• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris Independen, Independensi Komite Audit dan Kualitas Audit Terhadap Restatement Laporan Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris Independen, Independensi Komite Audit dan Kualitas Audit Terhadap Restatement Laporan Keuangan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS

INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN

KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENTLAPORAN

KEUANGAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: Tasya Chasanah Marpid

NIM: 1112082000015

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS

INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN

KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENTLAPORAN

KEUANGAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: Tasya Chasanah Marpid

NIM: 1112082000015 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Prof. Dr. Azzam Jassin

NIP. -

Pembimbing II

Husnul Khotimah, SE, MS.Ak NIP.-

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 09 Agustus 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Tasya Chasanah Marpid

2. NIM : 1112082000015

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris

Independen, Independensi Komite Audit dan Kualitas Audit Terhadap Restatement Laporan Keuangan

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Agustus 2016

1. Ismawati Haribowo,SE.,M.Si NIP. 19800909 201411 2 003

() Penguji 1

(4)
(5)
(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.

Indetitas Pribadi

Nama : Tasya Chasanah Marpid

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 3 Mei 1994

Alamat Rumah : Blok UE 2 No. 31 RT. 02 RW. 27, Perumahan

Dasana Indah, Tangerang

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Orang Tua : Ayah : Marpid

: Ibu : Iin Nurilawati

Email : Tasya.marpid3@gmail.com

B.

Pendidikan

1. SDN Kampung Bambu III (Tahun 2000-2006)

2. SMP PGRI 400 Tangerang (Tahun 2006-2009)

3. SMAN 15 Tangerang (Tahun 2009-2012)

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Tahun 2012-2016)

C.

Pengalaman Organisasi

1. Anggota Majalah Sekolah SMAN 15 Tangerang (Tahun 2010)

(7)

vii

The Affect of Firm Size, Independent Board of Company’s,

Independency of Audit Committee and Audit Quality toward

Financial Restatement

By: Tasya Chasanah Marpid

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine the effect of firm size,

independent board of company’s, independency of audit committee and audit

quality on the financial restatement.

This study used secondary data with manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2011-2014. The sampling method used to draw the sample is purposive sampling. Sample contained from 19 restate companies and 14 non-restate companies. The analiytical method used logistic regression.

The results showed that audit quality negative effect the financial restatement. Independency of audit committee positive effect the financial

restatement. Firm size and independent board of company’s did not effect the financial restatement.

(8)

viii

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS

INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN

KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENT LAPORAN

KEUANGAN

Oleh: Tasya Chasanah Marpid

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh ukuran perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014. Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk mengambil sampel penelitian ini adalah purposive sampling, dimana sampel terdiri dari 19 perusahaan yang melakukan restatement laporan keuangan dan 14 perusahaan yang tidak melakukan restatement laporan keuangan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap restatement laporan keuangan. independensi komite audit berpengaruh positif terhadap restatement laporan keuangan. Ukuran perusahaan dan dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan ajaran-ajarannya.

Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini.Di samping itu, penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari nilai sempurna.Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.Inilah hasil kerja maksimal yang dapat penulis berikan.Pada kesempat ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa dan dukungannya dalam berbagai hal.

2. Kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan doa.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.

6. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhir skripsi ini bisa terselesaikan.

(10)

x

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

9. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

10.Djalinus Rosidi yang selalu memberikan dukungan, semangat dan bantuan. 11.Sahabat yang telah meluangkan waktu untuk berbagi segalanya. Haifa, Rini,

Laila, Opi, Nova, Muthia, Anin, Desi, Lidiyna dan Naya.

12.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan inspirasi bagi penulis.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca umumnya.

Jakarta, 10 Agustus 2016

(11)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

ABSTRACK... vii

ABSTRAK... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang... 1

B.Perumusan Masalah... 9

C.Tujuan Penelitian... 9

D.Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Tinjauan Literatur... 12

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 12

2. Laporan Keuangan... 14

3. Restatement Laporan Keuangan... 17

4. Ukuran Perusahaan... 21

5. Dewan Komisaris Independen... 23

6. Independensi Komite Audit... 25

7. Kualitas Audit... 28

B. Penelitian Terdahulu... 31

C. Kerangka Pemikiran... 40

D. Hipotesis... 41

(12)

xii

2. Dewan Komisaris Independen terhadap Restatement

Laporan Keuangan... 42

3. Independensi Komite Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan... 43

4. Kualitas Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47

A. Ruang Lingkup Penelitian... 47

B. Metode Penentuan Sampel... 47

C. Metode Pengumpulan Data... 48

D. Metode Analisis Data... 49

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 60

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 60

1. Deskripsi Objek Penelitian... 60

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian... 64

1. Statistik Deskriptif... 64

2. Hipotesis Penelitian... 65

BAB V PENUTUP... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA... 80

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 32

3.1 Operasional Variabel Penelitian... 59

4.1 Proses Seleksi Sampel Dengan Kriteria... 61

4.2 Sampel Perusahaan Manufaktur... 63

4.3 Statistik Deskriptif... 65

4.4 Uji Multikolinieritas... 67

4.5 Menilai Keseluruhan Model... 68

4.6 Koefisien Determinasi... 69

4.7 Menguji Kelayakan Model Regresi... 69

4.8 Matriks Klasifikasi... 70

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2011-2014... 40

2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur 2011-2014... 95

3 Variabel Penelitian... 96

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan yang telah go public wajib untuk menerbitkan laporan keuangan maupun laporan tahunan setiap tahun. Hal ini sesuai dengan

peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.X.K.2, lampiran

keputusan ketua Bapepam No. Kep-346/BL/2011 mengenai penyampaian

laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik, tertulis bahwa setiap

perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib

menyampaikan laporan keuangannya ke Bapepam dan diumumkan kepada

masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah laporan keuangan

tahunan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari kinerja, arus kas dan

posisi laporan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu.Penyajian

laporan keuangan dilakukan secara berkala setiap akhir periode.Tujuan

laporan keuangan adalah menunjukkan kinerja, kemampuan dan kekayaan

yang dimiliki perusahaan kepada para pihak yang menggunakan laporan

keuangan perusahaan.

