• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mediakom Edisi 22 Februari 2010 - [MAJALAH]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mediakom Edisi 22 Februari 2010 - [MAJALAH]"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1. Aktifkan kembali Posyandu

2. Periksakan ibu hamil

minimal 4 kali selama

masa kehamilan

3. Berikan imunisasi lengkap

kepada bayi

4. Timbanglah bayi dan balita

setiap bulan

5. Berantaslah jentik nyamuk

dengan 3 M plus

6. jagalah lingkungan

agar tetap bersih

7. Ikuti program

Keluarga Berencana

SERUAN

(3)

Rapor Hijau

Kementerian

Kesehatan

Etalase

SuSunan REDaKSI

Penanggung Jawab

drg. Tritarayati,SH

Redaktur

Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS Drs. Sumardi

Editor/Penyunting

Dra. Hikmandari A., M.Ed drg. Anitasari SM. Prawito, SKM, MM

Busroni S.IP

Dra. Isti Ratnariningsih, MARS Mety Setiowati, SKM Aji Muhawarman, ST

DesainGrafis dan Fotografer

Resty Kiantini, SKM, M.Kes Dewi Indah Sari, SE, MM

Sri Wahyuni, S.Sos, MM Giri Inayah, S.Sos.

R. Yanti Ruchiati Wayang Mas Jendra, S.Sn

Sekretariat

Agus Tarsono Waspodo Purwanto

Sudirman, Hambali Yan Zefrial

Alamat Redaksi

Pusat Komunikasi Publik Gedung Kementerian Kesehatan RI

Blok A, Ruang 107

Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950

Telepon

021-5201590; 021-52907416-9

Fax

021- 5223002; 021-52960661

Email

info@puskom.depkes.go.id kontak@ puskom.depkes.go.id

Call Center

021-500567, 021-30413700

Media

kom

W

aktu kerja 100 hari Kementerian Kesehatan telah usai, tepatnya 1 Februari 2010 yang lalu. Menkes dr. Endang R Sedyaningsih, MPH, Dr.PH beserta jajaranya tak kenal lelah untuk bekerja keras, berkoordinasi dan bersinergi untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Kini, kerja keras itu telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, yaitu nilai hijau. Nilai yang menggambarkan keberhasilan pencapaian program pembangunan. Warna hijau berarti semua yang menjadi program kerja 100 hari Kementerian Kesehatan tercapai 100%. “Ini merupakan keberhasilan bersama” kata Menkes pada suatu kesempatan.

Nilai hijau dari Unit Kepresidenan Pengawasan, Pengendalian Program Pembangunan (UKP4) ini tentu menjadi kebanggaan bersama. Sehingga dapat menjadi modal dasar bagi Kementerian Kesehatan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan 4 tahun kedepan. Sebab, masih banyak yang harus mendapat perhatian. Mulai dari pelayanan kesehatan kepada rakyat miskin yang belum optimal. Penyakit menular yang masih mengintai kesehatan masyarakat, sehingga harus terus diwaspadai. Pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat yang masih banyak menemui kendala dilapangan. Semua ini menjadi tantangan berat yang harus diubah menjadi peluang untuk mensukseskannya.

Tugas berat ini membutuhkan ketekunan, kesungguhan dan keikhlasan para pelakunya, baik dari Kementerian Kesehatan maupun mitra kerjanya. Para pelaku ini harus berbagi peran sesuai dengan fokusnya masing-masing. Membangun sinergisme peran, sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Untuk itu forum komunikasi diantara para pelaku menjadi penting keberadaannya. Kami yakin dengan spirit kebersamaan ini, setiap masalah akan menemukan solusinya.

Selain itu, mengawali tahun 2010 banyak peristiwa penting yang tidak boleh luput dari perhatian kita. Diantaranya, hasil sidang Executive Board di Geneva, bantuan Indonesia untuk bencana gempa di Haiti, Kisah Bilqis dan Umi yang sangat layak menjadi pelajaran hidup kita, regestrasi jamu, sertiikasi kematian dan bantuan operasional kesehatan.

Mediakom, bulan Februari 2010 ini telah berusia 4 tahun. Usia balita dari

Mediakom yang masih harus banyak belajar menyajikan berita kesehatan yang enak dibaca dan mudah dipahami. Oleh karena itu masukan dan dukungan dari para pembaca sangat kami butuhkan. Sebagai penanggung jawab Mediakom yang baru menyampaikan salam kenal dan selamat membaca...!

Akhirnya, kami mengucapkan selamat bekerja, semoga dua bulan yang kita lalui pada tahun 2010 dapat memberi pencerahan untuk berkarya lebih baik lagi. Semoga Allah SWT selalu membimbingNya. lRedaksi

drg. Tritarayati, SH

Redaksi menerima naskah dari pembaca:

(4)

Cover: Kunjungan kerja Menkes bersama Gubernur DKI di Cilincing Jakarta.

Foto: Wayang Mas Jendra

Daftar Isi

3

Etalase

4

Daftar Isi

6

Surat Pembaca

7

Info Sehat

Tips agar Tak Tertular Flu di Kantor

Tertawa & Menangis Sama Manfaatnya

Pisang Sejuta Manfaat

Mata Bening Berkat Multivitamin

Kenali Manfaat Herba

12

Ragam

Program Gerakan Seribu Jamban

Menkes Lantik 37 Pejabat Eselon II Kemkes RI

15

Media utama

Rapor Hijau untuk Kementerian Kesehatan

Visi, Misi, Strategi dan Sasaran Pembangunan Kesehatan 2010-2014

Endang R. Sedyaningsih Pimpin Delegasi RI Pada Sidang ke-126 Badan Eksekutif WHO

25

Stop Press

Saintiikasi Jamu Berbasis Pelayanan

Kesehatan dan Pengembangan Model Registrasi Kematian

Posyandu Memberikan Kontribusi Besar dalam Pencapaian Cakupan Imunisasi

Butuh Tindakan Preventif atasi Perdagangan Orang di Indramayu

8

11

13

15

21

25

27

(5)

Daftar Isi

Seluruh Puskesmas akan Dapat BOK

32

Peristiwa

Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan

Bilqis Menunggu Keajaiban Cangkok Hati Di RSuP Doktor Kariadi

Kasus ummi Bisa Menjadi Pelajaran

Indonesia Kirim Tim Kesehatan dan Obat- obatan Bantu Korban Gempa Haiti

42

Potret

Demi anak, Widi tetap menyusui

44

nasional

Menkes Sosialisasikan Program BOK di Yogyakarta

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah Wajib Menggunakan Obat Generik

48

Daerah

Sejarah Baru RS Paru dr Ha Rotinsulu

dr. Edi Sampurno, Sp.P.MM,

Direktur utama RS Paru Rotinsulu: ”Pelayanan Kami Sama Semua”

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

K.H.M nasiruddin al Mansyur, Bupati Kebumen: “Pendekatan Kemasyarakatan Lebih Mengena”

56

Siapa Dia

Dr. Faiq Bahfen, SH:

Staf ahli Menkes Bidang Medico Legal

Dra. Sri Indrawaty, apt, M.Kes:

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan alat Kesehatan

Triono Soendoro, dr, M.Sc, M.Phil, Ph.D:

Staf ahli Menkes Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan

58

Lentera

Tak Cukup Pakta Integritas

Sosok Pemimpin

35

40

42

44

46

48

(6)

Surat Pembaca

Mohon

Penjelasan

SKTM

Saya ingin bertanya tetang surat keterangan tidak mampu (SKTM). Anak tetangga saya menderita pe-nyakit usus melilit harus operasi dua kali. Sekarang sudah diperbolehkan pulang, dengan catatan masih ada tindakkan operasi lagi berikutnya. Biaya operasi dan perawatan selama 12 hari sudah mencapai 22 juta lebih. Jumlah ini menurut saya terlalu be-sar, sebab tetangga tergolong orang yg tidak mampu. Kondisi isiknya lemah karena menderita komplikasi jantung. Mereka tidak mempunyai uang untuk biaya anaknya. Uang yang ada dari pinjaman Rp 2 juta sudah habis untuk biaya penebusan

obat selama perawatan. Saat diper-bolehkan pulang, masih diminta mengeluarkan uang sekitar 25% dari total biaya rumah sakit. Mereka dari awal masuk rumah sakit sudah menggunakan SKTM.

Pertanyaan saya mengapa masih harus dikenakan biaya, padahal selama perawatan sudah harus mengeluarkan biaya untuk menebus obat-obatan. Sedangkan untuk saat ini mereka sudah tidak mempunyai uang lagi, bagaimana mereka harus membayar?. Kalau tidak membayar pasien ditahan ? Mohon informasi mengenai penggunaan SKTM ini.

Terima kasih.

Budi, Jakarta.

JAWAB:

Peserta dengan SKTM, apabila hasil verikasinya miskin dapat ditanggung 25% sampai dengan pembebasan,

dengan membuat pernyataan di atas materai dan disetujui oleh Dinas Kesehatan. Obat-obatan yang dijamin adalah obat generik dan apabila generiknya tidak ada, maka harus ada persetujuan Komite Medik Rumah Sakit, sehingga pasien SKTM verifikasi miskin tidak perlu beli obat lagi.

SKTM dengan verifikasi kurang mampu, kontribusi 50% dan bila dalam perjalanannya tidak dapat membayar 50% minta persertujuan ke Dinas Kesehatan dengan surat pengantar dari rumah sakit.

(7)

Info Sehat

M

emasuki musim

penghujan, banyak orang yang merasa daya tahan tubuhnya menurun. Akibatnya, mereka mudah tertular penyakit banyak diderita di musim penghujan, yaitu lu.

Virus inluenza bisa terbawa hingga 6 kaki (182.88 cm) dari lokasi tempat tetesan mukosa yang terjatuh saat seseorang yang sakit lu bersin atau batuk. Jika seseorang yang sedang sakit lu bersin ke tangannya, kemudian ia memencet tombol lift, atau membuka gagang pintu, atau menggunakan handset telepon, maka virus-virus inluenza bisa menyebar lewat medium tersebut. Siapa pun yang menyentuh medium tersebut sesudahnya, lalu mendekatkan tangan ke wajahnya, bisa dibilang akan tertular. Apalagi jika kondisi badan orang tersebut sedang tidak sehat. Orang yang sedang stres memiliki kemungkinan terjangkit lebih tinggi, karena pada saat tersebut kondisi pertahanan tubuhnya sedang turun.

