TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TENTANG KOMPLIKASI DIABETES MELITUS
DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN.
OLEH:
VETHANAYAKI SELLAPPAN 100100302
FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Latar Belakang--- Prevalensi diabetes melitus di dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Indonesia merupakan urutan keempat di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak. Sementara di Medan, Diabetes Mellitus menempati urutan pertama dibandingkan dengan penyakit lain. Tingginya angka ini disebabkan pengetahuan yang kurang tentang komplikasi,
Tujuan---Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan penderita diabetes melitus tentang komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan.
Metode---Penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Sampel penelitian ini terdiri
92 orang pasien Diabetes Melitus yang berkunjung ke Poli-Endokrinologi, Departement Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan Consecutive Sampling. Penelitian ini dilaksanakan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Hasil---Dari 92 orang responden, 11 orang (12%) mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik, 31 orang (33.7%) mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup dan 50 orang (54.3%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang.
Kesimpulan---Sebahagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang
yang dipengaruhi oleh usia lanjut dan rendahnya pendidikan.
ABSTRACT
Background---The prevalence of diabetes mellitus in the world has increased
significantly. Indonesia is the fourth in the world as the country with the highest number of diabetics. While in Medan, diabetes mellitus is on the first rank compare to other diseases. The high number is due to lack of knowledge about the complications.
Objective---The main purpose of this study is to determine the level of knowledge
about complications of diabetic among the patients at Haji Adam Malik General Hospital.
Method---Descriptive survey have been applied on these study. All 92
respondents who are the sample of these study are patients from Poly-Endocrinology , Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik General Hospital, Medan and been chosen using Consecutive Sampling method. This research is done with interview and giving questionnaire
Results---The research of 92 respondents, 11 peoples (12%) have high level of
knowledge, 31 peoples (33.7%) have average level of knowledge and 50 peoples (54.3%) have low level of knowledge.
Conclusion---Majority of the respondents have a low level of knowledge
regarding complications of diabeticinfluenced by old age and lack of education.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka
memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam saya persembahkan
kepada kedua orang tua saya, serta adiku atas doa dan dukungannya selama ini
kepada saya selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Riri Andri Muzasti, M.Ked
(PD), SpPD selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah
menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabarannya sehingga saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Dalam penelitian Karya Tulis
Ilmiah ini, saya juga mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Riri Andri Muzasti, M.ked (PD), SpPD selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.
3. Dosen penguji seminar proposal dan hasil penelitian dr. Mutiara Indahsari,
M.Kes dan dr. Lita Feriyawati, M.Kes.
4. Pimpinan RSUP Haji Adam Malik yang telah memberikan peluang kepada
saya untuk melaksanakan penelitian di Poli-Endokrinologi RSUP Haji
Adam malik, Medan.
5. Orang tua saya yang member semangat kepada saya sepanjang
6. Kepada teman-teman seperjuangan, satu kelompok yaitu Vinod, Hema,
Perisha, Shri, Tina, dan lain yang sudah sangat membantu baik moral atau
materi, memberikan masukan serta motivasi demi selesainya Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Semua pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit
Haji Adam Malik yang sudi menjadi responden pada penelitian ini.
Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun bahasanya. “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya
peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat
terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.
Medan, 24 Maret 2014
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ... i
Daftar Isi ... ii
Daftar Singkatan……….iii
Daftar Tabel ... iv
Daftar Gambar ... v
Daftar Lampiran ... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
3.2. Kerangka Konsep Penelitian………..……..16
3.3. Variabel dan Definisi Operasional………..…….16
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19
4.1. Jenis Penelitian ... 19
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
4.2.1. Tempat penelitian………...19
4.2.2. Waktu penelitian……….19
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
4.3.1. Populasi Penelitian ... 20
4.3.2. Sampel Pnelitian ... 20
4.3.3.Besar Sampel ... 20
4.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 21
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 21
4.5. Instrumen Penelitian ... 22
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 22
4.7. Pengolahan dan Analisa Data... 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN...25
5.1. Hasil Penelitian………...25
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..25
5.1.2. Karakteristik Responden………...25
5.1.3. Tingkat Pengetahuan………...27
5.2. Pembahasaan………...31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...34
6.1. Kesimpulan……….34
6.2. Saran………...34
DAFTAR SINGKATAN KATA
ADA : American Diabetes Association
DM : Diabetes Melitus
GDM : Gestational Diabetes Melitus
HLA : Human Leucocyte Antigen
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Melitus
NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PVD : Peripheral Vascular Disease
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Definisi Operasional 16
4.1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner 24 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur 25
5.2 Distribusi responden menurut jenis kelamin 26
5.3 Distribusi responden menurut pendidikan 26
5.4 Distribusi responden menurut pekerjaan 26
5.5 Distribusi responden menurut lama menderita DM 27
5.6 Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang komplikasi DM. 27
5.7 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur. 28
5.8 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin. 28
5.9 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan pendidikan. 29
5.10 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan. 29
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian tingkat pengetahuan penderita 16
Diabetes Melitus tentang komplikasi Diabetes Melitus
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
Lampiran 3. Informed Consent
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Surat Izin Survei Awal Penelitian
Lampiran 6. Lembar Ethical Clearance
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian RSUP H.Adam Malik
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian RSUD Dr.Pringadi
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
ABSTRAK
Latar Belakang--- Prevalensi diabetes melitus di dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Indonesia merupakan urutan keempat di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak. Sementara di Medan, Diabetes Mellitus menempati urutan pertama dibandingkan dengan penyakit lain. Tingginya angka ini disebabkan pengetahuan yang kurang tentang komplikasi,
Tujuan---Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan penderita diabetes melitus tentang komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan.
