DAFTAR PUSTAKA
Boer. J. B. Lighting Interior, Second edition, Kluwer Technische, Deventer, 1981. Darmasetiawan, C. and Puspakesuma, L. 1991, Teknik Pencahayaan dan Tata
Letak Lampu, Gramedia, Jakarta.
Hendra, T. 1981. Tingkat Pencahayaan pada Perpustakaan di Lingkungan
Universitas Indonesia.Departemen Kesehatan dan Keselamatan
Masyarakat Kerja, FKM Universitas Indonesia.
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Niebel Benjamin & Freivalds Andri. Handbook :Methods, standards, and work
design 11th ed., McGraw-Hill, 2003
Nurmianto, Eko., Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi I, Cetakan II, Guna Widya, Surabaya, 1988.
Satrowinoto Suyatno. 1985, Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Satwiko Prasasto. 2009, Fisika Bangunan, Andi, Yogyakarta.
Soewarno., Penerangan Tempat Kerja, Pusat Pelayanan Ergonomi dan Kesehatan Kerja, Jakarta,1992.
Stanton Neville & Hedge Alan. 2005. Handbook Of Factors and Ergonomics
Methods. CRC Press. Washington DC
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Teori Dasar Mengenai Cahaya1
1. Pijar padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000K. Intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin putih jika suhu naik.
Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya. Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:
2. Muatan Listrik: Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada.
3. Electro luminescence: Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor. 4. Photoluminescence: Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap,
biasanya oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau
phosphorescence.
1
Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik, diberikan dalam Gambar 3.1, menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energy inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak.
Gambar 3.1. Radiasi yang Tampak
(Biro Efisiensi Energi untuk industri di Asia, 2005)
3.2. Konsep Dasar Pencahayaan
1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
ULTRAVIOLET VISIBLE INFRARED, MICROWAVES AND
RADIO
Gambar 3.2. Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Pencahayaan sering digunakan dalam desain dan evaluasi ruang cahaya termasuk: intensitas, tingkatan pencahayaan, luminance, pemantulan, lampu dan luminaire. Unit yang sering dijadikan sebagai pengukuran adalah: candela, lumen,
footcandle dan footlambert. Beberapa istilah dalam pencahayaan adalah sebagai
berikut:
a. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya adalah indikasi berapa banyak sebuah sumber cahaya berkontribusi. Unit intensitas pencahayaan adalah candela.
b. Lumen
Lumen adalah unit keluaran cahaya dari suatu sumber cahaya. Misalnya sebuah 100 watt lampu incandescent mengeluarkan 1700 lumens pada semua arah, di mana lampu fluorescent 40-watt mengeluarkan kira-kira 3200 lumens.
Dalam artian, sebuah sumber cahaya dari satu candela memproduksi 4 π
lumens.
c. Tingkat pencahayaan
memberikan kepuasan dan produktivitas adalah adanya penerangan yang baik. Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan pekerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu.
d. Lux
Lux merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi. e. Luminance
Luminance atau kecerahan fotometrik adalah sebuah penghitungan dari cahaya
yang dikeluarkan atau direfleksikan dari beberapa area permukaan. Sebuah lampu fluorescent 40 watt memiliki luminance sekitar 2400 footlamberts, di mana bulan memiliki luminance mendekati 1700 footlamberts.
Jika unit permukaan area dalam meter persegi, luminance dihitung dalam candelas/meter persegi
f. Pemantulan
Pemantulan dihitung seberapa besar cahaya dipantulkan dari permukaan. Hal ini merupakan perbandingan luminance permukaan dan tingkat pencahayaan permukaan.
Gambar 3.3. Light Output, Light Level, dan Brightness
3.3. Desain Pencahayaan
Terdapat 3 jenis disain pencahayaan di tempat kerja, yaitu: • general,
• localized-general, dan
• local ( task).
General lightingmemberikan pencahayaan secara umum ke seluruh
ruangan tanpa membedakan kebutuhan pencahayan.
Localized-general lightingdigunakan sebagai tambahan untuk mendapatkan
pencahayaan yang tinggi pada area atau pekerjaan tertentu.
Gambar 3.5. Localized-General Lighting
Localatau task lightingberfungsi untuk mendapatkan tingkat pencahayaan
yang tinggi dibandingkan lingkungan sekelilingnya. Local lightingbiasanya disesuaikan dengan kebutuhan pekerja sehingga umumnya dilengkapi dengan tombol pengatur tingkat pencahayaan serta arahnya bisa disesuaikan.
Gambar 3.6. Local
melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya dapat dilihat pada tabel 3.1.
3.4. Kualitas Warna Cahaya
Kualitas warna suatu lampu mempunyai dua karakteristik yang berbeda sifatnya, yaitu :
a). Tampak warna yang dinyatakan dalam temperatur warna.
b). Renderasi warna yang dapat mempengaruhi penampilan obyek yang diberikan cahaya suatu lampu. Sumber cahaya yang mempunyai tampak warna yang sama dapat mempunyai renderasi warna yang berbeda
Tabel 3.1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan
Minimal (lux) Keterangan
Pekerjaan kasar dan tidak
terus-menerus 100 dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300
Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun
Pekerjaan agak halus 500
Tabel 3.1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja (Lanjutan) Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan
Minimal (lux) Keterangan
Pekerjaan halus 1000
Pemilihan warna, pemrosesan teksti, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus mesin dan perakitan yang sangat halus
3.5. Pengendalian Sistem Pencahayaan
Guna adanya pengendalian system pencahayaan sebagai berikut :
a. Semua sistem pencahayaan bangunan harus dapat dikendalikan secara manual atau otomatis kecuali yang terhubung dengan sistem darurat.
b. Pencahayaan luar bangunan dengan waktu pengoperasian terus menerus kurang dari 24 jam, sebaiknya dapat dikendalikan secara otomatis dengan
timer, photocell, atau gabungan keduanya.
c. Armatur-armatur yang letaknya paralel terhadap dinding luar pada arah datangnya cahaya alami dan menggunakan sakelar otomatis atau sakelar terkendali harus juga dapat dimatikan dan dihidupkan secara manual.
e. Berikut ini adalah hal-hal yang tidak diatur dalam ketentuan pengendalian system pencahayaan :
1) Pengendalian pencahayaan yang mengatur suatu daerah kerja yang luas secara keseluruhan dimana kebutuhan pencahayaan dan pengendali dipusatkan ditempat lain (termasuk lobi umum dari perkantoran, Hotel, Rumah sakit, Pusat belanja, dan gudang).
2) Pengendalian otomatis atau pengendalian yang dapat diprogram. 3) Pengendalian yang memerlukan operator terlatih.
4) Pengendalian untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan daerah berbahaya.
