• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kejahatan narkotika pada saat ini telah meresahkan kehidupan masyarakat. Narkotika merupakan kejahatan transnasional1 karena tindak kejahatan tersebut dilakukan melewati batas Negara. Penyebarluasan peredaran narkotika di berbagai Negara merupakan bentuk kejahatan yang terorganisir. Sebagai salah satu negara maritim, Indonesia menjadi sasaran yang sangat potensial sebagai tempat untuk memproduksi dan mengedarkan Narkotika secara illegal. Peredaran narkotika tersebut diantaranya masuk melalui pelabuhan-pelabuhan kecil kemudian didistribusikan melalui jalur darat yang mampu menjangkau berbagai pelosok wilayah di Indonesia.

Meningkatnya tindak pidana narkotika yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih, dan didukung jaringan yang luas menjadi semangat untuk mencegah dan menanggulangi

1

Kejahatan Transnasional adalah Tindak pidana transnasional yang terorganisasi merupakan salah satu bentuk kejahatan yang mengancam kehidupan sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan perdamaian dunia, Majelis Umum PBB telah memprakarsai penyelenggaraan Konperensi Internasional tentang Kejahatan Transnasional Terorganisasi di Palermo, Italia, Pada tanggal 15 Desember 2000 di Palermo yang kemudian diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2009 tentang Pengesahan “United Nations Convention Against Transnational

Organized Crime” (Konvensi PBB Menentang Kejahatan Transnasional Terorganisasi) pada tanggal 12 Januari 2009.

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, maka dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Penegakan hukum tindak pidana narkoba tidak hanya ditekankan pada aspek pertanggung jawaban pidananya saja, melainkan juga memperhatikan aspek kebutuhan Narapina sebagai manusia untuk dapat berubah dan memperbaiki dirinya.

Berdasarkan Pasal 54 Rancangan KUHP versi Tahun 2012 dinyatakan bahwa pemidanaan antara lain bertujuan untuk memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang baik dan berguna. Hal ini dicapai dengan jalan Rehabilitasi dan Resosialisasi, memasyarakatkan terpidana, dengan melakukan pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna. Supaya mereka bisa kembali ke masyarakat (itulah sebabnya disebut LP singkatan dari Lembaga Pemasyarakatan). Dalam perspektif ini mereka bukan dipandang sebagai penjahat, hanya orang yang tersesat, sehingga masih ada waktu untuk bertobat.2

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Cipinang Jakarta merupakan salah satu Lembaga Pemasyarakatan khusus narkotika yang bertempat di Ibukota, Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta dikatakan Lembaga Pemasyarakatan yang khusus karena memang memiliki suatu kelebihan dibandingkan dengan Lembaga Pemasyarakatan yang

2 Ibid

(2)

lain.Selain memberikan pembinaan narapidana yang menjadi unggulan dari Lembaga Pemasyarakatan khusus Narkotika ini juga memberikan terapi dan meberikan keterampilan khusus computer dan Bahasa Inggris. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta tercatat saat ini menampung 2.907 orang dimana telah melebihi kapasitas normalnya.3

Program pembinaan yang dilakukan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta dilaksanakan dengan berbagai bentuk terapi, dimana salah satunya adalah Terapi Rehabilitasi sosial dan Rehabilitasi Medis.Walaupun dalam pelaksanaan rehabilitasi masih terdapat kendala-kendala teknis sepeti terbatasnya anggaran yang masih dilakukan dengan sistem reimburse dimana modal awal lapas berasal dari dana support (Badan Nasional Narkotika Provinsi) BNNP DKI Jakarta, maupun dengan kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia saat program berlangsung4.

Lembaga Pemasyarakatan tidak hanya untuk melaksanakan hukuman namun bertugas untuk mengembalikan orang-orang yang diajatuhi pidana ke dalam

3Data jumlah tahanan bulan Juni 2016,sistem database pemasyarakatan pada http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/ monthly/kanwil/db5c8f20-6bd1-1bd1-ae4c-313134333039 yang diakses tanggal 6 Juni Pukul 08:43 WIB

4Wawancara Detik.com dengan Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA LP Cipinang, Andika

Dwi Prasetya, Artikel bertajuk “Rehabilitasi 700 Napi LPCipinangterkendala anggaran dan SDM”,

http://www.bapanasnews.info/2016/05/rehabili tasi-700-napi-lp-cipinang.html

masyarakat. Lebih jauh Lembaga Pemasyarakatan saat ini haruslah menjadi media terapi mental, sosial dan medis untuk narapidana narkotika agar menjadi pribadi yang disiplin, dekat dengan Tuhan dan bertanggung jawab.

