• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Anak Remaja Putus Sekolah Di Upt.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Anak Remaja Putus Sekolah Di Upt.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI ANAK REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPT.PELAYANAN SOSIAL ANAK REMAJA

TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

FRISKA WINATI SIANTURI

090902040

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Friska Winati Sianturi

Nim : 090902040

Judul : Efektifitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Anak Remaja Putus Sekolah Di Upt.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa

PEMBIMBING SKRIPSI

Agus Suryadi S.Sos, M.Si NIP : 0867 0808 1994 031 004

KETUA JURUSAN

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Hairani Siregar S.Sos MSP NIP : 1971 0927 1998 012 001

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah masalah keterlantaran anak, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga dan faktor pengaruh lingkungan sekitar.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses dan efektifitas pelaksanaan program keterampilan dan bimbingan sosial terhadap remaja putus sekoh di Pelayanan Sosial Anak Remaja (PSAR ) Tanjung Morawa yang diharapkan memberikan menjadikan mereka mandiri dengan keterampilan yang mereka miliki serta mengembalikan keberfungsian sosial mereka.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberi gambaran atau melukiskan kenyataan yang ada tentang masyarakat atau sekelompok orang tertentu di lapangan secara analisis yang prosesnya meliputi penguraian hasil observasi dari satu gejala yang diteliti atau lebih, dengan populasi sebanyak 150 orang . Dalam hal ini, seluruh populasi diambil datanya karena jika semua, karena semakin jumlah sampel mendekati jumlah populasi maka hasil penelitian akan representative untuk mewakili penelitian atau menghasilkan hasil penelitian yang semakin baik. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian yaitu melalui data primer (kuesioner, dan wawancara) dan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kualitatif dimana data yang dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara, distribusi frekuensi digambarkan dalam bentuk diagram dan kemudian dianalisis.

Hasil analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial yang diberikan oleh PSAR Tanjung Morawa sudah efektif dalam mensejahterakan dan memandirikan anak binaan yakni dengan cara memberikan keterampilan, memulihkan fungsi sosial anak binaan dengan baik, dan melatih kemandirian warga binaan mereka. Hal ini terbukti karena adanya perubahan atau perkembangan positif yang dialami oleh anak binaan setelah mereka mengikuti program pelayanan keterampilan dan bimbingan sosial di PSAR Tanjung Morawa.

(4)

ABSTRACT

One of social problems that become a big challenge for Indonesian children, is a matter of neglect especially in relation to education. The issue has already taken root cause, and it is difficult to solve not only because the condition of the economy, but there are also caused by chaos in the family and factors influence the surrounding environmen. This research was meant to find out how the process and effectiveness program execution skill and guidance social teenagers drop out of school at PSAR Tanjung Morawa. Which is expected to give their own with the skill they have and restore their social function.

Type research used is descriptive which aims to give a sense or delineating exixsting reality of the society or group of people certain in field in the analysis that process is covering the decipherment the observation of one symptom observed or more, with population of as many as 150 people. In this case, the whole population of used as sample because if all, because the more the number of samples approaching the number of the population and the result of the research will representative to represent research or produce the result of research are getting better. The technique of collecting data obtained in research is through primary ( a questionnaire, data and endless hours ) and data secondary ( the study of literature ). Engineering data analysis used is a technique descriptive qualitative analysis where the data collected from a questionnaire and interview, a frequency distribution illustrated in the form of a diagram and then analysis.

From the analysis result of that sanctions could be known that service program skill and guidance social given by PSAR Tanjung Morawa has been effective in prosper and make the child can stand alone by giving the skills, Restore the social function of child well, and training for independency residents. It can be seen because of a change or a positive development that is experienced by children binaan after they followed skill and guidance social services programs in PSAR Tanjung Morawa

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah : Efektivitas program pelatihan keterampilan bagi anak remaja putus sekolah di UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan SosialFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah

kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dankritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Skripsi ini penulis persembahkan terkhusus kepada Ayahanda tersayang W.Sianturi dan Ibunda R.M. Tampubolon, yang sudah mendidik dan membesarkan penulis serta telah mendukung dan memberikan semangat selama penulisan skripsi ini, inilah salah satu hal kecil yang mampu penulis berikan kepada ayahanda dan ibunda sebagai rasa sayang saya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara khusus penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

(6)

2. Bapak selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Agus Suryadi S.Sos,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Matias Siagian selaku pembimbing jurnal, yang telah membantu dan membimbing saya dalam pnyelesaian jurnal.

5. Kepada Kak Zuraidah yang telah banyak membantu administrasi saya dikampus (makin cantik ya kak,,,heheh) , Bang Ria Lesmana yang juga turut membantu dalam proses administrasi di kampus serta memberikan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini (sedih deh harus pisah dari abg awak yang baek ini, don’t forget me ya broo )

5. Bapak H. Marion Ginting SH. MM selaku Kepala UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja, Ibu Nurma Tambunan,SH selaku Kepala Tata Usaha PSAR Tanjung Morawa, Bapak Pasaribu( salah satu staff PSAR Tanjung Morawa yang telah membimbing penulis laksana dosen pembimbing di PSAR,Terimakasih ya pak..) beserta semua pegawai dan Instruktur keterampilan yang telah membantu penulis dalam penelitian.

(7)

7. Kepada adik-adik ku tersayang “My Superhero”, Jansen Dionly Sianturi (Semangat trus kuliahnya ya dek, trus brusaha untuk buat mama dan papa bangga ya) dan buat “My Little Hero” Zefanya Gideon Sianturi (Pudanku si gondud yang slalu bisa jadi pelipur laraku, pelukan dan ciuman tulus darinya selalu bisa membuatku bersemangat, nanti kalo udah besar jadi dokter ya ndud,,,hehhehe) . Serta buat seluruh keluargaku yang selalu mendoakanku dan menyemangatiku dari jauh, buat Namboru Maya dan kak Yuni yang slalu jadi teman curhatku,,heheh… terkhusus buat Opung Boruku (M.Simanjuntak/Op.Friska) yang telah mengajarkanku bagaimana jadi seorang wanita sebenarnya yang bijaksana, kuat dan bisa menjadi berkat bagi siapapun (you’re my biggest inspiration, I love you so much)

7. Kepada sahabat-sahabatku tersayang Elvira Amelia, Yosefina, Yulifa, Weni, Yenci, Elisa, Helen, Lae Freddy, Kak Wina, Kak Heju, Bang Hendra, Bang Ridwan Pando, Judika Sinaga, Sudharman, Bang Ronny Panggabean, Bang John Sitompul (terimakasih puisi-puisi cinta nya..haahah, I always wish you are beside me now ) kalian yang slalu bersedia mendoakanku dan mendukungku (kalian salah satu berkat Tuhan yang terindah dalam hidupku ).

