• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU DARAT (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU DARAT (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN

(Skripsi)

Oleh

ESRA MARADONG SIMANGUNSONG

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

UPAYA PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU DARAT (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN

Oleh

ESRA MARADONG SIMANGUNSONG

(3)

ii

mutu bibit. Setelah data homogen, dilakukan analisis sidik ragam. Analisis lanjutan dilakukan dengan uji beda nyata terkecil. Seluruh pengujian dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian naungan 55% meningkatkan berat kering pucuk bibit merbau darat, tetapi pemberian naungan diatas 65% atau lebih justru menurunkan berat kering pucuk dan berat kering total bibit. Sementara pemberian pupuk majemuk NPK dengan dosis 4 g/polybag memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah daun, nisbah tajuk akar, berat kering pucuk dan berat kering total bibit merbau darat.

(4)

ABSTRACT

SEEDLING IMPROVEMENT GROWTH OF MIRABOW (Intsia palembanica) WITH SHADING AND FERTILIZATION

By

Esra Maradong Simangunsong

(5)

iv

variance was used to the least significant difference. The entire data tested on 5% significant level. The results showed that 55% shading intensity, obviously increase the dry weight of crown, however the shading intensity more than 65% in fact, evidently decrease the dry weight crown and total dry weight of mirabow seedling. The dose of 4 g/polybag of NPK fertilizer, evidently the number of leaves, crown root ratio, dry weight of crown and total dry weight of mirabow seedling.

(6)

UPAYA PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU DARAT (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN

Oleh

ESRA MARADONG SIMANGUNSONG

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pintu Pohan pada tanggal 22 Mei 1990, sebagai anak ke enam dari tujuh bersaudara, dari Bapak Manotap Simangunsong dan Ibu Lasma Siagian. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1996 yaitu di Sekolah Dasar Negeri 01 Pintu Pohan hingga tahun 2002.

(8)

ii

(9)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UPAYA

PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU DARAT (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:

1. Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Dosen Pembimbing utama sekaligus dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Duryat, S.Hut., M.Si. selaku Dosen Pembimbing kedua atas bimbingan, saran dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ir. Indriyanto, M.P. selaku Dosen Penguji utama atas saran dan kritik yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(10)

iv

iv

5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi perkembangan Program Studi Jurusan Kehutanan di masa mendatang dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 27 Oktober 2015

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 2

C. Manfaat Penelitian... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Tanaman merbau darat (Intsia palembanica)... 6

B. Persemaian... 8

C. Toleransi pohon ... 9

D. Naungan... 11

E. Media tumbuh... 12

F. Pupuk dan pemupukan ... 13

III. METODE PENELITIAN... 15

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

(12)

vi

vi

C. Metode Penelitian ... 15

D. Pelaksanaan Penelitian... 16

E. Variabel Pengamatan ... 18

F. Analisis Data ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A. Hasil Penelitian ... 26

B. Pembahasan... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 34

A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

LAMPIRAN... 37

Tabel 7-- 45... 38

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Bentuk tabulasi hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan

Bibit merbau darat ... 23

2. Tabulasi analisis sidik ragam pertumbuhan bibit merbau darat ... 25

3. Rekapitulasi analisis sidik ragam perbaikan pertumbuhan bibit merbau darat dengan naungan dan pemupukan ... 26

4. Rekapitulasi hasil uji BNT upaya perbaikan pertumbuhan bibit merbau darat dengan naungan pada berbagai parameter pertumbuhan ... 27

5. Rekapitulasi hasil uji BNT upaya perbaikan pertumbuhan bibit merbau darat dengan pemupukan pada berbagai parameter pertumbuhan ... 28

6. Pengukuran intensitas cahaya matahari menggunakan Lux meter ... 29

7. Data pertambahan tinggi bibit merbau darat selama 3 bulan ... 38

8. Hasil uji Bartlett pertambahan tinggi bibit merbau darat ... 39

9. Hasil analisis sidik ragam pertambahan tinggi bibit merbau darat ... 39

10. Hasil uji BNT pertambahan tinggi bibit merbau darat ... 39

11. Data pertambahan diameter bibit merbau darat selama 3 bulan ... 40

12. Hasil uji bartlett pertambahan diameter bibit merbau darat ... 41

13. Hasil analisis sidik ragam pertambahan diameter bibit merbau darat ... 41

14. Hasil uji BNT pertambahan diameter bibit merbau darat ... 41

(14)

