PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENTLAPORAN
KEUANGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: Tasya Chasanah Marpid
NIM: 1112082000015
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENTLAPORAN
KEUANGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: Tasya Chasanah Marpid
NIM: 1112082000015 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Azzam Jassin
NIP. -
Pembimbing II
Husnul Khotimah, SE, MS.Ak NIP.-
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 09 Agustus 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Tasya Chasanah Marpid
2. NIM : 1112082000015
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris
Independen, Independensi Komite Audit dan Kualitas Audit Terhadap Restatement Laporan Keuangan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Agustus 2016
1. Ismawati Haribowo,SE.,M.Si NIP. 19800909 201411 2 003
() Penguji 1
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A.
Indetitas Pribadi
Nama : Tasya Chasanah Marpid
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 3 Mei 1994
Alamat Rumah : Blok UE 2 No. 31 RT. 02 RW. 27, Perumahan
Dasana Indah, Tangerang
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Orang Tua : Ayah : Marpid
: Ibu : Iin Nurilawati
Email : Tasya.marpid3@gmail.com
B.
Pendidikan
1. SDN Kampung Bambu III (Tahun 2000-2006)
2. SMP PGRI 400 Tangerang (Tahun 2006-2009)
3. SMAN 15 Tangerang (Tahun 2009-2012)
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Tahun 2012-2016)
C.
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Majalah Sekolah SMAN 15 Tangerang (Tahun 2010)
vii
The Affect of Firm Size, Independent Board of Company’s,
Independency of Audit Committee and Audit Quality toward
Financial Restatement
By: Tasya Chasanah MarpidABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of firm size,
independent board of company’s, independency of audit committee and audit
quality on the financial restatement.
This study used secondary data with manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2011-2014. The sampling method used to draw the sample is purposive sampling. Sample contained from 19 restate companies and 14 non-restate companies. The analiytical method used logistic regression.
The results showed that audit quality negative effect the financial restatement. Independency of audit committee positive effect the financial
restatement. Firm size and independent board of company’s did not effect the financial restatement.
viii
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS
INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENT LAPORAN
KEUANGAN
Oleh: Tasya Chasanah Marpid
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh ukuran perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014. Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk mengambil sampel penelitian ini adalah purposive sampling, dimana sampel terdiri dari 19 perusahaan yang melakukan restatement laporan keuangan dan 14 perusahaan yang tidak melakukan restatement laporan keuangan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap restatement laporan keuangan. independensi komite audit berpengaruh positif terhadap restatement laporan keuangan. Ukuran perusahaan dan dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.Puji syukur kepada Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan ajaran-ajarannya.
Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini.Di samping itu, penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari nilai sempurna.Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.Inilah hasil kerja maksimal yang dapat penulis berikan.Pada kesempat ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa dan dukungannya dalam berbagai hal.
2. Kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan doa.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.
6. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhir skripsi ini bisa terselesaikan.
x
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
9. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10.Djalinus Rosidi yang selalu memberikan dukungan, semangat dan bantuan. 11.Sahabat yang telah meluangkan waktu untuk berbagi segalanya. Haifa, Rini,
Laila, Opi, Nova, Muthia, Anin, Desi, Lidiyna dan Naya.
12.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan inspirasi bagi penulis.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca umumnya.
Jakarta, 10 Agustus 2016
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi
ABSTRACK... vii
ABSTRAK... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A.Latar Belakang... 1
B.Perumusan Masalah... 9
C.Tujuan Penelitian... 9
D.Manfaat Penelitian... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12
A. Tinjauan Literatur... 12
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 12
2. Laporan Keuangan... 14
3. Restatement Laporan Keuangan... 17
4. Ukuran Perusahaan... 21
5. Dewan Komisaris Independen... 23
6. Independensi Komite Audit... 25
7. Kualitas Audit... 28
B. Penelitian Terdahulu... 31
C. Kerangka Pemikiran... 40
D. Hipotesis... 41
xii
2. Dewan Komisaris Independen terhadap Restatement
Laporan Keuangan... 42
3. Independensi Komite Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan... 43
4. Kualitas Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47
A. Ruang Lingkup Penelitian... 47
B. Metode Penentuan Sampel... 47
C. Metode Pengumpulan Data... 48
D. Metode Analisis Data... 49
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 60
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 60
1. Deskripsi Objek Penelitian... 60
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian... 64
1. Statistik Deskriptif... 64
2. Hipotesis Penelitian... 65
BAB V PENUTUP... 78
A. Kesimpulan... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA... 80
xiii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 32
3.1 Operasional Variabel Penelitian... 59
4.1 Proses Seleksi Sampel Dengan Kriteria... 61
4.2 Sampel Perusahaan Manufaktur... 63
4.3 Statistik Deskriptif... 65
4.4 Uji Multikolinieritas... 67
4.5 Menilai Keseluruhan Model... 68
4.6 Koefisien Determinasi... 69
4.7 Menguji Kelayakan Model Regresi... 69
4.8 Matriks Klasifikasi... 70
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2011-2014... 40
2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur 2011-2014... 95
3 Variabel Penelitian... 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPerusahaan yang telah go public wajib untuk menerbitkan laporan keuangan maupun laporan tahunan setiap tahun. Hal ini sesuai dengan
peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.X.K.2, lampiran
keputusan ketua Bapepam No. Kep-346/BL/2011 mengenai penyampaian
laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik, tertulis bahwa setiap
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib
menyampaikan laporan keuangannya ke Bapepam dan diumumkan kepada
masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah laporan keuangan
tahunan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari kinerja, arus kas dan
posisi laporan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu.Penyajian
laporan keuangan dilakukan secara berkala setiap akhir periode.Tujuan
laporan keuangan adalah menunjukkan kinerja, kemampuan dan kekayaan
yang dimiliki perusahaan kepada para pihak yang menggunakan laporan
keuangan perusahaan.
