VRNRï¼
Indï½¾
bBUKU PEDOMAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
ANAK JALANAN
(Pedoman
Bag; Pendamp;ng Anak Jalanan
Dalam Menangan; Masalah Ps;kolog;s)
Katalog Dalam Terbitan Departemen Kesehatan RI
362.2 Ind b
Indonesia, Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Buku Pedoman pendampingan pSlkologis anak jalanan (Pedoman bagi Pendamping anak jalanan dalam menangani mental psikologis--- Jakarta: Departemen kesehatan RI,2007
Daftar isi
Kata Pengantar ... .. .... .... ... ... ... ... ... .. .
Kata Sambutan.. .. .. ... ... ... .... ... ... .... ... .. .... .. ... . iii
BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang.... ... .. ... ... ... ... ... ... . .... ... 1 2. Pengertian... .. ... .. ... .. .. ... .. .... ... ... ... 3 3. Propil Anak Jalanan di Indonesia.... .... ... 5 4. lFaktor Penyebab Anak Berada di Jalan .. ... 10 5. Oasar Hukum... ... .. ... .. ... . 13 6. Tujun... ... ... ... .... ... ... ... ... 14 7. Sasaran... ... .. .... ... ... ... .... ... .... .... .. . 14
BAB II Masalah Psikologis Anak Jalanan 1. Kondisi - Kondisi Anak yang Oapat
Meninbulkan Masal'ah Psikologis.. .... .. ... . 15 2. Masalah Mental Emosional pada
Anak Jalanan .... ... .. .... .... ... .. ... ... . 19
BAB III Pendamping Masalah Pso,kologis Anak Jalanan
1. Tanggung Jawab dan Karakteristik
Penendampig .... .. ... .. ... ... ... ... ... ;... 29 2. Menbantu Mengatasi Masal.ah Psikologis
BAB IV Langkah - Langkah Pendampingan Anak Jalanan
1. Membangun Komunikasi Efektif.. ... .... 45
2 . Membina Hubungan Saling Percaya.. .... .. ... 52
3. Menilai Masalah dan menetapakan Kebutuhan Anak Jalanan .. .. ... ... .. .. ... 54
4 . Mengajukan Pertanyaan ... .. ... 60
5. Menganalisa Informasi dan Menyiapkan Rencana Aksi... .. ... .. .. .. .. .. .. 80
BAB V Penutupan.... ... ... ... ... ... 83
RUJUKAN... ... .. ... ... .. ... .. ... ... .... ... ... 85
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat T uhan Yang Maha Esa, Buku Pedoman Pendampingan Anak Jalanan ini telah selesai disusun. Buku pedoman ini disusun sebagai salah satu pegangan bagi mereka yang berkecimpung dalam pendampingan anakjalanan.
Sebelum menyusun buku, diawali dengan menyelenggarakan survai lapangan bekerja sama dengan Bagian Psikiatri FKUII RSPN Cipto Mangunkusumo awal tahun 2007 . Hasil survai menunjukkan antara lain bahwa jenis pekerjaan anak yang paling tinggi prevalensi gangguan jiwanya adalah kelompok anakjalanan. Jenis dan proporsi gangguan jiwa yang 'banyak ditemukan adalah jenis 9angguan jiwa yang ringan yang lebih membutuhkan pendampingan dari pada intervensi medik psikiatrik yang dilakukan oleh tenaga spesialis. Mempertimbangkan hasil surva i tersebut, diputuskanlah untuk menyusun Buku Pedoman Pendampingan Psikol'ogis Anak Jalanan, sebagai langkah awal.
Dalam penyusunan buku pedoman ini kami telah melibatkan antara lain LSM-LSM yang bergerak di bidang penanganan anak jalanan; Departemen Psikiatri pusat FKUI dan instansi terkait dengan masalah anakjalanan. Dengan kerjasama ini diharapkan buku pedoman ini menjadi produk yang akan kita gunakan bersama.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, peserta rapat penyusunan, tim uji coba serta semua yang terlibat dalam proses penyusunan Buku Pedoman ini. Jerih payah ini akan menjadi kebahagian tersendiri bagi kita semua manakala buku pedoman ini dapat termanfaatkan secara optimaL
Jakarta, Maret 2007 DlREKTUR BINA PELAYANAN
KESEHATAN JIWA
DITJEN BINA PELAYANAN MEDIK DEP,KES RI
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA
PELAYANAN MEDIK
DEPARTEMEN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Assalamualaikum Wr. Wb .
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing kita sehingga kita dapat menyelesaikan dan menerbitkan Buku Pedoman Pendampingan Anak Jalanan ini.
Anak jalanan merupakan bagian dari masyarakat 'Indonesia yang merupakan subjek pembangunan yang harus diperhatikan terutama kesehatan jiwanya, karena kesehatan j ,iwa merupakan faktor yang sangat menentukan mutu sumber daya manusia.
-Kehidupan di jalanan penuh dengan stres sehingga anak jalanan rawan menderita tindak kekerasan dan masalah mental emosional seperti Gangguan Cemas , Gangguan Depresi, Penyalahgunaan NAPZA, dan Perilaku Seks Bebas. Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak baik sektor kesehatan maupun non kesehatan termasuk LSM antara lain mendirikan rumah-rumah singgah dengan berbagai program yang menyertainya. Upaya pendampingan pun telah banyak dilakukan dengan berbagai bentuk pendampingan, termasuk pendampingan psikososial. Departemen Kesehatan dalam hal ini Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Direktorat Bina Pelayanan Medik telah menyusun buku pedoman pendampingan masalah psikologis anak jatanan sebagai pegangan bagi pendamping anakjalanan .
Saya menyambut baik terbitnya Buku Pedoman Pendampingan Masalah PsikologisAnak Jalanan ini dengan harapan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pendamping anakjalanan . Sayajuga mengucapkan terima kasih atas jerih payah tim penulis, tim pembahas, tim editor dan seluruh yang terlibat dalam penyusunan buku pedoman in i. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayahnya kepada kita semua .
Wassalamualaikum Wr. Wb . Jakarta, Maret 2008
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
c:::::::::::::
ï½¾ ï¼ï¼ï¼ï¼ï¼ï¼ ï¼ï¼ ï¼ ï¼ ï¼ï¼ ï¼
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
"convention on the Right of the Child" (konvensi tentang hak-hak anak) . Mereka perlu mendapatkan haknya secara normal, yaitu hak sipil dan kemerdekaan ("civil right and freedoms ").
Menurut UU PerlindunganAnak No 23 tahun 2002 tentang PerlindunganAnak Bab II pasal3 berbunyi : Perlindungan anak bertujuan untuk menjarnin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang- dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindung.an dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera . Berdasarkan data Departemen Sosial Tahun 2006, jumlah anakjalanan mencapai 144.889 orang ana'kjalanan yang terdeteksi dan terkonsentrasi di banyak kota besar di Indonesia . Jumlah anak jalanan paling banyak di OKI Jakarta yakni 30 ribu anak. Data anak jalanan di Jabotabek saat ini berdasarkan data terakhir dari Komisi Nasional Perlindungan Anak mencapai angka 75.000 orang .
Dari survei yang dilakukan Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa DEPKES bekerja sama dengan Departemen Psikiatri FK UI tahun 2007, didapatkan temuan antara lain:
Anakjalanan berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi, 'kemiskinan , hilangnya nilai-nilai tradisional, kekerasan dalam rumah tangga dan penganiayaan fisik atau mental. Kebutuhan yang mendasar dari anak jalanan adalah : makan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan . Untuk dapat memberikan bantuan yang tepat terhadap anak jalanan, kita perlu memahami siapa mereka, apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka kerjakan dan bagaimana cara mengenali mereka . Pengasuhl pendamping perlu diberi pegangan cara membantu anakja lanan .
2.
PENGERTIAN
Untuk adanya keseragaman persepsi , perlu ditetapkan beberapa pengertian sebagai berikut:
2.1 Konsep anak: didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan pengertian yang beragam.
Menurut UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, ana'k adalah seseoran9' yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2.2 Ana,k jalanan:
Berdasarkan panduan Depsos , kategori anak jalanan terdiri dari :
2.2.1 Anak jalanan yang hidup di jalanan (children of
the streeteet
=
true street children) , dengan• Hampir seluruh hidupnya dihabiskan di jalanan
• 8 - 10 jam berada di jalanan untuk "bekerja" (mengamen, mengemis, memulung) dan sisanya menggelandang atau tidur di jalanan.
• Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orangtuanya.
• Tidak lagi bersekolah.
