• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ANORGANIK TUNGGAL DAN PUPUK HAYATI TERHADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays Sacharata Sturt) MANIS SERTA POPULASI MIKROBA TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ANORGANIK TUNGGAL DAN PUPUK HAYATI TERHADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays Sacharata Sturt) MANIS SERTA POPULASI MIKROBA TANAH"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Karisma Prihartini

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ANORGANIK TUNGGAL DAN PUPUK HAYATI TERHADA PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays Sacharata Sturt) MANIS SERTA POPULASI MIKROBA TANAH

Oleh

KARISMA PRIHARTINI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi pupuk

anorganik tunggal dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung manis (Zea mays Saccharata sturt) serta populasi mikroba tanah.

Penelitian dilakukan di lahan yang terletak di Kelurahan Kota Sepang Jaya

Kecamatan Labuhan Ratu Sejak bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.

Penelitin ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan enam perlakuan dan

tiga ulangan. Perlakuan tersebut adalah K0 (Kontrol), K1 (rekomendasi 100% =

Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha), K2 (rekomendasi pupuk 100%

= Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha)+ pupuk hayati (konsentrasi

20 ml/l), K3(rekomendasi pupuk 60% = Urea 180kg/ha, SP-36 90 kg/ha, KCl= 60

(2)

Karisma Prihartini

kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 20 kg/ha) + pupuk hayati (konsentrasi 20 ml/l) dan

K5 pupuk hayati (konsentrasi 20 ml/). Pemberian kombinasi pupuk anorganik

tunggal dan pupuk hayati pada jagung manis dapat mempengaruhi tanaman

menjadi lebih tinggi, jumlah daun semakin banyak, tingkat kehijauan daun

menjadi lebih hijau, indeks luas daun semakin luas, tongkol menjadi lebih

panjang, diameter tongkol menjadi lebih besar, bobot tongkol semakin berat,

produksi per petak semakin besar, tingkat kemanisan jagung (oBrix) menjadi lebih

manis serta populasi mikroba baik jamur maupun bakteri semakin banyak. Hasil

penelitian menunjukkan perlakuan K3 peringkat tertinggi produksi jagung manis

yaitu 12,38 kg/petak atau 13,20 ton/ha.

(3)

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ANORGANIK TUNGGAL DAN PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) SERTA POPULASI MIKROBA TANAH

(Skripsi)

Oleh

KARISMA PRIHARTINI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Karisma Prihartini

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ANORGANIK TUNGGAL DAN PUPUK HAYATI TERHADA PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays Sacharata Sturt) MANIS SERTA POPULASI MIKROBA TANAH

Oleh

KARISMA PRIHARTINI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi pupuk

anorganik tunggal dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung manis (Zea mays Saccharata sturt) serta populasi mikroba tanah.

Penelitian dilakukan di lahan yang terletak di Kelurahan Kota Sepang Jaya

Kecamatan Labuhan Ratu Sejak bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.

Penelitin ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan enam perlakuan dan

tiga ulangan. Perlakuan tersebut adalah K0 (Kontrol), K1 (rekomendasi 100% =

Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha), K2 (rekomendasi pupuk 100%

= Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha)+ pupuk hayati (konsentrasi

20 ml/l), K3(rekomendasi pupuk 60% = Urea 180kg/ha, SP-36 90 kg/ha, KCl= 60

(5)

Karisma Prihartini

kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 20 kg/ha) + pupuk hayati (konsentrasi 20 ml/l) dan

K5 pupuk hayati (konsentrasi 20 ml/). Pemberian kombinasi pupuk anorganik

tunggal dan pupuk hayati pada jagung manis dapat mempengaruhi tanaman

menjadi lebih tinggi, jumlah daun semakin banyak, tingkat kehijauan daun

menjadi lebih hijau, indeks luas daun semakin luas, tongkol menjadi lebih

panjang, diameter tongkol menjadi lebih besar, bobot tongkol semakin berat,

produksi per petak semakin besar, tingkat kemanisan jagung (oBrix) menjadi lebih

manis serta populasi mikroba baik jamur maupun bakteri semakin banyak. Hasil

penelitian menunjukkan perlakuan K3 peringkat tertinggi produksi jagung manis

yaitu 12,38 kg/petak atau 13,20 ton/ha.

(6)

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ANORGANIK TUNGGAL DAN PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) SERTA POPULASI MIKROBA TANAH

Oleh

KARISMA PRIHARTINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)
(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 29 Juni 1994,

merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Rajisman dan Ibu Nelmartini.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kartini Bandar Lampung pada tahun

1999, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Palapa tahun

2000 – 2006. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama

Negeri 21 Bandar Lampung tahun 2006 – 2009 dan Sekolah Menengah Atas

Al-Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2009 – 2012.

Penulis melanjutkan studi di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi

Strata 1 (S1) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN pada tahun 2012

dengan pilihan Hortikultura sebagai konsentrasi dari perkuliahan. Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Suka Jaya Pidada, Kecamatan

Punduh Pidada, Pesawaran pada bulan Januari 2016. Penulis melaksanakan

Praktik Umum (PU) di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Konservasi

Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

(11)

Selama menjadi mahasiswi penulis aktif di organisasi kemahasiswaan

diantaranya: Anggota Internal BEM FP Unila periode 2013-2014, Sekretaris

Departement Internal Periode 2014-2015, Anggota Bidang Kaderisasi Perma

(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian

Kombinasi Pupuk Anorganik Tunggal dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan

dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccaharata Sturt) serta Populasi Mikroba

Tanah.

Penyusunan skripsi ini merupakan bagian dari Penelitian Hibah Bersaing (PHB)

tahun anggaran 2015 yang berjudul “Kajian Pupuk Organik yang Diperkaya dan

Ekstrak Tanaman Kaya Unsur Nitrogen (N) untuk Produksi Jagung Manis

Berkualitas dan Serapan Haranya”.

Semangat, pengetahuan, wawasan, dan tenaga begitu banyak diberikan kepada

penulis oleh berbagai pihak sehingga sangat membantu penulis dalam penyusunan

skripsi ini dan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I

dan Ketua Penelitian Hibah Bersaing (PHB) yang melibatkan saya dalam

proyek PHB yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan,

(13)

2. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Dosen Pembimbing II atas saran,

bimbingan, dan perhatian yang diberikan selama penelitian dan penulisan

skripsi ini.

3. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku Pembahas atas segala saran,

bantuan, dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak Ir. Nur Yasin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen Jurusan Agroteknologi khususnya dan dosen Fakultas

Pertanian pada umumnya yang telah membperikan banyak ilmu yang

bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Lampung.

8. Seluruh keluarga ayah dan ibu serta ketiga saudara saya Indah R.N

Pramudita, Cucu M. Nur Parmato dan Muhammad Ramadhan atas rasa

sayang, doa, dan perhatian yang tulus kepada penulis.

9. Praditya Arbi Sutedjo atas bantuan, dukungan dan semangat yang diberikan

kepada penulis

10. Teman-teman seperjuanganku: Hairani Fitri, Risqi Kurnia Suci, I Gede

Made Adi Rinata dan Lucky Purwa Saputra atas bantuan dan kerjasamanya

(14)

11. Sahabat-sahabat Puji Ayu Riani, Ismawati, Hartanti Noviarini, Novia P.

Ardiani, Puji Astuti, Nia Afrianti, Nia Elhayati, Mega Fitria, Niken Aditya

dan Mutia Yuliandari atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada

penulis.

