• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reformulasi Produk Minuman Tradisional Berbasis Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Berdasarkan Kajian Penerimaan dan Preferensi Konsumen Di Kota Bogor Terhadap Citarasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Reformulasi Produk Minuman Tradisional Berbasis Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Berdasarkan Kajian Penerimaan dan Preferensi Konsumen Di Kota Bogor Terhadap Citarasa"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

REFORMULASI PRODUK MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS JAHE (Zingiber officinale Rosc) BERDASARKAN KAJIAN PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN DI KOTA BOGOR TERHADAP CITARASA

Oleh VIVI RUSVIANI

F24102068

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

REFORMULASI PRODUK MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS JAHE (Zingiber officinale Rosc) BERDASARKAN KAJIAN PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN DI KOTA BOGOR TERHADAP CITARASA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh VIVI RUSVIANI

F24102068

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Vivi Rusviani. F24102068. Reformulasi Produk Minuman Tradisional Berbasis Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) Berdasarkan Kajian Penerimaan dan Preferensi

Konsumen Di Kota Bogor Terhadap Citarasa. Di bawah bimbingan C.Hanny

Wijaya dan Budi Nurtama (2007).

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan dan preferensi konsumen terhadap minuman tradisional berbasis jahe, mengidentifikasi karakteristik aroma, rasa dan warna minuman tradisional berbasis jahe yang diharapkan konsumen, dan mengembangkan produk minuman tradisional berbasis jahe sesuai dengan preferensi konsumen. Metodologi penelitian ini terbagi atas tiga tahap, yaitu preferensi MTJ untuk optimasi, optimasi MTJ terpilih dan pengujian MTJ formula optimum.

Metode penentuan dan pengambilan responden untuk penelitian ini

dilakukan dengan cara sengaja (purposive sampling) dengan pembagian

responden berdasarkan perbedaan etnis. Metode yang digunakan dalam optimasi formulasi MTJ adalah Mixture Design (MD). Pengolahan data MD menggunakan perangkat lunak Design Expert (DX) 7.0. Metode analisis yang digunakan adalah metode oven (kadar air dan abu), metode ekstraksi soxhlet (kadar lemak), metode mikro-kjeldahl (kadar protein), metode Luff Schoorl (kadar gula), metode Hunter (warna). Uji Fishbein dan Wilcoxon untuk pengolahan data kuesioner.

Hasil preferensi MTJ mendapatkan bajigur sebagai MTJ yang paling disukai dan sekaligus akan di optimasi formulasinya. Hasil uji skor Evaluasi (ei) pada tahap ini menunjukkan bahwa rasa pedas (jahe) dengan skor ei 1.17 adalah sebagai atribut terpenting yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih bajigur. Oleh karena itu optimasi lebih ditekankan pada rasa pedas (jahe).

Hasil Mixture Design didapatkan bahwa penggunaan komponen gula

merah, jahe dan kopi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap skor kesukaan respon warna, rasa manis dan rasa pedas (jahe), sedangkan untuk skor kesukaan respon aroma tidak memberikan pengaruh yang nyata (tidak signifikan). Respon yang signifikan diolah lebih lanjut sehingga didapatkan MTJ formula optimum dengan nilai desirability 0.668. MTJ formula optimum dalam penelitian ini adalah formula A.

Hasil analisis kimia MTJ formula optimum menunjukkan bahwa MTJ formula optimum memiliki kadar air rata-rata 63.05%, kadar abu rata-rata 0.41%, kadar protein rata-rata 1.47%, kadar lemak rata-rata 28.32% pH rata-rata 5.96 dan kadar gula rata-rata 5.81%, sedangkan hasil analisis fisik bajigur formula terpilih terhadap warna menunjukkan bahwa MTJ formula optimum berada pada kisaran warna merah (red) dengan nilai kecerahan rata-rata 46.90 dengan 0Hue rata-rata 48.52.

(4)

berdasarkan pekerjaan dan tingkat pengeluaran, konsumen bajigur terbesar adalah konsumen yang tidak bekerja (56%) dan tingkat pengeluaran rata-rata perbulan kurang dari Rp. 500.000 (29%). 71% konsumen bajigur yang tidak bekerja terdiri atas perempuan.

Hasil uji Fishbein menunjukkan bahwa MTJ formula optimum (3.44) lebih disukai dibandingkan bajigur komersil (1.25). Hal ini juga menunjukkan bahwa optimasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan responden pada tahap penelitian preferensi MTJ. Tahap preferensi MTJ menunjukkan bahwa responden menyatakan rasa pedas (jahe) sebagai atribut yang paling penting dalam pemilihan bajigur.

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

REFORMULASI PRODUK MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS JAHE (Zingiber officinale Rosc) BERDASARKAN KAJIAN PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN DI KOTA BOGOR TERHADAP CITARASA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh VIVI RUSVIANI

F24102068

Dilahirkan pada tanggal 23 April 1984

Di Bogor, Jawa Barat

Tanggal Lulus: 31 Januari 2007

Menyetujui,

Bogor, Februari 2007

Prof.Dr. C.Hanny Wijaya, M. Agr. Ir. Budi Nurtama, M.Agr.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada

tanggal 23 April 1984, anak pertama dari dua bersaudara

dari pasangan ayahanda Tony Yusman dan Ibunda

Hunaenah. Penulis memulai pendidikan pada tahun

1989-1990 di Taman Kanak-kanak (TK) Tirta Sari Bogor. Tahun

1990 sekolah di Sekolah Dasar Negeri Sindang Sari dan

lulus tahun 1996. Pada tahun 1996 melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 1999, kemudian tahun 1999 penulis

melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun

2002.

Pada tahun 2002 penulis diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi

Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selain mengikuti kegiatan perkuliahan,

penulis juga aktif di berbagai organisasi seperti HIMITEPA dan aktif diberbagai

kegiatan kepanitiaan. Berbagai kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti penulis

adalah BAUR 2004, Lepas Landas Sarjana (LLS) 2003, LCTIP XII, dan Seminar

and Training HACCP.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi dan

Penyimpanan Pangan pada tahun 2005-2006. Terakhir penulis melaksanakan

kegiatan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Karunia, Hidayah dan Rahmat-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitiannya. . Ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setingi-tingginya penulis sampaikan kepada sejumlah pihak yang telah

berkontribusi secara langsung maupun tak langsung dalam penyelesaian karya ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang senantiasa

membimbing, membantu dan mendoakan penulis dalam menyalesaikan penelitian

dan penyusunan skripsinya. Amin yaa rabbal alamin. Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua dan adikku (Sandi) tersayang atas kasih sayang, do’a,

dorongan dan kesabaran yang tanpa batas kepada penulis sejak penulis lahir

hingga sekarang.

2. Prof. Dr. Ir. C Hanny Wijaya M. Agr atas bimbingan dan

nasehat-nasehatnya yang tidak mungkin dapat penulis lupakan. ....

3. Ir. Budi Nurtama M. Agr atas bimbingan, pengarahan dan bantuannya

selama penulis menyelesaikan tugas akhir.

4. Dr. Ir. Sukarno, Msc yang telah bersedia menyediakan waktu untuk

menguji.

5. Kheri Farhatan Aziz yang dengan kesabarannya telah memberikan

dukungan, semangat dan bantuan serta menemani penulis dalam

penyelesaiaan skripsi ini.

6. Arti Amrah Tari yang telah memberi bantuan, saran dan kritik dari mulai

pembuatan proposal sampai penyelesaiaan skripsi ini. Terima kasih atas

kerjasamanya.

7. Maya Kurniawati, Yayah, Astri, Tita, terimakasih untuk semangat dan doa

yang selalu kalian berikan kepada penulis.

8. Teman-teman satu bimbingan, Herold, Eko, Andrea, Astuti dan Betrice.

9. Semua golongan C khususnya kelompok C-1 (Deddy, Putra, Hanif dan Ary

(8)

10. Temen-temen TPG 39, Woro (makasih bantuan laptop dan konsumsinya),

Evrin dan Dora (makasih bantuan konsumsinya), Ulik dan Dadik (makasih

bantuan LCDnya), Bobby, Ijal, Didin, Ajeng., Fafa, Rina, Yudhan, Kanyaka,

Yoga, Fahrul, Prasna dan teman-teman TPG 39 lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

11. Seluruh Staf, Laboran dan Teknisi TPG, Pa Wahid, Pa Rojak, Pa Koko, Pa

Sidik, Pa Yahya, Pa Sobirin, Pa Gatot, Bu Rubiah, Teh Ida, dan Mas Edi.

Dan tak lupa kepada Pa Karna ”Abah” dan Bu Sri.

12. Sahabat-sahabat baikku Ayu, Siska, Febry, Nisa, Uthie, Rifkoh dan Ury.

Terima kasih atas warna indah persahabatan kalian.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi,

(9)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN...

