• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI BELIMBING KARANGSARI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Di Desa Sukabakti Kecamatan Palas dan Desa Kekiling Kecamatan Penengahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI BELIMBING KARANGSARI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Di Desa Sukabakti Kecamatan Palas dan Desa Kekiling Kecamatan Penengahan)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI BELIMBING KARANGSARI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Di Desa Sukabakti Kecamatan Palas dan Desa Kekiling

Kecamatan Penengahan) Oleh

Citra Dara Anggun1, R. Hanung Ismono2, Eka Kasymir 2

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan dari suatu proses produksi, apakah usaha tersebut layak untuk diusahakan dan memberikan keuntungan. Penelitian bertujuan untuk : (1) Menganalisis kelayakan finansial usahatani belimbing Karangsari di Kabupaten Lampung Selatan. (2) Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial belimbing Karangsari Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian dilakukan di Desa Sukabakti Kecamatan Palas dan Desa Kekiling Kecamatan Penengahan. Pengambilan sampel dilakukan dengan motode studi kasus. Analisis kelayakan yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net B/C, Gross B/C, Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga 11,75%, usahatani belimbing Karangsari layak dijalankan dengan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 103.189.922, Net B/C Ratio 2,68, Gross B/C Ratio 1,6, Internal Rate of Return (IRR) 41% dan Payback Period (PP) 4,10. Sensitivitas terhadap kemungkinan penurunan produksi sebesar 10% biaya naik sebesar 3,99%, atau penurunan harga output sebesar 10% menunjukkan bahwa usahatani belimbing karangsari masih dalam keadaan layak dan menguntungkan.

Kata kunci : kelayakan finansial, belimbing karangsari, analisis sensitivitas.

(2)

ABSTRACT

THE FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF KARANGSARI STAR FRUIT FARMING IN SOUTH LAMPUNG DISTRICT (A Case Study in Sukabakti Village Palas Subdistrict and Kekiling Village

Penengahan Subdistrict)

By

Citra Dara Anggun1, R. Hanung Ismono2, Eka Kasymir 2

Financial analysis performed to determine the ratio between the amount of the costs incurred by the acceptance of a production process, whether the business is feasible to be developed and provide a profit. This research aims to analyze : (1) the financial feasibility of Karangsari Star Fruit farming in South Lampung District. (2) the sensitivity of the financial feasibility of Karangsari Star Fruit farming in South Lampung District. The study was conducted in Sukabakti Village Palas Subdistrict and Kekiling Village Penengahan Subdistrict. Samples were taken by case study method. Feasibility analysis used were Net Present Value (NPV), Net B/C, Gross B/C, Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), and sensitivity analysis. The results showed that at 11.75% interest rate, Karangsari Star Fruit farming deserved with Net Present Value (NPV) Rp 103,189,922; Net B/C Ratio 2.68; Gross B/C Ratio 1.6; Internal Rate of Return (IRR) 41% and Payback Period (PP) 4.10. Sensitivity to the possibility of a decline in production by 10% the cost rose by 3.99%, or a decrease in output price by 10% showed that Karangsari Star Fruit farming was still in feasible and profitable state.

Key words : financial feasibility, karangsari star fruit, sensitivity analysis.

1

Student of Economic Department, Faculty of Agriculture, the University of Lampung

(3)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI BELIMBING KARANGSARI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN ( Studi Kasus Di Desa Sukabakti Kecamatan Palas dan Desa Kekiling

Kecamatan Penengahan )

Oleh

CITRA DARA ANGGUN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 01 Februari 1992. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syahman dan Ibu Lela Badriani.

Penulis menyelesaikan studi tingkat taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita PTPN VII Unit Usaha Bekri Lampung Tengah pada tahun 1997, tingkat Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Sinar Banten Lampung Tengah pada tahun 2003, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Bangun Rejo Lampung Tengah pada tahun 2006. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Swadhipa Natar pada tahun 2009. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis, Program Studi Agribisnis melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2009.

(7)
(8)

SANWACANA

Assalamu`alaikum Wr.Wb

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Belimbing Karangsari Di Kabupaten Lampung Selatan( Studi Kasus Di Desa Sukabakti Kecamatan Palas dan Desa Kekiling Kecamatan Penengahan )”, penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Pembimbing Utama sekaligus

(9)

2. Ir. Eka Kasymir, M.Si., selaku Pembimbing Pendamping, yang senantiasa memberikan masukan, bimbingan dan nasehat dalam penulisan skrispi. 3. Dr.Ir.M.Irfan Affandi, M.Si., selaku Penguji Skripsi, atas saran, arahan dan

nasehatnya dalam penulisan skripsi.

4. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis atas saran, arahan dan nasehatnya dalam penulisan skripsi.

5. Kedua Orang Tua saya tercinta Syahman dan Lela Badriani yang selalu memberikan dukungan, doa, dan segala kebaikan untuk penulis, memberikan arahan, motivasi serta nasehat.

6. Kakak dan adik saya tersayang, Belatama Angga Saputra S.com dan Yulisna Anggri Syahara yang selalu memberikan bantuan, doa dan semangat.

7. Sahabat-sahabat tersayang: Meta Kusuma Febriana, Dede Putri S.P, Tika Mustika Wulandari S.P, Dea Amanda Puspita, Dwi Apriliansyah Astanu S.P, Aris Ardiansyah S.P, Tio Wanda Hendaris S.P, dan Firuzha Filardhi S.P, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

8. Seluruh Dosen dan Karyawan/wati (Mbak Iin, Mbak Ai, Mas Boim, Mas Kardi, dan Mas Bukhari) di Jurusan Agribisnis terima kasih atas bantuannya. 9. Teman-teman seperjuangan Arin, Nisa, Feby, Denisa, Mita, Lia, Ocing,

(10)

11. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis ,

(11)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Gizi pada Buah Belimbing karangsari tiap 100 gram

(Averrhoa Carambola. L) ... 2 2. Jumlah Produksi Tanaman Belimbing menurut Kabupaten di Provinsi

Lampung ... 3 3. Luas areal tanaman buah belimbing karangsari

di Kabupaten Lampung Selatan ... 5 4. Kriteria kesesuaian lahan belimbing karangsari ... 12 5. Sebaran luas Kabupaten Lampung Selatan dirinci menurut penggunannya

(dalam hektar), 2010 ... 46 6. Sebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut umur, tahun 2013 ... 50 7. Jenis, jumlah dan biaya peralatan pertanian dalam usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun pertama ... 57 8. Biaya tenaga kerja usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung

Selatan. ... 58 9. Biaya lain-lain pada usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung

Selatan, 2014 ... 63 10. Jumlah produksi per hektar per tahun usahatani belimbing karangsari

di Kabupaten Lampung Selatan. ... 64 11. Produksi dan penerimaan usahatani belimbing karangsari di Kabupaten

(12)

12. Biaya total, penerimaan, dan pendapatan per tahun petani belimbing

karangsari di Kabupaten Lampung Selatan ... 67

13. Analisis finansial usahatani belimbing karangsari pada tingkat suku bunga 11.75%. ... 70

14. Analisis sensitivitas usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung Selatan ... 74

15. Investasi alat usahatani belimbing Karangsari (Tahun 2009) ... 82

16. Pemakaian sarana produksi usahatani belimbing Karangsari per hektar ... 83

17. Penggunaan tenaga kerja usahatani belimbing ... 84

18. Produksi belimbing Karangsari per tahun dan trend produksi ... 85

19. Cashflow per tahun usahatani belimbing Karangsari per hektar ... 86

20. Analisis kelayakan finansial usahatani belimbing Karangsari ... 88

21. Analisis kelayakan finansial usahatani belimbing Karangsari bila produksi turun 10% ... 90

22. Analisis kelayakan finansial usahatani belimbing Karangsari bila biaya naik 3.99% ... 92

23. Analisis kelayakan finansial usahatani belimbing Karangsari bila harga turun 10% ... 94

(13)

i

DAFTAR ISI

.. Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 6

C. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

A.Tinjauan Pustaka ... 8

1. Sejarah Singkat ... 8

2. Tinjauan Agronomis Tanaman Belimbing... 8

3. Budidaya belimbing karangsari ... 11

a. Persyaratan Tumbuh... 11

b. Persiapan Pembenihan ... 12

c. Persiapan Lahan ... 12

d. Waktu Tanam ... 13

e. Pemeliharan ... 13

f. Penentuan Panen ... 15

4. Ilmu Usahatani ... 16

5. Studi Kelayakan ... 18

6. Analisis Finansial Kelayakan Usaha ... 18

7. Analisis Sensitivitas ... 22

B. Penelitian Terdahulu ... 24

C. Kerangka Pemikiran ... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A.Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 30

