UPAYA PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN
(Skripsi)
Oleh
ESRA MARADONG SIMANGUNSONG
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
UPAYA PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU DARAT (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN
Oleh
ESRA MARADONG SIMANGUNSONG
ii
mutu bibit. Setelah data homogen, dilakukan analisis sidik ragam. Analisis lanjutan dilakukan dengan uji beda nyata terkecil. Seluruh pengujian dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian naungan 55% meningkatkan berat kering pucuk bibit merbau darat, tetapi pemberian naungan diatas 65% atau lebih justru menurunkan berat kering pucuk dan berat kering total bibit. Sementara pemberian pupuk majemuk NPK dengan dosis 4 g/polybag memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah daun, nisbah tajuk akar, berat kering pucuk dan berat kering total bibit merbau darat.
ABSTRACT
SEEDLING IMPROVEMENT GROWTH OF MIRABOW (Intsia palembanica) WITH SHADING AND FERTILIZATION
By
Esra Maradong Simangunsong
iv
variance was used to the least significant difference. The entire data tested on 5% significant level. The results showed that 55% shading intensity, obviously increase the dry weight of crown, however the shading intensity more than 65% in fact, evidently decrease the dry weight crown and total dry weight of mirabow seedling. The dose of 4 g/polybag of NPK fertilizer, evidently the number of leaves, crown root ratio, dry weight of crown and total dry weight of mirabow seedling.
UPAYA PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU DARAT (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN
Oleh
ESRA MARADONG SIMANGUNSONG
Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pintu Pohan pada tanggal 22 Mei 1990, sebagai anak ke enam dari tujuh bersaudara, dari Bapak Manotap Simangunsong dan Ibu Lasma Siagian. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1996 yaitu di Sekolah Dasar Negeri 01 Pintu Pohan hingga tahun 2002.
ii
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UPAYA
PERBAIKAN PERTUMBUHAN BIBIT MERBAU DARAT (Intsia palembanica) DENGAN NAUNGAN DAN PEMUPUKAN”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Dosen Pembimbing utama sekaligus dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Duryat, S.Hut., M.Si. selaku Dosen Pembimbing kedua atas bimbingan, saran dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Ir. Indriyanto, M.P. selaku Dosen Penguji utama atas saran dan kritik yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
iv
iv
5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Seluruh Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi perkembangan Program Studi Jurusan Kehutanan di masa mendatang dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca.
Bandar Lampung, 27 Oktober 2015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian... 2
C. Manfaat Penelitian... 3
D. Kerangka Pemikiran ... 3
E. Hipotesis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Tanaman merbau darat (Intsia palembanica)... 6
B. Persemaian... 8
C. Toleransi pohon ... 9
D. Naungan... 11
E. Media tumbuh... 12
F. Pupuk dan pemupukan ... 13
III. METODE PENELITIAN... 15
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
vi
vi
C. Metode Penelitian ... 15
D. Pelaksanaan Penelitian... 16
E. Variabel Pengamatan ... 18
F. Analisis Data ... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26
A. Hasil Penelitian ... 26
B. Pembahasan... 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 34
A. Kesimpulan ... 34
B. Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA... 35
LAMPIRAN... 37
Tabel 7-- 45... 38
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Bentuk tabulasi hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan
Bibit merbau darat ... 23
2. Tabulasi analisis sidik ragam pertumbuhan bibit merbau darat ... 25
3. Rekapitulasi analisis sidik ragam perbaikan pertumbuhan bibit merbau darat dengan naungan dan pemupukan ... 26
4. Rekapitulasi hasil uji BNT upaya perbaikan pertumbuhan bibit merbau darat dengan naungan pada berbagai parameter pertumbuhan ... 27
5. Rekapitulasi hasil uji BNT upaya perbaikan pertumbuhan bibit merbau darat dengan pemupukan pada berbagai parameter pertumbuhan ... 28
6. Pengukuran intensitas cahaya matahari menggunakan Lux meter ... 29
7. Data pertambahan tinggi bibit merbau darat selama 3 bulan ... 38
8. Hasil uji Bartlett pertambahan tinggi bibit merbau darat ... 39
9. Hasil analisis sidik ragam pertambahan tinggi bibit merbau darat ... 39
10. Hasil uji BNT pertambahan tinggi bibit merbau darat ... 39
11. Data pertambahan diameter bibit merbau darat selama 3 bulan ... 40
12. Hasil uji bartlett pertambahan diameter bibit merbau darat ... 41
13. Hasil analisis sidik ragam pertambahan diameter bibit merbau darat ... 41