viii

viii

16. Hasil uji bartlett panjang akar bibit merbau darat ... 43

17. Hasil analisis sidik ragam panjang akar bibit merbau darat ... 43

18. Hasil uji BNT panjang akar bibit merbau darat ... 43

19. Data jumlah daun bibit merbau darat selama 3 bulan ... 44

20. Hasil uji bartlett jumlah daun bibit merbau darat ... 45

21. Data hasil transformasi ... 45

22. Hasil uji bartlett jumlah daun bibit merbau darat setelah di Transformasi ... 45

23. Hasil analisis sidik ragam jumlah daun bibit merbau darat ... 45

24. Hasil uji BNT jumlah daun bibit merbau darat ... 46

25. Data berat kering pucuk bibit merbau darat selama 3 bulan ... 47

26. Hasil uji bartlett berat kering pucuk bibit merbau darat ... 48

27. Hasil analisis sidik ragam berat kering pucuk bibit merbau darat .... 48

28. Hasil uji BNT berat kering bibit pucuk merbau darat ... 48

29. Data berat kering akar bibit merbau darat selama 3 bulan ... 49

30. Hasil uji bartlett berat kering akar bibit merbau darat ... 50

31. Hasil analisis sidik ragam berat kering akar bibit merbau darat ... 50

32. Hasil uji BNT berta kering akar bibit merbau darat ... 50

33. Data nisbah tajuk dan akar bibit merbau darat selama 3 bulan ... 51

34. Hasil uji bartlett nisbah tajuk dan akar bibit merbau darat ... 52

35. Hasil analisis sidik ragam nisbah tajuk dan akar bibit merbau darat 52 36. Hasil uji BNT nisbah tajuk dan akar bibit merbau darat ... 52

37. Data berat kering total bibit merbau darat selama 3 bulan ... 53

38. Hasil uji bartlett berat kering total bibit merbau darat ... 54

(15)

ix

ix

40. Hasil uji BNT berat kering total bibit merbau darat ... 54

41. Data Indeks Mutu Bibit (IMB) bibit merbau darat selama 3 bulan .. 55

42. Hasil uji bartlett indeks mutu bibit merbau darat ... 56

43. Data hasil transformasi ... 56

44. Hasil uji barlett indeks mutu bibit setelah ditransformasi ... 56

45. Hasil analisis sidik ragam indeks mutu bibit merbau darat ... 57

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Tata letak setiap satuan percobaan dalam rancangan acak

kelompok ... 20

2. Bibit merbau darat yang telah dilabel di rumah kaca laboratorium fakultas pertanian ... 58

3. Bibit merbau darat yang telah diberi naungan55%, 65%, dan 75% ... 58

4. Pengukuran tinggi bibit merbau darat pada umur 1 bulan ... 58

5. Pengukuran diameter bibit merbau darat pada umur 2 bulan ... 59

6. Bibit merbau darat umur 3 bulan setelah disapih pada kelompok 1 .... 59

7. Bibit merbau darat umur 3 bulan setelah disapih pada kelompok 2 ... 59

8. Bibit merbau darat umur 3 bulan setelah disapih pada kelompok 3 ... 60

9. Penimbangan tajuk bibit merbau darat pada akhir pengamatan umur 3 bulan ... 60

10. a) Penimbangan akar bibit merbau darat pada akhir penelitian ... 60

(17)
(18)
(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pohon merbau darat (Intsia palembanica ) merupakan salah satu tumbuhan hutan

yang bernilai ekonomi tinggi. Merbau memiliki serat kayu yang lurus, permukaan

kayu mengkilap indah, dapat dijadikan bahan kayu lapis yang sangat awet dan

baik. Kayu merbau yang berasal dari Maluku dapat dijadikan venir dengan sudut

kupas 920, dapat menghasilkan venir setebal 1,5 mm tanpa adanya perlakuan

pendahuluan (Martawijaya dkk.,2005).

Merbau darat banyak digunakan sebagai bahan untuk pembuatan meubel, panel,

ukiran, badan truk, dan alat-alat musik. Karena sifatnya yang tahan terhadap

serangga dan hama penggerek laut, kayu merbau banyak digunakan untuk

kontruksi perairan seperti, dermaga, jembatan, dan pintu air (Martawijaya dkk.,

2005).

Kualitas merbau yang unggul menyebabkan terjadinya penebangan liar dan

membuat tanaman ini semakin langka, sehingga perlu dilakukan upaya budidaya

tanaman untuk meningkatkan pembangunan hutan tanaman. Salah satu upaya

untuk mendukung pembangunan hutan tanaman diperlukan ketersediaan bibit

merbau. Pembibitan merbau masih mengalami banyak kendala diantaranya

(20)

2

Untuk meningkatkan keberhasilan pembibitan perlu dilakukan

perlakuan-perlakuan khusus seperti perbaikan media tumbuh, pemberian naungan,

pemupukan, dan lain-lain. Pemberian naungan perlu dilakukan pada pembibitan,

karena jenis bibit memiliki toleransi naungan yang berbeda-beda menurut umur

dan kondisi lingkungan. Pemberian naungan yang tepat pada bibit merbau darat

diharapkan meningkatkan keberhasilan pertumbuhan bibit.

Selain pemberian naungan, bibit memerlukan bahan lain untuk memperbaiki sifat

tanah sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik. Perbaikan

media dapat dilakukan dengan pemupukan karena dengan suplai hara dari pupuk

dapat memacu pertumbuhan tunas maupun akar dan dapat meningkatkan daya

tahan tanaman terhadap kekurangan air atau serangan penyakit (Adinugraha,

2012).

Dengan demikian, perlu dilakukan pengujian pengaruh beberapa naungan dan

dosis pupuk majemuk untuk meningkatkan persentasi hidup bibit merbau darat.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh intensitas naungan terhadap pertumbuhan bibit merbau

darat.

2. Mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk terhadap pertumbuhan bibit

(21)

3

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pembangunan pembibitan

merbau darat.

