• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Karbon Aktif Dalam Formulasi Sediaan Maskara terhadap Karakteristik Maskara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Karbon Aktif Dalam Formulasi Sediaan Maskara terhadap Karakteristik Maskara"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

A. B.

C. D.

Keterangan: A. : pH meter

B. : Brookfield Viscometer C. : Hair Analyzer

(2)

Keterangan :

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

(3)

Keterangan :

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

(4)

Keterangan:

F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F II (Sesudah)

(5)

Keterangan :

F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif F IV (Sebelum)

F IV (Sesudah)

45°

(6)

a. Perhitungan formula sediaan basis Gum tragakan = 0,6

100 × 100 = 0,6 g

Etanol = 8

100 × 100 = 8 g Metil p-hidrobenzoat = 0,2

100 × 100 = 0,2 g

Akuades = 100 – (0,6 + 8 + 0,2) = 91,2 g

b. Perhitungan formula sediaan dengan 2% karbon aktif Gum tragakan = 0,6 Metil p-hidrobenzoat = 0,2

100 × 100 = 0,2 g

Akuades = 100 – (0,6 + 8 + 2 + 0,2 ) = 89,2 g

(7)

d. Perhitungan formula sediaan dengan 6% karbon aktif Gum tragakan = 0,6

100 × 100 = 0,6 g

Etanol = 8

100 × 100 = 8 g

Karbon aktif = 6

100 × 100 = 6 g Metil p-hidrobenzoat = 0,2

100 × 100 = 0,2 g

Akuades = 100 – (0,6 + 8 + 6 + 0,2 ) = 85,2 g

e. Perhitungan formula sediaan dengan 8% karbon aktif Gum tragakan = 0,6

100 × 100 = 0,6 g

Etanol = 8

100 × 100 = 8 g Karbon aktif = 8

100 × 100 = 8 g Metil p-hidrobenzoat = 0,2

100 × 100 = 0,2 g

(8)

Dilarutkan dalam etanol Ditambahkan gum tragakan Ditambahkan ke dalam akuades Didispersikan serbuk karbon aktif kedalam campuran tersebut Dihomogenkan

Metil p-hidrobenzoat

Sediaan maskara

Di ayak dengan Mesh No.100 Karbon aktif

(9)

Pengamatan pH

(10)

Pengamatan Viskositas (cp)

Rata-rata 2583,33 4000,00 4583,33 4916,67 5583,33 Pada Minggu

ke-1

2500 4000 4500 5000 5250

2250 4250 4250 4750 5250

2500 4000 4500 5000 5250

Rata-rata 2416,67 4083,33 4416,67 4916,67 5250,00 Pada Minggu

ke-4

2250 4000 4500 4750 5500

2250 4000 4750 5000 5250

2250 4000 4750 4750 5250

Rata-rata 2250,00 4000,00 4666,67 4833,33 5333,33 Pada Minggu

ke-8

2250 4000 4500 4750 5750

2250 4000 4500 4750 5500

2250 4000 4750 4750 5500

Rata-rata 2250.00 4000.00 4583.33 4750.00 5250.00 Pada Minggu

ke-12

2250 4000 4500 4750 5750

2250 4000 4500 4750 5500

2250 4000 4750 4750 5500

Rata-rata 2250,00 4000,00 4583,33 4750,00 5250,00 Keterangan:

(11)

Formula I II II Rata-rata Basis Sebelum 0,0130 0,0219 0,0146

Sesudah 0,0145 0,0231 0,0158

Selisih 0,0015 0,0012 0,0012 0,0013 F I Sebelum 0,0144 0,0151 0,0140

Sesudah 0,0155 0,0180 0,0160

Selisih 0,0011 0,0029 0,0020 0,0020 F II Sebelum 0,0218 0,0135 0,0151

Sesudah 0,0244 0,0157 0,0171

Selisih 0,0024 0,0022 0,0020 0,0022 F III Sebelum 0,0149 0,0145 0,0150

Sesudah 0,0176 0,0168 0,0170

Selisih 0,0027 0,0023 0,0020 0,0023 F IV Sebelum 0,0145 0,0220 0,0185

Sesudah 0,0168 0,0244 0,0210

Selisih 0,0023 0,0024 0,0025 0,0024 Keterangan:

(12)

No Formula Sebelum Sesudah Selisih

1 Basis 1,30 cm 1,30 cm 0,00 cm

2 F I 1,20 cm 1,20 cm 0,00 cm

3 F II 1,20 cm 1,27 cm 0,07 cm

4 F III 1,20 cm 1,42 cm 0,22 cm

5 F IV 1,23 cm 1,54 cm 0,31 cm

Keterangan:

(13)

Formula I II II Rata-rata Basis Sebelum 0,109 mm 0,110 mm 0,110 mm

Sesudah 0,112 mm 0,112 mm 0,114 mm

Selisih 0,003 mm 0,002 mm 0,004 mm 0,003 mm F I Sebelum 0,109 mm 0,110 mm 0,110 mm

Sesudah 0,121 mm 0,118 mm 0,120 mm

Selisih 0,012 mm 0,008 mm 0,010 mm 0,010 mm F II Sebelum 0,109 mm 0,110 mm 0,110 mm

Sesudah 0,125 mm 0,126 mm 0,127 mm

Selisih 0,016 mm 0,016 mm 0,017 mm 0,016 mm F III Sebelum 0,109 mm 0,110 mm 0,110 mm

Sesudah 0,131 mm 0,132 mm 0,135 mm

Selisih 0,022 mm 0,022 mm 0,025 mm 0,023 mm F IV Sebelum 0,109 mm 0,110 mm 0,110 mm

Sesudah 0,139 mm 0,146 mm 0,141 mm

Selisih 0,030 mm 0,036 mm 0,031 mm 0,032 mm Keterangan :

(14)

Sebelum perlakuan

(15)

F I

(16)

F III

Keterangan :

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

(17)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Umur : Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi sukarelawan untuk uji iritasi dalam penelitian Fifie Primawati Gustiany dengan judul penelitian Pengaruh Konsentrasi Karbon Aktif dalam Formulasi Sediaan Maskara terhadap Karakteristik Maskara dan memenuhi kriteria sebagai sukarelawan uji sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan 4. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, sukarelawan tidak akan menuntut kepada peneliti.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Februari 2016 Sukarelawan

(18)

FORMULIR

UJI KESUKAAN (HEDONIC TEST)

Nama panelis : Umur : Jenis kelamin : No. telepon :

Berikan penilaian Anda dengan menuliskan pernyataan TS/ KS/ CS/ S/ SS pada tabel berikut ini!

