MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOHETHER (NHT)PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
YAYUK RULIYAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
1
ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOHETHER (NHT)PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
YAYUK RULIYAH
Aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV di SD N 2 Kupang Teba masih rendah maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 2 Kupang Teba Bandar Lampung menggunakan model cooperative learning type Numbered Heads Together
(NHT).
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes hasil belajar, alat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan tes, dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data tentang aktivitas belajar siswa dan kinerja guru diperoleh melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi, hasil belajar siswa diperoleh melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir setiap siklus.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Hasil ini didukung oleh peningkatan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I hanya 50,32% (sedang) dan pada siklus II naik menjadi 80,13% (sangat tinggi). Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata nilai belajar siswa sebesar 24% dari siklus I ke siklus II.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN i
SAMPUL DALAM ii
ABSTRAK iii
HALAMAN PERSETUJUAN iv
HALAMAN PENGESAHAN v
PERNYATAAN vi
RIWAYAT HIDUP vii
PERSEMBAHAN viii
MOTO ix
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 8
1.3 Rumusan Masalah 8
1.4 Tujuan Penelitian 9
2.1.2 Jenis-Jenis 11
2.1.3 Aktivitas Belajar 11
2.1.4 Hasil Belajar 15
2.2 Pendekatan Cooperatif Learning 17
2.2.1 Beberapa Tipe Pembelajaran Kooperatif 19
2.2.2 Model Pembelajaran Numbered Heads Together 20
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Heads Together 22
2.3 Pembalajaran Matematika 23
2.3.1 Pengertian Pembelajarn Matematika 23
2.3.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Matematika kelas IV 24
2.3.3 Pengorganisasian Pembelajaran Matematika ... ... .. . 25
2.4 Hipotesis Tindakan 26
2.5 Kerangka Pikir Penelitian 27
III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 28
3.2 Seting Penelitian 29
3.3 Tekhnik Pengumpulan Data 30
3.4 Alat Pengumpulan Data. 30
3.5 Tekhnik Analisis Data 31
3.6 Indikator Keberhasilan 34
3.7 Langkah-langkah PTK 34
IV. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Prosedur Penelitian 42
4.1.1 Deskripsi Awal 42
4.1.2 Refleksi Awal 42
4.1.3 Persiapan Pembelajaran 43
1.2 Hasil Penelitian 44
4.2.1 Siklus I 44
4.2.2 Siklus II 54
4.2.3 Pembahasan 64
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 berbunyi Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pelaksanaan undang- undang
Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 diatas maka dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran para guru disamping harus menguasai bahan atau
materi ajar tentu perlu pula mengetahui bagaimana cara menyampaikan
materi ajar tersebut dan bagaimana pula karakteristik siswa yang menerima
pelajaran tersebut agar siswa mampu mengembangkan potensi dirinya, dan
mendapat prestasi belajar yang baik.
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang penting dalam pendidikan di
sekolah. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada
proses pembelajaran. Siswa sungguh-sungguh mau belajar maka akan
seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa, antara
lain : motivasi, minat, bakat, dan keadaan pribadi secara keseluruhan.
Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa,
seperti lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
Proses pembelajaran harus diimbangi dengan adanya sarana belajar baik
ketersediaan sarana belajar di Rumah maupun di sekolah, seperti halnya
sarana belajar yang tersedia disekolah seperti perpustakaan, alat peraga,
laboratorium. Pengelolaan kelas juga sangat penting. Pengelolaan kelas
tidak hanya dilakukan oleh guru dikelas dengan mengajar, namun guru juga
harus pandai menempatkan posisi siswa yang membuat siswa belajar
dengan aman seperti membentuk kelompok-kelompok belajar pada siswa.
Pengelolaan kelas yang tidak tertib akan mengakibatkan siswa belajar tidak
nyaman, turunnya prestasi belajar siswa salah satunya juga diakibatkan
pengelolaan kelas tidak teratur, terencana dan tidak menyenangkan.
Kesiapan guru melaksanakan program pendidikan sangat ditentukan oleh
kemampuan yang dimiliki guru. Guru yang memiliki kemampuan yang
sesuai dengan mata pelajarannya akan cenderung menggunakan metode
mengajar yang tepat dan bervariasi yang mencakup seluruh aspek
pembelajaran seperti afektif, kognitif dan psikomotor. Kemampuan yang
dimiliki guru tersebut sangat dibutuhkan dalam membantu memudahkan
siswa dalam mmahami pembelajaran yang diberikan. Banyak guru tidak
memperhatikan kemampuan siswa sehingga banyak guru tidak bisa
membedakan antara siswa yang sudah tahu dengan siswa yang belum tahu.
Guru hanya menyampaikan materi sesuai dengan pokok bahasan yang harus
tercapai dalam kompetensi dasar padahal pemberian materi yang berlebihan
akan berdampak kurang baik bagi pemahaman siswa.
Guru harus memiliki kemampuan untuk mendidik, mengajar, dan melatih
agar siswanya kelak menjadi manusia yang pandai, terampil, dan berbudi
luhur. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, guru hendaknya menguasai
kemampuan mengajarkan pengetahuan dan keterampilan hidup, mendidik
agar menjadi manusia yang berakhlak dan melatih siswanya agar mampu
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya bagi hidupnya kelak di
masyarakat. Guru harus memiliki kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi
siswa-siswanya. Dalam kehidupan sosial, guru sebagai bagian dari masyarakat
harus dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan siswa, sesama
guru, orang tua/wali siswa dan masyarakat sekitar.
