LEADERSHIP DALAM DAKWAH
Tugas Akhir Semester
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Nur Ahmad, S.Sos.I., M.S.I
Disusun Oleh :
Nama : Qomaruddin Djamal
NIM : 1340120016
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggung jawab pemimpin terhdap rakyat tentu harus kita ukur
berdasarkan petunjuk dan ketentuan yang diberikan oleh Allah SWT yang dibawa
oleh Rasulullah saw. Asy-Syari’ telah menentukan tanggung jawab pemimpin
terhadap masyarakat dan dalam semua aspek kehidupan.
Syariah Islam telah mewajibkan pemimpin untuk senantiasa melingkupi
rakyat dengan nasihat, tidak mengambil harta rakyat atau menyia-nyiakannya
serta memerintah rakyat dengan hukum Islam.
Dalam dakwah islam pemimpin di jadikan pedoman bagi para anggota
dakwah, yang kemudian akan di aplikasikan dalam masyarakat apa yang telah di
dapatkan dari pemimpinnya, agar masyarakat mampu memiliki pandangan tentang
islam yang hakiki.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari leadership ?
2. Bagaimana ciri leadership yang baik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LEADERSHIP
Dalam hubungan usaha mempelajari leadership, maka Hubert Bonner
menyetujuhi bahwa kepemimpinan itu dengan demikian dipandang sebagai hasil
dari interaksi antara kepribadian yang bulat dari pemimpin dengan situasi sosial
yang dinamis di mana ia hidup. Jadi dengan demikian arti leadership tersebut baru
dapat diberikan bila telah berfungsi dalam proses interaksi antara pribadi seorang
pemimpin dengan lingkungan sosialnyan yang bercorak dinamis.
Pendapat lainnya yang dihubungkan dengan proses manajemen adalah
diberikan oleh Howard W.Hoyt, yang mengandung arti bahwa leadership
(kepemimpinan) itu adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, yang
merupakan kecakapan mengatur orang lain. Jadi dengan demikian leadership di
sini dipandang sebagai abilitas yaitu sebagai suatu kecakapan yang diperoleh
berkat adanya belajar, sedang sifat dan ciri-cirinya baru nampak setelah
dilaksanakan dalam proses mempengaruhi orang lain.1
Sedangkan menurut Henry Pratt Fairchild menyimpulkan bahwa
“kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang
yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor
intern maupun faktor-faktor ekstern”.2
Selain itu, kepemimpinan merupakan terjemahan dari leadership dan untuk
memberikan definisi terhadap kepemimpinan ini tidaklah mudah. Sebab untuk
memberikan pengertian tentang kepemimpinan ini tergantung dari segi mana kita
memandangnya. Ada bebrapa pengertian yang tergambarkan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan sebagai suatu fokus dari beberapa proses dalam
rangka mencapai tujuan.
2. Kepemimpinan sebagai kepribadian dengan segala efeknya
menggambarkan bahwa seseorang pimpinan pribadinya
menggambarkan pribadi organisasi yang dipimpin.
3. Kepemimpinan sebagai seni di dalam mengupayakan tercapainya
pemenuhan kebutuhan.
4. Kepemimpinan sebagai sumber aktifitas untuk mempengaruhi orang
lain agar bertindak dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan organisasi.
5. Kepemimpinan sebagai pemrakarsa dan sebagai pencetus inovasi
baru, untuk lebih efisien dan efektifnya mencapai tujuan organisasi.3
2 Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, hal. 47
B. CIRI-CIRI LEADERSHIP (PEMIMPIN)
Pada umumnya pemimpin mempunyai peranan yang aktif dalam segala
macam masalah yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan anggota
kelompoknya. Seorang pemimpin harus mengusahakan supaya kelompok yang
dipimpinnya dapat merealisasikan tujuan kelompok dalam kerja sama yang
produktif, karena walau anggota kelompok mempunyai yang sama mereka sering
memiliki pandangan yang berbeda mengenai pandangan kelompok dan tugas
masing-masing. Maka seorang pemimpin harus mengintegrasikan pandangan
anggota kelompok yang menyeluruh mengenai situasi dalam kelompok dan luar
kelompok. Pandangan tersebut hendaknya dapat diterima oleh semua anggota
kelompok yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Robert B. Myers melakukan studi tentang hal yang
sama dengan Ralph M. Stogdill dengan menghasilkan kesimpulan yaitu:
1. Sifat-sifat jasmaniyah manusia tidak ada hubungannya dengan
leadership.
2. Walaupun pemimpin cenderung untuk lebih tinggi dalam kecerdasan
dari pada orang yang dipimpinnya, akan tetapi tidak ada hubungan yang
berarti antara kelebihan kecerdasan tersebut dengan soal kepemimpinan
3. Pengetahuan yang dimanfaatkan untuk memecahkan problem yang
dihadapi kelompok yang dipimpin merupakan bantuan yang sangat
berarti pada status kepemimpinan.
