• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Auxiliary Steam Pressure Control Pada PLTU Unit 3 Dan 4 PT. PLN (Persero) Wilayah II Sektor Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Auxiliary Steam Pressure Control Pada PLTU Unit 3 Dan 4 PT. PLN (Persero) Wilayah II Sektor Belawan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

“STUDI AUXILIARY STEAM PRESSURE CONTROL PADA

PLTU UNIT 3 DAN 4 PT.PLN (PERSERO) WILAYAH II SEKTOR

BELAWAN”

OLEH

Nama

: Agus Tanaka Damanik

Nim

: 025203038

PROGRAM DIPOLMA – IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

“STUDI AUXILIARY STEAM PRESSURE CONTROL PADA

PLTU UNIT 3 DAN 4 PT.PLN (PERSERO) WILAYAH II SEKTOR

BELAWAN”

OLEH

Nama : Agus Tanaka Damanik Nim : 02 52030 38

Disetujui oleh : Pembimbing Karya Akhir

Rahmat Fauzi ST.MT NIP: 13216123

Diketahui oleh :

Ketua Program Diploma – IV Teknologi Instrumentasi Pabrik

Fakultas Teknik Universitas Sumetara Utara

Ir.Nasrul Abdi.MT NIP : 131459554

PROGRAM DIPOLMA – IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

DAFTAR ISTILAH

Actuator : Penggerak

ASH : Tempat menyimpan uap pembantu Auxilarry steam : Uap pembantu

Boiler : Tempat memasak air menjadi uap

Baypass : Melawati secara mulus tanpa ada yang menghalangi Condenser : Alat untuk merubah gas menjadi zat cair

Control room : Ruang kontrol

Control valve : Alat pengontrol katup Disturbance : Gangguan

Ecomoniser : Pemanas awal

Error : Kesalahan sistem, selisih antara set poin dengan masukan EPC : Sistem elektro pneumatic

Feed Water Tank : Tangki pengumpul air Generator : Alat pembangkit listrik Gred : Konstan

HPH : Pemanas bertekanan tinggi HTS : Pemanas bertemperatur tinggi Live steam : Uap kering

LTS : Pemanas bertemperatur rendah Set Point : Titik penentu atau pengesetan Steady state : Keadaan mantap

(4)

ABSTRAK

Auxiliary steam adalah uap pembantu yang terdapat dalam operasi PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Dimana Auxiliary Steam diperoleh dari uap sisa pengoperasian PLTU. Uap sisa yang diberikan dari boiler (ketel uap) disalurkan dari dua extraction pada turbin uap dari saluran utama (live steam) yang biasa disebut dengan uap kering. Katup katup akan terbuka secara perlahan- lahan sesuai dengan sinyal pengontrolan yang dihasilkan dengan PI-Kontroler.

Tekanan uap pembantu dikendalikan pada harga 8,5 bar. Pada saat operasi mulai dan beban lebih kecil 30MW uap diambil langsung dari boiler( ketel uap). Transduser tekanan atau Pressure Transmitter(PT) yang terpasang di Auxiliary Steam Header akan memberikan informasi yang terjadi pada uap pembantu ke PI-Kontroler. Untuk mendeteksi perubahan yang terjadi pada Auxiliary SteamHeader diberikan pembatas pada perbandingan sinyal Actual Value dengan sinyal Set Point.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR SINGKATAN……….. vi

DAFTAR ISTILAH……….. vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFAR LAMPIRAN ... ix

BAB I Pendahuluan ... 1

I.1. Latar Belakang Penulisan ... 1

I.2. Rumusan Masalah……… 1

I.3. Tujuan Pembahasan ... 2

I.4. Batasan masalah ... 2

I.5. Metodologi ... 2

I.6. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II Teori ... 4

II.1. Sistem Kontrol ... 4

II.1.1. Pengelompokan Sistem Kontrol ... 4

II.1.2. Elemen dan Variabel Sistem Kontrol ... 6

II.1.3. Alat Kontrol ... 8

a. Koantroler Proporsional ( P ) ... 8

b. Integral Kontroler ( I ) ... 9

(6)

II2.Gerbang Logika ... 12

II.3. Transduser ... 14

BAB III. Gambaran Umum Operasi Dasar PLTU Belawan ... 16

III.1. Gambaran Fisik PLTU Belawan ... 16

III.2. Komponen-Komponen Utama PLTU Belawan ... 16

III.3 Gambaran Umun Operasi Dasar PLTU Belawan ... 17

III.4 Blog Diagram Komponen Utama PLTU Belawan ... 19

III.5 Karaktersistik PLTU Belawan ... 19

III.6 Fungsi Auxilary Steam Dalam Proses Pembangkitan ... 21

III.7 Kondisi Uap Sebelum Memasuki Turbin ... 23

BAB IV. Pembahasan ... 26

IV.1. Auxiliary Steam Pressure Control ... 26

IV.1.1. Multifungsi PI- Kontroller ( PIR) ... 28

IV.1.2. P-Kontroller (PRE) ... 33

IV.1.3. Modul 70AS62 (Drive Kontrol Modul) ... 34

IV.1.4. Modul 70AS40A-E ( Check Exraction Turbin ) 36

BAB V . Kesimpulan dan Saran ... 39

V.1 Kesimpulan ... 42

(7)

ABSTRAK

Auxiliary steam adalah uap pembantu yang terdapat dalam operasi PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Dimana Auxiliary Steam diperoleh dari uap sisa pengoperasian PLTU. Uap sisa yang diberikan dari boiler (ketel uap) disalurkan dari dua extraction pada turbin uap dari saluran utama (live steam) yang biasa disebut dengan uap kering. Katup katup akan terbuka secara perlahan- lahan sesuai dengan sinyal pengontrolan yang dihasilkan dengan PI-Kontroler.

Tekanan uap pembantu dikendalikan pada harga 8,5 bar. Pada saat operasi mulai dan beban lebih kecil 30MW uap diambil langsung dari boiler( ketel uap). Transduser tekanan atau Pressure Transmitter(PT) yang terpasang di Auxiliary Steam Header akan memberikan informasi yang terjadi pada uap pembantu ke PI-Kontroler. Untuk mendeteksi perubahan yang terjadi pada Auxiliary SteamHeader diberikan pembatas pada perbandingan sinyal Actual Value dengan sinyal Set Point.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penulisan

Energi Listrik memegang peranan penting untuk kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada : rumah, pabrik, industri, dan lain-lain. Untuk memperoleh energi listrik ini para ahli telah memanfaatkan sumber-sumber alam seperti air terjun, air sungai, dan air laut. Semua pemanfaatan sumber di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- masing. Tapi semuanya itu pada prinsipnya adalah untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.