Berbagai fakta di lapangan menunjukkan fenomena yang cukup
memprihatinkan, yaitu (1) kebanyakan siswa di sekolah tidak dapat
membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana
pengetahuan tersebut akan diaplikasikan, dan (2) siswa-siswa menghadapi
kesulitan memahami konsep akademik (seperti konsep matematika) saat
untuk memahami konsep-konsep saat mereka berhubungan dengan dunia
kerja dimana mereka akan hidup.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika
dapat mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa matematika tidak
selalu membosankan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan
mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan
pengetahuan. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan
model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajarannya,
kesesuaian dengan materi pembelajaran, kompetensi dasar yang diharapkan,
tingkat perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada
sebagai media pembelajaran.
Siswa beranggapan bahwa matematika itu sulit, ada beberapa alasan yang
membuat siswa beranggapan seperti itu, diantaranya adalah faktor dari guru,
mungkin dulu pernah bertemu dengan guru matematika yang kurang
disukai, galak atau membosankan sehingga membuat ia menjadi tidak suka
matematika, kemudian menganggap bahwa matematika itu sulit. Metode
guru mengajar beranggapan bahwa matematika sulit karena merupakan ilmu
pasti, yang selalu berhubungan dengan angka. Matematika selalu
berhubungan dengan angka dan angka, anggapan siswa angka itu adalah
sesuatu yang rumit. Karena dianggap rumit siswa tersebut malas untuk
belajar matematika, kemudian apabila ada permasalahan matematika siswa
matematika itu sulit.. Guru mengajar, hanya diterangkan saja, siswa menjadi
bosan, sehingga pelajaran tidak dapat diterima dengan baik. Lalu anak
tersebut menjadi tidak suka terhadap matematika, guru tidak bertanya
apakah siswa mengerti. Anggapan bahwa matematika itu sulit masih ada,
sehingga hal tersebut mempengaruhi anggapan siswa, kalau matematika itu
sulit. Matematika adalah ilmu hitung, jadi harus banyak latihan agar dapat
mendalami pelajaran matematika. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
diperoleh beberapa temuan berkenaan dengan hasil belajar, aktifitas belajar
dan penerapan metode yang digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung di SD N 2 Kupang Teba.
Hasil pengamatan terhadap nilai ulangan harian mata pelajaran matematika
di SD N 2 Kupang Teba tahun pelajaran 2012/2013 tersaji dalam tabel
berikut ini :
Tabel 1.Hasil Ulangan Formatif Kelas IV SD N 2 Kupang Teba Mata Pelajaran Matematika
interval frekuensi keterangan
40 – 50 4 Nilai tertinggi = 85
Nilai terendah = 40 Nilai rata-rata = 58,33
50 – 60 18
60 – 70 4
70 – 80 2
80 – 90 2
Jumlah 30
Sumber:Daftar nilai kelas 4 SD N 2 Kupang Teba semester 2 T.P.2012/2013
Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa hasil nilai ulangan harian
mata pelajaran matematika secara umum masih tergolong rendah dengan
kriteria ketuntutasan minimal yang telah ditentukan oleh guru SD N 2
disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas belajar atau
belum mencapai KKM dan ini berarti hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika di SD N 2 Kupang Teba masih rendah, guru belum
menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa penyebab rendahnya nilai
rata-rata setiap kali ulangan khususnya pada mata pelajaran matematika
dikarenakan terdapat beberapa masalah yang timbul dalam proses
pembelajaran, antara lain yaitu: (1) Pada saat pembelajaran berlangsung,
guru aktif dan siswa pasif, ini terlihat dari kurangnya partisipasi siswa untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat, dan (2) Metode yang digunakan
dalam proses pembelajaran menggunakan metode ceramah dan penugasan,
sehingga membuat siswa merasa bosan, kurang menarik, dan kurang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru kurang berupaya
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, baik ketika penanaman
konsep, maupun penugasan. Penugasan hanya menggunakan sumber buku
pegangan siswa tanpa menggunakan buku lainnya yang relevan sehingga
pengetahuan siswa hanya sebatas buku pegangan siswa.
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan metode
ceramah dan penugasan, membuat siswa merasa bosan, kurang menarik, dan
kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran..Penggunaan metode
ceramah yang dominan mengharapkan siswa duduk, diam dengan mencatat
dan menghafal sehingga mengakibatkan siswa mengslami kesulitan dalam
Berdasarkan kondisi tersebut perlu diadakan perbaikan. Salah satunya
perubahan metode pembelajaran yang digunakan. Memilih metode
pembelajaran yang menarik dan membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Pembalajaran yang aktif mengajak siswa untuk turut serta
dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan
fisik.Pembelajaran matematika guru hendaknya memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Strategi pembelajaran hendaknya dapat mengoptimalkan interaksi antara seluruh komponen dalam proses belajar mengajar, komponen yang dimaksud adalah guru dan siswa.
