bukanlah merupakan masalah yang sederhana. 8erbagai masa.lah sosial juga mempengaruhi terbentuknya masalah psikologis ini, oleh karena Hu juga dibutuhkan berbagai cara untuk mengatasinya. Hal tersebut antara lain berupa terciptanya lingkungan yang aman dan mendukung , pemberian informasi, membangun ketrampilan, konseling dan memperbaiki pelayanan . Disarankan 'intervensi dilakukan diberbagai bidang.

3.1 Lingkungan yang aman dan mendukung

(46)

perilaku anakjalanan. Tujuan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung adalah untuk meningkatkan perilaku positif dari anak jalanan. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi psikologis anakjalanan adalah:

• Adanya kasih sayang diantara anggota keluarga, sesama teman, dan dengan orang lainnya.

• Norma sosial seperti sikap terhadap anakjalanan, pandangan dan sikap terhadap perilaku seksual remaja.

• Sumber yang tersedia seperti kesempatan untuk bersekolah bagi anak jalanan , adanya tempat bermain, kesempatan untuk mengembangkan keterampilan masa kanak, akses terhadap pelayanan kesehatan, peraturan perundangan yang berlaku seperti perundan gan terhadap pekerja anak.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pendamping untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak jalanan adalah:

3.1.1 Mengupayakan adanya kasih sayang: • Mendekatkan anak dengan keluarganya atau

menciptakan keluarga yang peduli terhadap anak jalanan sehingga kebutuhan kasih sayang anak dapat terpenuhi .

(47)

• Membentuk kelompok teman sebaya yang saling mendukung.

3.1.2

Memberikan pelayanan

• Mengupayakan akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk mendapatkan pela.yanan konseling.

• Mengupayakan akses ke gelangglang remaja agar anak jalanan dapat berolahraga dan mendapatkan dukungan dari sesama remaja. • Bekerja sarna dengan seko'lah agar anak jalanan dapat bersekolah, misalnya mengikuti sekolah terbuka.

3.2

Pemberian informasi

Anak jalanan perlu diberi informasi tentang tumbuh kembang remaja, kesehatan reproduksi dan seksual, perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyalahgunaan NAPZA, peraturan perundangan yang berkaitan dengan hidup di jalanan . Gunakanlah setiap ada kesempatan dengan anak jalanan untuk memberikan informasi sebanyak mungk,in. Informasi yang diberikan perlu disaring dan sebaiknya yang berdampak positifterhadap anakjalanan .

Beberapa cara pemberian informasi yang perlu dihindari adalah :

• Menyalahkan: anak jalanan karena telah

(48)

• Menakuti-nakuti: teknik menakuti telah terbukti berdampak tidak sesuai dengan keinginan kita, malah membuat mereka berbuat sebaliknya.

• Menjelaskan efek NAPZA: secara rinci termasuk

bagaimana cara mendapatkannya. Hal ini akan merangsang mereka untuk menggunakannya. 3.3 Melatih ketrampilan

Kehidupan sehari-hari di jalanan penuh dengan bahaya, tekanan dan stresor. Anak jalanan seringkali terlibat penyalahgunaan I\lAPZA dan perilaku risiko tinggi lainnya karena untuk mengatasi situasi tersebut dan agar bisa masuk ke dalam kelompok kul,tur anak jalanan. Anak perlu dilatih untuk mengembangkan kehidupan yang lebih sehat, dan mempunyai strategi penyelesaian masalah yang lebih baik. Dengan adanya keterampilan psikososial, diharapkan anak jalanan akan terhindar dari penyalahgunaan NAPZA dan perilaku berrisiko tinggi lainnya.

(49)

3.3.1 Ketrampilan hidup:

Menurut definisi WHO ketrampilan hidup adalah kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku positif sehingga individu mampu menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari.

Ketrampilan tersebut antara lain:

• Membuat keputusan dan menyelesaikan masalah

• 8erpikir kreatif dan berpikir kri,tis

• Ketrampilan interpersonal dan berkomunikasi • Kesadaran diri dan empati

• Mengatasi emosi dan stres

Dengan adanya ketrampilan hidup ini diharapkan anakjalanan mampu:

• Bersikap asertif: yaitu kemampuan untuk

menyatakan pikiran dan pendapat tanpa merendahkan pendapat orang lain. Ketrampilan ini akan membantu anak jalanan menyatakan kebutuhannya dan menghadapi tekanan sosial.

