PE MANFAATAN CITRA LA NDSA T UNTUK M ITI GASI DAE RAH GUNUNG SINABUNG
Oleh:
Cindy Rahmadani NIM 4123240003 Program Studi Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PEMANFAATAN CITRA LANDSAT UNTUK MITIGASI DAERAH GUNUNG SINABUNG
Cindy Rahmadani (4123240003)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian dengan memanfaatkan citra satelit Landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI untuk memetakan penyebaran lahar serta memetakan daerah yang rusak akibat erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo yang secara geografis terletak pada posisi 3º10' Lintang Utara dan 98º23,5' Bujur Timur. Pengidentifikasian penyebaran lahar mulai tahun 2010 sampai tahun 2016 melalui penafsiran citra satelit lahan yang rusak landsat 5 TM dan landsat 8 OLI.
Pemetaan penyebaran lahar serta daerah yang rusak akibat erupsi gunung Sinabung dilakukan dengan menentukan nilai NDVI dan LST dengan memanfaatkan data citra satelit Landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI, distribusi pemetaan landsat terletak di path 129 dan row 58 dan Data ASTER GDEM N03E98. Metode penelitian pengidentifikasian aliran lahar serta daerah yang rusak dengan metode overlay (tumpang susun) memanfaatkan software ArcGIS 10.0 dan ENVI 4.7, pada peta batas administrasi di Kabupaten Karo yang didukung dengan menggunakan titik kontrol (GCP) peninjauan langsung lokasi penelitian sebanyak 50 titik yang dilakukan di Kabupaten Karo.
Hasil penelitian memetakan penyebaran lahar serta daerah yang rusak akibat erupsi Gunung Sinabung dari tahun 2010 hingga tahun 2016 meliputi daerah Kecamatan Naman Teran, Kecamatan Tiga Derket, Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Payung. Dari tahun ke tahun nilai luas kerapatan vegetasi berkurang 75% dari tahun 2010 dengan luas 59585.94 hektar menjadi 631,8 hektar pada tahun 2016. LST atau suhu permukaan tanah di Kabupaten Karo paling rendah terjadi pada tahun 2010 pasca sebelum meletusnya Gunung Sinabung yaitu 30.1780C dan suhu paling tinggi terjadi pada tahun 2014 serta 2015 dengan suhu 85.85480C dan 74.38860C. Hal ini dikarenakan pada tahun 2014 dan 2015 aktivitas Gunung Sinabung mengalami peningkatan mengeluarkan guguran lava pijar dan semburan awan panas.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Citra Landsat
untuk Mitigasi Daerah Gunung Sinabung” ini dapat diselesaikan dengan baik
sesuai waktu yang direncanakan.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini mulai dari pengajuan proposal penelitian, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi antara lain Bapak Drs. Togi Tampubolon, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi serta Bapak Drs. Jonny Haratua Panggabean, M.Si selaku dosen penguji I, Bapak Drs. Khairul Amdani, M.Si selaku penguji II dan Dr. Rita Juliani, M.Si selaku penguji III. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan. Kepada Bapak Alkhafi Maas Siregar, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika dan Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika FMIPA UNIMED serta seluruh staf pegawai jurusan Fisika FMIPA UNIMED.
Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Katiyo dan Suherman serta Ibunda Asmi dan Siti, yang telah membesarkan, mendidik, mendukung serta mendoakan dengan kasih sayang yang tulus serta penulis ucapkan terima kasih kepada Eka Wati, Roy Nanda, Wiwin Fenifer, Prayugo dan Wiria Agum yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
v
Kak Salwa dan Bang Emil yang tidak pernah bosan memberikan fasilitas dalam pengolahan data, bantuan materi serta memberikan semangat kepada penulis. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Kak Jedah Yanti yang sabar dalam mengajari, membimbing serta memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi dan Bang Randy Wempy teman seperjuangan remote sensing dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi selanjutnya.