Selanjutnya dicari langkah yang lebih efisien atau lebih baik yaitu dengan memanfaatkan energi secara maksimal mungkin seperti yang digunakan pada suatu pembangkit listrik(dalam skala besar), misalnya PLTU, PLTG, PLTN serta Combined Cycle

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sektor Belawan mempergunakan energi kinetik uap air untuk menggerakkan turbin, kemudian turbin dikopel dengan poros generator, maka akan dibangkitkan energi tenaga listrik. Supaya proses siklus pembangkitan enegi listrik berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka pemrosesan uap tahap demi tahap dari mulai bahan air hingga uap kering harus diproses dengan sangat teliti. Untuk membantu mengurangi biaya operasi, penggunaan uap agar jangan banyak terbuang setelah memutar turbin maka dibuatlah uap pembantu (Auxiliary Steam). Tujuan uap pembantu ini adalah untuk membantu proses pemanasan dan

(9)

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi landasan teori dalam Auxiliary Stam Pressure Control 1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Auxiliary Steam Pressure Control 2. Bagaimana prinsip kerja Auxiliary Steam Pressure Control

3. Untuk mengetahui fungsi dari Auxiliary Steam 1.3 Tujuan Pembahasan

Sebagai tujuan pembahasan tugas akhir ini adalah untuk memaparkan atau menjelaskan kerja Auxiliary Steam Pressure Control pada PLTU Unit 3 dan 4 PT. PLN (Persero) Wilayah II Sektor Belawan.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah hanya membahas tentang : 1. Gambaran Umum Operasi PLTU Belawan

2. Prinsip Kerja Auxiliary Steam Pressure Control

3. Gangguan-gangguan dalam Auxiliary Steam Pressure Control

Dan tidak membahas tentang Analysis kinerja Auxiliary Steam Pressure Control I.5 Metodelogi Pembahasan

1.Studi Literatur

Studi literatur sangat penting bagi mereka yang melakukan riset literatur yang berhububungan dengan judul Tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber seperti buku manual,buku kuliah dan buku-buku lainnya seperti terdaftar pada daftar pustaka.

2.Riset

(10)

I.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan, penyusun membuat sistematika penulisan dengan urutan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, batasan permasalahan, serta sistematika penulisan.

BAB II. DASAR TEORI

Bab ini menguraikan tentang teori-teori dasar yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, yaitu rangkaian logika yang berupa gerbang AND, gerbang OR, gerbang NOT, sistem kontrol yang berupa pengelempokan sistem kontrol, elemen dan variabel sistem kontrol,alat-alat kontrol, transduser.

BAB III. GAMBARAN UMUM OPERASI DASAR PLTU BELAWAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum operasi dasar PLTU Belawan, komponen-komponen PLTU Belawan, karakteristikm PLTU Belawan serta fungsi dan kondisi uap pembantu (Auxiliary Steam).

BAB IV. PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang Prinsip Kerja Auxiliary Steam Pressure Control BAB V. PENUTUP

(11)

BAB II

TEORI

II.1. Sistem Kontrol

Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran (Variabel,Parameter) agar berada pada suatu harga tertentu disebut dengan sistem control. Pengontrolan ini mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan optimasi yang dapat diperoleh berdasarkan fungsi sistem control itu sendiri: yakni pengukuran (measurement), perbandingan (Comparison), penghitungan (computation), perbaikan

(correction) dan pencatatan.

II.1.1. Pengelompokan Sistim Kontrol

Sistem kontrol pada umumnya dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok antara lain :

a. Sistem kontrol dengan lintasan tertutup dan terbuka. Sistem kontrol dengan jaringan tertutup adalah sistem kontrol yang besaran outputnya memberikan pengaruh terhadap harga yang diinginkan melalui suatu indikator atau alat pencatatan (recorder). Kemudian selisih harga yang terjadi antara besaran yang dikontrol dan pertunjukan alat pencatat digunakan sebagai koreksi yang pada gilirannya akan merupakan sasaran pengontrolan.

Sistem kontrol dengan jaringan terbuka adalah sistim kontrol yang besaran outputnya tidak memberikan pengaruh terhadap besaran input.Oleh karena itu

variabel yang dikontrol tidak dapat dibandingkan terhadap harga output yang diinginkan.

(12)

Sistem kontrol manual adalah sistem kontrol yang pengontrolannya dilakukan oleh manusia yang bertindak sebagai operator, sehingga sering disebut dengan sistim kontrol dengan operator

Sedangkan sistim kontrol otomatis adalah sistim kontrol yang pengontrolannya dilakukan oleh mesin-mesin atau peralatan yang bekerja secara otomatis dan operasinya diawasi langsung oleh manusia.

c. Sistim kontrol servo dan regulator

Sebuah rgulator adalah bentuk lin daripada servo. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan sistim yang mana terdapat harga keadaan mantap (steady state) konstan untuk sinyal input yang konstan.Perbedaan utama adalah bahwa regulator diberikan sinyal tambahan (sinyal gangguan ) sehingga akan menghasilkan output yang berbeda dengan servo.

d. Sistem kontrol menurut sumber penggeraknya.

Sistim kontrol ini adalah pengontrolan berdasarkan elektris yang berupa rangkaian listrik, pengotrolan pneumatis yang memanfaatkan tekanan udara atau angin, pengontrolan hidraulik yang menggunakan cairan sebagai sarana kontrol dan pengontrolan mekanis yang memanfatkan alat-alat mekanis sebagai sarana pengontrolannya.

e. Sistem kontrol Analog dan Digital

Sistem kontrol analog atau pengontrolan yang berkesinambungan adalah sistem kontrol yang pengontrolannya dilakukan dengan menggunakan komponen-komponen analog seperti Proporsional, Integrator dan Diferensiator yang seluruh prosesnya bekerja analog.

(13)

oleh komponen -komponen digital yang biasanya terdiri dari susunan algoritma program-program dari sistim pengontrolan secara analog.

