• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan ADC (Analog to Digital Converter) 0804 Pada Perancangan Sensor Intensitas Cahaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan ADC (Analog to Digital Converter) 0804 Pada Perancangan Sensor Intensitas Cahaya"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN ADC (Analog to Digital Converter) 0804

PADA PERANCANGAN SENSOR INTENSITAS CAHAYA

Oleh :

NIM. 02 5203 006 Angga Mouammar

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Sains Terapan (SST)

PROGRAM DIPLOMA-IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

ADC (Analog to Digital Converter) adalah sebuah rangkaian elektronika

yang dapat mengubah besaran analog menjadi besaran digital. Pada setiap sensor

yang berbasis mikrokontroler (sebagai pusat pengolah data) diperlukan adanya

rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah sinyal yang

diterima oleh sensor untuk menjadi besaran digital supaya sinyal tersebut bisa

diterjemahkan atau dibaca mikrokontroler.

Sensor- sensor disini dapat berupa sensor suhu, sensor level, sensor

tekanan, dan lain- lain. Pada perancangan ini ADC diperlukan untuk merubah

besaran yang diterima sensor berupa LDR (Light Dependent Resistor) menjadi

suatu besaran atau tegangan yang dapat dibaca.

Maka untuk membaca besaran dari sensor tersebut diperlukanlah ADC

(Analog to Digital Converter) 0804. Perbedaan warna cahaya akan menyebabkan

perbedaan tegangan dan output pada ADC. Untuk itulah penulis mengambil judul

“ Penggunaan ADC (Analog to Digital converter) 0804 pada Perancangan

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir

ini, yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan perkuliahan pada

Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Industri Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara. Tak lupa selawat beriring salam penulis ucapkan

kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang mana telah membawa

umatnya dari zaman jahilliyah menuju jaman islamiah yang penuh dengan ilmu

pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Karya akhir ini ditulis berdasarkan penelitian dan percobaan langsung

terhadap rangkaian yang telah diteliti dan dipelajari dari buku dan internet. Karya

akhir ini penulis beri judul . “ Penggunaan ADC (Analog to Digital converter)

0804 pada Perancangan Sensor Intensitas Cahaya”

Selama berlangsungnya penulisan Karya Akhir ini hingga

menyelesaikannya, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan serta

masukan dalam penulisan Karya Akhir. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Papa dan Mama serta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan

dukungan semangat dan materi serta mendoakan penulis.

2. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil, Phd. selaku Dekan

(4)

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Baafai selaku Ketua Program Diploma IV

Teknologi Instrumentasi Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Utara.

4. Bapak Drs. Hasdari Helmi, MT. selaku Sekretaris Program Diploma IV

Teknologi Instrumentasi Industri.

5. Bapak Ir. Mansyur, Msi. selaku dosen pembimbing Karya Akhir.

6. Seluruh staf pengajar serta pegawai administrasi pada Program Diploma

IV Teknologi Instrumentasi Industri pada Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara.

7. Teman - teman angkatan 2002 khususnya Indra, Dedek, Yuliandra, Lany,

Mia, Safwan, Faisal, Kurniadi, Riza dan lain-lain.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna adanya,

karena masih banyak kekurangan baik dari segi ilmu maupun susunan bahasanya.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi

menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata bantuan dan budi baik yang telah penulis dapatkan,

menghaturkan terima kasih dan hanya ALLAH SWT yang dapat memberikan

limpahan pahala yang setimpal. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua dan bagi penulis sendiri tentunya.

Medan, Juli 2007 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Rumus ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tujuan Karya Akhir ... 2

1.3. Rumusan Masalah ... 2

1.4. Batasan Masalah... 2

1.5. Metode Penulisan ... 3

1.6. Sistematika Penulisan... 3

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum ... 5

2.2. Resistor ... 5

2.2.1. Resistor Linear ... 6

2.2.2. Resistor Seri ... 8

(6)

2.3. Kapasitor ... 10

2.4. Filter RC ... 14

2.5. Diode Zener ... 15

2.6. LED (Light Emitting Diode) ... 16

2.7. Trimpot (Trimmer Potensio) ... 17

2.8. LDR (Light Dependent Resistor) ... 17

2.9. IC Regulator (LM 7809 dan LM 7805) ... 19

2.10. Komparator (Pembanding) ... 19

2.11. ADC (Analog to Digital Converter) ... 20

2.12. Intensitas Cahaya ... 25

2.13. Mikrokontroler AT89S51 ... 27

2.13.1. Struktur Memori ... 30

2.14. Gerbang OR ... 31

2.15. Gerbang NOR (Not OR) ... 32

BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) 0804 ... 33

3.2. Rangkaian Sensor Intensitas Cahaya ... 37

3.3. Rangkaian Seven Segmen ... 39

3.4. Rangkaian Output LED ... 40

BAB IV PEMBAHASAN RANGKAIAN ADC 0804 4.1. Pembahasan ADC (Analog to Digital Converter) 0804 ... 41

4.2. Pegujian ADC (Analog to Digital Converter) 0804 ... 44

(7)

dengan Mikrokontroler ... 45

4.2.2. Pengujian ADC 0804 Inteface dengan Mikrokontroler ... 46

4.3. Pengujian Sensor Intensitas Cahaya... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 49

5.2. Saran ... 49

Daftar Pustaka ... 50

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Simbol untuk resistor linear ... 6

Gambar 2.2. Sistem pemberian kode pita warna ... 7

Gambar 2.3. Contoh kode warna resistor ... 8

Gambar 2.4. Resistor hubungan seri ... 9

Gambar 2.5. Resistor hubungan paralel ... 10

Gambar 2.6. Simbol kapasitor nonelektrolitis... 12

Gambar 2.7. Simbol kapasitor elektrolitis... 12

Gambar 2.8. Kapasitor hubungan seri dan paralel ... 13

Gambar 2.9. Nilai kapasitor tertera langsung ... 13

Gambar 2.10. Nilai kapasitansi dengan kode angka ... 14

Gambar 2.11. Filter RC ... 14

Gambar 2.12. Simbol LED... 16

Gambar 2.13. Trimmer potensio ... 17

Gambar 2.14. LDR (Light Dependent Resistor) ... 17

Gambar 2.15. Bentuk fisik LM 7809 dan LM 7805 ... 19

Gambar 2.16. Blok diagram suatu pembanding tegangan ... 20

Gambar 2.17. Tegangan kesalahan (V error) dari pembanding. ... 20

Gambar 2.18. IC ADC 0804 ... 21

Gambar 2.19. Operasi pengubah A/D jenis pendekatan berturut-turut ... 23

Gambar 2.20. Diagram balok sederhana untuk A/D jenis ... 25

Gambar 2.21 Konfigurasi pin mikrokontroller AT89S5 pendekatan berturut-turut ... 27

(9)

Gambar 2.23. Gerbang OR ... 31

Gambar 2.24. Gerbang NOR ... 32

Gambar 3.1. Rangkaian skematik ADC (Analog to Digital Converter) ... 33

Gambar 3.2. Pemberian tegangan refferensi. ... 36

Gambar 3.3. Rangkaian clock ADC ... 37

Gambar 3.4. Frekuensi clock vs clock kapasitor... 37

Gambar 3.5. Rangkaian skematik Sensor LDR ... 37

Gambar 3.6. Rangkaian Seven Segmen. ... 39

Gambar 3.7. Rangkaian output LED ... 40

Gambar 4.1. Blok diagram ADC 0804... 43

Gambar 4.2. Flowchart prinsip kerja ADC metode SAR sederhana ... 43

Gambar 4.5. Pengujian ADC 0804 ... 44

Gambar 4.6. Pengujian ADC 0804 tanpa Interface dengan Mikrokontroler ... 45

Gambar 4.7. Pengujian ADC 0804 Interface dengan Mikrokontroler ... 46

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kode warna resistor ... 7

Tabel 2.2. Tabel kebenaran gerbang OR ... 31

Tabel 2.3. Tabel kebenaran gerbang NOR ... 32

Tabel 4.1. Hasil pengujian ADC ... 44

Tabel 4.2. Percobaan terhadap 5 buah LED berbeda warna ... 45

Tabel 4.3. Percobaan terhadap 5 buah LED berbeda warna ... 46

(11)

DAFTAR RUMUS

Rumus 2.1. Persamaan Hukum Ohm ... 5

Rumus 2.2. Persamaan Besar Daya... 7

Rumus 2.3. Persamaan Resistor dihubungkan Seri ... 8

Rumus 2.4. Persamaan Arus pada Resistor Seri ... 9

Rumus 2.5. Persamaan Resistor dihubungkan Paralel ... 9

Rumus 2.6. Persamaan Arus total pada Resistor Paralel ... 10

Rumus 2.7. Persamaan Tegangan pada resistor Paralel ... 10

Rumus 2.8. Persamaan Kapasitansi ... 11

Rumus 2.9. Persamaan Energi Yang Tersimpan Dalam Kapasitor ... 11

Rumus 2.10. Persamaan Arus Dioda Zener Maksimum ... 15

Rumus 2.11. Persamaan Flux Cahaya ... 26

Rumus 2.12. Persamaan Hukum Kuadrat Terbalik ... 26

Rumus 2.13. Bentuk lain dari Persamaan Hukum Kuadrat Terbalik ... 26

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. ADC 0804

Lampiran 2. AT89S51.