12. Teman-teman Agroteknologi 2012 atas cerita indah, persahabatan, dan

kebersamaan yang berkesan selama perkuliahan.

Semoga tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan Penulis

berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang

telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Desember 2016

Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 3

1.3Landasan Teori ... 4

1.4Kerangka Pemikiran ... 7

1.5Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Jagung Manis ... 11

2.1.1 Botani Tanaman Jagung Manis ... 11

2.1.2 Syarat Tumbuh Jagung Manis ... 14

2.1.2.1 Iklim ... 14

2.1.2.2 Tanah ... 15

2.2 Pupuk Anorganik Tunggal ... 16

2.3 Pupuk Hayati ... 18

III. BAHAN DAN METODE 3.1Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2Alat dan Bahan ... 20

(16)

3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 22

3.4.1. Pengolahan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan .... 22

3.4.2. Analisis Tanah Sebelum Tanam ... 24

3.4.3. Aplikasi Pupuk Hayati ... 24

3.4.4. Penanaman dan Penjarangan Tanaman Jagung Manis .. 25

3.4.5. Aplikasi Pupuk Anorganik Tunggal ... 25

4.2.1 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis ... 32

4.2.2 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Jagung Manis ... 36

(17)

4.2.4 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk

Hayati Terhadap Populasi Mikroba Tanah ... 41

4.3 Pembahasan ... 42

4.3.1 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Vegetatif ... 43

4.3.2 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Generatif ... 45

4.3.3 Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Tunggal dan Pupuk Hayati Terhadap Populasi Mikroba Tanah ... 47

V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Analisis Kimia Tanah Awal... 30

2. Curah Hujan dari Bulan Desember 2015 sampai

Bulan Maret 2016 ... 31

3. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Variabel Pengamatan

Tanaman Jagung Manis... 32

4. Pengukuran Tinggi Tanaman Jagung Manis 6MST (cm) ... 61

5. Pengukuran Tinggi Tanaman Jagung Manis 6MST (cm)

Transformasi ... 61

6. Uji Homogenitas Ragam data Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis pada Variabel Tinggi Tanaman (6MST) Transformasi ... 62

7. Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung Manis (6MST) ... 62

8. Hasil Uji BNJ 5% pada Data Pertumbuhan Tinggi Tanaman

Jagung Manis 6MST (cm) Transformasi ... 63

(19)

10.Uji Homogenitas Ragam data Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis pada Variabel Jumlah Daun (6MST) ... 64

11.Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Jumlah Daun

Jagung Manis ... 64

12.Hasil Uji BNJ 5% pada Data Pertumbuhan Jumlah Daun Jagung Manis 6MST (helai) ... 65

13.Pengukuran Tingkat Kehijauan Daun Jagung Manis ... 65

14.Uji Homogenitas Ragam data Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis pada Variabel Tingkat Kehijauan Daun ... 66

15.Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Tingkat Kehijauan

Daun Juagung Manis ... 66

16.Hasil Uji BNJ 5% pada Data Pertumbuhan Tingkat Kehijauan Daun Jagung Manis ... 66

17.Pengukuran Indeks Luas Daun Jagung Manis (cm) ... 67

18.Pengukuran Indeks Luas Daun Jagung Manis (cm)

Transformasi ... 67

19.Uji Homogenitas Ragam data Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis pada Variabel Indeks Luas Daun ... 67

20.Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Indeks Luas Daun Jagung Manis ... 68

21.Hasil Uji BNJ 5% pada Data Pertumbuhan Tingkat Indeks Luas Daun Jagung Manis Transformasi ... 68

22.Pengukuran Bobot Tongkol Berkelobot Jagung ... 68

23.Pengukuran Bobot Tongkol Berkelobot Jagung Manis

(Transformasi) ... 69

24.Uji Homogenitas Ragam Data Produksi Tanaman Jagung Manis pada Variabel Bobot Tongkol Berkelobot ... 69

25.Hasil Analisis Ragam Data Pertumbuhan Tingkat Kehijauan Daun Jagung Manis (6MST) ... 70

(20)

27.Pengukuran Panjang Tongkol Jagung Manis ... 70

28.Uji Homogenitas Ragam Data Panjang Tongkol Jagung Manis ... 71

29.Hasil Analisis Ragam Data Panjang Tongkol ... 71

30.Hasil Uji BNJ 5% pada Data Panjang Tongkol ... 71

31.Pengukuran Diameter Tongkol Jagung Manis ... 72

32.Uji Homogenitas Ragam Data Diameter Tongkol Jagung Manis ... 72

33.Hasil Analisis Ragam Data Diameter Tongkol ... 72

34.Uji BNJ 5% pada Data Diameter Tongkol ... 73

35.Pengukuran oBrix Jagung Manis ... 73

36.Pengukuran oBrix Jagung Manis (Tarnsformasi) ... 73

37.Uji Homogenitas Ragam Data oBrix Jagung Manis ... 74

38.Hasil Analisis Ragam Data oBrix Jagung Manis ... 74

39.Uji BNJ 5% pada Data oBrix Jagung Manis ... 74

40.Pengukuran Produksi Perpetak Jagung Manis ... 75

41.Pengukuran Produksi Perpetak Jagung Manis (Transformasi) ... 75

42.Uji Homogenitas Ragam Data oBrix Jagung Manis (Transformasi) ... 76

43.Hasil Analisis Ragam Data Produksi Perpetak Jagung Manis ... 76

44.Uji BNJ 5% pada Data Produksi Perpetak Jagung Manis... 76

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema kerangka pemikiran ... 9

2. Pengolahan Lahan dan Lahan yang telah di petak ... 91

3. Petak Percobaan di Lahan ... 23

4. Aplikasi Pupuk Hayati ... 91

5. Penanaman dan Penjarangan Tanaman Jgung Manis ... 92

6. Aplikasi Pupuk Anorganik Tunggal... 92

7. Pemeliharaan Tanaman Jagung Manis ... 93

8. Pemanenan Jagung Manis ... 93

9. Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) ... 94

10.Pengamatan Tingkat Kehijauan Daun ... 94

11.Pengamatan Diameter Tongkol (cm) ... 94

12.Pengamatan Panjang Tongkol (cm) ... 95

13.Pengamatan Tingkat Kemanisan Jagung (oBrix) ... 95

14.Pengamatan Produksi Per Petak (kg) ... 95

15.Pengamatan populasi mikroba ... 96

16.Grafik Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) ... 33

(22)

18.Grafik PengamatanTingkat Kehijauan Daun ... 35

19.Grafik Pengamatan Indeks Luas Daun ... 36

20.Grafik Bobot Tongkol Berkelobot (g) ... 37

21.Grafik Pengamatan Panjang Tongkol (cm) ... 38

22.Grafik Pengamatan Diameter Tongkol (cm) ... 39

23.Grafik Pengamatan Tingkat Kemanisan Jagung (oBrix) ... 40

24.Grafik Pengamatan Produksi Per Petak (kg) ... 41

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung manis merupakan salah satu komoditas tanaman yang cukup digemari oleh

masyarakat saat ini karena rasanya enak dan manis. Jagung manis mengandung

73,7 g karbohidrat, 9,2 g kalori protein dan 3,9 g lemak (Budiman, 2013).