(8)

9. Buat bang Rio Limar Fernandez Hutabarat terkasih, terimakasih buat kasihmu, waktumu, ketulusanmu dalam menemani hari-hariku selama 3,5 tahun ini, Semangat trus ya (I L U..heheh )

10. Buat “CIMONT” (ciii motor ntik ku tersayaang) yang telah membawaku berjuang melawan panas dan hujan, selalu menemani petualanganku kemanapun aku ingin pergi…tanpamu hidupku hampa…hehehehe

11. Buat senior – senior yang telah banyak membantu penulis ( Iban Ramot 05, Bang Ari 06, Bang Rahmad 06, bang ody 07, bang Sunario 07, bang hardi 08= PC ku waktu PKL 1, heheh…) dan adik – adik junior 2010,2011,2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu (SEMANGAT  )

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut serta memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis mengikuti perkulihaan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya atas kebaikan dan kemurahan hati bapak/ibu, saudara/i sekalian. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, Desember 2012 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Perumusan masalah……….. 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 9

1.3.1 Tujuan Penelitian……….……… 9

1.3.2 Manfaat Penelitian…………..………. 9

1.4 Sistematika Penulisan……….. 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektifitas………. 11

2.1.1 Pengertian Efektifitas……….. 11

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas………. 13

2.2 Remaja……… 15

2.3 Remaja Putus Sekolah dan Remaja Binaan……….. 22

2.3.1 Remaja Putus Sekolah………. 22

2.3.2 Remaja Binaan………. 23

(10)

2.4.1 Pengertian Pelayanan Sosial……… 23

2.4.2 Fungsi – fungsi pelayanan sosial……… 25

2.5 Program Pelatihan Keterampilan……… 29

2.6 Panti Sosial Bina Remaja……… 31

2.7 Kerangka Pemikiran……… 33

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional……… 36

2.8.1 Defenisi Konsep………. 36

2.8.2 Defenisi Operasional………. 37

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian……… 39

3.2 Lokasi Penelitian………. 39

3.3Populasi……….. 40

3.4Teknik Pengumpulan Data……….. 41

3.5Teknik Analisis Data……… 41

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 46

(11)

4.3 Tujuan UPT.PSAR……… 48

4.4 Struktur Organiasai Unit Pelaksana Teknis PSAR……… 49

4.5 Kondisi Fisik PSAR………. 57

4.6. Sasaran Garapan

4.6.1 Sasaran Garapan ……… 59

4.6.1TahapPelaksnaanKegiatan…………... 59

4.7 Kondisi Kepegawaian……….……….. 64

BAB V : ANALISA DATA

5.1 Identitas Responden……… 69 5.2. Efektivitas Program Keterampilan dan Pembinaan

bimbingan sosial di UPT.PSAR Tanjung Morawa……..…….. 73 5.3. Efektivitas Dalam Bidang Sarana dan

Prasarana yang Tersedia………,……….…….. 86 5.4. Manfaat dan Dampak dari Program Keterampilan

dan Bimbingan Sosial……… 99

BAB VI : PENUTUP

6.1 Kesimpulan……… 105

6.2 Saran……….………... 106

(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia……… 69 Diagram 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama……….. 71

Diagram 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidika……. 72

Diagram 5.4 Program Pelayanan Keretampilan Yang Diamb……… 74 Diagram 5.5. Ketertarikan Responden Terhadap Keterampilan Yang

Diambil……….……… 75

Diagram 5.6 Frekuensi Belajar Keterampilan Yang Diterima……… 76

Diagram 5.7 Diagram Distribusi Tentang Efisiensi Waktu Yang Dipergunakan Untuk Praktek Keterampilan Setiap Harinya……… 77

Diagram 5.8 Tau Tidaknya Responden Tujuan Dari Bimbingan Sosial… 78

Diagram 5.9 Tanggapn Responden Mengenai Kebermanfaatan Dari Program Keterampilan Yang Ditekuni………. 80

Diagram 5.10 Tanggapan Responden Mengenai Kebermanfaatan Program Bimbingan Sosial Di PSAR Tanjung Morawa………….. 81

Diagram 5.11 Tanggapan Responden Mengenai Materi – Materi Dalam Pemberian bimbingan Sosial………. 82

(13)

Diagram 5.13 Tanggapan Responden Terhadap Materi-Materi Keterampilan Yang Diberikan Oleh Instruktur…………. 85

Diagram 5.14 Tanggapan Responden Mengenai Ketersediaan Fasilitas untuk Program Keterampilan di PSAR Tanjung Morawa………. 87

Diagram 5.15 Tanggapan Responden Mengenai Perlu Tidaknya Penambahan Fasilitas Guna Menunjang Program Pelayanan dan

Pembinaan………... 88

Diagram 5.16 Hubungan Atau Kerjasama Responden Dengan

Instruktur Keterampilan……….………. 90

Diagram 5.17 Hubungan Atau Kerjasama Responden Dengan Orang Tua Asuh di PSAR Tanjung Morawa……… 91

Diagram 5.18 Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan para instruktur keterampilan dan Pembina Bimbingan Sosial Dalam

Memberikan Praktek Keterampilan dan Bimbingan……… 93

Diagram 5.19 Tanggapan Responden Mengenai Keadaan Sarana dan Prasarana Yang Tersedia di PSAR Tanjung Morawa……… 94

Diagram 5.20 Tanggapan mengenai daya tampung kelas dengan luas kela 96

Diagram 5.21 Tanggapan mengenai kenyamanan kelas……….. 97

(14)

Diagram 5.23 Ada Tidaknya Perubahan Yang Dialami Responden Selama Berada di PSAR Tanjung Morawa……… 100

Diagram 5.24 Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Dalam

Bersosialisasi di Lingkungan Sosial………. 101

Diagram 5.25 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Kemandirian Selama Menerima Pelayanan dan Pembinaan……….. 102

(15)

DAFTAR BAGAN

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Keadaan Sarana dan Prasarana di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung

Morawa………... 57

Tabel 4.2 Klasifikasi pegawai menurut Jenis Kelamin………. 65

Tabel 4.3 Klasifikasi pegawai PSAR menurut golongan…….. 65

Tabel 4.4 Klasifikasi Pegawai UPT.PSAR Tanjung Morawa Menurut Latar Belakang Pendidikanny……… 66

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Pembimbing

Lampiran 2 Surat izin penelitian dari Fakultas ke Dinas kesejahteraan dan sosial Provsu