B. Batasan Operasional ... 33

C.Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 34

(14)

E. Metode Analisis Data ... 35

1. Analisis Kelayakan Finansial ... 36

a. Net Present Value (NPV) ... 36

b. Internal Rate of Return (IRR) ... 36

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) ... 37

d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) ... 38

e. Payback Periode ... 38

f. Discount Factor ... 39

2. Analisis Sensitivitas ... 39

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 42

A.Sejarah Kabupaten Lampung Selatan ... 42

B. Keadaan Geografis ... 45

C.Topografi ... 47

D.Klimatologi ... 48

E.Jenis Tanah ... 48

F. Penduduk ... 50

G.Pertanian ... 52

H.Gambaran Umum Kecamatan Palas dan Kecamatan Penengahan ... 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Usahatani Belimbing Karangsari ... 55

1. Biaya Bibit ... 56

2. Biaya Peralatan Pertanian... 56

3. Biaya Tenaga Kerja ... 57

4. Biaya Pupuk dan Pestisida ... 62

5. Modal ... 62

6. Biaya Lain-Lain ... 63

7. Produksi belimbing karangsari ... 63

8. Penerimaan Usahatani Belimbing Karangsari... 65

9. Pendapatan Usahatani Belimbing Karangsari ... 66

10.Gambaran Pemasaran Belimbing Karangsari ... 68

B. Analisis Finansial ... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

(15)

iii

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan masyarakat Indonesia. Pertanian di Indonesia terus berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan teknologi guna meningkatkan produksi hasil pertanian. Kegiatan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan/kehewanan dan perikanan. Besarnya kontribusi pertanian harus diimbangi dengan

pembangunan di berbagai sub sektor, karena produk pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan, salah satunya untuk memenuhi konsumsi masyarakat (Kementrian Pertanian, 2013).

(17)

2

menunjukkan peningkatan kuantitas dalam penggunaanya, sejalan dengan gaya hidup sehat yang lebih mengutamakan konsumsi buah dan sayuran.

Salah satu produk subsektor hortikultura yang cukup potensial adalah buah-buahan. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan mudahnya berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Selain itu buah-buahan telah lama dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral (Ariyanto, 2006). Salah satu jenis buah yang potensial untuk dikembangkan adalah buah belimbing. Buah belimbing mempunyai kandungan gizi cukup tinggi yang bermanfaat bagi tubuh. Kandungan Gizi pada buah belimbing karangsari dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi pada Buah Belimbing karangsari tiap 100 gram (Averrhoa Carambola. L)

Kandungan Gizi Belimbing karangsari

Vit C (mg) 9,36

Vit A (SI) 170,00

Air (g) 90,00

Serat (g) 9,74

Kadar gula 9,27

Kadar asam malat (%) 0,60

Sumber : Mukaromah, 2013.

(18)

Komoditas belimbing dipandang sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru di pedesaan yang potensial untuk dikembangkan dalam sistem agribisnis. Kegiatan tersebut mencakup keseluruhan aktifitas sektor pertanian mulai dari produksi sampai dengan pengolahan hasil dan pemasaran. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang berpotensial untuk pengembangan usahatani belimbing. Jumlah produksi belimbing di Provinsi Lampung dari tahun 2009 - 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Produksi Tanaman Belimbing menurut Kabupaten di Provinsi Lampung

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2012.

KABUPATEN

TAHUN

2009 2010 2011 2012

Luas Panen (ha) Produksi (ku) Luas Panen (ha) Produksi (ku) Luas Panen (ha) Produksi (ku) Luas Panen (ha) Poduksi (ku) Lampung Barat

10,14 3.043 8,45 2.535 8,88 2.665 11,04 3.312

Tanggamus 2,79 839 9,05 2.716 9,50 2.851 6,54 1.964

Lampung Selatan

6,79 2.037 9,60 2.882 12,63 3.789 4,71 1.414

Lampung Timur

4,84 1.454 28,3 8.494 8,18 2.456 8,3 2.490

Lampung Tengah

16,29 4.889 8,38 2.514 8,80 2.642 4,90 1.472

Lampung Utara

5,85 1.755 11,27 3.383 4,47 1.343 4,87 1.462

Way Kanan 1,29 387 6,77 2.033 2,60 781 1,60 499

Tulang Bawang

10,19 3.039 4,37 1.311 5,72 1.716 4,89 1.468

Pesawaran 3,97 1.192 2,32 697 3,83 1.151 2,64 792

Pringsewu - - 1,14 342 0,23 70 0,18 54

Mesuji - - 0,80 242 0,77 233 1,76 528

Tulang B.Barat - - 1,57 471 0,38 115 6,53 1.961

B. Lampung 2,26 679 1,95 587 2,43 729 2,34 702

(19)

4

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi tanaman buah belimbing di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami kenaikan berturut-turut sebesar 2.037 kuintal, 2.882 kuintal, dan 3.789 kuintal namun pada tahun 2012 produksi turun menjadi 1.414 kuintal.

Hal ini disebabkan karena keadaan cuaca serta serangan hama dan penyakit yang menyebabkan produksi menjadi turun.

Menurut Baswarsiati (2003), tanaman belimbing karangsari memiliki keunggulan dibandingkan dengan belimbing manis biasa, terutama pada penampilan buahnya yang sangat menarik. Belimbing tersebut memiliki warna kuning kemerahan bila telah masak sempurna, ukuran buah yang besar sekitar 350 - 600 gram per buah, rasa buah yang manis, kandungan air yang tinggi, daya simpan lebih dari 7 hari, mampu berbunga dan berbuah

sepanjang tahun dan panen dapat dilakukan 3 - 4 kali dalam setahun, dengan umur tanaman lebih dari 10 tahun.

(20)

Tabel 3. Luas areal tanaman buah belimbing karangsari di Kabupaten Lampung Selatan

Kecamatan Desa Luas Lahan

(Ha)

Palas Sukabakti 1,5

Penengahan Kekiling 2,5

Sumber : Lampung Post, 2013.

Belimbing karangsari mulai dibudidayakan di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2008. Permintaan akan komoditas belimbing karangsari cukup besar sehingga petani tertarik untuk berusahatani tanaman belimbing karangsari tersebut, namun di Kabupaten Lampung Selatan hanya terdapat satu petani yang membudidayakan belimbing karangsari. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi petani dalam mengembangkan usahatani belimbing karangsari, antara lain usahatani belimbing karangsari bergantung pada faktor cuaca, dan juga para petani menghadapi masalah permodalan. Modal investasi yang digunakan cukup besar untuk membeli sarana produksi dan pengelolaan usahatani. Selain itu, permintaan pasar yang cukup tinggi tidak diimbangi dengan produksi yang maksimal.Hal ini disebabkan kurangnya jumlah petani yang menanam belimbing karangsari.