Medan, Agustus 2016 Penulis
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Penginderaan Jauh 7
Gambar 2.2 Sistem Penginderaan Jauh 8
Gambar 2.3 Sensor Pasif 10
Gambar 2.4 Sensor Aktif 10
Gambar 2.5 Gelombang elektromagnetik 11 Gambar 2.6 Sprektum elektromagnetik 12 Gambar 2.7 Sumber tenaga, jendelaatmosferdan system
Penginderaan jauh pada spectrum cahaya
15 Gambar 2.8 Proses perekamanoleh sensor 18
Gambar 2.9 Bentuk sensor 18
Gambar 2.10 Proses perekaman permukaan oleh sensor penginderaan jauh
19
Gambar 2.11 Wahana Penginderaan Jauh 19
Gambar 2.12 Karakteristik data citra 21 Gambar 2.13 Peta Indonesia berdasarkan baris dan kolom 22
Gambar 2.14 Lokasi Gunung Api 32
Gambar 2.15 Lelehan lava 34
Gambar 2.16 Awan panas 35
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian 38
Gambar 3.2 Diagram AlirPenelitian 51
ix
Gambar 4.24 Gunung Sinabung dalam cahaya inframerah (Band 10,6,5)
65 Gambar 4.25 NDVI landsat 5 TM daerah Gunung Sinabung pada
tahun 2010
66 Gambar 4.26 NDVI landsat 8 OLI daerah Gunung Sinabung pada
tahun 2013
66 Gambar 4.27 NDVI landsat 8 OLI daerah Gunung Sinabung pada
tahun 2014
66 Gambar 4.28 NDVI landsat 8 OLIdaerah Gunung Sinabung pada
tahun 2015
66 Gambar 4.29 NDVI landsat8 OLI daerah Gunung Sinabung pada
tahun 2015
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Daftar Sesor Remote Sensing 23 Tabel 2.2 Karakteristik Landsat 8 untuk sensor OLI 25 Tabel 2.3 Karakteristik citra Landsat 8 dengan sensor TIRS 25 Tabel 2.4 Perbandingan band landsat 7 dan 8 26 Tabel 2.5 Karakteristik band spectral citra satelit Landsat 7 ETM+ 27
Tabel 2.6 Harga LMIN dan LMAX 33
Tabel 3.1 Tabel Waktu Penelitian 48
Tabel 3.2 Tabel Alat Penelitian 49
Tabel 3.3 Tabel Bahan Penelitian 49
Tabel 3.4 Tabel Bahan Penelitian 49
Tabel 4.1 Data koordinat titik sampel penelitian 57 Tabel 4.2 Perubahan NDVI Kab. Karo Tahun 2010, 2013, 2014,
2015 dan 2016
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 5
1.3 Rumusan Masalah 5
1.4 Tujuan Masalah 5
1.5 Manfaat Masalah 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penginderaan Jauh 7
2.1.1 Definisi Penginderaan Jauh 7
2.1.2 Sistem Penginderaan Jauh 8
2.1.3 Komponen Penginderaan Jauh 9
2.1.3.1 Prinsip Perekaman Sensor 17
2.1.4 Klasifikasi Data Citra 20
2.1.5 Manfaat Penginderaan Jauh 23
2.2 Landsat-8 OLI 23
2.2.1 Definisi Landsat 8 OLI 23
2.2.2 Keunggulan Landsat 8 OLI 27
2.2.3 Peluang Pemanfaatan Citra Landsat 8 OLI 29
2.3 Gunung Api 30
2.3.1 Struktur Gunung Api 31
2.3.2 Lokasi Gunung Api Terjadi 31
2.3.3 Erupsi 32
2.3.4 Penanggulaangan Bahaya Erupsi Gunung Api 32
2.3.5 Bahaya Gunung Api 33
2.5 Gunung Sinabung 36
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan WaktuPenelitian 38
3.1.1 TempatPenelitian 38
3.1.2 WaktuPenelitian 38
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 38
3.2.1 Alat Penelitian 39
vii
3.3 Rancangan Penelitian 40
3.3.1 Melakukan Pra-processing 40
3.3.2 Melakukan Proses Pengolahan 44
3.3.3 Melakukan Pasca Processing 44
3.4 Teknik Pengambilan Data 44
3.5 Teknik Analisa Data 44
3.6 Diagram AlirPenelitian 51
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 52
4.1.1 PraPengolahan Citra Landsat 52
4.1.2 Pengolahan Citra 55
4.1.3 Pemetaan Daerah Gunung Sinabung 64
4.2 Pembahasan 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 74
5.2 Saran 75
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Metadata Landsat path 129 Row 058 79 Lampiran 2. Titik kontrol (GCP) Penelitian di Kab. Karo 100
Lampiran 3. Gambar Penelitian 102
Lampiran 4. Hasil perhitungan NDVI dan LST di Kab. Karo pada tahun 2010, 2013, 2014, 2015 dan 2016
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
2
Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98° Bujur Timur - 100° Bujur Timur. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 8 Kota dan 25 Kabupaten, 421 Kecamatan dan 5.828 desa. Secara geologis, wilayah Sumatera Utara memiliki struktur dan batuan yang kompleks dan telah beberapa kali mengalami tumbukan dari proses tektonik karena posisinya terletak pada pertemuan lempeng Euroasia di sebelah timur dan lempeng Australia di sebelah barat. Hal ini menyebabkan terbentuknya rangkaian jalur patahan, rekahan dan pelipatan disertai kegiatan vulkanik. Jalur patahan tersebut melewati jalur Sumatera Utara mulai dari segmen Alas-Karo dan sepanjang kurang lebih 390 km merupakan sumber bencana alam geologi berupa pusat-pusat gempa di darat, tsunami dan pemicu terjadinya letusan gunung berapi dan tanah longsor (Bappeda, 2015). Sumatera Utara mempunyai beberapa gunung api yang masih aktif salah satunya Gunung Sinabung.