Lampiran 3 Surat izin penelitian dari dinsos ke PSAR Lampiran 4 Berita Acara Seminar Proposal

(18)

ABSTRAK

Satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah masalah keterlantaran anak, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga dan faktor pengaruh lingkungan sekitar.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses dan efektifitas pelaksanaan program keterampilan dan bimbingan sosial terhadap remaja putus sekoh di Pelayanan Sosial Anak Remaja (PSAR ) Tanjung Morawa yang diharapkan memberikan menjadikan mereka mandiri dengan keterampilan yang mereka miliki serta mengembalikan keberfungsian sosial mereka.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberi gambaran atau melukiskan kenyataan yang ada tentang masyarakat atau sekelompok orang tertentu di lapangan secara analisis yang prosesnya meliputi penguraian hasil observasi dari satu gejala yang diteliti atau lebih, dengan populasi sebanyak 150 orang . Dalam hal ini, seluruh populasi diambil datanya karena jika semua, karena semakin jumlah sampel mendekati jumlah populasi maka hasil penelitian akan representative untuk mewakili penelitian atau menghasilkan hasil penelitian yang semakin baik. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian yaitu melalui data primer (kuesioner, dan wawancara) dan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kualitatif dimana data yang dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara, distribusi frekuensi digambarkan dalam bentuk diagram dan kemudian dianalisis.

Hasil analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial yang diberikan oleh PSAR Tanjung Morawa sudah efektif dalam mensejahterakan dan memandirikan anak binaan yakni dengan cara memberikan keterampilan, memulihkan fungsi sosial anak binaan dengan baik, dan melatih kemandirian warga binaan mereka. Hal ini terbukti karena adanya perubahan atau perkembangan positif yang dialami oleh anak binaan setelah mereka mengikuti program pelayanan keterampilan dan bimbingan sosial di PSAR Tanjung Morawa.

(19)

ABSTRACT

One of social problems that become a big challenge for Indonesian children, is a matter of neglect especially in relation to education. The issue has already taken root cause, and it is difficult to solve not only because the condition of the economy, but there are also caused by chaos in the family and factors influence the surrounding environmen. This research was meant to find out how the process and effectiveness program execution skill and guidance social teenagers drop out of school at PSAR Tanjung Morawa. Which is expected to give their own with the skill they have and restore their social function.

Type research used is descriptive which aims to give a sense or delineating exixsting reality of the society or group of people certain in field in the analysis that process is covering the decipherment the observation of one symptom observed or more, with population of as many as 150 people. In this case, the whole population of used as sample because if all, because the more the number of samples approaching the number of the population and the result of the research will representative to represent research or produce the result of research are getting better. The technique of collecting data obtained in research is through primary ( a questionnaire, data and endless hours ) and data secondary ( the study of literature ). Engineering data analysis used is a technique descriptive qualitative analysis where the data collected from a questionnaire and interview, a frequency distribution illustrated in the form of a diagram and then analysis.

From the analysis result of that sanctions could be known that service program skill and guidance social given by PSAR Tanjung Morawa has been effective in prosper and make the child can stand alone by giving the skills, Restore the social function of child well, and training for independency residents. It can be seen because of a change or a positive development that is experienced by children binaan after they followed skill and guidance social services programs in PSAR Tanjung Morawa

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kunci sukses pembangunan dimasa mendatang bagi bangsa Indonesia ialah pendidikan. Sebab lewat pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Pendidikan merupakan alat untuk memperbaiki keadaan sekarang, juga untuk mempersiapkan dunia esok yang lebih baik serta lebih sejahtera. Di samping itu pendidikan merupakan masalah yang amat kompleks dan teramat penting, karena menyangkut macam sektor kehidupan bagi pemerintah dan rakyat . Dampak dari ekonomi tak dapat dipungkiri memang selalu menjadi dasar kenapa seseorang bermasalah, meskipun hal ini bukan hal yang utama yang mengakibatkan seseorang menjadi bermasalah, namun masalah ekonomi selalu menjadi pemicu terjadinya masalah – masalah. Hal ini yang terkadang menyebabkan orang tua enggan untuk menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi, mereka berpikir bahwa tidak perlu sekolah yang penting adalah bekerja dan bekerja menghasilkan uang. Padahal kemajuan negara ditentukan oleh kemajuan pendidikan masyarakatnya dan kesuksesan hidup suatu keluarga terkadang ditentukan oleh pendidikan orang – orang yang ada di dalam keluarga tersebut.

(21)

rohani, dan sosial. Namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati hidup sejahtera seperti yang diharapkan, karena adanya permasalahan yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan. Masalah ini biasanya timbul karena adanya ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi – fungsi sosialnya seperti rintangan – rintangan maupun hambatan – hambatan dalam mewujudkan nilai – nilai, aspirasi, serta pemenuhan kebutuhan – kebutuhannya.

Masalah – masalah kehidupan manusia umumnya juga berkaitan dengan peristiwa – peristiwa dan relasi – relasi yang pernah dialami dimasa lalu, yaitu masalah – masalah yang dibawa sejak lahir sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan sampai usia tua. Namun demikian, disamping manusia membawa serta masalah – masalah sejak lahir, ia memiliki pula kapasitas serta potensi diri yang dapat digali dan dimanfaatkan untuk mengatasi setiap permasalahannya yang dihadapi dalam setiap tahap kehidupan. Perlu disadari bahwa manusia dalam menghadapi setiap permasalahannya, sering tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai tentang mekanisme pemecahan masalah.Dengan kata lain, masalah ini timbul karena berbagai keterbatasan, baik yang disebabkan faktor – faktor yang bersumber dari dalam diri (intern) maupun yang bersumber dari luar diri (ekstern).

(22)

Anak merupakan tunas, potensi dan generasi muda penerus cita – cita perjuangan bangsa yang memiliki peran dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi negara kepada masa depan kelak yang lebih baikAnak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang. Hidup matinya suatu bangsa dimasa mendatang berada di pundak anak. Agar kelak anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka mereka perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, sosial, maupun spritual. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya seperti mendapatkan pendidikan, dilindungi, dan disejahterakan. (Undang – undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak )

(23)

disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, sedangkan sekitar 33% meninggalkan sekolah sebelum menamatkan pendidikan menengah pertama serta 20% karena mulai bekerja. (http:www.ilo.org).

Menurut Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi di tingkat SMP, yaitu 48 %. Adapun di tingkat SD tercatat 23 %. Sedangkan prosentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA adalah 29 %. Kalau digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 %. Dengan kata lain, jumlah anak usia remaja yang putus sekolah tahun ini tak kurang dari 8 juta orang.

