• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEXUAL BEHAVIOR SAMBAR DEER (Cervus unicolor) IN UNIVERSITY OF CAPTIVITY LAMPUNG PERILAKU SEKSUAL RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DI PENANGKARAN RUSA UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEXUAL BEHAVIOR SAMBAR DEER (Cervus unicolor) IN UNIVERSITY OF CAPTIVITY LAMPUNG PERILAKU SEKSUAL RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DI PENANGKARAN RUSA UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

SEXUAL BEHAVIOR SAMBAR DEER (Cervus unicolor)IN UNIVERSITY OF CAPTIVITY LAMPUNG

By

HEMI BAROKAH

University of Lampung has a sambar deer inhabited by five male deer doe and two tails. One of the goals of this deer is made to ensure the survival of the sambar. Sambar deer can breed in captivity is necessary for sexual behavior sambar. The purpose of this study was to determine the Sexual Behavior Sambar (Cervus unicolor) deer in Lampung University. Research has been conducted on captive deer Unila in May-June 2013 and the observation time at 6:00 to 18:00 pm with using scan sampling method. Results showed sexual behavior sambar are: Lingga (3.24%), Kiki (1.48%), Farid (1.28%), Ben (0.79%), Farida (0.69%), the Supreme (0.09%) and Danang (0%). Sexual activity of ie: approaching, touching, licking fur andsosial explore.

(2)

1

ABSTRAK

PERILAKU SEKSUAL RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DI PENANGKARAN RUSA UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

HEMI BAROKAH

Universitas Lampung memiliki penangkaran rusa sambar yang dihuni oleh lima ekor rusa jantan dan dua ekor rusa betina. Salah satu tujuan dibuatnya penangkaran rusa ini adalah untuk menjamin kelestarian hidup rusa sambar tersebut. Rusa sambar dapat berkembang biak didalam penangkaran maka perlu dilakukan perilaku seksual rusa sambar. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Perilaku Seksual Rusa Sambar (Cervus unicolor) di penangkaran rusa Universitas Lampung. Penelitian telah dilaksanakan di penangkaran Rusa Unila pada bulan Mei-Juni 2013 dan waktu pengamatan pada pukul 06.00-18.00 WIB dengan menggunakan Metode Scan Sampling. Hasil penelitian menunjukkan adalah perilaku seksual rusa sambar : Lingga (3,24%), Kiki (1,48%), Farid (1,28%), Bimo (0,79%), Farida (0,69%), Agung (0,09%) dan Danang (0%). Akivitas seksualnya yaitu: mendekat, menyentuh, menjilati bulu dansosial explore.

(3)

PRILAKU SEKSUAL RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DI PENANGKARAN RUSA UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh Hemi Barokah

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PRILAKU SEKSUAL RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DI PENANGKARAN RUSA UNIVERSITAS LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh Hemi Barokah

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Lebung Sari Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 30 September 1988, anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Nur Hidayat dan Ibu Komariah.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 1 Lebung Sari dan diselesaikan pada tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan jenjang pendidikan lanjutan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Merbau Mataram dan diselesaikan tahun 2003. Penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Merbau Mataram dan lulus pada tahun 2006.

(8)

Penulis melakukan Praktek Umum di BKPH Sindang Barang KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten tahun 2010.

(9)

Teriring Do a dan rasa Syukur yang mendalam atas limpahan Rahmat Allah

SWT, ku persembahkan karya kecil ini kepada

Ayahanda dan Ibunda Tercinta yang tiada henti mendo akan, mendukung dan

memberikan kasih sayang yang tulus

Keluarga ku,

Adik-adik tersayang, Sofian Ardiansyah, Ilmi Makrufah, Okta Murniani, Mas

Dani Firmansyah dan Keponakan

keponakan ku yang memberikan keceriaan

saat aku lelah dan selalu memberikan semangat

Saudara-saudaraku Black Forest 06 atas segala bantuan dan kebersamaannya

Serta

(10)