Gunung Sinabung adalah gunung api strato berbentuk kerucut, dengan tinggi puncaknya 2460 meter diatas permukaan laut. Lokasi Gunung Sinabung secara administrative masuk ke dalam Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada posisi 3º10' Lintang Utara dan 98º23,5' Bujur Timur. Semenjak tahun 1600 hingga tahun 2000-an Gunung Sinabung tidak pernah mengalami erupsi, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pertama kalinya pada tahun 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis (BPS Karo, 2012). Pada September 2013, mengalami erupsi dan mengeluarkan lava pijar. Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai tahun 2014 (BNPB,2014). Pada tahun 2015 terus aktif mengeluarkan awan panas dan lava pijar. Gunung Sinabung saat ini masih berstatus awas.
3
akibat dari erupsi gunung tersebut kesehatan masyarakat terganggu dan banyak menimbulkan penyakit. Selain itu warga sekitar Kabupaten Karo banyak mengalami kerugian dan mengalami dampak sosial dan ekonomi. Erupsi Gunung Sinabung sangat berdampak negative terhadap lingkungan dan kesehatan. Menurut Anih (2014) semburan Gunung Sinabung menimbulkan turunnya kualitas air dan jarak pandang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu vulkanik mengandung unsur mayor (aluminium, silika, kalium dan besi), unsur minor (iodium, magnesium, mangan, natrium, pospor, sulfur dan titanium), dan tingkat trace(aurum, asbes, barium, kobalt, krom, tembaga, nikel, plumbum, sulfur, stibium, stannum, stronsium, vanadium, zirconium, dan seng). Abu vulkanik yang membentuk awan panas, baik karena temperaturnya maupun kandungannya, dapat berefek mematikan dan bersifat toksik, baik bagi manusia, tumbuhan, dan hewan. Komposisi kimia dari abu vulkanik yang bersifat asam dapat mencemari air tanah, merusak tumbuh-tumbuhan, dan apabila bersenyawa dengan air hujan dapat menyebabkan hujan asam yang bersifat korosif. Sifat korosif menyebabkan rusaknya berbagai jenis infrastruktur seperti jembatan, perumahan dan permukiman, dan berbagai bangunan yang banyak tersebar di wilayah Kabupaten Karo. Disini sangat penting untuk kita mengenal potensi bahaya bencana erupsi gunung api agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat dalam mengurangi dampak negative yang diakibatkan dari erupsi.
4
penginderaan jauh dapat memberikan informasi kondisi penutupan lahan, bentuk lahan, pola aliran, jenis batuan penyusun (litologi) dan struktur geologi. Informasi citra penginderaan jauh dapat dijadikan sebagai data masukan untuk analisis daerah rawan bencana, analisis resiko bencana dan mitigasi bencana atau penanggulangan bencana (Rokhis, 2012).
Teknologi informasi terbaru dengan memanfaatkan citra hasil satelit yakni penginderaan jauh dapat mengidentifikasi penyebaran erupsi gunung api. Salah satu citra hasil satelit yaitu Landsat 8 OLI. Landsat 8 OLI memiliki informasi spasial yang efektif dan efisien untuk mengidentifikasi penyebaran larva, wilayah yang mengalami kerusakan dan dapat dijadikan informasi mitigasi bencana erupsi Gunung Sinabung.
