BAB IV
TAHAPAN PROSES PRODUKSI
4.1 Tahap Produksi
Tahap produksi terdiri dari 3 tahap yaitu: 1. Pra Produksi
2. Produksi 3. Pasca Produksi
4.1.1 Pra Produksi
Tahap ini merancang konsep Filem yang akan dibuat. Dalam tahap ini mempersiapkan seluruh persiapan dan aktivitas sebelum melakukan produksi. Untuk tahapan pra produksi penulis mempersiapkan beberapa hal seperti riset, pembuatan skrip, storline, story board, casting talent, reading, hingga survey lokasi yang akan dipilih untuk proses produksi..
4.1.1.1 Riset
Pada awalnya penulis mengangkat kisah nyata dari seorang PSK yang pernah dikenal oleh penulis. PSK tersebut pernah bercerita tentang bagaimana hidupnya bisa masuk ke ruang lingkup kerja sebagai seorang PSK. PSK tersebut pernah bekerja sebagai buruh yang diupahi dengan upah yang tak sesuai. Sehingga, PSK tersebut mencari peluang kerja lain.
Untuk memperkuat kisah tersebut, penulis memulai tahap riset pada bulan Agustus 2016 dengan salah satu aktivis gender, Ahmad
Badani. Pada riset ini penulis bertanya-tanya mengenai latar belakang PSK yang berada di daerah Salatiga dan sekitarnya. Ternyata latar
keluarga, kekerasan, hingga kebutuhan ekonomi. Lalu penulis menggali sedikit informasi mengenai PSK yang dahulu pernah bekerja sebagai buruh kepada Ahmad Badani. Informan pun menyatakan ada beberapa PSK yang dahulu pernah merasakan sebagai buruh.
Penulis menemukan fakta bahwa banyak perempuan yang
beralih menjadi PSK tersebut diupah tidak sama dengan laki-laki. Dalam artian, upah perempuan yang bekerja sebagai buruh memang diberi upah sesuai UMR, namun perempuan lebih banyak yang bekerja diruang produksi. Untuk seorang perempuan yang bekerja di pabrik di bagian produksi, untuk naik jabatan sangat susah.
Penulis juga pernah bertanya ke salah satu pabrik yang berada di Salatiga, apa yang membuat perempuan mendominasi dibagian produksi. Lalu informan mengatakan bahwa perempuan lebih dibutuhkan diruang produksi karena perempuan dinilai lebih telaten dan teliti dalam mengerjakan sesuatu. Maka dengan alasan tersebut juga, perempuan untuk naik jabatan mengalami kesulitan.
Selain menggali informasi dari seorang aktivis, penulis pun turun langsung ke lapangan untuk melihat detil-detil seperti gerak-gerik para pekerja seks komersil. Selain itu, penulis juga mendapatkan data bagaimana seorang pekerja seks komersil tersebut mendapatkan pelanggan tetap maupun pelanggan yang tidak tetap.
4.1.1.2 Skrip
Melalui riset yang sudah dilakukan sebelumnya, penulis mulai merancang alur cerita dalam skrip Filem pendek yang akan dibuat.
GAMBAR 1
Dramaturgi Di Balik Kepak Kupu-Kupu
Filem akan dimulai dari scene 1 yaitu yaitu eksposisi yang dimana penempatan karakter dimulai. Scene 1 akan menceritakan apa yang dikerjakan tokoh utama dan pengenalan mengenai pandangan masyrakat.
Pada scene 2 akan memulai menceritakan komplikasi pertama dari keluarga mengenai pandangan yang keberatan dengan perempuan yag terlalu bekerja keras. Scene ini juga menceritakan apa
yang seharusnya dikerjakan oleh seorang perempuan.
Pada scene 3 akan mengambil tempat pabrik dimana tokoh utama bekerja sebagai buruh dan mengalami beberapa kali perlakuan yang melecehkan seorang perempuan.
