• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAS DI KELAS VII-B SMP NEGERI 3 SIEMPATNEMPU T.A 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAS DI KELAS VII-B SMP NEGERI 3 SIEMPATNEMPU T.A 2016/2017."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAS DI KELAS VII-B SMP

NEGERI 3 SIEMPATNEMPU T.A 2016/2017

Oleh :

Wiarno Suyadi Silaban 4122111024

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

RIWAYAT HIDUP

Wiarno Suyadi Silaban dilahirkan di Desa Sihorbo, Kecamatan

Siempatnempu, Kabupaten Dairi pada tanggal 11 April 1993. Anak dari Bapak

Marudin Silaban dan Ibu Doresli Manalu dan merupakan anak keempat dari lima

bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk di SD Negeri 030363 Sihorbo dan

lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri 3 Siempatnempu dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis

melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Siempatnempu dan lulus pada tahun

2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

(4)

iii

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAS DI KELAS VII-B SMP

NEGERI 3 SIEMPATNEMPU T.A 2016/2017

WIARNO SUYADI SILABAN (NIM. 4112211024)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi Aritmatika Sosial di Kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LAS.

Data dalam peneltian ini diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah matematika pada siklus I dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada siklus II. Tes hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berbentuk uraian yaitu pada siklus I sebanyak 4 soal dan pada siklus II sebanyak 4 soal.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes awal sampai tes kemampuan pemecahan masalah siswa. Pada tes awal, belum ada siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah atau 0% dengan rata-rata kelas 0,98. Hasil analisis data pada siklus I setelah diberikan tindakan pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah adalah 14 siswa dari 34 siswa atau 41,18% dengan rata-rata kelas 2,33. Hasil analisis data akhir siklus II dengan pembelajaran yang sama diperoleh banyak siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah yaitu 30 siswa dari 34 siswa atau 88,24% dengan rata-rata kelas 3,18. Ini berarti terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus I hingga siklus II sebesar 47,06%. Penelitian ini juga memperoleh peningkatan pengelolaan dan pelaksanaan pembelajaran yaitu 2,7 (kategori baik) pada siklus I meningkat menjadi 3,4 (kategori sangat baik) pada siklus II.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LAS, kemampuan pemecahan masalah siswa khususnya pada materi Aritmatika Sosial kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu adalah meningkat.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala kasih dan kuasa-Nya yang memberikan hikmat dan kesehatan kepada

penulis untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam di Universitas Negeri Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Menggunakan LAS pada Materi

Aritmatika Sosial di Kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu T.A 2016/2017”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

Bapak Drs. W. L. Sihombing, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan penulis, memberikan

bimbingan dan saran yang membangun mulai dari perkuliahan, penyusunan

proposal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima

kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, Bapak Dr.

Mulyono, M.Si, dan Bapak Dr. Togi, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi ini, dan kepada Bapak Dr.Togi, M.Pd selaku dosen

Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama

perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku

Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan

Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua jurusan, sekretaris jurusan, dan ketua

program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh Bapak, Ibu

Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah

membantu dan membimbing penulis dalam perkuliahan. Ucapan terimakasih juga

disampaikan kepada Bapak Drs. Bidner Manalu, selaku Kepala Sekolah SMP

Negeri 3 Siempatnempu dan Bapak Elijon Ginting, S.Pd selaku guru bidang studi

(6)

v

staf/pegawai, dan siswa-siswi SMP Negeri 3 Siempatnempu yang telah banyak

membantu penulis selama penelitian.

Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda dan

Ibunda tercinta Bapak Marudin Silaban dan Ibunda Doresli br Manalu, selaku

orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang,

mendukung secara materil dan selalu mendoakan penulis. Semoga Tuhan Yesus

memberikan kesehatan, umur panjang dan rejeki yang halal kepada Ayahanda dan

Ibunda. Amin. Terimakasih juga untuk adikku Zulkifli Silaban, dan kakakku

Susianti Silaban, Merdinawaty Silaban dan Mestika Roulina Silaban, dan juga

abang iparku Julius Laia, Ardi Tamba dan Gompar Haloho yang selalu

mendoakan, mendukung, pengorbanan dan perjuangan baik secara moral dan

materil maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai, tak

terlupakan pula terimakasih kepada keponakan-keponakanku Gebi Haholo, Sari

Haloho, Lolita Haloho, Keysia Tamba, Maya Tamba dan Jese Tamba yang

menjadi penyemangat bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada teman spesial

Panina br Siregar yang selalu mendoakan penulis dalam menyusun skripsi ini, dan

memberikan motivasi selama perkuliahan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih banyak kepada

teman-teman satu kelas DIK C MATEMATIKA 2012 (Timbul, Gunawan, Najamuddin,

dll), teman satu PPL (Rinaldi Simatupang dan Wiliater Sirait), teman TIM Futsal

(Ceker FC, Delta FC) yang memotivasi penulis selama perkuliahan.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini

baik dari segi isi dan tata bahasanya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca

dalam usaha meningkatkan pendidikan di masa yang akan datang.

Medan, Februari 2017

Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 10

2.1.2. Masalah dalam Matematika 11

2.1.3. Pemecahan Masalah 12

2.1.3.1. Pengertian Pemecahan Masalah 12

2.1.3.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 13

2.1.3.3. Kesulitan Belajar Siswa dalam Pemecahan Masalah 16

2.1.3.4. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah 18

2.1.4 LAS 19

2.1.5. Model Pembelajaran 23

(8)

vii

2.1.6.1. Landasan Pemikiran 24

2.1.6.2. Tujuan dan Implikasi Positif Pembelajaran Kooperatif 25

(9)

viii

3.8.1. Reduksi Data 48

3.8.2. Paparan Data 48

3.8.3. Interpretasi Hasil 48

3.8.3.1.Pencapaian Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah 48

3.8.3.2.MenentukanPersentaseKelasMampu Memecahkan Masalah 50

3.8.3.3.Hasil Observasi 50

3.9. Indikator Keberhasilan 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 52

4.1.1. Deskripsi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal 52

4.1.1.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal 52 4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 53

4.1.2.1. Tahap Observasi I 54 4.1.2.2. Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 55 4.1.2.3. Refleksi I 60 4.1.3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 62 4.1.3.1. Hasil Penelitian Pada Siklus II 62 4.1.3.1.1. Permasalahan II 62 4.1.3.1.2. Alternatif Pemecahan Masalah II (Perencanaan Tindakan II) 62

4.1.3.2. Observasi II 63 4.1.3.2.1 Analisis Data Hasil Observasi Penelitian Pada Siklus II 63 4.1.3.2.2 Analisis Data TesKemampuanPemecahan Masalah II 65 4.1.3.3. Deskripsi Hasil Refleksi II 70 4.1.4 Temuan Penelitian 72

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 74

(10)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 78

5.1. Kesimpulan 78

5.2. Saran 79

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas 40

Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Siklus I 56

Gambar 4.2. Persentase Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Siklus I 57

Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Siklus II 66

Gambar 4.4. Persentase Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Siklus II 66

Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siklus I dan II 68

Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Pada Setiap Siklus 72

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Pengerjaan Tes Awal Siswa 3

Tabel 2.1 Teknik Penskoran 18

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Tipe Pembelajaran Kooperatif 27

Tabel 2.3 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 31

Tabel 2.4 Perhitungan Nilai Peningkatan 32

Tabel 3.1 Konversi Kompetensi Pengetahuan 49

Tabel 3.2 Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi 50

Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Tes Awal 53

Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melaksanakan Pembelajaran Pada Siklus I 54

Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 56

Tabel4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 56

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 57

Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Penyelesaian Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 58

Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Siklus I 59

Tabel 4.8 Deskripsi Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal dan Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (Siklus I) 61

Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran pada Siklus II 64

(13)

xii

Tabel4.11 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah

Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 66 Tabel4.12 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah II 67 Tabel4.13 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Penyelesaian

Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 68 Tabel4.14 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Siklus II 68

