• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Kedelai (Studi Kasus : Kelurahan Asam Kumbang, Medan Selayang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Kedelai (Studi Kasus : Kelurahan Asam Kumbang, Medan Selayang)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Pabrik Tahu

No Nama Alamat Lama Usaha Produksi

1 Darmani Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

(2)

Lampiran 2. Biaya Bahan Baku Dalam satu kali Produksi

No Uraian Kebutuhan

(3)

Lampiran 3. Biaya Peralatan dan Penyusutan dalam Pengolahan Per Produksi

No Uraian Peralatan Jumlah (Unit) Harga Awal (Rp) Harga Akhir (Rp)

Umur Ekonomis (Hari)

Biaya Penyusutan* (Rp/Proses Produksi)

1 Pisau Biasa 1 10.000 1.000 336 27

2 Pisau Keter 1 2.000 0 336 2000

3 Jerigen Tempat

Tahu 50 12.000 2.000 336 29,8

4 Cetakan Tahu 20 150.000 30.000 672 178,6

5 Diesel 1 4.000.000 1500.000 3360 744

6 Mesin Penggiling

Kedelai 1 600.000 120.000 3360 142,8

7 Batu Penggiling 1 400.000 100.000 336 892,8

Total 5.174.000 Total 4.015

(4)

Lampiran 4. Kebutuhan Tenaga Kerja

No Uraian Pekerjaan Jumlah tenaga kerja (orang)

Upah tenaga kerja Rp/hari

Upah tenaga kerja (Rp/HKO)*

Waktu yang dibutuhkan (jam)

Hari Kerja Orang (HKO)*

1 Penyiapan Bahan 1 10.000 700 0.5 0.063

2 Pencampuran Bahan 2 40.000 98.800 7.5 1.87

Total 1.93

Keterangan :

*Upah tenaga kerja/HKO = Upah tenaga kerja/hari x HKO *HKO = Jlh TK x Jlh jam

(5)

Lampiran 5. Produksi Pengolahan di Daerah Penelitian

No Uraian Kebutuhan

(6)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1991. Budidaya Tanaman Mangga. Yogyakarta : Kanisius Adisarwanto, T; 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Aminah, Nur.M.L.2013. Analisis Nilai Tambah Dalam Pengolahan Susu Kedelai Pada Skala Industri Rumah Tangga Di Kota Medan. Skripsi: Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. USU. Medan.

Bilson Simamora. 2003. Panduan Riset Perilaku Konsumen, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Cahyadi, W., 2007.Kedelai, Alternatif Pemasok Protein. http://www.conectique.com (17 Januari 2010).

Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta: UI Press.

Hayami, Y., T, Kawagoe, Y. Morooka dan M. Siregar, 1987, Agricultural Marketing and Processing in Upland Java A Perspective from A Sunda Village, CGPRT Center, Bogor. Dalam Laporan Nilai Tambah Produk Pertanian. Tim Kajian Nilai Tambah - Pusat Kebijakan Ekonomi Makro.

Iwantono, Sutrisno. 2002. Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Grasindo.

Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Lipsey, G. R., Peter, O. S. dan Douglas, D. P. 1990. Pengantar Mikroekonomi 1 Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Mangunwidjaja, D dan Sailah, I. 2002. Pengantar Teknologi Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya.

Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta.

Nawawi, Hadari. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nicholson, W. 1992. Mikroekonomi Intermediate Dan Penerapannya.Jakarta:Erlangga.

Rachbini, D.J, dkk. 2011. Strategi Percepatan dan Perluasan Agroindustri. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia.

(7)

Rahardja, P dan Manurung, M. 2006. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.

Reksoprayitno, S. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro Edisi Melenium. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta..

Sadjad, Sjamsoe’oed. 2001. Agribisnis yang Membumi, Kisah Sukses Bob Sadino. Jakarta: Grasindo.

Santoso, H. B. , 1993. Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai Bahan Makanan Bergizi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sarwono, B. dan Y.P. Saragih, 2001. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soekartawi, 1999.Agribisnis Teoridan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: PT Taja Grafindo Persada. Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. PT Taja Grafindo Persada. Jakarta. Simamora. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Taja Grafindo

Persada.

Sudarmono, A.S. dan Y.B. Sugeng. 2003. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta

Sudiyono, Armand. 2004. Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press. Sukirno, Sadono. 1994. Ekonomi Mikro. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suratiyah, K. 2002. Ilmu Usahatani. Bogor: Penebar Swadaya.

Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wirahadi, A. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan dan Nilai Tambah Hasil Olahan Ubi Kayu. Skripsi: Program Studi Agribisnis. Fakultas

(8)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling, yaitu di Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, daerah ini bukan merupakan daerah yang memiliki luas lahan kacang kedelai yang besar tetapi daerah ini sudah memiliki unit usaha untuk pengolahan tahu di kota medan. 3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode sensus yaitu dengan melakukan penelusuran terhadap pengolah tahu yang ada di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Kota Medan dengan keterbatasan data yang ada .

Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber. Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki (Nawawi, 2003).

Yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu pengolah tahu di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang.

3.3 Metode Pengambilan Data

(9)

dengan membuat daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Badan pusat statistik (BPS) kota Medan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Medan.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 digunakan metode deskriptif, yaitu dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara.

Untuk hipotesis yang kedua yaitu untuk melihat berapa besar nilai tambah dari proses pengolahan kacang kedelai sampai menjadi tahu maka digunakan rumus perhitungan nilai tambah dari metode sederhana, yaitu :

NT = NP – (NBB + NBP) Keterangan :

NT = Nilai Tambah (Rp/Kg) NP = Nilai Produk Olahan (Rp/Kg) NBB = Nilai bahan Baku (Rp/Kg) NBP = Nilai Bahan Penunjang (Rp/Kg) (Suryana, 1990).

Kriteria ujinya yaitu :

Jika Rasio nilai tambah > 50 % maka nilai tambah tergolong tinggi Jika Rasio nilai tambah ≤ 50 % maka nilai tambah tergolong rendah

(10)

3.5Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini.

3.5.1 Definisi

1. Nilai tambah (value added) adalah selisih antara nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain dengan satuan Rp/Kg.

2. Tenaga kerja adalah banyaknya jam kerja orang (JKO) yang digunakan tenaga kerja dalam proses produksi.

3. Output adalah jumlah tahu yang dihasilkan (kotak).

4. Input adalah jumlah bahan baku kacang kadelai yang di pakai dalam satu kali produksi.

5. Faktor Konversi adalah banyaknya tahu yang dihasilkan dari setiap satu kali produksi

6. Koefisien tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu Kg kacang kedelai.

7. Harga output adalah harga jual tahu.

8. Upah tenaga kerja adalah upah rata-rata yang diterima tenaga kerja langsung untuk mengolah produk (Rp/JKO).

9. Harga bahan baku adalah harga bahan baku kacang kedelai (Rp/Kg). 10.Sumbangan input lain adalah semua biaya selain bahan baku kacang

kedelai dan tenaga kerja yang digunakan selama proses produksi (Rp). 11.Nilai ouput adalah nilai tahu yang dihasilkan (kotak).