14. Hasil uji BNT pertambahan diameter bibit merbau darat ... 41
viii
viii
16. Hasil uji bartlett panjang akar bibit merbau darat ... 43
17. Hasil analisis sidik ragam panjang akar bibit merbau darat ... 43
18. Hasil uji BNT panjang akar bibit merbau darat ... 43
19. Data jumlah daun bibit merbau darat selama 3 bulan ... 44
20. Hasil uji bartlett jumlah daun bibit merbau darat ... 45
21. Data hasil transformasi ... 45
22. Hasil uji bartlett jumlah daun bibit merbau darat setelah di Transformasi ... 45
23. Hasil analisis sidik ragam jumlah daun bibit merbau darat ... 45
24. Hasil uji BNT jumlah daun bibit merbau darat ... 46
25. Data berat kering pucuk bibit merbau darat selama 3 bulan ... 47
26. Hasil uji bartlett berat kering pucuk bibit merbau darat ... 48
27. Hasil analisis sidik ragam berat kering pucuk bibit merbau darat .... 48
28. Hasil uji BNT berat kering bibit pucuk merbau darat ... 48
29. Data berat kering akar bibit merbau darat selama 3 bulan ... 49
30. Hasil uji bartlett berat kering akar bibit merbau darat ... 50
31. Hasil analisis sidik ragam berat kering akar bibit merbau darat ... 50
32. Hasil uji BNT berta kering akar bibit merbau darat ... 50
33. Data nisbah tajuk dan akar bibit merbau darat selama 3 bulan ... 51
34. Hasil uji bartlett nisbah tajuk dan akar bibit merbau darat ... 52
35. Hasil analisis sidik ragam nisbah tajuk dan akar bibit merbau darat 52 36. Hasil uji BNT nisbah tajuk dan akar bibit merbau darat ... 52
37. Data berat kering total bibit merbau darat selama 3 bulan ... 53
38. Hasil uji bartlett berat kering total bibit merbau darat ... 54
ix
ix
40. Hasil uji BNT berat kering total bibit merbau darat ... 54
41. Data Indeks Mutu Bibit (IMB) bibit merbau darat selama 3 bulan .. 55
42. Hasil uji bartlett indeks mutu bibit merbau darat ... 56
43. Data hasil transformasi ... 56
44. Hasil uji barlett indeks mutu bibit setelah ditransformasi ... 56
45. Hasil analisis sidik ragam indeks mutu bibit merbau darat ... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Tata letak setiap satuan percobaan dalam rancangan acak
kelompok ... 20
2. Bibit merbau darat yang telah dilabel di rumah kaca laboratorium fakultas pertanian ... 58
3. Bibit merbau darat yang telah diberi naungan55%, 65%, dan 75% ... 58
4. Pengukuran tinggi bibit merbau darat pada umur 1 bulan ... 58
5. Pengukuran diameter bibit merbau darat pada umur 2 bulan ... 59
6. Bibit merbau darat umur 3 bulan setelah disapih pada kelompok 1 .... 59
7. Bibit merbau darat umur 3 bulan setelah disapih pada kelompok 2 ... 59
8. Bibit merbau darat umur 3 bulan setelah disapih pada kelompok 3 ... 60
9. Penimbangan tajuk bibit merbau darat pada akhir pengamatan umur 3 bulan ... 60
10. a) Penimbangan akar bibit merbau darat pada akhir penelitian ... 60
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pohon merbau darat (Intsia palembanica ) merupakan salah satu tumbuhan hutan
yang bernilai ekonomi tinggi. Merbau memiliki serat kayu yang lurus, permukaan
kayu mengkilap indah, dapat dijadikan bahan kayu lapis yang sangat awet dan
baik. Kayu merbau yang berasal dari Maluku dapat dijadikan venir dengan sudut
kupas 920, dapat menghasilkan venir setebal 1,5 mm tanpa adanya perlakuan
pendahuluan (Martawijaya dkk.,2005).
Merbau darat banyak digunakan sebagai bahan untuk pembuatan meubel, panel,
ukiran, badan truk, dan alat-alat musik. Karena sifatnya yang tahan terhadap
serangga dan hama penggerek laut, kayu merbau banyak digunakan untuk
kontruksi perairan seperti, dermaga, jembatan, dan pintu air (Martawijaya dkk.,
2005).
Kualitas merbau yang unggul menyebabkan terjadinya penebangan liar dan
membuat tanaman ini semakin langka, sehingga perlu dilakukan upaya budidaya
tanaman untuk meningkatkan pembangunan hutan tanaman. Salah satu upaya
untuk mendukung pembangunan hutan tanaman diperlukan ketersediaan bibit
merbau. Pembibitan merbau masih mengalami banyak kendala diantaranya
2
Untuk meningkatkan keberhasilan pembibitan perlu dilakukan
perlakuan-perlakuan khusus seperti perbaikan media tumbuh, pemberian naungan,
pemupukan, dan lain-lain. Pemberian naungan perlu dilakukan pada pembibitan,
karena jenis bibit memiliki toleransi naungan yang berbeda-beda menurut umur
dan kondisi lingkungan. Pemberian naungan yang tepat pada bibit merbau darat
diharapkan meningkatkan keberhasilan pertumbuhan bibit.
Selain pemberian naungan, bibit memerlukan bahan lain untuk memperbaiki sifat
tanah sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik. Perbaikan
media dapat dilakukan dengan pemupukan karena dengan suplai hara dari pupuk
dapat memacu pertumbuhan tunas maupun akar dan dapat meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap kekurangan air atau serangan penyakit (Adinugraha,
2012).
