• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dosis Pupuk Akar dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Bibit Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dosis Pupuk Akar dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Bibit Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya perkembangan jaman dan kesadaran masyarakat akan kelestarian hutan, maka pemanfaatan hasil hutan non kayu akan menjadi alternatif komoditas yang berpotensi menjadi sumber pendapatan negara dari sektor kehutanan, karena pemanfaatanya lebih menjamin kelestarian hutan. Saninten (Castanopsis argentea) merupakan salah satu jenis pohon lokal dan termasuk kedalam kelompok famili Fagaceae yang merupakan penghasil kayu dan non kayu (Heryanto 2007). Hasil hutan non kayu yang dapat dimanfaatkan dari pohon saninten adalah buah dan bahan pewarna dari kulit buah dan kayunya.

Martawijaya et al. (1987) menyatakan permudaan alam pohon saninten sulit ditemukan karena populasinya sangat sedikit. Untuk itu perlu adanya upaya pelestarian saninten, yang tidak tergantung pada permudaan alaminya saja, tetapi harus disertai dengan permudaan buatan yang relatif mudah diawasi dan dikendalikan. Pengadaan bibit dalam jumlah besar dan dengan kualitas baik sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilannya. Kendala yang dihadapi dalam pembibitan saninten adalah pertumbuhannya yang lambat, untuk itu perlu adanya usaha untuk menstimulasi pertumbuhannya.

Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan adalah dengan pemupukan. Sastrosayono (2008) menyatakan pemupukan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi tanaman. Pemupukan merupakan kegiatan memberikan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik sehingga didapatkan pertumbuhan yang maksimum.

(2)

akar (Lingga 2011), selain itu pupuk daun memiliki kandungan unsur hara mikro di dalamnya. Umumnya tanaman sering kekurangan unsur hara mikro bila hanya mengandalkan pupuk akar yang mayoritas berisi hara makro. Pemberian pupuk daun dapat mengatasi kekurangan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman.

Setiap tanaman memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda terhadap unsur hara sehingga membutuhkan dosis pupuk yang berbeda pula. Untuk itu perlu diadakan uji efektivitas dosis pupuk yang tepat terhadap tanaman saninten. Pemupukan yang dilakukan adalah kombinasi antara pupuk daun dan pupuk akar agar laju pertumbuhan saninten menjadi lebih optimal maka. Penyemprotan pupuk daun dapat membantu penyerapan hara yang dibutuhkan tanaman melalui stomata daun, sedangkan pemberian pupuk akar membantu memberikan unsur hara melalui tanah agar dapat diserap oleh akar tanaman.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji pengaruh pemberian pupuk NPK dan pupuk daun serta mendapatkan dosis pupuk yang efektif dan efisien untuk pertumbuhan saninten.

1.3 Manfaat Penelitian

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani

Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35−40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan batang tidak rata. Terdapat alur-alur memanjang pada batang yang tak lain adalah garis empulur yang menonjol keluar. Kayu terasnya berwarna coklat kelabu sampai merah muda, kayu gubal/bagian tengah berwarna putih, kuning muda, dan kadang-kadang kemerah-merahan dengan ketebalan 5−6 cm (Prawira 1990).

Pohon saninten memiliki daun tunggal berseling, daunnya berbentuk lancip memanjang (lanset) dengan ukuran 13−16 cm x 5−7 cm. Permukaan daun berlilin dan bagian bawahnya berwarna abu-abu keperakan ditutupi bulu-bulu menyerupai bintang atau sisik yang lebat (Lemmens et al. 1995).

Saninten berbunga pada bulan September sampai Oktober dan berbuah pada bulan Januari sampai April (Lemmens et al. 1995). Bunga jantan tersusun dalam untaian berbentuk bulir sepanjang 15−25 cm, bunga betina tumbuh menyendiri dengan panjang 5−15 cm, diameter 2−4 mm, dan bunga berwarna kuning keputihan. Buahnya bertangkai seperti buah rambutan, berkelompok dan kulit buah ditutupi oleh duri yang tumbuh berkelompok, ramping, tajam, dan berkayu. Buah berbentuk bulat telur dengan duri mencuat pada empat sisi yang berisi tiga biji berbentuk tipis dan cekung. Biji biasanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan dengan cara direbus atau dibakar (Van Steenis 1972 dalam Heryanto et al. 2007).

Dalam satu kilogram terdapat 250 butir buah atau dalam satu liter terdapat 159 butir buah. Buah tidak dapat disimpan lama karena daya kecambahnya cepat menurun, buah segar memiliki daya berkecambah sekitar 75% (Martawijaya et al. 1989).

Penyebaran Alami

(4)

tersebar mulai Barat Indonesia hingga ke bagian Timur, kecuali Jawa Timur. Lemmens et al. (1995) menyatakan penyebaran saninten meliputi India, China, Korea, Jepang, Thailand, Indonesia, dan Malaysia.

Kegunaan

Kayu saninten sering diperdagangkan dengan istilah berangan. Pada umumnya kayu saninten digunakan untuk bangunan perumahan dan jembatan, papan, tiang dan rusuk (Heyne 1987). Kulit kayu dan kulit buahnya dapat dipakai sebagai penghitam rotan. Sementara buah dari saninten sering diperdagangkan secara lokal. Buah saninten dimakan, direbus atau dipanggang, atau digunakan sebagai pencampur kue dan coklat (Lemmens et al. 1995). Menurut Moussouris dan Regato (2002) dalam Heriyanto et al. (2007), Di Parnon, Jerman, salah satu spesies saninten telah ditanam di perkebunan seluas 450 ha dengan populasi 35.000 pohon untuk diambil buahnya sebagai sumber bahan makanan.

2.2 Pemupukan

Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara (Novrizan 2002). Lingga (2011) menyatakan pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terserap tanaman. Memberikan pupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Pupuk yang digunakan dalam kegiatan pemupukan dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu berdasarkan cara pemberiannya, pupuk digolongkan menjadi pupuk akar dan pupuk daun. Sementara berdasarkan komponen utama penyusun, pupuk digolongkan menjadi pupuk anorganik (pupuk kimia) dan pupuk organik (Marsono dan Sigit 2001).

(5)

Pupuk anorganik merupakan pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman (Marsono et al. 2001). Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara (Novrizan 2002).

Keuntungan dari penggunaan pupuk anorganik adalah pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya takaran haranya tertentu, kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik. Namun ada kekurangan dari penggunaan pupuk anorganik, yaitu sangat sedikit atau hampir tidak mengandung unsur hara mikro, untuk itu pemakaian pupuk anorganik yang diberikan lewat akar perlu diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang banyak mengandung unsur hara mikro (Lingga 2011).

2.3 Pupuk Daun

Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan dengan penyemprotan ke daun. Sebelum disemprotkan, umumnya pupuk daun perlu diencerkan dengan konsentrasi tertentu sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk tanaman (Lingga 2011). Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat (Hardjowigeno 2003 dalam Wijaya 2006).

(6)

sendirinya, unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun (Novrizan 2002).

Keuntungan menggunakan pupuk daun antara lain respon tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar (Novrizan 2002). Meskipun pupuk daun memiliki beberapa keuntungan namun menurut Lingga (2011) ada beberapa kekurangan dari pupuk daun yaitu, bila dosis pemupukannya terlalu tinggi maka daun akan rusak, tidak semua pupuk daun dapat digunakan untuk tanaman yang langsung dikonsumsi seperti sayuran dan buah-buahan, biaya yang digunakan lebih mahal.

2.4 Pupuk Akar

Pupuk akar adalah segala macam pupuk yang diberikan ke tanaman melalui akar. Tujuannya yaitu mengisi tanah dengan hara yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh subur dan memberi hasil maksimal (Lingga 2011). Berdasarkan cara melepaskan unsur haranya, pupuk akar dibedakan menjadi dua, yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Pupuk fast release ditebarkan ke tanah, dalam waktu singkat unsur hara kandungannya dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis, bukan hanya diserap oleh tanaman tetapi juga menguap dan tercuci oleh air. Jenis pupuk fast release antara lain urea, ZA, dan KCl (Novrizan 2002).

