• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah Publikasi 2012 Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Keju Tradisional Dari Susu Sapi Dengan Penambahan Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale, Rosc).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Naskah Publikasi 2012 Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Keju Tradisional Dari Susu Sapi Dengan Penambahan Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale, Rosc)."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi FKIP Biologi

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA KEJU TRADISIONAL DARI SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK

JAHE (Zingiber officinale, Rosc)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S – 1

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh :

DWI ASTUTI A. 420 080 057

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

iii

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA KEJU TRADISIONAL DARI SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK

JAHE (Zingiber officinale, Rosc)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : DWI ASTUTI

A 420 080 057

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada Tanggal: 02 Agustus2012

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

1. Dra. Hj. Aminah Asngad, M. Si ( )

2. Kun Harismah, Ph. D ( )

3. Dra. Tuti Rahayu, M. Pd ( )

Surakarta, 02 Agustus 2012 Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dekan,

(3)

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA KEJU TRADISIONAL DARI SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale, Rosc)

Dwi Astuti, A420080057, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012,

ABSTRAK

Keju tradisional merupakan makanan hasil fermentasi dari susu sapi yang proses fermentasinya dilakukan oleh bakteri asam laktat. Diketahui pada tabung bambu terdapat bakteri asam laktat. Penelitian ini adalah uji kadar protein dan organoleptik pada keju tradisional dari susu sapi dengan penambahan ekstrak jahe (Zingiber officinale, Rosc). Penelitian ini meliputi empat variasi perlakuan setiap perlakuan meliputi tiga kali ulangan. Keju tradisional yang dihasilkan pada penelitian ini dianalisis nilai kadar protein dan uji organoleptik dengan statistik non-parametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keju tradisional disukai oleh panelis adalah keju tradisional dengan penambahan ekstrak jahe 15ml. Kualitas keju tradisional yang terbaik pada E3 dengan penambahan ekstrak jahe 20ml memiliki kadar protein 18,25% dengan tekstur yang keras.

Kata kunci: Keju, fermentasi, bakteri asam laktat, Zingiber officinale, Rosc. Pendahuluan

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena di dalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di dalam tubuh, perkembangbiakan dan menghasilkan energi untuk kepentingan berbagai kegiatan dalam kehidupannya.

Susu secara alami merupakan bahan makanan manusia baik dalam bentuk aslinya namun dapat pula dalam bentuk olahan. Susu sapi yang dijadikan bahan makanan dapat berasal dari berbagai hewan. Susu sapi memiliki komposisi sebagai berikut: lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72%, dan air 87,1% ditambah bahan-bahan lain dalam jumlah sedikit seperti asam sitrat, enzim-enzim, fosfolipid, vitamin A, B dan C (Muchtadi, 2009).

Manfaat susu sapi bagi kehidupan manusia (1) Dapat menetralisir racun dari bahan makanan lain yang diserap oleh tubuh. (2) Kandungan yodium dan seng

dapat meningkatkan secara drastis efesiensi kerja otak besar, kandungan Seng pada susu sapi dapat menyembuhkan luka dengan cepat. (3) Zat besi, tembaga dan vitamin A dalam susu mempunyai fungsi terhadap kecantikan. (4) Kalsium susu dapat menambah kekuatan tulang, mencegah penyusutan tulang, osteoporosis dan patah tulang. (5) Kandungan magnesium dalam susu dapat membuat jantung dan sistem syaraf tahan terhadap kelelahan. (6) Kandungan vitamin B2 di dalam susu sapi dapat meningkatkan ketajaman penglihatan. Kandungan nilai gizi yang tinggi menyebabkan susu merupakan media yang disukai oleh mikroba untuk pertumbuhan dan perkembangan, sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani dengan benar (Saleh, 2004).

(4)

Program Studi FKIP Biologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta penelitian terdahulu susu sapi dapat diolah menjadi keju tradisional dengan penambahan ekstrak jahe. Keju adalah makanan yang dibuat dari dadih susu yang dipisahkan, yang diperoleh dengan cara pengumpalan bagian casein dari susu. keju merupakan hasil fermentasi dari susu yang sangat bagus untuk kesehatan dan memiliki hampir semua kandungan nutrisi pada susu, seperti protein, vitamin, mineral dan kalsium. Keju adalah sumber asam amino yang baik terutama lisinnya (Azizah, 2010).