Hampir di setiap tempat banyak anak-anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, atau pendidikan putus di tengah jalan disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan. Kondisi ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan. Sementara kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya. Namun selain dari permasalahan ekonomi dan kemiskinan, remaja putus sekolah juga tidak lain disebabkan Karena pengaruh lingkungan. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami beberapa remaja, yaitu : masalah pribadi yaitu masalah – masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian social dan nilai – nilai. Masalah khas remaja yaitu masalah yang timbul akibat status

(24)

atau penilaian terhadap diri sendiri. masyarakat banyak dirugikan karena biasanya remaja putus sekolah biasanya sebagai penyebab kenakalan, kriminal, menambah jumlah pengangguran, dan mereka tidak dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masayarakat.

Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ketika membicarakan peningkatan ekonomi keluarga terkait bagaimana meningkatkan sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat.

Maka dari itu diharapkan putus sekolah tidak menjadi pengahalang bagi mereka untuk bisa hidup normal dalam masyarakat dan berperan serta dalam kehidupan social lingkungannya, karena seperti dalam Undang – undang Pasal 60 ayat (1) Undang – undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ”Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya

(25)

perlindungan secara tepat dan maksimal. Dengan harapan, anak mampu menghayati kedudukan dan peranan sosialnya dalam rangka persiapan diri sebagai manusia dewasa yang mandiri, bertanggung jawab dan sukses secara individual dan sosial. Dalam kaitan ini, panti sosial diharapkan mampu memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial anak yang tidak hanya terkait dengan kehidupan keluarga dan masyarakat tetapi sebagai manusia yang utuh dan unik.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 D dan 23 E Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakanBahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu

mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara

optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya

perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan

terhadap pemenuhan hakhaknya” dan “Bahwa untuk mewujudkan perlindungan dan

kesejahteraan anak diperlukan dukungan

kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin

(26)

orang tua anak.Orang tua asuh ini akan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi seorang anak dengan mencari pemecahannya secara bersama – sama. (Jurnal PKS.Vol.V No.16,Juni 2006:68)

Begitu pula dengan kehadiran Pelayanan sosial anak remaja yang beralamat di Jalan Industri No.47 Tanjung Morawa. Panti sosial ini adalah salah satu panti sosial yang memberikan program pelatihan keterampilan dalam usaha untuk menggali potensi dan bakat siswi binaannya baik salon/tata rias, menjahit, bordir untuk yang wanita dan pendidikan automotif untuk yang pria. Panti sosial ini juga memberikan beberapa kegiatan lain untuk mendidik remaja binaannya, antara lain adalah bimbingan sosial yang berisikan tentang bimbingan motivasi, dinamika kelompok, olahraga, seni tari dan pembinaan rohani. Semuanya itu dilakukan dengan tujuan untuk mendukung penguasaan keterampilan baik salon/tata rias , menjahit bordir dan automotif, sehingga mereka bukan hanya menjadi remaja yang terampil, akan tetapi juga menjadi remaja yang berakhlak, berbudi, dan bersemangat dalam menjalani kehidupannya. Dalam hal pembiayaan, mereka memang tidak dikenai biaya sedikitpun selama pelatihan karena program panti ini memang dibiayai langsung oleh Dinas Sosial. Mereka juga disediakan asrama dan memiliki Bapak dan Ibu asuh yang senantiasa membimbing mereka. Di satu sisi panti ini memang sangat membantu mereka. Di sisi lain, mungkin juga tidak bagi sebagian peserta yang merasa tidak betah tinggal di asrama.

(27)

UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa ini juga memiliki prinsip bahwa anak remaja putus sekolah bukanlah suatu halangan untuk dapat berkarya, setiap orang yang apabila bersedia belajar dan bekerja patut mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh perlakuan yang layak dan setara di dalam masyarakat.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui bagaimana keefektifan pelayanan sosial yang diberikan oleh UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa terhadap anak remaja putus sekolah dengan melihat kelengkapan fasilitas pendukung pelayanan, keahlian staf pengajar, dan dukungan dari para staff di UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa. Untuk lebih terarah, penulis membatasi penelitian ini hanya pada ruang lingkup keefektifan pelayanan yang diberikan. Untuk itu, penulis mengangkat permasalahan yang di rangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul: “Efektifitas program pelatihan keterampilan bagi anak remaja putus sekolah di UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa.”

(28)

berkualitas nantinya, khususnya agar anak-anak remaja putus sekolah yang dibina dapat menjadi remaja yang mandiri dan berfungsi sosial.

1.2 Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang penting, karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan (Nazir, 2003: 111). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahn dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana efektifitas pelaksanaan program pelatihan keterampilan bagi anak remaja putus sekolah di UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja “Nusa Putra” Tanjung Morawa ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

(29)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis adalah dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah dan menambah pengetahuan di bidang pelayanan sosial.

2. Secara akademis atau bagi fakultas, untuk memperbanyak refrensi karya ilmiah yang menyangkut efektifitas lembaga dalam menangani anak putus sekolah.

(30)

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan secara teoritis variable-variabel yang diteliti, karangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisanya.

(31)
(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektifitas

2.1.1 Pengertian Efektifitas

Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas kerja pegawai yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Adapun pengertian efektivitas menurut para ahli diantaranya sebagai berikut :

Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut : “Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.

diakses

(33)

Sementara itu terdapat pengertian lain, yaitu “Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.

/ diakses 6 Oktober

2012 pukul 00.30 WIB). Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya.

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan

pengertian efektifitas menurut Hidayat, 1986.

Maret/2009/ diakses tanggal 10 Oktober 2012 pukul 12.33 WIB) yang menjelaskan bahwa :

“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

(34)

Terdapat cara pengukuran terhadap efektifitas yang secara umum dan yang paling menonjol adalah sebagai berikut :

1. Keberhasilan program.

2. Keberhasilan sasaran.

3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989: 121).

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas

Pendekatan efektifitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari lembaga damana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali kepada lingkungannya. Pendekatan terhadap efektifitas terdiri dari :

1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

(35)

terhadap aspek output, yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat

menjadi efektif.

Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan system suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.

(36)

efektifitas berbagai lembaga yang jenis dan programnya berbeda dan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sasaran.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap efektifitas sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara koordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki oleh lembaga, yang menggambarkan tingkat efesiensi serta kesehatan lembaga (Cambel 1989:115).

