• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS KEWAJIBAN NADZIR DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PENGELOLAAN HARTA BENDA WAKAF ( Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS KEWAJIBAN NADZIR DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PENGELOLAAN HARTA BENDA WAKAF ( Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan )"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS KEWAJIBAN NADZIR DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PENGELOLAAN HARTA BENDA WAKAF

( Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan )

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD HALIM FAIZ NIM. 08120006

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)

EFEKTIFITAS KEWAJIBAN NADZIR DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PENGELOLAAN HARTA BENDA WAKAF

( Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan )

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Oleh :

AHMAD HALIM FAIZ NIM. 08120006

FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN SYARI’AH

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIFITAS KEWAJIBAN NADZIR DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PENGELOLAAN HARTA BENDA WAKAF

( Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan )

Skripsi

Disusun dan diajukan oleh: AHAMAD HALIM FAIZ

08120006

Telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dilakukan ujian skripsi

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Dipertahankan di Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammasiyah Malang, dan diterima untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Pada tanggal: 4 Mei 2013

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Penguji I : Drs. Muhammad Sarif, M.Ag ( )

2. Penguji II : Drs. Muhammad Munir, MA ( )

3. Penguji III : Dr. Moh Nurhakim, M.Ag ( )

4. Penguji IV : Idaul Hasanah, S. Ag. M.HI. ( )

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Agama Islam,

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji kami haturkan kepada Tuhan semesta alam, dengan kasih sayang dan keridhoan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dengan judul :”EFEKTIFITAS KEWAJIBAN NADZIR DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PENGELOLAAN HARTA BENDA WAKAF”. (Studi Kasus di Kantor

Urusan Agama Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan).

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi Akhir zaman dengan segala ketulusan, dan perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya Dinul Islam. Dengan tersusunya skripsi ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. Muhadjir Effendy, M.AP selaku rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Drs.Sunarto, S.Ag., M.Ag selaku Dekan Fakultas Agama Islam dan, terimakasih atas segala ilmu dan motivasi yang sudah diberikan kepada penulis. 3. Bapak Drs. M. Sarif, M.Ag selaku pembimbing I dan Bapak Drs. M. Munir, MA selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan teliti dalam membimbingi. Terima kasih sudah meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya. Dan penulis mohon maaf apabila selama bimbingan ada yang tidak berkenan dalam hati.

(6)

penulis, sehingga dapat menjadi bekal penulis dalam menjajaki kehidupan selanjutnya.

5. Ayah tercinta (Moh. Helma Sueb), serta bunda (Siti Naimul Faizah) terhebat yang telah memberikan dukungan baik moriil maupun spirituil, dan luapan cinta

kasih sayang serta untaian do’a yang tulus, yang telah memotivasi penulis

menyelesaikan skripsi ini. Serta Kakakku tercinta ( Amalia Iffah Jihana) tetap semangat dan jangan pernah berhenti untuk menggapai kesuksesan.

6. Keluarga Besar di rumah yang telah mendukung penuh terhadap terselesaikannya skripsi ini.

7. Teman-teman satu angkatan “syari’ah 08” (Rijal, Nuhrom, Boges, Irvan Hamid, Halif, Nur, Isna, Afifah, dan seluruh sahabat penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas segala kebersamaan yang selama ini kita lalui bersama, mudah-mudahan kita dapat bertemu kembali dengan kondisi yang lebih menyenangkan.

Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikannya. Apapun yang dilakukan dengan ketulusan, akan selalu terkenang dalam hati dan tak akan lupa selamanya. Semoga karya sederhana ini mampu menggugah inspirasi untuk pembacanya. Dan penulis mohon maaf atas segala kekurangan karena apa yang tertulis dalam karya ilmiah ini, masih amat jauh dari sempurna.

Malang, 16 April 2013 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR COVER/SAMPUL DALAM... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xii

(8)
(9)
(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara

2. Data Jumlah Tanah Wakaf Menurut Bidang Luas Dan Jenis Penggunannya Di KUA Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan

3. Data Personalia/ Struktur Organisasi KUA Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan

4. Salinan Akta Wakaf

5. Surat Pengesahan Nadzir Perorangan

6. Surat Keterangan Kepala Desa Tentang Perwakafan Tanah Milik 7. Ikrar Wakaf

8. Akta Ikrar Wakaf 9. SK Bimbingan Skripsi

10.Lembar Surat Tugas Pembimbing Skripsi 11.Kartu Kendali Bimbingan Skripsi

12.Lembar Berita Seminar Proposal Skripsi 13.Lembar Presensi Seminar Proposal Skripsi

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djamali, 1992, Hukum Islam (Asas-asas, Hukum Islam I, Hukum Islam II), Bandung : Penerbit Mandar Maju.

