PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN STRATEGIK
BERBASIS TOTAL PERFORMANCE SCORECARD
DI SMK NEGERI 1 IDI ACEH TIMUR
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
KHAIRUDDIN
NIM. 8146132045
PROGRAM PASCASARJANA
ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
ABSTRAK
Khairuddin, Pengembangan Model Perencanaan Strategik Berbasis Total Performance Scorecard di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur, Tesis, PPs UNIMED, tahun 2016.
Penelitian ini mengangkat permasalah penyusunan perencanaan strategis yang tidak sesuai dengan seperangkat teori tentang perencanaan strategi dalam kerangka manajemen mutu pendidikan dengan mengambil objek penelitian di SMK Negeri 1 Idi. Penelitian yang menggunakan metode research and
development ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui komponen penyusunan renstra
sekolah yang selama ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur. (2) Secara teoretik menyusun model teoretik perencanaan strategis sekolah berbasis
Total Performance Scorecard. (3) Mengetahui penerapan model teoretik
perencanaan strategis sekolah berbasis total performance scorecard di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur.
Penelitian pengembangan ini menggunakan pola 4D dari Thiagajaran dalam menganalisis data, yaitu define, design, development and dissemination. Sehingga menghasilkan temuan penelitian sebagai berikut: (1) Komponen penyusunan renstra sekolah yang selama ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur belum sepenuhnya memenuhi kaidah teori penyusunan renstra, selain itu juga belum adanya sinkronisasi antar unsur pada renstra tersebut. Keterlibatan warga sekolah dalam menyusun renstra masih minim sehingga tidak menggambarkan manajemen mutu pendidikan di sekolah. (2) Model teoretik perencanaan strategik sekolah berbasis Total Performance Scorecard menghasilkan 9 jenis kartu
scorecard yang melibatkan seluruh PTK untuk mengisi personal balanced
scorecard dan jurusan, tata usaha serta kurikulum dan sekolah mengisi
organizational balanced scorecard, lalu didiskusikan pada tingkat section dan
sekolah melalui FGD yang melibatkan Korwas, pengawas sekolah dan komite sekolah. Hasil FGD akan menghasilkan unsur SWOT untuk dianalisis bersama dengan dokumen renstra lama sehingga menghasilkan Analisis Faktor Internal dan Analisis Faktor Eksternal sebagai awal lahirnya visi, misi, tujuan, sasaran, peran kunci, strategi dan program sekolah selama milestone 5 tahun. (3) Penerapan model teoretik perencanaan strategis sekolah berbasis total performance
scorecard di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur dilakukan setelah peneliti melakukan
validasi produk baik dari sisi operasional di lapangan dan validasi pendapat ahli secara teori. Pengembangan model teoretik renstra berbasis TPS akan dilaksanakan pada penyusunan renstra SMK Negeri 1 Idi pada tahun 2019.
iv
ABSTRACT
Khairuddin, The Development Strategic Planning Model-Based Total Performance Scorecard at SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur, Thesis, PPs UNIMED, year 2016.
The research raises about the problems strategic planning that is not in accordance with a set of theories about planning strategy within the framework of quality management education by taking the object of research in SMK Negeri 1 Idi. The study, using research and development is aimed to: (1) Determine the components of the strategic planning for the school is holding at SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur. (2) In the theoretical construct theoretical models of strategic planning school-based Total Performance Scorecard. (3) Determine the application of theoretical models of strategic planning based on total performance scorecard at SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur.
The development of research using 4D pattern of Thiagajaran in analyzing the data, which define, design, development and dissemination. Thus generating research findings as follows: (1) Components of other strategic plans of the school that had been held in SMK Negeri 1 East Aceh Idi not fully comply with rules of the theory formulation of the strategic plan, but it is also the lack of synchronization between the elements in the plan. The involvement of schools in preparing the strategic plan is still low, so it does not describe the quality management education in schools. (2) Model theoretical strategic planning school-based Total Performance Scorecard is produce nine types of cards scorecard that involves the whole PTK to fill personal balanced scorecard and departments, administration and curriculum and school fill organizational balanced scorecard, and then discussed at the level of section and schools through FGD involving Korwas, superintendent and school committee. FGD will result SWOT elements to be analyzed together with the old strategic planning document resulting Factor Analysis of Internal and External Factors Analysis as the inception of the vision, mission, goals, objectives, key role, strategy and program of the school during the milestone of 5 years. (3) The application of theoretical models of strategic planning based on total school performance scorecard at SMK Negeri 1 East Aceh Idi made after researchers conducted a validation of products both in terms of operations in the field and validation of expert opinion in theory. The development of theoretical models TPS-based strategic plan will be implemented in other strategic plans SMK Negeri 1 Idi 2019.
