• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengaruh Sirkulasi Aliran Udara Terhadap Kondisi Termal Ruangan: Studi Kasus pada Ruko Jalan Cemara, Jalan Yos Sudarso, dan Jalan Setia Budi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pengaruh Sirkulasi Aliran Udara Terhadap Kondisi Termal Ruangan: Studi Kasus pada Ruko Jalan Cemara, Jalan Yos Sudarso, dan Jalan Setia Budi"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGARUH ORIENTASI BUKAAN SAMPING

PADA RUKO TERHADAP KONDISI TERMAL RUANGAN

STUDI KASUS PADA RUKO JALAN CEMARA, JALAN YOS SUDARSO, DAN JALAN SETIA JADI.

OLEH

ERICK CHANDRA

(090406023)

DOSEN PEMBIMBING:

IR. VINKI RACHMAN M.T.

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ABSTRAK

Kondisi termal merupakan salah satu kenyamanan bangunan yang harus dicapai

dalam suatu perancangan arsitektur. Kondisi termal dipengaruhi oleh banyak aspek,

yang salah satunya adalah sirkulasi udara dalam ruangan. Udara panas dan kotor dari

dalam ruangan yang tidak dapat tersirkulasi dengan baik dapat menyebabkan

ketidaknyamanan pengguna hingga mempengaruhi kesehatan pengguna ruangan.

Di era globalisasi sekarang ini, para klien menuntut rumah yang multifungsi,

dimana klien dapat tinggal dengan nyaman di rumah idamannya sekaligus dapat

melakukan kegiatan komersil di rumah itu juga. Tuntutan inilah yang membuat sebuah

rumah tinggal sekaligus bangunan komersil dirancang hingga diberi nama ruko (rumah

dan toko).

Bukaan pada bangunan ruko cenderung tipikal yaitu hanya ada pada depan dan

belakang bangunan dan untuk bangunan ruko paling samping dari sebuah ruko biasanya

memiliki bukaan samping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan ruko yang

memiliki bukaan samping tidak begitu berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban

dalam bangunan. Penelitian pada ruko jalan Setia Jadi (3 orientasi bukaan)

menunjukkan penurunan suhu jika dibandingkan dengan ruko pada jalan Krakatau dan

jalan Cemara (2 orientasi bukaan). Tetapi berdasarkan data penelitian, suhu dan

kelembaban pada bangunan ruko jalan Setia Jadi masih belum memenuhi standar SNI

dan ASHRAE.

(3)

ABSTRACT

Thermal comfort is one of the most vital aspects in an architecture design.

Thermal condition can be controlled by many things, such as the air circulation inside

the room. The heat and dirty air from inside the room which cannot circulate well, can

affect the users to be uncomfortable therefore the health of the users.

Nowadays, our clients demand an multifunction house, which the client can live

inside comfortably and can do business at the house as well. This demand drives an

architect to design a living house with a commercial part inside the house. This

mutlifunction housie is called ruko (rumah dan toko/house and shop).

The openings of ruko buildings are almost typical which is only available in the

front and back of the building dan usually for the side ruko building has a side opening.

The result of this research shows that ruko building which has side opening does not

really influence the temperature and humidity inside the building. The research in Setia

Jadi ruko (3 openings oriented) shows lower themperature than the Krakatau and

Cemara ruko (2 openings oriented). But based on the research data, the temperature and

humidity in the Setia Jadi ruko is still not reaching the standard of SNI and ASHRAE.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

STUDI PENGARUH SIRKULASI ALIRAN UDARA TERHADAP KONDISI TERMAL RUANGAN: Studi Kasus pada Ruko Jalan Cemara, Jalan Yos Sudarso, dan Jalan Setia Budi”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh

gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program studi Arsitektur

pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

demi kesempurnaan skripsi ini.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada

kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang

penulis hormati:

1. Bapak Ir. Vinki Rachman, M.T., selaku Dosen Pembimbing dan Ketua

Jurusan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Ir. Novrial, M.Eng., selaku Dosen Pembimbing dan Penguji di

Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Devin Defriza Harisdani, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing

dan Penguji di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak /Ibu dosen dan staff di lingkungan Departemen Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak

membantu penulis untuk dapat melaksanakan penulis dalam studi.

5. Teristimewa kepada Orang Tua penulis Mita Tjiong yang selalu

(5)

moril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

6. Terima kasih kepada kakak penulis, Debbie Candra yang telah

membantu penulis dalam segala kesulitan moril maupun materil dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Terima kasih kepada pemberi arti hidup penulis Era Victoria, dan

saudara penulis Waldes H. Wau yang selalu memberikan motivasi, dan

dukungan moril serta doa demi terselesainya skripsi ini.

8. Terima kasih kepada mama dari Ricky, Muliana dan mama dari Cherylin

Nathania, Ng Siaw Hong, yang juga selalu memberi motivasi, dukungan,

dan waktu kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Medan, 5 Juli 2014

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR GRAFIK ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang... 1

1.2. Permasalahan Penelitian ... 2

1.2.1. Identifikasi Masalah Penelitian ... 2

1.2.2. Pembatasan Masalah Penelitian ... 2

1.2.3. Rumusan Masalah Penelitian ... 3

1.3. Hipotesis Penelitian ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

1.6. Kerangka Berpikir... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Ventilasi ... 8

2.1.1. Definisi- Definisi Ventilasi ... 8

2.1.2. Fungsi Ventilasi ... 10

(7)

2.1.4. Hubungan Sistem Ventilasi dan Kesehatan ... 12

2.2. Ventilasi Ruangan ... 12

2.3. Kenyamanan dan Kualitas Udara Ruangan ... 14

2.4. Standar Kenyamanan Ruangan ... 18

2.4.1. Suhu Ruangan ... 18

2.4.2. Kelembaban Ruangan ... 18

2.4.3. Angin ... 18

2.4.4. Radiasi/Konduksi Panas ... 18

2.4.5. Kegiatan dalam Ruangan ... 19

2.4.6. Pakaian Pengguna ... 21

2.5. Kenyamanan Ruangan Efektif ... 23

2.6. Pengertian Udara... 23

2.6.1. Pembelokan Udara ... 24

2.6.2. Efek Bernoulli dan Tabung Venturi... 25

2.6.3. Ruangan Pengap ... 26

2.6.4. Perbedaan Besar Bukaan Ruangan ... 27

2.6.5. Single Sided-Ventilation dan Cross-Ventilation... 29

2.6.6. Penggambaran Aliran Udara ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Variabel Penelitian ... 32

3.3. Sampel ... 33

3.3.1. Jumlah Sampel ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

(8)

3.4.2. Data Sekunder ... 35

3.5. Kawasan Penelitian ... 35

3.5.1. Lokasi Penelitian... 35

3.5.2. Waktu Penelitian ... 35

3.6. Metode Analisa Data ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1. Deskripsi Lokasi ... 36

4.2. Pergerakan Aliran Udara ... 42

4.2.1. Gambaran Arah Aliran Angin... 43

4.2.1.1. Sirkulasi Udara dengan Pintu Terbuka ... 43

4.2.1.2. Sirkulasi Udara dengan Pintu Tertutup ... 51

4.3. Analisis Keadaan Termal Ruangan ... 59

4.3.1. Data Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan ... 61

4.3.1.1. Data Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan pada Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan ... 61

4.3.1.2. Data Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan pada Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan ... 63

(9)

4.3.2. Grafik Suhu dan Kelembaban Ruangan Ruko ... 66

4.3.3. Hasil Analisis Data Suhu dan Kelembaban

Ruangan ... 84

4.3.3.1. Rata-rata Harian Suhu dan

Kelembaban Ruangan ... 84

4.3.3.2. Persentase Penyimpangan Suhu dan

Kelembaban Pada Ruangan Ruko ... 89

4.3.3.3. Tabel Korelasi antara Persentase

Penyimpangan Kondisi Termal dan

Sirkulasi Udara ... 95

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

Tabel 2.1. Konsentrasi maksimal yang dapat ditolerir untuk beberapa

polusi udara dalam ruangan ... 15

Tabel 2.2. Laju emisi kalor yang dihasilkan pria dan wanita dewasa... 20

Tabel 2.3. Macam-macam baju dan isolasi termal baju tersebut ... 22

Tabel 4.1. Suhu dan Kelembaban Ruangan pada Ruko Jalan Yos

Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan... 62

Tabel 4.2. Suhu dan Kelembaban Ruangan Pada Ruko Jalan Cemara no.