Melihat persoalan tersebut, penulis tertarik mengkaji penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together) yang berpotensi membuat siswa sebagai pusat pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran Cooperatif Learning
tipe Numbered Heads Together merupakan suatu cara penyajian pelajaran
dengan pemberian nomor pada kelompok siswa dan pada masing-masing
siswa dalam kelompok tersebut. Berdasarkan uraian dan permasalahan
diatas maka judul penelitian ini adalah “Meningkatkan aktifitas dan prestasi
belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentisifikasi masalah sebagai berikut :
1.2.1 Hasil belajar Matematika masih tergolong rendah, hal ini terlihat
dari tidak tercapainya kriteria ketuntasan belajar minimum.
1.2.2 Guru belum menggunakan metode belajar yang efektif dan menarik bagi siswa.
1.2.3 Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dan identifikasi masalah tersebut diatas,
diajuakan rumusan masalah sebagai berikut: rendahnya hasil
belajarmatematika kelas IV SD N 2 Kupang Teba. Dengan demikian
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.3.1 Bagaimana meningkatkan aktifitas belajar dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together di kelas IV SD N 2
Kupang Teba.
1.3.2 Bagaimana meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Numbered Head Togetherpada pelajaran Matematika di
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa menggunakan model
pembelajaran Numbered Head Together pada pelajaran Matematika di
kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung.
1.4.2 Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together pada pelajaran
Matematika di kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung.
1.5 Manfaat Hasil Penelitian
1.5.1 Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pelajaran
matematika
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam hal pemahaman konsep dan
ketrampilan siswa
c. Memberikan suasana belajar yang lebih menarik dan menyenangkan
1.5.2 Bagi Guru
a. Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
c. Memberikan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar.
1.5.3 Bagi Sekolah
a. Meningkatkan mutu para pendidik dan peserta didik
II. KAJIAN TEORI
2.1 Teori Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Menurut Teori belajar Behavioristik belajar merupakan perubahan perilaku
manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Interaksi antara
stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar.teori
belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu pada
perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Menurut teori belajar kognitif
ada lima ragam belajar yang terjadi pada manusia, yaitu informasi, verbal,
keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Proses kognitif dalam belajar dapat terjadi melalui sembilan tahap proses
kognitif yang kemudian dikelompokkan dalam tiga fase belajar, yaitu fase
persiapan, fase perolehan dan perbuatan serta fase alih belajar.
Menurut Wasty Soemanto(1983:104) belajar merupakan proses dasar dari
perkembangan hidup manusia.dengan belajar, manusia melakukan
perubahan-peruubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:13) belajar adalah
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dari interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari usahanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
2.1.2 Jenis-jenis Belajar
Adapun jenis-jenis belajar menurut Slameto yaitu: 1. Belajar bagian (part learning)
2. Belajar dengan wawasan (learning by insight) 3. Belajar diskriminatif (discriminatif learning)
4. Belajar global atau keseluruhan (global wrote learning) 5. Belajar insidental (incidental learning)
6. Belajar instrumental (instrumental learning) 7. Belajar intensional (intentional learning) 8. Belajar laten (laten learning)
9. Belajar mental (mental learning) 10. Belajar produktif (produktive learning) 11. Belajar verbal (verbal learning)
(Slameto,2003:5 - 8)
2.1.3 Aktifitas Belajar
Dalam belajar diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak
mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses pembelajarn
merupakan rangkaian kegiatan meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat
Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yeng direncanakan dan disadari
untuk mencapai tujuan belajar, yaitu pengetahuan dan keterampilan pada
siswa yang melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan kegiatan
pembelajaran ditentukan dari bagaimana kegiatan interaksi dalam
pembelajaran tersebut, semakin aktif siswa tersebut dalam belajar semakin
ingat akan pelajaran itu, dan tujuan pembelajan akan lebih cepat selesai.
Menurut Slameto (2003:43) penerimaan pembelajaran jika dengan aktivitas
siswa sendiri kesan itu tidak berlalu begitu saja, tetapi difikirkan, diolah,
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang beerbeda atau siswa akan
bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.
Beberapa aktivitas belajar menurut Wasty Soemanto sebagai berikut: 1. Mendengarkan
2. Memandang
3. Meraba, mencium dan mencicipi/mengecap 4. Menulis dan mencatat
5. Membaca
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan, dan menggarisbawahi 7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan 8. Menyusun paper atau kertas kerja
9. Mengingat 10. Berpikir
11. Latihan atau praktek
Sumber,Wasty Soemanto 2006 : 107–113
Aktivitas belajar juga dikemukakan oleh Sardiman bahwa :
penelitian dan melaksanakan eksperimen.“pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar”. Aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.(http://edukasi.kompasiana.com)
Berdasarkan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa menyangkut sikap,
perhatian, partisipasi, dan presentasi ketika proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dikelas, sehingga dengan adanya aktivitas belajar,
maka akan tercapai suasana aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan
yang diharapkan oleh guru dapat tercapai
Prinsip-prinsip belajar hanya memberikan petunjuk umum belajar, tidak dapat
dijadikan hukum belajar mutlak, kalau tujuan belajar berbeda maka dengan
sendirinya cara belajar juga harus berbeda. Belajar yang efektif dipengaruhi
oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa adalah:
a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan
banyak kegiatan baik kegiatan neural sistem seperti melihat, mendengar,
merasakan,berpikir dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lain yang
diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap,kebiasaan dan minat.
Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan
ulangan secara kontinu sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih
b. Belajar memerlukan latihan agar pelajaran yang terlupakan dapat
dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih
mudah dipahami.
c. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap belajar akan dapat
melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor
kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat
kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
d. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa
belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila
siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau
merasa bahwa merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan
bermakna bagi dirinya. Namun minat tanpa usaha yang baik maka belajar
juga sulit untuk berhasil.
e. Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh
dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan
perhatian terganggu.
f. Faktor intelegensi. Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan
belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan
lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan.
2.1.4 Hasil belajar
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6-7) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
menjelaskan, meringkas, contoh), applicatian (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).
Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiotory,
pre-routine, rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Dimyati dan Mudjiono mengemukaakan bahwa:
hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan dengan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
http://indramunawar. blogspot.com
Hasil belajar bukan saja sejumlah pengetahuan yang diperoleh siswa,
melainkan juga adanya perubahan perilaku dan sikap siswa. Jadi, yang
dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari soal tes
yang diberikan oleh guru kepada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Hasil belajar dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu: (1) Informasi
verbal, kategori informasi verbal merupakan kemampuan untuk
mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta
sebagai fakta atau prinsip; (2) Keterampilan intelektual, kategori
keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat
membedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah dapat
diperoleh melalui belajar. Belajar dapat memperoleh pengetahuan serta
wawasan; (3) Strategi kognitif, kategori strategi kognitif adalah
kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses
berpikir dengan cara merekam, dan membuat analisis yang memungkinkan
perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir anak akan terarah; (4) Sikap,
kategori sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap
stimulus atau dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Responnya dapat
berupa respon negatif ataupun positif yaitu tergantung kepada penilaian
terhadap objek yang dimaksud; (5) Keterampilan motorik, keterampilan
motorik pada seseorang dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan
kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan orang
tersebut.
Beberapa pengertian tentang hasil belajar yang telah dikemukakan,
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap seseorang setelah
mengikuti proses belajar, dengan indikator domain kognitif (pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian), domain afektif
(menerima, menanggapi, menilai, mengelola, menghayati), dan domain
2.2 PendekatanCooperatif Learning
Agus Suyatno (2007:3) mengemukakan bahwa kooperatif mengandung
pengertian kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan
kooperatif ini siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan
bagi kelompok. Model pembelajaran cooperative learning adalah suatu
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Modelcooperative learningmenurut Suprijono, (2009: 61):
model ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model cooperative learning menuntut kerjasama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaiman tugas diorganisir. Struktur tugas dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupunreward.
Pembelajaran model cooperative learning memungkinkan siswa dapat
meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa
untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir (thinking skill)
maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk
mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain,
bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya prilaku yang
menyimpang.
Kompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif menurut Agus Suyatna yaitu :
b. Kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah
c. Kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan pemahaman terhadap materi yang menjadi objek kajiannya, juga dapat dikembangkan
d. Softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggung jawab, serta kerja sama.
(Agus Suyatna : 2008:95)
Tabel 2. Fase-fase ModelCooperative Learning
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2 Menyajiakan /menyampaikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Fase 5 Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
2.2.1 Beberapa Tipe Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988) atau Sharan (1990) dalam Rachmadi (2004:16) sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif tipejigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Pada model ini, kelas dibagi beberapa kelompok dengan 4 – 6 orang. Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok jigsaw (gigi gergaji). Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian sehingga setiap kelompok siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam sebuah kelompok, dan dikenal sebagai counterpart group (CG).
b. Pembelajaran kooperatif tipeNHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
c. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antara kelompok. Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta‘mengajar’temannya.
d. Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization atau Team Accelarated Instruction)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini juga merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. Anggota time menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman se-tim, dan semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman sekelompoknya.
e. Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games-Tournament) TGT menekankan adanya kompetisi kegiatannya seperti STAD, tetapi kompetisi dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam suatu‘turnamen’.
2.2.2 Model PembelajaranNumbered Heads Together
Instrumen kinerja guru dalam menggunakan model pembelajarn kooperatif
tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut
Tabel 3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
FASE TINGKAH LAKU GURU
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Penomoran
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Fase-4:Mengajukan pertanyaan/
permasalahan.
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk dipecahkan bersama dalam kelompok. Pertanyaan dapat bervariasi
Fase-5 :Berpikir
bersama.
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Fase-6
Menjawab (evaluasi).
Guru memanggil suatu nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Fase-7 Memberikan penghargaan
Sumber : http://matematikaclub.wordpress.com/2008/08/14pembelajaran-kooperatif-tipe-nht/tanggal 22Mei 2013
Menurut Suprijono (2009: 92) juga mengemukakan pendapatnya mengenai
model Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), yaitu
Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Head Together
diawali dengan numbering (penomoran). Setelah kelompok terbentuk guru
mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap kelompok.
Selanjutnya siswa dapat saling berdiskusi. Langkah terakhir yaitu guru
memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap
kelompok
Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok: Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:
a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
b. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan siswa bekerja dalam kelompok; misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang telah kita sebut nilai kuis terkini.
d. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria untuk status kelompok
Cukup, (rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15). Baik, (15≤rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20).