Dengan demikian, perlu dilakukan pengujian pengaruh beberapa naungan dan
dosis pupuk majemuk untuk meningkatkan persentasi hidup bibit merbau darat.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh intensitas naungan terhadap pertumbuhan bibit merbau
darat.
2. Mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk terhadap pertumbuhan bibit
3
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pembangunan pembibitan
merbau darat.
D. Kerangka Pemikiran
Tanaman merbau darat memiliki banyak kegunaan dan nilai ekonomi yang tinggi,
sehingga tanaman tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan. Merbau
termasuk kayu dengan kelas awet I, II dan kelas kuat I, II dan memiliki
penampilan yang menarik sehingga kayu ini sangat diminati di dalam dan luar
negeri (Martawijaya dkk., 2005). Permintaan dan penebangan secara liar
menyebabkan kelangkaan dan kepunahan, sehingga perlu dilakukan budidaya
jenis ini.
Pembibitan merbau darat dapat berhasil dengan baik, dengan memperhatikan
beberapa faktor antara lain kualitas benih, media semai, media sapih,
pemeli-haraan, pengaturan intensitas cahaya dan perlakuan lainnya untuk menghasilkan
bibit yang berkualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan
pembibitan merbau darat, perlu dilakukan pengaturan intensitas cahaya mengingat
belum diketahui berapa besarnya intensitas cahaya yang optimal untuk
pertumbuhan bibit merbau darat.
Menurut Wardiana dan Herman (2009), setiap jenis tanaman mempunyai toleransi
yang berbeda-beda terhadap intensitas cahaya matahari. Ada tanaman yang
4
tumbuh dengan baik pada tempat yang ternaungi. Begitu pula tanaman
memerlukan intensitas cahaya yang berbeda-beda untuk setiap tahap
perkembangannya.
Panjaitan dkk., (2011) melaporkan bahwa pemberian naungan sebesar 65%
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tinggi semai, diameter
batang, berat segar semai, dan berat kering pada semai Shorea selanica di
persemaian. Begitu pula Wardiana dan Herman (2009), mengatakan bahwa
pemberian naungan sebesar 65% terhadap pertumbuhan bibit kemiri sunan
menghasilkan panjang, jumlah, dan lebar daun lebih tinggi.
Selain cahaya matahari, unsur hara sangat penting dalam pertumbuhan tanaman.
Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan unsur hara adalah dengan pemupukan.
Pemupukan bertujuan memberikan zat hara tanaman ke dalam tanah untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah dan memelihara kesuburan tanah melalui pemberian
pupuk yang tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara. Agar tanaman tumbuh baik
perlu adanya keseimbangan jumlah unsur hara dalam tanah sesuai dengan
kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut. Perlakuan intensitas naungan dan
dosis pupuk yang berbeda terhadap bibit merbau darat diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan bibit dan dapat menghasilkan bibit merbau darat yang
5
E. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pemberian naungan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit merbau darat.
2. Pemberian dosis pupuk 4 g/polybag merupakan dosis terbaik dibandingkan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Merbau Darat (Intsia Palembanica)
Merbau darat tergolong dalam famili Caesalpiniaceae merupakan tumbuhan
berkayu yang memiliki tinggi rata-rata 40 m, diameternya bisa mencapai 200 cm
dan tinggi bebas cabangnya mampu mencapai tinggi sampai 4--30 m. Beberapa
daerah di Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda, di Maluku dan Papua
dikenal dengan sebutan kayu besi atau ipil karena kayunya yang sangat keras, di
Sumatera disebut merbau, marbon, dan lain-lain, di Kalimantan disebut maharau,
serta di Sulawesi disebut bayam, gefi, ogifi (Martawijaya dkk., 2005).
1. Taksonomi Tanaman Merbau Darat
Menurut Martawijaya dkk. (2005) klasifikasi merbau darat adalah sebagai
berikut.
Rhegnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Intsia
7
2. Morfologi Tanaman Merbau Darat
a. Daun dan tajuk
Merbau darat merupakan jenis pohon yang memiliki tinggi 20-50 m, tinggi banir
sampai 4 m dengan lebar sampai 4 m, batang berkayu, licin, berwarna kelabu,
kelabu coklat, coklat muda atau merah muda, tidak beralur dengan tajuk agak
rapat. Daun tersusun berseling dengan panjang 10--15 cm dan lebar 1--10 cm,
majemuk bersirip genap dengan pangkal yang membundar atau lebar dan ujung
yang runcing, pertulangan daunnya menyirip, anak daun tersusun agak
berhadapan, serta berwarna hijau (Martawijaya dkk., 2005).
b. Bunga, buah, dan biji
Bunga merbau berwarna pucat kekuning-kuningan, mekar pada bulan
November--Januari, berbentuk spiral atau bercabang terminal, mempunyai daun kelopak 4,
daun mahkota berjumlah 1, berbentuk mencakar, benang sari berjumlah 3 dan
sangat panjang (Martawijaya dkk., 2005). Merbau berbuah pada bulan
Juni--Oktober, buah memiliki panjang 8,5--23 cm dengan lebar 4--8 cm, tipe buahnya
berbentuk polong bertangkai pendek dan mempunyai kulit buah yang keras,
jumlah biji setiap buah berisi 1--8 berwarna coklat tua pekat jika sudah masak, biji
8
3. Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Pohon merbau darat banyak tersebar mulai dari Madagaskar, Vietnam, Thailand,
Indonesia, Papua Nugini, Malanesia, Mikronesia dan bagian Utara Australia.
