1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak setiap warga untuk dapat merasakan pendidikan baik
kelas menengah maupun kelas atas, negara wajib memberikan fasilitas terhadap
warganya untuk mendapatkan akses pendidikan. Pendidikan merupakan modal utama
dalam mewujudkan sebuah wibawa bangsa terutama dalam kanca internasional. Sistem
pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang dapat mengimplementasikan serta
melaksanakan pendidikan secara merata di seluruh wilayah Indonesia sehingga dapat
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Praktik sistem pendidikan di Indonesia, ada pro-kontra dalam memberikan
penilaian terhadap kemajuan serta keberhasilan pendidikan Indonesia baik dari segi
infrasturktus, sarana prasarana, kualitas guru, gaji guru, serta anggaran untuk pendidikan,
yang pro menilai pendidikan di Indonesia telah mengalami kemajuan sejak era reformasi
yang telah memiliki standar pendidikan nasional yang tentu dapat menjadikan nantinya
bangsa Indonesia menjadi negara maju, sedangkan masyarakat yang kontra memandang
bahwa pendidikan di Indonesia tidak memiliki kemajuan apa-apa baik dari segi
infrastruktur maupun kualitas pendidikan itu sendiri terutama dalam hal kebijakan
pemerintah tentang pelaksanaan Ujian Nasional. Dalam konteks pelaksanaan Ujian
Nasional pemerintah telah mengeluarkan sebuah regulasi hukum sebagai payung hukum
atas pelaksanaan Ujian nasional yakni Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013
2 Ujian Nasional telah banyak menyisahkan persoalan secara sistematis terhadap
para siswa baik tingkat SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat baik secara
psikologi, tekanan batin dan juga akses fasilitas sarana pendidikan hampir tidak merata
di seluruh wilayah Indonesia terutama sekolah-sekolah yang ada di pelosok-pelosok
desa, dan tentunya berbeda dengan akses pendidikan yang ada di sekolah perkotaan.
beberapa contoh kasus pelaksanaan Ujian Nasional yang terungkap di media massa di
antaranya :
1. Kasus contekan massal pada saat ujian nasional, hal ini terjadi di SDN 2 Gadel
Surabaya Jawa Timur, yang di laporkan oleh orang tua murid Siami.1
2. Kasus siswa gantung diri karena ujian nasional Fanny Wijaya (16), siswa SMP
PGRI Pondok Petir, Kota Depok Jawa Barat karena takut tidak akan lulus ujian
nasional (UN).2
3. Kasus guru melakukan kecurangan pada saat Ujian Nasional dengan
menginditimasi murid pintar untuk memberikan/berbagi jawaban kepada murdi
lainnya hal ini terjadi di SDN Pesanggarahan Jakarta, yang dilaporkan orang tua
murid Irma.
4. Kasus ketika Ujian Nasional sudah dilaksanakan, pihak sekolah meminta kepada
para pengawas, bahwa amplop lembar jawaban akan dilem diruangan kepala
sekolah. Kepala sekolah pun sudah mempesiapkan beberapa guru yang akan
menghapus jawaban salah pada lembar jawaban milik peserta didiknya, dan
menggantinya dengan jawaban yang benar.
1
Suaraislam.http://www.suaraislam.com/read/2011/07/05/1864739/guru-terlibat-kecurangan-un. di akses 09 Juli 2013
3 5. Kasus pada saat pelaksanaan Ujian Nasional di mana pembagian lembar soal
dan jawaban tidak merata di seluruh sekolah-sekolah Indonesia hal ini
disebabkan karna keterlambatan distribusi oleh pemerintah pusat.
Dari contoh kasus Ujian Nasional tersebut, substansi dalam amanah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah
diselewengkan oleh pemerintah ditambah keluarnya regulasi Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 2013 tentang Standarisasi Pendidikan Nasional menambah keyakinan
bahwa pemerintah nampak kurang serius dalam menata sistem pendidikan Indonesia
yang lebih baik sebagaimana yang di amanahkan oleh pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jelas bukan Ujian Nasional yang dibutuhkan oleh pendidikan Indonesia saat ini.