1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan ... 63

Tabel 4.3. Suhu dan Kelembaban Ruangan Pada Ruko Jalan Cemara no.

1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan ... 65

Tabel 4.4. Tabel Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Ruangan pada Ruko

Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan ... 84

Tabel 4.5. Tabel Rata-Rata Suhu dan Kelembaban pada Ruko Jalan Yos

Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan... 86

Tabel 4.6. Tabel Rata-Rata Suhu dan Kelembaban pada Ruko Jalan

Setia Jadi no.7A, Medan ... 88

Tabel 4.7. Tabel Persentase Penyimpangan Suhu dan Kelembaban pada Ruangan di Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama

Militer, P. Brayan, Medan ... 90

Tabel 4.8. Tabel Persentase Penyimpangan Suhu dan Kelembaban pada Ruangan di Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan,

(11)

Tabel 4.9. Tabel Persentase Penyimpangan Suhu dan Kelembaban pada

Ruangan di Ruko Setia Jadi no. 7A, Medan ... 94

Tabel 4.10. Tabel Korelasi antara Persentase Penyimpangan Kondisi Termal dan Sirkulasi Udara pada Ruangan di Ruko Jalan

Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan ... 95

Tabel 4.11. Tabel Korelasi antara Persentase Penyimpangan Kondisi Termal dan Sirkulasi Udara pada Ruangan di Ruko Jalan Yos

Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan... 96

Tabel 4.12. Tabel Korelasi antara Persentase Penyimpangan Kondisi Termal dan Sirkulasi Udara pada Ruangan di Ruko Setia Jadi

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

Gambar 2.1. Pencapaian kualitas udara yang baik dan nyaman ... 17

Gambar 2.2. Pembelokan Udara ... 24

Gambar 2.3. Aliran Udara Mengambil Jalur Terpanjang ... 25

Gambar 2.4. Efek Bernoulli ... 25

Gambar 2.5. Tabung Venturi ... 26

Gambar 2.6. Analogi Botol pada Aliran Udara ... 27

Gambar 2.7. Aliran udara pada bukaan yang sama besar pada ruangan... 27

Gambar 2.8. Bukaan udara masuk yang lebih kecil ... 28

Gambar 2.9. Bukaan udara masuk yang lebih besar ... 28

Gambar 2.10. Cross-Ventilation dan Single Sided-Ventilation... 29

Gambar 2.11. Langkah-langkah penggambaran aliran udara pada ruangan... 31

Gambar 4.1. Peta Lokasi Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan ... 36

Gambar 4.2. Denah Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan ... 37

Gambar 4.3. Peta Lokasi Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan ... 38

Gambar 4.4. Denah Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan ... 39

(13)

Gambar 4.6. Denah Ruko Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A , Medan ... 41

Gambar 4.7. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 1 (kiri) dan Lantai 2 (kanan) Ruko Jalan Yos

Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan... 43

Gambar 4.8. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 3 Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan,

Medan ... 44

Gambar 4.9. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 1 (kiri) dan Lantai 2 (kanan) Ruko Jalan Cemara

no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan ... 46

Gambar 4.10. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 3 Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama

Militer, Pulo Brayan, Medan ... 47

Gambar 4.11. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 1 dan Lantai 2 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A,

Medan ... 49

Gambar 4.12. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada

Lantai 3 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan ... 50

Gambar 4.13. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup pada Lantai 1 (kiri) dan Lantai 2 (kanan) Ruko Jalan Yos

Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan... 51

Gambar 4.14. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup Lantai 3

(14)

Gambar 4.15. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup Lantai 1 (kiri) dan Lantai 2 (kanan) Ruko Jalan Cemara no. 1d,

Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan ... 54

Gambar 4.16. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup Lantai 3 Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo

Brayan, Medan ... 55

Gambar 4.17. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup Lantai 1

dan Lantai 2 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan ... 57

Gambar 4.18. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup Lantai 3

(15)

DAFTAR GRAFIK

No Judul Hal

Grafik 4.1. Suhu Ruangan Lantai 1 Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan

Asrama Militer, P. Brayan, Medan ... 66

Grafik 4.2. Suhu Ruangan Ruang Tamu Ruko Jalan Cemara no. 1D.

Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan... 66

Grafik 4.3. Suhu Ruangan Kamar Tidur 1 Ruko Jalan Cemara no. 1D.

Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan... 67

Grafik 4.4. Suhu Ruangan Kamar Tidur 2 Ruko Jalan Cemara no. 1D.

Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan... 67

Grafik 4.5. Suhu Ruang Keluarga Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan

Asrama Militer, P. Brayan, Medan ... 68

Grafik 4.6. Suhu Dapur Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama

Militer, P. Brayan, Medan ... 68

Grafik 4.7. Suhu Ruangan Lantai 1 Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, P.

(16)

Grafik 4.12. Suhu Dapur Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, P. Brayan,

Medan ... 71

Grafik 4.13. Suhu Lantai 1 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan ... 72

Grafik 4.14. Suhu Ruang Tamu Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan ... 72

Grafik 4.15. Suhu Kamar Tidur 1 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan ... 73

Grafik 4.16. Suhu Kamar Tidur 2 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan ... 73

Grafik 4.17. Suhu Ruang Keluarga Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan ... 74

Grafik 4.18. Suhu Dapur Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan ... 74

Grafik 4.19. Kelembaban Ruangan Lantai 1 Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan... 75

Grafik 4.20. Kelembaban Ruang Tamu Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan ... 75

Grafik 4.21. Kelembaban Kamar Tidur 1 Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan... 76

Grafik 4.22. Kelembaban Kamar Tidur 2 Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan... 76

Grafik 4.23. Kelembaban Ruang Keluarga Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan... 77

Grafik 4.24. Kelembaban Dapur Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan ... 77

Grafik 4.25. Kelembaban Ruangan Lantai 1 Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, P. Brayan, Medan... 78

(17)

Grafik 4.27. Kelembaban Kamar Tidur 1 Ruko Jalan Yos Sudarso no.

150, P. Brayan, Medan... 79

Grafik 4.28. Kelembaban Kamar Tidur 2 Ruko Jalan Yos Sudarso no.

150, P. Brayan, Medan... 79

Grafik 4.29. Kelembaban Ruang Keluarga Ruko Jalan Yos Sudarso no.

150, P. Brayan, Medan... 80

Grafik 4.30. Kelembaban Dapur Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, P.

Brayan, Medan. ... 80

Grafik 4.31. Kelembaban Lantai 1 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan ... 81

Grafik 4.32. Kelembaban Ruang Tamu Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A,

Medan ... 81

Grafik 4.33. Kelembaban Kamar Tidur 1 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A,

Medan ... 82

Grafik 4.34. Kelembaban Kamar Tidur 2 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A,

Medan ... 82

Grafik 4.35. Kelembaban Ruang Keluarga Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A,

Medan ... 83

(18)

ABSTRAK

Kondisi termal merupakan salah satu kenyamanan bangunan yang harus dicapai

dalam suatu perancangan arsitektur. Kondisi termal dipengaruhi oleh banyak aspek,

yang salah satunya adalah sirkulasi udara dalam ruangan. Udara panas dan kotor dari

dalam ruangan yang tidak dapat tersirkulasi dengan baik dapat menyebabkan

ketidaknyamanan pengguna hingga mempengaruhi kesehatan pengguna ruangan.

Di era globalisasi sekarang ini, para klien menuntut rumah yang multifungsi,

dimana klien dapat tinggal dengan nyaman di rumah idamannya sekaligus dapat

melakukan kegiatan komersil di rumah itu juga. Tuntutan inilah yang membuat sebuah

rumah tinggal sekaligus bangunan komersil dirancang hingga diberi nama ruko (rumah

dan toko).

