RUMPUT BERMUDA (
Cynodon dactylon)TIFF WAY 146
I PUTU SURYA WIRAWAN
PROGRAM STUDI ILMU KETEKNIKAN PERTANIAN
SEKOLAH PASCASARJANA
▸ Baca selengkapnya: pemangkasan dengan hasil berterap/seperti tangga disebut teknik pemangkasan
(2)PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Ketinggian Pemangkasan Dengan Mesin Potrum SRT-03 Terhadap Torsi Pemangkasan dan Kualitas Lapangan Rumput Bermuda (Cynodon dactylon) Tiff Way 146 adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini
Bogor, September 2008
torque and quality of turfgrass Tiff Way 146 with Potrum SRT-03 machine.
Under direction of I NENGAH SUASTAWA and NIZAR NASRULLAH.
Rotary mower is one of mowing tools commonly used to maintain lawn or turfgrass. Mowing height and mowing torque are important factors that should be taken into account in sustaining grass quality and designing a rotary mower. The study was addressed to recognize the influence of mowing height to required mowing torque and turfgrass quality. The mowing torque was measured at mowing height of 2, 3 and 4 cm. Measurement of mowing torque in the field was done by using a specially designed turfgrass rotary mowing apparatus that representing a rotary mower mowing mechanism. The apparatus was equipped with torque measurement system. The measured average torque was used to calculate the power requirement of mowing. The needs of maximum and minimum mowing torque to mow turfgrass for all mowing height were 0,68 Nm and 0,05 Nm. The average mowing torque were 0,51 Nm, 0,24 Nm, and 0,08 Nm, at mowing height of 2, 3 and 4 cm respectively. The average power that required to mowing was 146,8 watt, 96,1 watt, and 23 watt respectively. The grass quality was evaluated in terms of color, density, yield and bundle of grass. The best quality of turfgrass surface was achieved when it was mowed at the height of 3 cm. It had density of 350 grass shoots/100 cm2,yield of 9 g/m2, and green color. Key words: mowing, rotary mower, turf grass.
RINGKASAN
I PUTU SURYA WIRAWAN. Pengaruh Ketinggian Pemangkasan Dengan Mesin Potrum SRT-03 Terhadap Torsi Pemangkasan dan Kualitas Lapangan Rumput Bermuda (Cynodon dactylon) Tiff Way 146. Dibimbing oleh I NENGAH SUASTAWA dan NIZAR NASRULLAH
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 33 provinsi dengan 370 kabupaten dan 95 kota (BPS, 2008). Data statistik yang diperoleh tahun 2008, jumlah stadion sepak bola se-Indonesia adalah sebanyak 82 lapangan (PSSI, 2008) dan jumlah lapangan golf se-Indonesia adalah sebanyak 210 (PGI, 2008). Jumlah lapangan rumput yang banyak ini, memerlukan sumber daya manusia dan mesin pemangkas dalam pemeliharaan rumput lapangan. Pemeliharaan lapangan rumput merupakan salah satu faktor yang penting agar rumput lapangan berfungsi sesuai dengan tujuannya. Salah satu mesin pemangkas rumput yang paling umum dipakai adalah mesin pemangkas rumput tipe rotari.
Sejak tahun 2002 telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perilaku dan mekanisme pemangkasan rumput dengan menggunakan pisau rotari. Salah satu penelitian tentang mesin pemangkas rumput tipe rotari yang dilakukan adalah mesin pemangkas tipe rotari dengan sistem pengatur ketinggian pemangkasan yang memiliki sistem empat batang penghubung (Suastawa, 2002). Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan prototipe mesin pemangkas rumput Potrum SRT-03 dengan menggunakan motor listrik. Mesin Potrum SRT-03 ini, merupakan pengembangan desain dari mesin pemangkas rumput SRT-01 dan SRT-02. Mesin pemangkas rumput tipe rotari yang dijual di pasaran (pabrikasi) sudah cukup banyak diproduksi baik dari tipe gendong tipe dorong sampai tipe dikendarai (riding mower).
Penelitian ini dilakukan di Turfgrass Teaching Farm, University Farm IPB, unit Sindang Barang, Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian pemangkasan dengan mesin Potrum SRT-03 terhadap torsi pemangkasan serta kualitas visual dan fungsional rumput Bermuda Tiff Way 146 di lapangan rumput percobaan. Perlakuan yang diamati pada penelitian ini ada dua, pertama adalah ketinggian pemangkasan 2, 3, dan 4 cm dengan variabel berupa kebutuhan torsi, kualitas visual rumput dan kualitas fungsional rumput. Kedua adalah kinerja mesin Potrum SRT-03 dan pabrikasi pada pola lintasan kontinyu, maju mundur, head land, sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan dan sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan. Variabel yang diamati adalah kapasitas lapangan teoritis (KLT), kapasitas lapangan efektif (KLE), dan efisiensi lapangan. Pada pengujian di lapangan, pengukuran torsi pemangkasan dilakukan untuk menduga kebutuhan daya yang diperlukan untuk memangkas rumput. Proses pemangkasan rumput dilakukan dengan apparatus uji pemangkas rumput yang sengaja dibuat dengan mekanisme kerjanya mewakili Potrum SRT-03.
pangkas 2, 3, dan 4 cm adalah masing-masing 0,51 Nm, 0,24 Nm dan 0,08 Nm. Daya pemangkasan rumput rata-rata yang dibutuhkan untuk memangkas rumput pada ketinggian pangkas 2, 3, dan 4 cm adalah masing-masing sebesar 146,8 watt, 69,1 watt, dan 23 watt.
Nilai efisiensi lapangan tertinggi mesin Potrum SRT-03 diperoleh pada pola lintasan pemangkasan maju mundur, sedangkan pada mesin pabrikasi efisiensi tertinggi diperoleh pada pola lintasan pemangkasan kontinyu. Kualitas rumput yang terbaik didapatkan pada ketinggian pangkas 3 cm dengan warna daun hijau tua (skor 4), densitas 350 tunas/100cm2, jumlah yield 9 g/m2, dan panjang akar 8-12 cm, 4 hari setelah proses pemangkasan dilakukan.
@Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
RUMPUT BERMUDA (
Cynodon dactylon)TIFF WAY 146
I PUTU SURYA WIRAWAN
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian
PROGRAM STUDI ILMU KETEKNIKAN PERTANIAN
SEKOLAH PASCASARJANA
Nama : I Putu Surya Wirawan
NRP : F.151060041
Program Studi : Ilmu Keteknikan Pertanian
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Dr.Ir. I Nengah Suastawa,M.Sc. Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Keteknikan Pertanian
Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan di Turfgrass Teaching Farm, University Farm IPB, unit Sindang Barang, Bogor sejak bulan Pebruari sampai Mei 2008. Penelitian ini diberi judul Pengaruh Ketinggian Pemangkasan dengan Mesin Potrum SRT-03 terhadap Torsi Pemangkasan dan Kualitas Lapangan Rumput Bermuda (Cynodon dactylon) Tiff Way 146.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr.Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc, dan Bapak Dr.Ir.Nizar Nasrullah, M.Agr, masing-masing selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan dari perencanaan hingga penulisan karya ilmiah ini selesai.
Disamping itu, terima kasih penghargaan penulis sampaikan kepada : 1. Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan beasiswa BPPS. 2. Bapak Dr.Ir. Radite P.A. Setiawan, M.Agr, sebagai penguji yang telah
memberikan arahan, masukan, dan saran dalam penyusunan tesis ini. 3. Bapak Ir. Fahmi yang telah membantu dalam pengadaan bibit rumput
4. Bapak Dr.Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr yang telah banyak membantu dalam pembuatan program
5. Bapak Abbas Mustafa yang telah membantu dalam perbaikan apparatus uji dan Potrum SRT 03
6. Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian angkatan 2006 yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam penelitian serta saudara Doni dan Ilham yang selalu membantu dalam pengujian di lapangan.
7. Bapak Ropik yang telah membantu dalam pemeliharaan rumput di lapangan 8. Kedua Orangtua tercinta yang selalu memberikan dukungan dalam
penyelesaian karya ilmiah ini .
