ABSTRAK
TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG
OLEH
ALFINICKO CHARISMA ALBA
Kejahatan yang sering terjadi belakangan ini adalah kejahatan mengenai harta kekayaan, yaitu kejahatan pencurian. Salah satu bentuk kejahatan pencurian yang saat ini terjadi adalah kejahatan pencurian rel kereta api. Pencurian tersebut membuat banyak kekhawatiran kepada pihak PT. KAI dan masyarakat pengguna kendaraan umum kereta api ini karena dapat membahayakan laju lalu lintas kereta api. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : (1). Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian rel Kereta Api di Propinsi Lampung. (2). Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap kejahatan pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung.
Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan masalah melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian telah dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Januari 2015. Metode yang digunakan adalah wawancara langsung dan dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menguraikan, menjelaskan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini.
sistem keamanan dan mengadakan patroli rutin. Saran pada penelitian ini adalah (1). Untuk mencegah adanya kejahatan pencurian rel kereta api yang ada di propinsi Lampung ialah diharapkan agar pihak penegak hukum dapat bekerja sama dengan baik oleh pihak pemerintah atau dilembaga bidang tertentu untuk memberikan penyuluhan mengenai dampak dari kejahatan baik dalam lingkungan keluarga, maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. (2). Dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api, upaya penindakan (represif)
terlebih kepada lembaga pemasyarakatan, perlu adanya diberikan upaya pemembina narapidana, agar disuatu kelak nantinya, para narapidana telah menjalani proses pemasyarakatan (warga binaan), dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya
TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN
REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG
Oleh
ALFINICKO CHARISMA ALBA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum
Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 28 Februari 1993.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak
Sentot Fatnur dan Ibu Nurhayati.
Penulis menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri
Semuli Jaya dan selesai pada tahun2 005, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Semuli Jaya yang diselesaikan
Pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa pada Fakultas
Hukum, Universitas Lampung melalui jalur Penjaringan Bibit Unggul Daerah (PBUD) dan
mengambil Hukum Pidana. Pada Januari 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Alhamdulillahirobilalamin
,Sagala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang telah memberikan kesempatan sehingga
dapat ku selesaikan sebuah karya ilmiah ini dan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang kita harapkan Syafaatnya di hari akhir kelak. Aku
persembahkan karya ini kepada :
Kedua orang tuaku :
Ayahanda Sentot Fatnur S. Pd dan Ibunda Alm. Nurhayati
dan ibunda Nuraini S.Pd tercinta
yang selalu mencintai, menyayangi, mengasihi dan mendoakanku dengan tulus
sebagai penyemangat dalam hidupku
Serta untuk kakak dan adikku yang senatiasa memberikan dukungan kepada ku
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
Untuk sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan
dan motivasi serta menemaniku dalam suka maupun duka dalam mencapai
keberhasilanku
Almamater yang kubanggakan
MOTO
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segunmpal darah. Bacalah, danTuhanmulah
Yang Maha Pemurah. Yang mengajar denganQalam. Dialah yang mengajar manusia segala yang belum
diketahui” (Q.S Al-‘Alaq 1-5).
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”
(Muhammad Ali)
“Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tetapi berbuah manis”
(Aristoteles)
Tidak akan pernah ada pelangi tanpa adanya hujan, begitu juga suatu keberhasilan tanpa ada kegagalan.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini yang
berjudul ”Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Pencurian Rel Kereta
Api Di Provinsi Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum di Universitas Lampung.
Terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga
akhir, yang turut memberikan bantuan, motivasi, bimbingan, ide dan dorongan
bahkan fasilitas moril dan materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir Sugeng P. Harianto M.S selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M. H selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung. Bapak/Ibu WD I, WD II, WD III serta seluruh staf
pegawai Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu
penulis.
3. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan
Pembahas I, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan,
4. Ibu Dr Erna Dewi, S.H., M.H selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Firganeffi S.H, M.H selaku Pembimbing II yang telah memberikan
saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak M. Farid S.H, M.H selaku Pembahas II yang telah memberikan saran
dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
7. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membantu penulis dan menjadi orang tua selama
menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
8. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pegawai di Fakultas Hukum Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh
pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
9. Keluargaku : Ayahanda Sentot Fatnur dan Ibunda Nuraini tercinta yang
selalu mendoakan keberhasilanku dan memberiku semangat, serta Kakak ,
Kakak Alfian Charisma Aldi, Kakak Melaini syafitri , Kakak Median
fikriah, dan adik tersayang Alfi Rizky Charisma Alto, dan Adik Hamidah
Nisfa , terimakasih untuk doa dan dukungannya selama ini.
10. Sahabat, teman dan kekasih tersayang “Cindy Yoeland Violita, S.Hut”yang
telah memberikan motivasi, semangat dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Saudara-saudaraku Hukum Angkatan 2011“Fiva Justicia” terimakasih atas
kebersamaan baik dalam suka maupun duka.
Herwan Polsuska atas kekeluargaan dan informasi yang sangat membantu
selama penelitian
14. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulisan skripsi ini dan mohon maaf atas segala kesalahan penulis.
Penulis sangat berterimakasih atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis selama ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Bandar Lampung, 16 April 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………..……… 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup……….………. 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………... 9
D. Kerangka Teoristis dan Konseptual………..……….. 10
E. Sistematika Penulisan……….. 15
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Teori Kriminologi……… 17
B. Pengertian dan Jenis Kejahatan………. 23
C. Pengertian dan Jenis Pencurian……….. 28
D. Tinjauan Umum Tentang Perkeretaapian……….. 36
E. Teori Tentang Faktor Penyebab Kejahatan………... 36
B. Lokasi Penelitian………. 41
C. Sumber dan Jenis Data……… 41
D. Penentuan Narasumber………... 43
E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data………... 44
F. Analisis Data……… 45
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden……… 46
B. Faktor Penyebab Terjadinya Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung…..………...……… 49
C. Upaya Penanggulangan Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung 58 V. PENUTUP A. Simpulan………. 67
B. Saran……… 70
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah Kasus Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung Pada
Halaman
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri dari berbagai macam suku,
agama dan adat istiadat yang berbeda (plural). Sejak Negara ini
memprokamirkan kemerdekaanya maka, Indonesia menjadi Negara kesatuan
yang memiliki satu sistem hukum yang berlaku secara Nasional. Sistem
hukum yang berasal dari Negara Belanda yaitu Eropa Continental atau
sistem hukum civil law. Bukti adanya sistem hukum ini adalah dengan
adanya Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang sampai saat ini masih tetap
berlaku.1
Pidana merupakan sebuah nestapa (penderitaan) yang ditujukan kepada
seseorang yang melakukan sebuah tindak pidana atau kejahatan. Pidana
merupakan bagian dari hukum pidana materil, yang tujuannya agar dapat
menjadi sarana pencegahan umum maupun khusus bagi anggota masyarakat
agar tidak melanggar hukum pidana.2Sedangkan kejahatan merupakan salah
satu kenyataan dalam kehidupan yang mana memerlukan penanganan secara
khusus.
1
Muksalmina.2011.Sistem Hukum Civil Law ( Eropa Continental)
http://muksalmina.com/2011/01/11/histem-hukum-civil-law-eropa-continental. Diunduh Pukul 13.38. Wib.
