PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAS DI KELAS VII-B SMP
NEGERI 3 SIEMPATNEMPU T.A 2016/2017
Oleh :
Wiarno Suyadi Silaban 4122111024
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
RIWAYAT HIDUP
Wiarno Suyadi Silaban dilahirkan di Desa Sihorbo, Kecamatan
Siempatnempu, Kabupaten Dairi pada tanggal 11 April 1993. Anak dari Bapak
Marudin Silaban dan Ibu Doresli Manalu dan merupakan anak keempat dari lima
bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk di SD Negeri 030363 Sihorbo dan
lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 3 Siempatnempu dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Siempatnempu dan lulus pada tahun
2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
iii
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAS DI KELAS VII-B SMP
NEGERI 3 SIEMPATNEMPU T.A 2016/2017
WIARNO SUYADI SILABAN (NIM. 4112211024)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi Aritmatika Sosial di Kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LAS.
Data dalam peneltian ini diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah matematika pada siklus I dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada siklus II. Tes hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berbentuk uraian yaitu pada siklus I sebanyak 4 soal dan pada siklus II sebanyak 4 soal.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes awal sampai tes kemampuan pemecahan masalah siswa. Pada tes awal, belum ada siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah atau 0% dengan rata-rata kelas 0,98. Hasil analisis data pada siklus I setelah diberikan tindakan pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah adalah 14 siswa dari 34 siswa atau 41,18% dengan rata-rata kelas 2,33. Hasil analisis data akhir siklus II dengan pembelajaran yang sama diperoleh banyak siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah yaitu 30 siswa dari 34 siswa atau 88,24% dengan rata-rata kelas 3,18. Ini berarti terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus I hingga siklus II sebesar 47,06%. Penelitian ini juga memperoleh peningkatan pengelolaan dan pelaksanaan pembelajaran yaitu 2,7 (kategori baik) pada siklus I meningkat menjadi 3,4 (kategori sangat baik) pada siklus II.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LAS, kemampuan pemecahan masalah siswa khususnya pada materi Aritmatika Sosial kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu adalah meningkat.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kasih dan kuasa-Nya yang memberikan hikmat dan kesehatan kepada
penulis untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam di Universitas Negeri Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Menggunakan LAS pada Materi
Aritmatika Sosial di Kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu T.A 2016/2017”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Bapak Drs. W. L. Sihombing, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan penulis, memberikan
bimbingan dan saran yang membangun mulai dari perkuliahan, penyusunan
proposal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, Bapak Dr.
Mulyono, M.Si, dan Bapak Dr. Togi, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi ini, dan kepada Bapak Dr.Togi, M.Pd selaku dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama
perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku
Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua jurusan, sekretaris jurusan, dan ketua
program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh Bapak, Ibu
Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah
membantu dan membimbing penulis dalam perkuliahan. Ucapan terimakasih juga
disampaikan kepada Bapak Drs. Bidner Manalu, selaku Kepala Sekolah SMP
Negeri 3 Siempatnempu dan Bapak Elijon Ginting, S.Pd selaku guru bidang studi
v
staf/pegawai, dan siswa-siswi SMP Negeri 3 Siempatnempu yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda dan
Ibunda tercinta Bapak Marudin Silaban dan Ibunda Doresli br Manalu, selaku
orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang,
mendukung secara materil dan selalu mendoakan penulis. Semoga Tuhan Yesus
memberikan kesehatan, umur panjang dan rejeki yang halal kepada Ayahanda dan
Ibunda. Amin. Terimakasih juga untuk adikku Zulkifli Silaban, dan kakakku
Susianti Silaban, Merdinawaty Silaban dan Mestika Roulina Silaban, dan juga
abang iparku Julius Laia, Ardi Tamba dan Gompar Haloho yang selalu
mendoakan, mendukung, pengorbanan dan perjuangan baik secara moral dan
materil maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai, tak
terlupakan pula terimakasih kepada keponakan-keponakanku Gebi Haholo, Sari
Haloho, Lolita Haloho, Keysia Tamba, Maya Tamba dan Jese Tamba yang
menjadi penyemangat bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada teman spesial
Panina br Siregar yang selalu mendoakan penulis dalam menyusun skripsi ini, dan
memberikan motivasi selama perkuliahan.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih banyak kepada
teman-teman satu kelas DIK C MATEMATIKA 2012 (Timbul, Gunawan, Najamuddin,
dll), teman satu PPL (Rinaldi Simatupang dan Wiliater Sirait), teman TIM Futsal
(Ceker FC, Delta FC) yang memotivasi penulis selama perkuliahan.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini
baik dari segi isi dan tata bahasanya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
dalam usaha meningkatkan pendidikan di masa yang akan datang.