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhori, 1403, Al Jami’u As Shahih, Kairo :

Al Mathba’ah As Salafiyah.. Vol. ii

Achmad Djunaidi, et al, 2006, Menuju Era Wakaf Produktif Sebuah Upaya Progresif Untuk Kesejahteraan Umat, Cetakan Ketiga, Mitra Abadi Press :

Jakarta.

Adijani al-Alabij, 1992, Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan Praktek, Cet. Kedua, Jakarta : CV Rajawali Pers.

Ahmad Rofiq, 2004, Fiqh Kontekstual : Dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, Cet I, Diterbitkan atas Kerjasama Pustaka Pelajar

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Op. Cit, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

Bahder Johan Nasution, et al. Op. Cit,

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006, Panduan Penberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam.

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.

(13)

Husaini Usman, et al, 1991, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Bumi Aksara, Cet. Ke-I.

Joko P. Subagyo, 1991, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta,

Koentjoningrat, 1997, Metode-metode Penelitian masyarakat, Jakarta : PT. Gramedia.

M. Sularno, 2008, Dinamika Hukum Islam bidang keluarga di Indonesia, Al-Mawarid Edisi XVII.

Mohammad Daud Ali, 1988, Sistem Ekonomi Islam : zakat dan wakaf, Cet. Pertama, Jakarta Penerbit Universitas Indonesia.

Murtadha Muthahhari et, al, 1993 Pengantar Ushul Fiqh dan Ushul Fiqh Perbandingan, Jakarta : Pustaka Hidayah.

Sumadi Suryabrata, 1992, Metodologi Penelitian,Jakarta, Rajawali Pers (cet. VII). Sumardi Suryabrata, 1998, Metodologi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo.

Sutrisno Hadi, 1990, Metode Reseach, Yogyakarta : Yayasan Penerbit Psikologi UGM, Cet. Ke-I.

Winarno Surahmad, 1972, Dasar dan Teknik Research, Bandung : CV. Tarsito. Zainab, (2009, November), Pendaftaran Tanah Wakaf Kaitannya Terhadap

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Wakaf merupakan perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Wakaf pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau menerima hibah wasiat berupa 7 (tujuh) bidang tanah kebun kurma dari seorang Yahudi yang masuk Islam bernama Mukhairiq. Kemudian ketujuh bidang tanah tersebut beliau ikrarkan menjadi tanah wakaf. Perbuatan Rasulullah tersebut diikuti oleh para sahabat, tabiin dan tabiin-tabiin hingga saat ini. Dalam perkembangannya terutama di negara-negara Muslim ternyata harta benda wakaf sangat banyak, karena itu maka perlu dikelola oleh satu kementerian. Sepanjang sejarahnya wakaf banyak memberi manfaat tidak saja manfaat ukhrawi juga duniawi seperti manfaat dalam pemberdayaan umat di bidang sosial, ekonomi, budaya pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya1.

Dasar adanya (dorongan) memberi wakaf adalah hadits Rosulullah SAW, sebagai berikut:

1

(15)

2 Dari Ibnu 'Umar, bahwa 'Umar mempunyai sebidang tanah di Khaibar. Lalu dia berkata

(kepada Rasulullah Saw.), "Wahai Rasulullah, aku mempunyai sebidang tanah di

Khaibar yang sepanjang hidup aku tidak pernah memperoleh harta yang lebih berharga

darinya. Apa saran Anda?" Beliau Saw. bersabda, "Bila engkau mau, maka engkau bisa

menahan tanah itu (untuk tetap menjadi milikmu), lalu engkau bersedekah dengan

hasilnya." Kemudian 'Umar bersedekah dengan hasil tanah itu, sementara tanah itu

tidak dijual, dihadiahkan, ataupun diwariskan. (Sedekah itu) diberikan kepada

orang-orang miskin, kerabat, hamba sahaya, tamu, dan ibnu sabîl. Dan bagi orang-orang yang

mengurusi tanah itu diperbolehkan untuk mengambil sebagian dari hasil tanah itu secara

wajar, tanpa menjadikannya sebagai hak milik. (HR. Jama'ah.)2

2

(16)

3 Sejak datangnya islam, wakaf telah dilaksanakan berdasarkan paham yang di

anut oleh sebagian masyarakat Islam Indonesia, yaitu paham syafi’iyah dan adat

setempat. Pola pelaksanaan wakaf sebelum adanya UU No. 5 tahun 1960 tentang : Peraturan dasar pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 tentang : Perwakafan Tanah Milik, masyarakat Islam Indonesia masih menggunakan kebiasaan-kebiasaan keagamaan, seperti kebiasaan melakukan perbuatan hokum perwakafan tanah secara lisan atas dasar saling percaya kepada seseorang atau lembaga tertentu, kebiasaan memandang wakaf sebagai amal shaleh yang mempunyai nilai mulia di hadirat Tuhan semata yang siapa saja tidak akan berani mengganggu gugat tanpa seizin Allah. Paham masyarakat Indonesia tersebut terlihat sangat mudah untuk saling mempercayai antar individu, sehingga menimbulkan persengketaan karena tidak ada bukti yang kuat untuk menunjukkan bahwa benda- benda bersangkutan telah diwakafkan3.