2
Hal tersebut dikarenakan kejahatan akan menimbulkan keresahan dalam
kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, selalu diusahakan
berbagai upaya dalam menanggulangi kejahatan tersebut, meskipun dalam
kenyataan akan sulit untuk memberantas kejahatan secara tuntas karena pada
dasarnya kejahatan akan senantiasa berkembang pada seiring perkembangan
masyarakat.3
Tindak kejahatan diartikan sebagai sesuatu perbuatan yang melanggar
hukum, atau melanggar undang-undang, yang dapat merugikan masyarakat
secara moril maupun secara materil, baik dilihat dari segi kesusilaan,
kesopanan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan yang dibuat setiap tahun
tidak terhitung banyaknya dan jutaan penjahat telah dihukum. Korban
kejahatan selain mengalami kerugian perekonomian juga mengalami
kerugian kesusilaan dan kesusahan.4
Hukum pidana adalah hukum yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat untuk
menjamin baik kebebasan atau hak pribadi mereka atau pun ketertiban dari
gangguan para arbiter, ulah golongan atau pemerintah.5Akibat dari pada itu
mereka harus mendapat sanksi tegas dari Negara. Sanksi pidana tersebut
dapat berupa kurungan , penjara ,denda, atau pidana mati ini sesuai dengan
Pasal 10 KUHP. Pidana terdiri atas dua yaitu pidana pokok dan pidana
3
Prodjodikoro, W .2002. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia.Jakarta: PT. Reflika Aditama..hlm 15
4
Hanum, L. 2008.Pediksi jumlah kejahatan tahun 2008 -2010 pada poltabes medan dan
sekitarnya.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28450/5/Chapter%20I.Diunduh pukul
19.10 Wib
5
3
tambahan6. Pidana pokok meliputi : a) Pidana Mati, b) Pidana Penjara, c)
Pidana Kurungan, d) Pidana Denda dan e) Pidana tutupan ( ditambahkan ke
dalam KUHP dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 1946). Sedangkan
pidana tambahan meliputi : a) Pencabutan hak-hak tertentu, b) Perampasan
barang- barang tertentu dan c) Pengumuman putusan Hakim.
Sanksi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sanksi formal dan sanksi
informal. Sanksi formal merupakan sanksi yang dirumuskan dan ditetapkan dalam
peraturan perundang- undangan secara tertulis dan dapat di paksakan berlakunya.
Sedangkan sanksi informal dirumuskan secara tidak tertulis seperti kebiasaan/adat
sehingga tidak dapat di paksakan.7
Menurut “Encylopedie“, dikatakan bahwa kesengsaraan itu merupakan ibu dari
kejahatan.8 Menurut Beccaria kesengsaraan dan putus asa akan menimbulkan
pencurian sebagai suatu kejahatan9. Orang miskin terdesak hingga putus asa, dan
kejahatan adalah jalan untuk mendapatkan nafkah.10Pandangan mengenai
kesenjangan ekonomi sosial banyak mempengaruhi kejahatan di masyarakat.
Didalam buku kriminologi yang disusun oleh Ny. L. Moeljatno dikatakan bahwa
“sistem ekonomilah yang terutama bertanggung jawab untuk adanya
kriminalitas”11. Pada kenyataannya kejahatan itu akan selalu dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Manusia dalam kehidupannya pasti akan selalu
6
Andrisman, T. 2011. Hukum Pidana “Asas- Asas Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia”.Bandar Lampung. hlm. 9
7
Ibid., hlm 3 8
Bonger, WA.1977.Pengantar Tentang Kriminologi, Pembangunan.Ghalia Indonesia.. hlm.51.
mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
Jika kebutuhan akan hal itu tidak terpenuhi, maka dalam diri manusia pikiran
yang akan timbul ialah ingin memenuhi kebutuhannya itu walaupun dengan
mengandalkan segala cara dan bahkan cara-cara yang tidak benar. Cara-cara yang
tidak benar itu dinamakan kejahatan.
Kejahatan dalam kehidupan manusia tidak dapat dihilangkan tetapi hanya akan
bisa dikurangi, karena jika masalah-masalah ekonomi sosial itu masih ada dan
pemerintah tidak dapat untuk mengatasinya, maka dalam kehidupan manusia niat
jahat itu akan selalu muncul. Kejahatan yang sering terjadi belakangan ini adalah
kejahatan mengenai harta kekayaan, yaitu kejahatan pencurian. Pasal 362- 367
kitab undang –undang hukum pidana tentang pencurian. Sesuai Pasal tersebut
pencurian hanya dapat dijatuhkan pidana sesuai dengan undang- undang ini.
Pencurian dipandang dari segi kriminologi maksudnya mencakup hal-hal sebagai
berikut 12 yaitu: 1) maksud pencurian, 2) sebab- sebab pencurian, 3) bagaimana
dilakukannya pencurian, 4) akibat pencurian dan 5) tipe- tipe pelaku pencurian.
Adanya pembangunan ekonomi sosial yang tidak merata akan menimbulkan
kesenjangan dan kemiskinan yang terjadi di daerah-daerah terpencil atau
pedesaan. Terjadinya kesenjangan dan kemiskinan di daerah pedesaan tersebut,
sekarang ini banyak masyarakat di desa yang melakukan urbanisasi ke kota untuk
mengadu nasib supaya hidup lebih layak lagi. Di kota yang sudah padat akan
12
Sinaga .R.2011.Penerapan Hukum Pidana terhadap pencurian dalam keluarga kajian aspek hukum pidana dan kriminologi dalam kasus no
5
penduduk itu sudah tidak akan mampu menampung arus urbanisasi yang ada,
maka akan terjadi kesenjangan pangan, sandang, dan papan.Terjadinya
kesenjangan pangan, sandang, dan papan itu juga akan mengakibatkan
ketegangan sosial dan bahkan ledakan sosial yang akan menimbulkan masalah
pengangguran. Pengangguran akan mengakibatkan masalah sosial yang
berdampak negatif. Banyak gelandangan serta banyak jenis kejahatan seperti
pencurian, perampokan, penjambretan, dan sebagainya, yang pada gilirannya akan
menyengsarakan masyarakat.
Saat ini semakin banyak ditemukan tindak pidana, salah satu bentuk tindak pidana
yang menjadi fenomena saat ini adalah pencurian. Contoh kasus yang terjadi
pada tanggal 10 agustus 2014 di desa Padang ratu Sungkai utara sekitar pukul
17.00 Wib. Seorang pemuda (NA) pencurian batang besi (rel kereta api) yang
diangkut dengan truck bernomor polisi BE 9879 JE di Sungkai Utara berhasil di
bekuk jajaran kepolisian sektor Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara13 .
Pencurian rel kereta api milik PT. Kereta Api Indonesia (PT.KAI) di Blambangan
pagar oleh Putra Irawan 33 tahun pada tanggal 4 September 2012 sekitar pukul
22.00 Wib dijalan rel kereta api jalur 1 Km 77+700 sampai 78+700 Kabupaten
Lampung Utara14.
Kasus pencurian akhir-akhir ini banyak terjadi dan membuat keresahan saja.
Bagaimana tidak, berbagai macam trik dilakukan dalam melakukan aksinya
dengan jumlahnya yang besar dengan sasaran pencurian yang tak lagi terfokus
kerumah-rumah di malam hari melainkan justru dilakukan disiang hari ditempat
13
BandarLampung News Selasa, 21 Oktober Pukul 9.18 Wib 14
keramaian, seperti fasilitas perkeretaapian, bank, toko emas, swalayan, dengan
hasil rampokan yang tidak tanggung-tanggung jumlahnya. Hal ini menunjukan
bagaimana kreatifnya seseorang dalam melakukan tindak kejahatan pencurian.