Bukaan pada bangunan ruko cenderung tipikal yaitu hanya ada pada depan dan

belakang bangunan dan untuk bangunan ruko paling samping dari sebuah ruko biasanya

memiliki bukaan samping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan ruko yang

memiliki bukaan samping tidak begitu berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban

dalam bangunan. Penelitian pada ruko jalan Setia Jadi (3 orientasi bukaan)

menunjukkan penurunan suhu jika dibandingkan dengan ruko pada jalan Krakatau dan

jalan Cemara (2 orientasi bukaan). Tetapi berdasarkan data penelitian, suhu dan

kelembaban pada bangunan ruko jalan Setia Jadi masih belum memenuhi standar SNI

dan ASHRAE.

(19)

ABSTRACT

Thermal comfort is one of the most vital aspects in an architecture design.

Thermal condition can be controlled by many things, such as the air circulation inside

the room. The heat and dirty air from inside the room which cannot circulate well, can

affect the users to be uncomfortable therefore the health of the users.

Nowadays, our clients demand an multifunction house, which the client can live

inside comfortably and can do business at the house as well. This demand drives an

architect to design a living house with a commercial part inside the house. This

mutlifunction housie is called ruko (rumah dan toko/house and shop).

The openings of ruko buildings are almost typical which is only available in the

front and back of the building dan usually for the side ruko building has a side opening.

The result of this research shows that ruko building which has side opening does not

really influence the temperature and humidity inside the building. The research in Setia

Jadi ruko (3 openings oriented) shows lower themperature than the Krakatau and

Cemara ruko (2 openings oriented). But based on the research data, the temperature and

humidity in the Setia Jadi ruko is still not reaching the standard of SNI and ASHRAE.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi

yang baik dapat mempengaruhi aspek fungsi bangunan, penghematan energy,

psikologi pengguna, kesehatan pengguna, bahkan penghawaan suatu bangunan.

Ventilasi merupakan peran penting dalam memaksimalkan kualitas udara

dan kenyamanan thermal suatu bangunan. Untuk memenuhi aspek ini, ventilasi

berhubungan langsung dengan topic yang berkaitan dengan servis dan desain

bangunan. Sebagai contoh, kecukupan udara, emisi polusi yang dihasilkan dari

material, panas yang diterima dari sinar matahari, lampu dan perlengkapan

alat-alat elektronik, mempengaruhi kedua aspek ventilasi dan performa dari ventilasi

tersebut.

Latar belakang pemilihan topik permasalahan oleh penulis yang melihat

dan merasakan kurangnya sistem ventilasi yang kemudian mempengaruhi kualitas

udara dan penghawaan bangunan oleh pengguna. Kurangnya ventilasi udara dalam

suatu bangunan di kota Medan mungkin dipengaruhi oleh para arsitek yang lebih

(21)

1.2. Permasalahan Penelitian

1.2.1. Identifikasi Masalah Penelitian

Identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut.

• Kota Medan memiliki suhu udara yang lumayan tinggi, menurut

BMKG, suhu maksimal kota Medan mencapai 34 ºC.

• Letak bangunan ruko yang berdempetan, sehingga hanya

memungkinkan udara mengalir hanya lewat bagian depan dan

belakang bangunan.

• Ruko yang berbentuk memanjang, sehingga hanya memungkinkan

udara masuk dari satu sisi bangunan dan keluar pada sisi lainnya.

• Bukaan ventilasi berupa jendela pada bangunan ruko yang sangat

minim, adapula yang hanya berfungsi sebagai penghias bangunan.

1.2.2. Pembatasan Masalah Penelitian

Pembatasan permasalahan adalah:

• 3 kompleks ruko (Diambil 1 bangunan ruko mewakili barisan ruko

pada suatu kompleks ruko)

• Tipikal ruko adalah ruko yang berdempetan, hanya memiliki bukaan

di depan dan belakang, dengan kiri dan kanan bangunan ruko adalah

dinding pembatas dengan ruko lain. Tipikal ruko yang lain adalah

bangunan ruko yang memiliki bukaan di depan, belakang, dan kiri

atau kanan bangunan.

• Sirkulasi udara diteliti berdasarkan denah ruko.

• Ruangan yang diteliti memiliki kondisi dengan semua ventilasi

(22)

kondisi termal di dalam ruangan dibiarkan stabil hingga 30 menit

sebelum dilakukan peneltian.

• Ukuran bangunan ruko yang akan diteliti berkisar 4-5 meter x 15-18

meter.

• Rancangan bangunan ruko adalah rancangan baru, dengan umur

bangunan ruko yang berkisar sampai 5 tahun.

• Variabel kenyamanan termal yang dibahas adalah suhu dan

kelembaban.

• Ruangan yang diukur suhu dan kelembabannya adalah lantai 1 (yang

biasanya di ruko merupakan ruangan kosong untuk toko ataupun

untuk garasi mobil), ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur utama

(kamar tidur 1), kamar tidur 2 (kamar tidur anak), dan dapur.

1.2.3. Rumusan Permasalahan Penelitian

Rumusan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut.

• Apakah kondisi termal (suhu dan kelembaban) dalam ruangan ruko

memenuhi standar yang ditetapkan SNI dan ASHRAE?

• Bagaimana pergerakan aliran udara dalam bangunan ruko?

• Apakah bangunan ruko yang memiliki bukaan tambahan di samping

mempunyai fungsi yang signifikan dibandingkan dengan ruko yang

(23)

1.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mempelajari kajian tentang standar kenyamanan ternal pada ruangan

rumah tinggal.

2. Membuktikan apakah ruangan pada bangunan ruko standar berdasarkan

SNI dan ASHRAE.

3. Memberikan keluaran apakah bukaan tambahan berperan penting dalam

kondisi termal ruangan atau apakah tidak mempengaruhi sama sekali.

4. Memberi keluaran tentang seberapa besar pengaruh (efisiensi) kondisi

termal tambahan bukaan ruangan terhadap kondisi termal ruangan. Suhu dan kelembaban ruangan

ruko di bawah standar nyaman

termal SNI dan ASHRAE.

Dipengaruhi oleh kurangnya orientasi bukaan pada

ruko yang hanya berupa bukaan depan dan belakang.

Bukaan samping akan sangat mempengaruhi kondisi

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah:

• Memberi kontribusi dalam dunia arsitektur dalam merancang bangunan

ruko untuk memperhatikan sirkulasi udara pada ruangan yang

menyangkut kenyamanan pengguna secara kesehatan jasmani dan rohani.

• Bagaimana suatu ruangan dikatakan nyaman secara termal.

(25)

I.5. Kerangka Berpikir

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bangunan ruko yang berdempetan

2. Bukaan yang minim pada ruko

3. Panas yang tertahan dalam ruangan

LATAR BELAKANG

Ruko di kota Medan yang tidak nyaman

berdasarkan suhu dan kelembaban.

PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah kondisi termal (suhu

dan kelembaban) dalam ruangan

ruko memenuhi standar yang

ditetapkan SNI dan ASHRAE?

2. Bagaimana pergerakan aliran

udara dalam bangunan ruko?

3. Apakah bangunan ruko yang

memiliki bukaan tambahan di

samping mempunyai fungsi

yang signifikan dibandingkan

dengan ruko yang hanya

aliran udara yang buruk.

TUJUAN PENELITIAN

1. Membuat keluaran valid desain ruko tidak nyaman secara termal (suhu

dan kelembaban)

2. Membuat kesimpulan bahwa kondisi termal dipengaruhi langsung oleh

aliran udara yang buruk pada ruko yaitu kurangnya orientasi bukaan

METODOLOGI PENELITIAN

1. Applied/Practical Research – penelitian sistematis yang diharapkan

membuat keluaran-keluaran berupa pengetahuan yang dapat segera

digunakan untuk keperluan tertentu.

2. Kualitatif – penelitian yang didasarkan oleh variabel-variabel eksisting

yang diambil dari instrumen, yang kemudian disusun secara sistematis

(26)

INPUT

1. Data-data eksisting berupa variabel-variabel penelitian.

2. Tinjauan pustaka dan teori-teori tentang kenyamanan

ruangan berdasarkan suhu dan kelembaban.