SANWACANA

Asslamualaikum wr. wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Perilaku Seksual Rusa Sambar (Cervus unicolor) di Penangkaran Rusa Universitas Lampung”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, dengan harapan di hari akhir akan mendapatkan syafaatnya.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S., sebagai pembimbing utama dan Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., sebagai pembimbing kedua atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. sebagai Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung sekaligus dosen penguji atas saran dan kritik yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(11)

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Nur Hidayat dan Ibu Komariah tercinta yang dengan penuh kasih sayang telah memotivasi, mendoakan, dan merestui penulis selama melaksanakan penelitian dan selamanya hingga ujung waktu, serta adik tercinta Sofian Ardiansyah, Ilmi Ma’rufah, Okta Murniani dan Dani Firmansyah yang selalu memberikan semangat.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan dalam pengambilan data sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum wr. wb.

Bandar Lampung, Juni 2014

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 5

C. Manfaat Penelitian ... 5

D. Kerangka Pemikiran... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Rusa Sambar ... 7

B. Status Rusa di Indonesia ... 8

C. Sistimatika Rusa Sambar ... 9

D. Rusa Sambar (Cervus unicolor)... 10

E. Sifat-sifat Rusa ... 13

F. Perilaku Rusa ... .... 14

(13)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

B. Alat dan Objek Penelitian ... 16

C. Sasaran Penelitian ... 16

D. Jenis Data ... 16

E. Metode Pengumpulan Data ... 17

F. Batasan Penelitian ... 17

G. Analisis Data ... 17

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Penangkaran Rusa Sambar di Universitas Lampung ... 19

B. Perilaku Seksual ... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 31

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar perilaku harian dan perilaku seksual rusa sambar (Cervus unicolor)

Pada Mei–Juni 2013 di penangkaran rusa Universitas Lampung... 34

2. Jumlah Perilaku Rusa sambar (Cervus unicolor)pada Mei–Juni 2013

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram kerangka pikir Penelitian Perilaku Seksual Rus Sambar di

Penangkaran Rusa Universitas Lampung ... . 6 2. Sketsa Lokasi Penangkaran Rusa Universitas Lampung ... . 20 3. Persentase frekuensi aktivitas harian Rusa sambar di penangkaran

Rusa Universita Lampung... 22

4. Lingga sedang mendekati Farida pada pengamatan Perilaku Seksual Rusa sambar (Cervus unicolor) di Penangkaran Rusa

Universitas Lampung pada Mei-Juni 2013 ... 24 5. Farida sedang menjilati bulu Lingga pada pengamatan perilaku

seksual Rusa sambar(Cervus unicolor)di penangkaran Rusa

Universitas Lampung ... 25 6. Farid sedang menyentuh Farida pada Pengamatan Perilaku

Seksual Rusa sambar(Cervus unicolor)di Penangkaran Rusa

Universitas Lampung Mei-Juni 2013... 26 7. Lingga (Jantan) menciumi anus Farida (betina) pada penelitian

perilaku seksual Mei-Juni 2013 di penangkaran rusa

Lampung ... 27 8. Persentase frekuensi perilaku seksual rusa sambar di

Penangkaran rusa Universitas Lampung... 28 9. Jumlah aktifitas Lingga selama pengamatan di penangkaran

rusa Universitas Lampung Mei-Juni 2013 ... 37 10. Jumlah aktifitas Farida selama pengamatan di penangkaran

rusa Universitas Lampung Mei-Juni 2013 ... 37

11. Jumlah aktifitas Farid selama pengamatan di penangkaran

(16)

12. Jumlah aktifitas Kiki selama pengamatan di penangkaran

rusa Universitas Lampung Mei-Juni 2013 ... 38 13. Jumlah aktifitas Bimo selama pengamatan di penangkaran rusa Universitas