Tampaknya para pelaku pencurian juga sudah tidak takut lagi akan ancaman
hukuman atau pidana yang dapat menjerat mereka, jika terbukti melakukan
pencurian, yaitu penjara minimal 5 (lima) tahun untuk pencurian biasa, atau
penjara maksimal 9 (Sembilan) tahun untuk apabila pencurian tersebut didahului
atau diikuti dengan kekerasaan , dan bahkan hukuman mati atau penjara seumur
hidup jika pencurian tersebut dilakukan 2 orang atau lebih menimbulkan luka
berat dan meninggalnya seseorang. Sepertinya ancaman itu sudah tidak membuat
takut para pelaku. Angka pencurian semakin meningkat dan cara –cara yang
digunakannya pun semakin canggih.
Pencurian merupakan tindak kriminalitas yang sangat menggangu kenyamanan
masyarakat. Untuk itu perlu tindakan konsisten dalam menegakkan hukum,
sehingga terjadi kerukunan . Kemiskinan yang banyak mempengaruhi prilaku
pencurian ialah kenyataan yang terjadi di masyarakat. Pada dasarnya ada beberapa
hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan pencurian yang mana
hal tersebut sangatlah merugikan seseorang dan membuat kepanikan serta
menimbulkan kesengsaraan orang lain yakni :15
1) Motivasi Intrinsik (Intern)
a. Faktor intelegensia
b. Faktor usia
15
7
c. Faktor jenis kelamin
d. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak
2) Motivasi Ekstrinsik (Ekstern)
a. Faktor pendidikan
b. Faktor pergaulan
c. Faktor lingkungan
Efek-efek pencurian dalam sebuah perkara atau perbuatan pasti ada efek
didalamanya hukum sebab akibat yang itu tidak bisa lepas dan selalu mengikuti.
Pencurian pada dasarnya adalah perbuatan jahat, maka di balik perbuatan tersebut
adanya efek yang merugikan terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri.
Efek terhadap pelakunya :
a) Efek yang akan di alami bagi pelaku pencurian atas perbuatanya tersebut antara
lain, mengalami kegelisahan batin karena pelaku pencurian akan selalu
dikejar-kejar rasa bersalah dan takut jika perbuatanya terbongkar, mendapat hukuman
yang berat apabila ia tertangkap yang sesuai dengan hukum yang di tetapkan,
mencemarkan nama baik karena jika ia terbukti mencuri sudah pasti namanya
tercemar di mata masyarakat.
b) Efek terhadap korban pencurian
Efek dari pencurian bagi korban diantaranya adalah dapat menimbulkan
kerugian harta, kekecewaan yang menimpa korban karena kehilangan
hartanya, keresahan jiwa dan ketakutan kerana harta merasa terancam.
Salah satu kejahatan yang terjadi akhir – akhir ini dan sangat menggangu
Pencurian membuat banyak kekhawatiran kepada petugas petugas PT. KAI dan
masyarakat pengguna kendaraan umum kereta api ini karena dapat membahayakan
laju lalu lintas kereta api. Kenekatan seseorang sudah tidak memikirkan
keselamatan banyak orang lagi hanya demi mementingkan diri sendiri semata.
Karena itulah penulis melakukan penelitian untuk penulisan skripsi yang berjudul
“Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Pencurian Rel Kereta Api di Provinsi
Lampung”.
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang terkait dengan pencurian khususnya dalam
menghadapi kejahatan pencurian Rel Kereta Api, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian rel Kereta Api di
Propinsi Lampung ?
2. Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap kejahatan pencurian Rel
Kereta Api di Propinsi Lampung?
2. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat luasnya cakupan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penulis
pun membatasi ruang lingkup pada pembahasan substansi Hukum Pidana , baik
Hukum Pidana materil, hukum Pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana
mengenai objek kajian terkait dengan kejahatan pencurian rel kereta api di
9
Hukum Pidana dan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian. Lokasi penelitian yaitu di PT. KAI Bandar Lampung dan
Polresta Bandar Lampung dilaksanakan pada bulan Desember 2014.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian
rel kereta api di Propinsi Lampung.
b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menanggulangi terjadinya
kejahatan pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dapat dilihat dari dua aspek , yaitu:
a. Kegunaan Teoritis dan Konseptual
Penulisan ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis dan
pemahaman kepada masyarakat, dapat memperkaya konsep atau teori yang
membantu perkembangan ilmu pengetahuan hukum pidana khususnya mengenai
sebab – sebab terjadinya kejahatan atau tinjauan kriminologis. Serta diharapkan
dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak –
pihak yang merasa tertarik dalam masalah yang ditulis dalam penelitian ini.
b. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan jawaban atas
yang menggeluti ilmu hukum pidana, mengingat perkembangan ilmu hukum yang
mengalami banyak permasalahan dan membutuhkan suatu pemecahan untuk
menjelaskan semua itu, tentunya diperlukan suatu konstruksi pemikiran sehingga
dapat memecahkan bersama sebagai sarana memperluas wawasan bagi penulis.
D. Kerangka Teoristis dan Konseptual
1. Kerangka Teoristis
Kerangka Teoristis adalah konsep konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi
dari hasil penelitian yang pada dasarnya bertujuan untuk menidentifikasi terhadap
dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. 16 Teori yang digunakan
didalam penulisan skripsi ini adalah teori-teori yang berhubungan dengan
pengaturan upaya penanggulangan pencurian rel kereta api berdasarkan hukum
positif yang berlaku di Indonesia.
Teori tentang sebab- sebab kejahatan meliputi :17
1) Motivasi Intrinsik (Intern)
a. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak
b.Faktorintelegence
b. Faktor usia
c. Faktor jenis kelamin
2) Motivasi Ekstrinsik (Ekstern)
a. Faktor pendidikan
b. Faktor pergaulan
16
Soekanto, S. 1986.Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta. hlm.124.
17
11
c. Faktor lingkungan
d. Faktor Pekerjaan
e. Faktor Lemahnya Sistem Keamanan Lingkungan Masyarakat
Upaya atau kebijakan untuk melakukan Pencegahan dan Penanggulangan
Kejahatan (PPK) termaksuk bidang “kebijakan kriminal” (“criminal policy”).
Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu
“kebijakan sosial” (“social policy”) yang terdiri dari “ kebijakan atau upaya-upaya
untuk kesejateraan sosial (“social-walfare policy”) dan kebijakan atau
upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat (“social-defance policy”).18 Dengan
demikian, sekiranya kebijakan penanggulangan kejahatan (politik criminal)
dilakukan dengan menggunakan sarana “penal” (hukum pidana). Maka kebijakan
hukum pidana khususnya pada tahap kebijakan yudikatif atau aplikatif harus
memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan social itu,
berupa “social welfare” dan “social defence” (Berikut Skema Tujuan Kebijakan
Sosial).
18
Nawawi, Arif, Barda. 2011. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm 73.
Bertolak dari skema diatas, dapat diidentifikasikan hal-hal pokok sebagai
berikut:19
a. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan social
welfaredansocial defence
b. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakaukan dengan
pendekatan integral, ada keseimbangan “sarana penal” dan sarana “non penal”.
Dilihat dari sudut politik kriminal kebijakan paling strategis melalui sarana non
penal karena lebih bersifat preventif dan kebijakan penal memiliki
keterbatasan atau kelmahan yaitu bersifat fragmentaris/simplistic/tidak
struktural/fungsional.
c. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal merupakan
“penal policy” atau “penal law enforcement policy” yang funsionalisasi/
operasionalisasi melelui tahap:
1). Formulasi( kebijakan legislatif)
2). Aplikasi (kebijakan yudikatif atau yudisial)
3). Eksekusi( kebijakan eksekutif/ administratif)
Makna di terbitkannya UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkereta apian
Republik Indonesia adalah untuk perkereta apian diselenggarakan dengan tujuan
untuk memperlancar perpindahan orang dan/ atau barang secara missal dengan se
lamat dan aman,nyaman,cepat,lancar, dan tepat,tertib dan teratur, efesien, serta
menunjang pemerataan ,pertumbuhan, stabilitas, pendorong,dan penggerak
pembangunan nasional. Undang-undang ini memberikan pemahaman kepada
masyarakat bahwa dalam penyelenggaraan perkereta apian diperlukan adanya
19
13
acuan tertentu yang harus dipenuhi sehingga masyarakat akan mendapatkan
pelayanan yang baik secara profesional.