3. Prinsip-prinsip penggambaran sirkulasi aliran udara.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ventilasi

Ventilasi sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan pengguna

bangunan. Ventilasi merupakan salah satu elemen penting dalam suatu bangunan

yang berguna untuk menggantikan udara kotor, yang berupa hasil metabolisme

pengguna, seperti keringat dan panas, dan panas yang dihasilkan oleh alat-alat

elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Ventilasi hanya merupakan salah

satu elemen yang digunakan untuk mengontrol sirkulasi udara di dalam ruangan,

ventilasi bukanlah elemen terpenting dalam hal tersebut.

Masuknya udara kotor ke dalam ruangan dapat merusak sistem ventilasi

udara di dalam ruangan tersebut. Desain ventilasi yang baik yang memfokuskan

ke masuk keluarnya udara secara bebas diperlukan untuk sistem ventilasi yang

hemat energy. Meminimalisir energi yang dipakai diperlukan untuk membuat

strategi sistem ventilasi yang optimal.

2.1.1. Definisi-Definisi Ventilasi

Definisi ventilasi dan aliran udara ke dalam dan keluar suatu

ruangan adalah:

Purpose provided (intentional) ventilation: ventilasi adalah proses dimana air ‘bersih’ masuk (biasanya udara dari luar) dimasukkan

secara sengaja ke dalam suatu ruangan dan menggantikan udara

kotor. Ventilasi dapat dibagi menjadi ventilasi alami dan ventilasi

(28)

Air infiltration and exfiltration: masuknya udara di suatu ruangan, tidak hanya melalui ventilasi yang disediakan bangunan. Udara bebas

dari luar juga dapat masuk melalui celah-celah udara ataupun

retakan-retakan pada dinding. Sebagai balasan, udara di dalam

ruangan juga pasti akan keluar setelah digantikan udara yang masuk

dari luar. Rata-rata, masuknya udara dari luar itu bergantung kepada

bentuk bangunan dan kekuatan angin dan temperatur yang disediakan

oleh alam. Ventilasi dan bukaan lainnya pada sebuah bangunan yang

menjadi salah satu desain utama dapat juga menjadi rute dari udara

yang mengalir ketika tekanan udara yang melalui bukaan didominasi

oleh kondisi cuaca, kemudian disusul oleh pengaruh secara mekanis

melalui alat-alat elektronik. Penyusupan udara ke dalam ruangan

tidak hanya menambaj kuantitas udara yang masuk ke dalam

bangunan tapi juga menggerakkan udara dalam ruangan sehingga

sirkulasi udara di dalam urangan hidup secara nyaman dan

berkualitas. Faktor-faktor seperti kelembaban udara dan suhu udara,

biasanya dilupakan dan tidak dianalisis oleh arsitek, padahal hal

tersebut merupakan salah satu hal penting dalam mendesain sistem

ventilasi dalam suatu bangunan. Sebagai konsekuensinya, sistem

ventilasi fungsinya sangat tidak maksimal, dapat dikatakan rendah,

termasuk boros pemakaian energi, kurangnya sirkulasi udara dalam

ruangan sehingga ruangan sangat panas/dingin dan secara drastis

mendukung panas yang dihasilkan oleh alat-alat elektronik.

(29)

penkondisian udara dingin maupun panas, dapat menjadi salah satu

faktor yang signifikan. Ketika, umumnya, udara di dalam pipa

melewati ruang-ruang yang udaranya tidak dikondisikan, hilangnya

energi dalam jumlah banyak tidak dapat dihindari. Menurut Modera

(1993), sebagai contoh, memperkirankan hampir 20% dari panas di

perumahan Amerika utara, pipa-pipa pemanas ruangannya dapat

bocor, sehingga udara panas yang dihasilkan oleh pemanas ruangan

yang hendak dialirkan ke dalam ruangan berkurang secara signifikan.

Udara-udara kotor dari luar juga dapat masuk melalui bocoran ini

jika pemanas ruangannya tidak hidup.

Resirkulasi Udara: resirkulasi udara sering dipakai di bangunan-bangunan komersil untuk menyediakan hawa panas dalam udara.

Resirkulasi udara biasanya disaring dengan penyaring debu, tapi

oksigen tidak disirkulasi dan pertukaran udara kotor dan udara bersih

tidak seimbang, sehingga resirkulasi udara bukanlah merupakan salah

satu pilihan ventilasi yang baik.

2.1.2. Fungsi Ventilasi

Ventilasi diperlukan untuk menyediakan oksigen ke dalam ruang,

untuk pertukaran udara di dalam ruang dan untuk menukar udara kotor

(udara polusi) yang termasuk di dalamnya karbon dioksida dan bau

ruangan. Ventilasi juga berfungsi untuk mempertahankan kualitas udara

yang baik dan sejuk di dalam ruangan dengan mengeluarkan udara-udara

kotor yang kemudian digantikan dengan udara bersih yang masuk dari

(30)

pendingin udara alami dan (biasanya di rumah-rumah) menyediakan

oksigen yang cukup. Sistem ventilasi yang baik berperan penting dalam

kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan.

Tujuan ventilasi dapat disimpulkan sebagai berikut.

• Menghilangkan emisi gas-gas polusi yang dihasilkan oleh

pengguna ataupun alat-alat pada ruangan, yaitu gas-gas berupa

bau yang dihasilkan oleh keringat pengguna, kentut (Amonia),

pernafasan (CO2), bau-bau taksedap lainnya.

• Menghilangkan uap air yang dapat meningkatkan kelembaban

ruangan dan membuat tidak nyaman bagi pengguna, seperti uap

masakan, uap pernafasan, uap air sewaktu mandi, dan uap air dari

penampungan seperti bak mandi, ember, dan sebagainya.

• Menghilangkan kalor yang berlebihan di ruangan yang membuat

ruangan panas dan tidak nyaman.

• Secara alami meningkatkan kenyamanan termal pada ruangan.

2.1.3. Hubungan Sistem Ventilasi dan Bau dalam Ruangan

Bau dalam ruangan merupakan salah satu udara “polusi” atau

sebagai indikasi ruangan tersebut ter-“polusi”. Bau di dalam ruangan ini

secara tidak langsung dapat membuat kesehatan pengguna ruangan

menurun, meskipun ini tidak terlalu berbahaya seperti udara beracun,

contohnya radon, karbon monoksida yang tidak kasat mata. Secara

umum, bau di dalam ruangan menyebabkan ketidaknyamanan, terutama

pada kantor-kantor atau rumah tinggal. Tingkat kesulitan dalam

(31)

tidak dapat diukur dengan menggunakan alat. Studi mengenai bau dan

cara mengontrolnya ditulis oleh Fanger (1988) yang mengatakan bahwa

satuan dari analisa bau itu adalah ‘Olf’. Olf adalah satuan bau yang

dikeluarkan secara rata-rata oleh manusia pada umumnya.

2.1.4. Hubungan Sistem Ventilasi dan Kesehatan

Sistem ventilasi yang buruk menandakan bahwa bangunan

tersebut tidak sehat. Miller (1992) menekankan pada peningkatan

konsentrasi udara yang mengandung bakteri jahat pada suatu ruangan

berhubungan dengan bukaan ventilasi yang menurun, dan Billington

(1982) telah menunjukkan hasil studi yang berupa peran ventilasi dalam

suatu ruangan, yang berhubungan langsung dengan kesehatan pengguna

dan mengurangi sebaran penyakit. Laporan studi Sundell (1994) dan

lainnya menunjukkan bahwa gejala-gejala suatu bangunan dikatakan

“sakit” berhubungan langsung dengan sistem ventilasinya.

2.2. Ventilasi Ruangan

Secara garis besarnya, ventilasi pada bangunan secara umum dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Ventilasi alami

Ventilasi alami adalah ventilasi yang berupa bukaan-bukaan permanen,

jendela, pintu, void, dan semua bukaan yang menghubungkan ruangan pada

ruangan lain ataupun langsung ke area luar.