Laporan keuangan yang wajib disajikan oleh perusahaan antara lain

laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi

keuangan (neraca), laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan yang dibuat harus memenuhi karakteristik kualitatif

(17)

2 relevansi (relevance), penggambaran jujur/apa adanya (faithful reprentation), dapat dibandingkan (comparability), dapat diverifikasi (verifiability), tepat waktu (timeliness) dan dapat dipahami (understandability). Untuk mendukung tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya

aturan (regulasi) yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan

Pemerintah (Saputri, 2012).

Jika perusahaan melakukan kesalahan dalam penyajian laporan

keuangan, maka perusahaan diwajibkan untuk mengoreksi dan menyajikan

kembali (restatement) laporan keuangan setelah koreksi tersebut. Restatement

laporan keuangan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang baik.

Sebuah restatement yang mengakibatkan jumlah aset menurun sering membuat turunnya kepercayaan investor dan menyebabkan harga saham

menurun (Kusumo, 2014).

Berdasarkan PSAK No. 25(revisi 2012) mengenai kebijakan akuntansi,

perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan, terdapat tiga faktor yang dapat

menyebabkan perusahaan melakukan restatement laporan perusahaan, diantaranya perubahan estimasi akuntansi (changes in accounting estimates), kesalahan mendasar (fundamental errors) dan perubahan kebijakan akuntansi (changes in accounting policies). Terjadinya restatement laporan keuangan dapat disebabkan oleh faktor material maupun non material. Untuk mencegah

(18)

3 Beberapa perusahaan di Indonesia pernah mengalami earnings restatement.PT Kimia Farma diwajibkan melakukan restatement atas laba yang telah disajikan dalam laporan keuangannya. Hal tersebut terjadi setelah

Kementerian BUMN dan Bapepam melakukan pemeriksaan laporan keuangan

perusahaan dan terungkap bahwa PT Kimia Farma menyajikan laba yang lebih

tinggi dari laba yang sebenarnya dengan cara menggelembungkan nilai harga

pada daftar persediaan sehingga menimbulkan overstated (Tempo,2002). Kantor Akuntan Publik (KAP) Hans Tuanakotta dan Mustofa yang menangani

kasus ini telah mengikuti standar akuntansi yang berlaku, tetapi gagal

mendeteksi kecurangan tersebut.Akibat restatement ini, pemerintah melakukan divestasi saham PT Kimia Farma.

Kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma memperlihatkan bahwa

ukuran perusahaan dapat memengaruhi terjadinya restatement laporan keuangan. Suatu ukuran perusahaan dapat menentukan baik atau tidaknya

kinerja dari perusahaan tersebut (Novianti, 2012).Selain itu, ukuran

perusahaan dan klasifikasi industri perusahaan merupakan karakteristik

perusahaan yang dapat mengkontribusi akan terjadinya kesalahan dalam

penyajian laporan keuangan perusahaan pada saat pertama kali disajikan

(Santioso et al., 2011).

Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau

kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dari beberapa

aspek, misalnya aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan perusahaan

(19)

4 aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar.

Ukuran perusahaan dibagi menjadi tiga, yaitu perusahaan besar, perusahaan

menengah dan perusahaan kecil (Machfoedz, 1994 dalam Suwito dan

Herawaty, 2005).Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki

transaksi-transaksi yang lebih rumit, kondisi tersebut memberikan pengaruh

terhadap proses audit dalam memastikan kelayakan informasi yang disajikan

oleh perusahaan kepada para pemakai informasi tersebut (Santioso et al., 2011). Untuk mencegah adanya hal tersebut, perusahaan sebaiknya

menerapkan prinsip GCG.

Penerapan prinsip GCG dapat meminimalisir terjadinyarestatement

laporan keuangan pada suatu perusahaan. Menerapkan prinsip GCG dilakukan

agar proses operasional perusahaan berjalan secara efektif. Menurut Komite

Nasional Kebijakan Governance-KNKG(2006), terdapat lima asas dalam menerapkan GCG diantaranya keterbukaan (transparant), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) serta kesetaraan dan kewajaran (fairness).Karateristik dalam prinsip GCG memengaruhi terjadinya restatement laporan keuangan (Kusumo dan Meiranto, 2014).

Terdapat beberapa karakteristik dalam prinsip GCG.Dewan komisaris

merupakan salah satu karakteristik dalamprinsip GCG. Keberadaan dewan

komisaris dalam suatu perusahaan memiliki tugas untuk mengawasi kinerja

perusahaan dalam mengelola kekayaan yang dimiliki. Dewan komisaris dalam

(20)

5 terafiliasi (KNKG, 2006). Keberadaan dewan komisaris independen sangat

penting dalam menjalankan tugas pengawasannya agar lebih objektif dan tidak

terpengaruhi apapun. Independensi pada dewan komisaris sangat diperlukan,

agar dalam menjalankan tugasnya sebagai dewan komisaris tidak dipengaruhi

oleh tekanan ataupun kepentingan tertentu, sehingga tidak memengaruhi

profesionalismenya. Pengawasan efektif yang dilakukan dewan komisaris,

diharapkan mampu meminimalisir terjadinya kecurangan dan kesalahan dalam

penyajian laporan keuangan, sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan

keuangan.

Selain pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris, pengawasan

yang dilakukan oleh komite audit juga dapat memengaruhi kualitas laporan

keuangan. Komite audit juga termasuk salah satu karakteristik prinsip GCG.

Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang

tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari

manajemen (Arens et al., 2012). Komite audit bertanggung jawab atas laporan keuangan, tata kelola perusahaan dan pengendalian terhadap perusahaan.

Dalam menjalankan tugasnya, komite audit harus memastikan bahwa

perusahaan telah mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menjalankan

operasionalnya secara etis dan bermoral. Komite audit dipilih oleh dewan

komisaris dan memiliki tanggung jawab terhadap dewan komisaris.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuristisia dan Lukviarman (2008)

menyebutkan bahwa keberadaan komite audit memengaruhi terjadinya

(21)

6 Menurut KNKG, komite audit harus dipimpin oleh komisaris

independen dan setidaknya dua orang anggota. Independensi merupakan salah

satu karakteristik dari komite audit. Sikap independensi komite audit sangat

dibutuhkan agar proses pengawasan yang dilakukannya dapat berjalan dengan

efektif, sehingga mampu membantu tugas dan tanggung jawab dewan

komisaris. Dengan adanya independensi komite audit, diharapkan mampu

mengawasi proses dan hasil dari audit internal dan eksternal perusahaan

sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dan kecurangan dalam

penyusunan laporan keuangan perusahaan. Rani (2011) menyebutkan bahwa

independensi komite audit berpengaruh terhadap earnings restatement.