D. Kerangka Pemikiran

Tanaman merbau darat memiliki banyak kegunaan dan nilai ekonomi yang tinggi,

sehingga tanaman tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan. Merbau

termasuk kayu dengan kelas awet I, II dan kelas kuat I, II dan memiliki

penampilan yang menarik sehingga kayu ini sangat diminati di dalam dan luar

negeri (Martawijaya dkk., 2005). Permintaan dan penebangan secara liar

menyebabkan kelangkaan dan kepunahan, sehingga perlu dilakukan budidaya

jenis ini.

Pembibitan merbau darat dapat berhasil dengan baik, dengan memperhatikan

beberapa faktor antara lain kualitas benih, media semai, media sapih,

pemeli-haraan, pengaturan intensitas cahaya dan perlakuan lainnya untuk menghasilkan

bibit yang berkualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan

pembibitan merbau darat, perlu dilakukan pengaturan intensitas cahaya mengingat

belum diketahui berapa besarnya intensitas cahaya yang optimal untuk

pertumbuhan bibit merbau darat.

Menurut Wardiana dan Herman (2009), setiap jenis tanaman mempunyai toleransi

yang berbeda-beda terhadap intensitas cahaya matahari. Ada tanaman yang

(22)

4

tumbuh dengan baik pada tempat yang ternaungi. Begitu pula tanaman

memerlukan intensitas cahaya yang berbeda-beda untuk setiap tahap

perkembangannya.

Panjaitan dkk., (2011) melaporkan bahwa pemberian naungan sebesar 65%

memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tinggi semai, diameter

batang, berat segar semai, dan berat kering pada semai Shorea selanica di

persemaian. Begitu pula Wardiana dan Herman (2009), mengatakan bahwa

pemberian naungan sebesar 65% terhadap pertumbuhan bibit kemiri sunan

menghasilkan panjang, jumlah, dan lebar daun lebih tinggi.

Selain cahaya matahari, unsur hara sangat penting dalam pertumbuhan tanaman.

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan unsur hara adalah dengan pemupukan.

Pemupukan bertujuan memberikan zat hara tanaman ke dalam tanah untuk

memperbaiki sifat-sifat tanah dan memelihara kesuburan tanah melalui pemberian

pupuk yang tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara. Agar tanaman tumbuh baik

perlu adanya keseimbangan jumlah unsur hara dalam tanah sesuai dengan

kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut. Perlakuan intensitas naungan dan

dosis pupuk yang berbeda terhadap bibit merbau darat diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan bibit dan dapat menghasilkan bibit merbau darat yang

(23)

5

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pemberian naungan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit merbau darat.

2. Pemberian dosis pupuk 4 g/polybag merupakan dosis terbaik dibandingkan

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Merbau Darat (Intsia Palembanica)

Merbau darat tergolong dalam famili Caesalpiniaceae merupakan tumbuhan

berkayu yang memiliki tinggi rata-rata 40 m, diameternya bisa mencapai 200 cm

dan tinggi bebas cabangnya mampu mencapai tinggi sampai 4--30 m. Beberapa

daerah di Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda, di Maluku dan Papua

dikenal dengan sebutan kayu besi atau ipil karena kayunya yang sangat keras, di

Sumatera disebut merbau, marbon, dan lain-lain, di Kalimantan disebut maharau,

serta di Sulawesi disebut bayam, gefi, ogifi (Martawijaya dkk., 2005).

1. Taksonomi Tanaman Merbau Darat

Menurut Martawijaya dkk. (2005) klasifikasi merbau darat adalah sebagai

berikut.

Rhegnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Caesalpiniaceae

Genus : Intsia

(25)

7

2. Morfologi Tanaman Merbau Darat

a. Daun dan tajuk

Merbau darat merupakan jenis pohon yang memiliki tinggi 20-50 m, tinggi banir

sampai 4 m dengan lebar sampai 4 m, batang berkayu, licin, berwarna kelabu,

kelabu coklat, coklat muda atau merah muda, tidak beralur dengan tajuk agak

rapat. Daun tersusun berseling dengan panjang 10--15 cm dan lebar 1--10 cm,

majemuk bersirip genap dengan pangkal yang membundar atau lebar dan ujung

yang runcing, pertulangan daunnya menyirip, anak daun tersusun agak

berhadapan, serta berwarna hijau (Martawijaya dkk., 2005).

b. Bunga, buah, dan biji

Bunga merbau berwarna pucat kekuning-kuningan, mekar pada bulan

November--Januari, berbentuk spiral atau bercabang terminal, mempunyai daun kelopak 4,

daun mahkota berjumlah 1, berbentuk mencakar, benang sari berjumlah 3 dan

sangat panjang (Martawijaya dkk., 2005). Merbau berbuah pada bulan

Juni--Oktober, buah memiliki panjang 8,5--23 cm dengan lebar 4--8 cm, tipe buahnya

berbentuk polong bertangkai pendek dan mempunyai kulit buah yang keras,

jumlah biji setiap buah berisi 1--8 berwarna coklat tua pekat jika sudah masak, biji

(26)

8

3. Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Pohon merbau darat banyak tersebar mulai dari Madagaskar, Vietnam, Thailand,

Indonesia, Papua Nugini, Malanesia, Mikronesia dan bagian Utara Australia.