• Bernegosiasi: kemampuan untuk berdiskusi

sehingga orang lain dapat menyetujui keinginannya.

• Berpikir kritis: anak jalanan dapat

(50)

stres, akan mampu mencari jalan keluar yang lebih baik tanpa menggunakan NAPZA.

• Mengembangkan kesadaran diri dan

harga diri: meningkatnya pengertian akan

kekuatan dirinya, minat, tujuan dan prioritas hidup.

• Membangunpertemanan: mempunyai

teman sejati yang dapat menjadi sumber pendukung dan proteksi dan dapat menolong anak jalanan mengatasi tekanan orang dewasa yang berusaha mengekploitasi mereka, misalnya terhadap seksual.

Ketrampilan hidup tidak berdiri sendiri-sendiri tapi merupakan serangkaian yang terkait satu sama lain . Misalnya untuk belajar mengambil keputusan, anakjalanan harus mampu mengenali perasaannya tentang situasi mereka dan apa yang mereka inginkan dalam kehidupan ini. Pelajaran dan aplikasi dari ketrampilan hidup perlu berkaitan erat dengan kenyataan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari . Hal ini penting karena jika anak jalanan berkomunikasi secara asertif untuk menghadapi tekanan negatif dari lingkungan sosial, mereka harus belajar cara yang dapat diterima oleh lingkungan setempat.

3.3.2 Ketrampil'an praktis

Berikut ini adalah beberapa contoh ketrampilan praktis beserta kegunaannya:

(51)

meningkatkan kemampuan anak jalanan untuk berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi sebagai alternatif pengganti penyalahgunaan NAP ZA ata u perilaku seks berris iko. Partisipasi dalam kegiatan rekreasi dapat meningkatkan perasaan bahwa dirinya bergLlna, percaya diri dan asertif.

• Pengetahuan tentang risiko perilaku seks bebas, dapat mengurangi perilaku tersebut. 3.4 Memberikan konseling

Konseling merupakan suatu proses komunikasi interpersonal dimana seorang yang membutuhkan atau mempunyai masalah dibantu untuk memahami situasinya agar mereka dapat membuat keputusan yang terbaik untuk dirinya.

Sebelum memberikan konseling, anda perlu mendapatkan pelatihan terlebih dulu, atau anda dapat merujuk anak jalanan ke fasilitas yang tepat untuk mendapatkan konseling. Konseling amat penting bagi anak jalanan, khususnya pada saat mereka menghadapi krisis, misalnya penganiayaan seksual atau bentuk kekerasan lainnya . Konseling teman sebaya ser'ing digunakan untuk mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual, dan mengurangi penggunaan alkohol, rokok atau NAPZA lainnya. Pendampingan psikologis dalam menangani masalah mentallpsikologis mengarah pada:

(52)

• menyesuaikan diri dengan cara hid up yang berpindah-pindah;

• memiliki ketahanan diri yang dapat membantunya untuk bisa menjaga kesehatan mentalnya;

• mencegah serta mengatasi akibat penggunaan NAPZA.

Tujuan konseling adalah:

• Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi

• Mendorong anakjalanan untuk menjadi aktif dan bertanggung jawab menuju intervensi yang disarankan

• Mengurangi rasa takut anak jalanan sertaketidak percayaannya terhadap pelayanan yang mungkin mereka butuhkan

• Memberikan dukungan emosional

(53)

3.5 Memperbaiki akses terhadap pelayanan kesehatan

Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan. Pelayanan ini mempunyai peranan yang besar dalam mencegah masalah kesehatan dengan cara meningkatkan dan mendukung perilaku sehat . Pelayanan kesehatan juga membantu deteksi, kurasi dan rehabilitasi anak jalanan yang sakit atau terluka.

4 .

PENGEMBANGAN JEJARING

Pendamping perlu mengembangkan hubungan dengan jejaring yang diperlukan dalam penanganan anak jalanan yang mengalami masalah psikologis. Pendamping melengkapi dirinya dengan informasi mengenai lembaga atau institusi/badan yang bergerak di bidang penanganan masalah psikologis bagi anak jalanan dad berbagai pihak (pemerintah dan masyarakat) .