4. Ciri dan watak yang mempunyai korelasi dengan kepemimpinan adalah
kemampuan melihat problem yang dihadapi, inisiatif, kerja sama,
ambisi, ketekunan, emosi yang stabil, popularitas, dan kemampuan
berkomunikasi.
Selain melakukan penelitian melalui pendekatan sifat dan ciri kepribadian,
para ahli juga mengadakan penelitian melalui pendekatan-pendekatan sebagai
berukut:
1. Pendekatan dari sudut pembawaan atau dalam teori genetis.
Berdasarkan pendekatan di atas, Gordon Lippit mengemukakan sebagai
berikut, “pemimpin itu adalah orang besar yang dilahirkan dan pembuat
sejarah”. Dengan kata lain, kepemimpinan tidak bisa dibentuk melalui
pendidikan dan latihan karena merupakan sifat dan watak bawaan.
2. Pendekatan berdasarkan pada keadaan atau dalam teori sosial.
Pendekatan ini menggunakan hipotesis bahwa tingkah laku seorang
pemimpin dalam suatu keadaan akan berbeda bila ia berada dalam
keadaan lain. Melalui pendekatan ini dapat dapat disimpulkan bahwa
diperlukan flesibelitas dalam memilih pemimpin demikian juga
kepekaannya dan pendidikannya.
Pendekatan ini menyatakan bahwa kepemimpinan itu terjadi bila
berbagai macam tugas pekerjaan dapat dilaksanakan dan dipelihara
dengan baik, serta fungsi atau tugas tersebut dapat pula dilaksanakan
oleh si terpimpin dengan jalan kerja sama.
4. Pendekatan bersdasarkan gaya kepemimpinan.
Menurut pendekatan ini, kepemimpinan dapat dibedakan menjadi:
a. Gaya authoritarian.
Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara otoriter. Dialah yang memastikan apa yang dilakukan kelompok, anggota kelompok tidak diajak untuk turut memnentukan langkah atau perencanaan kegiatan kelompok. Sikap pemimpin otoriter tidak berinteraksi denngan anggota kelompoknya. Ia hanya saling berhubungan ketika memberikan instruksi mengenai langkah kegiatan yang akan dilakukan kelompok. b. Gaya demokratis.
Pemimpin dalam gaya demokratis mengajak anggota kelompok nuntuk menentukan bersama tujuan kelompok serta perencanaan dengan musyawarah dan mufakat. Pemimpin memberikan saran, penghargaan, dan kritik secara objektif dan positif. Dengan demikian, pemimpinan ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
c. Gaya bebas.
Pemimpin menjalankan peranan yang pasif, ia menyerahkan segla penentuan utjuan dan kegiatan kelompok kepada anggota kelompok. Ia tidak mengambil inisiatif apapun dalam kegiatan kelompok, berada di tengah-tengah kelompok tapi tidak berinteraksi dengan mereka.4
Sebagai pemimpin, da’i minimal harus memiliki tiga ciri:
a) Memiliki kecakapan minimal yang diperlukan untuk tekhnis kepemimpinan khasnya.
b) Memiliki yang secara umum (kecakapan itu) dimiliki orang
Dakwah adalah pekerjaan mengkomunikasikan pesan Islam keapda
manusia secara lebih operasional, dakwah adalah mengajak atau mendorong
manusia kepada tujuan yang definitif yang rumusannya bisa diambil dari
al-Qur’an-hadits, atau dirumuskan oleh da’i. Sesuai dengan ruang lingkup
dakwahnya. Dakwah ditunjukkan kepada manusia, sementara manusia bukan
hanya telinga dan mata tetapi makhluk yang biasa menerima dan bisa menolak
sesuai dengan persepsinya terhadap dakwah yang diterima.
Sebagai dai (mubaligh) sudah seharusnya memiliki sifat dan kepribadian seperti
yang dijelaskan oleh rasul SAW, salah satunya adalah sifat kepemimpinan dalam
melakukan aktifitas atau proses dakwah. Sesuai sabda Nabi :
.
هتتييعتري ننعي للؤنسنمي ويههوي ععاريمهايماتلنايف هتتتييعتاريننعي للؤهسنمي منكهللهكهوي ععاريمنكهللهكه
ت
“Masing-masing kamu adalah penggembala, masing-masing kamu bertanggung
jawab terhadap yang digembalakanya. Maka, pemimpin adalah penggambala
bertanggungjawab atas gembalanya”.
Mubaligh (komunikator) adalah sebagai pemimpin, sudah barang tentu
usahanya tidak hanya terbatas pada usaha menyampaikan pesan (statement of
fact) semata-mata, tetapi dia harus juga concern terhadap kelanjutan dari efek
komunikasinya terhadap mad’unya, apakah pesan-pesan tersebut sudah cukup
membangkitkan rangsangan/dorongan bagi mad’u untuk melakukan usaha
tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan, ataukah mad’u tetap pasif mendengar
tetapi tidak mau melaksanakan).