Merbau banyak dijumpai tumbuh di pedalaman hingga 1.000 m dpl, tumbuh baik

pada berbagai tipe tanah, seperti tanah lembab yang kadang-kadang digenangi air,

tanah kering, tanah berpasir, tanah berbatu, serta pada tanah datar maupun miring.

Untuk tumbuh baik merbau memerlukan iklim basah sampai iklim kering dengan

tipe curah hujan A--D (Martawijaya dkk., 2005).

B. Persemaian

Persemaian adalah suatu areal atau tempat untuk menyemaikan bahan tanaman

dengan perbanyakan secara generatif maupun vegetatif, dengan perlakuan

ter-tentu selama periode waktu yang telah ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan

bibit yang baik untuk ditanam. Persemaian dibuat bertujuan untuk memperoleh

kualitas dan kuantitas bibit yang bermutu tinggi. Jenis persemaian berdasarkan

waktu penggunaan tempatnya ada dua, yaitu persemaian sementara dan permanen.

Persemaian sementara adalah persemaian yang bersifat sementara tidak terlalu

luas atau berukuran kecil, letaknya disesuaikan dengan areal yang akan ditanami,

dan berpindahpindah dekat lokasi penanaman. Persemaian permanen umumnya

berukuran luas dan menetap, digunakan dalam periode waktu yang lama,

dibangun dalam skala besar dan tenaga kerja yang terampil (Kurniaty dan Danu,

(27)

9

Pemilihan tempat/lokasi yang baik sangat menentukan keberhasilan

diperse-maian. Syarat memilih lokasi yang baik untuk persemaian adalah sebagai berikut.

1. Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan

maksimum 5%.

2. Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh

sepanjang musim (dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).

3. Kondisi tanah gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandung

tanah liat.

4. Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, untuk menghindari

kerusakan bibit dalam pengangkutan.

C. Toleransi pohon

Merbau darat memiliki sifat yang pada saat anakan memerlukan naungan untuk

pertumbuhannya (Martawijaya dkk., 2005). Cahaya mempunyai peranan yang

besar dalam proses fisiologi tanaman, dalam hal fotosintesis, respirasi,

pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan pembukaan stomata, serta

berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. Cahaya dalam bentuk

intensitas cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman secara langsung

melalui proses fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil. Secara tidak

langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses

transpirasi. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda, tanaman yang hidup

pada kondisi ternaungi akan menunjukkan gejala etiolasi.

Toleransi adalah kemampuan tanaman untuk bertahan hidup, tumbuh dan

(28)

10

naungan, tumbuhan dibagi atas jenis toleran (shade demanding species) dan

intoleran (light demanding species). Jenis toleran merupakan jenis tumbuhan

yang hanya dapat hidup di tempat naungan berat, sedangkan jenis intoleran

merupakan jenis tumbuhan yang hanya dapat hidup di tempat terbuka. Meskipun

demikian banyak jenis tumbuhan memiliki selang toleransi yang lebar terhadap

faktor cahaya yang tinggi, sehingga dikenal sebagai jenis semi toleran (Rika,

2008).

Berdasarkan sifat toleransi terhadap intensitas radiasi matahari, maka jenis pohon

dikelompokkan ke dalam 5 golongan sebagai berikut (Indriyanto, 2013).

1. Jenis pohon yang sangat membutuhkan radiasi matahari untuk

pertumbuhannya, misalnya Gmelina arborea, Tectona grandis, Pinus

merkusii,Casuarina equisetifolia dan lain-lain.

2. Jenis pohon yang membutuhkan radiasi matahari untuk pertumbuhannya,

misalnya Acacia leucophloea, Bauhinia malabarica, Eugenia jambolana,

Melia indica, Spondias mangiferadan lain-lain.

3. Jenis pohon yang membutuhkan radiasi matahari sedang atau membutuhkan

setengah cahaya matahari (naungan ringan) untuk pertumbuhannya, misalnya

Paraserianthes falcataria, Dalbergia latifolia, Pterocarpus indicus,

Lagerstroemia speciosa, Albizzia proceradan lain-lain.

4. Jenis pohon yang membutuhkan sedikit radiasi matahari atau memerlukan

naungan selama proses pertumbuhannya, misalnya Butea frondosa, Mengifera

indica, Mimusops elengi, Garcinia indica, dan jenis-jenis pohon anggota

Dipterocarpacea antara lain Shorea spp., Hopea spp., Dipterocarpus spp.,

(29)

11

5. Jenis pohon yang membutuhkan sangat sedikit radiasi matahari atau

memerlukan naungan berat selama proses pertumbuhannya, misalnya Aegle

marrmelos, Pongamia glabra, Abies balsamea, Abies lasiocarpa, Cornus

floridadan lain-lain.

D. Naungan

Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa adanya

cahaya matahari kehidupan tidak akan ada. Bagi pertumbuhan tanaman pengaruh

cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya, juga ditentukan oleh intensitasnya.

Intensitas cahaya matahari adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu

tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2/hari) (Lukitasari, 2010).