II.1.2. Elemen Sistim dan Variabel Sistim Kontrol

Elemen sistim kontrol merupakan sebuah unit yang membentuk proses kontrol yang didalamnya terdapat komponen-komponen sistem. Suatu proses kontrol secara fungsional dapat dinyatakan oleh diagram blok yang bentuknya tergantung pada jumlah elemen. Diagram blok yang umum ditunjukkan pada Gambar 2.5

GV G1

H

G2 V

r

e m

u

c c

Gambar 2.1. Elemen-elemen Sistim Kontrol Loop Tertutup Elemen sistim kontrol rangkaian tertutup di atas terdiri dari:

a. Elemen input referensi

Elemen ini berfungsi untuk mengubah besaran yang dikontrol menjadi sinyal masukan acuan (r) bagi sistim kontrol

b. Elemen pengontrol(G1)

Elemen berfungsi untuk memproses kesalahan (error,e) yang terjadi. Setelah error tersebut dilewatkan melalui elemen pengontrol, akan dihasilkan sinyal

yang berfungsi untuk mengontrol proses. c. Elemen proses (G2)

(14)

d. Elemen umpan balik (H)

Elemen ini berfungsi untuk mengukur keluaran yang dikontrol dan kemudian merubahnya menjadi sinyal umpan balik (feedback signal).

d. Elemen jalur maju

Elemen ini adalah untuk sistem kontrol tanpa elemen umpan balik.

Berdasarkan jumlah elemen yang menyusunnya suatu sistim kontrol terdapat beberapa variabel pengontrolan antara lain:

a. Set Point (Command input,v)

Harga yang diinginkan bagi variabel yang dikontrol selama pengontrolan. b. Masukan acuan (reference input, r)

Sinyal aktual (actual signal) yang masuk kedalam sistim kontrol. M Sinyal ini diperoleh dengan menyetel harga v melalui Gv, misalnya melalui sebuah sakelar pemilih atau selector switch.

c. Keluaran yang dikontrol (Controled output, c)

Suatu harga atau nilai yang akan dipertahankan bagi variabel yang dikontrol dan merupakan harga yang ditunjukkan oleh alat pencatat.

d. Variabel yang dimanipulasi (manipulated variable, m)

Sinyal yang keluar dari elemen pengontrol (controller) dan berfungsi sebagai sinyal pengontrol tanpa adanya gangguan.

e. Sinyal umpan balik (feed back sinyal, b)

Sinyal yang merupakan fungsi dari keluaran yang dicatat oleh oleh pencatat. f. Kesalahan (error, actuating signal, e)

(15)

ini menggerakkan unit pengontrol untuk menghasilkan output pada harga yang diinginkan .

g. Sinyal gangguan(disturbance, U)

Sinyal yang terkadang dibutuhkan pada suatu elemen pengontrol agar sistem selalu menghasilkan sinyal kesalahan yang tidak sama dengan nol seperti pada regulator, yang membutuhkan sinyal error untuk mempertahankan output tetap pada keadaan yang dinamis.

II.1.3 Alat Kontrol

Pengontrol atau Controller berfungsi untuk memproses sinyal kesalahan (error) agar menghasilkan sinyal pengontrol proses. Pada Auxiliary Steam Pressure Control hanya menggunakan jenis Pengontrol Proporsional(P) dan Pengontrol Proporsional Integral (PI). Dengan demikian disini akan diulas mengenai Proporsional (P), Integral (I) dan Proporsional Integral (PI).

a. Kontroller Proporsional (P)

(16)

Rf

Vo

Ri

Vi

Input

Output

Vo = + Vi Ri Rf .

Kp =

Ri Rf

atau = Kp.Vi

Gambar 2.6. Alat Kontrol Tipe Proporsional b. Integral Kontroller (I)

(17)

Cf

Vo

Output

Ri

Vi

Input

Vo = -

Vidt RiCf

1

Gambar 2.7. Rangkaian Alat Kontrol Tipe Integrator. c. Proporsional Integral Kontroller (PI)

(18)

Rf

Vo

Ri

Vi

Input

Vo = - 

Vidt RiCf Vi

Ri

RF 1

Gambar 2.8. Alat Kontrol Tipe Proporsional Integral

II.2.Rangkaian Logika

Harga pengubah (variabel) logika, pada dasarnya hanya dua, yaitu benar (true) atau salah (false). Dalam persamaan logika, umumnya simbol 1 dipakai untuk menyatakan benar dan simbol 0 dipakai untuk menyatakan salah. Dengan memakai simbol ini, maka keadaan suatu logika hanya mempunyai dua kemungkinan, 1 dan 0.

Kalau tidak 1, maka keadaan itu harus 0 dan kalau tidak 0 maka keadaan itu harus 1 II.2.1 Gerbang Logika OR

(19)

untuk outputnya diberi tanda Q, maka symbol dari kalimat di atas menurut Aljabar Boole dapat dinyatakan seperti pada gambar,sedangkan dalam bentuk matematikanya dapat dikatakan bahwa Logika outputnya sama dengan jumlah Logika input-inputnya.

Q=A+B+C……….(2-1)

Umumnya Gate : Logika ini dapat digambarkan dalam bentuk dua cara, yaitu masing-masing menurut Inggris/Eropa dan menurut Amerika Gambar 2.1 menunjukkan symbol dari Or Gate beserta Truth Table-nya (Tabel Kebenarannya).

Simbol menurut Simbol menurut Inggris/Eropa Amerka

  

  

B A

inputnya inputnya 

 

  

B A

 

Q outputnya

 

Q outputnya

(a)

(20)

0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 (b)

Gambar 2.1 (a) Simbol OR Gate dan ,(b). Truth Tabelnya

Dengan mengambil contoh kalimat yang sangat sederhana itu, maka kita dapat membuat Truth Tabelnya serta symbol yang mempunyai 3 input seperti Gambar (2-2) berikut ini. Tabel II-2. Truth Table Or Gate

A B C D 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

 

Q

C B A         Inputnya Outputnya (a) (b)

Tabel Gambar 2.2. (a). OR Gate dan (b). Truth Tabelnya II.2.2. And Gate

(21)

Logika “0” (nol), walaupun input lainnya “1” maka outputnya akan mempunyai Logika “0” (nol).

Dalam prakteknya pemberian Logika “1” pada input dilakukan dengan memberi tegangan +5 V melalui sebuah tahanan (R) dan pemberian Logika “0” (nol) dengan menghubungkan ketanah atau melalui tahanan. Sedangkan pada output keadaan Logika “1” berarti ada tegangan atau 0(nol) Volt. Secara matematiknya dapat dikatakan bahwa Logika outputnya adalah merupakan perkalian Logika input-inputnya.

Dengan mengingat bahwa output hanya ada jika seluruh dari inputnya ada, maka kita dapat membentuk Truth Table-nya. Dibawah ini diberikan 2 contoh dari Truth Table untuk And Gate dengan 2 dan 3 input (lihat Gambar 2.3).