Berdasarkan latar belakang telah diuraikan, maka penulis hendak melakukan penelitian dengan yang hasilnya akan dijadikan skripsi dengan

judul “Peran Lembaga Pemasyarakatan

dalam Rehabilitasi terhadap Narapidana Narkotika (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Cipinang Jakarta)”.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka yag menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana peran Lembaga

Pemasyarakatan kelas II A Cipinang dalam merehabilitasi terhadap Narapidana Narkotika? 2. Apa faktor penghambat Lembaga

Pemasyarakatan dalam Rehabilitasi terhadap Narapidana Narkotika?

C. Metode Penelitian

(3)

juga dilakukan melalui studi pustaka, dan studi lapangan. Pengolahan data dengan cara editing dan menguraikan hasil penelitian secara sistematis sehingga memperoleh arti dan kesimpulan untuk menjawab permasalahan tersebut.

II. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Peran Lembaga Pemasyarakatan dalam Rehabilitasi Narapidana Narkotika

Peran adalah suatu sistem kaidah- kaidah yang berisikan patokan-patokan kelakuan, pada kedudukan tertentu di dalam masyarakat, kedudukan mana yang dapat dimiliki pribadi ataupun kelompok-kelompok pribadi berperannya pemegang peranan tersebut, dapat sesuai atau mungkin berlawanan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah-kaidah. Peran Lembaga Pemasyarakatan sebagai lembaga pembinaan, dan posisinya dalam konteks sistem peradilan pidana, lembaga ini sangat strategis dalam merealisasikan tujuan akhir dari sistem peradilan pidana, yaitu resosialisasi dan rehabilitasi pelanggar hukum, bahkan sampai kepada penanggulangan kejahatan.

Berdasarkan Pasal 54 dan 103 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika disebutkan bahwa bagi

pengguna narkotika wajib menjalani rehabilitasi, hal ini mengandung arti pemerintah maupun masyarakat wajib untuk melaksanakan pengelolaan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna

narkoba. Pelaksanaan program

rehabilitasi yang dilakukan di

Lembaga Pemasyarakatan maupun rumah Tahanan, pelaksanaannya di sesuaikan dengan pembinaan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.02-PK.04.10 tanggal 10 April 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana dan Tahanan.

Pada bagian kedua Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika bunyi pasal 54 menyatakan bahwa : Pecandu Narkotika dan Pecandu penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Implementasi dalam pasal 54, yakni mewajibkan rehabilitasi yang diperuntukan terhadap pecandu dan pecandu dari penyalahgunaan narkotika yang ketergantungan dengan narkotika terutama golongan I dan di dalam pasal 56 dimaksudkan mengenai tempat yang diperuntukan sebagai tempat rehabilitasi medis dan sosial, yang menyatakan bahwa

Pasal 56

(1) Rehabilitasi medis pecandu Narkotika dilakukan dirumah sakit yang ditunjuk oleh menteri.

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan menteri.

Penjelasan pasal 56 adalah sebagai berikut :

Ayat (1)

(4)

kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita yang bersangkutan.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “instansi

pemerintah” misalnya lembaga

pemasyarakatan Narkotika dan pemerintah daerah.

Dari penjelasan diatas sudah jelas

bahwa Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Klas IIA Jakarta menjadi salah satu instansi pemerintah yang dapat memberikan rehabilitasi medis maupun sosial kepada pecandu atau

pecandu akibat penyalahgunaan

narkotika sesuai dengan norma atau kaidah-kaidah tertentu dan pemerintah

maupun masyarakat wajib

melaksanakan pengelolaan terapi dan

rehabilitasi bagi penyalahguna

narkotika. Secara institusional lembaga pemasyarakatan sebagai wadah dalam melaksanakan pembinaan narapidana, memberikan bimbingan terapi dan

rehabilitasi, melakukan bimbingan

sosial, melakukan pemeliharaan

keamanan dan melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden Sanusi Husin mengemukakan, bahwa Lembaga Pemasyarakatan adalah sebagai instansi terakhir dalam sistem peradilan pidana yang berfungsi sebagai lembaga pembina yang mempunyai dua peran yaitu secara instutisional lembaga pemasyarakatan sebagai wadah dan secara fungsional lembaga pemasyarakatan sebagai agen. Selanjutnya Sanusi Husin mengatakan bahwa peran ideal Lemabaga Pemasyarakatan sebagai sebuah lembaga dalam rangka untuk mewujudkan tujuan sistem peradilan pidana berupa resosialisasi dan rehabilitasi pelanggar hukum,

pencegahan dan penanggulangan kejahatan dan kesejahteraan masyarakat, harus memenuhi tiga hal yaitu : Profesionalisme dalam hal petugas atau aparat penegak hukum, sesuai dengan aturan hukum, dan berorientasi pada kehidupan. Ketiga hal tersebut tertuju pada aparat penegak hukum, khususnya petugas lembaga pemasyarakatan karena petugas lembaga pemasyarakatan merupakan berkewajiban yang menjalankan suatu aturan undang-undang untuk memperbaiki para penyalahgunaan narkotika dan mewujudkan tercapainya resosialisasi dan rehabilitasi.