Menurut Palungkun dan Asiani (2004) produksi jagung manis di Indonesia

tergolong rendah yaitu 8,31 ton/ha dengan peluang pasar yang besar. Produksi

jagung manis yang hanya sedikit belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan oleh para

petani dan pengusaha Indonesia karena berbagai kendala.

Produktivitas jagung manis di dalam negeri masih rendah jika dibandingkan dengan

luar negeri karena sistem budidaya yang belum tepat. Salah satu penyebab

rendahnya produktivitas jagung manis adalah kesuburan tanah yang rendah. Hal

ini diakibatkan karena terjadinya degradasi lahan. Penyebab degradasi lahan

karena alam dan penggunaan lahan yang terus-menerus. Akana tetapi hal ini

dapat diatasi dengan melakukan perbaikan tanah dengan cara pemupukan.

Pemupukan adalah pemberian bahan berupa pupuk yang bertujuan untuk

(24)

2

pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk hayati. Pupuk anorganik memiliki

kelebihan dalam memenuhi sifat kimia tanah. Pemberian pupuk anorganik dapat

menambahkan unsur hara yang tidak tersedia di dalam tanah. Akan tetapi jika ada

kesalahan dalam pengunaan pupuk dengan pemakaian secara berlebihan akan

berdampak terhadap penurunan kualitas tanah dan lingkungan. Jenis pupuk

anorganik yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman adalah pupuk NPK

majemuk, urea, TSP, SP-36 KCl, KNO3 dan lain-lain. Pupuk organik dapat

menyuburkan dan memperbaiki sifat biologi dan fisik tanah. Kekurangan pada

pupuk organik adalah ketersediaan unsur hara pada pupuk organik cukup kecil

sehingga kebutuhan unsur hara kurang terpenuhi untuk tanaman.

Pupuk hayati merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang

aktivitasnya dapat menyuburkan tanah. Pupuk hayati terdapat mikroba yang

memiliki peranan positif bagi tanaman. Mezuan et al., (2002) menyatakan bahwa

pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan

kesuburan tanah dan kualitas tanaman melalui peningkatan aktivitas biologi yang

akhirnya dapat berinteraksi dengan sifat fisik dan kimia tanah.

Mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang dapat menambat

N dari udara, mikroba yang melarutkan hara (terutama P dan K), mikroba yang

merangsang pertumbuhan tanaman (Hanafiah et al., 2007). Mikroba penting

penyusun pupuk hayati diantaranya Bacillus sp., Pseudomonas sp., adalah bakteri

pelarut fosfat, Rhizobium sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan Acetobacter

(25)

3

mikroorganisme perombak bahan organik dan mikroba penghasil antibiotik

maupun hormon pertumbuhan.

Pemberian pupuk hayati yang dapat memperbaiki sifat biologi dan fisik tanah dan

pupuk anorganik yang memberikan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman dapat memberikan hasil yang optimum pertumbuhan dan produksi

tanaman jagung manis. Melihat banyaknya manfaat dari pupuk hayati dan

ditambah dengan pemberian pupuk anorganik tunggal (Urea, SP-36 dan KCl)

perlu dilakukan penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk

anorganik tunggal dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung manis serta populasi mikroba tanah.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dosis pupuk anorganik tunggal dan

pupuk hayati terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis

(Zea mays Saccharata sturt) serta populasi mikroba tanah.

1.3 Landasan Teori

Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan hasil tanaman

adalah pupuk (Fageria et al., 2008). Pupuk merupakan material yang

ditambahkan ke media tanam atau tanaman yang mencukupi kebutuhan hara yang

dibutuhkan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Secara umum,

jagung manis membutuhkan pupuk utama yaitu nitrogen (N), fosfor (P) dan

(26)

4

vegetatif, namun ketersediaan N di dalam tanah sedikit. Hal ini dikarenakan N

mudah tercuci dan menguap.

Nitrogen pada tanaman jagung manis merupakan hal yang sangat penting karena

nitrogen mempunyai efek nyata pada pertumbuhan tanaman yang dapat

merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan pertambahan tinggi tanaman.

Koswara (1982) menyatakan bahwa, dengan tersedianya nitrogen maka tanaman

akan membentuk bagian bagian vegetatif yang cepat. Hal ini dikarenakan

jaringan meristem akan melakukan pembelahan sel, perpanjangan dan pembesaran

sel – sel baru sehingga pertumbuhan tanaman berlangsung dengan baik.

Selain unsur hara N yang penting dalam pertumbuhan tanaman jagung manis,

peran unsur hara P juga berperan dalam pembentukan bunga, sehingga

mempengaruhi pembentukan dan ukuran tongkol, karena tongkol merupakan

perkembangan dari bunga betina. Hal ini didukung oleh pernyataan Sutejo (1995)

bahwa untuk mendorong pembentukan bunga dan buah sangat diperlukan unsur P.

Pupuk K merupakan hara makro, yang diserap tanaman dalam jumlah

yang banyak. Hara K berfungsi dalam proses fotosintesis dengan memperlancar

proses masuknya CO2 lewat stomata, transport fotosintat, air dan gula, serta

dalam sintesis protein dan gula (Dibb, 1988). Hara K diserap tanaman dalam

bentuk ion K+ dan jumlahnya dalam tanah cukup bervariasi (Mutscher, 1995).

Rasa manis pada jagung manis diduga dipengaruhi oleh adanya unsur hara K.

Kalium diserap dalam bentuk ion K+. Salisbury & Ross (1992) menyatakan

bahwa K+ berperan dalam proses pembentukan pati yaitu sebagai aktivator enzim

(27)

5

tumbuhan dan kemungkinan gula dan bukan pati yang tertimbun dalam tumbuhan

yang kekurangan kalium.

Secara umum, budidaya jagung manis pemupukan tanaman hanya dengan

menggunakan pupuk anorganik. Pemberian pupuk anorganik secara

terus-menerus tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik akan

mengakibatkan kerusakan tanah baik secara fisik maupun biologi. Brady dan

Buckman (1969) menyatakan bahwa, pemupukan yang ideal adalah jika unsur

hara yang diberikan dapat melengkapi unsur hara yang tersedia dalam tanah

sehingga jumlah unsur hara yang tersedia menjadi tepat. Pemakaian pupuk

organik secara kontinu dan berkesinambungan akan memberikan keuntungan dan

manfaat dalam pemakaian jangka panjang.

Pemberian pupuk organik pada tanaman tidak dapat langsung diserap oleh

tanaman. Unsur hara yang tersedia pada pupuk organik belum dapat diserap

tanaman karena pupuk organik yang terdekomposisi sempurna agar mudah

diserap oleh tanaman. Pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme hidup

yang aktivitasnya dapat menghasilkan enzim yang dapat mendekomposisikan

pupuk organik.

Beberapa jenis mikroorganisme yang biasa digunakan dalam pupuk hayati

adadalah bakteri penambat nitrogen. Bakteri ini berasosiasi dengan perakaran

tanaman. Bakteri penambat nitrogen yang biasa digunkan dala buddaya tanaman

adalah Azospirillium dan Azotobacter. Azospirillium mempunyai potensi cukup

besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Azozpirillium memiliki

(28)

6

mengahasilkan zat pengatur tumbuh (Mahdi, 2010). Azozpirillium banyak

dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan seperti jenis serealia,

jagung, cantel, dan gandum.