Supaya virus inluenza tidak hinggap dan mengganggu pekerjaan, hindarilah sumber penularannya sebaik mungkin. Berikut tips pencegahan yang bisa Anda lakukan:

• Jika Anda tahu sedang menderita lu atau penyakit menular lainnya, lebih baik tinggal di rumah sebisa mungkin.

• Beristirahatlah sebisa mungkin dan makan makanan yang seimbang, termasuk banyak buah dan sayuran. Nutrisi yang tepat akan membantu daya tahan tubuh.

• Tutup mulut dan hidung dengan tisu atau sapu tangan ketika batuk atau bersin.

• Jika tak ada tisu atau sapu tangan di sekitar Anda saat ingin batuk atau bersin, dekatkan siku Anda. Sebaiknya jangan menutupnya dengan telapak tangan agar tidak menyebarkan virus tersebut saat Anda tak sengaja menyentuh tempat-tempat tertentu.

• Jika Anda ingin mengelap sisa batuk atau bersin, sebaiknya gunakan cairan pembersih tangan yang berbahan dasar alkohol atau klorin.

• Minimalisasi interaksi tatap langsung.

• Batasi penggunaan alat yang disentuh banyak orang. Jika memang harus, cucilah tangan Anda sesering mugkin.n

(gi- dari berbagai sumber)

Tips agar

Tak Tertular Flu

di Kantor

Tertawa &

Menangis

Sama

Manfaatnya

T

ertawa, juga menangis,

merupakan bagian spektrum emosi yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Beberapa manfaat tertawa dan menangis bagi kesehatan.

Meningkatkan

Kekebalan Tubuh

Salah satu bukti manfaat nyata dari tertawa yaitu menjadikan kita lebih santai dan rileks sehingga bisa berpikir jernih.

Tertawa, juga menangis, menurut dr. W.M. Roan, seorang psikiater senior di Jakarta, adalah pencerminan emosi manusia, yang merupakan bagian dari spektrum emosi meliputi kesedihan, kegembiraan, kekagetan ketakutan, cinta kasih, kebencian, dan kemarahan.

“Tidak hanya manusia, hewan pun bisa menunjukkan perasaan gembira dan sedih dengan berbagai kegiatan dari gerakan. Anjing, misalnya, jika gembira, buntutnya ke atas dan bergoyang-goyang atau kegiatan otot-ototnya meningkat”, tutur Roan.

(8)

Info Sehat

Pisang Sejuta Manfaat

yaitu einefrin dan kortisol, yang bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit. Dalam riset lain dr. Rosemary Cogan dari Texas Tech University menemukan bukti bahwa rasa nyeri atau sakit akan berkurang setelah tertawa. Tidak itu saja, kekebalan tubuh pun bisa meningkat.

Mengapa Kita Tertawa

“Tertawa pada dasarnya sehat kalau dilakukan oleh orang-orang yang normal. Tetapi kalau tawa itu dicetuskan oleh seseorang yang mengalami gangguan jiwa, dengan sendirinya tidak sehat, karena tawa itu untuk bereaksi terhadap halusinasi akan perasaan yang tidak-tidak”, kata Roan.

Pada orang normal, menurut Roan, tertawa sebetulnya suatu reaksi terhadap keadaan krisis, berupa suatu perubahan yang tidak terduga. Kondisi itu bisa tercetus dalam keadaan yang mengagetkan, menyenangkan, atau menyedihkan. Krisis itulah yang membuat orang bisa tertawa. Kongkretnya, kalau Anda sedang serius mendengarkan sesuatu, tahu-tahu hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diduga, Anda bisa tertawa terbahak-bahak. Kalau Anda merencanakan sesuatu yang baik, tapi suatu saat gagal, Anda bisa menangis.

Melatih Organ-Organ Tubuh

Untuk mencari bukti yang lebih kuat dan akurat tentang manfaat tertawa bagi kesehatan, dr. Cogan melakukan studi eksperimental terhadap dua kelompok mahasiswa. Kelompok pertama mendengarkan kaset lawak dan kelompok kedua mendengarkan kaset kuliah matematika, atau kelompok yang sama sekali tidak mendengarkan apa-apa. Terhadap para “kelinci percobaan” itu sebelum dan sesudahnya dilakukan uji kepekaan terhadap rasa sakit. Ternyata mereka yang mendengarkan kaset lawak memperlihatkan peningkatan kemampuan dalam menahan rasa sakit.

Sementara itu, dr. William Fay dari Stanford University

mengatakan, tertawa terbahak-bahak amat bermanfaat bagi orang sehat. Hasil penelitiannya menunjukkan, tertawa terpingkal-pingkal akan menggoyang-goyangkan otot perut, dada, bahu, serta pernafasan, sehingga membuat tubuh seakan-akan sedang jogging di tempat. Sesudah tertawa demikian tubuh terasa rileks dan tenang, sama seperti orang habis berolahraga. Tertawa juga akan melatih diafragma torak, jantung, paru-paru, perut, dan membantu mengusir zat-zat asing dari saluran pernafasan. Disamping itu tertawa sangat ampuh untuk meringankan sakit kepala, sakit pinggang, dan depresi.

Ihwal dampak tertawa dalam penyembuhan suatu penyakit, dr. William Frey, seorang pakar biokimia dan direktur Dry Eyes and Tears Research Center di Mineapolis, AS, menyatakan tertawa akan menggerakkan bagian dalam tubuh, mengaktifkan system endokrin sehingga mendorong penyembuhan suatu penyakit. Menurut hipotesisnya, tertawa akan merangsang otak untuk memproduksi hormon tertentu yang pada akhirnya akan memicu pelepasan endokrin (zat pembunuh rasa sakit) yang diproduksi oleh tubuh. Penelitian Prof. Dr. Lucille Namehow, seorang pakar yang menangani proses penuaan dari Connecticut, AS, menyodorkan fakta bahwa tertawa bisa membantu mereka yang sudah tua renta untuk tetap awet tua, sementara yang muda tetap awet muda, serta mempererat hubungan antara anggota keluarga.

Sembuh Berkat Menangis

dr. William Frey dari jurusan psikiatri di Minnesota University mengakui, terapi sebagian pasiennya dilakukan melalui tontonan ilm sedih. “Sebagian pasien saya sembuh setelah meneteskan air mata sepuas-puasnya”.

Hasil penelitian Frey yang menarik adalah, pria sengaja menahan air matanya agar tampak perkasa dan jantan. “Sebenarnya, pria dan wanita tidak berbeda dalam pengalaman emosinya. Jadi, pria juga bebas untuk menangis agar jiwanya tidak tertekan”, katanya. n

(gi- dari berbagai sumber)

P

ernah membayangkan bagaimana rasanya

menjadi William bersaudara, pemegang gelar juara berbagai pertandingan tenis putri dunia? Selain skill yang mumpuni, tentunya stamina tubuh yang prima adalah kunci utama bagi mereka untuk tetap unggul di lapangan. Tak jarang Williams bersaudara harus bertanding lebih dari 6 jam.

(9)

Info Sehat

dengan mudah diserap tubuh dan mengembalikan energi puncak mereka.

Dalam “Medicinal Uses of Bananas” (www.banana.com, 2002) disebutkan, pisang bermanfaat menyembuhkan anemia,

menurunkan tekanan darah, tenaga untuk berpikir, kaya serat untuk membantu diet. Kulit pisang dapat digunakan sebagai cream anti nyamuk, membantu sistem syaraf, dapat membantu perokok untuk menghilangkan pengaruh nikotin, stres, mencegah stroke, mengontrol temperatur badan terutama bagi ibu hamil, menetralkan keasaman lambung, dan sebagainya.

Kandungan nutrisi buah pisang sangat banyak, terdiri dari mineral, vitamin, karbohidrat, serat, protein, lemak, dan lain-lain, sehingga apabila orang hanya mengonsumsi buah pisang saja, sudah tercukupi secara minimal gizinya.

Pilih Pisang Berkualitas

Terbaik!

Pilihlah pisang yang sudah matang, yang kulitnya hijau

kekuning-kuningan dengan bercak coklat atau kuning,

sebab ini akan mudah dicerna, dan gula buah diubah menjadi glukosa

alami secara cepat diabsorbsi ke dalam

peredaran darah, pisang yang mentah akan sulit dicerna.

Kendalikan

Penyakit

dengan Pisang

Tekanan Darah: Buah tropis ini secara ekstrim memiliki kandungan potasium tinggi tetapi rendah garam, menjadikan pisang makanan yang bagus untuk membantu penurunan tekanan darah. Lembaga Food and Drug Administration Amerika memperbolehkan pengusaha pisang untuk membuat klaim bahwa pisang dapat mengurangi resiko tekanan darah dan stroke.

Kekuatan Otak : 200 pelajar sekolah Inggris terbantu menyelesaikan ujian akhir dengan makan pisang pada saat sarapan, istirahat dan makan siang karena pisang meningkatkan kekuatan otak. Riset juga

menunjukkan kandungan potasium pada pisang membuat pupil lebih aktif sehingga membantu proses belajar.

Konstipasi : Pisang tinggi serat, sehingga membantu proses

pencernaan dan mengatasi sembelit tanpa harus memakai obat pencahar.

Depresi: Berdasarkan survey MIND kepada pasien penderita depresi, menunjukkan pasien merasa lebih baik setelah mengkonsumsi pisang. Ini disebabkan pisang mengandung tryptophan yaitu suatu tipe protein

yang diubah oleh tubuh menjadi serotonin yang membuat efek relax, memperbaiki mood dan secara umum membuah perasaan bahagia.

Panas Dalam: Pisang memiiki efek antacid alami dalam tubuh, jadi kalau anda menderita panas dalam cobalah mengkonsumi pisang untuk memicu penyembuhan.