Lampung Mei-Juni 2013... 39

14. Jumlah aktifitas Agung selama pengamatan di penangkaran

rusa Universitas Lampung Mei-Juni 2013 ... 39 15. Jumlah aktifitas Danang selama pengamatan di penangkaran

rusa Universitas Lampung Mei-Juni 2013 ... 40 16. Aktifitas rusa sedang beristirahat pada penelitian perilaku

seksual Rusa Sambar pada bulan Mei-Juni 2013 di

penang-karan rusa Universitas Lampung... 41 17. Foto mayat Bimbi saat di angkat dari dalam danau pada

penelitian perilaku seksual Rusa Sambar pada bulan Mei-Juni

2013penangkaran rusa Universitas Lampung ... 41 18. Lingga sedang mendekati Farida pada pengamatan perilaku

seksual Rusa Sambar pada bulan Mei-Juni 2013 di

penang-karan rusa Universitas Lampung... 42 19. Perilaku makan Rusa Sambar pada pengamatan perilaku

seksual Rusa Sambar pada bulan Mei-Juni 2013 di

penang-karan rusa Universitas Lampung... 42 20. Plang dilarang memberimakan satwa di pagar penangkaran

Rusa Sambar Universitas Lampung ... 43 21. Seorang pengunjung sedang memberi makan Rusa Sambar

di penangkaran Universitas Lampung... 43 22. Foto Farida saat sedang beristirahat pada pengamatan

Peri-laku Seksual Rusa Sambar pada bulan Mei-Juni 2013 di

penangkaran rusa Universitas Lampung ... 44 23. Pengamatan Perilaku Seksual Rusa Sambar di Penangkaran

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia. Rusa di Indonesia terdiri dari empat spesies rusa endemik yaitu: rusa sambar (Cervus unicolor), rusa timor (Cervus timorensis), rusa bawean (Axix kuhli) dan muncak (Muntiacus muntjak). Pada awalnya rusa merupakan satwa liar tetapi saat ini pemerintah telah menetapkan status rusa sebagai hewan liar yang dapat didomestikasi melalui SK Menteri Pertanian No. 362/KPTS/TN/12/V/1990 pada tanggal 20 Mei 1990. Rusa merupakan salah satu satwa liar yang banyak memberikan manfaat bagi manusia, canggah/valetnya dapat dijadikan sebagai obat, kulit rusa digunakan dalam pembuatan sovenir dan sebagai hiasan dinding sedangkan tanduk rusa dapat digunakan sebagai obat. Pemanfaatan rusa secara berlebihan dan tidak terkendali dapat mengakibatkan penurunan populasi satwa di alam.

(18)

2

bagian perut berwarna lebih gelap sampai kehitam-hitaman, rambut kuku kasar dan pendek. Rusa sambar (Cervusunicolor) adalah hewan pemamah biak yang punya daya lompat tinggi, penciuman tajam, dan suara khas yang melengking. Umur dewasa rusa sambar bobotnya 80-90 kg (betina) dan 90-125 kg (jantan). Rusa yang hidup di Sumatera Indonesia ini dapat tumbuh setinggi 102 cm – 160 cm dengan panjang tubuh sekitar 150 cm. Berat rusa dewasa sekitar 80-90 kg (betina) dan 90-125 kg (jantan). Tanduk rusa sambar juga tergolong panjang dan bisa mencapai hingga tinggi 1 meter.

Rusa sambar di Indonesia dilindungi oleh undang-undang namun populasinya terus berkurang akibat perburuan liar dan semakin tingginya degradasi habitat

aslinya (Ma’ruf, Atmoko dan Ismed, 2006). Populasi sebenarnya rusa Sambar tidak diketahui dengan pasti dan diperkirakan terancam punah karena sering

diburu oleh masyarakat untuk dikonsumsi dagingnya maupun bagian tubuh

lainnya yang disukai masyarakat. Usaha pengembangbiakan rusa perlu dilakukan

untuk mengantisipasi kepunahan rusa sambar (Afzalani, Muthalif dan

Musnandar, 2008).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis-jenis tumbuhan dan satwa, pada tanggal 27 Januari 1999 memasukkan semua jenis dan genus cervus kedalam lampiran jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Rusa juga termasuk dalam kategori terancam punah dalam daftar Apendix I CITIES sehingga keberadaannya harus dijaga dan tidak dibenarkan melakukan perburuan apalagi memperjual belikan dagingnya.