(a)

(22)

(b) A B C Q

0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 A B Q

0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1

Gambar 2.3 (a). Simbol And Gate dan (b). Truth Tablenya. II.2.3. Not Circuit atau Inverter

Not Circuit sering juga disebut “Complementary Circuit” atau Inverter. Dimana circuit ini adalah rangkaian. Logika dasar yang mempunyai 1 (satu) out put dan 1(satuinput.Sifat dari rangkaian Logika Note Gate ini adalah : outputnya akan selalu mempunyai Logika yang berlawanan dengan inputnya yang biasanya hanya satu .Jelasnya jika inputnya diberi tegangan maka outputnya tidak ada , sebaliknya jika inputnya dihubungkan singkat (tidak ada tegangan )maka pada outputnya akan terbentuk. (Sebagai contoh : bila input = 0 (nol) maka outputnya = 0 (nol) maka inputnya =1)

(23)

Rangkaian NOT GATE yang dihubungkankesalah input GATE Logika atau outputnya bisa disederhanakan simbolnya dengan memberi tanda bulatan pada input atau output yang bersangkutan.

Simbol menurut Inggris/Eropa &Truth Tablenya

Tabel II-5 Truth Table Not Circuit.

A Q=A 0

1

1 0

Simbol Inggris/Eropa

(a) Simbol menurut Amerika & Truth Tablenya

Tabel II-6 Truth Table Not Circuit

A Q

0 1

1 0

A A

Simbol Amerika

(b)

Gambar 2.4 (a) Simbol Not Circuit dan Truth Tablenya dan (b). Simbol Not Circuit dan Truth Tablenya

(24)

II.3.Transduser

Transduser adalah merupakan suatu komponen yang bekerja untuk mengubah parameter fisis menjadi sinyal listrik yang dapat diterima oleh sistem pengolah sinyal. Beberapa parameter fisis yang sering dikenal diubah menjadi sinyal listrik antara lain : tekanan, temperatur, percepatan, pergeseran, kecepatan, dan sebagainya. Pada Auxiliary Steam Pressure Control ini hanya menggunakan tranduser tekanan dan temperature, maka disini dijelaskan kedua tranduser tersebut.

1. Transduser Kapasitif

Untuk merubah parameter tekanan menjadi sinyal listrik pada pengontrolan ini digunakn tranduser kapasitif.

Kapasitansi dari sebuah kapasitor pelat parallel diberikan oleh

G =

.

(

farad

)

d

AEo

k

……. (1)

Dimana: A = luas masing-masing pelat, dalam m² d = jarak kedua pelat, dalam m

Eo = 9,85 x 10¹² dalam F/m

K = Konstanta dielectrik

(25)

Gambar 2.9 Transduser Kapasitif

2. Transduser termokopel

Tranduser ini paling banyak digunakan untuk mengukur temperature berdasarkan pengubahan temperature menjadi sinyal listrik. Termokopel ini bekerja berdasarkan pembangkit tenaga listrik pada titik sambu logam yang tidak sama. Tegangan ini sebanding dengan temperatur sambungan.

(26)

BAB III

GAMBARAN UMUM OPERASI DASAR PLTU BELAWAN

III.1. Gambaran Fisik PLTU Belawan

Gambaran Fisik PLTU Belawan secara keseluruhan dapat terlihat pada gambar dibawah ini dan lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran 2 :

III.2 Komponen-komponen Utama PLTU Belawan

Secara umum komponen utama PLTU Belawan terdiri dari : 1. Kondenser : Pemadat uap menjadi air 2. Condenser Pump : Pompa pemadat

3. LPH : Pemanas bertekanan rendah 4. HPH : Pemanas bertekanan tinggi 5. FWT : Tangki pengumpul air 6. Economiser : Pemanas awal

(27)

9. Generator : Mengubah energi mekanik menjadi energi listrik 10. Evaporator : Untuk memanaskan uap.

III.3. Gambaran Umum Operasi Dasar PLTU Belawan

Prinsip dasar dari pembangkit dengan menggunakan tenaga uap adalah perubahan energi panas yang berbentuk uap diubah menjadi energi mekanik. Energi panas tersebut diubah melalui sudu-sudu yang terdapat pada turbin sehingga berbentuk uap yang kemudian menggerakkan turbin. Perputaran turbin tersebut digunakan untuk memutar rotor dari generator sehingga menghasilkan energi listrik.

Untuk memutar atau menggerakkan turbin yang ada di PLTU sektor Belawan, diperlukan adanya uap dengan temperatur dan tekanan yang tinggi. Uap dengan temperatur dan tekanan yang tinggi berasal dari sumur bor, yang mana air yang digunakan adalah air murni yang telah mengalami pemurnian terlebih dahulu atau air yang tidak mengandung garam-garam, gas (termasuk oksigen), karbon dioksida dan sebagainya. Didalam kondensor air tersebut dipompakan oleh Condensat Pump dan diberikan ke Low Pressure Heater 1 yang kemudian diteruskan ke Low Pressure Heater2 dan Low Pressure Heater 3 secara bertahap untuk dipanaskan. Pemanasan

pada Low Pressure Heater 1, 2 dan Low Pressure Heater 3 dilakukan dengan cara memanfaatkan uap Extraction dari turbin (Extraction 1, 2 dan 3) yang dialirkan kedalam Low Pressure 1, 2 dan Low Pressure Heater 3 tanpa berhubungan langsung dengan air yang dipanaskan. Selanjutnya air tersebut diberikan kedalam Feed Water Tank (FWT) untuk dipanaskan kembali dengan cara yang sama seperti pada Low

Peressure Heater 1, 2 dan Low Pressure Heater 3. Selain berfungsi untuk membuang

O pada air, Feed Water Tank juga berfungsi sebagai tempat menyimpan air. Dengan

bantuan pompa Boiler Feed Water Pump (BFP) air tersebut dipompakan ke Boiler

(28)