Kelebihan berat badan dan stressing pekerjaan: Riset di Institute of Psychologi Austria menemukan bahwa tekanan selama bekerja meninggi jika mengkonsumsi makanan seperti coklat dan snack krispi secara berlebihan. Pada 5.000 pasien rumah sakit, peneliti menemukan pasien paling obesitas rata-rata berada dalam pekerjaan dengan tekanan. Laporan riset menyimpulkan, untuk menghindari kepanikan yang mendorong rakus menkonsumsi makanan, kita perlu mengendalikan kadar gula darah dengan ngemil makanan tinggi karbohidrat setiap dua jam, dan pisang salah satu makanan yang sesuai.

Stroke: Berdasarkan riset The New England Journal of Medicine, mengkonsumsi pisang sebagai konsumsi harian menurunkan resiko kematian akibat stroke hingga 40%.

Mengontrol Temperatur: Di beberapa negara, pisang dipandang sebagai makanan pendingin yang dapat menurunkan temperatur isik dan emosional ibu hamil. Di Thailand contohnya, ibu hamil mengkonsumsi pisang untuk memastikan bayi lahir dengan temperatur sejuk.

(10)

Info Sehat

Mata Bening

Berkat

Multivitamin

O

rang bijak bilang, mata adalah jendela menuju dunia. Itu sebabnya, kesehatan mata perlu dijaga. Perawatan mata bisa dilakukan dengan mengkonsumsi makanan sehat yang mengandung vitamin tertentu. Sejauh mana sebenarnya hubungan antara makanan dan kesehatan mata?

Mereka Baik untuk Mata

l Jeruk. Kaya vitamin C, berfungsi sebagai antioksidan yang berkhasiat melumpuhkan radikal bebas penyebab penuaan sel, sehingga berguna untuk mencegah katarak.

l Anggur. Ekstrak biji anggur mengandung proantosianidin. Lebih kuat dari vitamin C dan E, antioksidan ini bahkan bisa

memperbaiki penglihatan dan mengembalikan fungsi retina, terutama yang rusak akibat perdarahan pembuluh darah di mata dan ketidakseimbangan gula darah.

l Ubi jalar. UNICEF dan WHO menyarankan agar wanita dan anak-anak mengkonsumsi ubi jalar merah secara rutin, untuk menangkal akibat buruk dari kekurangan vitamin A.

l Nenas. Vitamin dan mineral utama yang terkandung dalam nenas adalah vitamin C, B kompleks, beta-karoten (pro-vitamin A), Fe, Mg, Ca, Cu, Zn, Mn dan K.

l Ikan laut. Ikan sardin dan tuna adalah sumber mengurangi iritasi dengan melapisi

perut.

Pisang dan Kecantikan

Bubur pisang dicampur dengan sedikit susu dan madu, dioleskan pada wajah setiap hari secara teratur selama 30-40 menit. Basuh dengan air hangat kemudian bilas dengan air dingin atau es, diulang selama 15 hari, akan menghasilkan pengaruh yang menakjubkan pada kulit.

Pisang untuk Mengatur

Bobot Badan

Pisang juga mempunyai peranan dalam penurunan berat badan seperti juga untuk menaikkan berat badan. Telah terbukti seseorang kehilangan berat badan dengan berdiet 4 (empat) buah pisang dan 4 (empat) gelas susu non fat atau susu cair per hari sedikitnya 3 hari dalam seminggu, jumlah kalori hanya

1250 dan menu tersebut cukup menyehatkan.

Selain itu, diet tersebut membuat kulit wajah tidak berminyak

dan bersih. Pada sisi yang lain, mengonsumsi satu gelas banana milk-shake dicampur madu, buah-buahan, kacang, dan mangga sesudah makan, akan menaikkan berat badan.n

(11)

Info Sehat

DHA (docosahexaenoid acid),

salah satu jenis asam lemak omega 3, yang berperan penting dalam pembentukan retina mata.

awas Overdosis

Vitamin A juga dikenal sebagai antioksidan

penggempur radikal bebas penyebab berbagai penyakit degeneratif. Kadar vitamin A yang tinggi pada wortel (Daucus carota) membantu fungsi retina mata. Bahkan, selama Perang Dunia II, pilot-pilot pesawat tempur Sekutu diperintahkan makan wortel untuk mempertajam penglihatan mereka.

Tapi, hati-hati, terlalu banyak mengkonsumsi wortel (50 mg per hari) dalam 10 hari akan membuat warna

kulit menjadi jingga kekuningan. Ini disebabkan tubuh tidak mampu menyerap karoten yang berlebih, atau justru tubuh tidak mampu memproses karoten yang terdapat di dalam wortel. Namun, bisa juga karena liver (hati) Anda bermasalah. Kalau sudah begitu, stop dulu makan wortel, tunggu hingga kondisi pulih dalam beberapa hari.

Pada bayi overdosis vitamin A juga bisa membuat tulang mereka menjadi rentan dan sangat rapuh. n

(gi- dari berbagai sumber)

Kenali

Manfaat

Herba

aspara-gus

Oicinalis

Berkhasiat untuk mencegah kanker, penyakit jantung, meningkatkan daya tahan tubuh, menyeimbangkan elektrolit dalam sel, dan menormalkan tekanan darah. Juga berperan sebagai penambah gairah dan kesuburan.

Bawang

Putih

Berkhasiat sebagai antibakteria alami, menguatkan jantung, menurunkan kadar kolesterol, dan mencegah kanker.

Bawang

Bombai

Berkhasiat mencegah penggumpalan darah,

menurunkan kadar lemak darah, menurunkan kadar gula darah, mengatasi kolesterol, jantung, dan diabetes.

Kayu

Manis Cina

Berkhasiat mengatasi leher yang kaku dan sakit kepala, demam yang menggigil.

Jagung

Berkhasiat membuang racun sehingga baik untuk pencernaan, membuang racun tubuh, melancarkan air seni, mengatasi hipertensi, kolesterol, diabetes, dan radang kemih.

Jahe

Berkhasiat mengatasi rasa mual, kembung, masalah pencernaan, mengatasi gejala lu.

Jamur

Shiitake

Berkhasiat

menurunkan tekanan darah, antikanker, dan antitumor.

Lada

berkhasiat menghangatkan tubuh, mengatasi kembung, dan melancarkan air seni.

Pala

Berkhasiat mengatasi kembung, sakit telinga, pusing,

sakit kepala, dan muntaber.

Ginseng

Berkhasiat sebagai antikanker, antistres, antipenuaan, menguatkan fungsi jantung, mengatasi impoten, diabetes, pendarahan di luar haid, kelelahan kronik. Beberapa orang yang mengkonsumsi gingseng dapat mengalami bengkak, cegukan, dan gatal pada kulit. n

(12)

Ragam

T

ak menyangka, banyak warga Purbalingga tidak mempunyai jamban di rumahnya. Setiap hari mereka membuang hajat dengan memanfaatkan sungai, kolam ikan dan bahkan kebun yang terbuka. Tak merasa risih dan malu karena sudah menjadi kebiasaan. Bahkan ada yang merasa nyaman dengan kebiasaan ”modol di kebun”, istilah buang hajat sembarangan.

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purbalingga hingga th 2005, cakupan jamban keluarga di Purbalingga baru mencapai 52,6%. ‘’Sisanya sebesar 47,4% belum memiliki jamban. Penyebaran masyarakat yang tidak mempunyai jamban merata di seluruh kecamatan, termasuk Kecamatan Purbalingga Kota,’’ kata Kepala DKK Purbalingga dr Dyah Retnani Basuki.

Kegiatan membuang hajat di sungai atau kebun, lanjut Dyah,

jelas sangat berisiko menyebarkan berbagai macam penyakit. Karena banyak sungai di Purbalingga yang masih digunakan untuk kegiatan harian masyarakat seperti mandi, mencuci pakaian, piring dan gelas. Dengan demikian, bakteri E-coli, cacing dan thypus abduminalis yang ada pada kotoran manusia akan mudah menular ke orang lain lewat aktiitas membuang hajat di sungai.

Sampai akhirnya petaka itu datang. Dua balita meninggal dunia karena wabah diare. Wabah diare terjadi karena air sungai terkontaminasi kotoran 2000 manusia yang membuang hajat ke sungai. Untuk menghentikan wabah ini, maka perilaku membuang hajat di sungai harus total dihentikan dan menggalakkan program jambanisasi

Panaruban, salah satu desa yang berhasil mewujudkan program desa sehat mandiri di Kabupaten Purbalingga Kecamatan Bukateja.

Program Gerakan

Seribu Jamban

Desa berpenduduk 1.894 jiwa ini mampu menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan yang timbul dengan biaya minimal. Apa yang mereka dilakukan?

Achmad Mudakir, Kepala Desa Penaruban menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesehatan. Setiap saat, kapan saja, dimana saja Ia mengkapayekan pentingnya hidup sehat dengan memberikan stimulan kepada masyarakat untuk membuat jamban sebesar 50%. Sedangkan untuk masyarakat miskin tidak dikenakan biaya. “Hanya dalam waktu enam bulan, sebagian besar masyarakat telah memasang jamban di rumahnya sendiri. Kini setiap warga Desa Penaruban memiliki kloset sendiri di rumahnya sebagai bentuk kesadaran kesehatan.

Pencanangan program gerakan 1000 jamban ini dimulai tahun 2004. Berawal dari kasus kematian dua balita di desa lain karena diare. Kemudian masyarakat terdorong berperilaku hidup bersih dan sehat untuk menghindari kejadian diare. Saat itu hanya 10% masyarakat yang memakai jamban.

Setelah 4 tahun gerakan 1000 jamban, masyarakat telah

(13)

Ragam

mempunyai jamban semua. Walau

mereka belum menggunakan untuk buang air besar, alasanya belum terbiasa menggunakan jamban. Masyarakat telah terpasung selama bertahun-tahun dengan pola tidak disiplin membuang hajat, tidak menjaga kebersihan dan tidak peduli kesehatan.Ternyata, menyediakan jamban lebih mudah dari pada merubah perilaku.

