• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI LARUTAN

PENYANGGA

Oleh

DWI CITRA PERTIWI

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pendekatan ilmiah dalam meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa yang merupakan salah satu indikator

keterampilan berpikir kreatif pada materi larutan penyangga. Pendekatan ilmiah terdiri dari 5 langkah yaitu mengamati, menanya, mencoba/mengeksplorasi menalar/mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA1-XI MIA7SMA YP Unila Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 260 siswa dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIA1sebagai kelas kontrol, dan XI MIA3sebagai kelas eksperimen semester genap Tahun Pelajaran 2014-2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganNon Equivalent Control Group Design. Efektivitas

pendekatan ilmiah diukur berdasarkan perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

(2)

hasil penelitian meningkat secara signifikan, disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi larutan penyangga.

Kata kunci: keterampilan berpikir luwes, pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

(3)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES SISWA PADA MATERI

LARUTAN PENYANGGA

Oleh

DWI CITRA PERTIWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES SISWA PADA MATERI

LARUTAN PENYANGGA

(Skripsi)

Oleh

DWI CITRA PERTIWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang terintegrasi... 11

2. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian ... 31

3. Hasil uji normalitas dengan Q-Q plot kelas kontrol ... 37

4. Hasil uji normalitas dengan Q-Q plot kelas eksperimen………... 37

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran ... 8

B. Pendekatan Ilmiah... 10

C. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 16

D. Analisis Konsep ... 22

E. Kerangka Pemikiran... 23

F. Anggapan Dasar... 24

G. Hipotesis ... 25

III. METODE PENELITIAN... 26

(7)

xiv

B. Jenis dan Sumber Data... 27

C. Metode dan Desain Penelitian ... 28

D. Variabel Penelitian... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 30

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan... 42

C. Kendala Selama Penelitian ... 49

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 56

1. Analisis Konsep ... 57

2. Analisis SKL-KI-KD ... 59

3. Silabus ... 66

4. RPP ... 71

5. Lembar Kerja Siswa 1... 92

6. Lembar Kerja Siswa 2 ... 101

7. Rubrik Lembar Kerja Siswa ... 106

(8)

xv

9. Pretes Dan Postes ... 116

10. Rubrik Penilaian Pretes Dan Postes ... 120

11. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes Dan Posttes ... 129

12. Lembar Penilaian Psikomotor... 137

13. Kisi-Kisi Angket Pendapat Siswa... 143

14. Angket Pendapat Siswa... 145

15. Lembar Penilaian Afektif Kelas Kontrol ... 151

16. Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 157

17. Rubrik Penilaian Afektif ... 163

18. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 167

19. Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan NilaiN-Gain... 173

20. SPPS Nilai Pretes Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 175

21. SPPS Nilai Postes Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 181

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif... 17

2. Indikator keterampilan berpikir kreatif ... 21

3. Desain penelitian... 28

4. Rata-rata nilai pretes dan postes kemampuan berpikir luwes siswa pada materi larutan penyangga………... 34

5. Hasil uji normalitas kemampuan berpikir luwes siswa pada materi larutan penyangga kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 36

6. Hasil uji homogenitas kemampuan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi larutan penyangga kelas kontrol dan kelas eksperimen... 39

7. Nilai rata-ratan-Gainkelas kontrol dan kelas eksperimen ... 40

8. Nilai afektif kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 41

9. Nilai psikomotor kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 41

(10)
(11)
(12)

Moto

“Hidupakan terus berjalan, entah sesuai harapan kita ataupun tidak, yang terpenting kita harus selalu siapmenghadapinya”

“Selama kita mau berdoa dan berusaha, Allah SWT pasti akan menunjukkan jalan, sesulit apapun itu”

“Ikhlas jalani hari ini, serahkan hal-hal yang berada di luar kemampuanmu pada Allah dan yakinlah bahwa yang kamu dapatkan adalah yang terbaik”

(13)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini dengan kesungguhan hati sebagai tanda bakti dan cinta kasih kepada:

Ayahanda (Sugiyono) dan Ibunda (Tri Utami) tercinta yang InsyaAllah senantiasa dilindungi disetiap langkah. Berada dalam rahmat dan cinta kasihNya. Semoga senantiasa diberikan keberkahan dalam hidup, diridhoi

setiap urusan, serta dijauhkan dari segala marabahaya dan semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan umur yang panjang.