Medan, Februari 2017
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Daftar Lampiran xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
1.3. Batasan Masalah 8
1.4. Rumusan Masalah 8
1.5. Tujuan Penelitian 8
1.6. Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 10
2.1.2. Masalah dalam Matematika 11
2.1.3. Pemecahan Masalah 12
2.1.3.1. Pengertian Pemecahan Masalah 12
2.1.3.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 13
2.1.3.3. Kesulitan Belajar Siswa dalam Pemecahan Masalah 16
2.1.3.4. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah 18
2.1.4 LAS 19
2.1.5. Model Pembelajaran 23
vii
2.1.6.1. Landasan Pemikiran 24
2.1.6.2. Tujuan dan Implikasi Positif Pembelajaran Kooperatif 25
viii
3.8.1. Reduksi Data 48
3.8.2. Paparan Data 48
3.8.3. Interpretasi Hasil 48
3.8.3.1.Pencapaian Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah 48
3.8.3.2.MenentukanPersentaseKelasMampu Memecahkan Masalah 50
3.8.3.3.Hasil Observasi 50
3.9. Indikator Keberhasilan 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 52
4.1.1. Deskripsi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal 52
4.1.1.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal 52 4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 53
4.1.2.1. Tahap Observasi I 54 4.1.2.2. Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 55 4.1.2.3. Refleksi I 60 4.1.3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 62 4.1.3.1. Hasil Penelitian Pada Siklus II 62 4.1.3.1.1. Permasalahan II 62 4.1.3.1.2. Alternatif Pemecahan Masalah II (Perencanaan Tindakan II) 62
4.1.3.2. Observasi II 63 4.1.3.2.1 Analisis Data Hasil Observasi Penelitian Pada Siklus II 63 4.1.3.2.2 Analisis Data TesKemampuanPemecahan Masalah II 65 4.1.3.3. Deskripsi Hasil Refleksi II 70 4.1.4 Temuan Penelitian 72
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 74
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 78
5.1. Kesimpulan 78
5.2. Saran 79
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas 40
Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Siklus I 56
Gambar 4.2. Persentase Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Siklus I 57
Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Siklus II 66
Gambar 4.4. Persentase Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Siklus II 66
Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siklus I dan II 68
Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Pada Setiap Siklus 72
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Pengerjaan Tes Awal Siswa 3
Tabel 2.1 Teknik Penskoran 18
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Tipe Pembelajaran Kooperatif 27
Tabel 2.3 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 31
Tabel 2.4 Perhitungan Nilai Peningkatan 32
Tabel 3.1 Konversi Kompetensi Pengetahuan 49
Tabel 3.2 Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi 50
Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Tes Awal 53
Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melaksanakan Pembelajaran Pada Siklus I 54
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 56
Tabel4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 56
Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 57
Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Penyelesaian Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 58
Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Siklus I 59
Tabel 4.8 Deskripsi Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal dan Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (Siklus I) 61
Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran pada Siklus II 64
xii
Tabel4.11 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 66 Tabel4.12 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah II 67 Tabel4.13 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Penyelesaian
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 68 Tabel4.14 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Siklus II 68
Tabel4.15 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
TKPM awal, TKPM I dan TKPM II 71 Tabel4.16 Deskripsi Peningkatan Hasil TKPM Siswa Siklus I dan Hasil
TKPM Siswa Siklus II 72
Tabel4.17 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kata – kata pendidikan, bimbingan, pengajaran, belajar, pembelajaran dan
pelatihan sebagai istilah – istilah teknis yang kegiatan – kegiatannya lebur dalam
aktivitas pendidikan. Pendidikan Menurut UU No.20 tahun 2000 bab I pasal 1
ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus
menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan
kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran karena
muara dari berbagai program pendidikan adalah terlaksananya program
pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas
pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap
jenjang pendidikan, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan lanjut dan jumlah
jam pelajaran yang disediakan relative lebih banyak dibanding mata pelajaran
lainnya. Hal ini disebabkan karena matematika sangat penting, baik dalam
pendidikan formal maupun dalam kehidupan sehari-hari. Cockroft (dalam
Abdurrahman 2012:204) menyatakan bahwa :
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, ringkas dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
2
berada pada problema klasik dalam hal kualitas pendidikan. Pada kenyataannya,
Negara Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang masih sangat
memprihatinkan jika dibanding dengan negara-negara lainnya khususnya dalam
bidang studi matematika.