(7)

2.5 Konsentrasi dalam Jaringan Tumbuhan

Kandungan unsur hara dalam tumbuhan dihitung berdasarkan total beratnya per satuan berat bahan kering tumbuhan, disajikan dengan satuan ppm atau persen. Jumlah kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik. Unsur hara yang kurang tersedia akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Sebagai patokan, batas konsentrasi unsur hara dalam jaringan tumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan tertekan sebesar 10% dari pertumbuhan maksimum disebut sebagai batas kritis bagi unsur hara tersebut. Tumbuhan dikatakan kekurangan unsur hara tertentu jika pertumbuhan terhambat, yakni mencapai 80% dari pertumbuhan maksimum. Pada Gambar 1 dapat dilihat hubungan antara konsentrasi unsur hara dalam jaringan dan pertumbuhan relatif tumbuhan (Lakitan 2007).

Gambar 1 Hubungan antara konsentrasi dalam jaringan dan pertumbuhan tanaman

(8)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Agustus sampai Oktober 2012. Lokasi penelitian dilaksanakan di rumah kaca SEAMEO BIOTROP, Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu bibit saninten yang berumur 5 bulan, tanah, pupuk NPK (15:15:15), pupuk daun Gandasil D (N 20%, P 15%, K15%, Mg 1%, dan unsur hara mikro; Mn, B, Cu, Co, dan Zn) dan air. Alat yang digunakan adalah polibag ukuran 15 cm x 20 cm, penggaris, kaliper digital, hand sprayer, gembor, timbangan, kantong plastik, gunting, oven, label, kertas koran, kalkulator, alat tulis, gelas ukur dan tally sheet pengamatan.

3.3 Metode Penelitian Persiapan Bibit

Bibit saninten yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari SEAMEO BIOTROP berumur 5 bulan. Bibit dipindahkan ke dalam polibag berukurun (15 x 20) cm dengan media tanam tanah, kemudian diberi label dan di tempatkan di rumah kaca SEAMEO BIOTROP.

Persiapan Pupuk NPK

Pupuk akar yang digunakan adalah pupuk NPK (15:15:15). Dosis pemupukan 0 g, 2,5 g, dan 5 g per tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membenamkan pupuk sedalam 3 cm dari permukaan tanah melingkari tanaman.

Persiapan Pupuk Daun

Pupuk daun yang digunakan adalah Gandasil D. Konsentrasi pemupukan yaitu: 0 g/L, 1 g/L, 2 g/L, dan 3 g/L dengan dosis 15 mL setiap tanaman.

Aplikasi Pupuk

(9)

mencegah penguapan yang berlebihan dibandingkan dengan dilakukan pada siang hari. Pemberian pupuk dilakukan setelah pengukuran tinggi dan diameter pada bibit. Pupuk akar NPK yang telah ditimbang kemudian dibenamkan di tanah sedalam 3 cm yang mengelilingi tanaman (Gambar 2). Pemberian pupuk akar NPK tidak mengenai bagian tanaman seperti akar dan batang bibit. Setelah itu, dilakukan pemberian pupuk daun pada bibit. Pupuk yang telah dilarutkan dengan air pada masing-masing konsentrasi kemudian disemprotkan pada bibit dengan menggunakan sprayer. Pupuk daun disemprotkan pada bibit yaitu bagian permukaan daun dan bawah daun, serta pada batang (Gambar 3).

Gambar 2 Pemberian pupuk NPK Gambar 3 Pemberian pupuk daun Pengukuran dan Pemeliharaan

Parameter yang diukur adalah tinggi dan diameter tanaman. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dan penyiangan gulma. Kegiatan penyiraman dilakukan secara rutin satu kali setiap hari pada pagi hari. Selain itu juga dilakukan pemberantasan gulma dan penanggulangan hama/penyakit apabila terjadi gejala serangan dengan menggunakan insektisida dan fungisida.

Pemanenan

(10)

3.4 Parameter yang Diamati Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran dilakukan dua minggu sekali, tinggi tanaman diukur dari pangkal sampai ujung bibit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar (Gambar 4).

Gambar 4 Pengukuran tinggi bibit Diameter Tanaman (mm)

Pengukuran diameter bibit dilakukan setiap dua minggu sekali. Diameter bibit diukur 1 cm diatas permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper digital (Gambar 5).

Gambar 5 Pengukuran diameter bibit Berat Basah dan Berat Kering Tanaman

(11)

dipisahkan, kemudian ditimbang berat basahnya. Setelah itu, akar dan pucuk masing-masing dibungkus kertas koran untuk diturunkan kadar airnya pada suhu 75oC selama 48 jam. Setelah diturunkan kadar airnya, kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat kering dari akar dan pucuk tanaman dengan menggunakan neraca digital.

Peningkatan Pertumbuhan (%)

Peningkatan pertumbuhan dihitung apabila perlakuan berbeda nyata terdapat parameter. Peningkatan pertumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Susanti 2012):

Peningkatan pertumbuhan ቀPerlakuanKontrol 100 ቁ 100

Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Nisbah pucuk akar diperoleh dengan membandingkan berat kering pucuk dan berat kering akar tanaman. Nilai nisbah pucuk akar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

P erat kering pucuk (g) erat kering akar (g)

Indeks Mutu Bibit

Ketahanan bibit apabila dipindahkan ke lapangan dapat diketahui dengan menghitung nilai indeks mutu bibit (IMB). Adapun formula untuk menghitungnya ialah sebagai berikut (Dickson et al. 1960 dalam Kurniaty et al. 2010):

ndeks mutu bibit erat Kering otalKekokohan P

Kekokohan Diameter batang (mm) inggi bibit (cm)

3.5 Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RAL factorial) yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama (A) adalah faktor konsentrasi pupuk akar NPK yang terdiri atas tiga taraf, yaitu :

(12)

Faktor kedua (B) adalah dosis pupuk daun yang terdiri dari empat taraf, yaitu: D0 = 0 g/L

D1 = 1 g/L D2 = 2 g/L D3 = 3 g/L

Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang selanjutnya dibuat lima ulangan, disetiap ulangan terdapat tiga unit tanaman. Total tanaman yang diuji sejumlah 180 bibit saninten.

Model persamaan umum rancangan penelitian adalah : Yijk μ αi βj (αβ)ij εijk

i = 0, 1, 2, 3 j = 0, 1, 2, 3, k = 1, 2, 3, 4, 5

Yijk = nilai pengamatan pada faktor dosis pupuk akar ke-i, faktor dosis pupuk

daun taraf ke-j dan ulangan ke-k μ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh faktor dosis pupuk akar ke-i

βj = pengaruh faktor dosis pupuk daun ke-j

(αβ)ij = komponen interaksi dari faktor dosis pupuk akar ke-i dan faktor dosis

pupuk daun ke-j

εijk = pengaruh acak dari faktor dosis pupuk akar ke-i dan pupuk daun ke-j,

(13)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit saninten, kecuali untuk parameter NPA dimana baik pengaruh tunggal maupun interaksi perlakuan tidak berpengaruh yang nyata (Tabel 1).

Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

No Parameter Pupuk akar Pupuk daun Pupuk akar x pupuk daun

1 Tinggi bibit * tn *

* = berpengaruh nyata pada taraf 5%; tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%

Pertumbuhan Tinggi Bibit Saninten (cm)

(14)

Tabel 2 Uji lanjut Duncan pertambahan tinggi bibit saninten (C. argentea) selama

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%; A0 = pupuk akar NPK 0 g; A1 = pupuk akar 2,5 g; A2 = pupuk akar NPK 5 g; D0 = pupuk daun 0 g/L; D1 = pupuk daun 1 g/L; D2 = pupuk daun 2 g/L; D3 = pupuk daun 3 g/L

Peningkatan pertumbuhan bibit saninten selama 8 minggu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 6. Terlihat bahwa pertumbuhan tinggi terus meningkat setiap minggunya, perlakuan A1D3 menunjukkan peningkatan grafik yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada Gambar 7 menunjukkan perbedaan tinggi bibit saninten disetiap perlakuan pada minggu ke-8.