Lampiran 3. Light Dependent Resistor.

Lampiran 4. IC Regulator LM 7809 dan LM 7805.

Lampiran 5. Pemrograman bahasa Assembler AT89S51.

(13)

ABSTRAK

ADC (Analog to Digital Converter) adalah sebuah rangkaian elektronika

yang dapat mengubah besaran analog menjadi besaran digital. Pada setiap sensor

yang berbasis mikrokontroler (sebagai pusat pengolah data) diperlukan adanya

rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah sinyal yang

diterima oleh sensor untuk menjadi besaran digital supaya sinyal tersebut bisa

diterjemahkan atau dibaca mikrokontroler.

Sensor- sensor disini dapat berupa sensor suhu, sensor level, sensor

tekanan, dan lain- lain. Pada perancangan ini ADC diperlukan untuk merubah

besaran yang diterima sensor berupa LDR (Light Dependent Resistor) menjadi

suatu besaran atau tegangan yang dapat dibaca.

Maka untuk membaca besaran dari sensor tersebut diperlukanlah ADC

(Analog to Digital Converter) 0804. Perbedaan warna cahaya akan menyebabkan

perbedaan tegangan dan output pada ADC. Untuk itulah penulis mengambil judul

“ Penggunaan ADC (Analog to Digital converter) 0804 pada Perancangan

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Untuk merubah besaran analog menjadi besaran digital diperlukan sebuah

peralatan ADC. Dalam perancangan ini digunakan ADC 0804 yang berupa IC

(Integrated Circuit) 8- bit. Pada perancangan ini besaran analog yang digunakan

sebagai input berupa tegangan yang berasal dari sensor intensitas cahaya.

Perubahan besaran analog akan menghasilkan besaran digital yang berbeda-beda

sebagai keluaran dari peralatan ADC.

Didalam ADC 0804 sudah tedapat rangkaian logika, rangkaian inilah yang

mengubah besaran analog menjadi besaran digital. Didalam ADC juga terdapat

ladder and decoder, sar, 8-bit shift register, integer, clock, auto zero comparator

dan gerbang-gerbang logika lainnya, serta output latches sebagai keluaran ADC.

IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan

dibuat. IC jenis ini bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit

komponen sesuai dengan spesifikasi yang harus diberikan dan dapat

mengkonversikan secara cepat suatu masukan tegangan. Ada banyak cara yang

dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital yang

nilainya proposional. Jenis ADC yang biasa digunakan dalam perancangan adalah

jenis successive approximation convertion atau pendekatan berturutan yang

memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak tergantung pada nilai

(15)

1.2.Tujuan Karya Akhir

Adapun tujuan dalam penulisan Karya Akhir ini adalah:

− Untuk membahas cara kerja ADC (Analog to Digital Converter) 0804

pada perancangan sensor intensitas cahaya.

1.3.Rumusan Masalah

- Bagaimana cara kerja ADC (Analog to Digital Converter) 0804 yang

berfungsi untuk mengubah besaran analog menjadi besaran digital.

- Bagaimana membuat suatu rangkaian presisi ADC dengan tegangan

referensi 2,56 volt (8- bit).

1.4.Batasan Masalah

Mengingat masalah yang akan diangkat sebagai karya akhir penulis ini

mempunyai ruang lingkup yang relatif luas, maka penulis membatasi masalah ini

hanya pada :

- Hanya memaparkan cara kerja ADC sebagai alat pengubah besaran atau

sinyal.

- Tidak membahas pemrograman mikrokontroler secara keseluruhan

- Tidak membahas prinsip kerja alat secara keseluruhan.

(16)

1.5.Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya akhir ini antara

lain adalah :

1. Dengan melakukan riset terlebih dahulu (try and error) dan mencari

rangkaian yang ada di internet dan buku-buku yang mendukung.

2. Merancang alat mulai dari perancangan PCB dengan mengunakan

software Eagle 4.16r, kemudian melakukan percobaan alat sebagai alat

ukur Intensitas Cahaya.

3. Mempelajari cara kerja ADC dari buku-buku yang mendukung dan

melakukan percobaan dengan try and error.

1.6.Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan karya akhir ini, maka

penulis membuat suatu sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini

merupakan urutan bab demi bab termasuk isi dari sub-sub babnya. Adapun

sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang pemilihan judul, tujuan

penulisan karya akhir dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan tentang teori-teori dasar serta pembahasan

komponen-komponen yang digunakan dalam perancangan alat

(17)

BAB III : PERANCANGAN ALAT

Bab ini berisikan bagaimana langkah-langkah perancangan alat,

dimulai dari perancangan blok diagram rangkaian sampai dengan

pembuatan alatnya.

BAB IV : PEMBAHASAN RANGKAIAN ADC 0804

Bab ini berisikan pengujian alat yang telah dibuat serta

pembahasan rangkaiannya dari segi prinsip kerja rangkaiannya,

dan pengujian alat berdasarkan warna- warna yang dideteksinya.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil penulis

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Umum

Didalam perancangan sensor Intensitas Cahaya, sensor yang digunakan

berupa LDR (Light Dependent Resistor) yang langsung dihubungkan ke rangkaian

ADC. Di dalam rangkaian skematik ADC selain IC ADC 0804 (Integrated

Circuit) 8- bit juga terdapat beberapa komponen seperti : Resistor, Dioda zener,

Trimpot, IC Regulator (LM 7809 dan LM 7805), dan LED (Light Emitting

Diode).

2.2. Resistor

Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi menghambat arus

dalam suatu rangkaian listrik. Resistor yang digunakan dalam elektronika dibagi

dalam dua kategori utama, yaitu :

1. Resistor linear adalah Resistor yang tidak tergantung kepada

keadaan disekitarnya (nilainya tetap).

2. Resistor nonlinear terdiri dari tiga jenis, yaitu :

a. Fotoresistor : Peka terhadap sinar.

b. Thermistor : Peka terhadap panas.

c. Resistor yang tergantung pada tegangan listrik.

Sifat-sifat resistor adalah :

- Jika pada ujung-ujungnya dipasang tegangan akan mengalir

arus :

(19)

- Dapat mengalirkan arus searah maupun bolak-balik.

- Dapat mengalirkan arus bolak-balik berfrekuensi tinggi.

Pada perancangan ini resistor yang digunakan hanya resistor linear saja

jadi resistor nonlinear tidak dibahas dalam Bab II ini.

2.2.1. Resistor Linear

Simbol untuk resistor linear diperlihatkan pada gambar 2.1. dan unit

satuannya adalah ohm (simbol : huruf besar Yunani omega, Ω). Satuan lain yang

umum dipangkatkan tiga :

kiloohm (kΩ) 1.000 ohm

megaohm (MΩ) 1.000.000 ohm

R

Gambar 2.1. Simbol untuk resistor linear.

Dalam banyak diagram sirkuit dan literatur pabrik, ”koma” desimal

ditunjukkan oleh posisi huruf multiplier, contoh :

1. 4700 Ω = 4,7 kΩ = 4K7

2. 3 300 000 Ω = 3,3 MΩ = 3M3

3. 6,8 Ω = 6R8

Selain itu, suatu sistem huruf digunakan untuk menunjukkan persentase

toleransi :

F = ± 1% ; G = ± 2% ; J = ± 5%

K = ± 10% ; M = ± 20%

Contoh : resistor 1K8J = resistor mempunyai tahanan 1,8 kΩ dengan

(20)

Hal lain yang paling penting setelah besar tahanan adalah besar daya atau watt

resistor. Untuk suatu tahanan yang diperlukan, besar daya dapat dihitung dengan

rumus :

Jenis resistor yang digunakan dalam elektronika bervariasi dari 1/8 W ke

atas, yaitu : 1/8 W, ¼ W, ½ W, 1W, 2W, 5W, 10W, dan seterusnya.

Selain itu resistor kecil mempunyai ukuran yang ditunjukkan dengan

sistem kode pita warna seperti pada gambar 2.2. sedangkan nilai kode warna

ditunjukkan pada tabel 2.1.

.

Gambar 2.2. Sistem pemberian kode pita warna.

Tabel 2.1. Kode Warna resistor

Warna Ukuran Pengali Toleransi

(21)

Contoh : carilah besar ukuran resistor dan toleransinya pada gambar 2.3. dibawah

ini.

Coklat Abu-abu Merah Emas

Gambar 2.3. Contoh kode warna resistor

Pada Tabel 2.1 didapat :

Coklat = 1

Abu-abu = 8

Merah = 100

Emas = ± 5

Jadi nilai resistor adalah 18 x 100 = 1800 Ω dengan toleransi ± 5 atau

1K8J = 1,8 kΩ ± 5.

2.2.2 Resistor Seri

Pada gambar 2.4. dibawah ini merupakan gambar dari tiga buah resistor

yang dihubungkan secara seri dengan rumus sebagai berikut :

RT = R1 + R2 +R3 ... (2.3.)

dimana : RT = Besar tahanan sirkuit dari resistor

R1 = Tahanan resistor 1

R2 = Tahanan resistor 2

(22)

VT

R1 R2 R3

Sedangkan arus yang didapat pada resistor seri adalah :

IT = VS / RT ... (2.4.)

dimana : IT = Besar arus total sirkuit dari resistor

Vs = Tegangan sirkuit

RT = Tahanan total dari resistor seri

Dengan : IT = I1 = I2 = I

Gambar 2.4. Resistor hubungan seri.

2.2.3 Resistor Paralel

Pada gambar 2.5. dibawah ini merupakan gambar dari tiga buah resistor

yang dihubungkan secara paralel dengan rumus sebagai berikut :

1/R

3

Ini berarti semua bagian dari rangkaian seri arusnya adalah sama.

T = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 ... (2.5.)

dimana : 1/RT = Besar tahanan sirkuit dari resistor

1/R1 = Tahanan resistor 1

1/R2 = Tahanan resistor 2

1/R3 = Tahanan resistor 3

Sedangkan arus total pada resistor paralel adalah :

(23)

V

T

R

1

R

2

R

3 dimana : IT = Besar arus total sirkuit

I1 = Arus tahanan 1

I2 = Arus tahanan 2

I3 = Arus tahanan 3

Sedangkan tegangan yang didapat pada resistor paralel adalah :

VT = IT x RT ... (2.7.)

dimana : IT = Besar arus total sirkuit dari resistor.

VT = Tegangan total sirkuit.

RT = Tahanan total dari sirkuit.

Dengan : VT = V1 = V2 = V

Gambar 2.5. Resistor hubungan paralel.

2.3. Kapasitor

3

Kapasitor banyak digunakan dalam peralatan elektronika. Pada dasarnya

kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk dari dua

permukaan (piringan) yang berhubungan, tetapi dipisahkan oleh suatu penyekat.

Bila elektron berpisah dari suatu plat ke plat yang lain, akan terdapat muatan

diantara mereka pada medium penyekat tadi. Muatan ini disebabkan oleh muatan

(24)

memperoleh elektron. Kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan disebut

kapasitansi (simbol C). Rumus kapasitansi adalah :

C = Q / V ... (2.8.)

dimana : C = kapasitansi (Farad)

Q = Muatan (Coulomb)

V = Tegangan (Volt)

Energi yang tersimpan dalam kapasitor dapat dihitung dengan rumus :

Energi = ½ CV2

C

joule ... (2.9.)

Energi ini mampu berada dalam kapasitor selama beberapa waktu, bahkan setelah

suplai ke sirkuit dimatikan.

Kapasitor yang digunakan terdapat beberapa macam, tetapi semuanya

terbagi dalam dua kelompok yaitu : nonelektrolitis, yang tidak mempunyai kutub

dan elektrolitis, yang mempunyai terminal positif dan negatif.

Kapasitor nonelektrolitis seperti terlihat pada gambar 2.6. untuk

memperoleh kapasitor yang mempunyai kapasitansi terbesar dengan volume dan

berat terkecil, plat-plat kapasitor dibuat dari foil alumunium atau perak yang tipis.

Biasanya foil ini digulung dan dipisahkan oleh kertas lilin, polythene, film

polikarbonat atau polyster. Kapasitor jenis ini mempunyai kapasitansi maksimum

sebesar ratusan pikofarad. Contohnya : kapasitor mika, kertas, keramik, polyster

(plastik).

(25)

Kapasitor elektrolitis seperti terlihat pada gambar 2.7. adalah mula-mula

dibentuk dengan mengoksidasi salah satu plat alumunium dan menggantikan

medium dielektrisnya dengan elektrolit basah. Di sini kapasitansi dibentuk pada

lapisan oksida. Elektrolit pasta menjadikan kapasitor yang terbuat dari foil dapat

mempunyai kapasitansi yang amat besar dan berukuran kecil. Kekurangan utama

kapasitor ini adalah bahwa kapasitansinya hanya diperoleh dalam satu arah karena

adanya kutub positif dan kutub negatif, maka sangatlah penting untuk

menghubungkan terminal kapasitor ke kutub suplai yang benar. Kesalahan dalam

menghubungkan akan menyebabkan hubungan singkat dan kapasitor itu tentusaja

akan rusak, contoh kapasitornya : ELCO dan tantalum

C

+Ve -Ve

Gambar 2.7. Simbol kapasitor elektrolitis.

Ada berbagai cara untuk mengenali terminal kapasitor elektrolitis :

1. Tanda positif lebih dekat ke ujung positif.

2. Penghenti berwarna merah pada ujung positif, ataupun penghenti

berwarna biru atau hitam pada ujung negatif.

3. Alur pada ujung positif.

4. Kedua terminal ditandai.

Kapasitansi total dapat diubah dengan cara menghubungkan beberapa

kapasitor secara seri atau paralel. Apabila kapasitor dihubungkan secara seri maka

kapasitansi total akan berkurang, dan apabila kapasitor dihubungkan paralel maka

(26)

seri paralel

Gambar 2.8. Kapasitor hubungan seri dan paralel.

Cara membaca nilai kapasitansi ada dua :

1. Nilai kapasitor tertera langsung pada kasitor seperti pada gambar

2.9. di bawah ini.

Gambar 2.9. Nilai Kapasitansi tertera langsung.

2. Nilai kapasitansi dengan kode angka (kapasitor mika) seperti

gambar 2.10. jadi nilai kapasitansi kapasitornya dengan kode angka

104 adalah :

C = 10 x 104 pF = 100.000 pF = 100 nF = 0.1µF

(27)

Vdc Vdc’ R

Xc

Gambar 2.10. Nilai kapasitansi dengan kode angka.

2.4. Filter RC

Gambar 2.11. menunjukkan filter RC antara kapasitor input dan resistor

beban. Dalam perencanaan sengaja R dibuat jauh lebih besar dari pada Xc.

Karena R jauh lebih besar dari Xc, ripple out jauh lebih kecil dari ripple input.

Biasanya, R paling sedikit 10 kali Xc, ini berartiripple output diperlemah atau

dikurangi paling sedikit dengan faktor 10. kerugian utama filter RC adalah

kehilangan tegangan dc pada resistensi R, karena R seri dengan RL, kita dapatkan

aksi pembagi tegangan. Di satu pihak kita memerlukan R yang besar agar

penyaringannya baik. Di pihak lain, kita memerlukan R yang kecil untuk

mencegah kehilangan tegangan dc yang berlebihan. Kebutuhan yang

bertentangan ini berarti bahwa filter RC hanya praktis untuk arus beban kecil (RL –

(28)

2.5. Diode Zener

Diode zener merupakan tipe khusus dari diode sambungan silikon yang

kerapkali digunakan sebagai pengatur tegangan atau penstabil tegangan. Seperti

halnya dengan diode penyearah silikon, maka diode zener pun mempunyai

tahanan yang sangat rendah terhadap aliran arus jika ia dibias maju. Jika ia dibilas

balik pada tegangan rendah, ia hanya mengizinkan aliran arus yang sangat kecil.

Tetapi jika tegangan bias terbalik yang dikenakan dinaikkan secara

perlahan-lahan, maka akan tercapai suatu titik dimana diode zener akan dadal (Breakdown)

dan tiba-tiba mulai melakukan konduksi. Perubahan yang tajam dari tidak

melakukan konduksi menjadi konduksi disebut efek zener.

Tingkat tegangan yang mana terjadi pendadalan pada diode zener dapat

dikendalikan sampai batas tertentu yang diinginkan selama dalam proses

pembuatannya. Oleh sebab itu alat ini dapat dirancang agar mempunyai daerah

tegangan dadal yang luas dengan nilai serendah kira-kira 2V dan sampai setinggi

beberapa ratus volt. Bila dikenai tegangan yang lebih besar dari tegangan

dadalnya, maka penurunan tegangan pada diode zener yang melakukan konduksi

pada hakikatnya adalah konstan walaupun arus yang melalui diode bertambah

dengan bertambahnya tegangan yang dikenakan. Hal ini menyebabkan alat

tersebut sesuai untuk digunakan sebagai elemen acuan tegangan konstan atau

elemen kendali. Besarnya arus zener maksimum adalah :

Izmax = Pz x Vz ... (2.10.)

dimana : Iz max = Arus zener maksimum

Pz = Daya diode zener

(29)

2.6. LED (Light Emitting Diode)

LED (Light Emitting Diode) atau diode pemancar cahaya adalah diode

semikonduktor yang memancarkan cahaya jika dibias maju. Berbagai bahan telah

digunakan dalam pembentukan bahan tipe-P dan tipe-N untuk sambungan diode.

Salah satu pembuat alat ini menggunakan gallium arsenida dan gallium

alumunium arsenida untuk bahan sambungannya. Sambungan yang dibuat dari

bahan ini memancarkan cahaya infra merah. Bahan lain yang berbeda digunakan

untuk memancarkan cahaya warna lain seperti hijau atau kuning.

Jika LED dibias maju maka arus bias akan menyebabkan diinjeksikannya

elektron ke dalam bahan tipe-P dan lubang diinjeksikan ke dalam bahan tipe-N.

Dinyatakan dalam tingkat energi, elektron bebas berada pada tingkat yang lebih

tinggi dari pada lubang. Jika elektron bebas bergerak melalui daerah dekat

sambungan, mereka bergabung kembali dengan lubang. Dalam proses

penggabungan kembali ini, energi dilepas, sebagian dalam bentuk cahaya sangat

rendah, yakni kurang dari satu persen.

Diode pemancar cahaya mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan

dengan sumber cahaya lain. LED bekerja pada tegangan rendah, sehingga sesuai

dengan alat semikonduktor lainnya. Mereka mempunyai waktu respon yang

sangat cepat, ukurannya kecil dan umurnya panjang. Keuntungan ini

menyebabkan LED sesuai sekali khususnya untuk memperagakan informasi yang

diperoleh dari peralatan elektronik.

(30)

2.7. Trimpot (Trimmer Potensio)

Trimmer potensio atau potensiometer kecil seperti pada gambar 2.13.

adalah jenis resistor variabel yang tahanannya dapat diubah-ubah. Potensiometer

bergungsi untuk membagi tegangan. Ujung-ujungnya dipasang paralel dengan

sumber tegangan. Nilai resistansi variabel diperoleh diantara kaki tengah dengan

salah satu kaki pada ujung kiri atau kanan, sedangkan diantara ujung-ujung kaki

kiri atau kanan nilai resistansinya konstan.

Gambar 2.13. Trimmer potensio.

2.8. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR (Light Dependent Resistor) merupakan suatu resistor yang nilai

hambatannya tergantung pada intensitas cahaya. Tampilan fisik dan simbol LDR

dapat dilihat pada gambar 2.14. dibawah ini :

Gambar 2.14. LDR (Light Dependent Resistor).

Biasanya LDR (atau lebih dikenal dengan fotoresistor) dibuat berdasarkan

(31)

tidak terkena cahaya dan tahanannya akan menurun kalau permukaan film itu

terkena sinar.

Resistor peka cahaya atau fotoresistor adal

mengenainya. Fotoresistor dapat merujuk pula pada light dependent resistor

(LDR), atau fotokonduktor.

Fotoresistor dibuat dari

yang mengenainya memiliki

semikonduktor akan menyebabka

meloncat ke

Besarnya tahanan LDR / fotoresistor dalam kegelapan mencapai jutaan

ohm dan turun sampai beberapa ratus ohm dalam keadaan terang. LDR dapat

digunakan dalam suatu jaringan kerja (network) pembagi potensial yang

menyebabkan terjadinya perubahan tegangan kalau sinar yang datang berubah.

LDR digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya, yang mana intensitas

cahaya sendiri dinyatakan dalam dua satuan fisika, yaitu lumens per meter persegi

dan Watt per meter persegi. Kedua satuan itu agak berbeda. yang satu

berdasarkan pada kepekaan mata manusia, yang satu lagi berdasarkan energi

(32)

2.9. IC Regulator (Lm 7809 dan LM 7805)

IC Regulator fungsinya adalah untuk penstabil tegangan. Pada

perancangan ini tegangan 12 V yang masuk dari power suplai masuk ke LM 7809

untuk tegangannya diturunkan menjadi 9 V, kemudian tegangan 9 V tersebut

dimasukkan kembali ke LM 7805 untuk diturunkan menjadi 5 V stabil. Tegangan

5 V inilah yang menjadi sumber tegangan ke ADC 0804, seperti pada gambar

2.15.

Gambar 2.15. Bentuk fisik LM 7809 dan 7805.

2.10. Komparator (pembanding)

Komparator adalah pembanding yang membandingkan dua tegangan dan

menyatakan mana yang lebih besar dari tegangan tersebut. Gambar 2.16. memuta

diagram blok dasar suatu pembanding. Bila tegangan masukan A lebih besar dari

tegangan masukan B, maka pembanding memberikan keluaran logis 1. Bila

tegangan pada masukan B lebih besar dari masukan A, maka keluarannya adalah

(33)

Komparator

A

B

Vout

Vout

Verror +Vsat

-Vsat

Gambar 2.16. Blok diagram suatu pembanding tegangan.

Komponen terpenting dari pembanding adalah op amp. Gambar 2.17.

meringkaskan gerakan tersebut. Tegangan kesalahan positif mendorong output ke

+Vsat, harga positif maksimum dari tegangan output. Tegangan kesalahan negatif

menimbulkan tegangan output –Vsat.

Gambar 2.17. Tegangan kesalahan (V error) dari pembanding.

2.11. ADC (Analog to Digital Converter)

ADC (Analog to Digital Conveter) 0804 merupakan suatu alat yang dapat

mengubah besaran analog menjadi besaran digital. Dalam fungsinya ada

beberapa jenis ADC yang masing-masing mempunyai kelebihan, berdasarkan

pada metode pengubahan isyarat analog kedigital ADC dibedakan menjadi :

1. Metode Pencacah (Counting)

2. Metode Pengubahan jenis Simultan

3. Metode Pengubahan jenis Kontinu

(34)

Untuk menentukan jenis ADC yang digunakan dalam sistem akuisisi data

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Kecepatan konversi

2. Resolusi

3. Rentang masukan analog maksimum

4. Jumlah kanal masukan

Pemilihan ADC umumnya ditentukan oleh metode yang digunakan untuk

konversi data, sedangkan Rentang tegangan masukan analog maksimum adalah

watak untai ADC ang digunakan sehingga masukan analog yang akan dimasukkan

ke ADC tersebut terlebih dahulu harus disesuaikan dengan tegangan analog

maksmal yang diizinkan. Resolusi ADC berkaitan dengan cacah bit dan rentang

tegangan pada masukan analog. Dengan pertimbangan diatas penulis sengaja

memilih ADC 0804 sebagai Konverter A/D . ADC 0804 adalah suatu IC CMOS

pengubah analog ke digital 8-bit dengan satu kanal masukan seperti pada gambar

2.16. dibawah ini.

(35)

Deskripsi Fungsi Pin ADC 0804

1. Pin WR (Write), pulsa high pada input write maka ADC akan

melakukan konversi data, tegangan analog menjadi data digital.

Pin WR dihubungkan dengan pin INTR. Setelah selesai konversi

pin INTR akan memberi pulsa low pada pin WR

2. Pin INTR (Interrupt), bila konversi data analog menjadi digital

telah selesai maka pin INTR akan mengeluarkan pulsa low ke pin

WR. Perangkat ADC dapat diopersikan dalam mode free running

dengan menghubungkan pin INT ke input WR.

3. Pin CS (Chip select), agar ADC dapat aktif , melakukan konversi

data maka input chip select harus diberi logika low. Data output

akan berada pada kondisi three state apabila CS mendapat logika

high.

4. Pin RD (Read), agar data ADC data dapat dibaca oleh sistem

mikroprosessor maka pin RD harus diberi logika low.

5. Pin Vin (+) dan Vin (-) merupakan input tegangan deferensial

yang akan mengambil nilai selisih dari kedua input. Dengan

memanfaatkaninput Vin maka dapat dilakukan offset tegangan

nol pada ADC.

6. Pin Vref, tegangan referensi dapat diatur sesuai dengan input

tegangn pada Vin (+) dan Vin (-), Vref = Vin / 2.

(36)

110

7. Pin CLOCK, clock untuk ADC dapat diturunkan pada clock CPU

atau RC eksternal dapat ditambahkan untuk memberikan

generator clock dari dalam CLK In menggunakan schmitt triger.

ADC jenis pendekatan berturut-turut membandingkan masukan analog

terhadap sebuah tegangan referensi DAC yang berulang-ulang menjadi dua

bagian. Proses ini dijelaskan pada gambar 2.19. dimana sebuah bilangan biner

tiga angka (100) yang menyatakan tegangan penuh sumber referensi, dibagi

menjadi dua bagian (bilangan biner 100) menyatakan ½ V. Perbandingan antara

tegangan referensi ini (½ V) terhadap masukan analog dilakukan. Jika hasil

perbandingan menunjukkan bahwa pendekatan pertama ini terlalu kecil (½ V

adalah terlalu kecil dari pada masukan analog), maka perbandingan berikutnya

akan dilakukan terhadap ¾ V (bilangan biner 110). Jika perbandingan

menunjukkan bahwa perkiraan pertama terlalu besar (½ V lebih besar dari pada

masukan analog), maka pembanding berikutnya dilakukan terhadap ¼ V (bilangan

biner 010). Setelah tiga pendekatan berturut-turut, bilangan digital dipisahkan.

(37)

Metoda pendekatan berturut-turut sedikit lebih rumit dari pada metoda

yang lain, karena dia memerlukan sebuah register pengontrol khusus untuk

membuka pulsa-pulsa ke bit pertama, kemudian ke bit kedua dan seterusnya.

Akan tetapi biaya tambahan untuk register pengontrol ini adalah kecil, sehingga

pengubah dapat menengani sinyal-sinyal kontinu dan tidak kontinu dengan

resolusi yang besar dan kecil pada kecepatan dan biaya yang sedang.

Diagram balok yang dasar diperlihatkan pada gambar 2.20. Pengubah ini

menggunakan sebuah register pengontrol digital yang mampu membuka masukan

1 dan masukan 0 ; sebuah pengubah digital ke analog beserta sumber daya

referensi; sebuah rangkaian pembanding, sebuah loop pengontrol waktu, dan

register distribusi. Register distribusi menyerupai sebuah pencacah melingkar

(ring counter) dengan sebuah angka 1 yang bersirkulasi didalamnya menentukan

langkah mana yang berlangsung.

Pada permulaan siklus pengubahan, SAR dibuat ”set” dengan angka 1

didalam bit yang paling berarti (MSB-most significant bit) dan 0 didalam semua

bit yang kurang berarti. Dengan demikian register distribusi mencatat bahwa

siklus telah dimulai dan bahwa proses adalah dalam fasa membaca 100...,

menyebabkan suatu tegangan keluaran pada bagian pengubah digital ke analog

sebesar setengah dari tegangan referensi. Pada saat yang sama, sebuah pulsa

memasuki susunan pengatur waktu keterlambatan. Sementara pengubah D/A dan

pembanding telah diam, pulsa yang terlambat ini dimasukkan ke gerbang bersama

keluaran pembanding. Bila bit paling berarti dibuat ”set” di dalam register

(38)

Keterlambatan

keadaan 1 ataupun kembali ke keadaan 0, bergantung pada keluaran pembanding.

Angka tunggal 1 di dalam register distribusi digeser keposisi berikutnya dan

mengawasi jumlah perbandingan yang dilakukan.

Gambar 2.20.Diagram balok sederhana untuk A/D jenis pendekatan berturut-turut.

Prosedur ini berulang mengikuti diagram gambar 2.17. sampai

pendekatan akhir telah dikoreksi dan register distribusi menunjukkan akhir

pengubahan. Di dalam sistem ini sinkronisasi tidak dibutuhkan karena

pembanding hanya mengontrol satu flip-flop pada satu waktu. Pada pengubah

jenis pendekatan berturut-turut, keluaran digital berhubungan dengan suatu nilai

yang telah dimiliki oleh masukan analog selama pengubahan. Jadi waktu celah

sama dengan waktu pengubahan total. Waktu celah pengubahan ini dapat

dikurangi dengan menggunakan teknik redundansi atau sebuah rangkaian cuplik

dan tahan (sample and hold circuit).

2.12. Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya dan flux: Satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd)

juga dikenal dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya,

(39)

jika sumber cahayanya isotropik 1-candela (yang bersinar sama keseluruh arah)

merupakan pusat isotropik lingkaran. Dikarenakan luas lingkaran dengan jari-jari

1m memiliki luas 4πm2, dan oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan

oleh sumber cahaya isotropik dengan intensitas I adalah :

Fluxcahaya (lm) = 4π x intensitas cahaya (cd) ... (2.11.)

Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas

areal pada mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas

satu meter persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal

yang sama untuk 1000 lumens, yang menyebar ke sepuluh meter persegi, hanya

menghasilkan cahaya suram 100 lux.

Hukum Kuadrat Terbalik : Mendefenisikan hubungan antara pencahaya

dari sumber titik dan jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per

satuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya (pada

dasarnya jari-jari).

E = I / d2 ... (2.12.)

Dimana : E = Emisi cahaya

I = Intensitas cahaya

d = Jarak

Bentuk lain dari persamaan ini yang lebih mudah adalah :

E1 d12 = E2 d22

Jarak diukur dari titik uji kepermukaan yang pertama-tama kena cahaya

kawat lampu pijar yang jernih, atau pembungkus dari lampu pijar yang

permukaannya seperti es. Dapat dicontohkan jika seseorang mengukur 10 lm/m ... (2.13.)

(40)

dari sebuah cahaya bola lampu pada jarak satu meter, berapakah kerapatan flux

pada jarak setengahnya. Dari rumus dapat diselesaikan :

E1m = (d2/d1)2 x E2

= (1,0 / 0,5)2 x 10

= 40 lm/m2

AT89S51 adalah mikrokontroller keluaran Atmel dengan 4K byte Flash

PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory), AT89S51

merupakan memori dengan teknologi nonvolatile memory, isi memori tersebut

dapat diisi ulang ataupun dihapus berkali-kali. Memori ini biasa digunakan untuk

menyimpan instruksi (perintah) berstandar MCS-51 code sehingga

memungkinkan mikrokontroller ini untuk bekerja dalam mode single chip

operation (mode operasi keping tunggal) yang tidak memerlukan external memory

(memori luar) unruk menyimpan source code tersebut.

Gambar 2.21Konfigurasi pin mikrokontroller AT89S5. .

(41)

Deskripsi Mikrokontroller AT89S51

 VCC (power supply)  GND (ground)

 Port 0, yaitu pin p0.7..p0.0

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex addres/data

ataupun menerima kode bye pada saat Flash Programming. Pada saat

sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah

Transistor Transistor Logic (TTL) input atau dapat diubah sebagai input

dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

 Port 1, yaitu pin p1.0...p1.7

Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa atau menerima low order address bytes

selama pada saat Flash Programming. Port ini mempunyai internal pull

updan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai

output port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Fasilitas khusus dari port 1 ini adalah adanya In-System Programming,

yaitu port 1.5 sebagai MOSI, port 1.6 sebagai MISO, port 1.7 sebagai

SCK.

 Port 2, yaitu mulai pin p2.0...p2.7

Port 2 berfungsi sebagai I\O biasa atau high order address, pada saat

mengakses memori secara 16 bit (Movx @DPTR). Pada saat mengakses

memori secara 8 bit (Mov @Rn), port ini akan mengeluarkan sisi dari

Special Function Register. Port ini mempunyai pull up dan berfungsi

sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat

(42)

 Pin 3.0, sebagai RXD (Port Serial Input).  Pin 3.1, sebagai TXD (Port Seial Output).  Pin 3.2, sebagai INT0 (Port External Interupt 0).

 Pin 3.3, sebagai INT1 (Port External Interupt 1).

 Pin 3.4, sebagai T0 (Port External Timer 0).

 Pin 3.5, sebagai T1 (Port External Timer 1).

 Pin 3.6, sebagai WR (External Data Memory Write Strobe).

 Pin 3.7, sebagai RD (External Data Memory Read Strobe).

 Pin 9, sebagai RST

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

 Pin 30, sebagai ALE/PROG

 Pin ini dapat berfungsi sebagai Address Latch Enable (ALE) yang

me-latch low byte address pada saat mengakses memori external. Sedangkan

pada saat Flash Programming (PROG) berfungsi sebagai pulse input. Pada

operasi normal ALE akan mengeluarkan sinyal clock sebesar 1/16

frekwensi oscillator, kecuali pada saat mengakses memori external. Sinyal

clock pada saat ini dapat pula di disable dengan men-set bit 0 Special

Function Register.

 Pin 29, sebagai PSEN

 Pin ini berfungsi pada saat mengeksekusi program yang terletak pada

memori eksteranal. PSEN akan aktif dua kali setiap cycle.

 Pin 31, Sebagai EA/VPP

 Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroller

(43)

di reset. Jika berkondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan

program yang ada pada memori internal. Pada saat Flash Programming pin

ini akan mendapat tegangan 12 Volt (VPP).

 Pin 19, sebagai XTALL1 (Input Oscillator).

 Pin 18, sebagai XTALL2 (Output Oscillator).

2.13.1 Struktur Memori

AT89S51 mempunyai stuktur memori yang terdiri atas :

RAM Internal, memori sebesar 128 byte yang biasanya

digunakan untuk menyimpan variabel atau data yang bersifat sementara.

Special Function Register (Register Fungsi Khusus), memori yang berisi

register-register yang mempunyai fungsi-fungsi khusus yang disediakan

oleh mikrokontroller tersebut, seperti timer, serial dan lain-lain.

Flash PEROM, memori yang digunakan untuk menyimpan

instruksi-instruksi MCS51.

Gambar 2.22.Struktur memori AT89S51.

AT89S51 mempunyai struktur memori yang terpisah antara RAM

internal dan Flash PEROMnya. RAM internal dialamati oleh RAM Address

(44)

perintah-perintah bahasa Assembler dialamati oleh program Address Register

(Register alamat program). Dengan adanya struktur memori yang terpisah

tersebut, RAM internal dan Flash PERROM mempunyai alamat yang sama, yaitu

alamat 00, namun secara fisiknya kedua memori tidak saling berhubungan.

2.14. GERBANG OR

Gerbang OR seperti terlihat pada gambar 2.23. dua input ungkapan booleannya

dapat disimbolkan dengan A + B = Y. Dimana A dan B adalah input , sedangkan

Y adalah output. Output Y akan bernilai 1 (high) apabila salah satu dari input A

atau B bernilai 1, dan akan bernilai 0 (Low) apabila A dan B bernilai 0.

Perhitungan gerbang OR dapat dilihat pada tabel kebenaran 2.2. dibawah ini.

Gambar 2.23. Gerbang OR

Tabel 2.2. Tabel kebenaran gerbang OR

A B Y

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

Jadi perhitungan gerbang OR adalah :

A + B = Y

0 + 0 = 0

0 + 1 = 1

1 + 0 = 1

(45)

2.15. GERBANG NOR (Not OR)

Gerbang NOR (kependekan dari Not-OR) seperti terlihat pada gambar

2.24. merupakan ingkaran atau kebalikan dari gerbang OR. Gerbang NOR dua

input dapat disimbolkan dengan A + B = Y. Dimana A dan B adalah input ,

sedangkan Y adalah output. Output Y akan bernilai 1 (high) apabila kedua input A

atau B bernilai 0, dan akan bernilai 0 (Low) apabila salah satu input A atau B

bernilai 1. Perhitungan gerbang NOR dapat dilihat pada tabel kebenaran 2.3.

dibawah ini.

A

B Y

Gambar 2.24. Gerbang NOR

Tabel 2.3. Tabel kebenaran gerbang NOR

A B Y

0 0 1

0 1 0

1 0 0

1 1 0

Jadi perhitungan gerbang NOR adalah :

A + B = Y

0 + 0 = 1

0 + 1 = 0

1 + 0 = 0

(46)

BAB III

PERANCANGAN ALAT

3.1. Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) 0804

Rangkaian skematik ADC seperti pada gambar 3.1. diperoleh dari

berbagai sumber dengan terlebih dahulu dilakukan percobaan try and error.

.

Gambar 3.1. Rangkaian Skematik ADC 0804.

Ada beberapa cara dalam mengoperasikan ADC 0804 yaitu :

1. Operasi Kontinu

Agar ADC 0804 dapat dioperasikan Kontinu (proses membaca

terus menerus dan tanpa proses operasi jabat tangan), maka pin CS dan

(47)

kemanapun. Prinsip kerja operasi kontinu ini yaitu ADC akan

memulai konversi ketika INTR kembali tidak aktif (logika ’1’).

Setelah proses konversi selesai, INTR akan aktif (Logika ’0’). Untuk

memulai konversi pertama sekali pin WR harus di groundkan, ini

digunakan untuk mereset SAR. Namun pada konversi berikutnya

untuk mereset SAR dapat menggunakan sinyal INTR saat aktif (logika

’0’) dan mulai konversi saat tidak aktif (logika ’1’). Ketika selesai

konversi data hasil konversi akan dikeluarkan secara langsung untuk

dibaca karena RD di groundkan. Saat sinyal INTR aktif, sinyal ini

digunakan untuk mereset SAR. Saat INTR kembali tidak aktif proses

konversi dimulai kembali.

2. Operasi Hand Shaking

Agar ADC 0804 dapat dioperasikan CS harus diberi logika ’0’.

Ketika WR logika ’0’ register SAR akan direset, sedangkan ketika WR

logika ’1’ maka proses konversi segera dimulai. Selama konversi

sedang berlangsung, sinyal INTR akan tidak aktif (logika ’1’),

sedangkan saat konversi selesai ditandai dengan aktifnya sinyal INTR

(logika ’0’).

Output dari LDR (antara resistor 1000 Ohm dan LDR) dihubungkan ke

kaki 6 VI+ sebagai tegangan input ADC. Hal ini berarti setiap perubahan

tegangan yang terjadi pada input ADC ini maka akan terjadi perubahan pada

output ADC.

Tegangan 12 V dihubungkan ke IC 7809 untuk diturunkan tegangannya

(48)

mengalir melalui IC 7809, sedangkan R3 = 1 kOhm sebagai pembatas arus pada

LED. R3 = 1 kOhm didapat dari rumus :

R = 12 V / 15 mA = 800 ohm

Pada R3 dipasang 1000 ohm ini tidak melewati batas arus maksimal dari

LED 15 mA karena :

I = 12 V / 1000 ohm = 0,012 A = 12 mA

Output dari IC 7809 dihubungkan ke IC 7805, ini bertujuan untuk

menurunkan tegangan dari 9 V menjadi 5 V. Tegangan 5 V ini yang menjadi

tegangan input dari ADC 0804. output dari IC 7805 dihubungkan ke LED dan R7

= 5000 / 2000 = 2,5 V

= 330 ohm. Dioda Zener 5,1 V berfungsi untuk membatasi arus yang masuk pada

ADC yaitu hanya 5 V. Apabila terjadi short circuit pada rangkaian, komponen

yang lain tidak ikut rusak, karena arus yang berlebih tadi hanya berada disekitar

Dioda Zener.

V (+) dan V (-) adalah inputan tegangan analog differensial sehingga data

tegangan yang akan diproses oleh ADC adalah selisih antara Vi (+) dan Vi (-).

Vref adalah tegangan referensi ADC yang digunakan untuk mengatur tegangan

input pada Vi+ dan Vi-. Besarnya tegangan referensi ini adalah setengah dari

tegangan input maksimal yaitu 2,56 Volt. Hal ini bertujuan agar pada saat inputan

maksimal data digital juga akan maksimal. Pin Vref dihubungkan ke R4 dan R5

seperti pada gambar 3.2.

(49)

Vcc

Vref R4

R5

Gambar 3.2. Pemberian tegangan refferensi.

Vref dihubungkan ke R2 (Trimmer Potensio) 100 kOhm dan ujung dari

kaki-kaki Trimmer Potensio dihubungkan ke R5 = 1 kOhm dan R4 = 1 kOhm.

Keluaran tegangan dari Trimmer Potensio dihubungkan ke kapasitor C2 = 100 pF.

C2 disini untuk memperkecil noise yang timbul dari tegangan yang keluar dari

Trimmer Potensio.

Rtotal = R2 + R4 + R5= 1 kOhm + 100 kOhm + 1 kOhm = 102 kOhm

Xc = 1 / 2πfC = 1 / 2 x 3,14 x 100 Hz x 100 (10-12)

= 15923 kOhm (Xc lebih besar 10 kali dari Rtotal)

Frekuensi clock dari ADC dapat diatur dengan komponen R dan C

eksternal pada pin Rclk dan Cclk seperti pada gambar 4.3. dengan ketentuan :

Fclk = 1 / (1,1 RC) ... (3.1.)

Range frekuensi yang diperbolehkan adalah 100 khz sampai 1280 khz.

Jika R1= 10 kOhm dan C1 = 100 pF maka frekuensi clocknya adalah :

Fclk = 1/(1,1 x 10000 x 100 x 10-12)

= 9,09 x 105

= 9,09 x 105

(50)

Gambar 3.3. Rangkaian clock ADC 0804.

Gambar 3.4. Frekuensi clock vs clock kapasitor.

3.2. Rangkaian Sensor Intensitas Cahaya

Rangkaian skematik sensor Intensitas Cahaya dapat dilihat pada gambar

3.5. di bawah ini:

(51)

Pada perancangan ini sensor Intensitas Cahaya disini berupa LDR (Light

Dependent Resistor). Dari gambar 3.5. Rangkaian Skematik sensor Intensitas

Cahaya jelas terlihat salah satu kaki LDR (Light Dependent Resistor)

dihubungkan terlebih dahulu ke tahanan 1000 Ohm sebelum dihubungkan ke Vcc

5 volt dan kaki yang lain dari LDR langsung dihubungkan ke ground. Sebagai

input untuk ADC, jalur rangkaian sensor intensitas cahaya antara kaki LDR

dengan tahanan 1000 Ohm di sambungkan ke salah satu output sensor intensitas

cahaya. Output sensor intensitas cahaya inilah yang digunakan untuk input ADC.

Jika LDR terkena cahaya, maka tahanan pada LDR akan berkurang,

sehingga tegangan antara kaki LDR dengan tahanan 1000 Ohm juga akan

berubah. Perubahan tegangan inilah yang dikonversikan ADC menjadi output

digital.

Tahanan 1000 Ohm digunakan agar arus yang diterima LDR tidak begitu

besar. Tahanan 1000 Ohm sesuai dengan arus maksimum yang boleh diterima

oleh LDR. Arus maksimum yang boleh diterima LDR adalah 5 mA. Jadi apabila

tegangan yang digunakan tegangan Vcc 5 volt maka tahanan yang dapat

digunakan adalah :

R = V / I = 5 Volt / 5 mA = 1000 Ohm

(52)

3.3. Rangkaian Seven Segmen

Gambar 3.6. Rangkaian Seven Segmen.

Rangkaian Seven Segmen adalah berfungsi untuk menampilkan nilai

Intensitas Cahaya. Jadi nilai yang tertera pada Seven Segmen merupakan nilai

Intensitas Cahaya. Seven Segmen disini terdiri dari 3 buah, jadi nilai Intensitas

Cahaya yang dapat muncul dari 0 – 999 lumen.

seven segmen yang dihubungkan ke IC HEF 4094BP yang merupakan

IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8 bit data serial yang masuk menjadi

keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1

AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus pengiriman data serial yang

disediakan oleh mikrokontroler AT89S51. Sedangkan P3.1 merupakan sinyal

(53)

Tiga Dioda 5392 dc berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 5 V

menjadi 3,7 V, karena tegangan maksimum Seven Segmen 3,7 V. Satu Dioda

5392 dc dapat menurunkan tegangan hingga 0,6 V

3.4. Rangkaian Out Put LED

Rangkaian Out Put LED ini berupa 8 buah LED, ini berarti 8-bit keluaran

dari ADC 0804. Rangkaian Out Put LED ini dapat dilihat pada gambar 3.7. di

bawah ini.

Gambar 3.7. Rangkaian Out Put LED.

Kaki katoda dari LED dihubungkan ke ground sedangkan kaki anoda dari

LED dihubungkan ke resistor 330 Ohm. Jika arus dari LED maksimum yang bisa

diterima adalah 15 mA dan tegangan suplai adalah 5 V maka :

R = V / I

R = 5 / 0,015 = 333,33 Ohm

(54)

BAB IV

PEMBAHASAN RANGKAIAN ADC 0804

4.1. Pembahasan ADC (Analog to Digital Converter) 0804

Inputan dari ADC ini ada 2 yaitu input positif (+) dan input negatif (-).

ADC 0804 ini terdiri dari 8 bit microprocessor Analog to Digital Converter.

Adapun blok diagram ADC 0804 dapat dilihat pada gambar 4.1. Data outputan

digital sebanyak 8 byte (D0-D7) biner 0000 0000 sampai dengan 1111 1111,

sehingga kemungkinan angka desimal yang akan muncul adalah 0 sampai 255

dengan ketepatan keluaran biner berkisar antara ½ LSB sampai 2 LSB dan

keluaran desimal berkisar antara 0,01 % sampai 0,05 %. Waktu konversi 66

sampai 73 µs. Resolusi untuk ADC dapat dihitung dari :

Resolusi = (Tegangan skala penuh / 2n

Adapun prinsip kerja ADC 0804 secara umum adalah saat keadaan logika

WR atau RD dalam kondisi low (0 volt), ADC ini dalam keadaan reset. Jika salah

satu dari keadaan logika tersebut dalam kondisi high maka ADC mulai bekerja.

SAR mengeluarkan 8-bit yang kemudian diubah menjadi tegangan analog oleh

DAC. Tegangan ini dibandingkan dengan tegangan masukan analog, jika keluaran

DAC lebih kecil dari tegangan masukan analog (Vout DAC<Vin , bit set = 1)

maka SAR terus bekerja sampai pada kondisi dimana tegangan keluaran DAC

lebih besar dari tegangan masukan analog (Vout DAC>Vin , bit set = 0) . Pada

saat itu keluaran komparator akan menghentikan SAR. Data pada keluaran SAR

adalah data digital hasil konversi tegangan analog. Setelah selesai konversi, ADC – 1) ... (4.1.)

(55)

akan memberi tanda dengan mengaktifkan INTR. Keluaran SAR disimpan

sementara oleh latch.

Jadi prinsip kerja ADC dengan metode Successive Aproximation

Converter (SAR) dapat kita misalkan sebagai berikut : Jika kita masukkan 5 V

pada masukan analog, mula-mula pengubah A/D (SAR) mengadakan ’dugaan’

terhadap tegangan masukan analog. Dugaan ini dilakukan dengan mengeset MSB

menjadi 1. Ini diperlihatkan pada blok 1, pekerjaan ini dilakukan oleh unit logika

(SAR). Hasilnya (100) dimasukkan kembali ke pembanding melalui pengubah

D/A. Pembanding menjawab pertanyaan pada blok 2. Apakah 100 tinggi atau

rendah dibandingkan dengan tegangan masukan? Pada kasus ini jawabannya

’rendah’. Kemudian logika (SAR) mengerjakan tugas pada blok 6. Bagiaan 2-an

diset menjadi 1. Hasilnya (110) dikirim kembali ke pembanding. Pembanding

menjawab pertanyaan pada blok 7, apakah 110 tinggi atau rendah dibandingkan

tegangan masukan? Jawabannya ’rendah’. Kemudian logika SAR mengerjakan

mengerjakan tugas pada blok 9. Bagian 1-an diset menjadi 1. Hasil akhir biner

111. Ini menyatakan 5 V yang terpasang pada masukan pengubah A/D. Cara

kerja di atas dapat dilihat pada gambar 4.2. flowchart prinsip kerja ADC metode

(56)

Set MSB

(57)

4.2. Pengujian ADC (Analog to Digital Converter) 0804

Setelah rangkaian selesai dibuat maka selanjutnya diadakan pengujian

untuk rangkaian ADC 0804 seperti pada gambar 4.5. Hasil pengujian ADC dapat

dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini.

Gambar 4.5. Pengujian ADC 0804.

Tabel 4.1. Hasil pengujian ADC

Tegangan input

analog (Volt)

Keluaran ADC (Biner)

0 1 2 3 4 5 6 7

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0,2 0 1 0 1 0 0 0 0

0,6 0 1 1 1 1 0 0 0

1 1 1 0 0 1 1 0 0

1,4 1 1 1 0 0 0 1 0

1,8 0 0 1 1 1 0 1 0

2,2 0 0 0 0 1 1 1 0

2,6 0 0 1 0 0 0 0 1

3 1 0 0 1 1 0 0 1

3,4 1 0 1 1 0 1 0 1

3,8 0 1 0 0 0 0 1 1

4,2 0 1 1 0 1 0 1 1

4,6 0 1 0 1 0 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1 1

(58)

Keluaran biner diatas dapat kita uji dengan resolusi ADC 8-bit 19,6 mV.

Ingat, setiap 19,6 mV sama dengan nilai biner tunggal. Jadi jika tegangan analog

1,0 V bilangan binernya sama dengan 1,0 V dibagi 19,6 mV sama dengan desimal

51. mengubah desimal 51 menjadi biner sama dengan 00110011.

4.2.1. Pengujian ADC 0804 tanpa Interface dengan Mikrokontroler

Setelah selesai pengujian ADC 0804 dengan tegangan analog ≤ 5 Volt,

kemudian dilakukan pengujian dengan 5 buah LED yang berbeda warna tanpa

Interface dengan Mikrokontroler. Pin 11 sampai pin 18 dari ADC 0804 yang

tadinya dihubungkan dengan Mikrokontroler dihubungkan ke 8 buah LED seperti

pada gambar 3.7. sebagai Output dari ADC 0804. Gambar blok Pengujian ADC

0804 tanpa Interface dengan Mikorokontroler dapat dilihat pada gambar 4.6.

Input LED

Gambar 4.6. Pengujian ADC 0804 tanpa Interface dengan mikrokontroler.

Tabel 4.2. Percobaan terhadap 5 buah LED berbeda warna.

Warna Bilangan Desimal Tampilan 8 buah LED

(8-bit)

Putih Super 66 01000010

Biru Super 115 01110010

Hijau Super 59 00111011

Merah Biasa 123 01111011

(59)

4.2.2. Pengujian ADC 0804 Interface dengan Mikrokontroler

Pengujian ini dilakukan dengan menghubungkan pin WR dari ADC

0804 dengan pin 23 atau port 2.2 dari Mikrokontroler. Pemrograman bahasa

Assemblernya dapat dilihat pada lampiran. Rangkaian Blok pengujian ini dapat

dilihat pada Gambar 4.7.

Input LED 5

Gambar 4.7. Rangkaian Blok Pengujian ADC 0804 Interface dengan

Mikrokontroler.

Tabel 4.3. Percobaan terhadap 5 buah LED berbeda warna.

Warna Tampilan Seven Segmen

Putih Super 66

Biru Super 115

Hijau Super 59

Merah Biasa 123

Kuning Biasa 110

4.3. Pengujian Sensor Intensitas Cahaya.

Gambaran umum rangkaian Sensor Intensitas Cahaya dapat dilihat pada

Gambar 4.8. di bawah ini. Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 11,0592 MHz

dan dua buah kapasitor 30 pF. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan

mikrokontroler AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program.

Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi

(60)

Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 merupakan saluran/bus I/O 8-bit open collector

dan juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama

adanya akses ke memori program eksternal. Untuk men-download file

heksadesimal ke mikrokontroler, Mosi, Miso, Sck, Reset, Vcc dan Gnd terletak

pada kaki 6, 7, 8, 9, 40 dan 20 dari mikrokontroler dihubungkan ke RJ45. RJ45

sebagai konektor yang akan dihubungkan ke ISP Programmer. Dari ISP

Programmer inilah dihubungkan ke komputer melalui port paralel.

(61)

Pada permulaan pengujian dilakukan pengkalibrasian dengan lampu

pijar 25 watt, 40 watt dan 60 watt. Kemudian dari data yang diperoleh dilakukan

perbandingan dengan bahasa Assembler untuk menentukan range intensitas

cahaya, yaitu dari 0 – 999 lumen. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan

hasil pengukuran yang lebih akurat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran bahasa pemrograman. Hasil pengujian terhadap lampu pijar dapat diliha

pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil pengujian lampu pijar.

Daya lampu pijar (watt) Intensitas (Lumen)

5 W lampu hemat energi Setara 25 W lampu pijar = 220 lumen

5 W 35 lumen

20 W lampu cool day light > 999 lumen

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

• ADC 0804 dapat dioperasikan dengan Mikrokontroler dan tanpa

Mikrokontroler.

• Ketepatan keluaran biner berkisar antara ½ LSB sampai 2 LSB dan keluaran

desimal berkisar antara 0,01 % sampai 0,05 %.

• Perubahan input pada LDR akan menyebabkan perubahan output ADC. • Resolusi untuk ADC 0804 8-bit adalah 19,6 mV.

• Sensor Intensitas Cahaya ini dapat mengukur antara 0 – 999 lumen.

• Sensor Intensitas Cahaya ini lebih akurat digunakan untuk pengukuran

intensitas cahaya lampu pijar, karena pengkalibrasian dilakukan dengan lampu

pijar.

5.2. Saran

• Agar pihak jurusan memberikan kemudahan dalam meminjamkan fasilitas

laboratorium untuk pengujian alat perancangan.

• Pada pembuatan peralatan ini ADC yang digunakan hanya 8-bit, untuk

pengembangannya diharapkan dapat membuat peralatan dari ADC 16-bit dan

(63)

Daftar Pustaka

1. David cooper. William, 1994, Instrumentasi Elektronik dan Teknik

Pengukuran, Edisi ke-2, Penerbit Erlangga.

2. Hendrianto. Dedek, 2007, ”Perancangan sensor Intensitas Cahaya Berbasis

Mikrokontroler AT89S51”, Karya Akhir, USU.

3. Malvino, 1981, Prinsip-prinsip Elektronik, Edisi kedua, Penerbit Erlangga.

4. Leach. Malvino, 1981, Digital Principles and Application, third edition,

Mcgraw- Hill, inc. United State of America.

5. Tokheim. Roger l, 1995, Elektronika Digital, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga.

6. Tirtamihardja, Samuel H, 1996, Elektronika Digital, Penerbit Andi

Yogyakarta.

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

Delay_ADC: mov r7,#80h Dly_ADC: mov r6,#40h djnz r6,$

djnz r7,Dly_ADC ret

Gambar

gambar 2.10. jadi nilai kapasitansi kapasitornya dengan kode angka
Gambar 2.11. menunjukkan filter RC antara kapasitor input dan resistor
Gambar 2.14. LDR (Light Dependent Resistor).
Gambar 2.20.Diagram balok sederhana untuk A/D jenis pendekatan berturut-turut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini bekerja berdasarkan intensitas cahaya yang mengenai sensor LDR (Light Dependent Resistor) dan air yang mengenai sensor hujan, input inilah yang

Kemiripan sinyal input dengan sinyal digital yang ada pada database inilah yang dibandingkan sehingga nantinya menghasilkan text-on-screen yang sesuai atau tidak,

Cara kerja dari hasil kerja praktek ini adalah jika sensor photodioda menerima cahaya terang dengan demikian sensor mendapatkan nilai 1, maka atap rumah membuka secara otomatis

Sensor LDR akan menangkap kondisi intensitas cahaya pada ruangan data input akan diolah melalui mikrokontroler, dimmer akan menyuplai tegangan AC pada percobaan

Sensor photodioda adalah diode yang bekerja berdasarkan intensitas cahaya, jika photodioda terkena cahaya maka photodioda bekerja seperti diode pada umumya, tetapi jika

Hal yang penting diperhatikan adalah catu daya digital yang dibuat memiliki keakuratan sampai dengan tegangan output 27.10 V, di atas tegangan tersebut, tampilan