Kategori Sediaan

Basis F I F II F III F IV

Aroma Bentuk Warna

(19)

Rumus yang digunakan untuk menghitung uji kesukaan (Hedonic Test) adalah:

Keterangan:

n = banyaknya panelis xi = nilai dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3, …n; S2 = keseragaman nilai s = simpangan baku

P = tingkat kepercayaan μ = rentang nilai

= nilai rata-rata 1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95% a. Perhitungan hasil uji kesukaan aroma F I

�2 = (4−3,83)

2+ (43,83)2 + (33,83)2++ (33,83)2

30

�2 = 4,17 30

�2 = 0,14

�= 0,14 = 0,37

P�3,83− �1,96⋅0,37/√30�� ≤ μ ≤ � 3,83 +�1,96⋅0,37/√30�� ≅ 95%

P (3,83 – 0.13)≤ μ ≤ (3,83 + 0.13)

P (3,70 ≤ μ ≤ 3,97)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 3,70 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

(20)

b. Perhitungan hasil uji kesukaan bentuk F I

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 2,85 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

c. Perhitungan hasil uji kesukaan warna F I

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 3,84 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

= 95 / 30 = 3,17

(21)

d. Perhitungan hasil uji kesukaan aroma F II

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 3,70 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

e. Perhitungan hasil uji kesukaan bentuk F II

(22)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 3,05 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

f. Perhitungan hasil uji kesukaan warna F II

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 4,00 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

g. Perhitungan hasil uji kesukaan aroma F III

(23)

P�3,83− �1,96⋅0,37/√30�� ≤ μ ≤ � 3,83 +�1,96⋅0,37/√30�� ≅ 95%

P (3,83 – 0.13)≤ μ ≤ (3,83 + 0.13)

P (3,70 ≤ μ ≤ 3,97)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 3,70 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

h. Perhitungan hasil uji kesukaan bentuk F III

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 3,69 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

i. Perhitungan hasil uji kesukaan warna F III

(24)

�2 = 0 30 �2 = 0

�= √0 = 0

P�4,00− �1,96⋅0/√30�� ≤ μ ≤ �4,00 + �1,96⋅0/√30�� ≅ 95%

P (4,00−0)≤ μ ≤ (4,00 + 0)

P (4,00 ≤ μ ≤ 4,00)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 4,00 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

j. Perhitungan hasil uji kesukaan aroma F IV

�2 = (4−3,90)

2+ (43,90)2 + (43,90)2++ (43,90)2

30

�2 = 6,70 30

�2 = 0,22

�= √0,22 = 0,47

P�3,90− �1,96⋅0,47/√30�� ≤ μ ≤ �3,90 + �1,96⋅0,47 /√30�� ≅ 95%

P (3,90−0,17)≤ μ ≤ (3,90 + 0,17)

P (3,73 ≤ μ ≤ 4,07)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 3,73 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

(25)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 4,01 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

l. Perhitungan hasil uji kesukaan warna F IV

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 4,35 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

= 126 / 30 = 4,20

(26)

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Terjemahan Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press. Halaman 358.

Balsam, M.S. dan Sagarin, E. (1972). Cosmetics Science and Technology. Edisi II Edition. New York: John Wiley and Sons. Halaman 413.

Barel, A.O., Marc. P., Howard, I.M. (2001). Handbook of Cosmetic Science and Technology. New York: Marcel Dekker, Inc. Halaman 110, 664-665.

Barel, A.O., Marc. P., Howard, I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology. USA: Informa Healthcare, Inc. Halaman 413, 417.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 9, 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 299, 314.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 63.

Iswari, T. R. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Halaman 6-8.

Jamilatun, S., dan Setyawan, M. (2014). Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair. Spektrum Industri. 12 (1): 1-112.

Khan, F. (2014). Dalam

Loyen, K., Slobodanka, T., Lucy, M., Pascale, C., dan Michele, L. (2010). Mascaras: what benefit do performance. The Global Information on Cosmetics & Fragrances. 1 (5): 106-111.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Halaman 393. Muliyawan, D., dan Suriana N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo. Halaman 193-194.

Pujiyanto. (2010). Pembuatan Karbon Aktif Super dari Batubara dan Tempurung Kelapa. Tesis Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok. Halaman 7-9. Purnamawati, D. (2006). Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat

(27)

Salamah, S. (2008). Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Buah Mahoni dengan Perlakuan Perendaman dalam Larutan KOH. Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Kimia dan Tekstil. 1 (2): B-55.

Sembiring, M.T., dan Sinaga T.S. (2002). Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya). Skripsi Fakultas Teknik USU Medan. Halaman 2-3.

Singh, K. (2012). Chemistry in Daily Life. Cetakan III. New Delhi: PHI Learning Private Limited. Halaman 75.

Sukardjo. (2002). Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 133.

Tamburic, S., Moulton, L., Cottin, P., Lepais, M. (2009). The Effect of Thickeners and Performance-Enhancing Powders on the Application Characteristics of Mascara. London: University of the Art London and London College of Fashion. Halaman 1.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 3, 299.

(28)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, dan pengujian berbagai karakteristik maskara terhadap variasi sediaan yang dibuat.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat

Alat yang digunakan adalah lumpang, alu, neraca analitis, pH meter (Hanna Instrument), cawan porselen, mesh No. 100, batang pengaduk, gelas ukur, gelas beker, viskometer Brookfiled, busur, jangka sorong, gelas arloji, bulu mata palsu, kamera, penggaris dan hair analyzer.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah karbon aktif, alkohol 96%, akuades, gum tragakan, metil p-hidrobenzoat.

3.3 Sukarelawan

Ditjen POM (1985) mencantumkan kriteria sukarelawan yang dijadikan sebagai panel untuk uji iritasi sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

(29)

3.4.1 Formula standar maskara liquid menurut Balsam dan Sagarin (1972)

Gum Tragakan 0,2

Etanol 8,0

Carbon black 8,0

Metil p-hidrobenzoat 0,2

Akuades ad 100

3.4.2 Formula yang digunakan

Gum tragakan 0,6

Etanol 8,0

Karbon aktif X

Metil p-hidrobenzoat 0,2

Akuades ad 100

Formula maskara yang digunakan adalah dengan penambahan jumlah gum tragakan dan penambahan karbon aktif. Konsentrasi karbon aktif yang digunakan dalam pembuatan maskara masing-masing adalah 2%, 4%, 6%, dan 8%. Formula dasar maskara sebagai blanko. Masing-masing formula maskara yang dibuat beratnya 100 g. Rancangan formula dijelaskan pada Tabel 3.1 halaman 18.

3.4.3 Pembuatan sediaan maskara dari karbon aktif

(30)

No. Komposisi

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif 3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

Evaluasi fisik sediaan meliputi pemeriksaan homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, pemeriksaan pH, dan uji iritasi terhadap sukarelawan.

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan object glass dengan cara: sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM., 1979).

3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan

(31)

Alat pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan diencerkan dalam gelas beker dengan air suling hingga 100 ml. Kemudian, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Nilai pH diamati sebelum dan sesudah penyimpanan. Nilai pH penting untuk mengetahui tingkat keasaman dari sediaan agar tidak mengiritasi kulit. Sehingga pH sediaan kosmetik harus sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-7,0 (Wasitaatmadja, 1997).

2.5.4 Uji iritasi terhadap sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 6 orang sukarelawan menggunakan formula dengan konsentrasi ekstrak tertinggi 8% dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut (Wasitaatmadja, 1997). Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema dan edema.

Menurut Barel, dkk., (2001), indeks iritasi primer dengan skor Federal Hazardouz Substance Act:

Eritema Edema

Tidak eritema 0 Tidak edema 0

Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1

Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2

Eritema sedang 3 Edema sedang 3

(32)

Viskositas sediaan dapat diukur degan menggunakan Brookfield viscometer (Ansel, 1989). Dilakukan dengan cara sejumlah sediaan dimasukkan

ke dalam wadah. Spindle No. 64 dipasang pada tempatnya, kemudian diturunkan ke dalam sediaan hingga tanda batas. Atur jarum penunjuk skala menunjukkan angka nol, motor dinyalakan dengan speed 12 dan spindle dibiarkan berputar. Setelah jarum penunjuk skala menunjukkan angka yang tetap maka pengukuran dinyatakan selesai. Pengukuran diulangi sebanyak tiga kali untuk masing-masing formula sediaan. Viskositas diperoleh dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan nilai faktor 500.