Berdasarkan ASHRAE (1997), ventilasi alami ruangan diperlukan

(32)

bangunan rumah-toko (ruko) yang diklasifikasikan ke dalam kelas klasifikasi

jamak, dikarenakan luas bangunan lantai pertama telah melebihi 10% dari

fungsi bangunan kelas 1a sebagai rumah tinggal, maka ruko diklasifikasikan

dalam kelas 1a dan kelas 6. Karena itu, untuk lantai pertama yang

difungsikan sebagai komersil, ventilasi pada lantai satu tidak kurang dari

10% terhadap ruangan ini, dan diukur tidak lebih tinggi dari 3.6 meter di

atas lantai. Untuk lantai berikutnya yang berfungsi sebagai rumah tinggal,

standar sistem ventilasi tetap merujuk tidak kurang dari 5% dari luasan

lantai.

Ruangan-ruangan pada bangunan ruko yang mempunyai toilet/wc, tidak

boleh terbuka langsung menghadap:

• Dapur atau pantry,

• Ruang makan,

• Ruang kerja lebih dari satu orang.

Merancang sistem ventilasi alami harus diawali dengan menentukan

kebutuhan ventilasi udara yang sesuai dengan kebutuhan ruangan, dan

menentukan ventilasi gaya angin serta gaya termal yang akan diterapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya angin secara umum adalah

sebagai berikut:

• Kekuatan angin rata-rata yang berasal dari luar bangunan,

• Arah angin,

• Waktu harian, yang menyebabkan kekuatan angin dan arah angin

yang bervariasi,

• Waktu musim, yaitu musim panas dan musim dingin yang

(33)

• Hal-hal yang dapat menghambat laju angin seperti: pohon,

bangunan lainnya, dan lain-lain.

b. Ventilasi buatan

Ventilasi buatan adalah ventilasi yang menggunakan alat-alat elektronik,

seperti AC (Air Conditioner), cooling fan, dan sebagainya. Ventilasi alami

digunakan apabila sistem ventilasi alami tidak mencapai kenyamanan suatu

ruangan.

2. 3. Kenyamanan dan Kualitas Udara Ruangan

Ventilasi berperan penting dalam menjaga kualitas udara di dalam

ruangan dan suhu di dalam ruangan tersebut. Sayangnya, untuk mencapai

penggunaan energi yang optimal dan mengurangi polusi yang tidak diharapkan

di zona-zona area pemakaian ruangan, ventilasi harus dipertimbangkan sebagai

salah satu aspek yang penting dalam proses desain. Kualitas udara yang baik

merupakan kondisi udara di dalam ruangan dimana udara dalam ruangan bebas

polusi, termasuk polusi yang dapat menyebabkan iritasi, ketidaknyamanan atau

dapat membuat pengguna merasa tidak sehat.

Banyak jenis polusi-polusi yang ada di dalam ruangan yang kebanyakan

tidak dapat diukur karena rendahnya intensitas dan konsentrasi polusi tersebut,

dan tingkat polusi tersebut dapat dinyatakan tidak berbahaya. Beberapa polusi

udara yang rendah dapat ditolerir, karena tidak membuat pengguna merasa tidak

nyaman dan baunya tidak begitu tercium. Konsentrasi polusi yang tingginya,

normalnya lebih diterima di ruangan untuk jangka pendek daripada konsentrasi

(34)

Kualitas udara yang baik dalam hal polusi sangatlah subjektif dan

bergantung kepada situasi di mana ruangan tersebut berada. Contohnya, di

daerah industry, tingginya polusi berupa panas dan udara lebih dapat ditolerir

daripada jika polusi tersebut berada di dalam area kantor atau rumah. Revisi

ASHRAE Standard nomor 62 (1989) merekomendasikan konsentrasi

macam-macam jenis polusi dalam ruangan dapat disimpulkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1. Konsentrasi maksimal yang dapat ditolerir untuk beberapa polusi udara dalam ruangan.

* informasi berdasarkan proposal ASHRAE Standard nomor 62 (1996/1997) yang direvisi.

(Sumber: SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian

Udara Pada Bangunan Gedung)

Jenis-jenis kontaminasi Sumber polusi Tingkat polusi

Karbon Monoksida (CO)

Garasi parkir

Pembakaran pada mesin-mesin diesel 9 ppm

3 ppm di atas tingkat polusi outdoor

Formaldehyde (HCHO) Kayu perabot 120 mg/m3 (0,1 ppm)

Timbal (Pb)

Sebagai bahan tambahan bahan bakar minyak

Debu cat 1,5 mg/m3

Nitrogen Dioksida (NO2) Pembakaran pada

mesin-mesin

80% atau lebih

Bau ruangan

Jamur

Pengguna ruangan 100mg/m3

Ozon

(35)

Pada kenyataannya, lingkungan bebas polusi tak mungkin bisa dicapai.

Sebagai gantinya, pencapaian kualitas udara yang baik bergantung pada

pengendalian polusi tersebut yang berdasar pada pengendalian sumber polusi,

filtrasi, penutupan sumber polusi, dan ventilasi. Sangat berguna jika kita dapat

membedakan antara polusi-polusi yang tidak dapat dikendalikan dan polusi yang

(36)

SUMBER POLUSI OUTDOOR

Pengendalian Sumber Polusi

Filtrasi

Penutupan Sumber Polusi

Sistem Ventilasi

Gambar 2.1. Pencapaian kualitas udara yang baik dan nyaman. (Sumber: Guide to Energy Efficient Ventilation, 1996)

SUMBER POLUSI OUTDOOR SUMBER POLUSI INDOOR

PENGHILANG POLUSI

KUALITAS UDARA YANG BAIK DAN

(37)

2.4. Standar Kenyamanan Ruangan 2.4.1. Suhu Ruangan

Suhu ruangan sesuai dengan daerah tropis di Indonesia dapat

dibagi ke dalam 3 bagian:

• Sejuk nyaman, 20,5ºC sampai 22,8 ºC

• Nyaman optimal, 22,8 ºC sampai 25,8 ºC

• Hangat nyaman, 25,8 ºC sampai 27,1 ºC

Berdasarkan standar di atas, suhu suatu ruangan dikatakan

nyaman adalah berkisar di antara 20,5 ºC sampai dengan 27,1 ºC.

2.4.2. Kelembaban Udara

Kelembaban udara di daerah tropis untuk suatu ruangan

dikatakan nyaman adalah berada di antara 50% sampai 60% terhadap

kelembaban udara jenuh di ruangan tersebut.

2.4.3. Angin

Kenyamanan suatu ruangan yang mempunyai ventilasi alami

harus memperhatikan kondisi gerak angin yang tidak lebih besar dari

0.25 m/detik dan tidak lebih kecil dari 0.15 m/detik kea rah kepala

pengguna ruangan.

2.4.4. Radiasi/Konduksi Panas

Radiasi panas adalah termasuk radiasi panas matahari dari kaca

jendela, bukaan permanen pada ruangan, termasuk juga alat-alat yang

(38)

televisi, api kompor, dan sebagainya. Konduksi panas adalah termasuk

benda-benda yang dapat mengalirkan panas dari luar maupun dari dalam

ruangan, seperti dinding, atap, asbes, gypsum, dan sebagainya.

Suhu dalam ruangan harus tetap dikisarkan di antara 20.5 ºC

sampai dengan 27,1 ºC dengan memperhitungkan fungsi dari ventilasi

alami pada ruangan tersebut sehingga ruangan tetap mempertahankan

kenyamanannya.

2.4.5. Kegiatan dalam Ruangan

Kegiatan dalam ruangan menghasilkan emisi panas, dengan:

a. Sistem pengkondisian udara dihitung dari jumlah emisi kalor yang

dihasilkan oleh pengguna ruangan.

a. Tabel 2.3. menunjukkan emisi kalor yang dikeluarkan oleh wanita

dewasa dan pria dewasa rata-rata. Emisi kalor yang dikeluarkan

wanita dewasa adalah 80% dari pria dewasa dan anak-anak adalah

(39)

Tabel 2.2. Laju emisi kalor yang dihasilkan pria dan wanita dewasa. (Sumber: SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan

Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung)

Catatan :

a. Pada tabel di atas berdasarkan suhu udara kering 750ºF. Pada suhu

800ºF, total panas sama, dimana nilai kalor harus mendekati 20%.