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini bermanfaat
tunggal dari ayah bernama I Wayan Suarya dan Ibu I Nengah Winanti. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Lulus tahun 1999. Pada tahun 2002 sampai sekarang penulis sebagai staf pengajar di Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 3
Hipotesa ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Budidaya Rumput ... 4
Kriteria Rumput Lapangan Olah Raga ... 5
Mesin Pemangkas Rumput Tipe Rotari ... 6
Mekanisme Pemangkasan Mesin Pemangkas Rumput Tipe Rotari ... 8
Torsi Pemangkasan ... 9
Daya Pemangkasan ... 10
Pemeliharaan Rumput Lapangan Olah Raga ... 11
Kualitas Rumput ... 12
Kinerja Mesin Pemangkas ... 15
METODE PENELITIAN ... 16
Waktu dan Tempat Penelitian ... 16
Alat dan Bahan ... 16
Rancangan Penelitian ... 17
Tahapan Penelitian ... 19
Kalibrasi Apparatus Uji ... 21
Pengukuran Torsi Pemangkasan ... 21
Kualitas Pemangkasan ... 23
Kinerja Mesin Pemangkas Rumput ... 24
Analisis Data Hasil Pengukuran Torsi di Lapangan ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
Lapangan Rumput Percobaan ... 26
Hasil Kalibrasi Instrument Uji ... 27
Torsi Pemangkasan ... 28
Kualitas Lapangan Rumput Percobaan Setelah Pemangkasan ... 32
Warna Daun Rumput ... 33
Densitas Rumput dan Yield ... 34
Kinerja Mesin Pemangkas ... 36
SIMPULAN DAN SARAN ... 37
Simpulan ... 37
Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Karakteristik rumput landsekap pada daerah tropis ... 4
2 Ketinggian dan frekuensi pemangkasan rumput di berbagai kondisi lahan .... 5
3 Rancangan penelitian ... 17
4 Warna dan notasi rumput lapangan ... 18
5 Kebutuhan daya (watt) berbagai ketinggian pangkas ... 32
6 Hasil pengujian warna daun rumput tiap ketinggian pangkas ... 34
7 Hasil densitas rumput pada lapangan percobaan ... 34
8 Jumlah Yield pada ketinggian pangkas ... 35
Halaman
1 Contoh pisau pemangkas rumput tipe rotari dan tipe reel ... 7
2 Contoh pisau pemangkas tipe flail ... 7
3 Kurva locus trochoidal untuk pisau rotari (Sakai, 1998) ... 9
4 Tekstur beberapa jenis rumput ... 11
5 Skema pengujian ... 18
6 Diagram alir tahapan penelitian ... 19
7 Desain lapangan ... 21
8 Contoh kalibrasi sensor pada poros pisau ... 22
9 Metode pengukuran torsi di lapangan percobaan... 22
10 Contoh penentuan warna daun rumput ... 23
11 Pola pemangkasan ... 24
12 Tahapan pembuatan lapangan rumput percobaan ... 26
13 Hubungan antara tegangan dengan strain ... 28
14 Hubungan strain-torsi ... 28
15 Pola pemangkasan 2 pisau, R = 0,2 m, n = 2751 rpm, v = 0,27 m/s ... 29
16 Contoh luas daerah rumput yang terpangkas ... 30
17 Kebutuhan torsi rata-rata berbagai tinggi pemangkasan ... 31
18 Torsi rata-rata pada berbagai tinggi pemangkasan ... 31
19 Hasil pemangkasan pada ketinggian pangkas. ... 33
20 Hasil pemangkasan : (a) potrum SRT-03, (b) mesin pabrikasi ... 33
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1 Denah lapangan rumput percobaan ... 41
2 Pembuatan lapangan rumput. ... 42
3 Pertumbuhan rumput Bermuda Tiff way 146 ... 43
4 Potrum SRT- 03, apparatus uji, dan mesin pabrikasi ... 44
5 Instrument pengukuran dan perekam data ... 45
6 Hasil kalibrasi instrument uji ... 46
7 Hasil pengukuran kebutuhan torsi tanpa beban ... 47
8 Hasil kebutuhan torsi saat gesekan ... 48
9 Hasil pengukuran kebutuhan torsi pada ketinggian pangkas 2 cm ... 49
10 Hasil pengukuran kebutuhan torsi pada ketinggian pangkas 3 cm. ... 50
11 Hasil pengukuran kebutuhan torsi dan daya pada tinggi pangkas 4 cm ... 51
12 Contoh kebutuhan torsi hasil pengukuran pada berbagai kondisi ... 52
13 Hasil kebutuhan torsi dan daya rata-rata pada berbagai kondisi ... 54
14 Perhitungan torsi pemangkasan secara teoritis saat mesin tanpa memangkas dan gesek.. ... 55
15 Gambar proses melubangi pipa pada saluran drainase ... 56
16 Perhitungan kapasitas lapangan teoritis (KLT), kapasitas lapangan efektif (KLE) dan efisiensi lapangan ... 57
17 Perhitungan luas daerah pemangkasan ... 62
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 33 provinsi dengan
370 kabupaten dan 95 kota (BPS, 2008). Bidang olah raga di Indonesia khususnya
sepak bola dan golf berkembang dengan baik, terbukti dengan diadakannya kompetisi
antar klub sepak bola dan golf baik di Indonesia maupun di tingkat internasional.
Data statistik yang diperoleh tahun 2008, jumlah stadion sepak bola se-Indonesia
adalah sebanyak 82 lapangan (PSSI, 2008) dan jumlah lapangan golf se-Indonesia
sebanyak 210, (PGI, 2008). Jumlah lapangan golf di Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 70-an terdapat 48 lapangan, pada tahun
80-an dan 90-an terdapat 68 dan 118 lapangan. Pada tahun 2000-an meningkat
dengan pesat menjadi 210 lapangan.
Jumlah lapangan rumput yang cukup banyak ini, tentunya memerlukan
sumber daya manusia dan mesin dalam pemeliharaan rumput. Pemeliharaan lapangan
rumput merupakan salah satu faktor yang penting agar rumput berfungsi sesuai
dengan tujuannya. Salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas lapangan
rumput adalah pemeliharaan yang teratur (Emmons, 2000). Kualitas rumput dapat
diperoleh dari pengelolaan pemeliharaan rumput yang tepat seperti peremajaan,
pemeliharaan, dan pemangkasan (Beard, 1973) dan (Tjahjono, 1993).
Pekerjaan utama dalam pemeliharaan lapangan rumput adalah pemangkasan
rumput secara teratur. Khusus untuk lapangan sepak bola dan golf yang memiliki
intensitas penggunaan yang tinggi, pemangkasan rumput yang teratur dengan
ketinggian pangkas yang sesuai dengan tujuan dan fungsi lapangan rumputnya mutlak
dilakukan. Ketinggian pemangkasan dapat mempengaruhi tingkat kehalusan daun
rumput (Emmons, 2000). Salah satu indikator lapangan rumput yang berkualitas
adalah keadaan rumputnya yang baik. Kualitas rumput lapangan dapat mempengaruhi
kecepatan mengelindingnya bola pada permainan sepak bola (Puhalla, 1988).
Salah satu mesin pemangkas rumput yang paling umum dipakai adalah mesin
2
untuk memangkas rumput lapangan sepak bola. Mesin jenis ini dapat memberikan
hasil pangkasan yang dapat diterima pada berbagai jenis kondisi areal lapangan
rumput. Konstruksi, mekanisme, dan pemeliharaannya tidak serumit mesin
pemangkas rumput tipe reel.
Sejak tahun 2002 telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perilaku dan
mekanisme pemangkasan rumput dengan menggunakan pisau rotari. Salah satu
penelitian tentang mesin pemangkas rumput tipe rotari yang dilakukan adalah mesin
pemangkas tipe rotari dengan sistem pengatur ketinggian pemangkasan yang
memiliki sistem empat batang penghubung (Suastawa, 2002). Hasil dari penelitian
tersebut menghasilkan prototipe mesin Potrum SRT-03 dengan menggunakan motor
listrik. Mesin Potrum SRT-03 ini, merupakan pengembangan desain dari mesin
pemangkas rumput SRT-01 dan SRT-02. Dari pengujian mesin pemangkas rumput
SRT-03 ini, diketahui bahwa mesin ini dapat memangkas rumput dengan rapi pada
berbagai ketinggian pangkas, dan rumput pangkasan (clippings) dapat langsung
ditampung ke dalam kantung.
Mesin pemangkas rumput tipe rotari yang dijual di pasaran (pabrikasi) juga
sudah cukup banyak diproduksi baik tipe gendong, tipe dorong dan tipe yang
dikendarai. Dengan meluasnya penggunaan mesin pemangkas tipe rotari ini,
pengembangan mesin ini sangat penting untuk dilakukan untuk menghasilkan
prototipe mesin pemangkas rumput tipe rotari yang lebih baik terutama dari segi
efisiensi kebutuhan daya pemangkasan rumput.