3.7Pengujian Sediaan Maskara

3.7.1 Uji pelekatan produk pada bulu mata

Berat bulu mata sebelum diaplikasikan sediaan dicatat. Kemudian, sediaan dioleskan pada bulu mata sebanyak 6 kali pengolesan, selanjutnya, bulu mata tersebut dibiarkan kering, kemudian ditimbang. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan untuk masing-masing formula (Tamburic, dkk., 2009).

3.7.2 Tack test (analisis waktu pengeringan produk)

Sejumlah kecil sediaan ditempatkan di kaca arloji dan diratakan menggunakan batang aplikator. Daerah yang dibuat ditempelkan jari telunjuk setiap 10 detik. Titik tack diacak dan jari telunjuk dibersihkan setiap setelah melakukan tack test. Setelah tidak ada produk yang terhapus oleh jari, produk tersebut dianggap kering dan dicatat waktunya (Tamburic, dkk., 2009).

3.7.2 Pengukuran kelentikan bulu mata

(33)

mata tersebut diberikan perlakuan dengan mengoleskan sediaan maskara sebanyak 6 kali pengolesan, kemudian diletakkan di depan kamera dan diambil gambarnya. Setelah foto tersebut dicetak, dengan menggunakan busur derajat, sudut pada foto diukur (Tamburic, dkk., 2009).

3.7.4 Pengukuran panjang bulu mata

Bulu mata yang belum diaplikasikan sediaan, diukur panjangnya dengan menggunakan jangka sorong. Kemudian, sediaan diaplikasikan pada bulu mata tersebut. Setelah sediaan mengering pada bulu mata tersebut, ukur kembali panjang bulu mata dengan menggunakan jangka sorong. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan untuk masing-masing formula.

3.7.5 Pengukuran ketebalan bulu mata

Bulu mata yang belum diaplikasikan sediaan, diukur diameternya dengan menggunakan hair analyzer. Kemudian, sediaan diaplikasikan pada bulu mata tersebut. Setelah sediaan mengering pada bulu mata tersebut, ukur kembali diameter bulu mata dengan menggunakan hair analyzer. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan untuk masing-masing formula.

3.8 Uji Kesukaan (Hedonic test)

(34)

dibuat dengan berbagai konsentrasi karbon aktif. Kemudian panelis menuliskan SS bila sangat suka (5), S bila suka (4), CS bila cukup suka (3), KS bila kurang suka (2), TS bila tidak suka (1).

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

Penentuan mutu fisik sediaan dilakukan dengan beberapa pengujian yaitu, homogenitas sediaan dengan menggunakan objek gelas, stabilitas sediaan dengan melakukan pengamatan hingga 12 minggu, pH sediaan dengan menggunakan pH meter, uji daya iritasi terhadap sukarelawan dengan pengujian sediaan pada kulit lengan bawah sukarelawan.

4.1.1 Homogenitas sediaan

Dari penelitian yang dilakukan pada sediaan maskara dengan konsentrasi karbon aktif 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% diperoleh hasil yang menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas, maka sediaan maskara dikatakan homogen.

4.1.2 Stabilitas sediaan

Hasil dari pengamatan sediaan setelah dibuat dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pengamatan sediaan setelah dibuat

No Formula Pengamatan

Warna Aroma Bentuk

(36)

penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan maskara

No Formula

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif X : Perubahan warna

Y : Perubahan aroma

Z : Perubahan bentuk (konsistensi) - : Tidak terjadi perubahan

+ : Terjadi perubahan

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.2 menunjukkan tidak ada perubahan aroma, warna, dan perubahan bentuk (konsistensi) pada semua formula sediaan. Sediaan dengan berbagai formulasi menunjukkan tidak adanya perubahan saat penyimpanan selama 12 minggu.

4.1.3 pH sediaan

(37)

No Formula Minggu

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

Dari Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa pH dari sediaan maskara setelah dibuat (minggu ke-0) adalah formula basis: 6,50; F I: 6,53; F II: 6,57; F III: 6,43; dan F IV: 6,30. Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu adalah formula basis: 6,50; F I: 6,53; F II: 6,57; F III: 6,43; dan F IV: 6,30.

(38)

Hasil percobaan untuk uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil uji daya iritasi

Pernyataan Relawan

Menurut Wasiaatmaja (1997) uji iritasi kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika pada kulit lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut. Dari data pada Tabel 4.4 ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa eritema dan edema pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

4.2 Viskositas Sediaan

Hasil pengukuran viskositas rata-rata sediaan maskara dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil pengukuran viskositas sediaan No. Formula

(39)

Gambar 4.1 Hasil pengukuran viskositas sediaan maskara Keterangan:

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

(40)

Pengujian sediaan maskara dengan beberapa pengujian yaitu, uji pelekatan produk dengan mengoleskan sediaan pada bulu mata, tes tack-analisis yaitu menentukan waktu pengeringan produk, pengukuran panjang bulu mata setelah dioleskan sediaan, dan pengukuran ketebalan bulu mata yaitu dengan mengukur diameter bulu mata sebelum dan setelah dioleskan sediaan.

4.3.1 Hasil uji pelekatan maskara pada bulu mata

Uji pelekatan produk pada bulu mata dilakukan dengan mencatat selisih dari berat bulu mata sebelum dan setelah dioleskan sediaan. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil pada Tabel 4.6. Pertambahan berat bulu mata dari sebelum dioleskan sediaan tersebut merupakan hasil dari melekatnya sediaan pada bulu mata setelah dioleskan.

Tabel 4.6 Data hasil pelekatan produk pada bulu mata

Keterangan:

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

Grafik hasil pelekatan produk pada bulu mata dapat dilihat pada Gambar 4.2. Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi karbon aktif yang terdapat pada sediaan maka semakin meningkat pertambahan berat bulu mata tersebut.

(41)

Gambar 4.2 Hasil pelekatan produk pada bulu mata Keterangan:

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

Formula dengan konsentrasi karbon aktif semakin tinggi akan memiliki konsentrasi serbuk padat yang lebih tinggi, sehingga berat yang dihasilkan dari sediaan yang mengering pada bulu mata akan meningkatkan pertambahan berat bulu mata tersebut. Penambahan pengental kepada formula maskara dasar membantu dalam penerapan produk dan meningkatkan jumlah maskara yang terendapkan ke bulu mata dalam satu olesan (Tamburic, dkk., 2009).

4.3.2 Hasil tack test (Analisis waktu pengeringan produk)

Tack test dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada kaca arloji dan

diratakan menggunakan batang aplikator. Kemudian dihitung waktu yang dibutuhkan oleh sediaan untuk mengering. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil pada Tabel 4.7.