(19)

adanya pengunjung yang datang dan saat pengunjung mendekatkan diri pada besi pembatas maka rusa akan mendekati untuk mengenalinya dan tertarik dengan makanan yang diberikan pengunjung walaupun seharusnya pengunjung dilarang melakukan itu. Jumlah pengunjung yang datang pun sering pengganggu perilaku dari hewan ini, terkadang hewan ini berhenti dari prilaku makan karena melihat pengunjung (Harianto dan Dewi, 2012).

Penangkaran rusa di Universitas Lampung merupakan salah satu upaya pelestarian satwa liar yang ada untuk melindungi dari perburuan yang ada di alam. Keuntungan adanya penangkaran ini yaitu melestarikan dan menambah jumlah rusa yang ada karena tingkat reproduksinya cukup berhasil (untuk mengurangi kepunahan). Rusa yang ada dalam kandang juga terhindar dari predator alami mereka yang ada di alam. Penyakit dan faktor kepunahan pun berkurang, karena sudah terpenuhinya sumber pakan yang ada, tempat bernaung yang cukup luas dengan jumlah rusa yang disesuaikan.

(20)

Tamrin mati pada tahun 2003 karena sakit dan pada tanggal 31 Desember 2004 Sari juga mati. Tahun 2004 didatangkan kembali 3 ekor rusa yang diberi nama Lingga (jantan), Kiki (betina) dan Bimbi (betina).

Bimbi telah melahirkan 6 ekor anak rusa yaitu Lina (betina) yang lahir pada tanggal 25 Desember 2005 pada minggu malam senin pukul 19.00 WIB. Anak ke dua yaitu Farid (jantan) yang lahir pada tanggal 16 Desember 2006 pukul 20.00 WIB. Anak ke 3 lahir pada tanggal 6 Desember 2007 pukul 20.00 yang diberi nama Farida (betina). Tanggal 22 Desember 2008 pukul 05.00 WIB lahir anak ke 4 yang diberi nama Zaidi (Jantan). Anak ke 5 lahir pada tanggal 14 Desember 2009 yang diberi nama Bimo (Jantan). Anak ke 6 lahir pada tanggal 23 juni 2011 pukul 05.00 WIB yang diberi nama Agung (jantan).

Farida melahirkan 2 ekor anak rusa betina yang kemudian mati setelah dilahirkan. Anak ke 2 lahir pada senin malam tanggal 1 Mei 2012 yang diberi nama Danang (jantan). Lina dipindahkan ke Riau pada tanggal 25 Januari 2008 dan jaidi diambil oleh POLHUT pada hari senin tanggal 22 Agustus 2001.

(21)

5

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian untuk mengetahui perilaku seksual rusa sambar

(Cervus unicolor)di Penangkaran Rusa Universitas Lampung.

C. Manfaat Penelitan

Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi instansi terkait mengenai prilaku seksual rusa sambar.

D. Kerangka Pemikiran

Salah satu rusa endemik Indonesia adalah Rusa Sambar. Keberadaan rusa sambar di alam semakin berkurang. Agar tidak terjadi kepunahan maka sekarang ini banyak dibangun penangkaran demi kelestarian rusa sambar. Salah satu penangkaran Rusa sambar yaitu penangkaran yang berada di Universitas Lampung. Sampai saat ini, penangkaran rusa sambar Universitas Lampung telah berhasil menambah populasi rusa sambar yang pada awalnya hanya ada 3 ekor rusa sambar hingga sekarang sudah bertambah hingga 7 ekor.

(22)

6

Penelitian ini menggunakan metode Ad libitum sampling untuk mengetahui perilaku seksual rusa sambar diantaranya social interaction, prilaku kawin, dan

Grooming. Kerangka penelitian perilaku seksual rusa sambar (Cervus unicolor) di penangkaran rusa Universitas Lampung dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian Perilaku Seksual Rusa Sambar di Penangkaran Rusa Universitas Lampung

Rusa Sambar Exsitu satwa liar

Penangkaran

Penangkaran rusa UNILA

Wildlife

Populasi

Waktu reproduksi rusa sambar Scan sampling dan

Ad libitum sampling

(23)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Rusa Sambar

Perilaku satwa liar merupakan gerak gerik satwa liar untuk memenuhi rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan yang diperoleh dari lingkungannya (Alikodra, 2002). Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang ditimbulkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar yang berasal dari lingkungannya (Suratmo, 1976; Deden 2008). Intinya tingkah laku dapat diartikan sebagai gerak-gerik organism, sehingga perilaku merupakan perubahan gerak termasuk perubahan dari bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau membeku, dan perilaku hewan merupakan gerak-gerik hewan sebagai respon terhadap rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi lingkungannya (Tinbergen, 1979; Deden, 2008).