Program rehabilitasi yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta merupakan implementasi dari kebijakan yang dibuat pemerintah dalam upaya pecandu narkotika diharapkan agar dapat membuat mereka kembali sehat, produktif, terbebas dari perbuatan kriminal, dan terhindar dari ketergantungan terhadap narkotika, serta suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegerasikan pecandu narkotika ke dalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan penyalahgunaan narkotika.5 Adapun penanganan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta bagi narapidana atau tahanan kasus narkoba khususnya pengguna dilakukannya program pembinaan terapi rehabilitasi medis maupun sosial yang mengacu pada empat tahap pembinaan (tahap 1/3, tahap 1/3-1/2, tahap 1/2-2½ tahap 2/3 CMB, PB).

5

(5)

Sebelum mendapatkan program rehabilitasi terpadu di Lembaga Pemasyaraktan Narkotika Jakarta harus melewati pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan atau biasa yang disebut dengan MAPENALING. MAPENALING adalah masa pengamatan, pengenalan, dan penelitian dimana merupakan salah satu program pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan baru dengan tujuan agar dapat memahami tata tertib, hak, dan kewajiban serta larangan.

Program ini merupakan pembinaan tahap awal dari proses pemasyarakatan yang merupakan dasar dari program pembinaan kepribadian sampai pada tahap program integrasi. Setelah melalui masa MAPENALING, narapidana mulai diarahkan untuk mengikuti program pembinaan yang ada seperti rehabilitasi terpadu, program keterampilan maupun kursus-kursus, tetapi pada tahap inti dari rehabilitasi adalah pada tahap setelah mapenaling karena pada tahap lanjutan dari mapenaling itu sendiri langsung dilakukannya tindakan rehabilitasi yang sesuai pada masing-masing individu wargabinaan.

B. Faktor-Faktor Penghambat Lembaga Pemasyarakatan dalam Merehabilitasi Narapidana Narkotika

Persoalan efektifitas hukum mempunyai hubungan yang erat dengan persoalan peranan, pekalsanaan dan penegakan hukum dalam masyarakat demi tercapainya tujuan hukum. Artinya hukum benar-benar berlaku secara filososfis, yuridis

dan sosiologis. Untuk membahas ketidakefektifan hukum, ada baiknya juga memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu penerapan hukum

Faktor penghambat lainnya menurut hasil wawancara dengan Muhammad Haidar Fikri selaku pengelola pembinaan intelektual, mengatakan

bahwa “penentangan narapidana untuk

ikut direhabilitasi dengan alasan mereka tidak mau dikekang serta sarana saja yang masih kurang

memadai”.

Faktor penghambat tersebut adalah faktor-faktor yang sifatnya klasik yang hampir terjadi dan menjadi masalah di setiap Lembaga Pemasyarakatan yang ada di Indonesia pada umumnya. Karena semakin banyaknya faktor yang menjadi penghambat dalam merehabilitasi narapidana mengakibatkan tidak maksimalnya hasil rehab yang dirasakan oleh narapidana itu sendiri dan penilitian masyarakat yang pada akhirnya tidak tercapainya tujuan sistem peradilan pidana.

Faktor-faktor yang menghambat Lembaga Pemasyarakatan dalam merehabilitasi narapidana, adalah Faktor Undang-Undang, Faktor Penegak Hukum dan Faktor Masyarakat. Faktor-faktor yang paling

menghambat Lembaga

(6)

Klas IIA Jakarta dibandingkan dengan narapidana penyalahgunaan narkotika dan kualitas petugas sebagai komponen manusia yang menangani pembinanaan narapidana serta belum mencukupinya tenaga dokter atau media, kriminologi, psikologi, psikiater, pekerja sosial dalam lembaga pemasyarakatan.

III. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Peran Lemabaga Pemasyarakatan dalam rehabilitasi terhadap narapidana narkotika yaitu dengan memberikan program terapi dan pelatihan berupa :

a) Dalam Pasal 54 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa bagi Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, hal ini mengandung arti pemerintah maupun masyarakat wajib melaksanakan pengelolaan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika. Secara institusional lembaga pemasyarakatan sebagai wadah dalam melaksanakan pembinaan narapidana, memberikan bimbingan terapi dan rehabilitasi, melakukan bimbingan sosial, melakukan pemeliharaan keamanan dan melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.

b) Lembaga pemasyarakatan sebagai institusi yang menggerakan perubahan perilaku para narapidana,

termasuk didalamnya melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki perilaku narapidana, agar resosialisasi dan rehabilitasi narapidana itu dapat berhasil tercapai, maka lembaga pemasyarakatan bekerjasama dengan keluarga narapidana itu sendiri dan instansi pemerintah yang dianggap berkompeten dibidangnya untuk membantu rehabilitasi di dalam lembaga pemasyarakatan.

c) Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta sudah cukup baik menjalakan program-program dalam hal rehabilitasi. Namun pada praktiknya, peran Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta masih belum dapat dikatakan maksimal. Banyak peran-peran yang luput atau tidak sesuai dengan peraturan yang ada dan juga petugas yang ada pada Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta masih membutuhkan petugas-petugas yang berkualitas dalam berbagai bidang agar terlaksananya program yang ada pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jakarta. 2. Hambatan-hambatan yang dialami oleh Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta dalam merehabilitasi narapidana narkotika yaitu kurangnya kemauan narapidana untuk mengikuti program pembinaan yang ada dalam lembaga pemasyarakatan, kurangnya kuantitas dan kualitas petugas lembaga pemasyarakatan, serta masih adanya

oknum petugas lembaga

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Literatur :

Adami Chazawi, Pelaksanaan Hukum Pidana Bagian I, PT Raja Grafindo Persada, 2002

Arief Barda Nawawi, Beberapa aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan Hukum Pidana, Jakarta 1998

CST Kansil. Pengantar Ilmu hukum dan tata hukum Indonesia. Jakarta PN Balai Pustaka, 1979

Gosita Arief, Masalah Korban Kejahatan, Buana Ilmu

Populer, Bandung 2004

Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana

Indonesia, Edisi Kedua Sinar

Grafika, Jakarta , 2008

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta 1993

Purnomo Bambang, Pelaksanaan

Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakatan, Liberti Djogjakarta, 2006

Internet :

Artikel “Rehabilitasi 700 Napi LP

Cipinang terkendala anggaran

dan SDM”, di

http://www.bapanasnews.info/20 16/05/rehabilitasi-700-napi-lp-cipinang.html

I Wayan Suardana, “Urgensi Vonis

Rehabilitasi Terhadap Napza di

Indonesia”,availablein

http://gendovara.com/urgensi- vonis-rehabilitasi-terhadap-korban-napza-di-indonesia/htm

Lampung Post ”hukum dan Ham ”LP dan Rutan overcapacity” , Sabtu,

28 November 2009

Lina Haryati, “Tahap-tahap Pemulihan

Pecandu Narkotika”, available in

http://dedihumas.bnn.go.id/read/sec tion/artikel/2012/08/24/514/tahap-

(8)

PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Klas IIA Jakarta)

(Jurnal)

Oleh:

ANASARACH DEA DELINDA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(9)

PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Klas IIA Jakarta)

Oleh

Anasarach Dea Delinda, Diah Gustiniati, Damanhuri WN (Email: anasarachdea@gmail.com)

Abstrak

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan mengatur bahwa Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Lapas sebagai instansi terakhir dalam sistem peradilan pidana yang tugasnya sebagai lembaga pembina, posisinya sangat strategis dalam merealisasikan dan rehabilitasi pelaku tindak pidana sampai pada pencegahan kejahatan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana peranan Lapas dalam rehabilitasi terhadap narapidana narkotika dan apa faktor-faktor penghambat Lapas dalam merehabilitasi narapidana narkotika.

Penelitian menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, yaitu pendekatan yang di dasarkan pada peraturan perundang-undangan, teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan penulisan penelitian berupa asas-asas, nilai-nilai, serta dilakukan dengan mengadakan penelitian lapangan, yaitu dengan fakta-fakta yang ada dalam praktek dan mengenai pelaksanaannya berupa persepsi cara kerja dan lain-lain. Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data lapangan dan data kepustakaan. Jenis data meliputi data primer dan data sekunder.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta dalam rehabilitasi terhadap narapidana adalah memberikan program terapi dan pelatihan berupa: (a) Terapi rehabilitasi sosial: Program Criminon, Program Therapeutic Community (TC), Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), dan Theraphy Complementer. (b) Layanan rehabilitasi medis: Program penanggulangan HIV/AIDS, Program penanggulangan TB, Program penanggulangan ISPA, dan Program Terapi Rumatan Metadon. (c) After care pembinaan kepribadian: Pesantren terpadu, sekolah alkitab, PKMB, komputer, pramuka, santri, vihara, gereja, dan olah raga. Akan tetapi peran Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarata tersebut belum tergarap secara total, karena adanya berbagai hambatan, yaitu: (a) hambatan internal berupa keterbatasan petugas, sarana dan prasarana, kemauan narapidana untuk mengikuti rehabilitasi; (b) hambatan eksternal terdapatnya ketidakseimbangan tugas di antara subsistem, sikap acuh keluarga narapidana dan proses pembinaan dalam interaksi masyarakat.