3.6. Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap sistem pencahayaan dimaksudkan untuk menjaga agar kinerjasistem selalu berada pada batas-batas yang ditetapkan sesuai perancangan, dan untuk memperoleh kenyamanan. Jika faktor pemeliharaan ini dilakukan sejak tahap perancangan, maka beban listrik dan biaya awal dapat diminimalkan. Pemeliharaan ini mencakup penggantian lampu-lampu dan komponen listrik dalam armatur yang rusak/putus atau sudah menurun kemampuannya, pembersihan armatur dan permukaan ruangan secara terjadwal.
lampu, armatur dan permukaan ruangan juga akan menurunkan Fluks luminus yang akan diterima oleh bidang kerja. Agar tindakan pemeliharaan pada sistem tata cahaya terjamin pelaksanaannya, maka pemilik ataupengelola bangunan sebaiknya memiliki buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan sistem tata cahaya bangunan. Buku ini berisi data dan informasi lengkap mengenai sistem listrik untuk tata cahaya yang mencakup :
a) Diagram satu garis dari sistem listrik bangunan.
b) Diagram skematik pengendalian sistem listrik untuk sistem pencahayaan. c) Daftar peralatan listrik yang beroperasi pada bangunan terutama untuk
pencahayaan.
d) Daftar pemakaian listrik untuk pencahayaan sesuai dengan jumlah lampu dan jenisnya.
e) Daftar jenis dan karakteristik dari setiap lampu yang digunakan. f) Daftar urutan pemeliharaan.
3.7. Metode Pengukuran Pencahayaan2 3.7.1.PenentuanTitikPengukuran
a. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan.Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. b. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan
pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:
1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 (satu) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas Kurang Dari 10 m2
2
Standar Nasional Indonesia. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI 16-7062-2004
1 m 1 m 1 m 1 m
1 m
1 m
2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter2: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan seperti Gambar 3.8.
Gambar 3.8. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas Antara 10 M2 – 100 m2
3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 3.9.
3 m 3 m 3 m 3 m
3 m
3 m
Gambar 3.9. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas Lebih Dari 100 m2
3.7.2. Persyaratan Pengukuran
1. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan dilakukan.
2. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
3.8. Dampak Kekurangan Cahaya Terhadap Tubuh
Kekurangan pencahayaan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman terhadap mata, kehilangan sebagian penglihatan, sakit kepala, kelelahan mata, mata kering, mata perih, keluhan pada leher dan bahu serta meningkatnya kecelakaan, kerusakaan alat penglihatandan kelelahan mental.
6 m 6 m 6 m 6 m
6 m
6 m
3.9. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami ini memberi manfaat psikologi disamping kegunaan praktis berupa pengurangan energi untuk pencahayaan buatan. Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi. Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi. Sinar matahari dapat dibaurkan oleh awan, kabut dan uap air dan dipantulkan dari tanah atau permukaan lain yang berada disekitar bangunan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:
a. Variasi intensitas cahaya matahari b. Distribusi dari terangnya cahaya
c. Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan d. Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila :
a. pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
b. distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu.
3.9.1. Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang
Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami padabidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :
a. hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya. b. ukuran dan posisi lubang cahaya.
c. distribusi terang langit.
d. bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.
3.9.2. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.
a. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :
1) Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit.
2) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
Gambar 3.10. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari
b. Persamaan-persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami
Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan-persamaan berikut ini ;
Keterangan :
D = jarak titik ukur ke lubang cahaya
Keterangan :
(fl)p = faktor langit jika tidak ada penghalang.
Lrata-rata = perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi rata-rata langit.
tkaca = faktor transmisi cahaya dari kaca penutup lubang cahaya, besarnya tergantung pada jenis kaca yang nilainya dapat diperoleh dari catalog yang dikeluarkan oleh produsen kaca tersebut.
A = luas seluruh permukaan dalam ruangan R = faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan W = luas lubang cahaya.
Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas dimulai dari bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding dimana lubang cahaya terletak. C = konstanta yang besarnya tergantung dari sudut penghalang.
3.10. Pencahayaan Buatan
Perencanaan pencahayaan buatan perlu memenuhi fungsi pokok daripencahayaan penerangan buatan itu sendiri dalam kondisi pemakaian yang normal dengan pemeliharaan yang wajar. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapaioleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi
Adapun fungsi pokok penerangan (illuminasi) buatan di dalam gedung, baik diterapkan tersendiri maupun dalam kombinasi dengan penerangan alami siang hari adalah:
a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat.
b. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
c. Menciptaskan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada prestasi.
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakanatas 3 macam yakni :
1. Sistem Pencahayaan Merata
2. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu.Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebihjelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut berperansebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui mekanismepemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaanmerata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan olehpencahayaan merata.
3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual.
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukansistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan diruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:
1) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
2) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90% 3) Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
Pada masing-masing armatur disediakan suatu tabel faktor utilisasisebagai fungsi dari indeks ruang dan pemantulan oleh langit-langit, dindingdan permukaan yang perlu diterangi. Disamping itu kita juga perlumemperhatikan depresi daripada lampu, reflektornya, permukaanpermukaanyang memantulkan, karena defresi itu turut mengurangi tarafilluminasi.Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka fluks cahaya yang diperlukanuntuk menerangi suatu ruangan lazim dihitung dengan rumus:
Fluks cahaya = faktor utilitas ×Faktor depresiasi
tingkat pencahayaan x luas ruangan
Sementara itu untuk mengetahui jumlah armatur perlu juga diketahuifluks cahaya yang juga berarti jumlah lampu maka dipergunakan rumus:
Jumlah armatur = fluks per armatur
Fluks yang diperlukan
Sementara itu didalam satu armatur dapat dipasang satu ataupun lebihlampu-lampu, sehingga :
Fluks per armatur = jumlah lampu per armatur x fluks per lampu.
3.10.1.Sumber Terang Buatan
Ada enam jenis sunber cahaya buatan yaitu : 1. Lampu Pijar
memiliki efikasi rendah, mempresentasikan warna (render) dengan cukup baik, dan mudah untuk dipadamkan oleh reostat.
2. Lampu Fluoresens
Lampu fluoresens adalah lampu discharge tubular dimana cahaya dihasilkan dari fluresens lapisan fosfor didalam tabung. Lampu ini menyediakan sumber cahaya linier dan memiliki efikasi sebesar 50 sampai 80 lumen per watt. Kemampuan merepresentasikan warna (rendering) yang dimiliki bervariasi. Gambar buku IKB hal 391
3. Lampu High-Intensity Discharge (HID)
Lampu High-Intensity Discharge (HID)adalah lampu discharge yang memiliki jumlah cahaya signifikan yang dihasilkan dari pelepasan listrik melalui uap logam didalam tabung kaca tertutup. Lampu HID menggabungkan bentuk lampu pijar dengan efikasi lampu fluoresens.
4. Lampu-lampu merkuri menghasilkan cahaya dengan pelepasan listrik dalam uap merkuri.
5. Lampu logam halida konstruksinya sama dengan lampu merkuri, tetapi memiliki tabung dimana ligam halida ditambahkan untuk menghasilkan cahaya dan memperbaiki color rendering.
Dalam merancang sistem pembuatan cahaya buatan memiliki prosedur yg sebagai acuan dalam merancang system pencahayaan buatan. Adapun prosedur system pencahayaan buatan antara lain
1. Tentukan Intensitas Penerangan minimum (lux) yang direkomendasikan sesuaidengan fungsi ruangan (Tabel 3.1).
2. Tentukan sumber cahaya (jenis lampu) yang paling efisien (efikasi tinggi) sesuai dengan penggunaan termasuk renderasi warnanya.
3. Tentukan armatur yang efisien, yang menyerap cahaya minimal, mempunyai distribusi cahaya sesuai dengan rancangan yang dikehendaki dan yang memancarkan panas yang minimal ke dalam ruangan (gunakan Petunjuk Teknis Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Departemen Pekerjaan Umum).