• Rata-rata berusia di bawah 14 tahun. 2.2.2 Anak jalanan yang bekerja di jalanan (children
on the street
=
working children), dengankriteria:
• Keberadaan di jalanan untuk bekerja. • Berhubungan dengan orangtuanya secara
tidak teratur.
• 8-16jamberadadijalanan.
• Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orangtua/saudara, umumnya di daerah kumuh.
• Tidak lagi bersekolah.
• Lokasi tersebar pada umumnya di lampu merah, pasar dan terminal.
• Pekerjaan penjual koran, pengasong, pencuci bus, pemulung, penyemir sepatu dan lain-lain.
• Rata-rata berusia di bawah 16 tahun. 2.2.3Anak yang rentan menjadi anak jalanan
((children vulnerable to be street children),
• Bertemu secara teratur/setiap hari atau tinggal dan tidur dengan keluarganya. • 4 - 6 jam bekerja di jalanan
• Masih bersekolah.
• Pekerjaan penjual koran, penyemir, pengamen dan lain-lain.
• Usia rata-rata di bawah 14 tahun.
2.3 Pendamping:
Yang dimaksud dengan pendamping ada lah orang yang terlibat langsung dengan anak jalanan dan memperhatikan kebutuhan mereka dengan cara memberikan dukungan dan pelayanan.
2.4 Pendampingan masalah psikologis:
Berarti bahwa pendamping memperhatikan masalah psikologis yang dialami oleh anak jalanan dan memberikan bantuan agar mereka dapat menyelesaikan masa'iah tersebut.
3. PROFIL ANAK JALANAN DIINDONESIA
Dari penelitian yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) bekerjasama dengan Balitbangsos Departemen Sosial RI , yang dilakukan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Surabaya tahun 2003, profil anak jalanan di Indonesia sebagai berikut:
3.1 Kegiatan yang dilakukan anakjalanan dijalan
Anak jalanan di Jabodetabek :
• 34,4 % (31 orang) untuk bermain • 50 % (31 orang) untuk berjualan Anak jalanan di Surabaya :
• 20 % (2 orang) menggunakan jalan sebagai tempat tinggal
• 20 % (2 orang) menggunakan jalan sebagai tempat bermain
• 60 % (6 orang) menggunakan jalan sebagai tempat berjualan
3.2 Tempat tinggal anakjalanan Anak jalanan di Jabodetabek:
• 3,3 % (3 orang) tinggal di taman kota • 4,4 % (4 orang) tinggal di emper toko • 92,2 % (83 orang) tinggal di rumah Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % tinggal di rumah 3.3 Sumber memperoleh makanan
Anak jalanan di Jabodetabek:
• 78,9 % (71 orang) memperoleh makanan dengan cara membeli sendiri.
• 15,6 % (14 orang) dengan cara meminta-minta • 5,6 % (5 orang) mendapatkan uluran tangan dari
dermawan
Anak jalanan di Surabaya:
• 90 % (9 orang) memperoleh makanan dengan cara membeli sendiri
3.4 Lamanya tingga/ dija/anan setiap hari
Anak jalanan di Jabodetabek:
• 25,6 % (23 orang) lama berada di jalanan kurang dari 12jam
• 52,2 % (47 orang) berada di jalanan lebih dari 12jam
• 22,2 % (20 orang) berada di jalanan selama 24 jam
Anak jalanan di Surabaya :
• 10 % (1 orang) lama berada di jalanan kurang dari 12 jam
• 90 % (9 orang) berada d'i jalanan lebih dari 12 Jam
3.5
Sumber mendapatkan uangAnak jalanan di Jabodetabek:
• 23,3 % (21 orang) sumber mendapatkan uang dengan cara meminta-minta
• 45,6 % (41 orang) dengan cara berjualan • 22,2 % (20 orang) dengan cara mengamen Anak jalanan di Surabaya:
• 20 % (2 orang) sumber mendapatkan uang dengan cara meminta-minta
• 40 % (4 orang) dengan cara berjualan • 40 % (4 orang) dengan cara mengamen
3.6 Penggunaan pendapatan
Anakjalanan di Jabodetabek:
• 46,7 % (42 orang) untuk membantu keluarga • 32,2 % (29 orang) untuk ditabung
Anak jalanan di Surabaya :
• 10 % (1 orang) menggunakan pendapatan habis dipakai sendiri
• 70 % (7 orang) untuk membantu keluarga • 20 % (2 orang) untuk ditabung
3.7 Pertemuan dengan orangtua
Anak jalanan di Jabodetabek :
• 20 % (18 orang) sering bertemu dengan orangtuanya
• 65,6 % (59 orang) jarang bertemu dengan orangtuanya
• 14,4 % (13 orang) tidak pernah bertemu dengan orangtuanya
Anak jalanan di Surabaya :
• 10 % (1 orang) sering bertem u dengan orangtuanya
• 60 % (6 orang) j,arang bertemu dengan orangtuanya
• 30 % (3 orang) tidak pernah bertemu denga n orangtuanya
3.8 Mendapat kesulitan selama tinggal di rumah
Anakjalanan di Jabodetabek:
• 50 % (45 orang) sering mendapat kesulitan selama tinggal di rumah
• 1,1 % (13 orang) tidak mendapat kesulitan selama tinggal di rumah
Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % mendapatkan kesulitan selama tinggal di rumah
3.9
Kebetahan tinggal di rumahAnak jalanan di Jabodetabek:
• 31,1 % (28 orang) betah tinggal di rumah • 68,9 % (62 orang) kurang betah tinggal di rumah Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % kurang betah tinggal di rumah
3.10
Pihak yang dimintai tolong saat mengalamikesulitan
Anak ja'ianan di Jabodetabek:
• 41,1 % (37 orang) pihak yang dimintai to long ketika kesulitan adalah orangtuanya
• 54,4 % (49 orang) meminta tolong kepada saudaranya
• 4,4 % (4 orang) meminta tolong kepada orang lain
Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % meminta tolong kepada saudaranya
3.11 Pihak yang dinilai paling dekat dengan anak jalanan
• 37 ,1 % (33 orang) menyatakan pihak yang dinilai paling dekat dengan anak jalanan adalah orangtuanya
• 52,8 % (47 orang) dengan saudaranya • 10,1 % (9 orang) dengan pihak lain Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % paling dekat dengan saudaranya
4. FAKTOR PENYEBAB ANAK BERAOA 0 1
JALANAN
Alasan mengapa anak hidup di jalanan sangat bervariasi . Namun alasan yang umum ditemukan baik di negara berkembang ataupun negara maju adalah faktor kemiskinan . Sebagian dari anak-anak tersebut pergi ke jalanan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Data dari berbagai sumber menyebutkan alasan yang umum ditemukan adalah sebagai berikut:
4.1 Untuk mendapatkan uang bagi dirinya dan membantu keluarga
mobil, pengamen, kUliir pengedar obat, penyemir sepatu, penjual koran ataupun pekerja seks.
4.2 Untuk mendapatkan tempat tinggal
Tempat tingga l yang kumuh dan sarat dlen9an penghuni, membuat anak tidak betah di rumah dan memutuskan untuk meninggalkan rumah guna memberi kesempatan kepada adik atau anggota keluarga yang berusia lanjut. Anak lainnya menjadi anak jalanan karena tidak ada pilihan lain. Mereka mungkin terpisah dari keluarga akibat dari perangl konflik bersenjata, atau orangtua melieka meninggal akibat sakit atau terbunuh saat konflik ataupun akibat bencana. Anak lainnya mungkin karena tidak ada Ilagi tempat berteduh setelah mereka keluar dari institusi seperti penjara.
4.3 Untuk menghindari masalah dalam keluarga, termasuk anak yang ditolak oleh keluarga
Banyak anak merasa bahwa hidup di jalanan lebih baik dari pada menghadapi masalah di rumah mereka. Masalah ini meliputi bentrbkan dengan orangtua, penganiayaan fisik/seksual atau penelantaran. Sebagian anak mungkin diusir oleh keluar9anya karena kelakuan anak yang tidak dapat dirterima oleh keluarga, misalnya homoseksualitas, hamil di luar nikah atau penyalahgunaan NAPZA,
4.4 Untuk menghindari banyaknya pekerjaan di rumah
atau tuntutan keluarga melebihi kemampuan anak untuk mengerjakannya. Hal ini menyebabkan anak merasa sebagai pembantu. Anak demikian meninggalkan rumah agar terbebas dari tuntutan keluarga.