Menurut Ahmad Mubakir, merubah perilaku tidak dapat

dipaksakan, tapi harus dikemas melalui kegiatan kerohanian, misalnya kelompok tadarus

(membaca quran secara bergantian). Saat itu ada 15 kelompok yang melakukan tadarusan secara rutin. Setelah tadarusan selesai baru disampaikan informasi kesehatan, termasuk buang air besar di jamban.

Ahmad Mubakir dan Chandra mempunyai obsesi membentuk Desa Sehat Mandiri. Ia memberi stimulan sarana kesehatan kepada

4000 warga, berupa sepatu murah untuk ke sawah, masker, sarung tangan, tabung penjernir air dan tudung saji.

Melalui kerja keras dan waktu yang panjang mereka memberi penyuluhan, menyadarkan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri, maka hasilnya cukup menggembirakan. Kini, masyarakat telah membuat dan menggunakan jamban untuk buang air besar keluarga secara mandiri.nyanti

Menkes Lantik

37 Pejabat Eselon II

P

rogram 100 hari bidang kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu II, seluruhnya telah dapat dicapai. Kita patut mensyukurinya, namun tugas selanjutnya lebih berat. Pembangunan kesehatan tahun 2010 – 2014 diprioritaskan pada peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui berbagai bidang.

Demikian sambutan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,

Dr. PH ketika melantik 37 Pejabat Eselon II Kemeterian Kesehatan, di Jakarta (1/2/2010).

Menkes mengatakan, akhir-akhir ini media massa memberitakan pelayanan kesehatan masih banyak dikomplain masyarakat khususnya golongan kurang mampu, baik di Puskesmas ataupun RS. Oleh karena itu, Menkes berharap agar pejabat yang baru dilantik lebih peka terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat dan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan seperti yang di

idam-idamkan oleh masyarakat. Menkes mengingatkan, reformasi birokrasi merupakan salah satu agenda Kabinet Indonesi Bersatu II yang menjadi prioritas Presiden RI melalui good and clean governance, yang bersifat transparan dan akuntabel.

Untuk itu, periode kerja dalam lima tahun mendatang tidak ringan dan membutuhkan kerja sama dari semua pihak intern Kementerian Kesehatan maupun masyarakat, swasta dan dunia usaha sebagai mitra untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan, tegas Menkes.

Menkes berharap kepada para pejabat yang baru dilantik dapat bahu membahu memberikan kontribusinya agar dapat mencapai cita-cita tersebut.

Pejabat yang dilantik adalah dr. H. Abdul Rival, M.Kes sebagai Kepala Biro Kepegawaian menggantikan drg. S. R. Mustikowati, M.Kes, dr. Lily S. Sulistyowati, MM sebagai Kepala Pusat Promosi Kesehatan menggantikan dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes, drg. Tritarayati sebagai Kepala Pusat Komunikasi Publik menggantikan dr. Lily S. Sulistyowati, MM dan Mudjiharto, SKM, MM sebagai Kepala Pusat Penanggulangan Krisis menggantikan dr. Rustam Syarifuddin Pakaya, MPH.

dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes sebagai Sekretaris Inspektorat

(14)

Ragam

Jenderal menggantikan dr. Hj. Ratna Dewi Umar,M.Kes., dr. Yudhi Prayudha Ishak Djuarsa, MPH sebagai Inspektur I menggantikan Drs. Parulian

Parapat, MM, Arsil Rusli, SH, MH sebagai Inspektur III menggantikan dr. Suwandi Makmur, MM, dan Drs. Wiyono Budihardjo, MM sebagai Inspektur IV menggantikan I Gusti Gede Djestawana, SKM.

Dr. dr. Sutoto, M.Kes sebagai Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan Medik, menggantikan dr. Mulya A. Hasjmi, Sp.B, M.Kes., drg. S. R. Mustikowati, M.Kes sebagai Direktur Bina Yanmed Dasar, menggantikan dr. T. Marwan Nusri MPH, dr. Andi Wahyuningsih Attas, Sp.An sebagai Direktur Bina Yanmed Spesialistik, menggantikan dr. H. Kemas M. Akib Aman, Sp.R, MARS, dr. Irmansyah, Sp.KJ sebagai Direktur Bina Kesehatan Jiwa menggantikan HM Aminullah, Sp.KJ, MM.

drg. Setyawaty, M.Kes sebagai Direktur Umum, SDM dan Pendididkan RSUP Fatmawati Jakarta, dr. Harry Trimurjatno, MM sebagai Direktur Keuangan RSUP Fatmawati Jakarta, dr. Priyanti Z. Soepandi, Sp.P(K) sebagai Direktur Utama RSUP Persahabatan Jakarta, dr. Tri Hesty Widyastoeti Marwotosoeko, Sp.M sebagai Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Persahabatan Jakarta, dr.

Omo Abdul Madjid, Sp.OG sebagai Direktur Umum dan Operasional RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr. Sonar Soni Panigoro, Sp. B.Onk, M.Epid sebagai Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta, dr. Rustam Syarifuddin Pakaya, MPH sebagai Direktur SDM dan Pendididkan RS Kanker Dharmais Jakarta, dr. Harjati, MARS sebagai Direktur Keuangan RS Kanker Dharmais Jakarta, Dr. dr. Agus Hadian Rahim, Sp.OT(K), M.Epid, MH.Kes sebagai Direktur SDM dan Pendidikan RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung), dr. Hendriani Selina Notosoegondo, Sp.A(K), MARS sebagai Direktur Utama RSUP dr. Kariadi Semarang, dr. Bella Patria Jaya, Sp.KJ sebagai Direktur Utama RS Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang, dr. Hj. Chandrawati Husein, Sp.B sebagai Direktur SDM dan Pendidikan RSUP dr. Wahidin Sudirohusudo Makassar.

dr. Ina Hernawati, MPH sebagai Direktur Bina Kesehatan Ibu, menggantikan dr. Sri Hermiyanti, M.Sc, DR. Minarto, MS sebagai Direktur Bina Gizi Masyarakat, menggantikan dr. Ina Hernawati, MPH dan dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS sebagai Direktur Bina Kesehatan Kerja menggantikan dr. H. Abd. Rival, M.Kes.

dr. H. Azimal, M.Kes sebagai Kepala

KKP Kelas I Jakarta dan dr. H. Imam Triyanto, MPH sebagai Kepala KKP Kelas I Surabaya.

Drs. Purwadi, Apt, MM, ME sebagai Sekretaris Ditjen Binfar dan Alkes menggantikan Dra. Meinarwati, Apt.,M.Kes dan dr. Setiawan Soeparan, MPH sebagai Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Ditjen Binfar dan Alkes menggantikan Drs. Purwadi, Apt.MM serta dr. Siswanto, MPH, DTM sebagai Kepala Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbangkes menggantikan Sunarno Ranu Widjojo, SKM, MPH. dr. Asjikin Imam Hidayat, MHA sebagai Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan menggantikan dr. Setiawan Soeparan, MPH, Dra. Meinarwati, Apt. M.Kes sebagai Kepala Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan Luar Negeri menggantikan dr. Asjikin Imam Hidayat, dr. H. Kemas M. Akib Aman, Sp.R, MARS sebagai Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, menggantikan Drs. Abdurahman, MPH, Drs. Sulistiono, SKM, MSc. sebagai Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan menggantikan DR. Drs. Ida Bagus Indra Gotama, SKM dan Drs. H. R. Wisnu Hidayat, MSc sebagai Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto menggantikan Drs. H. Sulistiono, SKM, M.Kes. nSmd/Gi

(15)

Media Utama

Media

utama

K

ementerian Kesehatan mendapat

penilaian kinerja dengan rapor

berwarna hijau, yang berarti 4 program dan 12 rencana aksi yang menjadi sasaran program kerja 100 hari mencapai target 100 persen. Bahkan ada beberapa rencana aksi yang sudah tercapai 100 persen pada hari ke 50 dan ke 75.

Sebelum berakhir masa kerja 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu ( KIB II) yang jatuh pada tanggal 1 Februari 2010, telah membuat Kementerian Kesehatan dan jajarannya mengenjot menyelesaikan target yang telah dicanangkan. Beberapa kali pertemuan untuk membahas pencapaian ini. Sampai pada akhirnya, semua target itu tercapai dengan menggembirakan. Tentu, ini merupakan keberhasilan semua, kata Menkes pada suatu

kesempatan.

Diawal kerja 100 hari, Menkes dan jajaranya telah berusaha menterjemahkan paradigma baru dari paradigma BEROBAT GRATIS MENJADI “SEHAT ITU INDAH DAN SEHAT ITU GRATIS” yang dilaksanakan secara komprehensif, sinergis dan integratif melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, peningkatan kesehatan masyarakat, dengan fokus pada preventif dan promotif, penanggulangan penyakit dan peningkatan sumber daya manusia kesehatan terutama di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).

Empat Program 100 Hari

Terdapat 4 isu utama dan 12 rencana aksi yang menjadi landasan kerja program 100 hari Kementerian

Rapor Hijau

(16)

Media Utama

Kesehatan yaitu :

1) Peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat; 2) Peningkatan kesehatan masyarakat untuk

mempercepat pencapaian target MDGs; 3) Pengendalian penyakit dan penanggulangan

masalah kesehatan akibat bencana;

4) Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK).

12 Rencana aksi

Program 100 hari

1) Peningkatan pelayanan kepada 76,4 juta penduduk miskin dalam sistem jaminan kesehatan dengan anggaran sebesar Rp. 4,6 Triliun dengan kegiatan yang meliputi peningkatan akses , peningkatan manajemen dan penyusunan roadmap 2010 – 2014 menuju Jaminan Kesehatan Semesta.

2) Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Pedesaan terutama melalui pemantapan fungsi Posyandu, Bidan Desa, dan KB Kesehatan Reproduksi untuk upaya Promotif, dan Preventif.