Lapangan rumput pada daerah tropis yang umum digunakan yaitu rumput
Gajahan/Carpetgrass (Axonopus compressus), rumput Bermuda/Bermudagrass
(Cynodon dactylon), rumput jepang/Zoysiagrass (Zoysia spp), Bahiagrass(Paspalum
notatum), Centipedegrass (Eremochloa ophiuroides), Agrotis/Bentgrass (Agrotis
polutris) dan St.Augustinegrass (Stenotaphrum secundatum) (Beard,1973) dan
(Tjahjono, 1993). Jenis rumput Bermuda merupakan jenis rumput yang paling
banyak dipergunakan pada lapangan sepak bola karena rumput ini mempunyai
beberapa keunggulan, yaitu warnanya menarik, tekstur daun halus, dapat beradaptasi
pertumbuhan cepat dan responsif terhadap pemupukan dan pengairan (Beard, 1973)
dan (Tjahjono, 1993). Menurut Hopkin (2000), rumput memiliki kegunaan dalam
penyediaan permukaan yang ideal untuk permainan dengan lentingan dan luncuran
bola terprediksi. Hasil penelitian Dogherty dan Gale (1991) yang dilakukan pada
satuan tunas rumput menunjukkan bahwa kecepatan pemangkasan berpengaruh
terhadap kebutuhan energi dan hasil pemangkasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian pemangkasan
mesin Potrum SRT-03 terhadap torsi pemangkasan serta kualitas rumput Bermuda
Tiff Way 146 di lapangan rumput. Pengukuran torsi pemangkasan dilakukan untuk
menduga kebutuhan daya pemangkasan rumput. Pengukuran torsi pemangkasan di
lapangan rumput dengan apparatus uji pemangkas rumput yang sengaja dibuat
dengan mekanisme kerjanya mewakili Potrum SRT-03. Selain itu, dilihat juga
kualitas visual rumput dan fungsional rumput pada ketinggian pangkas. Kinerja
mesin Potrum SRT-03 dibandingkan dengan mesin pemangkas rumput tipe rotari
yang dijual di pasaran (pabrikasi) dengan berbagai pola lintasan pemangkasan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi lapangan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian pemangkasan
dengan mesin Potrum SRT-03 terhadap torsi pemangkasan, kualitas visual dan
kualitas fungsional lapangan rumput Bermuda (Cynodon dactylon) Tiff Way 146,
disamping itu ingin diketahui kinerja mesin Potrum SRT-03 dibandingkan dengan
mesin pemangkas rumput tipe rotari yang dijual di pasaran (Pabrikasi)
Hipotesa
Semakin pendek pemangkasan rumput, maka semakin besar kebutuhan torsi
pemangkasannya. Semakin banyak waktu kerja yang hilang pada suatu pola lintasan
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Rumput
Rumput merupakan tanaman monokotil yang lambat pertumbuhannya,
memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemangkasan (Munandar dan
Hardjosuwignyo, 1990). Rumput dapat diperbanyak secara generatif yaitu dengan
benih dan vegetatif yaitu dengan stolon, rhizome dan lempengan (Sulistyantara,
1992). Lingkungan tumbuh rumput terdiri atas suhu, kelembaban, cahaya, angin,
lokasi, dan bahkan faktor manusia. Faktor manusia adalah yang sangat penting ketika
menanam rumput (Rodney, 2004).
Rumput yang dibudidayakan untuk tanaman landsekap pada umumnya terdiri
dari enam jenis, dimana empat diantaranya digunakan untuk taman dan lapangan
olahraga dan lainnya digunakan untuk penguat teras dan pencegah erosi. Empat jenis
rumput untuk taman dan lapangan olahraga pada umumnya rumput jenis bermuda,
manila, gajahan dan agrotis. Karakteristik rumput pada daerah tropis dapat dilihat
pada Tabel 1 (Beard,1973) dan (Tjahjono, 1993).
Tabel 1 Karakteristik rumput landsekap pada daerah tropis
No Jenis Rumput Tekstur Warna
Gajahan/Carpetgrass(Axonopus compressus) Jepang/Zoysiagrass (Zoysia spp)
Bermuda/Bermudagrass (Cynodon Dactylon)
Agrotis/Bentgrass(Agrotis polustris) Bahiagrass (Paspalum notatum)
Centipedegrass (Eremochloa ophiuroides) St.Augustinegrass (Stenotaphrum secundatum)
Kasar
Pemeliharaan rumput lapangan dilakukan dengan tujuan agar kondisi rumput
tetap rapat, seragam dan memenuhi kualitas visual maupun fungsional (Munandar,
1990). Pemeliharaan rumput di lapangan meliputi :
1. Peremajaan rumput
Peremajaan rumput dilakukan untuk mendapat kondisi rumput yang baik dimana
kegiatan peremajaan meliputi verticutting, coring, top dressing dan sodding.
merangsang pertumbuhan akar baru dan membuang akar yang sudah tua. Coring
adalah pembuatan lubang pada tanah agar tanah tetap gembur sehingga kadar
oksigen tanah tetap stabil. Top dressing adalah penaburan pasir pada permukaan
tanah yang berfungsi untuk menutup lubang coring sehingga rumput dapat
tumbuh dengan baik. Sodding adalah kegiatan penambahan rumput yang rusak
dengan menggunakan lempengan rumput.
2. Pemeliharaan rumput
Perawatan rumput dilakukan dengan pemupukan yang teratur, penyiangan gulma,
dan irigasi yang baik agar kualitas rumput tetap terjaga.
3. Pemangkasan rumput
Pemangkasan rumput bertujuan untuk menjaga ketinggian rumput sesuai dengan
standar lapangan rumput yang ada. Pemangkasan rumput merupakan hal yang
paling mendasar dari pemeliharaan rumpur landsekap. Ketinggian dan frekuensi
pemangkasan masing-masing tempat lapangan rumput terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Ketinggian dan frekuensi pemangkasan rumput di berbagai kondisi lahan
Lokasi Ketinggian (mm) Frekuensi
Greens (lapangan golf)
Fairway (lapangan golf)
Tee box (lapangan golf)
Rough, slope bunker, dan
slope danau (lapangan golf)
Collar and apron
(lapangan golf) Lapangan sepak bola Lapangan bermain Lapangan taman rumah
3,75 - 6 2 kali seminggu 3 kali seminggu
3 kali seminggu
tiap hari
1-2 kali sebulan 1-2 kali sebulan 1-2 kali sebulan
Kriteria Rumput Lapangan Olah Raga
Menurut Munandar (1990), rumput untuk lapangan olah raga menghadapi
berbagai tekanan, yang utama berupa aktivitas lalu lintas dengan frekuensi tinggi di
atas padang rumput. Secara biologi, rumput untuk lapangan olah raga harus
mempunyai kemampuan tumbuh yang baik. Rumput harus memiliki penutupan yang
6
penutupan karena stolon, rhizoma maupun cabang-cabang lateral cukup tebal
sehingga menjamin elastisitas yang baik. Selain itu, rumput juga harus memiliki daya
adaptasi terhadap air dan suhu yang baik. Tiap rumput memiliki toleransi yang
berbeda-beda. Rumput juga harus memiliki daya adaptasi yang baik terhadap tanah.
Rumput Zoysia dan Bermuda adalah rumput yang dapat beradaptasi dengan baik
terhadap kondisi tanah yang kurang menguntungkan, seperti kondisi top soil yang
relatif tipis pada kebanyakan lapangan olah raga.
Rumput harus memiliki fleksibilitas dan resistensi untuk mengakomodasi
aktivitas-aktivitas lari, melompat dan menginjak-injak dalam kegiatan olah raga.
Aktivitas menginjak-injak dalam derajat ringan akan memperpendek stolon dan
ukuran tunas, mengurangi ketebalan dan meningkatkan jumlah anakan atau tunas,
stolon dan helai daun. Akan tetapi jika berlebihan, aktivitas tersebut akan
merobohkan rumput, mengubah warna pangkal-pangkal daun menjadi lebih putih dan
pucat, menyobek helai daun rumput, memadatkan tanah, dan meluruhkan pelepah
daun rumput. Rumput yang baik untuk olah raga hingga batas tertentu mempunyai
fleksibilitas dan toleransi yang baik terhadap kerusakan-kerusakan tersebut sehingga
lapangan rumput (turf) tampak selalu hijau (Munandar, 1990).
Mesin Pemangkas Rumput Tipe Rotari
Pemangkasan rumput dilakukan dengan berbagai macam alat pemangkas, baik
secara manual maupun dengan menggunakan mesin. Faktor peralatan yang
mempengaruhi kualitas pemangkasan rumput adalah kecepatan putar pisau,
ketajaman pisau dan pemasangan pisau pemangkas, sedangkan faktor operator yang
mempengaruhi pemangkasan adalah kecepatan maju operator (Tjahjono, 1994).
Mesin pemangkas rumput menurut jenisnya dapat digolongkan menjadi tiga yaitu
reel mower, rotary mower dan flail mower. Contoh gambar pisau pemangkas rumput
tipe rotari dan reel dapat dilihat seperti Gambar 1. Mesin rumput yang umum
dipergunakan untuk pemeliharaan lapangan rumput untuk olahraga dan taman adalah
pada kawasan gulma semak berkayu. Contoh gambar pisau pemangkas tipe flail dapat
dilihat seperti Gambar 2.
(a) Pisau pemangkas rumput tipe rotari (b) Pisau pemangkas rumput tipe reel
Gambar 1 Contoh pisau pemangkas rumput tipe rotari dan tipe reel
Mesin pemangkas rumput tipe rotari adalah mesin pemangkas rumput yang
memangkas berdasarkan benturan pisau terhadap rumput (free cutting), pisau
berputar secara horizontal, sejajar dengan permukaan tanah. Hasil pemangkasan
dengan menggunakan pemangkas rumput tipe rotari relatif kurang rapi dibandingkan
dengan tipe reel, tetapi dapat memberikan hasil pemangkasan yang dapat diterima
pada hampir semua kondisi areal pangkas. Toleransi pada cutting unitnyatidak terlalu
kritis seperti pada tipe reel. Pemangkas rumput jenis ini baik digunakan untuk lahan
yang miring dan datar, serta kurang memerlukan kerapian yang sangat tinggi.
Gambar 2 Contoh pisau pemangkas tipe flail
Pada lapangan golf, mesin pemangkas rumput tipe rotari digunakan untuk
memangkas rumput pada pinggir bunker sedangkan mesin pemangkas tipe reel
8
dilakukan karena tipe pemangkas tipe reel sangat sesuai pada lahan yang memiliki
elevasi yang tidak rata, memerlukan ketinggian yang seragam dan kerapian
pemangkasan yang tinggi.