Komoditas belimbing karangsari merupakan salah satu komoditas yang diunggulkan di Kabupaten Lampung Selatan. Komoditas belimbing

karangsari mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan diantaranya: 1) cara usahatani yang tidak begitu sulit, 2) belum ada pesaing yang

(21)

6

Walaupun usahatani belimbing karangsari mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan dan juga menguntungkan namun tidak banyak masyarakat atau petani yang mengetahui tentang usahatani belimbing karangsari.

Pengembangan usahatani belimbing karangsari berguna untuk meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Potensi pengembangan usahatani belimbing karangsari cukup baik bila dilihat dari jumlah permintaan akan buah belimbing karangsari. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian secara finansial untuk menganalisis kelayakan usaha belimbing karangsari.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian, yaitu:

1. Apakah usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung Selatan secara finansial layak untuk diusahakan?

2. Bagaimanakah sensitivitas kelayakan finansial pada usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung Selatan?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan finansial usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung Selatan.

(22)

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan:

1. Sebagai bahan pertimbangan dan sumber informasi bagi petani dalam menjalankan usahatani belimbing karangsari.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah guna membantu,

mengembangkan dan meningkatkan hasil usahatani belimbing karangsari. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain yang melakukan penelitian

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Sejarah Singkat

Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama /sebutan “star fruits”, dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing “Florida”.

2. Tinjauan Agronomis Tanaman Belimbing

(24)

Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatphyta (tumbuhan berbiji) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Oxalidales

Famili : Oxalidaceae Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa carambola L. (belimbing manis), A.bilimbi L. (belimbing wuluh).

Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur

a. Macam-macam belimbing

Menurut Rukmana (2001), ada dua jenis belimbing yang paling sering ditemui:

1) Belimbing Manis (Averrhoa carambola L)

(25)

10

12 m. Percabangan banyak yang arahnya agak mendatar sehingga pohon buahnya tidak dikenal musim. Daun belimbing berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun berbentuk bulat telur, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas mengkilap, permukaan bawah buram, panjang 1,75-9 cm, lebar 1,25-4,5 cm. Bunga majemuk tersusun berupa malai, warnanya merah keunguan, keluar dari ketiak daun dan diujung cabang ada juga yang keluar dari dahannya.

Buahnya merupakan buah buni, berusuk lima, bila dipotong

melintang berbentuk bintang. Panjang buah 4-12,5 cm, berdaging dan banyak mengandung air, saat masak warnanya kuning. Rasanya manis sampai asam, biji berwarna putih kotor kecokelatan, pipih, berbentuk elips dengan kedua ujung lancip.

2) Belimbing Wuluh (A. bilimbi L)

(26)

Daun belimbing wuluh merupakan daun majemuk sepanjang 30-60 cm dengan 11-45 pasang anak daun. Anak daun berwarna hijau, bertangkai pendek, berbentuk bulat telur hingga jorong dengan ujung agak runcing, pangkal membulat, tepi daun rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm. Belimbing wuluh mempunyai bunga majemuk yang tersusun dalam malai, berkelompok. Bunga belimbing asam, seperti buah kapel, tumbuh keluar dari batang atau percabangan yang besar. Buah belimbing wuluh berupa buni berbentuk lonjong persegi dengan panjang 4-6 cm. Buahnya berwarna hijau kekuningan berair dan jika masak berasa asam.

3. Budidaya belimbing karangsari

Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (2005), berikut adalah tatacara budidaya belimbing karangsari.

a. Persyaratan Tumbuh

(27)

12

Tabel 4. Kriteria kesesuaian lahan belimbing karangsari

Karateristik Persyaratan kesesuaian lahan Regim suhu

Suhu rata-rata (oC) 27

Regim kelembaban

Bulan kering 4-7

Curah hujan 1500 – 2000

Ketinggian 100 – 500

Kedalaman tanah (cm) >100

Drainase Baik

Tingkat kesuburan tanah Tinggi

Potensi pengembangan

Zona agreokologi IV ay2

b. Persiapan Pembenihan

Buah belimbing yang masak penuh kemudian diambil bijinya. Untuk mempercepat proses menghilangkan lendir yang ada pada biji belimbing biasanya digunakan abu dapur. Setelah biji bersih dari lendir selanjutnya dicuci bersih dan dilakukan pengeringan. Biji yang sudah kering

biasanya dapat disimpan sebagai persiapan untuk membuat batang bawah. Penyemaian biji langsung dilakukan dalam polibag, setelah biji tumbuh kira-kira umur kurang lebih 4 - 5 bulan sudah siap dilakukan

penyambungan (okulasi). Proses okulasi sampai siap ditanam dilapangan sekitar 4 - 6 bulan.

c. Persiapan Lahan

(28)

d. Waktu Tanam

Seperti pada tanaman tahunan pada umumnya, saat tanam yang tepat untuk tanaman belimbing karangsari yang biasa dilakukan petani adalah pada awal musim hujan atau akhir musim hujan yang dilaksanakan pada sore hari.

e. Pemeliharaan 1) Pemupukan

Pupuk yang digunakan ada dua jenis yaitu pupuk organik dan anorganik. Untuk pupuk organik digunakan pupuk kandang dari kotoran sapi, sedangkan untuk pupuk anorganik menggunakan urea dan NPK. Dosis pupuk organik setiap pohon 50 kg yang diberikan pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Untuk pupuk buatan (anorganik) diberikan dua kali setahun pada awal atau akhir musim, hujan dengan dosis 500 g/batang.

2) Pengairan

Pengairan tanaman belimbing karangsari dilakukan pada saat musim kemarau. Pengairan dilakukan setiap seminggu sekali. Pada lahan pekarangan setiap pohon disiram dengan 10 ember/timba dengan ukuran sekitar 5 liter. Sedangkan dilahan sawah pengairan dilakukan dengan sistem penggenangan.

3) Pamangkasan

(29)

14

karangsari agak berbeda dengan tanaman tahunan pada umumnya. Pada belimbing karangsari tidak dilakukan pemangkasan bentuk, lebih spesifik tidak melakukan toping tanaman, dengan alasan tanaman belimbing yang dilakukan pemangakasan bentuk produksinya kurang baik karena umumnya ditanam dilahan

pekarangan. Pemangkasan pemeliharaan umumnya dilakukan pada saat setelah panen yaitu dengan membuang cabang-cabang yang mati atau rusak.

4) Pengendalian OPT (Organisme Penganggu Tanaman)

Organisme Penganggu Tanaman pada tanaman belimbing karangsari adalah serangan hama lalat buah, sedangkan hama atau penyakit yang lain tidak menjadi permasalahan dalam bertanam belimbing. Usaha pengendalian yang dilakukan adalah dengan melakukan

pembungkusan buah dengan plastik transparan dan melakukan pemasangan methyl eugenol yang diletakkan pada botol bekas air mineral. Menurut Sutomo (2002) pada tanaman tertentu apabila tidak dikendalikan lalat buah dapat menyebabkan gagal panen. Berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan serangan lalat buah antara lain dengan pemakaian zat atraktan yaitu methyl eugenol, tanaman perangkap (selasih), musuh alami (parasitoid),

(30)

5) Penjarangan buah

Penjarangan buah merupakan kegiatan yang harus dilakukan karena terkait dengan kualitas buah yang dihasilkan. Penjarangan buah dilakukan pada saat bersamaan dengan melakukan pembungkusan buah. Penjarangan buah dilakukan pada pangkal batang dan ranting. Buah-buah yang dibuang adalah buah yang berada pada bagian ujung cabang, buah yang bengkok, dan buah yang cacat.