Laporan keuangan yang wajib disajikan oleh perusahaan antara lain
laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi
keuangan (neraca), laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dibuat harus memenuhi karakteristik kualitatif
2 relevansi (relevance), penggambaran jujur/apa adanya (faithful reprentation), dapat dibandingkan (comparability), dapat diverifikasi (verifiability), tepat waktu (timeliness) dan dapat dipahami (understandability). Untuk mendukung tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya
aturan (regulasi) yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan
Pemerintah (Saputri, 2012).
Jika perusahaan melakukan kesalahan dalam penyajian laporan
keuangan, maka perusahaan diwajibkan untuk mengoreksi dan menyajikan
kembali (restatement) laporan keuangan setelah koreksi tersebut. Restatement
laporan keuangan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang baik.
Sebuah restatement yang mengakibatkan jumlah aset menurun sering membuat turunnya kepercayaan investor dan menyebabkan harga saham
menurun (Kusumo, 2014).
Berdasarkan PSAK No. 25(revisi 2012) mengenai kebijakan akuntansi,
perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan, terdapat tiga faktor yang dapat
menyebabkan perusahaan melakukan restatement laporan perusahaan, diantaranya perubahan estimasi akuntansi (changes in accounting estimates), kesalahan mendasar (fundamental errors) dan perubahan kebijakan akuntansi (changes in accounting policies). Terjadinya restatement laporan keuangan dapat disebabkan oleh faktor material maupun non material. Untuk mencegah
3 Beberapa perusahaan di Indonesia pernah mengalami earnings restatement.PT Kimia Farma diwajibkan melakukan restatement atas laba yang telah disajikan dalam laporan keuangannya. Hal tersebut terjadi setelah
Kementerian BUMN dan Bapepam melakukan pemeriksaan laporan keuangan
perusahaan dan terungkap bahwa PT Kimia Farma menyajikan laba yang lebih
tinggi dari laba yang sebenarnya dengan cara menggelembungkan nilai harga
pada daftar persediaan sehingga menimbulkan overstated (Tempo,2002). Kantor Akuntan Publik (KAP) Hans Tuanakotta dan Mustofa yang menangani
kasus ini telah mengikuti standar akuntansi yang berlaku, tetapi gagal
mendeteksi kecurangan tersebut.Akibat restatement ini, pemerintah melakukan divestasi saham PT Kimia Farma.
Kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma memperlihatkan bahwa
ukuran perusahaan dapat memengaruhi terjadinya restatement laporan keuangan. Suatu ukuran perusahaan dapat menentukan baik atau tidaknya
kinerja dari perusahaan tersebut (Novianti, 2012).Selain itu, ukuran
perusahaan dan klasifikasi industri perusahaan merupakan karakteristik
perusahaan yang dapat mengkontribusi akan terjadinya kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan perusahaan pada saat pertama kali disajikan
(Santioso et al., 2011).
Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau
kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dari beberapa
aspek, misalnya aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan perusahaan
4 aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar.
Ukuran perusahaan dibagi menjadi tiga, yaitu perusahaan besar, perusahaan
menengah dan perusahaan kecil (Machfoedz, 1994 dalam Suwito dan
Herawaty, 2005).Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki
transaksi-transaksi yang lebih rumit, kondisi tersebut memberikan pengaruh
terhadap proses audit dalam memastikan kelayakan informasi yang disajikan
oleh perusahaan kepada para pemakai informasi tersebut (Santioso et al., 2011). Untuk mencegah adanya hal tersebut, perusahaan sebaiknya
menerapkan prinsip GCG.
Penerapan prinsip GCG dapat meminimalisir terjadinyarestatement
laporan keuangan pada suatu perusahaan. Menerapkan prinsip GCG dilakukan
agar proses operasional perusahaan berjalan secara efektif. Menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance-KNKG(2006), terdapat lima asas dalam menerapkan GCG diantaranya keterbukaan (transparant), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) serta kesetaraan dan kewajaran (fairness).Karateristik dalam prinsip GCG memengaruhi terjadinya restatement laporan keuangan (Kusumo dan Meiranto, 2014).
Terdapat beberapa karakteristik dalam prinsip GCG.Dewan komisaris
merupakan salah satu karakteristik dalamprinsip GCG. Keberadaan dewan
komisaris dalam suatu perusahaan memiliki tugas untuk mengawasi kinerja
perusahaan dalam mengelola kekayaan yang dimiliki. Dewan komisaris dalam
5 terafiliasi (KNKG, 2006). Keberadaan dewan komisaris independen sangat
penting dalam menjalankan tugas pengawasannya agar lebih objektif dan tidak
terpengaruhi apapun. Independensi pada dewan komisaris sangat diperlukan,
agar dalam menjalankan tugasnya sebagai dewan komisaris tidak dipengaruhi
oleh tekanan ataupun kepentingan tertentu, sehingga tidak memengaruhi
profesionalismenya. Pengawasan efektif yang dilakukan dewan komisaris,
diharapkan mampu meminimalisir terjadinya kecurangan dan kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan, sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan.
Selain pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris, pengawasan
yang dilakukan oleh komite audit juga dapat memengaruhi kualitas laporan
keuangan. Komite audit juga termasuk salah satu karakteristik prinsip GCG.
Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang
tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari
manajemen (Arens et al., 2012). Komite audit bertanggung jawab atas laporan keuangan, tata kelola perusahaan dan pengendalian terhadap perusahaan.
Dalam menjalankan tugasnya, komite audit harus memastikan bahwa
perusahaan telah mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menjalankan
operasionalnya secara etis dan bermoral. Komite audit dipilih oleh dewan
komisaris dan memiliki tanggung jawab terhadap dewan komisaris.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuristisia dan Lukviarman (2008)
menyebutkan bahwa keberadaan komite audit memengaruhi terjadinya
6 Menurut KNKG, komite audit harus dipimpin oleh komisaris
independen dan setidaknya dua orang anggota. Independensi merupakan salah
satu karakteristik dari komite audit. Sikap independensi komite audit sangat
dibutuhkan agar proses pengawasan yang dilakukannya dapat berjalan dengan
efektif, sehingga mampu membantu tugas dan tanggung jawab dewan
komisaris. Dengan adanya independensi komite audit, diharapkan mampu
mengawasi proses dan hasil dari audit internal dan eksternal perusahaan
sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dan kecurangan dalam
penyusunan laporan keuangan perusahaan. Rani (2011) menyebutkan bahwa
independensi komite audit berpengaruh terhadap earnings restatement.