(42)

1 Basis 252

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

Gambar 4.3 Hasil tack test (Analisis waktu pengeringan produk) Keterangan:

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

Grafik hasil tack test (Analisis waktu pengeringan produk) dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.3 tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi karbon aktif yang terdapat pada sediaan maka semakin menurun waktu kering sediaan tersebut. Hal tersebut karena semakin tinggi

(43)

sehingga semakin mudah sediaan kering. 4.3.3 Hasil pengukuran kelentikan bulu mata

Pengukuran kelentikan bulu mata dilakukan dengan menggunakan busur derajat. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Data hasil pengukuran kelentikan bulu mata

No Sediaan Kelentikan Bulu Mata (Derajat)

1 Basis 0,0

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

Gambar 4.4 Hasil pengukuran kelentikan bulu mata Keterangan :

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

(44)

4.4. Dari Tabel 4.8 dan Gambar 4.4 tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi karbon aktif yang terdapat pada sediaan maka semakin meningkat nilai sudut kelentikan bulu mata. Hal tersebut karena semakin tinggi konsentrasi sediaan maka semakin banyak padatan yang melekat pada bulu mata sehingga setelah mengering padatan tersebut menahan bulu mata pada posisi yang dibuat saat sediaan dioleskan dengan batang aplikator.

4.3.4 Hasil pengukuran panjang bulu mata

Pengukuran panjang bulu mata dilakukan dengan mencatat selisih dari panjang bulu mata sebelum dioleskan sediaan dan panjang bulu mata setelah dioleskan sediaan dan dibiarkan mengering. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Data pengukuran panjang bulu mata

No Formula Panjang Bulu Mata

Sebelum Sesudah Selisih

1 Basis 1,030 cm 1,030 cm 0,00 cm

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

(45)

Gambar 4.5 Hasil pengukuran panjang bulu mata Keterangan:

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

Semakin tinggi konsentrasi karbon aktif, akan semakin banyak padatan yang melekat pada ujung bulu mata yang akan menambah panjang bulu mata. Persyaratan kualitas untuk maskara, salah satunya adalah harus membuat bulu mata terlihat lebih tebal dan panjang (Mitsui, 1997).

4.3.5 Hasil pengukuran ketebalan bulu mata

(46)

1 Basis 0,003

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

Gambar 4.6 Hasil pengukuran ketebalan bulu mata Keterangan:

Basis : Formula sediaan maskara tanpa karbon aktif F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif

(47)

Dari uji kesukaan yang telah dilakukkan terhadap 30 panelis diperoleh data pada Tabel 4.11. Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuisioner) ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis.

Tabel 4.11 Data uji kesukaan (Hedonic test) Kategori

Sediaan

Formula I Formula II Formula III Formula IV

X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z

F I : Formula sediaan maskara dengan 2% karbon aktif F II : Formula sediaan maskara dengan 4% karbon aktif F III : Formula sediaan maskara dengan 6% karbon aktif F IV : Formula sediaan maskara dengan 8% karbon aktif X : Aroma

Y : Bentuk (Konsistensi) Z : Warna

(48)

(konsistensi), 4,35-4,71 untuk warna.

Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil lalu dibulatkan. Formula I dengan nilai terkecil untuk aroma adalah 3,70 dan dibulatkan menjadi 4 (suka), untuk bentuk (konsistensi) adalah 2,85 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka), untuk warna adalah 3,84 dan dibulatkan menjadi 4 (suka). Formula II dengan nilai terkecil untuk aroma adalah 3,65 dan dibulatkan menjadi 4 (suka), untuk bentuk (konsistensi) adalah 3,05 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka), untuk warna adalah 4,00 dan dibulatkan menjadi 4 (suka). Formula III dengan nilai terkecil untuk aroma adalah 3,70 dan dibulatkan menjadi 4 (suka), untuk bentuk (konsistensi) adalah 3,69 dan dibulatkan menjadi 4 (suka), untuk warna adalah 4,00 dan dibulatkan menjadi 4 (suka). Formula IV dengan nilai terkecil untuk aroma adalah 3,73 dan dibulatkan menjadi 4 (suka), untuk bentuk (konsistensi) adalah 4,01 dan dibulatkan menjadi 4 (suka), untuk warna adalah 4,35 dan dibulatkan menjadi 4 (Suka).

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Maskara dengan konsentrasi karbon aktif yang berbeda dapat mempengaruhi karakteristik maskara. Semakin tinggi konsentrasi karbon aktif maka semakin besar jumlah maskara yang melekat pada bulu mata, semakin pendek waktu pengeringan maskara, semakin besar derajat kelentikan, efek panjang dan efek tebal yang diberikan pada bulu mata setelah pemakaian maskara.

b. Sediaan maskara dari karbon aktif stabil dalam penyimpanan. 5.2 Saran

a. Kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan pewarna alami lain.

(50)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Karbon Aktif

Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya adsorpsinya dengan proses aktivasi (Pujiyanto, 2010). Karbon aktif merupakan karbon amorf dari pelat-pelat datar disusun oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya (Sembiring dan Sinaga, 2002).

Karbon aktif terdiri dari 87-97% karbon dan sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen serta senyawa-senyawa lain yang terbentuk dari proses pembuatan. Volume pori-pori karbon aktif biasanya lebih besar dari 0,2 cm3/gram dan bahkan terkadang melebihi 1 cm3/gram. Luas permukaan internal karbon aktif yang telah diteliti umumnya lebih besar dari 500 m2/gram dan bisa mencapai 1908 m2/gram (Pujiyanto, 2010).

Karbon aktif dapat dibuat dari berbagai macam bahan dasar yang mengandung karbon. Bahan dasar yang biasa dipakai sebagai karbon aktif antara lain batu bara, tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit, petrol coke, limbah pinus, dan kayu (Pujiyanto, 2010). Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif, antara lain: tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara (Sembiring dan Sinaga, 2002).

(51)

sebagai berikut: bahan yang akan dibakar dimasukkan dalam lubang atau drum yang terbuat dari plat besi. Kemudian dinyalakan sehingga bahan baku tersebut terbakar, pada saat pembakaran, drum atau lubang ditutup sehingga hanya ventilasi yang dibiarkan terbuka. lni bertujuan sebagai jalan keluarnya asap. Ketika asap yang keluar berwarna kebiru-biruan, ventilasi ditutup dan dibiarkan selama kurang lebih 8 jam atau satu malam. Dengan hati-hati lubang atau dibuka dan dicek apakah masih ada bara yang menyala. Jika masih ada yang atau drum ditutup kembali. Tidak dibenarkan mengggunakan air untuk mematikan bara yang sedang menyala, karena dapat menurunkan kwalitas arang (Sembiring dan Sinaga, 2002).

Selain cara di atas, arang juga dapat menghasilkan dengan cara destilasi kering. Dengan cara ini, bahan baku dipanaskan dalam suatu ruangan vakum. Hasil yang diperoleh berupa residu yaitu arang dan destilat yang terdiri dari campuran metanol dan asam asetat. Residu yang dihasilkan bukan merupakan karbon murni, tetapi masih mengandung abu dan ter. Hasil yang diperoleh seperti metanol, asam asetat dan arang tergantung pada bahan baku yang digunakan dan metoda destilasi (Sembiring dan Sinaga, 2002).

(52)

dan air dari permukaan karbon sehingga terjadi perubahan fisik pada permukaannya. Aktivasi ini terjadi karena terbentuknya gugus aktif akibat adanya interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan atom-atom seperti oksigen dan nitrogen. Pada proses aktivasi juga terbentuk pori-pori baru karena adanya pengikisan atom karbon melalui oksidasi ataupun pemanasan (Pujiyanto, 2010).