(15)

Gambar 7 Perbedaan tinggi bibit saninten (C. argenta) pada minggu ke-8 pengamatan

Pertumbuhan Diameter Batang (mm)

Perlakuan tunggal pupuk akar NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter batang bibit saninten. Pada perlakuan tunggal pupuk daun dan interaksi antara pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter batang bibit saninten. Rataan dan hasil uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan diameter batang saninten dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji Duncan pertambahan diameter bibit saninten (C. argenta)

(16)

Hasil uji Duncan (Tabel 3) perlakuan yang menunujukan pertambahan diameter tertinggi yaitu pada perlakuan interaksi A1D3, yaitu pertambahan diameter sebesar 1 mm selama 8 minggu pengamatan dengan peningkatan diameter terhadap kontrol sebesar 88,68%. Perlakuan A0D0 menunjukkan pertumbuhan diameter terendah yaitu 0,53 mm selama 8 minggu pengamatan.

Diameter bibit saninten mengalami peningkatan pertumbuhan setiap minggunya selama 8 minggu pengamatan. Pada Gambar 8 menunjukkan grafik peningkatan diameter bibit saninten selama pengamatan. Grafik pertumbuhan diameter tertinggi ditunjukan pada perlakuan A1D3. Terlihat pada perlakuan A1D3 menunjukkan grafik peningkatan yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya.

Gambar 8 Pertumbuhan diameter bibit saninten (C. argenta) selama 8 minggu pengamatan

Berat Kering Akar (BKA) Bibit Saninten

Perlakuan pupuk akar NPK dan pupuk daun menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat kering akar bibit saninten. Perlakuan yang memberikan pengaruh terhadap berat kering akar bibit adalah perlakuan tunggal pupuk daun dan perlakuan interaksi pupuk akar NPK dan pupuk daun, sedangkan perlakuan tunggal pupuk akar tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering akar bibit saninten (Tabel 1). Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 4) menunjukkan interaksi pupuk akar NPK dengan pupuk daun yang memberikan nilai berat kering akar tertinggi yaitu pada perlakuan A1D3 dengan berat kering akar sebesar 2,81 g dengan peningkatan berat kering akar sebesar 54,40 g terhadap kontrol.

(17)

Tabel 4 Hasil uji lanjut Duncan berat kering akar bibit saninten (C. argentea)

Perlakuan Berat kering akar (g) Peningkatan BKA (%)

A0D0 1,89b -

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%; A0 = pupuk akar NPK 0 g; A1 = pupuk akar 2,5 g; A2 = pupuk akar NPK 5 g; D0 = pupuk daun 0 g/L; D1 = pupuk daun 1 g/L; D2 = pupuk daun 2 g/L; D3 = pupuk daun 3 g/L

Berat Kering Pucuk (BKP) Bibit Saninten

Perlakuan pupuk tunggal daun dan interaksi pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering pucuk bibit saninten. Perlakuan A1D3 menunjukkan berat kering pucuk tertinggi yaitu 4,96 g dengan peningkatan sebesar 73,43%. Gambar 4 memperlihatkan perbedaan berat kering pucuk bibit saninten terhadap pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun.

Tabel 5 Hasil uji lanjut Duncan berat kering pucuk bibit saninten (C. argentea)

Perlakuan Berat kering pucuk (g) Peningkatan BKP(%)

A0D0 2,86b -

(18)

Nisbah Pucuk Akar (NPA) Bibit Saninten

Nilai nisbah pucuk akar bibit saninten tidak dipengaruhi oleh perlakuan pupuk akar NPK, pupuk daun, maupun interaksi keduanya. Nilai NPA antara 1,38−2,23. Pada Gambar 9 terlihat perbedaan pucuk dan akar bibit saninten.

Gambar 9 Perbandingan pucuk dan akar bibit saninten selama 8 minggu pengamatan

Indeks Mutu Bibit (IMB)

Bibit saninten yang diberikan perlakuan pupuk akar NPK dan pupuk daun menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nilai IMB. Perlakuan interaksi yang memiliki nilai IMB tertinggi yaitu pada perlakuan A1D3 yaitu 1,00 dengan peningkatan IMB sebesar 64,65% yang ditunjukan oleh Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji lanjut Duncan indeks mutu bibit saninten (C. argentea)

Perlakuan Indeks mutu bibit Peningkatan IMB (%)

A0D0 0,62c -

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%; A0 = pupuk akar NPK 0 g; A1 = pupuk akar 2,5 g; A2 = pupuk akar NPK 5 g; D0 = pupuk daun 0 g/L; D1 = pupuk daun 1 g/L; D2 = pupuk daun 2 g/L; D3 = pupuk daun 3 g/L

(19)

Keracunan Bibit

Bibit dengan pemberian pupuk akar NPK 5 g diduga mengalami keracunan akibat kelebihan pemberian dosis pupuk akar NPK. Perlakuan A2D2 dan A2D3 menunjukan gejala keracunan pada bibit saninten. Gejala yang timbul akibat bibit keracunan yaitu mulai keringnya beberapa daun pada minggu ke-3. Gejala yang muncul bertahap dari minggu ke-3 pengamatan sampai minggu ke-8 pengamatan. Keracunan ini yang menyebabkan pertumbuhan bibit menjadi terganggu yaitu terjadinya penurunan tinggi dan diameter bibit setelah minggu ke-3 sampai akhir pengamatan. Pada Gambar 10 terlihat bibit yang mengalami keracunan pada minggu ke-8 pengamatan.

Gambar 10 Bibit saninten yang diduga keracunan akibat pemberian dosis pupuk yang berlebihan

3.2 Pembahasan

(20)

Ketersediaan nutrisi dalam tanah menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Jumin (2005), selain unsur-unsur iklim dan komponen tanah, kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman juga memegang peranan penting. Hal itu dapat terlihat dari respon tanaman terhadap pemupukan. Setiap tanaman memiliki respon yang berbeda terhadap pemupukan, hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh faktor iklim maupun faktor tanah dan tanaman itu sendiri.

Hasil menunjukan bahwa pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun dapat meningkatkan pertumbuhan bibit saninten. Pertumbuhan terbaik ditunjukkan oleh kombinasi pupuk akar NPK dan pupuk daun gandasil D dengan pemberian dosis pupuk masing-masing sebesar 2,5 g dan 3 g/L. Pemberian pupuk dengan dosis ini dapat meningkatkan respon pertumbuhan tinggi, diameter batang, berat kering akar, berat kering pucuk, dan indeks mutu bibit saninten, sedangkan pada semua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap hasil nisbah pucuk akar bibit.

Peningkatan pertumbuhan bibit saninten karena jumlah unsur hara N, P, dan K yang diberikan dapat menaikan kadar unsur hara dalam tanah. Hardjowigeno (2007) menyatakan pemberian unsur N dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein dan klorofil. Pembelahan sel, perkembangan akar, dan kekuatan batang agar tidak mudah roboh merupakan fungsi dari pemberian unsur P, sedangkan unsur K ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap penyakit dan kekeringan (Utami et al. 2010).

Selain pemupukan akar, pemberian pupuk daun Gandasil D diduga juga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit saninten. Hal ini dikarenakan pupuk daun Gandasil D memiliki kandungan hara yaitu: N 20%, P 15%, K15%, Mg 1%, dan dilengkapi dengan unsur-unsur Mn, B, Cu, Co, dan Zn. Menurut Hardjowigeno (2007), unsur Mg berfungsi sebagai pembentuk klorofil. Sedangkan unsur-unsur mikro seperti Mn berfungsi sebagai metabolisme nitrogen, fotosintesis (asimilasi CO2) dan perombakan karbohidrat. Unsur B bagi

(21)

pembentukan protein, dan pematangan biji merupakan fungsi dari unsur Zn. Unsur Co berfungsi sebagai fiksasi nitrogen dalam tanaman.