Azotobacter menunjukkan respon yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. strain mutan dari Azotobacter menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi di

produksi gandum sebesar 12,6% (Kumar et al., 2001). Peran Azotobacter antara

lain untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman, mempermudah penyerapan

hara bagi tanaman, membantu dekomposisi bahan organik, menyediakan

lingkungan rhizosfer yang lebih baik sehingga pada akhirnya akan mendukung

pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman. Hasil penelitian Chand et al.,

(2006) bahwa pemberian tanaman nutrisi melalui FYM (peternakan pupuk

kandang) dan pupuk NPK, serta pemupukan sesbania hijau memainkan peran

penting dalam mempertahankan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman.

1.4 Kerangka Pemikiran

Rendahnya produksi jagung manis di Indonesia mengakibatkan pemerintah impor

jagung manis untuk memenuhi kebutuhan jagung manis. Salah satu penyebab

rendahnya produksi jagung manis adalah degradasi lahan. karena penggunaan

lahan yang terus-menerus. Degradasi lahan dapat diatasi dengan cara pemupukan.

Pemupukan adalah pemberian pupuk untuk menambahkan unsur hara di dalam

tanah. Pupuk dibedakan menjadi pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk

hayati. Pupuk anorganik dapat memenuhi sifat kimia tanah seperti ketersediaan

unsur hara didalam tanah cukup untuk tanaman. Penggunaan pupuk anorganik

(29)

7

menjadi keras dan sifat biologi tanah. Jenis-jenis pupuk anorganik yaitu pupuk N,

P, K, NPK majemuk, urea, SP-36, TSP, KCl, KNO3 dan lain-lain.

Pupuk organik dapat memenuhi sifat fisik dan sifat biologi tanah, namun pupuk

anorganik tidak cukup untuk memenuhi sifat kimia tanah. Ketersediaan unsur hara

pada pupuk organik tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Hal ini

dikarenakan unsur hara yang terdapat pada pupuk organik harus dilakukan

perombakan agar mudah diserap. Pupuk hayati yang mengandung

mikroorganisme hidup yang aktivitasnya dapat merombak bahan organik atau

pupuk organik yang tidak tersedia untuk tanaman. Pupuk hayati juga

mengandung mikroorganisme yang daoat menyediakan unsur hara yang yang

terjerap di dalam tanah dan meningkatkan kesuburan tanah.

Mikroorganisme yang sering digunakan pada pupuk hayati adalah Azotobacter

sp., Azospirillium sp. sebagai penambat nitrogen, Pseudomonas sp., Bacillus sp.

sebagai bakteri pelarut fosfat dan Lactobacillus sp. sebagai perombak bahan

organik. Salah satu pupuk hayati yang banyak mengandung mikroba dalam

budidaya tanaman jagung manis adalah Biomax Grow.

Biomax grow merupakan pupuk biologi yang mengandung sejumlah mikroba yang dapat meningkatkan kesuburan tanah biologi dan ketersediaan hara dalam

tanah. Kandungan yang terdapat dalam Biomax Grow adalah Azospirillium,

(30)

8

Biomax grow dapat memperbaiki sifat tanah melalui perbaikan struktur dan tekstur tanah yang telah mengalami kerusakan karena pemakaian pupuk kimia

secara terus-menerus dan berlebihan serta dapat menetralisir, mengurai, dan

merombak faktor penghambat ketersediaan unsur hara atau zat yang dibutuhkan

oleh tanaman. Manfaat untuk tanaman yaitu untuk merangsang pertumbuhan akar

sehingga jangkauan akar mengambil unsur hara yang diperlukan meningkat serta

dapat memperbaiki kualitas rasa, aroma dan selera terhadap biji atau buah yang

dihasilkan.

Kandungan dari pupuk hayati (Biomax Grow) dengan pupuk anorganik tunggal

diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan

(31)

9

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Produksi Jagung Manis

Rendah

Degradasi lahan

Pupuk anorganik (urea, SP-36, dan KCl) Pemupukan

Pupuk Hayati (Biomax Grow)

Produksi Jagung Manis Meningkat, Kesuburan Tanah

Meningkat

Memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah, unsur hara

(32)

10

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat ditentukan hipotesis bahwa

pemberian kombinasi pupuk anorganik tunggal dan pupuk hayati dapat

memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung

(33)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung Manis

Jagung manis adalah varietas botani dari jagung biasa atau jagung pakan yang

termasuk tanaman hortikultura meskipun secara morfologi tidak berbeda dengan

jagung biasa. Hal yang membedakan jagung manis dan jagung biasa adalah

kandungan gula pada jagung manis lebih tinggi pada stadia masak susu dan

permukaan kernel yang menjadi transparan dan berkerut saat mengering (Syukur

dan Rifianto, 2014). Hampir seluruh bagian tanaman jagung manis memiliki nilai

ekonomis yaitu batang dan daun muda dapat dijadikan sebagai pakan ternak,

batang dan daun tuan dapat dijadikan sebagai pupuk hijau atau kompos, batang

dan daun kering dapat dijadikan sebagai pengganti kayu bakar, buah muda dapat

dijadikan olahan makanan seperti perkedel, bakwan dan berbagai macam olahan

lainnya (Purwono dan Hartono, 2007).

2.1.1 Botani Tanaman Jagung Manis

Jagung manis tergolong tanaman monokotil yang berumah satu (monoecious)

(34)

12

berbeda, tetapi dalam satu tanaman yang sama. Bunga jantan tumbuh sebagai

perbungaan ujung pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina

tumbuh sebagai perbungaan samping yang berkembang pada ketiak daun

danpenyerbukan bersifat menyerbuk silang. Tepung sari diproduksi oleh bunga

jantan jumlahnya sangat banyak sehingga tersedia jutaan tepung sari untuk

menyerbuki setiap calon biji (kernel) pada tongkol jagung manis. Penyerbukan

dibantu oleh angin dan gaya gravitasi. Penyebaran tepung sari juga dapat

dipengaruhi oleh suhu dan varietas jagung serta dapat berakhir dalam 3-10 hari.

Rambut tongkol muncul 1-3 hari setelah serbuk sari mulai tersebar dan siap

diserbuki (reseptif) ketika keluar dari kelobot (Syukur dan Rifianto, 2014).

Batang tanaman jagung manis beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara

10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada jagung

manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal

batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60-300 cm atau lebih tergantung

tipe dan jenis jagung. Ruas bagian batang atas berbentuk slindris dan ruas-ruas

pada bagian bawah berbentuk bulat agak pipih yang telah berkembang

menghasilkan tajuk bunga betina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. antara pelepah dan

helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.

Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung

berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi

sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon

(35)

13

berumah satu dan menyerbuk silang. Tepung sari yang diproduksi oleh bunga

jantan sangat banyak sehingga tersefdia jutaan tepung sari untuk menyerbuki

setipcalon biji padatongkoljagung manis. Penyebaran tepung sari disebabkan oleh

angin, suhu, gravitasi, serta varietas jagung manis tersebut. Rambut tongkol

muncul pada saat 1—3 hari setelah serbuk sari mulai tersebar dan siap

diproduksiketika keluar dari kelobot (Syukur dan Rifianto, 2014).