Metoda aktivasi yang umum digunakan dalam pembuatan arang aktif adalah:

a. Aktivasi Kimia: proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan pemakian bahan-bahan kimia, seperti: hidroksida ligam alkali garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl2, asam-asam anorganik seperti H2SO4 dan H4PO4 .

b. Aktivasi Fisika: proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO2. Biasanya arang dipanaskan didalam furnace pada temperatur 800-900°C. Oksidasi dengan udara pada temperatur rendah, merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk mengontrolnya. Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO2 pada temperatur tinggi merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling umum digunakan.

2.2Kosmetik

(53)

penyakit (Iswari, 2007).

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Tranggono dan Latifah, 2007).

Penggolongan menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 045/C/SK/1977 tanggal 22 Januari 1977 berdasarkan kegunaan dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika digolongkan menjadi 13 golongan:

1. Preparat untuk bayi; minyak bayi, bedak bayi, dan lain lain. 2. Preparat untuk mandi; minyak mandi, bath capsules, dan lain lain. 3. Preparat untuk mata; maskara, eyeshadow, maskara, dan lain lain. 4. Preparat wangi-wangian; parfum, toilet water, dan lain lain.

5. Preparat untuk rambut; cat rambut, hairspray, pengeriting rambut, dan lain lain. 6. Preparat pewarna rambut; cat rambut, hairbleach, dan lain lain.

7. Preparat make-up (kecuali mata); pemerah bibir, pemerah pipi, bedak muka, dan lain lain.

8. Preparat untuk kebersihan mulut; mouth washes, pasta gigi, breath freshner, dan lain lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan; deodorant, feminism hygiene spray, dan lain lain.

10. Preparat kuku; cat kuku, krim dan lotion kuku, dan lain lain. 11. Preparat cukur; sabun cukur, after shave lotion, dan lain lain.

(54)

dan lain lain. 2.3 Riasan mata

Riasan mata memiliki sejarah yang sangat panjang. Eyeshadow dan eyeliner telah digunakan sejak zaman Mesir kuno. Di Jepang, alis telah

dihitamkan untuk waktu yang lama tetapi hanya relatif baru-baru ini bahwa riasan mata telah menjadi penggunaan umum. Penggunaan macam riasan mata yang mencakup semua kelompok umur telah terjadi sebagai akibat dari perubahan gaya hidup dan minat yang tinggi dalam mode (Mitsui, 1997).

Ada berbagai macam produk riasan mata. Penerapan produk riasan mata adalah membuat mata lebih jelas dan memberikannya ekspresi. Jika semua kombinasi dari bahan dasar dan bentuk yang berbeda dari riasan mata diperhitungkan ada jumlah yang sangat besar dari produk. Bagian ini juga akan menyentuh pada Penghilang dan produk khusus lainnya yang penting untuk riasan mata. produk riasan mata terdiri berikut:

1. Riasan mata: eyeliner, maskara, eyeshadow, kosmetik alis.

2. Produk lainnya khusus: make-up remover mata, produk perawatan kerut mata, bulu mata palsu dan perekat (Mitsui, 1997).

Riasan mata terdiri dari tiga kategori utama: maskara, eyeshadow, dan eyeliners. Maskara menebal dan memanjangkan bulu mata untuk mendapatkan

tampilan yang intens. Eyeliners membantu menarik garis yang tepat di dasar bulu mata, dan eyeshadow membawa cahaya untuk tampilan dan menonjolkan warna iris (Barel, dkk., 2009).

(55)

mata yang dianggap cantik adalah bulu mata yang panjang, lebat, dan melengkung dengan lentik. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mempercantik bulu mata. Untuk pemilik bulu mata yang kurang panjang dan lentik ada berbagai pilihan untuk mempercantik bulu mata, yaitu menggunakan maskara, bulu mata palsu, atau memanfaatkan teknik keriting bulu mata. Namun, dari ketiga pilihan tersebut, menggunakan maskara adalah teknik yang paling popular untuk mendapatkan bulu mata yang indah, karena menggunakan maskara adalah yang paling sederhana dan praktis (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Penggunaan riasan mata telah menjadi sebuah bagian yang perlu untuk melengkapi riasan harian. Ini merupakan hal yang perlu bahwa bahan-bahan dari riasan mata harus seaman mungkin, tidak toksik dan tidak mengiritasi. Diantara bahan-bahan yang digunakan dalam riasan mata yaitu minyak-minyak, lemak-lemak dan lilin-lilin yang ditemui pada pembuatan lipstick dengan penambahan pewarna hitam, biru, dan coklat atau pewarna lainnya (Singh, 2012).

2.4 Maskara

Maskara adalah sediaan kosmetika yang dimaksudkan untuk memperindah penampilan bentuk mata dengan cara mengoleskannya pada bulu mata dan atau alis mata. Bahan yang digunakan meliputi zat manfaat dan zat tambahan, sedangkan zat warna merupakan zat manfaat utama (Ditjen POM., 1985).

(56)

mana konsumen dan formulator menempatkan seperangkat persyaratan yang sangat kompleks. Pendekatan formulasi yang berbeda digunakan untuk mencapai kombinasi kemudahan penggunaan, peningkatan volume bulu mata dan kelentikan bulu mata, diharapkan dari produk yang baik (Tamburic, dkk., 2009).

Formula maskara harus thixotropic dengan pemulihan yang cepat untuk mencegah menetes sampai film mengering setelah aplikasi. Selain memberikan reologi cocok, pengental meningkatkan homogenitas produk, memungkinkan pelekatan film seragam ke bulu mata (Tamburic, dkk., 2009).

Syarat kualitas untuk maskara adalah sebagai berikut:

1. Maskara harus tidak mengiritasi karena digunakan sangat dekat dengan mata 2. Maskara harus tidak mengeraskan bulu mata atau menggumpal

3. Maskara harus membuat bulu mata terlihat tebal dan panjang 4. Maskara harus membuat bulu mata lentik

5. Maskara harus memiliki waktu kering yang tepat

6. Ketika mengering maskara harus tidak mengotori kelopak mata dan kehadirannya tidak boleh dirusak oleh keringat, air mata dan hujan

7. Maskara harus mudah di hapus

8. Masakra harus mudah digunakan sepanjang masa penggunaannya 9. Harus tidak ada kontaminan dari mikroorganisme (Mitsui, 1997).

(57)

kelopak mata dan 9°-27° sumbu ke tepi siliaris. Sudut yang dibuat oleh bulu mata tertinggi dan terjauh dari kelopak mata diukur, dan sudut rata-rata dihitung. Kekuatan melengkung maskara kemudian ditentukan dengan menghitung perbedaan antara dua sudut rata-rata. Kuantifikasi kekuatan memanjangkan juga dimungkinkan dengan mengukur panjangdari bulu mata terjauh sebelum dan sesudah penerapan maskara (Barel, dkk., 2009).

2.4.1 Jenis-jenis maskara

Di masa lalu, maskara batangan termasuk populer. Maskara batangan ini pada dasarnya adalah dasar lilin dengan kehadiran sabun atau pengemulsi nonionik sehingga warnanya bisa diaplikasikan dengan kuas yang dibasahi. Maskara dan eyeliner terdiri dari satu atau lebih pembentuk film, pigmen, dan pembawa yang sebagian besar menguap untuk memungkinkan film untuk mengatur (Barel, dkk., 2001).