(24)

8

laku hewan, ditentukan oleh kondisi refleks hewan yang disebabkan oleh peranan dari lingkungan atau rangsangan dari luar menentukan. Selanjutnya, hewan tersebut akan mengembangkan sendiri tingkah lakunya (Suratmo, 1978; Deden, 2008)

B. Status Rusa di Indonesia

Sejak dari zaman penjajahan belanda, hampir seluruh jenis rusa asli Indonesia telah dilindungi oleh Ordonisasi dan Undang-Undang Perlindungan Satwa Liar No. 134 dan 266 Tahun 1931, dari segala bentuk perburuan, penangkapan dan pemilikan. Hanya rusa bawean (Axis kuhlii) yang saat itu belum dilindungi. Di zaman republik, perlindungan terhadap jenis rusa Indonesia diperkuat kembali dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan mencakup semua jenis rusa (Semiadi dan Nugraha, 2004).

(25)

9

pemanfaatannya hanya boleh dilakukan pada turunan hasil penangkaran (Semiadi dan Nugraha, 2004).

Berkaitan dengan satwa rusa sebagai jenis satwa liar dilindungi yang akan dimanfaatkan, bentuk penangkaran merupakan awal dari usaha pemanfaatan secara menyeluruh, sebelum mulai berkembang lebih lanjut mengarah ke pendekatan ilmu peternakan, agar dapat dikembangkan seperti yang dilakukan di luar negeri (Semiadi dan Nugraha, 2004).

C. Sistimatika Rusa

Rusa merupakan salah satu jenis satwa yang termasuk dalam bangsa (ordo) artiodactia, anak bangsa (sub-ordo) ruminansia dan suku (famili) cervidae. Suku cervidae terbagi atas enam anak suku (sub-famili) yaitu rangiferinae, acinae, hydropotinae, muntiacinae, odocoilinae, dan cervinae. Saat ini diketahui tidak kurang dari 16 marga (genus), 38 jenis (species), dan 189 anak jenis (sub-species) rusa dengan sebaran aslinya yang tersebar di seluruh dunia mulai dari daerah beriklim dingin di daratan eropa hingga ke daerah sub-tropis dan tropis di daratan asia (Semiadi dan Nugraha, 2004).

(26)

10

D. Rusa Sambar (Cervus unicolor)

Rusa Sambar (Cervus unicolor) merupakan rusa terbesar untuk daerah tropik dengan sebaran di Indonesia terbatas di pulau Sumatera, Kalimantan dan pulau kecil di sekitar Sumatera (Whitehead, 1994). Rusa sambar juga merupakan jenis rusa yang besar dan mempunyai kaki yang panjang, warna kulit dan rambut coklat tua, bagian perut berwarna lebih gelap sampai kehitam-hitaman, rambut kaku, kasar dan pendek. Berat badan bervariasi antara 185 –260 kg dengan tinggi badan 140 – 160 cm. Jantan dewasa memiliki rambut surai yang panjang dan lebat di bagian leher dan atas kepala. Rusa Sambar mencapai dewasa kelamin pada umur 8 bulan dan dapat hidup hingga umur 11 tahun. Periode gestasi 7 bulan dan interval gestasi mencapai 1,5 tahun (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994).