6) Pembungkusan buah

Pembungkusan buah untuk menghindari serangan lalat buah dilakukan sejak buah belimbing sebesar ibu jari (2 – 3 cm) atau 15 hari setelaj bunga mekar. Bahan yang digunakan untuk membungkus adalah plastik transparan. Agar terjadi aerasi yang baik setelah buah dilakukan pembungkusan maka pada bagian ujung-ujung plastik diberi lubang dengan diameter ½ cm.

f. Penentuan Saat Panen

(31)

16

4. Ilmu Usahatani

Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Ditinjau dari beberapa pengertian di atas ilmu usahatani sangat penting dalam ilmu pertanian. Pengelolaan usahatani memerlukan unsur-unsur pokok yang merupakan faktor-faktor utama dalam usahatani. Unsur – unsur pokok tersebut sering disebut faktor produksi (input). Proses produksi pertanian adalah proses yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi pertanian untuk menghasilkan produksi pertanian (output).

(32)

a. Lahan

Lahan merupakan salah satu faktor produksi utama dalam usahatani. Lahan dapat diperoleh dengan bermacam cara antara lain membeli, menyewa, membagi hasil/menyakap, menggadai, diberi dalam hubungan warisan atau hadiah, serta pinjam dengan hak pakai.

b. Bibit

Bibit adalah tanaman hasil perbanyakan/penangkaran yang siap untuk ditanam, bisa berasal dari perbanyakan generatif (biji/benih) bisa berasal dari perbanyakan vegetatif (cangkok, okulasi, setek). Menurut Sunaryono (1984), menabur atau menyebartumbuhkan atau menanam biji/benih pada suatu tempat khusus yang memenuhi persyaratan-persyaratan untuk tumbuhnya biji atau benih hingga diperoleh perkecambahan atau

pertunasan (bibit) yang cepat dan baik. Bibit yang digunakan adalah bibit belimbing karangsari yang berasal dari Blitar, Jawa Timur. Bibit masuk kedalam kategori investasi usahatani karena, bibit digunakan atau ditanam pada awal usahatani dilakukan.

c. Peralatan pertanian

(33)

18

d. Bangunan

Bangunan dalam usahatani biasanya berupa gudang sebagai tempat penyimpanan peralatan pertanian yang digunakan dalam usaha pertanian.

e. Tenaga kerja

Tenaga kerja sangat diperlukan dalam menyelesaikan kegiatan produksi. Tenaga kerja dalam usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja yang berasal dari keluarga dan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga.

5. Studi Kelayakan

Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu proyek akan dilaksanakan atau tidak, artinya pengeluaran untuk studi kelayakan diadakan sebelum ada keputusan tentang pelaksanaan proyek. Sehubungan dengan itu, maka bagi proyek biaya itu dianggap sebagai ‘sunk cost’, karena biaya-biaya yang dikeluarkan sesudah pengambilan keputusan (Kadariah, 2001).

6. Analisis finansial kelayakan usaha

Analisis finansial merupakan bagian dari analisis proyek. Menurut Djamin (1994), maksud dari analisis proyek adalah :

(34)

2. Analisis digunakan sebagai pedoman di dalam pengawasan.

3. Analisis dapat digunakan sebagai anggaran dalam memperhitungkan biaya-biaya proyek.

Menurut Sayuti (2008), secara garis besar, analisis kelayakan bertujuan untuk:

a. Mengetahui tingkat keuntungan (profitabilitas) yang dihasilkan oleh investasi.

b. Mengandalkan penilaian terhadap alternatif investasi.

c. Menentukan prioritas investasi, sehingga dapat dihindari investasi yang hanya memboroskan sumber daya.

Kasmir (2003), aspek finansial mencakup perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, prakiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi secara jangka panjang seperti:

1) Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah pendapatan bersih dengan jumlah biaya bersih yang diperhitungkan nilainya pada saat ini (present value).

Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut :

∑ PV net B (+)

Net B/C Ratio =

∑ PV net B (-)

Net B

=

(35)

20

2) Gross Benefit Cost Ratio

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.

Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : PV dari gross benefits

Gross B/C Ratio =

PV dari gross costs

yang dihitung sebagai gross costs adalah biaya modal atau biaya investasi permulaan dan biaya osperasi dan pemeliharaan, sedangkan yang dihitung sebagai gross benefits adalah nilai total produksi dan nilai sisa (salvage value) dari investasi pada akhir umur ekonomis usaha.

3) Payback Period

Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek (usaha). Untuk menilai apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dikembangkan adalah :

a) Payback Period sekarang harus lebih kecil dari umur investasi

b)Bandingkan dengan rata-rata Payback Period industri unit usaha yang sejenis.

(36)

Kelemahan metode ini adalah sebagai berikut : a) Mengabaikan time value of money

b) Tidak mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah masa pengembalian

Kriteria penilaian dengan metode Payback Period adalah :

a) bila masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan

a) bila masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan.

4) Net Present Value

Net Present Value (NPV) yang disebut juga nilai tunai bersih merupakan metode menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang yang

sekarang dengan kriteria penilaian sebagai berikut : a) bila NPV > 0, maka usaha dinyatakan layak (feasible)

b) bila NPV < 0, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible) c) bila NPV = 0, maka usaha dinyatakan dalam posisi Break Event

(37)

22

Secara sederhana, rumusnya adalah sebagai berikut : NPV = PV Benefit – PV Costs

= B - C dengan :

B = benefit yang telah di discount C = costs yang telah di discount

5) Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek. Dengan kata lain dapat juga disebut sebagai suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0.

Kriteria penilaian adalah sebagai berikut :

a) bila IRR > 1, maka usaha dinyatakan layak (feasible)

b)bila IRR < 1, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible)

c) bila IRR = 0, maka usaha tersebut berada dalam keadaan Break Event

7. Analisis Sensitivitas

Menurut Gittinger (1993), dalam bidang pertanian, proyek-proyek sensitif untuk berubah yang diakibatkan oleh empat masalah utama yaitu :

(38)

2 Keterlambatan pelaksanaan proyek, dalam proyek-proyek pertanian dapat terjadi karena adanya kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan teknis atau inovasi baru yang diterapkan atau karena keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan.

3 Kenaikan biaya, baik dalam biaya konstruksi maupun operasional yang diakibatkan oleh perhitungan-perhitungan yang terlalu rendah. 4 Kenaikan hasil, dalam hal ini kesalahan perhitungan hasil.

Menurut Kadariah (2001), analisis sensitivitas atau analisis kepekaan

membantu menemukan unsur yang sangat menentukan hasil proyek. Analisis ini dapat membantu mengarahkan perhatian orang pada variabel-variabel yang penting untuk memperbaiki perkiraan-perkiraan dan memperkecil bidang ketidakpastian. Analisis ini dapat juga membantu pengelola proyek dengan menunjukkan bagian-bagian yang peka yang memerlukan

pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang diharapkan akan menguntungkan perekonomian.

Kepekaan hasil analisa terhadap perubahan dalam suatu variabel, ditentukan bukan hanya oleh besarnya perubahan dalam variabel tersebut melainkan juga oleh serangkaian nilai-nilai yang mungkin akan dicapai oleh variabel-variabel lain. Ada variabel yang cenderung berubah atau bergerak bersama-sama, ada yang searah, ada yang kearah berlawanan, sebagai tanggapan terhadap

(39)

24

B. Penelitian terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Harlina (2005) tentang analisis finansial dan determinan keputusan petani menanam lada (Piper ningrum L) serta strategi pengembangan di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara menyimpulkan bahwa secara finansial usahatani lada yang dilakukan oleh petani lada di Kecamatan Abung Barat layak untuk diteruskan. Hal ini didasarkan pada tingkat suku bunga 13% diperoleh Net Present Value (NPV) sebesar Rp.5.330.878 per hektar; nilai Net B/C ratio sebesar 2,585; nilai Gross B/C ratio sebesar 1,413; nilai IRR sebesar 30,687% dan hanya

membutuhkan waktu 8 tahun atau kurang dari umur ekonomis proyek untuk mengembalikan semua investasi yang telah ditanamkan dalam usahatani lada.