(11)

13.Pendapatan tenaga kerja adalah upah yang diterima tenaga kerja langsung untuk mengolah satu kali produksi kacang kedelai menjadi tahu (Rp/Liter).

14.Pangsa tenaga kerja adalah persentase pendapatan tenaga kerja dari nilai tambah.

15.Keuntungan adalah nilai tambah dikurangi pendapatan tenaga kerja (Rp). 16.Tingkat keuntungan adalah persentase keuntungan terhadap nilai tambah

(%).

17.Marjin adalah selisih nilai output dengan bahan baku kacang kedelai (Rp/Kg).

18.Pendapatan tenaga kerja (dari marjin) adalah persentase sumbangan input lain terhadap marjin.

19.Keuntungan pengusaha (dari marjin) adalah persentase keuntungan petani terhadap marjin (%).

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang.

2. Waktu penelitian pada tahun 2015.

(12)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

4.1.1 Luas dan Topografi Desa

Kelurahan Asam Kumbang adalah salah satu wilayah yang secara administratif sudah menjadi Kelurahan dan dipimpin oleh seorang Lurah yang bernama Ibu Tengku Nurasyah,SE. Kelurahan Asam Kumbang terletak di Kecamatan Medan Selayang dan salah satu kelurahan dari 6 kelurahan dengan memiliki luas wilayah sebesar ± 4,00 Ha,dengan persentase terhadap luas kecamatan sebesar 16,81 %.. Berikut batas-batas wilayah dari Kelurahan Asam Kumbang. Kelurahan Asam Kumbang masuk dalam wilayah Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan. Dengan batas – batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Gagak Hitam. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Anom. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Sari. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Kusta. 4.1.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

(13)

laki-laki yang berada di kelurahan ini sebanyak 7.982 jiwa dan perempuan sebanyak 7.974 jiwa. (Medan Selayang Dalam Angka 2014).

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 7.982 50.03

2 Perempuan 7.974 49.97

3 Total 15.956 100

(Sumber : Kecamatan Medan Selayang Dalam Angka 2014)

Jumlah keseluruhan penduduk di Kelurahan Asam Kumbang 15.956 orang, dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki sedikit dominan 7.982 jiwa atau 50.03% dari jumlah penduduk laki-laki yaitu 7.974 jiwa atau 49.97% .

4.1.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 33 1.30

2 PNS 685 27.50

3 Pegawai Swasta 1224 49.20

4 ABRI 546 22

Jumlah 2488 100

(Sumber : Kecamatan Medan Selayang Dalam Angka 2014)

(14)

4.1.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Untuk komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut di Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan dapat dilihat di dalam tabel 3 dibawah ini.

Table 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 9492 77

2 Katholik 605 4

3 Kristen Lainnya 1221 9

4 Hindu 374 3

5 Buddha 835 7

Jumlah 12527 100

(Sumber : Kecamatan Medan Selayang Dalam Angka 2014)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Asam Kumbang beragama islam dengan jumlah penduduk sebanyak 9492 dan persentase sebesar 77 % dari total keseluruhan penduduk yang ada di Kelurahan Asam Kumbang. Kemudian agama Kristen dan lainnya menjadi agama nomor dua yang banyak dianut oleh penduduk Kelurahan Asam Kumbang.

4.1.5 Sarana dan Prasarana di Kelurahan Kelurahan Asam Kumbang

(15)

prasarana juga menjadi faktor pendorong dalam proses perencanaan bagi kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

Untuk mendukung kegiatan pemerintahan yang ada di Kelurahan Asam Kumbang, pendirian Kantor Kelurahan sudah lama diselesaikan. Kantor Kelurahan ini dipimpin oleh seorang Lurah yang dibantu dengan beberapa pegawai negeri sipil lainnya. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut seperti pengurusan e-KTP (Kartu Tanda Penduduk elektronik), KK (Kartu Keluarga), SKTM (Surat Keterangan Miskin), dan surat-surat keterangan lainnya seperti surat keterangan bagi mahasiswa yang ingin menyusun skripsi.

Untuk mendukung tugas pelayanan kepada masyarakat setempat, maka di Kelurahan Asam Kumbang tersedia beberapa sarana dan prasarana, seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana tempat ibadah, sarana tempat olah raga, dan lain sebagainya. Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah sebagai berikut : 4.1.6 Sarana Pendidikan

(16)

Tabel 4.4. Sarana Pendidikan

No Uraian Jumlah (Unit)

1 Sekolah Dasar (SD) Swata dan Negari 5

2 Sekolah Menengah Pertama Negari 1

3 Sekolah Menengah Atas Swasta dan Negeri 0

Total 6

(Sumber :Kantor Depdikbud Kecamatan Medan Selayang)

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sarana pendidikan di Kelurahan Asam Kumbang untuk ukuran kelurahan dapat dikatakan kurang memadai, karena pada Asam Kumbang tidak dak Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekolah-sekolah diatas juga ada yang dikelola oleh pihak swasta selain yang berstatus negeri. Dari jumlah yang terdapat pada tabel diatas, bahwa jumlah sekolah-sekolah yang berstatus negeri dan swasta sama yaitu negeri berjumlah 3 dan swasta berjumlah 3.

4.1.7 Sarana Kesehatan

(17)

Tabel 4.5. Sarana Kesehatan

No Uraian Jumlah (Unit)

1 Puskesmas 1

2 BPU 1

Total 2

(Sumber : Kecamatan Medan SelayangDalam Angka 2014)

Pada tabel 4.5 diatas terdapat beberapa jenis sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Asam Kumbang yaitu Puskesmas sebanyak 1 unit, dan BPU 1 unit. Dari kesemua sarana kesehatan yang ada, dapat dikategorikan baik walaupun di kelurahan ini belum ada Rumah Sakit Umum (RSU). Dengan adanya sarana-sarana kesehatan diatas, setidaknya masyarakat sudah terbantu dengan permasalahan kesehatan yang ada, baik itu pemeriksaan bayi-bayi yang baru lahir, masyarakat yang terkena penyakit, dan pemeriksaan bagi ibu-ibu hamil.