Adapun pemeliharaan wakaf di serahkan kepada Nadzir. Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan wakaf tersebut. Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 pasal 1 ayat (4) tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

3

(17)

4 Walaupun para mujtahid tidak menjadikan nadzir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat bahwa wakif harus menunjuk nadzir wakaf. Pengangkatan nadzir wakaf ini bertujuan agar harta wakaf tetap terjaga dan terurus, sehingga harta wakaf itu tidak sia-sia. Mengingat salah satu tujuan wakaf adalah menjadikannya sebagai sumber dana yang produktif, tentu memerlukan nadzir yang mampu melaksanakan tugas- tugass secara professional dan bertanggung jawab.4 Sedemikian pentingannya kedudukan nadzir dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya harta wakaf sangat bergantung pada nadzir wakaf. Meskipun demikian tidak berarti bahwa nadzir mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang diamanahkan kepadanya.

Wakaf di Indonesia lebih diteknkan pada persoalan perwakafan tanah. Ini bukan berarti bahwa wakaf selain tanah tidak diakui, tetapi pengaturan ini mengingat tanah sebagai benda berharga yang banyak menimbulkan persoalan dlam masyarakat, apabila tanah sebagai benda tidk bergerak yang tahan lama dn memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Memang ini menjadi kendala sekaligus tantngan bagi nadzir dan prospek perwakfan secara umum. Kalau kita sudah bisa mengatasi masalah ini sebenarnya terbuka peluang yang cukup besar untuk mengelola tanah- tanah wakaf yang tersedia di lingkungan umat islam. Tentu saja tidak cukup sekedar menyegarkan kembali pemahaman umat Islam tntang wakaf itu sendiri, tapi yang penting dan mendesak adalah bagaimana SDM perwakafan mampu mengelola, mengembangkan,

4

(18)

5 mendistribusikan dn menjaga agar wakaf tetap mempunyai manfaat bagi kesejahteraan umat Islam dan umat lain pada umumnya5.

Nadzir dalam melakukan tugasnya berkewajiban mengurus dan bertanggung jawab atass kekayaan wakaf serta hasilnya dan pelaksanaan perwakafan sesuai dengan tujuannya menurut ktentuan- ketentuan yang telah diatur oleh Menteri agama. Nadzir berkewajiban membuat laporan secara berkala yang berisi tentang semua hal- hal yang berhubungan dengan tanggug jawabnya sebagai nadzir, laporan itu disampaikannya kepad kepala KUA stempat, tembusannya dikirim kepada Majelis Ulama Kecamatan serta Camat setempat.6

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaporan pengelolaan wakaf di Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan. Sehingga, dalam skripsi ini penulis akan mengambil judul :

EFEKTIFITAS KEWAJIBAN NADZIR DAN PROBLEMATIKANYA

DALAM PENGELOLAAN HARTA BENDA WAKAF”. (Studi Kasus di Kantor

Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan). B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektifitas kewajiban nadzir dalam pengelolaan harta benda wakaf di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan?

5

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Panduan Penberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. 2006. Hlm . 74

6

(19)

6 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas nadzir dalam pengelolaan harta benda wakaf di Kantor Urusan Agama kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas kewajiban nadzir dalam pengelolaan harta benda wakaf di Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi efektifitas nadzir dalam pengelolaan harta benda wakaf di kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

Bagi Fakultas Agama Islam Jurusan syariah Universitas Muhammadiyah Malang, agar penulisan ini dapat dijadikan bahan refrensi dalam rangka untuk memperkaya khasanah kepustakaan mahasiswa, atau dapat digunakan sebagai acuan untuk penulisan dan pembahasan lebih lanjut yang lebih luas dan lebih kritis khususnya di bidang Hukum Islam dan Hukum Positif tentang sistem perwakafan di Indonesia.

2. Secara praktis

(20)

7 memahami dan mengerti tentang bagaimana hukum Islam dan hukum positif memandang sist.m perwakafan di Indonesia.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan jawaban atas persoalan yang terjadi dikalangan masyarakat luas yang mana berkaitan dengan sistem perwakafan di Indonesia.