Penelitian mengenai erupsi dengan memanfaatkan penginderaan jauh telah dilakukan oleh Rijal pada tahun 2010 yang mengidentifikasi endapan lahar pasca erupsi gunungapi merapi menggunakan Citra Landsat 8 OLI yang membuktikan bahwa citra dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebaran endapan lahar erupsi gunung api. Pada penelitian Garel pada tahun 2013, telah mengidentifikasi penyebaran lava menggunakan citra temperature remote sensing dan Luke pada tahun 2011 telah mengidentifikasi erupsi gunung api menggunakan Landsat 7 ETM+ dan dari hasil BPTP Sumatera Utara memberikan rekomendasi kebijakan mitigasi dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap sektor pertanian pada tahun 2014, penanganan bencana di Indonesia untuk letusan Gunung Sinabung ditinjau dari segi kesejahteraan sosial oleh Retnaningsih 2013.
5
1.2Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka peneliti membatasi permasalahan pada penelitian ini yaitu :
1. Penelitian dilakukan di 50 titik pada daerah Gunung Sinabung dan sekitarnya.
2. Data spasial berupa citra Landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI (Onboard Operational Land Imager) yakni citra Landsat dengan Path = 129 dan Row = 58 keluaran tahun 2010, 2013, 2014, 2015 dan 2016 serta memiliki sedikit noise (berupa tutupan awan).
3. Data spasial berupa citra Landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI digunakan untuk melihat penyebaran lava, penyebaran wilayah yang mengalami kerusakan dan dapat dijadikan informasi mitigasi bencana erupsi Gunung Sinabung.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam batasan masalah diatas maka dapat di rumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana penyebaran lahar akibat erupsi didaerah Gunung Sinabung 2. Bagaimana tingkat kerusakan wilayah yang disebabkan erupsi Gunung
Sinabung
3. Bagaimana temperature suhu di didaerah Gunung Sinabung
4. Bagaimana informasi spasial digunakan untuk mitigasi bencana erupsi Gunung Sinabung
1.4Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan peneliti dapat dirumuskan sebagai :
1. Mengetahui wilayah penyebaran aliran lahar Gunung Sinabung
6
3. Mengetahui temperature suhu di daerah Gunung Sinabung
4. Mengetahui informasi daerah yang termasuk kategori awas dalam mitigasi bencana
1.5Manfaat
Dengan melakukan penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan informasi mengenai wilayah yang mengalami kerusakan akibat penyebara aliran lahar guna antisipasi dan penanggulangan bencana (mitigasi bencana)
2. Sebagai bagian dalam membantu kebijakan pemerintah dalam meminimalisi korban jiwa di daerah penelitian.
74 BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kerapatan vegetasi di Kabupaten Karo mengalami penurunan dalam kurun
waktu 6 tahun terakhir. Rata-rata NDVI di Kabupaten Karo pada tahun 2010, 2013, 2014, 2015 dan 2016 berturut-turut adalah 0.03651, 0.203799, 0.23108, 0.26425 dan 0.24425.
2. LST atau suhu permukaan tanah di Kabupaten Karo paling rendah terjadi pada tahun 2010 pasca sebelum meletusnya Gunung Sinabung yaitu 30.178 0C dan suhu paling tinggi terjadi pada tahun 2014 serta 2015 dengan suhu 85.8548 0C dan 74.3886 0C. Hal ini dikarenakan pada tahun 2014 dan 2015 aktivitas Gunung Sinabung mengalami peningkatan mengeluarkan guguran lava pijar dan semburan awan panas.
3. Hasil penelitian menggambarkan kerusakan lahan akibat erupsi Gunung Sinabung hingga tahun 2016 meliputi daerah Kecamatan Naman Teran, Kecamatan Tiga Derket, Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Payung. Dari tahun ke tahun nilai luas kerapatan vegetasi berkurang dari 59585.94 hektar menjadi 631,8 hektar pada tahun 2016.
4. Berdasarkan hasil penelitian daerah yang harus dikosongkan berjarak 5 kilometer dari puncak Gunung Sinabung.
75
5.2 Saran
Dari semua rangkaian penelitian yang dilakukan ada beberapa saran yang dapat dilakukan untuk pengembangan penelitian ini yaitu :
1. Melakukan penambahan titik control lapangan (GPC) yang diambil langsung di lokasi penelitian dan melakukan pengolahan dengan data terbaru untuk pembaharuan informasi yang berkelanjutan.
76
76
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdulrahman, (2010), Remote Sensing, University Of Technology, Iraq Ariawan, P., (2010), Sistem Informasi Geografis, Universitas Udayana,
Denpasar.