4.1.8 Sarana Tempat Ibadah

(18)

Tabel 4.6. Sarana Tempat Ibadah Di Kelurahan Asam Kumbang

No Uraian Jumlah (Unit)

1 Masjid 7

2 Langgar 4

3 Gereja 4

4 Kelenteng 0

Total 15

(Sumber : Kecamatan Medan Selayang Dalam Angka 2014)

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah sarana keagamaan yang ada di Kelurahan Asam Kumbang terdiri dari 7 masjid, langgar, dan 3 gereja. Untuk tempat ibadah Kelenteng tidak terdapat di wilayah Kelurahan Asam Kumbang walaupun masyarakat yang beragama budha sudah bertempat tinggal kelurahan ini.

4.1.9 Sarana Jalan Raya Dan Pengangkutan

Sarana jalan merupakan unsur penting bagi sebuah desa terutama terhadap pembangunan suatu daerah terutama agar terbuka akses bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat luar ataupun sebaliknya. Di Kelurahan Asam Kumbang sendiri, jalan raya menjadi sangat penting bagi penunjang aktivitas sosial masyarakat.

4.2 Karakter Sampel

(19)

Adapun karakteristik dari Pabrik Tahu yang berada di Kelurahan Asam Kumbang ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Karakteristik Pabrik Tahu

No Nama Alamat Lama

Usaha Produksi

1

Pabrik

Tahu Pak Darmadi

Jln. Asoka No. 5-6 Kelurahan Asam Kumbang,

Kecamatan Medan Selayang MEDAN

27 Tahun

Tahu Sebanyak 70 Kotak/hari

Sumber : Data Primer (Lampiran 1)

(20)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah penelitian, diketahui bagaimana pengolahan bahan baku sampai menghasilkan produk tahu. Dalam melakukan sistem produksi pembuatan tahu, ada beberapa hal yang perlu diketahui yaitu pengadaan bahan baku dan bahan penolong, penggunaan modal investasi, serta pengggunaan tenaga kerja

5.1 Sistem Produksi Usaha Pengolahan Tahu Di Daerah Penelitian

Adapun tahapan-tahapan dalam proses pengolahan tahu di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Bahan

(21)

2. Proses pengolahan

Dalam tahapan pembuatan tahu di tempat usaha pembuatan tahu dilakukan dalam sekali proses sebanyak 10 kg kacang kedelai dan tahapan pengolahan tahu dimulai dengan perendaman kacang kedelai sebanyak 10 kg yang sudah dibersihkan selama 3 jam sampai kacang kedelai mengembang. Setelah direndam kacang kedelai di giling menggunakan mesin penggiling selama 25 menit. Setelah kacang kedelai digiling dan hasil gilingannya direbus dengan uap sampai mendidih selama ± 0,5 jam. Setelah itu hasil rebusan kacang kedelai yang sudah digiling di saring untuk mengambil patinya dan disiram sampai bersih dan ampasnya terpisah dengan patinya, setelah disaring air patinya diberi air cuka dimana air cuka diambil dari hasil air endapan proses pembuatan tahu sebelumnya. Air cuka diberi dalam 10 kg tahu sebanyak ± 2 kg. Air cuka diberi untuk proses pembekuan tahu. Proses pembekuan dibutuhkan waktu selama 15 menit setelah tahu beku dan terpisah dengan air. Air disimpan untuk cuka pada tahap pembuatan tahu berikutnya. Setelah air dipisah dengan endapan kacang kedelai. Setelah itu endapan kacang kedelai dimasukkan dalam cetakan dan ditunggu sampai mengeras selama 10 menit.

3. .Pengemasan

Dalam pengemasan tahu hanya dengan menggunakan jerigen dimana setelah tahu mengeras dalam cetakan. Setelah itu tahu dipotong dadu berkisar 3cm x 3cm dan dimasukkan ke jerigen/tong dan siap dijualkan ke pedagang- pedagang yang ada di pajak.

(22)

Kegiatan dalam pengadaan bahan baku merupakan kegiatan penting yang dapat mempengaruhi produksi suatu usaha. Bahan baku adalah bahan utama yang dipakai dalam mengahasilkan produk. Bahan baku yang digunakan harus berkualitas dengan tujuan produk yang dihasilkan berkualitas baik. Bahan baku utama dalam proses pengolahan tahu adalah kacang kedelai. Berikut keterangan lebih lanjut mengenai bahan baku dan bahan penunjang yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1. Biaya Bahan Baku Dalam Satu Kali Produksi dan Harga Output Satu Kali Produksi

3 Bahan baku Kacang Kedelai @Rp. 7.500/Kg Rp.1.125.000 Rp.31.500.000

4 Produksi Tahu (Kotak) 70 1.960

5 Harga Output @Rp. 22.000/Kotak Rp. 1.540.000 Rp.43.120.000 Sumber : Data Primer (Lampiran 5)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa bahan baku utama yang digunakan adalah kacang kedelai. Kacang kedelai yang dipakai dalam sekali produksi adalah sebanyak 150 kg dimana harga per kilogram kacang kedelai adalah Rp 7.500,00. Jadi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku kacang kedelai dalam satu kali produksi adalah Rp. 1.124.000,00. Sedangkan dalam sebulan membutuhkan kacang kedelai sebanyak 4.200 kg dan biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan untuk membeli kacang kedelai adalah Rp. 31.500.000,00.

(23)

produksi nilai output nya Rp. 1.540.000 dan dalam satu bulan nilai output nya Rp. 43.120.000

5.2.2 Penggunaan Alat/Bahan Penunjang

Adapun bahan/alat yang di gunakan dalam pengolahan tahu adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Alat/bahan Penunjang dalam Pengolahan Tahu

No Uraian Biaya (Rp)

Sumber : Data Primer (lampiran 2)

(24)

5.2.3 Penggunaan Modal Investasi

Bagi pengusaha dari skala kecil menengah sampai besar modal sangat berperan penting. Dimana modal adalah sebagai unsur utama dalam mendirikan suatu usaha, yang bertujuan untuk menunjang sarana dan prasarana dalam menjalankan usaha serta dapat meningkatkan pendapatan bagi para pengusaha agar menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan. Modal pertama saat dalam membuat usaha dapat diperoleh dari modal sendiri, modal dari keluarga ataupun bisa didapat dari hasil pinjaman ke bank maupun institusi lainnya.

Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha, sangat diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Usaha yang berada di daerah penelitian telah dijalankan selama kurang lebih sudah 37 tahun dengan pendapatan yang mereka hasilkan, sedikit demi sedikit mereka gunakan untuk mengembangkan usahanya.