Maskara diformulasikan sebagai sebuah krim emulsi atau cairan tersuspensi atau sebuah batang yang ditekan ataupun dicetak. Formulasi dari maskara ditujukan untuk memperoleh produk yang membasahi bulu mata dan siap dioleskan sepanjang bulu mata. Maskara harus tidak melengket karena itu menyebabkan bulu mata melekat bersama dan harus kering dengan cepat untuk sebuah lapisan. Produk harus mengandung maksimum kandungan lilin dan dan air dan minimum kandungan minyak lemak dan bahan higroskopik (Singh, 2012).

(58)

mengandung sedikit suspending agent sebagai penstabil emulsi (Singh, 2012). Formulasi maskara cair adalah formula modern yang paling populer, dan dapat dibagi menjadi varietas berbasis air, berbasis pelarut dan air/pelarut hybrid. Maskara berbasis air diformulasikan dari lilin (misalnya, lilin lebah, carnauba wax, dan lilin sintetis), air, pigmen, yang sering besi oksida, dan resin terlarut

dalam air. Air menguap dengan mudah, menciptakan produk cepat-kering, yang mengental dan menggelapkan bulu mata. Beberapa maskara berbasis air, sangat kaya lilin (30%), diberi label waterproof atau water resistant. Untuk mewarnai bulu mata, pigmen anorganik yang paling sering digunakan karena sebagian besar maskara berwarna hitam. Perhatikan bahwa pigmen tertentu, seperti cochineal carmine, dapat menghasilkan beberapa masalah seperti warna lensa kontak.

(59)

maskara dan jenis sikat. Pendekatan rheologi dapat dilakukan melalui karakterisasi reologi in situ daari pasta maskara dengan sikat. Prosedur ini digunakan untuk mengukur take up sikat maskara dalam wadah memungkinkan untuk memvisualisasikan pengaruh poros, panjang bulu, dan kekerasan dan pola pada take up, karena itu untuk mengkarakterisasi transfer produk (Barel, dkk., 2009).

2.4.2 Fungsi maskara

Fungsi maskara antara lain adalah: 1. Menebalkan penampilan bulu mata 2. Memperpanjang penampilan mata

3. Menambahkan kedalaman dan karakter untuk tampilan keseluruhan 4. Mempertajam warna eyeshadow ketika dipakai.

Kinerja Maskara biasanya dinilai berdasarkan penggunaanya, penampilan, dan kemudahan penghapusan. Sangat penting bahwa sikat yang tepat diberikan untuk perumusan dipilih. Umumnya, maskara dan eyeliner terdiri dari satu atau lebih pembentuk Film, pigmen, dan kendaraan yang sebagian besar menguap untuk memungkinkan film untuk mengatur (Barel, dkk., 2001).

2.5Uraian Bahan-Bahan Sediaan Maskara a. Gum tragakan

(60)

thickening agent (Mitsui, 1997). Gum tragakan, memiliki sifat pembentuk film

yang lebih berguna dalam produk kosmetik (Rahman, 2007). b. Etanol

Etanol memiliki pemerian cairan bening mudah menguap, tidak bewarna, bau khas (Ditjen POM., 1979). Etanol mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°C dan mudah terbakar. Kelarutan etanol adalah dapat bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik (Ditjen POM., 1995).

c. Metil p-hidrobenzoat

Metil p-hidrobenzoat memiliki pemerian hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar (Ditjen POM., 1995). Nipagin merupakan salah satu ester nipa yang dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Bahan pengawet adalah bahan pencegah dekomposisi preparat dengan cara menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Wasitaatmadja, 1997).

(61)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19 pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Tranggono dan Latifah, 2007).

Definisi kosmetik dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/Menkes/1998 adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Tujuan kosmetik dekoratif (riasan) adalah semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan kulit tertutupi (Tranggono dan Latifah, 2007). Sediaan rias mata adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk periasan dengan daerah pelekatan pada kulit sekitar mata dalam rangkaian riasan mata, dimaksudkan untuk meningkatkan penampilan yang terpusatkan pada penampakan mata (Ditjen POM., 1985).

(62)

Maskara liquid merupakan salah satu jenis maskara. Menurut Barel, dkk., (2009) maskara liquid adalah formula modern yang paling popular. Maskara liquid akan lebih cepat kering dan lebih mudah lengket. Hal tersebut dikarenakan penggunaan alkohol dan gum larut air dalam formulasinya. Gum larut air digunakan sebagai pembentuk film, mensuspensikan dan menyebarkan pigmen serta membantu menempelkan pigmen di bulu mata, sedangkan alkohol yang bersifat lebih cepat menguap membuat waktu pengeringan produk pada bulu mata menjadi singkat.

Pada penelitian ini maskara liquid yang dibuat menggunakan karbon aktif sebagai pewarna. Karbon aktif adalah karbon yang mempunyai rumus kimia C dan berbentuk amorf, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas (Salamah, 2008). Warnanya yang hitam pekat dan halus membuat karbon aktif cocok menjadi bahan formula maskara (Khan, 2014).

Pada penelitian Loyen dan kawan-kawan (2010), ada dampak dari jumlah bahan yang digunakan pada efek dari maskara. Bahan yang digunakan pada penelitian Loyen dapat mempengaruhi pelekatan yang signifikan tanpa gumpalan, mempertahankan efek ikal dan juga menghasilkan waktu pengeringan singkat, sehingga meningkatkan kenyamanan penggunaan.

(63)

pada bulu mata setelah pemakaian maskara.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh konsentrasi karbon aktif dalam formulasi sediaan maskara terhadap karakteristik pemakaian maskara.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah ada pengaruh perbedaan konsentrasi karbon aktif terhadap karakteristik maskara yaitu pelekatan, waktu pengeringan produk, kelentikan, efek panjang dan efek tebal pada bulu mata setelah pemakaian maskara ?

b. Apakah sediaan maskara dari karbon aktif stabil dalam penyimpanan ? 1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perbedaan konsentrasi karbon aktif dapat mempengaruhi karakteristik maskara yaitu pelekatan, waktu pengeringan produk, kelentikan, efek panjang dan efek tebal pada bulu mata setelah pemakaian maskara.

b. Sediaan maskara dari karbon aktif stabil dalam penyimpanan. 1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(64)

kelentikan, efek panjang dan efek tebal pada bulu mata setelah pemakaian maskara.

b. Untuk mengetahui stabilitas sediaan maskara dari karbon aktif dalam penyimpanan.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dapat menambah informasi bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai tata cara yang sesuai untuk pengujian berbagai karakteristik maskara seperti pelekatan dan waktu pengeringan produk, kelentikan dan efek panjang pada bulu mata setelah pemakaian maskara.

(65)

ABSTRAK

Latar Belakang: Berbagai cara bisa dilakukan untuk mempercantik bulu mata salah satunya adalah dengan menggunakan maskara. Untuk mengembangkan produk maskara, dibuat maskara dengan menggunakan karbon aktif, kemudian dilakukan pengujian berbagai karakteristik sediaan maskara.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh perbedaan konsentrasi karbon aktif terhadap karakteristik maskara yaitu pelekatan dan waktu pengeringan produk, kelentikan dan efek panjang pada bulu mata setelah pemakaian maskara.