Kakakku Dian Maya Pertiwi dan AdikkuFarah Fa’adillah yang selalu memberi semangat, dukungan, kasih dan sayang.

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar lampung pada tanggal 19 Agustus 1993 sebagai putri kedua dari tiga bersaudara buah hati Bapak Sugiyono dan Ibu Tri Utami.

Pendidikan diawali pada tahun 1997 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Metro dan diselesaikan pada tahun 1999, SD Negeri 7 Metro Pusat diselesaikan pada tahun 2005, SMP Negeri 3 Kota Metro diselesaikan pada tahun 2008, SMA Negeri 5 Kota Metro diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun yang sama diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

(15)

iii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul“Efektifitas Pendekatan Ilmiah Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Luwes Siswa Pada Materi Larutan Penyangga”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Mengingat kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila; 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA; 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi,;

4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si, selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi serta sudi menjadi tempat berbagi; 5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S, selaku pembimbing II, atas kesediannya

(16)

iv 6. Bapak Dr. Sunyono, M.Si, selaku Pembahas, atas kesediaannya memberi

bimbingan, motivasi, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi;

7. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi Pen-didikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;

8. Bapak Drs. Hi. Berchah Pitoewas, M.H, selaku kepala sekolah atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian; Ibu Dian Puspita Sari S.Pd. sebagai guru mitra, atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi; dan seluruh dewan guru, staf TU serta siswa-siswi SMA YP UNILA;

9. Panji Nepo Wijayanto yang banyak membantu, menemani, dan memberikan semangat. Terima kasih selalu sabar dalam keadaan apapun;

10. Teman seperjuanganku Iin Fadilah dan Titi Nurbaiti. Sahabat-sahabatku : Bundo, Nurdiana, Ria, Sevi, Teteh, Ruwaida, Jupe, Aulia, Tica, Kudik, Eka, Dynda, Dang, Mbak Andri, Agnes, Ana, Putri, Hanny, Leni, Windri, Lisma, Siti dan teman-teman Pendidikan Kimia 2011, terima kasih atas motivasi, saran, senyum dan ceria kalian sebagai pelipur lara.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rah-mat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat ber-manfaat bagi pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan untuk karya selanjutnya.

Bandar Lampung, 03 Agustus 2015 Penulis,

(17)
(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis. IPA tidak hanya membelajarkan konsep-konsepnya saja, namun juga disertai dengan pengembang-an sikap dpengembang-an keterampilpengembang-an ilmiah untuk memahami gejala alam ypengembang-ang terjadi di sekitarnya. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006).

(19)

2

mantap kepada siswa yaitu dengan menggunakan sistem pembelajaran yang tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif serta efisien seperti mem-biasakan siswa untuk melakukan pengamatan langsung maupun tak langsung sehingga dapat membangun konsep. Pembelajaran kimia di-rancang berdasar-kan pada kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir siswa yaitu 1) pola pembelajaran yang semula berpusat pada guru disempurnakan menjadi

pembelajaran berpusat pada siswa; 2) pola pembelajaran yang semula siswa pasif menjadi pembelajaran aktif mencari dan kritis atau membutuhkan pemikiran kreatif (Tim Penyusun, 2006).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kimia di SMA YP UNILA, bahwa pembelajaran kimia di SMA tersebut masih sering menerapkan paradigmateacher-centered(berpusat pada guru) dengan menggunakan ceramah dan disertai latihan soal yang menuntut siswa untuk mengerjakan soal-soal prosedural. Terlihat bahwa perilaku siswa yang hanya menerima informasi dari guru, tanpa berusaha mencari tahu dan menanya. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru tidak menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk mengemukakan gagasannya terhadap suatu masalah, dan kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui proses

(20)

3

tercantum dalam salah satu Standar Kompetensi Lulusan kurikulum 2013 untuk dimensi keterampilan, yakni siswa diharapkan memiliki keterampilan berpikir dan bertindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai

pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri oleh siswa (Tim Penyusun, 2013).