Drum melalui High Pressure Heater (HPH) diteruskan ke Economizer untuk

dipanaskan. Setelah mengalami pemanasan pada High Pressure Heater dan Economizer yang juga memanfaatkan uap Extraction dari turbin, air tersebut

selanjutnya dimasukkan ke Boiler Drum. Pemanasan pada Boiler dilakukan dengan pembakaran. Dimana untuk melakukan pembakaran diperlukan adanya bahan bakar, api dan udara. Pada proses pembakaran tersebut menggunakan bahan bakar solar atau residu. Akan tetapi pada pengoperasian saat ini bahan bakarnya adalah residu, yaitu sisa penyulingan minyak mentah. Keuntungannya adalah biaya pembelian bahan bakar dapat ditekan, karena bahan bakar residu murah harganya dibandingkan miyak solar. Udara yang dimaksud adalah udara yang diambil dari udara luar oleh Force Draugh Fan (FDF). Ketiga unsur tersebut selanjutnya dibakar oleh burner diruang

bakar. Pembakaran diruang bakar akan mengakibatkan penguapan yang ada pada air yang berada pada pipa-pipa boiler, sehingga terjadi perbedaan berat jenis antara uap dan air. Setelah melalui proses pembakaran air tersebut berubah fasanya menjadi fasa uap (uap basah), dan dikumpulkan keuap di Boiler Drum, yang selanjutnya uap basah dikeringkan pada Low Temperatur Super Heater (LTS) dan High Temperatur Super Heater (HTS) yang kemudian diberikan ke turbin dalam bentuk uap kering yang

menggerakkan turbin dengan kecepatan 3000 rpm. Sehingga akan didapatkan daya listrik sesuai dengan yang diinginkan.

Untuk menggerakkan turbin agar dapat daya yang konstan, maka diperlukan temperatur dan tekanan uap yang juga benar-benar konstan. Temperatur dan tekanan uap yang dihasilkan oleh boiler selalu dikontrol agar tidak melewati batas yang telah ditetapkan yakni 5100 C dan 86 Bar.

(29)

Dari gambar fisik, komponen komponen utama dan operasi dasar PLTU Belawan dapat kita buat blok diagram komponen PLTU Belawan seperti pada Gambar 3.1 ( pada lampiran 2 ).

III.5 Karakteristik PLTU Belawan 1

Kemungkinan terdapat bayak parameter penting didalam analisis-masalah

masalah yang terkait dengan pengendalian operasi sistem PLTU. Penting pada masalah pengoperasian sacara ekonomis adalah karakteristik masukan- keluaran satuan PLTU. Skema satuan boiler- turbin-generator terlihat pada gambar 3.2.Satuan ini terdiri atas sebuah boiler tunggal yang menghasilkan uap untuk menggerakkan satu

set turbin generator tunggal. Keluaran satuan ini berupa energi listrik yang dihubungkan tidak hanya pada sistem umum pemakaian tenaga listrik,akan tetapi juga

pada sistem peralatan PLTU. Suatu satuan turbin uap dapat memerlukan 2 hingga 6 persen dari keluaran bruto guna keperluan berbagai peralatan seperti pompa, kipas,

lampu dan lain sebagainya. Dengan demikian terdapat masukan bruto dan pengeluaran neto Masukan bruto adalah bahan bakar persatuan waktu, berupa nilai panas H kCal/jam. Keluaran neto merupakan daya listrik P MW yang disediakan guna

keperluan jaringan [1].

(30)

Turbin pada umumnya tidak banyak memiliki kemampuan untuk memikul beban-lebih [1].

Karakteristik pemakaian panas, yaitu H/P (kCal/jam) terhadap daya P(MW) terlihat pada Gambar 3.4. Lengkung ini merupakan kebalikan karakteristik efisiensi sebuah mesin. Satuan-satuan turbin uap biasanya memiliki efisiensi sekitar 36 prsen, atau kira-kira 2500 hingga 3000Kcal/kwh [1].

Masukan Bahan Bakar Boiler Turbin Uap Neto Bruto Generator Pemakaian

[image:30.595.102.487.247.727.2]

sendiri Peralatan Pusat Tenaga Listrik Keluaran Gambar 3.2 SATUAN BOILER-TURBIN-GENERATOR Pmaks P (a) Pmin H

 H

 P

Keluaran P (MW) Masukan H (KCal/jam) Pmaks Pn Pmin KELUARAN P (MW) PPS (kCal/kWh) (b)

(31)

(b) Lengkung masukan keluaran pemakaian panas

III.6. Fungsi Auxiliary Steam Dalam Proses Pembangkitan

Dalam proses energi listrik auxiliary steam digunakan untuk membantu pemrosesan uap dengan menggunakan uap sisa. Fungsi yang paling besar dari auxiliary steam ini adalah untuk membantu pemanasan air yang akan diproses

menjadi uap.

Beberapa kegunaan dari auxiliary steam adalah :

a. Untuk membantu memanaskan air yang ada di Feed Water Tank (tangki air pengisi)

b. Untuk membantu merapatkan ujung-ujung turbin yang sedang berputar c. Untuk membantu memanaskan udara ke ruang bakar

d. Untuk membantu operasi service ejector

e. Untuk membantu memanaskan minyak keboiler

Demikianlah bahwa uap pembantu ini sangat berperan dalam proses pengolahan uap dan pembangkitan energi listrik .

Semua proses yang terjadi pada pengubahan air menjadi uap ini dikontrol secara otomatis oleh katup-katup pneumatis. Pengontrolan ini dibantu oleh transducer sebagai sensor. Sistem pengontrolan ini akan selalu menuju harga mantap (steady State) dengan sendirinya dan operator hanya mengontrol proses tersebut dengan

(32)

Keterangan

CV : Control Valve ASH : auxiliary Steam Header PT : Pressure Transmitter

[image:32.595.97.543.69.315.2]

PIR : Proporsional integral controller PRE : Proporsional controller EPC : Electrical Pneumatic control

Gambar 3.4 Blok Diagaram Auxiliary Steam Perssure control

III.7 Kondisi uap sebelum memasuki turbin

Sebelum memasuki katup pengatur pada turbin uap, uap belum mencapai kondisi superheated. Olehkarena itu uap harus terlebih dahulu melewati Evaporator,

LP-Superheater, HP-Economizer, HP-Evaporator dan HP-Superheater.

a.Kondisi uap sebelum dan sesudah LP-Evaporator. - Temperatur IN : 166 ºC

- Temperatur OUT : 200 ºC - Tekanan : 6,6 bar - Entalpi h1 : 2820 kJ/kg

- Entalpi h2 : 2860 kJ/kg

Maka : Δh = h2-h1 = 2860-2820

= 40Kj/Kg

(33)

b. Kondisi uap sebelum dan sesudah LP- Superheater -Temperatur IN : 200 ºC

-Temperatur OUT : 221ºC -Tekanan : 6,6 bar -Enthalpi : 2860 kJ/kg -Enthalpi h1 : 2890 KJ/kg