Respon pertumbuhan tinggi dan diameter merupakan parameter untuk mengukur produktivitas suatu tanaman. Pertumbuhan tinggi diawalli dengan bertambahnya pucuk yang semakin panjang dan dilanjutkan dengan perkembangannya menjadi daun dan batang. Menurut Utami et al. (2010) dalam pertumbuhan pucuk pada tanaman mengalami tiga tahap, yaitu pembelahan sel, perpanjangan dan diferensiasi atau pendewasaan. Pada fase pembelahan sel, tanaman memerlukan karbohidrat karena komponen utama penyususn sel terbuat dari glukosa (karbon) atau dengan kata lain bahwa pembelahan sel bergantung dari persediaan karbohidrat. Sementara karbohidrat hanya dihasilkan dari proses fotosintesis yang melibatkan klorofil dan unsur N berperan dalam pembentukan klorofil.

Data hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan akar dan interaksi pupuk akar dan daun berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, tetapi pemberian pupuk daun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi. Hasil uji Duncan (Tabel 2) menunjukkan bahwa kombinasi pupuk akar NPK dan pupuk daun dengan dosis masing-masing 2,5 g dan 3 g/L dapat meningkatkan respon pertumbuhan tinggi bibit saninten terbesar 56,47% dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan laju pertumbuhan tinggi ini diduga terjadi karena faktor jumlah penambahan berat pupuk akar NPK yang berinteraksi positif dengan penambahan berat pupuk daun.

(22)

yang diajukan akan menimbulkan efek negatif terhadap akar (Sahwalita 2009). Pernyataan ini didukung oleh Lakitan (2007) yang menyatakan jika jaringan tumbuhan mengandung unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, maka kondisi ini dikatakan tumbuh dalam kondisi konsumsi mewah. Pada konsentrasi yang terlalu tinggi, unsur hara esensial dapat juga menyebabkan keracunan bagi tumbuhan. Hubungan antara konsentrasi dalam jaringan dan pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Gambar 1.

Perlakuan A2D1 dan A2D2 telah menunjukan zona keracunan, konsentrasi unsur hara dalam jaringan berlebih sehingga tanaman mengalami pernurunan pertumbuhan. Minggu pertama setelah pemberian pupuk dengan perlakuan A2D2 dan A2D3 menunjukan pertumbuhan yang baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun pada minggu ke-3 mulai terlihat gejala yang timbul akibat kelebihan dosis pupuk yang diberikan terhadap bibit saninten yaitu mulai menguningnya beberapa daun. Pada minggu ke-4 daun menjadi kering dan gosong, namun bibit masih tetap bertahan sampai minggu ke-8 pengamatan (Gambar 10). Pengeringan pada daun menyebabkan pertumbuhan bibit saninten pengalami penurunan. Hal ini dikarenakan proses metabolisme tanaman terganggu. Mekanisme serapan unsur hara yang terjadi dalam daun menjadi tidak maksimal sehingga energi yang dihasilkan dari proses fotosintesis menjadi berkurang.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun dapat meningkatkan pertumbuhan diameter. Hasil pengukuran menunjukkan nilai tertinggi pada interaksi dosis pupuk akar NPK 2,5 g dan pupuk daun 3 g/L yaitu peningkatan sebesar 88,68%. Penambahan unsur P dan K yang diperoleh dari pupuk akar NPK dan pupuk daun yang diberikan akan membantu dalam proses perkembangan diameter batang bibit saninten.

(23)

Parameter mutu fisik bibit yang digunakan yaitu: berat kering akar dan pucuk, nisbah pucuk akar, dan indeks mutu bibit.

Junaedi et al. (2010) menyatakan komponen pertumbuhan dibagi menjadi dua bagian yaitu komponen pertumbuhan organ bibit bagian atas permukaan tanah (pucuk) dan organ bibit di bawah permukaan tanah (akar). Berat kering total (jumlah berat kering pucuk dan akar) berhubungan erat dengan pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman. Apabila tinggi dan pertumbuhan tanaman berlangsung cepat, maka berat kering total akan semakin tinggi (Heriyanto dan Siregar 2004).

Berdasarkan Tabel 4 dan 5 menunjukkan perlakuan A1D3 memiliki berat kering akar dan pucuk tertinggi. Hal ini dikarenakan perlakuan A1D3 memiliki nilai tinggi dan diameter bibit yang lebih besar sehingga berat kering akar dan pucuknya meningkat. Pertumbuhan tinggi tanaman harus diimbangi dengan pertumbuhan diameternya agar tanaman tidak mudah roboh. Sudrajat et al. (2010) menyatakan bibit dengan berat kering pucuk lebih besar mempunyai kapasitas fotosintesis dan potensi pertumbuhan yang lebih besar akan meningkatkan stress pada tapak yang kering sebelum berkembangnya akar. Berat kering tanaman merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit, karena berat kering tanaman dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologi tanaman. Berat kering pucuk seharusnya seimbang dengan berat kering akar untuk bibit yang berkualitas baik. Bramasto et al. (2010) bibit yang memiliki berat kering total besar berarti produktivitas dan perkembangan sel-sel jaringannya tinggi dan cepat. Peningkatan produksi berbanding lurus dengan peningkatan pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesis (Jumin 2005).

(24)
(25)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun dapat meningkatkan pertumbuhan bibit saninten. Interaksi yang menunjukkan pertumbuhan bibit sainten yang paling baik yaitu interaksi dengan dosis pupuk akar NPK 2,5 g dengan pupuk daun 3 g/L. Interaksi dengan dosis ini dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering tanaman, dan indeks mutu bibit dibandingkan dengan kontrol. Pemberian dosis pupuk akar NPK 5 g dapat menyebabkan keracunan pada bibit saninten sehingga menyebabkan pertumbuhan bibit menjadi terganggu.

4.2 Saran

(26)

PENGARUH DOSIS PUPUK AKAR DAN PUPUK DAUN

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SANINTEN

(

Castanopsis argentea

Blume A.DC)

NOVI HERDIANTI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Bramasto Y, Cahyadi, Siregar UJ. 2002. Pengaruh pengusangan dipercepat terhadap viabilitas Acacia mangium. Buletin Teknologi Perbenihan 8(2):4-10.

Bramasto Y, Putri KP, Suharti T, Agustina D. 2011. Viabilitas benih dan pertumbuhan semai maerbau (Intsia bijuga O. Kuntze) yang terinfeksi cendawan Fusarium sp. Dan Penicillium sp. Tekno Hutan Tanaman 4(3):96. Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Ed ke-1. Susilo H, penerjemah; Subiyanto, editor. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Preesindo.

Heryanto NM, Siregar CA. 2004. Pengaruh pemberian serbuk arang terhadap pertumbuhan bibit Accacia mangium Willd. di persemaian. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 1(1):80-83.

Heryanto N, Sawitri R, Subandinata D. 2007. Kajian ekologi permudaan saninten (Castanopsis argentea (BI.) A.DC.) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Buletin Plasma Nutfah 13(1):34.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta (ID): Badan litbang Penelitian Hutan dan Konserversai Alam 7(3):282-283.

Kurniaty R, Budiman B, Suartana M. 2010. Pengaruh media dan naungan

(28)

Marsono dan Sigit P. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Jakarta (ID): terhadap pertumbuhan pulai, bungur, mangium, dan sungkai di persemaian. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 1(3):112.

Novrizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta (ID): Agromedia. Prawira R. 1990. Organografi dan Terminologi Pengenalan Suku dan Marga

Penting. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan.

Rugayah B. 1992. Flora Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Bogor (ID): Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi.

Sahwalita. 2009. Aplikasi beberapa jenis pupuk pada bibit aquilaria malacensis Lamk. asal anakan alam di persemaian. Di dalam: Suhaendi H, Efendi R, Mindawati N, Wibowo A, Anggraeni I, editor. Peran Iptek Dalam Mendukung Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat. Prossiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan: Palembang, 2 des 2009. Bogor (ID): Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan. hlm 45-57.

Siregar N. 2010. Pengaruh warna kulit buah dan asal benih terhadap daya berkecambah dan asal benih terhadap daya berkecambah dan pertumbuhan bibit mindi (Melia azedarach Linn.). Info Benih 14(1):43.