A. LATAR BELAKANG...

B. TUJUAN...

C. MANFAAT...

II. TINJAUAN PUSTAKA...

A. MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS JAHE (MTJ) ...

B. JAHE (Zingiber officinalle Roscoe) ... C. GULA MERAH...

D. SANTAN...

E. PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN...

F. MIXTURE DESIGN (MD)... III. METODOLOGI PENELITIAN...

A. BAHAN DAN ALAT...

B. METODE PENELITIAN...

1. Preferensi Minuman Tradisional berbasis Jahe (MTJ)...

1. Pembuatan dan Pengujian Kuesioner...

2. Penentuan Lokasi dan Responden...

3. Pengumpulan Data...

4. Analisis Data...

2. Optimasi Formulasi MTJ...

3. Pengujian MTJ Formula Optimum...

1. Uji Fisiko-Kimia...

2. Uji Organoleptik (Hedonik)...

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………

A. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS

KUESIONER...

B. PENENTUAN JENIS MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS

JAHE (MTJ)...

a. Profil Responden...

b. Analisis Preferensi Awal Minuman Tradisional berbasis Jahe

(MTJ)...

C. MODIFIKASI MTJ TERPILIH (BAJIGUR)...

D . OPTIMASI FORMULASI BAJIGUR, METODE MIXTURE

DESIGN... E. UJI FISIKO-KIMIA...

F. UJI PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN...

a. Profil Responden...

b, Analisis Multiatribut Fishbein...

c. Uji Wilcoxon... V. KESIMPULAN DAN SARAN...

A. KESIMPULAN...

B. SARAN...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN... 30

30

31

31

34

39

48

49

52

52

59

62

65

65

66

67

(11)

SKRIPSI

REFORMULASI PRODUK MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS JAHE (Zingiber officinale Rosc) BERDASARKAN KAJIAN PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN DI KOTA BOGOR TERHADAP CITARASA

Oleh VIVI RUSVIANI

F24102068

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

REFORMULASI PRODUK MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS JAHE (Zingiber officinale Rosc) BERDASARKAN KAJIAN PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN DI KOTA BOGOR TERHADAP CITARASA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh VIVI RUSVIANI

F24102068

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

Vivi Rusviani. F24102068. Reformulasi Produk Minuman Tradisional Berbasis Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) Berdasarkan Kajian Penerimaan dan Preferensi

Konsumen Di Kota Bogor Terhadap Citarasa. Di bawah bimbingan C.Hanny

Wijaya dan Budi Nurtama (2007).

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan dan preferensi konsumen terhadap minuman tradisional berbasis jahe, mengidentifikasi karakteristik aroma, rasa dan warna minuman tradisional berbasis jahe yang diharapkan konsumen, dan mengembangkan produk minuman tradisional berbasis jahe sesuai dengan preferensi konsumen. Metodologi penelitian ini terbagi atas tiga tahap, yaitu preferensi MTJ untuk optimasi, optimasi MTJ terpilih dan pengujian MTJ formula optimum.

Metode penentuan dan pengambilan responden untuk penelitian ini

dilakukan dengan cara sengaja (purposive sampling) dengan pembagian

responden berdasarkan perbedaan etnis. Metode yang digunakan dalam optimasi formulasi MTJ adalah Mixture Design (MD). Pengolahan data MD menggunakan perangkat lunak Design Expert (DX) 7.0. Metode analisis yang digunakan adalah metode oven (kadar air dan abu), metode ekstraksi soxhlet (kadar lemak), metode mikro-kjeldahl (kadar protein), metode Luff Schoorl (kadar gula), metode Hunter (warna). Uji Fishbein dan Wilcoxon untuk pengolahan data kuesioner.

Hasil preferensi MTJ mendapatkan bajigur sebagai MTJ yang paling disukai dan sekaligus akan di optimasi formulasinya. Hasil uji skor Evaluasi (ei) pada tahap ini menunjukkan bahwa rasa pedas (jahe) dengan skor ei 1.17 adalah sebagai atribut terpenting yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih bajigur. Oleh karena itu optimasi lebih ditekankan pada rasa pedas (jahe).

Hasil Mixture Design didapatkan bahwa penggunaan komponen gula

merah, jahe dan kopi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap skor kesukaan respon warna, rasa manis dan rasa pedas (jahe), sedangkan untuk skor kesukaan respon aroma tidak memberikan pengaruh yang nyata (tidak signifikan). Respon yang signifikan diolah lebih lanjut sehingga didapatkan MTJ formula optimum dengan nilai desirability 0.668. MTJ formula optimum dalam penelitian ini adalah formula A.

Hasil analisis kimia MTJ formula optimum menunjukkan bahwa MTJ formula optimum memiliki kadar air rata-rata 63.05%, kadar abu rata-rata 0.41%, kadar protein rata-rata 1.47%, kadar lemak rata-rata 28.32% pH rata-rata 5.96 dan kadar gula rata-rata 5.81%, sedangkan hasil analisis fisik bajigur formula terpilih terhadap warna menunjukkan bahwa MTJ formula optimum berada pada kisaran warna merah (red) dengan nilai kecerahan rata-rata 46.90 dengan 0Hue rata-rata 48.52.

(14)

berdasarkan pekerjaan dan tingkat pengeluaran, konsumen bajigur terbesar adalah konsumen yang tidak bekerja (56%) dan tingkat pengeluaran rata-rata perbulan kurang dari Rp. 500.000 (29%). 71% konsumen bajigur yang tidak bekerja terdiri atas perempuan.

Hasil uji Fishbein menunjukkan bahwa MTJ formula optimum (3.44) lebih disukai dibandingkan bajigur komersil (1.25). Hal ini juga menunjukkan bahwa optimasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan responden pada tahap penelitian preferensi MTJ. Tahap preferensi MTJ menunjukkan bahwa responden menyatakan rasa pedas (jahe) sebagai atribut yang paling penting dalam pemilihan bajigur.

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

REFORMULASI PRODUK MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS JAHE (Zingiber officinale Rosc) BERDASARKAN KAJIAN PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN DI KOTA BOGOR TERHADAP CITARASA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh VIVI RUSVIANI

F24102068

Dilahirkan pada tanggal 23 April 1984

Di Bogor, Jawa Barat

Tanggal Lulus: 31 Januari 2007

Menyetujui,

Bogor, Februari 2007

Prof.Dr. C.Hanny Wijaya, M. Agr. Ir. Budi Nurtama, M.Agr.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada

tanggal 23 April 1984, anak pertama dari dua bersaudara

dari pasangan ayahanda Tony Yusman dan Ibunda

Hunaenah. Penulis memulai pendidikan pada tahun

1989-1990 di Taman Kanak-kanak (TK) Tirta Sari Bogor. Tahun

1990 sekolah di Sekolah Dasar Negeri Sindang Sari dan

lulus tahun 1996. Pada tahun 1996 melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 1999, kemudian tahun 1999 penulis

melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun

2002.

Pada tahun 2002 penulis diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi

Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selain mengikuti kegiatan perkuliahan,

penulis juga aktif di berbagai organisasi seperti HIMITEPA dan aktif diberbagai

kegiatan kepanitiaan. Berbagai kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti penulis

adalah BAUR 2004, Lepas Landas Sarjana (LLS) 2003, LCTIP XII, dan Seminar

and Training HACCP.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi dan

Penyimpanan Pangan pada tahun 2005-2006. Terakhir penulis melaksanakan

kegiatan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

(17)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Karunia, Hidayah dan Rahmat-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitiannya. . Ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setingi-tingginya penulis sampaikan kepada sejumlah pihak yang telah

berkontribusi secara langsung maupun tak langsung dalam penyelesaian karya ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang senantiasa

membimbing, membantu dan mendoakan penulis dalam menyalesaikan penelitian

dan penyusunan skripsinya. Amin yaa rabbal alamin. Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua dan adikku (Sandi) tersayang atas kasih sayang, do’a,

dorongan dan kesabaran yang tanpa batas kepada penulis sejak penulis lahir

hingga sekarang.

2. Prof. Dr. Ir. C Hanny Wijaya M. Agr atas bimbingan dan

nasehat-nasehatnya yang tidak mungkin dapat penulis lupakan. ....

3. Ir. Budi Nurtama M. Agr atas bimbingan, pengarahan dan bantuannya

selama penulis menyelesaikan tugas akhir.

4. Dr. Ir. Sukarno, Msc yang telah bersedia menyediakan waktu untuk

menguji.

5. Kheri Farhatan Aziz yang dengan kesabarannya telah memberikan

dukungan, semangat dan bantuan serta menemani penulis dalam

penyelesaiaan skripsi ini.

6. Arti Amrah Tari yang telah memberi bantuan, saran dan kritik dari mulai

pembuatan proposal sampai penyelesaiaan skripsi ini. Terima kasih atas

kerjasamanya.

7. Maya Kurniawati, Yayah, Astri, Tita, terimakasih untuk semangat dan doa

yang selalu kalian berikan kepada penulis.

8. Teman-teman satu bimbingan, Herold, Eko, Andrea, Astuti dan Betrice.

9. Semua golongan C khususnya kelompok C-1 (Deddy, Putra, Hanif dan Ary

(18)

10. Temen-temen TPG 39, Woro (makasih bantuan laptop dan konsumsinya),

Evrin dan Dora (makasih bantuan konsumsinya), Ulik dan Dadik (makasih

bantuan LCDnya), Bobby, Ijal, Didin, Ajeng., Fafa, Rina, Yudhan, Kanyaka,

Yoga, Fahrul, Prasna dan teman-teman TPG 39 lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

11. Seluruh Staf, Laboran dan Teknisi TPG, Pa Wahid, Pa Rojak, Pa Koko, Pa

Sidik, Pa Yahya, Pa Sobirin, Pa Gatot, Bu Rubiah, Teh Ida, dan Mas Edi.