Nilai kalor laten pada tabel di atas tetap ekivalen naik.

b. Tambahan kalor di atas, tetap didasarkan pada emisi kalor pria pada

umumnya, wanita dan anak-anak juga didasarkan pada tabel, dengan

rumus bahwa untuk wanita dewasa ditambah 85% dari pria, dan

anak-anak lebih tinggi 75% dari pria dewasa.

c. Tambahan kalor untuk tempat kerja seperti café adalah 60 Btu/jam

(40)

Dimana 30 Btu/jam adalah kalor sensibel dan 30 Btu/jam adalah

kalor laten.

d. Untuk olahraga dalam ruangan, seperti bowling, orang yang sedang

bermain dan yg lainnya duduk emisi kalornya 400 Btu/jam dan orang

berjalan adlaah 550 Btu/jam.

2.4.6. Pakaian pengguna

a. Pengaruh kalor yang keluar dari tubuh pengguna juga dipengaruhi

oleh pakaian yang dipakai, mengenai bagian yang tubuh yang

tertutup, yang logikanya jika semakin tebal maka panas yang

dikeluarkan semakin tinggi.

b. Isolasi panas dari pakaian satuannya adalah clo, yaitu:

1 clo = 0,155 m2.K / Watt.

c. Besar dari isolasi termal dari pakaian dapat kita lihat pada tabel

(41)

Tabel 2.3. Macam-macam baju dan isolasi termal baju tersebut.

(Sumber: SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan

Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung)

Catatan :

(a). Pada pakaian tak berlengan atau lengan pendek, isolasi

termal dikurangi 10%.

(b). Untuk celana atau rok, ditambah 5% jika panjangnya di

bawah dengkul dan ditambah 5% jika lebih pendek dari

dengkul.

d. Perhitungan clo pakaian menggunakan rumus:

Untuk pria :

Nilai clo = 0,727. (masing-masing clo) + 0,113.

Untuk wanita :

(42)

Penjelasan :

Pada pakaian yang dipakai pada orang dewasa perkantoran, seperti

celana panjang, sepatu kulit, kemeja lengan panjang, dasi, dan jas,

nilai clonya adalah 0,5 – 0.65 hingga 1.

2.5. Kenyamanan Ruangan Efektif

Kenyamanan ruangan efektif bertitikberat pada temperatur dan

kelembaban ruangan. Temperatur ruangan yang dimaksud harus sejalan dengan

kelembaban ruangan. Gabungan temperatur ruangan dan kelembaban ruangan

akan membentuk satu indeks yang berarti pada temperatur tersebut, respon

termal dari orang dan kondisi keduanya adalah sama, meskipun temperatur dan

kelembaban ruangan berbeda, tetap harus mempertahankan kecepatan angin

yang sama guna mencapai titik dimana ruangan dikatakan nyaman.

Menurut standar ASHRAE, temperature efektif yang dimaksud adalah

dimana ruangan tersebut dipakai oleh pengguna dengan pakaian standar,

kegiatan pengguna yang sama, dan emisi seperti uap keringat dan uap

pernafasan yang sama.

Temperatur ruangan nyaman seperti yang dijelaskan pada subbab

sebelumnya pada daerah tropis di Indonesia adalah berkisar di antara 20.5ºC

sampai dengan 27.1ºC, dengan kelembaban ruangan berkisar antara 50% dari

kelembaban udara jenuh ruangan tersebut.

2.6. Pergerakan Udara

Udara yang bergerak, yaitu angin terjadi karena adanya perbedaan

(43)

rendah. Selain tekanan udara, suhu udara juga mempengaruhi akan pergerakan

udara. Udara panas selalu berpindah ke tempat yang lebih tinggi, sedangkan

udara yang dingin selalu berpindah dan menggantikan tempat yang ditinggalkan

udara panas tadi. Cara-cara udara bergerak berdasarkan prinsip-prinsip fisika

udara akan dijelaskan dalam subbab berikut.

2.6.1. Pembelokan Udara

Udara seperti cahaya, jika dibelokkan apabila terkena suatu

massa, akan kembali lagi ke arah pergerakan awal. Pada bukaan yang

bersifat siku, udara tidak melalui jalur terpendek, tetapi pergerakan udara

melengkung sehingga area yang dilalui udara lebih panjang.

(44)

Gambar 2.3. Aliran Udara Mengambil Jalur Terpanjang (Sumber:G. Lippsmeier, 1994)

2.6.2. Efek Bernouli dan Tabung Venturi.

Efek Bernouli adalah penurunan tekanan udara saat udara

dipindahkan secara menurun dalam jarak yang lebih panjang dari sisi yg

ditempuh pada awalnya.

Gambar 2.4. Efek Bernoulli (Sumber: N. Lechner, 2001)

Seperti yang dijelaskan pada 2.6.1., pergerakan udara yang

melewati bukaan yang kecil, akan dipercepat dan kembali ke arah

(45)

Gambar 2.5. Tabung Venturi (Sumber: N. Lechner, 2001)

2.6.3. Ruangan Pengap

Ruangan pengab adalah ruangan yg tidak memiliki sirkulasi

udara sama sekali. Hal ini mengakibatkan suhu dalam ruangan tidak

dapat disirkulasikan. Oleh pengguna ruangan dan alat elektronik yang

terus-menerus menghasilkan kalor, kalor tidak dapat tergantikan,

melainkan semakin tertumpuk. Hal ini mengakibatkan ruangan ini sangat

tidak nyaman dan tidak sehat.

Ruangan pengap disebabkan karena hanya ada satu bukaan pada

ruangan, seperti analogi botol yang sudah penuh, tidak dapat diisi air lagi

(46)

Gambar 2.6. Analogi Botol pada Aliran Udara (Sumber: F. Moore, 1993)

2.6.4. Perbedaan Besar Bukaan Ruangan

Ukuran bukaan dimana angin masuk dan bukaan dimana angin

keluar juga mempengaruhi kecepatan sirkulasi udara di dalam ruangan.

Jika kedua bukaan tersebut sama, maka pergerakan angin di

dalam ruangan dapat dicapai secara optimal, karena volume udara yang

masuk akan berbanding lurus dengan volume udara yang keluar.

(47)

Bukaan dimana udara masuk yang lebih kecil, menyebabkan

kecepatan angin di dalam ruangan tersebut besar, tetapi angin langsung

menuju ke bukaan dimana angin keluar. Hal ini mengakibatkan sirkulasi

udara ruangan tidak optimal.

Gambar 2.8. Bukaan udara masuk yang lebih kecil (Sumber: F. Moore, 1993)

Jika bukaan dimana angin masuk lebih besar daripada bukaan

dimana udara keluar, hal ini mengakibatkan kecepatan angin yang keluar

melalui bangunan akan besar, tetapi kecepatan udara di ruangan akan

menurun. Hal ini sangat cocok untuk membuat bagian luar ruangan

sejuk, seperti balkon.

(48)

2.6.5. Single Sided-Ventilation dan Cross-Ventilation 2.6.5.1. Single Sided-Ventilation

Single sided-ventilation adalah ruangan yang bukaannya

hanya ada pada satu sisi ruangan. Single Sided-Ventilation

hanya cocok digunakan pada ruangan yang kecil, dimana arah

angin dari luar ruangan cenderung searah, sehingga pada

ruangan yang besar, Single Sided-Ventilation juga menimbukan

analogi botol.

2.6.5.1. Cross-Ventilation

Cross-Ventilation adalah sistem ventilasi udara yang

paling baik, dimana letak bukaannya ada di dua sisi ruangan,

sedhingga angin dapat bergerak lurus setelah mengjangkau

seluruh ruangan.