iii
KATA PENGANTAR
Segenap rasa puji dan syukur penulis sanjung sajikan ke hadirat Allah SWT,
rabbul’alamin atas kehendakNya, penulis memiliki kesempatan menyelesaikan
penelitian beserta laporan ini sebagai tugas akhir pendidikan pasca sarjana saya di Universitas Negeri Medan. Shalawat teriring salam penulis dedikasikan kepada Rasulullah SAW sebagai tokoh inspirasi dalam segala bidang terutama bidang pendidikan yang saat ini menjadi konsentrasi kita bersama dalam hal kemajuan dan inovasi. Atas berbagai dasar tersebut di atas, penulis merangkum hasil penelitian ini dalam tesis yang penulis beri judul “Pengembangan Model Perencanaan Strategik Berbasis Total Performance Scorecard di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur”.
Penulisan tesis ini tentu tidak akan tercapai seperti layaknya sebuah hasil penelitian ilmiah jika tanpa andil dari berbagai pihak yang selama ini memberikan kontribusi baik dari segi pemikiran dan lain sebagainya, serta baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka sepantasnyalah dengan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1) Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan bantuan berupa beasiswa S2 Kepengawasan bagi penulis sehingga dapat mengenyam pendidikan dalam program peningkatan kualifikasi pengawas di Universitas Negeri Medan (UNIMED).
4) Dr. Darwin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus Dosen Pembimbing II penulis, yang memberikan kontibusi ilmu yang luar biasa bagi penulis.
5) Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus memberi pencerahan bagi penulis dalam kapasitas expert judgement pada produk yang penulis hasilkan.
iv
7) Prof. Dr. Paningkat Siburian, Dr. Yasaratodo Wau, Agus Satria, SE., Supiono, M.Pd., Mulyadi, M.Pd., Fauzi, S.Pd., Dedy Irawan, S.Pd., yang turut berpartisipasi dalam memberikan pandangan sebagai expert dan
operational judgement dalam produk yang penulis hasilkan.
8) Prof. Dr. Yusnadi, M.Si., Prof. Dr. Siman, M.Pd., sebagai narasumber bagi ujian tesis penulis.
9) Para guru dan staff di SMK Negeri 1 Idi yang penulis jadikan sebagai sumber data penelitian.
Penelitian ini sangat dibantu oleh doa dan support baik moril maupun materil dari orang tua penulis, Ayahanda (alm) Budiman, Ibunda Nurhayati, Ayahanda H. Amiruddin dan Ibunda Ignazia, Kakanda Juaniarti, Malahayati, adinda Isnanis Mauliza, Riza Aflah dan Nurlisma.
Terlebih ucapan terimakasih Istimewa bagi yang senantiasa memberikan dorongan bagi penulis dalam apapun kondisi, Istri tercinta Hasrina serta ananda Anas Hidayatullah dan Fathin Az-Zuhdi.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada teman-teman serta pihak-pihak lain yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Tidak banyak yang penulis harapkan dari karya ini selain mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam dunia pendidikan khususnya bidang manajemen mutu pendidikan. Dengan tujuan yang sama pula, penulis sangat mengharapkan adanya masukan, kritikan dan saran-saran baik dalam pembenahan laporan. InsyaAllah upaya ini memperoleh Ridha Allah SWT. Amiin
Medan, Agustus 2016 Penulis,
KHAIRUDDIN NIM. 8146132045
v
2.1.5. Total Performance Scorecard dalam Perencanaan Strategis .... 71
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 115
4.1. Hasil Penelitian ... 115
4.1.1. Karakteristik Responden ... 115
4.1.2. Pemahaman Komponen Rentsra SMK Negeri 1 Idi ... 116
4.1.3. Analisa Komponen Renstra SMK Negeri 1 Idi ... 118
4.1.4. Desain Model Teoretik Perencanaan Strategis Sekolah Berbasis Total Performance Scorecard ... 125
4.1.5. Validasi Produk ... 149
4.2. Pembahasan ... 158
BAB V PENUTUP ... 162
5.1. Kesimpulan ... 162
5.2. Saran ... 163
5.3. Implikasi ... 164
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Siklus TPS ... 20
Gambar 2.2. Skema Perbaikan Berkesinambungan Mutu Pendidikan ... 28
Gambar 2.3. Double Loop Feedback ... 35
Gambar 2.4. Pendekatan Balanced Scorecard ... 36
Gambar 2.5. Balanced Scorecard diintegrasikan dengan Manajemen Strategis .. 43
Gambar 2.6. Siklus Pembelajaran Kolb ... 70
Gambar 2.7. Diagram Manajemen Strategik sebagai Sistem ... 79
Gambar 2.8. Skema Desain Manajemen Pendidikan ; Analisis SWOT ... 83
Gambar 2.9. Hubungan antara Premis, Tujuan, dan Rencana ... 88
Gambar 2.10. Tahapan Penyusunan Renstra Sekolah ... 89