Pada mesin pemangkas tipe rotari, variabel yang berpengaruh terhadap hasil
pemangkasan adalah kecepatan putar pisau pemangkas, kecepatan maju
pemangkasan, ketajaman dan jenis pisau pemangkas serta sudut pemasangan pisau.
Kecepatan pemangkasan akan berpengaruh terhadap energi spesifik pemangkasan
dan hasil pemangkasan. Hasil penelitian Dogherty dan Gale (1991), menunjukkan
bahwa pemangkasan rumput secara free cutting yang efisien mempunyai kecepatan
kritis antara 25-30 m/s. Pada kecepatan di bawah kecepatan kritis defleksi batang
sebelum pemangkasan terjadi secara menyeluruh sehingga energi pemangkasan yang
dibutuhkan tinggi. Energi spesifik pemangkasan yang dibutuhkan pisau tumpul dua
kali lebih besar jika dibandingkan pisau tajam, serta hasil pemangkasan lebih kasar
(Dogherty and Gale, 1991). Hasil penelitian Setiadi (2000), juga menunjukkan
adanya pengaruh kecepatan putar pemangkasan terhadap kebutuhan tenaga
pemangkasan. Semakin tinggi kecepatan putar pemangkasan, semakin kecil tenaga
pemangkasan dibutuhkan dikarenakan dengan kecepatan putar pemangkasan tinggi,
kebutuhan torsi yang diperlukan semakin kecil. Tetapi pada kecepatan lebih rendah,
peningkatan sudut pisau menghasilkan peningkatan jumlah tunas yang tidak
terpangkas.
Mekanisme Pemangkasan Mesin Pemangkas Rumput Tipe Rotari
Pemangkas rumput tipe rotari adalah mesin pemangkas yang memangkas
berdasarkan benturan pisau terhadap benda secara langsung dengan kecepatan tinggi
(free cutting). Mekanisme pemangkasan ini biasa digunakan untuk benda-benda kecil
atau tipis seperti rumput (Sitkey, 1986). Free cutting dimungkinkan terjadi jika gaya
maksimum pemangkasan melebihi gaya reaksi yang timbul pada areal yang
dipangkas. Komponen gaya pada free cutting adalah mass inersia dari batang yang
dipangkas dan gaya reaksi statis dari bending untuk batang dan perubahan sudut
Lintasan gerak pemangkasan pada pemangkas rumput tipe rotari merupakan
lintasan gerak relatif benda berputar, yaitu gerak rotasi pisau relatif terhadap gerak
maju alat. Persamaan gerak untuk gerakan ini adalah persamaan kurva locus dari
gerak trochoidal (Sakai, 1998). Pola pemangkasan pisau pemangkas rumput tipe
rotari secara umum dapat dilihat pada Gambar 3. Pemangkasan seperti ini secara
umum menghasilkan gesekan yang cukup tinggi antara permukaan bawah pisau
dengan rumput yang telah terpangkas sehingga perlu dipikirkan cara untuk
mengurangi gesekan tersebut.
Gambar 3 Kurva locus trochoidal untuk pisau rotari (Sakai, 1998)
Persamaan kurva locus secara umum untuk pisau yang berputar relatif
terhadap gerakan maju adalah :
)
Dimana v adalah kecepatan maju alat (m/s), t adalah waktu tempuh (s), dan ω adalah
kecepatan putar pisau (radian/s), dan R adalah jari-jari putaran pisau (m).
Torsi Pemangkasan
Penelitian tentang torsi pemangkasan sudah banyak dilakukan. Setiadi (2000)
melakukan kajian tentang pengaruh sudut pemangkasan terhadap torsi pemangkasan
rumput tipe slasher di lapangan rumput tetapi kondisi rumput tidak seragam. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa torsi semakin besar pada pemangkasan dengan
P(x,y)
10
sudut mata pisau 0o. Wirza (2002) dan Sanjaya (2002) melakukan kajian terhadap
torsi pemangkasan pada turf bin dengan rumput Bermuda. Sementara Suharyatun
(2002) juga melakukan kajian tentang mekanisme pemangkasan rumput pada turf bin
dengan menggunakan rumput Bermuda. Kajian ini menghasilkan persamaan untuk
menghitung kebutuhan torsi pemangkasan rumput seperti pada Persamaan 3.
Penelitian tentang torsi pemangkasan pada lapangan rumput yang seragam belum
pernah dilakukan.
... (3)
Dimana T adalah torsi (Nm), R adalah jari-jari pemangkasan (m), dr adalah
diameter rumput (mm), n adalah kecepatan putar (rpm), k adalah jumlah pisau, j
adalah jarak antar rumput (mm), adalah sudut pemasangan pisau, p adalah gaya
spesifik pemangkasan rumput. Besarnya gaya spesifik pemangkasan rumput
menggunakan hasil penelitian Dogherty dan Gale (1991), sebesar 17,5 Nmm, dengan
diameter rumput rata-rata 2,61 mm, sementara v = kecepatan maju pemangkasan
(m/s). Pemangkasan rumput dengan pisau rotari dilakukan secara free cutting, karena
pemangkasan dengan menggunakan mata pisau yang tajam dan kecepatan tinggi,
gaya tangensial pemangkasan dapat diabaikan.
Daya Pemangkasan
Giancoli (1998) menyebutkan bahwa daya pemangkasan (watt) merupakan
perkalian antara torsi pemangkasan (Nm) dengan kecepatan sudut pemangkasan
(rad/s). Persamaan daya pemangkasan (watt) dapat dituliskan secara matematis
sebagaimana pada Persamaan 4.
Dimana P adalah daya pemangkasan (watt), T adalah torsi pemangkasan
(Nm), dan ω adalah kecepatan sudut (rad/s).
Pemeliharaan Rumput Lapangan Olah Raga
Menurut Emmons (2000), pemeliharaan rumput lapangan olah raga dapat
menjadi sulit karena efek merusak aktifitas olah raga yang dilakukan di atasnya.
Rugbi, sepakbola, baseball, lacrosse dan hoki lapangan adalah olah raga yang
biasanya dilakukan pada lapangan rumput. Permasalahan utama pada lapangan olah
raga adalah pemadatan dan kualitas rumput yang buruk. Permasalahan ini dapat di
atasi dengan konstruksi lapangan yang baik dan pemilihan spesies dan kulitivar
rumput yang sesuai. Kunci utama dalam membuat lapangan olah raga yang baik
dengan menyediakan zona akar yang cukup. Drainase dan irigasi yang baik sangat
diperlukan untuk menjaga rumput agar tetap padat dan subur. Beberapa contoh
tekstur jenis rumput yang dipakai pada lapangan olahraga seperti terlihat pada
Gambar 4.
Lapangan rumput dengan media pasir memerlukan irigasi yang hati-hati
karena zona perakaran sangat mudah kehilangan air. Penyiraman sebaiknya tidak
dilakukan sehari sebelum lapangan digunakan agar lapangan tidak digenangi air.
Penyiraman dilakukan setelah lapangan rumput digunakan untuk mempercepat
pemulihan rumput. Lapangan yang menggunakan tanah liat akan mengeras jika tidak
disiram secara reguler. Coring untuk mengurangi kepadatan sangat penting. Coring
adalah pembuatan lubang pada tanah untuk menjaga agar tanah menjadi gembur,
terjaga porositasnya, terjaga kestabilan oksigen dalam tanah, dan mengurangi
kepadatan tanah (Emmons, 2000).
(a) (b) (c)
Rumput Bermuda Rumput Manila Rumput Gajahan
12
Rumput dapat mengalami kerusakan yang parah sehingga harus diganti atau
ditambal. Kegiatan penggantian ini dilakukan dengan sodding. Rumput harus
dipupuk dengan baik untuk menghasilkan lapangan rumput yang padat, tingkat
pemulihan diri yang baik dan sehat. Pemupukan beberapa minggu sebelum lapangan
digunakan sangat diperlukan (Emmons, 2000). Kegiatan pemangkasan rumput
mempengaruhi kualitas rumput lapangan. Pemangkasan terlalu rendah
mengakibatkan rumput itu mengalami stres akibat penguapan dan kehilangan
karbohidrat yang tinggi, dan sebaliknya apabila pemangkasan terlalu tinggi
mengakibatkan rumput mudah rebah atau tidak tegar sehingga kualitas lapangan
kurang (Beard, 1982). Pemangkasan rumput mengikuti hukum 1/3 (one third law)
yaitu pemangkasan mengambil 1/3 dari tinggi rumput sebelum dilakukan
pemangkasan (Puhalla, 1988).
Kualitas Rumput
Menurut Emmons (2000), rumput merupakan penutup tanah yang sangat baik
untuk lapangan olah raga dan tempat rekreasi. Rumput dapat membuat permukaan
yang kuat dan tahan lama yang sangat baik. Ketika luka, rumput mempunyai
kemampuan menyembuhkan diri yang baik. Rumput juga dapat menyediakan
permukaan yang baik untuk pijakan atlet dan permukaan yang lembut untuk menahan
atlet ketika jatuh. Kualitas rumput dapat dilihat dari fungsinya, dan penampilannya.
