• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SANINTEN

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani

Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35−40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan batang tidak rata. Terdapat alur-alur memanjang pada batang yang tak lain adalah garis empulur yang menonjol keluar. Kayu terasnya berwarna coklat kelabu sampai merah muda, kayu gubal/bagian tengah berwarna putih, kuning muda, dan kadang-kadang kemerah-merahan dengan ketebalan 5−6 cm (Prawira 1990).

Pohon saninten memiliki daun tunggal berseling, daunnya berbentuk lancip memanjang (lanset) dengan ukuran 13−16 cm x 5−7 cm. Permukaan daun berlilin dan bagian bawahnya berwarna abu-abu keperakan ditutupi bulu-bulu menyerupai bintang atau sisik yang lebat (Lemmens et al. 1995).

Saninten berbunga pada bulan September sampai Oktober dan berbuah pada bulan Januari sampai April (Lemmens et al. 1995). Bunga jantan tersusun dalam untaian berbentuk bulir sepanjang 15−25 cm, bunga betina tumbuh menyendiri dengan panjang 5−15 cm, diameter 2−4 mm, dan bunga berwarna kuning keputihan. Buahnya bertangkai seperti buah rambutan, berkelompok dan kulit buah ditutupi oleh duri yang tumbuh berkelompok, ramping, tajam, dan berkayu. Buah berbentuk bulat telur dengan duri mencuat pada empat sisi yang berisi tiga biji berbentuk tipis dan cekung. Biji biasanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan dengan cara direbus atau dibakar (Van Steenis 1972 dalam Heryanto et al. 2007).

Dalam satu kilogram terdapat 250 butir buah atau dalam satu liter terdapat 159 butir buah. Buah tidak dapat disimpan lama karena daya kecambahnya cepat menurun, buah segar memiliki daya berkecambah sekitar 75% (Martawijaya et al. 1989).

Penyebaran Alami

Saninten ditemukan di hutan primer atau sekunder tua, biasanya pada tanah kering yang subur, pada ketinggian 150−1750 mdpl di tempat-tempat tertentu di Jawa, spesies ini adalah dominan (Lemmens et al. 1995). Saninten di Indonesia

tersebar mulai Barat Indonesia hingga ke bagian Timur, kecuali Jawa Timur. Lemmens et al. (1995) menyatakan penyebaran saninten meliputi India, China, Korea, Jepang, Thailand, Indonesia, dan Malaysia.

Kegunaan

Kayu saninten sering diperdagangkan dengan istilah berangan. Pada umumnya kayu saninten digunakan untuk bangunan perumahan dan jembatan, papan, tiang dan rusuk (Heyne 1987). Kulit kayu dan kulit buahnya dapat dipakai sebagai penghitam rotan. Sementara buah dari saninten sering diperdagangkan secara lokal. Buah saninten dimakan, direbus atau dipanggang, atau digunakan sebagai pencampur kue dan coklat (Lemmens et al. 1995). Menurut Moussouris dan Regato (2002) dalam Heriyanto et al. (2007), Di Parnon, Jerman, salah satu spesies saninten telah ditanam di perkebunan seluas 450 ha dengan populasi 35.000 pohon untuk diambil buahnya sebagai sumber bahan makanan.

2.2 Pemupukan

Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara (Novrizan 2002). Lingga (2011) menyatakan pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terserap tanaman. Memberikan pupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Pupuk yang digunakan dalam kegiatan pemupukan dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu berdasarkan cara pemberiannya, pupuk digolongkan menjadi pupuk akar dan pupuk daun. Sementara berdasarkan komponen utama penyusun, pupuk digolongkan menjadi pupuk anorganik (pupuk kimia) dan pupuk organik (Marsono dan Sigit 2001).

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah (Novrizan 2002). Lingga (2011) menyatakan ada beberapa kelebihan dari pupuk organik yaitu dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan daya ikat tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.

Pupuk anorganik merupakan pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman (Marsono et al. 2001). Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara (Novrizan 2002).

Keuntungan dari penggunaan pupuk anorganik adalah pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya takaran haranya tertentu, kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik. Namun ada kekurangan dari penggunaan pupuk anorganik, yaitu sangat sedikit atau hampir tidak mengandung unsur hara mikro, untuk itu pemakaian pupuk anorganik yang diberikan lewat akar perlu diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang banyak mengandung unsur hara mikro (Lingga 2011).

2.3 Pupuk Daun

Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan dengan penyemprotan ke daun. Sebelum disemprotkan, umumnya pupuk daun perlu diencerkan dengan konsentrasi tertentu sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk tanaman (Lingga 2011). Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat (Hardjowigeno 2003 dalam Wijaya 2006).