Tabel4.15 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

TKPM awal, TKPM I dan TKPM II 71 Tabel4.16 Deskripsi Peningkatan Hasil TKPM Siswa Siklus I dan Hasil

TKPM Siswa Siklus II 72

Tabel4.17 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kata – kata pendidikan, bimbingan, pengajaran, belajar, pembelajaran dan

pelatihan sebagai istilah – istilah teknis yang kegiatan – kegiatannya lebur dalam

aktivitas pendidikan. Pendidikan Menurut UU No.20 tahun 2000 bab I pasal 1

ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus

menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan

kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran karena

muara dari berbagai program pendidikan adalah terlaksananya program

pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas

pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap

jenjang pendidikan, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan lanjut dan jumlah

jam pelajaran yang disediakan relative lebih banyak dibanding mata pelajaran

lainnya. Hal ini disebabkan karena matematika sangat penting, baik dalam

pendidikan formal maupun dalam kehidupan sehari-hari. Cockroft (dalam

Abdurrahman 2012:204) menyatakan bahwa :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, ringkas dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

(15)

2

berada pada problema klasik dalam hal kualitas pendidikan. Pada kenyataannya,

Negara Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang masih sangat

memprihatinkan jika dibanding dengan negara-negara lainnya khususnya dalam

bidang studi matematika.

Secara faktual, rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dilihat dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dalam bidang matematika menyatakan bahwa: “Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang matematika pada studi TIMSS masih jauh dari predikat memuaskan. Dalam bidang Matematika, Indonesia hanya berada di urutan ke-38 dari 42 negara dengan skor 386 dari rata-rata yang dipatok 500 poin (TIMSS, 2011). Pada TIMSS sebelumnya di tahun 2007, Indonesia berada di rangking 36 dari 49 negara. Sedangkan di tahun 2003, Indonesia menempati posisi ke-35 dari 46 negara peserta (P4TK, 2011)”. Senada dengan hal tersebut, hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 dalam bidang matematika juga menunjukkan bahwa “Indonesia mendudukiperingkat ke-69 dari 76 negara berdasarkan ranking pendidikan tahun 2015 dari OECD”.

Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

matematika di Indonesia masih rendah. Rendahnya hasil belajar dan kemampuan

matematika ini disebabkan masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan

dalam belajar matematika, kurang berminat dan selalu menganggap matematika

sebagai ilmu yang sukar sehingga menimbulkan rasa takut untuk belajar

matematika, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2012:202) bahwa: “Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit”.Kesulitan pada pelajaran matematika dapat juga disebabkan karena ilmunya yang dianggap abstrak dan kompleks terutama pada materi yang

memerlukan keterampilan pemahaman berbahasa. Bambang (2008)

mengungkapkan bahwa :

Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.

Salah satu implikasi dari pandangan ini adalah guru dituntut untuk

(16)

3

Pemecahan masalah bukan hanya sekedar keterampilan untuk digunakan dan

diajarkan dalam matematika tetapi juga keterampilan yang akan dibawa pada

kehidupan sehari-hari siswa. Mengajar siswa untuk menyelesaikan

masalah-masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan

di kehidupannya. Cooney et.al (dalamHudojo, 2005:130) menyatakan:

Bila siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.

Tuntutan kutipan ini adalah yang dapat melatih siswa untuk menyelesaikan

masalah. Oleh karena itu, pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas

intelektual yang membutuhkan suatu proses yang tidak hanya melibatkan aplikasi

dalil – dalil atau teorema – teorema yang telah ada.

Observasi awal yang dilakukan peneliti adalah berupa pemberian tes

kemampuan awal berupa tes uraian kepada siswa SMP Negeri 3 Siempatnempu di

kelas VII-B pada tanggal 22 Agustus 2016 yang bertujuan untuk melihat

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada aritmatika

sosial.

Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dalam kesalahan

menyelesaikan soal tes awal pemecahan masalah.

(17)

4

1 Tidak mampu

dalam

merencanakan

pemecahan

masalah dan

merencanakan

rumus yang

akan

digunakan

4 Tidak mampu

dalam

menyelesaikan

masalah.

