DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yessica Carolina Pasaribu Tempat / Tanggal Lahir : Tarutung / 23 Juli 1994
Agama : Kristen
Alamat : Jalan Dr. Picauly No. 17 Medan 20154 Riwayat Pendidikan :
1. TK ST. Maria Tarutung (1999-2000) 2. SD ST. Maria Tarutung (2000-2006) 3. SMP ST. Maria Tarutung (2006-2009) 4. SMAN 1 Tarutung (2009-2012) Riwayat Organisasi :
DAFTAR PUSTAKA
Boulton T.B., dan Blogg, C.E., 2013.Anestesiolog Edisi 10. Oswari, J, ahli bahasa. Jakarta : EGC, hal 229-231
Brenck, Hartman, B., Katzer C., Obaid R., Bruggman, D., Benson, M., et al. 2009. “Hypotension after spinal anesthesia for caesarean
section : identification of risk factors using an anesthesia information management system”
Callaham, B., dan Scumaker., 1997. Catatan Saku Anestesiologi dalam Praktik Sehari-hari. Ahli Bahasa : Lyndon Saputra. Jakarta : Binarupa Aksara,Hal. 53-54
Chestnut D.H., Polley L.S., Tsen L.C., dan Wong C.A., 2009.Obstetric Anesthesia, Principles and Practice 5th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier
Datta, S., 2006. Obstetric Anesthesia Handbook 4th edition. USA : Springer
Lahida ,N.J.M., Lucky, K., dan Ido, P., 2013. “Pengaruh Hipotensi Ibu terhadap Apgar Skor Bayi yang Lahir secara Seksio Sesarea dengan Anestesia Spinal di RSU. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode April-November 2013”
Mangku G., Senopathi T.G.A., 2009. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks, hal 160-162
Martinus, G., 1997. Bedah Kebidanan Martinus Edisi 12. Jakarta : EGC, hal 16-17
Morgan ,E., Maged ,S.M., dan Michael J.M., 2006. Spinal Anesthesia. In : Morgan’s Clinical Anesthesia. 4th ed. USA: McGraw-Hill
Companies, pg. 291298,301-302, 891-892, 900-901
Notoadmojo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Obstetric Anaesthesia Guidelines, 2007. Available from :
http://www.asahq.org/~/media/sites/asahq/files/public/resources/stan dardsguidelines/practice-guidelines-for-obstetric-anesthesia.pdf [Accesed at June 3rd 2015]
Pal, G.K., dan Pravati, P., 2006. Practical Physiology 2nd ed. India : Orient LongmanPrivate. Pp. 193-3
Pernoll, M.L., 2001. Benson & Pernoll’s Handbook of Obstetric and Gynecology10th edition.New York : McGraw Hill pp. 94-7
RISKESDAS 2013. Available from :
[http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Risk
esdas%202013.pdf [Accesed at June3rd 2015]
Ronny, Setiawan, dan Fatimah S., 2010. Fisiologi Kardiovaskular Untuk Perawat.Jakarta: EGC
Saleh, A., 2009. “Perbandingan Efektivitas Pemberian Efedrin
Intramuscular dengan Infus Kontinyu dalam Mencegah Hipotensi pada Anestesi Spinal”
Sari, N.S., 2012. “Perbedaan Tekanan Darah Pasca Anestesi Spinal dengan Pemberian Preload dan Tanpa Pemberian Preload 20cc/kgBB Ringer Laktat”
Sastroasmoro ,S., dan Sofyan I., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitia Klinis Edisi 4.Jakarta : Sagung Seto
Sherwood, L., 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : EGC, hal. 405
Snell, R.S., 2008. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta : EGC hal. 538-539
Sofian, A., 2012. Sinopsis Obstetri Ed.3 Jilid 2. Jakarta : EGC, hal 85
Stoelting R.K & Miller R.D. 2006. Basics of Anesthesia Fifth Edition. USA: Churchill Livingstone
Sumardi, Fitri Sepviyanti. Abdul Muthalib Nawawi.Tinni T Maskoen. 2015 “Perbandingan Efek Pemberian Norepinefrin Bolus Intravena dengan Norepinefrin Infus Kontinu dalam Tatalaksana Hipotensi, Laju Nadi, dan Nilai APGAR pada Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal”
WHO 2006. Available from :
Anestesi Spinal
Sesar Kejadian
Hipotensi BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.Kerangka Konsep
= Variabel independen = Variabel dependen
3.2.Variabel dan Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Sesar
a. Definisi : Sesar adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding depan perut, yang dalam teknik pelaksanaannya memerlukan anestesi
b. Alat ukur : rekam medik
c. Cara ukur : Observasi rekam medik d. Hasil ukur : ya atau tidak
e. Skala ukur : Nominal 2. Anestesi spinal,
a. Definisi : Anestesi spinal adalahanestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid, dengan kemungkinan komplikasi penurunan tekanan darah, nyeri punggung, sakit kepala, retensio urin, meningitis, cedera pembuluh darah dan saraf.
b. Alat ukur : rekam medik
c. Cara ukur : Observasi rekam medik d. Hasil ukur : ya atau tidak
3. Hipotensi
a. Definisi : keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik/diastolik 20-30% dari pengukuran dasar. Bila terjadi hipotensi dapat diberi bolus efedrin @10-15mg dan pemberian kristaloid
b. Alat ukur : rekam medik
c. Cara ukur : observasi rekam medik d. Hasil ukur dapat berupa : Ya atau Tidak e. Skala pengukuran : Numerik
3.3.Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan data sekunder untuk melihat efek penurunan tekanan darah pada penggunaan anestesi spinal pada pasien sesar di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai bulan September 2015 sampai Oktober 2015. Tempat penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Semua pasien yang telah menjalani seksio dengan anestesi spinal tercatat di rekam medik RSUP Haji Adam Malik Medan selama periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014.
4.3.2 Sampel
Semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel dihitung dengan rumus besar sampel sebagai berikut
|( ) |
n = jumlah sampel
kesalahan tipe I = 0,05 = 1,96 (tingkat kemaknaan) = kesalahan tipe II= 0,95 = 0.842 (power)
Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 16 pasien. Namun pada penelitian ini, pengumpulan sampel akan dilakukan dengan teknik total sampling.