(40)

Berdasarkan hasil penelitian Pasaribu (2009), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Agroindustri Penyulingan Minyak

Nilam Di Desa Kaliasin, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan”. Hasil analisis menunjukkan bahwa agroindustri penyulingan minyak nilam di desa kaliasin, kecamatan tanjung bintang, kabupaten lampung selatan, secara finansial layak diusahakan. Dengan kata lain, usaha agroindustri penyulingan minyak nilam ini menguntungkan. Setelah adanya perubahan kenaikan biaya produksi rata-rata sebesar 5,01%, penurunan harga jual rata-rata sebesar 24,76%, dan kenaikan suku bunga sebesar 6%,

agroindustri penyulingan minyak nilam di desa kaliasin, kecamatan tanjung bintang, kabupaten lampung selatan secara keseluruhan tetap layak untuk dikembangkan.

Berdasarkan hasil penelitian Silvana Maulidah (2011) yang berjudul “Nilai Tambah Agroindustri Belimbing Manis Karangsari (Averrhoa Carambola L.) dan Optimalisasi Output Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Di

Kecamatan Sukorejo, Blitar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah per kilogram belimbing manis yang diperoleh adalah sirup Rp

15.150, sari Rp 3.031, dodol pak kecil Rp 13.782, dodol pak besar Rp 11.932, dan manisan Rp 3.693. Adapun rata-rata belimbing manis yang diolah per bulan untuk sirup sebanyak 30 kg, sari 120 kg, dodol pak kecil 20 kg, dodol pak besar 100 kg, dan manisan 45 kg. Analisis program linier menunjukkan bahwa keuntungan maksimal dapat diperoleh dengan kombinasi produk olahan yang berbeda dengan kombinasi produk yang dilakukan oleh

(41)

26

harus ditingkat jumlah produksinya adalah sari belimbing dan dodol belimbing kemasan kecil. Untuk sirup belimbing dan manisan belimbing harus diturunkan jumlah produksinya. Sedangkan untuk dodol kemasan besar disarankan untuk tidak dibuat dan dialihkan kepada dodol kemasan kecil.

Berdasarkan hasil penelitian Novia Wahyu Arianto (2013) dengan judul “Keunggulan Bersaing Usaha Mikro Hasil Olahan Belimbing Usaha Dagang

Cemara Sari Berbasis Inovasi Produk di Kota Blitar”. Berdasarkan riset yang dilakukan, UD Cemara Sari telah mengimplementasikan konsep keunggulan bersaing, meskipun tidak sepenuhnya sempurna, dalam arti bahwa

pengimplementasian keunggulan bersaing ini belum sepenuhnya kuat ikatan relevansinya dengan teori yang ada. Hasil riset juga menunjukkan bahwa strategi generik dari Porter bisa diimplementasikan pada sektor usaha mikro, seperti UD Cemara Sari, bukan hanya diimplementasikan pada perusahaan dengan skala yang lebih besar. Strategi bersaing dengan konsep diferensiasi dilakukan dengan pengembangan produk atau menciptakan inovasi produk. Proses penciptaan inovasi produk berasal dari intuisi dan dorongan dari pemilik usaha dalam usaha untuk bisa memanfaatkan peluang dari buah belimbing menjadi olahan belimbing yang inovatif. Dorongan ini adalah sebagai pemicu, dan kreatif adalah muara implementasinya. Perusahaan mampu menjadi yangberbeda dengan pesaing usaha industri sejenis dengan menciptakan produk baru yang lebih bervariasi dan inovatif, sehingga konsep diferensiasi menjadi relevan sebagai salah satu bentuk strategi bersaing perusahaan. Pengembangan produk yang dilakukan adalah dengan

(42)

inovasi berbasis ukuran, inovasi berbasis kemasan, inovasi berbasis desain produk, inovasi berbasis pengembangan bahan-bahan pelengkap, dan inovasi mengurangi upaya yang dilakukan oleh konsumen dalam mendapatkan produk dari perusahaan.

C. Kerangka Pemikiran

Tanaman belimbing karangsari merupakan tanaman yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Selain mempunyai nilai ekonomi tinggi juga dapat membuka lapangann perkerjaan bagi masyarakat. Petani dalam mengusahakan usahatani belimbing karangsari menggunakan input produksi antara lain : bibit, lahan, pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan yang akan mempengaruhi keberhasilan usahatani yang dikelola. Petani mengeluarkan biaya untuk penggunaan faktor produksi agar proses produksi dapat berjalan dengan baik.

(43)

28

Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan investasi akan dihitung dan dianalisis dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu : Net Benefit Cost (Net B/C), Gross Benefit Cost (Gross B/C), Pay Back Period, Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV). Analisis tersebut akan

(44)
[image:44.595.119.526.84.675.2]

Harga input HargaOuput

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis kelayakan finansial usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung Selatan.

Penerimaan Usahatani Belimbing

Input : - Bibit - Lahan - Pupuk - Tenaga Kerja - Obat-obatan

Proses Output

(Belimbing karangsari)

Biaya Produksi

1.Analisis Finansial Net B/C

Gross B/C Payback Period NPV

IRR

2. AnalisisSensitivitas

Tidak layak Layak

(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola tanaman belimbing karangsari untuk menghasilkan produksi, sebagai sumber utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

Petani adalah individu atau sekelompok orang yang melakukan usaha guna memenuhi kebutuhan sebagian atau secara keseluruhan hidupnya dalam bidang pertanian. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani yang memiliki belimbing karangsari.

Produksi belimbing karangsari adalah buah hasil tanaman belimbing

karangsari yang dihasilkan oleh petani dalam satu kali musim tanam,dihitung dalam satuan kilogram (kg).

(46)

Pendapatan usahatani belimbing karangsari adalah penerimaan yang diperoleh petani belimbing karangsari setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp).

Harga output adalah harga belimbing karangsari yang diterima oleh petani, diukur dalam satuan rupiah/kg (Rp/kg).

Biaya (cost) adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan dalam usahatani belimbing karangsari, yaitu biaya investasi dan biaya produksi yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya investasi adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk membantu produksi dan bersifat jangka panjang serta mengalami penyusutan setiap tahunnya yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali produksi diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya operasional adalah biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah sesuai dengan produksi (output) yang dihasilkan, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

(47)

32

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja baik dari dalam maupun luar keluarga yang digunakan dalam proses produksi, yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).

Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun penggunaan alat, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.

Umur ekonomis usaha adalah umur produktif tanaman belimbing.

Lahan adalah sebidang tanah yang digunakan oleh petani untuk mengusahakan tanaman belimbing, diukur dalam satuan hektar (ha)

Discount factor (Df) adalah suatu faktor bilangan lebih kecil dari suatu yang dapat digunakan untuk menghitung sutau nilai masa datang, berapa nilainya saat ini, dengan memperhitungkan tingkat bunga yang tetap pada akhir tahun.

Nilai tunai bersih (Net Present Value) adalah selisih antara present value pada benefit dan present value dari biaya, diukur dalam satuan rupiah (Rp)

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol, diukur dalam persen (%)

(48)

Gross B/C ratio adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang

diperhitungkan hilangnya saat ini.

Periode kembali modal (pay-back period) adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi, diukur dalam satuan waktu (tahun, bulan).

Analisis finansial adalah suatu perhitungan yang didasarkan pada

perbandingan manfaat (benefit) yang akan diterima dengan biaya (cost) yang akan dikeluarkan selama suatu usaha dijalankan.

Analisis sensivitas adalah suatu perhitungan yang bertujuan untuk melihat kepekaan suatu proyek terhadap suatu perubahan atau kesalahan dalam perhitungan biaya dan manfaat.