2.2. Remaja

Sebagaimana diketahui bahwa manusia itu mempunyai masa – masa / periode perkembangan atau “ life stadium “, yang pokok sudah dibawa sejak lahir, yaitu :

1. Masa kanak – kanak 2. Masa remaja

(37)

Sedangkan Hurlock membagi tahap perkembangan menjadi : 1. Tahap sebelum bayi lahir : 0 – 2 minggu

2. Tahap infancy : 2 minggu – 2 tahun 3. Tahap bayi : 2 – 6 tahu

4. Tahap anak – anak awal : 6 – 12 tahun 5. Tahap anak – anak akhir : 12 – 14 tahun 6. Tahap pubertas : 12 – 14 tahun

7. Tahap remaja awal : 14 – 17 tahun 8. Tahap remaja akhir : 17 - 21 tahun 9. Tahap dewasa awal : 21 – 40 tahun 10. Tahap setengah baya : 40 – 60 tahun 11. Tahap tua : 60 tahun ke atas

Sedangkan Hall membagi perkembangan manusia dalam 4 tahap : 1. masa kanak – kanak ( Infancy ) : 0 – 4 tahun

2. Masa anak – anak ( Childhood ) : 4 – 8 tahun 3. Masa muda ( Youth ) : 8 – 12 tahun

4. Masa Remaja ( adolescence ) : 12 – 25 tahun ( Agustiani,2009 : 35 )

(38)

Remaja ditinjau dari sudut perkembangan fisik adalah suatu tahap perkembangan fisik dimana alat – alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat – alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna.

Menurut WHO, remaja adalah suatu masa dimana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual

2. Individu – individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa

3.Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono 2000:120)

Ciri – ciri remaja :

1. Kegelisahan : Keadaan yang tidak tenang yang menguasai diri si remaja

2. Pertentangan : Pertentangan – pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain

3. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya

4. Keinginan mencoba sering pula diarahkan pada diri sendiri maupun orang lain 5. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas

6. Berkhayal dan berfantasi

7.Adanya aktivitas kelompok ( Agustiani,2009 : 28 )

(39)

sedangkan perubahan – perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan – perubahan fisik itu.Perubahan fisik pada anak perempuan :

1. Pertumbuhan tulang – tulang 2. Pertumbuhan payudara

3. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan

4. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya 5. Bulu kemaluan menjadi keriting

6. Haid

7. Tumbuh bulu – bulu ketiak

Perubahan fisik pada anak laki – laki : 1. Pertumbuhan tulang – tulang

2. Testis membesar

3. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap 4. Awal perubahan suara

5. Ejakulasi

6. Bulu kemaluan menjadi keriting

7. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya 8. Tumbuh rambut – rambut halus di wajah

9. Tumbuh bulu ketiak 10. Akhir perubahan suara

(40)

Mendefinisikan remaja untuk masyarakat Indonesia sangatlah sulit karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat, tingkatan sosial – ekonomi maupun pendidikan. Walaupun demikian, kita dapat menggunakan batasan usia 11 – 24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut :

1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda – tanda seksual sekunder mulai nampak ( kriteria fisik )

2. Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat ataupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak – anak ( kriteria sosial )

3. Pada usia tersebut mulai ada tanda – tanda penyempurnaan perkembangan jiwa 4. Batas usia 24 tahun merupaka batas maksimal yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak – hak penuh sebagai orang dewasa dan belum bisa memberi pendapat sendiri.

Selanjutnya dalam batasan di atas ada 6 penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja yaitu :

1. Menerima dan mengintegrasikan pertambahan badannya dalam kepribadiannya 2. Menentukan peran dan fungsi seksualnya dalam kebudayaan dimana ia berada

3. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan

(41)

5. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai – nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan

6. Memecahkan problem – problem nyata dalam pengalaman sendiri dan dalam kaitannya dengan lingkungan (Ali 2004:140)

Beberapa pendekatan mengenai remaja adalah : 1.Pendekatan sosial

Masa anak sebagai masa sebelum remaja merupakan suatu masa dimana masih kurang terlihat adanya nilai – nilai moral dan etik. Bahkan dikatakan bahwa anak pada usia tersebut memperlihatkan sifat – sifat dari orang yang berkebudayaan rendah, yang sehat dan kuat akan tetapi hanya memikirkan diri sendiri dan sama sekali tidak berperasaan sentimental. Sebaliknya pada masa remaja harus dialami suatu perubahan yang menyeluruh. Si remaja seolah – olah harus lahir kembali, karena harus tumbuh dan terbentuk sifat – sifat manusiawi yang lebih tinggi dan lebih sempurna. Pada masa ini terlihat pula adanya keadaan labil dan kegoncangan emosionalitas. Juga kepekaan terhadap pengaruh lingkungan yang terlepas dari pandangan fisiologisnya.

(42)

2. Pendekatan Kebudayaan

Masa remaja merupakan peralihan sebelum memasuki dewasanya. Justru pada masa peralihan ini, ia akan mengalami proses melepaskan ikatannya dengan orang tua dan orang lain akan menunjukkan perbedaan – perbedaaan sesuai dengan kebudayaan, dimana remaja itu hidup dan dibesarkan. Situasi sosial sangat mempengaruhi proses masa remaja. Hal mana menentukan timbulnya bentuk masalah remaja dan cara penyelesaian kebudayaan terhadap masalah – masalah tersebut.

3. Pendekatan Psikoanalitis

Aliran ini menganggap masa remaja sebagai suatu masa dimana kebutuhan dan aktivitas seksual timbul lagi setelah mengalami masa laten dengan penekanan terhadap segala aktivitas seksual. Tugas utama dalam masa remaja ini adalah memperoleh kembali keseimbangan – keseimbangan antara ekspresi dan kebutuhan seksual, antara pembatasan lingkungan terhadap ekspresi ini dan kemungkinan yang diberikan oleh realitas dan hati nurani seseorang

( Gunarsa,2003:10-16 ).

Menurut Havighurst, tugas perkembangan remaja adalah :

1. memperluas hubungan antara pribadi dan komunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik pria maupun wanita

2. Memperoleh peranan sosial

3. Menerima ketubuhannya dan menggunakannya dengan efektif

(43)

6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan 7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

8. Membentuk sistem nilai – nilai moral dn falsafah hidup( Gunarsa,2003:35 )

2.3. Anak Remaja Putus Sekolah dan Remaja Binaan

2.3.1 Anak Remaja Putus Sekolah

(44)

penghasilan keluarga Diakses 05 Oktober 2012 pukul 20.00)

Kemiskinan dan putus sekolah dapat dianggap sebagai dua sisi dari satu mata uang. Kemiskinan yang mendera sebagian besar keluarga kurang mampu menyebabkan mereka tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya secara optimal. Akibatnya, putus sekolah menjadi pilihan. Akses untuk memperoleh kesempatan pendidikan menjadi begitu terhambat. Kemiskinan merupakan hambatan terbesar bagi anak-anak dalam mengenyam pendidikan di sekolah

2.3.2 Remaja Binaan

Remaja Binaan adalah mereka yang sudah menginjak usia remaja dan mengalami permasalahan sosial yaitu putus sekolah. Untuk mengatasi segala permasalahannya, mereka dibina di Pelayanan social anak remaja dengan berbagai bentuk pelayanan sosial yang diberikan oleh panti, sehingga nantinya mereka dapat menjadi remaja – remaja yang dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan lebih baik.