Ujian Nasional itu instrumen untuk mengukur hasil pendidikan Indonesia secara nasional
yang memang sangat tidak adil jika dipakai sebagai standar kelulusan yang disamakan
antara Jakarta dan Papua. Bagaimana mungkin Papua yang masih menghadapi masalah
buta huruf diwajibkan memiliki standar kelulusan yang sama dengan Jakarta? Bagaimana
mungkin kinerja sekolah di pelosok Indonesia yang gedungnya mau roboh dan gurunya
sangat kurang dan jarang datang, tak punya buku, peserta didik masih belum lancar
membaca diminta bisa bersaing dengan sekolah di Jakarta? Semestinya Ujian Nasional
pertama-tama dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja pemerintah (dalam hal
ini dinas pendidikan) di daerah seluruh Indonesia dalam menyelenggarakan pendidikan,
jadi bukan untuk mengukur kinerja siswa dulu. Menurut Jamaluddin siswa hanya
4 pendidikan itu sendiri, siswalah yang harus menerima resiko jika pelayanan pendidikan
di daerah buruk.3
Mengingat kebijakan Ujian Nasional di Indonesia sudah berlangsung lama sejak
1965 hingga lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, maka seharusnya pemerintah meninjau kembali atas kebijakan
Ujian Nasional dan mengubah reorientasi atas penyelenggaraan Ujian Nasional yang di
mana selama ini Ujian Nasional dijadikan ukuran kelulusan peserta didik ditiap jenjang
pendidikan baik tingkat SMP/sederajat maupun SMA/sederajat.
Meskipun banyak kelompok masyarakat baik LSM, komunitas guru, serta para
pengamat pendidikan dengan sangat tegas menolak kebijakan pelaksanaan Ujian
Nasionaldiselenggarakan oleh pemerintah dengan dalil bahwa Ujian Nasional merupakan
suatu ketentuan yang harus dilaksanakan untuk melihat kualitas pendidikan Indonesia.
Oleh sebab itu kelompok masyarakat yang menolak akan kebijakan pemerintah terhadap
pelaksanaan Ujian Nasional yang dianggap bertentangan dengan kehendak masyarakat
dan lebih banyak merugikan masyarakat dari pada kebaikan itu sendiri, meskipun pihak
masyarakat (yang menolak) dengan pemerintah telah beberapa kali melakukan
pertemuan /diskusi guna untuk menyampaikan aspirasi masyarakat berkenaan Ujian
Nasional, namun hasilnya pemerintah tetap bersikeras tetap melaksanakan Ujian
Nasional tanpa mendengarkan aspirasi masyarakat sebagai pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan penyelenggaraan Ujian Nasional hingga akhirnya pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 Tentang Standarisasi Pendidikan
Nasional sebagai regulasi pemerintah dalam melaksanakan ujian nasional tahun 2013.
Dengan bersikukuhnya pemerintah mengeluarkan kebijakan pelaksanaan Ujian
Nasional tidak membuat masyarakat diam dalam mengawal Ujian Nasional hingga
3Jamaluddin.2008. Kebijakan Ujian Nasional (Analisi Kritis).Jakarta. Jurnal PPS Uninus. Volume 2 Nomor 2.
5 akhirnya masyarakat mengajukan sebuah gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
hingga proses kasasi di Mahkamah Agung, permohonan kasasi yang diajukan oleh pihak
pemohon kasasi ditolak oleh Mahkamah Agung dengan kata lain putusan Mahkamah
Agung membenarkan atas putusan Pengadilan Negeri (tingkat pertama), Mahkamah
Agung dengan mengeluarkan putusan nomor : 2596 K/PDT/2008 tentang Ujian
Nasional.
Sejak keluarnya putusan Mahkamah Agung tentang Ujian Nasional pemerintah
tidak mengindahkan putusan Mahkamah Agung sebagai pertimbangan hukum terhadap
pemerintah sebelum mengeluarkan kebijakan penyelenggaran Ujian Nasional meskipun
pemerintah sempat akan melakukan upaya hukum luar biasa yakni Peninjaun Kembali
(PK).