Pada scene 4 akan menceritakan mengenai pendapatan dari seorang buruh. Hal ini ingin menunjukkan betapa sedikitnya upah menjadi seorang jika dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari. Pada scene 5&6 menceritakan bagaimana tokoh utama memilih menjadi seorang PSK.
resolusi pertama yang menjelaskan alasan tokoh utama bekerja sebagai PSK.
Pada scene 8&9 akan menceritakan konklusi dari Filem tersebut mengenai pandangan dari seorang PSK sendiri yang bekerja sebagai PSK. Filem ini akan diakhiri dengan beberapa pertanyaan yang akan membentuk sebuah konklusi kepada khalayak bahwa
persepsi yang salah kepada peacur harus mulai dipertanyakan.
4.1.1.3Storyline
Setelah alur cerita sudah dirancang, kemudian penulis membuat storyline yang digunakan sebagai acuan detil ketika melakukan produksi . Storyline dibuat berdasarkan dengan alur cerita yang sudah dirancang sebelumnya dan menyangut properti, wardrobe & make-up, hingga backsound yang akan digunakan pada setiap
scene.
4.1.1.4Story Board
Setelah storyline dibuat, kemudian penulis membuat story board yang digunakan sebagai acuan ketika melakukan produksi yaitu pengambilan gambar. Story board dibuat berdasarkan dengan alur cerita yang sudah dirancang sebelumnya.
4.1.2 Produksi
Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap produksi, rancangan yang telah dibangun selama proses pra produksi dilaksanakan pada tahap produksi.
alur yang telah dibuat pada tahap produksi. Sehingga tahap ini dapat dikatakan berjalan dengan lancar.
Dalam tahap produksi filem pendek ini penulis dibantu oleh tim yang telah dibentuk sebelum pasca produksi dimulai. Tim tersebut terdiri dari lima orang yang sudah diberi tanggung jawab masing-masing yaitu sutradara, script writer, director of phtography, art director, dan juga asisten sutradara.
Masa produksi filem pendek ini menghabiskan waktu selama enam hari yang mengambil beberapa lokasi berbeda-beda. Dalam penentuan lokasi hingga ijin lokasi tersebut, penulis tidak mengalami kesulitan yang begitu besar. Sehingga, penulis dapat melakukan produksi tepat waktu.
4.1.2.1Time Table Produksi
Berikut meriupakan jadwal produksi filem pendek Di Balik Kepak Kupu-Kupu:
Tanggal Waktu Scene Cast Lokasi
27/02/17 10.00-17.00 SC/02 SC/07 SC/08 SC/09 - Gina - Ibu - Ayah - Adik Rumah Abah
28/02/17 19.00-01.00
SC/01 SC/11
- Gina
- Pelanggan PSK Hotel Nina
01/03/17
19.00-23.00 SC/03
- Gina
- Bos
- Rekan Kerja
PT. Damatex
02/03/17
19.00-22.00 SC/05
- Gina
- Teman/Pelacur 1 Café Inlander
19.00 ATM Kampus
04/03/17
20.00-01.00 SC/06
- Gina - Pelacur 1 - Pelacur 2 - Pelacur 3 - Pelacur 4 - Pelacur 5
Pasar Jenderal Sudirman
Tabel 4.1
Time Table Produksi
4.1.3 Pasca Produksi
Setelah melewati tahap pra-produksi dan produksi, filem pendek masuk pada tahap editing. Editing merupakan proses menggabungkan potongan-potongan video hasil dari tahap produksi dengan penambahan effect, backsound, dan subtitle.
4.1.3.1Persiapan Bahan Editing
Setelah menyimpan hasil rekaman video produksi, penulis memilih video yang layak dijadikan sebagai bahan editing, dan mengurutkannya ke dalam bagian-bagian sesuai dengan storyline yang dibuat penulis.
4.1.3.2Proses Editing Video
Dalam proses editing video, penulis menggunakan software Adobe Premiere Pro CC sebagai software untuk menyunting filem pendek. Software tersebut dipilih karena pengoperasionnya manual dan mempunyai fitur lengkap, sehingga memudahkan penulis untuk berkreasi.