Selain pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris dan komite

audit, perusahaan juga memerlukan adanya auditor eksternal untuk menilai

apakah laporan keuangan perusahaan terdapat salah saji ataupun terdapat

kecurangan dalam proses pembuatannya. Auditor eksternal merupakan pihak

ketiga independen yang melakukan pengawasan atas kinerja manajemen

melalui laporan keuangan. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi

yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi (Praptitorini dan Januarti,

2007). Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP,

karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan

oleh auditornya (I Guna dan Herawaty, 2010). Schmidt dan Wilkins (2011)

(22)

7 Penelitian mengenai ukuran perusahaan terhadap restatement laporan keuangan telah dilakukan olehSantioso et al. (2011) serta Puspitasari dan Januarti (2014).Hasil penelitian Santioso et al. (2011) menunjukkan bahwaantara ukuran perusahaan memiliki korelasi terhadap terjadinya

restatement laporan keuangan suatu perusahaan. Namun, penelitian yang dilakukan Puspitasari dan Januarti (2014) menunjukkan hasil yang berbeda,

yakni ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya restatement

laporan keuangan suatu perusahaan.

Pengujian terkait dewan komisaris independen terhadap restatement

laporan keuangan telah dilakukan olehSantioso et al. (2011), Yuristisia dan Lukviarman (2008), Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan

Meiranto (2014). Hasil penelitian Santioso et al. (2011) serta Yuristisia dan Lukviarman (2008) menunjukan bahwa dewan komisaris independen

berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan.Namun, penelitian yang dilakukan Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan Meiranto (2014),

menunjukan hasil yang berbeda yaitu tidak adanya pengaruh dewan komisaris

independen terhadap restatement laporan keuangan.

Pengujian terkait independensi komite audit terhadap restatement

laporan keuangan telah dilakukan oleh Rani (2011) dan Carcello et al (2010). Hasil penelitian Rani (2011) menunjukkan bahwa independensi komite audit

(23)

8 yaituindependensi komite audit tidak berpengaruh terhadap restatement

laporan keuangan.

Selain itu, pengujian terkait kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan telah dilakukan oleh Francis et al. (2012) serta Schmidt dan Wilkins (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh

terhadap restatement laporan keuangan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dan pengujian

kembali terkait dengan ukuran perusahaan, dewan komisaris independen,

indepensi komite audit, kualitas audit dan restatement laporan keuangan. Maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan

Komisaris Independen, Independensi Komite Auditdan Kualitas Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan”. Penelitian ini merupakan studi empiris pada perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di BEI pada periode 2011-2014.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan

olehPuspitasari dan Januarti (2014), Kusumo dan Meiranto (2014), Francis et al. (2012), Santioso et al. (2011), Schmidt dan Wilkins (2011), Rani (2011), Carcello et al. (2010) serta Yuristisia dan Lukviarman (2008).Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel

independen dan periode peneltiannya. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah

(24)

9 a. Variabel independen yang digunakan pada penelitianini adalah ukuran

perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit dan

kualitas audit. Variabel-variabel tersebut merupakan kombinasi dari

penelitian sebelumnya.

b. Periode penelitian pada penelitian ini menggunakan data terbaru yaitu

data perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI pada tahun 2011 sampai

2014.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap restatement

laporan keuangan?

2. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

restatement laporan keuangan?

3. Apakah independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap

restatement laporan keuangan?

4. Apakah kualitas audit berpengaruh negatif terhadap restatement laporan keuangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

(25)

10 1. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap restatement laporan

keuangan.

2. Menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap restatement

laporan keuangan.

3. Menganalisis pengaruh independensi komite audit terhadap restatement

laporan keuangan.

4. Menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

a. Bagi Akademisi dan Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi, bacaan dan

perbandingan mengenai restatement laporan keuangan. b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi

pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik

ini.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana memperluas wawasan

serta menambah referensi mengenai ukuran perusahaan, dewan

komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit

(26)

11 2. Praktis

a. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pedoman untuk

pengambilan kebijakan dalam hal pencegahan tindakan kecurangan

keuangan dan menjelaskan dampak yang tidak efektif bila perusahaan

melakukan restatement laporan keuangan. b. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai

unsur-unsur dalam mengevaluasi tata kelola perusahaan yang baik,

sehingga tidak tejadi kesalahan dalam pengambilan keputusan

investasi dimasa mendatang.

c. Bagi Regulator

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dalam

membuat peraturan yang berkaitan dengan penerapan tata kelola usaha

yang baik dan pencegahan terjadinya restatement laporan keuangan. d. Bagi Kantor Akuntan Publik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan

pertimbangan untuk mengambil langkah, tindakan maupun kebijakan

yang berkaitan dengan pencegahan tindakan kecurangan keuangan

(27)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan

menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu prinsipal dan

agen, dimana pemilik perusahaan atau investor menunjuk agen sebagai

manajemen yang mengelola perusahaan atas nama pemilik. Teori ini

berfokus pada kesejahteraan pemilik perusahaan atau investor yang

dipercayakan kepada manajemen.

Kebutuhan atas informasi keuangan diperlukan untuk pengambilan

keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Informasi keuangan diberikan

oleh pihak manajemen selaku agen yang diberi wewenang oleh pemegang

saham selaku prinsipal untuk mengelola perusahaan. Hubungan kerja

antara pihak prinsipal dan agen mengakibatkan timbulnya asimetri

informasi. Hal tersebut dikarenakan pihak agen lebih mengetahui

informasi operasional perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan

adanya asimetri informasi tersebut, dapat menyebabkan manajemen

menutupi informasi yang diketahuinya dengan tujuan untuk

memaksimalkan kepentingan pribadinya. Dengan kondisi tersebut,

manajemen dapat mengatur angka-angka dalam laporan keuangannya. Hal

tersebut dapat saja terjadi karena prinsipal memberikan wewenang

(28)

13 kegiatan operasional perusahaan. Pemberian wewenang tersebut

menimbulkan kesulitan bagi prinsipal untuk memonitor dan mengontrol

tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh

manajemen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan

tersebut adalah:

a. Moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak

kerja.