Tabel 1.1. Hasil Pengerjaan Tes Awal Siswa

Berdasarkan hasil pengerjaan siswa tersebut, dapat diketahui bahwa siswa

masih belum mampu memahami masalah dan merencanakan penyelesaian

masalah. Siswa cenderung langsung ke tahap penyelesaian masalah tanpa

memahami terlebih dahulu masalah dalam soal tersebut. Ini menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mungkin

dikarenakan jarangnya siswa dilatih untuk mengerjakan soal – soal pemecahan

masalah, selain itu bisa juga dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran

oleh guru kurang relevan. Guru masih menerapkan pembelajaran konvensional

yang didominasi oleh ceramah, mencatat dan penugasan, sehingga siswa

cenderung pasif dan bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Dari hasil tes awal pemecahan masalah tersebut yang diberikan secara

klasikal, diperoleh gambaran kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

(18)

5

yangkemampuan pemecahan masalah matematikanya kategori rendah dan 85,30%

(29 orang) yang kemampuan pemecahan masalah matematikanya kategori sangat

rendah dengan nilai rata – rata kelas 0,98(kategori sangat rendah).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru matematika

kelasVII-B SMP Negeri 3 Siempatnempumenyatakan bahwa “proses

pembelajaran yang sering saya lakukan adalah menyampaikan materi pelajaran

kepada siswa, kemudian memberikan soal-soal dalam bentuk pilihan ganda atau uraian singkat agar siswa lebih memahami materi tersebut”. Memberikan soal kepada siswa belum tentu membuat siswa lebih paham tentang materi itu, karena

siswa belum tentu dapat memaknai apa yang disampaikan oleh guru. Jika proses

pembelajaran seperti itu terus dilakukan maka siswa akan cenderung

menempatkan matematika sebagai objek bukan sebagai alat. Wijaya (2012: 11) menyatakan bahwa “menempatkan matematika sebagai objek berarti menempatkan matematika sebagai tujuan akhir pendidikan dengan kemampuan melakukan matematika sebagai fokus utama pembelajaran”. Disamping siswa mampu melakukan matematika sebagai fokus utama pembelajaran siswa juga

harus mampu menggunakan pola dalam matematika sebagai alat atau media untuk

menyelesaikan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak hanya bekerja

dalam matematika, tetapi siswa harus dapat bekerja dengan matematika melalui

proses berpikir matematis.

Untuk membantu siswa menggunakan matematika sebagai alat, guru

dapat menggunakan LAS sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika.

Menurut Trianto (2011: 222) “LAS adalah panduan siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah”. Dengan memberikan

LAS kepada siswa maka siswa dilatih menggunakan matematika sebagai alat atau

media untuk memecahkan masalah dan sekaligus menciptakan situasi belajar

bermakna bagi siswa. Disamping itu, guru juga dapat menggunakan LAS untuk

mempermudah penanaman konsep matematika kepada siswa melalui kegiatan

penyelidikan dan penemuan. Dengan demikian, pembelajaran matematika dengan

menggunakan LAS akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan,

(19)

6

memecahkan masalah matematika. Untuk itu, diperlukan suatu model

pembelajaran. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar

yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang

dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung

atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar (Istarani,2014:1).

Berbagai macam model pembelajaran yang diterapkan dalam

pembelajaran. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam

pembelajaran tersebut. Menurut (Daryanto dan Muljo Rahardjo,2012:241) “Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam

kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang

dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya ,

suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender”.Pembelajaran ini

diharapkan dapat memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan

siswa dapat menggunakan sendiri konsep – konsep pemecahan masalah yang

dipelajarinya.Menurut Trianto (2011: 56) “Siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdikusi dengan temannya”.

Diskusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk

memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan

mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan skema

siswa akan menjadi lebih kuat sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika menjadi lebih baik.