Dan tak lupa kepada Pa Karna ”Abah” dan Bu Sri.

12. Sahabat-sahabat baikku Ayu, Siska, Febry, Nisa, Uthie, Rifkoh dan Ury.

Terima kasih atas warna indah persahabatan kalian.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi,

(19)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN...

A. LATAR BELAKANG...

B. TUJUAN...

C. MANFAAT...

II. TINJAUAN PUSTAKA...

A. MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS JAHE (MTJ) ...

B. JAHE (Zingiber officinalle Roscoe) ... C. GULA MERAH...

D. SANTAN...

E. PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN...

F. MIXTURE DESIGN (MD)... III. METODOLOGI PENELITIAN...

A. BAHAN DAN ALAT...

B. METODE PENELITIAN...

1. Preferensi Minuman Tradisional berbasis Jahe (MTJ)...

1. Pembuatan dan Pengujian Kuesioner...

2. Penentuan Lokasi dan Responden...

3. Pengumpulan Data...

4. Analisis Data...

2. Optimasi Formulasi MTJ...

3. Pengujian MTJ Formula Optimum...

1. Uji Fisiko-Kimia...

2. Uji Organoleptik (Hedonik)...

(20)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………

A. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS

KUESIONER...

B. PENENTUAN JENIS MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS

JAHE (MTJ)...

a. Profil Responden...

b. Analisis Preferensi Awal Minuman Tradisional berbasis Jahe

(MTJ)...

C. MODIFIKASI MTJ TERPILIH (BAJIGUR)...

D . OPTIMASI FORMULASI BAJIGUR, METODE MIXTURE

DESIGN... E. UJI FISIKO-KIMIA...

F. UJI PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN...

a. Profil Responden...

b, Analisis Multiatribut Fishbein...

c. Uji Wilcoxon... V. KESIMPULAN DAN SARAN...

A. KESIMPULAN...

B. SARAN...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN... 30

30

31

31

34

39

48

49

52

52

59

62

65

65

66

67

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi kimia jahe segar per 100 gram (bb) dan jahe kering per

100 gram (bk)...

Tabel 2. Syarat mutu gula palma berdasarkan SNI 01-3743-1995...

Tabel 3. Komposisi Kimia Santan Kelapa...

Tabel 4. Hasil uji validitas kuesioner………....

Tabel 5. Skor evaluasi (ei) terhadap masing-masing atribut Bajigur pada

tahap preferensi MTJ...………

Tabel 6. Hasil pengujian beberapa janis jahe dalam bajigur...

Tabel 7. Hasil pengujian santan dalam bajigur...

Tabel 8. Komposisi bajigur dalam formula optimasi...

Tabel 9. Rancangan percobaan dan nilai rata-rata atribut sensori bajigur….

Tabel 10. Model ordo terpilih dan persamaan polinomial masing-masing

variabel respon………

Tabel 11. Analisis ragam (ANOVA) masing-masing variabel respon………

Tabel 12. Hasil ANOVA untuk respon skor warna...

Tabel 13. Hasil ANOVA untuk respon skor rasa pedas (jahe)...

Tabel 14. Hasil ANOVA untuk respon skor rasa manis...

Tabel 15. Tiga formula optimum terbaik hasil DX7………...…

Tabel 16. Hasil analisis fisiko-kimia bajigur formula terpilih...……….

Tabel 17. Skor Evaluasi (ei) terhadap masing-masing atribut Bajigur pada

tahap uji penerimaan dan preferensi konsumen...……...

Tabel 18. Skor Keyakinan (bi) terhadap masing-masing atribut Bajigur……..

Tabel 19. Skor sikap (A0) Responden terhadap produk Bajigur………

Tabel 20. Skala Skor Preferensi……….

Tabel 21. Hasil uji Wilcoxon untuk bajigur formula terpilih dan komersil pada berbagai etnis dan atribut bajigur...

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram alir metodologi penelitian...

Gambar 2. Pie Chart persentase jumlah responden pada masing-masing kelompok etnis……….

Gambar 3. Pie Chart persentase responden berdasarkan tingkat usia .… Gambar 4. Pie Chart persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan.. Gambar 5. Pie Chart Persentase responden berdasarkan tingkat

Pengeluaran ...

Gambar 6. Diagram batang jumlah responden berdasarkan frekuensi MTJ

yang diminum per masing-masing MTJ………

Gambar 7. Diagram batang Jumlah responden berdasarkan jumlah yang

diminum per masing-masing MTJ…………..………..

Gambar 8. Diagram batang Jumlah Responden yang menyukai MTJ

berdasarkan kelompok etnis………...

Gambar 9. Diagram batang Jumlah Responden yang menyukai MTJ

berdasarkan jenis kelamin….………...

Gambar 10. Pie Chart Persentase preferensi bajigur secara keseluruhan….. Gambar 11. Diagram alir pembersihan jahe...

Gambar 12. Diagram alir pembuatan MTJ...

Gambar 13. Contour plot Tingkat Desirability terhadap Penerimaan warna, rasa pedas dan rasa manis………...

Gambar 14. 3D surface tingkat desirability terhadap penerimaan warna, rasa pedas dan rasa manis………..

Gambar 15. Bajigur formula optimum...

Gambar 16 Diagram batang persentase responden bajigur berdasarkan

jenis kelamin...

Gambar 17 Pie Chart persentase responden bajigur berdasarkan tingkatan usia………

(23)

Pekerjaan...

Gambar 19 Pie chart persentase responden bajigur yang tidak bekerja berdasarkan jenis kelamin………..

Gambar 20 Pie Chart persentase responden bajigur berdasarkan pengeluaran rata-rata per bulan………...

Gambar 21. Pie Chart persentase responden bajigur berdasarkan frekuensi meminum bajigur per minggu………...

Gambar 22. Pie Chart persentase responden bajigur berdasarkan tempat membeli bajigur………

Gambar 23. Pie Chart persentase responden bajigur berdasarkan jumlah bajigur yang diminum………....

Gambar 24. Diagram batang persentase penerimaan responden terhadap

produk bajigur formula optimum………. 54

54

55

56

57

57

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner sebelum uji validasi dan reliabilitas...

Lampiran 2. Nilai r tabel untuk uji validitas dan reliabilitas...

Lampiran 3. Hasil uji validasi kuesioner...

Lampiran 4. Kuesioner hasil validasi dan reliabilitas untuk preferensi MTJ

Lampiran 5. Hasil uji reliabilitas Kuesioner...

Lampiran 6. Skor Evaluasi (ei) terhadap masing-masing atribut bajigur...

Lampiran 7. Kuesioner uji organoleptik...

Lampiran 8. Kuesioner hasil validasi dan reliabilitas untuk uji penerimaan

dan preferensi bajigur...

Lampiran 9. Hasil analisis modol ordo, persamaan polynomial dan

ANOVA DX7...

Lampiran 10. Skor sikap (A0) Responden terhadap produk Bajigur...

Lampiran 11 Skor sikap (A0) maksimum dari masing-masing atribut...

Lampiran 12. Hasil uji Wilcoxan masing-masing etnis per atribut dua sampel bajigur...

Lampiran 13. Gambar bajigur formula optimasi dan bajigur komersil... 72

75

76

77

80

82

83

84

88

97

98

99

(25)
(26)
(27)
(28)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan salah satu komoditas

tanaman obat, yang mempunyai prospek yang cukup bagus untuk

dikembangkan di pasar dalam negeri, regional maupun internasional. Nilai

dari tanaman terletak pada rimpangnya yang umum dikonsumsi sebagai

minuman penghangat, bumbu dapur dan penambah rasa dan sebagai bahan

baku obat tradisional atau yang lebih populer dengan istilah jamu.

Jahe dapat memberikan rasa hangat oleh karena itu digunakan dalam

beberapa minuman tradisional Indonesia (Koswara, 1995). Jahe sebagai

minuman penghangat sudah sejak lama dikenal di Indonesia.

Minuman-minuman hangat berbasis jahe ini tersebar diseluruh wilayah Indonesia

dengan nama yang berbeda. Beberapa nama minuman penghangat berbasis

jahe yang sudah cukup dikenal masyarakat Indonesia antara lain adalah

wedang jahe, bajigur, sekoteng, bandrek, serbat, dan bir pletok. Perbedaan

asal daerah minuman hangat tersebut membuat setiap minuman mempunyai

keunikan atau ciri khas masing-masing.

Minuman tradisional Indonesia berbasis jahe sudah dipercaya dapat

memberikan efek antioksidan yang tinggi (Yusuf, 2002). Namun, tidak semua

konsumen menyatakan kesukaannya terhadap minuman tersebut. Oleh karena

itu, perlu diteliti tingkat penerimaan minuman tradisional berbasis jahe oleh

konsumen. Sifat sensori suatu bahan pangan merupakan faktor utama yang

menentukan penerimaan bahan pangan oleh konsumen, maka penerimaan

minuman tradisional berbasis jahe oleh konsumen ditentukan melalui uji

sensori.

Pemilihan dan penerimaan suatu bahan pangan oleh seseorang

dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik (Stepherd dan Spark, 1994).

Hal ini juga berlaku untuk minuman tradisional berbasis jahe. Perbedaan

(29)

sesuai daerah asalnya dapat memberikan dampak yang berbeda terhadap rasa

dan aroma minuman berbasis jahe tersebut. Selain itu, faktor demografi juga

berpengaruh terhadap penerimaan sensori oleh konsumen, antara lain status

sosial, pengalaman, pengetahuan, jenis kelamin, usia dan keadaan psikologis

(Bergier, 1987).

Penelitian tentang minuman tradisional berbasis jahe sampai saat ini

sudah banyak dilakukan. Penelitian tersebut sebagian besar membahas

masalah teknologi pembuatan dan kandungan gizi dalam minuman (Yusuf,

2002). Akan tetapi penelitian mengenai aspek flavor dan penerimaan sensori

minuman tradisional berbasis jahe oleh konsumen belum banyak dilakukan.

Menurut Widowati (2004), minuman tradisional Indonesia memiliki potensi

dan status sebagai pangan fungsional sehingga perlu dikembangkan agar

menjadi minuman yang disukai konsumen. Oleh karena itu, penelitian ini

dilakukan untuk mengkaji penerimaan sensori dan flavor minuman tradisional

berbasis jahe oleh konsumen dengan melihat pengaruh penambahan

komponen tertentu yang sering digunakan dalam pembuatan minuman

tradisional berbasis jahe khas Indonesia.

B. TUJUAN DAN MANFAAT

a. Tujuan

- Mengetahui penerimaan dan preferensi konsumen terhadap minuman

tradisional berbasis jahe,

- mengidentifikasi karakteristik aroma, rasa dan warna minuman tradisional

berbasis jahe yang diharapkan konsumen, dan

- mengembangkan produk minuman tradisional berbasis jahe sesuai dengan

preferensi konsumen.

b. Manfaat

- Memberikan referensi bagi pengolahan minuman tradisional berbasis jahe.

- sebagai salah satu upaya pelestarian minuman tradisional Indonesia

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. MINUMAN TRADISIONAL BERBASIS JAHE

Makanan/minuman tradisional adalah makanan atau minuman, termasuk

jajanan serta bahan campuran atau ingredients yang digunakan secara

tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau

masyarakat Indonesia (Yusuf, 2002). Biasanya makanan/minuman tradisional

diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan yang

diperoleh dari sumber lokal dan memiliki cita rasa yang relatif sesuai dengan

masyarakat setempat. Disadari atau tidak, banyak makanan/minuman

tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan. Dilihat dari sifatnya, yaitu

memiliki karakteristik sensori, bergizi, dan mempunyai sifat fisiologis

berkhasiat bagi kesehatan, maka seharusnya banyak makanan/minuman

tradisonal yang dapat dikategorikan sebagai makanan/minuman fungsional

(Fardiaz, 1997).

Widowati (2004), mengatakan bahwa minuman tradisional Indonesia

memiliki potensi untuk dijadikan minuman fungsional. Berbagai jenis

minuman Nusantara yang dapat digolongkan sebagai pangan fungsional antara

lain: wedang jahe, wedang secang, wedang jeruk, beras kencur, kunyit asam,

bir temulawak, bir plethok, ronde, sekoteng, bandrek, serbat dan dadih.

Sebagai minuman fungsional, minuman tradisional Indonesia juga memiliki

khasiat yang penting bagi kesehatan, antara lain, dapat menghangatkan tubuh,

mencegah masuk angin, batuk, influenza, reumatik, meningkatkan stamina

tubuh, melancarkan pencernaan dan anti diare (Widowati, 2004).

Di Indonesia, minuman tradisional umumnya terbuat dari

rempah-rempah. Salah satu rempah yang banyak digunakan adalah jahe. Menurut

Koswara (1995), jahe dapat memberikan rasa hangat oleh karena itu

digunakan dalam beberapa minuman tradisional Indonesia.

Minuman tradisional berbasis jahe adalah minuman khas Indonesia yang

menggunakan jahe sebagai bahan utamanya. Minuman ini biasa disajikan

(31)

yaitu sebagai minuman penghangat tubuh. Produk-produk minuman

tradisional yang terdapat di Indonesia yang dibuat dari jahe antara lain wedang

jahe, bir pletok, bandrek, serbat, sarabba, adon-adon coro, sekoteng, dan

ronde. Beberapa diantaranya sudah sangat di kenal masyarakat Indonesia

umumnya, yaitu wedang jahe dan bandrek. Dua jenis minuman ini sudah

banyak dipasarkan dalam bentuk instan. Hal ini adalah sebagai bukti bahwa

wedang jahe dan bandrek sudah memasyarakat. Namun, beberapa minuman

lainnya, seperti bir pletok, serbat, bajigur, sarabba, adon-adon coro, sekoteng

dan ronde lebih dikenal didaerah asal masing-masing.

Wedang jahe adalah minuman yang lebih dikenal di wilayah Jawa

Tengah dan Jawa Timur. Kata wedang berasal dari bahasa Jawa yang artinya

air panas atau air mendidih. Kata ini untuk mewakili jenis minuman yang

dibuat dari air panas atau air yang dipanaskan dan disajikan dalam keadaan

panas (http://cyberman.cbn.net.id/). Minuman ini mampu memberikan rasa

hangat mulai dari kerongkongan sampai perut. Selain jahe, bahan lain yang

biasa digunakan untuk pembuatan wedang jahe adalah gula merah. Namun,

wedang jahe juga sering ditambahkan merica (Untari, 2005).

Proses pembuatan wedang jahe adalah jahe dihancurkan/dimemarkan

rebus bersama gula merah hingga gulanya larut. Diaduk hingga gula larut

seluruhnya baru dimasukkan pandan. Penambahan pandan ini untuk

meningkatkan selera melalui keharuman khas pandan. Setelah aroma tercium,

diangkat lalu disaring (Untari, 2005).

Bandrek adalah minuman semacam wedang jahe. Minuman ini sangat

dikenal di wilayah pulau jawa khususnya Jawa Barat. Bahan tambahan

pembuatan bandrek sama dengan wedang jahe, yaitu gula merah. Variasi

bahan dalam pembuatan bandrek dipengaruhi oleh kebiasaan daerah

masing-masing. Bandrek Parahiyangan menambahkan lada halus (merica halus) dan

cabe kering yang dimemarkan selain bahan utamanya, yaitu jahe dan gula

jawa, sedangkan bandrek Wetan sering digunakan serai untuk bahan

tambahannya guna menambah aroma dan rasa pada bandrek (Untari, 2005).

Bahan tambahan lain yang biasa digunakan pada bandrek, yaitu kayumanis

(32)

Proses pembuatan bandrek sama dengan pembuatan wedang jahe.

Namun dalam penyajiannya kadang ditambahkan kelapa dalam bentuk serutan

(Untari, 2005). Kelapa serut inilah yang menjadi khas bandrek parahiyangan.

Minuman tradisional berbasis jahe lainya adalah sarabba dan bajigur.

Sarabba merupakan minuman khas yang berasal dari Makasar (Sulawesi

Selatan), sedangkan bajigur lebih dikenal di Jawa Barat. Perbedaan dua

minuman ini dengan bandrek dan wedang jahe adalah terdapat bahan

tambahan santan dalam proses pembuatannya.

Sarabba dan bajigur terbuat dari campuran gula jawa, jahe dan santan.

Sekilas jika melihat bahan-bahannya, sarabba serupa dengan bajigur. Namun

terdapat perbedaan dalam perbandingan jumlah santan dan jahe yang

ditambahkan. Jumlah jahe yang ditambahkan pada bajigur umumnya lebih

sedikit dibandingkan sarabba. Jika perbandingan jahe dan santan pada bajigur

adalah 1 : 3, maka perbandingan jahe dan santan pada sarabba adalah

sebaliknya (3 : 1). Bajigur biasanya diberi tambahan kopi bubuk sebagai

citarasa khas bajigur lainnya selain santan (Untari, 2005). Perbedaaan

perbandingan jumlah komposisi yang ditambahkan pada kedua minuman ini

dapat berpengaruh pada rasa dan aroma dari minuman-minuman tersebut.

Rasa dan aroma jahe lebih terasa pada sarabba. Hal inilah yang menjadi

ciri khas dari sarabba. Seperti halnya bandrek, sarabba juga sering

ditambahkan beberapa bahan lain seperti lada halus, kayu manis, pandan dan

putih telur ayam kampung. Rasa minuman ini pedas dan hangat di tubuh.

Konon, Sarabba bermanfaat untuk menyegarkan dan menghangatkan badan

serta melancarkan peredaran darah (http://www.resto.co.id/).

Proses pembuatan sarabba dan bajigur adalah santan dipanaskan, lalu

dimasukkan bahan-bahan lainnya, seperti gula jawa, jahe dan pandan, lalu

disaring . Didaerah asalnya, sarabba dan bajigur biasa dikonsumsi disore hari

pada saat hujan turun. Wilayah Jepara (Jawa Tengah) juga memiliki minuman

seperti sarabba yang dikenal dengan nama adon-adon coro

(http://id.wikipedia.org/).

Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia tidak kalah saing dengan

(33)

Jakarta juga memiliki minuman tradisional khas yang berbasis jahe, yaitu bir

pletok. Walaupun mengandung kata bir, akan tetapi biasanya bir pletok tidak

mengandung alkohol. Menurut Widowati (2004), bir pletok bukan minuman

fermentasi dan tidak mengandung alkohol. Produk ini terbuat dari rimpang

dan rempah alami. Selain jahe, rempah lain yang digunakan adalah kayu

manis, sereh, cengkeh, kayu secang, bunga dan biji pala serta cabe jawa

(http://id.wikipedia.org/wiki/Bir_pletok). Bir pletok biasanya menggunakan

air, garam dan gula pasir sebagai bahan tambahan.

Proses pembuatan bir pletok adalah merebus air hingga mendidih,

kemudian dimasukkan rempah-rempah yang telah dimemarkan, lalu dimasak

sampai beraroma lalu saring. Gula pasir dan garam dimasukkan ke dalam

rebusan rempah yang telah disaring. lalu dipanaskan kembali dengan api kecil

selama 15 menit,lalu diangkat. Hidangkan panas atau dingin. Inilah yang

menjadi keistimewaan bir pletok, yaitu bisa disajikan hangat maupun dingin.

Apabila kita meminum bir pletok pertama-tama akan terasa pedas, akan tetapi

selanjutnya badan akan terasa hangat pengaruh dari ramuan yang terdapat

didalamnya.

Selain minuman-minuman yang tersebut diatas, ada juga jenis minuman

tradisional berbasis jahe lainnya, yaitu sekoteng, ronde dan serbat. Tiga

minuman ini tidak kalah terkenalnya dengan minuman-minuman yang sudah

disebutkan sebelumnya. Serbat lebih mirip dengan bandrek dan wedang jahe,

hanya saja bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir, kapulaga, adas

manis, dan asam Jawa. Sekoteng dan ronde manggunakan bahan-bahan

seperti yang digunakan pada pembuatan bandrek dan wedang jahe, hanya

dalam penyajiannya ditambahkan pengisi. Bahan pengisi yang biasanya

digunakan pada sekoteng adalah kacang tanah sangrai, kacang hijau, roti tawar

dan pacar cina, sedangkan dalam ronde menggunakan tepung ketan yang

dibentuk bulatan kecil sebagai ciri khasnya. Dalam hal ini wedang jahe dan

(34)

B. JAHE (Zingiber officinalle Roscoe) a) Botani Jahe

Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe (Zingiber officinalle Roscoe) termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, kelas

monicotyledone, ordo Zingiberales, famili Zingiber dan spesies Officinale

(Purseglove et al., 1981). Tanaman jahe terdiri dari akar, batang, daun, dan bunga. Seluruh batang jahe ditutupi oleh kelopak daun yang melingkari batang

dan bunganya berbentuk mayang kuning kehijauan. Jahe merupakan tanaman

rumput-rumputan yang hidup merumpun, berbatang semu, tegak atau condong

dengan ketinggian antara 30 sampai 100 cm (Purseglove et al., 1981).

Bagian jahe yang banyak digunakan manusia adalah rimpangnya.

Rimpang jahe merupakan batang yang tumbuh dalam tanah dan di panen

setelah berumur 9-11 bulan. Rimpang jahe bercabang-cabang, berwarna

kuning tua pada bagian luar dan kuning muda pada bagian dalam serta

berserat. Bentuk rimpang jahe pada umumya tidak beraturan dan kulitnya

mudah dikelupas.

Waktu pemanenan jahe tergantung dari tujuan penggunaanya. Jahe yang

digunakan sebagai bahan baku permen, manisan dan selai dipanen pada saat

muda agar tidak terlalu keras, umumnya berumur 3-4 bulan (Farrel, 1985).

Rimpang yang akan digunakan sebagai bumbu atau ekstraksi minyak atsiri

dan oleoresin dipanen setelah tua karena kandungan minyak atsiri dan

oleoresinnya lebih tinggi, biasanya berumur 8 – 10 bulan (Purseglove et al., 1981). Jahe mengandung zat zingeron, zingiberin, zingiberol, borneo, sineol,

felandren, kamfer, karbohidrat, damar, vitamin A, B, C, oleoresin dan asam

organik.

Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpang dikenal 3 jenis jahe,

yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil, dan jahe merah. Jahe putih besar

biasanya disebut jahe gajah atau badak. Jenis jahe ini memiliki rimpang yang

besar dan gemuk, potongan melintangnya berwarna putih-kekuningan, serat

sedikit, aroma kurang tajam dan rasa kurang pedas. Jahe gajah biasanya

dikonsumsi saat berumur muda maupun tua sebagai jahe segar atau jahe

(35)

Jahe putih kecil memiliki potongan melintang berwarna

putih-kekuningan, aroma agak tajam dan rasanya pedas. Jahe merah memiliki

ukuran terkecil, warna rimpangnya jingga muda hingga merah, aroma sangat

tajam dan rasanya sangat pedas. Jenis jahe putih kecil dan jahe merah

mempunyai kandungan serat yang lebih tinggi dibandingkan jahe gajah.

Kedua jenis jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan atau untuk diekstrak

oleoresin dan minyak atsirinya (Santosa, 1994).

b) Komposisi kimia jahe

Rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas. Rimpang jahe

mengandung minyak atsiri 0,25 - 3,3% yang terdiri dari zingiberene,

curcumene, philandren. Selain itu, rimpang jahe mengandung oleoresin 4,3 – 6,0% yang terdiri dari gingerols serta shogaols yang menimbulkan rasa pedas (Rismunandar,1988).

Rimpang jahe dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, manisan,

minuman, obat-obatan tradisional serta sebagai bahan tambahan pada kue,

puding, dan lain-lain. Selain itu, rimpang jahe dapat diambil oleoresinnya

yang dapat digunakan untuk industri parfum, sabun, kosmetika, farmasi, dan

lain-lain. Ekstrak jahe mempunyai daya antioksidan yang dapat dimanfaatkan

untuk mengawetkan minyak dan lemak. Enzim protease pada rimpang jahe

menyebabkan jahe ini dapat dimanfaatkan untuk melunakkan daging sebelum

dimasak (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Rimpang jahe banyak digunakan

untuk radang lambung, masuk angin, menambah nafsu makan,

muntah-muntah, kholera, perut sakit, rematik, bengkak-bengkak, terkilir, difteri,

memperlancar peredaran darah, gangguan syaraf dan penghangat badan.

Komposisi rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan

rasa pedas jahe. Banyak hal yang mempengaruhi komposisi kimia rimpang

jahe, diantaranya adalah jenis jahe, tanah tempat tumbuhnya, umur panen,

penanganan dan pemeliharaan tanaman, perlakuan pra panen, pemanenan, dan

penanganan pasca panen. Komposisi kimia jahe segar dan jahe kering

disajikan pada Tabel 1. Secara garis besar, rimpang jahe mengandung minyak

(36)

(9.00%), karbohidrat (>50.00%) serta beberapa vitamin dan mineral

[image:36.612.153.487.152.546.2]

(Rismunandar, 1988).

Tabel 1. Komposisi kimia jahe segar per 100 gram (bb) dan jahe kering per

100 gram (bk)

Komponen Jumlah

Jahe segar Jahe kering

Energi (KJ) 184.0 1424.0

Protein (gram) 1.5 9.1

Karbohidrat (gram) 1.0 6.0

Lemak (gram) 10.1 70.8

Kalsium (mg) 21 116

Phospor (mg) 39 148

Besi (mg) 4.3 12

Vitamin A (SI) 30 147

Thiamin (mg) 0.02 -

Niasin (mg) 0.8 5

Vitamin C (mg) 4 -

Serat kasar (gram) 7.53 5.9

Total abu (gram) 3.70 4.8

Magnesium (gram) - 184

Natrium (mg) 6.0 32

Kalium (mg) 57.0 1342

Seng - 5

Sumber : Koswara (1995).

Menurut Grosch (1999) seperti yang dikutip oleh Slamet (2005), jahe

memiliki kandungan senyawa aktif yang mampu berfungsi sebagai pemberi

rasa pedas dan antioksidan. Kandungan senyawa aktif yang terkandung di

dalam jahe sebagian besar adalah gingerol yang selama penyimpanan dapat

terhidrasi menjadi shogaol yang memiliki rasa pedas rendah daripada gingerol.

(37)

zingerone dan hexanal. Pada konsentrasi tertentu, hexanal dapat mengurangi

aroma jahe.

c) Manfaat Jahe

Komponen yang terkandung di dalam rimpang jahe sangat banyak

kegunaannya, terutama sebagai bumbu masak, pemberi aroma, dan rasa

makanan dan minuman serta digunakan dalam industri farmasi, industri

parfum, industri kosmetika, dan lain sebagainya (Paimin dan Murhananto,

1991). Di Indonesia dikenal tiga produk utama jahe, yaitu : jahe segar, awetan

jahe dengan gula, dan jahe kering. Jahe segar dikonsumsi sebagai rempah

untuk bumbu, bahan pembuatan jamu, sedangkan rimpang jahe muda dimakan

sebagai lalap, acar, dan asinan jahe. Jahe alam bentuk tepung atau

oleoresinnya dapat digunakan sebagai pemberi aroma (flavoringagent) dalam industri makanan seperti dalam pembuatan permen, biskuit, kue dan lain-lain

(Koswara, 1995). Rasa hangat yang dimiliki jahe sering dimanfaatkan dalam

pembuatan minuman.

Manfaat jahe dalam bidang pengobatan tradisional antara lain dipercaya

sebagai obat pencahar (laxative), penguat lambung, penghangat badan, obat masuk angin, mengobati batuk, bronkhitis, asma, dan penyakit jantung

(Darwis et al., 1991), mengatasi influenza, obat cacing, diare, rematik, kembung, luka, dan penambah nafsu makan serta memperbaiki pencernaan

(Paimin dan Murhananto, 1991).

C. GULA MERAH (GULA PALMA)

Menurut SNI (1995) gula palma adalah gula yang dihasilkan dari

pengolahan nira palma, yaitu aren ( Arenga piñata, merr), kelapa (Cocos nucifera, linn), siwalan (Borassus flabellifer) atau jenis palma lainnya dan berbentuk cetak atau serbuk. Syarat mutu gula merah palma berdasarkan SNI

(1995) dapat dilihat pada Tabel 2.

Menurut Dachlan (1986), pada dasarnya proses pembuatan gula merah

adalah proses penguapan nira dengan cara pemanasan. Nira segera dibersihkan

(38)

kemudian dituangkan kedalam wadah dan segera dipanaskan. Nira tersebut

akan mendidih dan akan menimbulkan buih yang meluap-luap yang berwarna

kuning sampai coklat dan semakin lama akan meluap naik.

Nira merupakan larutan gula, tetapi didalamnya terdapat zat yang tidak

larut air dalam bentuk emulsi seperti protein dan lilin. Pada saat dididihkan

butir-butir air akan menempel pada butir-butir emulsi dan mengangkatnya

kepermukaan sebagai buih. Bila buih tidak dibuang, pada saat nira menjadi

kental buih akan teraduk kebagian dalam dan karena warnanya lebih muda

[image:38.612.154.505.290.718.2]

maka gula yang dihasilkan akan berbintik-bintik putih (Tjiptahadi, 1984).

Tabel 2. Syarat mutu gula palma berdasarkan SNI 01-3743-1995

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Cetak Butiran/granula

1 Keadaan

1.1 Bentuk Normal Normal

1.2 Rasa dan Aroma Normal, khas Normal, khas

1.3 Warna Kuning

kecoklatan

sampai coklat

Kuning

kecoklatan

sampai coklat

2 Bagian yang tidak

larut dalam air % b/b Maks. 1.0 Maks. 0.2

3 Air % b/b Maks. 10.0 Maks. 3.0

4 Abu % b/b Maks. 2.0 Maks. 2.0

5 Gula pereduksi % b/b Maks.10.0 Maks. 6.0

6 Jumlah gula

sebagai sakarosa % b/b Maks. 77 Maks. 90.0

7 Cemaran logam

7.1 Seng mg/kg Maks. 40.0 Maks. 40.0

7.2 Timbal mg/kg Maks. 2.0 Maks. 2.0

7.3 Tembaga mg/kg Maks. 10.0 Maks. 10.0

7.4 Raksa mg/kg 0.03 0.03

(39)

8 Arsen mg/kg 1.0 1.0

Menurut Sardjono et al. (1983), pada waktu pemasakan akan berbentuk buih berwarna putih kekuningan sampai kuning. Hal ini dapat dicegah dengan

menambahkan 5 gram minyak untuk 5 liter nira atau satu sendok makan untuk

25 liter nira.

Nira yang telah kental kemudian diukur kematangannya. Pengukuran

kematangan nira pekat dilakukan dengan mengambil sedikit pekatan nira yang

sedang dimasak kemudian meneteskannya kedalam air dingin. Apabila

terbentuk benang-benang gula yang jika dipegang terasa keras, mudah patah

dan tidak lengket berarti pemasakan sudah cukup dan wadah pemasakan harus

segera diangkat dari tungku (Sardjono et al., 1983).

Menurut Sardjono et al. (1983), pekatan nira diaduk sebentar, diambil sedikit dan dioleskan dipinggir wajan kemudian digosok-gosok dengan

pengaduk dan dicampur lagi sambil diaduk. Hal ini dilakukan berulang-ulang

sampai pekatan terlihat mulai dingin. Pekatan tersebut dituangkan kedalam

cetakan yang telah dibasahi untuk mempermudah pelepasan gula apabila telah

kering.

D. SANTAN

Santan adalah cairan yang berwarna putih yang diperoleh dengan

mengempa buah kelapa segar, dengan atau tanpa penambahan air. Komposisi

santan ini berbeda tergantung dari varietas kelapa, umur buah dan keadaan

lingkungan (Grimwood, 1975 didalam Djatmiko, 1983). Komposisi kimia

santan kelapa dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Kimia Santan Kelapa

Komposisi

kimia Kandungan (%)

Air 50.00* 54.1* 52.00**

(40)

Protein 2.78* 4.4* 3.50**

Pati 0.09* - -

Gula 2.99* - -

Total Padatan 10.38* - 9.00**

Abu 1.22* 1.0* 1.00**

Karbohidrat - 8.3* -

Sumber : * Nathanael dan Proper dkk didalam Woodroof (1979), ** Hagenmaier (1977).

Menurut Kirk dan Othmer (1960), ukuran partikel santan lebih besar dari

tiga mikron sehingga santan berwarna putih seperti susu, sedangkan menurut

Hagenmaier (1977), diameter globula lemak santan berkisar antara 0,01-0,02

milimeter.

Menurut Cheosakul (1967) didalam Herman dan Somaatmadja (1975), penambahan sejumlah air pada santan sangat mempengaruhi komposisi santan

dan menyebabkan emulsi santan lebih stabil.

Woodroof (1979), melaporkan bahwa emulsi santan distabilkan oleh

protein dan mungkin juga oleh beberapa ion yang terserap pada batas

permukaan antara minyak dan air. Menurut Hagenmaier (1977), beberapa

jenis protein yang tidak larut dalam air juga terdapat di dalam santan.

Kelapa yang digunakan untuk ekstraksi santan harus matang sempurna

dan yang paling baik adalah kelapa yang jatuh dari pohon secara alamiah dan

kecil ukurannya. Jenis kelapa ini memiliki pulp yang mencapai maksimum

dan kandungan airnya yang sedikit.

Ekstraksi santan dilakukan dengan dua tahap, yaitu 1) persiapan buah

meliputi seleksi buah, pemisahan sabut, seasoning, pemisahan tempurung dan 2) pencucian serta tahap ekstraksi (Djatmiko dan Ketaren, 1981).

Efektifitas ekstraksi santan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu alat

pemarut yang digunakan, bahan baku, perbandingan antara air dan daging

buah kelapa serta suhu ekstraksi (Dendi dan Timmins, 1973).

Di dalam sentrifugasi, santan terpisah menjadi tiga bagian, yaitu krim,

(41)

krim, masing 91,89% dan 70,56 %, sedangkan pada skim

masing-masing 2,26% dan 15,28% (Somatmaja, 1974).

E. PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN

Food preference didefinisikan sebagai derajat kesukaan terhadap makanan dimana preferensi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan.

Makanan merupakan perangsang dari segi sensori, sedangkan karakteristik

fisiko-kimia yang ditentukan oleh ingredient, proses dan penyimpanan akan berinteraksi dengan indra manusia sehingga membentuk preferensi (Cardello,

1994). Preferensi yang dilakukan masyarakat terhadap suatu produk lebih

dikenal dengan sebutan preferensi konsumen. Preferensi konsumen adalah

derajat kesukaan atau tidak suka seseorang terhadap suatu produk (Sanjur,

1982). Menurut Suhardjo (1989) didalam Ikasanti (2001), preferensi

konsumen dapat berpengaruh terhadap konsumsi pangan.

Penerimaan atau preferensi konsumen dapat dipengaruhi oleh sifat-sifat

sensori pada makanan seperti rasa, aroma, tekstur dan penampakan. Sifat-sifat

sensori pada makanan dan minuman akan diproses dalam otak dengan

dilatarbelakangi oleh faktor kultur/etnis, psiko-sosial, learning dan memory, ketahanan tubuh dan lain-lain (Cardello, 1994). Perbedaan psikologi diantara

individu seperti personality juga berpengaruh terhadap preferensi makanan, contohnya adalah mood dan sleepness (Shepherd dan Spark, 1994).

Menurut Stepherd dan Spark (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi

food preference dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Faktor intrinsik, yaitu penampakan, aroma, temperatur, tekstur,

kualitas, kuantitas dan cara penyajian makanan

2. Faktor ekstrinsik, yaitu lingkungan sosial, iklan produk dan waktu

penyajian

3. Faktor biologis, fisik, dan psikologis, yaitu umur, jenis kelamin,

keadaan psikis, aspek psikologi dan biologis

4. Faktor personal, yaitu tingkat pendugaan, pengaruh dari orang lain,

(42)

5. Faktor sosial ekonomi, yaitu pendapatan keluarga, harga makanan,

status sosial dan keamanan

6. Faktor pendidikan, yaitu status pengetahuan individu dan keluarga

serta pengetahuan tentang gizi

7. Faktor kultur, agama, dan daerah, yaitu asal kultur, latar belakang

agama, kepercayaan, tradisi, serta letak daerah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa tekstur

dan flavor lebih banyak menjadi sebab disukai atau tidak disukainya makanan.

Pemilihan flavor perlu diperhatikan karena rasa dan aroma makan mempunyai

pengaruh terhadap penerimaan dan konsumsi (Cardello, 1994). Perbedaan

temperatur dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan penerimaan

konsumen, tergantung dari jenis makanan yang disajikan. Penampakan visual

seperti warna, bentuk, logo, simbol, dan nama pada pengemasan makanan

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penerimaannya. Adanya

kepercayaan terhadap kualitas gizi dan pengaruh kesehatan menjadi lebih

penting daripada kenyataan bahwa konsekwensi kualitas gizi dan kesehatan

yang ditentukan oleh pilihan individu (Stepherd dan Spark, 1994).

Preferensi dipengaruhi oleh waktu dan kondisi makanan yang disediakan

seperti kondisi lapar, perasaan dan saat terakhir mengkonsumsi. Suatu

makanan tidak akan kita sukai bila kita belum pernah mencobanya, tidak

disukai setelah dicoba, membosankan dan terlalu biasa dikonsumsi akan

menyebabkan alergi atau reaksi fisiologis yang berhubungan dengan efek

penyakit setelah mengkonsumsinya (Lyman, 1989).

Kesukaan pada sifat-sifat sensori makanan dipelajari melalui

pengalaman, yaitu seperti pemilihan rasa manis dan rasa pahit. Pengetahuan

mempengaruhi sikap dan selanjutnya berpengaruh pada tingkah

laku/preferensi makanan (Stepherd dan Spark, 1994). Menurut Bergier (1987),

latar belakang kultur dalam penerimaan makanan tidak dapat dirubah. Adat

istiadat dan norma-norma baru tidak dapat menggantikan yang lama, kecuali

untuk orang yang berada pada tingkat atas dan sangat kaya. Penerimaan

(43)

masing-masing daerah. Biasanya makanan tradisional akan dipertahankan dan

tidak pernah diganti oleh adanya perkembangan makanan baru.

Menurut Jaeger et al (1998) didalam Ikasanti (2001), hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa persepsi komensori sebagian besar serupa

dengan perbedaan kultur, hal ini juga telah dikonfirmasikan dalam berbagai

produk makanan, contohnya kopi, jus jeruk, corn flakes dan es krim.

Maskowitz et al (1975), menyatakan bahwa perbedaan cross-culture pada kesukaan konsumen berhubungan erat denga variasi produk yang diujikan

diantara populasi kultur yang berbeda.

Olfactory preference, didefinisikan dengan baik sesuai dengan pertambahan usia. Preferensi dipengaruhi oleh umur, dimana preferensi

anak-anak akan sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak-anak lebih menyukai

makanan yang kemanisannya tinggi daripada usia yang lain (Zandstra dan

Graff, 1998).

Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap sensitifitas rasa. Ini telah

dipelajari oleh Okoro et al (1998), dimana ia menyatakan bahwa penerimaan rasa asin dipengaruhi oleh sex, sedangkan persepsi terhadap rasa pahit (urea)

tidak dipengaruhi oleh genetik. Anak perempuaan memiliki ambang rasa asin

yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Selain itu, wanita

kurang menyukai makanan berlemak dibandingkan pria (Bower dan Saadat,

1998).

Pengetahuan seseorang tentang kesehatan berpengaruh penting dalam

konsumsi suatu produk makanan (Bower dan Saadat, 1998). Latar belakang

pendidikan berpengaruh terhadap pertimbangan konsumen dalam membeli

suatu produk. Melalui pendidikan yang cukup tinggi, konsumen lebih

mempertimbangkan secara matang sesuai dengan pengetahuan tentang produk

yang dimiliki sebelum menurunkan untuk membeli suatu produk.

F. MIXTURE DESIGN (MD)

Optimasi pada salah satu atau seluruh aspek produk adalah tujuan dalam

pengembangan produk. Hasil evaluasi sensori seringkali digunakan untuk

(44)

Metode Mixture Design (MD) seringkali diterapkan dalam mengoptimasi formula suatu produk. MD merupakan kumpulan dari teknik matematika dan

statistika yang berguna untuk permodelan dan analisa masalah sebuah respon

yang dipengaruhi oleh beberapa variabel dan tujuannya adalah

mengoptimalkan respon tersebut (Montgomery, 2002). Respon yang

digunakan dalam MD adalah fungsi dari proporsi perbedaan komponen atau

bahan dalam suatu formula (Cornell,1990).

Menurut Cornell (1990), MD terdiri dari enam tahap yaitu menentukan

tujuan percobaan, memilih komponen-komponen dari campuran,

mengidentifikasi batasan-batasan pada komponen campuran, mengidentifikasi

variabel respon yang akan dihitung, membuat model yang sesuai untuk

mengolah data dari respon, dan memilih disain percobaan yang sesuai. MD

digunakan untuk menentukan dan secara simultan menyelesaikan persamaan

multivariasi. Persamaan tersebut dapat ditampilkan secara grafik sebagai

respon yang dapat digunakan dalam menggambarkan bagaimana variabel uji

mempengaruhi respon, menentukan hubungan antar variabel uji, dan

menentukan bagaimana kombinasi seluruh variabel uji mempengaruhi respon.

Menurut Cornell (1990), metode MD tidak hanya terdiri dari dua orde.

Namun yang sering digunakan adalah orde pertama dan kedua. Orde pertama

dari MD dengan dua variabel uji digambarkan pada persamaan (1), sedangkan

orde kedua digambarkan pada persamaan (2).

Y = b0 + b1X1 + b2X2 (1)

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b11X12 + b22X22 + b12X1X2 (2)

Orde pertama seringkali memberikan deskripsi bentuk geometri

permukaan respon yang kurang memadai, oleh karena itu penggunaan orde

(45)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah jahe, santan,

gula merah (palm), sedangkan bahan tambahan lainnya adalah kopi, garam,

dan pandan. Bahan-bahan untuk pembuatan MTJ ini diperoleh dari Pasar

Anyar Bogor, kecuali jahe. Jahe yang digunakan dalam penelitian ini berasal

dari BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Tropis) Bogor. Bahan untuk

analisa produk, yaitu petroleum eter, H2SO4, alkohol 70%, katalisator CuSO4,

NaOH, fenolftalein, larutan KCl, NaCl, MgNO3, BaCl2, asam borat (H3BO3),

HCl 0,1 N, aquades, kertas saring, kapas bebas lemak, larutan Luff dan

bahan-bahan analisis lainnya. Selain bahan-bahan-bahan-bahan tersebut terdapat bajigur komersil

yang digunakan sebagai pembanding dalam tahap uji penerimaan dan

preferensi konsumen. Bajigur komersil ini diperoleh dari penjual bajigur

keliling.

Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan minuman tradisional

berbasis jahe adalah pisau, panci, sendok pengaduk kayu, ayakan dan kompor

gas. Sedangkan alat yang digunakan untuk analisa adalah alat ekstraksi soxhlet

lengkap dengan kondensor dan labu lemak, alat pemanas listrik, oven,

timbangan analitik, cawan porselen, desikator, penjepit cawan, tanur,

erlenmeyer 125 ml, erlenmeyer 250 ml, labu Kjeldahl, buret 25 ml, corong,

pipet, gelas ukur, alat destilasi, kertas saring, buret, Minolta chromameter

CR-310, dan pH-meter Hanna Hi8014.

B. METODE PENELITIAN

Metodologi yang dilakukan pada penelitian ini diawali dengan preferensi

Minuman Tradisional berbasis Jahe (MTJ), melalui pengumpulan data primer

dalam bentuk kuesioner yang bertujuan untuk mendapatkan jenis MTJ yang

(46)

paling disukai dengan menggunakan metode mixture design. Formula MTJ terpilih yang optimum hasil dari metode mixture design tersebut diuji secara fisiko-kimia, organoleptik, dan dilakukan uji penerimaan dan preferensi

konsumen.

1. Preferensi Minuman Tradisional berbasis Jahe (MTJ)

1.1. Pembuatan dan pengujian kuesioner

Penentuan jenis MTJ ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner.

Kuesioner berisi informasi umum responden dan informasi tentang

produk. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner adalah jenis

pertanyaan terbuka dan tertutup. Agar kuesioner bersifat sahih, maka

dilakukan beberapa pengujian sebelum kuesioner tersebut digunakan.

Pengujian yang dilakukan terhadap kuesioner adalah validitas dan

[image:46.612.166.493.368.653.2]

reliabilitas. Pengujian kuesioner dilakukan terhadap 30 responden.

Gambar 1. Diagram alir metodologi penelitian

- Uji fisiko-kimia (kadar gula,

warna, pH dan proksimat)

- Uji Organoleptik (kesukaan) Optimasi formulasi MTJ

(Mixture Design/MD)

Preferensi MTJ dengan

penyebaran kuesioner

-uji validitas

MTJ

yang paling di sukai

Formula MTJ

(47)

Menurut Singarimbun dan Efendi (1989), validitas menunjukkan

sejauh mana kuesioner mengukur apa yang ingin diukur. Validitas

kuesioner dihitung dengan menggunakan korelasi antara masing – masing

pertanyaan dengan skor total. Indeks korelasi yang diperoleh (r)

dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi nilai ”r”, nilai korelasi

dihitung dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut : r = N (Σ XY) – (ΣX ΣY)

√(N Σ X2 – (Σ X)2) (NΣY2 -– (Σ Y)2)

Dimana : X = skor pada soal yang ingin diukur

Y = skor dari masing – masing soal

N = jumlah pengamatan

r = indeks validitas

Pertanyaan yang diukur dengan rumus product moment adalah

pertanyaan pada kuesioner nomor 4, 7, 8, 10.1, 10.2, 10.3, 10.4, 10.5, 10.6,

dan 10.7. Pertanyaan selain nomor tersebut dilakukan uji validitas secara

subyektif, yaitu dengan cara menanyakan langsung kepada responden dan

apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti atau bersifat bias maka

akan diperbaiki berdasarkan masukkan dari responden.