Adapun modal investasi yang digunakan dalam usaha pengolahan tahunya adalah sebagai berikut:

Tabel 5.3. Biaya Peralatan dan Penyusutan Peralatan dalam Pengolahan Tahu

(25)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dalam pengolahan kacang kedelai menjadi tahu, menggunakan pisau biasa, pisau keter, jerigen, cetakan tahu, diesel, mesin penggiling kedelai, dan batu penggiling. Adapun pisau digunakan untuk memotong tahu yang sudah padat dan dimasukkan dalam jerigen dan menggunakan 2 pisau dimana umur ekonomisnya selama 1 tahun, jerigen tempat tahu digunakan ntuk tempat tahu yang sudah jadi dan di jual kepada para pedagang dimana menggunakan 50 jerigen dengan masa ekonomis selama 1 tahun dengan harga Rp. 12.000,00/ jerigen, cetakan tahu digunakan untuk mencetak tahu, cetakan dibuat dari kayu dengan harga Rp.150.000,00/ cetakan sedangkan masa ekonomisnya adalah 2 tahun.

Diesel digunakan untuk menggerakkan air yang digunakan untuk merendam kacang kedelai dan menggunakan diesel sebanyak satu buah dengan harga Rp. 4.000.000,00 dengan umur ekonomis selama 10 tahun. Mesin penggiling digunakan untuk menggiling kacang kedelai sebelum di cetak dan menggunakan mesin penggiling sebanyak satu buah dengan harga Rp. 600.000,00 dan masa ekonomisnya selama 10 tahun jadi biaya penyusutannya sebanyak Rp. 142,8,00/proses produksi dan batu penggilingan digunakan untuk untuk menggiling kacang kedelai sebelum di cetak dan menggunakan batu penggiling sebanyak satu buah dengan harga Rp. 400.000,00 dan masa ekonomisnya selama 1 tahun jadi biaya penyusutannya sebanyak Rp. 892,8,00/proses produksiJadi biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam pengolahan tahu selama satu tahun adalah Rp. 4.014,48,00/proses produksi

(26)

yang paling tinggi dalam investasi pengolahan tahu adalah diesel dengan biaya Rp. 4.000.000,00 dengan masa ekonomisnya selama 10 tahun.

5.2.4 Penggunaan Tenaga Kerja

Dalam proses produksi tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam penunjang kegiatan suatu usaha, dimana pelaku didalam kegiatan proses produksi adalah tenaga kerja. Pada usaha pengolahan tahu milik bapak Darmani tenaga kerja diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan proses produksi seperti penyediaan bahan baku, perendaman, penggilingan, pencetakan, dan pengemasan.

Berdasarkan dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan di daerah penelitian, jumlah tenaga kerja yang terpakai yaitu sebanyak 2 orang. Tenaga kerja didalam industri pembuatan tahu di daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti penyediaan bahan baku, perendaman, penggilingan, pencetakan, dan pengemasan produk yang dilakukan dalam proses pembuatan tahu. Berikut keterangan lebih lanjut mengenai tenaga kerja yang diperlukan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Kebutuhan Tenaga Kerja Dalam Pengolahan Tahu (Hari)

(27)

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam penggunaan tenaga kerja dalam satu kali proses produksi untuk pembuatan tahu membutuhkan tenaga kerja sebanyak 2 orang dimana semua proses mulai dari penyediaan bahan baku sampai pengolahan hanya dikerjakan oleh 2 orang saja dimana pegawainya 1 dari dalam keluarga dan 1 dari luar keluarga. Dimana dalam penyedian bahan baku dibutuhkan waktu selama 0.5 jam dengan HKO yaitu 0,063 sedangkan dalam pengolahan kacang kedelai jadi tahu dibutuhkan waktu 7.5 jam yaitu dari proses perendaman, penggilingan, penyaringan sampai pembekuan dan pengemasan dengan HKO 1,87 . Jadi hari kerja oranng yang digunakan dalam sekali produksi pengolahan tahu adalah sebanyak 1,93. Dengan gaji per pegawai sebanyak Rp. 1.500.000,00/ bulan dimana rata-rata per produksi gaji pegawainya sebnyak Rp 50.000,00/ pegawai.

5.2.5 Nilai Tambah Dalam Pengolahan Tahu

Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan kacang kedelai menjadi tahu. Analisis nilai tambah berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan kacang kedelai.

Dalam proses penelitian, peneliti mengkonversikan output yang dihasilkan menjadi satuan per proses produksi, untuk memudahkan dalam proses perhitungan akhir nilai tambah yang disesuaikan dengan alat analisis yang dipakai.

(28)

tambah dan rasio nilai tambah yang dihasilkan. Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan kedelai dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang terjadi akibat adanya proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai yang siap dipasarkan.

Nilai tambah diperoleh dari proses pengolahan kacang kedelai sampai menjadi produk olahan. Output (produk olahan) yang dihasilkan pada proses ini adalah tahu

Tabel 5.5 Nilai Tambah Pada Pengolahan Tahu

Uraian Nilai (Rp/Kg) 1.125.000/Produksi Harga output tahu di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 22.000/Kotak. Nilai outputnya adalah Rp. 1.540.000/Produksi. Nilai output pada pengolahan kacang kedelai menjadi tahu ini diperoleh dari hasil perkalian antara faktor konversi dengan harga output (Rp/Kg).

(29)

NT = Rp. 1.540.000 – (Rp. 1.125.000 + Rp. 111.071) = Rp. 303.929

Besarnya nilai tambah yang didapat dari perhitungan sejalan dengan besarnya rasio nilai tambah terhadap nilai outputnya. Rasio nilai tambah ini didapat dari pembagian antara nilai tambah dengan nilai output yang dinyatakan dalam persen (%). Rasio nilai tambah ini menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai output, artinya jika rasio nilai tambah > 50% maka nilai tambah lebih besar dari pada nilai output dan nilai tambah tergolong tinggi, sedangkan jika

rasio nilai tambah ≤ 50%, maka nilai tambah yang dihasilkan lebih kecil dari nilai

outputnya dan nilai tambah tergolong rendah. Rasio nilai tambah yang diperoleh dalam pengolahan susu kedelai ini adalah 19,74 %.

Secara matematis rasio nilai tambah pengolahan susu kedelai yaitu sebagai berikut : Rasio Nilai Tambah = 303.909 : 1.540.000 x 100%= 19,74 %

(30)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diambil dari penelitian tentang nilai tambah pengolahan tahu adalah sebagai berikut :

1. Proses pengolahan tahu di daerah penelitian masih menggunakan teknologi yang sederhana. Bahan baku utama dalam pengolahan tahu adalah kacang kedelai. Dimana proses pengolahan setiap produk dimulai dari persiapan bahan, proses pengolahan dan proses pengemasan.