b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen

benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi

sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

Teori keagenan berpandangan bahwa adanya pemisahan antara

manajemen dan pemegang saham yang dapat menyebabkan perbedaan

kepentingan dan berdampak pada penyajian laporan keuangan perusahaan

(Kusumo dan Meiranto, 2014). Dengan demikian diperlukan penerapan

suatu mekanisme yang dapat meminimalisir perbedaan kepentingan antara

pihak manajemen dan pemilik perusahaan atau investor. Penerapan tata

kelola usaha yang baik (Good Corporate Governance-GCG)dapat digunakan untuk menghilangkan permasalahan keagenan tersebut. Dengan

diterapkannya GCG diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi

semua pihak yang berkepentingan, sehingga tidak akan terjadi konflik

(29)

14 Selain penerapan GCG, hal yang dapat dilakukan untuk

meminimalkan dampak dari perbedaan kepentingan terhadap keuangan

perusahaan adalah pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator

antara dua kepentingan. Pihak ketiga bertugas untuk menilai apakah

terdapat kesenjangan informasi yang dapat mengakibatkan manipulasi

pada laporan keuangan. Auditor merupakan pihak ketiga yang dapat

menjadi mediator antara hubungan manajemen dan pemilik perusahaan

atau investor. Auditor sebagai pihak ketiga dibutuhkan untuk melakukan

pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai

dengan kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan (Rudyawan dan

Badera, 2009).

Auditor harus mampu menilai dan mendeteksi apakah laporan

keuangan perusahaan telah disajikan sesuai dengan kondisi keuangan dan

kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan harus

bebas dari kesalahan maupun kecurangan. Auditor harus mampu

mendeteksi hal tersebut agar laporan keuangannya mampu dipercaya dan

perusahaan tidak perlu menyajikan kembali (restatement) laporan keuangannya yang dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap

kinerja perusahaan.

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan gambaran dari informasi yang

menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja serta perubahan posisi

(30)

15 pengambilan keputusan. Menurut Kieso et al.(2011: 81), laporan keuangan adalah pernyataan keuangan yang mencerminkan pengumpulan, tabulasi

dan ringkasan akhir data akuntansi. Selain itu, laporan keuangan juga

dapat didefinisikan sebagai laporan yang disajikan perusahaan yang

mencerminkan seluruh kegiatan, transaksi dan informasi yang terjadi

selama periode tertentu. Tujuan laporan keuangan perusahaan adalah

menunjukkan posisi keuangan perusahaan, kinerja dan perubahan posisi

keuangan kepada pemakai laporan keuangan, serta menunjukkan kinerja

manajemen selama satu periode atas sumber daya perusahaan yang telah

dikelolanya.

Laporan keuangan perusahaan terdiri dari beberapa jenis laporan

yang menggambarkan kondisi keuangan dan kegitan perusahaan selama

satu periode. Berdasarkan Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam) Kep-347/BL/2012, terdapat beberapa bagian dalam laporan

keuangan yang wajib disajikan perusahaan setiap akhir periode, jenis-jenis

laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Laporan posisi keuangan (neraca). Laporan posisi keuangan

merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang

menunjukkan aset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu emiten atau

perusahaan publik pada tanggal tertentu.

b. Laporan laba rugi komprehensif. Laporan laba rugi komprehensif

(31)

16 beban yang diakui dalam suatu periode. Laporan laba rugi

komprehensif terdiri dari dua komponen yaitu:

1) Laba rugi.

2) Pendapatan komprehensif lainnya.

c. Laporan perubahan ekuitas. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan

yang menunjukkan perubahan ekuitas emiten atau perusahaan publik

yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau

kekayaan bersih selama periode pelaporan.

d. Laporan arus kas. Laporan arus kas menunjukkan penerimaan dan

pengeluaran kas dalam aktivitas emiten atau perusahaan publik selama

periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi,

investasi, dan pendanaan.

e. Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi

informasi tambahan atas pos yang disajikan dalam laporan posisi

keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas,

dan laporan arus kas.

Laporan keuangan merupakan media untuk mengkomunikasikan

kinerja perusahaan atas aset yang dimiliki kepada pihak-pihak luar

perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menyusun laporan

keuangan dengan baik untuk mencapai komunikasi yang baik pula dengan

pihak-pihak luar perusahaan. Untuk dapat menyusun laporan keuangan

dengan baik, diperlukan adanya peraturan yang disusun oleh profesi

(32)

17 karakteristik kualitatif informasi akuntansi terbagi menjadi dua bagian,

yaitu kualitas fundamental (fundamental qualities) dan kualitas peningkat/yang meningkatkan (enhancing qualities). Kualitas fundamental terdiri dari relevansi (relevance) dan penggambaran jujur/apa adanya (faithful reprentation), sedangkan kualitats peningkat terdiri dari dapat dibandingkan (comparability), dapat diverifikasi (verifiability), tepat waktu (timeliness) dan dapat dipahami (understandability). Laporan keuangan yang dibuat perusahaan harus memenuhi karakteristik tersebut

agar para pihak pengguna laporan dapat percaya bahwa perusahaan telah

menyajikan informasi yang benar dan sesuai dengan kondisi perusahaan.

3. Restatement Laporan Keuangan

Restatement laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai revisi atas laporan keuangan perusahaan yang sebelumnya telah dipublikasikan.

Restatement laporan keuangan yang mengakibatkan jumlah aset menurun sering membuat turunnya kepercayaan investor dan menyebabkan harga

saham menurun (Kusumo, 2014).Berdasarkan PSAK No. 25 (revisi 2012)

mengenai kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan

kesalahan, terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan restatement

laporan keuangan, yaitu:

a. Perubahan Estimasi Akuntansi (Changes in Accounting Estimates) Ketidakpastian mengenai kondisi dan peristiwa di masa

mendatang, mengakibatkan adanya estimasi dalam laporan keuangan

(33)

18 membutuhkan adanya estimasi pada pos-pos tertentu, misalnya

estimasi masa manfaat aset yang disusutkan, estimasi ketertagihan

utang, estimasi jumlah beban garansi dan lain-lain. Kondisi dan

peristiwa di masa mendatang yang tidak dapatdiduga tersebut

membuat perusahaan tidak dapat menghindari adanya perubahan

estimasi. Perubahan estimasi suatu pos dalam laporan keuangan dapat

disebabkan oleh terjadinya peristiwa baru ataupun diperolehnya

informasi baru. Berdasarkan PSAK No. 25 (revisi 2012), perubahan

estimasi diperhitungkan secara prospektif. Dalam metode prospektif,

dampak perubahan harus dimasukkan ke dalam penentuan laba atau

rugi neto tahun berjalan (dan periode-periode mendatang, jika ada) dan

harus dimasukkan ke dalam klasifikasi pos yang serupa.