Penyebab anak tinggal di jalanan juga dapat ditinjau dari berbagai segi:
4.5 Penyebab yang berkaitan dengan kondisi dan situasi anak dalam keluarga:
• Keluarga besar, miskin dan tidak berpendidikan • Kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
pengasuhan anak
• Kurangnya tanggung jawab orangtua • Konflik keluarga
• Masalah perilaku dalam pengasuhan anak, misalnya orangtua penjudi, penyalahguna NAPZA • Penganiayaan anak
• Sikap dan perilaku anak yang pembangkang. 4.6 Penyebab berkaitan dengan kondisi masyarakat
setempat:
• Distribusi sumberdaya dan kesempatan yang tidak merata dalam masyarakat, misalnya kurangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan • Masalah dalam kondisi kerja
• Kurangnya kegiatan rekreasi
• Keadaan penuh sesak di daerah kumuh dan fasilitas peru mahan yang tidak memadai.
4.7 Penyebab berkaitan dengan kondisi masyarakat umumnya:
• Kondisi politik dan ekonomi, misalnya kemiskinan dan sumberdaya yang rendah
5. Dasar Hukum
5.1 Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 34, bahwa fakir miskin dan anak terlantar dil pelihara oleh negara
5.2 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
5.3 Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
5.4 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotro pi ka
5.5 Undang-Undang Nomor 22 tahun ,1997 tentang Narkotika
5.6 Undang-Undang No 22 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
5.7 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No 182 Concerning
The Prohibition and Immediate Action to Elimination of the Worst Form of Child Labour
5.8 Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
6.
TUJUAN
6.1 Tujuan Umum: Terdeteksi dan tertanganinya masalah anak jalanan secara tepat sehingga mereka dapat tetap berkembang menjadi SDM yang berguna. 6.2 Tujuan khusus:
• Meningkatnya pengetahuan pendamping dalam menilai kebutuhan dan masalah yang dihadapi anakjalanan
• Menin9katnya kemampuan pendamping dalam mendeteksi dan menangani masalah psikologis anak jalanan
7.
SASARAN
7.1 Sasaran langsung
Pekerja sosial dan pendamping anak jalanan lainnya (individu dan kelompok)
7.2 Sasaran Tak Langsung (yang berkecimpung dalam pendampingan anak jalanan)
• Organisasi masyarakaULSM;
• Dunia usaha/swasta yang menangani anak jalanan
BAB II
MASALAH PSIKOLOGIS
ANAK .IALANAN
Masalah psikologis anakjalanan dapat terjadi akibat kondisi yang mereka alami atau akibat kelemahan dari jiwanya . Kedua hal tersebut saling mempengaruhi.
1 . . Kondisi-Ko"ndisi yang Oapat Menimbulkan
Masalah Psikologis
Anak jalanan mempunyai beban psikologis yang liebih berat dibandingkan dengan anak miskin yang diasuh oleh orang dewasa. Kehidupan di jalan yang keras membuat mereka mengalami berbagai masalah sosial seperti: • kekerasan dalam keluarga
• kekerasan di jalarian
• pelecehan seksual (anak ' mengalami kekerasan seksual di jalanan, dan tidak sedikit anak perempuan dijadikan komoditas untuk d ;jadikan PSK),
• rawan kecelakaan la'iu lintas, • ditertibkan petugas,
• terlibat tindak kriminal, • diperjual belikan (traficking)
• konflik dengan kelompok lain atau teman dalam
kelompok, .
anak jalanan dalam bentuk kekerasan fisik juga mengalami kekerasan psikologis . Akibatnya mereka rentan mengalami gangguan mental emosional.
1.1 Kondisi Sosial
Penyebab dialaminya masalah psikologis karena kondisi sosial adalah: kemiskinan, diskriminasi, lingkungan yang keras, stigmatisasi
1.1.1 Kemiskinan
Sebagian besar kasus anak jalanan merupakan masalah klasik yang berkaitan dengan masalah keterbatasan ekonomi, karena kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga yang miskin atau kurang mampu. Akibat dari keadaan ini mereka tidak mampu untuk:
• mempertahankan kehidupan yang sehat (tinggal di bedeng, kolong jembatan, emperan toko) tanpa adanya sumber air bersih, MCK dan lain-lain.
• membeli pakaian yang layak
• membeli makanan yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya.
• Bersekolah atau mendapat pendidikan yang layak atau mengalami putus sekolah
1.1.2 Diskriminasi
tidak mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan.
1.1.3 Lingkungan yang Keras
Jalanan merupakan lingkungan yang tidak terlindung dan anak jalanan seringkali dieksploitasi. Akibatnya anak jalanan rentan mengalami luka fisik bahkan kematian .
1. 1.4 Stigmatisasi
Umumnya anak jalanan dianggap sebagai anak nakal yang seringkali membuat onar, sulit dikendalikan, sering me 'lakukan bndak kekerasan, terl,ibat masalah NAPZA, kurang bermoral, kurang berperasaan dan cenderung bertindak anti sosial. Masyarakat cenderung tidak bersimpati terhadap anak jalanan.
1.2 Kondisi Fisik
Kondisi fisik yang sering menimbulkan masalah psikologis antara lain : gizi kurang (malnutrisi), luka, kesehatan reproduksi dan seksual dan penyakit umum.
1.2.1 Gizi Kurang Memadai
1.2.2 Luka
Luka yang sering ditemukan pada anakjalanan adalah luka akibat terjatuh, tertabrak, terkilirl patah tulang , luka bakar. Penyebab luka dapat karena disengaja (akibat intoksikasi atau akibat lainnya) atau tidak disengaja (mengalami kecelakaan). Anak yang mengalami luka dapat menyebabkan hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari . Hal ini bisa menimbulkan masalah psikologis seperti kehilangan rasa percaya diri, merasa tak berdaya, merasa tidak mempunyai harapan yang dapat memicu terjadinya gangguan penyesuaian, depresi, cemas, dan lain-lain.
1.2.3 Masalah Kesehatan Reproduksi dan
Seksual
1.2.4 Penyakit Umum
Anak jalanan dapat mengalami berbagai penyakit umum, seperti TBC, penyakit kulit, sakit mata , masalah gigi dan penyakit akibat parasit (kecacingan, ォ。ォセGï¼ï¼ï¼¹ï½¡ï½ªï½¡ï½¨ï¼¬ï¼ malar.ia, keputihan) . Penyakit yang bersifat kronis dapat menimbulkan masalah psikologis (cemas, depresi).
2. Masalah Mental Emosional Pada Anak
Jalanan
Masalah mental emosional yang sering terdapat pada anak jalanan adalah:
• Gangguan cemas • Gangguan depresi
• Gangguan stres pasca trauma • Gangguan psikotik
• Gangguan penggunaan NAPZA 2.1 Gangguan Cemas (Anxietas)
• Ketegangan mental : cemas, bingung, rasa tegang atau gugup, sulit memusatkan perhatian, sulit tidur, mimpi buruk, mudah tersinggung.
• Ketegangan fisik: gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa santai, tidak bertenaga dan mudah lelah.
• Gejala fisik: pusing , berkeringat, denyut jantung cepat atau keras, mulut kering dan nyeri perut, tegang seluruh otot terurama otot bahu dan tungkai, kadang disertai sakit perut, mual, muntah,berdebar-debar, gemetar.
Gejala dapat berlangsung berbulan-bulan, sering muncul kembali dan sering dicetuskan oleh peristiwa yang menegangkan.
Gangguan cemas terdiri dari:
• Gangguan cemas menyeluruh: cemas terjadi setiap saat yang tidak berkaitan dengan situasi yang dialami.
• Gangguan fobik: gejala cemas muncul bila menghadapi situasi atau benda yang ditakuti. • Gangguan obsesif-kompulsif: terdapat pikiran
yang terpaku pada satu hal dan melakukan pekerjaan yang berulang-ulang, misalnya mencuci tangan berulangkali walaupun tidak kotor. Gejala cemas muncul bila anak tidak dapat melakukan pekerjaan yang berulang-ulang tersebut.
• Gangguan panik: ketakutan yang memuncak seolah anak akan mati atau takut menjadi gila Sikap pendamping:
• Tenangkan anak dengan melatih melakukan relaksasi atau berdoa.
• Bila hal tersebut tidak menolong, rujuk anak ke fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah Sakit Umum, RSJ) untuk mendapatkan konsel,ing atau obat.
2.2 Gangguan depresi
Gangguan depresi harus dibedakan dengan perasaan sedih biasa. Semua orang pada saat tertentu dapat merasa sedih dan tidak bahagia. Apabila kehilangan orang yang dicintai, orang akan merasa sedih mendalam. Rasa sedih dan berkabung yang demikian adalah normal dan merupakan reaksi sementara menghadapi stres dalam kehidupan. Orang tersebut masih dapat melaksanakan fungsi dalam kehidupan sehari-hari dan dengan berlalunya waktu perasaan ini juga akan menghilang.