Metode---Penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Sampel penelitian ini terdiri
92 orang pasien Diabetes Melitus yang berkunjung ke Poli-Endokrinologi, Departement Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan Consecutive Sampling. Penelitian ini dilaksanakan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Hasil---Dari 92 orang responden, 11 orang (12%) mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik, 31 orang (33.7%) mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup dan 50 orang (54.3%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang.
Kesimpulan---Sebahagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang
yang dipengaruhi oleh usia lanjut dan rendahnya pendidikan.
ABSTRACT
Background---The prevalence of diabetes mellitus in the world has increased
significantly. Indonesia is the fourth in the world as the country with the highest number of diabetics. While in Medan, diabetes mellitus is on the first rank compare to other diseases. The high number is due to lack of knowledge about the complications.
Objective---The main purpose of this study is to determine the level of knowledge
about complications of diabetic among the patients at Haji Adam Malik General Hospital.
Method---Descriptive survey have been applied on these study. All 92
respondents who are the sample of these study are patients from Poly-Endocrinology , Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik General Hospital, Medan and been chosen using Consecutive Sampling method. This research is done with interview and giving questionnaire
Results---The research of 92 respondents, 11 peoples (12%) have high level of
knowledge, 31 peoples (33.7%) have average level of knowledge and 50 peoples (54.3%) have low level of knowledge.
Conclusion---Majority of the respondents have a low level of knowledge
regarding complications of diabeticinfluenced by old age and lack of education.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dan
ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif
dari sekresi insulin dan atau gangguan kerja insulin (Rizal, 2008). Menurut
kriteria diagnostik Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun
2006, seseorang didiagnosa menderita Diabetes Melitus jika mempunyai kadar
glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl.
Manifestasi klinis Diabetes Melitus yang sangat khas adalah meningkatnya
frekuensi berkemih (poliuria), rasa haus berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang
semakin besar (polifagia), keluhan lelah dan mengantuk, serta penurunan berat
badan (Price, 2005)
Prevalensi diabetes melitus di dunia mengalami peningkatan yang cukup
besar. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000
menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia sekitar 171 juta dan
diprediksikan akan mencapai 366 juta jiwa tahun 2030. Di Asia tenggara terdapat
46 juta dan diperkirakan meningkat hingga 119 juta jiwa. Di Indonesia dari 8,4
juta pada tahun 2000 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO,
2008). Indonesia merupakan urutan keempat di dunia sebagai negara dengan
jumlah penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina, Uni Soviet, Jepang,
Brazil (Rahmadilayani, 2008). Sementara di Medan pula, penyakit Diabetes
Melitus menempati urutan pertama berbanding dengan penyakit lain, yaitu diatas
penyakit jantung koroner. Sejak bulan September hingga Oktober 2009, DM
merupakan penyakit yang mencatatkan angka penderita terbanyak dan jumlahnya
terus meningkat jika dibandingkan dengan jumlah pasien penyakit jantung
koroner atau penyakit yang lain (Waspada Online, 2009).
Penyakit DM adalah penyakit seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan,
selalu sama dengan kadar glukosa orang normal atau dalam batas normal. Kadar
glukosa yang tidak terkendali dan tertangani dengan baik bisa mengakibatkan
berbagai komplikasi (Tandra, 2007). Kompikasi DM dapat muncul secara akut
atau timbul secara mendadak seperti reaksi hipoglikemia dan koma diabetik.
Komplikasi yang lain muncul secara kronik atau secara perlahan, kadang tidak
diketahui, tetapi akhirnya berangsur menjadi makin berat dan membahayakan.
Komplikasi ini meliputi makrovaskuler, mikrovaskuler dan Diabetik Retinopati,
Nefropati, ulkus kaki diabetes, Neuropati (Tjokroprawiro, 1997).
Berdasarkan informasi American Diabetes Association (ADA) 2005, ada
peningkatan drastis komplikasi penyakit diabetes sejak 2001 hingga 2004. Pada
2001, penderita diabetes melitus beresiko mengalami penyakit kardiovaskuler
hingga 32%. Sedangkan pada tahun 2004 angkanya meningkat 11%, yaitu
mencapai 43%. Begitu juga dengan resiko yang mengalami hipertensi. Tahun
2001, 38% penderita diabetes mellitus mengalami hipertensi. Tahun 2004
angkanya mencapai 69% atau meningkat 31% (Wulandari, 2009). Dengan
demikian sebetulnya kematian pada penderita diabetes terjadi tidak secara
langsung akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan komplikasi yang
terjadi. Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita DM 5 kali
Iebih besar untuk timbul gangren, 17 kali Iebih besar untuk menderita kelainan
ginjal dan 25 kali Iebih besar untuk terjadinya kebutaan (Permana, 2009).
Pada umumnya 50% penderita diabetes sudah disertai kompliksi pada saat
didiagnosa Diabetes melitus pertama kalinya (Rahmadilayani, 2008). Menurut
Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Sidartawan Soegondo,
resiko kematian penderita diabetes 4 - 5 kali lebih besar dibandingkan nondiabetik
dengan penyebab kematian 50% akibat Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 30%
akibat gagal ginjal. Mereka yang mengidap Diabetes Melitus banyak yang
menderita penyakit jantung koroner dengan prognosis lebih buruk bila mendapat
serangan Infark Miokard Akut atau IMA (Smeltzer dan Bare, 2002).
Walaupun banyak penelitian telah dilakukan tentang tingkat pengetahuan
penderita DM tentang komplikasi daripada penyakit tersebut, di Medan masih
jumlah penderita rawat inap (Waspada Online, 2009). Disebabkan pengetahuan
yang kurang tentang komplikasi DM, penderita DM beresiko tinggi mengalami
penyakit kardiovaskular dan hipertensi, yang secara tidak langsung dapat
menyebabkan kematian pada penderita diabetes (Rahmadilayani, 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian
berjudul tingkat pengetahuan penderita DM tentang komplikasi DM di RSUP H.