4.3.2.1 Kriteria inklusi 1) Pasien seksio
2) Status fisik : ASA I-II * 3) Jenis anestesi : spinal 4) Kehamilan aterm
*Status fisik pasien berdasarkam american Society of Anasthesiologist (ASA) dibagi menjadi kelas-kelas:
1. Pasien normal dan sehat fisis mental
2. Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada keterbatasan fungsional
3. Pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat yang menyebabkan keterbatasan fungsi
4. Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam hidup dan menyebabkan ketidakmampuan fungsi
5. Pasien yang tidak dapat bertahan hidup/bertahan dalam 24 jam dengan atau tanpa operasi
6. Pasien mati batang otak yang organ tubuhnya dapat diambil
E operasiyang dilakukan darurat maka penggolongan ASA diikuti huruf E, mis 2E
4.3.2.2 Kriteria eksklusi
1) Data rekam medik yang tidak lengkap
2) Data pasien dengan riwayat komplikasi anestesi
4.4 Teknik Pengumpulan Data
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
1) Data yang terkumpul kemudian di-coding, yaitu mengklasifikasi data dan memberi kode tertentu untuk memudahkan dalam pengolahan data. Kode yang digunakan pada penulisan ini adalah
a) Usia Pasien : 1= 16-20 tahun, 2=21-25 tahun, 3=26-30 tahun, 4=31-35 tahun, 5=36-40 tahun, 6=41-45 tahun
b) Tekanan Darah : 1= Turun, 2=Tetap, 3=Naik
2) Di-entry, data yang telah di-coding selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel perhitungan
3) Cleaning data
Sebelum analisis data, data yang sudah dimasukkan dilakukan pengecekan pembersihan jika ada ditemukan kesalahan.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di instalasi rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berdiri sebagai Rumah Sakit kelas A pada tahun 1990 dan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 502/Menkes/SK/IX/1991. Lokasi terletak di Jalan Bunga Lau No. 17, kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Data Penelitian ini diambil dari bagian instalasi rekam medis yang terletak di lantai I.
Gambar 5.1 RSUP Haji Adam Malik Medan
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel
inklusi, dari 298 yang sesar ditemukan ada 75 yang memenuhi kriteria inklusi.
Berikut ini diuraikan mengenai data distribusi frekuensi sampel dalam penelitian ini dari tabel berikut :
Tabel 5.1 Gambaran Kelompok Usia Pasien Sesar dengan Anestesi Spinal di Adam Malik Tahun 2014
Kelompok Usia N Persentase
16-20 tahun 2 2,7
21-25 tahun 15 20,0
26-30 tahun 20 26,7
31-35 tahun 25 33,3
36-40 tahun 9 12,0
41-45 tahun 4 5,3
Total 75 100,0
Dari tabel di atas kita ketahui bahwa kelompok usia terbanyak operasi sesar yaitu pada usia 31-35 tahun dan kelompok usia paling sedikit pada kelompok usia 16-20 tahun.
Tabel 5.2 Perubahan Tekanan Darah Sistol Preoperasi terhadap Tekanan Darah Sistol 0 menit
n (%)
Tekanan Darah Sistol Pre-0‟
Turun 5 6,7
Tetap 63 84
Naik 7 9,3
Total 75 100
Tabel 5.3 Perubahan Tekanan Darah Diastol Preoperasi terhadap Tekanan Darah Diastol 0 menit
n (%)
Tekanan Darah
Turun 13 17,3
Tetap 49 65,3
Naik 13 17,3
Total 75 100,0
Hasil pengukuran tekanan darah diastol dari pre-operasi ke 0 menit anestesi spinal cenderung tetap pada sebagian besar sampel. Hanya sedikit dari sampel yang mengalami penurunan dan peningkatan tekanan darah diastol.
Tabel 5.4 Perubahan Tekanan Darah Sistol 0 menit terhadap Tekanan Darah Sistol 15 menit
n (%)
Tekanan Darah Sistol 0‟-15‟
Turun 17 22,7
Tetap 58 77,3
Total 75 100,0
Tabel 5.5 Perubahan Tekanan Darah Diastol 0 menit terhadap Tekanan Darah Diastol 15 menit
n (%)
Tekanan Darah Diastol 0‟-15‟
Turun 21 28,0
Tetap 52 69,3
Naik 2 2,7
Total 75 100,0
Dari Tabel 5.5 didapati penurunan tekanan darah diastol lebih banyak dari pengukuran menit sebelumnya. Tekanan darah cenderung tetap pada kebanyakan sampel dan ada sebagian kecil dari sampel yang mengalami peningkatan tekanan darah sistol pada pengukuran menit 0-15 ini.
Tabel 5.6 Perubahan Tekanan Darah Sistol 15 menit terhadap Tekanan Darah Sistol 30 menit
n (%)
Tekanan Darah Sistol 15‟-30‟
Turun 2 2,7
Tetap 72 96
Naik 1 1,3
Total 75 100,0
Hasil pengukuran tekanan darah sistol menit ke-15 terhadap menit ke-30 pada Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar sampel tidak mengalami penurunan tekanan darah. Sampel lebih cenderung tetap tekanan darah sistolnya
Tabel 5.7 Perubahan Tekanan Darah Diastol 15 menit terhadap Tekanan Darah Diastol 30 menit
n (%)
Tekanan Darah Diastol 15‟-30‟
Turun 9 12,0
Tetap 60 80,0
Naik 6 8,0
Total 75 100,0
Hasil pengukuran tekanan darah diastol menit 15 terhadap menit ke-30 yang ditunjukkan pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah diastol menurun ketimbang pengukuran sebelumnya. Sampel cenderung memiliki tekanan darah yang menetap.
Tabel 5.8 Perubahan Tekanan Darah Sistol 30 menit terhadap Tekanan Darah Sistol 45 menit
n (%)
Tekanan Darah Sistol 30‟-45‟
Tetap 74 98,7
Naik 1 1,3
Total 75 100
Pada pengukuran tekanan darah sistol menit ke-30 hingga menit ke-45 tampak tekanan darah sistol sampel hampir seluruhnya menetap.
Tabel 5.9 Perubahan Tekanan Darah Diastol 30 menit terhadap Tekanan Darah Diastol 45 menit
n (%)
Tekanan Darah Diastol 30‟-45‟
Turun 5 6,7
Tetap 64 85,3
Naik 6 8,0
Dari Tabel 5.9 didapati hasil pengukuran tekanan darah diastol dari menit ke-30 hingga menit ke-45 masih mengalami penurunan pada sebagian kecil. Sebagian besar sampel menetap tekanan darahnya. Dan masih ditemui sebagian kecil yang mengalami peningkatan tekanan darah diastol.
Tabel 5.10 Perubahan Tekanan Darah Sistol 45 menit terhadap Tekanan Darah Sistol 60 menit
n (%)
Tekanan Darah Sistol 45‟-60‟
Tetap 72 96
Naik 3 4
Total 75 100,0
Hasil pengukuran tekanan darah sistol pada menit 45 hingga menit ke-60 sebagaimana pada Tabel 5.10 menunjukkan sampel cenderung menetap. Hanya sebagian kecil dari sampel yang meningkat.
Tabel 5.11 Perubahan Tekanan Darah Diastol 45 menit terhadap Tekanan Darah Diastol 60 menit
n (%)
Tekanan Darah Diastol 45‟-60‟
Turun 4 5,3
Tetap 62 82,7
Naik 9 12,0
Total 75 100,0
5.2.Pembahasan
Berdasarkan penelitian ini, diperoleh bahwa karakteristik sampel sesar terbanyak di usia 31-35 tahun, hal ini dipengaruhi usia pasien saat menikah dan dipengaruhi jumlah kehamilannya.