Warna bulu rusa sambar umumnya coklat dengan variasinya yang agak kehitaman (gelap) pada yang jantan atau yang telah tua. Ekor agak pendek dan tertutup bulu yang cukup panjang. Keadaan bulu termasuk kasar dan tidak terlalu rapat. Pada daerah leher bagian lateral, bulu membentuk suatu surai/malai (mane). Perubahan warna bulu dari coklat cerah menjadi lebih gelap, khususnya pada jantan dominan, sering terlihat bersamaan dengan masuknya pejantan ke musim kawin (Semiadi dan Nugraha, 2004).

Rusa Sambar (Cervus unicolor) di klasifikasikan dalam kindom sebagai berikut:

(27)

11

(28)

12

tanduk berikutnya. Tanduk akan lepas pada umur 10-12 bulan setelah tumbuh, selanjutnya akan tumbuh kembali.

Rusa asli indonesia telah dilindungi oleh Ordonasi dan Undang-undang Perlindungan Satwa Liar Nomor 123 dan 266 tahun 1931 dari perburuan, penangkapan, dan pemilikan. Pada Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa juga memasukkan rusa sebagai satwa liar yang dilindungi.

Habitat alami rusa terdiri dari beberapa tipe vegetasi seperti savana yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan dan vegetasi hutan yang terlalu rapat untuk tempat bernaung (istirahat), kawin, dan menghindarkan diri dari predator. Hutan sampai ketinggian 2.600 m diatas permukaan laut dengan padang rumput merupakan habitat yang paling disukai oleh rusa terutama jenis Cervus timorensis, kecuali

Cervus unicolor yang sebagian besar aktivitas hariannya dilakukan di daerah payau (Gartesiasih dan Mariana, 2007).

(29)

13

Menurut Semiadi (2004), rusa sambar merupakan rusa terbesar dengan berat badan untuk betina dapat mencapai 135 kg, sedangkan jantan 225 kg. Bobot lahir anak rusa betina sekitar 3 kg, sedangkan yang jantan 4 kg. Berat minimal untuk kesiapan perkawinan baik, jantan atau betina 85-95 kg. Panjang badan berkisar antara 1,5-2,0 m dan tinggi badan 1,4-1,6 m.

E. Sifat-sifat Rusa

Pada mulanya, rusa merupakan binatang liar tetapi sekarang beberapa negara sudah membudidayakannya. Sistem peternakan rusa telah berkembang dengan pesat berkat usaha para pakar dalam mempelajari tingkah lakunya. Rusa memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yang sama-sama tergolong ruminansia. Binatang ini mampu beradaptasi dengan berbagai habitat dan efisien dalam penggunaan pakan. Penggunaan pakan oleh rusa lebih efisien dibandingkan dengan domba dan sapi pedaging, yakni mencapai 4-5 kali lipat (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994; Agnes, 2006). Masa reproduksinya lama dan tahan terhadap serangan hama penyakit. Dagingnya memiliki kandungan lemak yang rendah, sehingga sangat cocok untuk dikonsumsi oleh orang-orang yang diet kolesterol.

(30)

14

kelahiran tahun sebelumnya dan anak baru lahir (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994 ; Agnes, 2006).

F. Perilaku Rusa

Satwa liar memiliki berbagai perilaku dan proses fisiologi untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Dalam mempertahankan hidup, rusa melakukan kegiatan-kegiatan yang agresif, melakukan persaingan, dan bekerjsama untuk mendapat makanan, perlindungan, pasangan untuk kawin, reproduksi dan sebagainya.

Semua jenis rusa secara alami memiliki sifat yang selalu waspada. Namun secara tingkatannya, pada tingkat pemeliharaan yang paling bersifat sensitif adalah rusa chital, muncak, rusa bawean, rusa sambar dan terakhir rusa timor. Pada saat rusa terganggu, biasanya mata dan telinga tertuju pada sumber gangguan. Semakin Rusa merasa terancam atau terganggu, maka kaki depan terlihat dihentakkan ke tanah, bulu di sekujur tubuh berdiri, dan diakhiri dengan mengeluarkan suara lengkingan sambil terus melarikan diri. Pada saat ketakutan, rusa sambar akan lebih suka melarikan diri dengan sikap kepala yang menyeruduk.