Rumput untuk lapangan olah raga yang utama adalah kualitas permainannya
(playability). Kualitas visual rumput secara umum dapat diukur melalui empat
karakter yaitu :
1. Warna rumput
Warna rumput merupakan ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput. Pada
umumnya, semakin hijau rumput semakin menarik dipandang. Kebanyakan orang
lebih menyukai warna hijau yang gelap. Warna hijau yang jelek biasanya
disebabkan oleh kekurangan nitrogen, kekeringan, suhu, penyakit, hama atau hal
yang lain. Normal saja bagi beberapa spesies memiliki warna hijau terang.
2. Tekstur rumput
Tekstur rumput menandakan ukuran dari daun rumput. Rumput yang memiliki
ukuran lebar daun yang lebih kecil dianggap lebih menarik. Pemangkasan yang
sering dan semakin tinggi densitas menyebabkan daun menjadi lebih kecil.
3. Densitas rumput
Indikator yang paling penting adalah densitas rumput. Densitas rumput adalah
banyaknya tunas rumput yang terdapat dalam sebuah area. Densitas juga
merupakan ukuran dari kemampuan rumput dalam beradaptasi dengan
lingkungannya. Rumput dalam sebuah lapangan sepakbola akan menjadi jarang
jika pertumbuhan rumputnya buruk.
4. Keseragaman rumput
Keseragaman rumput adalah kombinasi dari ketiga karakter yang telah
disebutkan. Rumput yang menarik memiliki penampilan seragam dan konsisten.
Menurut Turgeon (1994), kualitas rumput ditentukan melalui dua hal, yaitu
kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual rumput terdiri atas densitas,
tekstur, keseragaman, warna, tipe pertumbuhan, dan kehalusan. Keempat bagian
kualitas visual di atas dapat diuraikan seperti berikut :
1. Tipe pertumbuhan rumput dibagi menjadi tiga tipe, diantaranya Bunch-type,
Rhizoma-type dan Stoloniferous. Bunch-type adalah pertumbuhan rumput yang
dipengaruhi oleh kualitas biji dimana apabila kualitas bijinya tinggi maka akan
menghasilkan rumput yang seragam. Sebaliknya, kualitas biji yang rendah akan
menghasilkan rumput yang tidak seragam. Rhizoma-type adalah tipe rumput yang
perbanyakannya melalui akar bawah tanah yang disebut Rhizomes. Karena akar
memiliki jangkauan yang luas, maka rumput yang dihasilkan akan seragam.
Stoloniferous adalah tipe rumput yang perbanyakannya melalui tunas horizontal
di atas permukaan tanah yang disebut stolon.
2. Kehalusan rumput adalah tampilan permukaan rumput yang berpengaruh pada
kualitas visual dan kualitas permainan. Kecepatan dan durasi perputaran bola
14
Kualitas fungsional terdiri dari rigiditas, elastisitas, kemampuan menahan
beban, yield, perakaran, kemampuan memulihkan diri dengan pengertian berikut ini:
1. Rigiditas rumput adalah ketahanan daun rumput terhadap tekanan dan
berhubungan dengan ketahanan tanaman rumput. Hal ini dipengaruhi oleh
komposisi kimiawi dari jaringan tanaman, kandungan air, suhu, ukuran tanaman,
dan densitas.
2. Elastisitas rumput adalah kemampuan rumput untuk kembali tegak setelah
tekanan di atasnya berpindah. Elastisitas rumput akan berkurang secara dramatis
apabila rumput membeku.
3. Kemampuan menahan beban adalah kemampuan rumput dalam menyerap beban
tanpa merubah karakteristik permukaannya. Pada beberapa kasus, ketahanan ini
dipengaruhi oleh daun rumput dan akar. Pada lapangan golf, ketahanan ini dapat
menahan bola secara baik sehingga dapat dibidikkan sesuai target. Pada lapangan
sepakbola, ketahanan ini membantu dalam mengurangi potensi cedera pemain.
4. Yield adalah ukuran jumlah sisa pangkasan rumput yang telah dipangkas. Hal ini
merupakan indikasi pertumbuhan rumput terhadap pemupukan, irigasi dan
faktor-faktor alami lainnya. Jumlah yield yang berlebihan mengindikasikan penggunaan
pupuk yang berlebihan, terutama nitrogen dan indikasi lainnya seperti perakaran
lemah, toleransi terhadap stres dan ketahanan terhadap penyakit.
5. Perakaran adalah jumlah pertumbuhan akar dalam satu masa tanam. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya jumlah akar yang berwarna putih dan kedalamannya.
Semakin banyak jumlahnya dan semakin dalam perakarannya maka semakin baik
kualitas rumputnya.
6. Kemampuan memulihkan diri adalah kemampuan rumput dalam memulihkan diri
setelah terserang hama penyakit, penggunaan di atasnya dan sebagainya.
Kemampuan memulihkan diri sangat bervariasi bergantung kepada genotip
rumput dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam maupun buatan. Faktor-faktor
yang mengurangi kemampuan memulihkan diri adalah kepadatan tanah yang
kurang baik, penyinaran yang kurang baik, tanah yang masih menyimpan residu
racun, dan penyakit.
Kedua aspek di atas harus diperhatikan untuk mencapai kualitas rumput yang
baik, karena apabila kedua aspek tersebut diabaikan maka selain mempengaruhi
penampilan dan pertumbuhan rumput juga mempengaruhi kualitas permainan.
Kinerja Mesin Pemangkas
Uji kinerja mesin ditentukan oleh kapasitas lapangan teoritis (KLT), dan
kapasitas lapangan efektif (KLE). Efisiensi kinerja mesin di lapangan merupakan
perbandingan antara KLE dan KLT, sementara KLT dan KLE masing-masing
ditampilkan pada Persamaan 5 dan Persamaan 6.
lv
KLT = ... (5)
Dimana KLT adalah kapasitas lapangan teoritis (m2/s), l adalah lebar
pemangkasan (m), dan v adalah kecepatan maju pemangkasan (m/s).
Kapasitas efektif lapangan (KLE) dihitung dengan cara menghitung luas areal
lapangan rumput yang dipangkas dibagi dengan waktu yang diperlukan dari awal
pengoperasian mesin pemangkas sampai proses pemangkasan selesai.
Wk L
KLE = ... (6)
Dimana KLE adalah kapasitas efektif lapangan (m2/s), L adalah luas areal
yang dipangkas (m2), dan Wk adalah waktu kerja (jam). Sementara efisensi lapangan
dari mesin pemangkas dapat disajikan seperti pada Persamaan 7.
% 100
KLT KLE
Ef = ... (7)
Dimana Ef adalah efisiensi lapangan (%), KLE adalah kapasitas efektif
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Turfgrass Teaching Farm, University Farm IPB,
unit Sindang Barang, Bogor. Penelitian dilakukan selama 4 bulan, mulai dari bulan
Pebruari sampai Mei 2008.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mesin pemangkas rumput tipe rotari Potrum SRT-03 (Lampiran 4).
2. Apparatus Uji Mesin Pemangkas yang dilengkapi dengan tranducer torsi dan
perekam data dimana mekanisme kerja apparatus uji sama dengan mesin Potrum
SRT-03 (Lampiran 4).
3. Mesin pemangkas rumput tipe rotari pabrikasi dengan daya 4 HP dengan
kecepatan putar 3000 rpm (Lampiran 5).
4. Instrumen pengukuran yang digunakan terdiri dari :
a. Marketing and Merchandising color pocket untuk pengujian kualitas warna
lapangan rumput, alat pengukur ketinggian pemangkasan.
b. Strain Gage (Kyowa, KFG-3-20-D16-11)
c. Clamp meter
d. Strain Amplifier (Kyowa, DPM-603A). Alat ini berfungsi untuk menguatkan
tegangan dari strain gage.
e. Bridge box (Kyowa, DB-120). Bridge box berfungsi untuk menghubungkan
kabel dari strain gage dengan strain amplifier
f. Slip ring (Michigan scientific), berfungsi sebagai terminal antara kabel dari
strain gage dengan kabel penghubung pada bridge box.
g. Handy Strain meter ( Kyowa,UCAM-1A) untuk mengukur regangan.
h. Data recorder (RTP-50A) untuk merekam data analog terhadap regangan
i. Tachometer berfungsi sebagai alat ukur kecepatan putar pisau pemangkas
rumput.
j. Analog Digital Converter (PCL 711-S) berfungsi untuk merubah data analog
yang direkam oleh data recorder menjadi data digital.
k. Hole cutter
l. Stop watch.
m. Kaset untuk merekam data.
n. Kamera digital Nikon S 500 dan PC.
Gambar instrument Marketing and Merchandising color pocket, strain gage
strain amplifier, bridge box, slip ring, handy strain meter, data recorder,
tachometer, analog digital converter, dan hole cutter disajikan pada Lampiran 18.
5. Bahan yang digunakan pada pembuatan lapangan rumput percobaan adalah pasir
beton, koral, ijuk, pipa PVC dengan diameter 5 inchi, dan dalam pemeliharaan
rumput digunakan pupuk NPK (15:15:15), Insektisida (DursbanTM 200 EC)
dengan bahan aktif klorpirifos 200g/l, dan fungisida (Dithane M-45 ) dengan
bahan aktif mankozeb 80%.