3) Revitalisasi Permenkes tentang kewajiban menuliskan resep menggunakan obat generik di sarana pelayanan kesehatan pemerintah, melalui pelatihan dan pemantauan secara intensif. 4) Penetapan pembatasan Harga Eceran Tertingggi

(HET) Obat Generik Berlogo (OGB). 5) Penanggulangan HIV/ AIDS.

6) Penaggulangan penyakit Tuberkulosis. 7) Penanggulangn Malaria.

8) Peningkatan Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98% desa di 5 Provisi (Jatim, Jateng , Jabar, Banten dan DKI) yang merupakan 80% Balita Indonesia.

9) Peningkatan pengawasan obat dan makanan 10) Beroperasinya Balai Pengobatan Haji Indonesia

(BPHI) baru di Makkah Arab Saudi untuk memantapkan pelayanan kesehatan haji mulai musim haji tahun 2009.

11) Penanggulangan Bencana.

12) Peningkatan SDM Kesehatan dalam Jumlah, jenis, dan mutu terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK).

Capaian program

100 hari

1) Peningkatan pembiayaan kesehatan untuk

memberikan jaminan kesehatan masyarakat terdapat dua target yang hendak dicapai yaitu:

a. Masuknya masyarakat miskin penghuni Lapas/ Rutan, panti sosial dan masyarakat miskin akibat korban pasca bencana menjadi peserta Jamkesmas dengan ditandatanginya kesepakatan bersama antara Menkes RI dengan Mendagri, Mensos dan Menhuk dan HAM tanggal 17 Desember 2009. Target tercapai 100%.

(17)

Media Utama

2) Peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDGs, meliputi : a. Meningkatkan kesehatan masyarakat pedesaan

terutama pemantapan fungsi Posyandu, Bidan di Desa, dan KB-Kespro di bidang promotif dan preventif :

• Target pendataan ibu hamil di 60.000 desa, telah terdata 65,764 desa, dengan pendataan ibu hamil : 3.212.176 berarti telah terealisasi 100%. Serta penyediaan buku KIA bagi ibu hamil di Prov Jawa dan Bali dan 105 kab/kota. Target tercapai 100%. • Peningkatan advokasi tentang gizi untuk para

pengambil keputusan dan masyarakat luas. Telah dicetak sebanyak 4.000 buku kepada 33 Kadinkes Provinsi, 579 Kab/Kota. Target tercapai 100%. • Telah diberikan biaya operasional kepada 241.700

Posyandu di 467 Kabupaten / Kota. Target tercapai 100%.

• Telah dilakukan launching penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita model baru yang membedakan anak laki-laki dan perempuan, di Kantor Depdagri, tanggal 28 Desember 2009, disaksikan Mendagri Gamawan Fauzi dan Ketua Umum Tim Penggerak PKK serta dihadiri Ketua Tim Penggerak PKK seluruh Indonesia. Target tercapai 100%.

• Untuk penanganan gizi buruk, telah dilakukan pencarian secara aktif untuk menemukan kasus gizi buruk dengan melibatkan kader dan pemanfaatan media komunikasi, telah ditemukan 6.351 kasus gizi buruk di 21 provinsi. Target tercapai 100%.

• Pengembangan model registrasi kematian, pada tanggal 6 Januari 2010 telah dicanangkan pengembangannya di Kendal, Jawa Tengah mencakup 8 provinsi (Jateng, DKI Jakarta, Lampung, Kalbar, Gorontalo, Papua, Bali dan NTT). Saat ini telah disusun draft SKB antara Kemkes dan Kemdagri untuk kerjasama dalam pelaksanaan Sistem Registrasi Kematian di Indonesia yang akan diubah menjadi “Peraturan Bersama Menteri”. Target telah tercapai 100%. • Peningkatan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) hingga saat ini sebanyak 31.328 UKS (Sekolah Dasar dan MI) di 21 provinsi telah dibina oleh Puskesmas berupa penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), kesehatan gigi, PHBS, dan kegiatan bebas jentik nyamuk. Saat ini sudah mencapai 10.000 UKS. Target tercapai 100%.

b. Dalam rangka penetapan pembatasan Harga Obat Eceran Tertinggi (HET) Obat Generik Berlogo (OGB), telah ditetapkan Keputusan Menkes No. HK.03.1/Menkes/146/2010 tentang Penetapan Eceran Harga tertinggi 9 HET Obat generik berlogo (OGB) dan tetap memberlakukan SK Menkes No. 696/menkes/ per/IV/2007 tentang Penetapan Maksimum rasio HET Obat Branded Generik. Target tercapai 100%. c. Revitalisasi Permenkes tentang kewajiban

menuliskan resep dan menggunakan obat generik di sarana pelayanan kesehatan

(18)

Media Utama

3) Pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana antara lain a. Penanggulangan HIV dan AIDS:

• Saat ini telah didistribusikan ARV ke 180 rumah sakit dengan jumlah ODHA 16.096 orang. Pendistribusian diagnostik tes ke 24 provinsi. Telah terdistribusi tes pengamanan darah di 33 provinsi dengan 950.000 tes, 100.000 tes surveilens, 341.000 tes diagnostik.

• Pusat pengobatan Tuberculosis (TB) di Provinsi Papua. Telah dilaksanakan pelatihan TB bagi petugas HIV di UPK dengan layanan VCT untuk kota Jayapura, Biak Numfor, Mimika, Merauke, Nabire. Pembahasan draft SK Tim TB-HIV di RS Dok 2. Target tercapai 100%.

b. Penanggulangan TB :

• Tersedianya obat anti TB (OAT) di fasilitas kesehatan pemerintah. Target sudah terdistribusi 102.000 paket OAT di 33 provinsi dan 102.000

paket OAT FDC 1 telah diterima di seluruh kabupaten/kota. Target tercapai 100%. • Tersedianya Pusat Pelayanan TB Multi Drug

Resistant (TB-MDR) di RS Persahabatan dan RS Dr. Soetomo Surabaya. Terjaring 156 suspek TB MDR (104%). Sebanyak 49 pasien positif TB MDR diobati (159%). Sebanyak 30 pasien TB MDR telah mendapat pengobatan di Pusat Pelayanan TB MDR (100%). Target tercapai 100%.

c. Penanggulangan malaria: kegiatan

• pengobatan kepada 312.321pasien (104%) • sebanyak 506.649 kelambu sudah terdistribusi

(101%)

• screening bagi 155.700 (142%) ibu hamil di wilayah endemis untuk perlindungan terhadap malaria

• 500 Pos Malaria Desa telah terintegrasi dengan desa Siaga. Berdasarkan laporan check point H-75 target H-100 diubah dari 450.000 bumil menjadi 110.000 bumil.

d. Untuk peningkatan Universal Child Immunization (UCI) di 5 provinsi Jawa (Jatim, Jateng, Jabar, Banten, DKI Jakarta) rata-rata cakupan UCI di 2.080 desa yang melakukan akselerasi adalah 88,57%, dengan rincian: rata-rata cakupan BCG 88,3%; rata-rata cakupan DPT/HB3 89,7%; rata-rata cakupan Polio 4 88,4%; dan rata-rata cakupan Campak 87.9%. Target tercapai. e. Pengawasan obat dan makanan

Pengoperasian 22 laboratorium berjalan di 13 Provinsi, prosentase penurunan makanan jajanan

(19)

Media Utama

anak mengandung bahan berbahaya (BB) menurun hingga 72,08%. Hingga saat ini telah dilakukan sampling dan KIE di 154 Sekolah Dasar (SD) di Jakarta, Serang, Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Semarang dengan jumlah sampel makanan 683 sampel. Dilakukan koordinasi lintas sektor dengan kepala sekolah, Dinkes, dan Diknas oleh Badan POM. Target Tercapai.

f. Operasionalisasi Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Baru di Makkah Arab Saudi. Dari hasil evaluasi BPHI dapat beroperasi dengan baik memberi pelayanan kesehatan kepada jamaah haji. Secara umum pelayanan kesehatan haji tahun ini berjalan baik sebagai indikatornya menurunnya angka kematian jamaah haji. Target tercapai 100%.

h. Penanggulangan bencana :

• screening balita gizi buruk paska bencana. Pelaksanaan screening di 6 kab/kota di Provinsi Sumatera Barat (Agam, Padang, Pariaman, Padang Pariaman, Kerinci, dan Pesisir Selatan) Jawa Barat. Jumlah balita ter-screening 102.595 dengan hasil gizi buruk 784, gizi kurang 6.009; Telah teridentiikasi sarana medik di 30 RS, 123 puskesmas, 144 pustu dan 146 poskesdes dan 135 rumah dinas dokter dan para medis. Dana rehabilitasi telah diusulkan dari APBN-P, tidak mungkin dialokasikan pada tahun 2009. Telah dilakukan TOT peningkatan SDM di 100 RS yang telah dilaksanakan tanggal 27 januari 2010. Target tercapai 100%.

• Penguatan logistik di 9 pusat regional penanggulangan krisis (Medan, Makassar, Surabaya, Palembang, Denpasar, Manado, Banjarmasin, Jakarta, Semarang) 2 sub-regional Penanggulangan Bencana (Padang dan Jayapura). Target tercapai 100%.

4) Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) : a. Disusunnya Permenkes tentang praktik tenaga

kesehatan terpenuhinya tenaga kesehatan strategis (perawat, bidan, sanitarian, ahli gizi, analis kesehatan, asisten apoteker) di DTPK. Telah dilakukan: penyusunan perbaikan materi rancangan, pembahasan rancangan lintas program, pembahasan rancangan lintas sektor, perbaikan rancangan, semi inalisasi rancangan. Target tercapai 100 %.

(20)

Media Utama

(sesuai pakta integritas).

Beberapa produk yang telah dihasilkan sampai dengan H-100 meliputi Keluarnya Renstra Depkes 2009-2014 dan telah tersusunnya Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat 2009-2014.