2. Konseptual
Konseptual menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang
merupakan sekumpulan pengertian yang berkaitan dengan istilah yang ingin
diteliti atau diketahui.20 Beberapa istilah yang memiiki arti luas dipersempit
sehingga dapat memfokuskan permasalahan. Sebaliknya, sbeberapa istilah
mengalami proses perluasan makna dengan tujuan mencari titik temu antara
konsep tertentu antara konsep dengan penerapannya dalam praktek.
Demikian pula dengan generalisasi esensi dari konsep-konsep tertentu yang
memiliki kesamaan-kesaman pada intinya, dijadikan suatu pengertian khusus,
yang akan memudahkan menulusuri maksud penulis. Pengertian-pengertian
khusus tersebut antara lain:
Menurut Moelyatno perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum, larangan dimana disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa
pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.21Kriminologi adalah
ilmu pengetahuan ilmiah tentang: a) perumusan sosial pelanggaran hukum,
penyimpangan sosial,kenakalan, dan kejahatan; b) pola-pola tingkah laku yang
termasuk dalam kategori penyimpangan sosial , pelanggaran hukum dan kejahatan
yang ditelusuri pada munculnya suatu peristiwa kejahatan,serta kedudukan dan
korban kejahatan dalam hukum dan masyarakat; d) pola reaksi sosial formal,
20
Soekanto, S. 1986,.Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta. Hlm.124 21
informal terhadap penjahat, kejahatan dan korban kejahatan. Dalam pengertian
tersebut termasuk melakukan penelitian ilmiah terhadap pelanggaran hak- hak
asasi manusia, serta usaha Negara dalam mewujudkan hak- hak asasi manusia dan
kesejahteraan sosial.22
a. Kejahatan
Perbuatan yang anti sosial yang oleh Negara ditentang dengan sadar melalui
penjatuhan hukuman. Kejahatan adalah perbuatan yang melanggar hukum
pidana.23
b. Pencurian
Pencurian menurut Kitab Undang Undang Hukum Pidana adalah Barang siapa
mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah.24
c. Kereta Api
Kereta api adalah setiap kendaraan yang mempergunakan tenaga mesin
sebagai intinya untuk bergerak atau berjalan, kendaraan ini biasanya
dipergunakan untuk pengangkutan orang dan barang atau sebagai alat
transportasi. Kereta api sebagai sarana transportasi atau sebagai alat
pengangkutan memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan
perekonomian suatu bangsa.25
22
Mustopa, M. 2007kriminologi.FISIP UI PRESS. Depok hlm.14.
23
B. Simanjuntak: 73.dalamHendar, S. 2011.Analisis Kriminologis Terhadap Kejahatan perkosaan yang dilakukan antar anak.Universitas Lampung.Bandar Lampung. hlm.11 24
Dikutip dari www.anggarajusticia/tindak_pidana_pencurian.htlm diakses tanggal 25 September 2014 Pukul 11.07 WIB
25
15
d. Rel Kereta Api
Rel adalah logam batang untuk landasan jalan kereta api atau kendaraan
sejenis seperti trem dan sebagainya. Rel mengarahkan/memandu kereta api
tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang logam kaku yang
sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut
diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau
penambat (seperti penambat pandrol).26
E. Sistematika Penulisan
Penulisan Sistematika penulisan ini memuat keseluruhan yang akan disajikan
dengan tujuan mempermudah pemahaman konteks skripsi ini, maka penulis
menyajikan penulisan dengan sistematika sebagai berikut :
1. PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas latar belakang dari permasalahan yang diselidiki, masalah yang
dijadikan fokus studi, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan kegunaan
penelitian, kerangka teoritis dan konseptual yang dipergunakan, serta sistematika
penulisan
2. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai pengertian kriminologi pengertian kejahatan jenis
pencurian pengertian perkeretaapian,teori terjadinya kejahatan dan upaya
penanggulangannya, memahami dan memperjelas masalah yang akan diselidiki
mengenai pencurial rel kereta api.
26
3. METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini,
yang menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan
masalah, metode pengumpulan data yang merupakan penjelasan tentang darimana
data itu diperoleh dan pengolahan data serta metode analisis dan pembahasan.
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan bab ini juga
memberikan jawaban mengenai permasalahan yang penulis teliti yaitu mengenai
Tinjauan kriminologis pencurian rel kereta api di propinsi Lampung.
5. PENUTUP
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Teori Kriminologi
Berdasarkan sudut sifat dan objeknya maka dalam membahas pengertian
kriminologi asal mula perkembangan kriminologi tidak dapat disangkal berasal
dari penyelidikan C. Lomborso (1876).Bahkan Lomborso menurut Pompe
dipandang sebagai salah satu tokoh revolusi dalam sejarah hukum pidana,
disamping Cesare Baccaria. Namun ada pendapat lain yang mengemukakan
bahwa penyelidikan secara ilmiah tentang kejahatan justru bukan dari Lomborso
melainkan dari Adolhe Quetelet, seorang Belgia yang memiliki keahlian dibidang
Matematika. Bahkan, dari dialah berasal “statistic kriminil” yang kini
dipergunakan terutama oleh pihak kepolisian di semua negara dalam memberikan
deskripsi tentang perkembangan kejahatan di negaranya.27
Kriminologi termasuk cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pada tahun
1850 bersama-sama dengan ilmu sosiologi, antropologi, dan psikologi.Nama
kriminologi pertama kali ditemukan oleh P.Topinard (1830-1911), seorang ahli
antropologi Prancis.28 Nama kriminologi yang ditemukan oleh P.Topinard
(1830-1911) seorang ahli antropologi Prancis, secara harfiah Kriminologi berasal dari
kata “Crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu
27
Atmasasmita, R. 2010.Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, hlm 9 28
pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang
penjahat dan kejahatan.
Beberapa sarjana memberikan pengertian berbeda terhadap kriminologi, Michael
dan Adler berpendapat bahwa, kriminologi adalah keseluruhan mengenai
perbuatan dan sifat dari para penjahat, lingkungan mereka dan cara mereka secara
resmi diperlakukan oleh lembaga-lembaga penertib masyarakat dan oleh para
masyarakat. Sedangkan Wood mengatakan bahwa kriminologi meliputi
keseluruhan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman,
yang bertalian dengan perbuatan jahat dan penjahat, termasuk di dalamnya reaksi
dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat.29
Selanjutnya Moeljatno berpendapat bahwa kriminologi adalah untuk mengerti apa
sebab-sebab sehingga seseorang berbuat jahat. Apakah memang karena bakatnya
adalah jahat ataukah didorong oleh keadaan masyarakat disekitarnya (milieu) baik
keadaan sosiologis maupun ekonomis. Jika sebab-sebab itu diketahui, maka
disamping pemidanaan, dapat diadakan tindakan-tindakan yang tepat, agar orang
tadi tidak lagi berbuat demikian, atau agar orang-orang lain tidak akan
melakukannya. Karena itulah terutama di negeri-negeri angelsaks, Kriminologi
dibagi menjadi tiga bagian30 yaitu 1) Criminal biology, yang menyelidiki dalam
diri orang itu sendiri akan sebab-sebab dari perbuatannya, baik dalam jasmani
maupun rohani. 2)Criminal sosiologi, yang mencoba mencari sebab-sebab dalam
lingkungan masyarakat dimana penjahat itu berbeda (dalam milieunya) dan 3)
29
Santoso, Topo dan Zulfa, A. E, 2001.Kriminologi. RajaGrafindo Persada. Jakarta, hlm 12. 30
19
Criminal policy, yaitu tindakan-tindakan apa yang disekitarnya harus dijalankan
supaya orang lain tidak berbuat demikian.