Rancangan Penelitian
Perlakuan dan variabel yang diamati dalam penelitian ini dapat terlihat seperti
Tabel 3.
Tabel 3 Rancangan penelitian
No Perlakuan Variabel
1 Ketinggian pemangkasan a. Kebutuhan torsi tiap ketinggian pangkas
a. 2 cm b. Kualitas visual rumput tiap ketinggian pangkas
b. 3 cm ( warna daun rumput dan densitas rumput)
c. 4 cm c. Kualitas fungsional rumput tiap ketinggian pangkas
( yield dan panjang akar)
2 Kinerja mesin Potrum SRT-03
dan mesin Pabrikasi pada: a. pola lintasan kontinyu b. pola lintasan maju mundur c. pola lintasan head land
d. pola lintasan sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan
e pola lintasan sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan
18
Kualitas warna daun rumput setelah proses pemangkasan, diklasifikasikan
dari warna kuning sampai hijau tua dapat dilihat seperti Tabel 4.
Tabel 4 Warna dan notasi rumput lapangan
Skor Warna Notasi
1 Kuning 7.5 Y L3
2 Hijau muda 7.5 GY DI.3
3 Hijau 7.5 GY DI.4
4 Hijau Tua 7.5 GY DI.2
Gambar skema pengujian yang dilakukan di lapangan rumput percobaan
dengan menggunakan apparatus uji dapat terlihat seperti pada Gambar 5.
V = kecepatan maju pemangkasan hr = tinggi rumput sebelum dipangkas
h = tinggi rumput hasil pengukuran hs = tinggi pemangkasan
Gambar 5 Skema pengujian
Pada pengujian di lapangan, operator yang mengoperasikan mesin pemangkas
rumput pada saat proses pemangkasan adalah sama. Tinggi pemangkasan (hs)
dilakukan dengan cara mengatur terlebih dahulu tinggi pisau apparatus uji pemangkas
hasil pengukuran (h) merupakan tinggi rumput yang diukur dari atas media tanam
sampai ujung rumput yang sudah dipangkas.
Tahapan Penelitian
Penelitian yang dilakukan pada lapangan percobaan dapat dilihat
seperti pada Gambar 6.
Gambar 6 Diagram alir tahapan penelitian
Mulai
Pembuatan lapangan percobaan dan perbaikan mesin Potrum SRT-03
Pengolahan data
Selesai
Pengukuran torsi di lapangan dengan apparatus uji pada ketinggian pangkas (2, 3,
dan 4 cm)
Pengukuran kinerja mesin Potrum SRT-03 dan mesin pabrikasi di lapangan rumput
percobaan pada berbagai pola lintasan pemangkasan
Pengukuran kualitas visual dan kualitas fungsional rumput percobaan pada ketinggian pangkas (2, 3, dan 4 cm)
Torsi, warna daun rumput, yield, densitas rumput, panjang akar dan efisiensi lapangan
20
Pembuatan Lapangan Rumput Percobaan
Lapangan rumput percobaan yang dibuat menggunakan rumput Bermuda Tiff
Way 146 yang sesuai dengan standar internasional lapangan rumput sepak bola. Luas
lapangan rumput yang dibuat berukuran 16 m x 13 m.Lapangan rumput ini dibuat
sejak bulan Pebruari 2008 di Turfgrass Teaching Farm, Univ Farm IPB, unit Sindang
Barang, Bogor. Denah lapangan rumput percobaan disajikan pada Lampiran 1.
Proses pembuatan lapangan rumput tersebut dimulai dari pengolahan tanah,
pembuatan saluran drainase, penyiapan media tanam, penaburan stolon rumput, dan
top dressing. Hal ini disajikan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Pemeliharaan
rumput meliputi penyiraman, pemupukan, dan pemangkasan. Stolon rumput Bermuda
Tiff Way 146 ini didapatkan dari lapangan Highland Golf Sentul City. Penanaman
rumput dilakukan cara penaburan stolon di atas media tanam yang kemudian
dilakukan penaburan pasir di atasnya secara merata (top dressing).
Lapisan media lapangan percobaan dibuat sesuai dengan standar lapangan sepak
bola yang terdiri dari tiga lapisan dari bawah ke atas yaitu ijuk, koral dan pasir beton
dengan tebal tiap lapisan seperti Gambar 7. Pipa saluran drainase dilubangi dengan
besar diameter lubang 1 cm. Jarak antar lubang adalah 10 cm. Pipa drainase dilubangi
pada bagian atas dan samping. Pembuatan lubang pada pipa drainase menggunakan
bor. Proses pembuatan lubang pada pipa drainase dapat dilihat seperti pada Lampiran
15. Pipa pada saluran drainase dilubangi dengan tujuan untuk penyerapan air. Gambar
lapangan rumput percobaan dapat dilihat pada Gambar 7.
Pemeliharaan lapangan rumput percobaan dilakukan dengan penyiraman yang
cukup, pemupukan, dan pemangkasan yang teratur. Pemupukan dilakukan dengan
cara ditabur dan dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu. Penyiraman
dilakukan dua kali sehari pada waktu pagi dan sore. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 0,01 kg/m2. Pemakaian fungisida (Dithane
M-45) dengan bahan aktif mankozeb 80% dan insektisida (DursbanTM 200 EC) dengan
bahan aktif klorpirifos 200 g/l, dilakukan apabila rumput terserang hama penyakit.
Gambar 7 Desain lapangan (a) denah, (b) penampang vertikal, (c) lapisan drainase, (d) pipa saluran drainase
Kalibrasi Apparatus Uji
Kalibrasi apparatus uji yang dilakukan adalah kalibrasi sensor pada poros
pisau pemangkas yang menghubungkan antara strain ( ε) dengan torsi (Nm),
kalibrasi strain amplifier yang menghubungkan antara strain ( ε) dengan tegangan
(volt). Dari kedua kalibrasi ini diperoleh hubungan antara torsi (Nm) dengan
tegangan (volt). Hubungan antara torsi dengan tegangan yang diperoleh digunakan
untuk menghitung kebutuhan torsi pemangkasan rumput pada ketinggian pangkas 2,
3, dan 4 cm. Metode kalibrasi sensor pada poros pisau yang dilakukan pada penelitian
ini dapat dilihat seperti Gambar 8.
Pengukuran Torsi Pemangkasan
Pengukuran torsi pemangkasan rumput di lapangan pada ketinggian pangkas,
menggunakan apparatus uji pemangkas rumput yang sengaja didesain mewakili
prinsip kerja mesin Potrum SRT-03 dengan daya 1 Hp dan kecepatan putar 2800 rpm.
Tegangan dan kuat arus saat menjalankan keseluruhan mekanisme pada apparatus uji
(a)
(b)
Arah aliran air pada saluran
( c)
22
pemangkas rumput diukur dengan clamp meter. Metode pengukuran torsi
pemangkasan dengan apparatus uji pemangkas rumput dapat dilihat seperti Gambar 9.
Gambar 8 Contoh kalibrasi sensor pada poros pisau
Sebelum dilakukan pengukuran torsi pemangkasan di lapangan pada
ketinggian pangkas, rumput lapangan percobaan dipangkas dengan mesin Potrum
SRT-03 dengan tujuan mengkondisikan rumput lapangan agar memiliki ketinggian
yang merata.
Gambar 9 Metode pengukuran torsi di lapangan percobaan
Slip ring
Poros
Strain gage Penjepit poros
Lengan beban
Poros Penjepit
Beban Multimeter
Strain
Amplifier Bridge box
Data recorder
Ketinggian rumput ketika dilakukan pengujian adalah 5 cm. Hal ini sesuai
dengan yang direkomendasi Puhalla (1988) bahwa itu merupakan tinggi maksimum
rumput Bermuda ketika dipangkas. Pada pengujian di lapangan pengukuran kadar air
basis basah (bb) rumput dilakukan dengan cara mengambil hasil pemangkasan
rumput pada tiga titik yang berbeda. Berat sampel yang diambil 100 gram kemudian
dikeringkan dengan oven untuk menentukan kadar air basis basah (bb) rumput.
Kualitas Pemangkasan
Kualitas rumput setelah pemangkasan yang diukur adalah warna, densitas,
yield, jumlah tunas rumput dan panjang akar. Setiap pengukuran dilakukan tiga kali
ulangan. Pengukuran kualitas warna daun rumput setelah pemangkasan diukur
dengan cara mencocokkan warna daun rumput dengan Marketing and Merchandising
Color Pocket. Pengukuran densitas rumput pada ketinggian pangkas dilakukan
dengan cara menghitung jumlah batang rumput sebelum dan 4 hari setelah dilakukan
pemangkasan. Sampel pengukuran diambil pada petakan masing-masing dengan luas
10 cm x 10 cm. Pengukuran hasil pangkasan rumput (yield) diukur dengan cara
menimbang seluruh pangkasan rumput (berat basah) pada ketinggian pangkas.
Panjang akar rumput setelah dipangkas diukur dengan penggaris. Sampel akar rumput
diambil dengan hole cutter pada tiga lokasi di setiap ketinggian pangkas. Metode
penentuan kualitas warna daun rumput seperti terlihat pada Gambar 10.