Berkaitan dengan peningkatan akses pelayanan air minum dan peningkatan perilaku higienis pada masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang telah dilakukan dengan berkoordinasi dengan Kementerian PU sehingga dapat terlaksana: 1). Dibangunnya sarana air minum di 1.382 lokasi; 2). Dibangunnya sarana sanitasi

masyarakat/komunal di 61 lokasi; 3). Dilakukan pemicuan perubahan perilaku Stop BAB sembarangan di 1.382 lokasi; dan 4). Kampanye cuci tangan pakai sabun (CTPS) di 1.382 lokasi.

Hasil capaian ini tentu tidak membuat Kementerian Kesehatan terlena atas keberhasilannya, tapi harus menjadi modal untuk melanjutkan pembangunan kesehatan 4 tahun ke depan. Masih banyak hal yang harus diselesaikan, seperti yang sudah dicanangkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014. lPra

S

etiap episode

pembangunan, harus ada evaluasi. Hasil evaluasi menghasilkan rekomendasi untuk tindak lanjut. Periode 2004-2009 telah menghasilkan banyak kemajuan dalam pembangunan kesehatan. Keberhasilan itu harus berlanjut pada periode berikutnya. Setelah melakukan kajian yang mendalam, maka untuk periade 2010-2014 Kementerian Kesehatan telah merumuskan visi, misi dan strategi pembangunan kesehatan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan antisipasi perkembangan zaman kedepan.

Visi

Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan

Misi

1. Meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani

2. Melingdungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan 3. Menjamin ketersediaan dan

pemerataan sumberdaya kesehatan

4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik

Strategi

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif 3. Meningkatkan pembiayaan

pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional

4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM Kesehatan yang merata dan bermutu

5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan

6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan

desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab

Sasaran

Sesuai dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, 4 tahun kedepan ada sejumlah indikator pembangunan kesehatan yang hendak dicapai pada tahun 2014 yaitu meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun (2008) menjadi 72,0 tahun.

Visi, Misi, Strategi dan Sasaran

(21)

Media Utama

Menurunya angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup dari 228 ( 2008) menjadi 118. Menurunya angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup dari 34 ( 2008) menjadi 24 dan menurunya prevalensi kekurangan gizi ( gizi buruk dan gizi kurang) pada anak balita dari 18,4% menjadi lebih kecil dari 15%.

5 nilai

1. Pro rakyat 2. Inklusif

3. Responsif (Tanggap sesuai ma-salah dan kewilayahan) 4. Efektif

5. Bersih

Reformasi Kesehatan

1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

2. Penanggulangan Daerah Ber-masalah Kesehatan (PDBK) 3. Jamkesmas

4. Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal Perbatasan dan Ke-pulauan (DTPK)

5. Ketersediaan Obat 6. Reformasi Birokrasi 7. World Class Hospital

Prioritas Pembangunan

Prioritas pembangunan

kesehatan yaitu peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang akan dilakukan melalui : • Peningkatan kesehatan ibu, bayi

dan balita

• Perbaikan status gizi masyarakat • Pengendalian penyakit menular

serta tidak menular diikuti penyehatan lingkungan • Pemenuhan, pengembangan

dan pemberdayaan SDM kesehatan

• Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan • Pengembangan sistem Jaminan

Kesehatan Masyarakat

• Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan

• Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.lSmd

Menkes bersama delegasi negara lain pada sidang WHO

Endang R. Sedyaningsih

Pimpin Delegasi RI Pada Sidang ke-126

Badan Eksekutif WHO

M

enkes dr.

Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, memimpin Delegasi Republik Indonesia pada Sidang ke-126 Badan Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (Executive Board WHO) di Jenewa Swiss tanggal 18-23 Januari 2010.

(22)

Media Utama

drg. Murti Utami-Kepala Biro Umum. Delegasi Indonesia juga didukung penuh Perwakilan Tetap RI (PTRI) dipimpin Dr. Dian Triansyah Djani- Watapri, Dr. Desra Percaya, Acep Somantri, dan A Habib.

Kehadiran Menkes Endang R. Sedyaningsih dan anggota Delegasi RI dalam sidang Executive Board (EB) ke-126 sangat penting untuk memperjuangkan resolusi WHA 60.28 (Pandemic Inluenza Preparedness: Sharing of Inluenza Viruses and Access to Vaccines and Other Beneits) agar tetap berjalan sesuai dengan kesepakatan semula.

Selain itu, Menteri Kesehatan Indonesia telah terpilih untuk menjadi salah satu Wakil Ketua. Posisi ini merupakan posisi terhormat yang diberikan kepada Indonesia untuk pertama kalinya selama menjadi anggota EB periode 2007-2010.

Dengan dukungan penuh Wakil Tetap RI (Watapri) Jenewa, Delegasi Indonesia menyusun berbagai masukan dan tanggapan terhadap resolusi dan usulan pada pertemuan EB ke-26.

Dalam Sidang ke-126 EB-WHO ini, selain terus memperjuangkan kelanjutan pembentukan Framework Virus Sharing dan Beneits Sharing, Indonesia juga berinisiatif untuk

mengajukan rancangan resolusi mengenai “the Improvement of Health through Safe and Environmentally Sound Waste Managemen and Viral Hepatitist”. Pengajuan rancangan resolusi merupakan upaya Indonesia untuk menindaklanjuti keputusan “Bali Declaration on Waste Management for Human Health and Livelihood” yang disepakati pada Sidang ke-9 COP to the Basel Convention di Bali, bulan Juni 2008.

Indonesia juga telah menyiapkan beberapa tanggapan resolusi antara lain mengenai Birth defect, Availability, Safety, & Quality Blood Product, Monitoring the achievement of MDGs, food safety dan lain-lain, yang mempunyai dampak besar pada kesehatan di Indonesia.

Executive Board merupakan badan eksekutif WHO yang

beranggotakan 34 negara anggota, dipilih oleh World Health Assembly (WHA), dengan masa tugas 3 tahun. Menkes RI telah berhasil terpilih sebagai salah satu Wakil Ketua bersama dengan Korea Selatan , Oman dan Paraguay .

Sidang EB-WHO yang dipimpin Uganda dimandatkan untuk menyusun keputusan dan kebijakan yang akan dibahas dan ditetapkan

oleh World Health Assembly (WHA), serta memberikan arahan kepada Dirjen WHO dalam melaksanakan keputusan-keputusan WHA.

EB melakukan sidang secara regular, minimal dua kali setiap tahun, pada bulan Januari dan Mei di Jenewa, Swiss. Sebagai anggota EB, Indonesia, mempunyai hak suara untuk diterima usulannya didalam mengusulkan resolusi baru maupun dalam memberikan tanggapan terhadap resolusi yang diajukan oleh anggota EB lainnya.

Indonesia terpilih menjadi anggota EB sejak bulan Mei 2007 dan akan berakhir pada bulan Mei 2010 pada sidang WHA ke-63. Hal ini berarti, Indonesia masih memiliki kesempatan satu kali lagi untuk berkontribusi penuh didalam sidang EB.

Selama menjadi anggota EB, Indonesia telah banyak memberikan kontribusinya untuk memperjuangkan kemaslahatan negara anggota WHO terutama yang berasal dari negara miskin dan berkembang. Salah satu kontribusi Indonesia yang cukup penting adalah disetujuinya resolusi WHA 60.28 yaitu mengenai Pandemic Inluenza Preparedness: Sharing of Inluenza Viruses and Access to Vaccines and Other Beneits. Sejak

(23)

Media Utama

saat itu, eksistensi Indonesia di mata dunia diperhitungkan

Disamping pertemuan, Delegasi Indonesia juga melakukan beberapa pertemuan bilateral dengan Menteri Kesehatan negara anggota lainnya yang dianggap dapat memperkuat posisi Indonesia dalam forum EB, antara lain Menkes India, Menkes Bangladesh, Brunei Darussalam dan beberapa organisasi dunia lainnya seperti Director Excutive Global Funds dan lain-lain.

WHO COLLABORATIVE CENTRE DI INDONESIA

Direktur Jenderal WHO, Dr. Margaret Chan, dalam

pertemuannya dengan Menkes RI, Endang Rahayu Sedyaningsih di sela-sela Sidang Executive Board ke-126 WHO di Jenewa,Swiss, tanggal 18 Januari 2010, mengatakan bahwa WHO mendukung pendirikan WHO Collaborating Center Inluenza di Indonesia.

“Saya mendukung inisiatif RI untuk mendirikan WHO Collaborating Centre Inluenza di Indonesia, dan akan memberikan bantuan untuk mewujudkan inisiatif tersebut”, ujar Margaret Chan.

Dukungan Dirjen WHO tersebut memiliki arti penting dalam upaya Indonesia agar negara-negara berkembang juga memiliki kapasitas yang memadai untuk mendiagnosa dan melakukan risk assesment (penilaian risiko) terhadap penyakit berpotensi pandemi seperti H5N1 dan H1N1.

Dirjen WHO juga mendukung pembentukan WHO Collaborating Centre untuk Disaster Management di Indonesia. Saat ini telah dibentuk 9 Pusat Disaster Management (Regional Pusat Penanggulangan Krisis), yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan

Sulawesi Utara, dan 2 Sub Regional di Sumatera Barat dan Papua. Dirjen WHO memuji kapasitas Indonesia dalam manajemen bencana sehingga dapat menjadi pusat pelatihan bagi negara-negara lain.

Pertemuan bilateral antara Menkes RI dengan Dirjen WHO tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan di hari pertama Sidang ke-126 Executive Board WHO.

PERTUKARAN VIRUS DAN AKSES VAKSIN INFLUENZA DILANJUTKAN

Sidang tanggal 20 January 2010, membahas mengenai Pandemic Inluenza Preparedness: Sharing of Inluenza Viruses and Access to Vaccines and Other Beneits yang pada awalnya mengalami kebekuan atas kelanjutan mekanisme negosiasi virus sharing, berhasil diatasi oleh Delegasi Republik Indonesia melalui beberapai kali pertemuan konsultasi antar negara yang dihadiri 41 negara, baik Negara anggota maupun Negara bukan anggota EB, sehingga akhirnya disepakati oleh seluruh anggota negara EB untuk diadakan pertemuan Open-Ended Working Group pada tanggal 10-12 Mei 2010 di Jenewa.