2.4 Pelayanan Sosial

2.4.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial adalah sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosialnya.

(45)

“ Sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standard hidup dan kesehatan yang memuaskan serta relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat”.

Dari defenisi di atas dapat dijelaskan bahwa :

1.Konsep Kesejahteraan Sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2.Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan “kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Sementara Elizabeth Wickenden mengemukakan bahwa kesejahteraan social termasuk di dalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat. (Soetarso 1981:65)

Dalam UU No.11 Tahun 2009 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial Pasal 1, dijelaskan bahwa :

(46)

dapat melaksanakan fungsi sosialnya“.Dari berbagai pengertian di atas dapat terlihat

luas lingkup pengertian kesejahteraan sosial yang sebenarnya sangat meluas dan

melingkupi berbagaaspek kehidupan. Dalam kesejahteraan sosial juga terdapat usaha

kesejahteraan sosial, dimana pelayanan sosial juga termasuk dari salah satu di

dalamnya”.

Perlu dibedakan dua macam pengertian pelayanan sosial, yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya.

Semakin tersebarnya dan dipraktekkan secara universal pelayanan sosial, maka pelayanan yang ditujukan kepada golongan masyarakat yang membutuhkan pertolongan khusus.

2.4.2 Fungsi–fungsi pelayanan sosial

(47)

1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat. 2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi.

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial.

4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan pembangunan.

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar pelayanan-pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi.

Richard M. Titmussmengemukakan bahwa pelayanan sosial ditinjau dari perspektif masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk masa sekarang dan untuk masa yang akan datang.

2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk melindungi masyarakat.

3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.

4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat pelayanan sosial misalnya kompensasi kecelakaan industri dan sebagainya.

Alfred J. Khanmenyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah: 1. Pelayanan Sosial untuk Sosialisasi dan pengembangan

(48)

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangan. Yang tujuannya yaitu untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian anak.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut adalah: 1. Program penitipan anak

2. Program-program kegiatan remaja/ pemuda

3. Program-program pengisian waktu terluang bagi anak dan remaja dalam keluarga. Pelayanan Sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara individual maupun di dalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain: a. Bimbingan sosial bagi keluarga

b. Program asuhan keluarga dan adopsi anak

c. Program bimbingan bagi anak nakal dan bebas hukuman d. Program-program rehabilitasi bagi penderita cacat e. Program- program bagi lanjut usia

f. Program-program penyembuhan bagi penderita gangguan mental.

(49)

h. Program-program bimbingan bagi para pasien di rumah sakit.

Kebutuhan akan program pelayanan sosial akses disebabkan oleh karena: a. Adanya birokrasi modern

b. Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap hal-hal dan kewajiban/tanggungjawab.

c. Diskriminasi, dan

d. Jarak geografi antara lembaga-lembaga pelayanan dari orang-orang yang memerlukan pelayanan sosial (Huda : 2009).

Pelayanan sosial untuk tujuan menyembuhkan, memberikan bantuan, rehabilitasi, perlindungan sosial biasanya melalui kegiatan/program dalam suatu lembaga, misalnya lembaga panti, lembaga rehabilitasi dan lain-lain. Tujuan dari pelayanan ini adalah memulihkan kemampuan peranan sosial dan memberi bantuan guna penyesuaian yang memadai dengan lingkungan sosialnya. Bentuk pelayanan panti merupakan salah satu pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak-anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial, dan sebagainya. Pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan misalnya pelayanan di Panti Asuhan, Panti Jompo, Panti Karya, dan lain- lain.

(50)

Anak asuh adalah anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera ataupun yang sudah tidak memiliki orangtua dan mendapat pengasuhan di luar lingkungan keluarga yang sah. Lingkungan itu dapat berupa keluarga yang secara langsung mengasuh dan menyediakan segala keperluan si anak. Dapat juga berupa yayasan ataupun lembaga yang bergerak di bidang pengasuhan dan perlindungan anak.Anak asuh merupakan anak terlantar yang mendapat bantuan, perlindungan serta bimbingan dalam Panti Asuhan dengan sistem pelayanan didalamnya.

Dalam salah satu teori Marxist diseburtkan bahwa organisasi atau lembaga pelayanan sosial cenderung mengutamakan nilai-nilai ekonomi dan menekankan system ekonomi kapitalis, yaitu mengambil keuntungan sehingga seringkali membawa kerugian pada masyarakat. Pandangan ini banyak dilakukan organisasi atau lembaga pelayanan sosial.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa lembaga atau organisasi sosial seringkali tidak mencapai tujuan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena pekerja sosial sebagai pelaksanaan pelayanan tidak professional dan tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan pelayanannya kepada masyarakat.

2.5 Program Pelatihan Ketrampilan

(51)

Keterampilan yang dimaksud mencakup 5 jenis yaitu : - Keterampilan mengenal diri

- Keterampilan berpikir - Keterampilan social - Keterampilan akademik - Keterampilan kejuruan

Brolin 1989 mengartikan lebih sederhana bahwa keterampilan merupakan interaksi dari

berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian

keterampilan tidak semata – mata hanya memiliki kemampuan tertentu, namun juga memiliki

kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti membaca dan menulis serta berhitung,

merumuskan dan memecahkan maslah, mengelola sumber daya, bekerja kelompok dan

menggunakan teknologi. (

Pada dasarnya remaja binaan memiliki kemampuan dan kemampuan itulah yang perlu dirangsang agar mereka mampu menampilkan diri bila nantinya berada di tengah – tengah masyarakat.untuk merangsang kemampuan tersebut dilakukan pembinaan dengan berbagai bentuk ketrampilan. Adapun pengertian pembinaan dalam uraian di atas adalah meningkatkan kemampuan dengan pengetahuan – pengetahuan, pengalaman – pengalaman, latihan – latihan dan sebagainya sehingga dengan hasil pembinaan itu diharapkan anak dapat memiliki tugasnya di kemudian hari (Soeharto, Edi. 2009)

(52)

Ahmad,1980:41 ). Sedangkan A.Mangunhardjana memberi pengertian lain yaitu “ Program dimana para peserta berkumpul untuk memberi, menerima, dan mengolah informasi, pengetahuan dan kecakapan, entah memperkembangkan yang sudah ada/entah menambah yang baru.