Di dalam keju tradisional terdapat bakteri asam laktat (salah satu jenis bakteri probiotik) yang berperan dalam pembentukan tekstur dan cita rasa. Adanya kandungan BAL (bakteri asam laktat) seperti Lactobacillus, Streptococcus dan

Lactococcus membuat keju tradisional memiliki khasiat kesehatan antara lain (1) menurunkan kolestrol, (2) menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang menyebabkan diare, (3) anti mutagenik, antikarsinogenik, antivagenetis, (4) memperbaiki sistem kekebalan tubuh, (Suryono, 2003).

Menurut Pato (2003), dilihat dari komposisi kimia dan nilai gizi, dadih merupakan sumber protein tinggi yaitu sekitar 39,8%. Proteinnya tergolong protein lengkap yang mengandung hampir semua jenis asam amino esensial guna keperluan pertumbuhan. Selain itu dadih mengandung kalsium dalam jumlah yang relatif tinggi di mana mineral ini sangat berperanan dalam pertumbuhan dan pembentukan tulang dan mencegah terjadinya pengeroposan tulang (osteoporosis) pada orang dewasa/usia lanjut.

Menurut hasil penelitian Melia dan Sugitha (2007), dadih dari susu sapi mutan

lactobacillus lactis adalah makanan hasil fermentasi susu sapi yang dibuat dalam tabung plastik. Susu yang telah diinokulasi dengan starter mutan lactobacillus lactis

selama 48 jam pada suhu 30°C disebut

sebagai starter dadih mutan lactobacillus lactis. Menurut hasil penelitian Egrina dan Titin (2010), awal pembentukan dadih terjadi pada saat pH campuran mencapai 5,6. Pada pH ini mulai terbentuk gel pada bagian bawah bertekstur lunak dan berwarna putih. Akhir pembentukan dadih yaitu saat kasien mencapai titik isolistriknya pada pH 4,6 dadih menjadi memiliki tekstur berongga dan agak keras berwarna putih gading dan memiliki rasa dan aroma yang asam. Menurut Wahyu (2002), bahwa yang membedakan masing-masing produk susu fermentasi adalah jenis bakterinya. Bakteri dalam susu fermentasi memberikan ekstrak manfaat bagi tubuh.

Penggunaan jahe pada penelitian ini adalah untuk menghilangkan rasa amis pada susu. Jahe mengandung minyak atsiri, gingerol, zingerol, resin, zat pati, gula, sebagai zat antioksidan dan mengandung dua enzim pencernaan yang penting. Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Ekstrak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum (Kurniawan 2011).

Manfaat jahe bagi kesehatan antara lain (1) menurunkan tekanan darah tinggi, (2) membantu memperlancar proses pencernaan, (3) mengobati mual dan muntah, (4) mencegah penggumpalan darah, (5) menetralkan radikal bebas yang ada pada tubuh karena jahe memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi (Rozi, 2011).

(5)

mengawetkan susu sapi murni agar relatif lebih tahan lama bila disimpan.

Bedasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian “UJI

KADAR PROTEIN DAN

ORGANOLEPTIK PADA KEJU TRADISIONAL DARI SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale, Rosc)”.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan satu faktorial yaitu penambahan ekstrak jahe pada pembuatan keju.

Rancangan penelitian ini adalah dengan satu jenis perlakuan, masing-masing 3 kali ulangan sebagai berikut: E0: tanpa penambahan ekstrak jahe E1: penambahan ekstrak jahe 10 ml E2: penambahan ekstrak jahe 15 ml E3: penambahan ekstrak jahe 20 ml

Parameter yang diukur antara lain: Paramenter penelitian adalah uji kadar protein, uji organoleptik dan uji kesukaan.

Tahapan Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dilaboratorium Pendidikan Biologi dan Laboratorium Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2012.

