• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG

OLEH

ALFINICKO CHARISMA ALBA

Kejahatan yang sering terjadi belakangan ini adalah kejahatan mengenai harta kekayaan, yaitu kejahatan pencurian. Salah satu bentuk kejahatan pencurian yang saat ini terjadi adalah kejahatan pencurian rel kereta api. Pencurian tersebut membuat banyak kekhawatiran kepada pihak PT. KAI dan masyarakat pengguna kendaraan umum kereta api ini karena dapat membahayakan laju lalu lintas kereta api. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : (1). Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian rel Kereta Api di Propinsi Lampung. (2). Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap kejahatan pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung.

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan masalah melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian telah dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Januari 2015. Metode yang digunakan adalah wawancara langsung dan dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menguraikan, menjelaskan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

(2)

sistem keamanan dan mengadakan patroli rutin. Saran pada penelitian ini adalah (1). Untuk mencegah adanya kejahatan pencurian rel kereta api yang ada di propinsi Lampung ialah diharapkan agar pihak penegak hukum dapat bekerja sama dengan baik oleh pihak pemerintah atau dilembaga bidang tertentu untuk memberikan penyuluhan mengenai dampak dari kejahatan baik dalam lingkungan keluarga, maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. (2). Dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api, upaya penindakan (represif)

terlebih kepada lembaga pemasyarakatan, perlu adanya diberikan upaya pemembina narapidana, agar disuatu kelak nantinya, para narapidana telah menjalani proses pemasyarakatan (warga binaan), dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya

(3)

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN

REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG

Oleh

ALFINICKO CHARISMA ALBA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum

Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 28 Februari 1993.

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak

Sentot Fatnur dan Ibu Nurhayati.

Penulis menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri

Semuli Jaya dan selesai pada tahun2 005, Sekolah Menengah

Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Semuli Jaya yang diselesaikan

Pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa pada Fakultas

Hukum, Universitas Lampung melalui jalur Penjaringan Bibit Unggul Daerah (PBUD) dan

mengambil Hukum Pidana. Pada Januari 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

(8)

Alhamdulillahirobilalamin

,

Sagala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang telah memberikan kesempatan sehingga

dapat ku selesaikan sebuah karya ilmiah ini dan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW yang kita harapkan Syafaatnya di hari akhir kelak. Aku

persembahkan karya ini kepada :

Kedua orang tuaku :

Ayahanda Sentot Fatnur S. Pd dan Ibunda Alm. Nurhayati

dan ibunda Nuraini S.Pd tercinta

yang selalu mencintai, menyayangi, mengasihi dan mendoakanku dengan tulus

sebagai penyemangat dalam hidupku

Serta untuk kakak dan adikku yang senatiasa memberikan dukungan kepada ku

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

Untuk sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan

dan motivasi serta menemaniku dalam suka maupun duka dalam mencapai

keberhasilanku

Almamater yang kubanggakan

(9)

MOTO

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segunmpal darah. Bacalah, danTuhanmulah

Yang Maha Pemurah. Yang mengajar denganQalam. Dialah yang mengajar manusia segala yang belum

diketahui” (Q.S Al-‘Alaq 1-5).

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”

(Muhammad Ali)

“Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tetapi berbuah manis”

(Aristoteles)

Tidak akan pernah ada pelangi tanpa adanya hujan, begitu juga suatu keberhasilan tanpa ada kegagalan.

(10)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini yang

berjudul Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Pencurian Rel Kereta

Api Di Provinsi Lampung sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga

akhir, yang turut memberikan bantuan, motivasi, bimbingan, ide dan dorongan

bahkan fasilitas moril dan materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir Sugeng P. Harianto M.S selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M. H selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung. Bapak/Ibu WD I, WD II, WD III serta seluruh staf

pegawai Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu

penulis.

3. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan

Pembahas I, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan,

(11)

4. Ibu Dr Erna Dewi, S.H., M.H selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan

waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Firganeffi S.H, M.H selaku Pembimbing II yang telah memberikan

saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak M. Farid S.H, M.H selaku Pembahas II yang telah memberikan saran

dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membantu penulis dan menjadi orang tua selama

menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pegawai di Fakultas Hukum Universitas

Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh

pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Keluargaku : Ayahanda Sentot Fatnur dan Ibunda Nuraini tercinta yang

selalu mendoakan keberhasilanku dan memberiku semangat, serta Kakak ,

Kakak Alfian Charisma Aldi, Kakak Melaini syafitri , Kakak Median

fikriah, dan adik tersayang Alfi Rizky Charisma Alto, dan Adik Hamidah

Nisfa , terimakasih untuk doa dan dukungannya selama ini.

10. Sahabat, teman dan kekasih tersayang “Cindy Yoeland Violita, S.Hut”yang

telah memberikan motivasi, semangat dan dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

11. Saudara-saudaraku Hukum Angkatan 2011“Fiva Justicia” terimakasih atas

kebersamaan baik dalam suka maupun duka.

(12)

Herwan Polsuska atas kekeluargaan dan informasi yang sangat membantu

selama penelitian

14. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulisan skripsi ini dan mohon maaf atas segala kesalahan penulis.

Penulis sangat berterimakasih atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis selama ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bandar Lampung, 16 April 2015 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………..……… 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup……….………. 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………... 9

D. Kerangka Teoristis dan Konseptual………..……….. 10

E. Sistematika Penulisan……….. 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Teori Kriminologi……… 17

B. Pengertian dan Jenis Kejahatan………. 23

C. Pengertian dan Jenis Pencurian……….. 28

D. Tinjauan Umum Tentang Perkeretaapian……….. 36

E. Teori Tentang Faktor Penyebab Kejahatan………... 36

(14)

B. Lokasi Penelitian………. 41

C. Sumber dan Jenis Data……… 41

D. Penentuan Narasumber………... 43

E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data………... 44

F. Analisis Data……… 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden……… 46

B. Faktor Penyebab Terjadinya Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung…..………...……… 49

C. Upaya Penanggulangan Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung 58 V. PENUTUP A. Simpulan………. 67

B. Saran……… 70

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Kasus Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung Pada

(16)

Halaman

(17)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri dari berbagai macam suku,

agama dan adat istiadat yang berbeda (plural). Sejak Negara ini

memprokamirkan kemerdekaanya maka, Indonesia menjadi Negara kesatuan

yang memiliki satu sistem hukum yang berlaku secara Nasional. Sistem

hukum yang berasal dari Negara Belanda yaitu Eropa Continental atau

sistem hukum civil law. Bukti adanya sistem hukum ini adalah dengan

adanya Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang sampai saat ini masih tetap

berlaku.1

Pidana merupakan sebuah nestapa (penderitaan) yang ditujukan kepada

seseorang yang melakukan sebuah tindak pidana atau kejahatan. Pidana

merupakan bagian dari hukum pidana materil, yang tujuannya agar dapat

menjadi sarana pencegahan umum maupun khusus bagi anggota masyarakat

agar tidak melanggar hukum pidana.2Sedangkan kejahatan merupakan salah

satu kenyataan dalam kehidupan yang mana memerlukan penanganan secara

khusus.

1

Muksalmina.2011.Sistem Hukum Civil Law ( Eropa Continental)

http://muksalmina.com/2011/01/11/histem-hukum-civil-law-eropa-continental. Diunduh Pukul 13.38. Wib.