Karena komunikasi yang disampaikan itu membuuhkan follow up (suatu
hal yang sangat kurang diperhatikan mubaligh), maka setiap mubaligh harus
mampu mengidentifisir dirinya sebagai pemimpin dari kelompok (jamaahnya). Dalam hal kepemimpinan yang harus dimiliki oleh mubaligh, hal-hal
dibawah ini merupakan faktor penunjang yang cukup penting untuk diperhatikan,
yaitu diantaranya :
1. Kebutuhan terhadap pengetahuan (need for knowledge).
2. Kebutuhan pengembangan diri (need for achievment)
3. Kebutuhan untuk membuktikan (need for improvement) Kehidupan
manusia, tidak dapat melpaskan diri dari rangsangan lingkungannya. Apa
lagi kehidupan modern dewasa ini memberikan rangsangan (stimulans)
yang lebih banyak dan komplex yang dihadapi oleh manusia,s ehingga
terkadang setiap manusia selalu dihadapkan kepada berbagai alternatif
yang cukup menyulitkan dirinya dalam mengambil keputusan.
Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh mubaligh sebagai pemimpin,
mengarahkan bahkan ikut memecahkan persoalan yang dihadapi oleh mad’unya
suatu keharusan, suatu a must, khususnya dalam hal berlomba atau bersaing
dengan rangsangan-rangsangan lingkungan yang mungkin kurang tepat dengan
misi dakwah yang dibawakan oleh muballigh tersebut6
Seorang pemimpin harus mempunyai nilai-nilai kepemimpinan dan
kemauan serta keahlian manajemen. Adapun sifat, ciri atau nilai-nilai pribadi yang
hendaknya dimiliki oleh pemimpin dakwah itu antara laiin adalah sebagai berikut:
Berpandangan jauh kemasa depan, Bersikap dan bertindak bijaksana,
Berpengetahuan luas, Bersikap dan bertindak adil, Berpendirian teguh,
Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil, Berhati ikhas, Memiliki
kondisi fisik yang baik, Mampu berkomunikasi.7
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dakwah adalah
tenaga-tenaga profesional dimana mereka yang mempunyai ciri-ciri atau
nilai-nilai pribadi pemimpin dan keahlian kepemimpinan.8
D. TUGAS-TUGAS LEADERSHIP ( PEMIMPIN)
Pemimpin harus menjadi juru bicara (spokesman) kelompoknya. Dalam
hal itu seorang pemimpin harus dapat merasakan dan menerangkan kebutuhan
kelompok ke dunia luarnya baik mengenai sikap, pengharapan, tujuan, dan
kekhawatiran- kekhawatiran kelompok. Untuk dapat menjadi juru bicara
6http://sufijayabooks.blogspot.com/2010/05/peran-leadership-dalam-proses-dakwah.html
7 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam, hal. 229-230
kelompok ia harus dapat menafsirkan sendiri di mana letak kebutuhan kelompok
secara tepat.
Tugas pemimpin tersebut memerlukan kecakapan dan sifat tertentu ynag
harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kecakapan dan sifat yang harus dimiliki
pemimpin dalam semua kelompok tidak bisa dirumuskan secara terperinci, hal ini
disebabkan karena sifat pimpinan yang menyebabkan ia dipilih sebagai pemimpin
oleh suatu kelompok sangat berhubungan erat dengan tujuan kelompok,
jenis-jenis kegiatan yang harus dipimpin, ciri-ciri anggota kelompok, dan kondisi yang
terdapat di sekitar anggopta kelompok. Walaupun demikian, terdapat sifat
(kecakapan) yang hendak dimiliki pimpinan secara umum. Menurut pendapat
Ralph M. Stogdill, seorang pemimpin harus memiliki beberapa kelebihan:
a) Kapasitas, seperti kecerdasan, kewaspadaan kemampuan berbicara atau
verbal facility, kemampuan menilai.
b) Prestasi, seperti gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam
olahraga, dan lain-lain.
c) Tanggung jawab, seperti mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri,
agresif, dan punya hasrat untuk unggul.
d) Partisipasi, seperti aktif, memiliki sosiabilitas yang tinggi, mampu bergaul,
suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, dan punya rasa humor.
e) Status yang meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi,
DAFTAR PUSTAKA
Arifin H.M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara,
1993.
Winardi. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Rineka Apta, 1990.
Anogara Pandji. Psikologi Kepemimpinan, Jakarta: PT. Rineka Apta, 1992.
Effendi Faizah Muchsin. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2006.
Mubarok Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.
Shaleh Rosyad Abd. Manajemen Da’wah Islam, Jakarta: Bulan Bintang,1993.
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.
Sufi Mustabiq Tahif. 2010, Peran Leadership Dalam Proses Dakwah, 28