Pada pertemuan tersebut akan

melanjutkan pembahasan isu-isu yang masih belum disepakati termasuk isi dari Standard Material Transfer Agreement (SMTA). Hasil pertemuan selanjutnya akan dilaporkan pada sidang WHA ke 63 pada tanggal 17- 22 Mei 2010.

Selain itu, rancangan resolusi Indonesia tentang Improvement of Health through Safe and Environmentally Sound Waste Management (sebagai kelanjutan dari Bali Declaration) telah dibahas secara informal dan terdapat indikasi positif untuk memperoleh dukungan seluruh negara anggota Executive Board WHO, baik Negara berkembang maupun Negara maju.

BAHAS BERBAGAI MASALAH GLOBAL

Sidang Executive Board (EB) WHO ke-126, membahas berbagai masalah kesehatan global antara lain hepatitis, polio, tuberculosis, campak, kusta, pencapaian MDGs di bidang kesehatan, kaitan antara limbah dengan kesehatan, termasuk kesiapan dan kewaspadaan

menghadapi pandemi inluenza, ujar Menkes.

(24)

Media Utama

telah dibahas draft resolusi/ keputusan yang akan disahkan lebih lanjut di Sidang WHA ke-63 bulan Mei 2010, seperti: hepatitis, kusta, MDGs. Khusus untuk masalah kesiapan dan kewaspadaan menghadapi pandemi inluenza (virus sharing dan beneits sharing) hanya disepakati mekanisme/ prosedur untuk melanjutkan perundingan tentang virus sharing dan beneits sharing dan tidak menyinggung sama sekali masalah substansi.

Dalam kaitan ini disepakati bahwa masalah virus pandemi inluenza baru akan dibahas pada pertemuan Kelompok Kerja negara-negara anggota WHO pada tanggal 10 – 12 Mei 2010 di Jenewa sebagai pertemuan persiapan Sidang WHA ke-63.

Dengan demikian adalah tidak benar bahwa pada sidang EB WHO kali ini dibahas dan disepakati masalah pengiriman virus dalam rangka persiapan dan kewaspadaan menghadapi pandemi. Indonesia tetap konsisten memperjuangkan kepentingan nasional dan negara berkembang lain untuk menciptakan mekanisme virus sharing dan beneits sharing yang adil, transparan dan setara.

INDONESIA DIPUJI PBB

Upaya Indonesia mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) di bidang kesehatan mendapat tanggapan positif dari Badan Kesehatan PBB, WHO.

“Apresiasi terhadap upaya keras Indonesia itu mencuat saat Dirjen WHO, Margaret Chan dan negara sahabat menanggapi pidato Menkes RI dalam Sidang Executive Board WHO di Jenewa,” ujar Sekretaris Pertama PTRI Jenewa, Achsanul Habib.

Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih dalam pidatonya menggarisbawahi sejumlah

kemajuan yang dicapai Indonesia untuk memenuhi target MDGs pada tahun 2015. Beberapa tanggapan dari negara sahabat mengakui sejumlah capaian Indonesia dalam mengatasi sejumlah penyakit seperti tingkat kematian ibu melahirkan berkurang 58 persen periode 1990-2007, sementara tingkat kematian bayi berkurang sekitar 50 persen pada periode yang sama merupakan contoh nyata dari kemajuan di bidang kesehatan.

Kemajuan yang signiikan juga nampak dalam upaya Pemerintah RI mengurangi jumlah penderita Tubercolosis dan Malaria, serta HIV/AIDS, yang telah menunjukkan persentase perbaikan yang signiikan dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Namun demikian, sebagaimana diakui negara peserta sidang lainnya, delegasi Indonesia juga mengingatkan adanya sejumlah kendala yang masih dialami oleh negara-negara berkembang dalam upaya pencapaian target tersebut.

Beberapa kendala tersebut terkait erat dengan tingkat pembangunan sosial dan ekonomi di masing-masing negara, khususnya yang disebabkan oleh kurangnya dukungan sumber daya, krisis kemanusiaan maupun inansial, serta terjadinya konlik dan ketidakstabilan politik. Sidang akhirnya menyepakati usulan Indonesia untuk terus memperkuat komitmen politik, serta kerjasama dan kemitraan antar negara dalam upaya saling mendukung untuk memperkuat kapasitas domestik di bidang ini.

PBB APRESIASI INDONESIA BANTU KORBAN BENCANA HAITI

Direktur Badan Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UN-OCHA) Catherine Bragg dalam Sidang UN-OCHA di Jenewa, Swiss, menyampaikan penghargaan terhadap Indonesia yang bersama masyarakat internasional

menunjukkan komitmennya membantu korban gempa di Haiti. Sidang UN-OCHA itu secara khusus membahas kerja sama bantuan kemanusiaan untuk Haiti.

“Saya sampaikan apresiasi dan penghargaan terhadap Indonesia, bersama masyarakat internasional menunjukkan komitmen tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan melalui bantuannya kepada Haiti,” ujar Catherine Bragg.

Duta Besar/ Wakil Tetap RI untuk PBB di Jenewa Dian Triansyah Djani, dihadapan hampir seluruh delegasi negara anggota PBB yang hadir dalam sidang itu menegaskan komitmen Indonesia membantu Haiti.

Dikatakannya, sebagai negara yang memiliki pengalaman yang cukup luas dalam penanganan bencana khususnya yang terjadi di Indonesia, Pemerintah RI siap untuk membantu dan berbagi pengalamannya untuk mengatasi bencana yang tengah terjadi di negeri tersebut.

Dalam sidang yang berbeda, Menkes RI Endang Rahayu

Sedyaningsih dalam sesi khusus yang membahas situasi di Haiti di sela-sela Sidang Executive Board ke-126 WHO di Jenewa, juga menggarisbawahi bahwa Pemerintah RI telah menjadi bagian dari upaya internasional untuk menangani situasi pascagempa di Haiti sebagai wujud solidaritas Indonesia.

Pernyataan Menkes tersebut disambut positif Dirjen WHO Margaret Chan, seraya menyampaikan pengakuan bahwa Indonesia memiliki kapasitas yang baik dalam penanganan bencana.

(25)

Stop Press

M

enkes dr. Endang

Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH

meresmikan dua peristiwa bersejarah yaitu program Saintiikasi Jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan dan Pengembangan Model Registrasi Kematian di 8 provinsi yakni Jawa Tengah, DKI Jakarta, Lampung, Kalimantan Barat, Gorontalo, Papua, Bali dan Nusa Tenggara Timur di Kendal, Jawa Tengah (6/1/2010).

Saintiikasi Jamu adalah upaya dan proses pembuktian ilmiah

jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah untuk memberikan landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu secara empiris melalui

penelitian berbasis pelayanan kesehatan karena para dokter dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah amat kuat keinginannya bersama ilmuwan/ akademisi mengangkat jamu sebagai icon Sehat, Bersama Rakyat. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif dan

paliatif melalui penggunaan jamu. Juga untuk meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan penggunaan jamu. Selain itu untuk meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.

Ruang lingkup saintiikasi jamu meliputi upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif.

Sedangkan Registrasi Kematian merupakan program 100 hari Kementerian Kesehatan bekerjasama

Saintiikasi Jamu Berbasis Pelayanan

Kesehatan dan Pengembangan Model

Registrasi Kematian

Menkes menyerahkan

panduan sertiikasi

(26)

Stop Press

dengan Kementerian Dalam Negeri untuk memantapkan akurasi pengukuran angka kematian ibu, angka kematian bayi serta umur harapan hidup yang merupakan indikator program-program Millenium Development Goals (MDG’s) yang disertai dengan veriikasi sebab kematiannya. Menkes dalam sambutannya mengatakan, Provinsi Jawa Tengah telah menunjukkan komitmen kuat untuk menjadi pionir bagi program saintiikasi jamu. Suatu program baru Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemkes dengan

melibatkan Dinas Kesehatan Jateng, IDI beserta jajaran organisasi wilayah dan kajian keseminatannya (Badan Kajian Kedokteran Tradisional dan Komplementer yang terbentuk pada Muktamar IDI XXVII 2009 Palembang), kalangan universitas khususnya Universitas Diponegoro serta pihak pengusaha, yakni GP Jamu.

Menurut Menkes, Jawa Tengah, adalah tempatnya banyak pabrik jamu besar dan gudangnya sekaligus simbol dari eksisnya penjual jamu tradisional yang ribuan jumlahnya. Hal ini harus diapresiasi, dilindungi dan ditingkatkan mutu jamunya.

“Jawa Tengah, juga lokasi satu-satunya Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Kemkes di Tawangmangu yang mengkoleksi ribuan tanaman obat tradisional yang berpontensi untuk dikembangkan menjadi devisa Negara. Jawa Tengah juga dikenal sebagai sumber budaya nasional yang merupakan puncak kearifan lokal (local genius) bangsa hingga saat ini, ujar Menkes.

Namun disayangkan di Jawa Tengah pula merupakan lokasi dimana jamu diproduksi secara gelap dengan mencampurkan bahan aktif obat yang dapat merugikan kesehatan rakyat.

“Kedatangan saya ke Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah ini sebagai wujud keinginan kuat

pemerintah untuk bersama-sama bergandeng tangan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal dan Provinsi Jawa Tengah, akademisi/profesi, peneliti dan pengusaha yang tergabung dalam GP Jamu serta seluruh rakyat Jawa Tengah untuk memajukan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya”, ujar Menkes.

Hal ini sekaligus untuk bersinergi menuju terwujudnya masyarakat mandiri untuk hidup sehat secara berkeadilan yang merupakan visi Kemkes. Tradisi kerjasama dan sinergi dengan pelbagai pemangku kepentingan ini sesuai dengan tagline/moto Kabinet Indonesia Bersatu II, yakni : Pro-rakyat, Inklusif, Responsif (tanggap sesuai wilayah dan masalah) Efektif dan Bersih.

“Dengan dua bidang kepeloporan yakni saintiikasi jamu dalam

penelitian berbasis pelayanan kesehatan dan model registrasi kematian, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terbukti berhasil membuat kebijakan pro-rakyat yang responsif, yakni dalam merajut secara inklusif semua potensi bidang kesehatan terkait “, kata Menkes.