Intensitas cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Intensitas cahaya matahari sangat

berperan dalam proses fotosintesis, semakin besar jumlah energi yang tersedia

dapat meningkatkan hasil fotosintesis sampai maksimal. Untuk menghasilkan

berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh

(Djukri dan Purwoko, 2003). Pengaturan tingkat kerapatan naungan diperlukan

untuk mengatur intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan bibit. Kebutuhan

cahaya setiap jenis akan berbeda. Pada jenis yang membutuhkan cahaya, naungan

yang terlalu rapat akan menyebabkan terjadinya etiolasi, sedangkan naungan yang

kurang akan menyebabkan kurangnya perlindungan tanaman (bibit) dari sinar

matahari langsung, curah hujan yang tinggi, angin serta fluktuasi suhu yang

(30)

12

E. Media Tumbuh

Ada beberapa jenis media tumbuh untuk budidaya tanaman antara lain.

1. Tanah

Tanah adalah kumpulan bahan-bahan alami yang terdapat di permukaan bumi,

tempat berpijak pepohonan, dan terbentuk karena pengaruh iklim, kehidupan

organisme, pada bahan induk, relief atau bentuk permukaan bumi dan waktu

(Indriyanto, 2008).

2. Pasir

Pasir sering digunakan sebagai media tanam untuk menggantikan fungsi tanah,

keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat

meningkatkan aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir

bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir

menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan

konsistensi pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Fungsi

pasir ini untuk mempermudah mengalirnya kelebihan air dalam media tanam dan

mengurangi mengerasnya media tanam.

Tanah pasir atau dapat juga dikatakan tanah berukuran pasir antara 2,0--0,20 mm

dan sebagian besar tanah didominasi oleh fraksi pasir. Tanah pasir banyak

mengandung pori-pori makro, sedikit pori-pori sedang dan pori-pori mikro. Tipe

tanah seperti ini sulit untuk menahan air, tetapi mempunyai aerasi dan drainase

yang baik. Pada umumnya tanah pasir banyak didominasi mineral primer jenis

(31)

13

Mineral kwarsa mempunyai sifat ”inert” atau sulit bereaksi dengan senyawa lain

dan sukar mengalami pelapukan. Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan

tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif untuk

pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2007).

F. Pupuk dan Pemupukan

Menurut Hardjowigeno (2007), pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk

memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk ada dua jenis yaitu, pupuk alam dan pupuk

buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang langsung di dapat dari alam misalnya

fosfat alam, pupuk organik (pupuk kandang, kompos) dan sebagainya. Pupuk

buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan kadar unsur haranya

sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah tertentu misalnya pupuk

NPK, urea, TSP, dan lain-lain.

Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.

Pupuk NPK merupakan jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu

unsur hara. Kegunaan dari zat-zat tersebut adalah:

a) Nitrogen

Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, tanaman yang tumbuh pada

tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau, pembentukan protein. Nitrogen

dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein (bahan organik),

senyawa-senyawa amino, Amonium (NH4+), Nitrat (NO3-).

b) Fosfor

Unsur F di dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk kandang, sisa-sisa

(32)

14

Fosfor bagi tanaman berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan albumin,

pembentukan bunga, buah, dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat

batang tidak mudah roboh, perkembangan akar, memperbaiki kualitas tanaman,

tanaman tahan terhadap penyakit, metabolisme karbohidrat, menyimpan dan

memindahkan energi (Hardjowigeno, 2007).

c) Kalium

Kalium adalah salah satu unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh

tanaman. Kalium bagi tanaman diperlukan dalam proses pembentukan pati,

metabolisme karbohidrat, mempertinggi resistensi tanaman kekeringan.

Kalium berperan mengontrol kerja stomata dalam mengatur respirasi dan

transpirasi, aktivitas enzim dalam translokasi karbohidrat, meningkatkan

resistensi tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, memperbaiki kualitas

tanaman (Pamuji dan Saleh, 2010).

Pemupukan adalah penambahan zat unsur hara tanaman ke dalam tanah yang

bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara sifat-sifat tanah sehingga dapat

meningkatkan produksi tanaman. Jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan

unsur hara, kelarutan, kecepatan kerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan

jenis pupuk yang diberikan serta cara dan waktu pemberiannya berbeda-beda

untuk setiap jenis tanah atau jenis tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan

baik dan tidak menyebabkan kerugian bagi tanaman dan lingkungan. Agar

tanaman mendapat nutrisi yang cukup perlu adanya keseimbangan jumlah unsur

hara dalam tanah seseuai dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut

untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman tersebut

(33)

15

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian selama 3 bulan dimulai Mei 2014

sampai dengan bulan Juli 2014.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih merbau darat, pasir,

tanah, pupuk majemuk NPK (15-15-15), paranet dengan intensitas naungan 55%,

65%, dan 75% . Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi bak kecambah

berukuran (30 cm x 25 cm x 10 cm), cangkul, cetok, gembor, polybag ukuran (20

cm x 15 cm), kaliper dengan ketelitian 0,01 cm, penggaris dengan ketelitian 0,05

cm, timbangan digital dengan ketelitian 0,0001 g, oven, lux meter, thermometer

air dan software SPSS 18.

C. Metode Penelitian

Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).