2

(18)

Hal tersebut dikarenakan kejahatan akan menimbulkan keresahan dalam

kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, selalu diusahakan

berbagai upaya dalam menanggulangi kejahatan tersebut, meskipun dalam

kenyataan akan sulit untuk memberantas kejahatan secara tuntas karena pada

dasarnya kejahatan akan senantiasa berkembang pada seiring perkembangan

masyarakat.3

Tindak kejahatan diartikan sebagai sesuatu perbuatan yang melanggar

hukum, atau melanggar undang-undang, yang dapat merugikan masyarakat

secara moril maupun secara materil, baik dilihat dari segi kesusilaan,

kesopanan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan yang dibuat setiap tahun

tidak terhitung banyaknya dan jutaan penjahat telah dihukum. Korban

kejahatan selain mengalami kerugian perekonomian juga mengalami

kerugian kesusilaan dan kesusahan.4

Hukum pidana adalah hukum yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat untuk

menjamin baik kebebasan atau hak pribadi mereka atau pun ketertiban dari

gangguan para arbiter, ulah golongan atau pemerintah.5Akibat dari pada itu

mereka harus mendapat sanksi tegas dari Negara. Sanksi pidana tersebut

dapat berupa kurungan , penjara ,denda, atau pidana mati ini sesuai dengan

Pasal 10 KUHP. Pidana terdiri atas dua yaitu pidana pokok dan pidana

3

Prodjodikoro, W .2002. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia.Jakarta: PT. Reflika Aditama..hlm 15

4

Hanum, L. 2008.Pediksi jumlah kejahatan tahun 2008 -2010 pada poltabes medan dan

sekitarnya.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28450/5/Chapter%20I.Diunduh pukul

19.10 Wib

5

(19)

3

tambahan6. Pidana pokok meliputi : a) Pidana Mati, b) Pidana Penjara, c)

Pidana Kurungan, d) Pidana Denda dan e) Pidana tutupan ( ditambahkan ke

dalam KUHP dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 1946). Sedangkan

pidana tambahan meliputi : a) Pencabutan hak-hak tertentu, b) Perampasan

barang- barang tertentu dan c) Pengumuman putusan Hakim.

Sanksi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sanksi formal dan sanksi

informal. Sanksi formal merupakan sanksi yang dirumuskan dan ditetapkan dalam

peraturan perundang- undangan secara tertulis dan dapat di paksakan berlakunya.

Sedangkan sanksi informal dirumuskan secara tidak tertulis seperti kebiasaan/adat

sehingga tidak dapat di paksakan.7

Menurut “Encylopedie“, dikatakan bahwa kesengsaraan itu merupakan ibu dari

kejahatan.8 Menurut Beccaria kesengsaraan dan putus asa akan menimbulkan

pencurian sebagai suatu kejahatan9. Orang miskin terdesak hingga putus asa, dan

kejahatan adalah jalan untuk mendapatkan nafkah.10Pandangan mengenai

kesenjangan ekonomi sosial banyak mempengaruhi kejahatan di masyarakat.

Didalam buku kriminologi yang disusun oleh Ny. L. Moeljatno dikatakan bahwa

“sistem ekonomilah yang terutama bertanggung jawab untuk adanya

kriminalitas”11. Pada kenyataannya kejahatan itu akan selalu dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Manusia dalam kehidupannya pasti akan selalu

6

Andrisman, T. 2011. Hukum Pidana “Asas- Asas Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia”.Bandar Lampung. hlm. 9

7

Ibid., hlm 3 8

Bonger, WA.1977.Pengantar Tentang Kriminologi, Pembangunan.Ghalia Indonesia.. hlm.51.

(20)

mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan.

Jika kebutuhan akan hal itu tidak terpenuhi, maka dalam diri manusia pikiran

yang akan timbul ialah ingin memenuhi kebutuhannya itu walaupun dengan

mengandalkan segala cara dan bahkan cara-cara yang tidak benar. Cara-cara yang

tidak benar itu dinamakan kejahatan.

Kejahatan dalam kehidupan manusia tidak dapat dihilangkan tetapi hanya akan

bisa dikurangi, karena jika masalah-masalah ekonomi sosial itu masih ada dan

pemerintah tidak dapat untuk mengatasinya, maka dalam kehidupan manusia niat

jahat itu akan selalu muncul. Kejahatan yang sering terjadi belakangan ini adalah

kejahatan mengenai harta kekayaan, yaitu kejahatan pencurian. Pasal 362- 367

kitab undang –undang hukum pidana tentang pencurian. Sesuai Pasal tersebut

pencurian hanya dapat dijatuhkan pidana sesuai dengan undang- undang ini.

Pencurian dipandang dari segi kriminologi maksudnya mencakup hal-hal sebagai

berikut 12 yaitu: 1) maksud pencurian, 2) sebab- sebab pencurian, 3) bagaimana

dilakukannya pencurian, 4) akibat pencurian dan 5) tipe- tipe pelaku pencurian.

Adanya pembangunan ekonomi sosial yang tidak merata akan menimbulkan

kesenjangan dan kemiskinan yang terjadi di daerah-daerah terpencil atau

pedesaan. Terjadinya kesenjangan dan kemiskinan di daerah pedesaan tersebut,

sekarang ini banyak masyarakat di desa yang melakukan urbanisasi ke kota untuk

mengadu nasib supaya hidup lebih layak lagi. Di kota yang sudah padat akan

12

Sinaga .R.2011.Penerapan Hukum Pidana terhadap pencurian dalam keluarga kajian aspek hukum pidana dan kriminologi dalam kasus no

(21)

5

penduduk itu sudah tidak akan mampu menampung arus urbanisasi yang ada,

maka akan terjadi kesenjangan pangan, sandang, dan papan.Terjadinya

kesenjangan pangan, sandang, dan papan itu juga akan mengakibatkan

ketegangan sosial dan bahkan ledakan sosial yang akan menimbulkan masalah

pengangguran. Pengangguran akan mengakibatkan masalah sosial yang

berdampak negatif. Banyak gelandangan serta banyak jenis kejahatan seperti

pencurian, perampokan, penjambretan, dan sebagainya, yang pada gilirannya akan

menyengsarakan masyarakat.

Saat ini semakin banyak ditemukan tindak pidana, salah satu bentuk tindak pidana

yang menjadi fenomena saat ini adalah pencurian. Contoh kasus yang terjadi

pada tanggal 10 agustus 2014 di desa Padang ratu Sungkai utara sekitar pukul

17.00 Wib. Seorang pemuda (NA) pencurian batang besi (rel kereta api) yang

diangkut dengan truck bernomor polisi BE 9879 JE di Sungkai Utara berhasil di

bekuk jajaran kepolisian sektor Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara13 .

Pencurian rel kereta api milik PT. Kereta Api Indonesia (PT.KAI) di Blambangan

pagar oleh Putra Irawan 33 tahun pada tanggal 4 September 2012 sekitar pukul

22.00 Wib dijalan rel kereta api jalur 1 Km 77+700 sampai 78+700 Kabupaten

Lampung Utara14.

Kasus pencurian akhir-akhir ini banyak terjadi dan membuat keresahan saja.

Bagaimana tidak, berbagai macam trik dilakukan dalam melakukan aksinya

dengan jumlahnya yang besar dengan sasaran pencurian yang tak lagi terfokus

kerumah-rumah di malam hari melainkan justru dilakukan disiang hari ditempat

13

BandarLampung News Selasa, 21 Oktober Pukul 9.18 Wib 14

(22)

keramaian, seperti fasilitas perkeretaapian, bank, toko emas, swalayan, dengan

hasil rampokan yang tidak tanggung-tanggung jumlahnya. Hal ini menunjukan

bagaimana kreatifnya seseorang dalam melakukan tindak kejahatan pencurian.

Tampaknya para pelaku pencurian juga sudah tidak takut lagi akan ancaman

hukuman atau pidana yang dapat menjerat mereka, jika terbukti melakukan

pencurian, yaitu penjara minimal 5 (lima) tahun untuk pencurian biasa, atau

penjara maksimal 9 (Sembilan) tahun untuk apabila pencurian tersebut didahului

atau diikuti dengan kekerasaan , dan bahkan hukuman mati atau penjara seumur

hidup jika pencurian tersebut dilakukan 2 orang atau lebih menimbulkan luka

berat dan meninggalnya seseorang. Sepertinya ancaman itu sudah tidak membuat

takut para pelaku. Angka pencurian semakin meningkat dan cara –cara yang

digunakannya pun semakin canggih.