Selain itu bila perubahan estimasi akuntansi ini memiliki

dampak yang material baik pada periode berjalan maupan periode

mendatang, maka sifat dan dampak dari perubahan estimasi akuntansi

harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Perubahan estimasi yang

mengakibatkan perubahan aset, likuiditas atau terkait salah satu item

pada ekuitas, maka perubahan estimasi akuntansi tersebut harus diakui

menyesuaikan jumlah yang tercatat pada item-item tersebut.

b. Kesalahan Mendasar (Fundamental Errors)

Kesalahan mendasar dapat timbul dalam pengakuan,

pengukuran, penyajian ataupun pengungkapan pada pos-pos dalam

(34)

19 diantaranya kesalahan matematis, penerapan kebijakan akuntansi yang

keliru, kesalahan penafsiran fakta, kekeliruan maupun penipuan.

Kesalahan-kesalahan tersebut mengakibatkan kesalahan material pada

laporan keuangan sehingga mengakibatkan laporan keuangan tidak lagi

reliabel. PSAK No. 25 (revisi 2012)mengatur perbaikan kesalahan atas

kesalahan mendasar. Dalam hal ini, perbaikan kesalahan harus

diperhitungkan secara retrospektif.Dalam metode retrospektif, dampak

kumulatif perbaikan kesalahan dihitung dan dilaporkan sebagai

penyesuaian terhadap saldo awal laba.

c. Perubahan Kebijakan Akuntansi (Changes in Accounting Policies) Kebijakan akuntansi merupakan prinsip, dasar, ataupun

peraturan yang diterapkan dalam suatu perusahaan dalam hal

penyusunan ataupun penyajian laporan keuangan perusahaan. Dalam

memilih kebijakan akuntansi, PSAK No. 25(revisi 2012) mengatur

bahwa:

1) Apabila ada standar yang secara khusus mengatur tentang suatu

transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya, kebijakan akuntansi

harus ditentukan dengan menerapkan standar tersebut dan

memperhatikan segala petunjuk penerapan terkait.

2) Apabila tidak ada standar tertentu yang secara khusus mengatur

tentang suatu transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya,

(35)

20 menerapkan kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi

yang:

a) Relevan dengan kebutuhan pembuatan keputusan oleh

pengguna, dan

b) Andal yang artinya laporan keuangan (i) menyajikan hasil dan

posisi keuangan entitas itu secara tepat, (ii) mencerminkan

substansi keekonomian dari peristiwa dan transaksi, bukan

bentuk formalnya saja, (iii) bersifat netral dan tidak

mengandung bias, (iv) terbuka, dan (v) lengkap secara material.

Dalam penerapan kebijakan, perusahaan harus menerapkannya

secara konsisten sehingga para pengguna laporan keuangan dapat

memahami dan membandingkan laporan keuangan selama beberapa

periode untuk mengidentifikasi kinerja, arus kas serta posisi keuangan

perusahaan. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan

suatu perusahaan bila akan menghasilkan laporan keuangan

perusahaan yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Terdapat

beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan melakukan

restatement laporan keuangan. Menurut GAO’s Definition of Restatement (2006), faktor-faktor yang menyebabkan restatement

laporan keuangan yaitu:

1) Akuisisi dan merger yang tidak sesuai peraturan.

2) Kesalahan dalam mencatat biaya dan perlakuan pajak.

(36)

21 4) Klasifikasi item yang tidak tepat.

5) Kesalahan akuntansi pada akun-akun investasi, goodwill, aktivitas restrukturisasi, dan penilaian persediaan.

6) Eror pada pencatatan pengakuan pendapatan

7) Kesalahan akuntansi dalam perlakuan saham, derivatif, dan hal-hal

yang menyangkut surat berharga.

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau

kecilnya suatu perusahaan. Beberapa parameter yang dapat digunakan

untuk menentukan besar atau kecilnya perusahaan dapat ditentukan

dengan melihat aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan perusahaan

dalam suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan untuk melakukan

aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar.

Semakin besar jumlah total aset, penjualan suatu periode, jumlah

karyawan dan jumlah saham berada dalam suatu perusahaan, maka

semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar

perusahaan, kemungkinan datangnya pengaruh dari luar semakin

meningkat (Puspitasari et al., 2014). Jadi, dengan adanya pengaruh tersebut, kemungkinan perusahaan besar melakukan restatement laporan keuangan akibat salah saji laporan keuangan masih ada.

Umumnya, skala perusahaan dibagi menjadi tiga bagian

berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan, yaitu perusahaan besar,

(37)

22 (1994)dalam Suwito dan Herawaty (2005), penentuan perusahaan

didasarkan pada total aset, sebagai berikut:

a. Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan

bersih lebih besar dari Rp. 10 miliar termasuk tanah dan bangunan,

serta memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 miliar/tahun.

b. Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki

kekayaan bersih Rp. 1 miliarsampai Rp. 10 miliar termasuk tanah dan

bangunan, serta memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp. 1 miliar

dan kurang dari Rp. 50 miliar /tahun.

c. Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp. 200 juta termasuk tanah dan bangunan, serta

memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 miliar /tahun.

Selain itu, ketentuan Bapepam No. 11/PM/1997 mengatur

mengenai ukuran perusahaan berdasarkan total aset, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang

memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 miliar rupiah”. Ukuran

perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki

perusahaan. Total aset merupakan jumlah keseluruhan kekayaan yang

dimiliki perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuannya. Ukuran

(38)

23 perusahaan karena nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai

kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan.