Registrasi Kematian

Berkaitan dengan Model Registrasi Kematian, Menkes menyatakan, Badan Litbangkes Kemkes melalui para penelitinya telah berhasil membuat model Registrasi Kematian yakni simulasi pengembangan model statistik vital yang dilengkapi dengan pencatatan penyebab kematian di fasilitas pelayanan kesehatan.

”Propinsi Jawa Tengah menjadi salah satu pionir program tersebut dengan keberhasilan uji coba di Kabupaten Pekalongan dan Kota Solo. Uji coba ini bersama 7 provinsi lainnya, yang dalam waktu dekat akan diterapkan di seluruh Indonesia”, kata Menkes. Selama ini, kata Menkes, cara mendapatkan angka kematian adalah dengan melakukan survey

langsung, yang menurut pengalaman sekitar 40% under reporting atau tidak dilaporkan dibandingkan dengan data sebenarnya. Untuk mendapatkan angka kematian yang akurat dan penyebab kematian yang tepat, diputuskan untuk beralih dari survei langsung ke model statistik vital lengkap dengan pencatatan penyebab kematian, baik kematian ibu, kematian bayi, maupun kematian umum lainnya.

Pengalaman di Kabupaten Pekalongan dan Kota Solo menunjukkan kegiatan ini dapat dilakukan dan bisa di-”ekstrapolasi”-kan menjadi “life table” lengkap dengan penyebab kematian untuk semua kelompok umur bahkan sampai menghitung umur harapan hidup masyarakat setempat. Analisis penyebab kematian untuk tiap golongan umur dapat dimanfaatkan untuk penajaman program intervensi di kabupaten/kota setempat,

sehingga diyakini efektiitas dan eisiensi program kesehatan bisa semakin baik, kata Menkes.

Menkes mengharapkan dukungan Kementerian Dalam Negeri

dengan program Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yang dijalankan sehari-hari oleh Pemerintah Daerah provinsi maupun kabupaten/kota, bersama profesi terkait, termasuk para peneliti kesehatan.

(27)

Stop Press

Posyandu Memberikan

Kontribusi Besar dalam Pencapaian

Cakupan Imunisasi

K

eberadaan Posyandu

sangat mendukung dan mempunyai kontribusi yang besar dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam upaya preventif dan promotif, keberadaan Posyandu juga memberikan kontribusi yang besar dalam pencapaian cakupan imunisasi.

Hasil Riskesdas 20007 menunjukkan bahwa Posyandu merupakan sarana yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan imunisasi. Keberhasilan

pelaksanaan imunisasi diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) Desa/Kelurahan, yang sampai saat ini baru mencapai 68,2% dan target untuk tahun 2014 adalah 100% Desa/Kelurahan. Upaya untuk pencapaiannya adalah melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional-UCI (GAIN-UCI) yang salah satunya adalah melalui Posyandu.

Hal itu disampaikan Menkes RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH. Dr.PH saat melakukan kunjungan kerja ke Posyandu Matahari I Rw 08 Kelurahan Cilincing, Jakarta Utara, Jum’at, 8 Januari 2010. Turut serta dalam kunjungan kerja Menteri

Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ny. Linda Agum Gumelar, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Ketua Tim Penggerak PKK DKI Jakarta Ny. Tatiek Fauzi Bowo.

Pada kesempatan tersebut, Menkes menyerahkan bantuan 1 ton makanan pendamping ASI (MP ASI) untuk Kota Jakarta Utara secara simbolis diberikan kepada 2 anak bawah dua tahun penderita gizi kurang, 10 unit pengolahan air minum rumah tangga untuk 4 Posyandu dan 6 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Sekolah Dasar, Hygiene kit / PHBS (berupa sabun,

(28)

Stop Press

odol, sikat gigi) sebanyak 200 paket untuk mendukung kegiatan UKS, 3 set peralatan pendidikan Hygienis sanitasi sekolah serta satu set Posyandu kit (berupa inkubator, stetoskop, dan timbangan berat badan).

Menkes mengatakan Posyandu sebagai fokus pemberdayaan di masyarakat telah berkembang dengan pesat, baik dari segi kegiatan maupun sasarannya. Kegiatan posyandu awalnya fokus pada ibu hamil sampai anak usia 5 tahun untuk kepentingan generasi yang akan datang. Seiring meningkatnya usia harapan hidup (UHH) masyarakat Indonesia, maka perlu diperhatikan pula kesehatan generasi tua dengan harapan para lanjut usia dapat hidup sehat dan produktif.

Menurut Menkes, kegiatan preventif dan promotif tersebut melibatkan sasaran sekolah-sekolah melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat baik bagi anak didik, guru maupun lingkungan sekolah. Jadi tidak hanya pelatihan dokter kecil, tetapi juga menjaga lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, perilaku hidup bersih dan sehat siswa, guru maupun pengurus sekolah.

Pada kesempatan tersebut,

Menkes juga menjelaskan masalah kasus Demam Berdarah yang perlu diwaspadai, mengingat saat ini sudah memasuki musim hujan. Berdasarkan data Riskesdas 2007, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan hampir ke seluruh Provinsi di Indonesia bahkan ditemukan di daerah yang sebelumnya tidak ditemukan kasus dan bukan daerah endemis DBD.

Saat ini masyarakat sudah mulai sadar dan waspada tentang bahaya DBD, serta sadar pentingnya melakukan kegiatan pencegahan. Beberapa tahun terakhir, masyarakat bergerak aktif untuk melakukan pencegahan yang dilaksanakan

secara rutin melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), ujar Menkes.

Hari ini bertepatan dengan Hari Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), DKI Jakarta dan beberapa daerah, PSN dilakukan secara serentak oleh seluruh masyarakat dan Juru Pemantau Jentik melalui Gerakan Jum’at Bersih.

Di akhir sambutannya, Menkes menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Gubernur DKI Jakarta, Tim Penggerak PKK baik Provinsi maupun Kota sampai ke tingkat Kecamatan dan Kelurahan/ Desa, khususnya kepada para kader Posyandu, Tim Pembina UKS serta semua pihak yang telah mendukung dan berperan aktif dalam

pembangunan kesehatan, sehingga upaya promotif dan preventif untuk menciptakan agar balita dan generasi penerus Indonesia menjadi tumbuh sehat dan cerdas serta masyarakat mandiri dapat terwujud.

Menkes berharap semoga Posyandu, UKS maupun gerakan PSN dapat terus menjadi pencerminan pemberdayaan masyarakat untuk mampu mandiri hidup sehat, kepedulian terhadap sesama, ketegaran perempuan dalam berjuang untuk hidup sehat dan menjadi salah satu wahana menyehatkan bangsa.nSmd

Menkes saat kunjungan kerja di Cilincing

(29)

Stop Press

Butuh Tindakan Preventif

Atasi Perdagangan Orang

di Indramayu

P

erdagangan orang di wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, saat ini sudah memprihatinkan. Karena itu, upaya promotif dan preventif sangat dibutuhkan untuk mencegah perdagangan orang di Indramayu. ‘’Perdagangan orang di Indramayu sudah memprihatinkan, baik yang dilakukan perorangan, sekelompok orang, maupun korporasi,’’ kata Bupati Indramayu Irianto Syaifuddin di sela-sela kunjungan Menkokesra Agung Laksono di Indramayu, kemarin.

Oleh karena itu, kata Irianto, Pemerintah Kabupaten Indramayu melakukan berbagai upaya untuk mengurangi kegiatan perdagangan orang salah satunya dengan menerbitkan peraturan daerah (perda) nomor 14 tahun 2005 tentang pencegahan dan

pelarangan perdagangan orang untuk eksploitasi seksual komersial anak. ‘’Perda tersebut sebagai landasan hukum pencegahan, pelarangan dan rehabilitasi integrasi korban perdagangan orang,” kata Irianto.

Sebagai tindak lanjut adanya perda tersebut, ujar Irianto,

pemerintah daerah telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya pembentukan satgas perdagangan orang, pemulangan korban

perdagangan orang, rehabilitasi, pembentukan gugus tugas dan rencana daerah serta melakukan penegakan hukum.

Untuk mendukung kegiatan tersebut, ujar Irianto, khususnya untuk merehabilitasi korban perdagangan orang pihaknya juga telah mendirikan trauma center yang bersumber dari APBD tahun 2009 sebesar Rp 300 juta.

Sementara itu, Menkokesra memberikan apresiasi besar terhadap upaya yang dilakukan oleh Pemda

Gambar

tablet kunyah HNA+PPN sebesar Rp

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Seksi Bahasa dan Sanstra Bidang Nilai Budaya Dinas Kebudayaan DIY disepakakti bahwa peserta (1) tidak diperkenankan membawa geguritan dari rumah atau sekolah,

Berdasarkan hasil analisis molekuler terhadap sekuen nukleotida dan asam amino pada fragmen gen NS1 virus H5N1 yang berasal dari isolat A/Muscovyduck/Bantul/2005dan A /

[r]

Kesesuaian nama mata uji dan progran studi/peminatan yang tertera pada kanan atas naskah soal dengan Lembar Jawaban Ujian Sekolah Berstandar Nasional (LJUSBN)..

tempat hiburan, fasilitas ini juga mampu menjadi dampak untuk lingkungan sekitarnya. Tidak hanya baik ke dalam, tetapi juga keluar. Konsep perancangan juga harus

Desain didaktis pada konsep dasar vektor secara singkat dapat ditunjukkan dengan urutan, penyampaian konsep besaran skalar dan vektor, kemudian penyampaian notasi

Namun akibat yang ditimbulkan dari penambahan codeword adalah perubahan warna yang terjadi pada citra yang telah dikodekan Hasil simulasi dari pengkodean Reed Solomon (255,239)

Identifikasi terhadap ketersediaan ruang terbuka hijau perlu di lakukan berdasarkan fungsi ekologis dilihat dari kesesuaian karakteristik vegetasi serta identifikasi kebutuhan