4. Tentukan cara pemasangan armatur dan pemilihan jenis, bahan dan warna permukaan ruangan (dinding, lantai, langit-langit).
5. Hitung jumlah fluks luminus (lux) yang diperlukan dan jumlah lampu. 6. Tentukan jenis pencahayaan, pencahayaan merata atau setempat.
7. Hitung jumlah daya terpasang dan periksa apakah daya terpasang per-m2 tidak melampaui harga maksimum yang telah ditentukan.
8. Rancang sistem pengelompokkan penyalaan sesuai dengan letak lubang cahaya yang dapat memasukkan cahaya alami.
perhitungan terhadap daya listrik yang digunakan, digambarkan pada Gambar 3.11.
Fungsi Ruangan Tentukan Tingkat
Pencahayaan Umum
Gambar 3.11. Prosedur Perencanaan Teknis Perancangan Pencahayaan Buatan
3.10.3.Cara Menghitung Penerangan Dalam
b. peningkatan kecermatan; c. kesehatan yang lebih baik;
d. suasana kerja yang lebih nyaman; e. keselamatan kerja yang lebih baik
Pilihan mengenai sistem penerangan yang sebaiknya digunakan dipengaruhi olehbanyak faktor, antara lain:
a. intensitas penerangannya di bidang kerja; b. intensitas penerangan umumnya dalam ruangan; c. biaya instalasinya;
d. biaya pemakaian energinya;
e. biaya pemeliharaan instalasinya antara lain biaya untuk penggantian lampu lampu.
Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang terlalu besar sehingga melelahkan. Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum di bidang. kerja harus sekurang-kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus sekurang-kurangnya 0,3.
1. Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan yang harus dilakukan. Tabel 3.1 menunjukan intensitas penerangan untuk ruang dan jenis pekerjaan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan intensitas penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu dapur. Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi intensitas penerangan yang diperlukan. Pekerjaan yang lama dengan penerangan buatan, juga memerlukan intensitas penerangan yang lebih besar. Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah Im/m2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A m2 ialah(harten, tahun 2002 : 38).:
Ф = E x A lm
Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja. Sebagian dan flux cahaya itu akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit. Karena itu untuk menentukan flux cahaya yang diperlukan harus diperhitungkan efisiensi atau rendemennya.
2. Efisiensi Penerangan
Adapun rumus mencari efisiensi penerangan adalah
фo = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam ruangan
Dan
di mana:
A = luas bidang kerja dalam m2.
E = intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja.
Efisiensi atau rendemen penerangannya ditentukan dan Tabel 3.2 . Setiap tabel hanya berlaku untuk suatu armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu dalam ruangan tertentu pula.
Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus diperhitungkan:
a. efisiensi atau rendemen armaturnya (v);
b. faktor refleksi dindingnya (rw), faktor refleksi langit-langitnya (rp) dan factor refleksi bidang pengukurannya (rm);
c. indeks ruangannya,
Tabel 3.2 Efisiensi Penerangan Dalam Keadaan Baru
Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yangdipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, dankemudian mencapai bidang kerja.Faktor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm ditentukan olehrefleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnyauntuk rm ini diambil 0,1.
Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70°, dan yang berwarna gelap 10-20%.
Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebihkecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab cahayayang jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya.
Dalam Tabel 3.2 efisiensi penerangannya diberikan untuk tiga nilai rp yangberbeda. Pada setiap nilai rp terdapat tiga nilai rw.
Untuk faktor refleksi dinding rw ini dipilih suatu nilai rata-rata, sebab pengaruhgorden dan sebagainya sangat besarSilau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara berikutini:
a. menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja
b. menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan luminansinya rendah
4. Indeks ruang atau Indeks Bentuk
Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuranukuranutama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar:
�= ���
ℎ (�+�)
di mana:
p = panjang ruangan dalam m, I = lebar ruangan dalam m;
h = tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja, dinyatakan dalam m.
Bidang kerja ialah suatu bidang horisontal khayalan, umumnya 0,80 m di ataslantai.
Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannyadapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k = 4,5 maka
untuk η diambilnilai tengah antara nilai-nilai untuk k = 4 dan k= 5.
Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai η untuk k = 5, sebab untuk k di atas
5,efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi.
5. Faktor Penyusutan / Depresiasi
Kalau faktor depresiasinya 0,8, suatu instalasi yang dalam keadaan baru memberi150 lux, akan memberi hanya 120 lux saja dalam keadaan sudah dipakai.
Jadi untuk memperoleh efisiensi penerangannya dalam keadaan dipakai, nilairendemen yang didapat dari tabel masih harus dikalikan dengan faktor depresiasinya.Faktor depresiasi ini dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk: a. pengotoran ringan
b. pengotoran biasa c. pengotoran berat
Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga kelompok, tergantungpada masa pemeliharaan lampu-tampu dan armatur-armaturnya, yaitu setelah 1, 2atau 3 tahun.
Pengotoran ringan terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolahyang berada di daerah-daerah yang hampir tidak berdebu.
Pengotoran berat akan terjadi di ruangan-ruangan dengan banyak debu ataupengotoran lain, misalnya di perusahaan-perusahaan cor, pertambangan, pemintalandan sebagainya.
Pengotoran biasa terjadi di perusahaan-perusahaan lainnya.Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan faktor depresiasi 0,8.
Cahaya yang menyebar memancar dari sumber cahaya yang banyak atau luas serta permukaan pemantul. Iluminasi yang datar dan hampir seragam meminimalisasi kontras dan bayangan, serta dapat menyulitkan pembacaan tekstur. Disisi yang lain cahaya terarah meningkatkan persepsi bentuk dan tekstur dengan menghasilkan variasi bayangan dan brightness pada permukaan benda yang disinari.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Konveksi Indra jalan Bromo Ujung No. 63 Medan. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan pada bulan Januari 2012s/dJuni 2012.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif. Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat pencahayaan ruang kerja dan dibandingkan dengan standar/persyaratan yang ada.
4.3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keseluruhan pekerja yang bekerja di home
industry pembuatan celana jeans. Dan objek penelitiannya adalah tingkat
pencahayaan.
4.4. Instrumen yang digunakan a. Lux Meter
Lux Meteradalah Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat cahaya.
Adapun spesifikasi lux meter tersebut sebagai berikut : 1) Display: 3 1/2 digit LCD
2) Measuring Range: 200/2000/20000/200000 Lux 20000 lux-reading x 10; 200000 lux-reading x 100
3) Accuracy: ± 3% rdg ± 0.5% f.s.(<10,000 lux) ± 4% rdg ± 10dgts (>10,000lux)
4) Measuring Rate: Approx. 2 times/sec.
5) Operating Temperature & Humidity 0'C to 40'C < 80% R.H.
6) Power source: 1 x 9V battery (sold separately)
7) Dimension: 135mm(L) x 75mm(W) x 33mm(H)
Adapun tata cara penggunaan luxmeter diuraikan sebagai berikut : 1) Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor. 2) Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran
untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
3) Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
4) Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan setempat.
5) Matikan Lux Meter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.
b. Kuesioner
b. Camera digital
Camera digital menjadi alat untuk mendokumentasikan penelitian baik itu
sebelum maupun sesudah dilakukannya perbaikan.