Pemerintah lewat Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Republik
Indonesia menyelenggarakan konvensi Ujian Nasional yang berlangsung selama dua hari
yakni 26 – 27 September 2013 di Jakarta. Konvensi Ujian Nasional diselenggarakan
untuk mencari model penyelenggaraan Ujian Nasional yang berkualitas. Tentunya
konvensi ini dihadiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penyelenggaraan
Ujian Nasional mulai dari perwakilan kelompok guru / kepala sekolah swasta, Lembaga
Swadaya Masyarakat (Federasi Serikat Guru Independen, Persatuan Guru Indonesia)
yang peduli terhadap pendidikan, dewan pendidikan, komite sekolah, hingga para
perwakilan dinas pendidika provensi serta pengamat pendidikan. Konvensi Ujian
Nasional yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tidak membahas apakah penyelenggaraan Ujian Nasional tetap dilaksanakan
atau tidak sebagaimana putusana Mahkamah Agung, akan tetapi membahas tentang
6 Dalam ketentuan hukum, putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap (incracht)
suatu peradilan maka dalam ketentuannya pihak yang kalah harus mematuhi putusan
tersebut yang dimana dalam hal ini pihak Pengadilan Negeri atas kewenangannya dapat
melakukan eksekusi atas putusan tersebut dengan memanggil pihak yang kalah dalam hal
ini pihak tergugat (pemerintah), hal ini sebagaimana di jabarkan dalam pasal 195 ayat (1)
HIR sebagai berikut :“Hal menjalankan keputusan pengadilan negeri, pada perkara
tingkat pertama diperiksa oleh pengadilan negeri, adalah atas perintah dan dengan
pimpinan ketua pengadilan negeri yang pada tingkat pertama memeriksa perkara itu,
menurut cara yang di atur dalam pasal selanjutnya.”4
Dalam prakteknya dilapangan pihak pengadilan negeri Jakarta Pusat sudah
memberikan peringatan (Aanmaning) kepada 4 pihak tergugat yakni Presiden, Wakil
Presiden, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan kepala Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) untuk melaksanakan putusan pengadilan. Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat melalui penetapannya melalui Penetapan No. 114/2011.Eks , pemerintahterkesan
tidak peduli terhadap putusan tersebut.
Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia yang akan dilaksanakan tahun 2014 cacat hukum sebab
Mahkamah Agung telah mengeluarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor :
2569K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional, Putusan ini menguatkan putusan sebelumnya
yakni Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dan Putusan Negeri Jakarta Pusat. Dalam
Putusan Mahkamah Agung ditegaskan bahwa menolak permohonan Kasasi yang
diajukan oleh pihak pemohon kasasi yang sebelumnya sebagai pihak tergugat.
Ditolaknya permohonan kasasi yang diajukan oleh pihak tergugat (pemerintah) maka
secara yuridis yang berlaku adalah putusan pengadilan tingkat pertama yakni Pengadilan
4
7 Negeri Jakarta Pusat. Dalam Putusannya menyatakan bahwa pemerintah sebelum
mengeluarkan kebijakan penyelenggaran Ujian Nasional terlebih dahulu meingkatkan
kualitas guru, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, akses informasi yang lengkap
diseluruh daerah se-Indonesia. Selain Putusan Mahkamah Agung, pemerintah juga telah
melanggar pasal 58 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dengan tegas mengatur bahwa : “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan
oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan”.5
Dalam kehidupan bernegara, salah satu hal yang harus di tegakkan adalah
berjalan setiap ketentuan hukum yang ada baik masyarakat biasa termasuk pemerintah
itu sendiri. Maka penulis melihat ada sesuatu yang salah terhadap hukum di Indonesia
yang dimana sebuah produk hukum /putusan setingkat Mahkamah Agung yang
merupakan induk dari pada peradilan di Indonesia pemerintah tidak melaksanakan
putusan yang di keluarkan oleh Mahkamah Agung terkait kebijakan Ujian Nasional. Hal
ini dapat dikatakan bahwa pemerintah telah memberikan contoh yang tidak baik terhadap
masyarakat Indonesia dalam mentaati suatu putusan hukum, hal ini dalam merendahkan
kewibawaan hukum itu sendiri dalam menegakkan supremasi hukum di Indonesia.