Selain pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris dan komite
audit, perusahaan juga memerlukan adanya auditor eksternal untuk menilai
apakah laporan keuangan perusahaan terdapat salah saji ataupun terdapat
kecurangan dalam proses pembuatannya. Auditor eksternal merupakan pihak
ketiga independen yang melakukan pengawasan atas kinerja manajemen
melalui laporan keuangan. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi
yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi (Praptitorini dan Januarti,
2007). Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP,
karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan
oleh auditornya (I Guna dan Herawaty, 2010). Schmidt dan Wilkins (2011)
7 Penelitian mengenai ukuran perusahaan terhadap restatement laporan keuangan telah dilakukan olehSantioso et al. (2011) serta Puspitasari dan Januarti (2014).Hasil penelitian Santioso et al. (2011) menunjukkan bahwaantara ukuran perusahaan memiliki korelasi terhadap terjadinya
restatement laporan keuangan suatu perusahaan. Namun, penelitian yang dilakukan Puspitasari dan Januarti (2014) menunjukkan hasil yang berbeda,
yakni ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya restatement
laporan keuangan suatu perusahaan.
Pengujian terkait dewan komisaris independen terhadap restatement
laporan keuangan telah dilakukan olehSantioso et al. (2011), Yuristisia dan Lukviarman (2008), Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan
Meiranto (2014). Hasil penelitian Santioso et al. (2011) serta Yuristisia dan Lukviarman (2008) menunjukan bahwa dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan.Namun, penelitian yang dilakukan Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan Meiranto (2014),
menunjukan hasil yang berbeda yaitu tidak adanya pengaruh dewan komisaris
independen terhadap restatement laporan keuangan.
Pengujian terkait independensi komite audit terhadap restatement
laporan keuangan telah dilakukan oleh Rani (2011) dan Carcello et al (2010). Hasil penelitian Rani (2011) menunjukkan bahwa independensi komite audit
8 yaituindependensi komite audit tidak berpengaruh terhadap restatement
laporan keuangan.
Selain itu, pengujian terkait kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan telah dilakukan oleh Francis et al. (2012) serta Schmidt dan Wilkins (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh
terhadap restatement laporan keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dan pengujian
kembali terkait dengan ukuran perusahaan, dewan komisaris independen,
indepensi komite audit, kualitas audit dan restatement laporan keuangan. Maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan
Komisaris Independen, Independensi Komite Auditdan Kualitas Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan”. Penelitian ini merupakan studi empiris pada perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di BEI pada periode 2011-2014.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
olehPuspitasari dan Januarti (2014), Kusumo dan Meiranto (2014), Francis et al. (2012), Santioso et al. (2011), Schmidt dan Wilkins (2011), Rani (2011), Carcello et al. (2010) serta Yuristisia dan Lukviarman (2008).Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel
independen dan periode peneltiannya. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah
9 a. Variabel independen yang digunakan pada penelitianini adalah ukuran
perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit dan
kualitas audit. Variabel-variabel tersebut merupakan kombinasi dari
penelitian sebelumnya.
b. Periode penelitian pada penelitian ini menggunakan data terbaru yaitu
data perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI pada tahun 2011 sampai
2014.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap restatement
laporan keuangan?
2. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
restatement laporan keuangan?
3. Apakah independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap
restatement laporan keuangan?
4. Apakah kualitas audit berpengaruh negatif terhadap restatement laporan keuangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
10 1. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap restatement laporan
keuangan.
2. Menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap restatement
laporan keuangan.
3. Menganalisis pengaruh independensi komite audit terhadap restatement
laporan keuangan.
4. Menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis
a. Bagi Akademisi dan Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi, bacaan dan
perbandingan mengenai restatement laporan keuangan. b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik
ini.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana memperluas wawasan
serta menambah referensi mengenai ukuran perusahaan, dewan
komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit
11 2. Praktis
a. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pedoman untuk
pengambilan kebijakan dalam hal pencegahan tindakan kecurangan
keuangan dan menjelaskan dampak yang tidak efektif bila perusahaan
melakukan restatement laporan keuangan. b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai
unsur-unsur dalam mengevaluasi tata kelola perusahaan yang baik,
sehingga tidak tejadi kesalahan dalam pengambilan keputusan
investasi dimasa mendatang.
c. Bagi Regulator
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dalam
membuat peraturan yang berkaitan dengan penerapan tata kelola usaha
yang baik dan pencegahan terjadinya restatement laporan keuangan. d. Bagi Kantor Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan
pertimbangan untuk mengambil langkah, tindakan maupun kebijakan
yang berkaitan dengan pencegahan tindakan kecurangan keuangan
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan
menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu prinsipal dan
agen, dimana pemilik perusahaan atau investor menunjuk agen sebagai
manajemen yang mengelola perusahaan atas nama pemilik. Teori ini
berfokus pada kesejahteraan pemilik perusahaan atau investor yang
dipercayakan kepada manajemen.