2. Adapun nilai tambah dan rasio nilai tambah dari olahan kedelai menjadi tahu adalah Rp. 303.929,00/proses produksi dengan rasio nilai tambah 19,74%, 6.2. Saran

Adapun saran dari penelitian tentang nilai tambah pengolahan tahu adalah sebagai berikut :

1. Pengusaha tahu, sebagai pedoman tentang pengolahan tahu dan mengetahui kekurangan dan biaya yang dikeluarkan setiap per produksi tahu dan untuk menambah pendapatan, agar dibuat turunan produk baru dari tahu dan akan menambah nilai tambah kacang kedelai tersebut.

2. Agar pemerintah memberikan modal dan penyuluhan bagi usaha industri rumahan seperti pak Darmani agar bisa bersaing dengan industri yang mempunyai modal besar.

(31)
(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max . Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Menurut Adisarwanto (2005) klasifikasi tanaman kedelai yaitu sebagai berikut : Kingdom :Plantae

Subkingdom :Tracheobionta Super Divisi :Spermatophyta Divisi :Magnoliophyta Kelas :Magnoliopsida Sub Kelas :Rosidae

Ordo :Fabales Famili :Fabaceae Genus :Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merr.

(33)

kedelai. Sebagai bahan minuman kedelai diproses, dimasak, dikemas secara modern baik dalam botol maupun dalam karton sehingga dihasilkan minuman dari kedelai. (Cahyadi, 2007).

Untuk pembuatan produk olahan kedelai yang bermutu diperlukan beberapa bahan pokok dan bahan pendukung. Untuk bahan pokok atau bahan baku perlu diperhatikan jenis kedelai, yang dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu kedelai kuning, kedelai hijau, kedelai hitam, dan kedelai cokelat. Jenis-jenis kedelai tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :

(1). Kedelai putih, adalah kedelai yang bijinya berwarna kuning, atau putih atau juga hijau apabila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan kepingnya. Kedelai inilah yang biasanya dijadikan susu atau bubuk kedelai, (2). Kedelai hijau, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau yang apabila dipotong melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan kepingnya,

(3). Kedelai hitam, adalah kedelai yang bijinya berwarna hitam. Kedelai inilah yang biasanya dijadikan kecap,

(4). Kedelai cokelat, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna cokelat.

(34)

flatulensi, yaitu timbulnya gas dalam perut sehingga perut menjadi kembung (Cahyadi, 2007).

Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.

(35)

Tabel 2.1. Perbandingan antara Kadar Protein Kedelai dengan beberapa Bahan

Jenis Makanan Kadar Protein (%)

Susu skim kering

Lemak kedelai mengandung beberapa fosfolipida penting, yaitu lesitin, sepalin dan lipositol. Lesitin pada kedelai mengandung lemak tak jenuh linoleat, oleat dan arakhidat. Arakhidat berfungsi sebagai lipotropikum, zat yang mencegah penumpukan lemak berlebihan dalam tubuh. Lesitin adalah campuran fosfatida dan senyawa lemak yang meliputi fosfatidil kolin, fosfatidil etanolamin, fosfatidil inositol yang menjadi penentu mutu dan khasiat dari lesitin. Sedangkan, kandungan serat kedelai yang sangat tinggi, membantu merangsang metabolisme dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Cahyadi, 2007).

(36)

Hanya 12%-14% saja kandungan karbohidrat kedelai yang dapat digunakan tubuh secara biologis. Karbohidrat kedelai terdiri atas golongan oligosakarida dan polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri atas sukrosa, stakiosa, dan rafinosa yang larut dalam air. Sedangkan golongan polisakarida terdiri dari arabinogalaktan dan bahan-bahan selulosa yang tidak larut dalam air dan alkohol. Komponen-komponen gula yang terdapat dalam biji kedelai meliputi sukrosa (4,53%), rafinosa (0,73%), stakiosa (2,73%) dan glukosa, galaktosa, fruktosa larut setelah perlakuan perebusan. Selama proses fermentasi, gula tergolong pada heksosa cepat terfermentasi sedangkan stakiosa sangat larut (Aak, 1991).

(37)

Tabel 2.2. Kandungan Vitamin Kedelai kerusakan tepung, tepung menjadi menggumpal. Tepung yang telah rusak daya serap maupun water holding capacity menjadi rendah. Batas maksimal kadar air yang diperbolehkan adalah 14%, dengan kadar air yang rendah diharapkan kapang tidak tumbuh atau berkembang biak. Jamur yang tumbuh pada tepung akan merusak potensi tepung dan menghasilkan toksin yang berbahaya bagi kesehatan konsumen Koswara (1995).

(38)

diperlukan persyaratan sebagai berikut : bebas dari bau dan rasa langu kedelai, bebas antitripsin, dan mempunyai stabilitas koloid yang mantap (Anonim, 2011).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Agroindustri

Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyedian sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana, dan pembinaan. Agroindustri merupakan suatu bentuk kegiatan atau aktifitas yang mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Mendefinisikan agroindustri dalam dua hal, yaitu pertama agroindustri sebagai industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian dan kedua agroindustri sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Agroindustri memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam hal meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong tumbuhnya industri lain. Meskipun peranan agroindustri sangat penting, pembangunan agroindustri masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi agroindustri dalam negeri, antara lain:

1) kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu;

(39)

3) kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri; 4) kurangnya fasilitas permodalan (perkreditan) dan kalaupun ada prosedurnya amat ketat;

5) keterbatasan pasar; 6) lemahnya infrastruktur;

7) kurangnya perhatian terhadap penelitian dan pengembangan; 8) lemahnya keterkaitan industri hulu dan hilir;

9) kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing; 10) lemahnya entrepreneurship (Soekartawi, 2000).

(40)

Posisi agroindustri dalam agribisnis berada di tengah sehingga dapat mendorong yang dihilirnya dam mengelola yang dihulu. Artinya, terhadap pasar (hilir) agroindustri mendorong agar tetap mampu menjual mutu dengan standarnya yang selalu akan dipenuhi dan dikembangkan. Sebaliknya pasar juga bisa memberikan keinginannya untuk dapat dipenuhi oleh industri. Produk industri tentu diharapkan lebih bermutu dari pada produk mentahnya, atau mempunyai kelebihan-kelebihan yang dapat dinikmati oleh konsumen sesudah melalui proses pengolahan di industri. Selain itu, industri yang berposisi di tengah dalam sistem agribisnis mendorong kalangan niaga di sektor hilirnya (Sadjad, 2001).

Pentingnya agroindustri dalam pembangunan pertanian disebabkan beberapa alasan yaitu: pertama dapat memberikan nilai tambah pertanian, kedua agroindustri merupakan bidang usaha yang mampu menciptakan kesempatan kerja, ketiga agroindustri merupakan sumber pertumbuhan, keempat sebagai penghasil devisa, kelima agroindustri merupakan jenis industri yang memiliki keterkaitan ke atas (forward linkage), keenam umunya agroindustri berlokasi di pedesaan, karenan itu kandungan lokalnya sangat tinggi, serta memiliki social effect yang positif bagi sebahagian besar rakyat kecil (Iwantino, 2002).