Sudrajat Dj, Kurniaty R, Syamsuwida D, Nurhasybi, Budiman B. 2010. Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan: Kajian Standardisasi Mutu Bibit Tanaman Hutan di Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Susanti S. 2012. aplikasi pupuk daun organik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit jabon (anthocephalus cadamba roxb. miq.) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

(29)

Wijaya E. 2006. Pengaruh beberapa komposisi pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif Anggrek Dendrobium sp. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Wibowo C. 2006. Hubungan antara keberadaan saninten (Castanopsis argentea BLUME) dengan beberapa sifat tanah: kasus di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

(30)

PENGARUH DOSIS PUPUK AKAR DAN PUPUK DAUN

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SANINTEN

(

Castanopsis argentea

Blume A.DC)

NOVI HERDIANTI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(31)

ii

PENGARUH DOSIS PUPUK AKAR DAN PUPUK DAUN

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SANINTEN

(

Castanopsis argentea

Blume A.DC)

NOVI HERDIANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(32)

iii RINGKASAN

NOVI HERDIANTI. Pengaruh Dosis Pupuk Akar dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Bibit Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC). Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR.

Saninten (Castanopsis argentea) merupakan salah satu jenis pohon yang selain menghasilkan kayu, juga mengahasilkan buah, dan bahan pewarna dari kulit buah dan kulit kayunya yang bernilai ekonomi. Bibit yang berkualitas baik sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi kayu dan non kayu yang optimal. Perlu adanya usaha untuk menstimulasi pertumbuhannya, salah satunya dengan cara pemupukan pupuk akar dan pupuk daun.

Penelitian dilakukan di rumah kaca SEAMEO BIOTROP dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RAL Faktorial). Perlakuan yang diberikan adalah pemberian pupuk akar NPK dengan dosis 0 g, 2,5 g, dan 5 g yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk daun dengan dosis 0 g/L, 1 g/L, 2 g/L, dan 3 g/L. Pemupukan akar diberikan satu kali setelah penanaman pada setiap bibit saninten, sedangkan pupuk daun diberikan 2 minggu sekali selama 8 minggu pengamatan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, berat kering tanaman, nisbah pucuk akar, dan indeks mutu bibit.

Hasil penelitian menunjukkan dari 6 parameter yang diamati, perlakuan berpengaruh nyata terhadap 5 parameter pertumbuhan bibit saninten, yaitu: tinggi, diameter, berat kering akar, berat kering pucuk, dan indeks mutu bibit, sedangkan nisbah pucuk akar tidak menunjukkan pangaruh yang nyata. Peningkatan pertumbuhan terbaik pada perlakuan dengan kombinasi pemberian dosis pupuk akar 2,5 g dan pupuk daun 3 g/L. Kombinasi ini dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 56,47% terhadap kontrol. Pertumbuhan diameter terjadi peningkatan sebesar 88,68% terhadap kontrol. Peningkatan berat kering akar dan pucuk terhadap kontrol masing-masing sebesar 54,40% dan 73,43%. Peningkatan indeks mutu bibit sebesar 64,65% dibandingkan dengan kontrol.

(33)

iv SUMMARY

NOVI HERDIANTI. Influence Dosage of Root Fertilizer and Leaves Fertilizer to the Growth of Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Seedlings. Supervised by IRDIKA MANSUR.

Saninten (Castanopsis argentea) is one species of the tree producing wood, fruit, and also dye from the skin of fruit and bark that has economic value. Good quality of seed is necessary to get an optimal production. So we need to stimulate the growth, one of them by root and leaves fertilizing.

This research was conducted in SEAMEO BIOTROP greenhouses bye use a complete randomized factorial design (CRD factorial). Treatment that is given is root fertilizing with consentrate of fertilizer 0 g, 2.5 g, and 5 g, which combine with leaves fertilizing with consentrate of fertilizer 0 g/L, 1g/L, 2 g/L, and 3 g/L. Root fertilizer was given one time on each, and leaves fertilizer given per 2 weeks for during 8 weeks observation. The parameters measured in this research were height of seedlings, diameter of seedlings, dry weight of seedlings, top root ratio, and seedlings quality index.

The results showed that height of seedlings, diameter of seedlings, dry weight of seedlings, and seedlings quality index was significantly affected bye the treatment. The best treatment is combination of root fertilizer 2.5 g and leaves fertilizer 3g/L. This treatment could increas heigth of seedlings up to 56.47% compared with control. The diameter seedlings up 88.68% towards control. The increas of root and shoot dry weight were 54.40% and 73.43%, respectively. Seedlings quality index increased by 64.65%.

(34)

v PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Dosis Pupuk Akar dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Bibit Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

(35)

vi LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Pengaruh Dosis Pupuk Akar dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Bibit Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC)

Nama : Novi Herdianti

NIM : E44080054

Menyetujui: Pembimbing

Dr Ir Irdika Mansur, MForSc NIP 1966 0523 199002 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS NIP 19601024 198403 1 009

(36)

vii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Dosis Pupuk Akar dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Bibit Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC)”. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Pertumbuhan merupakan proses yang penting dalam perkembangan dan perkembangbiakan suatu jenis tanaman. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Ketersediaan nutrisi menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu cara yang dapat meningkatkan nutrisi dalam tanah yaitu dengan menambahkan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dengan cara pemupukan. Pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman menjadi lebih optimal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2012

(37)

viii UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr Ir Irdika Mansur, MForSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, kesabaran, motivasi dan waktu yang telah diberikan.

2. Orang tua tercinta yang telah memberikan segala kasih sayang, doa dan cinta yang tidak akan pernah terbalaskan, serta kakak, nenek dan kakek yang selalu mendukung dan menyemangati penulis.

3. Pegawai rumah kaca SEAMEO BIOTROP, Pak Bahrudin dan Pak Agus yang telah membantu dan tidak sungkan-sungkan membagi ilmunya.

4. Staf, pegawai, dan dosen-dosen Departemen Silvikultur yang telah memberikan bantuan dan ilmunya.

5. Teman-teman satu bimbingan (Evi, Dekya, dan Rian) yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

6. Kepada Hanny, Santi, Dien, Rizky, Selly, Putri, Shinta, Awang, Febri, Lia, Dessy, Rosita, Tari, Wahidah, Yani, Kamelia, Khalida, dan Agam yang telah mau berbagi tawa dan canda serta tangisnya.

7. Seluruh keluarga besar Silvikultur 45, terimakasih atas empat tahun yang menyenangkan.

(38)

ix RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 20 Nopember 1990 sebagai putri kedua dari dua bersaudara dari pasangan Safri dan Nani Heryani. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 4 Bogor, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI).

Selama menempuh studi di IPB penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi mahasiswa. Pada tahun 2009/2011 penulis menjadi pengurus Himpunan Profesi (HIMPRO) departemen Silvikultur sebagai staf Scientific Improvement, pada tahun 2009/2010 menjadi anggota Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa Kehutanan (PSDMK) Pengurus Cabang Sylva Indonesia (PCSI IPB), dan pada tahun 2010/2011 menjadi anggota bidang Kewirausahaan PCSI IPB. Penulis juga aktif sebagai panitia kegiatan: Lomba Cepat Tepat Lingkungan Hidup (LCTLH) Tingkat SMA Sejabodetabek tahun 2010, Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional (PIKNAS) tahun 2010, Belantara jurusan Silvikultur tahun 2011, Seminar Nasional Jabon tahun 2011, Semiloka Nasional Sylva Indonesia (SNSI) tahun 2011.

Kegiatan praktek yang telah dilakukan penulis di bidang kehutanan yaitu Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (PPEH) di Pangandaran dan Gunung Sawal Jawa Barat pada tahun 2010, Kemudian Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, KPH Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT Adaro Indonesia Kalimantan Selatan.