Gangguan depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap. Perasaan tertekan sedemikian beratnya sehingga yang bersangkutan tak dapat melaksanakan fungsi sehari-hari. la merasa putus asa dan tidak ada lagi kenikmatan untuk melakukan kegiatan yang biasa dia lakukan. Anak mengalami gejala berikut:
• Pikiran : isi pikiran biasanya tentang kegagalan dan kesalahan . Anak cenderung menyalahkan diri sendiri terhadap kegagalan yang terjadi. la sulit memusatkan perhatian dan daya ingat menjadi terganggu. Kadang-kadang timbul pikiran ingin mati.
• Keluhan fisik o rasa lelah berkepanjangan , gangguan tidur (sulit tidur atau terlalu banyak tidur), gangguan makan (tidak napsu makan atau banyak makan), kehilangan minat seksual, rasa sakit dan nyeri di Ieher dan punggung , sakit kepala, nyeri di dada dan keluhan di perut serta keluhan fisik lainnya dari ujung rambut ke ujung kaki . Beberapa orang yang mengalami depresi, hanya mengeluh gangguan fisik dan menolak adanya masalah emosional atau depresi. Orang ini disebut menderita depresi terselubung, depresinya tertutup oleh keluhan fisiko
• Kegiatan (Aktivitas) : biasanya orang yang mengalami depresi kegiatannya menjad i menurun, ia hanya ingin berbaring di tempat tidur sepanjang hari atau ia menarik diri dari pergaulan. Dalam keadaan ini kadang-kadang ada usaha untuk buriuh diri.
• Khusus untuk anak dan remaja : depresi sering muncul dalam bentuk gangguan tingkah laku , misalnya menantang, kebut-kebutan , berkelahi atau tingkah laku mencederai diri sendiri .
Sikap pendamping :
• Dorong ia untuk melawan perasaan depresinya • Bila hal di atas tidak menolong, rujuk anak ke
fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah Sa kit Umum, RSJ).
2.3 Gangguan stress pasca trauma (GSPT)
adalah gangguan yang terjadi setelah mengalami peristiwa traumatik. Gejala biasanya muncul setelah beberapa hari atau beberapa minggu dan dapat pula setelah beberapa tahun kemudian .
GSPT ditandai oleh 3 kelompok gejala utama : • Mengalami kembali (Re-experiencing), terbayang
selalu peristiwa traumatik, anak seolah mengalami kembali kejadian traumatik yang pernah ia alami tersebut (flashback), terganggu mimpi buruk akan peristiwa traumatik, merasakan ketegangan psikologis atau terdapat reaksi fisik yang berat seperti berkeringat, jantung berdebar atau panik apabila dia menghadapi situasi yang mengingatkannya pada peristiwa traumatik . • Reaksi menghindar (avoidence) dan kehidupan
emosi menjadi terbatas (numbing), menghindari kegiatan, tempat, pikiran, perasaan atau berbicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan kejadian tersebut ; emosi terbatas; amnesia (Iupa) psikogenik; kehilangan minat terhadap kegiatan yang biasa dia lakukan; perilaku menarik diri; takut memikirkan masa depan .
Gejala lainnya yang dapat menyertai adalah: • Rasa berdosa dan menyalahkan diri. • Depresi, anxietas, marah, berduka . • Peyalahgunaan NAPZA.
• Perilaku impulsif (belanja kompulsif, gangguan makan, dan perubahan perilaku seksual).
• Keluhan somatik kronis (sa kit kepala, gangguan lambung).
• Perilaku destruktifterhadap diri sendiri. • Perubahan kepribadian.
Sikap pendamping:
• Dampingi anak menghadapi situasi krisis akibat peristiwa traumatik, tunjukkan dengan sikap bahwa anda sungguh-sungguh ingin membantu.
• Dengarkan keluhannya dan bantu ia mengatasi gejala-gejala yang ia rasakan .
• Bantu anak menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan pasca peristiwa traumatis.
• Bantu anak menata kehidupan pasca trauma dan - merencanakan masa depan .
• Bila dengan cara tersebut, keluhan anak masih berat, and a dapat meruj,uknya ke fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah Sakit Umum, RSJ) untuk mendapat konseling atau mungkin pula anak membutuhkan obat untuk sementara.
2.4 Gangguan psikotik
Orang tersebut mungkin menunjukkan gejala sebagai berikut:
• Menarik diri dari lingkungan dan hidup dalam dunianya sendiri .
• Merasa tidak mempunyai masalah dengan dirinya .
• Kesulitan untuk berpikir dan memusatkan perhatian.
• Gelisah dan bertingkah laku atau bicara kacau. • Sulit tidur.
• Mudah tersinggung dan mudah marah .
• Mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata (halusinasi).
• Berkeyakinan yang keliru seakan-akan ada seseorang yang membuntuti atau ingin membunuhnya (waham).
• Keluhan fisik yang aneh, misalnya ada hewan atau benda yang tak lazim di dalam tubuhnya.
• Mungkin ada masalah dalam melaksana1kan tugas sehari- harinya .
• Tidak merawat diri, kadang-kadang berpenampilan kotor.
Sikap pendamping:
• Apabila menemukan anak dengan gejala tersebut di atas, segeralah dirujuk ke tenaga kesehatan . Anak tersebut membu tuhkan obat untuk mengatasi gejalanya.
2.5 Gangguan penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya)
Anakjalanan berrisiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA akibat kehidupan mereka yang penuh dengan stres dan adanya bandar yang memanfaatkan keberadaan mereka.
Narkotika terdiri dari opiat, kokain dan ganja.
Psikotropika terdiri dari ecstasy, benzodiazepin (pil koplo).
Zat adiktif lainnya terdiri dari alkohol, lem, nikotin (tembakau).
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA secara patologis (di luar tujuan pengobatan), sekali-sekali atau terus menerus dan menimbulkan gangguan dalam fungsi sosial, sekolah atau pekerj,aan . Penyalahgunaan NAPZA dapat menimbulkan ketergantungan.
Ketergantungan NAPZA adalah suatu keadaan dimana anak tidak dapat lagi menghentikan penggunaan NAPZA karena dia akan merasakan gejala putus zat (gejala yang timbul apabila anak menghentikan pemakaian atau mengurangi dosis). Ketergantungan akan menyebabkan toleransi, yaitu semakin lama dosis yang digunakan semakin besar.
Gejala dari penyalahgunaan NAPZA tergantung dari keadaan (sedang menggunakan atau gejala putus zat), juga tergantung darijenis NAPZA yang digunakan. Gejala yang perlu diwaspadai adalah perubahan sikap dan perilaku:
• Prestasi menurun, menjadi pemalas , kurang bertanggung jawab
• Bersikap emosional, mudah marah, mudah tersinggung, pencuriga dan bersikap kasar • Sering berbohong, menipu, berhutang, menjual
barang-barang, mencuri, mengompas
• Pola tidur berubah, malam begadang , siang mengantuk
• Kehilangan minat terhadap hobi dan kegiatan lain yang biasanya disenangi
• Menghindari pertemuan dengan anggota keluarga Gejala saat menggunakan:
• Sikap apatis (acuh tak acuh), tampak mengantuk , jalan sempoyongan, bicara cadel (pelo)
• Bila kelebihan dosis: denyut nadi dan detakjantung melambat, kulit terasa dingin, napas melambat sampai berhenti dan meninggal .
Gejala sedang ketagihan :
Pangaruh jangka panjang:
• Badan kurus, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan diri, gigi tidak terawat dan sering om pong (gigi rapuh), terdapat deretan bekas suntikan di lengan atau bag ian tubuh lain (pada pengguna NAPZA dengan menyuntik).
Sikap pendamping:
• Dekati anak dan terima dia apa adanya • Telusuri penyebab dia menggunakan NAPZA • Bantu anak mengatasi masa'iah kehidupannya • Rujuk ke fasilitas yang sesuai (dalam keadaan over
BAB III
PENDAMPINGAN MASALAH
PSIKOLOGIS ANAK JALANAN
Yang dimaksud dengan pend am ping adalah orang yang terlibat langsung dengan anak jalanan dan memperhatikan kebutuhan mereka dengan cara memberikan dukungan dan pelayanan. Pendampingan merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk memberikan dukungan kepada anak jalanan, karena hal terse'but terjadi pada lingkungan dimana mereka hidup dan bekerja. Pendampingan dapat dilakukan di jalanan, di tempat yang sering mereka kunjungi atau tempat mereka berlindung atau di komunitas tempat keluarga mereka tinggal. Pendampingan masalah psikologis berarti bahwa pendamping memperhatikan masalah psikologis yang dialami oleh anak jalanan dan rnemberikan bantuan agar mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Agar berhasil dengan baik, maka pendamping harus . berkontak langsung dengan anak jalanan dan menyadari
sepenuhnya peran dan tanggung jawab dari pendamping.