Pencurian merupakan tindak kriminalitas yang sangat menggangu kenyamanan

masyarakat. Untuk itu perlu tindakan konsisten dalam menegakkan hukum,

sehingga terjadi kerukunan . Kemiskinan yang banyak mempengaruhi prilaku

pencurian ialah kenyataan yang terjadi di masyarakat. Pada dasarnya ada beberapa

hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan pencurian yang mana

hal tersebut sangatlah merugikan seseorang dan membuat kepanikan serta

menimbulkan kesengsaraan orang lain yakni :15

1) Motivasi Intrinsik (Intern)

a. Faktor intelegensia

b. Faktor usia

15

(23)

7

c. Faktor jenis kelamin

d. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak

2) Motivasi Ekstrinsik (Ekstern)

a. Faktor pendidikan

b. Faktor pergaulan

c. Faktor lingkungan

Efek-efek pencurian dalam sebuah perkara atau perbuatan pasti ada efek

didalamanya hukum sebab akibat yang itu tidak bisa lepas dan selalu mengikuti.

Pencurian pada dasarnya adalah perbuatan jahat, maka di balik perbuatan tersebut

adanya efek yang merugikan terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri.

Efek terhadap pelakunya :

a) Efek yang akan di alami bagi pelaku pencurian atas perbuatanya tersebut antara

lain, mengalami kegelisahan batin karena pelaku pencurian akan selalu

dikejar-kejar rasa bersalah dan takut jika perbuatanya terbongkar, mendapat hukuman

yang berat apabila ia tertangkap yang sesuai dengan hukum yang di tetapkan,

mencemarkan nama baik karena jika ia terbukti mencuri sudah pasti namanya

tercemar di mata masyarakat.

b) Efek terhadap korban pencurian

Efek dari pencurian bagi korban diantaranya adalah dapat menimbulkan

kerugian harta, kekecewaan yang menimpa korban karena kehilangan

hartanya, keresahan jiwa dan ketakutan kerana harta merasa terancam.

Salah satu kejahatan yang terjadi akhir – akhir ini dan sangat menggangu

(24)

Pencurian membuat banyak kekhawatiran kepada petugas petugas PT. KAI dan

masyarakat pengguna kendaraan umum kereta api ini karena dapat membahayakan

laju lalu lintas kereta api. Kenekatan seseorang sudah tidak memikirkan

keselamatan banyak orang lagi hanya demi mementingkan diri sendiri semata.

Karena itulah penulis melakukan penelitian untuk penulisan skripsi yang berjudul

“Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Pencurian Rel Kereta Api di Provinsi

Lampung”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang terkait dengan pencurian khususnya dalam

menghadapi kejahatan pencurian Rel Kereta Api, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian rel Kereta Api di

Propinsi Lampung ?

2. Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap kejahatan pencurian Rel

Kereta Api di Propinsi Lampung?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat luasnya cakupan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penulis

pun membatasi ruang lingkup pada pembahasan substansi Hukum Pidana , baik

Hukum Pidana materil, hukum Pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana

mengenai objek kajian terkait dengan kejahatan pencurian rel kereta api di

(25)

9

Hukum Pidana dan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007

Tentang Perkeretaapian. Lokasi penelitian yaitu di PT. KAI Bandar Lampung dan

Polresta Bandar Lampung dilaksanakan pada bulan Desember 2014.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian

rel kereta api di Propinsi Lampung.

b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menanggulangi terjadinya

kejahatan pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dapat dilihat dari dua aspek , yaitu:

a. Kegunaan Teoritis dan Konseptual

Penulisan ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis dan

pemahaman kepada masyarakat, dapat memperkaya konsep atau teori yang

membantu perkembangan ilmu pengetahuan hukum pidana khususnya mengenai

sebab – sebab terjadinya kejahatan atau tinjauan kriminologis. Serta diharapkan

dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak –

pihak yang merasa tertarik dalam masalah yang ditulis dalam penelitian ini.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan jawaban atas

(26)

yang menggeluti ilmu hukum pidana, mengingat perkembangan ilmu hukum yang

mengalami banyak permasalahan dan membutuhkan suatu pemecahan untuk

menjelaskan semua itu, tentunya diperlukan suatu konstruksi pemikiran sehingga

dapat memecahkan bersama sebagai sarana memperluas wawasan bagi penulis.

D. Kerangka Teoristis dan Konseptual

1. Kerangka Teoristis

Kerangka Teoristis adalah konsep konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi

dari hasil penelitian yang pada dasarnya bertujuan untuk menidentifikasi terhadap

dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. 16 Teori yang digunakan

didalam penulisan skripsi ini adalah teori-teori yang berhubungan dengan

pengaturan upaya penanggulangan pencurian rel kereta api berdasarkan hukum

positif yang berlaku di Indonesia.

Teori tentang sebab- sebab kejahatan meliputi :17

1) Motivasi Intrinsik (Intern)

a. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak

b.Faktorintelegence

b. Faktor usia

c. Faktor jenis kelamin

2) Motivasi Ekstrinsik (Ekstern)

a. Faktor pendidikan

b. Faktor pergaulan

16

Soekanto, S. 1986.Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta. hlm.124.

17

(27)

11

c. Faktor lingkungan

d. Faktor Pekerjaan

e. Faktor Lemahnya Sistem Keamanan Lingkungan Masyarakat

Upaya atau kebijakan untuk melakukan Pencegahan dan Penanggulangan

Kejahatan (PPK) termaksuk bidang “kebijakan kriminal” (“criminal policy”).

Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu

“kebijakan sosial” (“social policy”) yang terdiri dari “ kebijakan atau upaya-upaya

untuk kesejateraan sosial (“social-walfare policy”) dan kebijakan atau

upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat (“social-defance policy”).18 Dengan

demikian, sekiranya kebijakan penanggulangan kejahatan (politik criminal)

dilakukan dengan menggunakan sarana “penal” (hukum pidana). Maka kebijakan

hukum pidana khususnya pada tahap kebijakan yudikatif atau aplikatif harus

memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan social itu,

berupa “social welfare” dan “social defence” (Berikut Skema Tujuan Kebijakan

Sosial).

18

Nawawi, Arif, Barda. 2011. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm 73.

(28)

Bertolak dari skema diatas, dapat diidentifikasikan hal-hal pokok sebagai

berikut:19

a. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan social

welfaredansocial defence

b. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakaukan dengan

pendekatan integral, ada keseimbangan “sarana penal” dan sarana “non penal”.

Dilihat dari sudut politik kriminal kebijakan paling strategis melalui sarana non

penal karena lebih bersifat preventif dan kebijakan penal memiliki

keterbatasan atau kelmahan yaitu bersifat fragmentaris/simplistic/tidak

struktural/fungsional.

c. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal merupakan

“penal policy” atau “penal law enforcement policy” yang funsionalisasi/

operasionalisasi melelui tahap:

1). Formulasi( kebijakan legislatif)

2). Aplikasi (kebijakan yudikatif atau yudisial)

3). Eksekusi( kebijakan eksekutif/ administratif)

Makna di terbitkannya UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkereta apian

Republik Indonesia adalah untuk perkereta apian diselenggarakan dengan tujuan

untuk memperlancar perpindahan orang dan/ atau barang secara missal dengan se

lamat dan aman,nyaman,cepat,lancar, dan tepat,tertib dan teratur, efesien, serta

menunjang pemerataan ,pertumbuhan, stabilitas, pendorong,dan penggerak

pembangunan nasional. Undang-undang ini memberikan pemahaman kepada

masyarakat bahwa dalam penyelenggaraan perkereta apian diperlukan adanya

19

(29)

13

acuan tertentu yang harus dipenuhi sehingga masyarakat akan mendapatkan

pelayanan yang baik secara profesional.