Proses editing video yang dilakukan di antaranya adalah
menggabungkan beberapa video yang telah dipotong sehingga menjadi satu kesatuan video yang utuh dan bercerita. Selain itu tahap ini juga menyelesaikan bagian pembuatan bumper in dan bumper out yang sebelumnya telah dibuat dalam bentuk grafis di.Adobe Photoshop CS6.
Gambar 2.
Proses memasukan potongan video untuk menjadi satu kesatuan filem.
Gambar 3.
Proses editing video selanjutnya adalah memasukkan kebutuhan audio seperti backsound dan juga sound effect. Hal ini bertujuan untuk menambah dan membangun suasana menjadi lebih hidup.
Gambar 4.
Proses memasukkan backsound dan sound effect ke dalam setiap adegan filem.
Setelah itu, proses editing yang terakhir adalah proses rendering, proses ini bertujuan untuk menggabungkan keseluruhan
video dan grafis yang telah dirangkai sesuai dengan story board menjadi satu kesatuan utuh sebagai filem pendek. Dalam rendering video, format penyimpanan video menggunakan H.264, hal itu dipilih karena kualitas videonya baik dan kapasitas penyimpanan
Gambar 5.
Proses rendering.
4.2 Kendala dalam Proses Pembuatan Filem “Di Balik Kepak Kupu -Kupu”
Proses pembuatan filem pendek ini tidak luput dari hambatan. Dari awal munculnya gagasan untuk membuat filem hingga akhir proses produksi, ada beragam hambatan yang dilalui, yaitu;
Kendala Penyelesaian
Talent yang membatalkan peran
sebagai peran utama pada H-1
Mencari pengganti pemeran utama yang didapat dari Teater Tilar UKSW
Tidak mendapat tanggapan terkait perizinan backsound oleh pemilik hak cipta.
Mencari backsound lain yang disediakan secara gratis di internet.
Terlambatnya pencairan dana dari pihak sponsorship
Tim produksi menalangi pengeluaran sementara
Tabel 4.2
4.3 Korelasi Antara Paham Feminis Sosialis dengan Filem “Di Balik Kepak Kupu-Kupu”
Pada feminisme sosialis, filem Di Balik Kepak Kupu-kupu mencoba menampar pandangan mayoritas yang ortodok terkait kedudukan perempuan
yang berdiri di bawah laki-laki dengan mengilustrasikan peran Gina sebagai perempuan pekerja di kehidupan sehari-hari. Dalam narasinya, Gina merasa jika perempuan seharusnya punya hak untuk menentukan keputusan dan memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri. Protes tersebut juga diperkuat dalam dialog antara Gina dan Ayah Gina saat adegan Gina berpamitan untuk berangkat kerja. Di adegan tersebut, Ayah Gina berucap:
“Jangan kerja melulu cah ayu, apa kamu nggak capek? Kapan kamu mau cari calon suami yang menafkahimu? Perempuan itu baiknya di rumah
mengurus dapur. Urusan mencari uang biar laki-laki saja. Betul kan Bu?”
Kutipan dialog tersebut mempertegas pemaparan agrumentasi tentang dominasi kaum laki-laki yang dimaksud oleh Saptari & Holzner (1997 :54). Apa yang telah diucapkan Ayah Gina adalah gambaran kontruksi patriarki dalam pola pikir laki-laki. Ayah Gina beranggapan bahwa perempuan tidak seharusnya bekerja, karena asumsi umum lebih setuju jika ruang gerak perempuan hanya sebatas mengurusi dapur dan pekerjaan rumah lainnya, sedangkan perkara mencari nafkah adalah urusan laki-laki.
Tidak bisa dipungkiri jika budaya patriarki membatasi perempuan
dipelihara oleh masyarakat umum sehingga menjadi sebuah budaya turun menurun hingga menggiring perempuan untuk memberontak melalui berbagai cara, salah satunya prostitusi seperti yang diilustrasikan dalam adegan Gina bergabung di kompleks pelacur.
Sayangnya, prostitusi hanyalah jalan keluar untuk tuntutan ekonomi.