1. TANGGUNG JAWAB DAN KARAKTERISTIK
PENDAMPING
1.1 Tanggung-jawab pendamping
Peran dan tanggung jawab pend am ping antara lain:
• Melakukan penilaian: mencari informasi tentang
tersedia serta melakukan wawancara dengan ana ·k itu sendiri . Hal ini akan meno ,long pendamping untuk menemukan masalah yang mereka hadapi dan memilih masalah apa yang diprioritaskan untuk dibantu terlebih dulu .
• Merespon kebutuhan dan masalah: pilihlah masalah yang mendesak yang perlu diatasi terlebih dulu dengan memperhitungkan keterbatasan dan sumber-sumber yang tersedia .
• Membimbing dan mengarahkan sesuai permasalahan: hal ini akan membantu anak mencegah atau mengurangi, masalahnya serta mengarahkan mereka untuk mencari pertolongan yang tepat bila diperlukan .
• Melakukan advokasi dan menggerakkan masyarakat: mencari berbagai bentuk dukungan lingkungan dan melaku'kan kontakipendekatan dengan jejar:ng yang diperlukan dalam upaya mengatasi permasalahannya.
• Manajemen yang berkesinambungan:
penilaian, perencanaan, terapan, evaluasi serta melakukan kerjasama baik dengan pemerintah maupun dengan swasta dan LSM yang bergerak dalam membantu anakjalanan .
Tidaklah mudah menjadi pendamping anakjalanan , karena pengalaman menunjukkan adanya stigma dan tekanan dari berbagai pihak terhadap mereka yang perlu ditangani oleh pendamping . Tugas utama pendamping adalah membina hubungan baik dengan anakjalanan. Untuk itu anda perlu meluangkan waktu di jalanan bersama mereka agar memahami dunia mereka sehingga terbina hubungan saling mempercayai.
1.2 Karakteristik pendamping
Pendampingan anak jalanan yang men9alami masalah psikologis memerlukan karakteristik khusus dari yang melakukannya, antara lain:
• Mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai.
• Mempunyai keinginan untuk terus belajar dan menyadari keterbatasannya serta mampu merujuk kasus yang membutuhkan pertolongan lebih lanjut. • Trampil berkomunikasi, mau dan mampu mendengarkan anak, tidak asik bicara sendiri, tidak cepat menyimpulkan , tidak terperangkap oleh pemikiran atau pendapatnya sendiri .
• Dapat memahami kondisi dan situasi kehidupan anakjalanan yang didampinginya .
• Matang dalam berpikir Jan bertindak, bertanggung jawab, penyabar dan mampu berempati.
• Kreatif, mempunyai motivasi yang tinggi dan antusias
• Berminat mendampingi anak jalanan yang mengalami masalah psikologis.
• Memahami dan dapat memanfaatkan jejaring
• Tuntas dalam memberikan bantuan, baik terhadap individu maupun dalam kelompok jejaring agar tidak terjadi pemutusan hubungan secara sepihak yang dapat berdampak negatif pada kelanjutan pendampingan masalah psikologis yang dialami anak jalanan.
• Mengenali dirinya sendiri serta memahami keterbatasan kemampuannya.
• Percaya bahwa pada dasarnya setiap anak mempunyai kemampuan untuk mengenali dan menyelesaikan masalahnya sendiri . Pendamping hanya membantu meningkatkan rasa percaya dirinya dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan masalahnya.
1.3 Pengetahuan, ketrampilan dan sikap • Pengetahuan
Pen-damping perlu dibekali pengetahuan yang berkaitan dengan anak jalanan . Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan membaca laporan tentang anakjalanan , berbicara langsung dengan mereka atau dengan pemuka masyarakat setempat, melakukan asesmen terhadap anak jalanan dan belajar dari pengalaman.
• Ketrampilan
• Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berpikir atau bertindak dengan cara tertentu . Sikap juga meliputi nilai-nilai dan keyakinan . Hal ini dapat tercermin dari apa yang anda katakan, apa yang anda kerjakan atau tidak kerjakan . Misalnya bila anda tidak mengenali masalah anak jalanan dan tidak yakin bahwa mereka membutuhkan pertolongan, maka sikap anda yang tak mau menolong itu dapat tercermin dari cara anda berinteraksi dengan mereka. Sikap terbentuk dalam jangka panjang dan biasanya agak sulit untuk diubah .
1.4 8elajar dari pengalaman
Bekerja dengan anakjalanan, anda perlu memahami budaya mereka, kemampuan serta sumber-sumber yang mereka miliki. Agar efektif, anda perlu fleksibel untuk menerima kenyataan di lapangan. Anda perlu mengembangkan kemampuan untuk belajar terus menerus dari pengalaman bekerja dengan anak jalanan. Misalnya jika anda ingin menggunakan pengaruh teman sebaya , maka anda perlu memahami bagaimana carel mengembangkan kelompok sebaya . Anda perlu mengenali individu yang dapat berkomun ,i:kasi dan menyampaikan kebutuhan , perasaan dan aspirasi kelompok.
kesulitan besar bagi and a untuk bekerja dengan mereka .
2. MEMBANTU
MENGATASI
MASALAH
PSIKOLOGIS ANAK JALANAN
Masalah psikologis anak jalanan dapat dipicu oleh masalah fisik , masalah sosial atau masalah psikologis yang timbul akibat dari dalam diri sendiri. Untuk membantu mengatasi masalah tersebut diperlukan berbagai sumber yang berkaitan dengan masalah tersebut di atas. Pendampingan untuk mengatasi masalah psikologis dapat dilakukan pada 3 tingkatan, yaitu :
• Tingkat individu • Tingkat masyarakat • Oi luar masyarakat
Cara yang dipilih tergantung dari keadaan anak jalanan, sumber-sumber yang tersedia dan harapan serta norma budaya setempat. Cara tersebut harus komprehensif dan saling melengkapi dengan mempertimbangkan individu lain dan organisasi yang ada di masyarakat.
2.1 8ekerja pada tingkat individu
mengembangkan keterampilan dasar, konseling dan memperbaiki akses terhadap pelayanan kesehatan serta merujuk anak yang tak dapat ditangani ke pelayanan yang tepat.
2.2
8ekerja pada tingkat masyarakatMasyarakat lokal kadangkala membuat program untuk membantu penduduknya . Program tersebut dapat berupa pencegahan masalah kesehatan, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat untuk mencegah penyalahgunaan NAPZA serta merujuk kasus kepada pelayanan kesehatan yang sesuai. Intervensi terhadap anak jalanan merupakan bag ian dari kegiatan dalam masyarakat. Strategi yang dapat dilakukan pada tingkat ini meliputi kegiatan masyarakat, memberikan pelayanan dan menjamin tersedianya sumber daya yang dibutuhkan .
2.3
8ekerja pada tingkat di luar masyarakatPendamping dapat pula mempengaruhi sesuatu yang terjadi jauh diluar area kerja mereka, khususnya dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Mereka dapat melakukannya melalui advokasi yang mungkin menuju perbaikan pelayanan kesehatan . Kegiatan tersebut dapat secara regional, nasional atau bahkan internasional yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi anakjalanan .
2.4
Mempertahankan dukunganberpartisipasi dalam berbagai kegiatan, misalnya dengan mengingatkan mereka untuk menghadiri pelayanan spesifik dan menyarankan serta mendukung untuk tidak absen pada pertemuan berikutnya .
Pastikan bahwa anak jalanan tertentu mempunyai akses ke pelayanan yang sesuai. Anda sebaiknya dapat menghubungkan anak jalanan dengan seseorang di masyarakat yang dapat memberikan dukungan .
3. JENIS PENDAMPINGAN
Masalah psikologis anak jalanan bukanlah merupakan masalah yang sederhana. 8erbagai masa.lah sosial juga mempengaruhi terbentuknya masalah psikologis ini, oleh karena Hu juga dibutuhkan berbagai cara untuk mengatasinya. Hal tersebut antara lain berupa terciptanya lingkungan yang aman dan mendukung , pemberian informasi, membangun ketrampilan, konseling dan memperbaiki pelayanan . Disarankan 'intervensi dilakukan diberbagai bidang.
3.1 Lingkungan yang aman dan mendukung
perilaku anakjalanan. Tujuan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung adalah untuk meningkatkan perilaku positif dari anak jalanan. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi psikologis anakjalanan adalah:
• Adanya kasih sayang diantara anggota keluarga, sesama teman, dan dengan orang lainnya.