Adam Malik, Medan, sebagai usaha untuk mengurangi terjadinya kematian
penderita DM akibat komplikasi daripada penyakit diabetes.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, bagaimanakah tingkat pengetahuan
penderita Diabetes Melitus tentang komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H.
Adam Malik, Medan?
1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan penderita Diabetes Melitus tentang
komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui karateristik penderita DM berdasarkan umur, jenis kelamin,
tinggkat pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita penyakit DM.
b) Mengetahui tingkat pengetahuan penderita DM berdasarkan umur, jenis
kelamin, tinggkat pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita penyakit DM.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan terhadap Rumah Sakit untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk penderita DM dengan
memberikan penyuluhan secara berkala.
2. Pasien
Memberi informasi tentang pencegahan DM agar menurunkan resiko
timbulnya komplikasi pada penderita DM maupun keluarganya dengan
lebih teratur.
3. Institusi Pendidikan
Memberi masukan sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DIABETES MELITUS
2.1.1. Definisi
Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan satu penyakit kronik
yang terjadi bila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau
tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksikan secara
efektif. Hiperglikemia atau kadar gula darah yang meningkat adalah kesan
umum DM yang tidak terkontrol dan bias menyebabkan kerusakan yang
serius pada sistem tubuh terutama pada sistem saraf dan pembuluh darah
(WHO, 2010). Menurut Soegonodo (a) (2007), DM adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif.
2.1.2. Klasifikasi
Menurut Waspadji (2006), klasifikasi DM dan penggolongan glukosa
adalah seperti berikut:
a) Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau DM Tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel Langerhans yang
berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik,
predisposisi pada insulin fenomena autoimun. Kelainan ini terjadi
karena kerusakan sistem imunitas yang kemudian merusak pulau
Langerhans di pankreas.Kelainan berdampak pada penurunan fungsi
b) Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau DM Tipe 2
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada
semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat
hiperglikemik selama stress.
c) Diabetes Melitus Tipe lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
hiperglikemik terjadi karena penyakit lain: penyakit pankreas,
hormonal, alat / bahan kimia, endrokrinopati, kelainan reseptor insulin,
sindrom genetik tertentu.
d) Impaired Glucose Tolerance
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau
tetap tidak berubah.
e) Gestational Diabetes Mellitus (GDM)
Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta
persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat
sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu
tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif
hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi.
2.1.3. Manifestasi Klinik
Menurut Riyadi (2007), manifestasi klinis yang sering dijumpai pada
pasien DM adalah seperti berikut:
b) Polidipsia
c) Rasa lelah dan kelemahan otot
d) Polifagia
e) Penurunan kerentanan terhadap infeksi
f) Kelainan kulit (gatal-gatal, bisul)
g) Kelaian ginekologis (jamur seperti candida)
h) Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati
i) Kelemahan tubuh
j) Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuh
k) Impotensi (umumnya pada laki-laki)
l) Mata kabur
2.1.4. Komplikasi Diabetes Melitus
Menurut Tandra (2007), selama bertahun-tahun penderita hidup
dengan diabetes dan dapat memungkinkan munculnya berbagai kerusakan
atau komplikasi yang kronis pada penderitanya. Komplikasi kronis
tersebut yaitu :
a. Kerusakan saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak
dan sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan
organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di
jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah
terus tinggi,tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10
tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi
normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam
jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi
normal maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah
kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf
diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau
menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau
terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan
saraf mana yang terkena.
b. Kerusakan ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta
pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi
sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan
dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk
membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh
tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat
dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal
bocor ke luar. Semakin lama seseorang terkena diabetes dan makin
lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin mudah
mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita diabetes
juga terkait dengan neuropati atau kerusakan saraf.
c. Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi
penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang
disebabkan oleh diabetes, yaitu:
(i) retinopati, retina mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah
kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak
pembuluh darah retina.
(ii) katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi
keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah
dengan adanya glukosa darah yang tinggi.
(iii) glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga
d. Penyakit jantung
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan
pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan
tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.
e. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan
yang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun,
harus diingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung,
retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan
stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena
hipertensi.
f. Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang
dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini
dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang
tidak menderita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah
atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10
tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini.
Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau
neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya
sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.
g. Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak
makan gula bisa bisa mengalami kerusakan hati (liver). Hati bisa
terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang
diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karena mudah
tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis.
Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi
karena infeksi tau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati
yang sering ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati
atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2
dan gemuk.Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan
pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
h. Penyakit paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara
sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru,
demikian pula sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah.
i. Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan
karena kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf
otonom yang mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari
rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan
sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah
terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan
menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga
bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung
dan usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat
pemakaian obat-obatan yang diminum.
j. Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita
adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat
kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf
sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
2.1.5. Pencegahan
Menurut Suyono (2006), upaya pencegahan pada diabetes ada 3 tahap,
yaitu :
Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes melitus
pada individu yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup (pola makan
sesuai, aktivitas fisik, penurunan berat badan) dengan didukung program
edukasi yang berkelanjutan. Pencegahan primer merupakan cara yang
paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah orang-orang yang belum
sakit artinya mereka yang masih sehat. Semua pihak harus
memprogandakan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup berisiko.
Kendati program ini tidak mudah, tetapi sangat menghemat biaya. Oleh
karena itu dianjurkan untuk dilakukan di negara-negara dengan sumber
daya terbatas (Suyono, 2006).