Gambar 2.11. Bagan Kerangka Berpikir ... 101
Gambar 3.1. Bagan Langkah Penelitian dan Pengembangan Thiagajaran ... 105
Gambar 3.2. Tahapan Penelitian ... 106
Gambar 3.3. Penelitian dengan Model Pengembangan Thiagarajan ... 107
Gambar 3.4. Desain Produk Renstra berbasis TPS ... 114
Gambar 4.1. Penyelerasan scorecard SMK ke dalam scorecard jurusan dan individu ... 128
Gambar 4.2. Bagan Rancangan Produk ... 131
Gambar 4.3. Kartu Personal Balanced Scorecard Individu ... 132
Gambar 4.4. Simulasi Kartu Personal Balanced Scorecard Individu ... 133
Gambar 4.5. Kartu Perspektif Keuangan Pribadi ... 134
Gambar 4.6. Kartu Perspektif Pelanggan ... 135
Gambar 4.7. Kartu Perspektif Proses Internal ... 136
Gambar 4.8. Kartu Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 137
Gambar 4.9. Simulasi Kartu Perspektif Keuangan Pribadi ... 139
Gambar 4.10. Simulasi Kartu Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan .. 140
Gambar 4.11. Kartu Organizational Balanced Scorecard Section ... 142
Gambar 4.12. Simulasi Kartu Organizational Balanced Scorecard Section . 143 Gambar 4.13. Kartu Organizational Balanced Scorecard per Perspektif ... 143
Gambar 4.14. Simulasi Kartu Organizational Balanced Scorecard per Perspektif ... 144
Gambar 4.15. Kartu Organizational Balanced Scorecard Section ... 146
Gambar 4.16. Kartu Organizational Balanced Scorecard School per Perspektif ... 146
Gambar 4.17 Simulasi Kartu Organizational Balanced Scorecard per Perspektif ... 147
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik Responden ... 115
Tabel 4.2. Pemahaman Renstra Responden ... 117
Tabel 4.3. Pemahaman Renstra Responden ... 149
Tabel 4.4. Pendapat Operational Judgement ... 153
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Perencanaan Strategis SMK Negeri 1 Idi
Lampiran II Kuisioner Keselarasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Program Sekolah dengan Keinginan Warga Sekolah
Lampiran III Desain Produk
Lampiran IV Kartu Balanced Scorecard
Lampiran V Berita Acara Validasi Produk, Absensi dan Masukan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dalam beberapa kurun waktu
belakangan ini terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Mulai dari pemetaan bagi guru, pelatihan berbasis kompetensi, pendayagunaan
sistem informasi manajemen sekolah, dukungan dana yang kuat serta tata kelola
manajemen berbasis mutu di sekolah. Usaha untuk perbaikan dan peningkatan
mutu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sudah dikembangkan dan
diusahakan oleh pemerintah dengan berbagai cara, diantaranya dengan
peningkatan mutu guru, mutu siswa, mutu sarana dan prasarana yang menunjang
proses pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium dan fasilitas perlengkapan
lainnya.
Upaya lain yang terus dilakukan adalah memanfaatkan dana pendidikan
dalam berbagai proyek pendidikan demi peningkatan mutu pendidikan melalui
peningkatan dan penguatan kurikulum. Proyek tersebut diantaranya adalah proyek
MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah), Proyek
Perpustakaan, Proyek BOMM (Proyek Bantuan Meningkatkan Manajemen
Mutu), Proyek BIS (Bantuan Imbal Swadaya), Proyek Peningkatan Mutu Guru,
Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek DBL (Dana Bantuan Langsung), BOS
(Bantuan Operasional Sekolah), dan BKM (Bantuan Khusus Murid). Hasil dari
2
pendidikan di Indonesia sampai pada taraf yang membanggakan termasuk dari
segi mutu pendidikan.
Menurut Umaedi (2000), dari berbagai pengamatan dan analisis, ada
beberapa faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan secara merata, antara lain adalah kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production function
atau input-out analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan
ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang
apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan
produksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang
dikehendaki. Pendekatan ini menganggap apabila input pendidikan sudah
terpenuhi, maka mutu pendidikan (output) akan terjadi. Dalam kenyataan, mutu
pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Hal ini karena, selama ini dalam
menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan
pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan.
Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United
Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) Badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut Badan
PBB, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62 di
antara 130 negara di dunia. Sementara Education development index (EDI)
Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam
3
di tingkat internasional. Daya saing Indonesia menurut Wordl Economic Forum,
2007-2008, berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya
saing sesama negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan
Singapura pada urutan ke-7.
Mutu pendidikan yang tidak mengalami peningkatan secara merata juga
disebabkan karena penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara
birokratik-sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara
pendidikan yang sangat bergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai
jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan
tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Selain itu juga peran serta
masyarakat, khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan
selama ini sangat minim.
Menurut Ahyari (2007 ; 238), mutu pendidikan adalah sejumlah atribut atau
sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan dalam produk pendidikan sehingga mutu
mengandung arti daya tahan, kualitas, kenyamanan, pakai, daya guna dan
lain-lain. Selanjutnya menurut Jiono (2003 : 12), mutu pendidikan itu dapat diartikan
sebagai gambaran sejauhmana suatu lembaga pendidikan berhasil mengubah
tingkah laku anak didik atau muridnya bila dikaitkan dengan tujuan pendidikan.
Seiring dengan era otonomi dan proses demokrasi serta asa desentralisasi,
pengembangan kualitas menuntut partisipasi dan pemberdayaan seluruh
komponen pendidikan dan penerapan konsep pendidikan sebagai suatu sistem.
4
paradigma penyelenggaraan yang dulunya dengan pola sentralisasi ke arah
pendidikan yang desentralisasi (H.A.R. Tilaar, 2004:31).
Faktor lain yang ditengarai menyebabkan rendah mutu pendidikan adalah
adanya distorsi dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Distorsi
yang dimaksud adalah terjadinya missmanagement dalam pengelolaan sumber
daya manusia di sekolah, meliputi kepala sekolah, guru dan siswa. Kepala sekolah
adalah pemimpin pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab
mengembangkan mutu sekolah. Guru merupakan faktor utama dan tidak dapat
digantikan oleh apapun dalam pendidikan, walaupun gedung sekolah dibangun
dengan megah, fasilitas buku perpustakaan lengkap, dan sarana pendidikan
lainnya tersedia, mustahil bila tidak ada guru akan terjadi proses belajar mengajar.
Sebaliknya meskipun tidak ada gedung, buku-buku dan perlengkapan lainnya,
pendidikan tentunya akan tetap berjalan. Sedangkan murid merupakan klien dalam
bidang pendidikan, penerima jasa pendidikan yang faktor kepuasaannya perlu
diperhatikan. Kemajuan mutu pendidikan diperlihatkan oleh output dari murid,
baik dari segi kepuasan, antusiasme belajar, hasil belajar hingga keberhasilan
alumninya.
Oleh karena itu, sekolah perlu menerapkan manajemen mutu pendidikan
dan menjaga stabilitas manajemen tersebut agar senantiasa memenuhi standar
mutu pendidikan yang digariskan oleh Kementerian Pendidikan. Mutu pendidikan
merupakan kesesuaian antara kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) dengan layanan diberikan oleh pengelolan pendidikan. Kerangka
5
input, proses dan hasil sekolah dengan kebutuhan pemangku kepentingan.
Kerangka filosofi ini hendaknya menjadi kerangka berpikir seluruh komponen
penyelenggara pendidikan di dalam satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan
seharusnya melahirkan lulusan dan jasa pendidikan yang dapat memenuhi
kebutuhan stakeholders dan peserta didik. Lulusan pendidikan dan jasa
pendidikan dilakukan karena ada kebutuhan dari berbagai pihak terhadap layanan
dan hasil pendidikan. Oleh karena itu, lulusan dan layanan pendidikan harus
dikelola sedemikian rupa agar dapat memenuhi ekspektasi dan kebutuhan
pelanggannya. Lulusan dan layanan pendidikan dapat dikatakan bermutu jika
dapat memenuhi atau melebihi kebutuhan dan harapan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan.
Orientasi manajemen mutu sekolah adalah peningkatan mutu layanan
pendidikan, memperbaiki produktifitas dan efisiensi pendidikan melalui perbaikan
kinerja sekolah serta peningkatan mutu kinerja dalam upaya menghasilkan lulusan
pendidikan yang memuaskan atau memenuhi kebutuhan stakeholders. Secara
pendidikan internal, stakeholders meliputi : peserta didik, guru, kepala sekolah
dan tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan stakeholder secara pendidikan
eksternal meliputi : calon peserta didik, orang tua, pemerintah (pusat dan daerah),
masyarakat umum serta masyarakat khusus seperti dunia usaha dan dunia industri.