Dari pengukuran tekanan darah dalam 6 waktu, yaitu pre-operasi, 0 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit setelah tindakan anestesi didapati kejadian hipotensi pada pasien sesar dengan teknik spinal terjadi pada waktu 0 menit hingga 15 menit anestesi spinal. Yaitu pada penurunan tekanan darah sistol pada 22,7% sampel (17 orang) dan penurunan tekanan darah diastol pada 28% (21 orang) sampel. Hal ini berhubungan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa waktu penurunan tekanan darah yang berarti yaitu pada menit 0 hingga 15 (Sari, 2012). Penurunan tekanan darah ini terjadi karena blokade neuroaksial dari anestesi spinal memblokade saraf T5-L1 yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, pengumpulan darah (pooling).
Sampel yang tidak mengalami penurunan tekanan darah berhubungan dengan pemberian cairan profilaksis yang adekuat. Namun tekanan darah yang mengalami penurunan langsung kembali stabil pada pengukuran menit-menit berikutnya karena adanya peran tatalaksana hipotensi dalam hal ini efedrin untuk membantu menstabilkan tekanan darah. Sehingga pemberian cairan profilaksis dan tatalaksana yang adekuat adalah kunci untuk mencegah komplikasi hipotensi ini.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terjadi hipotensi pada pasien sesar dengan teknik spinal
2. Waktu paling signifikan terjadinya hipotensi yaitu pada pengukuran 0-15 menit pasca anestesi
3. Jumlah sampel yang mengalami hipotensi 22,7% pada tekanan darah sistol dan 28% pada tekanan darah diastol.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut
1. Kejadian hipotensi bisa dicegah pada pasien sesar dengan anestesi spinal dengan cairan preload/coload.
2. Untuk praktisi agar mengisi data rekam medis lebih lengkap, karena data tidak lengkap salah satu kriteria eksklusi berbagai penelitian dengan rekam medik. Terkhusus untuk membantu peneliti berikutnya yang ingin meneliti tekanan darah, sebaiknya tekanan darah dicatat tiap 5 menit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.PERUBAHAN FISIOLOGIS IBU HAMIL
2.1.1. Perubahan Kardiovaskular Maternal selama Kehamilan
a. Darah
Volume darah terdiri dari volume plasma dan volume sel meningkat 45%-50% selama kehamilan. Volume plasma meningkat lebih banyak dan lebih awal pada masa gestasi dibandingkan volume sel, meskipun peningkatan volume sel kira-kira sekitar 33% atau ~450ml. Keadaan ini menyebabkan penurunan hematokrit hingga mendekati minggu ke-30 kehamilan, ketika volume plasma stabil, dan ini disebut sebagai anemia fisiologis atau dilusi pada kehamilan. Dengan pemberian besi, eritrosit meningkat lebih cepat, dan perbedaan antara volume seluler dan plasma bekurang. Lihat Gambar 2.1 (Pernoll, 2001).
b. Curah Jantung
Curah jantung, merupakan hasil perkalian dari denyut jantung dan volume sekuncup , meningkat ~40% (~1,5 liter/menit) selama gestasi. Curah jantung mencapai nilaimaksimum pada minggu ke 20-24 (Gambar 2.2). Volume sekuncupmenyumbang hampir seluruh kenaikan curah jantung pada awal kehamilan hingga mencapai puncaknya 25%-30% pada minggu ke 12-24. Denyut jantung meningkat 15 denyut/menit pada saat aterm namun tetap dipengaruhi oleh variabel yang sama seperti pada wanita yang tidak hamil (Pernoll, 2001).
Gambar 2.2 Peningkatan curah jantung selama kehamilan
c. Tekanan Darah Arteri
Progesteron menyebabkan relaksasi otot-otot polos. Hal ini tampak dalam sistem vena dan mengakibatkan dilatasi vena panggul, peningkatan sistem vaskularisasi uterus, dan dilatasi vena-vena di tungkai bawah secara nyata. Namun, efek ini juga terjadi pada arteri (Pernoll, 2001).
2.1.2. Penyesuaian Paru terhadap Kehamilan
posisi ini tidak mempengaruhi fungsi diafragma. Sebenarnya, otot-otot abdominal berelaksasi selama kehamilan, sehingga pernapasan cenderung diafragmatik. Tulang iga bawah mendatar ke arah luar, meninggikan angulus subsifoideus dan meningkatkan keliling thoraks hingga 6 cm (Pernoll, 2001).
Volume ruang rugi meningkat akibat relaksasi otot-otot jalan nafas. Peningkatan volume tidal bertahap (35-50%) terjadi selama kehamilan. Peninggian diafragma menurunkan kapasitas paru total sekitar 4-5%. Volume tidal meningkat 40%. Kapasitas residual fungsional, volume residual, dan volume cadangan ekspirasi menurun hingga ~20%. Ventilasi alveolar meningkat ~65% akibat kombinasi dari volume tidal besar dan volume cadangan kecil. Kapasitas inspirasi meningkat 5%-10% maksimum pada minggu ke 22-24. Ada sedikit peningkatan pada frekuensi pernafasan, menit ventilasi meningkat 50%, dan konsumsi oksigen meningkat 15%-20% diatas wanita yang tidak hamil. Volume menit pernapasan meningkat ~26% (Gambar 2.3)(Pernoll, 2001).
Terjadi hiperventilasi pada kehamilan yang dideskripsikan sebagai penurunan CO2 alveolar bersamaan dengan rendahnya CO2 sambil mempertahankan tekanan oksigen alveolar maternal yang normal. Hiperventilasi maternal berhubungan dengan kerja progesteron pada pusat pernapasan diperantarai oleh kemoreseptor perifer di badan karotid. Ini memungkinkan fetus melakukan pertukaran CO2 dengan cara yang lebih efektif (Pernoll, 2001).
2.1.3. Perubahan Ginjal
Dilatasi hilus ginjal, kaliks, dan ureter terjadi sedini akhir trimester pertama tetapi biasanya regresi normal pada akhir masa nifas. Sistem pengumpul sebelah kanan menunjukkan dilatasi yang lebih besar karena kompresi oleh pembesaran, uterus dekstrorotasi. Refluks vesikoureter bilateral sering terjadi selama kehamilan. Dengan demikian, wanita hamil menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih (Pernoll, 2001).
Gambar 2.3Perubahan volume paru selama kehamilan
Sangat awal di kehamilan, klirens kreatinin meningkat hingga ~45 dari nilai tidak hamil. Selama trimester kedua, klirens kreatinin tetap meninggi, tetapi pada trimester ketiga, beberapa minggu sebelum term, secara bertahap turun ke level wanita tidak hamil (Pernoll, 2001).
Urea dan asam urat semua diekskresikan lebih efektif selama kehamilan, sehingga konsentrasi darah dari zat ini biasanya lebih rendah daripada dalam keadaan tidak hamil. Lebih banyak glukosa dan laktosa diekskresikan selama kehamilan. Asam amino dieliminasi lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih besar selama kehamilan. Kehilangan asam askorbat dan asam folat dalam urin terjadi (Pernoll, 2001).