Merbau banyak dijumpai tumbuh di pedalaman hingga 1.000 m dpl, tumbuh baik
pada berbagai tipe tanah, seperti tanah lembab yang kadang-kadang digenangi air,
tanah kering, tanah berpasir, tanah berbatu, serta pada tanah datar maupun miring.
Untuk tumbuh baik merbau memerlukan iklim basah sampai iklim kering dengan
tipe curah hujan A--D (Martawijaya dkk., 2005).
B. Persemaian
Persemaian adalah suatu areal atau tempat untuk menyemaikan bahan tanaman
dengan perbanyakan secara generatif maupun vegetatif, dengan perlakuan
ter-tentu selama periode waktu yang telah ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan
bibit yang baik untuk ditanam. Persemaian dibuat bertujuan untuk memperoleh
kualitas dan kuantitas bibit yang bermutu tinggi. Jenis persemaian berdasarkan
waktu penggunaan tempatnya ada dua, yaitu persemaian sementara dan permanen.
Persemaian sementara adalah persemaian yang bersifat sementara tidak terlalu
luas atau berukuran kecil, letaknya disesuaikan dengan areal yang akan ditanami,
dan berpindah–pindah dekat lokasi penanaman. Persemaian permanen umumnya
berukuran luas dan menetap, digunakan dalam periode waktu yang lama,
dibangun dalam skala besar dan tenaga kerja yang terampil (Kurniaty dan Danu,
9
Pemilihan tempat/lokasi yang baik sangat menentukan keberhasilan
diperse-maian. Syarat memilih lokasi yang baik untuk persemaian adalah sebagai berikut.
1. Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan
maksimum 5%.
2. Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh
sepanjang musim (dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
3. Kondisi tanah gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandung
tanah liat.
4. Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, untuk menghindari
kerusakan bibit dalam pengangkutan.
C. Toleransi pohon
Merbau darat memiliki sifat yang pada saat anakan memerlukan naungan untuk
pertumbuhannya (Martawijaya dkk., 2005). Cahaya mempunyai peranan yang
besar dalam proses fisiologi tanaman, dalam hal fotosintesis, respirasi,
pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan pembukaan stomata, serta
berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. Cahaya dalam bentuk
intensitas cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman secara langsung
melalui proses fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil. Secara tidak
langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses
transpirasi. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda, tanaman yang hidup
pada kondisi ternaungi akan menunjukkan gejala etiolasi.
Toleransi adalah kemampuan tanaman untuk bertahan hidup, tumbuh dan
10
naungan, tumbuhan dibagi atas jenis toleran (shade demanding species) dan
intoleran (light demanding species). Jenis toleran merupakan jenis tumbuhan
yang hanya dapat hidup di tempat naungan berat, sedangkan jenis intoleran
merupakan jenis tumbuhan yang hanya dapat hidup di tempat terbuka. Meskipun
demikian banyak jenis tumbuhan memiliki selang toleransi yang lebar terhadap
faktor cahaya yang tinggi, sehingga dikenal sebagai jenis semi toleran (Rika,
2008).
Berdasarkan sifat toleransi terhadap intensitas radiasi matahari, maka jenis pohon
dikelompokkan ke dalam 5 golongan sebagai berikut (Indriyanto, 2013).
1. Jenis pohon yang sangat membutuhkan radiasi matahari untuk
pertumbuhannya, misalnya Gmelina arborea, Tectona grandis, Pinus
merkusii,Casuarina equisetifolia dan lain-lain.
2. Jenis pohon yang membutuhkan radiasi matahari untuk pertumbuhannya,
misalnya Acacia leucophloea, Bauhinia malabarica, Eugenia jambolana,
Melia indica, Spondias mangiferadan lain-lain.
3. Jenis pohon yang membutuhkan radiasi matahari sedang atau membutuhkan
setengah cahaya matahari (naungan ringan) untuk pertumbuhannya, misalnya
Paraserianthes falcataria, Dalbergia latifolia, Pterocarpus indicus,
Lagerstroemia speciosa, Albizzia proceradan lain-lain.