Secara faktual, rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dilihat dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dalam bidang matematika menyatakan bahwa: “Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang matematika pada studi TIMSS masih jauh dari predikat memuaskan. Dalam bidang Matematika, Indonesia hanya berada di urutan ke-38 dari 42 negara dengan skor 386 dari rata-rata yang dipatok 500 poin (TIMSS, 2011). Pada TIMSS sebelumnya di tahun 2007, Indonesia berada di rangking 36 dari 49 negara. Sedangkan di tahun 2003, Indonesia menempati posisi ke-35 dari 46 negara peserta (P4TK, 2011)”. Senada dengan hal tersebut, hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 dalam bidang matematika juga menunjukkan bahwa “Indonesia mendudukiperingkat ke-69 dari 76 negara berdasarkan ranking pendidikan tahun 2015 dari OECD”.
Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
matematika di Indonesia masih rendah. Rendahnya hasil belajar dan kemampuan
matematika ini disebabkan masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar matematika, kurang berminat dan selalu menganggap matematika
sebagai ilmu yang sukar sehingga menimbulkan rasa takut untuk belajar
matematika, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2012:202) bahwa: “Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit”.Kesulitan pada pelajaran matematika dapat juga disebabkan karena ilmunya yang dianggap abstrak dan kompleks terutama pada materi yang
memerlukan keterampilan pemahaman berbahasa. Bambang (2008)
mengungkapkan bahwa :
Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.
Salah satu implikasi dari pandangan ini adalah guru dituntut untuk
3
Pemecahan masalah bukan hanya sekedar keterampilan untuk digunakan dan
diajarkan dalam matematika tetapi juga keterampilan yang akan dibawa pada
kehidupan sehari-hari siswa. Mengajar siswa untuk menyelesaikan
masalah-masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan
di kehidupannya. Cooney et.al (dalamHudojo, 2005:130) menyatakan:
Bila siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.
Tuntutan kutipan ini adalah yang dapat melatih siswa untuk menyelesaikan
masalah. Oleh karena itu, pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas
intelektual yang membutuhkan suatu proses yang tidak hanya melibatkan aplikasi
dalil – dalil atau teorema – teorema yang telah ada.
Observasi awal yang dilakukan peneliti adalah berupa pemberian tes
kemampuan awal berupa tes uraian kepada siswa SMP Negeri 3 Siempatnempu di
kelas VII-B pada tanggal 22 Agustus 2016 yang bertujuan untuk melihat
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada aritmatika
sosial.
Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dalam kesalahan
menyelesaikan soal tes awal pemecahan masalah.
4
1 Tidak mampu
dalam
merencanakan
pemecahan
masalah dan
merencanakan
rumus yang
akan
digunakan
4 Tidak mampu
dalam
menyelesaikan
masalah.
Tabel 1.1. Hasil Pengerjaan Tes Awal Siswa
Berdasarkan hasil pengerjaan siswa tersebut, dapat diketahui bahwa siswa
masih belum mampu memahami masalah dan merencanakan penyelesaian
masalah. Siswa cenderung langsung ke tahap penyelesaian masalah tanpa
memahami terlebih dahulu masalah dalam soal tersebut. Ini menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mungkin
dikarenakan jarangnya siswa dilatih untuk mengerjakan soal – soal pemecahan
masalah, selain itu bisa juga dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran
oleh guru kurang relevan. Guru masih menerapkan pembelajaran konvensional
yang didominasi oleh ceramah, mencatat dan penugasan, sehingga siswa
cenderung pasif dan bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Dari hasil tes awal pemecahan masalah tersebut yang diberikan secara
klasikal, diperoleh gambaran kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
5
yangkemampuan pemecahan masalah matematikanya kategori rendah dan 85,30%
(29 orang) yang kemampuan pemecahan masalah matematikanya kategori sangat
rendah dengan nilai rata – rata kelas 0,98(kategori sangat rendah).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru matematika
kelasVII-B SMP Negeri 3 Siempatnempumenyatakan bahwa “proses
pembelajaran yang sering saya lakukan adalah menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa, kemudian memberikan soal-soal dalam bentuk pilihan ganda atau uraian singkat agar siswa lebih memahami materi tersebut”. Memberikan soal kepada siswa belum tentu membuat siswa lebih paham tentang materi itu, karena
siswa belum tentu dapat memaknai apa yang disampaikan oleh guru. Jika proses
pembelajaran seperti itu terus dilakukan maka siswa akan cenderung
menempatkan matematika sebagai objek bukan sebagai alat. Wijaya (2012: 11) menyatakan bahwa “menempatkan matematika sebagai objek berarti menempatkan matematika sebagai tujuan akhir pendidikan dengan kemampuan melakukan matematika sebagai fokus utama pembelajaran”. Disamping siswa mampu melakukan matematika sebagai fokus utama pembelajaran siswa juga
harus mampu menggunakan pola dalam matematika sebagai alat atau media untuk
menyelesaikan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak hanya bekerja
dalam matematika, tetapi siswa harus dapat bekerja dengan matematika melalui
proses berpikir matematis.