Reliabilitas kuesioner menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran

relatif konsisten. Reliabilitas hanya satu kali diuji. Kuesioner pertama

yang belum diuji validasi dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1.

1.2. Penentuan Lokasi dan Responden

Penelitian mengenai penerimaan dan preferensi konsumen produk

minuman tradisional berbasis jahe (MTJ) dilaksanakan di kota Bogor

dengan pertimbangan bahwa kota Bogor merupakan kota dengan populasi

penduduk yang besar dan beragam baik dari segi ekonomi, sosial dan

budaya. Selain itu, pertimbangan lain pemilihan kota Bogor adalah untuk

kemudahan teknis dilapangan

Responden dari penelitian ini adalah langsung dari konsumen

dilapangan yang berada di kota Bogor. Penentuan pengambilan responden

(48)

purposive (Simamora, 2004). Responden yang digunakan dalam penentuan jenis MTJ adalah responden tidak terlatih (untrained panelis) yang pernah mengkonsumsi MTJ minimal satu kali pada dua bulan

terakhir.

Pemilihan responden didasarkan pada perbedaan etnis dengan jumlah

responden untuk masing-masing etnis diusahakan sama. Adapun

pembagian etnis yang dimaksud adalah etnis Betawi, Jawa, Sunda,

Sumatra dan Kalimantan/Sulawesi.

1.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei (Simamora,

2004). Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dari hasil

kuesioner dengan menggunakan metode wawancara tertulis.

1.4. Analisis data

Data yang diperoleh dihitung skor masing-masing jenis MTJ yang

paling disukai oleh responden. MTJ yang paling banyak dipilih oleh

responden dengan frekuensi konsumsi tertinggi akan digunakan sebagai

acuan dalam formulasi produk.

Pengolahan data juga dilakukan dengan metode Fishbein. Dalam

metode Fishbein nilai-nilai bi dan ei berkisar dari -2 sampai +2. Skor dari

sikap konsumen terhadap berbagai atribut produk MTJ ini dihitung

berdasarkan atribut-atribut yang digunakan. Adapun secara simbolis,

rumus tersebut dapat diekspresikan sebagai :

n

A0 = Σ bi ei

i=1

Dimana A0 = sikap terhadap berbagai atribut produk MTJ

bi = kekuatan kepercayaan bahwa obyek memiliki atribut i

ei = evaluasi mengenai atribut i

n = jumlah atribut yang menonjol

(49)

Tahap ini bertujuan untuk memformulasikan produk minuman

tradisional berbasis jahe sesuai dengan hasil kuesioner pada tahap pertama

(preferensi MTJ). Produk MTJ yang akan di buat formulasinya adalah

produk hasil uji kuesioner pada tahap pertama dengan memfokuskan pada

rasa, aroma dan warna yang memiliki skor kesukaan tertinggi.

Optimasi formulasi MTJ dilakukan dengan menggunakan metode

Mixture Design (MD). Pengolahan data MD menggunakan program

Design Expert (DX) 7.0. Data yang diperlukan dalam pengolahan dengan DX 7.0 adalah variabel uji yang digunakan beserta kisaran taraf

masing-masing variabel. Design Expert akan menghasilkan suatu disain percobaan yang nantinya dilakukan untuk mendapatkan respon. Respon yang

digunakan dalam optimasi formulasi MTJ ini adalah respon hasil uji

kesukaan.

Proses selanjutnya adalah pengolahan data untuk mendapatkan

formula optimum yang dapat diketahui melalui suatu persamaan

multivariasi. Persamaan multivariasi tersebut dipetakan dalam suatu

contour plot baik berupa gambar dua dimensi (2-D) maupun tiga dimensi (3-D).

3. Pengujian MTJ Formula Optimum

3.1 Uji Fisiko-Kimia

a. Analisa kadar air metode oven (AOAC, 1995)

Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan oven.

Cawan aluminium dikeringkan dalam oven selama 30 menit dengan

suhu 100 sampai 105oC. Cawan kemudian didinginkan dalam

desikator selama 30 menit dan setelah dingin segera ditimbang.

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang

kemudian cawan yang berisi sampel dikeringkan dalam oven pada

suhu 100 sampai 105oC selama sekitar 6 jam sampai tercapai bobot

(50)

menit dan segera ditimbang. Perhitungan kadar air dilakukan dengan

menggunakan rumus :

b. Analisa kadar abu, metode oven (AOAC, 1995)

Cawan porselin dikeringkan dalam tanur bersuhu 400-600oC,

kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3-5 g

sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan porselin.

Selanjutnya sampel dipijarkan di atas nyala pembakar bunsen sampai

tidak berasap lagi, selanjutnya dilakukan pengabuan di dalam tanur

listrik pada suhu 400-600oC selama 4-6 jam atau sampai terbentuk abu

berwarna putih. Kemudian sampel didinginkan dalam desikator dan

selanjutnya ditimbang. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan

menggunakan rumus :

c. Analisa kadar lemak, metode ekstraksi soxhlet (AOAC, 1995)

Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven

bersuhu 100-110oC, didinginkan, dalam desikator dan ditimbang.

Sampel ditimbang sebanyak 5 g dibungkus dengan kertas saring dan

dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (soxhlet), yang telah berisi pelarut heksana.

Reflux dilakukan selama 6 jam dan pelarut heksana yang ada di dalam labu lemak didistilasi. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak

hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1000C hingga

bobotnya konstan, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang.

Perhitungan kadar lemak dilakukan dengan menggunakan rumus : (bobot awal – bobot akhir)

bobot sampel

Kadar air (%) = x 100 %

bobot lemak (g)

bobot sampel (g)

Kadar lemak (%) = x 100 %

bobot abu (g)

bobot sampel (g)

(51)

d. Analisa kadar protein, metode Mikro-Kjeldahl (AOAC, 1995)

Analisis protein dilakukan dengan menggunakan metode Mikro

Kjeldahl. Contoh sebanyak 1 g didestruksi dengan 5 ml asam sulfat

pekat dengan katalisator CuSO4 dan Na2SO4 sampai warnanya menjadi

hijau jernih. Cairan dibiarkan sampai dingin lalu ditambahkan air

suling secara perlahan-lahan. Setelah dingin isi labu dipindahkan ke

alat destilasi dengan penambahan NaOH pekat dan tiga tetes indikator

fenolftalein. Sebagai penampung digunakan 25 ml asam borat jenuh

dan 2 sampai 3 tetes indikator campuran metil biru dan metil merah.

Hasil destilasi dititrasi dengan larutan HCl 0.1 N. Prosedur blanko

ditentukan seperti di atas tanpa menggunakan bahan yang dianalisis.

Perubahan warna dari biru ke hijau menandakan titik akhir tiitrasi.

Perhitungan kadar protein dilakukan dengan menggunakan rumus :

Dimana N = Normalitas HCl

e. Analisa kadar gula, M

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia jahe segar per 100 gram (bb) dan jahe kering per
Tabel 2. Syarat mutu gula palma berdasarkan SNI 01-3743-1995
Gambar 1.  Diagram alir metodologi penelitian
Tabel 4. Hasil uji validitas kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan susu sapi murni menjadi keju tradisional dengan penambahan ekstrak jahe untuk menganekaragamkan produk dan selera, di samping itu bertujuan untuk

Perlakuan E2 sangat disukai oleh panelis karena memiliki rasa yang enak dan tidak didominan oleh rasa susu ataupun rasa jahe, pada perlakuan E3 dengan

sikap merek dan dimensi persepsi kualitas mempengaruhi preferensi konsumen. pada produk minuman berkarbonasi rasa

Penambahan jahe merah berpengaruh pada aktivitas antioksidan dan uji penerimaan dari segi rasa, aroma dan warna, namun tidak berpengaruh pada total bakteri

Penelitian ini adalah uji kadar protein dan organoleptik pada keju tradisional dari susu sapi dengan penambahan ekstrak jahe (Zingiber officinale, Rosc). Penelitian ini

Pada analisa sensoris dapat dilihat bahwa semakin banyak bubuk jahe (gajah, emprit, dan merah) yang ditambahkan, maka penerimaan konsumen terhadap sponge cake semakin menurun..

Berdasarkan hasil pengujian hedonik terhadap atribut aroma off-flavour minuman fungsional daun sirsak dengan berbagai konsentrasi penambahan jahe, diperoleh hasil

Tingkat preferensi konsumen yang suka terhadap attribut mutu produk olahan terubuk memberikan perbedaan nyata dari segi attribute mutu warna, rasa, penampilan, tekstur dan