Kebutuhan atas informasi keuangan diperlukan untuk pengambilan
keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Informasi keuangan diberikan
oleh pihak manajemen selaku agen yang diberi wewenang oleh pemegang
saham selaku prinsipal untuk mengelola perusahaan. Hubungan kerja
antara pihak prinsipal dan agen mengakibatkan timbulnya asimetri
informasi. Hal tersebut dikarenakan pihak agen lebih mengetahui
informasi operasional perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan
adanya asimetri informasi tersebut, dapat menyebabkan manajemen
menutupi informasi yang diketahuinya dengan tujuan untuk
memaksimalkan kepentingan pribadinya. Dengan kondisi tersebut,
manajemen dapat mengatur angka-angka dalam laporan keuangannya. Hal
tersebut dapat saja terjadi karena prinsipal memberikan wewenang
13 kegiatan operasional perusahaan. Pemberian wewenang tersebut
menimbulkan kesulitan bagi prinsipal untuk memonitor dan mengontrol
tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
manajemen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan
tersebut adalah:
a. Moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak
kerja.
b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen
benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi
sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Teori keagenan berpandangan bahwa adanya pemisahan antara
manajemen dan pemegang saham yang dapat menyebabkan perbedaan
kepentingan dan berdampak pada penyajian laporan keuangan perusahaan
(Kusumo dan Meiranto, 2014). Dengan demikian diperlukan penerapan
suatu mekanisme yang dapat meminimalisir perbedaan kepentingan antara
pihak manajemen dan pemilik perusahaan atau investor. Penerapan tata
kelola usaha yang baik (Good Corporate Governance-GCG)dapat digunakan untuk menghilangkan permasalahan keagenan tersebut. Dengan
diterapkannya GCG diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan, sehingga tidak akan terjadi konflik
14 Selain penerapan GCG, hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan dampak dari perbedaan kepentingan terhadap keuangan
perusahaan adalah pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator
antara dua kepentingan. Pihak ketiga bertugas untuk menilai apakah
terdapat kesenjangan informasi yang dapat mengakibatkan manipulasi
pada laporan keuangan. Auditor merupakan pihak ketiga yang dapat
menjadi mediator antara hubungan manajemen dan pemilik perusahaan
atau investor. Auditor sebagai pihak ketiga dibutuhkan untuk melakukan
pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai
dengan kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan (Rudyawan dan
Badera, 2009).
Auditor harus mampu menilai dan mendeteksi apakah laporan
keuangan perusahaan telah disajikan sesuai dengan kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan harus
bebas dari kesalahan maupun kecurangan. Auditor harus mampu
mendeteksi hal tersebut agar laporan keuangannya mampu dipercaya dan
perusahaan tidak perlu menyajikan kembali (restatement) laporan keuangannya yang dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap
kinerja perusahaan.
2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan gambaran dari informasi yang
menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja serta perubahan posisi
15 pengambilan keputusan. Menurut Kieso et al.(2011: 81), laporan keuangan adalah pernyataan keuangan yang mencerminkan pengumpulan, tabulasi
dan ringkasan akhir data akuntansi. Selain itu, laporan keuangan juga
dapat didefinisikan sebagai laporan yang disajikan perusahaan yang
mencerminkan seluruh kegiatan, transaksi dan informasi yang terjadi
selama periode tertentu. Tujuan laporan keuangan perusahaan adalah
menunjukkan posisi keuangan perusahaan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan kepada pemakai laporan keuangan, serta menunjukkan kinerja
manajemen selama satu periode atas sumber daya perusahaan yang telah
dikelolanya.
Laporan keuangan perusahaan terdiri dari beberapa jenis laporan
yang menggambarkan kondisi keuangan dan kegitan perusahaan selama
satu periode. Berdasarkan Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) Kep-347/BL/2012, terdapat beberapa bagian dalam laporan
keuangan yang wajib disajikan perusahaan setiap akhir periode, jenis-jenis
laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Laporan posisi keuangan (neraca). Laporan posisi keuangan
merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang
menunjukkan aset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu emiten atau
perusahaan publik pada tanggal tertentu.
b. Laporan laba rugi komprehensif. Laporan laba rugi komprehensif
16 beban yang diakui dalam suatu periode. Laporan laba rugi
komprehensif terdiri dari dua komponen yaitu:
1) Laba rugi.
2) Pendapatan komprehensif lainnya.
c. Laporan perubahan ekuitas. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan
yang menunjukkan perubahan ekuitas emiten atau perusahaan publik
yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau
kekayaan bersih selama periode pelaporan.
d. Laporan arus kas. Laporan arus kas menunjukkan penerimaan dan
pengeluaran kas dalam aktivitas emiten atau perusahaan publik selama
periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi
informasi tambahan atas pos yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas,
dan laporan arus kas.
Laporan keuangan merupakan media untuk mengkomunikasikan
kinerja perusahaan atas aset yang dimiliki kepada pihak-pihak luar
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menyusun laporan
keuangan dengan baik untuk mencapai komunikasi yang baik pula dengan
pihak-pihak luar perusahaan. Untuk dapat menyusun laporan keuangan
dengan baik, diperlukan adanya peraturan yang disusun oleh profesi
17 karakteristik kualitatif informasi akuntansi terbagi menjadi dua bagian,
yaitu kualitas fundamental (fundamental qualities) dan kualitas peningkat/yang meningkatkan (enhancing qualities). Kualitas fundamental terdiri dari relevansi (relevance) dan penggambaran jujur/apa adanya (faithful reprentation), sedangkan kualitats peningkat terdiri dari dapat dibandingkan (comparability), dapat diverifikasi (verifiability), tepat waktu (timeliness) dan dapat dipahami (understandability). Laporan keuangan yang dibuat perusahaan harus memenuhi karakteristik tersebut
agar para pihak pengguna laporan dapat percaya bahwa perusahaan telah
menyajikan informasi yang benar dan sesuai dengan kondisi perusahaan.
3. Restatement Laporan Keuangan
Restatement laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai revisi atas laporan keuangan perusahaan yang sebelumnya telah dipublikasikan.