Metode: Sediaan maskara dibuat dengan mencampurkan gum tragakan, etanol, metil p-hidrobenzoat, akuades, dan menambahan karbon aktif dengan konsentrasi 2% (FI), 4% (FII), 6% (FIII), dan 8% (FIV) serta blanko. Dilakukan pengujian berbagai karakteristik maskara, yaitu pelekatan, waktu pengeringan maskara, kelentikan, efek panjang dan efek tebal pada bulu mata setelah pemakaian maskara. Penentuan mutu fisik sediaan selama 12 minggu pada suhu kamar meliputi pemeriksaan stabilitas, penentuan pH, viskositas, dan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan, serta uji penilaian organoleptik sediaan dengan metode Hedonik.

Hasil: Sediaan maskara yang dibuat dapat melekat pada bulu mata dengan rentang berat 0,0013–0,0024 g. Waktu pengeringannya adalah 40-252 detik. Efek kelentikan dengan sudut paling besar 14°, efek panjang maksimum 31 mm, efek tebal maksimum 0,142 mm. Hasil pemeriksaan stabilitas sediaan menunjukkan bahwa tidak ada terjadi perubahan konsistensi, warna, dan aroma. Sediaan maskara yang dibuat mempunyai rentang pH 6,3-6,7. Sediaan maskara yang dibuat mengalami penurunan viskositas selama penyimpanan, namun tidak mempengaruhi karakteristik mascara. Pada uji iritasi, semua sediaan tidak mengakibatkan iritasi.

Kesimpulan: Maskara dengan konsentrasi karbon aktif yang berbeda dapat mempengaruhi karakteristik maskara. Formula yang paling baik dari formula yang dibuat adalah FIV.

(66)

ABSTRACT

Background: There is a variety of way to enhance eyelashes, one of them is using mascara. For developing mascara formulation, mascara is made by activated carbon, then do testing the various characteristics of the mascara.

Purpose: The purpose of this study was to find out if there was the effect of different concentrations of activated carbon to the characteristics of mascara including deposition, tack, curl, the effects of mascara products on the length and diameter of the eyelashes.

Methods: Mascara preparations were made by mixing gum tragacanth, ethanol, methyl p-hidrobenzoat, distilled water, and the addition of activated carbon at the concentration of 2% (FI), 4% (FII), 6% (FIII), and 8% (FIV), as well as blank. Testing the various characteristics of the mascara, including deposition, tack, curl, the effects of mascara products on the length and diameter of the eyelashes. The determination of the physical quality of the preparation for 12 weeks at room temperature included checking the stability, the determination of pH, viscosity, and skin irritation test of volunteers, as well as organoleptic assessment test using hedonic method.

Results: Prepared mascara could be attached to the eye lashes with a range of weight 0.0013-0.0024 g. Its drying time was 40-252 seconds. The maximum angle of curling was 14°, the maximum of length effect was 31 mm, the maximum thickness effect, to increase the diameter of eye lashes, was 0.142 mm. The result of the stability preparation for 2 weeks showed no change in consistency, color, and smell . The resulted mascara preparations had a pH range from 6.3 to 6.7. The mascara preparation viscosity decreased during storage, but it did not make influence on mascara caracteristics. In irritation test, all of mascara preparations could not caused irritation.

Conclusion: Mascara with the different concentration of activated carbon can affect the characteristics of mascara. The best formulation of all prepared mascara is F IV.

(67)

DALAM FORMULASI SEDIAAN MASKARA

TERHADAP KARAKTERISTIK MASKARA

SKRIPSI

OLEH:

FIFIE PRIMAWATI GUSTIANY

NIM 121501002

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(68)

DALAM FORMULASI SEDIAAN MASKARA

TERHADAP KARAKTERISTIK MASKARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

FIFIE PRIMAWATI GUSTIANY

NIM 121501002

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(69)

PENGARUH KONSENTRASI KARBON AKTIF

DALAM FORMULASI SEDIAAN MASKARA

TERHADAP KARAKTERISTIK MASKARA

OLEH:

FIFIE PRIMAWATI GUSTIANY NIM 121501002

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 13 Juni 2016 Disetujui Oleh:

Dosen pembimbing I Panitia Penguji,

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195807101986012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.

Dosen pembimbing II NIP 195111021977102001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001 NIP 197712262008122002

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Medan, 15 Juli 2016 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(70)

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Karbon Aktif dalam Formulasi Sediaan Maskara terhadap Karakteristik Maskara”.

(71)

kepada Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. dan Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknologi Formulasi atas masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada orangtua tercinta Ibunda Emy Ance Saragih. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi karena telah memberikan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik, sehingga saya dapat menyelesaikan studi program sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman semua khususnya Dicky, Tri Rizki, Fadlina, Haryati, Nita, Kak Dini, Anthony, Karina, dan Seluruh Teman-Teman STF 2012 atas do’a dan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.

Medan, Juni 2016 Penulis,

Fifie Primawati Gustiany

(72)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Fifie Primawati Gustiany

Nomor Induk Mahasiswa : 121501002

Program Studi : S-1 Farmasi Reguler

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Karbon Aktif dalam Formulasi Sediaan Maskara terhadap Karakteristik Maskara

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Mei 2016

Yang membuat pernyataan,

Fifie Primawati Gustiany

(73)

ABSTRAK

Latar Belakang: Berbagai cara bisa dilakukan untuk mempercantik bulu mata salah satunya adalah dengan menggunakan maskara. Untuk mengembangkan produk maskara, dibuat maskara dengan menggunakan karbon aktif, kemudian dilakukan pengujian berbagai karakteristik sediaan maskara.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh perbedaan konsentrasi karbon aktif terhadap karakteristik maskara yaitu pelekatan dan waktu pengeringan produk, kelentikan dan efek panjang pada bulu mata setelah pemakaian maskara.

Metode: Sediaan maskara dibuat dengan mencampurkan gum tragakan, etanol, metil p-hidrobenzoat, akuades, dan menambahan karbon aktif dengan konsentrasi 2% (FI), 4% (FII), 6% (FIII), dan 8% (FIV) serta blanko. Dilakukan pengujian berbagai karakteristik maskara, yaitu pelekatan, waktu pengeringan maskara, kelentikan, efek panjang dan efek tebal pada bulu mata setelah pemakaian maskara. Penentuan mutu fisik sediaan selama 12 minggu pada suhu kamar meliputi pemeriksaan stabilitas, penentuan pH, viskositas, dan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan, serta uji penilaian organoleptik sediaan dengan metode Hedonik.

Hasil: Sediaan maskara yang dibuat dapat melekat pada bulu mata dengan rentang berat 0,0013–0,0024 g. Waktu pengeringannya adalah 40-252 detik. Efek kelentikan dengan sudut paling besar 14°, efek panjang maksimum 31 mm, efek tebal maksimum 0,142 mm. Hasil pemeriksaan stabilitas sediaan menunjukkan bahwa tidak ada terjadi perubahan konsistensi, warna, dan aroma. Sediaan maskara yang dibuat mempunyai rentang pH 6,3-6,7. Sediaan maskara yang dibuat mengalami penurunan viskositas selama penyimpanan, namun tidak mempengaruhi karakteristik mascara. Pada uji iritasi, semua sediaan tidak mengakibatkan iritasi.