Berpikir kreatif dapat diartikan sebagai aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru, dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan-hubungan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Menurut William (Munandar, 2008) keterampilan berpikir kreatif memiliki empat indikator, yaitu kemampuan berpikir lancar(fluency), kemampuan berpikir luwes(flexibility), kemampuan berpikir asli(originality),kemampuan berpikir merinci(elaboration), dan kemampuan berpikir evaluatif(evaluation). Penelitian ini akan digunakan

kemampuan berpikir luwes(flexibility). Dimana seseorang mampu menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban pertanyaan yang bervariasi dan dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Keterampilan berpikir kreatif siswa dimungkinkan dapat dilatihkan dalam tahap pembelajaran seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan, dimana langkah-langkah tersebut terdapat dalam pendekatan ilmiah. Untuk mencapai harapan tersebut, maka digunakan

pendekatan ilmiah yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saputra (2014) yang menunjukkan bahwa pendekatan ilmiah efektif dalam

(21)

4

kesetimbangan kimia. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sari (2014) yang menunjukkan bahwamodel pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmi-ah efektif dalam meningkatkanketerampilan berpikir orisinil siswapada materi asam basa.

Pendekatan ilmiah dapat membimbing siswa untuk mencari tahu dari berbagai sumber, selain menyelesaikan masalah mereka juga dibimbing untuk dapat merumuskan masalah. Pendekatan ini diharapkan tepat karena kemampuan berpikir kreatif salah satunya keterampilan berpikir luwes siswa akan muncul apabila didukung oleh suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student-centered learning), guru tidak lagi berperan sebagai penceramah melainkan sebagai fasilitator dan moderator. Dengan demikian, masalah menjadi sarana untuk melatih keterampilan berpikir luwes siswa, sehingga siswa bebas

menghasilkan gagasan-gagasan yang timbul dari dalam dirinya serta lingkungan belajar yang mendukung peran aktif siswa pada pembelajaran tersebut.

Larutan penyangga merupakan salah satu materi dalam pembelajaran kimia untuk kelas XI semester genap. Kompetensi dasar dari kompetensi inti 3 adalah meng-analisis peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Kompetensi dasar dari kompetensi 4 adalah merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga. Pada materi larutan penyangga, siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari dan diajak untuk merancang dan

(22)

5

akan terpacu untuk berpikir kreatif dan mendapat banyak pengalaman secara langsung dalam mempelajari materi tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul“Efektivitas pendekatan ilmiah dalam meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi larutan penyangga”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efektivitas pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dalam meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi larutan penyangga.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan ilmiah dalam

meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi larutan penyangga.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi: 1. Siswa

(23)

6

memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia,

dan 3) lebih memudahkan siswa untuk menjelaskan materi larutan penyangga. 2. Guru

Memberikan alternatif bagi guru dalam memilih pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa , khususnya kemampuan siswa dalam berpikir luwes

(flexibelity).

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya ilmu kimia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dikatakan efektif meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni, 2010).

2. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah yang digunakan, yaitu mengamati, menanya, mencoba/mengeksplorasi, menalar/mengasosiasi dan mengkomunikasikan (Tim Penyusun, 2013). 3. Keterampilan berpikir kreatif yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir

luwes (flexibility) menurut Munandar, yang meliputi kemampuan

(24)

7

bervariasi dan dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada:

1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

peningkatan prestasi belajar.

2) Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

3) Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik, serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

(26)

9

strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat (Sudjana, 1995). Menurut Hartutik (2006), ”Efektivitas berkaitan denganterlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, adanya partisipasi aktif dari anggota”. Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana atau fasilitas memadai, materi dan metode affordable, guru profesional.

Keefektivan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar, melainkan ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang efektivitas pembelajaran dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan suatu usaha atau strategi yang melibatkan seluruh komponen pendidikan dalam mencapai tujuan

(27)

10

jumlah peserta didik yang memperoleh nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

B. Pendekatan Ilmiah

UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruk-si pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Menurut Permendikbud No. 59 tahun 2014 Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir seperti penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik).

Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa untuk memudahkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimak-sud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/

(28)

11

menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi

substansi ataumateri ajar agar siswa “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills)dan manusia yang memiliki kecakapan dan

pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Permendikbud, 2014).

(29)

12

1. Mengamati

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Metode mengamati mengutamakan keber-maknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Konsep pembelajaran bermakna dapat dirancang sebelumnya oleh guru, hal ini seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa (2013) bahwa dalam pembelajaran bermakna siswa perlu dilibatkan secara aktif, karena mereka adalah pusat dari kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter. Kegiatan ini sangat baik untuk memenuhi rasa ingin tahu dari siswa walaupun tak dapat disangsikan memerlukan tenaga dan persiapan yang matang.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran ini, dilakukan cara: a) Menentukan objek yang akan diobservasi;

b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi;

c) Menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder; d) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi;

e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar;

f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera,tape recorder, video perekam dan alat-alat tulis lainnya (Mulyasa, 2013).

(30)

13

sedangkan pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembel-ajaran, subjek, objek atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa ditentukan secara baku atau rijid oleh guru.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran, yaitu:

a) Cermat, objektif dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran;

b) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obser-vasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan dan menyepakati prosedur pengamatan;

c) Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi (Tim Penyusun, 2013).

2. Menanya

Fungsi dari menanya seperti yang terdapat dalam Kemdikbud (2013) salah satunya adalah membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dengan pendekatan ilmiah dapat mengasah kemampuan siswa tidak hanya dalam berpikir tetapi juga menuangkan pemikirannya dalam kata-kata dengan bahasa yang baik dan benar.

Menanya memiliki banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran. Fungsi bertanya adalah sebagai berikut:

(31)

14

b) Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri;

c) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya;

d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan dan pemahamannya atas substansi pembel-ajaran yang diberikan;

e) Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan dan memberi jawaban secara logis, sistematis dan meng-gunakan bahasa yang baik dan benar;

f) Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, me-ngembangkan kemampuan berpikir dan menarik simpulan;

g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembang-kan toleransi sosial dalam hidup berkelompok;

h) Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul; dan

i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemam-puan berempati satu sama lain (Tim Penyusun, 2013).

3. Mengumpulkan Informasi

Tindak lanjut dari menanya adalah mengumpulkan informasi. Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan.

(32)

sebelum-15

nya; (d) melakukan dan mengamati percobaan; (e) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis dan menyajikan data; (f) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (g) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan (Tim Penyusun, 2013).

4. Menalar/Mengasosiasi

Istilah “menalar” digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dansiswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sis-tematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran yang dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasuk-kannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.

(33)

16

5. Mengkomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan ini merupakan sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar / sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu

mengkomunikasikaan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan atau unjuk karya.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh

pengetahuan.

Menurut Anonim (1995) “ Kreativitas adalah kemampuan mencipta atau daya

cipta,perihal berkreaksi, kekreatifan“. Begitu pentingnya pengembangan

(34)

17

Menurut Costa dalam Liliasari (2007) membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan kognitif kreatif dapat di-jelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1.Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif

Perilaku Arti

1) Berpikir Lancar (fluency)

a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan;

b. Arus pemikiran lancar. 2) Berpikir Luwes

(fleksibel)

a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam; b. Mampu mengubah cara atau pendekatan; c. Arah pemikiran yang berbeda.

3) Berpikir Orisinil (originality)

Memberikan jawaban yang tidak lazim,yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.

4) Berpikir Terperinci (elaborasi)

a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan;

b. Memperinci detail-detail; memperluas suatu gagasan.

Munandar (2009) menyatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan afektif. Faktor-faktor-faktor tersebut diperlihatkan dalam ciri-ciri

aptitudedannon aptitudedari kreativitas. Adapun ciri-ciriaptitudeyang berhubungan dengan kognitif meliputi:

1) Keterampilan berpikir lancar

(35)

18

Penekanannya disini adalah dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan gagasan atau ide tentang obyek tertentu dalam jumlah yang banyak.