Restatement laporan keuangan yang mengakibatkan jumlah aset menurun sering membuat turunnya kepercayaan investor dan menyebabkan harga
saham menurun (Kusumo, 2014).Berdasarkan PSAK No. 25 (revisi 2012)
mengenai kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan
kesalahan, terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan restatement
laporan keuangan, yaitu:
a. Perubahan Estimasi Akuntansi (Changes in Accounting Estimates) Ketidakpastian mengenai kondisi dan peristiwa di masa
mendatang, mengakibatkan adanya estimasi dalam laporan keuangan
18 membutuhkan adanya estimasi pada pos-pos tertentu, misalnya
estimasi masa manfaat aset yang disusutkan, estimasi ketertagihan
utang, estimasi jumlah beban garansi dan lain-lain. Kondisi dan
peristiwa di masa mendatang yang tidak dapatdiduga tersebut
membuat perusahaan tidak dapat menghindari adanya perubahan
estimasi. Perubahan estimasi suatu pos dalam laporan keuangan dapat
disebabkan oleh terjadinya peristiwa baru ataupun diperolehnya
informasi baru. Berdasarkan PSAK No. 25 (revisi 2012), perubahan
estimasi diperhitungkan secara prospektif. Dalam metode prospektif,
dampak perubahan harus dimasukkan ke dalam penentuan laba atau
rugi neto tahun berjalan (dan periode-periode mendatang, jika ada) dan
harus dimasukkan ke dalam klasifikasi pos yang serupa.
Selain itu bila perubahan estimasi akuntansi ini memiliki
dampak yang material baik pada periode berjalan maupan periode
mendatang, maka sifat dan dampak dari perubahan estimasi akuntansi
harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Perubahan estimasi yang
mengakibatkan perubahan aset, likuiditas atau terkait salah satu item
pada ekuitas, maka perubahan estimasi akuntansi tersebut harus diakui
menyesuaikan jumlah yang tercatat pada item-item tersebut.
b. Kesalahan Mendasar (Fundamental Errors)
Kesalahan mendasar dapat timbul dalam pengakuan,
pengukuran, penyajian ataupun pengungkapan pada pos-pos dalam
19 diantaranya kesalahan matematis, penerapan kebijakan akuntansi yang
keliru, kesalahan penafsiran fakta, kekeliruan maupun penipuan.
Kesalahan-kesalahan tersebut mengakibatkan kesalahan material pada
laporan keuangan sehingga mengakibatkan laporan keuangan tidak lagi
reliabel. PSAK No. 25 (revisi 2012)mengatur perbaikan kesalahan atas
kesalahan mendasar. Dalam hal ini, perbaikan kesalahan harus
diperhitungkan secara retrospektif.Dalam metode retrospektif, dampak
kumulatif perbaikan kesalahan dihitung dan dilaporkan sebagai
penyesuaian terhadap saldo awal laba.
c. Perubahan Kebijakan Akuntansi (Changes in Accounting Policies) Kebijakan akuntansi merupakan prinsip, dasar, ataupun
peraturan yang diterapkan dalam suatu perusahaan dalam hal
penyusunan ataupun penyajian laporan keuangan perusahaan. Dalam
memilih kebijakan akuntansi, PSAK No. 25(revisi 2012) mengatur
bahwa:
1) Apabila ada standar yang secara khusus mengatur tentang suatu
transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya, kebijakan akuntansi
harus ditentukan dengan menerapkan standar tersebut dan
memperhatikan segala petunjuk penerapan terkait.
2) Apabila tidak ada standar tertentu yang secara khusus mengatur
tentang suatu transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya,
20 menerapkan kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi
yang:
a) Relevan dengan kebutuhan pembuatan keputusan oleh
pengguna, dan
b) Andal yang artinya laporan keuangan (i) menyajikan hasil dan
posisi keuangan entitas itu secara tepat, (ii) mencerminkan
substansi keekonomian dari peristiwa dan transaksi, bukan
bentuk formalnya saja, (iii) bersifat netral dan tidak
mengandung bias, (iv) terbuka, dan (v) lengkap secara material.
Dalam penerapan kebijakan, perusahaan harus menerapkannya
secara konsisten sehingga para pengguna laporan keuangan dapat
memahami dan membandingkan laporan keuangan selama beberapa
periode untuk mengidentifikasi kinerja, arus kas serta posisi keuangan
perusahaan. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan
suatu perusahaan bila akan menghasilkan laporan keuangan
perusahaan yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan melakukan
restatement laporan keuangan. Menurut GAO’s Definition of Restatement (2006), faktor-faktor yang menyebabkan restatement
laporan keuangan yaitu:
1) Akuisisi dan merger yang tidak sesuai peraturan.
2) Kesalahan dalam mencatat biaya dan perlakuan pajak.
21 4) Klasifikasi item yang tidak tepat.
5) Kesalahan akuntansi pada akun-akun investasi, goodwill, aktivitas restrukturisasi, dan penilaian persediaan.
6) Eror pada pencatatan pengakuan pendapatan
7) Kesalahan akuntansi dalam perlakuan saham, derivatif, dan hal-hal
yang menyangkut surat berharga.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau
kecilnya suatu perusahaan. Beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk menentukan besar atau kecilnya perusahaan dapat ditentukan
dengan melihat aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan perusahaan
dalam suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan untuk melakukan
aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar.
Semakin besar jumlah total aset, penjualan suatu periode, jumlah
karyawan dan jumlah saham berada dalam suatu perusahaan, maka
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar
perusahaan, kemungkinan datangnya pengaruh dari luar semakin
meningkat (Puspitasari et al., 2014). Jadi, dengan adanya pengaruh tersebut, kemungkinan perusahaan besar melakukan restatement laporan keuangan akibat salah saji laporan keuangan masih ada.
Umumnya, skala perusahaan dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan, yaitu perusahaan besar,
22 (1994)dalam Suwito dan Herawaty (2005), penentuan perusahaan
didasarkan pada total aset, sebagai berikut:
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih lebih besar dari Rp. 10 miliar termasuk tanah dan bangunan,
serta memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 miliar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki
kekayaan bersih Rp. 1 miliarsampai Rp. 10 miliar termasuk tanah dan
bangunan, serta memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp. 1 miliar
dan kurang dari Rp. 50 miliar /tahun.
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp. 200 juta termasuk tanah dan bangunan, serta
memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 miliar /tahun.