Volume dan komposisi cairan diregulasi oleh kontrol ginjal dengan mengekskresikan natrium dan air. Estrogen dan kortisol dan sistem renin-angiotensin-aldosteron berkontribusi terhadap perubahan homeostasis natrium dan air selama kehamilan. Peningkatan GFR yang sangat pesat selama kehamilan menyebabkan peningkatan dalam filtrasi natrium, tetapi reabsorbsi tubular natrium meningkat. Ini menghasilkan keseimbangan natrium positif diperlukan untuk memungkinkan persyaratan janin dan peningkatan volume darah ibu. Secara proporsional lebih banyak air daripada natrium yang tertensi selama trimester ketiga. Inilah yang diobservasi sebagai penyebab edema pada akhir kehamilan (Pernoll, 2001).
2.1.4. Perubahan Gastrointestinal a. Oral
Salivasi sering meningkat dan bersifat lebih asam. Gusi dapat menjadi lebih hipertropik dan hiperemis, dan pembentukan epulis dapat terjadi tanpa higienitas oral yang baik (Pernoll, 2001).
b. Gastrointestinal
heartburn, dan kemungkinan yang nyata dapat menjadi regurgitasi dan aspirasi jika dalam keadaan tak sadar. Efek kehamilan pada keasaman lambung sangat bervariasi (Pernoll, 2001).
Apendiks berpindah superior dan ke panggul kanan, dan usus dipindahkan ke atas dan lateral. Pengetahuan ini yang paling penting ketika apendiktomi harus dilakukan dalam lanjutan kehamilan (Pernoll, 2001).
c. Hati
Tidak ada perubahan kotor atau mikroskopis yang ada di hati telah dicatat selama kehamilan. Nilai tes fungsi hati dalam kehamilan adalah sama seperti dalam keadaan tidak hamil dengan pengecualian berikut. (1) Serum albumin menurun perlahan-lahan selama kehamilan dari sekitar 4,2-3,5 g / dL, dengan kenaikan bertahap normal dalam 6-8 minggu setelah melahirkan. (2) Alpha dan tingkat globulin beta meningkat sedikit dan gamma globulin menurun sangat sedikit pada kehamilan. (3) flokulasi sefalin meningkat pada 25% kehamilan. (4) Serum alkaline phosphatase meningkat secara bertahap selama kehamilan; di jangka, nilai rata-rata adalah 6,3 unit Bodansky dan 19 Raja-Armstrong unit. Tes tidak berubah selama kehamilan termasuk untuk serum transaminase oksaloasetat glutamat dan kadar bilirubin serum. Tes ekskresi BSP tidak terpengaruh (Pernoll, 2001).
d. Empedu
Waktu pengosongan diperlambat dan sering tidak lengkap. Komposisi kimia empedu ini tidak diubah, tetapi stasis empedu dapat menyebabkan batu empedu (Pernoll, 2001).
2.1.5 Peningkatan Berat Badan Maternal pada Kehamilan
ketiga. Progresivitas peningkatan berat badan yang inadekuat sering dikaitkan dengan pertumbuhan fundus buruk, yang mencerminkan defisiensi pertumbuhan janin. Dengan demikian, progresivitas penigkatan berat badan yang inadekuat padakehamilan memerlukan penyelidikan defisit gizi, penyakit ibu, malabsorpsi, atau mileau hormonal yang abnormal (misalnya, hipertiroidisme). Berat badan yang berlebihan di paruh kedua kehamilan mengkhawatirkan karena hubungan dengan hipertensi negarakehamilan (Pernoll, 2001).
Individualisasi berat badan ibu adalah kunci untuk janin yang tumbuh optimal. Misalnya, perempuan kurus dianjurkan meningkatkan berat lebih dan wanita gemuk kurang dianjurkan. Wanita yang lebih berat pada saat kehamilan atau memiliki berat badan yang berlebihan selama kehamilan lebih rentan untuk memiliki bayi makrosomia. Sebaliknya, wanita kurus dan orang-orang dengan berat badan yang tidak memadai selama kehamilan lebih mungkin untuk memiliki janin dengan pertumbuhan intrauterin terbelakang dan plasenta kecil (Pernoll, 2001).
Gambar 2.4 Komponen peningkatan berat badan pada kehamilan normal
Kesimpulan perubahan fisiologi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1 Perubahan fisiologi ibu hamil
Sistem Parameter Jumlah
Respirasi Konsumsi O2 +20-50%
Volume tidal +40%
RR +15%
PaO2/CO2 +10%
HCO3- -20%
FRC -20%
Koagulasi Faktor-faktor pembekuan
+50%sampai +250%
Neurologi MAC -40%
Kardiovaskular Volume Plasma +45%
Volume RBC +20%
CO/SV +40%/+30%
HR +15%
MAP -15%
CVP Tidak berubah
Renal GFR +50%
PH Tidak berubah
GI Motilitas Menurun
pH Menurun
(Callaham, Barton dan Scumaker, 1997)
2.2.SEKSIO SESAREA
2.2.1. Definisi Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah sesuatu cara melahirkan transabdominal janinyang viabel (dengan plasenta dan membran) dengan melakukan insisi pada rahim (Pernoll, 2001).
2.2.2. Klasifikasi Seksio Sesarea a) Seksio sesarea primer (efektif)
Sejak semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea. Misalnya pada panggul sempit (CV< 8 cm)
b) Seksio sesarea sekunder
Kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan). Jika tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
c) Seksio sesarea ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani seksio sesarea dan pada kehamilan selanjutnya juga dilakukan seksio sesarea ulang
d) Seksio sesarea histerektomi
Suatu operasi yang meliputi pelahiran janin dengan seksio sesarea yang secara langsung diikuti histererktomi karena suatu indikasi. e) Operasi Porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi yang berat.(Sofian, 2012)
2.2.3. Frekuensi
Frekuensi seksio sesarea yang dilakukan di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan Tabel 2.2 Tabel Frekuensi seksio sesar di RS Dr. Pirngadi Medan
Mochtar (1968) 2,5%
Mochtar dkk (1971) 4,9 %
Aziz dkk (1974) 6,4 %
Mochtar (1981) 10 %
2.2.4. Indikasi Seksio Sesarea
Menurut Pernoll (2001) indikasi yang umum untuk melakukan seksio sesare sebagai berikut :
I. Seksio sesarea berulang II. Distosia
A.Disproporsi fetopelvik ( Passage insuficiency) Tulang pelvis
-Inlet pelvis ( biasanya antero-posterior < 10 cm) -Midpelvis ( biasanya spina-ischiadica <9,5 cm) -Outlet (Sangat jarang dan hampir tidak pernah terlihat di ketidakhadiran kontraktur pelvis lainnya) Obstruksi jaringan-lunak
-Plasenta letak rendah (terutama jika implantasi di posterior)
-Leiomioma uterus -Tumor ovarium
-Keganasan lain pada saluran genital (jarang) B.Komplikasi Janin (Passenger)
Janin Normal
Macrosomia ( >4000 g) Malposisi dan malpresentasi
Sungsang yang tidak dapat dilahirkan pervaginam Kepala defleksi
Posisi transverse atau oblik Posisi dahi
Posisi dagu posterior Presentasi bahu
Presentasi campuran yang mempersulit Janin abnormal
Meningomielosel Hidrosefalus
Anomali janin lainnya C.Persalinan yang Abnormal (Power)
Inersia uterus primer
Fase laten memanjang ( Tidak sering, tetapi >20jam pada nulipara dan >14 jam pada multipara)
Gangguan protraksi
Protraksi aktif fase dilatasi (nuligravida <1,2 cm/jam, multigravida <1,5cm/jam)
Protraksi menurun (nuligravida <1cm/jam, multigravida <2cm/jam)
Arrest disorder
Fase deselerasi memanjang (Nulipara 3jam, multipara 1 jam)
Dilatasi-secondary arrest (Tidak ada dilatasi selama 2jam
Fase active arrest atau penurunan ( 1 jam) Inersia uterus akibat disproposi fetopelvik
Induksi gagal
D.Komplikasi Janin
Insufisiensi uteroplasenta Trauma medula
Asidosis metabolik
E.Perdarahan obstetrik (Materna atau janin atau keduanya) Abrupsi plasenta
Plasenta previa Ruptur uterus Vasa previa F.Gestasi multipel
Kembar dua
Kegagalan intrapartum untuk versi eksternal Distres janin (Walaupun dengan kembar A sudah dilahirkan pervaginam)
Semua kembar monoamniotik Kembar tiga atau lebih
G.Infeksi
Korioamnionintis berat Herpes genital maternal aktif
Beberapa kasus condiloma akuminata genital
H.Komplikasi ibu dan/atau janin yang berpotensi merugikan akibat melahirkan seksio atau pervagina atau keduanya
Preeklamsi-eklamsi fulminan
Diabetes ( Hanya jika diindikasikan) Erythroblastosis
Penyakit jantung ibu yang berat Kondisi yang mebatasi lainnya I.Bedah
Jaringan parut pada serviks atau uterus yang dapat memicu ruptur saat melahirkan (Cth : miomektomi ekstensif, trakelorafi)
Cervical cerclage Masalah ibu yang serius Operasi vaginal yang ekstensif III.Karsinoma servik
2.3.ANESTESI SPINAL 2.3.1. Definisi
Hal-hal yang mempengaruhi anestesi spinal adalah jenis obat, dosis yang digunakan, efek vasokontriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan intraabdomen, lengkung tulang belakang, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat (Mansjoer et al, 2000).