(39)

x DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xi DAFTAR GAMBAR ... xii I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 1.3 Manfaat Penelitian ... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) ... 3 2.2 Pemupukan ... 4 2.3 Pupuk Daun ... 5 2.4 Pupuk Akar ... 6 2.4 Konsentrasi dalam Jaringan Tumbuhan ... 6 III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 8 3.2 Bahan dan Alat ... 8 3.3 Metode Penelitian ... 8 3.4 Parameter yang Diamati ... 10 3.5 Rancangan Penelitian dan Analisis Data ... 11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(40)

xi DAFTAR TABEL

Halaman

1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibitit saninten .... 13 2 Uji lanjut Duncan pertumbuhan tinggi bibit saninten (C. argentea)

selama 8 minggu pengamatan ... 14 3 Hasil uji Duncan pertambahan diameter bibit saninten (C. argenta)

selama 8 minggu pengamatan ... 15 4 Hasil uji lanjut Duncan berat kering akar bibit saninten (C. argenta) ... 17 5 Hasil uji lanjut Duncan berat kering pucuk bibit saninten (C. argenta) 17 6 Hasil uji lanjut Duncan indeks mutu bibit (IMB) saninten

(41)

xii DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Hubungan antara konsentrasi dalam jaringan dan pertumbuhan

tanaman (Lakitan 2007) ... 7 2 Pemberian pupuk akar ... 9 3 Pemberian pupuk daun ... 9 4 Pengukuran tinggi ... 10 5 Pengukuran diameter bibit ... 10 6 Pertumbuhan tinggi bibit saninten (C. argentea) selama 8 minggu

pengamatan ... 14 7 Perbedaan tinggi bibit saninten (C. argentea) pada minggu ke-8

pengamatan ... 15 8 Pertumbuhan diameter bibit saninten (C. argentea) selama 8 minggu

pengamatan ... 16 9 Perbandingan pucuk dan akar bibit saninten selama 8 minggu

pengamatan ... 18 10 Bibit saninten yang diduga keracunan akibat pemberian dosis pupuk

(42)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya perkembangan jaman dan kesadaran masyarakat akan kelestarian hutan, maka pemanfaatan hasil hutan non kayu akan menjadi alternatif komoditas yang berpotensi menjadi sumber pendapatan negara dari sektor kehutanan, karena pemanfaatanya lebih menjamin kelestarian hutan. Saninten (Castanopsis argentea) merupakan salah satu jenis pohon lokal dan termasuk kedalam kelompok famili Fagaceae yang merupakan penghasil kayu dan non kayu (Heryanto 2007). Hasil hutan non kayu yang dapat dimanfaatkan dari pohon saninten adalah buah dan bahan pewarna dari kulit buah dan kayunya.

Martawijaya et al. (1987) menyatakan permudaan alam pohon saninten sulit ditemukan karena populasinya sangat sedikit. Untuk itu perlu adanya upaya pelestarian saninten, yang tidak tergantung pada permudaan alaminya saja, tetapi harus disertai dengan permudaan buatan yang relatif mudah diawasi dan dikendalikan. Pengadaan bibit dalam jumlah besar dan dengan kualitas baik sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilannya. Kendala yang dihadapi dalam pembibitan saninten adalah pertumbuhannya yang lambat, untuk itu perlu adanya usaha untuk menstimulasi pertumbuhannya.

Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan adalah dengan pemupukan. Sastrosayono (2008) menyatakan pemupukan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi tanaman. Pemupukan merupakan kegiatan memberikan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik sehingga didapatkan pertumbuhan yang maksimum.

(43)

akar (Lingga 2011), selain itu pupuk daun memiliki kandungan unsur hara mikro di dalamnya. Umumnya tanaman sering kekurangan unsur hara mikro bila hanya mengandalkan pupuk akar yang mayoritas berisi hara makro. Pemberian pupuk daun dapat mengatasi kekurangan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman.

Setiap tanaman memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda terhadap unsur hara sehingga membutuhkan dosis pupuk yang berbeda pula. Untuk itu perlu diadakan uji efektivitas dosis pupuk yang tepat terhadap tanaman saninten. Pemupukan yang dilakukan adalah kombinasi antara pupuk daun dan pupuk akar agar laju pertumbuhan saninten menjadi lebih optimal maka. Penyemprotan pupuk daun dapat membantu penyerapan hara yang dibutuhkan tanaman melalui stomata daun, sedangkan pemberian pupuk akar membantu memberikan unsur hara melalui tanah agar dapat diserap oleh akar tanaman.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji pengaruh pemberian pupuk NPK dan pupuk daun serta mendapatkan dosis pupuk yang efektif dan efisien untuk pertumbuhan saninten.

1.3 Manfaat Penelitian

(44)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani

Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35−40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan batang tidak rata. Terdapat alur-alur memanjang pada batang yang tak lain adalah garis empulur yang menonjol keluar. Kayu terasnya berwarna coklat kelabu sampai merah muda, kayu gubal/bagian tengah berwarna putih, kuning muda, dan kadang-kadang kemerah-merahan dengan ketebalan 5−6 cm (Prawira 1990).

Pohon saninten memiliki daun tunggal berseling, daunnya berbentuk lancip memanjang (lanset) dengan ukuran 13−16 cm x 5−7 cm. Permukaan daun berlilin dan bagian bawahnya berwarna abu-abu keperakan ditutupi bulu-bulu menyerupai bintang atau sisik yang lebat (Lemmens et al. 1995).

Saninten berbunga pada bulan September sampai Oktober dan berbuah pada bulan Januari sampai April (Lemmens et al. 1995). Bunga jantan tersusun dalam untaian berbentuk bulir sepanjang 15−25 cm, bunga betina tumbuh menyendiri dengan panjang 5−15 cm, diameter 2−4 mm, dan bunga berwarna kuning keputihan. Buahnya bertangkai seperti buah rambutan, berkelompok dan kulit buah ditutupi oleh duri yang tumbuh berkelompok, ramping, tajam, dan berkayu. Buah berbentuk bulat telur dengan duri mencuat pada empat sisi yang berisi tiga biji berbentuk tipis dan cekung. Biji biasanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan dengan cara direbus atau dibakar (Van Steenis 1972 dalam Heryanto et al. 2007).

Dalam satu kilogram terdapat 250 butir buah atau dalam satu liter terdapat 159 butir buah. Buah tidak dapat disimpan lama karena daya kecambahnya cepat menurun, buah segar memiliki daya berkecambah sekitar 75% (Martawijaya et al. 1989).

Penyebaran Alami

(45)

tersebar mulai Barat Indonesia hingga ke bagian Timur, kecuali Jawa Timur. Lemmens et al. (1995) menyatakan penyebaran saninten meliputi India, China, Korea, Jepang, Thailand, Indonesia, dan Malaysia.

Kegunaan

Kayu saninten sering diperdagangkan dengan istilah berangan. Pada umumnya kayu saninten digunakan untuk bangunan perumahan dan jembatan, papan, tiang dan rusuk (Heyne 1987). Kulit kayu dan kulit buahnya dapat dipakai sebagai penghitam rotan. Sementara buah dari saninten sering diperdagangkan secara lokal. Buah saninten dimakan, direbus atau dipanggang, atau digunakan sebagai pencampur kue dan coklat (Lemmens et al. 1995). Menurut Moussouris dan Regato (2002) dalam Heriyanto et al. (2007), Di Parnon, Jerman, salah satu spesies saninten telah ditanam di perkebunan seluas 450 ha dengan populasi 35.000 pohon untuk diambil buahnya sebagai sumber bahan makanan.

2.2 Pemupukan

Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara (Novrizan 2002). Lingga (2011) menyatakan pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terserap tanaman. Memberikan pupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Pupuk yang digunakan dalam kegiatan pemupukan dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu berdasarkan cara pemberiannya, pupuk digolongkan menjadi pupuk akar dan pupuk daun. Sementara berdasarkan komponen utama penyusun, pupuk digolongkan menjadi pupuk anorganik (pupuk kimia) dan pupuk organik (Marsono dan Sigit 2001).

(46)

Pupuk anorganik merupakan pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman (Marsono et al. 2001). Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara (Novrizan 2002).

Keuntungan dari penggunaan pupuk anorganik adalah pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya takaran haranya tertentu, kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik. Namun ada kekurangan dari penggunaan pupuk anorganik, yaitu sangat sedikit atau hampir tidak mengandung unsur hara mikro, untuk itu pemakaian pupuk anorganik yang diberikan lewat akar perlu diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang banyak mengandung unsur hara mikro (Lingga 2011).

2.3 Pupuk Daun

Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan dengan penyemprotan ke daun. Sebelum disemprotkan, umumnya pupuk daun perlu diencerkan dengan konsentrasi tertentu sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk tanaman (Lingga 2011). Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat (Hardjowigeno 2003 dalam Wijaya 2006).

(47)

sendirinya, unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun (Novrizan 2002).

Keuntungan menggunakan pupuk daun antara lain respon tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar (Novrizan 2002). Meskipun pupuk daun memiliki beberapa keuntungan namun menurut Lingga (2011) ada beberapa kekurangan dari pupuk daun yaitu, bila dosis pemupukannya terlalu tinggi maka daun akan rusak, tidak semua pupuk daun dapat digunakan untuk tanaman yang langsung dikonsumsi seperti sayuran dan buah-buahan, biaya yang digunakan lebih mahal.

2.4 Pupuk Akar

Pupuk akar adalah segala macam pupuk yang diberikan ke tanaman melalui akar. Tujuannya yaitu mengisi tanah dengan hara yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh subur dan memberi hasil maksimal (Lingga 2011). Berdasarkan cara melepaskan unsur haranya, pupuk akar dibedakan menjadi dua, yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Pupuk fast release ditebarkan ke tanah, dalam waktu singkat unsur hara kandungannya dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis, bukan hanya diserap oleh tanaman tetapi juga menguap dan tercuci oleh air. Jenis pupuk fast release antara lain urea, ZA, dan KCl (Novrizan 2002).

(48)

2.5 Konsentrasi dalam Jaringan Tumbuhan

Kandungan unsur hara dalam tumbuhan dihitung berdasarkan total beratnya per satuan berat bahan kering tumbuhan, disajikan dengan satuan ppm atau persen. Jumlah kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik. Unsur hara yang kurang tersedia akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Sebagai patokan, batas konsentrasi unsur hara dalam jaringan tumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan tertekan sebesar 10% dari pertumbuhan maksimum disebut sebagai batas kritis bagi unsur hara tersebut. Tumbuhan dikatakan kekurangan unsur hara tertentu jika pertumbuhan terhambat, yakni mencapai 80% dari pertumbuhan maksimum. Pada Gambar 1 dapat dilihat hubungan antara konsentrasi unsur hara dalam jaringan dan pertumbuhan relatif tumbuhan (Lakitan 2007).

Gambar 1 Hubungan antara konsentrasi dalam jaringan dan pertumbuhan tanaman

(49)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Agustus sampai Oktober 2012. Lokasi penelitian dilaksanakan di rumah kaca SEAMEO BIOTROP, Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu bibit saninten yang berumur 5 bulan, tanah, pupuk NPK (15:15:15), pupuk daun Gandasil D (N 20%, P 15%, K15%, Mg 1%, dan unsur hara mikro; Mn, B, Cu, Co, dan Zn) dan air. Alat yang digunakan adalah polibag ukuran 15 cm x 20 cm, penggaris, kaliper digital, hand sprayer, gembor, timbangan, kantong plastik, gunting, oven, label, kertas koran, kalkulator, alat tulis, gelas ukur dan tally sheet pengamatan.

3.3 Metode Penelitian Persiapan Bibit

Bibit saninten yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari SEAMEO BIOTROP berumur 5 bulan. Bibit dipindahkan ke dalam polibag berukurun (15 x 20) cm dengan media tanam tanah, kemudian diberi label dan di tempatkan di rumah kaca SEAMEO BIOTROP.

Persiapan Pupuk NPK

Pupuk akar yang digunakan adalah pupuk NPK (15:15:15). Dosis pemupukan 0 g, 2,5 g, dan 5 g per tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membenamkan pupuk sedalam 3 cm dari permukaan tanah melingkari tanaman.

Persiapan Pupuk Daun

Pupuk daun yang digunakan adalah Gandasil D. Konsentrasi pemupukan yaitu: 0 g/L, 1 g/L, 2 g/L, dan 3 g/L dengan dosis 15 mL setiap tanaman.

Aplikasi Pupuk

(50)

mencegah penguapan yang berlebihan dibandingkan dengan dilakukan pada siang hari. Pemberian pupuk dilakukan setelah pengukuran tinggi dan diameter pada bibit. Pupuk akar NPK yang telah ditimbang kemudian dibenamkan di tanah sedalam 3 cm yang mengelilingi tanaman (Gambar 2). Pemberian pupuk akar NPK tidak mengenai bagian tanaman seperti akar dan batang bibit. Setelah itu, dilakukan pemberian pupuk daun pada bibit. Pupuk yang telah dilarutkan dengan air pada masing-masing konsentrasi kemudian disemprotkan pada bibit dengan menggunakan sprayer. Pupuk daun disemprotkan pada bibit yaitu bagian permukaan daun dan bawah daun, serta pada batang (Gambar 3).

Gambar 2 Pemberian pupuk NPK Gambar 3 Pemberian pupuk daun Pengukuran dan Pemeliharaan

Parameter yang diukur adalah tinggi dan diameter tanaman. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dan penyiangan gulma. Kegiatan penyiraman dilakukan secara rutin satu kali setiap hari pada pagi hari. Selain itu juga dilakukan pemberantasan gulma dan penanggulangan hama/penyakit apabila terjadi gejala serangan dengan menggunakan insektisida dan fungisida.

Pemanenan

(51)

3.4 Parameter yang Diamati Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran dilakukan dua minggu sekali, tinggi tanaman diukur dari pangkal sampai ujung bibit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar (Gambar 4).

Gambar 4 Pengukuran tinggi bibit Diameter Tanaman (mm)

Pengukuran diameter bibit dilakukan setiap dua minggu sekali. Diameter bibit diukur 1 cm diatas permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper digital (Gambar 5).

Gambar 5 Pengukuran diameter bibit Berat Basah dan Berat Kering Tanaman

(52)

dipisahkan, kemudian ditimbang berat basahnya. Setelah itu, akar dan pucuk masing-masing dibungkus kertas koran untuk diturunkan kadar airnya pada suhu 75oC selama 48 jam. Setelah diturunkan kadar airnya, kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat kering dari akar dan pucuk tanaman dengan menggunakan neraca digital.

Peningkatan Pertumbuhan (%)

Peningkatan pertumbuhan dihitung apabila perlakuan berbeda nyata terdapat parameter. Peningkatan pertumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Susanti 2012):

Peningkatan pertumbuhan ቀPerlakuanKontrol 100 ቁ 100

Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Nisbah pucuk akar diperoleh dengan membandingkan berat kering pucuk dan berat kering akar tanaman. Nilai nisbah pucuk akar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

P erat kering pucuk (g) erat kering akar (g)

Indeks Mutu Bibit

Ketahanan bibit apabila dipindahkan ke lapangan dapat diketahui dengan menghitung nilai indeks mutu bibit (IMB). Adapun formula untuk menghitungnya ialah sebagai berikut (Dickson et al. 1960 dalam Kurniaty et al. 2010):

ndeks mutu bibit erat Kering otalKekokohan P

Kekokohan Diameter batang (mm) inggi bibit (cm)

3.5 Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RAL factorial) yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama (A) adalah faktor konsentrasi pupuk akar NPK yang terdiri atas tiga taraf, yaitu :

(53)

Faktor kedua (B) adalah dosis pupuk daun yang terdiri dari empat taraf, yaitu: D0 = 0 g/L

D1 = 1 g/L D2 = 2 g/L D3 = 3 g/L

Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang selanjutnya dibuat lima ulangan, disetiap ulangan terdapat tiga unit tanaman. Total tanaman yang diuji sejumlah 180 bibit saninten.