Menurut A.S. Alam ruang lingkup pembahasan kriminologi meliputi tiga hal
pokok31, yaitu Pertama adalah proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana
(making laws). Pembahasan dalam proses pembuatan hukum pidana (process of
making laws) meliputi a) Definisi kejahatan, b) Unsur-unsur kejahatan, c)
Relativitas pengertian kejahatan, d) Penggolongan kejahatan dan e) Statistik
kejahatan. Kedua Etiologi kriminal, yang membahas yang membahas teori-teori
yang menyebabkan terjadinya kejahatan (breaking of laws).
Sedangkan yang dibahas dalam etiologi kriminal (breaking of laws) meliputi : a)
Aliran-aliran (mazhab-mazhab) kriminologi, b) Teori-teori kriminologi dan c)
Berbagai perspektif kriminologi. Ketiga adalah reaksi terhadap pelanggaran
hukum, (reacting toward the breaking of laws). Reaksi dalam hal ini bukan hanya
ditujukan kepada pelanggar hukum berupa tindakan represif tetapi juga reaksi
terhadap calon pelanggar hukum berupa upaya-upaya pencegahan kejahatan
(criminal prevention). Selanjutnya yang dibahas dalam bagian ketiga adalah
perlakuan terhadap pelanggar-pelanggar hukum (Reacting Toward the Breaking
laws) meliputi : a) Teori-teori penghukuman, b) Upaya-upaya
penanggulangan/pencegahan kejahatan baik berupa tindakan pre-emtif, preventif,
represif, dan rehabilitatif.
Kriminologi lahir dan kemudian berkembang menduduki posisi yang penting
sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang interdisiplin dan semakin menarik,
31
bergerak dalam dua “roda besar” yang terus berputar dalam perubahan pola-pola
kriminalitas sebagai fenomena sosial yang senantiasa dipengaruhi oleh kecepatan
perubahan sosial dan teknologi. Roda-roda yang bergerak itu adalah penelitian
kriminologi dan teori-teori kriminologi.32
Dalam perkembangannya tentang kejahatan atau kriminologi terus menimbulkan
berbagai pendapat dari berbagai pakar kriminolog dan pakar ilmu hukum.
Setidaknya berikut ini akan dikemukakan beberapa penyebab kejahatan 33 yaitu
pertama adalah Anomie (ketiadaan norma) atau strain (ketegangan).Teori anomie
dan penyimpangan budaya memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan sosial
(social force) yang menyebabkan orang melakukan aktivitas kriminal.Teori ini
berasumsi bahwa kelas sosial dan tingkah laku kriminal saling berhubungan.Pada
penganut teori anomie beranggapan bahwa seluruh anggota masyarakat mengikuti
seperangkat nilai-nilai budaya, yaitu nilai-nilai budaya kelas menengah yakni
adanya anggapan bahwa nilai budaya terpenting adalah keberhasilan dalam
ekonomi.
Karena orang-orang kelas bawah tidak mempunyai sarana-sarana yang sah
(legitimate means) untuk mencapai tujuan tersebut seperti gaji tinggi, bidang
usaha yang maju dan lain-lain, mereka menjadi frustasi dan beralih menggunakan
sarana-sarana yang tidak sah (illegitimate means).
32
Dirdjosisworo, S 1994.Sinopsis Kriminologi Indonesia. Mandar Madju,. Jakarta. hlm.108-143 33
21
Kedua adalahCultural Deviance (penyimpangan budaya).Sangat berbeda dengan
teori itu, teori penyimpangan budaya mengklaim bahwa orang-orang dari kelas
bawah memiliki seperangkat nilai-nilai yang berbeda, yang cenderung konflik
dengan nilai-nilai kelas menengah. Sebagai konsekuensinya, manakalah
orang-orang kelas bawah mengikuti sistem nilai mereka sendiri, mereka mungkin telah
melanggar norma-norma konvensional dengan cara mencuri, merampok dan
sebagainya.
Ketiga adalahSocial Control (kontrol sosial).Sementara itu pengertian teori
kontrol sosial merujuk kepada pembahasan delinquency dan kejahatan yang
dikaitkan dengan variable-variabel yang bersifat sosiologis, antara lain struktur
keluarga, pendidikan dan kelompok domain. Terdapat empat unsur kunci dalam
teori kontrol sosial mengenai perilaku kriminal yang meliputi34: a) Kasih Sayang,
kasih sayang ini meliputi kekuatan suatu ikatan yang ada antara individu dan
saluran primer sosialisasi, seperti orang tua, guru dan para pemimpin masyarakat.
Akibatnya, itu merupakan ukuran tingkat terhadap mana orang-orang yang patuh
pada hukum bertindak sebagai sumber kekuatan positif bagi individu.b) Komitme,
sehubungan dengan komitmen ini, kita melihat investasi dalam suasana
konvensional dan pertimbangan bagi tujuan-tujuan untuk hari depan yang
bertentangan dengan gaya hidup delinkuensi. c) Keterlibatan, merupakan ukuran
kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
konvensional mengarahkan individu kepada keberhasilan yang dihargai
masyarakat.
34
Kemudian yang d) Kepercayaan.akhirnya kepercayaan memerlukan diterimanya
keabsahan moral norma-norma sosial serta mencerminkan kekuatan sikap
konvensional seseorang. Keempat unsur ini sangat mempengaruhi ikatan sosial
antara seorang individu dengan lingkungan masyarakatnya yaitu
1) Teori Sosiologi (Sociology Theory)
Teori sosiologi mengupas kejahatan dari sisi sosiologi.Pengupasan ini
menimbulkan ilmu baru yang disebut criminal sociology.Ilmu ini meneliti
pengaruh keadaan masyarakat terhadap timbulnya serta akibat kejahatan.
Kejahatan tidak terlepas dari kondisi aspek masyarakat : ekonomi, politik, dan
kebudayaan. Aspek ini menyebabkan pergeseran dan perubahan norma yang
terdapat dalam masyarakat35.
2) Teori Psikoanalitik (Psyco Analytic Theory)
Menurut Sigmund Freud, penemu psikonanalisa, hanya sedikit berbicara
tentang orang-orang kriminal36. Ini dikarenakan perhatian Freud hanya tertuju
pada neurosis dan faktor-faktor di luar kesadaran yang tergolong kedalam
struktur yang lebih umum mengenai tipe-tipe ketidakberesan atau penyakit
seperti ini. Seperti yang dinyatakan oleh Alexander dan Staub , kriminalitas
merupakan bagian sifat manusia37. Dengan demikian, dari segi pandangan
psikoanalitik, perbedaan primer antara kriminal dan bukan kriminal adalah
35
Rockles, Sutherland. 1950dalam Simanjuntak, B. 1981. Pengantar Kriminalogi dan Patologi Sosial edisi ke-2.TARSITO. Bandung
36
Bertens, K. 2006.PsikoanalisisSigmund Freud. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama dalam(http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis) di unduh pukul 21.32 wib
37
23
bahwa non kriminal ini telah belajar mengontrol dan menghaluskan
dorongan-dorongan dan perasaan anti-sosialnya.
Faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya kejahatan, Walter Lunden
berpendapat bahwa gejala yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang
adalah sebagai berikut:
a. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota-kota jumlahnya cukup besar
dan sukar dicegah.
b. Terjadi konflik antara norma adat pedesaan tradisional dengan norma-norma
baru yang tumbuh dalam proses dan pergeseran sosial yang cepat, terutama di
kota-kota besar.
c. Memudarkan pola-pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola
kontrol sosial tradisionalnya, sehingga anggota masyarakat terutama remajanya
menghadapi “samarpola” (ketidaktaatan pada pola) untuk menentukan
prilakunya.
B. Pengertian dan Jenis Kejahatan
1. Pengertian Kejahatan
Kejahatan adalah suatu persoalan yang selalu melekat dimana masyarakat itu
ada. Kejahatan selalu akan ada seperti penyakit dan kematian yang selalu berulah
seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ketahun. Segala daya
upaya dalam menghadapi kejahatan dapat menekan atau mengurangi
meningkatnya jumlah kejahatan dan memperbaiki penjahat agar dapat kembali
diberikan orang untuk menilai perbuatan-perbuatan tertentu sebagai perbuatan
jahat. Dengan demikian, maka si pelaku disebut sebagai penjahat. Pengertian
tersebut bersumber dari manusia, sehingga ia memiliki pengertian yang sangat
relatif, yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu.
Tentang definisi dari kejahatan itu sendiri tidak terdapat kesatuan pendapat
diantara para sarjana, R. Soesilo membedakan pengertian kejahatan secara yuridis
dan pengertian kejahatan secara sosiologis.Ditinjau dari segi yuridis, pengertian
kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang
undang.Ditinjau dari segi sosiologis, maka yang dimaksud dengan kejahatan
adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga
sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman
dan ketertiban.38
Selanjutnya adapun beberapa definisi kejahatan menurut beberapa pakar39 yaitu
sebangai berikut :
1) J.M. Bemmelem memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti sosial yang
menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam
masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat,
negara harus menjatuhkan hukuman kepada penjahat.
2) M.A. Elliot mengatakan bahwa kejahatan adalah suatu problem dalam
masyarakat modem atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dapat
dijatuhi hukurnan penjara, hukuman mati dan hukuman denda dan seterusnya.
38
Syahruddin. 2003. Kejahatan dalam Masyarakat dan Upaya Penanggulangannya. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. hlm 1
39
25
3) W.A. Bonger mengatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti
sosial yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian
penderitaan.
4) Paul Moedikdo Moeliono kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma
hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan
yang merugikan, menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan (negara
bertindak).
5) J.E. Sahetapydan B. Marjono Reksodiputro dalam bukunya “Paradoks Dalam
Kriminologi” menyatakan bahwa, kejahatan mengandung konotasi tertentu,
merupakan suatu pengertian dan penamaan yang relatif, mengandung
variabilitas dan dinamik serta bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku
(baik aktif maupun pasif), yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau minoritas
masyarakat sebagai suatu perbuatan anti sosial, suatu pemerkosaan terhadap
skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat
sesuai dengan ruang dan waktu.
2. Jenis Kejahatan.
Kejahatan dapat digolongkan atas beberapa penggolongan yaiu pertama adalah
penggolongan kejahatan yang didasarkan pada motif pelaku. Hal ini dikemukakan
menurut pandangan Bonger 40 sebagai berikut : 1) Kejahatan ekonomi (economic
crimes), misalnya penyelundupan. 2) Kejahatan seksual (economic crimes),
misalnya perbuatan zina, Pasal 284 KUHP. 3) Kejahatan politik (politic crimes),
misalnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia, DI /TII dan lain sebagainya.
40
4) Kejahatan diri (moscellaneus crimes), misalnya penganiayaan yang motifnya
dendam.
Kedua adalah penggolongan kejahatan yang didasarkan kepada berat ringannya
suatu ancaman pidana yang dapat dijatuhkan, yaitu: 1) Kejahatan, yakni semua
pasal-pasal yang disebut di dalam Buku II KUHP, seperti pembunuhan, pencurian
dan lain-lain. 2) Pelanggaran, yakni semua pasal-pasal yang disebut di dalam
Buku III KUHP, misalnya saksi di depan persidangan memakai jimat pada waktu
ia harus memberikan keterangan dengan sumpah, dihukum dengan hukuman
kurung selama-lamanya 10 hari dan denda Rp. 750,-. 3) Penggolongan kejahatan
untuk kepentingan statistik, oleh sebagai berikut : a) Kejahatan terhadap orang
(crimes against person), misalnya pembunuhan, penganiayaan dan lain-lain.
b) Kejahatan terhadap harta benda (crimes against property), misalnya pencurian,
perampokan dan lain-lain. c) Kejahatan terhadap kesusilaan umum (crimes
against piblicdecency), misalnya perbuatan cabul.
Ketiga adalah penggolongan kejahatan untuk membentuk teori. Penggolongan
didasarkan akan adanya kelas-kelas kejahatan dan beberapa menurut proses
penyebab kejahatan itu, yaitu cara melakukan kejahatan teknik-teknik dan
organisasinya dan timbul kelompok-kelompok yang mempunyai nilai-nilai
tertentu. Kelas-kelas tersebut sebagaimana ditulis oleh A.S. Alam 41 sebagai
berikut : a) Profesional crimes, yaitu kejahatan yang dilakukan sebagai mata
pencaharian tetapnya dan mempunyai keahlian tertentu untuk profesi itu, misalnya
pemalsuan uang, tanda tangan dan pencopet. b) Organized crimes, yaitu suatu
41
27
kejahatan yang terorganisir, misalnya pemerasan , perdagangan narkotika dan
obat-obatan terlarang. c) Occasional crimes, yaitu suatu kejahatan karena adanya
suatu kesepakatan, misalnya pencurian di rumah secara bersama.
Keempat adalah penggolongan kejahatan yang dilakukan oleh nilai-nilai sosiologi
yang dikemukakan oleh 42 sebagai berikut :a) Violent personal crimes, yaitu
kejahatan kekerasan terhadap orang, misalnya pembunuhan (murder),
pemerkosaan (rape) dan penganiayaan (assault). b) Occasional property crimes,
yaitu kejahatan harta benda karena kesepakatan, misalnya pencurian rel kereta api,
pencurian di toko-toko besar. c) Occupational crimes, yaitu kejahatan karena
kedudukan atau jabatan, misalnya korupsi.
d) Politic crimes, yaitu kejahatan politik, misalnya pemberontakan sabotase,
perang gerilya dan lain-lain. e) Public order crimes, yaitu kejahatan terhadap
ketertiban umum yang biasa disebut dengan kejahatan tanpa korban, misalnya
pemabukan, wanita melacurkan diri. f) Convensional crimes, yaitu kejahatan
konvensional, misalnya perampokan (robbory), pencurian kecil-kecilan
(larceny), dan lain-lain. g) Organized crimes, yaitu kejahatan yang terorganisir,
misalnya perdagangan wanita untuk pelacuran, perdagangan obat bius. h)
Professional crimes, yaitu kejahatan yang dilakukan sebagai profesinya, misalnya
pemalsuan uang, pencopet, dan lain-lain.
Selanjutnya untuk mengetahui kejahatan yang terjadi di masyarakat, diperlukan
adanya statistik kejahatan.Statistik kejahatan merupakan statistik yang paling
sempurna. Adapun hal-hal yang menyebabkan kesulitan di dalam menyusun
42
statistik kejahatan 43 adalah sebagai berikut : a) Tidaklah mungkin mengetahui
dengan pasti jumlah kejahatan yang terjadi di dalam setiap daerah peradilan pada
suatu waktu tertentu. b) Kadang-kadang suatu tindakan dicap sebagai kejahatan,
sebaliknya bukan kejahatan oleh peneliti lain. dan c) Merupakan kenyataan
sehari-hari bahwa banyak kejahatan yang terjadi tanpa diketahui oleh yang berwenang.