Melihat kondisi yang demikian, penulis merasa perlu untuk melakukan kajian
lebih lanjut berkaitan dengan putusan Mahkamah Agung Nomor: 2596K/PDT/2008
Tentang Ujian Nasional. Sehingga penulis mengambil judul tulisan “ANALISA
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 2596 K/PDT/2008 TENTANG
UJIAN NASIONAL”
5
8
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Akibat Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2596 K/PDT/2008
tentang Ujian Nasional terhadap pelaksanaan Ujian Nasional?
2. Bagimana Akibat yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2596 K/PDT/2008
tentang Ujian Nasional yang tidak dilaksanakan oleh pihak Pemohon Kasasi
(Pemerintah)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami / mengetahui akibat yuridis putusan Mahkamah Agung Nomor :
2596 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional terhadap pelaksanaan Ujian Nasional.
2. Untuk memahami / mengetahui akibat yuridis putusan Mahkamah Agung Nomor :
2596 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional Yang Tidak dilaksanakan oleh pihak
Pemohon Kasasi (Pemerintah).
D. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Penulisan Hukum ini adalah :
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan meningkatkan sifat kritis dalam menanggapi
masalah-masalah Putusan Ujian Nasional dan untuk persyaratan mengajukan
gelar kesarjanaan 1 (satu) di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Malang.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi berkenaan dengan penjelasan dan petunjuk tentang
akibat hukum terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 2569/K/PDT/2008
9 c. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia) untuk dapat melaksanakan Putusan Mahkamah
Agung Nomor 2569/K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional
2. Kegunaan Penulisan Hukum ini adalah :
Untuk menambah penelaahan ilmiah yang dapat dipergunakan dan dimanfaatkan di
dalam upaya pengembangan ilmu hukum terutama berkaitan dengan Putusan
Pengadilan.
E. Metode Penelitian.
Dalam suatu penelitian, untuk mencapai hasil yang optimal maka diperlukan
metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan pokok permasalahan yang menjadi topik
penelitian. Adapun metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Metode Pendekatan.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis,
yang artinya melakukan penelitian hukum kepustakaan (Library Research).
Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka hal ini di
namakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.6 Pendekatan Yuridis digunakansebagai rujukan dalam mengkaji dan menganalisa
putusan Mahakamah Agung nomor : 2596K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional
putusan Pengadilan Tinggi nomor 377/PDT/2007/PT.DKI, putusan Pengadilan
Negeri nomor 228/Pdt.G/2006/PN.JKT.PST.
6
10 2. Jenis bahan hukum penelitian.
Dikarenakan jenis penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis maka untuk itu bahan
dasar penelitian ini adalah bahan hukum sekunder yaitu bahan yang diperoleh dari
bahan pustaka. Adapun jenis-jenis bahan yang dipakai sebagai bahan penelitian
adalah sebagai berikut :
a. Bahan Hukum Primer, adalah bahan hukum yang berupa peraturan hukum yang
terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim. Dalam penulisan ini bahan
hukum primer antara lain Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003, Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2013 Tentang Standarisasi Pendidikan
Nasional, dan putusan Mahkamah Agung Nomor : 2596K/PDT/2008 Tentang
Ujian Nasional
b. Bahan Hukum sekunder, adalah bahan yang dapat memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer seperti buku-buku, makalah, jurnal, hasil
penelitian, artikel atau pun blog di internet yang berkaitan dengan permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini sebagai bahan penunjang dalam
menganalisis hasil-hasil kajian yuridis.
c. Bahan Hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder ; contohnya adalah
kamus, ensiklopedi, indeks kumulatif, dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum :
a. Studi Kepustakaan : merupakan teknik pengumpulan bahan hukum dengan cara
menelaah atau mempelajari buku-buku, jurnal, hasil penelitian, media (baik
11 teori-teori, pendapat para ahli/pengamat, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan permaslahan yang diteliti.
b. Dokumentasi : merupakan teknik pengumpulan peraturan-peraturan atau
regulasi yang masih berlaku dan berbagai sumber pustaka yang serta arsip yang
berhubungan dengan penelitian ini.