2.2.2. Proses Produksi

(41)

untuk menghasilkan produk tertentu dapat digunakan input yang satu maupun input yang lain (Suratiyah, 2002).

Dalam aktivitas produksinya produsen (perusahaan) mengubah berbagai faktor produksinya menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor prroduksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Faktor produksi tetap adalah

faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh. Sampai tingkat interval produksi tertentu jumlah mesin tidak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi. Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu pula sebaliknya. Buruh harian lepas di pabrik rokok adalah contohnya (Rahardja dan Manurung, 2006).

Menurut Reksoprayitno (2000), hubungan fisik antara masukan (input) dan keluaran (output) untuk suatu macam produk dapat diungkapkan dengan menggunakan konsepsi fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan output atau jumlah-jumlah hasil produksi maksimum yang dapat dihasilkan persatuan waktu dengan menggunakan berbagai kombinasi sumber-sumber daya yang dipakai dalam berproduksi.

(42)

1. Biaya Produksi

Menurut Supriyono (2009), pengolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan volume terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan. Tendensi perubahannya terhadap aktivitas dapat dikelompokkan menjadi :

a. Biaya tetap

Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.

2) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbandingterbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.

b. Biaya variabel

Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel.

(43)

volume produksi. Para manajer biasanya memisahkan biaya campuran ke dalam unsur tetap dan unsure variabel untuk tujuan pengambilan keputusan..Contoh biaya campuran ini adalah biaya telepon, biaya listrik dan sebagainya. Biaya bertahap (step cost)selalu konstan pada jumlah tetap tertentu sepanjang kisaran keluaran tertentu. Kemudian pada titik-titik tertentu, biaya bertahap akan meningkatmenjadi lebih besar, biaya bertahap tampak seperti jenjang (Simamora, 2003).

Untuk mengetahui biaya total, secara matematis ditulis sebagai berikut

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = Total Cost/Biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost/Biaya TetapTotal (Rp) TVC = Total Variabel Cost/BiayaVariabel Total (Rp)

(44)

2. Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah nilai yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan ini merupakan hasil perkalian dari jumlah produk total dengan harga persatuan (Soekartawi et al, 2001).

Menurut Soekartawi (2001), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Q x Pq Keterangan:

TR = Total penerimaan (Rp) Q = Jumlah produk

Pq = Harga produk (Rp)

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil.

3. Keuntungan

Keuntungan usaha adalah selisih antara nilai penjualan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang-barang yang dijual tersebut (Lipsey et all, 1990).

(45)

Yaitu, perusahaan berusaha untuk membuat selisih antara penerimaan total dengan biaya ekonomi totalnya sebesar mungkin (Nicholson, 1992).

Keuntungan atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yang diterima oleh pengusaha, sesudah dikurangi dengan biaya-biaya produksi. Atau dengan kata lain, laba pengusaha adalah selisih antara penghasilan kotor dan biaya-biaya produksi. Laba ekonomis dari barang yang dijual adalah selisih antara penerimaan yang diterima dari penjualan dan biaya peluang dari sumber yang digunakan untuk membuat barang tersebut. Jika biaya lebih besar daripada penerimaan yang berarti labanya negatif, situasi ini disebut rugi (Lipsey et all, 1990).

Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh dikurangi biaya dari produsen nilainya adalah positif maka diperoleh keuntungan / pendapatan. Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran melakukan kegiatan–kegiatan menghadapi resiko ketidakpastian di masa yang akan mendatang (Sukirno, 1994).

Nilai tambah menggambarkan tingkat kemampuan menghasilkan pendapatan disuatu wilayah. Nilai tambah juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat setempat dengan asumsi seluruh pendapatan itu dinikmati masyarakat setempat (Tarigan, 2004).

(46)

factor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan.

Menurut Gittinger (1986), nilai tambah dari setiap industri adalah harga pasar dari barang atau jasa yang diproduksi dikurangi dengan harga barang atau jasa material dan jasa yang dibeli dari pihak lain, yaitu selisih antara output bruto dengan nilai konsumsi sementara. Nilai tambah itu bisa berbentuk bruto maupun netto. Nilai tambah bruto meliputi pajak, bunga atas pinjaman, sewa, keuntungan usaha, cadangan untuk penyusutan, dan balas jasa untuk manajemen dan pegawai termasuk pada tunjangan sosial.

Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Factor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedang faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain, selain bahan bakar dan tenaga kerja (Hayami et all, 1987).

Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat dinyatakan secara matematik sebagai berikut :

Nilai Tambah = f ( K, B, T, U, H, h, L ) Dimana :

(47)

B = Bahan baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan U = Upah tenaga kerja

H = Harga output h = Harga bahan baku

L = Nilai input lain ( nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai ).

Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan keterangan sebagai berikut : 1. Perkiraan nilai tambah (dalam rupiah)

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (dalam %) 3. Imbalan bagi tenaga kerja (dalam rupiah)

4. Imbalan bagi modal dalam manajemen (keuntungan yang diterima perusahaan), dalam rupiah.

Dengan mengetahui perkiraan nilai tambah diharapkan berguna :

1. Bagi pelaku bisnis, dapat diketahui besarnya imbalan terhadap balas jasa dan faktor-faktor produksi yang digunakan.

2. Menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang ditambahkan kerana kegiatan menambah kegunaan (Sudiyono, 2004).

2.3 Penelitian Terdahulu

Aminah (2014) yang berjudul tentang “Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kedelai Menjadi Susu Kedelai Pada Skala Industri Rumah Tangga di Kota

Medan”. Metode analisis yang digunakan untuk analisis nilai tambah adalah

(48)

atau satu kali produksi dengan rasio nilai tambah sebesar 37.8% dalam satu kali produksi.

Rahmawati (2009), Kajian Nilai Tambah Produk Agribisnis Kedelai pada Usaha Aneka Tahu Maju Lestari di Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru. Hasil penelitian menunjukkan nilai tambah yang diperoleh selama setahun sebesar Rp 267.308.150 . Untuk nilai tambah per kg kedelai diperoleh sebesar 1302 /kg. 2.4 Kerangka Pemikiran

Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pegolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi.

(49)

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis Penelitian

1. Nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan kedelai menjadi tahu pada usaha industri rumah tangga di daerah penelitian masih rendah.