(10)

meningkatkan Kualitas petugas lembaga pemasyarakatan melalui peningkatan pendidikan dan latihan atau melalui work shop agar mampu meningkatkan pelayanan pembuatan rehabilitasi yang berhasil dalam memberikan kepentingan terbaik bagi narapidana, dan lebih mendukung serta menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan agar tercapainya optimalisasi pemberian rehabilitasi terhadap narapidana.

(11)

THE REHABILITATION ROLE OF THE CORRECTIONAL INSTITUTION TO

NARCOTICS PRISONERS

Anasarach Dea Delinda, Diah Gustiniati, Damanhuri WN (Email: anasarachdea@gmail.com)

Abstract

Article 1 paragraph 3 Act No. 12 of 1995 on Correctional, regulates that the Correctional Institution is a place to provide founding for the prisoners and the correctional protégé. Correctional Institution as the final institution in the criminal justice system and as a founder institution has a very strategic position to do realization and rehabilitation up to the crime prevention for the offender. The issues in this research are how is the role of correctional institution in providing rehabilitation for the narcotics prisoners and what kind of obstacles that hamper the correctional institution in providing rehabilitation for the narcotics prisoners.

This research is using normative-juridical and empiric-juridical approach that based on the legislation, theories, and some concepts that related to writing research such as principles, values, and done by conducting a field research with some facts that exist in the practice and about the implementation is in the form perception of the works and others. Based on the source, the data consists field data and literature data. The type of the data includes primary data and secondary data.

Based on the survey results, revealed that the role of the Narcotics Correctional Institution Class IIA Jakarta (Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta) in rehabilitating prisoners is to provide therapy program and training in the form of: (a) Social Rehabilitation Theory: Program Criminon, Program Therapeutic Community (TC),

Kelompok Dukungan Sosial (KDS), and Therapy Complementer; (b) Medical Rehabilitation

Services: Program Penanggulangan HIV/ AIDS, Program Penanggulangan TB, Program Penanggulangan ISPA, and Program Terapi Rumatan Metadon; (c) After Care Personality

(12)

Vihara, Gereja, and Olah Raga. But, that role of the Narcotics Correctional Institution

Class IIA Jakarta (Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta) has not been totally explored, because there is some obstacles, scilicet: (a) internal hurdles such as limited officer, facilities and infrastructure, willingness of the prisoners to participate in rehabilitation; (b) external hurdles such as unbalanced assignment between the sub-systems, indifference prisoners families, and development process in the society interaction.

Suggestions for Narcotics Correctional Institution Class IIA Jakarta (Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta) are to improve the quality numbers of correctional institution officer in order to improve the service to the prisoners in terms of social rehabilitation and medical rehabilitation, improving the quality of correctional institutional officer by improving the education and training or by holding a workshop, so it can escalate its performance on holding a rehabilitation which can succeed in giving best interest to the prisoners, and giving more supports and provides some facilities and infrastructures that needed to reach the optimization in providing the rehabilitation for the prisoners.

Referensi

Dokumen terkait

 Nilai MV yang didapatkan kemudian digunakan untuk mengatur pulsa input motor DC yang akan mengatur kecepatan motor DC. User Interface GUI

Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman1. Pengertian lain dari

Cara penggunaannya yaitu dengan memasukkan data yang sesuai dengan bukti transaksi, seperti tanggal keterangan jurnal dan transaksi, kode rekening yang terkait yang berada di

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Dega

cualquier tipo de búsqueda asociada a la obtención de documentos legales en los cuales el cliente. no aporte los datos requeridos para

baku makanan di Spoon Dining Kitchen Hotel Grand Aston City Hall Medan. Sebagai referensi bagi kepentingan ilmu pengetahuan

Gambar Unit-Unit Peleyanan Di Kantor Camat Medan Baru... Lemari Tempat

H terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas layanan (X) terhadap loyalitas nasabah (Z). Tingkat signifikan α yang