Selain itu, ketentuan Bapepam No. 11/PM/1997 mengatur
mengenai ukuran perusahaan berdasarkan total aset, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang
memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 miliar rupiah”. Ukuran
perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki
perusahaan. Total aset merupakan jumlah keseluruhan kekayaan yang
dimiliki perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuannya. Ukuran
23 perusahaan karena nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai
kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan.
5. Dewan Komisaris Independen
Penerapan prinsipGCG salah satunya ditandai dengan dibentuknya
dewan komisaris. Dewan komisaris dalam suatu perusahaan bertugas
melakukan fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen dan
memberikan nasihat kepada dewan direksi jika dipandang perlu. Dewan
komisaris dipilih oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemengang
Saham (RUPS). Komposisi dewan komisaris harus dibuat sedemikian rupa
sehingga proses pengawasan dapat berjalan efektif, tepat, cepat, serta
bertindak secara independen tanpa adanya kepentingan tertentu.
Berdasarkan KNKG (2006), dewan komisaris dalam suatu perusahaan
harus terdiri dari 2 jenis dewan komisaris, yaitu komisaris independen dan
komisaris yang terafiliasi.
Keberadaan dewan komisaris independen sangat diperlukan dalam
mendorong diterapkannya prinsip dan praktik GCG dalam suatu
perusahaan. Dewan komisaris independen dapat diartikan sebagai dewan
komisaris yang tidak memiliki hubungan atau kepentingan apapun dengan
pemegang saham, direksi ataupun komisaris lainnya, sehingga dewan
komisaris ini dapat menjalankan tugasnya secara independen, tanpa ada
pengaruh dari pihak manapun. Menurut FCGI, dewan komisaris
24
a.
Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen.b.
Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas,atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari
perusahaan.
c. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan
lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam
kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menepati posisi
seperti itu.
d. Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan
perusahaan tersebut.
e. Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau
pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau
perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok
atau pelanggan tersebut.
Dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan agar
dewan komisaris lebih objektif dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena
itu, keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan
diharapkan lebih efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham
25 komisaris, terutama dalam hal pengendalian internal, manajemen risiko,
pengungkapan laporan keuangan serta praktik GCG.
6. Independensi Komite Audit
Berdasarkan hukum di Indonesia, perusahaan-perusahaan go public
wajib membentuk komite audit. Komite audit merupakan salah satu
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas membantu
dewan komisaris menjalankan tanggung jawab dan wewenangnya. Komite
audit dapat berguna untuk menangani masalah-masalah yang
membutuhkan integrasi dan koordinasi, sehingga permasalahan yang
signifikan dan penting dapat teratasi.
Menurut Arens et al. dalam Auditing dan Jasa Assurance
(2010:112), mendefinisikan komite audit sebagai berikut:
“Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen”.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 Tahun
2005 Pasal 72, menyebutkan beberapa tugas dan tanggung jawab yang
sedikitnya harus dilaksanakan oleh anggota komite auditdi
perusahaan,diantaranya:
a. Membantu komisaris/dewan pengawas dalam memastikan efektivitas
sistempengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan tugas
auditoreksternal dan auditorinternal.
b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh
26
c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.
d. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segalainformasi yang dikeluarkan perusahaan.
e. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris/dewan pengawas serta tugas-tugas komisaris/dewan
pengawas lainnya.
Dalam menjalankan fungsinya pada suatu perusahaan, komite audit
memiliki beberapa tanggung jawab dan tugas terhadap beberapa hal
penting dalam perusahaan. Menurut FCGI (2009:37), terdapat tiga hal
yang mendasar yang merupakan tanggung jawab dan tugas komite audit,
yaitu:
1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)
Dalam bidang laporan keuangan, komite audit memiliki tanggung
jawab untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen sesuai dengan kondisi keuangan, hasil usaha, serta rencana
dan komitmen jangka panjang.
2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Dalam bidang tatakelola perusahan, komite audit harus memastikan
bahwa perusahaan telah menerapkan corporate governance sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan
27 terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)
Dalam bidang pengawasan perusahaan, tanggung jawab komite audit
termasuk dalam pemahaman mengenai masalah serta hal-hal yang
berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendali internal serta
memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
Dalam penerapan GCG, komite audit harus dapat memastikan
bahwa perusahaan telah mematuhi segala peraturan-peraturan yang
berlaku dan memastikan perusahaan telah menjalankan kegiatan
operasionalnya secara etis dan bermoral. Oleh karena itu, keberadaan
komite audit diperlukan dalam suatu perusahaan untuk dapat mencapai
tujuannya.
Menurut Surat Edaran Otoritas Keuangan No. 16/SEOJK.05/2014,
komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris dalam:
a. Memastikan pengendalian internal dilaksanakan dengan baik.
b. Memastikan pelaksanaan audit internal maupun audit independen dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku.
c. Memastikan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan satuan kerja audit internal, auditor independen/ eksternal, dan hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan.
28
e. Memastikan kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku.
Dengan adanya komite audit dalam sebuah perusahaan, maka
aktivitas manajemen dapat diawasi tanpa adanya intervensi dari pihak
manapun karena komite audit bersifat independen (Kusumo dan Meiranto,
2014).Berdasarkan peraturan No. 55/POJK.04/2015 mengenai
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, komite audit
paling sedikit terdiri dari tiga orang anggota yang berasal dari komisaris
independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Menurut
Bapepam dalam Kep-29/PM/2004,independensi dapat diartikan sebagai
pihak dari luar direksi yang tidakmemiliki hubungan usaha dan afiliasi
dengan: (1) perusahaan tercatat, (2) komisaris, (3) direksi dan (4)
pemegang saham utama perusahaan tercatat, danmampu memberikan
pendapat profesional secara bebas sesuai dengan etikaprofesionalnya dan
tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Independensi komite audit
sangat diperlukan keberadaannya dalam sebuah perusahaan, karena
dengan adanya komite audit yang independen, proses pengawasan yang
dilakukan oleh komite audit dapat berjalan secara efektif tanpa adanya
kepentingan tertentu.