Lembaga yang dapat dipertimbangkan dalam jejaring sesuai kasusnya:

• Puskesmas, RSU, RSJ

• Rumah tinggallasrama/panti/RPAlrumah singgah • Pusat kegiatan anak atau sanggar seni

• Pos-pos kegiatan dan Shelter

• Sanggar

• Pusat Krisis (crisis center)

• Drop in center

(54)

BAB IV

LANGKAH-LANGKAH

PENDAMPINGAN

ANAK .JALANAN

Agar berhasil dengan baik dalam mendampingi anakjalanan , perlu dilakukan langkah-Iangkah yang tepat.

1. MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF

1.1 APA YANG DISEBUT DENGAN KOMUNIKASI

(55)

1.2 PROSES KOMUNIKASI

Komunikasi adalah penyampaian informasi yang melibatkan pengirim dan penerima pesan. Proses kedua dari komunikasi adalah ketika penerima pesan menyampaikan umpan balik . Komunikasi dapat dengan kata-kata (komunikasi verbal), yaitu melalui pembicaraan atau tanpa kata-kata (komunikasi non-verbal), misalnya melalu i gerak tubuh, raut wajah atau penampilan.

1.2.1 Komunikasi verbal

Komunikasi verbal meliputi 3 proses utama : • Mendengarkan

• Berbicara • Umpan balik

1.2.2 Keterampilan mendengar aktif

(56)

saling bekerja sama. Ketrampilan mendengar aktif meliputi:

• Membuat kontak mata. Hal ini akan

menunjukkan bahwa anda tertarik dan tidak menolak perkataan anak, dan anda tidak terganggu dengan situasi tersebut. Hindari kontak mata dengan anak, jika hal tersebut dianggap tidak sopan atau merupakan ancaman pada budaya setempat.

• Perhatikan anak. Jangan memberikan

kesan seolah anda terburu-buru atau perhatian anda terbagi ketika anak sedang berbicara, misalnya sibuk mencatat, menelpon atau pandangan mata ke arah lain. Jangan memotong pembicaraan, biarkan ia berbicara sampai selesai, baru anda memberikan komentar. Komunikasi tidak sekedar memperhatikan kata-kata saja, tapi perhatikan pula nada suara anak, kecepatan berbicara, penekanan kata, ekspresi wajah saat membicarakan hal tertentu. Kesemua ini akan memberikan petunjuk kepada anda tentang perasaan dan pikiran anak tersebut.

• Perlakukan anak jalanan sebagai

seorang individu. Cobalah untuk tidak

(57)

1.2.3 Ketrampi,lan berbicara

Komunikasi yang baik antara 2 orang , perlu menggunakan bahasa yang lazim dipakai . Pendamping dan anakjalanan seringkali saling mengalami kesulitan untuk mengerti sepenuhnya satu sam a lain, karena menggunakan bahasa yang ber'Jeda. Hal berikut a'kan membantu anda agar be ,·bicara efektif:

• Bicara dengan jelas , mulut terbuka dan cukup dapat didengar

• Gunakan ekspresi dan kata-kata yang jelas • Gunakan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti oleh anak, jangan gunakan kata-kata teknis yang sulit dimengerti 

•   Sampaikan  pesan  dengan  lengkap  dan  diskusikan dengan tuntas 

•   Dorong  anak  untuk  berbicara,  misaln ya  dengan  menganggukkan  kepala .... ,  mengatakan "hm .... ", "Bisa kamu teruskan  ceritanya ...",  "Lalu ....", "Kemudian apa yang  terjadi ... " dan lain­lain 

•   Anda juga dapat memberikan umpan balik  melalui kata  kunci yang disampaikan oleh  anak, misalnya bila anak berkata: "Dia baik  kepada saya, tapi .. ..  (terdiam). Anda dapat  berreaksi dengan mengulang kata "Tapi "  •   Jangan  paksa  mereka  berbicara  bila 

mereka tidak menginginkannya 

(58)

1.2.4   Umpan balik 

Memberikan  umpan  balik  dapat  merupakan  proses  2  arah .  Mengulangi  apa  yang  telah  mereka katakan, dapat memberikan klarifikasi  yang  sangat  menolong  bagi  mereka .  Hal  tersebut  juga  memberi  kesempatan  kepada  mereka untuk menjelaskan kepada anda, jika  terjadi  salah  pengertian  terhadap  hal  yang  mereka katakan . Berikan umpan balik kepada  anak, tapi dorong juga anak untuk memberikan  umpan  balik  tentang  perasaan  dan pendapat  mereka. Umpan balik akan bersifat positif hila :  •   Konstruktif (membangun) dan tidak menilai  •   Jelas, spesifik dan benar 

•   Segera dilakukan setelah menerima suatu  pesan atau melihat perilaku anak 

1.2.5   Komunikasi non­verbal 

•   Sikap dan penampilan: komunikasi non-verbal  dapat membantu  memahami  anak  jalanan dan juga membantu dipahami oleh  mereka .  Ekspresi  wajah ,  gerakan  tubuh ,  sikap,  postur,  cara  berpakaian  dan  tidak  adanya jarak antara anak dan pendamping  merupakan hal yang penting dalam proses  komunikasi.  Komunikasi  non­verbal' akan  banyak mengungkapkan sikap pendamping  ataupun sikap anakjalanan . 

(59)

•

sikap, raut wajah dan gerakan yang sesuai  dengan memuji. Jangan kata­kata memuji,  tapi mulut miring seolah mencemooh. Ketika  sedang  berkomunikasi dengan  anak  atau  orang lain, jangan biarkan pandangan mata  ke  arah  lain,  karena  akan  menyebabkan  andCl  kehilangan  beberapa  informasi.  Perhatikan setiap adanya perbedaan antara  yang  mereka katakan dengan komunikas il  non­verbalnya.  Ha l  tersebut  dapat  merupakan  petunjuk  bahwa  anda  harus  mengubah strategi. Misalnyajika mata anak  tampak  berkaca­kaca  atau  menangis  walaupun  dia  masih  lancar  berbicara,  mungkin  anda  harus  menghentikan  menelusuri  hal  tersebut  untuk  sementara  waktu. 

Jika  anda  sedang  bekerja  dengan  anak  jalanan,  gunakanlah  pakaian  yang  sederhana.  Agar  mereka  tidak  mempersepsi  adanya  jarak  di,antara  pendamping  dan  anak i'alanan,  maka jika  mereka menawarkan makanan, sebaiknya  diambil  atau  anda  ikut  bermain  dengan  mereka. 

(60)

mendengarkan  anak  dan  akan  menjadi  penghambat dalam komunikasi. Tersenyum  dan  menyatakan  persetujuan  misalnya  dengan menganggukkan kepala pada saat  yang tepat,  dapat mendukung anak untuk  melanjutkan pembicaraan. 

1.2.6 Komponen lain dari proses komuni,kasi

• Strategi komunikasi

Anda  perlu  memperhatikan  lawan  bicara,  apakah  anak  jalanan  atau  anggota  masyarakat lainnya. Strategi berkomunikasi  disesuaikan dengan lawan bicara. Apabila  berbicara  dengan  anak  jalanan,  maka  pendamping  perlu  memperhatikan  kebutuhan  anak  tersebut  dan  adanya  kesempatan  yang  tersedia.  Jadi  strategi  harus  disesuaikan  dengan  situasi  dan  kondisi saat itu . 

• Metode komunikasi

Bila merencanakan kegiatan dengan anak  jalanan, anda perlu memperhatikan metode  komunikasi sebagai berikut: 

•   Komunikasi  dengan  berbicara :  dapat 

merupakan  pertemuan  formal 

berhadapan  satu  persatu  atau  pembicaraan  informal  (baik  langsung  maupun melalui telepon) 

(61)

•   Melalui sarana visual : misalnya melalui  film, video atau ilustrasi 

• Lingkungan

Supaya komunikasi lebih efektif, diperlukan  lingkungan yang tidak ribut dan bising, agar  perhatian  tidak  beralih  ke  arah  lain .  Bila  sedang  membicarakan  masalah  yang  bersifat  sensitif,  diperlukan  tempat  yang  privasi.  Pergilah  ke  sudut  ruangan  atau  tempat yang tidak banyak orang .. 

2.  MEMBINA HUBUNGAN SALING  PERCAYA 

2.1  Pentingnya membina hubungan saling  percaya 

Pekerjaan  yang  mendasar  dari  pend am ping  anak  jalanan adalah membangun hubungan dengan mereka  yang berdasarkan saling percaya , saling menghargai  dan adanya kesepakatan untuk mengembangkannya .  Proses dalam membina saling percaya dengan anak  jalanan seringkali sulit, karena banyak diantara mereka  belajar dari  pengalaman  untuk  tidak  mempercayai  orang lain . Pendamping harus mempunyai dedikasi  yang  tinQ'gi  untuk  membantu  mereka.  Komunikasi  memegang  peranan  yang  amat  penting  dalam  membina hubungan yang saling percaya dengan anak  jalanan. 

2.2  Bagaimana cara mulai membangun hubungan 

(62)

tersebut adalah dengan ikut kegiatan mereka ketika  bermain misalnya main sepak bola, petak umpet atau  permainan  lainnya yang  biasanya  mereka  lakukan.  Anda juga dapat terlibat ketika anak tersebut bekerja,  bantu mereka mencuci mobil, mencari makanan atau  membawa belanjaan . Hindari memaksakan kegiatan  yang membuat anda terlihat sebagai figur otoriter dan  bukan sebagai fasilitator atau Kawano 

2.2.1

Memahami dunia anak jalanan

Anak jalanan akan lebih mempercayai anda dan  mau meluangkan waktu bersama anda jika anda  telah mengetahui seluk beluk dunianya. 

• Bahasa: kelompok  anal<  jalanan  mempunyai  bahasa  tersendiri  dalam  berkomunikasi  yang  tidak  diketahui  oleh  orang dari luar kelompok. Pelajari beberapa  aspek dari bahasa mereka agar memahami  dunianya dan dapat berkomunikasi secara  efektif  dengan  mereka.  Denglan  menggunakan  istilah  yang  mereka  pakai,  akan sangat membantu membina hubungan  yang saling percaya. 

(63)

mendapatkan  sumber  makanan,  area  berbahaya , lokasi untuk tidur, untuk bekerja  dan tempat mereka mengguna'kan NAPZA  (bila ada) . Bila anda te:lah memahami peta  lokasi mereka , anda akan mengerti kemana  harus  pergi  untuk  membina  hubungan  den0an mereka. Karakteristik sosial dapat  dita:ldai  dan  dijelaskan  disamping  peta  tersebut. 

• Meluangkan waktu di jalanan: langkah 

berikutnya  adalah  meluangkan  waktu  di  jalanan tempat anda menemukan mereka .  Hal ini mungkin terjadi di taman, stasiun bus  atau kereta api atau di pasar. Bicara dengan  semua anak yang anda jumpai, perkenalkan  diri anda dan biarkan mereka bertanya untuk  mengenal anda lebih mendalam. 

3. MENILAI MASALAH DAN MENETAPKAN

KEBUTUHAN ANAK JALANAN

Karakteristik  dan  situasi  anak jalanan  di  setiap  daerah  berbeda , misalnya anak jalanan di Jakarta akan berbeda  dengan  di  Surabaya,  Medan  dan  daerah  lainnya .  Pendamping  perlu  memahami  karakteristik  dan  situasi  anak jalanan tempat pendamping bekerja. 

(64)

tersebut akan dilaksanakan. Penilaian juga berguna untuk  memonitor apakah  pelayanan  akan  menghasilkan efek  yang diinginkan dan apakah strategi perlu diubah.  Hasil  penilaian  tersebut  harus  digunakan  untuk  memahami  penyebab yang menimbulkan masalah pada anakjalanan  dan hubungannya dengan isu lain. 

Untuk  menentukan  situasi  anak  jalanan,  dibutuhkan  berbagai  upaya  yang  perlu  melibatkan  berbagai  organisasilinstansi, misalnya pemerintah, pemuka agama,  profesional,  pemberi  pelayanan,  LSM  yang  bekerja  dengan anak jalanan, anggota masyarakat lainnya yang  berminat dan anak jalanan itu sendiri. 

3.1 Pentingnya menilai situasi

Penilaian  membantu  memahami  kebutuhan  dan  masalah  serta  situasi  lingkungan  anak  jalanan.  Penilaian  yang  memadai  sangat  esensial  sebelum  melakukan intervensi. Penilaian juga perlu dilakukan  setelah menjalankan program, untuk memonitor dan  menilai  keberhasilan  program.  Mungkin  diperlukan  modifikasi intervensi berdasarkan hasil penilaian. 

3.2

Tujuan penilaian

Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan tujuan  penilaian . Dua hal yang perlu diperhatian adalah :  •  Masalah spesifik yang ィ。イセウ@ dinilai 

•  Tujuari pengumpulan informasi 

(65)

selanjutnya adalah untuk melihat umpan balik terhadap  keberhasilan  program.  Informasi yang dikumpulkan  harus berkaitan erat dengan isu spesifik yang dicari.  Perlu  pula  mempertimbangkan  data  tentang  penyalahgunaan NAPZA 

3.3  Sumber informasi 

Informasi  bisa  didapatkan  dari  sumber primer atau  sekunder.  Sumber  informasi  primer  adalah:  anak  jalanan beserta keluarganya, tenaga kesehatan dan  pemberi  pelayanan  lainnya .  Sumber  informasi  sekunder meliputi: 

•   Dokumen  pemerintah  seperti  hasil  survei,  kebijakan,  pedoman  profesional,  catatan  dan  proceeding peneQ'ak hukum tentang anakjalanan .  •   Materi  yang  berasal  dari  pemerintah,  institusi  medis,  atau dari  individu,  misalnya dari telev,isi,  radio, laporan evaluasi anakjalanan, buku, koran,  majalah dan  lain­lain.  Semua itu dapat menjadi  sumber informasi. 

Informasi sekunder merupakan sumber latar belakang  dari prosedur penilaian.  Biasanya sumber informasi  sekunder tidak memberikan informasi yang memadai  untuk dapat memahami situasi anakjalanan. Informasi  utama harus dicari dari sumber primer. Informasi primer  juga membicarakan data kualitatif, misalnya tentang  perasaan, keyakinan, pandangan dan aspirasi. 

(66)

•   Kondisi  ekonomi,  sosial  dan  politik  dari  masyarakat 

•   Sikap  masyarakat  terhadap  anak  jalanan,  penyalahgunaan NAPZA, seksual dan kesehatan  reproduksi 

•   Pelayanan yang tersedia dan dapat dijangkau oleh  anak jalanan,  keadaan  yang  potensial  menjadi  penghambat  bagi  anak  jalanan  untuk  menggunakannya  serta  bagaimana  cara  mengatasi hambatan tersebut 

•   Jenis  intervensi  yang  berhasil  atau  yang  gagal  (informasi ini sangat diperlukan untuk merancang  intervensi) 

3.5

Langkah yang perlu diikuti

Setelah memutuskan tujuan penilaian, perlu mengikuti  langkah berikutnya: 

•   Membuat  perencanaan  tentang  metode  pengumpulan  informasi  (kapan,  bagaimana,  dimana dan oleh siapa) 

•   Mengumpulkan informasi  •   Menganalisa informasi  •   Membuat kesimpulan  •   Menggunakan informasi 

3.6

Pertimbangan penting selama mengumpulkan

informasi

Selama melakukan penilaian tentang penyalahgunaan  NAPZA, masalah seksual dan kesehatan reproduksi  pada anak jalanan, perlu memperhatikan hal berikut: 

• Inform consent

(67)

sahih, perlu memberikan informasi kepada anak  tentang  tujuan  dan  metode  dari  penilaian ,  apa  keuntungan  dan  kerugian  mereka  jika  berpartisipasi. Mereka juga bebas untuk menolak  berpartisipasi . 

• Kerahasiaan

Seluruh  informasi  perlu dijaga kerahasiaannya ,  kecuali  anda  memperoleh consent dari  anak  jalanan  untuk  mengatakan  informasi  tersebut  kepada  orang  lain .  Hal  ini  perlu  dibicarakan  dengan  anak  sendiri  yang  terpisah  dari  teman  sebaya  dan  keluarga  lain.  Kerahasiaan  dari  informasi itu sendiri juga sangat penting . 

• Rapport

Proses  penilaian  tidak  hanya  sekedar  mengumpulkan 'informasi, namun juga merupakan  kesempatan  terlibat  bersama  mereka  untuk  membina hubungan baik yang saling percaya dan  saling. menghargai dengan anak jalanan.  Hal ini  juga memberi kesempatan bagi anak jalanan untuk  bertanya dan memperoleh informasi yang mereka  inginkan. 

• Beban

(68)

terlalu  banyak  (Iebih  baik  pertanyaan  terbagi  menjadi 2 sesi) . 