C. Pengertian dan Jenis Pencurian
1. Pengertian Pencurian
Tindak pidana pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang berkaitan
dengan tindak pidana terhadap harta kekayaan orang.Tindak pidana pencurian ini
diatur dalam BAB XXII Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang
dirumuskan sebagai tindakan mengambil barang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain, dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum44. Pengertian
pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, adalah berupa rumusan pencurian dalam
bentuk pokoknya yang berbunyi:
Barang siapa mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum, diancam
karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
paling banyak Rp. 900; (sembilan ratus rupiah).
Adapun unsur-unsur tindak pidana pencurian ada 2 (dua), yaitu: a) Unsur-unsur
subyektif terdiri dari: 1) Perbuatan mengambil, 2) Obyeknya suatu benda, 3)
43
Ibid.,hlm 9. 44
29
Unsur keadaan yang meyertai atau melekat pada benda yaitu benda tersebut
sebagian atau keseluruhan milik orang lain.b) Unsur obyektifnya, terdiri dari:1)
Adanya maksud, 2) Yang ditujukan untuk memiliki dan 3) Dengan melawan
hukum.
Suatu perbuatan atau peristiwa baru dapat dikualifikasikan sebagai pencurian
apabila terdapat unsur tersebut di atas unsur subyektif dan unsur objektif. Unsur
subyektif terdiri dari :
1) Unsur perbuatan mengambil
Perbuatan mengambil yang menjadi unsur subyektif di dalam delik pencurian
seharusnya ditafsirkan setiap perbuatan untuk membawa sesuatu benda di
bawah kekuasaannya yang nyata dan mutlak. Tindak pidana pencurian dalam
bentuk pokok seperti yang diatur Pasal 362 KUHP terdiri dari unsur subjektif
yaitu dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum
dan unsur-unsur objektif yakni, barang siapa, mengambil, sesuatu benda dan
sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain45. Jadi di dalam delik pencurian
dianggap sudah selesai jika pelaku melakukan perbuatan “mengambil” atau
setidak-tidaknya ia sudah memindahkan suatu benda dari tempat semula.
Dalam praktek sehari-hari dapat terjadi seorang mengambil suatu benda, akan
tetapi karena diketahui oleh orang lain kemudian barang tersebut dilepaskan,
keadaan seperti ini sudah digolongkan perbuatan mengambil.
45
2) Unsur benda
Pengertian benda yang dimaksud di dalam Pasal 362 KUHP adalah benda
berwujud yang menurut sifatnya dapat dipindahkan. Di dalam kenyataan
yang menjadi obyek pencurian tidak hanya benda berwujud yang sifatnya dapat
dipindahkan oleh karena itu pengertian benda tersebut berkembang meliputi
setiap benda baik itu merupakan benda bergerak maupun tidak bergerak, baik
berupa benda benda berwujud maupun tidak berwujud dan benda-benda yang
tergolong res nullius dalam batas-batas tertentu. Pengertian benda menurut
Pasal 362 KUHP memang tidak disebutkan secara rinci, sebab tujuan pasal ini
adalah untuk melindungi harta kekayaan orang.
3) Unsur-unsur atau seluruhnya milik orang lain
Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain cukup sebagian saja.
Siapakah yang diartikan dengan orang lain dalam unsur sebagian atau
seluruhnya milik orang lain. Orang lain itu diartikan sebagai bukan petindak.
Dengan demikian maka pencurian dapat terjadi terhadap benda-benda milik
badan hukum, misal milik negara.
Kemudian unsur-unsur obyektif yaitu :
1) Maksud dan tujuan
Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni unsur maksud
(kesengajaan sebagai maksud), berupa unsur kesalahan dalam pencurian dan
unsur memiliki, kedua unsur ini dapat dibedakan dan tidak terpisahkan.
Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu ditujukan untuk
memilikinya. Dari penggabungan dua unsur itulah yang menunjukkan bahwa
31
beralihnya hak milik atas barang yang dicuri ke tangan petindak, dengan
alasan pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan perbuatan melawan
hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya
subyektif saja.
2) Menguasai bagi dirinya sendiri
Pengertian menguasai bagi dirinya sendiri yang terdapat pada Pasal 362 KUHP
maksudnya adalah menguasai sesuatu benda seakan-akan ia pemilik dari benda
tersebut. Pengertian seakan-akan di dalam penjelasan tersebut memiliki arti
bahwa pemegang dari benda itu tidak memiliki hak seluas hak yang dimiliki
oleh pemilik benda yang sebenarnya.
2. Jenis-jenis Pencurian
Dalam KUHP dijelaskan ada beberapa jenis macam tidak pidana pencurian yaitu
Pencurian Biasa ( Pasal 362 KUHP ). Pencurian biasa ini terdapat didalam KUHP
yang dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi : ”Barang siapa yang
mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena
mencuri dengan pidana selama-lamanya lima tahun atau dengan denda
sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah”.
Dari pengertian Pasal 362 KUHP, maka unsur dari pencurian ini adalah sebagai
berikut:46
46
a) Tindakan yang dilakukan adalah ”mengambil”
Mengambil untuk dikuasainya maksudnya untuk penelitian mengambil barang
itu dan dalam arti sempit terbatas pada penggerakan tangan dan jari-jarinya,
memegang barangnya dan mengalihkannya kelain tempat, maka orang itu
belum dapat dikatakan mencuri akan tetapi ia baru mencoba mencuri.
b) Yang diambil adalah ”barang”
Yang dimaksud dengan barang pada detik ini pada dasarnya adalah setiap
benda bergerak yang mempunyai nilai ekonomis. Pengertian ini adalah wajar,
karena jika tidak ada nilai ekonomisnya, sukar dapat diterima akal bahwa
seseorang akan membentuk kehendaknya mengambil sesuatu itu sedang
diketahuinya bahwa yang akan diambil itu tiada nilai ekonomisnya.
c) Status barang itu ”sebagian atau seluruhnya menjadi milik orang lain.”
Barang yang dicuri itu sebagian atau seluruhnya harus milik orang lain,
misalnya dua orang memiliki barang bersama sebuah sepeda itu, dengan
maksud untuk dimiliki sendiri. Walaupun sebagian barang itu miliknya sendiri,
namun ia dapat dituntut juga dengan pasal ini.
d). Tujuan perbuatan itu adalah dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan
melawan hukum (melawan hak). Maksudnya memiliki ialah : melakukan
perbuatan apa saja terhadap barang itu seperti halnya seorang pemilik, apakah
itu akan dijual, dirubah bentuknya, diberikan sebagai hadiah kepada orang lain,
semata-mata tergantung kepada kemauannya.
Kedua adalah Pencurian dengan Pemberatan.Dinamakan juga pencurian
33
dengan pencurian biasa, sesuai dengan Pasal 363 KUHP maka bunyinya sebagai
berikut :”Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun”.
Kemudian yang ketiga adalah Pencurian Ringan.Pencurian ini adalah pencurian
yang dalam bentuk pokok, hanya saja barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus
lima puluh ribu. Yang penting diperhatikan pada pencurian ini adalah walau harga
yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah namun pencuriannya
dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada
rumahnya, dan ini tidak bisa disebut dengan pencurian ringan. Pencurian ringan
dijelaskan dalam Pasal 364 KUHP yang bunyinya sebagai berikut : ”Perbuatan
yang diterangkan dalam Pasal 363 Ayat 1 Butir 5 yaitu “Pencurian yang untuk
masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang
diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan
memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.asal saja
tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang
ada rumahnya, dan jika harga barang yang dicuri itu tidak lebih dari dua ratus lima
puluh ribu rupiah dipidana karena pencurian ringan, dengan pidana penjara
selama-lamanya 3 bulan atau sebanyak-banyaknya sembilan ratus rupiah”.