Untuk membantu siswa menggunakan matematika sebagai alat, guru
dapat menggunakan LAS sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika.
Menurut Trianto (2011: 222) “LAS adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah”. Dengan memberikan
LAS kepada siswa maka siswa dilatih menggunakan matematika sebagai alat atau
media untuk memecahkan masalah dan sekaligus menciptakan situasi belajar
bermakna bagi siswa. Disamping itu, guru juga dapat menggunakan LAS untuk
mempermudah penanaman konsep matematika kepada siswa melalui kegiatan
penyelidikan dan penemuan. Dengan demikian, pembelajaran matematika dengan
menggunakan LAS akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan,
6
memecahkan masalah matematika. Untuk itu, diperlukan suatu model
pembelajaran. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar
yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang
dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung
atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar (Istarani,2014:1).
Berbagai macam model pembelajaran yang diterapkan dalam
pembelajaran. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran tersebut. Menurut (Daryanto dan Muljo Rahardjo,2012:241) “Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang
dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya ,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender”.Pembelajaran ini
diharapkan dapat memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan
siswa dapat menggunakan sendiri konsep – konsep pemecahan masalah yang
dipelajarinya.Menurut Trianto (2011: 56) “Siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdikusi dengan temannya”.
Diskusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan
mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan skema
siswa akan menjadi lebih kuat sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika menjadi lebih baik.
Slavin (2005: 143) menyatakan bahwa “Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Student Team Achievment Division (STAD) yang
merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa di dalam kelas dibagi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari 4
sampai 5 orang. Siswa mendiskusikan bahan belajar berupa LAS dan mengerjakan
soal kuis secara individual. Guru membuat skor perkembangan setiap siswa atau
7
reward. STAD mengarahkan siswa belajar dengan cara mengkonstruksi berbagai
pengetahuan yang diperoleh dari belajar sendiri dan sharing memecahkan masalah
matematika.
Menurut Polya (dalam Daniel dan David, 2008: 234) strategi dalam
pemecahan masalah terdiri dari empat langkah yaitu; 1) Memahami dan
merepresentasikan masalah, 2) Memilih dan merencanakan solusi, 3)
Melaksanakan rencana, 4) Mengevaluasi hasil. Tidak setiap soal bisa dikatakan masalah, menurut Notoatmojo (2005: 39) “ Suatu masalah biasanya memuat situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya”. Jika suatu soal diberikan kepada siswa dan dia langsung dapat menyelesaikan soal
tersebut dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan mengangkat judul : Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Pada Materi Aritmatika Sosial Dengan Menggunakan LAS di Kelas VII-B SMP
Negeri 3 SiempatnempuT. A 2016/2017.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu.
2. Guru kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu masih menerapkan
pembelajaran konvensional.
3. Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru kelas
VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu belum mengupayakan terbentuknya
kemampuan pemecahan masalah siswa.
4. Penggunaan model pembelajaran oleh guru kelas VII-B SMP Negeri 3
8
1.3. Batasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebih spesifik dan terfokus,
melihat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori serta
mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan
pembelajaran matematika dengan menggunakan LAS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu pada materi
aritmatika sosial.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas,
maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di
kelasVII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
Kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu setelah diterapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas
VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa Kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu setelah diterapkan
9
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai
model pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika.