Sangat Baik, (20≤rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25). Sempurna, (rata-rata nilai peningkatan kelompok≥ 25).
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Diketahui bahwa setiap model pembelajaran dan metode pembelajaran yang manapun pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini merupakan kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagi berikut:
a. Kelebihan
Setiap siswa menjadi siap belajar.
Siswa melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan
Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok. ( http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html#4tanggal 22 Mei 2013
2.3 .Pembelajaran Matematika SD
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Matematika
Pendidikan matematika penting diberikan kepada siswa disetiap jenjang
pendidikan. Pembelajaran matematika diharapkan siswa mampu bertindak
dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah sehari-hari. Suwangsih
(2006: 3) matematika berasal dari bahasa Latin “Mathematika” yang
mulanya diambil dari bahasa Yunani “Mathematike” yang berarti
mempelajari.
Suriasumantri dalam Adjie (2006: 34) menyatakan bahwa matematika adalah
salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika. Sejalan dengan
pendapat di atas, Hudoyo dalam Aisyah, dkk. (2007: 1-1) menyatakan bahwa
matematika berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang
diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep
abstrak.
Beberapa pengertian tentang matematika yang telah dikemukakan, penulis
menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan penaralan logik
yang mengekspresikan gagasan, ide-ide, hubungan kuantitatif sehingga
2.3.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika kelas IV
Tabel 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV, Semester 1
Standar Kompetensi Komptensi Dasar
Bilangan
1. Memahami dan
menggunakan sifat-sifat operasi hitung
bilangan dalam
pemecahan masalah
1.1. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung 1.2. Mengurutkan bilangan
1.3. Melakukan operasi perkalian dan pembagian 1.4. Melakukan operasi hitung campuran
1.5. Melakukan penaksiran dan pembulatan
1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan uang
Bilangan
2. Memahami dan
menggunakan
faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan 2.2. Menentukan kelipatan dan faktor suatu
bilangan.
2.3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) 2.4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan KKP dan FPB
GEOMETRI DAN
PENGUKURAN
3. Menggunakan
pengukuran sudut, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah
3.1 Menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku dan satuan derajat
3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat 3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
satuan waktu, panjang, dan berat
3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas
GEOMETRI DAN
PENGUKURAN 4. Menggunakan
konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah
4.1 Menentukan keliling dan luas jajar genjang dan segitiga
Tabel 5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Menjumlahkan dan
mengurangkan bilangan bulat
5.1 Mengurutkan bilangan bulat. 5.2 Menjumlahkan bilangan bulat 5.3 Mengurangkan bilangan bulat. 5.4 Melakukan operasi hitung campuran.
6. Menggunakan pecahan
dalam pemecahan
masalah
6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya. 6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan 6.3. Menjumlahkan pecahan.
6.4. Mengurangkan pecahan.
6.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
7. Menggunakan lambang bilangan Romawi
7.1 Mengenal lambang bilangan Romawi . 7.2. Menyatakan bilangan cacah sebagai
bilangan Romawi dan sebaliknya
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar
8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.
8.2. Menentukan jaring-jaring balok dan kubus. 8.3. Mengidentifikasi benda-benda dan bangun
datar simetris.
8.4. Menentukan hasil pen-cerminan suatu bangun datar.
2.3.3 Pengorganisasian Pembelajaran Matematika a. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokokpembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber
pokok dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut.Mulai dari
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran termasuk reencana pengembangan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran agar mencapai suatu titik
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi seperti yang
dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau
lebih indikator sehingga satu indikator untuk satu perpertemuan atau
lebih.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber balajar, serta
penilaian hasil belajar. Manfaat rencana pelaksanaan Pembelajaran
adalah supaya pembelajaran didalam kelas dapat mencapai hasil
maksimal, sebab sesuatu yang telah direncanakan terlebih dahulu akan
mendapatkan hasil yang terbik. Rancana Pelaksanaan Pembalajaran
sesuai silabus diatas dapat dilihat pada lampiran.
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran Matematika menerapkan model cooperative learning type Numbered
Heads Together dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat,
maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV
2.5 Kerangka Pikir Penelitian KONDISI AWAL Guru belum mengunakan model pembelajaran NHT(silabus dan RPP lama)
Aktifitas dan hasil belajar matematika siswa masih rendah SIKLUS I TINDAKAN KONDISI AKHIR Memanfaatkan model pembelajaran NHT(silabus dan RPP baru) Diduga memalui model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 2 Kupang Teba
Memanfaatkan model NHT yang didemonstrasikan guru,siswa melihat
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action
Research, Wardhani, dkk., (2007: 1.3) mengungkapkan penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Arikunto, dkk., (2006:
16) Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)
perencanaan,(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam
pembelajaran matematika.
2. Pelaksanaan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pembelajaran
matematika.
4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi
terhadap proses belajar selanjutnya Wardhani, (2007 : 2.4)
Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
[image:37.595.182.451.237.493.2]Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Arikunto, (2006: 16)
3.2Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil lokasi di SDN 2
Kupang Teba kelas IV, Jalan. Cipto Mangun Kusumo gang Cantik
Manis No 95 Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung. Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaan
Obsevasi Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
SIKLUS II
Obsevasi
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014, selama lebih kurang 4 bulan, dimulai dari perencanaan,
sampai perbaikan hasil penelitian.