4.5. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas : Daya lampu ruangan, jarak lampu terhadap meja kerja, tingkat pencahayaan.
b. Variabel Terikat : Kesehatan/keluhan dan produktivitas
4.6. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Biasanyakerangka penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan antar variabel dalam proses analisisnya.
Daya Lampu Ruangan
Gangguan Kesehatan Jarak Lampu
Terhadap Meja Kerja
Penurunan
Produktivitas Perbaikan
Tingkat Pencahayaan
R 1
R 2
R 3
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual
4.7. Defenisi Operasional
Adapun defenisi operasional yang tercantum pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Daya lampu ruangan
Daya lampu ruangan didefinisikan sebagai kekuatan bola lampu untuk menerangi masing-masing departemen.
2. Jarak lampu terhadap meja kerja
Jarak lampu terhadap meja kerja didefinisikan sebagai rata-rata tingginya meja kerja terhadap lampu yang digunakan pada masing-masing departemen.
3. Tingkat pencahayaan
pengukuran dengan 3 kali pengambilan lux meter pada masing-masing bidang. 4. Gangguan kesehatan
Gangguan kesehatan didiefenisikan sebagai efek yang terjadi karena tingkat pencahayaan yang tidak memenuhi standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 dan standar internasional Illuminating
Engineering Society (IES) yang diketahui melalui penyebaran kuesioner
kepada pekerja. Adapun gangguan yang terjadi adalah mata merah, mata perih, mata gatal, mata berair, sakit kepala, sulit focus, dan tegang dileher dan bahu.
5. Produktivitas
Produktivitas merupakan hasil kerja pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya berupa lembaran-lembaran bagian dari celana jeans.
4.8. Tahap Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Studi Pendahuluan dan Studi Literatur : Observasi lapangan, diskusi, Jurnal internet, dasar
pencahayaan dan produktivitas
Latarbelakang Masalah, Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian :
analisis tingkat pencahayaan, usulan perbaikan tingkat pencahayaan, mengurangai keluhan pekerja
Pengumpulan Data :
Intensitas cahaya, Karakteristik sumber cahaya,
layout ruangan, karakteristik ruangan
Analisis Data dan Evaluasi Kinerja
Perancangan Perbaikan Valid
Penyelesaian Perancangan dan Implementasi
Ya
Desain Ulang
Tidak
Pengolahan Data :
Perhitungan rata-rata intensitas cahaya, produktivitas pekerja, luas area departemen, efisiensi ruangan, depresiasi lampu,
kebutuhan bola lampu, perhitungan daya lampu
Gambar 4.2. Prosedur Pemecahan Masalah
4.9. Metode Pengumpulan Data
terhadap pencahayaan ruangan. Data sekunder merupakan data gambaran umum
home industry pembuatan celana jeans.
Adapun mekanisme prosedur pengumpulan data di Konveksi Indra adalah: 1. Memberikan pengarahan tentang pengisian kuesioner kepada operator.
2. Mengukur tingkat tingkat cahaya, sesuai titik yang ditentukan dengan
luxmeter.
3. Pengukuran tingkatpencahayaan cahaya dilakukan 3 kali pengambilan data dengan luxmeter pada satu titik bidang.
4. Memberikan kuesioner untuk diisi operator (pengisian kuesioner) pada hari pertama pengukuran dan setelah perbaikan.
5. Lakukan seterusnya pada ruang kerja yang berbeda
9 : 00 – 10:00 11 : 00 – 12:00 13 : 00 – 14:00 15 : 00 – 16:00 17 : 00 – 18:00
I1 I2 I3 I4 I5
Keterangan :
I1, I2…I5 = Pengukuran tingkatpencahayaan
Gambar 4.3. Mekanisme Pengumpulan Data Tingkat Pencahayaan Ruang Kerja
4.10. Metode Pengolahan Data
Penelitian dilapangan dilakukan dengan mengukur tingkat cahaya dan
output produksi sebelum dilakukan perbaikan pencahayaan pada ruang kerja
jumlah bola lampu yang digunakan pada ruang kerja. Kemudian dilakukan perbaikan/perombakan pencahayaan pada ruang kerja. Hasil perbaikan ini kemudian diukur kembali tingkat cahaya dan produktivitas produksi yang dihasilkan.
Standar pencahayaan dalam penelitian ini adalah standar dari IES (Illuminating Engineering Society) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 dengan tingkat pekerjaan kasar terus menerus hingga pekerjaan halus dengan tingkat cahaya 200-500 lux.
4.11. Analisis Pemecahan Masalah
Standar IES dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 mengenai tingkat cahaya untuk pekerjaan yang memerlukan tingkat ketelitian tinggi berada antara 200 lux – 500 lux.
Maka dari itu analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran pencahayaan sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan tingkat cahaya hingga mencapai standar IES dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 terhadap produktivitas pekerja dengan melihat hasil dari pekerjaannya.
4.12. Kesimpulan dan Saran
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengukuran Karakteristik Sumber Cahaya dan Ruangan
Penilaian/data yang didapat dari karakteristik sumber cahaya meliputi jumlah lampu, daya lampu dan watt lampu.
Tabel 5.1. Karakteristik Lampu dan Ruangan
Departemen
Penjahitan Celana Bagian Kanan Dan Kiri
36 1
54 1,50
18 1
Penjahitan Pisau, Pinggang dan Merk
36 2
108 1,25
18 2
Penjahitan Kantong Belakang dan Pinggang
5.2. Tingkat Pencahayaan
5.2.1. Layout Departemen Produksi
Layouthome industry pembuatan celana jeans dapat dilihat pada Gambar
5.1:
4 Departemen Bagian Penjahitan Celana Bagian Kanan dan Kiri
5
Berikut posisi bidang pengukuran tingkat pencahayaan pada home industry pembuatan celana jeans yang dapat dilihat pada Gambar 5.2 s/d 5.9 :
1,25 m
Gambar 5.2. Departemen Penjahitan Kantong Depan (a) Layout, (b) Tampak samping (c)Bidang Pengukuran
2 2
Gambar 5.3. Departemen Bartik Celana (a) Layout, (b) Tampak Samping dan (c) Bidang Pengukuran
3
4
Gambar 5.5. Departemen Penjahitan Celana Bagian Kanan dan Kiri (a) Layout, (b) Tampak Samping dan (c) Bidang Pengukuran
18
Gambar 5.6. Departemen Penjahitan Pisau, Pinggang dan Merek (a) Layout, (b) Tampak Samping dan (c) Bidang Pengukuran
6
7
Gambar 5.8. Departemen Bagian Penyisipan (a) Layout, (b) Tampak Samping dan (c) Bidang Pengukuran
8
Gambar 5.9. Departemen Bagian Pemotongan (a) Layout, (b) Tampak Samping dan (c) Bidang Pengukuran
5.2.2. Hasil Pengukuran Tingkat Pencahayaan pada Setiap Departemen Pembuatan Celana Jeans
Hasil pengukurantingkat pencahayaan pada setiap departemen ditunjukkan pada Tabel 5.2. s/d. Tabel 5.19.