-Enthalpi h2 : 2890 KJ/kg

Maka : Δh = h2-h1 = 2890-2860

= 30 kJ/kg

Kalori yang didapat dari hasil pemanasan di Superheater sebesar 30 kJ/kg c. Kondisi uap sebelum dan sesudah HP-Economizer

-Temperatur IN : 166ºC -Temperatur OUT : 289ºC -Tekanan : 68 bar -Enthalpih h1 : 2790 KJ/kg

-Enthalpi h2 : 3040 KJ/kg

Maka : Δh = h2-h1

= 3040-2790 = 250 kJ/kg

Kalori yang didapat dari hasil pemanasan di Economizer sebesar 250 kJ/kg

d. Kondisi uap sebelum dan sesudah HP-Evaporator -Temperatur IN : 289ºC

(34)

Enthalpi h1 : 3040 kJ/kg

-Enthalpi h2 : 3280kJ/kg

Maka Δh = h2-h1

= 3280-3040 = 240 Kj/kg

Kalori yang didapat dari hasil pemanasan di Evaporator sebesar 240 Kj/kg e. Kondisi uap sebelum dan sesudah HP-Superheater

-Temperatur IN : 451ºC -Temperatur OUT : 510ºC -Tekaanan : 86 Bar -Enthalpi h1 : 3280 kJ/kg

-Enthalpi h2 : 3710 kJ/kg

Maka Δh = h2-h1

= 3710-3280 = 430 kJ/kg

Total kalori yang didapat dari hasil pemanasan di LPH dan HPH tersebut adalah

=

Δ

h

LP-EVA

+

Δ

h

LP-SUP.H

+

Δ

h

HP-ECO

+

Δ

h

HP-EVA

+

Δ

h

HP-SUP..H

= 40 kJ/kg + 30 kJ/kg + 240 KJ/kg + 430 KJ/kg= 990 kJ/kg

(35)

BAB IV PEMBAHASAN

IV.1 Auxiliary Steam Pressure Control

Guna dari sistem Control ini adalah untuk mengendalikan banyaknya uap yang masuk ke Auxiliary Steam Header ( ASH) sebagai uap pembantu. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar Tekanan Uap yang terjadi pada Auxiliary Steam Header bisa dikontrol sesuai dengan ketentuan. Pengontrolan yang dilakukan adalah dengan mengatur pembukaan dan penutupan katup-katup pada kedua saluran masukan uap sehingga banyak uap yang masuk terkendali.

Beberapa hal atau keadaan yang mempengaruhi pengontrolan ini adalah : - Tekanan Uap yang terjadi (Auxiliary Steam Pressure)

- Keadaan Generator Listrik (Generator Not in Grid) - Keadaan Turbin Trip (Turbin Trip)

Pada proses pembangkitan energi listrik, boiler (ketel uap) memberikan uap ke suatu sistem Auxiliary Steam. Uap tersebut diambil atau disalurkan dari dua extraction pada turbin uap dari saluran utama ( Live Steam) yang biasa disebut dengan uap kering. Uap diambil dari sumber uap yang masih sanggup menyediakan uap, tergantung pada kondisi tekanan uap tersebut. Katup-katup akan terbuka secara perlahan-lahan sesuai dengan sinyal pengontrolan yang dihasilkan oleh PI-Kontroler.

(36)

pada saat ini katup untuk Extraction Steam (LBS51AA011) belum beroperasi atau bisa dikatakan dalam keadaan menutup, karena uap dari Extraction (turbin) belum memungkinkan untuk diambil.

Transduser tekanan atau Pressure Transmitter (PT) yang ditempatkan pada Auxiliary Steam Header akan memberikan informasi yang terjadi pada uap pembantu

ke PI- Kontroler. Pada PI-Kontroler informasi yang diterima yakni Actual Value dibandingkan dengan harga set point yang ditentukan. Besar harga Set Point sesuai dengan besar tekanan yang dikehendaki.

Pada tekanan uap di Extraction E5 bertambah atau naik hingga mencapai 8,5 Bar beban lebih besar 30 MW. Katup Live Steam (LBG05AA001) dikontrol akan menutup secara perlahan-lahan. Secara perlahan-lahan juga katub Extraction Steam (LBG05AA001) dikontrol untuk membuka dan sekarang uap pembantu diambil dari Extraction E4.

Untuk mendeteksi perubahan yang terjadi dengan tekanan Auxiliary Steam Header hasil perbandingan sinyal Actual value dengan sinyal Set Point dibatasi oleh

pembatas (Limiter). Sinyal keluaran PI-Kontroler dari A1 diberikan ke P-Kontroler. Sellisih perbandingan sinyal Actual Value dengan Set Point merupakan sinyal kesalahan (error). Sinyal error tersebut digunakan untuk mengatur katup pengontrol untuk mengoreksi uap yang masuk melalui katup.

PI-Kontroler dan P-Kontroler akan selalu aktif bila terjadi perubahan tekanan uap pada Auxiliary Steam Header dari nilai Set Point yang telah ditetapkan. Drive Control Modul mempengaruhi kontrol penggerak pneumatic (Pneumatic Control

Drive) melalui sebuah electro-Pneumatic Convertion atau pengkonversi Elektro ke

(37)

semua dihubungkan ke ruang kontrol (Control Room) dimana operator dapat mengoperasikannya secara langsung.

Adapun pengolahan sinyal yang saling berhubungan di dalam Auxiliary Steam Pressure Control yaitu :

IV.1.1 Multifungsi PI- Kontroller ( PIR)

Multifungsi ini akan menghasilkan output yang bereaksi secara proporsional dan integral sehingga dapat dipergunakan untuk pengontrol posisi perubahan katup dengan cara membandingkannya sinyal set point dengan sinyal acuannya (actual value-nya). Aksi dari proposional integral ini lebih lambat dibandingkan dengan

Proporsional Kontroler, namun begitu ia menghasilkan suatu aksi outputnya lebih halus dan lebih teliti. Sama halnya dengan proporsional kontroler bahwa pada proporsional integral ini ada terdapat input pengontrol otomatis ( Regler Automatik,

RA), limit atas (Obere Grenze, OG), Limit bawah ( Untere Grenze, UG), penyesuai

(ABG), set point (E1), nilai actual (E2) dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

(38)
[image:38.595.98.466.80.361.2]

Gambar 4.1 Simbol dari PIR Permissive for P I C O N T R O L E R OA ESA

MB Output valuelimited Output Value Control Deviation [E2-E1] AD A1 ESI RA UG OG TN KP ZAS ABG E2 E1 Stop Itegrator Controler on Auto Limit Lower Uppor Limit Integral action time Proporsional Coefisient

Input PIR

Auxiliary Control Value Actual Value (-)

Adjusment Value Set point (+)

Automatic mode blocked

Output

Permissive for Automatic Operation

Dari gernerator ( Generator Not On Grid ) akan memberikan informasi logika “0” atau “1” untuk memberitahukan keadaan generator tersebut. Jika keadaan generator tidak bekerja konstan au semestinya ( Not On Grid ), maka ia akan memberikan sinyal informasi logika “1” dan jika beroperasi dengan baik maka ia akan menghasilkan logika “0”.