Manajemen mutu sekolah bukanlah seperangkat kaku yang harus diikuti
apalagi ditakuti melainkan seperangkat hakikat, prosedur dan proses untuk
memperbaiki kinerja dan meningkatkan mutu sekolah. Jadi hakikat mutu
6
mengusahakan perbaikan dan peningkatan mutu yang diarahkan untuk
meningkatkan kepuasan stakeholders dengan biaya yang paling efisien. Oleh
sebab itu, manajemen mutu sekolah dapat dinyatakan sebagai cara mengelola
seluruh sumber daya sekolah dengan mengarahkan semua orang yang terlibat di
dalamnya untuk melaksanakan tugas sesuai standar dengan penuh semangat dan
berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan sehingga menghasilkan
lulusan yang sesuai atau melebihi kebutuhan pihak yang berkepentingan (Sani,
dkk, 2015:7).
Skema proses penjaminan mutu dengan memeriksa proses dan melakukan
tindak lanjut agar produk sesuai dengan kebutuhan atau konsisten terhadap
standar digambarkan dalam skema berikut:
Skema Proses Penjamitan Mutu (Sani, 2015 : 13)
Proses penjaminan mutu pendidikan dimulai dengan penetapan standar,
prosedur dan input suatu sistem, sedangkan produk dari produk dari suatu proses
penjaminan mutu tersebut adalah konsistensi antara standar, prosedur dalam
Standar
Prosedur
Input Proses
Pemeriksaan dan Tindak Lanjut dalam Meningkatkan Produk
7
proses yang sesuai standar dan prosedur dalam input yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Proses tersebut tercipta melalui suatu perencanaan yang baik dalam suatu
manajemen. Perencanaan yang baik menggambarkan kekuatan yang optimal
dalam proses pencapaian output yang maksimal. Perencanaan dalam perbaikan
proses terus menerus tersebut disebut sebagai rencana strategis (renstra) di satuan
pedidikan. Perencanaan pendidikan merupakan suatu hal kegiatan yang disusun
sebelumnya untuk dilaksanakan pada masa mendatang sesuai dengan tujuan untuk
mengarahkan potensi peserta didik secara optimal sehingga menjadi berguna
melalui proses pembelajaran yang sistematis melalui prinsip-prinsip dan metode,
bimbingan dan kontrol. Perencanaan strategis memungkinkan organisasi untuk
membuat keputusan mendasar yang memandu mereka ke visi mengembangkan
masa depan.
Perencanaan strategis didefinisikan sebagai suatu istilah jangka panjang,
proses penilaian yang berorientasi masa depan, penetapan tujuan, dan membangun
strategi yang memetakan jalur eksplisit antara sekarang dan visi masa depan, yang
bergantung pada pertimbangan cermat kemampuan organisasi dan lingkungan,
dan menyebabkan alokasi sumber daya berbasis prioritas dan keputusan lainnya
(Bryson & Alston, 2011:8). Perencanaan strategis berkaitan dengan apa visi, misi,
tujuan, sasaran dan pencapaian organisasi di masa depan serta berkaitan dengan
bagaimana organisasi bisa menggerakan sumber daya yang ada untuk mencapai
8
(1) where are we now ?; (2) where do we want to be?; (3) how do we get there?;
dan (4) how do we measure our progress?.
Perencanaan strategis di sekolah dibutuhkan sebagai bentuk usaha antisipasi
terhadap perubahan atau masalah di sekolah yang perlu diselesaikan. Antisipasi
masalah itu bisa sederhana dan bisa juga kompleks. Apapun masalah itu apakah
sederhana atau kompleks, membutuhkan penyelesaian yang tuntas, artinya
penyelesaian itu tidak setengah-setengah sehingga masalah itu tidak muncul lagi
dalam waktu yang lama atau untuk selamanya. Untuk menyelesaikan antisipasi
masalah ini membutuhkan pikiran-pikiran, analisis-analisis melalui pendekatan
tertentu. Dalam melakukan analisis-analisis tersebut sekolah dapat menggunakan
salah satu pendekatan analisis atau beberapa model analisis. Dalam hal ini tiap
sekolah juga berbeda dalam menggunakan pendekatan analisisnya.
Semua instansi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
termasuk Dinas Pendidikan dan sekolah-sekolah membuat perencanaan strategis
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Hal tersebut juga terlihat pada upaya
Kemdikbud melalui Permendikbud No. 22 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015-2019. Renstra Kemdikbud
tersebut menjadi acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dari tingkat pusat
hingga daerah termasuk unit terkecil pengelolaan pendidikan, yaitu sekolah
sebagaimana termaktub dalam pasal 1 Permendikbud No. 22 tahun 2015 :
9
Rencana strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pedoman bagi setiap penyelenggara pembangunan dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan baik di pusat maupun daerah.
Rencana strategis sekolah hendaknya disusun bersama dengan stakeholder
internal sekolah, minimal melibatkan guru-guru dalam memberikan
pandangannya terhadap permasalahan terkait yang akan segera diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu. Namun kenyataannya, hampir seluruh sekolah di
Kabupaten Aceh Timur tidak melaksanakan prosedur penyusunan dengan baik.
Visi, misi sekolah disusun sesuai kemauan kepala sekolah, tanpa nilai filosofis
dan target pencapaian yang jelas, apalagi memuat kendala yang hendak
diselesaikan. Akibatnya tujuan pencapaian menjadi kabur dan tidak sinkron
dengan visi misi sekolah, apalagi program yang dilaksanakan di sekolah hampir
semua bersifat dadakan dan sama sekali tidak mengacu pada visi, misi dan tujuan
dari dokumen rencana strategis.
Begitu pula yang terjadi pada SMK Negeri 1 Idi yang memiliki renstra,
namun proses penyusunannya belum melibatkan guru beserta komite sekolah,
sehingga banyak guru yang tidak menjiwai nilai-nilai yang terkandung dalam visi,
misi, maupun tujuan sekolah, apalagi selaras bekerja sesuai dengan dokumen
renstra tersebut. SMK Negeri 1 Idi merupakan sekolah dengan akreditasi A,
sekolah vokasi di Kabupaten Aceh Timur yang menjadi pioner atau percontohan
bagi sekolah vokasi lain di Aceh Timur, baik dari segi manajerialnya, kerjasama
dengan dunia usaha dan dunia industri serta hasil lulusan. Namun demikian, pola
manajemen yang belum sepenuhnya mengacu pada renstra menyebabkan
10
sekolah ini tidak memiliki unit produksi yang notabene merupakan suatu identitas
dari sekolah vokasi. Sekolah yang memiliki 6 Jurusan ini belum pernah
melakukan evaluasi terhadap kinerja guru dan kepala sekolah yang selaras dengan
visi, misi, tujuan sekolah serta belum adanya pelatihan pengembangan kapasitas
guru untuk menyeleraskan harapan pribadi dengan visi, misi dan tujuan sekolah
yang tertuang dalam dokumen renstra.
Oleh karena itu, perlunya adanya penyusunan renstra dengan melibatkan
guru dan tenaga kependidikan dalam menggali persoalan-persoalan yang
membutuhkan penyelesaian segera dengan pendekatan yang holistik dan
mendalam, perlu evaluasi komprehensif terhadap program kerja yang lalu, serta
perlu pembenahan kinerja di masa yang akan datang dengan menyelaraskan
keinginan atau harapan pribadi personel di sekolah dengan visi, misi, tujuan dan
program sekolah agar output yang dihasilkan sekolah menjadi optimal.
Menyadari pentingnya renstra dengan keterlibatan stakeholders sekolah agar
adanya penyelarasan antara tujuan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di sekolah
dengan tujuan sekolah maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
penerapan Total Performance Scorecard (TPS) yang menjadi pendekatan untuk
meningkatkan kinerja terigentrasi (Rampersad, 2003). TPS merupakan
pengembangan dari Balanced Scorecard, Total Quality Management, Competence
Management dan Cycle Learning Kolb, saat ini marak digunakan pada
perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawannya dengan
menyeleraskan tujuan pribadi dengan tujuan perusahaan, sehingga proses dan
11
Total Performance Scorecard mencakup seluruh kesatuan visi dan misi
organisasi, peran kunci, nilai inti, faktor penentu keberhasilan, tujuan, tolok ukur
kinerja, target serta tindakan perbaikan. Akhirnya adalah suatu hasil perbaikan,
pengembangan dan pembelajaran yang saling berkesinambungan. Penulis
meyakini, jika penerapannya di perusahaan mampu membuat suatu perusahaan
berkualitas, maka menerapkannya di sekolah berpotensi untuk membuat mutu
sekolah menjadi lebih baik. SMK Negeri 1 Idi merupakan sekolah yang menjadi
anutan bagi sekolah yang lain, sehingga menerapkan TPS di SMK ini bisa
menjadi inisiator bagi penerapan TPS di sekolah yang lain dengan harapan
penerapan TPS membuat suatu sekolah menjadi maju. Menerapkan Total
Performance Scorecard juga menjadi suatu inovasi manajemen mutu di bidang
pendidikan secara umum. SMK Negeri 1 Idi sangat terbuka terhadap perubahan
yang berpotensi memajukan mutu sekolah. Dasar tersebut membuat penulis
tertarik mengimplementasikan pendekatan Total Performance Scorecard di SMK
Negeri Idi melalui suatu penelitian kombinasi.
1.2. Fokus Penelitian
Penelitian ini menerapkan Total Performance Scorecard (TPS) sebagai
pendekatan untuk membenahi mutu manajemen sekolah. TPS merupakan
pendekatan inovatif menggabungkan pola Balanced Scorecard, Total Quality
Management, Competence Management dan Cycle Kolb’s Learning yang saat ini
kerap diterapkan untuk perusahaan-perusahaan untuk memajukan suatu
12
pendidikan merupakan suatu pendekatan yang baru dengan harapan adanya
peningkatan mutu pada suatu sekolah.
Elemen-elemen yang terdapat pada TPS memiliki variabel yang banyak dan
luas untuk dapat diterapkan, seperti peningkatan kecerdasan siswa, terpenuhinya
standar kurikulum, meningkatkan efektivitas pembelajaran, meningkat kualitas
pembelajaran, tersedianya akses informasi, terwujudnya lembaga profesional,
terwujudnya kebutuhan pembiayaan lembaga, terwujudnya kinerja guru yang
optimal dan sebagainya. Karena cakupannya sangat luas, maka peneliti membatasi
penelitian ini dengan memberi fokus pada penyusunan renstra untuk
menyelaraskan tujuan pribadi pendidik dan tenaga kependidikan dengan tujuan
sekolah sehingga kinerja sekolah diharapkan menjadi optimal. Pemilihan peneliti
pada penyusunan renstra, disebabkan karena renstra merupakan blueprint dari
suatu program di sekolah yang hendaknya mewarnai seluruh aktifitas sekolah
melalui program-program kerja yang tersusun dengan sistematis dan dilaksanakan
oleh warga sekolah hingga melahirkan output yang bermutu.
1.3. Rumusan Masalah
Total Performance Scorecard merupakan proses sistematis perbaikan,
pengembangan dan pemelajaran yang bersifat bersinambung, bertahap dan rutin
yang berpusat pada perbaikan kinerja pribadi dan organisasi secara berkelanjutan.
Perbaikan, pemelajaran dan pengembangan merupakan tiga kekuatan mendasar
dalam konsep manajemen terpadu yang terkait erat dan perlu dijaga
keseimbangannya. Total Performance Scorecard mencakup seluruh kesatuan misi
13
tolok ukur kinerja, target, serta tindakan perbaikan dan juga proses hasil
perbaikan, pengembangan dan pemelajaran yang bersinambung.
Kesatuan visi, misi, tujuan serta program kinerja seluruhnya terkait dengan
penyusunan rencana strategis sekolah yang dilakukan dengan proses yang benar
termasuk dalam implementasinya sehingga menghasilkan manajemen yang
bermutu di suatu sekolah. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1) Apa saja komponen penyusunan renstra sekolah yang selama ini
dilaksanakan di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur ?
2) Bagaimana model teoretik perencanaan strategis sekolah berbasis Total
Performance Scorecard ?
3) Bagaimana penerapan model teoretik perencanaan strategis sekolah berbasis
total performance scorecard di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur ?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan :
1) Mengetahui komponen penyusunan renstra sekolah yang selama ini
dilaksanakan di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur.
2) Secara teoretik menyusun model teoretik perencanaan strategis sekolah
berbasis Total Performance Scorecard.
3) Mengetahui penerapan model teoretik perencanaan strategis sekolah
14
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif, baik secara
teoretis maupun praktis.
1. Secara Teoretis
a) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan ilmu pengetahuan
terhadap total performance scorecard yang dapat diterapkan dalam
bidang pendidikan.
b) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu kajian ilmiah yang dapat
dikembangkan dalam ilmu pendidikan, khususnya dalam perkembangan
ilmu Administrasi dan Manajemen Pendidikan.
2. Secara Praktis
a) Sebagai pembenahan pola pembentukan renstra di sekolah melalui
pendekatan total performance scorecard yang berorientasi untuk
perbaikan mutu pendidikan khususnya di sekolah.
b) Sebagai bahan pertimbangan di sekolah-sekolah untuk menerapkan total
performance scorecard pada aspek-aspek yang lain sebagai alternatif
untuk mengatasi permasalahan kualitas pendidikan.
1.6. Batasan Istilah
1) Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan
hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang
diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan
15
2) Total Performance Scorecard merupakan suatu pendekatan yang dapat
mengintegrasikan pribadi dan organisasi dalam perbaikan, pengembangan,
dan pembelajaran yang berkelanjutan. Penerapan TPS pada SMK Negeri 1
Idi menimbulkan keterlibatan pribadi pendidik dan tenaga kependidikan dan
sekolah sehingga lebih berkomitmen dan perbaikan bisa berlangsung
kontinyu.
3) Renstra Sekolah merupakan proses penyiapan seperangkat keputusan untuk
dilaksanakan pada waktu yang akan datang, yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu, meliputi (1) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumya,
(2) adanya proses, (3) hasil yang ingin dicapai, dan (4) menyangkut masa
depan dalam kurun waktu tertentu. Renstra berkaitan dengan apa visi, misi,
162
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang peneliti lakukan,
maka dapat diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1) Komponen penyusunan renstra sekolah yang selama ini dilaksanakan di
SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur belum sepenuhnya memenuhi kaidah teori
penyusunan renstra, selain itu juga belum adanya sinkronisasi antar unsur
pada renstra tersebut. Keterlibatan warga sekolah dalam menyusun renstra
masih minim sehingga tidak menggambarkan manajemen mutu pendidikan
di sekolah.
2) Model teoretik perencanaan strategik sekolah berbasis Total Performance
Scorecard menghasilkan 9 jenis kartu scorecard yang melibatkan seluruh
PTK untuk mengisi personal balanced scorecard dan jurusan, tata usaha
serta kurikulum dan sekolah mengisi organizational balanced scorecard,
lalu didiskusikan pada tingkat section dan sekolah melalui FGD yang
melibatkan Korwas, pengawas sekolah dan komite sekolah. Hasil FGD akan
menghasilkan unsur SWOT untuk dianalisis bersama dengan dokumen
renstra lama sehingga menghasilkan Analisis Faktor Internal dan Analisis
Faktor Eksternal sebagai awal lahirnya visi, misi, tujuan, sasaran, peran
163
3) Penerapan model teoretik perencanaan strategis sekolah berbasis total
performance scorecard di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur dilakukan setelah
peneliti melakukan validasi produk baik dari sisi operasional di lapangan
dan validasi pendapat ahli secara teori. Pengembangan model teoretik
renstra berbasis TPS akan dilaksanakan pada penyusunan renstra SMK
Negeri 1 Idi pada tahun 2019.
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian dan validasi produk, peneliti memberikan
saran sebagai berikut:
1) Produk model teoretik perencanaan strategis sekolah berbasis total
performance scorecard di SMK Negeri 1 Idi Aceh Timur hendaknya
menjadi sumbangsih inovasi manajemen bermutu di sekolah terutama dalam
menyusun perencanaan strategis yang dimulai dari aspirasi di bawah, atau
dimulai dari PTK di suatu sekolah dan melibatkan seluruh warga sekolah.
2) Penerapan model teoretik renstra berbasis TPS di sekolah patut dicoba
untuk menyelaraskan keinginan warga sekolah dengan pengambil kebijakan
sekolah termasuk keinginan pemerintah daerah. Melalui penerapan tersebut
diharapkan menjadi alternatif solusi dalam perbaikan mutu pendidikan di
sekolah dimulai dari prencanaan yang sempurna. Agar validitas produk ini
benar-benar teruji maka sebaiknya diujicobakan pada minimal 30 sekolah di
Kabupaten Aceh Timur, sehingga dapat dipatenkan sebagai produk yang
164
3) Model teoretik perencanaan strategis sekolah berbasis total performance
scorecard yang peneliti cipta ini masih sangat terbuka untuk dilakukan
penelitian oleh peneliti lain, diantaranya Penelitian Tindakan Sekolah jika
diterapkan di suatu sekolah lain, atau bahkan dapat dikembangkan pada
instansi pendidikan selain SMK dengan model yang dapat dimodifikasi.
5.3. Implikasi
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu bahwa Total Performance
Scorecard yang diterapkan diperusahaan mampu menciptakan harmonisasi
pekerjaan di suatu perusahaan, sehingga dengan sinergi antara keinginan
karyawan dan pemimpin perusahaan diperoleh hasil kerja yang optimal dengan
keuntungan maksimal. Tentu saja pada bidang jasa pendidikan yang menjadi
sasaran penting adalah kepuasan pelanggan, dalam hal ini siswa, serta masyarakat
yang tertarik untuk memberi pendidikan anaknya di SMK, maka manajemen mutu
di SMK harus ada pembenahan.
Karena itu, penerapan Total Performance Scorecard dimulai sejak awal,
yaitu menjadi landasan dalam perencanaan strategik sekolah, diharapkan
penerapannya mampu membuat manajemen sekolah lebih bermutu dengan
melibatkan potensi-potensi guru dan tenaga kependidikan terlibat aktif
memajukan program sekolah. Dengan sendirinya siswa berminat sekolah di SMK,
orang tua tidak ragu memberi pendidikan anaknya di sekolah, dunia usaha dan
dunia industri tidak ragu memberi kesempatan bagi anak-anak SMK on the job
training, serta dunia industri akan tertarik untuk mengadakan kerjasama dengan