2. Bagi siswa, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika pada pokok bahasan aritmatika sosial melalui Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan
pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai
78 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LAS dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi
pelajaran aritmatika sosial di kelas VII-B SMP Negeri 3 Siempatnempu dimana
peningkatan diperoleh setelah siklus I dan II dilaksanakan. Kemampuan
pemecahan masalah matematika dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan menggunakan LAS pada siklus I dan II yaitu dari hasil tes
kemampuan pemecahan masalah I ini diperoleh 14 siswa atau 41,18% dari 34
siswa telah mencapai kriteria kemampuan pemecahan masalah siswa dan 20 siswa
lainnya (58,82%) belum mencapai kriteria kemampuan pemecahan masalah.
Dimana dari 34 siswa terdapat 5 siswa atau 14,71% yang memiliki kemampuan
kategori A, 1 siswa atau 2,94% memiliki kemampuan kategori A-, 3 siswa atau
8,82% yang memiliki kemampuan kategori B+, 4 siswa atau 11,77% memiliki
kemampuan kategori B, 1 siswa atau 2,94% memiliki kemampuan kategori B-, 5
siswa atau 14,71% memiliki kemampuan kategori C+, 3 siswa atau 8,82%
memiliki kemampuan kategori C, 4 siswa atau 11,77% memiliki kemampuan
kategori C-, 1 siswa atau 2,94% memiliki kemampuan kategori D+ dan 7 siswa
atau 20,58% memiliki kemampuan kategori D-. Pada siklus I, diperoleh
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar 41,18% atau 14 siswa
dari tes awal. Namun, belum mencapai ketuntasan kemampuan pemecahan
masalah secara klasikal (85%) dari jumlah siswa keseluruhan. Setelah siklus II
dilakukan maka tercapailah ketuntasan pemecahan masalah secara klasikal dan
mengalami peningkatan ketuntasan kemampuan pemecahan masalah siswa
sebesar 47,06% atau 16 orang siswa dari siklus I. Dari hasil tes kemampuan
pemecahan masalah II ini diperoleh 30 siswa atau 88,24% dari 34 siswa telah
79
mencapai kriteria kemampuan pemecahan masalah aritmatika sosial. Dimana dari
34 siswa terdapat 10 siswa atau 29,41% yang memiliki kemampuan kategori A, 1
siswa atau 2,94% memiliki kemampuan kategori A-, 6 siswa atau 17,65% yang
memiliki kemampuan kategori B+, 6 siswa atau 17,65% memiliki kemampuan
kategori B, 7 siswa atau 20,59% memiliki kemampuan kategori B-, 1 siswa atau
2,94% memiliki kemampuan kategori C+, 3 siswa atau 8,82% memiliki
kemampuan kategori C. Pengelolaan pembelajaran oleh peneliti juga memperoleh
peningkatan yaitu 2,7 (kategori baik) pada siklus I menjadi 3,4 (kategori sangat
baik) pada siklus II.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1) Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa, seperti penerapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan menggunakan LAS ini sebagai salah satu alternatif
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
2) Kepada guru matematika diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi
pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan dan lebih baik setiap akhir
pertemuan dilakukan refleksi, sehingga kesulitan yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran dapat diatasi dengan sesegera mungkin.
3) Kepada siswa/i SMP Negeri3 Siempatnempu disarankan lebih berani dan aktif
dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk menanyakan
hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan konsep itu.
4) Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang
sama, hendaknya lebih memperhatikan model dan media pembelajaran yang
sesuai, serta menguasai materi pokok yang diajarkan sehingga dapat tercapai
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2010). Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Amri,S. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustaka: Jakarta.
Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.
Bambang. (2008). Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika dan Nilai Moral Siswa Melalui Model Pembelajaran Bentang Pangajen http://rbaryans.wordpress.com (diakses 20 Februari 2016)
Daniel dan David. 2008. Teknik Mengajar Matematika. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Daryanto.(2012). Model Pembelajaran Inovatif. Gava Media: Yogyakarta.
Hamalik,O.(2013). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Penerbit IKIP Malang: Malang.
Isjoni, H. (2009). Pembelajaran Kooperatif. Penerbit Pustaka Belajar:
Yogyakarta.
Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Penerbit Media Persada:
Medan.
Istarani. (2015).50 Tipe Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif. Penerbit
Media Persada. Medan.
Notoatmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineke Cipta: Jakarta.
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014. Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Salinan Permendikbud.pdf (diakses 16 maret 2016).
Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Penerbit RinekaCipta: Jakarta.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, RisetdanPraktik. Bandung: Nusa Media.
81
Widyatini.2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP.Yogyakarta: PPPPTK.
Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu.
http://rbaryans.wordpress.com (diakses 20 Februari 2016)