Peningkatan pengetahuan ialah peningkatan dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obyek pengetahuan tertentu, yang tujuannya agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya .Peningkatan ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat – urat syaraf dan otot – otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmani seperti manusia mengetik, olahraga dan sebagainya Meskipun sifatnya motorik, namun ketrampilan itu merupakan koordinasi gerak yang diteliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil. ( Soeharto, Edi. 2009.)

2.6 Pelayanan Sosial Anak Remaja

(53)

Selanjutnya pelayanan kesejahteraan sosial atau ( Social Welfare Services ).Menurut Arthur Dunken seperti dikutip T.Sumarnonugroho, pelayanan kesejahteraaan sosial yaitu memberikan perhatian utama terhadap individu – individu, kelompok – kelompok, komunitas – komunitas dan kesatuan – kesatuan penduduk yang lebih luas.Pelayanan ini mencakup pemeliharaaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.

Pembinaan melalui pelayanan sosial anak remaja pada hakikatnya adalah suatu pembinaan bagi remaja putus sekolah terutama bagi mereka yang putus sekolah ditingkat SLTP/SLTA ( Umur 16 – 21 tahun ) dan dalam keadaan terlantar melalui penampungan atau asrama dalam panti. Dengan demikian, diharapkan anak mempunyai tujuan yang jelas dan bersemangat dalam mengikuti program kegiatannya untuk kehidupannya di masa depan. Sebagai gelombang sosial, fungsi panti sosial bina remaja adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu sumber pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak putus sekolah yang terlantar

2. Sebagai salah satu sumber informasi dan konsultasi kesejahteraan sosial terutama yang berkaitan dengan kebutuhan – kebutuhan, masalah – masalah, kemampuan – kemampuan dan peranan – peranan sarana layanan

(54)

tingkah laku, sasaran pelayanan yang menyimpang dari nilai – nilai sosial( Jurnal PKS Vol.V No.16 Juni 2006;68 )

Peningkatan ketrampilan bagi remaja :

1. Terampil menggunakan ketentuan – ketentuan beribadah sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianutnya

2. Keterampilan menggunakan bahas sebagai alat komunikasi

3. Terampil melakukan cara – cara belajar atau terlatih yang baik sendiri atau berkelompok

4. Terampil melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan kemampuan fisiknya

5. Terampil dalam kegiatan beberapa segi kesejahteraan keluarga dan usaha kesehatan 6. Terampil dalam satu atau beberapa cabang kesenian

7. Terampil dalam beberapa keterampilan, kejujuran khusus sesuai dengan minat kemampuan dan kebutuhan lingkungannya

Sehingga program pelatihan ketrampilan adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan seseorang dengan menerima dan mengelola informasi, pengetahuan, dan kecakapan yang sudah ada atau menambah yang baru.

2.7 Kerangka Pemikiran

(55)

kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga dan faktor pengaruh lingkungan sekitar.

Sayangnya, melihat realita sosial yang ada di Indonesia saat ini, keberadaan anak – anak justru banyak yang ternistakan oleh hiruk pikuknya proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan dan hak anak. Di sisi lain, kondisi sosial, politik yang serba tidak menentu di negeri ini turut memperparah keterpurukan pola pengasuhan anak baik pada tingkat keluarga maupun masyarakat. Sebagai konsekuensi, muncul anak – anak terlantar yang tidak memperolah pendidikan yang memadai. Begitu pula dengan mereka yang sudah mengenyam pendidikan hingga tingkat tertentu harus putus di tengah jalan baik karena alasan ekonomi maupun alasan – alasan lainnya.

Hingga saat ini sarana dan upaya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap kedudukan, hak, kewajiban telah dilakukan melalui berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kesehatan, kesejahteraan sosial anak. Ini merupakan tanggung jawab bersama Pemerintah, masyarakat, keluarga, dan anak putus sekolah itu sendiri sendiri. Untuk itu, diharapkan semua unsur tersebut dapat bekerjasama dan berperan aktif dalam mewujudkannya, yang hasilnya diharapkan kelak anak putus sekolah dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam arti mampu berintegrasi melalui komunikasi dan interaksi secara wajar dalam hidup bermasyarakat.

(56)
(57)

Bagan 1 Bagan Alir Pikir

UPTD. Pelayanan Sosial Anak Remaja “Nusa Putra” Tanjung Morawa

Program yang diberikan : a. Keterampilan

menjahit

b. Keterampilan bordir a. Keterampilan salon b. Keterampilan

automotif

c. Bimbingan sosial

Anak Remaja Putus Sekolah

Dampak program yang diberikan :

1. Memiliki keterampilan 2. Dapat berfungsi sosial dengan baik

(58)

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.8.1 Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah batasan arti dan gambaran hubungan dari antara unsur – unsur yang ada di dalamnya (Siagian 2011:56).

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal-hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objekobjek atau peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009: 112)., maka peneliti membatasi konsep – konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan dikatakan efektifitas apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan dapat memberikan manfaat yang nyata sesuai dengan kebutuhan.

(59)

3. Pelayanan sosial dalam disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya.

4. Program Pelatihan Ketrampilan adalah Suatu program adalah kumpulan proyek – proyek yang berhubungan dengan keterampilan telah dirancang untuk mengembangkan keterampilan anak putus sekolah agar bisa mandiri dengan kemampuan keterampilan yang telah dimilikinya.

2.8.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep – konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian 2011 : 141). Dengan defenisi operasional dapat diketahui Indikator – indikator apa saja yang akan diukur dan dianalinsa dalam variabel yang ada.

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variable dalam penelitian ini, maka diukur melalui indikator – indikator sebagai berikut :

1.Pelatihan keterampilan yang diberikan : a. Keterampilan menjahit

(60)

2. Sarana dan Prasarana atau fasilitas yang tersedia : a. Gedung dan bangunan-bangunan

b. Ruang belajar c. Kegiatan olahraga

3. Dampak program yang diberikan : a. Memiliki keterampilan

b. Dapat berfungsi sosial dengan baik

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Adapun penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat – sifat suatu keadaan subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis, dan terkontrol, peneliti memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian ata populasi dan sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkannya secara akurat. (Silalahi 2009:28)

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana peneliti ingin membuat gambaran bagaimana keefektifan pelayanan yang diberikan di Pelayanan social anak remaja Nusa putera (PSAR ) dengan melakukan pengamatan terhadap gejala, peristiwa, kondisi dan fasilitas yang tersedia pada saat sekarang ini.