Daun memiliki mulut yang dikenal dengan stomata. Sebagian besar stomata terletak di bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga aliran air dari akar dapat sampai ke daun. Saat suhu udara panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang ada dipermukaan daun dapat masuk ke dalam jaringan daun. Dengan

sendirinya, unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun (Novrizan 2002).

Keuntungan menggunakan pupuk daun antara lain respon tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar (Novrizan 2002). Meskipun pupuk daun memiliki beberapa keuntungan namun menurut Lingga (2011) ada beberapa kekurangan dari pupuk daun yaitu, bila dosis pemupukannya terlalu tinggi maka daun akan rusak, tidak semua pupuk daun dapat digunakan untuk tanaman yang langsung dikonsumsi seperti sayuran dan buah-buahan, biaya yang digunakan lebih mahal.

2.4 Pupuk Akar

Pupuk akar adalah segala macam pupuk yang diberikan ke tanaman melalui akar. Tujuannya yaitu mengisi tanah dengan hara yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh subur dan memberi hasil maksimal (Lingga 2011). Berdasarkan cara melepaskan unsur haranya, pupuk akar dibedakan menjadi dua, yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Pupuk fast release ditebarkan ke tanah, dalam waktu singkat unsur hara kandungannya dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis, bukan hanya diserap oleh tanaman tetapi juga menguap dan tercuci oleh air. Jenis pupuk fast release antara lain urea, ZA, dan KCl (Novrizan 2002).

Pupuk slow release atau sering disebut juga pupuk lepas terkendali (controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama dibandingkan dengan pupuk fast release. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan mekanis. Perlindungan secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul. Perlindungan secara kimiawi dilakukan dengan cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat kimia, sehingga bahan pupuk tersebut lepas terkendali (Novrizan 2002).

2.5 Konsentrasi dalam Jaringan Tumbuhan

Kandungan unsur hara dalam tumbuhan dihitung berdasarkan total beratnya per satuan berat bahan kering tumbuhan, disajikan dengan satuan ppm atau persen. Jumlah kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik. Unsur hara yang kurang tersedia akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Sebagai patokan, batas konsentrasi unsur hara dalam jaringan tumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan tertekan sebesar 10% dari pertumbuhan maksimum disebut sebagai batas kritis bagi unsur hara tersebut. Tumbuhan dikatakan kekurangan unsur hara tertentu jika pertumbuhan terhambat, yakni mencapai 80% dari pertumbuhan maksimum. Pada Gambar 1 dapat dilihat hubungan antara konsentrasi unsur hara dalam jaringan dan pertumbuhan relatif tumbuhan (Lakitan 2007).

Gambar 1 Hubungan antara konsentrasi dalam jaringan dan pertumbuhan tanaman 0 25 50 75 100 P er tu m b u h an r elatif ( %)

Konsentrasi dalam jaringan

Konsentrasi Kritis Zona Transisi zona Defisiensi

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Agustus sampai Oktober 2012. Lokasi penelitian dilaksanakan di rumah kaca SEAMEO BIOTROP, Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu bibit saninten yang berumur 5 bulan, tanah, pupuk NPK (15:15:15), pupuk daun Gandasil D (N 20%, P 15%, K15%, Mg 1%, dan unsur hara mikro; Mn, B, Cu, Co, dan Zn) dan air. Alat yang digunakan adalah polibag ukuran 15 cm x 20 cm, penggaris, kaliper digital, hand sprayer, gembor, timbangan, kantong plastik, gunting, oven, label, kertas koran, kalkulator, alat tulis, gelas ukur dan tally sheet pengamatan.

3.3 Metode Penelitian Persiapan Bibit

Bibit saninten yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari SEAMEO BIOTROP berumur 5 bulan. Bibit dipindahkan ke dalam polibag berukurun (15 x 20) cm dengan media tanam tanah, kemudian diberi label dan di tempatkan di rumah kaca SEAMEO BIOTROP.

Persiapan Pupuk NPK

Pupuk akar yang digunakan adalah pupuk NPK (15:15:15). Dosis pemupukan 0 g, 2,5 g, dan 5 g per tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membenamkan pupuk sedalam 3 cm dari permukaan tanah melingkari tanaman.

Persiapan Pupuk Daun

Pupuk daun yang digunakan adalah Gandasil D. Konsentrasi pemupukan yaitu: 0 g/L, 1 g/L, 2 g/L, dan 3 g/L dengan dosis 15 mL setiap tanaman.