Akar primer awal pada pada jagung manis setelah perkecambahan menandakan

pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku

pangkal batang dan tumbuhnya menyamping (Syukur dan Rifianto, 2014). Pada

waktu tanaman berbunga jantan maka radius akarnya kurang lebih 100 cm dengan

kedalaman dapat mencapai kurang lebih 75 cm. Akar ini dapat berjumlah 20-30

akar . Akar ini akan tumbuh akar-akar laterla dan diujungnya terdapat bulu-bulu

akar, biasanya berumur pendek (Ginting, 1995).

Tanaman ini memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopsis

berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu atau lebih

yang setiap tongkolnya terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400

butir biji jagung (Suprapto dan Marzuki, 2005).

Menurut Purwono dan Hartono (2007), klasifikasi dari tanaman jagung manis

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

(36)

14

Ordo : Graminales

Family : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays Saccharata Sturt

2.1.2 Sayarat Tumbuh Jagung Manis

2.1.2.1 Iklim

Tanaman jagung manis berasal dari daerah tropis, tetapi karena banyak

tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya, jagung manis dapat tumbuh baik pada

berbagai iklim. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung

manis adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis

atau tropis basah.

Jagung manis sebagai tanaman daerah tropis dapat tumbuh subur dan memberikan

hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik.

Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata

antara 14-30o C, pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan

laut (dpl), dengan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang

terdistribusi rata selama musim tanam (Kartasapoetra, 1987).

Perkembangan tanaman dan pembungaan dipengaruhi oleh panjang hari

dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar

tropika tidak akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari

berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini

(37)

15

bunga jantan. Namun pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan suhu kurang dari

20oC juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi hari pendek pada

daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal (Rubatzky

dan Yamaguchi, 1998).

2.1.2.2 Tanah

Tanah yang sesuai adalah tanah dengan tekstur remah, karena tanah

tersebut bersifat porous sehingga memudahkan perakaran pada tanaman jagung.

Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Tanah lempung berdebu

adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tipe tanah liat masih dapat

ditanami jagung, tetapi dengan pengerjaan tanah lebih sering selama

pertumbuhannya, sehingga aerase dalam tanah berlangsung dengan baik.

Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 5,5 sampai 7 mengering

(Syukur dan Rifianto, 2014).. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran

pengairan yang dibuat diantara barisan jagung.

Jagung umumnya ditanam di dataran rendah, di lahan sawah tadah hujan

maupun sawah irigasi, tetapi terdapat juga di daerah dataran tinggi pada

ketinggian 1000 m - 1800 m di atas permukaan laut. Tanah dengan kemiringan

sampai 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap

miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu

turun hujan besar. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi

(38)

16

2.2 Pupuk Anorganik Tunggal

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang erat kaitannya dengan

pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan pupuk sumber hara N, P, dan

K yang lebih direspons oleh tanaman saat ini semakin sulit diperoleh oleh petani,

sehingga diperlukan informasi tentang ketersediaan hara di dalam tanah agar

diketahui unsur hara yang kahat di tanah tersebut. Kegiatan ini memberikan hasil

yang optimal tergantung pada beberapa faktor, di antaranya takaran dan jenis

pupuk yang digunakan. Jenis dan takaran pupuk ini banyak digunakan untuk

mengkaji tanggap (respon) tanaman terhadap tindakan pemupukan

(Nurdin et al, 2008).

Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan

secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen pun

berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam

proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai

persenyawaan organik lainnya.

Fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya

akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah

untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan

pernafasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Fungsi

utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat.

Kaliumpun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan

buah tidak mudah gugur. Selain itu kalium merupakan sumber kekuatan bagi

(39)

17

Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman dan sekaligus menjadi

pemupukan N mengakibatkan meningkatnya panjang tongkol dan diameter

tongkol jagung, sehingga berat tongkol meningkat. Menurut Sudjana et al, (1991),

tanaman jagung membutuhkan nitrogen sepanjang hidupnya dan sangat efektif

dalam penggunaan amonium meskipun sebagian besar diambil dalam bentuk

nitrat. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan

protein, dan disamping itu juga merupakan bagian integral dari klorofil (Nyakpa

et al., 1988). Hara N dalam tanah sangat mobile, banyak yang hilang karena menguap dan terbawa aliran permukaan dan tercuci.

Pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan tanaman mudah

rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas produksi

(Rauf et al., 2000). Pemupukan P yang dilakukan terus menerus tanpa

menghiraukan kadar P tanah yang sudah jenuh telah pula mengakibatkan

menurunnya tanggap tanaman terhadap pemupukan P (Goenadi, 2006) dan

tanaman yang dipupuk P dan K saja tanpa disertai N, hanya menjadikan produksi

yang lebih rendah (Winarso, 2005).

2.3 Pupuk Hayati

Pupuk hayati didefinisikan sebagai substans yang mengandung mikroorganisme

hidup yang mengkolonisasi rhizosfir atau bagian dalam tanaman dan memacu

pertumbuhan tanaman dengan jalan meningkatkan pasokan ketersediaan hara

primer dan atau stimulus pertumbuhan tanaman target, bila dipakai pada benih,

permukaan tanaman, atau tanah (FNCA Biofertilizer Project Group, 2006).

(40)

18

peningkatan efektivitas dan efisiensi pemupukan sehingga dapat menghemat biaya

pupuk dan penggunaan tenaga kerja. Teknologi yang dapat digunakan adalah

penerapan pupuk mikroba (microbial fertilizer).

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok

fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam

tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru

dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial

pertama di dunia yaitu inokulan rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang

lalu. Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme

hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi

tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman (Simanungkalit et al., 2006). Pupuk

hayati memiliki potensi yang cukup tinggi untuk meningkatpertumbuhan dana

hasil pada tanaan sayuran hingga 4 kali lipat seperti biasanya

(Leavingvutiviroj et al.,2011).

Pupuk hayati meningkatkan efisiensi pupuk kimia (pada setiap penambahan dosis

pupuk hayati telah meningkatkan hasil), meningkatkan hasil dan kualitas dan

membawa lebih banyak keuntungan kepada petani (Bashyal, 2011).

Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses

tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan

oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau

cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau

nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu

(41)

19

penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil

perombakan bahan organik oleh kelompok organisme perombak. Kelompok

mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza

(Simanungkalit et al, 2006).Tanah berperanan penting dalam siklus mineral

terutama yang terdiri siklus nitrogen, fosfor, sulfur dan siklus karbon. Bakteri

yang berperanan dalam siklus nitrogen antara lain Azotobacter dan Azospirillum.

Bakteri tersebut bersifat non simbiosis yang mampu mengikat N2 bebas. Bakteri

Azotobacter misalnya merupakan bakteri yang hidup di daerah rizosper yang bersifat heterotrofik. Bakteri ini berfungsi sebagai pengikat N2 bebas yang

mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah sehingga mampu

meningkatkan kesuburan tanah. Populasi bakteri nitrifikasi dalam tanah akan

mempengaruhi rasio konsentrasi nitrogen dalam tanah, sehingga populasi mikroba

(42)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan yang terletak di Kelurahan Kota Sepang Jaya

Kecamatan Labuhan Ratu yang terletak pada koordinat antara 105o15’ 23” dan

105o15’ 82” BT dan antara 5o21’ 21” dan 5o22’ 28” LS dengan tipe tanah

Ultisol. Analisis populasi mikroba tanah awal dan akhir tanam dilakukan di

Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan analisis

kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Lampung. Penelitian ini dimulai pada Desember 2015 sampai dengan

Maret 2016.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk hayati (Biomax

Grow) (Lampiran 2), benih jagung manis Kultivar Talenta (Lampiran 3), pupuk urea, SP-36 dan KCl, pestisida, air, label, dan patok. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah alat tulis, cangkul, meteran atau penggaris, mikroskop,

(43)

21

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan. Perlakuan tersebut yaitu :

K0 : Kontrol (hanya diberikan pupuk kandang ayam dengan dosis 5 ton/ha)

K1 : Pupuk anorganik tunggal dengan dosis 100% rekomendasi (Urea 300 kg/ha,

SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha) (Syukur dan Rifianto, 2014).

K2 : Pupuk anorganik tunggal dengan dosis 100% rekomendasi (Urea 300 kg/ha,

SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha) + pupuk hayati dengan konsentrasi 20 ml/l

K3 : Pupuk anorganik tunggal dengan dosis 60% rekomendasi (Urea 180 kg/ha,

SP-36 90 kg/ha, KCl 60 kg/ha) + pupuk hayati dengan konsentrasi 20 ml/l .

K4 : Pupuk anorganik tunggal dengan dosis 20% rekomendasi (Urea 60 kg/ha,

SP-36 30 kg/ha, dan KCl 20 kg/ha + pupuk hayati dengan konsentrasi 20 ml/l

K5 : Pupuk hayati dengan konsentrasi 20 ml/l

Setiap perlakuan diberikan pupuk kandang ayam dengan dosis 5 ton/ha sebagai

pupuk dasar.

Seluruh perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh, dianalisis dan

diuji dengan menggunakan Uji-F dengan taraf nyata 5%. Jika hasil yang

diperoleh berbeda nyata melalui analisis ragam, maka pengujian dilanjutkan

(44)

22

3.4. Pelaksanaan

3.4.1. Pengolahan lahan dan pembuatan petak percobaan

Penyiapan lahan tanam dilakukan dengan mengukur luas lahan yang akan

dimanfaatkan untuk penelitian pada tanggal 3 Desember 2015. Pengolahan

diawali dengan melakukan pembersihan lahan dari gulma-gulma yang tumbuh.

Pembersihan gulma dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan mencabuti dan

membabat gulma yang tumbuh dilahan. Setelah itu dilakukan pengukuran lahan

yang akan dibuat petak percobaan. Luas lahan pada penelitian ini adalah 150 m2 ,

namun lahan efektif seluas 135 m2 akan dibuat petak percobaan sebanyak 18

petak dengan setiap petak percobaan tersebut berukuran 3 x 2.5 m (Gambar 2).

Lahan diberikan label berupa patok yang diberikan sesuai perlakuan. Dalam satu

petakan tersebut dibentuk empat barisan tanaman. Lahan diberikan pupuk

kandang ayam dengan dosis 5 ton/ha. Pupuk kandang ayam yang diberikan

merupakan hasil pengomposan menggunakan mikroba terkompos EM4.

(45)

23

Tata letak petak percobaan disajikan pada Gambar 3

U1 U2 U3

Gambar 3. Petak Percobaan di Lahan

Keterangan : K0: Kontrol (hanya dengan pemberian pupuk kandang ayam sebanyak 5ton/ha)

K1: N,P,K 100% rekomendasi

K2: N,P,K 100% rekomendasi + Biomax Grow 20ml/l K3: N,P,K 60% rekomendasi + Biomax Grow 20ml/l K4: N,P,K 20% rekomendasi + Biomax Grow 20ml/l K5: Biomax Grow 20ml/l

(46)

24

3.4.2. Analisis tanah sebelum tanam

Analisis tanah dilakukan sebelum penanaman. Data analisis tanah yang

diperlukan adalah pH tanah dengan metode Kalorimeter , N total dengan metode

Kjedhal, P tersedia dengan metode Bray , K-dd dengan metode Flamefotometer,

tekstur dengan metode Hidrometer.

3.4.3. Aplikasi pupuk hayati

Aplikasi pupuk hayati dilaksanakan dua kali dalam budidaya jagung manis yaitu

pada saat tanam dan 4 MST. Satu hektar lahan dibutuhkan 3 liter Biomax Grow

dan air hingga 150 liter, sehingga konsentrasi yang didapat melalui perhitungan

sebagai berikut :

Perhitungan dosis pupuk hayati Biomax Grow yaitu :

(47)

25

Sebelum dilakukan aplikasi pupuk hayati dilakukan kalibrasi pada petak

percobaan. Kebutuhan air untuk satu petak adalah 4 liter sehingga dosis pupuk

hayati yang digunakan adalah 80 ml (Gambar 4). Aplikasi dilakukan pada 28

Desember 2015.

3.4.4. Penanaman dan penjarangan tanaman jagung manis

Penanaman jagung manis dilakukan pada tanggal 28 Desember 2015 dengan

jarak tanam 70 x 20 cm sehingga dalam satu petak percobaan memiliki 64 lubang

tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal kemudian dimasukkan 2 benih

jagung manis disetiap lubang tanam (Gambar 5a). Benih yang digunakan adalah

kultivar Talenta. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST yaitu

pada tanggal 11 Januari 2016, sehingga tersisa satu tanaman sehat. Penjarangan

dilakukan dengan cara memotong bagian batang bawah tanaman tepat berada di

permukaan tanah dengan menggunakan gunting (Gambar 5b)

3.4.5. Aplikasi pupuk anorganik tunggal

Pemberian pupuk dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016 dengan cara dilarik

dengan jarak kurang lebih 5 cm dari lubang tanam (Gambar 6). Setelah itu

ditutup kembali dengan dengan tanah, lalu disiram dengan air agar pupuk larut

sehingga dapat diserap oleh akar tanaman. Untuk pupuk urea diberikan setengah

dari dosis perlakuan namun untuk pupuk SP36 dan KCl diberikan seluruhnya.

(48)

26

3.4.6. Pemeliharaan

Pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 4 MST yaitu pada tanggal 25

Januari 2016 dengan cara menimbun akar tanaman jagung yang naik keatas

permukaan dengan menggunakan tanah. Pembumbunan juga dilakukan jika tanah

pada lahan sudah terjadi erosi dan akar tanaman terlihat diatas permukaan tanah

(Gambar 7a). Tujuan pembumbunan agar tanaman tidak mudah rebah.

Pengendalian OPT dilakukan secara manual. Hal ini dikarenakan OPT yang

menyerang tanaman tidak terlalu banyak dan tidak merugikan, seperti

pengendalian gulma hanya dilakaukan pencabutan secara rutin. Pengendalian

hama tanaman jagung juga dikendalikan secara manual seperti menmbuang ulat

yang terdapat pada daun (Gambar 7b). Pengendalian penyakit bulai juga

dilakukan secara manual (Gambar 7c). Tanaman yang terserang penyakit, dicabut

sampai ke akar lalu membakar tanaman yang terserang penyakit tersebut agar

tidak menyebar ke tanaman lain

3.4.7. Panen

Pemanenan dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016, saat tanaman masih muda atau

matang susu berumur 74 hari setelah tanam (Gambar 8). Ciri-ciri tanaman jagung

manis siap panen adalah rambut jagung telah bewarna coklat, tongkol telah berisi

(49)

27

3.5. Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan yang diamati pada penelitian ini meliputi :

3.5.1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman mulai diukur pada saat 3 MST dan dihitung setiap satu minggu.