Kemampuan berpikir lancar berati kemampuan untuk memunculkan ide-ide secara cepat dan ditekankan pada kuantitas dengan kata lain kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, jawaban dan pertanyaan, bukan berarti segi

kualitas di abaikan. Menurut Amin (1987) kemampuan berpikir lancar merupakan kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu

masalah. Sementara itu Munandar (1985) mendefinisikan kemampuan berpikir lancar sebagai berikut:

a) Mencetuskan banyak jawaban, gagasan, penyelesaian masalah dan pertanyaan. b) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

c) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lancar berperilaku sering

mengajukan banyak pertanyaan atau menjawab suatu pertanyaan dengan sejumlah jawaban. Siswa ini lebih banyak menyelesaikan pekerjaan jika dibandingkan dengan siswa lain dalam kegiatan bekerja, misalnya melakukan praktikum, kemudian jika terjadi suatu kesalahan dan ke-kurangan pada suatu objek atau situasi siswa ini cepat mengetahuinya.

2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)

(36)

19

fleksibilitas yang tinggi mampu mengalihkan arah berpikir untuk memecahkan suatu masalah. Penekanan fleksibilitasnya pada segi keragaman gagasan, kaya akan alternatif dan bukan kekakuan dalam berpikir sehingga cenderung otoriter.

Kemampuan berpikir luwes adalah kemampuan untuk memberikan sejumlah jawaban yang bervariasi atas suatu pertanyaan dan dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang Munandar (1985). Lebih lanjut lagi Munandar mendefenisikan kemampuan berpikir luwes sebagai berikut:

a) Menghasilkan gagasan, jawaban dan pertanyaan yang bervariasi. b) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. c) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

Supriadi (1996) menjelaskan bahwa untuk tujuan riset mengenai berpikir kreatif, kreativitas (sebagai produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari dua unsur, yaitu kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas). Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat. Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir luwes dapat memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar atau masalah. Menerapkan suatu konsep atau azas dengan cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan suatu masalah.

3) Keterampilan berpikir orisinil

Kemampuan berpikir orisinal adalah kemampuan memberikan respon-respon yang unik atau luar biasa (Amin, 1987). Lebih lanjut Munandar (1985) memberikan beberapa defenisi untuk kemampuan berpikir orisinal sebagai berikut:

a) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

(37)

20

Munandar mengatakan bahwa berpikir orisinal berkaitan dengan hasil belajar. Pengertian berpikir orisinal ini lebih menfokuskan pada proses individu untuk memunculkan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih dalam pemikiran.

Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir orisinil memiliki perilaku diantara-nya memikirkan masalah-masalah yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru. Hal ini siswa juga lebih

mengembangkan kemampuan berpikir orisinilnya kedalam kehidupan sehari-hari dan memikirkan kemungkinan penggunaannya.

4) Keterampilan merinci (mengelaborasi)

Kemampuan berpikir memperinci adalah kemampuan untuk membumbui atau menghiasi cerita, sehingga nampak lebih kaya (Munandar, 1999). Lebih lanjut lagi Munandar memberikan beberapa defenisi tentang berpikir memperinci yaitu: a) Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan.

b) Memperinci detail-detail atau memperinci suatu objek atau gagasan sehingga menjadi menarik.

Menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan bahwa terdapat lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:

a) Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi,

mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.

b) Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

c) Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. d) Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan

(38)

21

e) Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata. Munandar (2008) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif

Pengertian Perilaku

Berpikir Lancar (Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban,penyelesaian masalah atau jawaban.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. 3) Selalu memikirkan lebih dari satu

jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan.

b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada.

c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain.

f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.

Berpikir Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawab-an, atau pertanyaan yang berva-riasi.

2) Dapat melihat suatu masalah da-ri sudut pandang yang berbeda. 3) Mencari banyak alternatif atau arah

yang berbeda.

4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam

penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

Berpikir Orisinil (Originality)

1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

2) Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3) Mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain. b. Mempertanyakan cara-cara yang lama

dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

(39)

22

Tabel 2(lanjutan)

Pengertian Perilaku

Berpikir Elaboratif (Elaboration)

1) Mampu memperkaya dan me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.

2) Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci.

b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

c. Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sen-diri atau gambar orang lain.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir luwes.

D. Analisis Konsep Materi Larutan Penyangga

Menurut Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011), konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Herron et al. (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Lebih lanjut lagi, Herron et al. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang

dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep.

(40)

23

Materi pada penelitian ini yaitu larutan penyangga. Analisis konsep materi larutan penyangga terlampir pada lampiran 1. Analisis konsep ini dibuat melalui tujuh langkah seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

E. Kerangka Pemikiran

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Perencanaan yang matang sebelum

melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran menempati peran penting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah merupakan pembelajaran yang dapat mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengkomuni-kasikan apa yang sudah ditemukan dalam kegiatan analisis. untuk semua mata pelajaran.

Penelitian ini akan meneliti bagaimana perbedaan penguasaan konsep larutan penyangga antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan

(41)

24

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dan

pembelajaran konvensional, sedangkan variabel terikatnya yaitu keterampilan siswa dalam berpikir luwes pada materi pokok larutan penyangga siswa kelas XI MIA SMA YP Unila Tahun Pelajaran 2014-2015.

Semua data diambil dari dua kelas yang berbeda. Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua

kelompok sampel diberikan postes. Tujuan diberi pretes untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi pembelajaran siswa yang akan diberikan atau untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, dengan diterapkannya pembela-jaran menggunakan pendekatan ilmiah, maka akan dapat meningkatkan keteram-pilan berpikir kreatif siswa terutama pada indikator keteramketeram-pilan berpikir luwes pada materi larutan penyangga.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

(42)

25

2. Perbedaann-Gainketerampilan siswa dalam berpikir luwes semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.

3. Faktor-faktor lain di luar perlakuan yang mempengaruhi peningkatan keterampilan siswa dalam berpikir luwes pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(43)

26

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mem-punyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA YP Unila Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 260 siswa dan tersebar dalam tujuh kelas yaitu kelas XI MIA1, XI MIA2,XI MIA3,XI MIA4,XI MIA5,XI MIA6,dan XI MIA7 yang masing-masing terdiri atas 36 siswa, 37 siswa, 38 siswa, 37 siswa, 36 siswa, 38 siswa, dan 38 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

1. Pembagian siswa pada tiap kelas dilakukan secara heterogen, sehingga pro-porsi jumlah siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi, sedang maupun kurang dalam tiap kelasnya sama antara satu kelas dengan kelas yang lainnya.

(44)

27

Oleh karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat kemampuan kognitif yang sama atau tidak jauh berbeda, peneliti memilih teknikpurposive sampling

dalam pengambilan sampel. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sam-pel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009). Pada awal pelaksanaan, peneliti meminta bantuan pihak

sekolah, yaitu guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian dan pene-liti mendapatkan kelas XI MIA1dan XI MIA3sebagai sampel penelitian. Kemudian kelas XI MIA3ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA1 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Sumber Data

(45)

28

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desainNon Equivalence Control Group Design(Creswell, 1997). Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes dikelas eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subyek penelitian dari dua kelas yang dipilih kemudian diobservasi.

Tabel 3. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan:

O1: Kelas eksperimen dan kontrol diberi pretes

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan ilmiah

- : Pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran konvensional O2 : Kelas eksperimen dan kontrol diberi postes

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1). Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan pembelajaran mengguna-kan pendekatan ilmiah (X) dan pada kelas kontrol diterapmengguna-kan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2) .

D. Variabel Penelitian

(46)

29

pokok larutan penyangga siswa kelas XI MIA SMA YP Unila Tahun Pelajaran 2014-2015.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu

Sugiyono (2009). Alat ukur dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu:

1. Analisis Konsep. 2. Analisis KI-KD. 3. Silabus.

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

5. Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia yang menggunakan pendekatan ilmiah pada materi larutan penyangga sejumlah 2 LKS, yaitu LKS 1 mengenai larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa, dan LKS 2 mengenai penentuan pH larutan penyangga.

6. Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan soal postes. Soal pretes dan postes pada penelitian ini adalah materi larutan penyangga yang terdiri dari 7 butir soal uraian.

7. Lembar penilaian afektif. 8. Lembar penilaian psikomotor.

(47)

30

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Prapenelitian

Adapun prosedur prapenelitian yaitu:

a) Meminta izin kepada Kepala SMA YP Unila untuk melaksanakan penelitian. b) Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan

in-formasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksa-naan penelitian.

c) Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a) Tahap Pembuatan Instrumen Pembelajaran

Membuat Analisis Konsep, Analisis KI-KD, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal pretes dan soal postes, Lembar penilaian afektif, Lembar penilaian psikomotor, dan Lembar observasi kinerja guru.

b) Tahap validasi Instrumen c) Tahap Penelitian

adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

(48)

31

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan penyangga sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas,

pembelajaran pendekatan ilmiah diterapkan di kelas eksperimen serta pem-belajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol.

3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4) Analisis data 5) Pembahasan 6) Simpulan

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Izin ke Kepala SMA YP Unila

Gambar 2. Prosedur pelaksanaan penelitian penelitian Pembahasan

Simpulan Analisis data

Menentukan Populasi dan Sampel

Validasi Instrumen

eksperimen dan kelas kontrol Postes Pretes

(49)

32

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hi-potesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan programMicrosoft ExceldanSPSS versi 16.0 for windows.Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Menghitung skor jawaban pretes dan postes berdasarkan kunci jawaban dan pedoman penskoran.

2. Mengubah skor menjadi nilai

3. Memasukkan data berupa nilai pretes dan postes kedalam programSPSS versi 16.0untuk mengetahui hasil uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-Smirnov Test.

4. Memasukkan data berupa nilai pretes dan postes kedalam programSPSS versi 16.0untuk mengetahui hasil uji homogenitas menggunakan statistik ujiLevene.

5. Memasukkan data berupa nilai pretes dan postes kedalam programSPSS versi 16.0untuk mengetahui hasil uji hipotesis denganT-Testmenggunakan uji-t dua sampel bebas.

(50)

33

Untuk mengetahui efektivitas pendekatan ilmiah dalam meningkatkan

kemampuan berpikir luwes siswa, maka dilakukan analisis nilain-Gain ternor-malisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk menentukan peningkatan kemampuan berpikir luwes siswa berdasarkan hasil pretes dan postes pada masing-masing kelas sampel. Menurut Hake (2002), rumusn-Gainyang digunakan adalah sebagai berikut:

Penentuan kriteria nilain-Gainyang dikemukakan oleh Hake (1999), yaitu : N-gain > 0,7 (n-Gaintinggi)

0,3≤N-gain≤ 0,7 (n-Gainsedang) N-gain < 0,3 (n-Gainrendah)

(51)

50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi larutan penyangga, ditunjukkan dengan rata-ratan-Gainketerampilan berpikir luwes siswa pada kelas dengan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah berbeda secara signifikan (uji-t) dari kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional di SMA YP Unila. Nilai rata-ratan-Gainsiswa pada kelas dengan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah lebih tinggi daripadan-Gainsiswa kelas dengan pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian yang menerapkan pendekatan ilmiah agar menggunakan model pembelajaran, misalnyadiscovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning

(52)

51

2. Pendekatan ilmiah dapat dipakai sebagai alternatif pendekatan pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi larutan penyangga dan materi lain. 3. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih

(53)

52

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992.Strategi Penelitian Pendidikan.Angkasa. Bandung. Amin, M. 1987. Mengajar IPA dengan Metode Discovery dan Inquiry.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. BSNP. 2006.Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta:BSNP.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. (Disertasi). SPs-UPI Bandung. Bandung.

Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1996.Belajar dan Pembelajaran I.

Surakarta: UNS Press.

Gabel, D. L. 1994.Handbook of Research onScience Teaching and Learning. New York : Memillan Publishing Company.

Hake, R. Richard. 1999.Analyzing Change/Gain Scores.Indiana : Indiana University.