4. Jenis pohon yang membutuhkan sedikit radiasi matahari atau memerlukan
naungan selama proses pertumbuhannya, misalnya Butea frondosa, Mengifera
indica, Mimusops elengi, Garcinia indica, dan jenis-jenis pohon anggota
Dipterocarpacea antara lain Shorea spp., Hopea spp., Dipterocarpus spp.,
11
5. Jenis pohon yang membutuhkan sangat sedikit radiasi matahari atau
memerlukan naungan berat selama proses pertumbuhannya, misalnya Aegle
marrmelos, Pongamia glabra, Abies balsamea, Abies lasiocarpa, Cornus
floridadan lain-lain.
D. Naungan
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa adanya
cahaya matahari kehidupan tidak akan ada. Bagi pertumbuhan tanaman pengaruh
cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya, juga ditentukan oleh intensitasnya.
Intensitas cahaya matahari adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu
tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2/hari) (Lukitasari, 2010).
Intensitas cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Intensitas cahaya matahari sangat
berperan dalam proses fotosintesis, semakin besar jumlah energi yang tersedia
dapat meningkatkan hasil fotosintesis sampai maksimal. Untuk menghasilkan
berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh
(Djukri dan Purwoko, 2003). Pengaturan tingkat kerapatan naungan diperlukan
untuk mengatur intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan bibit. Kebutuhan
cahaya setiap jenis akan berbeda. Pada jenis yang membutuhkan cahaya, naungan
yang terlalu rapat akan menyebabkan terjadinya etiolasi, sedangkan naungan yang
kurang akan menyebabkan kurangnya perlindungan tanaman (bibit) dari sinar
matahari langsung, curah hujan yang tinggi, angin serta fluktuasi suhu yang
12
E. Media Tumbuh
Ada beberapa jenis media tumbuh untuk budidaya tanaman antara lain.
1. Tanah
Tanah adalah kumpulan bahan-bahan alami yang terdapat di permukaan bumi,
tempat berpijak pepohonan, dan terbentuk karena pengaruh iklim, kehidupan
organisme, pada bahan induk, relief atau bentuk permukaan bumi dan waktu
(Indriyanto, 2008).
2. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam untuk menggantikan fungsi tanah,
keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Fungsi
pasir ini untuk mempermudah mengalirnya kelebihan air dalam media tanam dan
mengurangi mengerasnya media tanam.
Tanah pasir atau dapat juga dikatakan tanah berukuran pasir antara 2,0--0,20 mm
dan sebagian besar tanah didominasi oleh fraksi pasir. Tanah pasir banyak
mengandung pori-pori makro, sedikit pori-pori sedang dan pori-pori mikro. Tipe
tanah seperti ini sulit untuk menahan air, tetapi mempunyai aerasi dan drainase
yang baik. Pada umumnya tanah pasir banyak didominasi mineral primer jenis
13
Mineral kwarsa mempunyai sifat ”inert” atau sulit bereaksi dengan senyawa lain
dan sukar mengalami pelapukan. Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan
tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif untuk
pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2007).
F. Pupuk dan Pemupukan
Menurut Hardjowigeno (2007), pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk ada dua jenis yaitu, pupuk alam dan pupuk
buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang langsung di dapat dari alam misalnya
fosfat alam, pupuk organik (pupuk kandang, kompos) dan sebagainya. Pupuk
buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan kadar unsur haranya
sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah tertentu misalnya pupuk
NPK, urea, TSP, dan lain-lain.
Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pupuk NPK merupakan jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara. Kegunaan dari zat-zat tersebut adalah:
a) Nitrogen
Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, tanaman yang tumbuh pada
tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau, pembentukan protein. Nitrogen
dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein (bahan organik),
senyawa-senyawa amino, Amonium (NH4+), Nitrat (NO3-).
b) Fosfor
Unsur F di dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk kandang, sisa-sisa
14
Fosfor bagi tanaman berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan albumin,
pembentukan bunga, buah, dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat
batang tidak mudah roboh, perkembangan akar, memperbaiki kualitas tanaman,
tanaman tahan terhadap penyakit, metabolisme karbohidrat, menyimpan dan
memindahkan energi (Hardjowigeno, 2007).
c) Kalium
Kalium adalah salah satu unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman. Kalium bagi tanaman diperlukan dalam proses pembentukan pati,
metabolisme karbohidrat, mempertinggi resistensi tanaman kekeringan.
Kalium berperan mengontrol kerja stomata dalam mengatur respirasi dan
transpirasi, aktivitas enzim dalam translokasi karbohidrat, meningkatkan
resistensi tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, memperbaiki kualitas
tanaman (Pamuji dan Saleh, 2010).