E. Metode Penelitian

Metode adalah rumusan cara-cara tertentu secara sistematis yang diperlukan dalam bahasa ilmiah, untuk itu agar pembahasan menjadi terarah, sistematis dan obyektif, maka digunakan metode ilmiah.7 Untuk penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode antara lain :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang meneliti obyek di lapangan untuk mendapatkan data dan gambaran yang jelas dan konkrit tentang hal- hal yang berhubungan dengan permasalahan yang di teliti.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan penelitian ini, di dapat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.8 Dalam penelitian ini yang diteliti adalah tentang tidak adanya pelaporan pengelolaan wakaf oleh nadzir kepada KUA yang terjadi di Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan.

2. Sumber Data

7

Sutrisno Hadi, Metode Reseach, Yogyakarta : Yayasan Penerbit Psikologi UGM, Cet. Ke-I, 1990, hlm. 4

8

(21)

8 Ada dua bentuk sumber data dalam penelitian ini yang akan dijadikan penulis sebagai pusat informasi pendukung data yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber data tersebut adalah:

a. Data Primer

Jenis data primer adalah data yang pokok yang berkaitan dan diperoleh secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber data primer adalah sumber data yang memberikan data penelitian secara langsung.9 Data yang diambil penulis dalam skripsi ini adalah data mengenai permasalahan tidak adanya pelaporan pengelolaan wakaf oleh nadzir di KUA Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan.

b.Data Sekunder

Jenis data sekunder adalah jenis data yang dapat dijadikan sebagai pendukung data pokok, atau dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang mampu atau dapat memberikan informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.10 Maksudnya data ini diperoleh dari beberapa media antara lain adalah dokumen-dokumen yang ada yang berkaitan dengan wakaf terutama mengenai masalah tidak adanya pelaporan pengelolaan wakaf oleh nadzir di KUA Kecamatan Pucuk

Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 1991, hlm. 87-88

10

(22)

9 Metode observasi adalah suatu bentuk penelitian dimana manusia menyelidiki, mengamati terhadap obyek yang diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung.11 Observasi ini dilakukan di KUA Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan.

Dalam hal ini yang di observasi adalah mengenai masalah perwakafan yang ada di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan, yang lebih lanjut diaplikasikan tentang tidak adanya pelaporan pengelolaan wakaf oleh nadzir kepada KUA Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan.

b. Wawancara atau Interview

Interview adalah suatu metode penelitian untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut.12 Dalam hal ini peneliti menggunakan metode wawancara guna mengumpulkan data secara lisan kepada pejabat KUA yang menangani masalah wakaf dan dari 5 nadzir yang tidak melaporkan pengelolaan wakafnya kepada KUA di Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan, dan para pihak terkait.

c. Dokumentasi

11

Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Research, Bandung : CV. Tarsito, 1972, hlm. 155

12

(23)

10 Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.13 Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan tidak adanya pelaporan pengelolaan wakaf oleh nadzir kepada KUA di Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan.

4. Metode Analisis Data

Sebagai tindak lanjut pengumpulan data, maka analisis data menjadi sangat signifikan untuk menuju penelitian ini dan dalam menganalisa data penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.14 Metode analisis deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan efektifitas dan problematika nadzir dalam pengelolaan harta benda wakaf di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian dan pengujian tersebut akan disimpulkan dalam bentuk deskripsi sebagai hasil pemecahan permasalahan yang ada.

F. Sistematika Penulisan

(24)

11 Bab I : Pendahuluan ini berisi latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian pustaka ini berisi tentang kajian tentang sebatas apa efektifitas kewajiban nadzir dalam pengelolaan harta benda wakaf dan faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas nadzir dalam pengelolaan harta benda wakaf.

Bab III : Hasil penelitian ini berisi analisis data yang berupa : gambaran lokasi penelitian, kewajiban nadzir dalam pengeloaan harta benda wakaf di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan, sejauh mana fungsi nadzir dalam pengelolaan harta benda wakaf.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka penyesuaian beban biaya operasional perusahaan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat, maka ketentuan besarnya tarif air minum pada Perusahaan Daerah

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan yaitu Inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel (model

Berdasarkan hasil analisis tentang perbandingan organoleptik dalam pengolahan kue dengan menggunakan bahan biasa dan bahan instant, maka dapat diambil beberapa kesimpulan: Aroma dari

Saksi telah memberikan keterangan di bawah sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut:Saksi adalah tetangga Penggugat;; Saksi kenal karena Tergugat adalah suami

Pada gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam dan semakin kuat jenis asam yang digunakan mengakibatkan kadar air gelatin dari tulang ikan

(hlm 218) Dengan berlakunya segala macam bentuk penyelewengan kuasa ini akan menyebabkan timbulnya rasa tidak puas hati di kalangan rakyat dan keadaan ini juga

Magyar szakos tanár (45-50 éves): „A gyerekek leginkább szórakozási céllal veszik kezükbe az új média technológiáit, és csak második vagy harmadik helyre szorul az