B. Batasan Opersional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Suku bunga dalam penelitian ini yang digunakan untuk perhitungan analisis kelayakan finansial usahatani belimbing karangsari yakni suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia bulan September 2014 sebesar 11,75%.

b. Umur ekonomis usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 tahun, berdasarkan umur produktif tanaman belimbing.

(49)

34

d. Perhitungan analisis kelayakan finansial menggunakan discount factor. Diasumsikan bahwa usahatani belimbing karangsari baru akan berjalan sehingga data dari tahun 1 sampai 5 yang merupakan data produksi yang sudah ada dikonversikan pada tahun 1, maka digunakan discount factor untuk mengetahui benefit yang diperoleh dari usahatani belimbing karangsari pada masa

yang akan datang yakni sampai dengan tahun ke 15.

C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian berlokasi di Desa Sukabakti Kecamatan Palas dan Desa Kekiling Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Penentuan lokasi tempat penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive). Lokasi dipilih karena Desa Sukabakti Kecamatan Palas dan Desa Kekiling Kecamatan Penengahan merupakan satu-satunya daerah yang membudiayakan belimbing karangsari yang sudah berdiri selama 6 tahun.

Proses pengambilan data dari responden menggunakan media kuisioner dengan tujuan agar pertanyaan yang diajukan terstruktur dan lengkap. Waktu penelitian dilakukan mulai pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2014.

D. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada usahatani belimbing karangsari yang terletak di Desa Sukabakti Kecamatan Palas dan Desa Kekiling Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Metode studi kasus adalah penelitian terhadap suatu kasus secara intensif dan

(50)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat secara langsung oleh

pengumpul data dan diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik usahatani belimbing karangsari. Teknik pengumpulan data primer yang juga dilakukan adalah dengan membuat kuisioner (daftar pertanyaan) sekaligus melakukan pengamatan (observasi) langsung di lapangan. Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung oleh pengumpul data yang diperoleh dari lembaga/instansi terkait, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Metode yang dipakai untuk mengolah data adalah dengan analisis secara kuantitatif, dengan menggunakan data keuangan (penerimaan dan pengeluaran usahatani belimbing karangsari). Data keuangan tersebut digunakan untuk menghitung analisis Net Present Value, Internal Rate of Return, Net B/C Ratio, Gross B/C Ratio, Payback Period, dan sensitivitas yang digunakan pada analisis kelayakan ekonomi. Hasil dari perhitungan tersebut kemudian akan dinyatakan secara deskriptif dengan menilai secara objektif beberapa aspek hasil wawancara yang dianggap penting yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha.

(51)

36

1. Analisis Kelayakan Finansial a. Analisis Kelayakan Finansial

Menurut Kadariah (2001), metode-metode analisis yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial adalah :

1) Net Present Value (NPV)

NPV dapat diartikan sebagai selisih antara kas penerimaan dengan arus kas pengeluaran dengan tingkat discount rate tertentu. Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah:

n t n t t i C B NPV 1 1

di mana: Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t

Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t

n = Umur proyek (tahun) i = Discount rate (%) t = tahun

Tiga kriteria investasi, yaitu:

a) Bila NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan.

b) Bila NPV < 0, maka proyek merugikan dan tidak layak untuk dilaksanakan.

c) Bila NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi (break even point).

2) Internal Rate of Return (IRR)

(52)

Rumus IRR adalah: 1 2 2 1 1

1 i i

NPV NPV

NPV i

IRR

di mana: i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Kriteria investasi:

a) Bila IRR > tingkat suku bunga, maka proyek layak.

b) Bila IRR < tingkat suku bunga, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

c) Bila IRR = tingkat suku bunga, maka proyek dalam posisi break even point.

3) Net B/C ratio

Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah discount positif (+) dengan net benefit yang telah di-discount negatif (-). Rumus yang digunakan adalah:

Net B/C Ratio = n

t n t NB NB 1 2 1 1 ) ( ) (

di mana: NB1 (+) = net benefit yang telah di-discount positif (+)

NB2 (-) = net benefit yang telah di-discount negatif (-)

t = tahun Kriteria kelayakan:

a) Bila Net B/C > 1, maka proyek layak.

(53)

38

4) Gross B/C Ratio

Gross B/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan atau manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan.

Rumus yang digunakan adalah:

n t t t n t t t i C i B C GrossB 0 0 1 1 /

di mana: Gross B/C= Gross Benefit Cost Ratio

Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t

Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t

i = Discount rate (%) n = Umur proyek (tahun)

Kriteria kelayakan adalah:

a) Bila Gross B/C > 1, maka proyek layak.

b) Bila Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

c) Bila Gross B/C = 1, maka proyek dalam posisi break even point.

5) Payback Period (PP)

(54)

PP = Ab K0

x 1 tahun

di mana: Ko = Investasi awal

Ab = Manfaat bersih yang diperoleh dari setiap periode Kriteria kelayakan:

a) Bila masa pengembalian (PP) lebih pendek dari umur ekonomis proyek, maka proyek menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.

b) Bila masa pengembalian (PP) lebih lama dari umur ekonomis proyek, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

6) Discountfactor (Df).

Menurut (Djamin, 1993) Discount factor ditujukan untuk menurunkan

manfaat yang diperoleh dari usahatani belimbing karangsari pada masa

yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai pada saat ini.

Formulasi aljabar dari discounting factor adalah sebagai berikut :

1

df =

(1 + i)t

Proses dalam menghitung present value dari future income dinamakan

discounting. Tingkat bunga (interest) yang digunakan untuk discounting ini

dinamakan “the discount rate” atau “discounting factor”.

2. Analisis Sensitivitas

(55)

40

pada harga faktor produksi dan harga hasil produksi serta dampak akhirnya pada kondisi kelayakan ekonomi usahatani belimbing. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis sensitivitas pada

penelitian usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung Selatan ini adalah :

a. Tingkat suku bunga yang digunakan pada analisa ini berdasarkan rata-rata tingkat suku bunga pinjaman pada bank umum. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan pada penelitian ini adalah suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI) 1 september 2014 yakni sebesar 11,75% (Bank Rakyat Indonesia, 2014).

b. Analisis sensitivitas apabila terjadi perubahan kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 3,99%, didapat dari nilai rata-rata tingkat inflasi Bank Indonesia (BI) pada agustus 2014 (Bank Indonesia, 2014).

c. Analisis sensitivitas apabila terjadi perubahan penurunan harga jual. Penurunan harga jual yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10%.

d. Analisis sensitivitas terjadi bila terjadi perubahan penurunan produksi. Penurunan jumlah produksi sebesar 10%, didapat dari tingkat

(56)

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah yang tidak sesuai rencana. Perubahan pengaruh tersebut dapat dihitung dengan konsep laju kepekaan.

Menurut Gittinger (1993), rumus yang digunakan untuk mencari laju kepekaan adalah:

Laju kepekaan =

% % 100 100 0 1 0 1 x Y Y Y x X X X r r di mana:

X1 = NPV/IRR/Net B/C Ratio/PP/Gross B/C Ratio setelah terjadi

perubahan

X0 = NPV/IRR/Net B/C Ratio/PP/Gross B/C Ratio sebelum terjadi

perubahan

Xr = Rata-rata perubahan NPV/IRR/ Net B/C Ratio/PP/Gross B/C Ratio

Y1 = Harga jual/biaya produksi/produksi setelah terjadi perubahan

Y0 = Harga jual/biaya produksi/produksi sebelum terjadi perubahan

Yr = Rata-rata perubahan harga jual/biaya produksi/produksi

Kriteria laju kepekaan adalah:

(1). Jika laju kepekaan > 1, maka hasil usaha atau proyek peka/sensitif terhadap perubahan.