Pemupukan adalah penambahan zat unsur hara tanaman ke dalam tanah yang
bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara sifat-sifat tanah sehingga dapat
meningkatkan produksi tanaman. Jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan
unsur hara, kelarutan, kecepatan kerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan
jenis pupuk yang diberikan serta cara dan waktu pemberiannya berbeda-beda
untuk setiap jenis tanah atau jenis tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik dan tidak menyebabkan kerugian bagi tanaman dan lingkungan. Agar
tanaman mendapat nutrisi yang cukup perlu adanya keseimbangan jumlah unsur
hara dalam tanah seseuai dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman tersebut
15
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian selama 3 bulan dimulai Mei 2014
sampai dengan bulan Juli 2014.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih merbau darat, pasir,
tanah, pupuk majemuk NPK (15-15-15), paranet dengan intensitas naungan 55%,
65%, dan 75% . Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi bak kecambah
berukuran (30 cm x 25 cm x 10 cm), cangkul, cetok, gembor, polybag ukuran (20
cm x 15 cm), kaliper dengan ketelitian 0,01 cm, penggaris dengan ketelitian 0,05
cm, timbangan digital dengan ketelitian 0,0001 g, oven, lux meter, thermometer
air dan software SPSS 18.
C. Metode Penelitian
Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Percobaan ini terdiri dari 4 kelompok yaitu kontrol 0%, naungan 55%, naungan
16
perbedaan dosis pupuk NPK yang terdiri dari 0 g (kontrol), 2 g/polybag dan 4
g/polybag, perlakuan diulang sebanyak 8 kali, sehingga setiap satuan percobaan
terdiri dari 1 bibit.
Model Linear Rancangan Acak Kelompok : Yij = + + +
i =1,2,3 j =1,2,3,4
Keterangan : Yij = pengaruh perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ = nilai tengah umum dari hasil pertumbuhan tanaman τi = pengaruh perlakuan ke-i
j = pengaruh kelompok ke-j
εij = pengaruh galat pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
D. Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Persiapan benih
Benih diperoleh dari pohon merbau darat yang ada di Arboretum Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Pengunduhan buah dilakukan pada buah yang
telah masak secara fisiologis. Buah yang telah terkumpul kemudian diekstraksi
yaitu memisahkan benih dari kulit buahnya. Cara memisahkan benih dari buahnya
dilakukan secara manual dengan mengupas kulit buah dan membersihkan benih
dari serat-serat yang melindungi benih. Kemudian dilakukan proses penyeleksian,
penyeleksian benih dilakukan dengan cara merendam benih ke dalam air, benih
yang terapung tidak digunakan, diduga benih tersebut rusak. Benih yang sudah
diseleksi kemudian diskarifikasi dengan cara merendam benih dengan air bersuhu
17
2. Perkecambahan benih
Benih merbau darat yang telah diskarifikasi kemudian dikecambahkan pada bak
kecambah ukuran (30 cm x 25 cm x 10 cm) yang telah diberi pasir. Sebelumnya
pasir yang digunakan diayak untuk mendapatkan media yang halus dan kemudian
dikeringanginkan selama 2 x 24 jam.
3. Persiapan media sapih
Media sapih yang digunakan adalah tanah lapisan atas (top soil) yang sudah
digemburkan dan dibersihkan. Proses penggemburan dilakukan agar mendapatkan
struktur dan bentuk yang seragam.
4. Penyapihan
Penyapihan semai dari bak kecambah ke polybag dilakukan setelah benih tumbuh
memiliki sepasang daun yang telah terbuka dan batang bibit/kecambah kokoh
(Kurniaty dan Danu, 2012). Penyapihan dilakukan pada pagi hari untuk
mengurangi terjadinya penguapan (evapotranspirasi).
5. Pemberian naungan
Bibit yang telah disapih dimasukkan ke dalam polybag (20 cm x 15 cm) dengan
media sapih tanah lapisan atas (top soil). Setiap bibit diletakkan dalam bedengan
dengan intensitas naungan yaitu, kontrol 0% (N0), naungan 55% (N1), naungan
18
6. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu 1 minggu setelah disapih dan 5 minggu setelah
disapih. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk majemuk NPK 15-15-15 majemuk
dengan menggunakan 3 taraf, yaitu 0 g (kontrol), 2 g/polybag dan 4 g/polybag.
7. Pemeliharaan Bibit
Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman yang dilakukan sekali sehari setelah
penyapihan yaitu pada waktu pagi hari, dan penyiangan gulma dilakukan secara
berkala dengan cara mencabut tumbuhan pengganggu.
E. Variabel Pengamatan
Adapun variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah:
a. Pertambahan tinggi. Pertambahan tinggi merupakan selisih tinggi bibit pada
akhir penelitian dengan tinggi bibit pada saat penyapihan. Pengukuran
dilakukan 2 kali yaitu pada saat semai disapih dan pada saat akhir penelitian.
b. Pertambahan diameter. Pertambahan diameter merupakan selisih diameter
bibit pada akhir penelitian dengan diameter pada saat penyapihan.
Pengu-kuran dilakukan 2 kali yaitu pada saat semai disapih dan pada saat akhir
penelitian.
c. Panjang akar semai (cm/tanaman). Panjang akar semai diukur dari pangkal
batang sampai ujung akar menggunakan pengaris dengan ketelitian 0,05 cm.