B. Alat dan Bahan

1. Alat dan Bahan untuk membuat keju tradisional

a. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu (Bambosa sp) dengan panjang

20 cm, daun pisang (Musa paradisiaca), juicer,

pengaduk, saringan, baskom, sendok, mangkok, gelas ukur.

b. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu sapi murni sebanyak 3 liter, jahe. 2. Alat dan Reagen untuk analisa

protein

a. Reagen yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan biuret dan aquades.

b. Alat yang digunakan berupa labu takar, gelar ukur, pipet tetes, photometer.

3. Alat dan bahan uji organoleptik Bahan yang digunakan berupa keju tradisional yang sudah siap uji, air putih dan kertas tissue.

Alat yang digunakan dalam pengujian organoleptik dan daya terima menggunakan sendok, alat tulis dan uji organoleptik dan daya terima. C. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan keju a. Tahap persiapan

Persiapan dilakukan sebelum penelitian berlangsung. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah alat-alat yang digunakan dalam penelitian, alat tersebut berupa bambu wadah fermentasi susu, daun pisang sebagai penutup tabung bambu.

b. Tahap pelaksanaan

1) Pembuatan ekstrak jahe Jahe yang telah disiapkan kemudian dicuci, selanjutnya dipotong kecil-kecil, kemudian potongan jahe dimasukkan dalam juicer.

Cairan jahe yang diperoleh kemudian disaring dengan menggunakan kain saring sehingga diperoleh filtrat sari jahe kemudian disesuaikan dengan jumlah kosentrasi yang akan ditambahkan ke dalam bahan.

2) Pembuatan keju a) Pasteurisasi

(6)

Program Studi FKIP Biologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta sampai suhu 70°C selama 30 detik. Setelah dipasteurisasi, susu tersebut didinginkan sampai suhu mencapai

37°C kemudian

dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan volume 200 ml.

b) Fermentasi

Wadah susu berupa bambu dipersiapakan kemudian diisi dengan susu sapi murni sebanyak 200 ml, media yang telah siap kemudian diberi ekstrak jahe dengan kosentrasi yang berbeda antara 0%, 25%, 50%, dan 75%. Media yang sudah tercampur dengan ekstrak jahe kemudian ditutup dengan menggunakan daun pisang selanjutnya disimpan pada suhu kamar selama 48 jam.

2. Menguji kadar a. Kadar protein

Kadar protein dapat diperoleh dengan metode photometer dengan langkah sebagai berikut:

1) Mengambil 0,1 ml sampel ditambah 1 ml reagen biuret 2) Menginkubasi campuran bahan

tersebut selama 30 menit pada suhu kamar (20-25 °C).

3) Dimasukkan pada photometer

dan dibaca angka yang tertera. b. Sifat organoleptik dan Daya terima

Uji ini untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan (Estikomah, 2009).

Sifat organoleptik dan daya terima dilakukan dengan

menggunakan uji kesukaan terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur dengan menggunakan lembar kuisioner dan membagikan kepada panelis kurang lebih sebanyak 20 orang dengan cara mengisikan kuisioner yang berisikan komentar tentang tekstur, rasa, aroma dan warna.

Hasil dan Pembahasan A.Hasil Kadar Protein

[image:6.595.328.530.343.638.2]

Kadar protein pada keju tradisional dengan penambahan ekstrak jahe perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kadar protein keju tradisional dengan ekstrak jahe

Perlakuan Ulangan Kadar Protein (g)

Rata-rata (%)

E0

1 3,49

3,96

2 4,35

3 4,06

E1

1 6,28

5,95

2 5,66

3 5,93

E2

1 12,54

12,36

2 12,28

3 12,26

E3

1 19,19

18,25

2 17,91

3 19,65

Keterangan: E0: kontrol

E1: 200 mL susu sapi + 10 ml ekstrak jahe

E2: 200 mL susu sapi + 15 ml ekstrak jahe

E3: 200 mL susu sapi + 20 ml ekstrak jahe

(7)

Dari Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa kadar protein yang paling tinggi adalah perlakuan E3 yaitu 18,25%. Sedangkan kadar protein yang paling rendah adalah perlakuan E0 yaitu 3,96%. Perlakuan E1 memiliki kadar protein sebesar 5,95 dengan penamahan ekstrak jahe 10 mL. Perlakuan E2 kadar protein sebesar 12,36% dengan penambahan ekstrak jahe 25 mL. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi ekstrak jahe yang berbeda akan menghasilkan kadar protein yang berbeda pula pada masing-masing perlakuan dikarenakan pada jahe terdapat kadar protein sebesar 9% yang dapat menambahkan protein dari total kadar protein keju tradisional. Kadar protein pada dadih selain berasal dari protein susu juga berasal dari protein dalam bakteri itu sendiri yang dapat menyumbangkan sekitar 7% dari total protein susu atau produk olahan susu (Bottazi, dalam Gulo 2006).