Awal pengamatan dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016. Tanaman diukur dari

leher akar sampai pangkal bunga jantan (Gambar 9). Tinggi tanaman diukur

sampai tanaman berumur vegetatif penuh (5-6 MST).

3.5.2. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka penuh dan mulai

terhitung setelah 3 MST pada tanggal 18 Januari 2016 dan penghitungan

dilakukan setiap seminggu sekali. Jumlah daun tanaman dihitung sampai tanaman

berumur vegetatif penuh (5-6 MST)

3.5.3. Tingkat kehijauan daun

Untuk mengukur tingkat kehijauan daun digunakan alat Minolta SPAD (Gambar

10) . Daun yang diambil dari dua daun paling atas dan dekat dengan tongkol.

Pengambilan dilakukan setelah tanaman saat umur vegetati penuh (5-6 MST)

(50)

28

3.5.4. Indeks Luas Daun

Pengukuran dilakukan pada taaman berusia 6 MST yaitu pada tanggal 8 Febuari

2016. Untuk mengukur indeks luas daun, diukur panjang dan lebar daun. Setelah

itu dihitung dengan menggunakan rumus :

3.5.5. Bobot Tongkol Berkelobot (g)

Pengukuran bobot tongkol berkelobot menggunakan timbangan. Diambil 5

sampel yang telat ditentukan. Timbang seluruh bobot tongkol tersebut.

Pengamatan dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016.

3.5.6. Diameter tongkol (cm)

Pengukuran diameter tongkol dengan mengukur diameter bagian pangkal, tengah

dan ujung bagian tongkol dengan menggunakan jangka sorong kemudian hasil

dari pengukuran tersebut dirata-ratakan (Gambar 11). Pengukuran diameter

tongkol dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016

3.5.7. Panjang Tongkol (cm)

Pengukuran panjang tongkol dilakukan secara manual dengan menggunakan

penggaris (Gambar 12). Pengukuran dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016. ILD = Panjang x lebar daun maksimum x jumlah daun/tanaman

(51)

29

3.5.8. Tingkat Kemanisan Jagung (oBrix)

Pemgukuran dilakukan menggunakan refrraktometer pada tanggal 10 Maret

2016. Pipil jagung manis, lalu tumbuk sampai mengeluarkan cairan putih.

Letakkan cairan tersebut ke lensa refraktometer, lalu lihat angka yang terdapat

pada refraktometer tersebut (Gambar 13).

3.5.9. Produksi Per petak (kg)

Penimbangan produksi pepetak dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016 dengan

menimbang seluruh tongkol kelobot yang dipanen pada petak panen. Produksi

petak dihitung dari jumlah keseluruhan tongkol yang dihasilkan dari setiap

petaknya (Gambar 14)

3.5.10. Populasi mikroba (107CFU/ml)

Penghitungan populasi mikroba dengan menggunakan metode cawan. Dalam

metode menggunakan media agar yang akan digunakan untuk menghitung

populasi mikroba (Gambar 15) . Mikroba yang yang dihitung adalah jumlah

(52)

53

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian kombinasi pupuk anorganik tunggal dan pupuk hayati pada

jagung manis dapat mempengaruhi tanaman menjadi lebih tinggi, jumlah

daun semakin banyak, tingkat kehijauan daun menjadi lebih hijau, indeks

luas daun semakin luas, tongkol menjadi lebih panjang, diameter tongkol

menjadi lebih besar, bobot tongkol semakin berat, produksi perpetak

semakin besar, tingkat kemanisan jagung manis (oBrix) menjadi lebih

manis dan populasi mikroba baik jamur dan bakteri semakin banyak.

2. Perlakuan K3 (Pupuk anorganik tunggal 60% rekomendasi+Biomax Grow

konsentrasi 20 ml/l) memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 12,38 kg/7,5 m2

(53)

54

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam pemberian pupuk anorganik

tunggal dan pupuk hayati disarankan perlu dilakukan kembali dengan

menggunakan dosis pupuk hayati yang beragam untuk mengetahui dosis yang

(54)

55 tanaman.html. Diakses pada Jumat, 23 Desember 2016 pukul 08.02 WIB.

Allen, O. N. 1981. The leguminosae: A source book of characteristics, uses, and nodulation. University of Wisconsin Press. Madison, USA

Bashyal. L. N. 2011. Response of Cauliflower to nitrogen Fixing Biofertilizer and Graded Levels of Nitrogen. The Jurnal of Agriculture and Environment. 12 : 41—50

Brady, N.C., dan H.O. Buckman. 1983. The Nature dan Properties Of Soils. Mac-milan CO., Inc. New Delhi.

Chand, S., Anwar, M. & Patra, D.D. 2006. Influence Of Long-Term Application Of Organic And Inorganic Fertilizer To Build Up Soil Fertility And Nutrient Uptake In Mint Mustard Cropping Sequence. Communications in Soil Science and Plant Analysis.37 : 63-76.

Danapriatna, N., R. Hindersah dan Y. Sastro. 2010. Pengembangan pupuk hayati Azotobacter DAN Azospirillum untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan pupuk N di atas 15 % pada tanaman padi. Badan litbang Departemen pertanian. Bekasi.

Dibb, D. W. 1988. Potassium For Agriculture. Better Crops with Plans Food.

Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2011. Luas Panen,Produksi Dan Produktivitas Sayuran Di Indonesia Tahun 1999-2002.

(55)

56

Dutta, S., Pal, R., Chakeraborty, A. and Chakrabarti, K. 2003. Influence of

integrated plant nutrient phosphorus and sugarcane and sugar yields. Field Crop Research. 77:43-49.

Fageria. N.K., V.C. Baligar and Y.C. Li. 2008. The Role Of Nutrient Efficient Plants In Improving Crop Yields In The Twenty First Century. Journal Of Plant NutritionI. 31 (6) : 1121—1157.

FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Japan Atomic Industrial Forum. Tokyo

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia Jakarta.

Ginting, S. 1995. Diktat Mata Kuliah Agronomi Tanaman Makanan I. Fakultas Pertanian USU. Medan.

Glick, B.R. 1995. The Enhancement Of Plant Growth By Free-Living Bacteria. Can. Jurnal Microbial. 41 (2): 109-117.

Goenadi, D.H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan berbasis Hayati dari Cawan Petri ke Lahan Petani Edisi Pertama. Yayasan John Hi-Tech Idetama. Jakarta..

Hanafiah, K. A. N, Napoleon. Ghofar. 2007. Biologi Tanah : Ekologi dan

Makrobiologi Tanah : Edisi 1-2. PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta. Hasanuddin. 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme dalam sistim

pengendalian penyakit tumbuhan secara terpadu. Medan.

Indrayati, L dan S, Umar. 2011. Pengaruh Pemupukan N,P, K, dan Bahan

Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sulfat Masam Bergambut. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru. Jurnal Agrista. 15 (3) : 94—101.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik, Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian Bumi. Kreasi Wacana. Yogyakarta.