5. Dewan Komisaris Independen

Penerapan prinsipGCG salah satunya ditandai dengan dibentuknya

dewan komisaris. Dewan komisaris dalam suatu perusahaan bertugas

melakukan fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen dan

memberikan nasihat kepada dewan direksi jika dipandang perlu. Dewan

komisaris dipilih oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemengang

Saham (RUPS). Komposisi dewan komisaris harus dibuat sedemikian rupa

sehingga proses pengawasan dapat berjalan efektif, tepat, cepat, serta

bertindak secara independen tanpa adanya kepentingan tertentu.

Berdasarkan KNKG (2006), dewan komisaris dalam suatu perusahaan

harus terdiri dari 2 jenis dewan komisaris, yaitu komisaris independen dan

komisaris yang terafiliasi.

Keberadaan dewan komisaris independen sangat diperlukan dalam

mendorong diterapkannya prinsip dan praktik GCG dalam suatu

perusahaan. Dewan komisaris independen dapat diartikan sebagai dewan

komisaris yang tidak memiliki hubungan atau kepentingan apapun dengan

pemegang saham, direksi ataupun komisaris lainnya, sehingga dewan

komisaris ini dapat menjalankan tugasnya secara independen, tanpa ada

pengaruh dari pihak manapun. Menurut FCGI, dewan komisaris

(39)

24

a.

Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen.

b.

Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas,

atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan

langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari

perusahaan.

c. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak

dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan

lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam

kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menepati posisi

seperti itu.

d. Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional

perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan

perusahaan tersebut.

e. Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau

pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau

perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain

berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok

atau pelanggan tersebut.

Dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan agar

dewan komisaris lebih objektif dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena

itu, keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan

diharapkan lebih efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham

(40)

25 komisaris, terutama dalam hal pengendalian internal, manajemen risiko,

pengungkapan laporan keuangan serta praktik GCG.

6. Independensi Komite Audit

Berdasarkan hukum di Indonesia, perusahaan-perusahaan go public

wajib membentuk komite audit. Komite audit merupakan salah satu

komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas membantu

dewan komisaris menjalankan tanggung jawab dan wewenangnya. Komite

audit dapat berguna untuk menangani masalah-masalah yang

membutuhkan integrasi dan koordinasi, sehingga permasalahan yang

signifikan dan penting dapat teratasi.

Menurut Arens et al. dalam Auditing dan Jasa Assurance

(2010:112), mendefinisikan komite audit sebagai berikut:

“Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen”.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 Tahun

2005 Pasal 72, menyebutkan beberapa tugas dan tanggung jawab yang

sedikitnya harus dilaksanakan oleh anggota komite auditdi

perusahaan,diantaranya:

a. Membantu komisaris/dewan pengawas dalam memastikan efektivitas

sistempengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan tugas

auditoreksternal dan auditorinternal.

b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh

(41)

26

c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem

pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.

d. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segalainformasi yang dikeluarkan perusahaan.

e. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris/dewan pengawas serta tugas-tugas komisaris/dewan

pengawas lainnya.

Dalam menjalankan fungsinya pada suatu perusahaan, komite audit

memiliki beberapa tanggung jawab dan tugas terhadap beberapa hal

penting dalam perusahaan. Menurut FCGI (2009:37), terdapat tiga hal

yang mendasar yang merupakan tanggung jawab dan tugas komite audit,

yaitu:

1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Dalam bidang laporan keuangan, komite audit memiliki tanggung

jawab untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh

manajemen sesuai dengan kondisi keuangan, hasil usaha, serta rencana

dan komitmen jangka panjang.

2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)

Dalam bidang tatakelola perusahan, komite audit harus memastikan

bahwa perusahaan telah menerapkan corporate governance sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan

(42)

27 terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh

karyawan perusahaan.

3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)

Dalam bidang pengawasan perusahaan, tanggung jawab komite audit

termasuk dalam pemahaman mengenai masalah serta hal-hal yang

berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendali internal serta

memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

Dalam penerapan GCG, komite audit harus dapat memastikan

bahwa perusahaan telah mematuhi segala peraturan-peraturan yang

berlaku dan memastikan perusahaan telah menjalankan kegiatan

operasionalnya secara etis dan bermoral. Oleh karena itu, keberadaan

komite audit diperlukan dalam suatu perusahaan untuk dapat mencapai

tujuannya.

Menurut Surat Edaran Otoritas Keuangan No. 16/SEOJK.05/2014,

komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris dalam:

a. Memastikan pengendalian internal dilaksanakan dengan baik.

b. Memastikan pelaksanaan audit internal maupun audit independen dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku.

c. Memastikan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan satuan kerja audit internal, auditor independen/ eksternal, dan hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan.

(43)

28

e. Memastikan kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku.

Dengan adanya komite audit dalam sebuah perusahaan, maka

aktivitas manajemen dapat diawasi tanpa adanya intervensi dari pihak

manapun karena komite audit bersifat independen (Kusumo dan Meiranto,

2014).Berdasarkan peraturan No. 55/POJK.04/2015 mengenai

pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, komite audit

paling sedikit terdiri dari tiga orang anggota yang berasal dari komisaris

independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Menurut

Bapepam dalam Kep-29/PM/2004,independensi dapat diartikan sebagai

pihak dari luar direksi yang tidakmemiliki hubungan usaha dan afiliasi

dengan: (1) perusahaan tercatat, (2) komisaris, (3) direksi dan (4)

pemegang saham utama perusahaan tercatat, danmampu memberikan

pendapat profesional secara bebas sesuai dengan etikaprofesionalnya dan

tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Independensi komite audit

sangat diperlukan keberadaannya dalam sebuah perusahaan, karena

dengan adanya komite audit yang independen, proses pengawasan yang

dilakukan oleh komite audit dapat berjalan secara efektif tanpa adanya

kepentingan tertentu.

7. Kualitas Audit

Audit adalah suatu proses yang sistematik untuk memastikan

laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan telah sesuai dengan

(44)

29 mendeteksi adanya kesalahan dalampenyajian ataupun kecurangan dalam

laporan keuangan perusahaan, agar laporan keuangan yang disajikan dapat

dipercaya oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Oleh sebab itu,

kualitas audit seorang auditor sangat berperan penting, karena sebagai

bentuk penilaian terhadap hasil profesionalisme seorang auditor, terutama

dalam mendeteksi, menganalisis dan melaporkan hasil penemuan audit

terhadap laporan keuangan klien (Wiryadi dan Sebrina, 2013).