Slavin (2005: 143) menyatakan bahwa “Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Student Team Achievment Division (STAD) yang

merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan

merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa di dalam kelas dibagi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari 4

sampai 5 orang. Siswa mendiskusikan bahan belajar berupa LAS dan mengerjakan

soal kuis secara individual. Guru membuat skor perkembangan setiap siswa atau

(20)

7

reward. STAD mengarahkan siswa belajar dengan cara mengkonstruksi berbagai

pengetahuan yang diperoleh dari belajar sendiri dan sharing memecahkan masalah

matematika.

Menurut Polya (dalam Daniel dan David, 2008: 234) strategi dalam

pemecahan masalah terdiri dari empat langkah yaitu; 1) Memahami dan

merepresentasikan masalah, 2) Memilih dan merencanakan solusi, 3)

Melaksanakan rencana, 4) Mengevaluasi hasil. Tidak setiap soal bisa dikatakan masalah, menurut Notoatmojo (2005: 39) “ Suatu masalah biasanya memuat situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya”. Jika suatu soal diberikan kepada siswa dan dia langsung dapat menyelesaikan soal

tersebut dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan mengangkat judul : Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Pada Materi Aritmatika Sosial Dengan Menggunakan LAS di Kelas VII-B SMP

Negeri 3 SiempatnempuT. A 2016/2017.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas

VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu.

2. Guru kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu masih menerapkan

pembelajaran konvensional.

3. Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru kelas

VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu belum mengupayakan terbentuknya

kemampuan pemecahan masalah siswa.

4. Penggunaan model pembelajaran oleh guru kelas VII-B SMP Negeri 3

(21)

8

1.3. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebih spesifik dan terfokus,

melihat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori serta

mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran

matematika maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan

pembelajaran matematika dengan menggunakan LAS melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu pada materi

aritmatika sosial.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas,

maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di

kelasVII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

Kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu setelah diterapkan pembelajaran

kooperatif tipe STAD?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas

VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa Kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu setelah diterapkan

(22)

9

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai

model pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika.

2. Bagi siswa, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika pada pokok bahasan aritmatika sosial melalui Model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil

kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan

pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai

(23)

78 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LAS dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi

pelajaran aritmatika sosial di kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu dimana

peningkatan diperoleh setelah siklus I dan II dilaksanakan. Kemampuan

pemecahan masalah matematika dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan menggunakan LAS pada siklus I dan II yaitu dari hasil tes

kemampuan pemecahan masalah I ini diperoleh 14 siswa atau 41,18% dari 34

siswa telah mencapai kriteria kemampuan pemecahan masalah siswa dan 20 siswa

lainnya (58,82%) belum mencapai kriteria kemampuan pemecahan masalah.

Dimana dari 34 siswa terdapat 5 siswa atau 14,71% yang memiliki kemampuan

kategori A, 1 siswa atau 2,94% memiliki kemampuan kategori A-, 3 siswa atau

8,82% yang memiliki kemampuan kategori B+, 4 siswa atau 11,77% memiliki

kemampuan kategori B, 1 siswa atau 2,94% memiliki kemampuan kategori B-, 5

siswa atau 14,71% memiliki kemampuan kategori C+, 3 siswa atau 8,82%

memiliki kemampuan kategori C, 4 siswa atau 11,77% memiliki kemampuan

kategori C-, 1 siswa atau 2,94% memiliki kemampuan kategori D+ dan 7 siswa

atau 20,58% memiliki kemampuan kategori D-. Pada siklus I, diperoleh

peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar 41,18% atau 14 siswa

dari tes awal. Namun, belum mencapai ketuntasan kemampuan pemecahan

masalah secara klasikal (85%) dari jumlah siswa keseluruhan. Setelah siklus II

dilakukan maka tercapailah ketuntasan pemecahan masalah secara klasikal dan

mengalami peningkatan ketuntasan kemampuan pemecahan masalah siswa

sebesar 47,06% atau 16 orang siswa dari siklus I. Dari hasil tes kemampuan

pemecahan masalah II ini diperoleh 30 siswa atau 88,24% dari 34 siswa telah

(24)