4. Analisa Bahan Hukum
Dari bahan hukum yang telah terkumpul nantinya akan dianalisis dengan
pendekatan yuridis dengan kerangka berfikir secara sistematis. Kemudian untuk
mempertajam analisis dilakukan analisaisi (content analysis) yaitu analisa mendalam
dan kritis terhadap aturan hukum yang berkaitan dengan topik yang diangkat
maupun dari literature-literatur yang diperoleh sehingga penulisan hokum ini
terarah sesuai dengan tujuan studi analisis yang dimaksud dan analisa komparatif
berbagai perundang-undangan yang berkenaandengan putusan Mahkamah Agung.
Dan analisis juga menggunakan metode interpretasi hokum dengan menggunakan
metode interpretasi historis yaitu penafsiran hokum menurut sejarah terbentuknya
putusan tersebut. Analisa bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif, yakni memaparkan bahan hukum yang paling relevan, baik bahan hukum
primer maupun bahan hukum sekunder, untuk mendapatkan kesimpulan dari
12
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang yang berisi tentang
dasar pemikiran pengambilan judul skripsi seperti halnya yang
dipaparkan oleh penulis. Permasalahan, berisi tentang titik-titik
masalah hukum yang akan dibahas oleh penulis dalam penulisan
hokum ini. Tujuan penulisan, berisi tentang tujuan penulisan
hokum ini. Manfaat penulisan, berisi tentang manfaat penulisan
hokum ini bagi berbagai pihak mulai dari penulis sendiri sampai
pada kalangan praktisi dan masyarakat pada umunya. Metode
penelitian, berkaitan dengan metode yang akan dipakai untuk
penulisan hokum baik metode analisa maupun jenis bahan hukum
dan metode pengumpulan bahan hukum. Sistematika penulisan
merupakan kerangka dari penulisan hokum inin antinya.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisikan diskripsi atau uraian tentang
bahan-bahan teori, doktrin, atau pendapat sarjana dan kajian yuridis
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, yang terkait
langsung dan menjadi kerangka ilmiah permasalahan yang
menjadi obyek penulisan hokum yakni berisikan tentang tinjauan
umum mengenai Mahkamah Agung, tinjauan umum putusan
pengadilan, dan tinjauan mengenai eksekusi putusan, dan
13
BAB III : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian pembahasan permasalahan yang
diutarakan serta dianalisa secara teoritis-yuridis berkaitan dengan
permasalahan topik yaitu akibat hukum putusan Mahkamah
AgungNomor 2569/K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional dan
akibat hukum terhadap putusan Mahkamah Agung Nomor
2569/K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional yang tidak
dilaksanakan oleh pemohon kasasi (pemerintah)
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan
permasalahan yang dibahas dalam bab sebelumnya, dan saran
ANALISA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2569 K/PDT/2008 TENTANG UJIAN NASIONAL
PENULISAN HUKUM
Oleh :
FIRDAUS ABDULLAH
08400174
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS HUKUM
PENULISAN HUKUM
ANALISA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2569 K/PDT/2008
TENTANG UJIAN NASIONAL
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan
dalam bidang Ilmu Hukum
Oleh :
FIRDAUS ABDULLAH
08400174
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS HUKUM
MOTO
Yaa Allah Tuhan Rabbiku
Muhammad Junjunganku
Al Islam Agamaku
Muhammadiyah Gerakanku
Berilmu, beramal, dan berakhlak mulia
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi Rabbil`aalamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
Penulisan Tugas Akhir/Skripsi yang berjudul “KATEGORISASI PENERAPAN
DIVERSI DALAM TINDAK PIDANA DENGAN PELAKU ANAK DITINJAU DARI
ASAS NONDISKRIMINASI”, dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar kesarjanaan / Strata 1 (S1) dalam bidang Ilmu Hukum.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan
baik tanpa bantuan, bimbingan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada yang berjasa dalam
penyelesaian tugas penulisan skripsi, antara lain :
1. Keluarga penulis, khususnya Orang tua penulis Ibunda Nurhaedah Sanusi tercinta
yang tidak pernah mengenal kata lelah dalam membimbing penulis dalam menjalani
kehidupan ini, serta almarhum Ayahanda Abdullah yang sebelum menghembuskan
nafas terakhirnya berpesan agar kami anaknya disekolahkan setinggi-tingginya, serta
saudara-saudara penulis yang senantiasa mengingatkan penulis untuk fokus
menyelesaikan studi.