Kualitas audit menentukan tingkat kepercayaan para pengguna

laporan keuangan. Menurut De Angelo (1981) dalam Alim et al. (2007), kualitas audit dapat didefinisikan sebagai probabilitas di mana seorang

auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran

dalam sistem akuntansi kliennya. Kualitas audit yang dilakukan auditor

eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran Kantor Akuntan

Publik (KAP)(big four dan non-big four), biaya audit yang dikeluarkan perusahaan dan spesialisasi yang dilakukan auditor eksternal. Terdapat

beberapa KAP big four yang berafiliasi dengan KAP di Indonesia. Berikut adalah KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal pada tahun 2011-2014. Pada tahun 2011, KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal terdiri atas:

a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Haryanto Sahari dan Rekan.

(45)

30 c. Ernst & YoungGlobal (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono,

Sarwako dan Sandjaja.

d. Klynveld PeatMarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

Sementara pada tahun 2012-2014, KAP big four berafiliasi dengan KAP lokal yaitu:

a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Tanudiredja Wibisana dan Rekan.

b. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio dan Rekan.

c. Ernst & YoungGlobal (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja.

d. KlynveldPeatMarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

Auditor big four dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor non-big four(Nini dan Trisnawati, 2009). Oleh karena itu, auditor big four akan mempertahankan reputasinya tersebut dengan cara memberikan perlindungan terhadap pihak yang

berkepentingan dan masyarakat. Reputasi yang dimiliki auditor big four

dianggap mampu mendeteksi adanya salah saji dan kecurangan yang

dilakukan perusahaan, sehingga perusahaan mampu menghindari

(46)

31 menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat

dipercaya. Hal tersebut dikarenakan pihak luar perusahaan percaya bahwa

auditor yang berkualitas akan mempertahankan kredibilitas yang

dimilikinya dengan lebih berhati-hati dalam melakukan proses auditnya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Maka, sebagai tolak ukur dari penelitian ini, akan

diperlihatkan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan

(47)
[image:47.842.130.767.45.436.2]

32 Tabel 2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Ridho Widi

Kusumo dan Meiranto (2014)

Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Keterjadian Restatement

1. Variabel dependen

yang

digunakan:restatementl aporan keuangan. 2. Variabel independen

yang digunakan: dewan komisaris independen.

1. Tidak terdapat

variabel:

independensi komite

audit, ukuran

perusahaan dan

kualitas audit,

2. Penelitian terdahulu menggunakan sampel

laporan keuangan

perusahaan pada

tahun 2008-2012.

Kepemilikan

institusional memiliki pengaruh yang negatif terhadap restatement

laporan keuangan, serta ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit,

proporsi dewan

komisaris independen

dan kepemilikan

manajerial tidak

signifikan memengaruhi

restatement laporan keuangan.

(48)

33 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

2. Dyna

Puspitasari dan Indira Januarti (2014)

Pengaruh

Keberadaan Wanita Dalam Dewan, Profitabilitas, Leverage, Rasio Aktivitas

Perusahaan, Ukuran

Perusahaan, dan Dewan Komisaris Independen

Terhadap Restatement

Laporan Keuangan Perusahaan

1. Variabel dependen yang digunakan:restatementlapo ran keuangan.

2. Variabel independen yang

digunakan: dewan

komisaris independen dan ukuran perusahaan.

1. Tidak terdapat

variabel:

independensi komite audit dan kualitas audit.

2. Menggunakan

sampel laporan

keuangan perusahaan pada tahun 2007-2012.

Persentase keberadaan

wanita dalam

keanggotaan dewan,

leverage dan rasio aktivitas perusahaan berpengaruh terhadap

restatement laporan keuangan,

profitabilitas, ukuran perusahaan dan dewan komisaris independen

tidak berpengaruh

terhadap restatement

laporan keuangan.

[image:48.842.128.764.49.424.2]
(49)

34 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

3. Sharma dan

Iselin (2012)

The Association between Audit Committee Multiple-Directorship,

Tenure and Financial

Misstatements

1. Variabel dependen

yang digunakan:

restatement laporan keuangan.

1. Tidak terdapat

variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris

independen,

independensi komite audit, dan kualitas audit.

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara multipel-direktur dan masa

jabatan komite audit

dengan salah saji laporan keuangan.

4. Francis et al. (2012)

Office Size of Big 4 Auditors and Client Restatements

1. Variabel dependen yang digunakan:

restatements laporan keuangan.

2. Variabel independen yag digunakan: ukuran KAP

1. Tidak terdapat

variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris

independen, dan

independensi komite audit.

Ukuran KAP (kualitas

auditor) memiliki

perngaruh terhadap

restatement laporan keuangan.

[image:49.842.129.761.47.423.2]
(50)

35 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

5. Rani (2011) Pengaruh Kinerja

Komite Audit Terhadap Manajemen Laba (Dengan Menggunakan Earnings Restatement Sebagai Proksi Dari Manajemen Laba) 1. Variabelindependen yang digunakan:independens i komite audit.

1. Tidak terdapat

variabel:restatement

laporan keuangan,

dewan komisaris

independen, ukuran

perusahaan dan

kualitas audit.

Independensi komite

audit berpengaruh

terhadap keterjadian

earning restatement, serta ukuran komite audit, keahlian di bidang keuangan komite audit dan pertemuan (rapat)

komite audit tidak

berpengaruh terhadap

keterjadian earning

[image:50.842.127.764.44.437.2]
(51)

36 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

6. Schmidt dan

Wilkins (2011)

Bringing Darkness to Light:

The Influence of Auditor Quality and Audit Committee Expertise

on the Timeliness of Financial Statement Restatement

Disclosures

1. Variabel dependen

yang digunakan:

restatement laporan keuangan.

2. Variabel independen

yang digunakan:

kualitas auditor.

1. Tidak terdapat

variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris

independen, dan

independensi komite audit.

Kualitas auditor

memiliki pengaruh

terhadap restatement

laporan keuangan.

[image:51.842.118.758.43.449.2]
(52)

37 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7. Linda

Santioso et al. (2011)

Analisis Deskripsi Hubungan Antara Karakter

Perusahaan, Independen

Komisaris, Komite Audit dan Reputasi Auditor Terhadap Terjadinya

Pernyataan

Kembali Laporan Keuangan Pada

Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1. Variabel dependen:

restatement laporan keuangan.