(57)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Selatan (2014), sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pada bab VI pasal 18 disebutkan bahwa pembagian daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil. Bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang serta memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam Sistem Pemerintahan Negara dan Hak-hak Asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa sebagai realisasi dari pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, lahirlah Undang-Undang Nomor 1 tahun 1945.

Selanjutnya menurut BPS Lampung Selatan (2014), undang-undang Nomor 1 tahun 1945 mengatur tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah, yang pada hekekatnya adalah undang-undang pemerintahan di daerah yang pertama. Isinya antara lain mengembalikan kekuasaan pemerintahan di daerah kepada aparatur berwenang, yaitu Pamong Praja dan Polisi. Selain itu, untuk

(58)

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 tentang Pembentukan Daerah Otonom dalam wilayah Republik Indonesia yang susunan tingkatannya adalah:

1. Propinsi Daerah Tingkat I

2. Kabupaten/Kotamadya (Kota Besar) Daerah Tingkat II 3. Desa (Kota Kecil) Daerah Tingkat III.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948, maka lahirlah Provinsi Sumatera Selatan dengan Perpu Nomor 3 tanggal 14 Agustus 1950, yang dituangkan dalam Perda Sumatera Selatan Nomor 6 tahun 1950. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1950 tentang Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah untuk Daerah Provinsi, Kabupaten, Kota Besar dan Kota Kecil, maka keluarlah Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 6 tahun 1950 tentang Pembentukan DPRD Kabupaten di seluruh Provinsi Sumatera Selatan (BPS Lampung Selatan, 2014)

Perkembangan selanjutnya adalah guna lebih terarahnya pemberian otonomi kepada daerah bawahannya, selanjutnya diatur dengan Undang-Undang Darurat Nomor 4 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten, dalam lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Selatan terdapat14 Kabupaten, di antaranya Kabupaten Lampung Selatan beserta DPRD-nya dan 7 (tujuh) buah Dinas Otonom. Untuk penyempurnaan lebih lanjut tentang struktur

(59)

44

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957 dikenal adanya sistem otonomi riil, yaitu pemberian otonomi termasuk medebewind.

Kemudian untuk lebih sempurnanya sistem pemerintahan daerah, lahirlah Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah yang mencakup semua unsur-unsur progresif daripada:

1. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948; 3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957; 4. Penpres Nomor 6 tahun 1959;

5. Penpres Nomor 5 tahun 1960.

Selanjutnya, karena Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 dimaksud sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman, maka Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 ditinjau kembali. Sebagai penyempurnaan, lahirlah Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, yang sifatnya lebih luas dari Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965. Undang-undang ini tidak hanya mengatur tentang pemerintahan saja, tetapi lebih luas dari itu, termasuk dinas-dinas vertikal (aparat pusat di daerah) diatur pula di dalamnya.

Selain itu, Undang Nomor 5 tahun 1974 diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian disempurnakan oleh Undang-Undang Nomor 32 tahun 2008.

(60)

prinsip yang dipakai bukan lagi otonomi riil dan seluas-luasnya, tetapi otonomi nyata dan bertanggung jawab serta bertujuan untuk memberikan otonomi kepada daerah untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa (BPS Lampung Selatan, 2014).

B. Keadaan Geografis

Menurut (BPS Lampung Selatan, 2014), Wilayah kabupaten lampung selatan antara 1050 C sampai dengan 105045’ Bujur Timur dan 5015’ sampai dengan 6’ Lintang Selatan. Mengingat letak yang demikian ini, daerah Kabupaten

Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah tropis.

Kabupaten Lampung Selatan bagian Selatan meruncing dan mempunyai sebuah teluk besar yaitu Teluk Lampung. Di Teluk Lampung terdapat sebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Panjang, dimana kapal-kapal dalam dan luar negeri dapat merapat. Secara umum, pelabuhan ini merupakan faktor yang sangat penting bagi kegiatan ekonomi penduduk Lampung. Sejak tahun 1982, Pelabuhan Panjang termasuk dalam wilayah Kota Bandar Lampung.

(61)

46

sekitar 1,5 jam. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan kurang lebih 2.007,01 Km2 dengan kantor Pusat Pemerintahan di Kota Kalianda, yang diresmikan menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Selatan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 11 Februari 1982.

Sampai saat ini Kabupaten Lampung Selatan telah mengalami pemekaran dua kali. Pertama berdasarkan Undang-Undang nomor 2 Tahun 1997 yang

ditetapkan pada tanggal 3 Januari 1997 tentang pembentukan Kabupaten Tanggamus. Kemudian yang kedua berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran. Wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas-batas di: sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur,

sebelah Selatan : berbatasan dengan Selat Sunda,

sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesawaran, sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Jawa.

(62)
[image:62.595.114.508.265.406.2]

Sebagian wilayah Kabupaten Lampung Selatan merupakan areal persawahan dengan luas 455,75 Km2 (20,71 persen). Jenis penggunaan lahan sawah yang terbanyak adalah tadah hujan, sedangkan jenis penggunaan lahan bukan sawah yang terbanyak adalah tegal atau kebun. Penggunaan tanah di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 . Sebaran luas Kabupaten Lampung Selatan dirinci menurut penggunannya (dalam hektar), 2010

No Penggunaan Tanah Luas

(ha)

Persentase (%)

1 Irigasi teknis 3.110 1,93

2 Irigasi sederhana 4.009 2,74

3 Tadah hujan 33.217 20,66

4 Tegal/kebun 40.973 25,48

5 Ladang/huma 40.531 25,21

6 Perkebunan 31.115 19,35

7 Lain-lain 7.838 4,88

Jumlah 160.793 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2014

C. Topografi

Menurut BPS Lampung Selatan (2014) dari segi geologi daerah Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

a. Sebagian besar berbatuan endesit, ditutupi turfazam. Batuan endapan meluas ke Timur sampai sekitar jalan kereta api arah menuju Kotabumi, keadaan tanah bergelombang sampai berbukit.

b. Pegunungan vulkanis muda.

c. Daratan bagian timur yang termasuk wilayah Kabupaten Lampung Selatan tidak begitu luas, berbatuan endesit ditutupi turfazam.

(63)

48

Di wilayah Kabupaten Lampung Selatan terdapat beberapa sungai yang Penting, antara lain: Way Sekampung, Way Jelai, Way Ketibung, Way Pisang dan Way Gatal. Pada umumnya, sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk mengairi sawah irigasi dengan pembuatan dam-dam.

D. Klimatologi

Menurut BPS Lampung Selatan (2014) Iklim di Kabupaten Lampung Selatan sama halnya dengan daerah lain di Indonesia. Iklimnya dipengaruhi oleh adanya pusat tekanan rendah dan tekanan tinggi yang berganti di daratan sentra Asia dan Australia pada bulan Januari dan Juli. Akibat pengaruh angin Muson, maka daerah Lampung Selatan tidak terasa adanya musim peralihan (pancaroba) antara musim kemarau dan musim hujan.

E. Jenis Tanah

Menurut BPS Lampung Selatan (2014) jenis tanah di Kabupaten Lampung Selatan, antara lain:

a. Tanah Latosal

Jenis tanah latosol paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, hampir menutupi seluruh wilayah Barat dan sebagian besar dari bagian Tengah. Tanah latosal berwarna coklat tua sampai

(64)

b. Tanah Podsolid

Jenis tanah podsolid adalah hasil pelapukan dari bahan induk turfazam sedimen batuan plotonik yang bersifat asam, tersebar pada wilayah yang bertopografis berbukit sampai bergunung. Tanah podsolid berwarna merah kuning, juga terdapat di daerah yang tersebar pada wilayah bagian utara Kabupaten Lampung Selatan.

c. Tanah Andosal

Jenis tanah andosal adalah pelapukan dari bahan induk komplek turfinmedier dan basah, berwarna coklat sampai coklat kuning.