7. Kualitas Audit
Audit adalah suatu proses yang sistematik untuk memastikan
laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan telah sesuai dengan
29 mendeteksi adanya kesalahan dalampenyajian ataupun kecurangan dalam
laporan keuangan perusahaan, agar laporan keuangan yang disajikan dapat
dipercaya oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Oleh sebab itu,
kualitas audit seorang auditor sangat berperan penting, karena sebagai
bentuk penilaian terhadap hasil profesionalisme seorang auditor, terutama
dalam mendeteksi, menganalisis dan melaporkan hasil penemuan audit
terhadap laporan keuangan klien (Wiryadi dan Sebrina, 2013).
Kualitas audit menentukan tingkat kepercayaan para pengguna
laporan keuangan. Menurut De Angelo (1981) dalam Alim et al. (2007), kualitas audit dapat didefinisikan sebagai probabilitas di mana seorang
auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran
dalam sistem akuntansi kliennya. Kualitas audit yang dilakukan auditor
eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran Kantor Akuntan
Publik (KAP)(big four dan non-big four), biaya audit yang dikeluarkan perusahaan dan spesialisasi yang dilakukan auditor eksternal. Terdapat
beberapa KAP big four yang berafiliasi dengan KAP di Indonesia. Berikut adalah KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal pada tahun 2011-2014. Pada tahun 2011, KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal terdiri atas:
a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Haryanto Sahari dan Rekan.
30 c. Ernst & YoungGlobal (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono,
Sarwako dan Sandjaja.
d. Klynveld PeatMarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
Sementara pada tahun 2012-2014, KAP big four berafiliasi dengan KAP lokal yaitu:
a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Tanudiredja Wibisana dan Rekan.
b. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio dan Rekan.
c. Ernst & YoungGlobal (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja.
d. KlynveldPeatMarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
Auditor big four dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor non-big four(Nini dan Trisnawati, 2009). Oleh karena itu, auditor big four akan mempertahankan reputasinya tersebut dengan cara memberikan perlindungan terhadap pihak yang
berkepentingan dan masyarakat. Reputasi yang dimiliki auditor big four
dianggap mampu mendeteksi adanya salah saji dan kecurangan yang
dilakukan perusahaan, sehingga perusahaan mampu menghindari
31 menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat
dipercaya. Hal tersebut dikarenakan pihak luar perusahaan percaya bahwa
auditor yang berkualitas akan mempertahankan kredibilitas yang
dimilikinya dengan lebih berhati-hati dalam melakukan proses auditnya.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Maka, sebagai tolak ukur dari penelitian ini, akan
diperlihatkan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan
32 Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Ridho Widi
Kusumo dan Meiranto (2014)
Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Keterjadian Restatement
1. Variabel dependen
yang
digunakan:restatementl aporan keuangan. 2. Variabel independen
yang digunakan: dewan komisaris independen.
1. Tidak terdapat
variabel:
independensi komite
audit, ukuran
perusahaan dan
kualitas audit,
2. Penelitian terdahulu menggunakan sampel
laporan keuangan
perusahaan pada
tahun 2008-2012.
Kepemilikan
institusional memiliki pengaruh yang negatif terhadap restatement
laporan keuangan, serta ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit,
proporsi dewan
komisaris independen
dan kepemilikan
manajerial tidak
signifikan memengaruhi
restatement laporan keuangan.
33 Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Dyna
Puspitasari dan Indira Januarti (2014)
Pengaruh
Keberadaan Wanita Dalam Dewan, Profitabilitas, Leverage, Rasio Aktivitas
Perusahaan, Ukuran
Perusahaan, dan Dewan Komisaris Independen
Terhadap Restatement
Laporan Keuangan Perusahaan
1. Variabel dependen yang digunakan:restatementlapo ran keuangan.
2. Variabel independen yang
digunakan: dewan
komisaris independen dan ukuran perusahaan.
1. Tidak terdapat
variabel:
independensi komite audit dan kualitas audit.
2. Menggunakan
sampel laporan
keuangan perusahaan pada tahun 2007-2012.
Persentase keberadaan
wanita dalam
keanggotaan dewan,
leverage dan rasio aktivitas perusahaan berpengaruh terhadap
restatement laporan keuangan,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan dewan komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap restatement
laporan keuangan.
[image:48.842.128.764.49.424.2]34 Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Sharma dan
Iselin (2012)
The Association between Audit Committee Multiple-Directorship,
Tenure and Financial
Misstatements
1. Variabel dependen
yang digunakan:
restatement laporan keuangan.
1. Tidak terdapat
variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris
independen,
independensi komite audit, dan kualitas audit.
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara multipel-direktur dan masa
jabatan komite audit
dengan salah saji laporan keuangan.
4. Francis et al. (2012)
Office Size of Big 4 Auditors and Client Restatements
1. Variabel dependen yang digunakan:
restatements laporan keuangan.
2. Variabel independen yag digunakan: ukuran KAP
1. Tidak terdapat
variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris
independen, dan
independensi komite audit.
Ukuran KAP (kualitas
auditor) memiliki
perngaruh terhadap
restatement laporan keuangan.
[image:49.842.129.761.47.423.2]35 Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Rani (2011) Pengaruh Kinerja
Komite Audit Terhadap Manajemen Laba (Dengan Menggunakan Earnings Restatement Sebagai Proksi Dari Manajemen Laba) 1. Variabelindependen yang digunakan:independens i komite audit.
1. Tidak terdapat
variabel:restatement
laporan keuangan,
dewan komisaris
independen, ukuran
perusahaan dan
kualitas audit.
Independensi komite
audit berpengaruh
terhadap keterjadian
earning restatement, serta ukuran komite audit, keahlian di bidang keuangan komite audit dan pertemuan (rapat)
komite audit tidak
berpengaruh terhadap
keterjadian earning
[image:50.842.127.764.44.437.2]36 Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6. Schmidt dan
Wilkins (2011)
Bringing Darkness to Light:
The Influence of Auditor Quality and Audit Committee Expertise
on the Timeliness of Financial Statement Restatement
Disclosures
1. Variabel dependen
yang digunakan:
restatement laporan keuangan.