2. Bapak Dr. Sulardi SH., M.Si Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Malang sekaligus dosen pembimbing I, yang telah memberikan banyak waktu
diskusi yang menyenangkan dan bersahabat kepada penulis selama penulisan tugas
3. Ibu Catur Wido Haruni, SH., M.Si.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan masukan yang bermanfaat kepada Penulis untuk memperoleh hasil
penulisan yang baik.
4. Bapak Bayu Dwiwiddy Jatmiko, SH.,M.Hum selaku dosen wali yang senantiasa
memberikan arahan dan pencerahan kepada Penulis untuk studi dengan tepat waktu.
5. Adinda Nurul Annisa, yang tanpa lelah mengingatkan penulis untuk tetap semangat
menyelesaikan Tugas Akhir/Skripsi.
6. Sahabat-sahabatku baik di Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur dan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah Malang Raya yang telah bersedia untuk diskusi dengan
penulis seputar tema penulisan Tugas Akhir dan persoalan yang dihadapi bangsa
Indonesia.
Penulis sadar betul bahwa penulisan hukum ini tidaklah mungkin lepas dari
ketidaksempurnaan. Maka Penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif., dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi para pemerhati hukum dan aktifis pendidikan di Indonesia.
Nuun, Wal Qalami Wama Yasthuruun
Fastabiqul Khairat
Malang, 07 Februari 2014
DAFTAR ISI
Lembar sampul dalam……… i
Lembar Pengesahan………... ii
Surat PernyataanPenulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat . .………. iii
Motto………. iv
A.Posisi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 2569 K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional. . . 40
B.Akibat Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 2569 K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional Terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional. . . 43
1. Pemohon Kasasi (Pemerintah) tetap Melaksanakan Ujian Nasional. . . 50
2. Pelaksanaan Ujian Nasional Batal Demi Hukum (Nietig Van Recht Wege) . . . . . .. . . 53
C.Akibat Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 2569 K/PDT/2008 Tentang Ujian Nasional Tidak Dilaksanakan Oleh Pihak Pemohon Kasasi (Pemerintah).. . . 57
1. Pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung Oleh Pemohon Kasasi (Pemerintah). . . 57
b. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Pendidikan Indonesia. . . 61
c. Akses Informasi Yang Lengkap. . . 63
2. Pemerintah Telah Melakukan Perbuatan Melawan Hukum Pemerintah (Onrechtmatige Overheidsdaad). . . 64
BAB IV PENUTUP.………. 77
A.Kesimpulan………. 77
B.Saran……… 78
Daftar Pustaka ……….. 79
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Achmad Ali. 2012. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) : Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Jakarta. Prenada Media Group
Ahmad Rifai. 2011. Penemuan Hukum Oleh Hakim : Dalam ersfektif Hukum Progresif,
Jakarta. Sinar Grafika.
A. Mukti Arto. 2001. Konsepsi Ideal Mahkamah Agung. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Bambang Sutiyoso. 2005. Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan Kehakiman Di Indonesia. Yogyakarta. UII Pres.
Harun M. Husein. 1998. Kasasi Sebagai Upaya Hukum. Jakarta. Sinar Grafika.
Jimly Asshiddiqie. 2010. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta.Sinar Grafika. teknik penyusunan dan permasalahannya). Bandung. Citra Aditya Bakti.
---. 2009. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung. Citra Aditya.
Moh. Taufik Makarao. 2004. Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata. Jakarta. PT.Rineka Cipta.
Muhammad Djais. 2000. Pikiran Dasar Putusan Eksekusi. Semarang. Fak. Hukum Universitas Diponegoro
M. Yahya Harahap. 2008. Hukum Acara Perdata (tentang : Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan). Jakarta. Sinar Grafika.
---. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP : Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali.
Jakarta. Sinar Grafika
Pontang Moerad B.M. 2005. Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam Perkara Pidana. Bandung. PT.Alumni.
Satjipto Rahardjo. 2003. Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Indonesia. Jakarta. Kompas.
---. 2008. Membedah Hukum Progresif. Jakarta. Kompas.