Percobaan ini terdiri dari 4 kelompok yaitu kontrol 0%, naungan 55%, naungan

(34)

16

perbedaan dosis pupuk NPK yang terdiri dari 0 g (kontrol), 2 g/polybag dan 4

g/polybag, perlakuan diulang sebanyak 8 kali, sehingga setiap satuan percobaan

terdiri dari 1 bibit.

Model Linear Rancangan Acak Kelompok : Yij = + + +

i =1,2,3 j =1,2,3,4

Keterangan : Yij = pengaruh perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

µ = nilai tengah umum dari hasil pertumbuhan tanaman τi = pengaruh perlakuan ke-i

j = pengaruh kelompok ke-j

εij = pengaruh galat pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

D. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Persiapan benih

Benih diperoleh dari pohon merbau darat yang ada di Arboretum Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Pengunduhan buah dilakukan pada buah yang

telah masak secara fisiologis. Buah yang telah terkumpul kemudian diekstraksi

yaitu memisahkan benih dari kulit buahnya. Cara memisahkan benih dari buahnya

dilakukan secara manual dengan mengupas kulit buah dan membersihkan benih

dari serat-serat yang melindungi benih. Kemudian dilakukan proses penyeleksian,

penyeleksian benih dilakukan dengan cara merendam benih ke dalam air, benih

yang terapung tidak digunakan, diduga benih tersebut rusak. Benih yang sudah

diseleksi kemudian diskarifikasi dengan cara merendam benih dengan air bersuhu

(35)

17

2. Perkecambahan benih

Benih merbau darat yang telah diskarifikasi kemudian dikecambahkan pada bak

kecambah ukuran (30 cm x 25 cm x 10 cm) yang telah diberi pasir. Sebelumnya

pasir yang digunakan diayak untuk mendapatkan media yang halus dan kemudian

dikeringanginkan selama 2 x 24 jam.

3. Persiapan media sapih

Media sapih yang digunakan adalah tanah lapisan atas (top soil) yang sudah

digemburkan dan dibersihkan. Proses penggemburan dilakukan agar mendapatkan

struktur dan bentuk yang seragam.

4. Penyapihan

Penyapihan semai dari bak kecambah ke polybag dilakukan setelah benih tumbuh

memiliki sepasang daun yang telah terbuka dan batang bibit/kecambah kokoh

(Kurniaty dan Danu, 2012). Penyapihan dilakukan pada pagi hari untuk

mengurangi terjadinya penguapan (evapotranspirasi).

5. Pemberian naungan

Bibit yang telah disapih dimasukkan ke dalam polybag (20 cm x 15 cm) dengan

media sapih tanah lapisan atas (top soil). Setiap bibit diletakkan dalam bedengan

dengan intensitas naungan yaitu, kontrol 0% (N0), naungan 55% (N1), naungan

(36)

18

6. Pemupukan

Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu 1 minggu setelah disapih dan 5 minggu setelah

disapih. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk majemuk NPK 15-15-15 majemuk

dengan menggunakan 3 taraf, yaitu 0 g (kontrol), 2 g/polybag dan 4 g/polybag.

7. Pemeliharaan Bibit

Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman yang dilakukan sekali sehari setelah

penyapihan yaitu pada waktu pagi hari, dan penyiangan gulma dilakukan secara

berkala dengan cara mencabut tumbuhan pengganggu.

E. Variabel Pengamatan

Adapun variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah:

a. Pertambahan tinggi. Pertambahan tinggi merupakan selisih tinggi bibit pada

akhir penelitian dengan tinggi bibit pada saat penyapihan. Pengukuran

dilakukan 2 kali yaitu pada saat semai disapih dan pada saat akhir penelitian.

b. Pertambahan diameter. Pertambahan diameter merupakan selisih diameter

bibit pada akhir penelitian dengan diameter pada saat penyapihan.

Pengu-kuran dilakukan 2 kali yaitu pada saat semai disapih dan pada saat akhir

penelitian.

c. Panjang akar semai (cm/tanaman). Panjang akar semai diukur dari pangkal

batang sampai ujung akar menggunakan pengaris dengan ketelitian 0,05 cm.

(37)

19

d. Jumlah daun. Jumlah daun dihitung berdasarkan helaian daun yang tum-buh

selama pengamatan. Penghitungan jumlah daun dilakukan pada akhir

pengamatan.

e. Nisbah tajuk dan akar bibit. Pengukuran berat kering ini dilakukan pada akhir

pengamatan. Setiap bibit dipotong menjadi dua bagian, bagian tajuk dan akar.

Kedua bagian tersebut dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan yang

berbeda kemudian dioven pada suhu 80oC hingga tercapai berat kering yang

konstan. Kemudian dilakukan penimbangan berat kering pada masing-masing

bagian tersebut dengan menggunakan timbangan. Dari hasil penimbangan

berat kering dihitung rasio tajuk dan akar bibit dengan rumus:

Nisbah tajukakar :

f. Bobot kering total (g/tanaman). Data berat kering total diperoleh dari hasil

pengukuran berat kering bagian tajuk dan berat kering bagian akar bibit

merbau darat. Pengukuran berat kering total dilakukan pada akhir

penga-matan. Berat kering total diperoleh dengan menjumlahkan secara langsung

berat kering bagian tajuk dan akar.