Tabel 5.3. TingkatPencahayaan (Lux) pada Penjahitan Kantong Depan Hari
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
Tabel 5.4. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bartik Celana Hari I
Waktu Bidang 5 Bidang 6 Bidang 7
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
Tabel 5.5.TingkatPencahayaan (Lux) pada Bartik Celana Hari II
Waktu Bidang5 Bidang6 Bidang7
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Tabel 5.6. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
Tabel 5.7. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Celana Hari II
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
Tabel 5.8. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Celana Bagian Kanan dan Kiri Hari I
Tabel 5.9. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Celana Bagian Kanan dan Kiri Hari II
Waktu Bidang 14 Bidang 15
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
Tabel 5.10. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Pisau, Pinggang dan Merek Hari I
Waktu Bidang 16 Bidang 17 Bidang 18
Waktu Bidang 19 Bidang 20
1 2 3 1 2 3
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
Tabel 5.11. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Pisau, Pinggang dan Merek Hari II
Waktu Bidang 16 Bidang 17 Bidang 18
Waktu Bidang 19 Bidang 20
Tabel 5.12. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Kantong belakang dan Pinggang Hari I
Waktu Bidang 21 Bidang 22 Bidang 23 Bidang 24
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
Tabel 5.13. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Kantong belakang dan Pinggang Hari II
Waktu Bidang 21 Bidang 22 Bidang 23 Bidang 24
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
Tabel 5.14. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penyisipan Hari I
Waktu Bidang 25 Bidang 26 Tabel 5.15. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penyisipan Hari II
Waktu Bidang 25 Bidang 26
1 2 3 1 2 3
Tabel 5.16. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Pemotongan Hari I
Jam Bidang 27 Bidang 28 Bidang 29 Bidang 30
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
9:00 - 10:00 78,00 75,30 77,90 89,00 91,00 89,00 91,00 90,00 91,00 77,00 76,20 76,80 11:00 - 12:00 76,60 77,90 77,50 91,00 91,00 90,00 89,00 89,00 89,00 75,60 76,90 77,10 13:00 - 14:00 77,30 75,30 77,40 89,00 89,00 89,00 91,00 91,00 91,00 75,70 75,10 76,30 15:00 - 16:00 75,60 76,50 75,20 91,00 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00 76,10 75,40 76,90 17:00 - 18:00 77,10 77,90 76,90 91,00 91,00 89,00 90,00 90,00 90,00 76,60 78,00 77,80
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
Tabel 5.17. TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Pemotongan Hari II
Jam Bidang 27 Bidang 28 Bidang 29 Bidang 30
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
9:00 - 10:00 78,00 75,30 77,90 91,00 89,00 91,00 91,00 90,00 91,00 77,00 76,20 76,80 11:00 - 12:00 76,60 77,90 77,50 91,00 90,00 89,00 91,00 89,00 89,00 75,60 76,90 77,10 13:00 - 14:00 77,30 75,30 77,40 89,00 89,00 91,00 89,00 91,00 91,00 75,70 76,30 75,10 15:00 - 16:00 75,60 76,50 75,20 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00 76,10 75,40 76,90 17:00 - 18:00 77,10 77,90 76,90 91,00 89,00 90,00 91,00 90,00 90,00 77,80 78,00 76,60
(Sumber: Hasil pengukuran, 2012)
5.2.3. Produktivitas Pekerja Masing-masing Departemen
Dari hasil pengukuran yang dilakukan di homeindustry diperoleh data hasil kerja dimasing-masing departemen yang tecantum pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Hasil Kerja Masing-Masing Departemen (Perlembar)
Waktu
Departemen Penjahitan Kantong
Depan Bartik Celana
Bagian Penjahitan Penjahitan Kantong Belakang dan
Pinggang Bagian Penyisipan Bagian Pemotongan
Hari
Tabel 5.19. Penilaian Subjektif Pekerja Terhadap Efek Tingkat Pencahayaan (Lanjutan)
5.3. Pengolahan Data
5.3.1. Perhitungan Tingkat Pencahayaan
Dari hasil pengukuran tingkat pencahayaan maka dapat dihitung rata-rata tingkat pencahayaan pada setiap departemen pembuatan celana jeans.
Adapun hasil perhitungan rata-rata tingkat pencahayaan dapat dilihat pada Tabel 5.20 s/d table 5.27.
Tabel 5.20. Rata-rata TingkatPencahayaan (Lux) pada Penjahitan Kantong Depan
Waktu
Tingkat Rata Titik 1 Tingkat Rata Titik 2 Tingkat Rata Titik 3 Tingkat Rata Titik 4 Hari
Dari gambar grafik terlihat bahwa didalam departemen penjahitan kantong depan tidak ada yang memenuhi standar Illuminating Engineering Society (IES) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Tabel 5.21. Rata-rata TingkatPencahayaan (Lux) pada Bartik Celana
Waktu
Tingkat Rata Titik 5 Tingkat Rata Titik 6 Tingkat Rata Titik 7
Hari
Gambar 5.11. Grafik TingkatPencahayaanpada Bartik Celana
Tabel 5.22. Rata-rata TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Celana
Waktu
Tingkat Rata Titik 8 Tingkat Rata Titik
9 Tingkat Rata Titik 10
Dari gambar grafik terlihat bahwa didalam bagian penjahitan celana tidak ada yang memenuhi standar IES (Illuminating Engineering Society) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Tabel 5.23. Rata-rata TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Celana Bagian Kanan dan Kiri
Waktu
Tingkat Rata Titik 14 Tingkat Rata Titik 15 Hari
I
Hari II
Rata-Rata
Hari I
Hari II
Rata-Rata 9:00 - 10:00 61,77 61,77 61,77 61,87 61,07 61,47 11:00 - 12:00 61,44 61,47 61,46 61,74 61,74 61,74 13:00 - 14:00 61,97 62,47 62,22 62,07 62,14 62,11 15:00 - 16:00 61,00 61,47 61,24 61,14 61,34 61,24 17:00 - 18:00 61,10 61,77 61,44 61,44 60,97 61,21
Dari gambar grafik terlihat bahwa didalam departemen bagian penjahitan celana bagian kanan dan kiri tidak ada yang memenuhi standar IES (Illuminating
Engineering Society) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Tabel 5.24. Rata-rata TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penjahitan Pisau, Pinggang dan Merek
Waktu
Tingkat Rata Titik 16 Tingkat Rata Titik 17 Tingkat Rata Titik 18 Hari
Tingkat Rata Titik 19 Tingkat Rata Titik 20 Hari
Dari gambar grafik terlihat bahwa didalam departemen bagian penjahitan pisau, pinggang dan merek tidak ada yang memenuhi standarIES (Illuminating
Engineering Society) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Tabel 5.25. Rata-rata TingkatPencahayaan (Lux) pada Penjahitan Kantong Belakang dan Pinggang
Waktu
Tingkat Rata Titik 21 Tingkat Rata Titik 22 Hari
Tingkat Rata Titik 23 Tingkat Rata Titik 24 Hari
Dari gambar grafik terlihat bahwa didalam departemen penjahitan kantong belakang dan pinggang tidak ada yang memenuhi standar IES (Illuminating
Engineering Society) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Tabel 5.26. Rata-rata TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian Penyisipan
Waktu
Tingkat Rata Titik 1 Tingkat Rata Titik 2 Hari
I
Hari
II Rata-Rata
Hari I
Hari
II Rata-Rata 9:00 - 10:00 63,14 61,5 62,32 61,2 61,7 61,45 11:00 - 12:00 61,57 61,87 61,72 61,64 60,87 61,26 13:00 - 14:00 61,5 62,1 61,8 61,7 61,1 61,4 15:00 - 16:00 61,87 63,14 62,51 60,87 61,2 61,04 17:00 - 18:00 62,1 61,57 61,84 61,1 61,64 61,37
Gambar 5.16. Grafik Tingkat Cahayapada Bagian Penyisipan
Tabel 5.27. Rata-rata TingkatPencahayaan (Lux) pada Bagian
Gambar 5.17. Grafik TingkatPencahayaanpada Bagian Pemotongan
Dari gambar grafik terlihat bahwa didalam departemen pemotongan tidak ada yang memenuhi standar IES (Illuminating Engineering Society) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Gambar 5.18. TingkatPencahayaan (Lux) pada Setiap Departemen
Dari Gambar 5.18. Dapat kita urutkan tingkat pencahayaan di masing-masing departemen dari yang tertinggi hingga yang terendah dapat dilihat pada Tabel 5.29 :
Tabel 5.29. Urutan Tingkat Pencahayaan(Lux) pada Masing-Masing Departemen
No Departmen Tingkat Rata-rata perhari
(Lux) 1 Penjahitan Kantong Belakang dan Pinggang (6) 122,19 2 Penjahitan Pisau, Pinggang dan Merk (5) 122,14
3 Penjahitan Kantong Depan (1) 90,66
4 Bagian Penjahitan Celana (3) 89,49
5 Bagian Pemotongan (8) 83,29
6 Bartik Celana (2) 76,59
7 Bagian Penyisipan (7) 61,67
5.3.2. Perhitungan Biaya Listrik Lampu di Masing-Masing Departemen Perhitungan biaya lampu untuk melihat apakah biaya lampu sebelum dan sesudah diperbaiki memiliki perubahan yang besar.
Adapun perhitungan biaya lampu di departemen penjahitan kantong depan menggunakan 2 buah lampu dengan daya 36 watt. Jam kerja 9 jam, 26 hari per bulan dan biaya listrik PLN perKWH = Rp. 790 (Biaya listrik PLN pada Lampiran 2)
Input daya = jumlah lampu x daya lampu
Pengoperasian lampu = Jam Kerja x hari kerja/bulan Biaya pemakaian/KWH = Input daya x Pengoperasian lampu Biaya pemakaian Rp./Bulan = Biaya pemakaian/KWh x listrik PLN Perhitungan bola lampu di departemen penjahitan kantong depan :
Input daya = 2 x 36 = 72 watt
Pengoperasian bola lampu = 9 x 26hari/bulan = 234jam/bulan Biaya pemakaian /KWh =72 watt x 234 jam /bulan
1000 = 16,848 watt/bulan
Biaya pemakaian = 16,848 x Rp. 790 = Rp. 13309/bulan
Pemakaian biaya lampu perbulan di departemen penjahitan kantong depan sebesar Rp. 13309. Adapun hasil pemakaian biaya lampu perbulan di masing-masing departemen dapat dilihat pada Tabel 5.31.
5.3.3. Perhitungan Jumlah dan Pemilihan Jenis Lampu
ruangan agar lampu dapat terang sesuai dengan standar IES (Illuminating
Engineering Society) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah lampu agar lampu dapat memenuhi standar IES (Illuminating Engineering Society) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 adalah,
E=F x (UF)x(LLF) A
Dimana :
E = Tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang direkomendasikan (lux)
F = Flux luminous (jumlah cahaya) yang diperlukan (lumen) UF = Utilization factor
LLF = Light loss factor
A = luas ruang/bidang kerja (m2)
Menurut Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia
sebesar 0,6 sedangkan nilai UF =0,6 Perhitungan Jumlah bola lampu di departemen penjahitan kantong depan :
A=pxl=3 m x 3 m =9m2
E=250 lux(standar IES 200-500 lux) F= E,A
UFxLLF=
250 x 9
0,6 x 0,6=6250
Maka jumlah bola lampu = F
F1= 6250
2500=2,50 ≈ 3 seharusnya di Penjahitan kantong
depan. Adapun rekapitulasi perhitungan jumlah bola lampu di masing-masing departemen dapat dilihat pada Tabel 5.30.
Tabel 5.30. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Bola Lampu di Masing-Masing Departemen
Tabel 5.31. Pemakaian Biaya Lampu di Masing-Masing Departemen Sebelum Perbaikan
5.3.4. Perhitungan Biaya Listrik Lampu di Masing-Masing Departemen Sesuai Kebutuhan Ruangan
Dari perhitungan jumlah bola lampu yang dibutuhkan masing-masing departemen pada Tabel 5.30. dapat kita peroleh biaya listrik lampu yang akan dikeluarkan dimasing-masing departemen.
Tabel 5.32. Pemakaian Biaya Lampu di Masing-Masing Departemen
No Departemen 1 Penjahitan Kantong
Depan 3 36 9 26 108 234 25,27 790 19964,88
226268.6
2 Bartik Celana 3 36 9 26 108 234 25,27 790 19964,88
3 Bagian Penjahitan
Celana 6 36 9 26 216 234 50,54 790 39929,76
5 Penjahitan Pisau,
Pinggang dan Merk 4 36 9 26 144 234 33,70 790 26619,84
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL
6.1. Analisis
6.1.1. Analisis Subjek Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan yang diterima oleh pekerjapada keseluruhan departemen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Usia
Interval usia pekerja berumur 26 tahun sampi berumur 40 tahun. Adapun jumlah pekerja berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 6.1
Tabel 6.1. Jumlah Pekerja berdasarkan Usia Umur
Terdapat 4 orang wanita dari 28 orang pekerja. Adapun jumlah pekerja berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6.2
Tabel 6.2. Jumlah Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin
3. Efek pencahayaan terhadap pekerja
Adapun hasil pengukuran kuesioner efek pencahayaan dapat dilihat pada Tabel 6.3
Tabel 6.3. Hasil KuesionerEfek Pencahayaan Efek Pencahayan Ya Tidak Persentase
Ya
Dari data efek pencahayaan terhadap pekerja yang tercantum pada tabel 6.3 yang berfokus kepada pencahyaan menyebabkan para pekerja mengeluh terjadinya mata mata merah 46%, mata perih sebesar 50%, Mata gatal/kering 54%, mata sering dikucek 54%, sakit kepala 36%, sulit fokus 54%, dan tegang pada leher dan bahu 68%.
6.1.2. Analisis Tingkat Pencahayaan
Adapun hasil perhitungan tingkat pencahayaan di masing-masing departemen dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Hasil Rata-Rata Tingkat Pencahyaan di Masing-Masing Departemen
No. Departemen Rata-Rata Tingkat Pencahayaan
(Lux)
1 Penjahitan Kantong Depan 90,65
2 Bartik Celana 76,59
3 Bagian Penjahitan Celana 89,49
4 Penjahitan Celana Bagian Kanan Dan Kiri 61,59
5 Penjahitan Pisau, Pinggang dan Merk 122,14 6 Penjahitan Kantong Belakang dan Pinggang 122,18
7 Bagian Penyisipan 61,67
8 Bagian Pemotongan 83,29
Gambar 6.1. Tingkat Cahaya(Lux) pada Setiap Departemen
standar Illuminating Engineering Society (IES) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
6.1.3. Analisis Hubungan Efek Pencahayaan
Tabel 6.5 Hubungan Efek Pencahayaan
Departemen Responden
Efek Pencahayaan Faktor Berpengaruh
Tabel 6.5 Hubungan Efek Pencahayaan (Lanjutan)
Departemen Responden
Efek Pencahayaan Faktor Berpengaruh
Dari tabel 6.5 dapat dilihat keluhan efek pencahayaan terbesar terjadi pada departemen penjahitan celana bagian kanan dan kiri sebesar 100%. Dari 2 orang pekerja di departemen tersebut semuanya mengalami keluhan yang didapat dari efek pencahayaan yang tidak memenuhi Illuminating Engineering Society (IES) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Adapun rekaputulasi efek pencahayaan dapat dilihat pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6Rekapitulasi Efek Pencahayaan
Departemen
Tabel 6.7. Nilai Korelasi Efek Pencahayaan
Spearman's rho Keluhan Correlation
Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
6.1.4. Analisis Layout Ruangan
Dari hasil Gambar 6.1. layout ruangan ditunjukkan bahwa tingkat pencahayaan terendah terjadi pada departemen penjahitan celana bagian kanan, kiri dan departemen penyisipan.
6.00cm.
4.00cm.
Dinding
Pintu Keterangan Gambar
Mesin Jahit
Titik Pengukuran Skala 1:50
Dinding
Pintu Keterangan Gambar
Meja
Lampu
Gambar 6.3. Layout Departemen Bagian Penyisipan
Departemen penyisipan ini memiliki panjang 4,5 meter dengan lebar 2 meter. Departemenpenyisipan juga memiliki 2 lampu dengan daya lampu 18 watt dan 36 watt. Dua bola lampu tersebut dijadikan lampu umum ruangan. Dengan 2 bola tersebut juga secara pengukuran tingkatpencahayaan tidak dapat memenuhi standar IES sebesar 61,67 lux. Akan tetapi peletakan posisi bola lampu sudah baik, karena lampu umum berada tepat diatas meja kerja sementara lampu lokal berada diposisi didepan pekerja. Sehingga cahaya yang dihasilkan tidak menimbulkan bayangan bagi pekerja saat melakukan aktivitas pekerjaannya tersebut.
Gambar 6.4. Posisi Aktual pekerja terhadap Cahaya
Pengaruh pencahayaan umum pada lampu 36 watt tersebut memberikan cahaya menyeluruh terhadap seluruh ruangan. Sedangkan pencahayaan lokal dengan daya lampu 18 watt tersebut memiliki pengaruh besar terhada kinerja pekerja.
Dalam hal ini pencahyaan lokal membentuk sudut fokus terhadap meja kerja sebesar 130, sedangkan pencahayaan lokal terhadap mata pekerja membentuk sudut 750.
6.1.6. Analisis Perhitungan Jumlah dan Pemilihan Jenis Lampu
1. Alternatif I
Data ruang yang akan didesain penerangannya departemen penjahitan celana bagian kanan, dan kiri dengan ukuran panjang 3,3 m, lebar 2,15 m, tinggi suport lampu 3 m, dan departemen penyisipan dengan ukuran panjang 4,5 m dan lebar 2,15 m tinggi support lampu 3 m. Di alternatif I ini penulis merancang pencahayaan dengan sistem pencahayaan umum yang menyinari seluruh departemen.
Maka dapat dihitung lampu yang diperlukan untuk mendapatkan tingkatpencahayaan sebesar 250 lux ditentukan sebagai berikut.
a. Jenis lampu yang dipilih adalah philips jenis TL’D 36 W/54, nominal lominous flux= @2500 lumen.
b. Data ruang yang didapat selama penelitian : langit-langit ruang cukup gelap sehingga dapat ditentukan nilai rp = 0,5, rw = 0.5 dan warna lantai yang agak gelap (rm = 0.1).
c. Indek ruangan
lampu dipasang pada langit-langit dan bidang kerjanya 0,8 m diatas lantai, maka untuk menghitung indeks bentuk dilakukan dengan rumus:
k= pxl h (p+l)
k= 3,3 x2,15 (3-0,8) (3,3+2,15)
k=0,59
d. Efisiensi Ruangan
Dengan didapatnya nilai K, rp, rw dan rm maka efisiensi ruang dapat dilihat pada tabel efisiensi penerangan. Untuk departemen penjahitan celana bagian kanan, dan kiri
K= 0 η= 0,14
K= 0,6 η= 0,17
Maka untuk nilai efisiensi k=0,55 dapat kita hitung dengan interpolasi
η=0,14+0,59-0
0,6-0 (0,17-0,14)=0,17
efisiensi departemen penjahitan celana bagian kanan, dan kiri sebesar 0,17. Dan efisiensi departemen penyisipan sebesar 0,18.
e. Depresiasi lampu TL (LLF)
Lampu dinyalakan pada saat produksi berlangsung 9 jam selama 26hari/bulan. Umur nyala lampu 15000jam dengan kondisi industry yang kotor. Menurut Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia
LLF sebesar 0,6 sedangkan nilai UF =0,6 f. Jumlah lampu
Untuk departemen penjahitan celana bagian kanan dan kiri sebesar
� = ���
������
�= 250 x 6
0,6 x 0,6= 4927,08≈ 4928 lumen
F F1=
4928
2500=1,97 ≈ 2seharusnya di departemen penjahitan celana bagian kanan dan
kiri memiliki 2 lampu dengan daya 36 watt. Dan Nilai Flux (F) pada departemen penyisipan adalah sebesar 5208,33 ≈ 5209 lumen, maka jumlah lampu yang yang harus tersedia sebanyak 2,08 ≈ 2 buah bola lampu dengan daya 36 watt.
2. Alternatif II
Data ruang yang akan didesain penerangannya departemen penjahitan celana bagian kanan, dan kiri dengan ukuran meja kerja panjang 0,85 m, lebar 0,50 m, tinggi suport lampu 3 m, dan departemen penyisipan dengan ukuran panjang 1,20 m dan lebar 0,5 m tinggi lampu terhadap meja kerja (h) 0,6cm. Di alternatif II ini penulis merancang pencahayaan dengan system pencahayaan lokal yang menyinari meja kerja.
Maka dapat dihitung lampu yang diperlukan untuk mendapatkan tingkatpencahayaan sebesar 250 lux ditentukan sebagai berikut.
a. Jenis lampu yang dipilih adalah philips jenis TL’D 10W, nominal lominous flux= @650 lumen.
b. Data ruang yang didapat selama penelitian : langit-langit ruang cukup gelap sehingga dapat ditentukan nilai rp = 0,3, rw = 0,1 dan warna lantai yang agak gelap (rm = 0.1).
c. Indek ruangan
� = ���
ℎ (�+�)
�= 3,3�2,15
(0,6) (3,3 + 2,15)
� = 2,17
Indeks ruangan departemen penjahitan celana bagian kanan, dan kiri adalah sebesar 2,17 sedangkan bagian penyisipan = 2,38
d. Efisiensi Ruangan
Dengan didapatnya nilai K, rp, rw dan rm maka efisiensi ruang dapat dilihat pada tabel efisiensi penerangan. Untuk departemen penjahitan celana bagian kanan, dan kiri
K= 2 η= 0,38
Sedangkan departemen bagian penyisipan
K= 2 η= 0,38
K= 2,5 η= 0,4
Maka untuk nilai efisiensi k = 2,38 dapat kita hitung dengan interpolasi
η= 0,38 +2,38−2,17
2,5−2,17 (0,4−0,38) = 0,39
e. Depresiasi lampu TL (LLF)
Lampu dinyalakan pada saat produksi berlangsung 9 jam selama 26hari/bulan. Umur nyala lampu 12000jam dengan kondisi industri yang kotor. Menurut Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia
Untuk departemen penjahitan celana bagian kanan dan kiri sebesar
� = ���
������
�= 250 � 0,43
0,66 � 0,6 = 268,31≈269 lumen
Jenis lampu yang dipilih adalah philips jenis TL’D 10 W, nominal lominous flux= @650 lumen, Maka jumlah bola lampu = �
�1= 269
650 = 0,41 ≈ 1
Penerangan lokal daerah kerja di departemen penjahitan celana bagian kanan dan kiri memiliki 1 lampu dengan daya 10 watt. Dan Nilai Flux (F) pada departemen penyisipan adalah sebesar 378,79 ≈ 379 lumen, maka jumlah lampu pencahayaan lokal yang yang harus tersedia sebanyak 0,31 ≈ 1 buah bola lampu dengan daya 10 watt.
6.1.7. Analisis Biaya Listrik Lampu
Perhitungan biaya listrik juga ditinjau dari 2 alternatif tersebut yang nantinya akan dibandingkan dan diambil keputusan untuk dilakukannya perbaikan. Adapun perhitungan biaya listrik lampu yaitu :
1. Alternatif I
Adapun perhitungan simulasi biaya lampu di departemen penjahitan celana bagian kanan dan kiri menggunakan 2 buah lampu dengan daya 36 watt. Jam kerja 9 jam, 26 hari per bulan dan biaya listrik PLN perKWH = Rp. 790.
Input daya = jumlah lampu x daya lampu
Biaya pemakaian Rp./Bulan = Biaya pemakaian/KWh x listrik PLN Perhitungan bola lampu di departemen penjahitan penjahitan celana bagian kanan dan kiri:
Input daya = 2 x 36 = 72 watt
Pengoperasian bola lampu = 9 x 26hari/bulan = 234jam/bulan Biaya pemakaian /KWh =72 watt x 234 jam /bulan
1000 = 16,848 watt/bulan
Biaya pemakaian = 16,848 x Rp. 790 = Rp. 13309,92/bulan
Pemakaian biaya lampu perbulan di departemen penjahitan celana bagian kanan dan kiri sebesar Rp. 13309,92/bulan. Dan biaya lampu di departemen bagian penyisipan sebesar Rp. 13309,92/bulan.
2. Alternatif II
Adapun perhitungan simulasi biaya lampu di departemen penjahitan celana bagian kanan dan kiri menggunakan 2 buah lampu dengan daya 10 watt. Jam kerja 9 jam, 26 hari per bulan dan biaya listrik PLN perKWH = Rp. 790.
Input daya = jumlah lampu x daya lampu
Pengoperasian lampu = Jam Kerja x hari kerja/bulan Biaya pemakaian/KWH = Input daya x Pengoperasian lampu
Biaya pemakaian Rp./Bulan = Biaya pemakaian/KWh x listrik PLN Perhitungan bola lampu di departemen penjahitan penjahitan celana bagian kanan dan kiri:
Pengoperasian bola lampu = 9 x 26hari/bulan = 234jam/bulan Biaya pemakaian /KWh =56 watt x 234 jam/bulan
1000 = 13,104 watt/bulan
Biaya pemakaian = 13,104 x Rp. 790 = Rp. 10352,16/bulan
Pemakaian biaya lampu perbulan di departemen penjahitan celana bagian kanan dan kiri sebesar Rp. 10352,16/bulan. Dan biaya lampu didepartemen bagian penyisipan sebesar Rp. 10352,16/bulan.
6.2. Pembahasan Hasil
6.2.1. Pembahasan Subjek Penelitian 1. Usia
Dengan rata-rata umur keseluruhan pekerja 32,75 tahun dikatakan penglihatan pekerja masih dalam keadaan normal. Penurunan daya akomodasi mata terjadi pada saat umur manusia berada pada 45-50 tahun.
Menurut Dan Grandjean (1988) mengatakan bahwa kondisi umur berpengaruh terhadap kemampuan kerja fisik atau kekuatan otot seseorang. Kemampuan fisik maksimal seseorang dicapai pada umur antara 25 – 39 tahun dan akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur. Dari uraian tersebut juga menegaskan pekerja bekerja dalam produktivitas yang normal. Dalam hal ini umur dapat diabaikan karena tidak memiliki pengaruh terhadap penurunan pekerjaan.
2. Jenis kelamin
kontribusi karena perbedaan antara pekerjaan wanita dan pria terlalu besar didominasi oleh pekerja pria. Sehingga jenis kelamin juga dapat diabaikan karena tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil kerja. 3. Efek Pencahayaan terhadap Pekerja
Efek-efek pencahayaan yang dirasakan oleh pekerja memperlihatkanbahwa kondisi pencahayaan di home industry pembuatan celana jeans tempat bekerja memberikan efek negatif yangperlu mendapat perhatian penuh. Upaya perbaikan terhadapkondisi pencahayaan di home industry pembuatan celana jeans khususnyadepartemen penjahitan celana bagian kanan, kiri dan departemen bagian penyisipan yang mempunyai tingkatpencahayaan sangat rendah dibandingkan departemen lainnya.
Pencahayaan yang rendah menyebabkan mata berakomodasi maksimum sehingga efek negatif timbul dari pekerja. Evaluasi yang perlu dilakukan Perbaikansumber cahaya (lampu), distribusi cahaya, perubahanwarna ruangan, membatasi cahaya matahari yangmasuk guna menghemat biaya listrik, dan perawatan terhadap lampu merupakanbeberapa upaya perbaikan yang dapat dilakukan untukmeningkatkatkan kesesuaian pencahayaan denganstandar dan sekaligus menurunkan risiko terjadinyakeluhan kelelahan mata.
6.2.2. Pemecahan Masalah
Illuminating Engineering Society (IES) dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 sebesar 200-500 lux.
Keterbatasan waktu dan biaya perbaikan untuk memecahkan masalah ini difokuskan pada dua departemen yang memiliki tingkatpencahayaan yang paling rendah. Departemen penjahitan celana bagian kanan, dan kiri dan departemen bagian penyisipan merupakan fokus penulis utuk melakukan perbaikan.
Ada dua alternatif yang diberikan dari analisis jumlah perhitungan jumlah dan pemilihan jenis lampu serta analisi biaya listrik lampu. Penulis memilih alternatif kedua karena penulis melihat biaya dan waktu perbaikan yang minimum. Adapun alternatif tersebut dengan menambahkan 2 bola lampu dimasing-masing departemen dengan daya 10 watt.
Peralatan yang disiapkan dalam melakukan perbaikan adalah 1. Bola lampu TL beserta bodi dan rumah lampu sebanyak 4 buah 2. Rel dan daun bracket sebanyak 4 pasang
3. Kabel listrik 10 meter
4. Steker dan stop kontak 4 buah 5. Pisau carter
6. Bor Dinding