Menurut Julianto, 2000 kadar protein keju tradisional berasal dari mikroba dalam wadah bambu yang mengandung substrat protein. Bedasarkan berat keringnya mikroba mengandung protein yang cukup tinggi (40-80%). Kenaikan kadar protein secara umum selain karena susu terlebih dahulu dipasteurisasi yang dapat menyebabkan bakteri yang berguna misalnya bakteri asam laktat serta beberapa enzim susu seperti lipase

(Prasetyowati dalam Estikomah, 2009). Susu difermentasi selama 2 hari, hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya asam-asam amino penyusun protein yang merupakan hasil metabolisme bakteri asam laktat.

Winarno (1993) menjelaskan bahwa bahan makanan yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari bahan asalnya. Hal ini disebabkan oleh mikroba yang bersifat katabolik mampu memecah komponen-komponen yang kompleks menjadi zat-zat yang mudah dicerna. Yusmarini dan Raswen (2004) yang menyatakan bahwa laktosa merupakan sumber karbon optimal bagi bakteri asam laktat yang digunakan, sehingga dapat menyebabkan protein meningkat. Semakin banyak laktosa yang terkandung dalam susu berarti membentuk asam laktat yang tinggi, maka semakin banyak pula protein yang dihasilkan sebagai metabolismenya. Meningkatnya kadar protein keju memberikan kesempatan bagi mikroba dan enzim-enzim pada keju tradisional untuk menghidrolisis protein. Pemecahan protein akan menghasilkan protein yang tinggi, karena protein yang kaku dan tidak terlarut diubah menjadi bentuk nitrogen terlarut (Daulay dalam Estikomah, 2009). Berubahnya struktur protein sehingga denaturasi yang terjadi bersifat Ireversible dan protein tersebut menjadi tidak larut.

Kadar protein terendah pada E0 dikarenakan sumber protein hanya berasal dari protein susu sapi. Aktivitas enzim proteinase pada mikroba yang ada pada keju terhambat oleh suhu yang rendah, karena bakteri asam laktat memiliki suhu optimum 18-22 °C sesuai pada penelitian Pazakova (2000). Protein lain yang juga berperan dalam proses koagulasi susu adalah protein serum, yaitu laktoglobulin dan laktalbumin yang bersifat larut dalam whey susu. Pada pembuatan keju,

0 5 10 15 20

E0 E1 E2 E3

3.96 5.95

12.36 18.25

k

ad

ar

p

ro

tein

(g

)

(8)

Program Studi FKIP Biologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta protein whey ini terkurung da1am dadih pada saat terjadi koagu1asi, akan tetapi karena sifatnya yang 1ebih larut da1am air, sebagian protein ini ter1epas ke da1am whey (Azizah, 2010)

.

B. Uji Organoleptik

Uji kesukaam keju dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap keju yang dihasilkan meliputi kesukaan terhadap tekstur, aroma, warna dan rasa. Rasa, aroma, warna dan tekstur dadih sangat dipengaruhi oleh proses pembuatannya (Sari, 2007). Ekstrak jahe merupakan salah satu bahan alami yang dapat memperpanjang umur simpan susu. Penambahan ekstrak jahe berfungsi sebagai bahan pengawet dan menabah cita rasa. Hasil uji organoleptik dan daya terima disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Uji Organoleptik dan Daya Terima Masyarakat keju tradisional dengan penambahan ekstrak jahe.

Perlaku an

Kriteria Uji organole

ptik

Keterangan

E0

Warna 3,00 Putih, disukai Rasa 2,00 Kurang enak,

tidak disukai Aroma 3,01 Berbau, agak

disukai

Tekstur 1,2 Cair, tidak disukai

E1

Warna 3,5 Agak coklat, agak disukai Rasa 3,2 Agak pedas,

agak disukai Aroma 3,89 Berbau, disuka Tekstur 4,2 Empuk, disuka

E2

Warna 3,47 Agak coklat, agak disukai Rasa 3,2 Agak pedas,

disukai

Aroma 3,3 Berbau, disukai Tekstur 4,2 Pedas, disukai E3

Warna 4,3 Coklat,disukai Rasa 1,25 Pedas, tidak

disukai

Aroma 4,3 Berbau, disukai Tekstur 4,89 Padat, disukai

Keterangan: Semakin tinggi nilai, maka keju tradisional semakin disukai.

1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Agak suka 4. Suka 5. Sangat suka

Gambar 4.2 Histogram hasil uji organoleptik dan kesukaan

Dapat diketahui bahwa rasa keju tradisional E0 (keju kontrol) sangat tidak disukai oleh panelis karena memiliki rasa susu segar. Perlakuan E1 (200 mL susu sapi dengan penambahan ekstrak jahe 10 mL) memiliki rasa yang masih mendominan susu segar dan agak disukai. Perlakuan E2 sangat disukai oleh panelis karena memiliki rasa yang enak dan tidak didominan oleh rasa susu ataupun rasa jahe, pada perlakuan E3 dengan penambahan ekstrak jahe 20 mL tidak disuka oleh panelis karena memiliki rasa yang sangat pedas yang disebabkan oleh ekstrak jahe yang mendominan keju. Rasa yang sangat pedas disebabkan karena adanya oleoresin yang terdapat pada ekstrak jahe.

Hasil ini menunjukkan bahwa aroma keju tradisional yang dihasilkan tidak memberikan selisih perbedaan yang jauh berbeda sehingga memiliki hasil aroma yang hampir sama. Aroma keju tradisional dengan hasil non-parametrik menunjukkan E0 keju kontrol tidak disukai dikarenakan

0 1 2 3 4 5 6

E0 E1 E2 E3

[image:8.595.329.527.107.350.2] [image:8.595.85.300.402.722.2]
(9)

aroma keju belum terbentuk, pada perlakuan kontrol E0 agak disukai oleh panelis karena aroma keju masih berbau oleh aroma susu yang digunakan. Hasil ini didukung oleh Estikomah (2009). Perlakuan E1 agak disukai oleh panelis karena memiliki aroma yang didominan susu segar. Perlakuan E2 memiliki aroma yang harum yang disebabkan oleh ekstrak jahe dan disukai oleh panelis. E3 lebih disukai oleh panelis dikarenakan kandungan minyak atsiri pada jahe yang khas membuat aroma keju tradisional menjadi harum. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol (Rozi, 2011). Dari hasil uji non-parametrik warna keju kontrol E0 disukai karena memiliki warna putih. Keju yang dibuat dari susu sapi tanpa pewarna akan menghasilkan keju yang berwarna putih kekuningan hasil ini didukung oleh Buckle dkk (2010). Perlakuan pada E3 memiliki warna kecoklatan dan lebih disukai oleh panelis karena dengan penambahn ekstrak jahe 20 mL memberikan warna perpaduan susu dengan didominasi warna ekstrak jahe. Pada perlakuan E1 dan E2 memiliki warna putih kecoklat-coklatan dan agak disukai oleh panelis.

Bedasarkan hasil uji non-parametrik menunjukkan skor penilaian para panelis terhadap tekstur yang paling disukai pada perlakuan E3 (200 mL susu sapi dengan penambahan ekstrak jahe 20 mL) memiliki tekstur yang keras dan padat sehingga disukai oleh banyak panelis. keju tradisional semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya level perlakuan yang ditambahkan, keju yang memiliki lemak tinggi akan elastis dan rapat (Estikomah, 2009). Hal ini ada hubungannya dengan penurunan pH keju, di mana dalam suasana asam menyebabkan ikatan antara molekul air dan molekul protein menjadi tidak

stabil sehingga molekul air yang tidak terikat lagi akan terjadi penurunan kadar air (Malaka dan Sulmiyati, 2012). Keju tradisional yang paling tidak disukai pada perlakuan keju kontrol E0 dikarenakan memiliki tekstur yang lembut dan cair.