2. Konseptual

Konseptual menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang

merupakan sekumpulan pengertian yang berkaitan dengan istilah yang ingin

diteliti atau diketahui.20 Beberapa istilah yang memiiki arti luas dipersempit

sehingga dapat memfokuskan permasalahan. Sebaliknya, sbeberapa istilah

mengalami proses perluasan makna dengan tujuan mencari titik temu antara

konsep tertentu antara konsep dengan penerapannya dalam praktek.

Demikian pula dengan generalisasi esensi dari konsep-konsep tertentu yang

memiliki kesamaan-kesaman pada intinya, dijadikan suatu pengertian khusus,

yang akan memudahkan menulusuri maksud penulis. Pengertian-pengertian

khusus tersebut antara lain:

Menurut Moelyatno perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu

aturan hukum, larangan dimana disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa

pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.21Kriminologi adalah

ilmu pengetahuan ilmiah tentang: a) perumusan sosial pelanggaran hukum,

penyimpangan sosial,kenakalan, dan kejahatan; b) pola-pola tingkah laku yang

termasuk dalam kategori penyimpangan sosial , pelanggaran hukum dan kejahatan

yang ditelusuri pada munculnya suatu peristiwa kejahatan,serta kedudukan dan

korban kejahatan dalam hukum dan masyarakat; d) pola reaksi sosial formal,

20

Soekanto, S. 1986,.Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta. Hlm.124 21

(30)

informal terhadap penjahat, kejahatan dan korban kejahatan. Dalam pengertian

tersebut termasuk melakukan penelitian ilmiah terhadap pelanggaran hak- hak

asasi manusia, serta usaha Negara dalam mewujudkan hak- hak asasi manusia dan

kesejahteraan sosial.22

a. Kejahatan

Perbuatan yang anti sosial yang oleh Negara ditentang dengan sadar melalui

penjatuhan hukuman. Kejahatan adalah perbuatan yang melanggar hukum

pidana.23

b. Pencurian

Pencurian menurut Kitab Undang Undang Hukum Pidana adalah Barang siapa

mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang

lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena

pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda

paling banyak sembilan ratus rupiah.24

c. Kereta Api

Kereta api adalah setiap kendaraan yang mempergunakan tenaga mesin

sebagai intinya untuk bergerak atau berjalan, kendaraan ini biasanya

dipergunakan untuk pengangkutan orang dan barang atau sebagai alat

transportasi. Kereta api sebagai sarana transportasi atau sebagai alat

pengangkutan memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan

perekonomian suatu bangsa.25

22

Mustopa, M. 2007kriminologi.FISIP UI PRESS. Depok hlm.14.

23

B. Simanjuntak: 73.dalamHendar, S. 2011.Analisis Kriminologis Terhadap Kejahatan perkosaan yang dilakukan antar anak.Universitas Lampung.Bandar Lampung. hlm.11 24

Dikutip dari www.anggarajusticia/tindak_pidana_pencurian.htlm diakses tanggal 25 September 2014 Pukul 11.07 WIB

25

(31)

15

d. Rel Kereta Api

Rel adalah logam batang untuk landasan jalan kereta api atau kendaraan

sejenis seperti trem dan sebagainya. Rel mengarahkan/memandu kereta api

tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang logam kaku yang

sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut

diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau

penambat (seperti penambat pandrol).26

E. Sistematika Penulisan

Penulisan Sistematika penulisan ini memuat keseluruhan yang akan disajikan

dengan tujuan mempermudah pemahaman konteks skripsi ini, maka penulis

menyajikan penulisan dengan sistematika sebagai berikut :

1. PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang dari permasalahan yang diselidiki, masalah yang

dijadikan fokus studi, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan kegunaan

penelitian, kerangka teoritis dan konseptual yang dipergunakan, serta sistematika

penulisan

2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai pengertian kriminologi pengertian kejahatan jenis

pencurian pengertian perkeretaapian,teori terjadinya kejahatan dan upaya

penanggulangannya, memahami dan memperjelas masalah yang akan diselidiki

mengenai pencurial rel kereta api.

26

(32)

3. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini,

yang menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan

masalah, metode pengumpulan data yang merupakan penjelasan tentang darimana

data itu diperoleh dan pengolahan data serta metode analisis dan pembahasan.

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan bab ini juga

memberikan jawaban mengenai permasalahan yang penulis teliti yaitu mengenai

Tinjauan kriminologis pencurian rel kereta api di propinsi Lampung.

5. PENUTUP

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Teori Kriminologi

Berdasarkan sudut sifat dan objeknya maka dalam membahas pengertian

kriminologi asal mula perkembangan kriminologi tidak dapat disangkal berasal

dari penyelidikan C. Lomborso (1876).Bahkan Lomborso menurut Pompe

dipandang sebagai salah satu tokoh revolusi dalam sejarah hukum pidana,

disamping Cesare Baccaria. Namun ada pendapat lain yang mengemukakan

bahwa penyelidikan secara ilmiah tentang kejahatan justru bukan dari Lomborso

melainkan dari Adolhe Quetelet, seorang Belgia yang memiliki keahlian dibidang

Matematika. Bahkan, dari dialah berasal “statistic kriminil” yang kini

dipergunakan terutama oleh pihak kepolisian di semua negara dalam memberikan

deskripsi tentang perkembangan kejahatan di negaranya.27

Kriminologi termasuk cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pada tahun

1850 bersama-sama dengan ilmu sosiologi, antropologi, dan psikologi.Nama

kriminologi pertama kali ditemukan oleh P.Topinard (1830-1911), seorang ahli

antropologi Prancis.28 Nama kriminologi yang ditemukan oleh P.Topinard

(1830-1911) seorang ahli antropologi Prancis, secara harfiah Kriminologi berasal dari

kata “Crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu

27

Atmasasmita, R. 2010.Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, hlm 9 28

(34)

pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang

penjahat dan kejahatan.

Beberapa sarjana memberikan pengertian berbeda terhadap kriminologi, Michael

dan Adler berpendapat bahwa, kriminologi adalah keseluruhan mengenai

perbuatan dan sifat dari para penjahat, lingkungan mereka dan cara mereka secara

resmi diperlakukan oleh lembaga-lembaga penertib masyarakat dan oleh para

masyarakat. Sedangkan Wood mengatakan bahwa kriminologi meliputi

keseluruhan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman,

yang bertalian dengan perbuatan jahat dan penjahat, termasuk di dalamnya reaksi

dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat.29

Selanjutnya Moeljatno berpendapat bahwa kriminologi adalah untuk mengerti apa

sebab-sebab sehingga seseorang berbuat jahat. Apakah memang karena bakatnya

adalah jahat ataukah didorong oleh keadaan masyarakat disekitarnya (milieu) baik

keadaan sosiologis maupun ekonomis. Jika sebab-sebab itu diketahui, maka

disamping pemidanaan, dapat diadakan tindakan-tindakan yang tepat, agar orang

tadi tidak lagi berbuat demikian, atau agar orang-orang lain tidak akan

melakukannya. Karena itulah terutama di negeri-negeri angelsaks, Kriminologi

dibagi menjadi tiga bagian30 yaitu 1) Criminal biology, yang menyelidiki dalam

diri orang itu sendiri akan sebab-sebab dari perbuatannya, baik dalam jasmani

maupun rohani. 2)Criminal sosiologi, yang mencoba mencari sebab-sebab dalam

lingkungan masyarakat dimana penjahat itu berbeda (dalam milieunya) dan 3)

29

Santoso, Topo dan Zulfa, A. E, 2001.Kriminologi. RajaGrafindo Persada. Jakarta, hlm 12. 30

(35)

19

Criminal policy, yaitu tindakan-tindakan apa yang disekitarnya harus dijalankan

supaya orang lain tidak berbuat demikian.