Kacang Kedelai

Proses Pengolahan

Tahu

Nilai Tambah

(50)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertanian Indonesia, dulu hanya diarahkan untuk pencukupan makanan atau pangan. Padahal, pertanian dapat menyediakan bahan mentah untuk industri pengolahan, untuk industri ukir-ukiran, kayu anyaman, dan lain–lain, di samping untuk bahan bangunan. Selain itu, pertanian pun dapat diarahkan untuk meningkatkan devisa sekaligus memproduksi barang substitusi impor. Agroindustri (pertanian, perikanan, peternakan), industri ini terbukti dapat bertahan bahkan tumbuh pada kondisi krisis ekonomi dan moneter sehingga dapat menjadi penggerak pembangunan dimasa datang dengan peran yang lebih besar, lahan yang tersedia masih cukup besar, potensi kekayaan laut masih sangat besar, baru termanfaatkan 25 persen, sebagian besar penduduk Indonesia berasal dari dan menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, dan merupakan pendukung ketahanan pangan nasional (Mangunwidjaja dan Sailah, 2002).

(51)

Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia ini, tidaklah dapat dihindarkan. Karena Indonesia beranjak dari negara agraris menuju negara Industri yang maju, maka peranan sektor pertanian masih tetap mewarnai kemajuan di sektor industri, karena itulah diperlukan suatu kondisi struktur ekonomi yang seimbang antara bidang industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh (Soekartawi,1999).

Salah satu usaha kecil yang potensial dikembangkan adalah industri pembuatan tahu. Kalau usaha itu dijalankan serius pasti akan menguntungkan karena konsumen tahu sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk tahu di pasar swalayan. Selain itu, tahu dan tempe termasuk lauk yang bergizi tinggi dan rendah kolesterol

Luas Panen Rata-rata Produksi

(52)

seluas 9.705 Ha dan dan jumlah produksinya 10.197 ton, dan saat tahun 2012 luas panen kacang kedelai seluas 5.475 Ha dan jumlah produksinya 5.419 ton.

Tahu sebagai salah satu makanan dari olahan kedelai yang terus berinovasi, mulai dari gorengan tahu yang di jual di penggir jalan hingga sekarang digunakan pada menu-menu masakan di restoran besar. Masyarakat Indonesia kurang minat mengkonsumsi kacang kedelai langsung tanpa diolah, mereka lebih menyukai produk olahannya, salah satunya adalah tahu. Hal ini dapat dilihat dari tabel

4 Tempe dari kedele Batang 1.223.304 18.194.390

5 Tempe dari kedelai Buah 453.481 1.412.966

4 Tahu dari kedele Batang 1.614.189.143 379.966.477

5 Tahu dari kedelai Buah 44.141.772 434.267.335

(53)

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwasannya produksi tahu di Indonesia pada tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan produksi tempe dan jenisnya pun lebih banyak. Nilai dari industri tempe di Indonesia pada tahun 2013 sebesar Rp. 50.758.379.000 sedangkan nilai dari industri tahu di Indonesia pada tahun 2013 sebesar Rp. 1.302.911.219.000

Dengan latar belakang diatas penulis ingin membahas nilai tambah yang di dapatkan dari pengolahan kacang kedelai menjadi tahu di daerah penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti.

1.2Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembuatan kacang kedelai menjadi produk tahu ? 2. Berapa rasio nilai tambah yang dihasilkan akibat dari proses pengolahan

kacang kedelai menjadi tahu ? 1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan kacang kedelai untuk menghasilkan produk olahan di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui rasio nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kacang kedelai di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(54)

2. Bagi pemerintah dan pihak terkait, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan terhadap dalam pengembangan usaha pengolahan tahu.

(55)

ABSTRAK

Debi Pratama*), Salmiah**), Lily Fauziah**)

*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan

**) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Salah satu usaha kecil yang potensial dikembangkan adalah industry pembuatan tahu. Kalau usaha itu dijalankan serius pasti akan menguntungkan karena konsumen tahu sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, tetapi juga kelas atas. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan kacang kedelai untuk menghasilkan produk olahan di daerah penelitian dan untuk mengetahui rasio nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kacang kedelai di daerah penelitian. Penentuan daerah dilakukan secara purposive sampling, yaitu di Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, daerah ini bukan merupakan daerah yang memiliki luas lahan kacang kedelai yang besar tetapi daerah ini sudah memiliki unit usaha untuk pengolahan tahu terbanyak di kota medan. Metode pengambilan sampel adalah metode sensus dengan ertimbangan ini didasarkan karena di keluahan Asam Kumbang hanya 1 (satu) pabrik tahu. Metode analisis adalah analisis deskriptif dengan dibantu dengan perhitungan nilai tambah dengan metode sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Proses pengolahan tahu di daerah penelitian masih menggunakan teknologi yang sederhana. Bahan baku utama adalah pengolahan tahu adalah kacang kedelai. Dimana proses pengolahan setiap produk dimulai dari persiapan bahan, proses pengolahan dan proses pengemasan. Adapun biaya penggunaan bahan baku dalam sekali produksi adalah Rp. 1.125.000.-, biaya penggunaan alat/bahan penunjanng adalah Rp. 111.071.- sedangkan HKO tenaga krja adalah 1,93. Nilai tambah dan rasio nilai tambah dari olahan kedelai adalah tahu dengan nilai tambah Rp. 303.929,00/proses produksi dengan rasio nilai tambah 19,74%.

(56)

SKRIPSI

OLEH :

DEBI PRATAMA

100304016

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(57)

SKRIPSI

DEBI PRATAMA

100304016

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Salmiah, MS) (Ir. Lily Fauziah, M.Si) NIP. 195702171986032001 NIP. 1963082219880312003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(58)

JUDUL

:ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK

OLAHAN KEDELAI MENJADI TAHU

NAMA

: DEBI PRATAMA

NIM

: 100304016

PROGRAM STUDI

: AGRIBISNIS

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Salmiah, MS) (Ir. Lily Fauziah, M.Si) NIP. 195702171986032001 NIP. 1963082219880312003

Mengetahui

Ketua Program Studi Agribisnis

(Dr. Ir. Salmiah, MS) NIP: 195702171986032001

(59)

HALAMAN PENGESAHAN

(60)

ABSTRAK

Debi Pratama*), Salmiah**), Lily Fauziah**)