79

mencapai kriteria kemampuan pemecahan masalah aritmatika sosial. Dimana dari

34 siswa terdapat 10 siswa atau 29,41% yang memiliki kemampuan kategori A, 1

siswa atau 2,94% memiliki kemampuan kategori A-, 6 siswa atau 17,65% yang

memiliki kemampuan kategori B+, 6 siswa atau 17,65% memiliki kemampuan

kategori B, 7 siswa atau 20,59% memiliki kemampuan kategori B-, 1 siswa atau

2,94% memiliki kemampuan kategori C+, 3 siswa atau 8,82% memiliki

kemampuan kategori C. Pengelolaan pembelajaran oleh peneliti juga memperoleh

peningkatan yaitu 2,7 (kategori baik) pada siklus I menjadi 3,4 (kategori sangat

baik) pada siklus II.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran

sebagai berikut:

1) Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model pembelajaran

yang berpusat pada siswa, seperti penerapan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan menggunakan LAS ini sebagai salah satu alternatif

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa.

2) Kepada guru matematika diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi

pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan dan lebih baik setiap akhir

pertemuan dilakukan refleksi, sehingga kesulitan yang mempengaruhi

keberhasilan pembelajaran dapat diatasi dengan sesegera mungkin.

3) Kepada siswa/i SMP Negeri3 Siempatnempu disarankan lebih berani dan aktif

dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk menanyakan

hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan konsep itu.

4) Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang

sama, hendaknya lebih memperhatikan model dan media pembelajaran yang

sesuai, serta menguasai materi pokok yang diajarkan sehingga dapat tercapai

(25)

80

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2010). Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Amri,S. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustaka: Jakarta.

Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.

Bambang. (2008). Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika dan Nilai Moral Siswa Melalui Model Pembelajaran Bentang Pangajen http://rbaryans.wordpress.com (diakses 20 Februari 2016)

Daniel dan David. 2008. Teknik Mengajar Matematika. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Daryanto.(2012). Model Pembelajaran Inovatif. Gava Media: Yogyakarta.

Hamalik,O.(2013). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Penerbit IKIP Malang: Malang.

Isjoni, H. (2009). Pembelajaran Kooperatif. Penerbit Pustaka Belajar:

Yogyakarta.

Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Penerbit Media Persada:

Medan.

Istarani. (2015).50 Tipe Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif. Penerbit

Media Persada. Medan.

Notoatmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineke Cipta: Jakarta.

Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014. Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Salinan Permendikbud.pdf (diakses 16 maret 2016).

Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Penerbit RinekaCipta: Jakarta.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, RisetdanPraktik. Bandung: Nusa Media.

(26)

81

Widyatini.2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP.Yogyakarta: PPPPTK.

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu.

http://rbaryans.wordpress.com (diakses 20 Februari 2016)

Gambar

Gambar 3.1. Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas
Tabel4.11   Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah
Tabel 1.1. Hasil Pengerjaan Tes Awal Siswa

Referensi

Dokumen terkait

kombinasi gerak dasar lokomotor, non- lokomotor dan manipulatif sesuai dengan irama (ketukan) tanpa/ dengan musik dalam aktivitas gerak berirama.

KAMPUS JAKARTA PANDUAN PENGAMBILAN MATA KULIAH PROGRAM SARJANA TERAPAN.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini juga terbagi atas dua, yaitu untuk mendeskripsikan Citra wanita dalam hubungannya dengan Tuhan dan Citra wanita

Individu menggunakan zat dalam jumlah yang besar atau lebih banyak dari yang dimaksudkan dan dalam jangka waktu yang lama. 2) Individu memiliki keinginan atau upaya mengurangi

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Pada scene 3 akan mengambil tempat pabrik dimana tokoh utama bekerja sebagai buruh dan mengalami beberapa kali perlakuan yang melecehkan seorang perempuan.. Pada scene 4

Jalan Kolonel Wahid

Terhadap calon penyedia yang mendaftar pada paket Pengadaan Makan Satwa K-9 Dit Sabhara Polda Sumsel Ta.2015, tidak ada yang mengupload / memasukan penawaran sehingga