Penyebarannya terdapat pada daerah bertopografis bergelombang sampai bergunung. Jenis tanah andosal tidak begitu banyak di wilayah

Kabupaten Lampung Selatan.

d. Tanah Hidromorf

Tanah hidromorf adalah hasil pelapukan dari bahan induk sedimen

turfazam sampai entermedier, berwarna kelabu, terdapat pada daerah datar sampai berombak. Tersebar di wilayah Kabupaten Lampung Selatan bagian timur.

e. Tanah Alluvial

(65)

50

Posisi Lampung Selatan sangat strategis sebagai penghubung Pulau Sumatera dan Pulau Jawa sekaligus sebagai pintu gerbang, memberikan peluang besar untuk menjadi pusat pertumbuhan baru. Wilayah Lampung Selatan dilewati dua jalur jalan lintas Sumatera (Tengah dan Timur), terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni dan Pelabuhan Ketapang, bandar udara (Branti), dan kawasan industri (Tanjung Bintang dan Sumur). Jarak pelabuhan Bakauheni ke pelabuhan Merak yang berada di Pulau Jawa adalah + 30 km, dengan waktu tempuh kapal penyeberangan sekitar 2,5 jam. Hal ini

menunjukkan potensi besar dalam budidaya pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan, karena wilayahnya berdekatan dengan Pulau Jawa,

khususnya Jakarta, di mana intensitas permintaan pepaya california di Jakarta cukup tinggi (BPS Lampung Selatan, 2014).

F. Penduduk

(66)

Penduduk yang berdomisili di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari bermacam-macam suku dari seluruh Indonesa, seperti dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh dan lain-lain. Dari semua suku tersebut, yang merupakan penduduk

[image:66.595.116.509.429.534.2]

pendatang yang terbesar adalah berasal dari pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Yogyakarta). Besarnya penduduk Lampung Selatan yang berasal dari pulau jawa dimungkinkan oleh adanya kolonisasi pada zaman penjajahan Belanda, dan dilanjutkan dengan tranmigrasi pada masa setelah kemerdekaan, disamping perpindahan penduduk secara swakarsa dan spontan. Penyebaran jumlah penduduk Lampung Selatan menurut umur pada Tahun 2014, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut umur, tahun 2013

Indikator Kependudukan 2011 2012 Persentase (%)

Jumlah Penduduk (Jiwa) 922.397 932.552 942.572

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 459,58 464,65 469,64

Sex Ratio (%) 106,66 106,36 106,36

Jumlah Rumah Tangga 235.465 238.284 241.067

Rata-rata anggota rumah tangga (Jiwa/Ruta) 3,92 3,91 3,91 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2014

(67)

52

G. Pertanian

Lampung Selatan juga merupakan penghasil buah dan sayur-sayuran. Produk sayur yang berada di Lampung Selatan antara lain seperti cabai, kubis,

kacang panjang, dan lain-lain. Produk buah-buahan yang berada di Lampung Selatan antara lain seperti pisang, durian, nangka, pepaya,

belimbing, dan lain-lain. Produksi tanaman sayuran yang paling besar adalah cabai sedangkan produksi tanaman buah-buahan yang memiliki produksi tertinggi adalah pisang yaitu sebesar 1,99 juta kuintal/ha (BPS Lampung Selatan, 2014). Belimbing karangsari bukan merupakan produksi yang tinggi di Kabupaten Lampung Selatan, akan tetapi belimbing karangsari merupakan salah satu produk unggulan Lampung Selatan yang saat ini sedang

dikembangkan.

H. Gambaran Umum Kecamatan Palas dan Kecamatan Penengahan 1. Letak Geografis Kecamatan Palas.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Selatan (2014), Kecamatan Palas terletak di Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Lampung Selatan (Kalianda). Kecamatan Palas merupakan pemekaran dari Kecamatan Penengahan yang berpenduduk 54.352. Luas Kecamatan Palas secara keseluruhan 173,56 Km2 dengan Desa Sukabakti Sebagai Desa terluas, yaitu 15,94Km2. Dengan Batas-batas sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Jabung Kabupaten Lampung Timur.

(68)

c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Way Panji dan Kecamatan Kalianda.

d. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Palas

2. Letak Geografis Kecamatan Penegahan.

Wilayah kecamatan Penengahan berada di kaki gunung Rajabasa, terletak di antara 105° 30’ -105° 40’ Bujur Timur dan 5° 42’ -5° 54’ Lintang Selatan. Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1971 Kecamatan Penengahan dimekarkan menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Penengahan dan Kecamatan Palas. Adapun batas-batasnya sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Palas dan Kecamatan Sragi.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bakauheni. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ketapang. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kalianda dan

Kecamatan Rajabasa

Kecamatan Penengahan merupakan wilayah tropis, maka dari itu tanaman belimbing akan sangat cocok dibudidayakan di daerah ini. Alam

(69)

54

Keadaan alam Kecamatan Penengahan terdiri dari perbukitan dan dataran rendah dengan lahan sawah sekitar 1700 Ha dan lahan perkebunan 8200 Ha. Ketinggian rata-rata di wilayah kecamatan Penengahan ialah 127 mdpl. Semenjak dimekarkannya kecamatan Bakauheni, maka kecamatan Penengahan tidak memiliki garis pantai. Gambaran tersebut dapat

diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan

(70)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan hasil perhitungan analisi finansial pada tingkat suku bunga

11,75 % didapatkan nilai NPV sebesar 103.819.922 (lebih besar dari nol), IRR sebesar 41%,(lebih besar dari tingkat suku bunga 11,75%), Net B/C sebesar 2,86 (lebih besar dari satu), Gross B/C sebesar 1,65 (lebih besar dari satu), dan Payback Periode 4,10 (lebih kecil dari umur ekonomis usaha 15 tahun). Usahatani belimbing karangsari di Kabupaten Lampung Selatan secara finansal layak untuk diusahakan dan dikembangkan.

(71)

77

B. SARAN

Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi petani diharapkan memaksimalkan kualitas pemeliharaan kebun sehingga dapat meningkatkan produksi belimbing agar dapat memenuhi permintaan pasar.

2. Bagi pemerintah daerah, agar mendorong pengembangan usahatani belimbing karangsari dengan adanya pemberian sarana produksi bagi usahatani belimbing karangsari sehingga dapat meningkatkan produksi belimbing karangsari yang dihasilkan.

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. 2007. Studi Kelayakan

Gambar

Tabel 2. Jumlah Produksi Tanaman Belimbing menurut Kabupaten di Provinsi  Lampung
Tabel 4.  Kriteria kesesuaian lahan belimbing karangsari
Gambar 1.  Kerangka pemikiran analisis kelayakan finansial usahatani
Tabel 5 . Sebaran luas Kabupaten Lampung Selatan dirinci menurut penggunannya (dalam hektar), 2010
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR (prematur), dengan OR 10,844 artinya responden dengan

Penelitian yang dilakukan di Ethnictro Music Education dalam setiap pertemuan, Pada saat pembelajaran piano pop grade 1 berlangsung.. Ada pun waktu

[r]

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta kemudahan penulis dalam penyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

Hasil penelitian dari Andriyani dan Noor (2015) menyatakan masalah kedisiplinan karyawan seperti sering datang terlambat dan pulang kerja lebih awal dikarenakan karyawan

Ketentuan ini dapat ditemukan pada bagian akhir fatwa Dewan Syaria`ah Nasional (DSN) dan selanjutnya dipositifkan dengan instumen Peraturan Bank Indonesia. Kemudian pada tanggal

The objective of this research is to improve the teaching and learning process of reading at VIII A and VIII B of SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Magelang

Di dalam kasus ini, jalur jamak tidak dapat terbentuk karena berdasarkan asumsi jalur yang akan dihapus yaitu jalur yang paling banyak mendapatkan jalur masuk dan yang