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba
yang terdiri dari 25 orang siswa dengan komposisi 13 orang siswa
laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.
3.3Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dilakukan kegiatan :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang kinerja guru
ketika melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran Matematika melalui penerapan model
cooperative learning type NHT di kelas IV SDN 2 Kupang Teba.
2. Tes Hasil Belajar
Tes, digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar
siswa terhadap materi yang dibahas, dengan memberikan soal-soal
latihan.
3.4 Alat Pengumpulan Data
1. Lembar panduan observasi,
Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas.
kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas
dalam pembelajaran matematika melalui penerapan model cooperative
learning type NHT.
3.4.1 Soal-soal tes
Instrumen ini digunakan untuk mendapat data hasil belajar siswa dan
mengetahui ada tidaknya peningkatan pada setiap siklusnya, khususnya
mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan melalui
penerapan model cooperative learning type NHT.
3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data secara
kualitatif dan kuantitatif:
3.5.1 Data Kualitatif
Analisis kualitatifdigunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan
dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan
mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data tentang
aktivitas belajar siswa dan kinerja guru, pola interaksi pembelajaran,
melalui penerapan model cooperative learning type NHT. Data kualitatif
ini diperoleh dari data non tes yaitu Observasi. Data observasi digunakan
untuk mengetahui kinerja guru serta kesulitan siswa selama proses
pembelajaran matematika melalui penerapan model cooperative learning
type NHT untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan.
mengungkapkan semua prilaku siswa dan perubahannya selama proses
pembelajaran dari siklus I, siklus II dan siklus III. Rumus penilaian dari
kegiatan siswa dan kinerja guru di atas adalah sebagai berikut: NA =
%
Keterangan:
NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan
JS = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap
[image:40.595.152.456.408.493.2]Diadopsi dari Aqib dkk. (2009: 41
Tabel 6. Kriteria Tingkat Keberhasilan Observasi dalam %
Tingkat Keberhasilan (%) Arti
≥80% 60-79% 40-59% 20-39% <20%
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang Rendah
Sengat Rendah
3.5.2 Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika
kemajuan kualitas hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan
penguasaan materi yang diajarkan guru. Data kuantitatif merupakan data
hasil belajar melalui penerapan model cooperative learning type NHT
pada siklus I dan siklus II. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang
didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang
diberikan kepada siswa dengan rumus :
a. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara individual
digunakan rumus :
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor/item yang dijawab benar
N = Skor maksimum dari tes
100 = Bilangan tetap
Sumber : (Adaptasi Purwanto, 2008 : 112)
b. Nilai rata-rata seluruh siswa didapat menggunakan rumus :
Keterangan :
nilai rata-rata
nilai
frekuensi nilai
Sumber: (Herryanto, dkk., 2008 : 43)
c. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal
[image:41.595.149.478.672.743.2]Ketuntasan klasikal =
Tabel 7. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %
Tingkat Keberhasilan (%) Arti ≥80%
60-79% 40-59% 20-39% <20%
3.6 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:
1. Terjadinya peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe numbered heads together, sekurang - kurangnya 80%
dari keseluruhan siswa mendapat nilai minimal 60. Nilai 60 adalah nilai
kritreria ketuntasan minimal matematika kelas IV SD N 2 kupang Te ba.
2. Terjadinya peningkatan aktivitas siswa sekurang-kurangnya 70 % dari
keseluruhan siswa mendapat nilai aktivitas minimal 65.
3.7Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus
dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi.
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk
mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus pertama peneliti
mempersiapkan proses pembelajaran matematika melalui penerapan model
cooperative learning type NHT. Adapun langkah-langkah perencanaannya
adalah sebagai berikut:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk menentukan
materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan kurikulum.
b. Merancang kegiatan belajar mengajar melalui penerapan model
c. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap kelompok dan
media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
d. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Pada siklus I, materi pembelajarannya adalah “faktor persekutuan dan
kelipatan persekutuan”. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai
berikut :
a. Kegiatan Awal
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran melalui penerapanmodel cooperative learning type
NHT.
2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai melalui kegiatan yang dilaksanakan.
3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara belajar yang
akan ditempuh melalui penerapan model cooperative learning type
NHT.
4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan siswa
sebelum memulai pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran melalui
penerapan model cooperative learning type NHT, kemudian
memberi rangsangan kepada siswa agar siswa aktif dalam
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah
dijelaskan
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, yang setiap
kelompok terdiri dari 5 orang secara heterogen (menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, agama, dan sebagainya).
4. Guru membagikan bahan dan lembar diskusi siswa kepada
masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang
materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan
bersama-sama, dan saling membantu antara anggota lain dalam
kelompoknya, sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja
siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
5. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan
hasil diskusi.
6. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi
tanggapan dari jawaban siswa yang maju.
7. Guru memangil satu nomor untuk mempersentasikan hasil kerja
kelompoknya, satu persatu hingga semua nomor selesai. Guru
menanggapi, meluruskan, dan memperjelas penjelasan dari setiap
jawaban kelompok.
8. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan
memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani dalam
mengutarakan pendapatnya. Kemudian siswa diberi kesempatan
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah
diberikan.