(49)

2.6.6. Penggambaran Aliran Udara.

Penggambaran aliran udara harus menggunakan bantuan air-flow diagrams, diagram ini akan digambar berdasarkan prinsip-prinsip udara yang dijelaskan pada subbab sebelumnya, tidak menggunakan

perhitungan yang pasti.

Pertama, kita harus membuat arah aliran udara dan

menggambarnya berupa garis-garis lurus. Kemudian, garis-garis tersebut

dicocokkan pada denah yang akan kita gambar aliran udaranya.

Garis-garis lurus tersebut harus digambarkan berbentuk lengkungan mulus

(50)
(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah penelitian terapan (applied research, practical research)

yaitu penelitian yang sistematis, terus-menerus terhadap suatu kasus penelitian

yang membuat keluaran-keluaran berupa pembelajaran dan pengetahuan yang

diharapkan bisa segera digunakan untuk keperluan tertentu.

Metode penelitian bersifat kualitatif, menurut Sugiyono (2010) penelitian

kualitatif yaitu peneletian yang didasarkan oleh data-data/variabel eksisting yang

diambil dari kasus tersebut yang di ambil dari instrument-intrumen, dan

kemudian disusun secara sistematis dan dibandingkan dengan standar-standar

teori yang telah ada untuk menghasilkan simpulan penelitian.

Penelitian ini menjelaskan kajian berupa tingkat kenyamanan suatu

ruangan berdasarkan sistem ventilasi, yang termasuk kaidah-kaidah dalam

desain suatu ruangan (ventilasi) apakah desain tersebut mempengaruhi/tidak

mempengaruhi sistem pengudaraan di dalam ruangan tersebut dan mengeluarkan

keluaran-keluaran yang berupa tinjauan akhir yang menyatakan ruangan tersebut

dikatakan nyaman atau tidak.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

(52)

1. Suhu, yang mencakup suhu ruangan objek penelitian (ruko). Suhu diambil berdasarkan ruangan-ruangan yang mempunyai ventilasi alami, tidak

termasuk ventilasi buatan yang contohnya seperti Air Conditioner.

2. Kelembaban, yang mencakup kelembaban suatu ruangan pada bangunan objek penelitian.

3. Aliranudara, yang mencakup aliran udara, hadapan bangunan, aliran udara pada bulan-bulan tertentu dan pada jam tertentu, yang diukur berdasarkan

eksisting pada bangunan, masuknya udara dari suatu sistem ventilasi,

keluarnya udara, dan pergantian udara.

4. Arah aliran udara, yaitu arah aliran udara pada bulan bangunan diteliti.

3.3. Sampel

Sampel yang dimaksud dalam subbab ini adalah bangunan ruko, yang

kemudian dibagi ke dalam ruangan-ruangan yang menggunakan ventilasi alami,

tidak termasuk ventilasi buatan. Ventilasi alami yang dimaksudkan dalam objek

penelitian ini adalah berupa bukaan, dapat berupa jendela, dan

bukaan-bukaaan lainnya, yang merupakan celah masuk dan keluarnya angin di dalam

ruangan.

Pengertian sampel menurut Erlina (2011) adalah bagian dari suatu

populasi (objek penelitian) yang digunakan untuk mewakili dan memperkirakan

karakteristik populasi (objek penelitian) tersebut. Dari sampel-sampel ditarik

(53)

3.3.1. Jumlah sampel

Sampel adalah objek bangunan ruko, yang berjumlah 5-7 ruko

yang berderet dari suatu perumahan ruko, dan hanya diambil 1 ruko yang

mewakili semua ruko tersebut, dikarenakan desain ruko suatu adalah

cenderung sama.

Akan diambil perumahan ruko yang baru dibangun kurang dari 5

tahun, dan akan diambil 2 perumahan ruko, sehingga jumlah sampel ruko

yang akan diambil adalah 2 bangunan, yang mencakup ruangan-ruangan

di dalamnya yang menggunakan ventilasi alami (tanpa ventilasi buatan).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diambil melalui pengukuran alat, yang mencakup

suhu termal ruangan, aliran udara, kelembaban, ukuran ruangan, dan

bukaan ruangan.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

• Suhu termal ruangan = Thermometer Celsius digital (ºC)

• Kelembaban relatif = Higrometer digital (%)

• Arah aliran udara = BMKG Wilayah.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diambil dari tinjauan pustaka, yaitu data-data yang

(54)

ruangan tersebut) dan prinsip-prinsip sirkulasi aliran udara dan tata cara

penggambaran aliran udara.

3.5. Kawasan Penelitian 3.5.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah sebagai berikut.

1. Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

2. Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan,

Medan.

3. Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan.

3.5.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni

2014 yang diawali dengan pengumpulan data primer yang dibutuhkan,

asistensi perkembangan skripsi dengan dosen pembimbing, seminar

proposal, seminar hasil, penulisan laporan penelitian, dan ujian skripsi.

3.6. Metode Analisa Data

Data primer akan dikumpulkan dan disusun sehingga member

kemungkinan akan penarikan kesimpulan ataupun tindakan lainnya (Silalahi,

2006). Penyajian data primer akan berupa tabulasi, grafik, bagan, ataupun

lainnya, penulis akan menganalisis data-data tersebut untuk menarik kesimpulan,

kemudian kesimpulan akan diverifikasi dan diuji validitasnya melalui data-data

(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi

Lokasi penelitian Ruko ini ada tiga, yaitu:

a. Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

Peta eksisting Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan ini

dapat dilihat pada gambar 4.1. Lokasi penelitian ini memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut:

- Utara : Ruko lain

- Barat : Jalan Yos Sudarso

- Timur : Rumah Penduduk

- Selatan : Ruko lain

Gambar 4.1. Peta Lokasi Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

(56)

(a)

(b)

Gambar 4.2. Denah Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

(a) Lantai 1; (b) Lantai 2; (c)

Lantai 3.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

(57)

b. Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan.

Peta Eksisting Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo

Brayan, Medan, dapat kita lihat pada gambar 4.2. Batas-batas ruko adalah

sebagai berikut.

- Utara : Jalan Cemara

- Barat : Ruko lain

- Timur : Ruko lain

- Selatan : Rumah Penduduk

Gambar 4.3. Peta Lokasi Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan.

(58)

(a) (b)

Gambar 4.4. Denah Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo

Brayan, Medan.

(b) Lantai 1; (b) Lantai 2; (c)

Lantai 3.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

(59)

Kedua bangunan ruko ini masing-masing mewakili kompleks ruko di

sekitarnya. Bangunan ruko ini mempunyai tipikal berderetan, sehingga bagian

kiri dan kanan bangunan tidak memungkinkan memiliki bukaan karena

berhubungan langsung/1 dinding dengan ruko lainnya.

Bangunan ruko ini juga langsung menghadap jalan, sehingga

memungkinkan adanya luasan yang besar di daerah depan ruko yang membuat

udara dapat mengalir masuk ke dalam bangunan ruko.

c. Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A , Medan.

Peta Eksisting Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A , Medan dapat kita lihat pada

gambar 4.3. Batas-batas ruko adalah sebagai berikut.

- Utara : Jalan Setia Jadi

- Barat : Ruko lain

- Timur : Ruko lain

- Selatan : Rumah Penduduk

(60)

(b)

(a)

(c)

Gambar 4.6. Denah Ruko Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A , Medan. (a) Lantai 1; (b) Lantai 2; (c) Lantai 3.

(61)

4.2. Pergerakan Aliran Udara.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Medan, arah

udara pada bulan Mei adalah cenderung ke arah Tenggara dan Barat Laut,

dengan kecepatan rata-rata 10-15 km/jam. Pada gambaran arah angin yang

disajikan, karena arah angin selalu berubah dari bulan ke bulan, arah angin pada

pembahasan akan diarahkan menuju depan bangunan, sehingga dapat kita lihat

(62)

4.2.1. Gambaran Arah Aliran Angin

4.2.1.1. Sirkulasi dengan Pintu Terbuka.

a. Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

• Lantai 1 dan Lantai 2 (mencakup Kamar Tidur 1, Ruang

Tamu, dan Dapur)

Gambar 4.7. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 1 (kiri) dan Lantai 2 (kanan) Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

(63)

Pada Lantai 1, aliran udara yang masuk dari bukaan pintu

yang lebih besar, disalurkan menuju bukaan jendela dan pintu di

belakang bangunan. Dalam kondisi bukaan outlet yang lebih

kecil, kecepatan udara di dalam ruangan menurun, dan pada

ruangan dekat pintu masuk, sirkulasi udara tidak maksimal

dikarenakan pembatas ruangan tersebut dan ruangan menuju

tangga sangat sempit.