Menurut A.S. Alam ruang lingkup pembahasan kriminologi meliputi tiga hal

pokok31, yaitu Pertama adalah proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana

(making laws). Pembahasan dalam proses pembuatan hukum pidana (process of

making laws) meliputi a) Definisi kejahatan, b) Unsur-unsur kejahatan, c)

Relativitas pengertian kejahatan, d) Penggolongan kejahatan dan e) Statistik

kejahatan. Kedua Etiologi kriminal, yang membahas yang membahas teori-teori

yang menyebabkan terjadinya kejahatan (breaking of laws).

Sedangkan yang dibahas dalam etiologi kriminal (breaking of laws) meliputi : a)

Aliran-aliran (mazhab-mazhab) kriminologi, b) Teori-teori kriminologi dan c)

Berbagai perspektif kriminologi. Ketiga adalah reaksi terhadap pelanggaran

hukum, (reacting toward the breaking of laws). Reaksi dalam hal ini bukan hanya

ditujukan kepada pelanggar hukum berupa tindakan represif tetapi juga reaksi

terhadap calon pelanggar hukum berupa upaya-upaya pencegahan kejahatan

(criminal prevention). Selanjutnya yang dibahas dalam bagian ketiga adalah

perlakuan terhadap pelanggar-pelanggar hukum (Reacting Toward the Breaking

laws) meliputi : a) Teori-teori penghukuman, b) Upaya-upaya

penanggulangan/pencegahan kejahatan baik berupa tindakan pre-emtif, preventif,

represif, dan rehabilitatif.

Kriminologi lahir dan kemudian berkembang menduduki posisi yang penting

sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang interdisiplin dan semakin menarik,

31

(36)

bergerak dalam dua “roda besar” yang terus berputar dalam perubahan pola-pola

kriminalitas sebagai fenomena sosial yang senantiasa dipengaruhi oleh kecepatan

perubahan sosial dan teknologi. Roda-roda yang bergerak itu adalah penelitian

kriminologi dan teori-teori kriminologi.32

Dalam perkembangannya tentang kejahatan atau kriminologi terus menimbulkan

berbagai pendapat dari berbagai pakar kriminolog dan pakar ilmu hukum.

Setidaknya berikut ini akan dikemukakan beberapa penyebab kejahatan 33 yaitu

pertama adalah Anomie (ketiadaan norma) atau strain (ketegangan).Teori anomie

dan penyimpangan budaya memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan sosial

(social force) yang menyebabkan orang melakukan aktivitas kriminal.Teori ini

berasumsi bahwa kelas sosial dan tingkah laku kriminal saling berhubungan.Pada

penganut teori anomie beranggapan bahwa seluruh anggota masyarakat mengikuti

seperangkat nilai-nilai budaya, yaitu nilai-nilai budaya kelas menengah yakni

adanya anggapan bahwa nilai budaya terpenting adalah keberhasilan dalam

ekonomi.

Karena orang-orang kelas bawah tidak mempunyai sarana-sarana yang sah

(legitimate means) untuk mencapai tujuan tersebut seperti gaji tinggi, bidang

usaha yang maju dan lain-lain, mereka menjadi frustasi dan beralih menggunakan

sarana-sarana yang tidak sah (illegitimate means).

32

Dirdjosisworo, S 1994.Sinopsis Kriminologi Indonesia. Mandar Madju,. Jakarta. hlm.108-143 33

(37)

21

Kedua adalahCultural Deviance (penyimpangan budaya).Sangat berbeda dengan

teori itu, teori penyimpangan budaya mengklaim bahwa orang-orang dari kelas

bawah memiliki seperangkat nilai-nilai yang berbeda, yang cenderung konflik

dengan nilai-nilai kelas menengah. Sebagai konsekuensinya, manakalah

orang-orang kelas bawah mengikuti sistem nilai mereka sendiri, mereka mungkin telah

melanggar norma-norma konvensional dengan cara mencuri, merampok dan

sebagainya.

Ketiga adalahSocial Control (kontrol sosial).Sementara itu pengertian teori

kontrol sosial merujuk kepada pembahasan delinquency dan kejahatan yang

dikaitkan dengan variable-variabel yang bersifat sosiologis, antara lain struktur

keluarga, pendidikan dan kelompok domain. Terdapat empat unsur kunci dalam

teori kontrol sosial mengenai perilaku kriminal yang meliputi34: a) Kasih Sayang,

kasih sayang ini meliputi kekuatan suatu ikatan yang ada antara individu dan

saluran primer sosialisasi, seperti orang tua, guru dan para pemimpin masyarakat.

Akibatnya, itu merupakan ukuran tingkat terhadap mana orang-orang yang patuh

pada hukum bertindak sebagai sumber kekuatan positif bagi individu.b) Komitme,

sehubungan dengan komitmen ini, kita melihat investasi dalam suasana

konvensional dan pertimbangan bagi tujuan-tujuan untuk hari depan yang

bertentangan dengan gaya hidup delinkuensi. c) Keterlibatan, merupakan ukuran

kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

konvensional mengarahkan individu kepada keberhasilan yang dihargai

masyarakat.

34

(38)

Kemudian yang d) Kepercayaan.akhirnya kepercayaan memerlukan diterimanya

keabsahan moral norma-norma sosial serta mencerminkan kekuatan sikap

konvensional seseorang. Keempat unsur ini sangat mempengaruhi ikatan sosial

antara seorang individu dengan lingkungan masyarakatnya yaitu

1) Teori Sosiologi (Sociology Theory)

Teori sosiologi mengupas kejahatan dari sisi sosiologi.Pengupasan ini

menimbulkan ilmu baru yang disebut criminal sociology.Ilmu ini meneliti

pengaruh keadaan masyarakat terhadap timbulnya serta akibat kejahatan.

Kejahatan tidak terlepas dari kondisi aspek masyarakat : ekonomi, politik, dan

kebudayaan. Aspek ini menyebabkan pergeseran dan perubahan norma yang

terdapat dalam masyarakat35.

2) Teori Psikoanalitik (Psyco Analytic Theory)

Menurut Sigmund Freud, penemu psikonanalisa, hanya sedikit berbicara

tentang orang-orang kriminal36. Ini dikarenakan perhatian Freud hanya tertuju

pada neurosis dan faktor-faktor di luar kesadaran yang tergolong kedalam

struktur yang lebih umum mengenai tipe-tipe ketidakberesan atau penyakit

seperti ini. Seperti yang dinyatakan oleh Alexander dan Staub , kriminalitas

merupakan bagian sifat manusia37. Dengan demikian, dari segi pandangan

psikoanalitik, perbedaan primer antara kriminal dan bukan kriminal adalah

35

Rockles, Sutherland. 1950dalam Simanjuntak, B. 1981. Pengantar Kriminalogi dan Patologi Sosial edisi ke-2.TARSITO. Bandung

36

Bertens, K. 2006.PsikoanalisisSigmund Freud. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama dalam(http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis) di unduh pukul 21.32 wib

37

(39)

23

bahwa non kriminal ini telah belajar mengontrol dan menghaluskan

dorongan-dorongan dan perasaan anti-sosialnya.

Faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya kejahatan, Walter Lunden

berpendapat bahwa gejala yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

adalah sebagai berikut:

a. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota-kota jumlahnya cukup besar

dan sukar dicegah.

b. Terjadi konflik antara norma adat pedesaan tradisional dengan norma-norma

baru yang tumbuh dalam proses dan pergeseran sosial yang cepat, terutama di

kota-kota besar.

c. Memudarkan pola-pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola

kontrol sosial tradisionalnya, sehingga anggota masyarakat terutama remajanya

menghadapi “samarpola” (ketidaktaatan pada pola) untuk menentukan

prilakunya.