Kedua keadaan diatas diberikan ke input gerbang OR yang mana dari jika satu inputnya menerima logika “1” maka outputnya akan menghasilkan logika “1”. Hal ini

(39)

[0%]

Not on Grid [47%]

A.

B. [2s ] T

UG

≥ 1

[image:39.595.90.496.83.242.2]

Turbin trip

Gambar 4.2 Pengolahan Sinyal Untuk Pembatas Bawah (UG) PI- Kontroller

Dari gambar 4.2 dapat diketahui output gerbang OR memberikan logika “1” ke Gerbang Waktu sehingga Gerbang Waktu akan berlogika tinggi selama 2 detik (T=2s). Sinyal logika ini diumpankan ke Change Over elemen.

Apabila output Gerbang Waktu berlogika “0” maka output change over elemen akan berada pada harga sinyal 0%. Sedangkan jika perubahan terjadi pada

masing-masing input Gerbang ORyang mana output Gerbang Waktu akan menghasilkan logika “1”, maka waktu T= 2s elemen change over akan beralih ke posisi 47%.

Keluaran Change Over Elemen ini yang berharga 0% atau 47% adalah batas bawah yang harganya dibagikan ke input UG dari PI- Kontroller.

(40)

Control output

LBS 51 AA 011

LBG 05 AA 001

E03

Controler On Auto Controler On Auto

[100%]

[0,5K] [100%]

& P►

+

E01 + +E02 ENN [image:40.595.119.504.77.338.2]

OG

Gambar 4.3 Pengolahan Sinyal Batas Atas (OG)

Pada gambar diatas diketahui bahwa sinyal untuk batas atas adalah outputnya dari Multiplier (P) pada saat input E03 dari Change Over Elemennya mendapat logika “0”. Untuk mendapatkan output Multipliernya adalah (A01) :

A01 = E NN x ( E01 + E01 )

Misalnya pada saat steady E01 memerima sinyal 20 % maka outputnya adalah

A01 = 0,5 (20% +100%)

A01 = 0,5 ( 120 %)

A01 = 60 %

Demikian juga untuk input ABG dari PI- Kontroller diperoleh dari sinyal output Change Over Eelemen yang pada saat input E03 menerima sinyal logika “0” Outputnya akan menghasilkan sinyal dari multipler (P) dengan sinyal kontrol output

(41)

Control

Output

LBS51AA011

Control

Output

LBG05AA001

[100%] 0,5%

[0,5K] 0,5%

ABG

[0%] [0,5K]

P +E01

+E02 ENN

P +E01 +E02 ENN

&

Δ



Gambar 4.4. Pengolah sinyal untuk nilai ABG PI- Kontroller

Nilai RA dari PI-Kontroller adalah merupakan logik “0” atau “1”. Sinyal logika yang diberikan pada input RA ini adalah tergantung pada sinyal yang diberikan oleh kedua keadaan Controller On Auto LBS51AA001 dan LBG05AA001, jika salah satu keadaan memberikan logika “1” maka nilai RA adalah logik “1”. Hal ini disebabkan kedua input tersebut dimasukkan ke Gerbang OR yang output-nya akan berlogika “1”jika salah satu atau kedua input-nya berlogika “1”.

IV.1.2 P-Kontroller (PRE)

(42)

sinyal yang berlogika “0” pada input RA, maka output A1 akan menghasilkan sinyal yang diberikan oleh ABG (adjustment Value)

A1 = ABG

Sebaiknya bila input RA mendapat sinyal berlogika “1” maka output A1 akan menghasilkan keluarannya :

A1 = Kp ( E1-E2)

Harga koefisien Proporsional dikalikan dengan selisih antara sinyal Set Point E1 dengan sinyal Actual Value atau sinyal yang diberikan oleh input E2 merupakan sinyal output A1.

Setelah menerima sinyal error dari PI- Kontroller maka P- Kontroller ini akan memberikan suatu sinyal error pada modul kontrol dirve katup 70AS62AE untuk mengendalikan posisi katup pada saluran masukan uap yakni dari katup Live Steam dan katup Exteraction Steam. Untuk masing-masing modul pengontrol katup masukan uap ini diberikan satu P-Kontroller dengan nilai set point E2 yang berbeda.

Proporsional kontrol katup live steam di set pada konstanta proprosional (Kp) 2, Harga TYB = 40s (waktu penyetelan), nilai penyetelan ABG merupakan besaran sinyal yang diberikan oleh katup LBG05AA001 (Katup live steam). Sedangkan proporsional kontrol untuk katup extraction steam juga diset pada Kp = 2, waktu penyetelan TYB = 40s, sinyal diambil dari sinyal keluaran kontrol output katup LBS51AA011.

(43)

P C O N T R O L E R A2 A1 OA ESA RA TYB ABG Kp E2 E1

Automatic mode blocked Controler to Automatic Adjusting Time Adjusdment Value

PRE Input

Set Point Value

Actual Value Proportional Coeffisient Output Control Value Control Deviation [E2-E1] Permissive for Automatic Operation

Gambar 4.5 Simbol dari PRE

IV.1.3. Modul 70AS62 (Drive Kontrol Modul)

Multifungsi ini adalah suatu sistem yang berfungsi untuk pengontrolan yang digerakkan oeh Kontroller setelah menerima sinyal error yang dihasilkan oeh PI-Kontroller. Modul ini langsung berhubungan dengan proses pembukaan dan penutupan katup saluran uap.

Dalam pengontrolan ini Modul 70AS62 digunakan dua buah yang salah satu modul untuk masukan Live steam yang dijelaskan pada lampiran 6 dan satu lagi untuk extraction steam yang dijelaskan pada lampiran 7. Tetapi yang paling berproses dalam

keadaan steady state operasi pembangkitan adalah modul 70AS62 untuk katup extractin steam LBS51AA011. Hal ini terjadi sebab uap yang paling utama diproduksi

adalah dari Extraction Steam yaitu uap bekas hasil pemutaran turbin. Dengan demikian penggunaan uap yang telah dipakai dapat digunakan sebahagian.