• Lantai 3 (mencakup Kamar Tidur 2 dan Ruang Keluarga)

Gambar 4.8. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 3 Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

(64)

Pada sirkulasi udara pada lantai 3, kamar tidur 2 adalah

ruangan pengap, yaitu ruangan yang sirkulasi udaranya mati. Pada

koridor pendek di depan pintu kamar utama, terjadi aliran udara yang

sangat besar dikarenakan oleh efek Tabung Venturi, dimana aliran

udara yang masuk dari inlet jendela kamar tidur 1 dipaksa untuk

melewati koridor tersebut, sehingga pada saat memasuki area dapur,

(65)

b. Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo

Brayan, Medan.

• Lantai 1 dan Lantai 2 (mencakup Dapur dan Ruang

Tamu)

Gambar 4.9. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 1 (kiri) dan Lantai 2 (kanan) Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan,

Medan.

(66)

Pada Lantai 1, sirkulasi udara cukup maksimal,

hanya saja di area sekitar tangga, udara tidak mengalir

dikarenakan tekanan udara dari analogi botol, udara tidak

dapat mengalir.

• Lantai 3 (mencakup Kamar Tidur 1, Kamar Tidur 2, dan

Ruang Keluarga)

Gambar 4.10. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 3 Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan.

(67)

Ruangan Kamar Tidur 2 adalah ruangan pengab,

disebabkan bukaannya hanya 1 pada bagian pintu, dan

tidak memiliki outlet sama sekali. Aliran udara yang

berasal dari kamar tidur udara mengalami efek tabung

Venturi, sehingga percepatan udara setelah keluar dari

(68)

c. Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan.

• Lantai 1 dan Lantai 2 (mencakup Dapur, Ruang Tamu,

dan Ruang Keluarga)

Gambar 4.11. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 1 dan Lantai 2 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan.

(69)

• Lantai 3 (Mencakup Kamar Tidur 1 dan Kamar Tidur

2)

Gambar 4.12. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Terbuka pada Lantai 3 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pada Lantai 1, 2, dan 3 Ruko jalan Setia Jadi,

pergerakan aliran udara yang terjadi sangat maksimum,

(70)

membuat ruangan-ruangannya tidak pengap (sirkulasi

udara tidak mati).

4.2.1.3. Sirkulasi dengan Pintu Tertutup

a. Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

• Lantai 1 dan Lantai 2 (mencakup Kamar Tidur 1,

Ruang Tamu, dan Dapur)

Gambar 4.13. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup pada Lantai 1 (kiri) dan Lantai 2 (kanan) Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

(71)

Lantai 2 adalah ruangan pengap, disebabkan

satu-satunya bukaan yang menuju ke area ruang tamu adalah

pintu kamar utama, dimana kamar utama bersifat privat

dan pintu tidak selalu terbuka.

• Lantai 3 (mencakup Kamar Tidur 2 dan Ruang Keluarga)

Gambar 4.14. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup Lantai 3 Ruko Jalan Yos Sudarso no. 150, Pulo Brayan, Medan.

(72)

Pada Lantai 3, kamar tidur 2 adalah ruangan

pengab. Ruang keluarga mendapatkan sirkulasi udara yang

maksimum dikarenakan inletnya (pintu masuk di bawah kamar 2)

sangat kecil, dan hal itu tetap akan berlangsung apabila pintu

kamar yang berada di bawah kamar 2 tetap terbuka, mengingat

sifat ruangan kamar adalah privat, tidak memungkinkan adanya

(73)

b. Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo

Brayan, Medan.

• Lantai 1 dan Lantai 2 (mencakup Dapur dan Ruang

Tamu)

Gambar 4.15. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup Lantai 1 (kiri) dan Lantai 2 (kanan) Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan.

(74)

Pada Lantai 2 bangunan, Kamar yang berada di

koridor merupakan bangunan pengap, disebabkan tidak

adanya bukaan sama sekali kecuali pintu kamar yang

cenderung terus tertutup. Untuk ruang tamu, juga karena

disebabkan outlet yang kecil di dapur, kecepatan udaranya

menurun, dan sirkulasi udara di ruang tamu tidak

maksimal, begitu halnya juga pada dapur.

• Lantai 3 (mencakup Kamar Tidur 1, Kamar Tidur 2, dan

Ruang Keluarga)

Gambar 4.16. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup Lantai 3 Ruko Jalan Cemara no. 1d, Depan Asrama Militer, Pulo Brayan, Medan.

(75)

Kamar tidur 1 dan 2 pada lantai 3, pada dasarnya

adalah ruangan pengap, karena bukaan pada ruangan

hanya 1, tetapi apabila pintu kamar di buka, akan terjadi

pergerakan udara pada kamar ini, meskipun pergerakan

udara tidak maksimal disebabkan ukuran pintu kamar

(76)

c. Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan.

• Lantai 1 dan Lantai 2 (mencakup Dapur, Ruang Tamu,

dan Ruang Keluarga)

Gambar 4.17. Gambaran Aliran Udara dengan Pintu Tertutup Lantai 1 dan Lantai 2 Ruko Jalan Setia Jadi no. 7A, Medan.

(77)

Sirkulasi udara pada lantai 1 dan lantai dua adalah

maksimal, dapat kita lihat dari garis-garis udara yang

memenuhu bukaan yang hampir sama (bukaan-bukaan

inlet dan outlet besarnya sama) memungkinkan sirkulasi

udara maksimal pada ruangan. Ruangan-ruangan pada

lantai 2 tidak memiliki sekat, dan pada bagian Barat

bangunan ada bukaan-bukaan berupa jendela.

• Lantai 3 (Mencakup Kamar Tidur 1 dan Kamar Tidur 2)

(78)

Pada lantai 3 Ruko Jalan Setia Jadi ini, seluruh

lantai 3 adalah ruangan pengap. Sama sekali tidak

memiliki bukaan pada bagian Selatan bangunan yang

memungkinkan angin untuk masuk. Ciri khas ruko seperti

inilah yang membuat sirkulasi udara pada bangunan ruko

itu buruk.

4.3. Analisis Keadaan Termal Ruangan.

Analisis yang dibahas di subbab ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran nyata tentang kenyamanan termal di dalam ruangan hanya

berdasarkan suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban yang dibahas di dalam

subbab ini dipengaruhi oleh aliran udara yang telah dibahas pada subbab

sebelumnya. Suhu dan kelembaban yang akan disajikan di sini merupakan data

pasti, yang telah diukur oleh penulis menggunakan alat yang berstandard SNI,

yaitu:

a. Termometer Ruangan : Mengukur suhu/temperatur ruangan dalam satuan

Celcius (˚C).

b. Higrometer : Mengukur kelembaban relatif ruangan.

Waktu pengukuran yang dilakukan adalah dari hari Kamis, 15 Mei 2014

hingga hari Minggu, 25 Mei 2014. Waktu pengukuran pada satu hari dibagi

menjadi dua kali, yaitu pada jam 12.00 siang dan pada jam 18.00 sore.

Pengukuran dilakukan dengan catatan suhu dan kelembaban ruangan

(79)

jendela, pintu, dan bukaan-bukaan lainnya, dan kemudian ditunggu selama 30

Gambar

Tabel 2.1. Konsentrasi maksimal yang dapat ditolerir untuk beberapa polusi udara
Grafik 4.2. Suhu Ruangan Ruang Tamu Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P
Grafik 4.4. Suhu Ruangan Kamar Tidur 2 Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P
Grafik 4.6. Suhu Dapur Ruko Jalan Cemara no. 1D. Depan Asrama Militer, P. Brayan, Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait