• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pijat Bayi Oleh Pemijat Bayi Tradisional di Kecamatan Medan Area Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pijat Bayi Oleh Pemijat Bayi Tradisional di Kecamatan Medan Area Tahun 2014"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh:

101000024

ADELIA BASTIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PIJAT BAYI OLEH PEMIJAT BAYI TRADISIONAL DI KECAMATAN MEDAN AREA

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

101000024

ADELIA BASTIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang menimbulkannya, belum lagi penyakit justru diketahui sebagai dampak kemajuan di bidang deteksi penyakit, seperti penyakit genetik, keganasan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran ini mau tidak mau dunia kedokteran tidak bisa menutup mata dengan kemajuan pengobatan tanpa ilmu dan teknologi kedokteran, walaupun terkadang ada metode yang terlihat tidak rasional termasuk pijat kepada bayi (Lubis, 1995).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pijat bayi yang dilakukan pemijat bayi tradisional di Kecamatan Medan Area tahun 2014. yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam (indepth interview). Jumlah informan penelitian sebanyak 5 orang yang dipilih berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan pemijat bayi terhadap cara pemijatan lebih banyak mengikuti dari keturunan, tujuan pemijatan lebih mengarah kepada pengobatan ini dapat dilihat bahwa 3 orang informan mengatakan pijat bayi mempunyai tujuan untuk menurunkan demam pada bayi, 1 informan mengatakan untuk melihat pertumbuhan tulang pada bayi, 1 orang informan mengatakan tujuan untuk pengobatan untuk memperbaiki urat-urat di leher pasca persalinan.

Kepada petugas Kecamatan Medan Area untuk membentuk komunitas pemijat bayi tradisional, dan bekerja sama dengan puskesmas untuk memberikan informasi kepada pemijat bayi tentang kesehatan ibu dan anak. Dengan terbentuknya komunitas dapat mengakomodir kegiatan yang dilakukan pemijat bayi untuk pemberdayaan masyarakat.

(5)

ABSTARCT

It should be admitted that the medical technology that exists today is not fully able to overcome any health problems, especially with the more great variety of diseases and the factors that caused, not to mention the diseases would be known as the impact of progress in the field of detection of the disease, such as genetic diseases, malignancies, etc. . With this awareness inevitably medical world can not turn a blind eye to the progress of science and technology of treatment without medicine, although sometimes there is a method that looks irrational including baby massage (Lopez, 1995).

The purpose of this study was to determine the behavior of baby massage baby masseuse who performed traditional district of Medan Area in 2014 that uses a qualitative approach with in-depth interviews (depth interview). The amount of research informants by 5 people who are selected based on the principle of suitability and adequacy.

The results showed that the knowledge of baby massage to the way message is more to follow from descendants, the purpose of massage is more directed to the treatment. it can be seen that 3 informants said that baby massage has purpose to reduce fever in infants, one informant told to see baby's bone growth, 1 person informant said the aim of the treatment to improve the veins in the neck after delivery.

To the district of Medan Area officers to form a community of traditional baby masseuse, and works closely with health centers to give information to the baby masseuse about mother and child health. With the formation of the community can accommodate a baby masseuse activities for community empowerment.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Adelia Bastian

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 11 Agustus 1992 Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Orang Tua

Ayah : Irwan Bastian Ibu : Azizah

Anak ke : 1 dari 3 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Puri Gang Sekolah No. 21 A Medan Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1998-2004 : SD Negeri 060814 2. Tahun 2004-2007 : SMP Swasta Al-Ulum 3. Tahun 2007-2010 : SMA Swasta Prayatna

4. Tahun 2010-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Riwayat Organisasi :

1. Tahun 2011 : Anggota PHBI UKMI FKM USU 2. Tahun 2011 : Biro Buletin HMI FKM USU

3. Tahun 2011 : Departemen Pembinaan Anggota HMI FKM USU 4. Tahun 2012 : Wakil Bendahara Umum HMI FKM USU

5. Tahun 2012 : Ketua Umum HMI FKM USU

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pijat Bayi Oleh Pemijat Bayi Tradisional di Kecamatan Medan Area Tahun 2014”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.Syarifah, MS dan Drs. Tukiman, MKM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial dan dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hasan Basri, MM selaku Kepala Badan penelitian dan pengembangan Kota Medan.

6. Bapak M. Ali Sipahutar. S. STP, M.AP selaku Plt Camat Medan Area.

7. Seluruh pihak yang menjadi Informan dalam penelitian ini yang telah memberikan informasi kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

(8)

penulis,dan untuk Adik-adik tercinta Alulia dan Izzul yang senantiasa mendoakan, mendukung dan mengingatkan penulis untuk menyelaesaikan skripsi ini, untuk adek Aulia semoga tetap diberikan Allah Kesabaran.

9. Termakasih untuk seluruh keluarga Besar Bastian( bu Emi, om Bobi, om Bayu, bu Tina, om Deni) yang telah memberikan dukungan yang luar biasa, untuk nenek Nurtian dan Alm bustami terimaksih untuk nasihat yang tiada letih di sampaikan dan masih diingat sampai sekarang.

10.Pak Warsito selaku staf administrasi Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

11.Untuk sahabat-sahabat unyuk-unyukku ( Riri Astika Indriani, Skm, Tasya Arida Wijaya, Skm, Atika Syahfitri, Cskm, Tengku Miranda Rizky, Cskm) terima kasih untuk semua bantuan, motivasi dan kebersamaannya.

12.Teman-teman yang selalu mengingatkan Haikal, Habib, Agus, Nanda, Aidil dan teman yang udah bantu di hari akhir membantu penulis untuk mencari buku bg Joni.

13.Teman-teman peminatan PKIP 2010 (Dewi Sarah, Asnija Sinambela, Effi Janiarti, kak Eka Yuni P., Lidya Situmorang, Ahmad Tufik, Jev Boris, Ros, Wanda dan kak feby ) terima kasih banyak untuk semangat yang kalian berikan.

14.Sahabat SMP Al-ulum (Rafiqoh, Rahma, Siti) yang telah membantu penulis dalam penelitian, yang tetap mengingatkan penulis untuk tetap semangat. Untuk kak novi makasih untuk semangatnya yang tetap mengingatkan penulis untuk menyelasikan penelitian ini.

15.Untuk semua Anggota dan Pengurus HMI Komisariat FKM USU yang telah memberikan ilmu yang luar biasa selama penulis berorganisasi.

(9)

17.Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerja sama dan do’anya.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karuniaNya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2015 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perilaku Kesehatan ... 8

2.1.1 Pengetahuan ... 13

2.1.2 Sikap ... 17

2.1.3Tindakan ... 21

2.2 Teori Mengenai Perilaku ... 22

1. Teori Lawrence Green ... 22

2.Teori Snehandu B. Kar ... 23

3. Teori WHO ... 23

4.Teori Behavior Intention ... 25

2.4 Pijat Bayi ... 25

(11)

2. Sejarah Pijat Bayi ... 26

3. Perbedaan Antara Pijat bayi Tradisional dan Modern ... 28

4. Manfaat Pijat Bayi ... 29

5.Frekuensi Pijat Bayi ... 30

6.Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pijat Bayi... 31

7. Hal-hal yang Dibolehkan ... 33

8. Hal yang Harus Dilakukan ... 33

9. Efek Samping Pemijatan ... 34

10. Pedoman Pijat Bayi ... 35

2.5 Kerangka Pikir ... 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 52

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 52

3.2.2 Waktu Penelitian ... 52

3.3 Pemilihan Informan ... 52

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 54

3.5 Defenisi Istilah ... 54

3.9 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56

4.2 Karakteristik Informan ... 58

4.3 Prosesmenjadi Pemijat Bayi ... 58

4.4 Tujuan Pijat bayi ... 61

4.5 Hal-hal Yang Dilakukan Sebelum Memijat Bayi ... 64

(12)

4.7 Bahan Yang Digunakan Untuk Pijat Bayi ... 68

4.8 Usia Yang Tepat Untuk Memijat Bayi ... 69

4.9 Hal Yang Boleh Dilakukan Dalam Pijat Bayi ... 70

4.10 Pemijatan Dilanjutkan Ketika Bayi Menanggis ... 71

4.11 Efek Samping Pemijatan ... 72

4.12 Perbedaan Pijat Bayi Normal dan Premature ... 72

4.13 Pelatihan Yang Dibuat Oleh Puskesmas ... 73

4.14 Bagian Tubuh Yang Sering Dipijat ... 74

4.15 Lama Waktu Pemijatan ... 75

4.16 Waktu Yang Tepat Untuk Pemijatan ... 76

4.17 Memakai Perhiasan Saat Memijat ... 76

4.18 Kebiasaan Yang Dilakukan Saat Pijat Bayi ... 77

4.19 Bayi Setelah Pijat Boleh Dimandikan ... 78

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kareteristik Informan ... 80

1. Umur ... 80

2.Pendidikan ... 81

3. Lama Tugas ... 81

5.2 ProsesMenjadi Pemijat Bayi ... 81

1. Pertama Mulai Memijat Bayi ... 83

5.3 Tujuan Pijat Bayi ... 84

5.4 Hal-hal Yang Dilakukan Sebelum Memijat Bayi ... 90

5.5 Cara Pijat Bayi ... 92

5.6 Bahan Yang Digunakan Untuk Pijat Bayi ... 96

(13)

5.8 Hal Yang Boleh Dilakukan Dalam Pijat Bayi ... 99

5.9 Bayi Menanggis Pemijatan Dilanjutkan ... 100

5.10 Efek Samping Pemijatan ... 102

5.11 Perbedaan Pijat Bayi Normal dan Premature ... 103

5.12 Pelatiahn Yang Dibuat Oleh Puskesmas ... 105

5.13 Bagian Tubuh Yang Sering Dipijat ... 106

5.14 Lama Waktu Pemijatan ... 107

5.15 Waktu Yang Tepat Untuk Pemijatan ... 107

5.16 Memakai Perhiasan Saat Memijat ... 109

5.17 Kebiasaan Yang Dilakukan Saat Pijat Bayi ... 110

5.18 Setelah Pemijatan Apakah Bayi Boleh Dimandikan ... 112

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 112

6.2 Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Surat Izin penelitian di Kecamatan Medan Area Lampiran 3 : Surat Izin penelitian dari kantor wali kota

(14)

DAFTAR MATRIX

Matrix 4.1 Karakteristik Informan ... 58

Matrix 4.2 Proses menjadi pemijat bayi ... 59

Matrix 4.3 Tujuan Pijat bayi pengobatan ... 61

Matrix 4.4 Tujuan Pijat bayi pencegahan ... 62

Matrix 4.5 Tujuan Pijat bayi refleksi ... 63

Matrix 4.6 Hal-hal yang dilakukan sebelum memijat bayi ... 64

Matrix 4.7 Cara pijat bayi ... 65

Matrix 4.8 bagian yang boleh dipijat ... 66

Matrix 4.9 Bagian yang tidak boleh dipijat ……… ... 67

Matrix 4.10 Bahan yang digunakan ………... 68

Matrix 4.11 Usia Yang Tepat ……… ... 69

Matrix 4.12 HalYang Boleh Dilakukan ………... 70

Matrix 4.13 Pemijatan dilanjutkan bayi menanggis ……… ... 71

Matrix 4.10 Efek Samping Pemijatan ……… ... 72

Matrix 4.15 Perbedaan Pijat bayi normal dan premature ……… ... 73

Matrix 4.16 Pelatihan yang dibuat puskesmas ………. ... 74

Matrix 4.17 Bagian tubuh yang sering dipijat ………. ... 74

Matrix 4.18 Lama waktu pemijatan ………... 75

Matrix 4.19 Waktu yang tepat untuk pemijatan ……… ... 76

Matrix 4.20 Memakai perhiasan saat memijat bayi ………... 77

Matrix 4.21 Kebiasan Yang dilakukan ……… ... 77

(15)

ABSTRAK

Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang menimbulkannya, belum lagi penyakit justru diketahui sebagai dampak kemajuan di bidang deteksi penyakit, seperti penyakit genetik, keganasan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran ini mau tidak mau dunia kedokteran tidak bisa menutup mata dengan kemajuan pengobatan tanpa ilmu dan teknologi kedokteran, walaupun terkadang ada metode yang terlihat tidak rasional termasuk pijat kepada bayi (Lubis, 1995).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pijat bayi yang dilakukan pemijat bayi tradisional di Kecamatan Medan Area tahun 2014. yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam (indepth interview). Jumlah informan penelitian sebanyak 5 orang yang dipilih berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan pemijat bayi terhadap cara pemijatan lebih banyak mengikuti dari keturunan, tujuan pemijatan lebih mengarah kepada pengobatan ini dapat dilihat bahwa 3 orang informan mengatakan pijat bayi mempunyai tujuan untuk menurunkan demam pada bayi, 1 informan mengatakan untuk melihat pertumbuhan tulang pada bayi, 1 orang informan mengatakan tujuan untuk pengobatan untuk memperbaiki urat-urat di leher pasca persalinan.

Kepada petugas Kecamatan Medan Area untuk membentuk komunitas pemijat bayi tradisional, dan bekerja sama dengan puskesmas untuk memberikan informasi kepada pemijat bayi tentang kesehatan ibu dan anak. Dengan terbentuknya komunitas dapat mengakomodir kegiatan yang dilakukan pemijat bayi untuk pemberdayaan masyarakat.

(16)

ABSTARCT

It should be admitted that the medical technology that exists today is not fully able to overcome any health problems, especially with the more great variety of diseases and the factors that caused, not to mention the diseases would be known as the impact of progress in the field of detection of the disease, such as genetic diseases, malignancies, etc. . With this awareness inevitably medical world can not turn a blind eye to the progress of science and technology of treatment without medicine, although sometimes there is a method that looks irrational including baby massage (Lopez, 1995).

The purpose of this study was to determine the behavior of baby massage baby masseuse who performed traditional district of Medan Area in 2014 that uses a qualitative approach with in-depth interviews (depth interview). The amount of research informants by 5 people who are selected based on the principle of suitability and adequacy.

The results showed that the knowledge of baby massage to the way message is more to follow from descendants, the purpose of massage is more directed to the treatment. it can be seen that 3 informants said that baby massage has purpose to reduce fever in infants, one informant told to see baby's bone growth, 1 person informant said the aim of the treatment to improve the veins in the neck after delivery.

To the district of Medan Area officers to form a community of traditional baby masseuse, and works closely with health centers to give information to the baby masseuse about mother and child health. With the formation of the community can accommodate a baby masseuse activities for community empowerment.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum

sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan

semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang

menimbulkannya, belum lagi penyakit justru diketahui sebagai dampak

kemajuan di bidang deteksi penyakit, seperti penyakit genetik, keganasan

dan lain sebagainya. Dengan kesadaran ini mau tidak mau dunia

kedokteran tidak bisa menutup mata dengan kemajuan pengobatan tanpa

ilmu dan teknologi kedokteran, walaupun terkadang ada metode yang

terlihat tidak rasional termasuk pijat kepada bayi (Lubis, 1995).

Bayi merupakan makhluk lemah dan sensitif yang memerlukan

perawatan secara menyeluruh dan penuh dengan kasih sayang untuk

memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi. Pada umumnya bayi

mudah terserang penyakit karena bayi belum mampu/belum memiliki daya

tahan tubuh yang baik/kuat, oleh sebab itu orangtua harus berpartisipasi

dalam merawat bayi sebelum sakit dan ketika sakit. Bila terdapat tanda

bayi sakit maka segera orang tua mengambil kebijakan untuk membawa

bayinya ke fasilitas kesehatan, untuk menghindari keparahan dari penyakit

yang dialami bayi maka beberapa orangtua memilih untuk melakukan

pengobatan dengan pijat bayi.

Pijat bayi merupakan salah satu bentuk pengobatan tradisional

(18)

Dengan kata lain pijat bayi adalah seni perawatan di bidang kesehatan dan

pengobatan tradisional yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam

(Indah, 2010).

Pijat bayi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia di Cina. Masyarakat Cina modern telah lebih dulu mengenal pijat

bayi modern. Namun, negara-negara di daratan Asia lain yang telah lama

mengenal pijat bayi sebagai seni dan terapi adalah Mesir kuno dan India

(Surbakti ,2008).

Perkembangan pijat bayi khususnya di India, pijat bayi menjadi

bagian tradisi dalam perawatan keseharian. Para ibu mempelajari teknik

pemijatan dari ibu mertua. Terkadang, pijatan mulai dilakukan pada hari

pertama bayi baru lahir, tapi biasanya saat bayi berumur lima hari, yaitu

saat tali pusar sudah lepas dan dilanjutkan hingga si anak bisa berjalan.

Di Indonesia, pijat merupakan metode penyembuhan tradisional

yang sangat akrab bagi masyarakat. Namun, pijat tradisional ini tidak

diimbangi dengan penjelasan ilmiah dan manfaatnya. Pijat tradisional

hanya diyakini dengan sugesti, pijat bayi yang dimasyarakatkan di

Indonesia tepatnya diperkotaan ini dapat dimulai dari promotor kesehatan

ataupun bidan. Di kota-kota besar pada umumnya pijat bayi telah menjadi

kebiasaan bagi ibu modern karena kebanyakan dari mereka melakukan

proses persalinan dan kelahiran di rumah sakit. Rumah sakit inilah yang

biasanya memperkenalkan pijat bayi kepada pasiennya sebagai terapi sehat

(19)

dilakukan oleh dukun pijat dengan ilmu yang turun-temurun hanya

ditujukan untuk menyembuhkan penyakit (Surbakti , 2008).

Menurut Sari (2004) dalam Prasetyono (2009) di Indonesia

pelaksanaan pijat bayi di masyarakat desa masih dipegang oleh dukun

bayi. Selama ini pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi

juga pada bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi

setelah lahir.

Sentuhan dan pijatan pada bayi segera setelah kelahiran merupakan

kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa

aman. Sentuhan dan pandangan dengan penuh kasih sayang yang ibu

berikan kepada buah hati melalui pijatan akan direspon oleh bayi sebagai

bentuk perlindungan, perhatian dan ungkapan cinta kepada bayi, sehingga

akan menguatkan hubungan ibu dengan anaknya dan mengalirkan

kekuatan jalinan kasih antara keduanya (Roesli, 2001).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002

tentang Registrasi dan Praktek Bidan menyebutkan bahwa bidan

berwenang memantau tumbuh kembang bayi melalui deteksi dini dan

stimulasi tumbuh kembang. Salah satu bentuk stimulasi yang selama ini

dilakukan oleh masyarakat adalah pijat bayi. Penelitian Dasuko (2003)

dalam buku Prasetyono (2009) tentang pengaruh pijat bayi terhadap

kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil bahwa pada kelompok

kontrol kenaikan berat badan sebesar 6,16%, sedangkan pada kelompok

(20)

Sentuhan dan pijatan pada bayi segera setelah kelahiran merupakan

kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa

aman. Sentuhan dan pandangan dengan penuh kasih sayang yang ibu

berikan kepada buah hati melalui pijatan akan direspon oleh bayi sebagai

bentuk perlindungan, perhatian dan ungkapan cinta kepada bayi, sehingga

akan menguatkan hubungan ibu dengan anaknya dan mengalirkan

kekuatan jalinan kasih antara keduanya (Roesli, 2001).

Hasil pengamatan sementara peneliti, bahwa di daerah Kecamatan

Medan Area yang letak geografisnya dekat dengan pusat kota Medan

masih banyak juga yang memanfaatkan pemijat tradisional baik itu untuk

bayi dan ibu hamil. Padahal sangat banyak pengobatan medis modern

yang sudah menyediakan jasa pijat bayi namun orang tua lebih memilih

kepada pemijat bayi tradisonal dengan alasan bahwa pemijat bayi

tradisonal lebih memiliki pengalaman dari pada bidan yang sudah

mengikuti pelatihan, dan ini dipilih turun temurun oleh ibu mertua dan ibu

kandungnya.

Daerah Kecamatan Medan Area juga sangat mudah untuk

mendapatkan informasi tentang kesehatan. Peneliti pernah melakukan

survey pendahuluan kepada salah seorang pemijat, dia mengatakan merasa

lebih berpengalaman dibandingkan bidan di karenakan mereka sudah

melakukan aktifitas memijat 32 tahun sedangkan bidan yang ada baru

tamat atau lebih muda usianya. Juga mengutarakan bahwa mereka tidak

(21)

cara pijat yang benar karena merasa mereka lebih paham untuk pijat bayi

tersebut. Seperti pemilihan minyak pijat untuk bayi ada beberapa pemijat

tradisonal yang menyediakan dan minyak tersebut tidak sesuai dengan

peraturan menteri kesehatan dan ada pemahaman yang salah bahwa

pemijat bayi mengatakan kalau anaknya di pijat dan nangis berarti ada

bagian tubuh mereka yang sakit, dan biasanya bayi dipijat ketika merasa

sakit. Pemahaman mereka tentang bagaimana cara memijat hanya dari

faktor pengalaman memijat bayi, salah satu pemijat bayi yang saya

tanyakan sudah hampir 32 tahun memijat bayi dan dia dahulu di ajarkan

oleh ayahnya dan pengalaman memijat.

Pijat bayi yang dilakukan oleh orang yang tidak professional bisa

menyebabkan pendarahan organ di dalam tubuh, dan bahan-bahan yang

digunakan juga harus dijamin aman agar tidak terjadi iritasi oleh kulit.

Sementara pijat bayi tradisional masih menggunakan minyak yang tidak

aman untuk kulit bayi.

Berdasarkan dari hal tersebut peneliti merasa perlu untuk meneliti

tentang perilaku dari pemijat bayi tradisional tersebut, untuk mengetahui

apakah benar pijat bayi yang dilakukan oleh pemijat bayi tradisional

tersebut dengan sarana informasi yang banyak di Kecamatan Medan Area

dan pelatihan yang di buat oleh puskesmas.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah di jelaskan di atas, dapat di

(22)

dilakukan oleh pemijat bayi tardisional dalam pemijatan bayi di Kecamatan

Medan Area.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pijat bayi yang

dilakukan pemijat bayi tradisional di Kecamatan Medan Area Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui teknik atau cara–cara yang dilakukan pemijat bayi

tradisional dalam memijat bayi.

2. Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pemijatan pada

bayi.

3. Untuk mengetahui tujuan pemijatan bayi meliputi pengobatan, pencegahan

atau refleksi pada bayi.

4. Untuk mengetahui praktek yang dilakukan pemijat bayi tradisional untuk

peningkatan kesehatan bayi.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi pemijat bayi

dalam melakukan pijat bayi tradisional.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi tentang pijat bayi oleh pemijat bayi

tradisional dalam hal pijat bayi di Kecamatan Medan Area Tahun 2014.

2. Sebagai bahan masukan untuk Puskesmas Medan Area untuk melakukan

berbagai kegiatan mengenai pemberian informasi untuk pijat bayi di

(23)

3. Sebagai bahan masukan untuk Kecamatan Medan Area untuk dapat

membuatkan aktifitas atau komunitas bagi para pemijat bayi sehingga

dapat mempermudah pengembangan pemberdayaan masyarakat.

4. Hasil penelitian ini juga di harapkan dapat bermanfaat untuk di jadikan

referensi oleh berbagai pihak untuk melanjutkan penelitian ini.

5. Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Perilaku Kesehatan

Dari segi biologis, perilaku adalah salah satu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup

mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku, karena mereka

mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Skinner (1938) seorang alhi psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons, maka teori skinner ini di sebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respons. Skinner

membedakan adanya dua respons.

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang di timbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena

menimbulkn respons-respons yang relative tetap, Misalnya : makanan yang lezat

menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan

(25)

mendengar berita musibah menjadi sedih atau menagis, lulus ujian meluapkan

kegembiraannya dengan mengadakan pesta dan sebagainya.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni repons yang timbul dan berkembang

kemudin diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut

reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya apabila

seseorang petugas kesehatn melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian

tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus

baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan

tugasnya.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi

dua.

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).

Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut,

dan belum dapat diamati secarajelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior

atau unobservable behavior, misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,

seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Repons

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu di sebut overt

(26)

kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesma untuk imunisasi, penderita TB. Paru

minum obat secara teratur, dan sebagainya.

Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Oleh

sebab itu untuk membentuk jenis respon atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi

tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant

conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut.

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa

hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan di bentuk.

b. Melakukan analisi untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk

perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam

urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara,

mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing kompenen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah

tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal

ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan

sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang

kedua yang kemudian diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi).

Demikian berulang-ualng sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan

dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang

diharapkan terbentuk.

e. Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan menggosok gigi

(27)

- Pergi ke kamar mandi sebelum tidur

- Mengambil siakt dan odol

- Mengambil air dn berkumur

- Melaksanakan gosok gigi

- Menyimpan sikat gigi dan odol

- Pergi ke kamar tidur

Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing-masing

komponen perilaku tersebut (komponen 1-6), maka akan dapat dilakukan pembentukan

kebiasaan tersebut. Contoh di atas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan

perilaku melalui operant conditioning. Di dalam kenyataannya prosedur itu banyak dan

bervariasi sekali dan lebih kompleks dari pada contoh di atas. Teori Skinner ini sangat besar

pengaruhnya, terutama di Amerika Serikat. Konsep-konsep behavior control, behavior therapy,

dan behavior modification yang dewasa ini berkembang adalah bersumber pada teori ini.

Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non

perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang terwujud dalam

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status

ekonomi,umur,jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam

diri individu tersebut.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung yang terwujud

dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai macam saran dan

(28)

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang meliputi faktor

sikap dan erilaku tokoh masyarakat,tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk

petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari

pusat maupun pemerintah daerah yang terkaiy dengan kesehatan.

Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya)

(Notoadmojo,1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut, respons

ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan). Bentuk operasional dari perilaku dikelompokan

menjadi tiga jenis yaitu:

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu, dengan mengetahui situasi dan rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan

dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang

hidup didalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan

keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh

kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan

masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi

dan rangsangan dari luar.

2.1.1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

(29)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapan sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku

baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus

(objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tetarik kepada stimulus.

3. Evaluation ( menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal

ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian para penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan

perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. pabila penerimaan perilaku baru atau adopsi

perilaku melalui proses seperti ini di dasari oleh pengetahuan,kesadaran dan sikap yang positif,

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.

(30)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima.

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya gterhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondis real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,rumus,metode,prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-kompenen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada

kaitanya satu sama lain kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seoerti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan,memisahkan,

(31)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemapuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatau materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan diatas.

2.1.2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan rekasi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tida dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya

kesesuian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikolgi sosial,

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupkan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan

(32)

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek.

Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaaan (keyakinan),ide,dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang

peran penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,terlepas dari pekerjaan itu benar atau

salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu

(33)

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesutau yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

Cirri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya

dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat

berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu

objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.

4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan

dari hal-hal tersebut

5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan

sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang

(Purwanto,1999).

Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesutau yang bersifat communicable

artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang

umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan

(34)

perangsangan itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat

adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara

perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud

pertimbangan-pertimbangan atau penilain-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara

perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud

pertimbangan-pertimbangan ataupenilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya

bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan

cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam

bendera, keingina-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa

manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif

tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak

semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusiamemilih mana-mana yang perlu dan

mana yang tidak perlu di layani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadiaan. Sika sering mencerminkan keperibadian seseorang.Ini

sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh

karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang

bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila

kita akan mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari

sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula

mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap

(35)

2.1.3. Tindakan

Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap

menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan

(Notoadmojo, 1993).

Tindakan terdiri dari empat tindakan, yaitu :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah

merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah

merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau sesuatu

itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan

itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Rogers (1983) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa proses

perubahan keputusan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :

1. Knowledge, yaitu seseorang terbuka akan adanya perubahan dan memiliki

(36)

2. Persuasion, yaitu terjadi ketika seseorang memiliki sikap yang baik maupun

yang tidak baik terhadap suatu perubahan.

3. Decision, yaitu ketika seseorang menggunakan suatu perubahan dalam

kehidupan dan aktivitasnya dan memutuskan untuk memilih, mengadopsi atau

menolak perubahan tersebut.

4. Implementatiom, yaitu tahap dimana seseorang memutuskan untuk melakukan

suatu perubahan.

5. Confirmation, yaitu tahap dimana seseorang mencari penguatan diri sebuah

perubahan keputusan yang telah dibuat, tetapi sesorang bisa merubah keputusan yang

sebelumnya telah dibuat bila terdapat berita yang bertentangan denga perubahan tersebut.

2.2 Teori Mengenai Faktor Perilaku 1. Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan

seseorang ataumasyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,sikap,

kepercayaan, keyakinan, niali-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisk,

tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesma,

(37)

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisi perilaku kesehatan dengan beritik tolak bahwa perilaku itu

merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya (behavior intention)

b. Dukungan sosial dari masyaraat sekitarnya (sosial support)

c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accessibility ofinformation)

d. Otonomi pribadi bersangkutan dalam ha ini mengambil tindakan atau keputusan

(personal anatomy)

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertidak atau tiak bertindak (action situation).

3. Teori WHO

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu

adalah karena adanya 6 alasan pokok, yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman oranglain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek.Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

(38)

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

d. Orang Penting Sebagai Referensi

Perilaku orang, terutama anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang– orang

yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya,maka apa yang ia

katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

e. Sumber – sumber daya (resources)

Maksudnya adalah fasilitas – fasilitas uang waktu tenaga dan sebagainya.Semua

itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat, yang

dapat bersifat positif ataupun negatif.

f. Perilaku normal, kebiasaan nilai – nilai, dan penggunaan sumber–sumber didalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya

disebut kebudayaan (Notoatamodjo, 2003).

4. Teori Behavior Intention

Teori ini dikembangkan oleh Snehendu Kar (1980) berdasarkan analisinya terhadap

niatan orang bertindak atau berperilaku. Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan

dengan bertitik- tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya (behavior intention)

(39)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accessibility of information)

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau

keputusan (personal autonomy)

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action

situation).

2.3 Pijat Bayi

1. Defenisi Pijat Bayi

Pijat bayi adalah sentuhan pijat pada bayi dan balita dapat memberikan manfaat bagi

tumbuh kembang anak. Yang disebut bayi adalah anak yang berumur 0-12 bulan (Roesli, 2001).

Menurut Prasetyono (2009) menjelaskan bahwa sentuhan adalah indra pertama dimana bayi

dapat memberikan reaksi, sentuhan yang juga merupakan cara anda menyampaikan rasa kasih

sayang kepadanya. Menurut pengertian lainnya pijat bayi adalah seni perawatan kesehatan dan

pengobatan yang dikenal sejak awal manusia diciptakan di dunia serta telah dipraktikkan sejak

berabad-abad tahun silam secara turun temurun oleh dukun bayi (Roesli, 2001)

Pemijatan adalah teknik relaksasi yang lembut dan jarang menyebabkan efek samping

(Trans, 2001, dalam Hizkia, 2007). Lain lagi di cina yang mempunyai sejarah panjang tentang

pengobatan, Pijat bayi merupakan salah satu teknik perawatan bayi yang sangat khusus, biasanya

untuk merawat bayi yang sakit perut, sembelit, atau kembung setelah banyak minum. Titik tekan

pengobatan pada bayi berbeda dengan orang dewasa yang membuat pijatan itu lebih efektif

(40)

Pijat bayi disebut juga sebagai stimulus touch atau terapi sentuhan. Dikatakan terapi

sentuh karena melalui pijat bayi inilah akan terjadi komunikasi yang nyaman dan aman antara

ibu dan buah hatinya.Riksani,2012)

2. Sejarah Pijat Bayi

Pijat bayi telah dipraktikan hampir di seluruh duniaa sejak dahulu kala, termasuk

Indonesia. Seni pijat diajarakan secar turun temurun walaupun tidak diketahui dengan jelas

bagaimana pijat dan sentuhan dapat berpengaruh positif pada tubuh manusia. Pijat bayi

merupakan tradisi lama yang digali kembali dengan sentuhan ilmu kesehatan dan tinjauan ilmiah

yang bersumber dari penelitian-penelitian para ahli neonatologi, saraf, dan psikologi anak.

Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan

kedokteran pada zaman Mesir kuno. Di India juga ditemukan tentang seni pengobatan pijat ini

dalam kitab Ayur-Veda, buku kedokteran tertua (sekitar 1800 sebelum masehi) yang menuliskan

tentang pijat, diet, dan olahraga sebagai penyembuhaan utama pada masa itu.

Teknik pijat India merupakan salah satu teknik pijat yang telah dipraktikan kepada bayi

di India selama berabad-abad. Pada teknik ini, gerakan pijat menggunakan kombinasi gerakan ke

atas dan kebawah, seperti gerakan memerah susu yang biasanya dilakukan pada bagian tangan

dan kaki. Adapun teknik pijat klasik disebut dengan teknik pijat swedia yang dikembangkan oleh

Metzger dari belanda dan Ling dari Swedia. Berbeda dengan teknik pijat india, pijat swedia

menggunakan kombinasi gerakan dari bawah ke atas. Teknik pijat Swedia merupakan teknik

dasar yang diajarkan di Amerika Serikat.

Sementara di China, pijat bayi sudah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat setempat.

Pijat dikenal sebagai slah satu terapi yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit dalam terapi

(41)

kerajaan dinasti China. Dalam proses pengobatan ,tidak hanya mengandalkan dari teknik pijatan,

para tabib pun biasanya meramu bahan alami yang diracik sebagai pelengkap pemijatan.

Sementara di Indonesia, pijat adalah metode penyembuhan tradisional yang sangat akrab

bagi masyarakat. Pijat bayi juga merupakan salah satu jenis pijat yang juga sudah lama

berkembang dan dipraktikan oleh masyarakat. Namun teknik dan gerakan yang dilakuakan pada

pijat bayi tradisional ini tidak disertai dengan adanya penjelasan ilmiah sehingga pijat bayi

tardisional ini diyakini dengan sugesti yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh si kecil.

(Riksani, 2012)

3. Perbedaan Antara Pijat Tradisional dan Modern

Ada beberapa berbedaan antara pijat tradisional dan pijat modern. Berikut ini adalah

perbedaannya :

Pijat Tradisional Pijat Modern

Pijat tradisional dilakukan oleh dukun bayi yang memiliki keterampilan dalam memijat. Keterampilan tersebut biasanya di dapatkan secara turun temurun.

Pijat modern dilkukan oleh orangtua baik ibu atau ayah, kadang juga bisa melibatkan anggota keluarga lain, seperti kakek, nenek,bibi, atau orang terdekat lainnya.

Pijat tradisional menggunakan ramuan-ramuan pemijatan yang kadang tidak dipastikan kemanan dan kebersihan ramuan tersebut. Ramuan yang digunakan misalnya parutan jage, bawang atau pun jenis dedaunan yang di tumbuk. Dalam ramuan juga ditambahkan sejenis minyak tertentu yang dapat menyebabkan rasa gatal, panas atau perih pada kulit.

Pijat modern hanya menggunakan minyak bayi/baby oil, Virgin Coconut Oil (VCO), minyak zaitun atau jenis lotion lainnya yang dianjurkan oleh dokter.

Biasanya pijat tradisional hanya dilakuakn sebagai terapi untuk penyembuhan penyakit. Anak yang sakit baru mendapatkan pijatan dari dukun bayi. Terkadang anak diberikan ramuan atau jamu sebagai obat.

Terapi sehat artinya dilakukan pada bayi atau anak yang sehat dan tanpa memberikan ramuan ataupun jamu-jamuan.

Karena tujan pemijatan sebagai terapi penyakit sehingga proses pemijatan dipaksakan kepada bayi atau anak yang

(42)

berakibat bayi atau nakan akan menagis meronta-ronta. Kalaupun bayi tertidur setelah pemijatan, bukan karena rileks atau nyaman tapi karena lelah menagis.

bayi akan tertidur karena rileks dan nyaman.

4. Manfaat Pijat Bayi

Secara umum, berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan saat melakukan pijat bayi :

a. Membantu perkembangan system imun tubuh

b. Merelaksasikan tubuh bayi

c. Membantu mengatasi gangguan tidur sehingga bayi dapat tidur dengan nyaman

dan nyenyak

d. Meningkatkan proses pertumbuhan bayi

e. Menumbuhkan perasaan positif pada bayi

f. Mencegah resiko gangguan pencernaan dan seranggan kolik lainnya

g. Memudahkan buang air besar sehingga perut bayi menjadi lega

h. Meperlancar peredaran darah serta menambah energi bayi

i. Memperat ikatan kasih sayang antara bayi dan orangtua. Melalui sentuhan dan

pijatan serta adanya kontak mata antara bayi dan orangtua akan menambah

kuatnya kontak batin keduanya (Riksani, 2012).

Pijat bayi memudahkan pembelajaran terhadap kesigapan, perkembangan fisik yang

optimal, dan peningkatan koordinasi otot untuk meningkatkan kepercayaan diri serta keberanian.

Bagi orangtua dan kakaknya, pemijatan meningkatkan kesadaran akan manajemen pengelolaan

mental dan teknik meredakan stres. Memudahkan acara pelenturan setiap hari, baik bagi

(43)

memperbaiki perasaan positif bayi yang dilahirkan secara sesar (caesar), meringankan asma dan

mengobati depresi atau syok (shock) (Roesli, 2008).

Pemijatan menawarkan keuntungan kepada orang tua akan pemahaman mengenai sifat

anak dan menemukan keuntungan tersendiri dalam meningkatkan komunikasi verbal, serta

menciptakan suasana pemahaman akan pentingnya kreativitas dalam merawat anak, dan

mengajarkan anak mengenai perbedaan sentuhan baik maupun buruk, selanjutnya mengenalkan

kepada bayi mengenai kontrol badan mereka, anak-anak yang memiliki hubungan dekat dengan

orangtuanya cenderung memiliki hubungan lebih baik dengan teman seusianya dan orang yang

lebih dewasa. Manfaat lain akan diteruskan oleh anak ketika ia besar dan menjadi orangtua

(Roesli, 2008).

5. Frekuensi Pijat Bayi

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan yakni sesuai keinginan orang tua.

dengan lebih cepat mengawali pemijatan bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar,

terlebih jika pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai berusia 5-7 bulan

(Subakti, 2008). Pemijatan dilakukan pagi hari sebelum mandi, atau bisa juga malam hari

sebelum bayi tidur, karena aktivitas bayi sepanjang hari yang cukup melelahkan. Tentunya, bayi

juga perlu relaksasi agar otot-otot menjadi kendur kembali, sehingga bayi dapat tidur lebih

nyenyak dan tenang. Pijat bayi dapat dilakukan 1-2 jam setelah makan atau minum susu.

Tindakan pijat dikurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi. Sejak usia enam bulan, pijat

dua hari sekali sudah memadai (Prasetyono, 2009). Waktu yang digunakan dalam pemijatan

tidak ada ketentuan baku. Namun berdasarkan pengalaman, paling lama pemijatan secara

lengkap dapat dilakukan sekitar 20 menit. Setelah selesai, segeralah bayi dimandikan agar

(44)

6. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pijat Bayi

Hal ini penting agar kegiatan pijat bayi ibu efektif, menyenangkan dan tentunya

memberikan manfaat positif bagi anda dan bayi.

1. Waktu pemijatan yang cukup baik adalah pada pagi hari sebelum aktivitas mandi

dan pada malam hari sebelum tidur. Jangan menyambi dengan melakukan

aktivitas lain ketika pemijat bayi, misalnya sambil menonton televise, memasak,

atau aktivitas lainnya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 15-20 menit.

2. Siapkan ruangan yang hangat dan tidak terkena angin langsung. Jika angin yang

masuk melalui jendela rumah anda cukup besar, sebaiknya tutup jendela.

3. Siapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan selama proses pijat, seperti handuk,

pakaian ganti, popok, dan minyak bayi.

4. Pastikan ibu membersihakan tangan dan tangan terasa hangat. Sebaiknya,

lepaskan perhiasaan dan tidak memanjangkan kuku karena dapat menggores kulit

bayi.

5. Bayi tidak dalam keadaan lapar atau baru saja makan.

6. Ibu tidak terganggu selama pemijatan berlangsung (sekitar 15 menit)

7. Bayi dibaringkan di tempat yang nyaman dan rata dengan alas kain yang lembut.

Posisi ibu saat memijat bayi juga harus nyaman sehingga tidak menyebabkan

masalah atau keluhan kesehatan pada ibu.

8. Pastikan selalu kontak mata dengan bayi ibu dengan pandangan penuh kasih

sayang selama pemijatan berlangsung. Ajak bayi bicara, tersenyum atau bersenda

(45)

9. Ibu dapat bernyayi atau memutarkan lagu slow dan lembut untuk membantu

menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung.

10. Mulai dengan sentuhan ringan dan perlahan, lihat dan perhatikan respon bayi

terhadap pijatan ibu. Tingkatkan tekanan pijatan secara perlahan sesuai dengan

perkembangan usia dan khususnya apabila ibu sudah merasa yakin bahwa bayi

mulai terbiasa dengan pijatan yang sedang dilakukan.

11. Tanggaplah pada isyarat yang diberikan bayi ibu. Jika bayi menagis, cobalah

untuk menenagkannya sebelum melanjutkan pemijatan. Jika bayi menagis lebih

keras, hentikan pemijatan karena mungkin bayi mengharapkan untuk digendong,

disusui atau sudah mengantuk dan sangat ingin tidur.

12. Sebelum melakukan pemijatan, lumiri baby oil atau lotion ke tangan ibu sesering

mungkin.

13. Sebaiknya pemijatan dilakukan dari kaki bayi karena umumnya bayi lebih

menerima apabila dipijat pada daerah kaki . dengan demikian, akan memberi

kesempatan kepada bayi untuk membiasakan pijat sebelum bagian lain dari

badanya disentuh.

14. Mandikan segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan bersih

setelah dilumuri minyak bayi.

15. Berkonsultasilah dengan dokter atau tenaga kesehatan agar mendapat informasi

lebih lanjut tentang pijat bayi.

(46)

7. Hal- hal Yang Boleh Dilakukan

Berikut ini kondisi-kondisi yang tidak boleh ibu lakukan setelah melakukan pemijatan

bayi :

1. Memijat bayi langsung setelah makan

2. Memijat bayi pada saat kondisi bayi tidak sehat

3. Memijat bayi pada saat tidak mau dipijat

4. Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi

5. Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan

8. Hal Yang Harus Disiapkan

Berikut ini persiapan-persiapan yang harus anda lakukan sebelum memulai melakukan

pemijatan bayi.

1. Pastikan anda sudah mencuci tangan dengan bersih dan tangan sebaiknya terasa

hangat.

2. Sebaiknya, kukuharus pendek dan anda melepaskan terlebih dahulu perhiasan

yang dapat menyakiti kulit bayi.

3. Ruang untuk memijat sebaiknya hangat dan terhindar dari paparan angin secara

langsung.

4. Bayi sudah selesai makan dan tidak dalam keadaan lapar

5. Secara khusus,anda menyediakan waktu untuk tidak ganggu kurang lebih 15-20

menit untuk menyelesaikan seluruh tahapan pemijatan bayi.

6. Ibu dalam posisi yang nyaman dan tenang.

(47)

8. Siapkanlah perlengkapan yang dibutuhkan seperti handuk,pakaian ganti,popok

ganti, minyak bayi.

9. Tak ada salahnya anda meminta izin kepada bayi anda sebelum dilakukan

pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepalanya sambil mengajaknya

berbicara atau bernyanyi lagu-lagu riang.

9. Efek Samping Pemijatan

Pemijatan adalah teknik relaksasi yang lembut dan jarang menyebabkan efek samping.

Namun bila pemijatan dilakukan terlalu dalam, dapat menyebabkan perdarahan pada organ vital

seperti hati dengan adanya pembentukan penumpukan darah (Subakti, 2008)

10. Pedoman Pijat Bayi 1. Memulai Pemijatan

Jika bayi ibu belum pernah dipijat sebelumnya, mungkin perlu waktu untuk

membiasakannya. Cobalah lakukan 3 – 4 kali dalam sehari, sehingga bayi dan oang tuanya

menjadi terbiasa dengan usapan-usapan. Ketika ibu yakin dan bayi merasa nyaman, maka hal ini

dapat menjadi rutinitas, atau setidaknya coba memijat sekurangnya 3 kali dalam seminggu.

Gunakan usapan lembut dan buatlah kontak mata dengannya selama pijat berlangsung.

a. Belajar Rileks

Bayi memahami ketegangan dan kegelisahan ibu, khususnya melalui kontak fisik. Ibu

perlu meluangkan waktu untuk rileks sebelum memulai pemijatan. Hilangkan semua hal yang

mengganggu atau sedang ibu pikirkan, agar ibu dapat memberikan perhatian penuh pada pijatan

(48)

1. Satukan jari dan letakkan diatas perut. Pejamkan mata dan tarik nafas dalam-dalam,

anda akan merasakan perut membesar. Tahan nafas untuk beberapa detik, kemudian

keluarkan secara perlahan.

2. Putarlah bahu anda beberapa kali ke depan kemudian kebelakang. Ini mengurangi

ketegangan dibagian punggung, bahu dan leher. Jabat tangan anda secara erat.

b. Memilih Posisi Yang Tepat

Pastikan anda merasa nyaman terlebih dahulu sebelum memulai pijatan. Pilihlah posisi

yang tetap membuat punggung anda lurus, terutama ketika anda membungkuk kedepan. Jika

anda memijat bayi anda dilantai, anda dapat memilih 3 posisi duduk berikut ini yang paling

nyaman.

1) Lutut ditekuk

Lutut diletakkan diatas lantai dan diatas handuk yang tersedia agar lebih nyaman,

kemudian letakkan bantal pada bagian betis dibawah pantat dan duduk kembali.

2) Kaki saling menyilang

Duduklah diatas bantal, dengan kedua kaki menyilang. Letakkan bayi ibu berhadapan

langsung dengan anda. Bungkuk kedepan dan berilah beberapa usapan pijat dan periksa

apakah ibu nyaman.

3) Kaki lurus kedepan

Duduklah diatas bantal dengan kedua kaki lurus kedepan disebelah bayi ibu. Mungkin

ibu butuh 2 bantal agar tetap bisa menahan punggung terutama ketika ibu menggapai

bagian tubuh atas bayi. Sampaikan pesan positif pada bayi ibu dengan menatap penuh

kasih disertai usapan lembut.

(49)

Setelah ibu menghangatkan ruangan dan menyiapkan minyak serta handuk, lepaskan baju

serta popok bayi ibu. Baringkan bayi ibu dihadapan ibu dan bersiap untuk memulai pijat bagian

depan. Celupkan jari ibu kedalam minyak, kemudian gosokkan kedua tangan ibu bersamaan agar

hangat. Setiap sesi pemijatan dimulai dengan menandai bagian tubuh mana yang akan dipijat

oleh ibu. Perhatikan matanya, senyumnya dan ajaklah berbicara. Lanjutkan dengan melakukan

kontak mata berbicara selama pemijatan ini untuk menenagkannya.

a. Lengan dan Tangan

1) Usapan Sejajar Dibagian Dada

Letakkan telapak tangan ibu dibagian perutnya dengan jari-jari menunjuk ke atas.

Urutkan kedua tangan ke bagian atas dada terus ke bahu. Putarlah jari-jari ibu di atas

bahu dan usap kearah luar memegang bagian atas lengan.

2) Usapan Sepanjang Tangan

Usap lengan dan tangan, kemudian tariklah jari-jarinya. Pstikan kedua tangan ibu bekerja

bersamaan. Terkadang bayi ibu tidak dapat meregangkan tangannya. Ketika ototnya

rileks ibu dapat menambahkan tekanan usapan untuk menguatkan lengannya. Lakukan

langkah satu dan dua sebanyak 3 sampai 4 atau sampai lengannya lurus sebentar.

3) Melenturkan Tangan

Buatlah lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jari ibu memutar di lengan kanan bayi

anda. Pada bayi yang lebih tua, letakkan tangan ibu pada bagian atas tangannya dan

genggam seleruhnya. Tekan lembut dengan arah berlawanan. Pergunakan minyak

secukupnya agar memudahkan jari atau tangan anda bergerak lembut diseluruh

tangannya. Lakukan gerakan ini dan tariklah dengan lembut pada waktu bersamaan.

(50)

tangan kiri ibu. Kemudian pindahkan kebagian kiri tangannya. Lakukan ini 2 kali pada

setiap lengan.

4) Meregangkan Tangan

Pegang telapak tangan bayi ibu menghadap keatas, usap telapak tangannya dari bagian

dasar terus ke jari-jari ibu secara bergantian. Lakukan hal ini sekali lagi kemudian

ulangi pada tangan satunya. Cara alternatif. jika sulit membuka tangan bayi, ibu dapat

memegang pergelangan tangannya dengan telapak tangan ke bawah. Letakkan ibu jari

di dekat pergelangan tangannya dan jari-jari yang lain di bawah telapak tangannya.

Tekan ibu jari dan jari telunjuk ibu bersamaan dan bergerak menuju jari.

5) Menarik Jari-jari

Peganglah Pergelangan Tangan Bayi dengan Telapak Tangan menghadap keatas, ibu

dapat meletak ibu jari dan telunjuk secara bebas dibagian dasar jari-jarinya. Tariklah

jarinya sampai ke ujung kuku dan remas dengan lembut. Tarik lembut jari satu kali dan

ulangi pada tangan yang lainnya.

b. Dada

Bergerak melingkar puting susu. Letakkan dua jari pertama setiap tangan ibu dibagian

tengah dadanya, yakni antara putingnya. Gerakan kedua jari kearah atas dada dan keluar puting,

memutari puting kemudian kembali lagi ke posisi semula. Lakukan beberapa kali.

c. Perut

(51)

Letakkan salah satu tangan ibu secara horosontal di perut, tepat dibawah dada dan usap

lembut ke bawah dasar perut. Ketika tangan yang satunya tidak bersentuhan dengan

tubuh bayi ibu, maka segera letakkan satu tangan lainnya diatas perut sebagaimana

sebelumnya dan usaplah kearah bawah. Ulangi gerakan ini beberapa kali, dengan posisi

satu tangan yang lainnya selalu bersentuhan dengan bayi ibu.

2) Putaran Kecil Sekitar Pusar

Letakkan dua jari pertama tangan ibu disebelah pusar. Tekan dengan lembut dan

bergeraklah melingkar. Kurangi tekanan, dan usapkan jari-jari ibu disekitar pusar

dengan ringan daan ulangi, sesuai arah jarum jam. Perlahan bergerak seperti spiral

sampai pinggul sebelah kanan.

3) Lingkaran Besar Sekitar Perut

Mulailah dipinggul kanan bagian dalam bayi, gerakkan jari-jari ibu keatas sampaai

bagian rusuk sebelah kanan kemudian ketitik yang sama dipinggul kiri bagian dalam.

Selanjutnya usapkan kebagian bawah perut dan kembali ke pinggul sebelah kanan,

ulangi beberapa kali.

d. Kaki dan Telapak Kaki 1) Usapan Bagian Atas Kaki

Peganglah pergelangan kaki bayi dengan satu tangan, letakkan tangan yang lain sejajar

dengan bagian atas pahanya, dengan jari-jari anda kebagian dalam. Putar tangan ibu ke

arah luar, dan jari-jari ke bagian betis. Dengan demikian ibu memegang pahanya dengan

ibu jari di bagian atas dan jari-jari dibawah. Bergeraklah kelangkah 2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, berdasarkan variasi kecepatan pengadukan dan berat adsorben yang paling efektif dalam penurunan kadar besi adalah pada kecepatan 70 rpm dengan

Dari hasil penelitian pengaruh waktu dan temperatur pengadukan terhadap kualitas minyak goreng bekas (jelantah) hasil adsorbsi maka dapat disimpulkan bahwa kondisi

Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya dengan judul “ Pengaruh

(1) Dalam mengelola kawasan hutan dengan tujuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dan Pasal 57, lembaga litbang kehutanan dan lembaga diklat kehutanan

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kinerja perusahaan pada sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan hasil dari analisa rasio

substansi yang tercantum dalam Undang - Undang yang mencantumkan mengenai wewenang penyidik, klasifikasi pelaku serta hal lain yang dianggap oleh penyidik telah dapat

Pemikiran tentang budaya populer menurut Ben Agger (1992:24) dalam dikelompokkan pada empat aliran, (a) budaya di bangun berdasarkan kesenangan namun tidak berdasarkan

Dari uraian di atas maka peneliti akan melakukan peneletian tentang hubungan ketebalan lemak trisep s (KLT) dengan kadar high sensitivity c-reactive protein (hs-CRP)