3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari
nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan
kelompok.
4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan di
meja guru, selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah kepada
siswa.
5. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar.
3. Observasi
Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati
aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan tanda
ceklist pada lembar observasi.
4. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama adalah untuk
mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran melalui penerapan
model Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT)
rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan
pada siklus ke II.
Siklus II
Siklus ke II ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa
dalam pembelajaran Matematika melalui penerapan model cooperative
learning type NHT. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih
baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini juga
melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus I yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk
mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus II peneliti
mempersiapkan proses pembelajaran matematika melalui penerapanmodel
cooperative learning type NHT. Adapun langkah-langkah perencanaannya
adalah sebagai berikut:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk menentukan
materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK),
Kompetensi Dasar (KD) dan kurikulum.
b. Merancang kegiatan belajar mengajar melalui penerapan model
cooperative learning type NHT. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)
untuk setiap kelompok dan media yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
c. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
2. Pelaksanaan
Pada siklus II, Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran melalui penerapanmodel cooperative learning type
NHT.
2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai melalui kegiatan yang dilaksanakan.
3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara belajar yang
akan ditempuh melalui penerapan model cooperative learning type
NHT.
4. Tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan siswa sebelum
memulai pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran melalui
penerapan model cooperative learning type NHT, kemudian
memberi rangsangan kepada siswa agar siswa aktif dalam
pembelajaran.
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah
dijelaskan.
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, yang setiap
kelompok terdiri dari 5 orang secara heterogen (menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, agama, dan sebagainya) kemudian setiap siswa
4. Guru membagikan bahan dan lembar diskusi siswa kepada
masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang
materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan
bersama-sama, dan saling membantu antara anggota lain dalam
kelompoknya, sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja
siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
5. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan
hasil diskusi.
6. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi
tanggapan dari jawaban siswa yang maju.
7. Guru memangil satu nomor untuk menpersentasikan hasil kerja
kelompoknya, satu persatu hingga semua nomor selesai. Guru
menanggapi, meluruskan, dan memperjelas penjelasan dari setiap
jawaban kelompok.
8. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan
memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani dalam
mengutarakan pendapatnya. Kemudian siswa diberi kesempatan
untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah
diberikan.
3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai
nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan
kelompok.
4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan di
meja guru, selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah kepada
siswa.
5. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar.
3. Observasi
Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati
aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan tanda
ceklist pada lembar observasi.
4. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus kedua adalah untuk
mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran melalui penerapan
model cooperative learning type NHT berlangsung. Analisis hasil belajar
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV
terhadap siswa kelas IV SD Negeri 2 Kupang Teba pada pembelajaran
Matematika dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan type Numbered Heads Together pada mata pelajaran
Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas belajar siswa yang
telah dilakukan mulai dari siklus I dan II terjadi peningkatan di setiap
siklusnya yaitu nilai rata-rata pada siklus I mencapai 50,38% dengan
kategori kurang aktif kemudian meningkat pada siklus II menjadi 80,13%
dengan kategori sangat aktif.
2. Penerapantype Numbered Heads Together pada pembelajaran Matematika
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. dilihat dari persentase ketuntasan
hasil belajar siswa, dari 25 siswa pada siklus I persentase ketuntasan
belajar siswa sebanyak 16 siswa (64%), pada siklus II meningkat menjadi
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain bagi:
a. Siswa
Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi
pembelajaan dan hasil belajar kemudian siswa harus bertanggung jawab
atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok.
Tentunya harus diimbangi dengan semangat belajar siswa yang akan
memperkaya ilmu pengetahuan siswa sehingga memperoleh hasil belajar
yang meningkat.
b. Guru
Kepada guru mata pelajaran Matematika diharapkan dapat senantiasa
menerapkan model cooperative learning type Numbered Heads
Together,sehingga siswa diharapkan bisa saling bekerja sama, lebih aktif,
berfikir secara kritis dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat
membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
Kemudian guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua
rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal
c. Sekolah
Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana
pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suyatna.2008 Model Model Pembelajara paikem.Bandar Lampung
Dian.2008. Teori Behaviorisme, Kognitif, dan Kostruktivisme serta implikasinya dalam Pembelajaran,
Slameto.2002. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta
Syaiful Bahri Djamarah.2006. Strategi Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Jakarta
Sudjana,2005.Metode Statistika,Tarsito.Bandung.
Wasty Soemanto.1999. Psikologi Pendidikan Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta
Universitas Lampung.2008. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung
http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html#4
http://zainurie.files.wordpress.com/2007/12/ppp pembelajaran kooperatif.pdf
http://matematikaclub.wordpress.com/2008/08/14/pembelajaran-kooperatif-tipe-nht/
http://indramunawar. blogspot.com
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jalan soemantri Brojonegoro Gedong Meneng Bandar Lampung
Telepon (0721)704624 faximile (0721)704624
KARTU KONSULTASI SEMINAR/SKRIPSI
Judul : MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IV SD N 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Nama : Yayuk Ruliyah
Npm : 1113069112
Program Studi :PGSD SKGJ
Jurusan : Ilmu pendidikan
Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pembimbing : Dr. Rochmiyati, M.Si
Pembahas : Drs. Sarengat, M.Pd
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KUPANG TEBA KECAMATAN TELUK BETUNG UTARA
Jln.Ciptomangunkusumo Gang Cantik Manis No.95 Kupang Teba Bandar Lampung 35212
SURAT IZIN PENELITIAN Nomor: 420/024/02-13/KT/2013
Dasar : Surat Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNILA Nomor: 466/UN26/3/PL/2012 16 Agustus 2013, Perihal: Izin Penelitian.