Kesimpulan

Penambahan ekstrak jahe pada keju tradisional berpengaruh pada kadar protein dan organoleptik. Penggunaan ekstrak jahe dengan variasi yang berbeda berpengaruh pada aroma, rasa, tektur dan rasa pada keju tradisional. Kualitas keju terbaik pada perlakuan E.3 dengan kadar ekstrak jahe 20 mL memiliki kadar protein sebesar 18,25% dan menghasilkan rasa yang sangat pedas dan tidak disukai oleh panelis. Pada perlakuan E.2 dengan kadar ekstrak jahe 15 mL ekstrak jahe menghasilkan rasa yang disukai oleh panelis.

Saran

1. Perlu adanya penelitian mengenai kadar asam pada keju tradisional dengan penambahan ekstrak jahe.

2. Perlu adanya penelitian keju tradisional dengan penambahan ekstrak tanaman beraroma enak yang lain misalnya sereh.

3. Perlu adanya pengukuran berat keju dan volume whey.

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Azizah. 2010. Teknologi Pengolahan Keju. http://Zheazizah.wordpress.com/

Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Jahe. Bandung: Yrama Widya.

Buckle, Edwards, Fleet dan Wotton. Penerjemah Hari Purnomo. 2010.

(10)

Program Studi FKIP Biologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Budiyanti, Rani. 2011. Daun Pisang,

Mencegah Kematian Karena

Luka Bakar.

http://sibermedik.com/daun-pisang-mencegah-kematian-karena-luka-bakar

Daulay, Djundjung. 1991. Fermentasi Keju. Bogor: IPB.

Departemen. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali press.

Djaeni, Achmad. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian rakyat.

Egrina G dan Titin S. 2010. Pemanfaatan Ekstrak Kasar Papain Sebagai Koagulasi pada pembuatan Keju Cottage menggunakan Bakteri Streptococcus thermophillus, Lactococcus lactis, dan leuconostoc mesentroides. J Sains dan Teknologi Kimia 1 (1) : 38-43.

Estikomah, Solikah, A. 2009. Pemeraman Untuk Meningkatkan Kualitas Keju Yang Diinokulasi Rhizopus oryzae. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Febrida, Melly. 2011. Kasiat Daun Pisang

Bagi Kulit.

http://kesehatan.liputan6.com/read/3428 14/khasiat-daun-pisang-bagi-kulit

Ferdinand Fictor & Ariebowo Moekti. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: visindo Media Persada.

Genie. 2012. Serba-serbi Daun Pembungkus Makanan (I) . http://www.pelitaonline.com/read/keseha

tan-dan- kuliner/nasional/46/2869/manfaat-daun-pisang-bagi-kulit/

Gulo, Nitema. 2006. Substitusi Susu Kedelai dengan Susu Sapi pada Pembuatan Soygurt Instant. Sumatera Utara: Jurnal Penelitian Ilmu Pengetahuan Bidang Pertanian Volume 4.

Julianto, Erwan. 2000. Kualitas Dan Daya Simpan Dadih Susu Sapi Hasil Fermentasi Dengan Penambahan Latobacillus plantarum Yang Dikemas Serta Disimpan Pada Suhu Berbeda. Bogor: IPB.

Kurniawan. 2011. Khasiat dan Kandungan Jahe. http://www.khasiat-dan-kandungan-jahe.php.html/

Malaka, R. dan Sulmiyati. 2010.

Karakteristik Fisik Dan Organoleptik Keju Markisa Dengan Pemberian Level Starter (Lactococcus Lactis Subsp. Lactis 527) Dengan Lama Pemeraman Yang Berbeda. Makasar: Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin).

Melia S, dan Sugitha I,M. 2007. The Quality of Dadih Mutan Lactococcus Lactis at Various Fermentation Times. J Indonesia. Trop. Anim. Agric 32 (2).

Miskiyah. 2011. Study of Indonesian National Standart for Liquid Milk in Indonesia. J Standarisasi 13 (1) : 1-7.

Muchtadi, Deddy. 2009. Gizi Anti Penuaan Dini .Bandung: Alfabeta.

---. 2009. Prinsip Teknologi Pangan Sumber Protein. Bandung: Alfabeta.