24
Kinerja Mesin Pemangkas Rumput
Uji kinerja pemangkasan rumput dilakukan pada mesin Potrum
SRT-03 dan sebuah mesin pemangkas rumput pabrikasi. Kinerja kedua mesin yang diukur
adalah lebar pemangkasan (l), kecepatan maju pemangkasan (v), luas areal yang
dipangkas (L), dan waktu kerja pemangkasan (Wk). Setiap pola lintasan
pemangkasan yang dilakukan pada pola yang sama sebanyak dua kali pemangkasan.
Pola pemangkasan yang dilakukan seperti terlihat pada Gambar 11. Data ini
digunakan untuk menghitung kapasitas lapangan teoritis (KLT), kapasitas lapangan
efektif (KLE). Efisiensi lapangan dari kedua mesin dihitung sesuai dengan Persamaan
8. Perhitungan kapasitas lapangan teoritis, kapasitas lapangan efektif, dan efisiensi
lapangan dapat dilihat pada Lampiran 15.
Gambar 11 Pola pemangkasan
Kecepatan maju operator (v) pada pengujian diasumsikan sama. Operator
pada pengujian di lapangan, dalam pengoperasian mesin pemangkas rumput
13 m
(e) Sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan (d) Sirkuit dari pinggir
ke tengah lapangan
13 m
dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Pengujian dilakukan pada rumput
lapangan percobaan dengan pola lintasan pemangkasan secara kontinyu, maju
mundur, head land, sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan dan sirkuit dari tengah ke
pinggir lapangan. Pola pemangkasan ini dilakukan dengan tujuan menentukan pola
pemangkasan yang sesuai dengan kondisi areal lapangan rumput yang akan
dipangkas dan mengetahui efisiensi mesin pemangkas rumput pada berbagai pola
pemangkasan.
Analisis Data Hasil Pengukuran Torsi di Lapangan
Data hasil pengukuran torsi di lapangan rumput percobaan adalah torsi pada
saat mesin tidak memangkas dan tidak ada gesekan (tanpa beban), torsi pada saat
memangkas rumput pada ketinggian pangkas, dan torsi pada saat gesekan (saat pisau
melintasi areal rumput yang sudah dipangkas) pada ketinggian pangkas. Data hasil
pengukuran torsi di lapangan rumput percobaan yang didapat, masih merupakan data
tegangan yang direkam oleh data recorder. Data tegangan yang diperoleh dikonversi
ke dalam torsi dengan persamaan torsi hasil kalibrasi seperti persamaan 8.
Tp = aV + b... (8)
Dimana Tp adalah Torsi pemangkasan (Nm), V adalah tegangan hasil pengukuran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lapangan Rumput Percobaan
Media tanam rumput lapangan percobaan, seluruhnya menggunakan pasir
karena lebih mudah dalam pemeliharaan rumput dan permukaannya tidak padat
(Emmons, 2000). Pada penelitian ini, waktu yang dibutuhkan dari pengolahan lahan
sampai rumput sudah rapat adalah 4 bulan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK
(15:15:15) dengan dosis 3 kg pada keseluruhan lapangan dengan luas 208 m2. Dosis
pemupukan yang dilakukan sesuai dengan yang direkomendasikan Emmons (2000).
Tahapan pembuatan lapangan dapat dilihat pada Gambar 12.
.
Gambar 12 Tahapan pembuatan lapangan rumput percobaan. (a) pengolahan lahan,
(b) pembuatan saluran drainase, (c) pemasangan pipa drainase, (d) penyiapan media tanam, (e) penaburan stolon, (f) top dressing, (g) rumput umur 7 minggu, (h) penyulaman, dan (i) rumput sudah rapat
Pemupukan dilakukan satu kali dalam seminggu dengan cara ditabur di atas
rumput dan selanjutnya dilakukan penyiraman dengan tujuan agar pupuk lebih cepat
terserap pada media tanam. Kadar air basis basah (bb) rumput lapangan saat
a b c
h
d e f
pemangkasan 64%. Mesin pemangkas rumput yang digunakan memangkas rumput
lapangan percobaan untuk pengkondisian ketinggian rumput adalah mesin Potrum
SRT-03. Ketinggian rumput sebelum dipangkas adalah 5 cm. Hal ini sesuai dengan
kondisi maksimum rumput Bermudaharus dipangkas (Puhalla, 1988).
Pada proses pemeliharaan rumput lapangan percobaan ini yang harus
diperhatikan selain dosis pemakaian pupuk adalah proses penyiangan karena gulma
yang ada pada rumput harus dibersihkan dan dikontrol tiap hari. Gulma dapat
menghambat pertumbuhan rumput secara keseluruhan. Emmons (2000) juga
mengemukakan bahwa pengendalian gulma dan hama penyakit yang dapat
mengancam kesuburan rumput harus dikontrol.
Pemakaian insektisida dan fungisida dilakukan hanya pada waktu rumput
diserang hama penyakit. Insektisida yang digunakan adalah DursbanTM 200 EC
dengan bahan aktif klorpirifos 200 g/l untuk mencegah kutu, dan Dithane M-45
dengan bahan aktif mankozeb 80% untuk mencegah penyakit jamur pada rumput.
Hasil Kalibrasi Instrument Uji
Hasil kalibrasi strain amplifier yang menghubungkan antara strain ( ε) pada
sumbu (x) dengan tegangan (volt) pada sumbu (Y) menghasilkan persamaan kalibrasi
Y = 0,0022x - 0,0099 dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 1. Hasil kalibrasi
yang dihasilkan dapat dilihat seperti Gambar 13.
Sementara kalibrasi sensor pada poros pisau pemangkas yang
menghubungkan antara torsi (Nm) pada sumbu (x) dengan strain ( ε) pada sumbu (Y)
menghasilkan persamaan kalibrasi Y = 530.23x + 11.677, dengan koefisien
determinasi (R2) sebesar 0.99. Hasil kalibrasi seperti terlihat pada Gambar 14. Hasil
pengukuran kalibrasi disajikan pada Lampiran 6.
Dari kedua persamaan yang diperoleh menghasilkan hubungan antara torsi
pemangkasan pada sumbu (Y) dengan tegangan pada sumbu (x) dengan hasil
persamaan Y = 0,85x – 0,005 dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 1.
28
digunakan untuk menghitung kebutuhan torsi pada berbagai kondisi pemangkasan
rumput di lapangan percobaan.
y = 0.0022x - 0.0099
Gambar 13 Hubungan antara tegangan dengan strain
y = 530.23x + 11.677
Gambar 14 Hubungan strain-torsi
Torsi Pemangkasan
Torsi maksimum dan minimum untuk memangkas rumput pada keseluruhan
-0.25
pemangkasan rata-rata pada ketinggian pangkas 2, 3, dan 4 cm adalah masing-masing
0,51 Nm, 0,24 Nm dan 0,08 Nm. Torsi pemangkasan terbesar pada saat ketinggian
pangkas 2 cm. Hal ini disebabkan pada ketinggian pangkas ini, rumput yang
terpangkas sebagian besar adalah batang rumput. Suharyatun (2000) juga melakukan
hal yang sama, tentang torsi pemangkasan pada rumput Bermuda di turf bin. Torsi
pemangkasan maksimum yang dihasilkan sebesar 0,4 Nm.
Pemangkasan rumput dengan densitas rumput rata-rata 198/100 cm2 ini,
memerlukan torsi pemangkasan pada ketinggian pangkas relatif kecil. Hal ini terjadi
karena pada saat pemangkasan rumput dengan kecepatan maju pemangkasan yang
rendah dan kecepatan putar mata pisau yang tinggi, jarak lintasan pemangkasan pisau
yang satu dengan pisau berikutnya menjadi lebih pendek. Pola lintasan pemangkasan
hasil pengukuran merupakan gerakkan trochoidal seperti yang disajikan pada Gambar
15. Luas daerah rumput yang dipangkas antara pisau satu ke pisau yang berikutnya
sangat kecil. Hal ini disebabkan pada pemangkasan dengan kecepatan mata pisau
yang tinggi, rumput yang terpangkas dari pisau satu ke pisau berikutnya sedikit.
Gambar 15 Pola pemangkasan 2 pisau, R = 0,2 m, n = 2751 rpm, v = 0,27 m/s
Luas daerah rumput yang terpangkas antara pisau satu ke pisau berikutnya
dapat dilihat pada Gambar 16. Luas daerah rumput yang terpangkas antara pisau satu
30
Gambar 16 Contoh luas daerah rumput yang terpangkas
Jumlah batang rumput yang terpangkas satu putaran dengan densitas rata-rata
198 batang per 100 cm2 adalah 25 batang per putaran. Pada kecepatan putar mata
pisau 2751 rpm dan kecepatan maju pemangkasan 0,27 m/s, jumlah batang rumput
yang terpangkas per detik adalah 1161 batang. Hasil perhitungan luas daerah yang
dipangkas dapat dilihat pada Lampiran 17.
Hasil pengukuran torsi rata-rata pada berbagai kondisi dapat dilihat seperti
Gambar 17. Torsi rata-rata pada saat gesekan dan tanpa beban adalah 0,04 Nm dan
0,03 Nm. Hasil pengukuran torsi di lapangan dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil
perhitungan teoritis besar kebutuhan torsi saat tanpa memangkas dan gesekan adalah
0,34 Nm. Perhitungan kebutuhan torsi secara teoritis dapat dilihat pada Lampiran 14.