Sesuai jenis perinciannya, maka pada pencurian ringan hukuman penjaranya juga
ringan dibanding jenis pencurian lain. diketahui bahwa pencurian ringan diancam
dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan dan denda sebanyak
sembilan ribu rupiah.
Keempat yaitu Pencurian dengan kekerasan.Sesuai dengan Pasal 365 KUHP maka
a) Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan
pencurian itu atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya
sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri
atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal di tempatnya.
b) Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan :
Ke-1 : Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah
atau dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum
atau di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.
Ke-2 : Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih.
Ke-3 : Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan
memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
Ke-4 : Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat.
c) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima tahun jika perbuatan itu
berakibat ada orang mati.
d) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya
dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka atau
mati dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dan
lagi pula disertai salah satu hal yang diterangkan dalam No.1 dan No.3.
d) Yang dimaksud dengan kekerasan menurut Pasal 89 KUHP yang berbunyi
”Yang dimaksud dengan melakukan kekerasan”, yaitu membuat orang jadi
pingsan atau tidak berdaya lagi. Sedangkan melakukan kekerasan menurut
35
sah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala senjata, menyepak,
menendang, dan sebagainya. Masuk pula dalam pengertian kekerasan adalah
mengikat orang yang punya rumah, menutup orang dalam kamar dan
sebagainya dan yang penting kekerasan itu dilakukan pada orang dan bukan
pada barang.
e) Ancaman hukumannya diperberat lagi yaitu selama-lamanya dua belas tahun
jika perbuatan itu dilakukan pada malam hari disebuah rumah tertutup, atau
pekarangan yang didalamnya ada rumah, atau dilakukan pertama-tama dengan
pelaku yang lain sesuai yang disebutkan dalam Pasal 88 KUHP atau cara
masuk ke tempat dengan menggunakan anak kunci palsu, membongkar dan
memanjat dan lain-lain.
Kecuali jika itu perbuatan menjadikan adanya yang luka berat sesuai dengan Pasal
90 KUHP yaitu 47: 1) Luka berat berarti : a) Penyakit atau luka yang tak dapat
diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang mendatangkan bahaya
maut. b) Senantiasa tidak cukap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
pencahariaan. c) Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra, d) Mendapat
cacat besar, e) Lumpuh (kelumpuhan), f) Akal (tenaga paham) tidak sempurna
lebih lama dari empat Minggu, g) Gugurnya atau matinya kandungan seseorang
perempuan, 2) Jika pencurian dengan kekerasan itu berakibat dengan matinya
orang maka ancaman diperberat lagi selama-lamanya lima belas tahun, hanya saja
yang penting adalah kematian orang tersebut tidak dikehendaki oleh pencuri,
3) Hukuman mati bisa dijatuhkan jika pencurian itu mengakibatkan matinya orang
luka berat dan perbuatan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama
47
atau sesuai dengan Pasal 88 KUHP yaitu : ”Mufakat jahat berwujud apabila dua
orang atau lebih bersama-sama sepakat akan melakukan kejahatan itu.”
D. Tinjauan Umum Tentang Perkeretaapian
Pengertian perkeretaapian Indonesia, menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 1 Ayat 1 dan Ayat
2 Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas sarana , prasarana,
dan sumber daya manusia, serta norma, kreteria, persyaratan, dan prosedur untuk
menyelenggarakan transportasi kerta api.
Kereta api adalah sarana perkeretaapin dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun
sedang bergerak dijalan rel yang terkait dengan perjalan rel kereta api.48
Berdasarkan pengertian perkeretaapian di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud
dengan kereta api adalah setiap kendaraan yang mempergunakan tenaga mesin
sebagai intinya untuk bergerak atau berjalan, kendaraan ini biasanya dipergunakan
untuk pengangkutan orang dan barang atau sebagai alat transportasi. Kereta api
sebagai sarana transportasi atau sebagai alat pengangkutan memegang peranan
penting dalam menentukan kemajuan perekonomian suatu bangsa.
E. Teori Tentang Faktor Penyebab Pencurian
Pada dasarnya ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
tindakan pencurian (penjarahan) dimana hal ini dapat merugikan seseorang dan
48
37
membuat kepanikan serta menimbulkan kesengsaraan pada orang lain. Faktor
penyebab pencurian yaitu:49
1. Motivasi Intrinsik (Intern)
a. Faktor intelegensia
b. Faktor usia
c. Faktor jenis kelamin
d. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak
2. Motivasi Ekstrinsik (Ekstern)
a. Faktor pendidikan
b. Faktor pergaulan
c. Faktor lingkungan
F. Upaya Penanggulangan Kejahatan
Kejahatan merupakan suatu bentuk penyimpangan yang terjadi di
masyarakat.Seseorang melakukan kejahatan pastilah dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor sehingga mereka melakukan hal tersebut. Negara sebagai
organisasi kekuasaan pastilah akan memberikan sanksi kepada mereka yang
melakukan kejahatan. Ini dilakukan dengan membuat sebuah regulasi terhadap
larangan melakukan kejahatan.Sanksi yang diberikan kepada mereka biasanya
berupa nestapa (penderitaan) seperti hilangnya hak kemeredekaan mereka atau
dipenjara. Ini merupakan suatu bentuk penanggulangan kejahatan yang dilakukan
oleh negara agar menciptakan kehidupan yang aman dan tentram. Secara teori ada
beberapa cara dalam melakukan upaya penanggulangan kejahatan, yaitu :
49
a) Upaya Preventif
Preventif adalah upaya pencegahan yang dilakukan agar kejahatan tidak
terjadi.Karena seperti yang kita ketahui bersama kejahatan merupakan suatu
fenomena kompleks yang terjadi disekeliling kita dan sangat meresahkan
masyarakat. Dibandingkan upaya represif, upaya preventif jauh lebih baik
karena sebelum terjadinya kejahatan, upaya-upaya tersebut dipikirkan agar
bagaimana kejahatan tersebut tidak terjadi. Banyak cara yang dilakukan untuk
bagaimana kejahatan tersebut tidak terjadi, salah satunya melakukan sosialisi
tentang suatu peraturan perundang-undangan bahwa apabila seseorang
melakukan kejahatan akan diancam dengan sanksi pidana yang dapat membuat
mereka dipenjara. Karena landasan tersebut masyarakat merasa takut untuk
melakukan kejahatan.
Kemudian juga, seperti yang kita ketahui bersama salah satu faktor terjadinya
kejahatan karena kesenjangan sosial, yaitu banyaknya angka kemiskinan
didaerah tersebut sehingga upaya-upaya yang dilakukan, seperti pemerintah
atau pemerintah daerah membuka suatu lapangan kerja bagi mereka agar tidak
melakukan hal-hal yang menyimpang, dan masih banyak lagi upaya-upaya
preventif yang dapat dilakukan agar kejahatan tersebut tidak terjadi.
b) Upaya Represif
Represif biasa disebut dengan upaya tindakan atau penanggulangan, dalam arti
ketika kejahatan itu telah terjadi, upaya yang harus dilakukan agar setelah
seseorang melakukan kejahatan mereka tidak melakukan kejahatan mereka
39
biasanya dilakukan seperti bagaimana memikirkan untuk menyembuhkan
penjahat tersebut. Orang yang melakukan kejahatan secara tidak langsung
akan di penjara atau dimasukkan dalam rumah tahanan, diharapkan didalam
rumah tahanan tersebut mereka dibina sebaik mungkin agar mereka tidak