Model persamaan umum rancangan penelitian adalah : Yijk μ αi βj (αβ)ij εijk

i = 0, 1, 2, 3 j = 0, 1, 2, 3, k = 1, 2, 3, 4, 5

Yijk = nilai pengamatan pada faktor dosis pupuk akar ke-i, faktor dosis pupuk

daun taraf ke-j dan ulangan ke-k μ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh faktor dosis pupuk akar ke-i

βj = pengaruh faktor dosis pupuk daun ke-j

(αβ)ij = komponen interaksi dari faktor dosis pupuk akar ke-i dan faktor dosis

pupuk daun ke-j

εijk = pengaruh acak dari faktor dosis pupuk akar ke-i dan pupuk daun ke-j,

(54)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit saninten, kecuali untuk parameter NPA dimana baik pengaruh tunggal maupun interaksi perlakuan tidak berpengaruh yang nyata (Tabel 1).

Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

No Parameter Pupuk akar Pupuk daun Pupuk akar x pupuk daun

1 Tinggi bibit * tn *

* = berpengaruh nyata pada taraf 5%; tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%

Pertumbuhan Tinggi Bibit Saninten (cm)

(55)

Tabel 2 Uji lanjut Duncan pertambahan tinggi bibit saninten (C. argentea) selama

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%; A0 = pupuk akar NPK 0 g; A1 = pupuk akar 2,5 g; A2 = pupuk akar NPK 5 g; D0 = pupuk daun 0 g/L; D1 = pupuk daun 1 g/L; D2 = pupuk daun 2 g/L; D3 = pupuk daun 3 g/L

Peningkatan pertumbuhan bibit saninten selama 8 minggu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 6. Terlihat bahwa pertumbuhan tinggi terus meningkat setiap minggunya, perlakuan A1D3 menunjukkan peningkatan grafik yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada Gambar 7 menunjukkan perbedaan tinggi bibit saninten disetiap perlakuan pada minggu ke-8.

(56)

Gambar 7 Perbedaan tinggi bibit saninten (C. argenta) pada minggu ke-8 pengamatan

Pertumbuhan Diameter Batang (mm)

Perlakuan tunggal pupuk akar NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter batang bibit saninten. Pada perlakuan tunggal pupuk daun dan interaksi antara pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter batang bibit saninten. Rataan dan hasil uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan diameter batang saninten dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji Duncan pertambahan diameter bibit saninten (C. argenta)

(57)

Hasil uji Duncan (Tabel 3) perlakuan yang menunujukan pertambahan diameter tertinggi yaitu pada perlakuan interaksi A1D3, yaitu pertambahan diameter sebesar 1 mm selama 8 minggu pengamatan dengan peningkatan diameter terhadap kontrol sebesar 88,68%. Perlakuan A0D0 menunjukkan pertumbuhan diameter terendah yaitu 0,53 mm selama 8 minggu pengamatan.

Diameter bibit saninten mengalami peningkatan pertumbuhan setiap minggunya selama 8 minggu pengamatan. Pada Gambar 8 menunjukkan grafik peningkatan diameter bibit saninten selama pengamatan. Grafik pertumbuhan diameter tertinggi ditunjukan pada perlakuan A1D3. Terlihat pada perlakuan A1D3 menunjukkan grafik peningkatan yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya.

Gambar 8 Pertumbuhan diameter bibit saninten (C. argenta) selama 8 minggu pengamatan

Berat Kering Akar (BKA) Bibit Saninten

Perlakuan pupuk akar NPK dan pupuk daun menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat kering akar bibit saninten. Perlakuan yang memberikan pengaruh terhadap berat kering akar bibit adalah perlakuan tunggal pupuk daun dan perlakuan interaksi pupuk akar NPK dan pupuk daun, sedangkan perlakuan tunggal pupuk akar tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering akar bibit saninten (Tabel 1). Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 4) menunjukkan interaksi pupuk akar NPK dengan pupuk daun yang memberikan nilai berat kering akar tertinggi yaitu pada perlakuan A1D3 dengan berat kering akar sebesar 2,81 g dengan peningkatan berat kering akar sebesar 54,40 g terhadap kontrol.

(58)

Tabel 4 Hasil uji lanjut Duncan berat kering akar bibit saninten (C. argentea)

Perlakuan Berat kering akar (g) Peningkatan BKA (%)

A0D0 1,89b -

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%; A0 = pupuk akar NPK 0 g; A1 = pupuk akar 2,5 g; A2 = pupuk akar NPK 5 g; D0 = pupuk daun 0 g/L; D1 = pupuk daun 1 g/L; D2 = pupuk daun 2 g/L; D3 = pupuk daun 3 g/L

Berat Kering Pucuk (BKP) Bibit Saninten

Perlakuan pupuk tunggal daun dan interaksi pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering pucuk bibit saninten. Perlakuan A1D3 menunjukkan berat kering pucuk tertinggi yaitu 4,96 g dengan peningkatan sebesar 73,43%. Gambar 4 memperlihatkan perbedaan berat kering pucuk bibit saninten terhadap pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun.

Tabel 5 Hasil uji lanjut Duncan berat kering pucuk bibit saninten (C. argentea)

Perlakuan Berat kering pucuk (g) Peningkatan BKP(%)

A0D0 2,86b -

(59)

Nisbah Pucuk Akar (NPA) Bibit Saninten

Nilai nisbah pucuk akar bibit saninten tidak dipengaruhi oleh perlakuan pupuk akar NPK, pupuk daun, maupun interaksi keduanya. Nilai NPA antara 1,38−2,23. Pada Gambar 9 terlihat perbedaan pucuk dan akar bibit saninten.

Gambar 9 Perbandingan pucuk dan akar bibit saninten selama 8 minggu pengamatan

Indeks Mutu Bibit (IMB)

Bibit saninten yang diberikan perlakuan pupuk akar NPK dan pupuk daun menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nilai IMB. Perlakuan interaksi yang memiliki nilai IMB tertinggi yaitu pada perlakuan A1D3 yaitu 1,00 dengan peningkatan IMB sebesar 64,65% yang ditunjukan oleh Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji lanjut Duncan indeks mutu bibit saninten (C. argentea)

Perlakuan Indeks mutu bibit Peningkatan IMB (%)

A0D0 0,62c -

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%; A0 = pupuk akar NPK 0 g; A1 = pupuk akar 2,5 g; A2 = pupuk akar NPK 5 g; D0 = pupuk daun 0 g/L; D1 = pupuk daun 1 g/L; D2 = pupuk daun 2 g/L; D3 = pupuk daun 3 g/L

Gambar

Gambar 1 dapat dilihat hubungan antara konsentrasi unsur hara dalam jaringan
Gambar 4  Pengukuran tinggi bibit
Tabel 2  Uji lanjut Duncan pertambahan tinggi bibit saninten (C. argentea) selama  8 minggu pengamatan
Gambar 7  Perbedaan tinggi bibit saninten (C. argenta)  pada minggu ke-8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bibit jabon yang diberi perlakuan pupuk daun organik X dengan konsentrasi 0.4% menunjukkan nilai berat basah dan kering pucuk yang paling tinggi dengan peningkatan sebesar 66.13%

Pengaruh jenis FMA dan dosis pupuk NPK pada bobot kering akar bibit kakao umur 4 bulan.. Pengaruh jenis FMA dan dosis pupuk NPK pada volume akar bibit kakao umur

Sementara pemberian pupuk majemuk NPK dengan dosis 4 g/polybag memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah daun, nisbah tajuk akar, berat kering pucuk dan berat kering total

Interaksi komposisi media dengan dosis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, jumlah daun, panjang akar dan berat kering total semai jabon, sehingga

berat kering bibit, rasio tajuk akar dan indeks mutu bibit kelapa sawit yang mengalami cekaman genangan air dipengaruhi oleh umur bibit atau konsentrasi pupuk

Peningkatan berat kering tanaman tercermin dari parameter tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, volume akar dan rasio tajuk akar yang memberikan hasil rata-rata

Pengaruh jenis FMA dan dosis pupuk NPK pada bobot basah akar bibit kakao umur 4 bulan ………... Pengaruh jenis FMA dan dosis pupuk NPK pada bobot kering akar bibit

Dari hasil regresi (Lampiran 26-42) dapat dilihat bahwa pengaruh media terhadap pertumbuhan bibit Salam untuk parameter tinggi, diameter, berat basah pucuk, berat basah akar,