2. Variabel

indenpenden: ukuran

perusahaan dan

dewan komisaris

independen.

1. Tidak terdapat

variabel:

independensi komite auditdan kualitas audit.

2. Penelitian terdahulu menggunakan

sampel laporan

perusahaan pada

tahun 2004-2009.

Dewan komisaris

independen, jumlah

komite audit, karakteristik perusahaan dan reputasi auditor memiliki korelasi

terhadap restatement

laporan keuangan

perusahaan.

[image:52.842.127.758.46.431.2]
(53)

38 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

8. Carcello et al. (2010)

CEO Involvement in Selecting Board Members, Audit Committee

Effectiveness, and Restatements

1. Variabel dependen:

restatement laporan keuangan.

2. Terdapat variabel independen:

independensikomite audit.

1. Tidak terdapat variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris

independen dan kulitas audit.

Independensi komite audit tidak berpengaruh

terhadap restatement

laporan keuangan.

9. Citra

Yuristisia

dan Niki

Lukviarman (2008)

Analisis Hubungan Strong Board dan Eksternal

Governance Terhadap Accounting Restatement.

1. Variabel dependen:

restatement laporan keuangan.

2. Terdapat variabel

independen: dewan

komisaris independen.

1.Tidak terdapat

variabel: ukuran

perusahaan,

independensi komite audit dan kualitas audit.

2.Menggunakan sampel

laporan keuangan

perusahaan tahun

2003-2006.

Terdapat hubungan yang positif antara strong boards dan exsternal governance terhadap

restatement laporan keuangan perusahaan.

[image:53.842.119.757.43.447.2]
(54)

39 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

10. Abbott et al. (2004)

Audit Committee Characeristics and Restatement.

1. Variabel dependen yang digunakan:restatementlapo ran keuangan.

1. Tidak terdapat

variabel:dewan komisaris independen, independensi

komite audit,

ukuran perusahaan dan kualitas audit. 2. Menggunakan

sampel laporan

keuangan

perusahaan tahun 1991-1999.

Keberadaan komite audit

independen yang

beranggotakan paling

sedikit 3 orang dan beranggotakan 1 orang

yang mempunyai

keahlian di bidang

keuangan akan

memperkecil terjadinya

restatement, serta frekuensi rapat yang dilakukan komite audit

tidak berpengaruh

terhadap kemungkinan

[image:54.842.128.765.47.428.2]
(55)

40 C. Kerangka Pemikiran

Model kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan pada

[image:55.595.119.562.187.682.2]

gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan

restatement laporan keuangan

Ukuran Perusahaan (H1)

Dewan Komisaris Independen (H2)

Independensi Komite Audit (H3)

Kualitas Audit (H4)

Perusahaan tidak dapat meminimalisir terjadinya restatement

laporan keuangan perusahaan.

Restatement Laporan Keuangan

Regresi Logistik

Hasil Pengujian dan Pembahasan

(56)

41 D. Hipotesis

1. Ukuran Perusahaan terhadap Restatement Laporan Keuangan

Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan. Untuk

menilai ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu total

aset, total penjual pada suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan

untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham

perusahaan yang beredar. Ukuran perusahaan biasanya dibedakan menjadi

tiga, yaitu perusahaan besar, menengah dan kecil. Berdasarkan ketentuan

Bapepam No. 11/PM/1997 mengenai ukuran perusahaan berdasarkan total aset, menyebutkan bahwa “Perusahaan menengah atau kecil adalah

perusahaan yang memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 miliar rupiah”.

Perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih

kompleks (Halim et al., 2005).Hal tersebut menyebabkan peluang perusahaan besar melakukan kesalahan penyajian laporan keuangan lebih

tinggi dibandingkan perusahaan kecil, sehingga menyebabkan perusahaan

wajib melakukan restatement laporan keuangannya.Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santioso et al. (2011), yang menyatakan bahwa karateristik yang dimiliki perusahaan (diproksikan oleh

ukuran perusahaan dan kategori industri) memiliki korelasi terhadap

(57)

42 H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Restatement Laporan

Keuangan Perusahaan.

2. Dewan Komisaris Independen terhadap Restatement Laporan Keuangan

Dalam menerapkan GCG perusahaan dianggap perlu membentuk

suatu dewan yang bertugas membantu dewan direksi dan melakukan

pengawasan atas kinerja manajemen dalam mengelola aset perusahaan.

Keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan diharapkan mampu

meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara manajemen

perusahaan dengan para pemegang saham. Oleh karena itu, dewan

komisaris harus menjalankan tugasnya secara independen agar kinerja

dewan komisaris dapat berjalan efektif, cepat dan tepat. Berdasarkan

Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas,

anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya satu orang atau lebih

komisaris independen dan satu orang komisaris utusan. Dewan komisaris

independen dapat didefinisikan sebagai anggota dewan komisaris yang

tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan

pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau

hubungan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan

perusahaan (KNKG, 2006)

Kemampuan dewan komisaris dalam mekanisme pengawasan yang

(58)

43 1996). Hal tersebut karena pengawasan yang dilakukan oleh anggota

komisaris independen akan lebih baik dan bebas dari berbagai kepentingan

internal pihak perusahaan (Nicolin dan Sabeni, 2013). Pengawasan yang

dilakukan oleh komisaris independen dapat mengurangi ri

Gambar

Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam berbagai

Jenis bahan pembawa tepung ketan putih dengan lama waktu penyimpanan pelet selama 12 minggu menghasilkan rata-rata persentase perkecambahan konidia (viabilitas) T..

Hasil uji reliabilitas pada data kuesioner persepsi kinerja produk kartu Simpati dengan menggunakan program SPSS 18, dapat dilihat pada tabel berikut ini:..

[r]

Uji hipotesis dengan uji chi-square dilakukan pada dua indikator latar belakang bisnis keluarga yaitu, sumber dukungan finansial dan jenis latar belakang bisnis

2) Mengetahui  waktu  yang  dibutuhkan  untuk  menyelesaikan  suatu  bagian 

PEMAHAMAN SISWA BERDASARKAN TEORI APOS PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016”.. Skripsi

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada kedua peneliti ketika guru di Sekolah Minggu A menyampaikan firman Tuhan kepada anak-anak, salah satu masalah yang paling