• Norma sosial seperti sikap terhadap anakjalanan, pandangan dan sikap terhadap perilaku seksual remaja.
• Sumber yang tersedia seperti kesempatan untuk bersekolah bagi anak jalanan , adanya tempat bermain, kesempatan untuk mengembangkan keterampilan masa kanak, akses terhadap pelayanan kesehatan, peraturan perundangan yang berlaku seperti perundan gan terhadap pekerja anak.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendamping untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak jalanan adalah:
3.1.1 Mengupayakan adanya kasih sayang: • Mendekatkan anak dengan keluarganya atau
menciptakan keluarga yang peduli terhadap anak jalanan sehingga kebutuhan kasih sayang anak dapat terpenuhi .
• Membentuk kelompok teman sebaya yang saling mendukung.
3.1.2
Memberikan pelayanan• Mengupayakan akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk mendapatkan pela.yanan konseling.
• Mengupayakan akses ke gelangglang remaja agar anak jalanan dapat berolahraga dan mendapatkan dukungan dari sesama remaja. • Bekerja sarna dengan seko'lah agar anak jalanan dapat bersekolah, misalnya mengikuti sekolah terbuka.
3.2
Pemberian informasiAnak jalanan perlu diberi informasi tentang tumbuh kembang remaja, kesehatan reproduksi dan seksual, perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyalahgunaan NAPZA, peraturan perundangan yang berkaitan dengan hidup di jalanan . Gunakanlah setiap ada kesempatan dengan anak jalanan untuk memberikan informasi sebanyak mungk,in. Informasi yang diberikan perlu disaring dan sebaiknya yang berdampak positifterhadap anakjalanan .
Beberapa cara pemberian informasi yang perlu dihindari adalah :
• Menyalahkan: anak jalanan karena telah
• Menakuti-nakuti: teknik menakuti telah terbukti berdampak tidak sesuai dengan keinginan kita, malah membuat mereka berbuat sebaliknya.
• Menjelaskan efek NAPZA: secara rinci termasuk
bagaimana cara mendapatkannya. Hal ini akan merangsang mereka untuk menggunakannya. 3.3 Melatih ketrampilan
Kehidupan sehari-hari di jalanan penuh dengan bahaya, tekanan dan stresor. Anak jalanan seringkali terlibat penyalahgunaan I\lAPZA dan perilaku risiko tinggi lainnya karena untuk mengatasi situasi tersebut dan agar bisa masuk ke dalam kelompok kul,tur anak jalanan. Anak perlu dilatih untuk mengembangkan kehidupan yang lebih sehat, dan mempunyai strategi penyelesaian masalah yang lebih baik. Dengan adanya keterampilan psikososial, diharapkan anak jalanan akan terhindar dari penyalahgunaan NAPZA dan perilaku berrisiko tinggi lainnya.
3.3.1 Ketrampilan hidup:
Menurut definisi WHO ketrampilan hidup adalah kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku positif sehingga individu mampu menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari.
Ketrampilan tersebut antara lain:
• Membuat keputusan dan menyelesaikan masalah
• 8erpikir kreatif dan berpikir kri,tis
• Ketrampilan interpersonal dan berkomunikasi • Kesadaran diri dan empati
• Mengatasi emosi dan stres
Dengan adanya ketrampilan hidup ini diharapkan anakjalanan mampu:
• Bersikap asertif: yaitu kemampuan untuk
menyatakan pikiran dan pendapat tanpa merendahkan pendapat orang lain. Ketrampilan ini akan membantu anak jalanan menyatakan kebutuhannya dan menghadapi tekanan sosial.
• Bernegosiasi: kemampuan untuk berdiskusi
sehingga orang lain dapat menyetujui keinginannya.
• Berpikir kritis: anak jalanan dapat
stres, akan mampu mencari jalan keluar yang lebih baik tanpa menggunakan NAPZA.
• Mengembangkan kesadaran diri dan
harga diri: meningkatnya pengertian akan
kekuatan dirinya, minat, tujuan dan prioritas hidup.
• Membangunpertemanan: mempunyai
teman sejati yang dapat menjadi sumber pendukung dan proteksi dan dapat menolong anak jalanan mengatasi tekanan orang dewasa yang berusaha mengekploitasi mereka, misalnya terhadap seksual.
Ketrampilan hidup tidak berdiri sendiri-sendiri tapi merupakan serangkaian yang terkait satu sama lain . Misalnya untuk belajar mengambil keputusan, anakjalanan harus mampu mengenali perasaannya tentang situasi mereka dan apa yang mereka inginkan dalam kehidupan ini. Pelajaran dan aplikasi dari ketrampilan hidup perlu berkaitan erat dengan kenyataan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari . Hal ini penting karena jika anak jalanan berkomunikasi secara asertif untuk menghadapi tekanan negatif dari lingkungan sosial, mereka harus belajar cara yang dapat diterima oleh lingkungan setempat.
3.3.2 Ketrampil'an praktis
Berikut ini adalah beberapa contoh ketrampilan praktis beserta kegunaannya:
meningkatkan kemampuan anak jalanan untuk berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi sebagai alternatif pengganti penyalahgunaan NAP ZA ata u perilaku seks berris iko. Partisipasi dalam kegiatan rekreasi dapat meningkatkan perasaan bahwa dirinya bergLlna, percaya diri dan asertif.
• Pengetahuan tentang risiko perilaku seks bebas, dapat mengurangi perilaku tersebut. 3.4 Memberikan konseling
Konseling merupakan suatu proses komunikasi interpersonal dimana seorang yang membutuhkan atau mempunyai masalah dibantu untuk memahami situasinya agar mereka dapat membuat keputusan yang terbaik untuk dirinya.
Sebelum memberikan konseling, anda perlu mendapatkan pelatihan terlebih dulu, atau anda dapat merujuk anak jalanan ke fasilitas yang tepat untuk mendapatkan konseling. Konseling amat penting bagi anak jalanan, khususnya pada saat mereka menghadapi krisis, misalnya penganiayaan seksual atau bentuk kekerasan lainnya . Konseling teman sebaya ser'ing digunakan untuk mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual, dan mengurangi penggunaan alkohol, rokok atau NAPZA lainnya. Pendampingan psikologis dalam menangani masalah mentallpsikologis mengarah pada:
• menyesuaikan diri dengan cara hid up yang berpindah-pindah;
• memiliki ketahanan diri yang dapat membantunya untuk bisa menjaga kesehatan mentalnya;
• mencegah serta mengatasi akibat penggunaan NAPZA.
Tujuan konseling adalah:
• Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi
• Mendorong anakjalanan untuk menjadi aktif dan bertanggung jawab menuju intervensi yang disarankan
• Mengurangi rasa takut anak jalanan sertaketidak percayaannya terhadap pelayanan yang mungkin mereka butuhkan
• Memberikan dukungan emosional
3.5 Memperbaiki akses terhadap pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan. Pelayanan ini mempunyai peranan yang besar dalam mencegah masalah kesehatan dengan cara meningkatkan dan mendukung perilaku sehat . Pelayanan kesehatan juga membantu deteksi, kurasi dan rehabilitasi anak jalanan yang sakit atau terluka.
4 .
PENGEMBANGAN JEJARING
Pendamping perlu mengembangkan hubungan dengan jejaring yang diperlukan dalam penanganan anak jalanan yang mengalami masalah psikologis. Pendamping melengkapi dirinya dengan informasi mengenai lembaga atau institusi/badan yang bergerak di bidang penanganan masalah psikologis bagi anak jalanan dad berbagai pihak (pemerintah dan masyarakat) .
Lembaga yang dapat dipertimbangkan dalam jejaring sesuai kasusnya:
• Puskesmas, RSU, RSJ
• Rumah tinggallasrama/panti/RPAlrumah singgah • Pusat kegiatan anak atau sanggar seni
• Pos-pos kegiatan dan Shelter
• Sanggar
• Pusat Krisis (crisis center)
• Drop in center
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH
PENDAMPINGAN
ANAK .JALANAN
Agar berhasil dengan baik dalam mendampingi anakjalanan , perlu dilakukan langkah-Iangkah yang tepat.
1. MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF
1.1 APA YANG DISEBUT DENGAN KOMUNIKASI
1.2 PROSES KOMUNIKASI
Komunikasi adalah penyampaian informasi yang melibatkan pengirim dan penerima pesan. Proses kedua dari komunikasi adalah ketika penerima pesan menyampaikan umpan balik . Komunikasi dapat dengan kata-kata (komunikasi verbal), yaitu melalui pembicaraan atau tanpa kata-kata (komunikasi non-verbal), misalnya melalu i gerak tubuh, raut wajah atau penampilan.
1.2.1 Komunikasi verbal
Komunikasi verbal meliputi 3 proses utama : • Mendengarkan
• Berbicara • Umpan balik
1.2.2 Keterampilan mendengar aktif
saling bekerja sama. Ketrampilan mendengar aktif meliputi:
• Membuat kontak mata. Hal ini akan
menunjukkan bahwa anda tertarik dan tidak menolak perkataan anak, dan anda tidak terganggu dengan situasi tersebut. Hindari kontak mata dengan anak, jika hal tersebut dianggap tidak sopan atau merupakan ancaman pada budaya setempat.
• Perhatikan anak. Jangan memberikan
kesan seolah anda terburu-buru atau perhatian anda terbagi ketika anak sedang berbicara, misalnya sibuk mencatat, menelpon atau pandangan mata ke arah lain. Jangan memotong pembicaraan, biarkan ia berbicara sampai selesai, baru anda memberikan komentar. Komunikasi tidak sekedar memperhatikan kata-kata saja, tapi perhatikan pula nada suara anak, kecepatan berbicara, penekanan kata, ekspresi wajah saat membicarakan hal tertentu. Kesemua ini akan memberikan petunjuk kepada anda tentang perasaan dan pikiran anak tersebut.
• Perlakukan anak jalanan sebagai
seorang individu. Cobalah untuk tidak
1.2.3 Ketrampi,lan berbicara
Komunikasi yang baik antara 2 orang , perlu menggunakan bahasa yang lazim dipakai . Pendamping dan anakjalanan seringkali saling mengalami kesulitan untuk mengerti sepenuhnya satu sam a lain, karena menggunakan bahasa yang ber'Jeda. Hal berikut a'kan membantu anda agar be ,·bicara efektif:
• Bicara dengan jelas , mulut terbuka dan cukup dapat didengar
• Gunakan ekspresi dan kata-kata yang jelas • Gunakan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti oleh anak, jangan gunakan kata-kata teknis yang sulit dimengertiÂ
•  Sampaikan pesan dengan lengkap dan diskusikan dengan tuntasÂ
•  Dorong anak untuk berbicara, misaln ya dengan menganggukkan kepala .... , mengatakan "hm .... ", "Bisa kamu teruskan ceritanya ...", "Lalu ....", "Kemudian apa yang terjadi ... " dan lainÂlainÂ
•  Anda juga dapat memberikan umpan balik melalui kata kunci yang disampaikan oleh anak, misalnya bila anak berkata: "Dia baik kepada saya, tapi .. .. (terdiam). Anda dapat berreaksi dengan mengulang kata "Tapi " •  Jangan paksa mereka berbicara bilaÂ
mereka tidak menginginkannyaÂ
1.2.4  Umpan balikÂ
Memberikan umpan balik dapat merupakan proses 2 arah . Mengulangi apa yang telah mereka katakan, dapat memberikan klarifikasi yang sangat menolong bagi mereka . Hal tersebut juga memberi kesempatan kepada mereka untuk menjelaskan kepada anda, jika terjadi salah pengertian terhadap hal yang mereka katakan . Berikan umpan balik kepada anak, tapi dorong juga anak untuk memberikan umpan balik tentang perasaan dan pendapat mereka. Umpan balik akan bersifat positif hila : •  Konstruktif (membangun) dan tidak menilai •  Jelas, spesifik dan benarÂ
•  Segera dilakukan setelah menerima suatu pesan atau melihat perilaku anakÂ
1.2.5  Komunikasi nonÂverbalÂ
•  Sikap dan penampilan: komunikasi non-verbal dapat membantu memahami anak jalanan dan juga membantu dipahami oleh mereka . Ekspresi wajah , gerakan tubuh , sikap, postur, cara berpakaian dan tidak adanya jarak antara anak dan pendamping merupakan hal yang penting dalam proses komunikasi. Komunikasi nonÂverbal' akan banyak mengungkapkan sikap pendamping ataupun sikap anakjalanan .Â
•
sikap, raut wajah dan gerakan yang sesuai dengan memuji. Jangan kataÂkata memuji, tapi mulut miring seolah mencemooh. Ketika sedang berkomunikasi dengan anak atau orang lain, jangan biarkan pandangan mata ke arah lain, karena akan menyebabkan andCl kehilangan beberapa informasi. Perhatikan setiap adanya perbedaan antara yang mereka katakan dengan komunikas il nonÂverbalnya. Ha l tersebut dapat merupakan petunjuk bahwa anda harus mengubah strategi. Misalnyajika mata anak tampak berkacaÂkaca atau menangis walaupun dia masih lancar berbicara, mungkin anda harus menghentikan menelusuri hal tersebut untuk sementara waktu.Â
Jika anda sedang bekerja dengan anak jalanan, gunakanlah pakaian yang sederhana. Agar mereka tidak mempersepsi adanya jarak di,antara pendamping dan anak i'alanan, maka jika mereka menawarkan makanan, sebaiknya diambil atau anda ikut bermain dengan mereka.Â
mendengarkan anak dan akan menjadi penghambat dalam komunikasi. Tersenyum dan menyatakan persetujuan misalnya dengan menganggukkan kepala pada saat yang tepat, dapat mendukung anak untuk melanjutkan pembicaraan.Â
1.2.6 Komponen lain dari proses komuni,kasi
• Strategi komunikasi
Anda perlu memperhatikan lawan bicara, apakah anak jalanan atau anggota masyarakat lainnya. Strategi berkomunikasi disesuaikan dengan lawan bicara. Apabila berbicara dengan anak jalanan, maka pendamping perlu memperhatikan kebutuhan anak tersebut dan adanya kesempatan yang tersedia. Jadi strategi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat itu .Â
• Metode komunikasi
Bila merencanakan kegiatan dengan anak jalanan, anda perlu memperhatikan metode komunikasi sebagai berikut:Â
•  Komunikasi dengan berbicara : dapatÂ
merupakan pertemuan formalÂ
berhadapan satu persatu atau pembicaraan informal (baik langsung maupun melalui telepon)Â
•  Melalui sarana visual : misalnya melalui film, video atau ilustrasiÂ
• Lingkungan
Supaya komunikasi lebih efektif, diperlukan lingkungan yang tidak ribut dan bising, agar perhatian tidak beralih ke arah lain . Bila sedang membicarakan masalah yang bersifat sensitif, diperlukan tempat yang privasi. Pergilah ke sudut ruangan atau tempat yang tidak banyak orang ..Â
2.  MEMBINA HUBUNGAN SALING PERCAYAÂ
2.1  Pentingnya membina hubungan saling percayaÂ
Pekerjaan yang mendasar dari pend am ping anak jalanan adalah membangun hubungan dengan mereka yang berdasarkan saling percaya , saling menghargai dan adanya kesepakatan untuk mengembangkannya . Proses dalam membina saling percaya dengan anak jalanan seringkali sulit, karena banyak diantara mereka belajar dari pengalaman untuk tidak mempercayai orang lain . Pendamping harus mempunyai dedikasi yang tinQ'gi untuk membantu mereka. Komunikasi memegang peranan yang amat penting dalam membina hubungan yang saling percaya dengan anak jalanan.Â
2.2 Bagaimana cara mulai membangun hubunganÂ
tersebut adalah dengan ikut kegiatan mereka ketika bermain misalnya main sepak bola, petak umpet atau permainan lainnya yang biasanya mereka lakukan. Anda juga dapat terlibat ketika anak tersebut bekerja, bantu mereka mencuci mobil, mencari makanan atau membawa belanjaan . Hindari memaksakan kegiatan yang membuat anda terlihat sebagai figur otoriter dan bukan sebagai fasilitator atau KawanoÂ
2.2.1
Memahami dunia anak jalananAnak jalanan akan lebih mempercayai anda dan mau meluangkan waktu bersama anda jika anda telah mengetahui seluk beluk dunianya.Â
• Bahasa: kelompok anal< jalanan mempunyai bahasa tersendiri dalam berkomunikasi yang tidak diketahui oleh orang dari luar kelompok. Pelajari beberapa aspek dari bahasa mereka agar memahami dunianya dan dapat berkomunikasi secara efektif dengan mereka. Denglan menggunakan istilah yang mereka pakai, akan sangat membantu membina hubungan yang saling percaya.Â
mendapatkan sumber makanan, area berbahaya , lokasi untuk tidur, untuk bekerja dan tempat mereka mengguna'kan NAPZA (bila ada) . Bila anda te:lah memahami peta lokasi mereka , anda akan mengerti kemana harus pergi untuk membina hubungan den0an mereka. Karakteristik sosial dapat dita:ldai dan dijelaskan disamping peta tersebut.Â