G. Habitat Rusa

(31)

15

mendapatkan pakan, air, perlindungan, tempat bermain dan berkembang biak. Kondisi habitat harus mencakup luas dan kualitas yang sesuai dengan tuntutan hidup marga satwa. Habitat yang sesuai untuk satu jenis belum tentu sesuai dengan jenis yang lain karena setiap satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda (Dasman,1981; Napitu JP, 2007). Rusa adalah satwa liar yang memerlukan air setiap harinya untuk mandi dan berkubang (Alikodra 1990; Rizkinta, 2010).

(32)

16

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Penangkaran Rusa Universitas Lampung, pada bulan Mei-Juni 2013. Waktu pengamatan pada pukul 06.00-18.00 WIB

B. Alat dan Objek Pengamatan

Penelitian dilakukan terhadap perilaku seksual rusa sambar (Cervus unicolor) di kandang Penangkaran Rusa Universitas Lampung dengan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, komputer, jam tangan.

C. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah 7 ekor rusa sambar (Cervus unicolor) yang berada di Penangkaran Rusa Universitas Lampung.

D. Jenis Data

Adapun jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer, data Perilaku seksual rusa sambar (Cervus unicolor) yang

(33)

17

anggota dari kelompok sosial yang sama dan saling mengenal satu sama lain, contohnya: kawin,grooming.

2. Data skunder, yaitu data yang meliputi lokasi penelitian, peta lokasi penelitian, dan melakukan wawancara kepada pihak pengelola penangkaran rusa dipenangkaran rusa unila.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi lapangan yaitu data mengenai prilaku seksual rusa sambar diperoleh dengan pengamatan langsung dengan menggunakan metode scan sampling dan Ad Libitum sampling, dan melihat interaksi sosial yang terjadi dilapangan (penangkaran rusa Unila). Ad libitum sampling yaitu mencatat seluruh aktifitas pada saat pengamatan dengan menggunakan batasan aktifitas (Altmann, 1974)

F. Batasan Penelitian

1. Batasan penelitian ini adalah 7 ekor rusa sambar yang ada dipenangkaran rusa sambar yang berada dikandang penangkaran rusa Fakultas Pertanian Unila. 2. Penelitian dilakukan dari pukul 06.00 WIB– 18.00 WIB karena keterbatasan

tenaga peneliti.

G. Analisis Data

(34)

18

(35)

3✂

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Akivitas seksual yang terjadi yaitu mendekat, menyentuh, menjilati bulu dan

sosial explore(ketika individu satu mencium tubuh individu lainnya)

2. Perilaku seksual Rusa sambar yang terdapat di penangkaran rusa Universitas Lampung yaitu: Lingga berkisar antara 10-80 menit, Farid dan Kiki berkisar antara 10-30 menit Bimo dan Agung berkisar antara 10-20 menit, sedangkan Farida berkisar antara 0-10 menit. Persentase perilaku seksual rusa sambar secara rinci antara lain: Lingga (3,24%), Kiki (1,48%), Farid (1,28%), Bimo (0,79%), Farida (0,69%), Agung (0,09%) dan Danang (0%).

B. Saran

1. Penelitian berikutnya disarankan pada malam hari agar lebih efektif karena Rusa sambar merupakan satwa nocturnal yaitu aktif di malam hari.

(36)

3✄

DAFTAR PUSTAKA

Afzalani. Muthalib. R. A. dan Musnandar. E. 2008.Preferensi pakan, tingkah laku makan dan kebutuhan nutrien rusa sambar (Cervus unicolor) dalam usaha penangkaran di provinsi jambi. Jurnal Media Peternakan.31 (2): 114 - 121.

Agnes. 2006. SkripsiTanggapan Masyarakat Tentang Penangkaran Rusa Sambar Unversitas Lampung. Universitas Lampung.

Akbar, F. 2005.Skripsi study managemen konserfasi Rusa sambar di penangkaran Rusa Universitas Lampung. Bandar lampung.

Alikodra, A.H.S.1990.Pengelolaan Satwa Liar, Jilid 1.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antara Universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.