Pencegahan sekunder merupakan tindakan pencegahan terjadinya
komplikasi akut maupun jangka panjang. Syarat untuk mencegah
komplikasi adalah kadar glukosa darah harus selalu terkendali mendekati
angka normal. Dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah harus
diutamakan cara-cara non-farmakologis terlebih dahulu secara maksimal
agar tidak terjadi resistensi insulin, misalnya dengan aktivitas fisik,
edukasi makanan, dan lain-lain. Bila tidak berhasil baru menggunakan
obat, baik oral maupun insulin.
Pencegahan tersier adalah upaya untuk mencegah komplikasi atau
kecacatan yang timbul akibat komplikasi. Pencegahan ini meliputi 3 tahap
yaitu :
• mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus kepada penyakit organ
• mencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena kegagalan organ atau jaringan
Langkah pertama dalam mengelola diabetes melitus selalu dimulai
dengan pendekatan non-farmakologis, yaitu berupa perencanaan makanan/
terapi nutrisi medik, aktivitas fisik, dan penurunan berat badan jika
didapati berat badan lebih atau obesitas. Bila dengan langkah-langkah
tersebut sasaran pengendalian diabetes belum tercapai, maka dilanjutkan
dengan penggunaan obat atau intervensi farmakologis.
Tujuan terapi untuk pasien diabetes adalah (Soegondo, (b) 2007) :
(1) mengurangi gejala yang disebabkan hiperglikemi.
(2) mengurangi komplikasi makrovaskular dan non mikrovaskular dari
DM.
(3) membuat pasien menjalani pola makan dan gaya hidup yang normal.
Untuk mencapai target ini maka dokter harus mengindentifikasi target
penurunan kadar gula darah untuk setiap pasien, memberikan pengobatan
yang sesuai, dan mengontrol ketat komplikasi yang mungkin dialami
pasien.
2.2. PENGETAHUAN 2.2.1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai
(Keraf, 2001). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge)
adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan
“What”. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior).
Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan
seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam
bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut
merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik
lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).
2.2.2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.2.3. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
a) Baik: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh petanyaan
b) Cukup: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan
c) Kurang: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang
lain. Pengalaman yang sudah diperloeh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang
yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun
negatif.
4. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan
buku.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka
dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas
6. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep ialah rangkaian variabel-variabel yang tersusun dalam suatu
bagian yang menjelaskan hubungan masing-masing sesuai tujuan penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
3.2.Variabel dan Definisi Operasional
Definisi operasional adalah rumusan pengertian variabel yang akan dipakai
sebagai pegangan dalam pengumpulan data. Definisi operasional dalam penelitian
ini antara lain:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
DM mengeluhkan
komplikasi
Seperti
penyakit
jantung, gagal
ginjal,
gangguan
penglihatan,
hipertensi dan
gangguan
pada saraf.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan ialah penelitian deskriptif. Disebut studi
deskriptif karena ingin melihat karakteristik pasien DM seperti umur, jenis
kelamin, tingkat pengetahuan, pekerjaan, lama menderita DM.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian
Waktu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu, (1) tahap persiapan, (2)
tahap pelaksanaan dan (3) tahap penyelesaian. Tahap persiapan merupakan
tahap proses persiapan proposal penelitian ini termasuk menyediakan
kuesioner. Ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga Desember 2013. Tahap
pelaksanaan akan dilakukan pada bulan Januari hingga April 2014. Tahap
ini meliputi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data melalui penyebaran
kuesioner, mengumpul jawaban, mengolah data, menginterprestasi hasil dan
menyimpulkan hasil penelitian.Tahap penyelesaian adalah tahap terakhir
yaitu penulisan, ujian, revisi, penjilidan dan penyerahan hasil karya tulis
ilmiah pada akhir bulan Mei 2014.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Poli-Endokronologi, Departement Ilmu
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita rawat jalan
Diabetes Melitus (DM), laki-laki dan perempuan yang mengunjungi
Poli-Endokrionologi pada bulan Juli hingga Desember 2013.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi.
4.3.3. Besar Sampel
Besar sampel dengan menggunakan rumus di bawah :-
n
=
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = kesalahan (absolut) yang diinginkan
Kesalahan absolut yang diinginkan adalah sebesar 10 %.
Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah :
n = 1202
1+1202 (0.12)
n = 92
Berdasarkan perhitungan tersebut, besar sampel yang diperlukan
adalah 92 orang. Besar sampel ini didapat setelah melakukan survei awal
proposal penelitian di RSUP H. Adam Malik. Besar sampel ini merupakan
jumlah pasien rawat jalan Diabetes Mellitus dari bulan Juli hingga
4.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Sampel penelitian ini dipilih menggunakan:
1) kriteria inklusi atau penerimaan sebagai berikut:-
a) Penderita Diabetes Melitus
b) Pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik
c) Bersedia menjadi responden penelitian
2) Kriteria eksklusi sebagai berikut:-
Pasien yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
Pemilihan sampel dengan menggunakan Consecutive Sampling yaitu
menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
yang dikehendaki peneliti dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi
yang dikenal sebelumnya.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer yaitu dengan metode pemberian
kuesioner pada penderita Diabetes Melitus. Data sekunder dari data tentang
keadaan umum RSUP Haji Adam Malik melalui proses survei.
Langkah-langkah yang peneliti akan lakukan dalam proses pengumpulan data
antara lain:
1. Setelah mendapat ijin dari RSUP Haji Adam Malik, peneliti akan
melakukan survei responden yang akan dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian.
2. Peneliti akan mencatat penderita Diabetes Melitus yang akan dijadikan
3. Peneliti akan melakukan pendekatan serta meminta persetujuan pada calon
responden yakni pasien Diabetes Melitus dengan cara menjelaskan tujuan
dan manfaat penelitian yang akan dilakukan.