• Meluangkan waktu di jalanan: langkahÂ
berikutnya adalah meluangkan waktu di jalanan tempat anda menemukan mereka . Hal ini mungkin terjadi di taman, stasiun bus atau kereta api atau di pasar. Bicara dengan semua anak yang anda jumpai, perkenalkan diri anda dan biarkan mereka bertanya untuk mengenal anda lebih mendalam.Â
3. MENILAI MASALAH DAN MENETAPKAN
KEBUTUHAN ANAK JALANAN
Karakteristik dan situasi anak jalanan di setiap daerah berbeda , misalnya anak jalanan di Jakarta akan berbeda dengan di Surabaya, Medan dan daerah lainnya . Pendamping perlu memahami karakteristik dan situasi anak jalanan tempat pendamping bekerja.Â
tersebut akan dilaksanakan. Penilaian juga berguna untuk memonitor apakah pelayanan akan menghasilkan efek yang diinginkan dan apakah strategi perlu diubah. Hasil penilaian tersebut harus digunakan untuk memahami penyebab yang menimbulkan masalah pada anakjalanan dan hubungannya dengan isu lain.Â
Untuk menentukan situasi anak jalanan, dibutuhkan berbagai upaya yang perlu melibatkan berbagai organisasilinstansi, misalnya pemerintah, pemuka agama, profesional, pemberi pelayanan, LSM yang bekerja dengan anak jalanan, anggota masyarakat lainnya yang berminat dan anak jalanan itu sendiri.Â
3.1 Pentingnya menilai situasi
Penilaian membantu memahami kebutuhan dan masalah serta situasi lingkungan anak jalanan. Penilaian yang memadai sangat esensial sebelum melakukan intervensi. Penilaian juga perlu dilakukan setelah menjalankan program, untuk memonitor dan menilai keberhasilan program. Mungkin diperlukan modifikasi intervensi berdasarkan hasil penilaian.Â
3.2
Tujuan penilaianPertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan tujuan penilaian . Dua hal yang perlu diperhatian adalah : • Masalah spesifik yangÂ ï½¨ï½¡ï½²ï½¾ï½³ï¼ dinilaiÂ
• Tujuari pengumpulan informasiÂ
selanjutnya adalah untuk melihat umpan balik terhadap keberhasilan program. Informasi yang dikumpulkan harus berkaitan erat dengan isu spesifik yang dicari. Perlu pula mempertimbangkan data tentang penyalahgunaan NAPZAÂ
3.3 Sumber informasiÂ
Informasi bisa didapatkan dari sumber primer atau sekunder. Sumber informasi primer adalah: anak jalanan beserta keluarganya, tenaga kesehatan dan pemberi pelayanan lainnya . Sumber informasi sekunder meliputi:Â
•  Dokumen pemerintah seperti hasil survei, kebijakan, pedoman profesional, catatan dan proceeding peneQ'ak hukum tentang anakjalanan . •  Materi yang berasal dari pemerintah, institusi medis, atau dari individu, misalnya dari telev,isi, radio, laporan evaluasi anakjalanan, buku, koran, majalah dan lainÂlain. Semua itu dapat menjadi sumber informasi.Â
Informasi sekunder merupakan sumber latar belakang dari prosedur penilaian. Biasanya sumber informasi sekunder tidak memberikan informasi yang memadai untuk dapat memahami situasi anakjalanan. Informasi utama harus dicari dari sumber primer. Informasi primer juga membicarakan data kualitatif, misalnya tentang perasaan, keyakinan, pandangan dan aspirasi.Â
•  Kondisi ekonomi, sosial dan politik dari masyarakatÂ
•  Sikap masyarakat terhadap anak jalanan, penyalahgunaan NAPZA, seksual dan kesehatan reproduksiÂ
•  Pelayanan yang tersedia dan dapat dijangkau oleh anak jalanan, keadaan yang potensial menjadi penghambat bagi anak jalanan untuk menggunakannya serta bagaimana cara mengatasi hambatan tersebutÂ
•  Jenis intervensi yang berhasil atau yang gagal (informasi ini sangat diperlukan untuk merancang intervensi)Â
3.5
Langkah yang perlu diikutiSetelah memutuskan tujuan penilaian, perlu mengikuti langkah berikutnya:Â
•  Membuat perencanaan tentang metode pengumpulan informasi (kapan, bagaimana, dimana dan oleh siapa)Â
•  Mengumpulkan informasi •  Menganalisa informasi •  Membuat kesimpulan •  Menggunakan informasiÂ
3.6
Pertimbangan penting selama mengumpulkaninformasi
Selama melakukan penilaian tentang penyalahgunaan NAPZA, masalah seksual dan kesehatan reproduksi pada anak jalanan, perlu memperhatikan hal berikut:Â
• Inform consent
sahih, perlu memberikan informasi kepada anak tentang tujuan dan metode dari penilaian , apa keuntungan dan kerugian mereka jika berpartisipasi. Mereka juga bebas untuk menolak berpartisipasi .Â
• Kerahasiaan
Seluruh informasi perlu dijaga kerahasiaannya , kecuali anda memperoleh consent dari anak jalanan untuk mengatakan informasi tersebut kepada orang lain . Hal ini perlu dibicarakan dengan anak sendiri yang terpisah dari teman sebaya dan keluarga lain. Kerahasiaan dari informasi itu sendiri juga sangat penting .Â
• Rapport
Proses penilaian tidak hanya sekedar mengumpulkan 'informasi, namun juga merupakan kesempatan terlibat bersama mereka untuk membina hubungan baik yang saling percaya dan saling. menghargai dengan anak jalanan. Hal ini juga memberi kesempatan bagi anak jalanan untuk bertanya dan memperoleh informasi yang mereka inginkan.Â
• Beban
terlalu banyak (Iebih baik pertanyaan terbagi menjadi 2 sesi) .Â
• Prioritas
Selama penilaian mungkin anda menghadapi kondisi atau situasi yang membutuhkan perhatian segera, misalnya terluka atau ancaman tindak kekerasan . Atasi terlebih dahulu masalah tersebut sebelum lanjut tentang masalah penyalahgunaan NAPZA, seksual dan kesehatan reproduksi .Â
3.7 Informasi yang dibutuhkan meliputi:
•  Latar belakang: jenis kelamin, usia, agama , suku bangsaÂ
•  Penggunaan NAPZAÂ
•  Kesehatan reproduksi dan seksual •  Kesehatan fisik dan lukaÂIukaÂ
•  Kesehatan jiwa dan trauma psikologis •  Keluarga dan status sosialÂ
•  Pendidikan dan pekerjaan •  Perilaku melanggar hukum •  Kegiatan rekreasi dan kesenianÂ
3.8 Cara pengumpulan informasi .Â
Untuk mendapatkan data yang bermutu tentang anak jalanan, perlu menggunakan metode yang cocok dengan kelompok kecil. Metode yang digunakan tergantung dari informasi yang dibutuhkan . Metode tersebut meliputi:Â
•  Focus group discussions •  Studi kasusÂ
•  Metode projektifÂ
•  Wawancara dengan pemberi informasi penting, dalam hal ini seringkali polisiÂ
4. MENGAJUKAN PERTANYAAN
4.1 Mengapa cara mengajukan pertanyaan itu penting?
Banyak diantara anak jalanan tidak akan membicarakan kehidupannya secara spontan, khususnya kepada orang asing. Mereka sangat berhatiÂhati untuk memberikan informasi dan akan curiga kepada orang yang terlalu banyak bertanya. Ajukan pertanyaan sedemikian rupa dan dorong mereka untuk menjawabnya dengan bebas.Â
4.2 Bagaimana cara mengajukan pertanyaan
Dekati anak dengan cara yang baik dan buat mereka merasa nyaman . Berikut ini adalah beberapa pertanyaan dan kalimat yang sederhana untuk memulai pembicaraan dengan anak.Â
4.2.1 Saling rnengenai satu sarna lain
Tanyakan sesuatu yang umum dan simpel. Tunjukkan bahwa anda sungguh tertarik pad a mereka.Â
4.2.2 Mengajukan pertanyaan tentang hal yang menyakitkan
Bila mengajukan pertanyaan tentang hal yang menyakitkan mereka, luangkan beberapa saat bersama anak, mulailah dengan pertanyaan umum , kemudian secara bertahap ajukan pertanyaan yang lebih spesifik. Jangan berkesimpulan bahwa anda mengetahui perasaan anak tentang suatu kejad.ian . Reaksi emosional terjadi pada situasi spesifik dalam kehidupan seseorang. Dua orang yang berbeda mungkin mempunyai reaksi yang sangat berbeda terhadap suatu kejadian yang sarna. MisalnyaÂ