(44)

70AS62 yang berhubungan langsung dengan EPC katup. Control Deviasi yang dihasilkan output akan mempengaruhi pembukaan atau penutupan katup. Bila harga tekanan ASH berbeda dengan Set Point maka katup akan mengalami penutupan sesuai dengan penyimpangan yang terjadi. Selanjutnya persentase posisi katup diberikan ke ABG PI-Kontroller melalui output TYB pada modul 70AS62. Demikian juga sebaliknya jika output control devisiasi berharga positif (tekanan ASH < Tekanan Set Point) maka penyimpangan terjadi akan mengakibatkan posisi katup mengalami

pembukaan.

Dengan dilakukannya penutupan pada katup maka secara bersamaan tekanan yang terjadi pada auxiliary steam akan mengalami penurunan hingga mendekati harga set point. Pada keadaan ini output AD pada PI kontroller akan berharga tekanan transduser atau sama dengan tekanan set point yang menyebabkan proses penutupan katup dihentikan.

Hal yang sama juga akan terjadi pada saat tekanan set point jauh lebih besar dari tekanan yang terjadi pada auxilliary steam. Pembukaan pada katup akan terlaksana secara bersamaan dengan tekanan uap mengalami kenaikan hingga mendekati tekanan set point. Pada keadaan output AD berharga tekanan set point = tekanan ASH maka proses pembukaan katup akan dihentikan.

(45)

pada ASH = 8,5 bar. Setelah keadaan pada ASH dalam keadaan steady state maka katup live steam menutup penuh. Sedangkan katup extraction akan beroperasi sesuai dengan informasi dari PI & P Kontroler yang ditentukan oleh pengkondisi sinyal untuk membentuk keadaan tekanan di auxiliary steam header.

IV.1.4. Modul 70AS40A-E ( Check Exraction Turbin )

Pengontrol ini berfungsi untuk mengontrol secara penuh saluaran uap masuk pada ASH yang berasal dari Extraction Steam. Jika secara tiba-tiba salah satu dari ke empat gangguan yang bisa mempengaruhi pengontrolan tekanan auxiliary steam ini terjadi maka check valve kontroler ini akan langsung bekerja sesuai dengan fungsinya.

Salah satu ganguan yang bisa terjadi mempengaruhi pengontrolan ini adalah temperatur auxiliary steam. Jika temperaturnya melebihi batas maksimum yang ditentukan maka pengkondisi sinyal temperatur transmiter LBS51CT003 akan memberikan informasi ke Thereshold elemen tersebut. Setelah menerima informasi dari temperatur transmiter thereshold akan menghasilkan output berlogika “1” yang akan diberikan ke gerbang OR yang akan mengotrol Check Valve LBS51AA010 akan menutup.

Parameter yang lain yang mempengaruhi operasi check valve ini adalah tekanan auxiliary steam, keadaan turbin (turbin trip) dan tekanan air yang melebihi batas tekanan maksimum pada saluran Spray water.

Jika tekanan auxiliary steam melebihi batas yang ditentukan, maka elemen threshold yang menerima sinyal masukan dari pengkondisi sinyal Pressure Transmitter ( PT ) LBG15CP002, akan menghasilkan sinyal logika “1”. Pressure

Switch (PS) LCE06CP001 akan menghasilkan sinyal logika “1”, jika batas tekanan

(46)

akan memberikan informasi sinyal logika “1” jika keadaan turbin trip atau terjadi gangguan. Rangkain Check Valve LBS51AA010 dijlaskan pada Gambar 4.6 dan juga terdapat pada lampiran

Keterangan

62.5% 23.5%

10 S

PT TT PS

Output A0

+

0.1

0.1 T 

1

 1

Ootput SZ T

T

1%

&

1%

& Turbin trip

PS = Pressure Swicth

TT = Transmitter Thereshold PT = Pressure Transmitter

= Konverter Frekuensi kearus = Gerbang Waktu

= Kendali Logika & = Gerbang And

= Set Point, = Actual Value

[image:46.595.97.499.187.738.2]

≥1 = Gerbang OR

(47)

BAB V PENUTUPAN

V.1. Kesimpulan

1. Penggunaan uap sisa pemutaran turbin sangat membantu efisiensi uap pada proses pembangkitan energ listrik. Karena uap ini dapat digunakan utuk memanasi air yang akan masuk ke ketel.

2. Pada keadaan Steady State, sinyal keluaran sistem yang akan dikontrol akan sama besarnya dengan nilai set point dan uap yang akan disalurkan akan konstan pada harga tertentu.

3. PI-Kontroller membandingkan nilai set yang telah ditentukan dengan harga actual yang berasal dari pengkondisi sinyal dan selanjutnya sinyal error hasil perbandingan diberikan ke P-Kontroller. Sehingga pada saat inilah yang disebut keadaan Steady State, atau sebesar 8,5 Bar

4 Check Valve Extraction Steam Kontrol akan menutup saluran uap Extraction jika inputnya menerima informasi terjadiya gangguan pada turbin generator dan saluran Spay water.

V.2. Saran

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kadir Abdul, “Pembangkit Tenaga Listrik”, Jakarta, Universitas Indonesia,1990 2. Malvino Albert Paul, “Elektronika Komputer Digital”, Jakarta, Erlangga. 3. BBC, “Operting Mannual”, PLTU Belawan unit 3 dan 4.

4. Pakpahan, Sahat. Ir., “Tehnik Kontrol Otomatis Dan Teori Penerapan”, Jakarta Erlangga 1994.

5. Ogata, Katsuhito, “Teknik Kontrol Automatik”, (Sistem pengaturan) Jakarta, Erlangga 1989.

6. Tarigan Pernantin, “Rangkaian Logika Digital”, Medan, Universitas Sumatera Utara 2001.

7. William David Cooper, “Intrumentasi Elektronik Dan Tehni Pengukuran”, Jakarta erlangga 1984.

Gambar

Gambar 2.1. Elemen-elemen Sistim Kontrol Loop Tertutup
Gambar 2.1 (a) Simbol OR Gate dan ,(b). Truth Tabelnya
Gambar 2.3 (a). Simbol And Gate dan (b). Truth Tablenya.
Gambar 2.4 (a) Simbol Not Circuit dan Truth Tablenya dan (b). Simbol Not
+7

Referensi

Dokumen terkait