19
d. Jumlah daun. Jumlah daun dihitung berdasarkan helaian daun yang tum-buh
selama pengamatan. Penghitungan jumlah daun dilakukan pada akhir
pengamatan.
e. Nisbah tajuk dan akar bibit. Pengukuran berat kering ini dilakukan pada akhir
pengamatan. Setiap bibit dipotong menjadi dua bagian, bagian tajuk dan akar.
Kedua bagian tersebut dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan yang
berbeda kemudian dioven pada suhu 80oC hingga tercapai berat kering yang
konstan. Kemudian dilakukan penimbangan berat kering pada masing-masing
bagian tersebut dengan menggunakan timbangan. Dari hasil penimbangan
berat kering dihitung rasio tajuk dan akar bibit dengan rumus:
Nisbah tajuk–akar :
f. Bobot kering total (g/tanaman). Data berat kering total diperoleh dari hasil
pengukuran berat kering bagian tajuk dan berat kering bagian akar bibit
merbau darat. Pengukuran berat kering total dilakukan pada akhir
penga-matan. Berat kering total diperoleh dengan menjumlahkan secara langsung
berat kering bagian tajuk dan akar.
Bobot kering total (BKT) = Berat kering tajuk + Berat kering akar
g. Indeks mutu bibit (IMB). Untuk mengetahui kualitas bibit secara fisiolo-gis, maka dihitung dengan menggunakan cara Dickson (1960) dalamHendromono
(1994) dengan rumus sebagai berikut.
Indeks Mutu = ( ) ( ) ( )
20
Adapun tata letak percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dapat dilihat
pada gambar 1.
Kontrol (N0)
Naungan 55% (N1)
Naungan 65% (N2)
Naungan 75% (N3)
Gambar 1. Tata letak setiap satuan percobaan dalam rancangan acak kelompok (RAK).
Keterangan: Yij = bibit merbau perlakuan ke-i dan kelompok ke-j I = perlakuan ke- i
J = kelompok ke- j
P0 = bibit tanpa dosis pupuk
P1 = bibit dengan dosis pupuk NPK 2 gram P2 = bibit dengan dosis pupuk NPK 4 gram N0 = bibit tanpa naungan (kontrol)
21
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabulasi data
(Tabel 1). Homogenitas data diuji dengan uji Barlett, kemudian data dianalisis
variasi dengan analisis sidik ragam. Untuk mengetahui beda antar perlakuan yang
dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) (Hanafiah, 2011). Semua uji tersebut
dilakukan pada taraf nyata 5%.
1. Homogenitas Ragam
Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett, dan hasil perhitungannya
disajikan ke dalam bentuk tabel (Gaspersz, 1994).
a. Varians gabungan dari seluruh sampel (S2)
Si2P1
=
χ2 hitung terkoreksi =
χ2tabel = χ2(1 )( 1)
Keterangan: S2 = ragam gabungan
Si2 = ragam masing–masing perlakuan χ2 = khi kuadrat (lihat tabel)
22
Jika X2 hitung > X2 tabel, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga
perlu dilakukan transformasi data, salah satu transformasi data yang lazim
digunakan yaitu transformasi akar. Kalau X adalah data asli, maka X’ (X aksen)
adalah data hasil transformasi sehingga X sama dengan X’. Apabila data asli
menunjukkan sebaran nilai antara 0 – 10, maka dapat menggunakan transformasi
+ 0,5. Apabila nilai ragam data anda lebih kecil, anda dapat menggunakan
transformasi + 1. Jika X2hitung < X2 tabel, maka ragam homogen dan dapat
23
Tabel 1. Bentuk tabulasi data hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan bibit merbau darat.
Keterangan : Yij = nilai pengamatan variable pertumbuhan bibit merbau darat pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Yi. = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan bibit merbau darat pada perlakuan ke-i
Yi.= rata-rata nilai pengamatan variabel pertumbuhan bibit merbau darat pada perlakuan ke-i
24
darat pada kelompok ke-j
Y.j = rata-rata nilai pengamatan variabel pertumbuhan bibit merbau darat pada kelompok ke-j
i = perlakuan pemberian dosis pupuk P0 (kontrol), P1 (pupuk dengan dosis 2 gram), P2 (pupuk dengan dosis 4 gram) j = kelompok ke 1, 2, 3, dan 4.
2. Analisis ragam
Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk terhadap pertumbuhan bibit merbau
darat dilakukan analisis sidik ragam.
FK = Y..2 ∑ rij
JKT =∑ Yij–FK KTP=JKP/t-1
JKK =∑ (Y.j)2/t-FK KTG =JKG/(k-1)(t-1)
JKP =∑ (Yi.)2/k–FK F hitung perlakuan= KTP/KTG
JKG = JKT–JKP–JKK F hitung kelompok =KTK/KTG
Keterangan:
FK = faktor koreksi
JKP = jumlah kuadrat perlakuan JKK = jumlah kuadrat kelompok JKT = jumlah kuadrat total JKG = jumlah kuadrat galat
Y... = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan
Yi. = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i Y.j = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada kelompok ke-j Yij = nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i dan
25
Tabel 2. Tabulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit merbau darat.