Alikodra, A.H.S.2002.Pengelolaan Populasi Satwa Liar. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor

Altmann, J. 1974.Observational study of behavior : Sampling Metods. Buku. Behavior. 48:227-267

Ariantiningsih. 2000.Sistem Perburuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Usaha-usaha Konservasi Rusa di Pulau Rumberpon Kecamatan Ransikii

Kabupaten Manokwari. Skripsi. Universitas Cendrawasih. Manokwari. Deden. 2008.Tingkah Laku Seksual Rusa Jawa (Cervus timorensis) di

Penangkaran Rusa Cariu dan Ranca Upas-Propinsi Jawa Barat.Maz Deden Blog. http://earth4wildlife.blogspot.com/13/08/2008.html. Diakses 16 Maret 2013

English. 1984.Kemampuan Hidup dan Adaptasi Pada Rusa(Cervus timorensis)

dalam penangkaran. University of California.

(37)

33

Harianto, S.P. dan Dewi, B.S. 2011.Laporan Pengabdian Perilaku Harian Rusa Sambar (Cervus unicolor) Pada Siswa SD N 1 Sukarame Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Harianto, S.P. dan Dewi, B.S. 2012.Pemahaman Konservasi Bagi Penerus Bangsa: Penangkaran Rusa Universitas Lampung.Perpustakaan Nasional Dalam Terbitan (KDT). Unila. Lampung

Jacoeb cacoeb, T. N. dan Wiryo Suharto. S.D. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Kanisius, Yogyakarta.

Ma’ruf, A., Atmoko, Tri dan Ismed Syahbani. 2006.Teknologi penangkaran Rusa Sambar (Cervus unicolor) di Desa Api-api Kabupaten Panajam Paser Utara Kalimantan Timur.Prosiding Gelar dan Dialog Teknologi 2005 Napitu, J.P., dkk. 2007.Laporan Praktikum Pengelolaan Satwa Liar Konservasi

Satwa Liar.Program Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan

Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Rizkinta, E.N. 2010. SkripsiPola Penggunaan Ruang Oleh Rusa Sambar Jantan (Cervus unicolor).Di Penangkaran Rusa. Universitas Lampung

Semiadi, G dan Nugraha. R.T.P. 2004.Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Puslit Biologi LIPI. Bogor.

Semiadi. 2004.Dear Farming in Australian DEER Refreser Coorse Prociding. No 72 Ride University of Sidney

Sionora, R. 2010.Skripsi Perilaku Sosial Rusa Sambar (Cervus Unicolor) di Kandang Penangkaran Rusa Unila. Jurusan Kehutanan.UNILA. Lampung Suratmo, G. 1997.Tingkah Laku Marga Satwa. Sekolah Pasca Sarjana. IPB.

Bogor.

Gambar

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian Perilaku Seksual Rusa Sambar di

Referensi

Dokumen terkait

Paket Juni 1983 adalah kebijakan perbankan yang dikeluarkan tanggal 1 juni 1983 ini juga dikenal sebagai paket non ceiling policy dalam arti perbankan telah dibebaskan

Kondisi ini karena bertambahnya dosis inokulum dan lama inkubasi sampai batas tertentu akan meningkatkan cepatnya miselium menutupi substrat, sehingga enzim yang

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan tepung Azolla hasil fermentasi dengan jamur Pleurotus ostreatus (AF) dalam ransum ayam kampung pedaging hingga taraf

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah perlakuan dengan lama fermentasi 0 hari, 2 hari, 4 hari, dan 6 hari berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

28.8oC.Hasil pengambilan data kelembaban langsung di tapak rata- rata kelembaban sebesar 69.3%. Hasil pengujian kesuburan tanah yang dilakukan di Seameo Biotrop Service

Justeru, ujian penyaringan dan pengenalpastian bahan aktif farmakologi pada spesis ini diharapkan dapat membuahkan basil dan membantu memaksimumkan penggunaan bahan ubatan yang

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT sang pencipta alam semesta, karena berkat limpahan Rahmat, Taufiq, Hidayah serta Inayah-Nya,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Relationship Marketing , Kualitas Produk, dan Layanan Purna Jual terhadap Kepuasan Konsumen Pengguna Mobil