*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan

**) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Salah satu usaha kecil yang potensial dikembangkan adalah industry pembuatan tahu. Kalau usaha itu dijalankan serius pasti akan menguntungkan karena konsumen tahu sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, tetapi juga kelas atas. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan kacang kedelai untuk menghasilkan produk olahan di daerah penelitian dan untuk mengetahui rasio nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kacang kedelai di daerah penelitian. Penentuan daerah dilakukan secara purposive sampling, yaitu di Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, daerah ini bukan merupakan daerah yang memiliki luas lahan kacang kedelai yang besar tetapi daerah ini sudah memiliki unit usaha untuk pengolahan tahu terbanyak di kota medan. Metode pengambilan sampel adalah metode sensus dengan ertimbangan ini didasarkan karena di keluahan Asam Kumbang hanya 1 (satu) pabrik tahu. Metode analisis adalah analisis deskriptif dengan dibantu dengan perhitungan nilai tambah dengan metode sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Proses pengolahan tahu di daerah penelitian masih menggunakan teknologi yang sederhana. Bahan baku utama adalah pengolahan tahu adalah kacang kedelai. Dimana proses pengolahan setiap produk dimulai dari persiapan bahan, proses pengolahan dan proses pengemasan. Adapun biaya penggunaan bahan baku dalam sekali produksi adalah Rp. 1.125.000.-, biaya penggunaan alat/bahan penunjanng adalah Rp. 111.071.- sedangkan HKO tenaga krja adalah 1,93. Nilai tambah dan rasio nilai tambah dari olahan kedelai adalah tahu dengan nilai tambah Rp. 303.929,00/proses produksi dengan rasio nilai tambah 19,74%.

(61)

DEBI PRATAMA Buluh Kasok, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat 4 Maret 1992. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari Bapak Syahridal dan Ibu Yumarnis.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut:

1. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Negeri 59 Kurnia Maju, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat masuk pada tahun 1998 dan tamat tahun 2004.

2. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di MTs Negeri Bariang Rao-Rao, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat masuk tahun 2004 dan tamat tahun 2007.

3. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 3, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat masuk tahun 2007 dan tamat tahun 2010.

4. Jenjang pendidkan sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk tahun 2010 melalui jalur PMP.

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara tahun 2014.

6. Mengadakan penelitian skripsi di Industri Tahu Pak Darmani, Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan pada Juli -Desember 2015.

(62)
(63)

atas segala rahmat, hidayah dan limpahan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Produk Olahan

Kacang Kedelai Menjadi Tahu” (Studi Kasus: Kelurahan Asam Kumbang

Kecamatan Medan Selayang) yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang tidak lelah memberikan bimbingan, arahan, saran dan dukungan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis selama studi di Fakultas Pertanian.

(64)

6. Terima kasih kepada orang tua saya di rantau ini uwak Ir. Agusriadi dan keluarga, Bapak H. Syahrudin Ali, SH. MP dan Keluarga, Bapak H.M. Yunan Sirhan dan keluarga, serta Abangnda Arif Wahyudi, SH.

7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis 2010 yang memberikan motivasi secara langsung maupun tidak langsung. Secara khusus kepada teman-teman ADELMTTZDAR yang membantu dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.

8. Terima semua keluarga besar saya yang di kampung yang selalu mendoakan saya terutama kepada kakak saya Rosi Puspita Rosi dan Siska Ardilah

9. Terima kasih juga kepada keluarga besar Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol (IMIB USU) dan kepada teman saya Harry Afandi Valentino, Fezy Ezia Dwi Sister, Liza Rahma Fijri, Indra Fahmi, Hadissa Primanda, Frezi Widianingsih, Brilian Amial Rasyid, Ahmad Rafiko, Mabruri Pratama,Yudha Pramudika, Wahyu Eko Putra, Alfreddiaz Muhammad, Bobby Darma Putra, Winda Zulfi, Septika Yolanda, Agung, Varadilla Oktayanda, Nia Rahmania, Ovie Endang Saputri, Zulfa Ummu Syahidah, dan Erda Ridha serta seluruh keluarga besar imib usu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(65)

Medan, Februari 2016

(66)

ABSTRAK ... i 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 24

3.3 Metode Pengambilan Data ... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 26

3.5.1 Definisi ... 26

3.5.2 Batasan Operasional ... 27

(67)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Sistem Produksi Usaha Pengolahan Tahu Di Daerah Penelitian ... 36

5.2 Penggunaan Bahan Baku, Output, Alat/Bahan Penolong, Modal Investasi, Penggunaan Tenaga Kerja, Dan Nilai Tambah Dalam Pengolahan Tahu ... 38

5.2.1 Penggunaan Bahan Baku ... 38

5.2.2 Penggunaan Alat/Bahan Penunjang ... 39

5.2.3 Penggunaan Modal Investasi ... 40

5.2.4 Penggunaan Tenaga Kerja ... 42

5.2.5 Nilai Tambah Dalam Pengolahan Tahu ... 44

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 47

6.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA

(68)

1. Luas Panen, Produksi , Dan Rata-Rata Produktivitas kedelai ... 2

2. Jumlah dan Nilai Produksi Industri Tempe Kedele dan Tahu Kedele ... 3

3. Perbandingan antara Kadar Protein Kedelai dengan beberapa Bahan ... 9

4. Kandungan Vitamin Kedelai... 11

5. Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian ... 29

7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 30

8. Sarana Pendidikan ... 32

9. Sarana Kesehatan ... 33

10. Sarana Tempat Ibadah Di Kelurahan Asam Kumbang ... 34

11. Karakteristik Pabrik Tahu ... 35

12. Biaya Bahan Baku Dalam Satu Kali Produksi dan Harga Output Satu Kali Produksi ... 38

13. Alat/bahan Penunjang dalam Pengolahan Tahu ... 39

14. Biaya Peralatan dan Penyusutan Peralatan dalam Pengolahan Tahu. ... 41

15. Kebutuhan Tenaga Kerja Dalam Pengolahan Tahu (Hari) ... 43

(69)
(70)

1. Karakteristik Pabrik Tahu

2. Biaya Bahan Baku Dalam satu kali Produksi

3. Biaya Peralatan dan Penyusutan dalam Pengolahan Per Produksi 4. Kebutuhan Tenaga Kerja

Gambar

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian
Table 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 4.4. Sarana Pendidikan
Tabel 4.5. Sarana Kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tugas akhir ini, perumusan yang diidentifikasi adalah masalah. bahwa daerah Kelurahan Asam Kumbang sering terjadi banjir diakibatkan

2011, Kajian Sistem Drainase Untuk Mengatasi banjir Genangan Studi Kasus Sistem Drainase Jalan Akasia Kota Pangkalan Kerinci.. Jurnal Sains dan Teknologi 10,

Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam Industri Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga.. Fakultas Pertanian

Selain penyelidikan dan penyelesaian kasus korupsi terhadap pejabat negara yang tak kunjung selesai, budaya korupsi juga sudah mengakar dalam tubuh partai

Soltau dalam Ramlan Surbakti yang dikutip oleh Sitepu Anthonius juga memaparkan bahwa definisi partai politik sebagai sekelompok warga negara yang sedikit banyak