Keuntungan penggunaan anestesi spinal adalah waktu mula yang cepat, obat yang dibutuhkan relatif lebih sedikit dan menghasilkan keadaan anestesi yang memuaskan (WHO, 2006).
2.3.2. Anatomi
a. Columna Vertebra
[image:31.595.142.408.400.697.2]Tulang belakang terdiri dari tulang vertebra dan diskus intervertebralis kartiloginosa (Gambar 2.5). Terdiri dari 7 vertebra servikalis, 12 vertebra thorakikus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sakralis (bergabung membentuk os sakrum) dan 4 vertebra koksigea (tiga yang dibawah umumnya bersatu) ( Snell, 2007).
Vertebra berbeda dalam bentuk dan ukuran pada berbagai level. Vertebra servikalis pertama, atlas, korpus yang kecil dan persendian yang unik dengan dasar tengkorak dan vertebra kedua. Vertebra kedua , disebut juga aksis, memiliki permukaan persendian yang atipikal. Keduabelas vertebra thorakikus berartikulasi dengan iga yang koresponden. Vertebra lumbar memiliki korpus vertebra silindris yang besar di anterior. Cincin berongga didefinisikan anterior oleh korpus vertebra, lateral oleh pediculus dan prosesus transversus, dan posterior oleh lamina dan prosesus spinosus (Gambar 2.5 B dan C). Lamina berada di antara prosesus transversus dan prosesus spinosus; dan pediculus berada di antara korpus vertebra dan prosesus transversus. Ketika ditumpuk secara vertikal, cincin berongga menjadi kanalis spinalis di dalamnya medula spinalis dan penutupnya berada. Masing-masing korpus vertebra terhubung dengan diskus intervertebra. Ada empat sendi sinovial kecil pada tiap vertbebra, dua artikulasi dengan vertebra di atasnya dan dua dengan vertebra di bawahnya (Gambar 2.5 C). Pediculus melekuk ke superior dan inferior, lekukan ini membentuk foramen intervertebral, tempat keluarnya saraf spinal. Veretebra sakralis biasanya bergabung dengan tulang yang besar membentuk os sakrum, namun masing-masing tetap terpisah membentuk foramen intervertebralis anterior dan superior (Morgan et al, 2008).
b. Persiapan praanestesia 1) Persiapan rutin
Mengatur posisi pasien untuk pencapaian organ pelvis lebih mudah pada pasien sesar diatur dengan derajat lordosis tertentu. Hipotensi terlentang (“supine hypotensive syndrome”) karena kompresi vena kava mungkin dihilangkan dengan memiringkan pasien 10o ke kiri, sehingga memperbaiki aliran darah uteroplasenta (Martinus, 1997)
Menyiapkan lapangan steril dikerjakan setelah induksi anestesia, dinsding abdomen dipersiapkan dengan mencuci area ini termasuk mons pubis dan sepertiga atas paha dengan tingtura Merfen. Ini harus dilakukan tiga kali menggunakan „swab‟ yang dilengkapi dengan pemegang. Bermanfaat menggunakan penutup steril ke perimeter lapangan operasi (Martinus, 1997)
Kateterisasi Vesika Urinaria. Sebelum memulai seksio sesarea, vesika urinaria harus kosong. Jika pasien tak dapat berkemih, pasang kateter yang ditinggalkan, terutama bagi seksio sesarea ulangan, dan direkomendasikan meninggalkannya di tempatnya selama beberapa jam setelah operasi untuk mebantu fungsi vesika urinaria (Martinus, 1997).
2) Persiapan khusus
a) Koreksi keadaan patologis yang dijumpai
b) Berikan H2Antagonis-reseptor 5-10 menit IV atau sebelum induksi
c) Berikan antasid peroral 45 menit pra induksi d) Berikan ondansetron 4-8mg intravena 3) Premedikasi
a) Berikan atropin 0,01/kgbb (im) 30-45 menit atau setengah dosis (iv) 5-10 menit pra induksi
b) Tidak dianjurkan untuk memberi sedatif/narkotik 4) Terapi cairan prabedah
c. Perlengkapan anestesi spinal
Perlengkapan anestesi spinal meliputi jarum spinal dan obat anestetik spinal.
[image:36.595.213.418.293.389.2]Jarum spinal memiliki permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya dengan ukuran 16-G sampai dengan 30-G. Dikenal 2 macam jarum spinal, yaitu jenis yang ujungnya runcing seperti ujung bambu runcing (jenis Quinke-Babcock atau Greene) dan jenis yang ujungnya seperti ujung pensil (Whitacre). Ujung pensil banyak diguakan karena jarang menyebabkan nyeri kepala pasca penyuntikan spinal (Mansjoer et al, 2000).
Gambar 2.10 Jenis Jarum spinal
Obat anestetik lokal yang digunakan adalah prokain, tetrakain, lidokain atau bupvakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran obat dan perluasan daerah yang teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis cairan serebrospinal (hiperbarik), akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gaya gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik) obat akan berada di tingkat yang sam di tempat penyuntikan. Pada suhu 37oC cairan serebrospinal memiliki berat jenis 1,003-1,008 (Mansjoer et al, 2000).