Kesimpulan: Maskara dengan konsentrasi karbon aktif yang berbeda dapat mempengaruhi karakteristik maskara. Formula yang paling baik dari formula yang dibuat adalah FIV.

(74)

ABSTRACT

Background: There is a variety of way to enhance eyelashes, one of them is using mascara. For developing mascara formulation, mascara is made by activated carbon, then do testing the various characteristics of the mascara.

Purpose: The purpose of this study was to find out if there was the effect of different concentrations of activated carbon to the characteristics of mascara including deposition, tack, curl, the effects of mascara products on the length and diameter of the eyelashes.

Methods: Mascara preparations were made by mixing gum tragacanth, ethanol, methyl p-hidrobenzoat, distilled water, and the addition of activated carbon at the concentration of 2% (FI), 4% (FII), 6% (FIII), and 8% (FIV), as well as blank. Testing the various characteristics of the mascara, including deposition, tack, curl, the effects of mascara products on the length and diameter of the eyelashes. The determination of the physical quality of the preparation for 12 weeks at room temperature included checking the stability, the determination of pH, viscosity, and skin irritation test of volunteers, as well as organoleptic assessment test using hedonic method.

Results: Prepared mascara could be attached to the eye lashes with a range of weight 0.0013-0.0024 g. Its drying time was 40-252 seconds. The maximum angle of curling was 14°, the maximum of length effect was 31 mm, the maximum thickness effect, to increase the diameter of eye lashes, was 0.142 mm. The result of the stability preparation for 2 weeks showed no change in consistency, color, and smell . The resulted mascara preparations had a pH range from 6.3 to 6.7. The mascara preparation viscosity decreased during storage, but it did not make influence on mascara caracteristics. In irritation test, all of mascara preparations could not caused irritation.

Conclusion: Mascara with the different concentration of activated carbon can affect the characteristics of mascara. The best formulation of all prepared mascara is F IV.

(75)

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... .... iv

SURAT PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Karbon Aktif ... 5

2.2 Kosmetik ... 7

2.3 Riasan Mata ... . 9

2.4 Maskara ... 10

(76)

2.5 Uraian Bahan-Bahan Sediaan Maskara ... 14

BAB III METODE PENELITIAN... 16

3.1 Alat ... 16

3.2 Bahan ... 16

3.3 Sukarelawan ... 16

3.4 Formulasi Sediaan Maskara ... 17

3.4.1 Formula standar maskara ... 17

3.4.2 Formula yang digunakan ... 17

3.4.3 Pembuatan sediaan maskara dari karbon aktif ... 17

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 18

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas ... 18

3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan

...

18

3.5.3 Pemeriksaan pH ... 19

2.5.4 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 19

3.6 Uji Viskositas ... 20

3.7 Pengujian Sediaan Maskara ... 20

3.7.1 Uji pelekatan produk pada bulu mata ... 20

3.7.2 Tack test (analisis waktu pengeringan produk) ... 20

3.7.3 Pengukuran kelentikan bulu ... 20

3.7.4 Pengukuran panjang bulu mata ... 21

3.7.5 Pengukuran ketebalan bulu mata ... 21

3.8 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 21

(77)

4.1.1 Homogenitas sediaan ... 23

4.1.2 Stabilitas sediaan ... 23

4.1.3 pH sediaan ... 24

4.1.4 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 26

4.2 Viskositas Sediaan ... 26

4.3 Hasil Pengujian Sediaan Maskara ... 28

4.3.1 Hasil uji pelekatan maskara pada bulu mata ... 28

4.3.2 Hasil tack test (analisis waktu pengeringan produk) ... 29

4.3.3 Hasil pengukuran kelentikan bulu mata ... 31

4.3.4 Hasil pengukuran panjang bulu mata ... 32

4.3.5 Hasil pengukuran ketebalan bulu mata ... 33

4.4 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(78)

Tabel Halaman

3.1 Formula sediaan maskara karbon aktif ... 18

4.1 Hasil pengamatan sediaan pada hari setelah sediaan dibuat ... 23

4.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan ... 24

4.3 Hasil pengamatan pH sediaan ... 25

4.4 Hasil uji daya iritasi ... 26

4.5 Hasil pengukuran viskositas sediaan ... 26

4.6 Data hasil pelekatan produk pada bulu mata ... 28

4.7 Data hasil tack test (analisis waktu pengeringan produk) ... 30

4.8 Data hasil pengukuran kelentikan bulu mata ... 31

4.9 Data hasil pengukuran panjang bulu mata ... 32

4.10 Data pengukuran ketebalan bulu mata ... 33

(79)

Gambar Halaman

4.1 Hasil pengukuran viskositas sediaan maskara ... 27

4.2 Hasil pelekatan produk pada bulu mata ... 29

4.3 Hasil tack test (analisis waktu pengeringan produk) ... 30

4.4 Hasil pengukuran kelentikan bulu mata ... 31

4.5 Hasil pengukuran panjang bulu mata ... 33

(80)

Lampiran Halaman

1 Alat-alat ... 40

2 Sediaan mascara ... 41

3 Hasil uji homogenitas... 42

4 Hasil pengukuran panjang bulu mata ... 43

5 Hasil pengukuran kelentikkan bulu mata ... 44

6 Perhitungan formulasi sediaan ... 45

7 Bagan alir pembuatan sediaan maskara ... 47

8 Data hasil pengukuran pH sediaan ... 48

9 Data hasil pengukuran viskositas sediaan ... 49

10 Data hasil uji pelekatan maskara pada bulu mata ... 50

11 Data hasil pengukuran panjang bulu mata ... 51

12 Data hasil pengukuran ketebalan bulu mata ... 52

13 Gambar hasil pengukuran ketebalan bulu mata ... 53

14 Format surat pernyataan untuk uji iritasi ... 56

15 Format formulir uji kesukaan ... 57

Gambar

Tabel 3.1 Formula sediaan maskara karbon aktif
Tabel 4.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan maskara
Tabel 4.3 Hasil pengamatan pH sediaan
Tabel 4.4 Hasil uji daya iritasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi larutan KOH dalam aktivasi kimia terhadap karakteristik karbon aktif dan untuk aplikasinya sebagai adsorben zat

Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan karbon aktif dari biji alpukat sebagai adsorben logam berat dan mengetahui pengaruh konsentrasi karbon aktif terhadap

Maskara dan eyeliner terdiri dari satu atau lebih pembentuk film, pigmen, dan pembawa yang sebagian besar menguap untuk memungkinkan film untuk mengatur (Barel, dkk., 2001)..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi aktivator asam fosfat terhadap karakteristik karbon aktif serta daya serap karbon aktif terhadap

Karbon aktif dari kulit ubi kayu telah berhasil dibuat dengan variasi konsentrasi aktivator ZnCl 2 , berdasarkan Yield karbon aktif yang diperoleh dapat disimpulkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi karbon aktif dan waktu proses pemucatan terhadap kualitas minyak bekatul dan diharapkan

Kondisi ini sesuai dengan karakteristik dari karbon aktif yang telah dibahas di awal, yang mana untuk karbon aktif dengan variasi konsentrasi aktivator 6,5% w/v

Untuk mengetahui karakteristik karbon aktif dari cangkang bintaro maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik karbon aktif cangkang bintaro