Kader, M. A, M. H. Mian dan M. S. Hoque. 2002. Effect of Azotobacter inoculant on yield and nitrogen uptake by wheat. OnLine J.Bio. Sci. 2 (4) : 259 -261.

Kadekoh, I dan Amirudin. 2007. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Pulut (Zea mays certain) pada Berbagai Dosis Bokasi Gamal dan Pupuk NPK dalam System Alley Cropping. Jurnal Agrisain 8(1): 10-17.

(56)

57

Kuyik. A. R. 2012. Respons Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata L) Terhadap Pemberian Pupuk Organik. Jurnal Penelitian Fakultas Pertanian USRAT. 3 (1) : 35-46

Kumar.V., R.K. Behl, N. Narula. 2001. Establishment of phospate solubilizing strains of Azotobacter chroococcum in the rhizosphere and their effect on wheat cultivars under green house conditions. Microbiological Research. 156 : 87—93

Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Leavingvutiviroj. C., P. Ruanghisan., P. Hansanimitkul., H. Shinkawa and

K.Sasaki.2010. Development Of A New Biefertilezer A High Capacity For N2 Fixaxtion, Phosphate And Pottasium Solubilization And Auxin

Production. Biosci Biotechnol Biocem. 74 (5) 1098—1101

Lingga dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Redaksi Agromedia. Jakarta.

Mahdi. S.S, G. I. Hassan, S. A. Samoon, H. A. Rather, Showkat A. Dar and B. Zehra. 2010. Bio-Fertilizer In Organic Agriculture. Journal of Phytology. 2 (10) : 42-54.

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academis Press. London.

Mezuan, I.P. Handayani, E. Inoriah. 2002. Penerapan Formulasi Pupuk Hayati Untuk Budidaya Padi Gogo. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 4(1) : 27-34.

Mimbar, S.M. 1990. Pola Pertumbuhan dan Hasil Jagung Kretek Karena Pengaruh Pupuk N. Agrivita. 13 (3) : 82-89.

Moelhayadi, Y., M.U. Harun, Munandar, R. Hayati, N. Gofar. 2012. Pemanfaatan Berbagai Jenis Pupuk Hayati Pada Budidaya Tanaman Jagung

(Zea mays. L) Efisien di Lahan Kering Marginal. Jurnal Lahan Suboptimal. 1 (1) : 31—39.

Mutscher, H. 1995. Measurement and assessment of soil potassium. IPI

Research Tropics. International Potash Institute Base Switzerland. (4):102. Novriani, 2010. Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya

Jagung. Jurnal agronobis. 2(3) : 42 – 49.

(57)

58

Nurdin, P. Maspeke, Z. Ilahude, F. Zakaria. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang Dipupuk N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. 14 (1) : 49—56 . Nyakpa, Y.M., A.A. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, G. B.

Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Unila, Lampung.

Palungkun, R. dan B. Asiani. 2004. Sweet Corn-Baby Corn : Peluang Bisnis , Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pasta. I., A. Ette, H.N. Barus. 2015. Tanggap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata) Pada Aplikasi Berbagai Pupuk Organik. e-J. Agrotekbis. 3 (2) : 168—177.

Purwanti, L. W. Sutari, Kusumiyati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Hayati dan Dosis Pupuk N,P, K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Kultivar Talenta. Agricultural Science Journal. 1 (4) : 177—188.

Purwono, M. Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Depok.

Rachman, I.A., Sri.D., Komarudin. I. 2008. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk NPK terhadap Serapan Hara dan Produksi Jagung di Inceptisol Ternate. Jurnal Tanah dan Lingkungan. 10 (1) : 7—13.

Rao, S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Oxfort-BH. New Delhi

Rauf, A.W., T. Syamsuddin dan S. R. Sihombing. 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian.

Rinsema, W.T, 1983. Pupuk dan cara pemupukan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Rubatzky, V. E. Dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produksi dan Gizi. ITB-Press. Bandung.

Sallisbury, F.B. dan W. C Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB. Bandung.

Simanungkalit, R. D. M. 2001. Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu Pendekatan Terpadu. Bul.Agrobio. 4(2):56--61.

(58)

59

Sintia, M. 2011. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Jerami Padi dan Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt). Jurnal Tanaman Pangan. : 1—7

Spedding,T. A.C., Hamel. G.R., Mehuys. C.A., Madramootoo. 2003. Soil Microbial Dynamics in Maize-growing Soil Under Different Tillage and Residue Management Systems. Soil BiologyBiochemistry 36 : 499-512

Sudjana, A., A. Rifin, dan M. Sudjadi. 1991. Jagung. Buletin Teknik No. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Bogor.

Suliasih, S. Widiawati, A. Muharam.2010. Aplikasi Pupuk Organik dan Bakteri Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Tomat dan Aktivitas Mikroba. Jurnal Hortikultura. 20 (3) : 242—246.

Sundara. B, V. Natarajan, K. Hari.2002. Influence Of Phosphorus Solubilizing Bacteria On The Changes In Soil Available Phosphorus And Sugarcane And Sugar Yields. Field Crops Research. 77 (1) 43-49

Suprapto, H. Dan S. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutejo, M.M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Sutedjo, M. M. dan Kartasapoetra.1990. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syukur, M. dan A, Rifianto. 2014. Jagung Manis. Jakarta. Penebar Swadaya. Jakarta

Thomas, G.V. 1985. Occurence and Availibility Of Phosphate-Solubilizing Fungi From Coconut Plaint Soils. Plant Soil. 87 : 57—364

Utomo,M., T. Sabrina, Sudarsono, J. Lumbanraja, B. Rusman, Wawan. 2016. Ilmu Tanah Dasar-dasar Pengelolaan. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta.

Waluyo. L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Yogyakarta: UMM Press.

Gambar

Gambar
Gambar 1.  Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 3.  Petak Percobaan di Lahan

Referensi

Dokumen terkait

Bagi calon penyedia jasa konstruksi yang keberatan atas Pengumuman ini, diberikan masa sanggah sesuai dengan jadwal Sistem Pelelangan Secara Elektronik (SPSE) dan

Based on the research using Clue Game towards students‟ Grammar Mastery at the second semester of the eighth class of MTs Negeri Kalianda, Lampung Selatan in 2013/2014,

25 Mina Wuwu Demen, Sriharjo, Imogiri, Bantul induk lele 2 paket. 26 Mino Lestari Kediwung, Mangunan, Dlingo induk lele

Sujud Tilawah adalah sujud bacaan, maksudnya dalah sujud yang yang dilakukan baik di dalam sholat ataupun di luar sholat sewaktu membaca atau mendengar bacaan

dengan jumlah host masing-masing 2 host, dapat diambil dari subnet ke-6 yaitu 172.16.2.128. Kita mengambil subnet tersebut dikarenakan subnet 1 s.d subnet ke-5

Seperti yang terjadi pada masyarakat di Taman Bungkul yang mengalami perubahan sosial dalam apek kehidupan mereka dari masyarakat desa yang melakukan perpindahan atau

Hipotesis dampak merembes ke bawah (trickle down effect) menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menetes ke pembangunan manusia. 3) Ketimpangan pendapatan

Menemukan persamaan kecepatan benda yang bergerak parabola setelah melakukan percobaan dan menganalisis hasil percobaan secara objektif; jujur; teliti; cermat;