4. Setelah responden setuju, peneliti akan memberikan kuesioner kepada
penderita Diabetes Melitus.
5. Setelah responden mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan dan
memeriksa kelengkapannya.
4.5. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan penderita DM tentang komplikasi adalah data primer yang berupa
kuesioner yang diberikan pada penderita DM. Kuesioner adalah daftar pernyataan
yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan
jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri daripada 20 pertanyaan dimana dalam
pertanyaan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” dan “salah” dan
responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Cara penskoran untuk
pernyataan jika jawabanya benar skor 1 dan jika jawabanya salah skor 0.
Kuesioner dari penelitian Palanimuthu. B, (2010) dan Hassan. H, (2011) dan
dimodifikasikan supaya pasien dapat memahami dengan mudah.
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang baik harus memenuhi 2 persyaratan yaitu valid dan
reliabel. Pembuatan instrumen dilandasi dengan kajian pustaka. Oleh karena itu,
kuesioner sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini akan diuji
validitas dan reliabilitas. Kuesioner ini divalidkan dengan cara “validity of
content” oleh dr.Tambaran Kemaran, SpPD. Uji coba instrument akan dilakukan
dengan 20 orang responden dari rumah sakit lain dengan karakteristik yang sama
dengan metode Pearson atau metode Product Moment. Uji Realibilitas adalah
metode Cronbach’s Alpha, dan dilakukan setelah uji validitas selesai. Uji validitas
dan realibilitas ini dianalisa menggunakan program SPSS. Hasil uji validitas dan
realibilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner No.
4.7. Pengolahan dan Analisa Data
Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh
peneliti. Analisa data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan
menggunakan program computer. Data hasil akan ditampilkan dalam bentuk tabel
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik di Kecamatan Medan
Sunggal. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes
No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan
sesuai SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai
pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Penelitian ini
dilakukan di Poli-Endokrinologi, Department Ilmu Penyakit Dalam, RSUP
Haji Adam Malik pada tahun 2014.
5.1.2 Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur
Umur Jumlah Persentase(%)
30-40 19 20.7
41-50 14 15.2
51-60 25 27.2
61-70 30 32.6
>70 4 4.3
Total 92 100.0
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut umur yang
terbanyak adalah 61-70 tahun yaitu 30 orang (32.6%) dan yang paling
Tabel 5.2 Distribusi responden menurut jenis kelamin
Tabel 5.2 menunjukan bahwa distribusi responden menurut jenis kelamin
yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 54 orang (58.7%).
Tabel 5.3 Distribusi responden menurut pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase(%)
Tidak bersekolah 3 3.3
Tabel 5.3 menunjukan bahwa distribusi responden menurut pendidikan
yang terbanyak adalah SMP yaitu 34 orang (37%) dan yang paling sedikit
adalah penderita DM yang tidak bersekolah yaitu sejumlah 3 orang (3.3%).
Tabel 5.4 Distribusi responden menurut pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase(%)
Petani/buruh 10 10.9
Pegawai Negeri 21 22.8
Pegawai Swasta 33 35.9
Tidak Bekerja/Pensiunan 28 30.4
Total 92 100.0
Tabel 5.4 menunjukan bahwa distribusi responden menurut pekerjaan
paling sedikit adalah penderita DM yang berkerja sebagai petani/buruh yaitu
sejumlah 10 orang (10.9%).
Tabel 5.5 Distribusi responden menurut lama menderita DM Lama menderita DM Jumlah Persentase(%)
1-5 28 30.4
6-10 39 42.4
>10 25 27.2
Total 92 100.0
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut lama
menderita DM yang terbanyak adalah selama 6-10 tahun yaitu 39 orang
(42.4%) dan yang paling sedikit adalah selama >10 tahun yaitu 25 orang
(27.2%).
5.1.3 Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.6 Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang komplikasi DM.
Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase(%)
Baik 11 12.0
Cukup 31 33.7
Kurang 50 54.3
Total 92 100.0
Tabel 5.6 menunjukan bahwa dari 92 responden, sebanyak 11 orang
(12%) mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan sebanyak 50 orang
(54.3%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang. Sedangkan,
responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup adalah
Tabel 5.7 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur. Kelompok tingkat pengetahuan Total
Usia Baik Cukup Kurang
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan
baik paling banyak terdapat pada kelompok usia 51-60 tahun yaitu sebanyak
5 orang (45.5%). Mankala kelompok usia 61-70 tahun mempunyai tingkat
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 11 orang (35.5%) dan tingkat pengetahuan
kurang yaitu sebanyak 19 orang (38%).
Tabel 5.8 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin.
Kelompok tingkat pengetahuan Total Jenis kelamin Baik Cukup Kurang
f % f % f % f %
Laki-laki 5 45.5 21 67.7 28 56.0 54 58.7 Perempuan 6 54.5 10 32.3 22 44.0 38 41.3 Total 11 100.0 31 100.0 50 100.0 92 100.0
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden perempuam yang paling
banyak mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yaitu sejumlah 6 orang
(54.5%), manakala responden laki-laki mempunyai tingkat pengetahuan yang
kurang yaitu sejumlah 28 orang (56.0%). Sedangkan bagi tingkat
pengetahuan yang dikatergorikan cukup paling banyak adalah responden
Tabel 5.9 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan pendidikan.
Kelompok tingkat pengetahuan Total Pendidikan
Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok pendidikan yang paling
banyak mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah SMA yaitu sebanyak 6
orang (54.5%) dan tingkat pengetahuan cukup adalah SMP yaitu sebanyak 14
orang (45.2%). Manakala, kelompok pendidikan yang paling banyak
mempunyai tingkat pengetahuan kurang adalah SD yaitu sejumlah 19 orang
(38.0%).
Tabel 5.10 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan.
Kelompok tingkat pengetahuan Total Pekerjaan pasien Baik Cukup Kurang
Tabel 5.10 menunjukkan mayoritas responden yang bekerja sebagai
pegawai swasta memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu 8 orang
(72.7%), dan responden bekerja sebagai pegawai negeri memiliki tingkat
pengetahuan cukup yaitu 12 orang (38.7%). Bagi yang tidak bekerja ataupun
pensiunan memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu 19 orang (38%).
Tabel 5.11 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan lama menderita DM.
Kelompok tingkat pengetahuaan Total Lama
menderita DM
Baik Cukup Kurang
f % f % f % f %
1-5 2 18.2 6 19.4 20 40.0 28 30.4
6-10 6 54.5 15 48.4 18 36.0 39 42.4 >10 3 27.3 10 32.3 12 24.0 25 27.2 Total 11 100.0 31 100.0 50 100.0 92 100.0
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa rata-rata responden yang menderita
DM selama 6-10 tahun memiki tingkat pengetahuan yang baik dan cukup
yaitu sejumlah 6 orang (54.5%) dan 15 orang (48.4%) dan responden yang
menderita DM selama 1-5 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
5.2 Pembahasaan
Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan
mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi
diabetes melitus dengan jumlah responden yang terlibat adalah 92 orang pasien
diabetes melitus yang rawat jalan di Poli-Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik
Medan pada tahun 2014.
Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang komplikasi Diabetes Mellitus,
sebahagian besar pasien berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 50 orang (54.3%).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Pamekasan, Jawa
Timur yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan dari 66 orang pasien diabetes
mellitus, sebagian besar adalah kurang baik yaitu sebanyak 33 orang (50 %) dan
sisanya sebanyak 26 orang (39%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, dan
7 orang (11%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik (Sugiyanto, 2011).
Penelitian di Ludhiana, India (2005) oleh Indian Council of Medical Research
(ICMR) tentang tingkat pengetahuan pasien DM tentang komplikasi DM turut
dinyatakan bahawa tingkat pengetahuan pasien diabetes masih kurang pada total
100 orang responden. Tingkat pengetahuan yang bervariasi dapat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
karakteristik orang yang bersangkutan yang terdiri dari: pendidikan, persepsi,
motivasi dan pengalaman. Faktor eksternal meliputi lingkungan, kebudayaan dan
informasi (Notoadmojo, 2002). Pada penelitian ini rendahnya tingkat pengetahuan
kemungkinan dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan (dibawah SMA
78%) sedangkan faktor lain tidak dianalisa pada penelitian ini.
Berdasarkan umur, responden dari kelompok umur yang paling banyak
mempunyai tingkat pengetahuan yang baik adalah 51-60 tahun yaitu seramai 5
orang (45.5%). Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut. Semakin tua
umur seseorang semakin matang perkembangan mentalnya dan juga berpengaruh
pada pengetahuan yang diperolehnya, Akan tetapi, menjelang lansia kemampuan
terbukti juga pada penelitian ini karena usia rata-rata pada kategori tingkat
pengetahuan cukup maupun kurang adalah 61-70 tahun.
Penelitian ini mendapatkan tingkat pengetahuan baik pada responden
perempuan dan laki-laki hampir sama yaitu 6 orang (54.5%) dan laki-laki
sebanyak 5 orang (45.5%). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Vijaya
Sorganvi dkk (2013), di Karnataka, India yang mendapatkan bahwa tingkat
pengetahuan tentang komplikasi diabetes mellitus secara keseluruhan adalah
kurang dan kedua kelompok baik laki-laki maupun perempuan memperoleh skor
tingkat pengetahuan yang sama.
Berdasarkan pendidikan, kelompok responden yang tamat SMA mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 6 orang (54.5%). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Rahmadilayani (2008), di Puskesmas I, Jawa
Tengah, Indonesia yang menyatakan bahwa paling banyak responden tamat SMA
memiliki tingat pengetahuan tentang diabetes mellitus yang baik. Tidak dapat
dimungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula
bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki (Wahid dkk, 2007).
Berdasarkan pekerjaan, tingkat pengetahuan baik terbanyak dari kelompok
pegawai swasta yaitu sebanyak 8 orang (72.7%). Penelitian ini sesuai dengan
penelitian Hassan, H (2011), yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan baik
paling banyak terdapat pada kelompok pegawai swasta yaitu sebanyak 81.8%
karena mereka tidak terikat dengan jadwal dan waktu bekerja yang padat sehingga
bisa dapat mencari informasi yang lebih tentang penyakit mereka. Selain itu,
lingkungan pekerjaan juga dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan yang baik, secara langsung maupun tidak langsung (Wahid dkk,
2007).
Berdasarkan lama menderita DM, responden yang menderita selama 6-10
tahun mempunyai pengetahuan baik dan cukup yaitu sebanyak 6 orang (54.5%)
dalam kategori baik dan 15 orang (48.4%) dalam kategori cukup. Menurut
penelitian D.P. Perera di Rumah Sakit Mortuwa, Sri lanka (2013) dinyatakan
pengetahuan yang tinggi tentang komplikasi dan pencegahan DM yaitu sebanyak
74 orang (49.3%) dengan jumlah responden 150 orang. Pengalaman pasien dapat
diperoleh dari lamanya pasien mengalami suatu penyakit. Semakin lama
menderita DM semakin banyak pengetahuan yang dapat tentang penyakit tersebut
dan dalam mengendalikan DM dengan benar juga semakin bertambah (
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa :
Sebahagian besar responden (54.3%) mempunyai tingkat pengetahuan
kurang tentang komplikasi Diabetes Melitus.
Hanya 12.0% responden memiliki tingkat pengetahuan baik dan 33.7%
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang komplikasi Diabetes
Melitus.
Secara keseluruhan, karakteristik responden terbanyak pada tingkat
pengetahuan baik adalah seperti berikut: perempuan, kelompok umur 51-60,
pendidikan SMA, pekerjaan pegawai swasta, dan yang terdiagnosa lama sakit
6-10 tahun.
6.2. Saran
1. Pengetahuan mayoritas masyarakat masih dalam kategori kurang maka,
sebaiknya program-program penyuluhan perlu ditingkatkan kepada pasien DM
yang mengunjungi Poli-Endokrinologi.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien DM tentang komplikasi dan
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. Position. Statement. Implication Of The Diabetes
Control and Complication Trial. Diabetes Spectrum 2005 : 4 (3) : 225-27
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Gulabani, M. et al. (2005). Patients' Knowledge Regarding The Treatment And
Complications Of Diabetes Indian Council of Medical Research (ICMR)
Grant No .21/220/2005 BMS Available from: http://www.ncbi.nlm. nih.gov/pmc/articles/PMC2763678/
Hassan. H. (2011) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Pola Makan dengan
Komplikasi pada Penderita DM di RSUP.H. Adam Malik. Skripsi. Sumatera
Utara: Program Studi Ilmu Kedokteraan Universitas Sumatera Utara [Accessed on 15 Maret 2014]
Keraf. A.S. & Dua. M. (2001) Ilmu Pengetahuan Sebuah tinjauan Filosofi, Yogjakarta, Komisius.
Notoatmojo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Palanimuthu. B. (2010) Tingkat Pengetahuan Diet Pasien DM serta
Komplikasinya di Poli-Endrokrinologi, Department Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik. Skripsi. Sumatera Utara: Program Studi Ilmu
Kedokteraan Universitas Sumatera Utara
Perera. D.P. et al, (2013). Knowledge of diabetes among type 2 diabetes patients
attending a primary health care clinic in Sri Lanka Eastern Mediterranean
Health Journal EMHJ • Vol. 19 No. 7 • 2013
PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI
Permana, H. (2009). Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi. Diakses pada tanggal 18 September 2010 dari
dan_penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf
Rahmadilayani, N. (2008). Hubungan antara Pengetahuan tentang Penyakit dan
Komplikasi Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus dengan Tingkat mengontrol Kadar Gula Darah. Diakses tanggal 23 September 2009. dari
http://eprints.ums.ac.id/1041/1/2008v1n2-a3.pdf
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakkarta : Graha Ilmu.
Rizal, N. B. (2008). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian PJK
pada Penderita DM tipe 2 di RSUP DR. M. Djamil Padang. Skripsi. Padang
: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas Padang
Smeltzer, S.Bare,B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed.8. Vol 2. Jakarta: EGC
Sorganvi. V. et al (2013) Knowledge And Its Complications Of Diabetes Amongst
The Known Diabetic Patients – A Hospital Based Study Vol 05issue 22
Section: Healthcare Category Research, Shri B.M. Patil Medical College Karnataka State, India.
Soegondo, S. (a) (2007). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini,
dalam Soegondo, S.dkk. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu,
Jakarta FK-UI.
Soegondo, S. (b) (2007). Prinsip Pengobatan Diabetes Mellitus, Insulin dan Obat
Hipoglilcemi oral. Dalam Soegondo, dkk. Jakarta FK-UI
Sugiyanto, J. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes
Mellitus Dengan Tingkat Motivasi Penderita Dalam Mencegah Komplikasi Diabetes Mellitus Di RSUD Pamekasan. Majalah Kesehatan FKUB.
Suyono, S (2006). Kecenderungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes, dan
Tatalaksana Terpadu. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional RSCM, Jakarta.
Tandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Diabetes Tanya Jawab Lengkap dengan Ahlinya.Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Tjokroprawiro, A. (1997). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Waspada Online, (2009). Medan, Terbanyak Penderita Diabetes. Available from:
Waspadji, Sarwono, (2006). Komplikasi Kronik diabetes : Mekanisme Terjadinya,
Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Ilmu penyakit dalam jilid III. Jakarta;
Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
WHO. (2008). Global Prevalence of Diabetes. Diakses tanggal 18 April 2011 dari
WHO, World Health Organization. (2010). Definition and Diagnosis of Diabetes
Mellitus and Intermediate Hyperglycemia. Geneva: WHO Press
Wicaksono, AP. et al, (2012). The Relationship Between Diabetic Knowledge And
Social Support With The Behavior Of Diabetic Retinopathy Prevention At Dm Sufferers In Prof. Dr. Margono Soekarjo General Hospital Of Purwokerto. Nursing Health Science Faculty, Muhammadiyah University of
Purwokerto
Wulandari, A. (2009). Evaluasi Pemilihan Obat Antidiabetes pada Penderita
Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Tahun 2008. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Vethanayaki Sellappan
Tempat/tanggal lahir : Kuala Lumpur, Malaysia/5 Nopember 1990
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Hindu
Alamat : Jalan dr.Mansur, Gang Sehat 29, Medan Selayang
Riwayat pendidikan : SMK Bandar Baru, Sg. Buloh, Selangor(SPM) – 2007
SMP Jalan Ipoh, Kuala Lumpur(STPM) – 2009
President College, Kuala Lumpur -2010
Fakultas Kedokteraan USU-sekarang
Riwayat Organisasi : Ahli Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM).
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat, Saya yang bernama VETHANAYAKI SELLAPPAN/ NIM 100100302 adalah mahasiswi yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini, saya sedang mengadakan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita diabetes mellitus tentang komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan. Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pasien tentang pencegahan DM agar menurunkan resiko timbulnya komplikasi pada penderita DM maupun keluarganya dengan lebih teratur. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Ibu/ Bapak untuk mengisi kuesionar dengan jujur dan apa adanya. Jika Ibu/ Bapak bersedia, silalah menandatangani persetujuan ini sebangai bukti kesukarelaan anda.
Identitas pribadi Ibu/ Bapak sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Ibu/ Bapak dapat bertanya langsung kepada peneliti.
LAMPIRAN 3
SURAT PERNYATAAN
PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Umur :
Kelamin :
Telah mendapatkan penjelasan sepenuhnya mengenai penelitian,
Judul penelitian : Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang
Komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik,
Medan.
Nama peneliti : Vethanayaki Sellappan
Institusi yang melakukan penelitian : Universitas Sumatera Utara (USU)
Medan.
Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.
Medan,……….2013,
LAMPIRAN 4. KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TENTANG KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI
RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN.
No. Responden : Nama Responden : Alamat Responden : Tanggal wawancara :
A.DATA RESPONDEN
1. Umur : __________ tahun
2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Pendidikan : 1. Tidak tamat SD / tidak bersekolah 2. Tamat SD
3. Tamat SMP 4. tamat SMA 5. Akademi / PT
4. Pekerjaan : 1. Petani / Buruh 2. Pegawai kerajaan
3. Pegawai swasta 4. Pensiunan / tidak bekerja
5. Lama menderita DM : _____________ tahun
6. Komplikasi DM :1. tidak
2. ada
B. KUESIONER PENGETAHUAN
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Penurunan kadar gula darah dibawah 50 mg/dl merupakan suatu komplikasi diabetes.
2. Kadar gula darah meningkat sesuai dengan usia adalah hal yang wajar
3. Sebagai penderita diabetes mellitus dengan melakukan perilaku hidup sehat seperti mengatur pola makan dengan baik akan memperkecil kemungkinan terkena komplikasi diabetes melitus.
4. Diabetes mellitus yang tidak ditanggulangi akan sembuh dengan sendirinya.
6. Semakin lama seseorang terkena diabetes mellitus makin mudah terjadi kerusakan saraf.
7. Pada penderita diabetes mellitus mudah terserang infeksi kuman karena fungsi kekebalan tubuh terganggu. 8. Kadar glukosa yang tinggi tidak menyebabkan sakit
pada paru-paru.
9. Penderita diabetes mellitus tidak mempunyai tekanan darah yang tinggi.
10. Penyakit diabetes mellitus sering menyebabkan sirkulasi darah tidak baik.
11. Penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan hilangnya rasa sensasi (baal/kebas) pada jari-jari, tangan dan kaki.
12. Seseorang yang terkena diabetes memiliki resiko lebih besar terhadap penyakit jantung.
13. Pada penderita diabetes mellitus, jika ada luka akan sulit disembuhkan.
14. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat diabetes.
15. Hati bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. 16. Penurunan kemampuan seksual akibat dari komplikasi
diabetes.
17. Diabetes tidak dapat menyebabkan kebutaan pada penderitanya.
18. Kurangnya penglihatan pada pasien diabetes hanya disebabkan oleh pengaruh usia, tidak ada hubungannya dengan diabetes.
19. Kerusakan ginjal pada diabetes dipengaruhi oleh tekanan darah tinggi penderita diabetes mellitus.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
Umur Pasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 30-40 tahun 19 20.7 20.7 20.7
41-50 tahun 14 15.2 15.2 35.9
51-60 tahun 25 27.2 27.2 63.0
61-70 tahun 30 32.6 32.6 95.7
>70 tahun 4 4.3 4.3 100.0
Total 92 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 54 58.7 58.7 58.7
Perempuan 38 41.3 41.3 100.0
Total 92 100.0 100.0
Pendidikan Pasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Bersekolah 3 3.3 3.3 3.3
Tamat SD 22 23.9 23.9 27.2
Tamat SMP 34 37.0 37.0 64.1
Tamat SMA 27 29.3 29.3 93.5
Akademi/PT 6 6.5 6.5 100.0
Perkerjaan Pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
V
a
l
i
d
Petani/Buruh 10 10.9 10.9 10.9
Pegawai Kerajaan 21 22.8 22.8 33.7
Pegawai Swasta 33 35.9 35.9 69.6
Tidak Bekerja/Pensiunan 28 30.4 30.4 100.0
Total 92 100.0 100.0
Lama Menderita DM
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-5 28 30.4 30.4 30.4
6-10 39 42.4 42.4 72.8
>10 25 27.2 27.2 100.0
Total 92 100.0 100.0
Kategori Pasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 11 12.0 12.0 12.0
Cukup 31 33.7 33.7 45.7
Kurang 50 54.3 54.3 100.0
Pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
1 56 60.9 60.9 100.0
Total 92 100.0 100.0
Pertanyaan 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Total 92 100.0 100.0
Pertanyaan 15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 46 50.0 50.0 50.0
1 46 50.0 50.0 100.0
Total 92 100.0 100.0
Pertanyaan 16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 56 60.9 60.9 60.9
1 36 39.1 39.1 100.0
Total 92 100.0 100.0
Pertanyaan 17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 68 73.9 73.9 73.9
1 24 26.1 26.1 100.0
Total 92 100.0 100.0
Pertanyaan 18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
1 17 18.5 18.5 100.0
Total 92 100.0 100.0
Pertanyaan 19
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 44 47.8 47.8 47.8
1 48 52.2 52.2 100.0
Total 92 100.0 100.0
Pertanyaan 20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 69 75.0 75.0 75.0
1 23 25.0 25.0 100.0