3.2. Lokasi Penelitian

(62)

membina dan membimbing anak – anak remaja putus sekolah dengan cara memberikan keterampilan menjahit, bordir, salon dan automotif, yang yang berguna untuk menjadikan warga binaan sosial lebih mandiri, sehingga mereka dapat kembali ke tengah-tengah masyarakat.

3.3. Populasi

(63)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan Yaitu mengumpulkan data melalui buku-buku, dokumentasi, dan sumber referensi yang menyangkut masalah yang diteliti.

2. Penelitian Lapangan Yaitu mengadakan penelitian langsung ke lokasi untuk mendapatkan data yang lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian lapangan ini digunakan beberapa metode, yakni :

a. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

b. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh.

c. Kuesioner, yaitu dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tambahan dan data yang relevan dari informasi yang telah penulis dapatkan dari wawancara, hal ini dilakukan melalui daftar pertayaan yang akan diajukan.

(64)

3.6. Teknik Analisa Data

(65)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara didirikan tahun 1975 dan dihuni 1976 yang beralamat di Jalan Industri No 47 Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, dengan luas areal lokasi adalah 19.896 m2.

Diatas tanah yang terdaftar dengan surat keterangan camat Tanjung Morawa itu secara bertahap sejak tahun 1975 dan 1999 dibangunlah gedung – gedung untuk melengkapi fasilitas daya tampung untuk kapasitas 200 orang dengan luas bangunan keseluruhannya berjumlah 4.767,5m2, dikelilingi oleh tembok sepanjang 1.200 m. Jumlah keseluruhan gedung yang dibangun ada 31 unit dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN ) dan bantuan dari luar negeri (LOAN ) Departemen Sosial Republik Indonesia.

(66)

Unit Pelayanan Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja (UPT.PSAR) Tanjung Morawa didirikan tahun 1975 dan dihuni 1976 yang beralamat di Jalan Industri No.47 Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, dengan luas areal lokasi adalah 19.896 m2..

Keberadaan awal berdirinya UPT.PSAR adalah milik Kantor Wilayah Departemen Sosial Republik Indonesia di Sumatera Utara dengan nama Panti Karya Taruna ( PKT ) Nusa Putra. Pada tahun 1979 Departemen Sosial Republik Indonesia merubah nama lembaga tersebut dengan Panti Penyantunan Anak ( PPA ) Nusa Putra. Pada tahun 1994 berubah lagi namanya menjadi Panti Sosial Bina Remaja ( PBR ) Nusa Putra.

Krisis ekonomi dan moneter di Indonesia pada tahun 1997 yang berkepanjangan membuat perekonomian rakyat semakin terpuruk, dipicu oleh situasi dan kondisi tersebut, system pemerintah Indonesia yang sentralisasi berubah menjadi desentralisasi. Terbitnya Undang – Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Pemerintah Provinsi sebagai daerah otonomi. Undang – undang Nomor 22 tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang – undang Nomor 32 tahun 2003 membawa implikasi kepada perubahan system sentralisasi menjadi desentralisasi.

(67)

Penyerahan asset tersebut tepatnya tanggal 1 April 2000 berupa personil atau pagawai negeri sipil (PNS), bangunan gedung dan kelengkapan administrasi lainnya.

Nama Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra diseragamkan dengan nama – nama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di Sumatera Utara menjadi Balai Bina Remaja Nusa Putra Provinsi Sumatera Utara dan berstatus sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah di Lingkungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Pada tahun 2010 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD ) Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra (PSBR) Nusa Putra berubah namanya menjadi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja (UPT.PSAR) Tanjung Morawa, pergantian ini sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara ( Pergubsu) Nomor 10 Tahun 2009 yang memberikan pelayanan sosial bagi anak terlantar dan putus sekolah.

4.3 Tujuan Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja

Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja ( UPT.PASR ) memiliki 2 jenis tujuan, yaitu :

1.Tujuan Umum

Adapun tujuan umum di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja

(68)

a. Mempersiapakan dan membantu anak putus sekolah terlantar dengan memberikan kesempatan dan kemudahan agar dapat mengembangkan potensi dan kemauannya baik jasmani, rohani maupun sosialnya.

b. Menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan kerja dalam rangka memberikan bekal untuk kehidupan dan penghidupan masa depan secara wajar sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujan khusus di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja ( UPT.PSAR ) Tanjung Morawa adalah :

a. Membina remaja agar mampu melakukan peran sosialnya secara aktif di masyarakat dan lingkungannya

b. Mempersiapkan dan membina remaja sebagai manusia yang mempunyai akhlak mulia sesuai dengan nilai – nilai agama, adat – istiadat, hokum dan pancasila c. Anak Remaja bisa mempunyai keterampilan yang data diterima di pasaran kerja d. Mempersiapkan remaja untuk mendapatkan penghasilan yang layak dan hidup

mandiri.

(69)

4.4 Struktur Organiasai Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja.

Struktur organisasi dapat berfungsi sebagai petunjuk yang saling berangkai satu sama lain membentuk jaringfan. Dengan adanya struktur organisasi semua pihak yang terkait dalam organisasi dapat mengetahui wewenang tanggung jawab dan hubungan serta tata kerjanya.

(70)

Bagan 2

Struktur Organisasi Unit Pelksana Teknis Pelayanan Sosial Anak Remaja (UPT.PSAR) Tanjung Morawa

Kepala Dinas Kesejahteraan dan Sosial

Sumatera Utara

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Marion Ginting S.H,M.M

Kelompok Jabatan Fungsional (Pekerja Sosial)

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.4
Tabel 4.5

Referensi

Dokumen terkait

"Nanti akan ketahuan Ada beberapa hal yang belum bisa saya utarakan pada Anda sekarang ini. Sementara ini sebaiknya saya melanjutkan langkah-langkah penyelidikan

Pada aplikasi ini, pemakai dihadapkan kepada suatu tampilan interaktif yang disertai objek-objek pendukung seperti teks, gambar, suara, dan animasi agar pemakai dapat lebih

Hendro Gunawan, MA

Dengan memasukkan URL (Uniform Resource Locator) yang berfungsi sebagai locator untuk mewakili alamat dari situs yang ingin kita kunjungi, user dapat melakukan koneksi ke situs

Hendro Gunawan, MA

Website atau Homepage merupakan media terdepan untuk memasuki dunia E-commerce dan memperkenalkan informasi produk yang dijual kepada dunia internasional. Pemesanan On-line pada

Hendro Gunawan, MA

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015