Kepala SDN 2 Kupang Teba memberikan izin kepada mahasiswa:
Nama : Yayuk Ruliyah
NPM : 1113069112
jurusan : Ilmu Pendidikan
program studi : S1 PGSD
semester : V (Lima)
untuk melaksanakan penelitian di SDN 2 Kupang Teba sebagai syarat menyelesaikan studi.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, 19 Agustus 2013
Kepala SDN 2 Kupang Teba
Hj.Iraniati, S. Pd.SD
KECAMATAN TELUK BETUNG UTARA
Jln.Ciptomangunkusumo Gang Cantik Manis No.95 Kupang Teba Bandar Lampung 35212
SURAT PERNYATAAN Nomor: 420/025/02-13/KT/2013
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yayuk Ruliyah
NPM : 1113069112
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Program studi : S1 PGSD
Perguruan tinggi : Universitas Lampung
menyatakan bahwa:
Nama : Septina Anwar, S. Pd. SD
NIP : 19591007 197803 2001
tempat mengajar : SDN 2 Kupang Teba
adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan penelitian, yang merupakan tugas akhir sebagai syarat menyelesaikan studi.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, 19 Agustus 2013 Yang membuat pernyataan
Teman Sejawat, Mahasiswa,
Septina Anwar, S. Pd. SD Yayuk Ruliyah
NIP 195910071978032001 NPM 1113069112
Mengetahui,
Kepala SDN 2 Kupang Teba
SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KUPANG TEBA KECAMATAN TELUK BETUNG UTARA
Jln.Ciptomangunkusumo Gang Cantik Manis No.95 Kupang Teba Bandar Lampung 35212
SURAT KETERANGAN PENELITIAN Nomor: 420/025/02-13/KT/2013
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Hj.Iraniati, S. Pd.SD
NIP : 195901211978032001
jabatan : Kepala Sekolah
unit kerja : SDN 2 kupang Teba
menerangkan dengan sebenarnya bahwa:
nama : Yayuk Ruliyah
NPM : 1113069112
jurusan : Ilmu Pendidikan
program studi : S1 PGSD
perguruan tinggi : Universitas Lampung
telah melaksanakan penelitian di SDN 2 Kupang Teba sebagai syarat menyelesaikan studi.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, 20 September 2013 Kepala SDN 2 Kupang Teba
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : IV/ I
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 x pertemuan) Tahun Pelajaran : 2013/2014
B. Standar Kompetensi
2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah.
C. Kompetensi Dasar
2.3Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
D. Indikator
2.3.1 Menyebutkan bilangan prima antara 1 sampai dengan 100
2.3.2 Menyebutkan kelipatan persekutuan dan faktor persekutuan dari dua bilangan.
2.3.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari pasangan bilangan.
E. Tujuan Pembelajara
1. Siswa dapat menyebutkan bilangan prima antara 1 sampai dengan 100 2. Siswa dapat menyebutkan kelipatan persekutuan dan faktor
persekutuan dari dua bilangan dengan benar melalui garis bilangan. 3. Siswa dapat menemukan KPK dan FPB dari dua bilangan dua angka
benar dengan Faktor Prima. F. Materi Pembelajaran
KPK dan FPB
G. Media dan Sumber Belajar
1. Buku Ayo Belajar Matematika 4: untuk SD dan MI Kelas IV Karangan Burhan Mustaqim dan Ary Astuti.
H. Strategi Pembelajaran
1. Pendekatan :Kooperatif
2. Model Pembelajaran :NHT (Number Head Together) 3. Metode :Ceramah, Diskusi Kelompok, Tanya Jawab. I. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1 (2 x 35 menit) Pra Kegiatan (5 menit)
Mempersiapkan media dan sumber belajar. Pengkondisian kelas.
Salam. Doa,Presensi. Kegiatan Awal
Appersepsi, dengan memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang telah diajarkan sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari.
Eksplorasi
Guru menggali pengetahuan siswa mengenai cara mengetahui bilangan prima antara 1 sampai dengan 100. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
Contoh faktor persekutuan dua bilangan: Tentukan faktor persekutuan dari 12 dan 16 Jawab :
Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12 Faktor dari 16 adalah 1, 2, 4, 8 , 16
Faktorpersekutuan dari 12 dan 16 adalah 1, 2, dan 4 Menentukan kelipatan persekutuan
Tentukan kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 Jawab:
Bilangan kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, ... Bilangan kelipatan 6 adalah 4, 12, 18, 24, 30 ...
Bilangan persekutuan dari 3 dan 6 adalah 12, dan 24
Siswa menjawab pertanyaan guru. Elaborasi
Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang.
Setiap anggota dalam kelompok berhitung dan mengingat nomor urutnya
Guru menjelaskan cara menentukan kelipatan persekutuan dan faktor persekutuan dua bilangan
Setiap kelompok mend