(11)

Pelczar, Michael. J & Chan. E. C. S. 2008.

Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI press.

Rohimah, Souvia. 2010. Sifat Fisik Dan Kimia Susu. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Rozi, 2011. Manfaat Jahe – Tak Hanya Sekedar Minuman Penghangat Badan.

http://www.kesehatan123.com/22 67/manfaat-jahe-tak-hanya-sekedar-penghanggat-badan/ Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan

Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Sumatra Utara: USU Digital Library.

Sari, N. K. 2007. Tren dan Potensi Susu Fermentasi. www.calpico.co.id Simonbwidjanarko. 2008. Nilai Gizi Keju

dan Komponen Citra Rasa Keju. http://simonbwidjanarko.wordpre ss.com/2008/06/11/nilai-gizi- keju-dan-komponen-cita-rasa-keju/

Sugiono, Tien Muchtadi, Sugiono, dan Fitriyono. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung: Alfabeta.

Suryono. 2003. Dadih: Produk Olahan Susu Fermentasi Tradisional yang Berpotensi Sebagai Pangan Probiotik. Bogor: IPB.

Susilorini, Tri Eko dan Manik Eirry Sawitri. 2006. Produk Olahan Susu. Depok: Penebar Swadaya.

Taufiq, Tuhana. 2008. Susu Fermentasi untuk Kebugaran & Pengobatan.

Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Tirtayasa, Eri. 2011. Klasifikasi Bambusa Sp. http://eri08tirtayasa. blogspot.com/2011/06/klasifikasi-bambusa-sp.html

Pato, Usman, 2003. Potensi Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Dadih untuk Menurunkan Resiko Penyakit Kanker. J Natural Indonesia 5(2) : 162-166.

Pazakova, J. Pipova, M., Turek, P., Nagy, J. 2001. Change In Some Microbiological and Chemical Parameter During The Ripening of Sheep Cheese at Diferrent Temperatur. Czech. J. Food Sci. 19:121-124.

Wahyu, Wiwid. 2011. Manfaat Bambu dari Tanaman Jadi Dagangan. http://wiwidwahyu.wordpress.co m/2011/11/15/dari-tanaman-jadi-dagangan/

Widodo, Wahyu. 2002. Bioteknologi Fermentasi susu. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Widodo. 2003. Mikrobiologi Pangan Dan Industri Hasil Ternak. Yogyakarta: Lacticia press. Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi,

Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wirayawan, Adam. 2011. Uji Organoleptik. http://www.chem-

is-try.org/materi_kimia/instrumen_a nalisis/uji-organoleptik/uji-organoleptik/

(12)

Program Studi FKIP Biologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Beberapa Jenis Gula. Pekanbaru:

Gambar

Tabel 4.1 Kadar protein keju tradisional dengan ekstrak jahe
Tabel 4.2 Uji Organoleptik dan Daya

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan sari jahe emprit dan lama penyimpanan pada susu sapi terhadap total mikrobia dan daya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan jahe terhadap mutu sari kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) sebagai minuman fungsional dan mengetahui

Hasil analisis kadar lemak menunjukkan daging sayat ayam kampung dengan konsentrasi penambahan jahe merah yang berbeda tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kadar

Hasil uji sensori melalui uji hedonik penampakan umum menunjukkan bahwa ikan tanpa perlakuan air jahe dan tanpa penyimpanan lebih disukai sedangkan uji hedonik

Nilai rerata terbaik dalam hal penerimaan rasa suka dari panelis yaitu pada perlakuan T3 kombinasi susu kerbau dan susu sapi, hal ini disebabkan terjadinya

Hal tersebut diduga adanya penambahan bahan lain pada produk sangat mempengaruhi penerimaan oleh panelis karena hasil akhir dari pengolahan tersebut memiliki ciri

Dari Tabel 2, terlihat bahwa perlakuan penambahan susu kambing dengan skim milk 4% dan diperam pada suhu 40 o C menghasilkan aroma.. yang paling disukai oleh panelis

Perlakuan yang lebih disukai oleh panelis pada tingkat kesukaan panelis terhadap rasa minuman sarabba instan yaitu terdapat pada perlakuan A proporsi sari jahe merah 100% dan sari kayu