Azizi, Z., Najavi, A., dan Sorahbi, H., (2010), Forest Canopy Density Estimating, Using Satellite Images, The International Archives of The Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Science VXXXVII (88) : 1127 – 1130.
Badan Perencaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karo (Bappeda), (2015), Kabupaten Karo dalam Angka, BPS Kabupaten Karo, Kabupaten Karo.
Badan Perencaan Pembangunan Nasional (Bappenas), (2013), Profil Pembangunan Sumatera Utara, BAPPENAS, Jakarta.
http://simreg.bappenas.go.id/view/profil/clickD.php?id=2
Budianto, E., (2010), Sistem Informasi Geografis dengan ArcView GIS, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Ekadinata, A., Sonya, D., dan Danan, P., (2011), Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam, PT. Bumi Pertiwi, Malang.
ESRI, (2001), ArcGIS Spatial Analyst ; Advanced GIS Spatial Analysis Using Raster and Vector Data, ESRI Press, USA.
Forest Watch Indonesia, (2010), Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis, Bogor, FWI 31 Januari – 15 Februari.
Garel,F, (2013), The Influence of Wind on The Estimation of Lava effusion Rate From Thermal Remote-Sensing, Institut de Physique, Paris.
GIS Konsorium Aceh Nias, (2007), Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar, Staf Pemerintahan Kota Banda Aceh, Banda Aceh.
Gulliver, J., (2011), Land Use Regression Modeling To Estimate Historic (1996-1991) Concentrations of Black Smoke and Sulfur Dioxide for Great 0 Britain, Article of Environment Science Technology, v45, 3526-3532. Howard, J. A., (1996), Penginderaan Jauh untuk Sumber Haya Hutan: Teori dan
77
Lillesand, T.M., dan F.W. Kiefer, (1979), Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Lo, C. P., (1996), Pengideraan Jauh Terapan, University Indonesia, Jakarta. Luke, P.J, (2011), Calculation of Lava Effusion Rates from Landsat TM data,
Australia.
Opa, E. T., (2010), Analisis Perubahan Luas Lahan Mangrove di Kabupaten Pahuwato Provinsi Gorontalo dengan Menggunakan Citra Landsat, Skripsi, FPIK Unsrat, Manado.
Prahasta, E., (2009), Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView, Penerbit Informatika, Bandung.
Prasetyo, A., (2011), Modul Dasar Sistem Informasi Geografis, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Pratama, Arliandy, (2014), Pemodelan Kawasan Rawan Bencana Erupsi Gunung Api Bebasis Data Penginderaan Jauh, FT UNDIP, Semarang.
Raharjo,B., (2010), Tutorial ArcGIS Bagi Pemula Versi ArcGIS 9.3.1, Yogyakarta, GISTutorial.NET
Retnaningsih, Hartini, (2015), Gunung Sinabung dan Penanganan Bencana di Indonesia, USU, Sumatera Utara.
Rijal, Samsu S, (2010), Karakteristik Spektral Endapan Lahar Pasca Gunungapi Merapi 2010, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
Rokhis, M., (2014), Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Bencana Geologi, Lapan. Suryani, Anih, (2014), Dampak Negatif Abu Vulkanik Terhadap Lingkungan Dan
Kesehatan, P3DI, Jakarta.
Suseno, A., (2008),Modul Sistem Informasi Tingkat Dasar,Jakarta.
Thoha, A. S., (2008), Karakteristik Citra Satelit, USU Press, Sumatera Utara. Tim SIG PT. Geomatik-Konsultan, (2010), Sistem informasi Geografis, PT
Geomatik, Jakarta.
78
Yayasan pelaGIS, (2011), Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis Tingkat Lanjut, Yayasan pelaGIS Press, Aceh.
Zetifarry, R., (2013), Analisis Data Spasial Untuk Prediksi Lahan Kritis Menggunakan Metode Regresi Linier Berganda (Studi Kasus : Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Bandung Bharat), Skripsi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITP, Bandung.
http://tnrawku.wordpress.com/2013/06/12/landsat-8-spesifikasi-keungulan-dan- peluang-pemanfaatan-bidang-kehutanan/
NASA.“Landsat Data Continuity Mission Brochure”http://www.usgs.gov/diakses
5 September 2015.
http://landsat.gsfc.nasa.gov/news/news-archive/news_o429.html diakses 5 September 2015.
http://landsat.usgs.gov/diakses tanggal 5 September 2015.
ii