Aplikasi Pupuk

Aplikasi pupuk dilakukan 2 minggu sekali untuk pupuk daun dan satu kali pemupukan untuk pupuk akar, pemupukan dilakukan pada pagi hari untuk

mencegah penguapan yang berlebihan dibandingkan dengan dilakukan pada siang hari. Pemberian pupuk dilakukan setelah pengukuran tinggi dan diameter pada bibit. Pupuk akar NPK yang telah ditimbang kemudian dibenamkan di tanah sedalam 3 cm yang mengelilingi tanaman (Gambar 2). Pemberian pupuk akar NPK tidak mengenai bagian tanaman seperti akar dan batang bibit. Setelah itu, dilakukan pemberian pupuk daun pada bibit. Pupuk yang telah dilarutkan dengan air pada masing-masing konsentrasi kemudian disemprotkan pada bibit dengan menggunakan sprayer. Pupuk daun disemprotkan pada bibit yaitu bagian permukaan daun dan bawah daun, serta pada batang (Gambar 3).

Gambar 2 Pemberian pupuk NPK Gambar 3 Pemberian pupuk daun Pengukuran dan Pemeliharaan

Parameter yang diukur adalah tinggi dan diameter tanaman. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dan penyiangan gulma. Kegiatan penyiraman dilakukan secara rutin satu kali setiap hari pada pagi hari. Selain itu juga dilakukan pemberantasan gulma dan penanggulangan hama/penyakit apabila terjadi gejala serangan dengan menggunakan insektisida dan fungisida.

Pemanenan

Pemanenan tanaman dilakukan pada akhir penelitian dengan cara merobek polibag kemudian memisahkan tanaman dengan tanah. Hal ini dilakukan dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus ketika dilakukan pemisahan dengan tanah. Selain itu bagian tanaman dipisahkan antara pucuk dan akarnya untuk kemudian dilakukan penimbangan.

3.4 Parameter yang Diamati Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran dilakukan dua minggu sekali, tinggi tanaman diukur dari pangkal sampai ujung bibit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar (Gambar 4).

Gambar 4 Pengukuran tinggi bibit Diameter Tanaman (mm)

Pengukuran diameter bibit dilakukan setiap dua minggu sekali. Diameter bibit diukur 1 cm diatas permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper digital (Gambar 5).

Gambar 5 Pengukuran diameter bibit Berat Basah dan Berat Kering Tanaman

Pengukuran berat kering akar dan pucuk dilakukan setelah pengamatan tinggi dan diameter selesai. Pengukuran berat basah dan berat kering akar dan pucuk dilakukan setelah pemanenan. Bagian tanaman yang berupa akar dan pucuk

dipisahkan, kemudian ditimbang berat basahnya. Setelah itu, akar dan pucuk masing-masing dibungkus kertas koran untuk diturunkan kadar airnya pada suhu 75oC selama 48 jam. Setelah diturunkan kadar airnya, kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat kering dari akar dan pucuk tanaman dengan menggunakan neraca digital.

Peningkatan Pertumbuhan (%)

Peningkatan pertumbuhan dihitung apabila perlakuan berbeda nyata terdapat parameter. Peningkatan pertumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Susanti 2012):

Peningkatan pertumbuhan ቀPerlakuanKontrol 100 ቁ 100 Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Nisbah pucuk akar diperoleh dengan membandingkan berat kering pucuk dan berat kering akar tanaman. Nilai nisbah pucuk akar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

P erat kering pucuk (g) erat kering akar (g) Indeks Mutu Bibit

Ketahanan bibit apabila dipindahkan ke lapangan dapat diketahui dengan menghitung nilai indeks mutu bibit (IMB). Adapun formula untuk menghitungnya ialah sebagai berikut (Dickson et al. 1960 dalam Kurniaty et al. 2010):

ndeks mutu bibit erat Kering otalKekokohan P Kekokohan Diameter batang (mm) inggi bibit (cm)

3.5 Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RAL factorial) yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama (A) adalah faktor konsentrasi pupuk akar NPK yang terdiri atas tiga taraf, yaitu :

A0 = 0 g/tanaman A1 = 2,5 g/tanaman A2 = 5 g/tanaman

Faktor kedua (B) adalah dosis pupuk daun yang terdiri dari empat taraf, yaitu: D0 = 0 g/L

D1 = 1 g/L D2 = 2 g/L D3 = 3 g/L

Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang selanjutnya dibuat lima ulangan, disetiap ulangan terdapat tiga unit tanaman. Total tanaman yang diuji sejumlah 180 bibit saninten.

Model persamaan umum rancangan penelitian adalah : Yijk μ αi βj (αβ)ij εijk

i = 0, 1, 2, 3 j = 0, 1, 2, 3, k = 1, 2, 3, 4, 5

Yijk = nilai pengamatan pada faktor dosis pupuk akar ke-i, faktor dosis pupuk daun taraf ke-j dan ulangan ke-k

μ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh faktor dosis pupuk akar ke-i βj = pengaruh faktor dosis pupuk daun ke-j

(αβ)ij = komponen interaksi dari faktor dosis pupuk akar ke-i dan faktor dosis pupuk daun ke-j

εijk = pengaruh acak dari faktor dosis pupuk akar ke-i dan pupuk daun ke-j, ulangan ke-k

BAB III

Dokumen terkait