• Prioritas

Selama  penilaian  mungkin  anda  menghadapi  kondisi atau situasi yang membutuhkan perhatian  segera,  misalnya  terluka  atau  ancaman  tindak  kekerasan . Atasi terlebih dahulu masalah tersebut  sebelum lanjut tentang masalah penyalahgunaan  NAPZA, seksual dan kesehatan reproduksi . 

3.7 Informasi yang dibutuhkan meliputi:

•   Latar belakang: jenis kelamin, usia, agama , suku  bangsa 

•   Penggunaan NAPZA 

•   Kesehatan reproduksi dan seksual  •   Kesehatan fisik dan luka­Iuka 

•   Kesehatan jiwa dan trauma psikologis  •   Keluarga dan status sosial 

•   Pendidikan dan pekerjaan  •   Perilaku melanggar hukum  •   Kegiatan rekreasi dan kesenian 

3.8 Cara pengumpulan informasi . 

Untuk mendapatkan data yang bermutu tentang anak  jalanan,  perlu  menggunakan  metode  yang  cocok  dengan  kelompok  kecil.  Metode  yang  digunakan  tergantung  dari informasi yang dibutuhkan . Metode  tersebut meliputi: 

•   Focus group discussions  •   Studi kasus 

(69)

•   Metode projektif 

•   Wawancara dengan pemberi informasi penting,  dalam hal ini seringkali polisi 

4. MENGAJUKAN PERTANYAAN

4.1 Mengapa cara mengajukan pertanyaan itu penting?

Banyak  diantara  anak  jalanan  tidak  akan  membicarakan  kehidupannya  secara  spontan,  khususnya  kepada  orang  asing.  Mereka  sangat  berhati­hati  untuk  memberikan  informasi  dan  akan  curiga  kepada  orang  yang  terlalu  banyak  bertanya.  Ajukan  pertanyaan  sedemikian  rupa  dan  dorong  mereka untuk menjawabnya dengan bebas. 

4.2 Bagaimana cara mengajukan pertanyaan

Dekati anak dengan cara yang baik dan buat mereka  merasa  nyaman .  Berikut  ini  adalah  beberapa  pertanyaan  dan  kalimat  yang  sederhana  untuk  memulai pembicaraan dengan anak. 

4.2.1 Saling rnengenai satu sarna lain

(70)

Tanyakan  sesuatu  yang  umum  dan  simpel.  Tunjukkan  bahwa anda sungguh tertarik pad a  mereka. 

4.2.2 Mengajukan pertanyaan tentang hal yang menyakitkan

Bila mengajukan pertanyaan tentang hal yang  menyakitkan mereka, luangkan beberapa saat  bersama  anak,  mulailah  dengan  pertanyaan  umum ,  kemudian  secara  bertahap  ajukan  pertanyaan  yang  lebih  spesifik.  Jangan  berkesimpulan  bahwa  anda  mengetahui  perasaan anak tentang suatu kejad.ian . Reaksi  emosional  terjadi  pada  situasi  spesifik  dalam  kehidupan seseorang. Dua orang yang berbeda  mungkin  mempunyai  reaksi  yang  sangat  berbeda terhadap  suatu  kejadian yang  sarna.  MisalnyaÂ

Referensi

Dokumen terkait

kebutuhan individu demi memungkinkannya berpartisipasi secara penuh dalam pembangunan. Pengajaran seyogyanya dihubungkan dengan hal-hal yang praktis agar mereka lebih termotivasi. 4)

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara individu maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam

1) Peran: suatu proses dalam pelaksanaan kegiatan individu maupun kelompok. 2) Posyandu: suatu organisasi/institusi masyarakat didirikan atas dasar hukum

Karena Sekolah adalah lembaga sosial yang turut menyumbang dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat seperti yang diharapkan dan sekolah selalu

Gerakan program Keluarga Berencana Nasional merupakan keadaan sikap mental dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan serta

Proses ini seluruh anggota komunitas (atau kelompok tahlilan) Dusun Maroceng harus terlibat langsung dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa

Kaitan Konsep AGIL yang dikemukakan oleh Talcott Parsons dengan hasil penelitian ini bahwa Strategi Kelompok Perlindungan Anak Nagari KPAN Dalam Menangani Masalah Remaja Di Nagari

Bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan kepada perserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang bimbingan