SK Db JK KT Fhitung F(5%)
Keterangan : k = total banyaknya kelompok t = total banyaknya perlakuan
Jika F hitung>F tabel, maka ada pengaruh nyata data dari ragam perlakuan yang
diberikan lalu dianalisis lagi dengan menggunakan uji BNT. Namun jika F hitung
< F tabel, maka tidak ada pengaruh nyata dari keragaman perlakuan yang
diberikan.
3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Untuk mengetahui dosis perlakuan yang memberikan hasil yang berbeda nyata
dengan perlakuan lain dilakukan uji perbandingan dengan Uji Nyata Terkecil
(BNT). Semua perhitungan dilakukan pada taraf nyata 5%. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
BNT = tα/2(v).Sd
Sd = 2 /
Keterangan :
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pemberian intensitas naungan 55% meningkatkan berat kering pucuk bibit
merbau darat.
2. Pemberian pupuk NPK meningkatkan pertumbuhan bibit merbau darat, dosis
pupuk NPK yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit merbau darat
adalah 4 g/polybag.
B. SARAN
1. Untuk menghasilkan bibit merbau yang baik, disarankan memberikan naungan
55% dalam pembibitannya.
2. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan percobaan pemupukan dengan
dosis yang lebih dari 4 g untuk mengetahui dosis optimum pemupukan bibit
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H. A. 2012. Pengaruh cara penyemaian dan pemupukan NPK terhadap pertumbuhan bibit Mahoni Daun Lebar di persemaian. Jurnal Pemuliaan Hutan Hutan. 6(2): 1--9 p.
Djukri., dan B. S. Purwoko. 2003. Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi tanaman Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott).Ilmu Pertanian. 10(2): 17--25 p.
Gasperzs, V. 1994.Metode Rancangan Percobaan. Buku. Armico. Bandung. 472 p.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 358 p.
Hanafiah, K. A. 2011. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Buku. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 259 p.
Hardjowigeno, S. 2007.Ilmu Tanah.Buku. Akademika Pressindo. Jakarta. 288 p.
Hendromono. 1994. Pengaruh media organik dan tanah mineral terhadap mutu bibit Pterygota alataRoxb.Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 7 (2): 77--83 p.
Hendromono dan Durahim. 2004. Pemanfaatan limbah sabut kelapa sawit dan sekam padi sebagai medium pertumbuhan bibit Mahoni afrika (Khaya anthocela.C.DC). Buletin Penelitian Hutan no 644. Badan Litbang Kehutanan. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Buku. PT Bumi Aksara. Jakarta. 234 p.
---. 2013. Teknik dan Manajemen Pesemaian. Buku. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 270 p.
Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press. Madiun. 1--8 p.
Martawijaya, A., I. Kartasudjana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira, dan K. Kadir. 2005. Atlas Kayu Indonesia, Jilid II.Buku. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan.Bogor. 91--96 p.
Pamuji, S dan B. Saleh. 2010. Pengaruh intensitas naungan buatan dan dosis pupuk K terhadap pertumbuhan dan hasil jahe gajah.Akta Agrosia. 13 (1): 62--69 p.
Panjaitan, S., R. S. Wahyuningtyas, dan D. Ambarawati. 2011. Pengaruh naungan terhadap proses ekofisiologi dan pertumbuhan Shorea selanica (DC.) Blume di persemaian.Jurnal Penelitian Dipterokarpa. 5(2): 73--82 p.
Rahmawati, V., Sumarsono, dan W. Slamet. 2013. Nisbah daun batang, nisbah tajuk akar dan kadar serat kasar alfalfa (Medicago sativa) pada pemupukan nitrogen dan tinggi defoliasi berbeda. Animal Agriculture Journal.
2(1):1--8 p.
Rika, R. 2008. Pengaruh Pohon Induk, Naungan dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sinensis). Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 p.
Setyanti, Y. H., S. Anwar, dan W. Slamet. 2013.Karakteristik fotosintetik dan serapan fosfor hijauan alfalfa (Medicago sativa) pada tinggi pemotongan dan pemupukan nitrogen yang berbeda.Journal Animal Agricultur. 2(1): 86--96 p.
Siahaan, H., N. Herdiana, T. Rahman. S, dan N. Sagala. 2007. Peningkatan pertumbuhan bibit kayu bawang (Protium Javanicum Burm F.) dengan aplikasi arang kompos dan naungan. Prosiding Expose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang.
167--172 p.
Sitompul, S. M, dan B. Guritno.1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 412 p.
Supriyanto., Muslimin., dan H. Umar. 2014. Pengaruh berbagai dosis pupuk organik cair urin sapi terhadap pertumbuhan semai jabon merah (Anthocephalusmacrophyllus(Roxb.) Havil). Warta Rimba. 2(2): 149--157 p.
Tuheteru, F. D. 2010. Keragaman dan strategi konservasi genetik jenis merbau (Intsia bijuga(Colebr.) O. Kuntze).Mitra Hutan Tanaman. 5(2): 39--50 p.