Perlengkapan lain berupa kain kasa steril,povidone iodine, alkohol, dan duk.
Tabel 2.3. Dosis dan lama kerja obat anestesi spinal
Obat Dosis(mg) Lama (menit)
[image:36.595.111.492.657.749.2]kontraktilitas jantung. Efek ini proporsional bergantung dengan derajat simpatektomi, Tonus vasomto secara primer ditentukan oleh serabut simpatus yang bersal dari T5 sampai L1, mempersarafi otot polos arteri dan vena. Blokade saraf ini menyebabkan vasodilatasi kapasitas pembuluh vena, pengumpulan darah, dan penurunan darah balik ke jantung; demikian juga, vasodilatasi arteri dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular sistemik (Morgan et al, 2008).
Efek kardiovaskular yang membahayakan harus diantisipasi dan langkah yang diambil adalah meminimalisasi derajat hipotensi. Pemberian volume 10-20mL/kg cairan intravna pada pasien sehat akan mengkompensasi parsial pengumpulan darah vena. Walaupun demikian, hipotensi dapat tetap terjadi dan harus ditangani dengan adekuat. Administrasi cairan dapat ditingkatkan, dan autotransfusi dapat dikerjakan dibantu dengan memposisikan pasien dengan kepala lebih rendah. Hipotensi ditatalaksana dengan vasopressor. Agonis -adrenergik direk (seperti phenylephrine) meningkatkan tonus vena dan menghasilkan konstriksi arteriolar, meningkatkan baik drah balik vena dan resistensi vaskular sistemik. Bradikardi berlebih atau simtomatik ditangani dengan atropin. Efedrin memiliki efek adrenergik yang meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitasnya dan efek tidak langsung menyebabkan vasokontriksi. Jika ditemukan hipotensi dn/atau bradikardi yang persisten dapat diberikan epinefrin (5-10 ug intravena) (Morgan et al, 2008).
2) Manifestasi Pulmonal
Perubahan klinis yang signifikan pada fisiologi pulmonal biasanya minimalpada blokade neuroaksial karena diafragma dipersarafi nervus frenikus yang berasal dari C3-C5 (Morgan et al, 2008).
3) Manifestasi Gastrointestinal
lambung berkontraksi dengan peristalsis aktif. Ini memungkinkan kondisi yang baik untuk operasi dengan laparoskopi (Morgan et al, 2008).
Aliran darah hati akan menurun akibat penurunan tekanan arteri rata-rata pada teknik anestesi (Morgan et al, 2008).
4) Manifestasi Saluran Kemih
Aliran darah ginjal telah diatur oleh autoregulasi dan ada efek klinis yang kecil pada fungsi renal dengan blokade neuroaksial. Anestesi neuroaksial pada level lumbal dan sakral memblokade sistem saraf simpatis dan parasimpatis kandung kemih. Kehilangan kontrol otonom kandung kemih menyebabkan inkontinensia sampai blokade berakhir (Morgan et al, 2008).
5) Manifestasi Metabolik dan Endokrin
Trauma surgikal menyebabkan respon neurioendokrin melalui respon inflamasi lokal dan aktivasi serabut saraf aferen somatis dan viseral. Respon meliputu peningkatan hormon adrenokortikotropik, kortisol, eponefrin, norepinefrin, dan level vasopresin pada pengaktifan sitem renin-angiotensin-aldosteron. Manifestasi klinis meliputi hipertensi, takikardi, hiperglikemi, protein katabolisme, penekanan respon imun, dan perubahan fingsi ginjal intraopertaif dan postoperatif (Morgan et al, 2008).
2.4.TEKANAN DARAH
2.4.1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Rony et al, 2010) Tekanan darah yang dimaksud biasanya adalah tekanan arteri. Tekanan di arteri berfluktuasi selama sistol dan diastol di jantung (Pal dan Pravati , 2006).
a. Tekanan Darah Sistol
2.4.3. Kondisi Patologis Tekanan Darah : Hipotensi a. Definisi
Hipotensi merupakan penurunan tekanan darah sistol lebih dari 20-30% dibandingkan dengan pengukuran dasar atau tekanan darah sistol <100mmHg (Chestnut et al, 2009).
b. Patofisiologi hipotensi
Dalam Boulton TB & Collin EB (2013), hipotensi terjadi karena : 1) Volume sirkulasi darah yang menurun karena penggantian darah
yang tidak cukup, pada dehidrasi atau muntah-muntah yang hebat, poliuria, asites, atau karena fistula (elektrolit), perdarahan akut (darah lengkap), atau luka bakar (proteiin plasma koloid). Kehilangan seperti itu kadang-kadang digambarkan sebagai kehilangan preload.
2) Alir balik vena yang menurun disebabkan oleh tekanan intratorakal yang meningkat pada : ventilasi buatan bertekanan positif; pneumotoraks; kompresi vena kava pada posisi telentang, wanita hamil; obesitas hebat; tumor perut dan retraksi pembedahan yang terlalu bersemangat. Semua kejadian ini merupakan contoh lebih jauh preload yang tidak adekuat.
3) Resistensi vaskular perifer yang menurun akibat obat vasodilator – seperti nitroprusid, penghambat alfa-adrenergik, agen inhalasi yang mudah menguap, pelepasan histamin atau teknik vasodilatasi (contoh blok epidural atau spinalis). Keadaan ini dapat digolongkan sebagai afterload yang menurun.
c. Penatalaksanaan hipotensi
Dalam Boulton T.B & Collin E.B (2013) hipotensi diatasi dengan : 1) Perbaiki volume darah sirkulasi dengan infus cairan yang sesuai
(kristaloid, koloid, darah). Penggantian hemoglobin tidak begitu penting dibandingkan dengan perbaikan volume darah intravaskular, terutama jika diberikan oksigen. Larutan koloid dapat digunakan baik dengan produk darah alamiaih (larutn albumin manusia (HAS) atau expander buatan (Dekstran®70, Haemaccel®, dan Hespan®).
2) Oksigenasi ditingkatkan dengan meningkatkan inspirasi oksigen dan ventilasi semenit jika ventilasi terkendali. Jika mendadak terjadi hipotensi, penting untuk memeriksa bahwa hipoksia itu sendiri tidak menyebabkan penurunan tekanan darah.
3) Cari penyebab penurunan tekanan darah akibat pembedahan, dan perbaikilah.
4) Tingkatkan kontraksi miokardium jika kontraksinya terganggu; berikan obat inotropik (efedrin, sampai dengan 30 mg, harus diberikan perlahan-lahan secar intravena ke dalam infus yang sesuai)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indikasi seksio sesarea semakin luas akibat kemajuan dalam teknologi dan anestesi serta obat-obat antibiotik menyebabkan peningkatan kejadian seksio sesarea dari waktu ke waktu (Sofian, 2012). Hal tersebut dapat dilihat di Amerika Serikat sejak tahun 1970 hingga 2007 terjadi peningkatan dari 4,5% menjadi 31,8%. (MacDorman et al, 2008 ; Hamilton et al, 2009 dalam Cunningham, 2009). WHO menetapkan angka indikator sectio caesarea sebesar 5-15% di setiap negara. Sumatera Utara sendiri memiliki prevalensi seksio 13,33% (RISKESDAS, 2013).
Setiap seksio sesarea membutuhkan tindakan anestesi. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi regional/lokal (Mansjoer et al, 2000). Anestesi umum berhubungan dengan depresi neonatus yang kerap memerlukan tindakan resusitasi sementara anstesi regional memberikan beberapa keuntungan, antara lain adalah ibu akan tetap dalam keadaan sadar, mengurangi kemungkinan terjadi aspirasi dan menghindari depresi neonatus (Stoelting dan Miller, 2006). Secara internasional, Obstetric Anaesthesia Guidelines merekomendasikan teknik anestesi spinal ataupun epidural dibandingkan anestesi umum untuk sebagian besar seksio sesarea.
Anestesi spinal mudah dan murah untuk dilakukan, tetapi resiko yang mungkin dapat ditimbulkan juga tidak sedikit, antara lain penurunan tekanan darah (hipotensi), blok tinggi (spinal), radikulopati, abses, hematom, malformasi arterivenosa, sindrom arteri spinal anterior, sindrom horner, nyeri punggung, pusing, serta defisit neurologis (Morgan et al, 2008).
efeknya pada ibu menyebakan penurunan kesadaran, apnoe, bronkoaspirasi lambung, aspirasi pneumoni, dan henti jantung (Burns et al, 2001). Komplikasi hipotensi akibat anestesi spinal tersebut dapat diperparah oleh penekanan aortocaval oleh uterus gravida atau disebut dengan keadaan supine-hypotension syndrome (Finucane, 2007).
Terdapat insidens hipotensi pada pasien sesar teknik spinal yang berbeda-beda pada penelitian sebelumnya, menurut Brown (2000) mencapai 8-33%. Pada penelitian Brenck et al (2009) menunjukkan angka 56,7%. Selain itu banyak studi yang berhubungan dengan hipotensi, seperti profilaksis (Rosita et al, 2009 ; Sari, 2012) dan terapi hipotensi setelah anestesi spinal atau epidural (Sumardi et al, 2015). Pada penelitian ini saya akan membahas kejadian hipotensi pada pasien sesar dengan anestesi spinal di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terjadi hipotensi pada ibu hamil yang melahirkan secara sesar dengan teknik anestesi spinal ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian hipotensi pada pasien sesar dengan anestesi spinal.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui kejadian hipotensi dengan membandingkan tekanan darah pasien sesar sebelum dan setelah tindakan anestesi spinal,dan
2) Mengetahui waktu paling signifikan terjadinya hipotensi
1.4. Manfaat Penelitian
1) Mengetahui penurunan tekanan darah dengan mengukur sebelum, selama, dan setelah tindakananestesi spinal pada ibu yang menjalani operasi sesar,
2) Hasil penelitian diharapkan dapat memperkuat teori tentang efek anestesi spinal terhadap penurunan tekanan darah khususnya pada pasien sesar,
3) Hasil penelitian dapat membantu praktisi dalam mengevaluasi dan merencanakan profilaksis dan terapi hipotensi pada pasien sesar dengan anestesi spinal, dan
ABSTRAK
Tindakan anestesi spinal yang biasa digunakan untuk operasi elektif perut bagian bawah termasuk sesar banyak menimbulkan komplikasi, salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipotensi. Hipotensi bila berlangsung lama dan tidak diterapi akan menyebabkan hipoksia jaringan dan organ dan bila keadaan ini berlanjut terus akan mengakibatkan keadaan syok hingga kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan tekanan darah yang terjadi pada pasien sesar dengann anestesi spinal dengan ASA I dan II di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan data sekunder dari pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan dengan mencatat tekanan darah preoperasi, dan menit ke-0, 15, 30, 45, 60 pemberian anestesi spinal. Kemudian menganalisa perubahan tekanan darah dari tiap pengukuran.
Hasilnya, penurunan tekanan darah didapat pada menit ke-0 hingga ke-15 dengan penurunan tekanan darah sistolik 22,7% dan penurunan tekanan darah diastolik 28%
ABSTRACT
Spinal anesthesi technic which undergoing use on elective surgery of abdomen and low-extremities including cesarea to much bring complications, which one most happen is hypotension. If hypotension too long and not help can due to tissue and organ hypoxia and if this problem not solve can due to shock and death.
This aim of the study is to know the decrease of blood pressure on caesarean patients with spinal anesthesia with ASA I – II in H. Adam Malik General Hospital Medan in 2014
This is an observational research which uses secondary data from patients who fulfilled the inclusion and exclusion criteria.The study is done by noting the preoperative blood pressure and the 0, 15, 30, 45, and 60 minutes after spinal anesthesic. Then, the changes of the blood pressure are analyzed.
The result : Hypotension happened in the 0-15 minutes with the decrease of systolic on 22,7% sample and the decrease of diastolic was 28%
OLEH:
YESSICA CAROLINA PASARIBU 120100303
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OLEH:
YESSICA CAROLINA PASARIBU 120100303
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Kejadian Hipotensi Pada Pasien Sesar Dengan Anestesi Spinal Tahun 2014 Di RSUP Haji Adam Malik Medan
Nama : Yessica Carolina Pasaribu
NIM : 120100303
Pembimbing Penguji I
(Prof. dr. Achsanuddin Hanafie, Sp.An, (dr. TiangsaSembiring Sp.A(K)) KIC,KAO)
NIP :19520826 1982 1 001 NIP : 19620104 1989 2 001
Penguji II
(Dra. Merina Panggabean, MSc) NIP: 19630523 199203 2 001 Medan, 20 Desember 2015
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Adapun karya tulis ilmiah ini berjudul “Kejadian Hipotensi Pada Pasien Sesar dengnan Anestesi Spinal Tahun 2014 di RSUP H. Adam Malik Medan”. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Achsanuddin Hanafie, Sp.An, KIC, KAO sebagai dosen pembimbing penulis yang telah memberikan masukan-masukan selama proses penulisan karya tulis ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Serta dr. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K) dan Dra. Merina Panggabean, MSc selaku dosen penguji I dan II.
3. Orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Henry Pasaribu dan ibunda Deborah. Serta nenek penulis Tiorida Hutabarat yang selalu memberi dorongan, doa, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Agnes, Agnesia, Fina, Indrawati, Desi, Yenny, Vidi, dan teman-teman lain yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik secara moral dan moril.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi sempurna.
Medan, 12 Desember 2015
ABSTRAK
Tindakan anestesi spinal yang biasa digunakan untuk operasi elektif perut bagian bawah termasuk sesar banyak menimbulkan komplikasi, salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipotensi. Hipotensi bila berlangsung lama dan tidak diterapi akan menyebabkan hipoksia jaringan dan organ dan bila keadaan ini berlanjut terus akan mengakibatkan keadaan syok hingga kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan tekanan darah yang terjadi pada pasien sesar dengann anestesi spinal dengan ASA I dan II di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan data sekunder dari pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan dengan mencatat tekanan darah preoperasi, dan menit ke-0, 15, 30, 45, 60 pemberian anestesi spinal. Kemudian menganalisa perubahan tekanan darah dari tiap pengukuran.