B. Pengertian dan Jenis Kejahatan

1. Pengertian Kejahatan

Kejahatan adalah suatu persoalan yang selalu melekat dimana masyarakat itu

ada. Kejahatan selalu akan ada seperti penyakit dan kematian yang selalu berulah

seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ketahun. Segala daya

upaya dalam menghadapi kejahatan dapat menekan atau mengurangi

meningkatnya jumlah kejahatan dan memperbaiki penjahat agar dapat kembali

(40)

diberikan orang untuk menilai perbuatan-perbuatan tertentu sebagai perbuatan

jahat. Dengan demikian, maka si pelaku disebut sebagai penjahat. Pengertian

tersebut bersumber dari manusia, sehingga ia memiliki pengertian yang sangat

relatif, yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu.

Tentang definisi dari kejahatan itu sendiri tidak terdapat kesatuan pendapat

diantara para sarjana, R. Soesilo membedakan pengertian kejahatan secara yuridis

dan pengertian kejahatan secara sosiologis.Ditinjau dari segi yuridis, pengertian

kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang

undang.Ditinjau dari segi sosiologis, maka yang dimaksud dengan kejahatan

adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga

sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman

dan ketertiban.38

Selanjutnya adapun beberapa definisi kejahatan menurut beberapa pakar39 yaitu

sebangai berikut :

1) J.M. Bemmelem memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti sosial yang

menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam

masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat,

negara harus menjatuhkan hukuman kepada penjahat.

2) M.A. Elliot mengatakan bahwa kejahatan adalah suatu problem dalam

masyarakat modem atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dapat

dijatuhi hukurnan penjara, hukuman mati dan hukuman denda dan seterusnya.

38

Syahruddin. 2003. Kejahatan dalam Masyarakat dan Upaya Penanggulangannya. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. hlm 1

39

(41)

25

3) W.A. Bonger mengatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti

sosial yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian

penderitaan.

4) Paul Moedikdo Moeliono kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma

hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan

yang merugikan, menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan (negara

bertindak).

5) J.E. Sahetapydan B. Marjono Reksodiputro dalam bukunya “Paradoks Dalam

Kriminologi” menyatakan bahwa, kejahatan mengandung konotasi tertentu,

merupakan suatu pengertian dan penamaan yang relatif, mengandung

variabilitas dan dinamik serta bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku

(baik aktif maupun pasif), yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau minoritas

masyarakat sebagai suatu perbuatan anti sosial, suatu pemerkosaan terhadap

skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat

sesuai dengan ruang dan waktu.

2. Jenis Kejahatan.

Kejahatan dapat digolongkan atas beberapa penggolongan yaiu pertama adalah

penggolongan kejahatan yang didasarkan pada motif pelaku. Hal ini dikemukakan

menurut pandangan Bonger 40 sebagai berikut : 1) Kejahatan ekonomi (economic

crimes), misalnya penyelundupan. 2) Kejahatan seksual (economic crimes),

misalnya perbuatan zina, Pasal 284 KUHP. 3) Kejahatan politik (politic crimes),

misalnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia, DI /TII dan lain sebagainya.

40

(42)

4) Kejahatan diri (moscellaneus crimes), misalnya penganiayaan yang motifnya

dendam.

Kedua adalah penggolongan kejahatan yang didasarkan kepada berat ringannya

suatu ancaman pidana yang dapat dijatuhkan, yaitu: 1) Kejahatan, yakni semua

pasal-pasal yang disebut di dalam Buku II KUHP, seperti pembunuhan, pencurian

dan lain-lain. 2) Pelanggaran, yakni semua pasal-pasal yang disebut di dalam

Buku III KUHP, misalnya saksi di depan persidangan memakai jimat pada waktu

ia harus memberikan keterangan dengan sumpah, dihukum dengan hukuman

kurung selama-lamanya 10 hari dan denda Rp. 750,-. 3) Penggolongan kejahatan

untuk kepentingan statistik, oleh sebagai berikut : a) Kejahatan terhadap orang

(crimes against person), misalnya pembunuhan, penganiayaan dan lain-lain.

b) Kejahatan terhadap harta benda (crimes against property), misalnya pencurian,

perampokan dan lain-lain. c) Kejahatan terhadap kesusilaan umum (crimes

against piblicdecency), misalnya perbuatan cabul.

Ketiga adalah penggolongan kejahatan untuk membentuk teori. Penggolongan

didasarkan akan adanya kelas-kelas kejahatan dan beberapa menurut proses

penyebab kejahatan itu, yaitu cara melakukan kejahatan teknik-teknik dan

organisasinya dan timbul kelompok-kelompok yang mempunyai nilai-nilai

tertentu. Kelas-kelas tersebut sebagaimana ditulis oleh A.S. Alam 41 sebagai

berikut : a) Profesional crimes, yaitu kejahatan yang dilakukan sebagai mata

pencaharian tetapnya dan mempunyai keahlian tertentu untuk profesi itu, misalnya

pemalsuan uang, tanda tangan dan pencopet. b) Organized crimes, yaitu suatu

41

(43)

27

kejahatan yang terorganisir, misalnya pemerasan , perdagangan narkotika dan

obat-obatan terlarang. c) Occasional crimes, yaitu suatu kejahatan karena adanya

suatu kesepakatan, misalnya pencurian di rumah secara bersama.

Keempat adalah penggolongan kejahatan yang dilakukan oleh nilai-nilai sosiologi

yang dikemukakan oleh 42 sebagai berikut :a) Violent personal crimes, yaitu

kejahatan kekerasan terhadap orang, misalnya pembunuhan (murder),

pemerkosaan (rape) dan penganiayaan (assault). b) Occasional property crimes,

yaitu kejahatan harta benda karena kesepakatan, misalnya pencurian rel kereta api,

pencurian di toko-toko besar. c) Occupational crimes, yaitu kejahatan karena

kedudukan atau jabatan, misalnya korupsi.

d) Politic crimes, yaitu kejahatan politik, misalnya pemberontakan sabotase,

perang gerilya dan lain-lain. e) Public order crimes, yaitu kejahatan terhadap

ketertiban umum yang biasa disebut dengan kejahatan tanpa korban, misalnya

pemabukan, wanita melacurkan diri. f) Convensional crimes, yaitu kejahatan

konvensional, misalnya perampokan (robbory), pencurian kecil-kecilan

(larceny), dan lain-lain. g) Organized crimes, yaitu kejahatan yang terorganisir,

misalnya perdagangan wanita untuk pelacuran, perdagangan obat bius. h)

Professional crimes, yaitu kejahatan yang dilakukan sebagai profesinya, misalnya

pemalsuan uang, pencopet, dan lain-lain.

Selanjutnya untuk mengetahui kejahatan yang terjadi di masyarakat, diperlukan

adanya statistik kejahatan.Statistik kejahatan merupakan statistik yang paling

sempurna. Adapun hal-hal yang menyebabkan kesulitan di dalam menyusun

42

(44)

statistik kejahatan 43 adalah sebagai berikut : a) Tidaklah mungkin mengetahui

dengan pasti jumlah kejahatan yang terjadi di dalam setiap daerah peradilan pada

suatu waktu tertentu. b) Kadang-kadang suatu tindakan dicap sebagai kejahatan,

sebaliknya bukan kejahatan oleh peneliti lain. dan c) Merupakan kenyataan

sehari-hari bahwa banyak kejahatan yang terjadi tanpa diketahui oleh yang berwenang.

C. Pengertian dan Jenis Pencurian

1. Pengertian Pencurian

Tindak pidana pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang berkaitan

dengan tindak pidana terhadap harta kekayaan orang.Tindak pidana pencurian ini

diatur dalam BAB XXII Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang

dirumuskan sebagai tindakan mengambil barang seluruhnya atau sebagian milik

orang lain, dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum44. Pengertian

pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, adalah berupa rumusan pencurian dalam

bentuk pokoknya yang berbunyi:

Barang siapa mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik

orang lain dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum, diancam

karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda

paling banyak Rp. 900; (sembilan ratus rupiah).

Adapun unsur-unsur tindak pidana pencurian ada 2 (dua), yaitu: a) Unsur-unsur

subyektif terdiri dari: 1) Perbuatan mengambil, 2) Obyeknya suatu benda, 3)

43

Ibid.,hlm 9. 44

(45)

29

Unsur keadaan yang meyertai atau melekat pada benda yaitu benda tersebut

sebagian atau keseluruhan milik orang lain.b) Unsur obyektifnya, terdiri dari:1)

Adanya maksud, 2) Yang ditujukan untuk memiliki dan 3) Dengan melawan

hukum.

Suatu perbuatan atau peristiwa baru dapat dikualifikasikan sebagai pencurian

apabila terdapat unsur tersebut di atas unsur subyektif dan unsur objektif. Unsur

subyektif terdiri dari :

1) Unsur perbuatan mengambil

Perbuatan mengambil yang menjadi unsur subyektif di dalam delik pencurian

seharusnya ditafsirkan setiap perbuatan untuk membawa sesuatu benda di

bawah kekuasaannya yang nyata dan mutlak. Tindak pidana pencurian dalam

bentuk pokok seperti yang diatur Pasal 362 KUHP terdiri dari unsur subjektif

yaitu dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum

dan unsur-unsur objektif yakni, barang siapa, mengambil, sesuatu benda dan

sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain45. Jadi di dalam delik pencurian

dianggap sudah selesai jika pelaku melakukan perbuatan “mengambil” atau

setidak-tidaknya ia sudah memindahkan suatu benda dari tempat semula.

Dalam praktek sehari-hari dapat terjadi seorang mengambil suatu benda, akan

tetapi karena diketahui oleh orang lain kemudian barang tersebut dilepaskan,

keadaan seperti ini sudah digolongkan perbuatan mengambil.

45

(46)

2) Unsur benda

Pengertian benda yang dimaksud di dalam Pasal 362 KUHP adalah benda

berwujud yang menurut sifatnya dapat dipindahkan. Di dalam kenyataan

yang menjadi obyek pencurian tidak hanya benda berwujud yang sifatnya dapat

dipindahkan oleh karena itu pengertian benda tersebut berkembang meliputi

setiap benda baik itu merupakan benda bergerak maupun tidak bergerak, baik

berupa benda benda berwujud maupun tidak berwujud dan benda-benda yang

tergolong res nullius dalam batas-batas tertentu. Pengertian benda menurut

Pasal 362 KUHP memang tidak disebutkan secara rinci, sebab tujuan pasal ini

adalah untuk melindungi harta kekayaan orang.

3) Unsur-unsur atau seluruhnya milik orang lain

Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain cukup sebagian saja.

Siapakah yang diartikan dengan orang lain dalam unsur sebagian atau

seluruhnya milik orang lain. Orang lain itu diartikan sebagai bukan petindak.

Dengan demikian maka pencurian dapat terjadi terhadap benda-benda milik

badan hukum, misal milik negara.

Kemudian unsur-unsur obyektif yaitu :

1) Maksud dan tujuan

Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni unsur maksud

(kesengajaan sebagai maksud), berupa unsur kesalahan dalam pencurian dan

unsur memiliki, kedua unsur ini dapat dibedakan dan tidak terpisahkan.

Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu ditujukan untuk

memilikinya. Dari penggabungan dua unsur itulah yang menunjukkan bahwa

(47)

31

beralihnya hak milik atas barang yang dicuri ke tangan petindak, dengan

alasan pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan perbuatan melawan

hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya

subyektif saja.

2) Menguasai bagi dirinya sendiri

Pengertian menguasai bagi dirinya sendiri yang terdapat pada Pasal 362 KUHP

maksudnya adalah menguasai sesuatu benda seakan-akan ia pemilik dari benda

tersebut. Pengertian seakan-akan di dalam penjelasan tersebut memiliki arti

bahwa pemegang dari benda itu tidak memiliki hak seluas hak yang dimiliki

oleh pemilik benda yang sebenarnya.

2. Jenis-jenis Pencurian

Dalam KUHP dijelaskan ada beberapa jenis macam tidak pidana pencurian yaitu

Pencurian Biasa ( Pasal 362 KUHP ). Pencurian biasa ini terdapat didalam KUHP

yang dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi : ”Barang siapa yang

mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan

maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena

mencuri dengan pidana selama-lamanya lima tahun atau dengan denda

sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah”.

Dari pengertian Pasal 362 KUHP, maka unsur dari pencurian ini adalah sebagai

berikut:46

46

(48)

a) Tindakan yang dilakukan adalah ”mengambil”

Mengambil untuk dikuasainya maksudnya untuk penelitian mengambil barang

itu dan dalam arti sempit terbatas pada penggerakan tangan dan jari-jarinya,

memegang barangnya dan mengalihkannya kelain tempat, maka orang itu

belum dapat dikatakan mencuri akan tetapi ia baru mencoba mencuri.

b) Yang diambil adalah ”barang”

Yang dimaksud dengan barang pada detik ini pada dasarnya adalah setiap

benda bergerak yang mempunyai nilai ekonomis. Pengertian ini adalah wajar,

karena jika tidak ada nilai ekonomisnya, sukar dapat diterima akal bahwa

seseorang akan membentuk kehendaknya mengambil sesuatu itu sedang

diketahuinya bahwa yang akan diambil itu tiada nilai ekonomisnya.

c) Status barang itu ”sebagian atau seluruhnya menjadi milik orang lain.”

Barang yang dicuri itu sebagian atau seluruhnya harus milik orang lain,

misalnya dua orang memiliki barang bersama sebuah sepeda itu, dengan

maksud untuk dimiliki sendiri. Walaupun sebagian barang itu miliknya sendiri,

namun ia dapat dituntut juga dengan pasal ini.

d). Tujuan perbuatan itu adalah dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan

melawan hukum (melawan hak). Maksudnya memiliki ialah : melakukan

perbuatan apa saja terhadap barang itu seperti halnya seorang pemilik, apakah

itu akan dijual, dirubah bentuknya, diberikan sebagai hadiah kepada orang lain,

semata-mata tergantung kepada kemauannya.

Kedua adalah Pencurian dengan Pemberatan.Dinamakan juga pencurian

(49)

33

dengan pencurian biasa, sesuai dengan Pasal 363 KUHP maka bunyinya sebagai

berikut :”Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun”.

Kemudian yang ketiga adalah Pencurian Ringan.Pencurian ini adalah pencurian

yang dalam bentuk pokok, hanya saja barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus

lima puluh ribu. Yang penting diperhatikan pada pencurian ini adalah walau harga

yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah namun pencuriannya

dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada

rumahnya, dan ini tidak bisa disebut dengan pencurian ringan. Pencurian ringan

dijelaskan dalam Pasal 364 KUHP yang bunyinya sebagai berikut : ”Perbuatan

yang diterangkan dalam Pasal 363 Ayat 1 Butir 5 yaitu “Pencurian yang untuk

masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang

diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan

memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.asal saja

tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang

ada rumahnya, dan jika harga barang yang dicuri itu tidak lebih dari dua ratus lima

puluh ribu rupiah dipidana karena pencurian ringan, dengan pidana penjara

selama-lamanya 3 bulan atau sebanyak-banyaknya sembilan ratus rupiah”.

Sesuai jenis perinciannya, maka pada pencurian ringan hukuman penjaranya juga

ringan dibanding jenis pencurian lain. diketahui bahwa pencurian ringan diancam

dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan dan denda sebanyak

sembilan ribu rupiah.

Keempat yaitu Pencurian dengan kekerasan.Sesuai dengan Pasal 365 KUHP maka

(50)

a) Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana

pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan

pencurian itu atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya

sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri

atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal di tempatnya.

b) Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan :

Ke-1 : Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah

atau dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum

atau di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.

Ke-2 : Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih.

Ke-3 : Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan

memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

Ke-4 : Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat.

c) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima tahun jika perbuatan itu

berakibat ada orang mati.

d) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya

dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka atau

mati dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dan

lagi pula disertai salah satu hal yang diterangkan dalam No.1 dan No.3.

d) Yang dimaksud dengan kekerasan menurut Pasal 89 KUHP yang berbunyi

”Yang dimaksud dengan melakukan kekerasan”, yaitu membuat orang jadi

pingsan atau tidak berdaya lagi. Sedangkan melakukan kekerasan menurut

(51)

35

sah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala senjata, menyepak,

menendang, dan sebagainya. Masuk pula dalam pengertian kekerasan adalah

mengikat orang yang punya rumah, menutup orang dalam kamar dan

sebagainya dan yang penting kekerasan itu dilakukan pada orang dan bukan

pada barang.

e) Ancaman hukumannya diperberat lagi yaitu selama-lamanya dua belas tahun

jika perbuatan itu dilakukan pada malam hari disebuah rumah tertutup, atau

pekarangan yang didalamnya ada rumah, atau dilakukan pertama-tama dengan

pelaku yang lain sesuai yang disebutkan dalam Pasal 88 KUHP atau cara

masuk ke tempat dengan menggunakan anak kunci palsu, membongkar dan

memanjat dan lain-lain.

Kecuali jika itu perbuatan menjadikan adanya yang luka berat sesuai dengan Pasal

90 KUHP yaitu 47: 1) Luka berat berarti : a) Penyakit atau luka yang tak dapat

diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang mendatangkan bahaya

maut. b) Senantiasa tidak cukap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan

pencahariaan. c) Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra, d) Mendapat

cacat besar, e) Lumpuh (kelumpuhan), f) Akal (tenaga paham) tidak sempurna

lebih lama dari empat Minggu, g) Gugurnya atau matinya kandungan seseorang

perempuan, 2) Jika pencurian dengan kekerasan itu berakibat dengan matinya

orang maka ancaman diperberat lagi selama-lamanya lima belas tahun, hanya saja

yang penting adalah kematian orang tersebut tidak dikehendaki oleh pencuri,

3) Hukuman mati bisa dijatuhkan jika pencurian itu mengakibatkan matinya orang

luka berat dan perbuatan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama

47

(52)

atau sesuai dengan Pasal 88 KUHP yaitu : ”Mufakat jahat berwujud apabila dua

orang atau lebih bersama-sama sepakat akan melakukan kejahatan itu.”

D. Tinjauan Umum Tentang Perkeretaapian

Pengertian perkeretaapian Indonesia, menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 1 Ayat 1 dan Ayat

2 Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas sarana , prasarana,

dan sumber daya manusia, serta norma, kreteria, persyaratan, dan prosedur untuk

menyelenggarakan transportasi kerta api.

Kereta api adalah sarana perkeretaapin dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri

maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun

sedang bergerak dijalan rel yang terkait dengan perjalan rel kereta api.48

Berdasarkan pengertian perkeretaapian di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud

dengan kereta api adalah setiap kendaraan yang mempergunakan tenaga mesin

sebagai intinya untuk bergerak atau berjalan, kendaraan ini biasanya dipergunakan

untuk pengangkutan orang dan barang atau sebagai alat transportasi. Kereta api

sebagai sarana transportasi atau sebagai alat pengangkutan memegang peranan

penting dalam menentukan kemajuan perekonomian suatu bangsa.

E. Teori Tentang Faktor Penyebab Pencurian

Pada dasarnya ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu

tindakan pencurian (penjarahan) dimana hal ini dapat merugikan seseorang dan

48

(53)

37

membuat kepanikan serta menimbulkan kesengsaraan pada orang lain. Faktor

penyebab pencurian yaitu:49

1. Motivasi Intrinsik (Intern)

a. Faktor intelegensia

b. Faktor usia

c. Faktor jenis kelamin

d. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak

2. Motivasi Ekstrinsik (Ekstern)

a. Faktor pendidikan

b. Faktor pergaulan

c. Faktor lingkungan

F. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Kejahatan merupakan suatu bentuk penyimpangan yang terjadi di

masyarakat.Seseorang melakukan kejahatan pastilah dilatarbelakangi oleh

beberapa faktor sehingga mereka melakukan hal tersebut. Negara sebagai

organisasi kekuasaan pastilah akan memberikan sanksi kepada mereka yang

melakukan kejahatan. Ini dilakukan dengan membuat sebuah regulasi terhadap

larangan melakukan kejahatan.Sanksi yang diberikan kepada mereka biasanya

berupa nestapa (penderitaan) seperti hilangnya hak kemeredekaan mereka atau

dipenjara. Ini merupakan suatu bentuk penanggulangan kejahatan yang dilakukan

oleh negara agar menciptakan kehidupan yang aman dan tentram. Secara teori ada

beberapa cara dalam melakukan upaya penanggulangan kejahatan, yaitu :

49

(54)

a) Upaya Preventif

Preventif adalah upaya pencegahan yang dilakukan agar kejahatan tidak

terjadi.Karena seperti yang kita ketahui bersama kejahatan merupakan suatu

fenomena kompleks yang terjadi disekeliling kita dan sangat meresahkan

masyarakat. Dibandingkan upaya represif, upaya preventif jauh lebih baik

karena sebelum terjadinya kejahatan, upaya-upaya tersebut dipikirkan agar

bagaimana kejahatan tersebut tidak terjadi. Banyak cara yang dilakukan untuk

bagaimana kejahatan tersebut tidak terjadi, salah satunya melakukan sosialisi

tentang suatu peraturan perundang-undangan bahwa apabila seseorang

melakukan kejahatan akan diancam dengan sanksi pidana yang dapat membuat

mereka dipenjara. Karena landasan tersebut masyarakat merasa takut untuk

melakukan kejahatan.

Kemudian juga, seperti yang kita ketahui bersama salah satu faktor terjadinya

kejahatan karena kesenjangan sosial, yaitu banyaknya angka kemiskinan

didaerah tersebut sehingga upaya-upaya yang dilakukan, seperti pemerintah

atau pemerintah daerah membuka suatu lapangan kerja bagi mereka agar tidak

melakukan hal-hal yang menyimpang, dan masih banyak lagi upaya-upaya

preventif yang dapat dilakukan agar kejahatan tersebut tidak terjadi.

b) Upaya Represif

Represif biasa disebut dengan upaya tindakan atau penanggulangan, dalam arti

ketika kejahatan itu telah terjadi, upaya yang harus dilakukan agar setelah

seseorang melakukan kejahatan mereka tidak melakukan kejahatan mereka

(55)

39

biasanya dilakukan seperti bagaimana memikirkan untuk menyembuhkan

penjahat tersebut. Orang yang melakukan kejahatan secara tidak langsung

akan di penjara atau dimasukkan dalam rumah tahanan, diharapkan didalam

rumah tahanan tersebut mereka dibina sebaik mungkin agar mereka tidak

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap aroma sampel pada hari pertama dapat diketahui bahwa sampel dengan perlakuan (Al) memiliki tata'rata skor penilaian tertinggi

Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister pada program Magister Ilmu Adminstrasi Kekhususan Administrasi dan Kebijakan

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model Treffinger lebih baik daripada siswa yang mendapat

Sering penderita tersebut tidak mempunyai keluhan tertentu sebelumnya dan sebagian besar penderita hanya mempunyai keluhan yang ringan saja, seperti : Nyeri

Studi kasus ini bertujuan untuk menentukan kondisi penyakit yang terjadi pada 2 ekor lumba-lumba milik GSJA sebelum kematian melalui pemeriksaan histopatologi dan

Akibat gaya-gaya yang bekerja seperti pada gambar dan percepatan gravitasi bumi di tempat ini 10 m/s², besar resultan gaya gaya pada benda tersebut adalah..... Besar

[r]

Dalam Sistem Kontrol lup terbuka keluaran ditentukan hanya oleh penyetelan masukan dan keluaran tidak mempengaruhi masukan sedangkan dalam Sistem Kontrol lup tertutup