2. Variabel independen
yang digunakan:
kualitas auditor.
1. Tidak terdapat
variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris
independen, dan
independensi komite audit.
Kualitas auditor
memiliki pengaruh
terhadap restatement
laporan keuangan.
[image:51.842.118.758.43.449.2]37 Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. Linda
Santioso et al. (2011)
Analisis Deskripsi Hubungan Antara Karakter
Perusahaan, Independen
Komisaris, Komite Audit dan Reputasi Auditor Terhadap Terjadinya
Pernyataan
Kembali Laporan Keuangan Pada
Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
1. Variabel dependen:
restatement laporan keuangan.
2. Variabel
indenpenden: ukuran
perusahaan dan
dewan komisaris
independen.
1. Tidak terdapat
variabel:
independensi komite auditdan kualitas audit.
2. Penelitian terdahulu menggunakan
sampel laporan
perusahaan pada
tahun 2004-2009.
Dewan komisaris
independen, jumlah
komite audit, karakteristik perusahaan dan reputasi auditor memiliki korelasi
terhadap restatement
laporan keuangan
perusahaan.
[image:52.842.127.758.46.431.2]38 Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8. Carcello et al. (2010)
CEO Involvement in Selecting Board Members, Audit Committee
Effectiveness, and Restatements
1. Variabel dependen:
restatement laporan keuangan.
2. Terdapat variabel independen:
independensikomite audit.
1. Tidak terdapat variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris
independen dan kulitas audit.
Independensi komite audit tidak berpengaruh
terhadap restatement
laporan keuangan.
9. Citra
Yuristisia
dan Niki
Lukviarman (2008)
Analisis Hubungan Strong Board dan Eksternal
Governance Terhadap Accounting Restatement.
1. Variabel dependen:
restatement laporan keuangan.
2. Terdapat variabel
independen: dewan
komisaris independen.
1.Tidak terdapat
variabel: ukuran
perusahaan,
independensi komite audit dan kualitas audit.
2.Menggunakan sampel
laporan keuangan
perusahaan tahun
2003-2006.
Terdapat hubungan yang positif antara strong boards dan exsternal governance terhadap
restatement laporan keuangan perusahaan.
[image:53.842.119.757.43.447.2]39 Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
10. Abbott et al. (2004)
Audit Committee Characeristics and Restatement.
1. Variabel dependen yang digunakan:restatementlapo ran keuangan.
1. Tidak terdapat
variabel:dewan komisaris independen, independensi
komite audit,
ukuran perusahaan dan kualitas audit. 2. Menggunakan
sampel laporan
keuangan
perusahaan tahun 1991-1999.
Keberadaan komite audit
independen yang
beranggotakan paling
sedikit 3 orang dan beranggotakan 1 orang
yang mempunyai
keahlian di bidang
keuangan akan
memperkecil terjadinya
restatement, serta frekuensi rapat yang dilakukan komite audit
tidak berpengaruh
terhadap kemungkinan
[image:54.842.128.765.47.428.2]40 C. Kerangka Pemikiran
Model kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan pada
[image:55.595.119.562.187.682.2]gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan
restatement laporan keuangan
Ukuran Perusahaan (H1)
Dewan Komisaris Independen (H2)
Independensi Komite Audit (H3)
Kualitas Audit (H4)
Perusahaan tidak dapat meminimalisir terjadinya restatement
laporan keuangan perusahaan.
Restatement Laporan Keuangan
Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
41 D. Hipotesis
1. Ukuran Perusahaan terhadap Restatement Laporan Keuangan
Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan. Untuk
menilai ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu total
aset, total penjual pada suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan
untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham
perusahaan yang beredar. Ukuran perusahaan biasanya dibedakan menjadi
tiga, yaitu perusahaan besar, menengah dan kecil. Berdasarkan ketentuan
Bapepam No. 11/PM/1997 mengenai ukuran perusahaan berdasarkan total aset, menyebutkan bahwa “Perusahaan menengah atau kecil adalah
perusahaan yang memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 miliar rupiah”.
Perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih
kompleks (Halim et al., 2005).Hal tersebut menyebabkan peluang perusahaan besar melakukan kesalahan penyajian laporan keuangan lebih
tinggi dibandingkan perusahaan kecil, sehingga menyebabkan perusahaan
wajib melakukan restatement laporan keuangannya.Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santioso et al. (2011), yang menyatakan bahwa karateristik yang dimiliki perusahaan (diproksikan oleh
ukuran perusahaan dan kategori industri) memiliki korelasi terhadap
42 H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Restatement Laporan
Keuangan Perusahaan.
2. Dewan Komisaris Independen terhadap Restatement Laporan Keuangan
Dalam menerapkan GCG perusahaan dianggap perlu membentuk
suatu dewan yang bertugas membantu dewan direksi dan melakukan
pengawasan atas kinerja manajemen dalam mengelola aset perusahaan.
Keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan diharapkan mampu
meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara manajemen
perusahaan dengan para pemegang saham. Oleh karena itu, dewan
komisaris harus menjalankan tugasnya secara independen agar kinerja
dewan komisaris dapat berjalan efektif, cepat dan tepat. Berdasarkan
Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas,
anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya satu orang atau lebih
komisaris independen dan satu orang komisaris utusan. Dewan komisaris
independen dapat didefinisikan sebagai anggota dewan komisaris yang
tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan (KNKG, 2006)
Kemampuan dewan komisaris dalam mekanisme pengawasan yang
43 1996). Hal tersebut karena pengawasan yang dilakukan oleh anggota
komisaris independen akan lebih baik dan bebas dari berbagai kepentingan
internal pihak perusahaan (Nicolin dan Sabeni, 2013). Pengawasan yang
dilakukan oleh komisaris independen dapat mengurangi ri