Soepomo. 2000. Hukum Acara Perdata di Pengadilan Negeri. Jakarta. Pradya Paramita
Sophar Maru Hutagalung. 2010. Praktik Peradilan Perdata : Teknis Menangani Perkara di Pengadilan. Jakarta. Sinar Grafika
Sudikno Mertokusumo. 2002. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta. Liberty
Susanto. (et.al.,). 2005. Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek. Bandung. Mandar Maju.
Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis.Yogyakarta. Graha Ilmu
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum perdata
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung
Undang-Undang RI No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Putusan Mahkamah Agung No. 2569 K/PDT/2008 tentang Ujian Nasional
Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang Standar Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri No. 3 Tahun 2013 tentang Kelulusan Peserta Didik dari satuan Pendidikan dan Penyelenggaran Ujian Sekolah/ Madrasah/ Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional
Kamus
Kamus Hukum Belanda. 2008. Semarang. CV Aneka Ilmu
Jurnal
Makalah/Opini Media Massa
Dian Rosita, 2011, Sistem Peradilan Indonesia, disampaikan dalam seminar nasional
“poteret peradilan Indonesia pada tanggal 11 November 2011. BEM UI Jakarta.
Darmaningtyas,2013, Menggugat Konvensi Ujian Nasional. Koran Tempo. edisi 26 September 2013, Jakarta
Hafid Abbas. 2013. Misteri Pelaksanaan Sertifikasi Guru. kompas. edisi 12 Juni 2013. Jakarta
Ichsan Yasin Limpo. 2013.Reposisi UN. Republika. edisi 6 November 2013. Jakarta
Internet
Kompas.com.http://edukasi.kompas.com/read/2013/11/27/16335967/Konvensi.UN.Ini. Dia.27Poin.Hasil.Konvensi.Kompas.com.htm . diakses 29 September 2013
Kompas.comhttp://edukasi.kompas.com/read/2013/09/27/1334144/Ini.Dia.27.Poin.Hasi l.Konvensi.UN. diakses tanggal 06 Februari 2014
Kompas.com.http://edukasi.kompas.com/read/2013/06/12/11363332/Misteri.Pelaksanaa n.Sertifikasi.Guru. diakses tanggal 27 Januari 214
Merdeka.com. http://www.merdeka.com/read/2013/04/27/UN-dan-potret-muram-sistem-pendidikan-Indonesia.html Diakses tanggal 10 Januari 2014
Okezone. http://www.okezone.com/read/2013/05/23/1186254/komnas-anak-kawal-kasus- siswa-gantung-diri-karena-un. Di akses tanggal 10 Juli 2013
Suaraislam. http://www.suaraislam.com/read/2011/07/05/1864739/guru-terlibat-kecurangan-un. di akses 09 Juli 2013
Website. http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/guru. diakses tanggal 27 Januari 2014
Website.http://dindik.jatimprov.go.id/pusatdata/?p=program&idm=13. diakses tanggal 24 Januari
Website. http://www.kemendikbud.go.id/kemendikbud/guru. diakses tanggal 28 Januari 2014
KemenPP dan PA. 2011. “Anak Korban Kekerasan Dan Perlakuan Salah”,
(http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&Itemi d=116 diakses pada tanggal 25 Mei 2011)
Kompas. 2011. “LPSK Beri Izin Orang Tua Arumi Bachsin Temui Anaknya”,
(http://entertainment.kompas.com/read/2011/03/03/12084397/LPSK.Beri.Izin.Or tu.Arumi.Bachsin.Temui.Anaknya diakses pada tanggal 29 Juli 2011)
Republika. 2010. “Kekerasan Terhadap Anak Semakin Meningkat”,
INDEX
konvensi Ujian Nasional· 58, 62
S
sarana dan prasarana· 8, 59, 70, 71, 76, 77, 78, 80, 81, 91, 96
Sertifikasi guru,· 74
Sistem pendidikan· 1, 12
U
Ujian Nasional· 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 70, 71, 76, 78, 81, 82, 83, 84, 86, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96
Undang-Undang· 1, 3, 4, 8, 12, 17, 18, 20, 21, 23, 29, 30, 31, 38, 45, 47, 48, 49, 50, 52, 54, 55, 56, 60, 61, 62, 65, 67, 68, 69, 71, 72, 84, 90, 93, 94, 95
Y
yuridis· 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 24, 50, 65, 67, 68, 70, 82, 90, 94, 95