Hasilnya, penurunan tekanan darah didapat pada menit ke-0 hingga ke-15 dengan penurunan tekanan darah sistolik 22,7% dan penurunan tekanan darah diastolik 28%
ABSTRACT
Spinal anesthesi technic which undergoing use on elective surgery of abdomen and low-extremities including cesarea to much bring complications, which one most happen is hypotension. If hypotension too long and not help can due to tissue and organ hypoxia and if this problem not solve can due to shock and death.
This aim of the study is to know the decrease of blood pressure on caesarean patients with spinal anesthesia with ASA I – II in H. Adam Malik General Hospital Medan in 2014
This is an observational research which uses secondary data from patients who fulfilled the inclusion and exclusion criteria.The study is done by noting the preoperative blood pressure and the 0, 15, 30, 45, and 60 minutes after spinal anesthesic. Then, the changes of the blood pressure are analyzed.
The result : Hypotension happened in the 0-15 minutes with the decrease of systolic on 22,7% sample and the decrease of diastolic was 28%
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTACT ... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR SINGKATAN... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1.Latar Belakang... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 2
1.3.TujuanPenelitian ... 2
1.4.Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1.Perubahan Fisiologis Ibu Hamil ... 4
2.1.1. Perubahan Kardiovaskular Maaternal selama Kehamilan. 4 2.1.2. Penyesuaian Paru terhadap Kehamilan ... 5
2.1.3. Perubahan Ginjal ... 6
2.1.4. Perubahan Gastrointestinal ... 8
2.1.5. Peningkatan Berat Badan Maternal pada Kehamilan ... 9
2.2.Seksio Sesarea ... 11
2.2.1. Definisi Seksio Seksarea ... 11
2.2.2. Klasifikasi Seksio Sesarea ... 11
2.2.3. Frekuensi ... 12
2.2.4. Indikasi Seksio Sesarea... 12
2.3.Anestesi Spinal ... 15
2.3.1. Definisi ... 15
2.3.3. Pelaksanaan Anestesi Spinal ... 19
2.3.4. Mekanisme Kerja ... 22
2.4.Tekanan Darah ... ... 25
2.4.1. Definisi ... 25
2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 26
2.4.3. Kondisi Patologis Tekanan Darah : Hipotensi ... 27
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 29
3.1.Kerangka Konsep ... 29
3.2.Variabel dan Definisi Operasional ... 29
3.3.Hipotesis... 30
BAB 4 METODE PENELITIAN... 31
4.1.Jenis Penelitian ... 32
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ... 32
4.3.Populasi dan Sampel ... 32
4.3.1. Populasi ... 32
4.3.2. Sampel ... 32
4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 33
4.5.Pengolahan dan Analisa Data ... 33
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 34
5.1. Hasil Penelitian ... 34
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 34
5.2. Pembahasan ... 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 41
6.1. Kesimpulan ... 41
6.2. Saran ... 41
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Tabel perubahan fisiologi ibu hamil... ... 10 Tabel 2.2. Tabel frekuensi seksio sesarea di RS Pirngadi Medan... 12 Tabel 2.3 Tabel dosis dan lama kerja obat anestesi spinal... 21 Tabel 2.4 Tabel berat jenis beberapa obat anestesi lokal dan cairan serebrospinalis... 22 Tabel 5.1 Gambaran Kelompok Usia Pasien Sesar di Adam Malik
Tahun 2014 ... 35 Tabel 5.2 Perubahan Tekanan Darah Sistol Preoperasi terhadap
Tekanan Darah Sistol 0 menit ... .. 35 Tabel 5.3 Perubahan Tekanan Darah Diastol Preoperasi terhadap
Tekanan Darah Diastol 0 menit ... 36 Tabel 5.4 Perubahan Tekanan Darah Sistol 0 menit terhadap
Tekanan Darah Sistol 15 menit ... 36 Tabel 5.5 Perubahan Tekanan Darah Diastol 0 menit terhadap
Tekanan Darah Diastol 15 menit ... 37 Tabel 5.6 Perubahan Tekanan Darah Sistol 15 menit terhadap
Tekanan Darah Sistol 30 menit ... 37 Tabel 5.7 Perubahan Tekanan Darah Diastol 15 menit terhadap
Tekanan Darah Diastol 30 menit ... 38 Tabel 5.8 Perubahan Tekanan Darah Sistol 30 menit terhadap
Tekanan Darah Sistol 45 menit ... 38 Tabel 5.9 Perubahan Tekanan Darah Diastol 30 menit terhadap
Tekanan Darah Diastol 45 menit ... 38 Tabel 5.10 Perubahan Tekanan Darah Sistol 45 menit terhadap
Tekanan Darah Sistol 60 menit ... 39 Tabel 5.11 Perubahan Tekanan Darah Diastol 45 menit terhadap
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Perubahan volume darah selama kehamilan dan periode
[image:59.595.114.489.226.610.2]postpartum... . 4
Gambar 2.2. Peningkatan curah jantung selama kehamilan ... 5
Gambar 2.3. Perubahan volume paru selama kehamilan ... 7
Gambar 2.4. Komponen perubahan berat badan selama kehamilan normal.. 10
Gambar 2.5. Potongan sagital vertebra lumbalis ... 16
Gambar 2.6. Columna vertebra ... 18
Gambar 2.7 Pendekatan midline... 18
Gambar 2.8 Kanalis spinalis... 19
Gambar 2.9 Medula spinalis ... 19
Gambar 2.10 Jenis Jarum Spinal ... 21
Gambar 2.11 Posisi duduk dalam pelaksaanaan blokade neuroaksial.... 23
Gambar 2.12 Posisi lateral dekubitus untuk blokade neuroaksial... 23
Gambar 2.13 Faktor-faktor yang Mempengaruhi tekanan darah ... 26
DAFTAR SINGKATAN
ASA American Society of Anesthesiologists – Physical Status
BP Blood Pressure (tekanan darah)
CC Creatinine clearance (klirens kreatinin)
CO Cardiac Output (curah jantung)
CV conjugata vera
DBP Diastolic Blood Presure (tekanan darah diastol) FF Filtration fraction (fraksi filtrasi)
GFR Glomerulus filtration rate (laju filtrasi glomerulus) HAS Human Albumin Solution (larutan albumin manusi) HCT Hematocrit (hematokrit)
HR Heart rate (denyut jantung)
MAP Mean Arterial Pressure (tekanan arteri rerata) PP Pulse Pressure (tekanan pulsasi)
RPF Renal Plasma Flow (aliran plasma ginjal) RSUP Rumah Sakit Umum Pusat
SBP Systolic Blood Pressure (tekanan darah sistolik)
SV Stroke Volume (volume sekuncup)
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Master Data
Lampiran 3 Hasil Pengolahan SPSS Lampiran 4 Ethical Clearance
Lampiran 5 Surat Pengantar dari MEU ke RSUP H. Adam Malik Medan Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian