• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN

MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR

Diajukan dan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY

MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA SMP

TESIS

Diajukan dan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

KASDEN SILALAHI

NIM. 8146176007

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016

SCIENTIFIC INQUIRY DAN

MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya,sehingga Peneliti dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini, yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP”. Dengan segala keterbatasannya.

Dalam penyusunan Tesis ini, Penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah Tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Tesis ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, sebagai Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Rahmatsyah, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

4. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, sebagai Pembimbing I. 5. Dr. Karya Sinulingga, M.Si, sebagai Pembimbing II.

6. Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.Si, sebagai Narasumber dan Penguji I.

7. Prof. Dr. Sahyar, M.Si, M.M, sebagai Narasumber dan Penguji II. 8. Dr. H. Ridwan Abdullah Sani, M.Si, sebagai Narasumber dan Penguji III.

9. Ariffuddin, S.Pd sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Medan.

(6)

iv

sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan hingga selesainya Tesis ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ananda Yusuf Ardi yang telah membantu penulis mulai dari proses penelitian sampai terselesainya Tesis ini, serta seluruh keluarga yang telah mengiringi langkah Penulis dengan kekuatan doa dan ketulusan cinta kasih.

Akhirnya terima kasih Penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman dikelas Pendidikan Fisika Dik B 2014 para Magister Narto, Yosua, Rika, Sari Wahyuni, Sartika Sari Rambe, Tetty, dll yang tak tersebut satu persatu.

Secara khusus buat M. Reza Dodi dan Hiba yang memberikan Masukan- Masukan dalam penyelesaian Tesis ini, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tesis ini tepat pada waktunya.

Penulis juga menyadari bahwa Tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Tesis ini. Semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat bagi Pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan Terima kasih.

Medan, A 6 Penel

(7)

v 2.1.2. Model Pembelajaran Scientific Inquiry 19 2.1.3. Hakikat Model Pembelajaran Scientific Inquiry 23 2.1.4. Karakteristik Model Pembelajaran Scientific

Inquiry 24

2.1.5.Teori Belajar yang Melandasi Model

(8)

vi

2.1.9. Macam-Macam Motivasi 41 2.1.10. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah 42 2.1.11. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar 43 2.1.12. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran 44 2.1.13. Model Pembelajaran Konvensional Ceramah 45

2.2 Penelitian yang Relevan 46

2.3. Kerangka Konseptual 51

2.3.1. Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Scientific Inquiry Lebih Baik Dibandingkan Dengan Model Pembelajaran

Langsung 51

2.3.2. Perbedaan Pengaruh hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan kelompok siswa dengan motivasi

belajar rendah 52

2.3.3. Ada Intraksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar

Siswa 54

3.6.1.Instrumen Motivasi Belajar 63

3.6.2.Tes Hasil Belajar Fisika 65

(9)

vii 4.1.4. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Kelas

Eksperimen 81

4.1.5. Analisis Data Tes Akhir Postes 86

4.1.6. Analisis Butir Soal 90

4.1.6.1. Butir Soal Pada Model Pembelajaran 90 4.1.6.2. Butir Soal Pada Motivasi 92 4.1.6.3. Butir Soal Pada Model Pembelajaran Terhadap

Model 93

4.1.7. Uji Hipotesis .94

4.2. Pembahasan 99

4.2.1. Hasil Belajar Fisika dapat menggunalan model Pembelajaran Scientificc Inquiry Dibandingkan Dengan Model Pembelajaran Konvensional 99 4.2.2.Hasil Belajar Fisika Siswa kelompok Siswa yang

mempunyai Motivasi Diatas Rata-rata Lebih Baik dibandingkan dengan Kelompok Siswa yang

(10)

viii

4.2.3. Intraksi antara Model Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 109

5.1. Kesimpulan 109

5.2. Saran 110

DAFTAR PUSTAKA 111

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penerapan Model Scientific Inquiry ……….21

Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Scientific Inquiry 25 Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan 46 Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 58 Tabel 3.2. Desain Penelitian A N A V A 2 X 2 59

Tabel 4.13. Data Disain Faktorial Model Pembelajaran Terhadap Kelompok Motivasi 90

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Efek model pembelajaran scientific inquiry 27

Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Penelitian 62

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 115

Lampiran 2. Bahan Ajar Pertemuan Ke 1 125

Lampiran 3. Lembar Kerja siswa (LKS) Pertemuan 1 129 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 133

Lampiran 5. Bahan Ajar Pertemuan Ke 2 143

Lampiran 6. Lembar Kerja siswa (LKS) Pertemuan 2 148 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 152

Lampiran 8. Bahan Ajar Pertemuan Ke 3 162

Lampiran 9. Lembar Kerja siswa (LKS) Pertemuan 3 164 Lampiran 10. Instrumen Tes Hasil Belajar 168 Lampiran 11. Angket Motivasi Belajar Siswa 172 Lampiran 12. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 175 Lampiran 13. Validitas soal Uji Coba Instrumen 187 Lampiran 14. Data Motivasi, Hasil Belajar Pretes dan Postes 191 Lampiran 15. Data Hasil Belajar Kelas Motivasi Tinggi dan Rendah 193 Lampiran 16. Data Hasil Belajar Kelas Kontrol Motivasi

Tinggi dan Rendah 195 Lampiran 17. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Motivasi

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah

Kecenderungan pendidikan pembelajaran di Indonesia secara umum

dalam kurikulum dan model pembelajaran adalah masih dominan pembelajaran

konvensional dan kurang variasinya model pembelajaran yang diterapkan oleh

guru sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah dan ilmu di transfer secara

cepat dari guru kepada siswa secara rill. Hal inilah yang membuat daya serap

siswa lemah karena hanya mendengarkan dari guru, Sehingga diperlukan

perubahan paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru ke yang

berpusat pada siswa.Hal ini dapat membuat siswa lebih proaktif untuk

membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar dan interaksi

dengan lingkungan. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat suatu proses yang

menjadi inti kegiatan belajar disebut dengan pembelajaran yang menitikberatkan

pada keterlibatan siswa dalam mempelajari sesuatu, tak terkecuali dalam mata

pelajaran fisika. Belajar fisika adalah suatu proses psikologis berupa

tindakan/upaya seseorang untuk merekonstruksi memahami suatu gejala alam.

Tindakan/upaya yang dimaksudkan adalah pengalaman belajar fisika berupa

reaksi orang yang belajar terhadap materi fisika sebagai bahan ajar.

Pada hakekatnya pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang

mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. Dalam serangkaian proses

pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang

(15)

2

kurang inovatif, pembelajaran banyak berpusat kepada guru sehingga kurang

mengembangkan potensi yang ada di dalam diri siswa.

Belajar fisika pada dasarnya, suatu proses yang diarahkan pada suatu

gejala alam yang terjadi. Mata pelajaran fisika pada sekolah diajarkan untuk

membekali peserta didikpengetahuan, pemahaman, konsep dan sejumlah

kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu dan teknologi. Bagi siswa pembelajaran fisika sering

membosankan sehingga pelajaran cenderung diabaikan oleh siswa dalam

proses belajarnya karena pelajaran yang berlangsung di sekolah ternyata masih

sangat teoritis dan kurang menerapkan model pembelajaran yang sudah banyak

dikembangkan oleh para ahli sampai saat ini dan proses belajar cenderung

sepihak. Seringnya sikap guru yang memberikan pembelajaran fisika dengan

konvensional seperti ekspositori, mengajak siswa untuk membaca bahan ajar,

menghafal mengakibatkan siswa cenderung merasa bosan, jengkel, dan tidak

adanya kemauan dalam benak siswa untuk mendalaminya. Dalam suatu proses

belajar mengajar guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Guru harus

dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk

mendinamiskan potensi siswa, aktivitas, kreativitas sehingga akan terjadi

dinamika di dalam proses belajar mengajar dan memberikan fasilitas atau

memudahkan dalam proses belajar mengajar.

Pada dasarnya sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan

(16)

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. isika adalah salah satu mata

pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan

berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun

kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri. amun fakta yang

ditemukan dilapangan adalah pelajaran sains yang tidak disukai siswa adalah

fisika.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada salah satu guru

fisika di SMP egeri Medan, menyatakan dalam proses pembelajaran

sehari-harinya masih ada guru yang menggunakan metode ceramah, tannya jawab,

penugasan, juga model pembelajaran ekspositori sehingga siswa cendrung

hannya mengerjakan soal-soal dan menghapalan rumus dan kurang mampu

menggunakan konsep yang dikandung dalam rumus, minimnya media

pembelajaran dan jarang menggunakan Laboratorium karena alat dan bahan

yang tidak lengkap. Hal ini senada dengan observasi awal terhadap fasilitas

Laboratorium yang dilakukan peneliti dan untuk hasil belajar siswa kelas III

di sekolah tersebut. Dapat dikategorikan rendah mayoritas siswa yang sulit

melampaui nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga untuk

menuntaskan nilai lulus minimal KKM ini, guru harus mengadakan remedial

kepada siswa tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di

SMP Medan berjumlah 2 siswa dengan penyebaran angket di dapatkan

(17)

9 , 8%), latihan soal ( ,1 %), praktikum (0%), Tanya jawab (kuis)

( , 2%). Berdasarkan data yang dapat dilihat bawasannya siswa jarang

melakukan praktikum dapat dikatakan tidak perna dilakukan oleh guru karena

fasilitas laboratorium yang tidak lengkap.

Proses pemebelajaran yang berpusat pada guru yang kemudian

menghambat ketrampilan proses sains siswa, karena siswa tidak difasitasi

dalam mengembangkan ketrampilannya dalam proses sains, pada hakekatnya

IPA dibagun atas dasar produk , proses dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA

dipandang pula sebagai proses, produk dan prosedur, maka dari itu untuk

membangun hakikat IPA tersebut diperlukan ketrampilan proses sains siswa.

Ketrampilan proses sains penting dimiliki setiap individu sebab

ketrampilan tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan

kemampuan ilmiah, kualitas dan standar hidup. Ketrampilan proses sains juga

turut mempengaruhi kehidupan pribadi, sosial, dan individu dalam dunia

global. Ketrampilan proses sains berfungsi sebagai kompetensi yang efektif

untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, pemecahan masalah,

pengembangamn individu dan sosial. Hilman (201 ).

Rendahnya ketrampilan proses sains siswa dapat dilihat dari studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan memberikan soal-soal yang

indicator komponen ketrampilan proses sains meliputi dalam soal tersebut,

maka diperoleh data. Dari data percobaan untuk tes pendahuluan untuk melihat

hasil ketrampilan siswa pada SMP Medan dari 2 siswa yang telah diuji

(18)

menjawab betul, disusul oleh hipotesis terhadap suatu percobaan sebanyak

19%, kemudian mengklasifikasikan suatu data terdapat 1 %, dalam

menerapkan konsep ketrampilan sains dalam kehidupan sehari-hari adalah

11%, untuk proses mengamati, merancang percobaan, meramalkan,

menyimpulkan dan mengkomunikasikan sangat rendah yaitu berada dibawah

% bahkan ada yang 0%. ntuk hasil belajar dari keseluruhan siswa dari nilai

kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberikan oleh guru bidang studi

sebesar %, maka dari hasil observasi diperoleh untuk nilai KKM-nya sangat

rendah yaitu 9%. Ini dapat dilihat dari data observasi siswa bahwa cukup

memuaskan adalah ,22% (nilai antara 0- 0), 8, 8% untuk kriteria kurang

memuaskan (nilai 0- 0), tidak memuaskan adalah 8, 8 % (nilai 20-10). Dari

data tersebut tidak ada seorang siswa yang biasa mencapai KKM yang telah

diterapkan oleh sekolah. Rendahnya ketrampilan proses sains siswa disebabkan

bahwa tidak tertariknya siswa kepada pelajaran materi fisika dan kurangnya

motivasi yang diberikan guru kepada siswa.

Berdasarkan uraian hasil observasi maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar siswa pada awal, proses dan evaluasi pembelajaran sangat

kurang. Keterlibatan siswa dalam memecahkan m,asalah akan lebih mudah di

hadapi jika siswa diberikan motivasi. Dalam proses belajar mengajar , motivasi

merupakan salah satu factor yang di duga besar pengaruhnya terhadap hasil

belajar. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar

yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi

(19)

Motivation on Student’s Academic Achievement and Learning utcomes in

School Students in igeria “ menyatakan siswa yang memiliki motivasi tinggi

dan rendah akan memiliki prestasi belajar yang berbeda pula. Siswa yang

dimotivasi cendrung memiliki prestasi yang berbeda pula. Siwa yang

dimotivasi cendrung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Levy (2008)

dalam Australian Journal of Teacher ducation yang berjudul menyatakan

bahwa kurangnya keterlibnatan siswa dalam belajar karena kurangnya motivasi

di dalam diri siswa, motivasi harus dimiliki siswa karena motivasi merupakan

kebutuhan, keinginan dan paksaan untuk berpartisipasi dalam proses

pembelajaran, hal yang sama juga disimpulkan Peklaj, at. al., (2010)

penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsic berhubungan positif dengan

prestasi belajar siswa. Penelitian Rafigah, at. al., (201 ) menyimpulkan dari

hasil penelitiannya bahwa dengan diberikannya motivasi terhadap siswa dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Memperbaiki hasil belajar fisika siswa

khususnya pada ketrampilan proses sains siswa yang rendah serta

meningkatkan motivasi seharusnya guru memilih model pembelajaran yang

sesuai dan untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang digunakan untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaran

yang tepat sasaran ketika menyampaikan materi pembelajaran. Belajar harus

sesuatu yang menyenangkan, simple, fun dan efektif bagi diri siswa. Dengan

demikian hasil belajar siswa akan meningkat , dan akan semakin memberikan

(20)

. Dalam menerima informasi, ada kemungkinan siswa lebih cendrung

menghafalkan informasi yang didapat tanpa mencoba mengaitkan dengan

konsep yang pernah dimiliki sebelumnya (Dahar, 1991 : 9 ). Kurang terlatihnya

kemampuan pemecahan masalah akan membuat siswa merasa kesulitan untuk

memahami konsep fisika. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hasil belajar

siswa.

Rendahnya pemahaman berpikir kritis siswa dan ketrampilan proses

sains teresebut justru hal yang wajar dimana fakta di lapangan menunjukkan

proses pembelajaran yang terjadi masih konvensional. Siswa lebih sering

hannya diberi rumus-rumus yang siap pakai tanpa memahami makna dari

rumus-rumus tersebut.Siswa sudah terbiasa menjawab pertanyaan dengan

prosedur rutin, sehingga ketika diberikan masalah yang sedikit berbeda maka

siswa langsung kebingungan. Seharusnya pembelajaran fisika yang baik adalah

pembelajaran pembelajaran yang dilandaskan pada prinsip ketrampilan proses

sains, dimana siswa didik untuk menemukan dan mengembang sendiri fakta.

Menurut Arends (2008)”it is strange we expect students to learn yet seldom

teach then about learning, expect students seldom teach abaut problem solving”,

Yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk menyelesaikan

masalah, tetapi jarang mengarahkan bagaimana siswa seharusnya menyelasaikan

masalah.Salah satu strategi untuk mendeskripsikan praktik pengelolaan belajar

yang menggantikan pola konvensional dikembangkan pengelolaan pembelajaran

(21)

Menurut Masaaki (2012), yang mengamati perilaku para siswa

akhir-akhir ini yang cendrung tertutup dan kurang percaya diri, antara lain mudah

putus asa untuk belajar, tidak dapat menyimak pendapat orang lain, kurang

pandai berkomunikasi dengan pihak lain, tidak acuh pada orang lain, tidak suka

meniru orang lain, mudah marah, tidak ada ekspresi di raut muka, merasa rendah

diri dan sebagainya. Hal ini menunjukkan adannya kebosanan siswa belajar

fisika. Guru hendaknya kreatif memulai pembelajaran, dan untuk melakukan

kreatifitas tersebut guru tidak Harus mengubah segala cara yang telah dilakukan

selama ini dan memulai cara yang baru dari nol. Dan pada proses , pembelajaran

konvensional yang diprakarsai guru, melibatkan semua siswa agak sulit, maka

untuk memperbaiki kondisis tersebut, perlu adannya dialog dan kolaborasi. Guru

dapat memulai kreativitas pembelajaran dengan menerapkan (tiga) kegiatan

yang kurang mendapatkan perhatian selama ini dalam kegiatan pembelajaran,

untuk menyelesaikan masalah yaitu : 1)Menerapkan kegiatan berpikir untuk

menyelasaikan masalahdengan menggunakan media bahan atau benda, 2)

Menerapkan kegiatan kolaborasi dengan pihak lain (secara berpasangan atau

kelompok kecil, ) Menerapkan kegiatan ungkapan dan berbagi (expression and

sharing), dimana setiap pendapat yang disampaikan oleh siswa harus dihargai

semua warga di ruang kelas tersebut.

Pada hakekatnya, pembelajaran fisika lebih menekankan proses. ntuk itu,

percobaan merupakan bagian terpenting dalam fisika. Dalam pembelajaran

fisika, siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuan. Siswa menggunakan metode

(22)

dipelajari. Model pembelajaran menurut Joyce (1980 : 1 ) adalah pola atau

rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk

menyususn kurikulum, mengatur materi pembelajaran dan memberi petunjuk

kepada pengajar di kelasnya. Penggunaan model pembelajaran yang inovatif

adalah model pembelajaran scientific inquiry. Model pembelajaran ini dapat

digunakan untuk mengembangkan sikap ilmiah dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

Schwab (dalam Joyce, 1980 : 10) mengemukakan bahwa Scientific

Inquiry designed to teach the research system of a discipline, but also expected

to have effects in the understanding and social problem solving (model

pembelajaran Scientific inquiry dirancang untuk pembelajaran system penelitian

dari suatu disiplin, dan juga memiliki efek dalam domain lainya., metode sosial

dapat diajarkan untuk meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah

social). Dalam model pembelajaran Scientific inquiry, siswa dibimbing oleh

guru dalam memahami konsep melalui serangkain percobaan.

Sidiquide (20: : ) juga berpendapat bahwa model pembelajaran

scientific inquiry diterapkan untuk menghadapi emosional yang tinggi,

membuat penyelidikan akademis, membantu semua tingkat kelas, memberikan

teknik penelitian, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

meningkatkan tingkat penalaran, meningkatkan tingkat berpikir kritis, formal,

mengembangkan tingkat pemahaman, menerapkan penyelidikan perilakun

(23)

10

Melalui model pembelajaran Scientific inquiry, siswa diharapakan pada

suatu kegiatan ilmiah (eksperimen). Siswa dilatih agar trampil dalam

memperoleh dan mengolah informasi melalui aktifitas berpikir dan mengikuti

prosedur (metode)ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran,

pengklasifikasian, penarikan kesimpulan dan pengkomunikasian hasil temuan.

Mereka diarahkan untuk mengembangkan ketrampilan proses sains yang

dimilikinya dalam memproses dan menemukan sendiri pengetahuan tersebut.

Marwoto (2009: ) menyatakan bahwa pembelajaraqn sains dengan

ketrampilan proses penting sekali untuk diterapkan karena melibatkan siswa

untuk aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan

kurikulum yang dikembangkan. Implementasi LKS inkuiri membantu siswa

dalam mempelajari konsep dan memberikan kesempatan pada siswa untuk

berlaku seperti ilmuan sehingga memberikan pengalaman yang lebih mendalam

tentang konsep sains fisika.

Triwiyono 92011 : 82) juga menyimpulkan pada hasil penelitiannya

bahwa pembelajaran dengan eksperimen terbimbing dapat memperbaiki kualitas

pembelajaran fisika pada topic getaran, geolmbang dan bunyi. Pembelajaran

eksperimen terbimbing lebih efektif meningkatkan ketrampilan berpikir formal

siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian Suriyani dkk, (20112) pada siswa kelas X SMA egeri 1

Tinoma Sulawesi Tengah menunjukkan ketrampilan proses sains siswa kelas

eksperimen yang di ajarkan dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi

(24)

11

pembelajaran langsung. Penelitian lain Ambarsari dkk (2012) terhadap siswa

kelas III SMP egeri Surakarta menunjukkan Model pembelajaran Inkuiri

training berpengaruh positip terhadap ketrampilan proses sains siswa.

Menyikapi masalah di atas diperlukan model pembelajaran yang

mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan melibatkan peran aktif siswa

dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang terkait dengan hal

terebut adalah model pembelajaran Scientific Inquiry. Menurut Sanjayan

(2008:1 1), Model pembelajaran inquiri merupakan kegiatan pembelajaran

yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari

dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakkan.

Proses berpikir ini dilakukan mengenai tanya jawab antara guru dengan siswa.

Intisari dari pembelajaran inkuiri adalah memberi pembelajaran siswa untuk

menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia

nyata.Tuntutan yang tercantumdalam kurikulum pelajaran fisika yaitu

pembelajaran dilaksanakan secara inkuiri ilmiah, yang diperlukan untuk

berpartisispasi aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Maka Model pembelajaran

inkuiry Scientific dijadikan salah satu model yang digunakan dalam

pembelajaran fisika.Wirtha dan Rapi dalam jurnalnya mengatakan bahwa

pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap hasil

belajar siswa dibandingkan dengan meodel pembelajaran Konvensional.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengajukan

sebuah penelitian yang berjudul “Efek M del Pembela aran Scientificinquiry

(25)

12

1. Ident f kas Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

beberapa masalah identifikasi sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran fisika sebagian besar masih menggunakan model

pembelajaran konvensional yang tidak melibatkan siswa secara aktif dalam

kegiatan belajar mengajar

2. Kemampuan hasil belajar siswa pada mata pelajaran isika masih rendah.

. Rendahnya kemampuan Motivasi siswa dalam pembelajaran fisiska

. Belum terintegrasinya teori dan eksperimen

. Pelaksanaan praktikum belum optimal

. Pemanfaatan media ajar dan bahan praktikum yang masih minim

1. BatasanMasalah

Banyak masalah yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar

siswa. ntuk itu perlu dibatasi permasalahan yang akan diteliti agar penelitian

mencapai tujuan yang diharapkan.

1. Perbedaan model pembelajaran Scientific inquiry dan model pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar siswa.

2. Pembelajaran belum mempertimbangkan perbedaan Motivasi terhadap hasil

belajar siswa

. Pembelajaran belum melihat adanya intraksi antara model pembelajaran

(26)

1

1. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat rumusan masalah :

1. Apakah hasil belajar siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan

model pembelajaran Scientific inquiry lebih baik dibandingkan dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional?

2. Apakah hasil belajar siswa pada kelompok yang memiliki motivasi di atas

rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi

dibawah rata-rata ?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaranScientific inquiry dan

motivasi terhadap hasil belajar siswa ?

1. Tu uanPenel t an

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Scientific

inquiry lebih baik dibandingkan dengan model Direct Instructional

(konvensional)

2. Hasil belajar siswa yang memiliki motivasi di atas rata-rata lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi siswa di bawah

rata-rata

3. interaksi antara model pembelajaran Scientific inquiry dan motivasi

(27)

1

1. ManfaatPenel t an

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi

para pengajar fisika tentang bagaimana cara penggunaan Model

Pembelajaran Scientific inquiry untukpengajaran fisika di SMP .

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini secara umum dijabarkan

sebagai berikut:

a. Manfaat Prakt s

Penelitian ini bermanfaat untuk :

Pembelajaran model Scientific inquirydapat dijadikan sebagai

alternativ salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran fisika.

1. Sebagai alternativ pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa

lebih aktif dalam penemuan sendiri kemampuan berpikir kritis siswa

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru

dalam proses belajar mengajar dalam meggunakan model Scientific

inquiry untuk melihat intraksi dengan tingkat kemampuan konsep fisika

siswa

3. Sebagai sumber informasi bagi guru fisika dalam merancang system

model pembelajaran sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa

(28)

1

b. Manfaat Te r t s

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan

dengan melibatkan lebih lengkap komponen-komponen model-model

pembelajaran yang lain untuk mengungkap dan membuktikan secara

empiris model pembelajaran Scientificinquiry masih lebih ungguljika

dibandingkan dengan pembelajaran lain. Hasil penelitian ini juga dapat

dijadikan sebagai bahan refrensi bagi para peneliti berikutnya yang

melakukan penelitian yang sejenis.

1. Defen s O eras nal

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka

dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Scientific inquiry.adalah model pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah atau penemuan jawaban dari suatu

masalah. Fase-fase dalam model ini adalah penyajian masalah, kepada

siswa; siswa merumuskan masalah ; siswa mengidentifikasi masalah; dan

siswa menemukan cara untuk mengatasi kesulitann tersebut. (Joyce & Weil,

2003: 188)

2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar (Sudjana,2010) ).

. Model Direct Instructional DI pada pembelajaran yang digunakan untuk

menjelaskan konsep atau kemampuan baru kepada kelompok besar siswa,

(29)

1

guru (latihan control) dan mendorong mereka melanjutkan latihan dibawah

pengawasan guru (latihan terbimbing).

. Motivasi adalah suat dorongan siswa untuk tidak mau mengerjakan tugas

yang dibebankan kepadannya. Dorongan sesorang untuk belajar

dikarenakan karena dannya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki sesuatu

hal yang lebih luas, karena adanya sifat kreatif pada orang yang belajar

dengan keinginan ingin selalu maju kemudian diodorong juga oleh

keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru dan teman.

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru

dan menjadikan guru satu -satunya sumber informasi dalam memperoleh

(30)

9 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan :

1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Sientific

Inquiry lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran konvensional. Siswa yang di ajarkan dengan model

pembelajaran Sientific Inquiry memperoleh rata-rata hasil belajar 78,28 dan

siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional memperoleh

rata-rata nilai hasil belajar 70,13. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa nilai

signifikasi model pembelajaran sebesar 0,001 <α = 0,05 sehingga hipotesis

menerima Ha . Terdapat efek dari model pembelajaran Scientific Inquiry

terhadap hasil belajar siswa.

2. Hasil belajar pada kelompok siswa yang memiliki motivasi di atas rata-rata

lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi

dibawah rata-rata. Hasil belajar motivasi siswa di atas rata-rata sebesar

75,56 dan hasil belaja motivasi siswa dibawah rata-rata 72,12. Hasil

hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,026<α = 0,05 sehingga

hipotesis menerima Ha . Terdapat Efek motivasi siswa terhadap hasil belajar.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquirydengan

motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil hipotesis

(31)

rata-rata sebesar 0,009 < α = 0,05 sehingga hipotesis menerima Ha. Motivasi

meningkatkan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Scientific

Inquiry sedangkan model konvensional tidak berpengaruh.

1.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, peneliti menyatakan :

1. Dalam menerapkan model pembelajaran Scientific Inquiry, guru sebaiknya

memperhitungkan alokasi waktu yang digunakan terutama dalam melakukan

eksperimen dan menyelasaikan lembar kerja siswa S .

2. Model pembelajaran Scientific Inquiry mendorong siswa lebih aktif, maka

sebaiknya guru maupun peneliti selanjutnya perlu memperhatikan ruang

kelas yang digunakan agar pergerakan siswa tidak terbatas.

3. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan waktu dalam pembelajaran

materi, maka guru maupun peneliti selanjutnya hendaknya memberitahukan

siswa materi yang akan di ajarkan untuk pertemuan berikutnya pada setiap

akhir pelajaran sehingga siswa dapat mempelajari materi tersebut terlebih

dahulu di rumah.

. Untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik, maka setiap siswa harus

mempunyai motivasi diatas rata-rata sehingga menjadi siswa yang tekun

belajar, tanggap dalam menghadapi kesulitan, perhatian lebih fokus pada

materi yang diajarkan.

. Bagi guru dan peneliti selanjutnya hendaknya menerapkan model

pembelajaran ScientificInquiry karena dapat mendorong siswa menjadi lebih

(32)

111

DAFTAR PUSTAKA

Paull Eggen Don Kauchak, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran, Jakarta : PT.Indeks

Bruce Joyce, 2009. Models of Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Richard I.Arends, 2013. Belajar untuk mengajar, Jakarta :Salemba Humanika Daryanto, 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta

: Gava Media

Ridwan.A.Sani, 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta : Bumi Aksara

Hamzah B. Uno, 2014. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara

M. Ngalim Purwanto, 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sardiman, 2014. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Rusman, 2014.Model-Model Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Muhammad Surya, 2015.Strategi Kognitif dalam Pembelajaran, Bandung : Alfabeta

Trianto Ibnu Badar al-Tabany, 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.Jakarta : Prenadamedia Group

Uus Toharudin , 2011. Membangun Literasi Sains Peserta didik, Bandung :Humaniora

Jumanta Hamdayama, 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, Bogor : Ghalia Indonesia

Wahab Jufri, 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains, Bandung : Pustaka Reka Cipta

(33)

11

Prestasi Belajar Siswa dalam Bidang Sains di Sekolah asar.Disertasi: PPS IKIP Bandung.

Sumaji.199 . Pendidikan Sains yang Humanistik.Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Soewarso, Peranan Metode InkuiriTerhadap Peningkatan Kwalitas Pendidikan i Sekolah Semarang : Jurnal lembaran ilmu pendidikan no.2 tahun XXIX

Anderson, L.W. & Krathwohl, D. R. 2001.Kerangka Landasarn Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan asesmen.Terjemahan oleh Agung Prihanto. . Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dahar, R. W. 19 9. Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.

Hamid, A. 2014.Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Unimed.

Kemdikbud. 2014. Program Mata Pelajaran isika _Minat SMA. Jakarta: Kemdikbud

Rahman, R. & Maarif, S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode iscovery Tehadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK AL-Ikhsan Pamarican Kabupaten iamis Jawa Barat.Infinity jurnal ilmiah program studi matematika STKIP siliwangi bandung.vol 3. No 1. Hal. 3 -3

Rosepda, S. 2015. fek Model Pembelajaran iscovery dan Pemahaman Konsep Awal Terrhadap Hasil Belajar fisika SMA.Unimed.Tidak diterbitkan.

Sudjana, N. 2014.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung

Rosepda, S. 2015. fek Model Pembelajaran iscovery dan Pemahaman Konsep Awal Terrhadap Hasil Belajar fisika SMA.Unimed.Tidak diterbitkan.

Ridwan, A. S.2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjana, N. 2014.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

(34)

11

M.Thobroni. 2015.Belajar dan pembelajaran, Jakarta :Ar-Ruzz Media.

A. Setyowati, B.Subali, Mosik, 2011. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran isika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMP Kelas III.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 0 No.1Hal. 9-96000 Yogyakarta FKIE IKIP

Muhammad Rizal, 2014.Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains 2 2 : 159 – 165.

Hilman, 2014.Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Mind Map Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA, ol.

No. Hal. - .

U.A.Deta, Suparmi, S.Widha, 2013.Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa.Jurnal Pendidikan Indonesia Vol.09 No.01 Hal.2 -34.

P.I.Wijayanti, Mosik, N.Hudarto, 2010 : ksplorasi Kesulitan Belajar Siswa pada Pokok Bahasa ahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol.06 No.011-5.

S.Sopiah, Wiyanto, Sugianto, 2009 :Pembiasaan Bekerja Ilmiah pada Pembelajaran Sains isika Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol.05 No.1 Hal.14-19.

Lutfi Eko Wahyudi, ZA, Imam Supardi, 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Kalor untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar i SMA N Sumenep. Jurnal Pendidikan Fisika Inovasi Vol.02 No.02 2013 : 62-65.

(35)

11

Nur Qomariah, Madewi Muliyan Ratna, dan Beni Setiawan, 2014. Penerapan

Model Pembelajaran Gnided iscovery untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Kelas II. Jurnal Pendidikan Sains. Vol.02 No.01 Hal. - .

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik disi Revisi .Jakarta Rineka Dipta.

Pengaruh Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Pada Model Latihan Inkuiri F. Bayu Nirwana 1 , I Dewa Putu Nyeneng 2 , Nengah

Maharta 2 . online http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPF/article/vi

ew/4635/2 63,diakses 2 Des 2015 kps 1

Ridwan A.Sani, 2012. Pengembangan Laboratorium isika. Medan : UNIMED Press

Ridwan Abdullah Jani, 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum . Jakarta : Bumi Aksara

Khoirul Anam, M.A, 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Asep Jihad, Abdul Haris, 2012. valuasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo

Sahyar, H, 2015. Konsep dan Teori Sains isika.Medan : UNIMED Press

Lorin.W. Anderson, David. R.Krathwohl, 2010.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Uyyala Naga Kuwari, Digmarti Bhaskoro Rao, 200 . Science Process Skills of School Students. New Delhi : Discovery Publishing House.

Trianto, 2013.Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta : PT. Bumi Aksara

Richard. I. Arends, 2013. Belajar Untuk Mengajar. Jakarta : Salemba Humanika

Gambar

Gambar 2.1. Efek model pembelajaran scientific inquiry

Referensi

Dokumen terkait

Rumus - rumus yang dipakai dalam pembuatan program GT-6 mengacu pada buku. “Perpindahan Tanah Mekanik” oleh

Diantara model pembelajaran kooperatif yang diterapkan di satuan pendidikan yang menjadi situs penelitian ini juga menerapkan model kooperatif yang didalamnya mengandung

Berkaitan dengan hal tersebut , penulis tertarik untuk membuat suatu katalog dengan menggunakan aplikasi Macromedia Flash MX yang mana software ini dapat menampilkan multimedia,

fermentasi adalah bakteri, khamir (ragi/yeast) dan kapang (jamur). Amati gambar di bawah ini, apa nama produk fermentasi di bawah ini, dan jenis mikroba apa yang berperan dalam

Bullying dan perilaku tidak menyenangkan yang didapatkan di tempat kerja merupakan salah satu gambaran kondisi di tempat kerja yang berpengaruh terhadap

kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan,

Pada tahap ini peneliti mengamati bahwa redaktur mulai menugaskan kepada wartawanya untuk mencari berita yang sudah ditentukan pada rapat redaksi, oleh karena itu

Sebagian orangtua memahami anak gemuk itu tidak sehat, namun mereka menganggap wajar saja kondisi tersebut terjadi ketika balita dan terpaksa menerima kondisi anak gemuk saat