Bobot kering total (BKT) = Berat kering tajuk + Berat kering akar

g. Indeks mutu bibit (IMB). Untuk mengetahui kualitas bibit secara fisiolo-gis, maka dihitung dengan menggunakan cara Dickson (1960) dalamHendromono

(1994) dengan rumus sebagai berikut.

Indeks Mutu = ( ) ( ) ( )

(38)

20

Adapun tata letak percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dapat dilihat

pada gambar 1.

Kontrol (N0)

Naungan 55% (N1)

Naungan 65% (N2)

Naungan 75% (N3)

Gambar 1. Tata letak setiap satuan percobaan dalam rancangan acak kelompok (RAK).

Keterangan: Yij = bibit merbau perlakuan ke-i dan kelompok ke-j I = perlakuan ke- i

J = kelompok ke- j

P0 = bibit tanpa dosis pupuk

P1 = bibit dengan dosis pupuk NPK 2 gram P2 = bibit dengan dosis pupuk NPK 4 gram N0 = bibit tanpa naungan (kontrol)

(39)

21

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabulasi data

(Tabel 1). Homogenitas data diuji dengan uji Barlett, kemudian data dianalisis

variasi dengan analisis sidik ragam. Untuk mengetahui beda antar perlakuan yang

dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) (Hanafiah, 2011). Semua uji tersebut

dilakukan pada taraf nyata 5%.

1. Homogenitas Ragam

Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett, dan hasil perhitungannya

disajikan ke dalam bentuk tabel (Gaspersz, 1994).

a. Varians gabungan dari seluruh sampel (S2)

Si2P1

=

χ2 hitung terkoreksi =

χ2tabel = χ2(1 )( 1)

Keterangan: S2 = ragam gabungan

Si2 = ragam masing–masing perlakuan χ2 = khi kuadrat (lihat tabel)

(40)

22

Jika X2 hitung > X2 tabel, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga

perlu dilakukan transformasi data, salah satu transformasi data yang lazim

digunakan yaitu transformasi akar. Kalau X adalah data asli, maka X’ (X aksen)

adalah data hasil transformasi sehingga X sama dengan X’. Apabila data asli

menunjukkan sebaran nilai antara 0 – 10, maka dapat menggunakan transformasi

+ 0,5. Apabila nilai ragam data anda lebih kecil, anda dapat menggunakan

transformasi + 1. Jika X2hitung < X2 tabel, maka ragam homogen dan dapat

(41)

23

Tabel 1. Bentuk tabulasi data hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan bibit merbau darat.

Keterangan : Yij = nilai pengamatan variable pertumbuhan bibit merbau darat pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Yi. = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan bibit merbau darat pada perlakuan ke-i

Yi.= rata-rata nilai pengamatan variabel pertumbuhan bibit merbau darat pada perlakuan ke-i

(42)

24

darat pada kelompok ke-j

Y.j = rata-rata nilai pengamatan variabel pertumbuhan bibit merbau darat pada kelompok ke-j

i = perlakuan pemberian dosis pupuk P0 (kontrol), P1 (pupuk dengan dosis 2 gram), P2 (pupuk dengan dosis 4 gram) j = kelompok ke 1, 2, 3, dan 4.

2. Analisis ragam

Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk terhadap pertumbuhan bibit merbau

darat dilakukan analisis sidik ragam.

FK = Y..2 ∑ rij

JKT =∑ Yij–FK KTP=JKP/t-1

JKK =∑ (Y.j)2/t-FK KTG =JKG/(k-1)(t-1)

JKP =∑ (Yi.)2/k–FK F hitung perlakuan= KTP/KTG

JKG = JKT–JKP–JKK F hitung kelompok =KTK/KTG

Keterangan:

FK = faktor koreksi

JKP = jumlah kuadrat perlakuan JKK = jumlah kuadrat kelompok JKT = jumlah kuadrat total JKG = jumlah kuadrat galat

Y... = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan

Yi. = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i Y.j = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada kelompok ke-j Yij = nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i dan

(43)

25

Tabel 2. Tabulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit merbau darat.

SK Db JK KT Fhitung F(5%)

Keterangan : k = total banyaknya kelompok t = total banyaknya perlakuan

Jika F hitung>F tabel, maka ada pengaruh nyata data dari ragam perlakuan yang

diberikan lalu dianalisis lagi dengan menggunakan uji BNT. Namun jika F hitung

< F tabel, maka tidak ada pengaruh nyata dari keragaman perlakuan yang

diberikan.

3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Untuk mengetahui dosis perlakuan yang memberikan hasil yang berbeda nyata

dengan perlakuan lain dilakukan uji perbandingan dengan Uji Nyata Terkecil

(BNT). Semua perhitungan dilakukan pada taraf nyata 5%. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut.

BNT = tα/2(v).Sd

Sd = 2 /

Keterangan :

(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pemberian intensitas naungan 55% meningkatkan berat kering pucuk bibit

merbau darat.

2. Pemberian pupuk NPK meningkatkan pertumbuhan bibit merbau darat, dosis

pupuk NPK yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit merbau darat

adalah 4 g/polybag.

B. SARAN

1. Untuk menghasilkan bibit merbau yang baik, disarankan memberikan naungan

55% dalam pembibitannya.

2. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan percobaan pemupukan dengan

dosis yang lebih dari 4 g untuk mengetahui dosis optimum pemupukan bibit

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. A. 2012. Pengaruh cara penyemaian dan pemupukan NPK terhadap pertumbuhan bibit Mahoni Daun Lebar di persemaian. Jurnal Pemuliaan Hutan Hutan. 6(2): 1--9 p.

Djukri., dan B. S. Purwoko. 2003. Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi tanaman Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott).Ilmu Pertanian. 10(2): 17--25 p.

Gasperzs, V. 1994.Metode Rancangan Percobaan. Buku. Armico. Bandung. 472 p.

Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 358 p.

Hanafiah, K. A. 2011. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Buku. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 259 p.

Hardjowigeno, S. 2007.Ilmu Tanah.Buku. Akademika Pressindo. Jakarta. 288 p.

Hendromono. 1994. Pengaruh media organik dan tanah mineral terhadap mutu bibit Pterygota alataRoxb.Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 7 (2): 77--83 p.

Hendromono dan Durahim. 2004. Pemanfaatan limbah sabut kelapa sawit dan sekam padi sebagai medium pertumbuhan bibit Mahoni afrika (Khaya anthocela.C.DC). Buletin Penelitian Hutan no 644. Badan Litbang Kehutanan. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Buku. PT Bumi Aksara. Jakarta. 234 p.

---. 2013. Teknik dan Manajemen Pesemaian. Buku. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 270 p.

(46)

Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press. Madiun. 1--8 p.

Martawijaya, A., I. Kartasudjana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira, dan K. Kadir. 2005. Atlas Kayu Indonesia, Jilid II.Buku. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan.Bogor. 91--96 p.

Pamuji, S dan B. Saleh. 2010. Pengaruh intensitas naungan buatan dan dosis pupuk K terhadap pertumbuhan dan hasil jahe gajah.Akta Agrosia. 13 (1): 62--69 p.

Panjaitan, S., R. S. Wahyuningtyas, dan D. Ambarawati. 2011. Pengaruh naungan terhadap proses ekofisiologi dan pertumbuhan Shorea selanica (DC.) Blume di persemaian.Jurnal Penelitian Dipterokarpa. 5(2): 73--82 p.

Rahmawati, V., Sumarsono, dan W. Slamet. 2013. Nisbah daun batang, nisbah tajuk akar dan kadar serat kasar alfalfa (Medicago sativa) pada pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi berbeda. Animal Agriculture Journal.

2(1):1--8 p.

Rika, R. 2008. Pengaruh Pohon Induk, Naungan dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sinensis). Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 p.

Setyanti, Y. H., S. Anwar, dan W. Slamet. 2013.Karakteristik fotosintetik dan serapan fosfor hijauan alfalfa (Medicago sativa) pada tinggi pemotongan dan pemupukan nitrogen yang berbeda.Journal Animal Agricultur. 2(1): 86--96 p.

Siahaan, H., N. Herdiana, T. Rahman. S, dan N. Sagala. 2007. Peningkatan pertumbuhan bibit kayu bawang (Protium Javanicum Burm F.) dengan aplikasi arang kompos dan naungan. Prosiding Expose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang.

167--172 p.

Sitompul, S. M, dan B. Guritno.1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 412 p.

Supriyanto., Muslimin., dan H. Umar. 2014. Pengaruh berbagai dosis pupuk organik cair urin sapi terhadap pertumbuhan semai jabon merah (Anthocephalusmacrophyllus(Roxb.) Havil). Warta Rimba. 2(2): 149--157 p.

Tuheteru, F. D. 2010. Keragaman dan strategi konservasi genetik jenis merbau (Intsia bijuga(Colebr.) O. Kuntze).Mitra Hutan Tanaman. 5(2): 39--50 p.

Gambar

Tabel 7-- 45..........................................................................................
Gambar 1. Tata letak setiap satuan percobaan dalam rancangan acak kelompok
Tabel 1. Bentuk tabulasi data hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan bibitmerbau darat.
Tabel 2. Tabulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit merbau darat.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh jenis FMA dan dosis pupuk NPK pada bobot kering akar bibit kakao umur 4 bulan.. Pengaruh jenis FMA dan dosis pupuk NPK pada volume akar bibit kakao umur

daun, berat kering tanaman, panjang akar, nisbah luas.. daunlpanjang akar dan nisbah berat kering

Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Saputra menunjukkan pertumbuhan yang paling baik (tinggi bibit, diameter batang, berat basah/kering pucuk dan

Pengukuran Berat Kering Tajuk Pengukuran Berat Kering Akar. Pengukuran Jumlah Daun

Variabel pertumbuhan yang dipengaruhi oleh perlakuan intensitas naungan antara lain pertumbuhan tinggi, diameter batang, jumlah daun, berat basah, serta nisbah pucuk

Pada dosis pupuk 6 g/bibit (d1) yang diberikan secara bertahap memberikan hasil yang terbaik terhadap pertambahan tinggi, jumlah daun, berat kering akar, berat kering total

terlihat pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diam batang, luas daun, berat basah bibit, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, berat

Faktor pupuk urea dosis 0,750 g/ polybag pada bibit kakao berpengaruh terhadap tinggi bibit, luas daun dan rasio tajuk akar, namun tidak berpengaruh terhadap jumlah