Torsi saat pemangkasan rumput dengan ketinggian pangkas 4 cm mendekati
kebutuhan torsi gesekan dan saat tanpa gesek dan pangkas (tanpa beban) karena pada
ketinggian pangkas 4 cm, rumput yang terpangkas hanya bagian pucuk dari rumput
sehingga torsi pemangkasan yang dibutuhkan untuk memangkas kecil. Hal ini juga
dipengaruhi oleh sudut pemasangan pisau pada mesin pemangkas rumput.
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
0
T orsi pangkas 2 cm T orsi pangkas 3 cm T orsi pangkas 4 cm T orsi saat gesekan T orsi saat tanpa beban
Gambar 17 Kebutuhan torsi rata-rata berbagai tinggi pemangkasan
Hasil penelitian Setiadi (2000), mengatakan bahwa semakin besar sudut
pemasangan pisau maka torsi yang dibutuhkan semakin kecil dan torsi semakin kecil
jika pemangkasan relatif tinggi.
0.00
Pemangkasan Gesekan T anpa gesek dan
potong
tanpa gesek dan potong
Gambar 18 Torsi rata-rata pada berbagai tinggi pemangkasan
Perbedaan torsi pemangkasan rumput rata-rata yang dihasilkan pada
ketinggian pangkas untuk memangkas rumput dapat terlihat seperti Gambar 18.
32
rumput ketinggian pangkasnya semakin kecil. Hal ini juga dipengaruhi oleh
kecepatan putar mesin pemangkas. Hasil penelitian Suharyatun (2002) juga
menyebutkan bahwa semakin besar kecepatan putar mesin pemangkas rumput yang
digunakan maka panjang mata pisau yang memangkas sesaat semakin kecil sehingga
kebutuhan torsi juga semakin kecil. Hasil pengukuran torsi pemangkasan disajikan
pada Lampiran 7 sampai Lampiran 12. Kebutuhan daya rata-rata pemangkasan
rumput Bermuda Tiff Way 146 pada ketinggian pangkas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kebutuhan daya (watt) berbagai ketinggian pangkas
Ketinggian Pangkas (cm) Daya Hasil Perhitungan (watt)
Saat memangkas Saat gesek Saat tanpa beban
2 146,8 11,5 8,6
3 69,1 11,5 8,6
4 23,0 11,5 8,6
Daya terbesar dari ketiga ketinggian pangkas yang dilakukan adalah pada
ketinggian 2 cm sebesar 146,8 watt. Hasil pengukuran tegangan dan kuat arus saat
menjalankan keseluruhan mekanisme appararus uji pemangkas rumput diukur dengan
clamp meter disajikan pada Lampiran 13. Daya rata-rata yang dibutuhkan pada waktu
memutar pisau pemangkas pada apparatus uji pemangkas rumput adalah 415 watt.
Hal ini merupakan kebutuhan daya saat menjalankan keseluruhan mekanisme yang
ada pada apparatus uji pemangkas rumput.
Kualitas Lapangan Rumput Percobaan Setelah Pemangkasan
Hasil pemangkasan rumput secara keseluruhan pada ketinggian pangkas
dengan apparatus uji pemangkas rumput yang mewakili Potrum SRT-03 dapat terlihat
pada Gambar 19. Hasil pemangkasan rumput dengan mesin Potrum SRT-03 lebih
rapi dibandingkan dengan mesin pemangkas rumput pabrikasi. Hal ini disebabkan
oleh pengaruh sudut mata pisau mesin Potrum SRT-03 lebih tajam. Sudut mata pisau
mesin Potrum SRT-03 sebesar 15o dan mesin tipe rotari pabrikasi sebesar 45o.
Puhalla (1988) menyebutkan bahwa ketajaman mata pisau mempengaruhi hasil
Gambar 19 Hasil pemangkasan pada ketinggian pangkas.
(a) (b)
Gambar 20 Hasil pemangkasan : (a) potrum SRT-03, (b) mesin pabrikasi
Warna Daun Rumput
Pada ketinggian pangkas 2 cm, perubahan warna dari hijau tua (7.5 GY.DI.2),
menjadi kuning (7.5YL.3) setelah pemangkasan karena karakter warna rumput yang
terlihat secara visual sebagian besar berupa batang rumput, dan pada ketinggian 3 cm,
karakter warna yang terlihat adalah sebagian karakter warna batang rumput dan
sebagian lagi karakter warna daun rumput. Pada ketinggian 4 cm yang terlihat hanya
karakter warna daun rumput saja. Hasil kualitas warna daun rumput pada ketinggian
pangkas setelah proses pemangkasan pada lapangan rumput percobaan dapat dilihat
seperti pada Tabel 6. Menurut Turgeon (1994), menyebutkan bahwa kualitas rumput
ditentukan melalui dua hal yaitu kualitas visual dan kualitas fungsional. 3 cm
34
Tabel 6 Hasil pengujian warna daun rumput tiap ketinggian pangkas
Tinggi
Densitas Rumput dan Yield
Densitas rumput lapangan percobaan pada ketinggian pangkas dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil densitas rumput pada lapangan percobaan
Tinggi pangkas
(cm)
Densitas rata-rata (tunas/100cm2)
Sebelum dipangkas 4 hari setelah pemangkasan
2 198 278
3 198 358
4 198 233
Data Tabel 7 menunjukkan, pemangkasan dengan ketinggian pangkas 3 cm
menghasilkan kualitas rumput terbaik. Densitas rumput pada ketinggian pangkas 3
cm, 4 hari setelah pemangkasan mengalami pertambahan tunas rumput per 100 cm2
sebesar 160 tunas. Hal ini disebabkan pada ketinggian pangkas 3 cm merupakan titik
tumbuh rumput sehingga tingkat merismatik dari rumput sangat baik. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan tunas dapat berlangsung dengan cepat. Pada
pemangkasan terlalu pendek tingkat merismatik atau membelah sel dari rumput
kurang bagus dan sebaliknya kalau pemangkasan terlalu tinggi, rumput tidak
mengalami pertumbuhan cabang dengan cepat karena yang terpangkas hanya pucuk
pemangkasan mempengaruhi sistem perakaran dan cadangan makanan yang dapat
merusak rumput lapangan.
Gambar 21 Sampel lempeng rumput yang diambil tiap ketinggian pangkas
Ketinggian pangkas 2 cm memiliki jumlah yield 77,8 g/m2, ketinggian
pangkas 3 cm memiliki jumlah yield 9 g/m2, sementara pada ketinggian pangkas 4 cm
memiliki yield 1,6 g/m2. Pada peningkatan ketinggian pemangkasan menghasilkan
jumlah yield yang menurun. Hal tersebut dikarenakan pada waktu pengujian di
lapangan, hasil pangkasan (clippings) sangat sulit pengambilannya pada kecepatan
putar mata pisau pemangkas yang tinggi. Jumlah yield pada ketinggian pangkas dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah Yield pada ketinggian pangkas
Ketinggian pangkas (cm)
Yield(berat kering) (g/m2)
2 77,8
3 9,0
4 1,6
Pengambilan lempeng rumput untuk mengetahui panjang akar pada
ketinggian pemangkasan menggunakan hole cutter. Sampel lempeng rumput yang
diambil dapat dilihat pada Gambar 21. Pada setiap sampel lempeng rumput yang
diambil memiliki panjang akar antara 8-12 cm (Lampiran 16).
3 cm 4cm
36
Kinerja Mesin Pemangkas
Hasil kinerja kedua mesin pemangkas rumput tipe rotari di lapangan rumput
percobaan dapat terlihat pada Tabel 9. Perhitungan kapasitas lapangan teoritis (KLT)
dan kapasitas lapangan efektif (KLE) dapat dilihat pada Lampiran 16. Pada mesin
Potrum SRT-03 efisiensi tertinggi pada pola lintasan maju mundur dengan besar
efisiensi 57,2%, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hartati (2005), yang
mendapatkan nilai efisiensi lapangan dengan pola maju mundur sebesar 58,3% dan
pada mesin pabrikasi efisiensi terbesar pada pola lintasan kontinyu sebesar 52,3%.
Tabel 9 Uji kinerja mesin
Pola lintasan
Potrum SRT- 03 Mesin Pabrikasi
KLT KLE
d. Sirkuit dari pinggir ke
tengah lapangan 6,7 2,3 36,2 7,4 2,5 34,4 e.Sirkuit dari tengah ke
pinggir lapangan 7,0 2,5 36,5 7,4 2,6 35,1
Masing-masing efisiensi tersebut disebabkan oleh banyaknya waktu yang
hilang pada waktu belok dan memposisikan kembali kabel listrik pada mesin Potrum
SRT-03 dan banyaknya waktu yang hilang dipergunakan untuk mengumpulkan
pangkasan rumput pada proses pemangkasan dengan menggunakan mesin pemangkas
rumput pabrikasi. Pola lintasan pemangkasan sirkuit memiliki efisiensi lapangan
terendah karena saat belok operator memerlukan waktu lebih banyak daripada pola