______________. 2002.Relationship of individual Student Normalized Learning Gains in Mathematics with Gender, High School, Physics, and Pre Test Scores in Mathematics and Spatial Visualization. [Online]. Tersedia: http:/www.physics.indiana.edu/hake>, [5 Januari 2011]

Herdian. 2010.Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika.

Diakses pada tanggal 12

Desember

2013dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa

(54)

53

Hudojo. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivist.

(Makalah disajikan dalam seminar nasional: upaya-upaya meningkatkan peran pendidikan matematika dan mencapai era globalisasi). PPs-IKIP Malang. Malang.

Kemendikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Killen, R. 2009.Effective Teaching Strategies. Social Science Press. Australia. Lalik. 1997. Perubahan Konsepsi Siswa pada Pembelajaran TopikPernapasan di

SD. (Tesis). PPs-IKIP Bandung. Bandung. Tidak diterbitkan.

Liliasari dan Redhana, I. W. Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis pada Topik Laju Reaksi untuk Siswa SMA. Jurnal Forum Kependidikan Volume 27 Nomor 2 Maret 2008. Diakses tanggal 2 Juni 2013 dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/27207103114_0215-9392.pdf Mulyasa, Enco. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Munandar. 1985. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah. Gramedia. Jakarta.

________. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.

________. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.

________. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana, Nana. 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. Bandung: UPI-Bandung.

Nurgana. 1985.Efektivitas Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. http://agungprudent.wordpress.com/2009/06/18/efektifitas-pembelajaran/. Diakses: 5 Februari 2010 pukul 19.17 WIB.

Oktaviani, Putri Eka. 2013. Penerapan Pembelajaran Kimia Berorientasi

(55)

54

Pannen, P., Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu.2001.Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Permendikbud. 2014. Kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,(No.59 tahun 2014). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Poedjiadi, A. 1999.Pengantar Filsafat Ilmu Bagi Pendidik.Yayasan Candrawasih. Bandung.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Roth, M. W. (1994). Experimenting in a Constructivist High School Physics

Laboratory,Journal of Research in Science Teaching.

Sari, Anggun Novita. 2014. Efektivitasmodel pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah dalam meningkatkanketerampilan berpikir orisinil siswapada materi asam basa.Skripsi. Tidak diterbitkan.

Sudrajat, A. 2013. Pendekatan Ilmiah Dalam Proses Pembelajaran. [online]

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18/pendekatan-saintifikilmiah-dalam-proses-pembelajaran/. Diakses pukul 10.34am tanggal 10 November 2013.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. 1997.Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Saputra, Heru Agung. 2014. Model PembelajaranProblem Solvingpada Materi

Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.Skripsi. Tidak diterbitkan.

Supriadi. 1996. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. CV Alfabeta. Bandung.

Susan, C., Marilyn, L., dan Tony, T. 1995. Learning to Teach in The Secondary School. Routledge. London.

Sutiarso, Sugeng. 2011. Statistika Pendidikan dan Pengolahannya dengan SPSS.

AURA. Bandar Lampung.

Syaodih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

(56)

55

Tim Penyusun. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Gambar

Gambar 1.  Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatifdan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan  pengetahuanyang terintegrasi (Permendikbud, 2014).
Tabel 1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Tabel 2 (lanjutan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Manunggal dari 10 akseptor KB non AKDR diketahui 7 responden tidak memahami penggunaan alat kontrasepsi AKDR, hal ini dikarenakan

ketentuan penelitian tindakan kelas; 2) Menyusun rancana tindakan dalam bentuk rencana pelajaran; 3) Menyiapkan media pendidikan yang diperlukan dalam pembelajaran;

Dari hasil wawancara subjek 1 mungkin meniru langkah penyelesaian sebagaimana yang pernah ia lakukan untuk menyelesaikan soal terdahulu. Dengan demikian berate subjek 1

Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi antara gaya kognitif dengan kemampuan pemecahan masalah siswa (r_XY ) sebesar 0,624 yang berarti bahwa terdapat hubungan

Kemampuan peneliti dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran IPA materi menggolongkan hewan berdasarkan tempat hidupnya

[r]

Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan ekstrak etanol daun stroberi mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 363,551 ppm dan mempunyai aktivitas