• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus Di Rsup H. Adam Malik, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus Di Rsup H. Adam Malik, Medan"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TENTANG KOMPLIKASI DIABETES MELITUS

DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN.

OLEH:

VETHANAYAKI SELLAPPAN 100100302

FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Latar Belakang--- Prevalensi diabetes melitus di dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Indonesia merupakan urutan keempat di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak. Sementara di Medan, Diabetes Mellitus menempati urutan pertama dibandingkan dengan penyakit lain. Tingginya angka ini disebabkan pengetahuan yang kurang tentang komplikasi,

Tujuan---Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

pengetahuan penderita diabetes melitus tentang komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan.

Metode---Penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Sampel penelitian ini terdiri

92 orang pasien Diabetes Melitus yang berkunjung ke Poli-Endokrinologi, Departement Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan Consecutive Sampling. Penelitian ini dilaksanakan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Hasil---Dari 92 orang responden, 11 orang (12%) mempunyai tingkat

pengetahuan yang baik, 31 orang (33.7%) mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup dan 50 orang (54.3%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang.

Kesimpulan---Sebahagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang

yang dipengaruhi oleh usia lanjut dan rendahnya pendidikan.

(3)

ABSTRACT

Background---The prevalence of diabetes mellitus in the world has increased

significantly. Indonesia is the fourth in the world as the country with the highest number of diabetics. While in Medan, diabetes mellitus is on the first rank compare to other diseases. The high number is due to lack of knowledge about the complications.

Objective---The main purpose of this study is to determine the level of knowledge

about complications of diabetic among the patients at Haji Adam Malik General Hospital.

Method---Descriptive survey have been applied on these study. All 92

respondents who are the sample of these study are patients from Poly-Endocrinology , Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik General Hospital, Medan and been chosen using Consecutive Sampling method. This research is done with interview and giving questionnaire

Results---The research of 92 respondents, 11 peoples (12%) have high level of

knowledge, 31 peoples (33.7%) have average level of knowledge and 50 peoples (54.3%) have low level of knowledge.

Conclusion---Majority of the respondents have a low level of knowledge

regarding complications of diabeticinfluenced by old age and lack of education.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka

memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam saya persembahkan

kepada kedua orang tua saya, serta adiku atas doa dan dukungannya selama ini

kepada saya selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Riri Andri Muzasti, M.Ked

(PD), SpPD selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah

menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabarannya sehingga saya dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Dalam penelitian Karya Tulis

Ilmiah ini, saya juga mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Riri Andri Muzasti, M.ked (PD), SpPD selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

3. Dosen penguji seminar proposal dan hasil penelitian dr. Mutiara Indahsari,

M.Kes dan dr. Lita Feriyawati, M.Kes.

4. Pimpinan RSUP Haji Adam Malik yang telah memberikan peluang kepada

saya untuk melaksanakan penelitian di Poli-Endokrinologi RSUP Haji

Adam malik, Medan.

5. Orang tua saya yang member semangat kepada saya sepanjang

(5)

6. Kepada teman-teman seperjuangan, satu kelompok yaitu Vinod, Hema,

Perisha, Shri, Tina, dan lain yang sudah sangat membantu baik moral atau

materi, memberikan masukan serta motivasi demi selesainya Karya Tulis

Ilmiah ini.

7. Semua pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit

Haji Adam Malik yang sudi menjadi responden pada penelitian ini.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan

baik dari segi isi maupun bahasanya. “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu

saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya

peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat

terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, 24 Maret 2014

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Singkatan……….iii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Gambar ... v

Daftar Lampiran ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

(7)

3.2. Kerangka Konsep Penelitian………..……..16

3.3. Variabel dan Definisi Operasional………..…….16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Jenis Penelitian ... 19

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

4.2.1. Tempat penelitian………...19

4.2.2. Waktu penelitian……….19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.3.1. Populasi Penelitian ... 20

4.3.2. Sampel Pnelitian ... 20

4.3.3.Besar Sampel ... 20

4.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 21

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 21

4.5. Instrumen Penelitian ... 22

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 22

4.7. Pengolahan dan Analisa Data... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN...25

5.1. Hasil Penelitian………...25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..25

5.1.2. Karakteristik Responden………...25

5.1.3. Tingkat Pengetahuan………...27

5.2. Pembahasaan………...31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...34

6.1. Kesimpulan……….34

6.2. Saran………...34

(8)

DAFTAR SINGKATAN KATA

ADA : American Diabetes Association

DM : Diabetes Melitus

GDM : Gestational Diabetes Melitus

HLA : Human Leucocyte Antigen

IDDM : Insulin Dependent Diabetes Melitus

NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PVD : Peripheral Vascular Disease

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Definisi Operasional 16

4.1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner 24 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur 25

5.2 Distribusi responden menurut jenis kelamin 26

5.3 Distribusi responden menurut pendidikan 26

5.4 Distribusi responden menurut pekerjaan 26

5.5 Distribusi responden menurut lama menderita DM 27

5.6 Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang komplikasi DM. 27

5.7 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur. 28

5.8 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin. 28

5.9 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan pendidikan. 29

5.10 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan. 29

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian tingkat pengetahuan penderita 16

Diabetes Melitus tentang komplikasi Diabetes Melitus

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Surat Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 6. Lembar Ethical Clearance

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian RSUP H.Adam Malik

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian RSUD Dr.Pringadi

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang--- Prevalensi diabetes melitus di dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Indonesia merupakan urutan keempat di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak. Sementara di Medan, Diabetes Mellitus menempati urutan pertama dibandingkan dengan penyakit lain. Tingginya angka ini disebabkan pengetahuan yang kurang tentang komplikasi,

Tujuan---Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

pengetahuan penderita diabetes melitus tentang komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan.

Metode---Penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Sampel penelitian ini terdiri

92 orang pasien Diabetes Melitus yang berkunjung ke Poli-Endokrinologi, Departement Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan Consecutive Sampling. Penelitian ini dilaksanakan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Hasil---Dari 92 orang responden, 11 orang (12%) mempunyai tingkat

pengetahuan yang baik, 31 orang (33.7%) mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup dan 50 orang (54.3%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang.

Kesimpulan---Sebahagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang

yang dipengaruhi oleh usia lanjut dan rendahnya pendidikan.

(13)

ABSTRACT

Background---The prevalence of diabetes mellitus in the world has increased

significantly. Indonesia is the fourth in the world as the country with the highest number of diabetics. While in Medan, diabetes mellitus is on the first rank compare to other diseases. The high number is due to lack of knowledge about the complications.

Objective---The main purpose of this study is to determine the level of knowledge

about complications of diabetic among the patients at Haji Adam Malik General Hospital.

Method---Descriptive survey have been applied on these study. All 92

respondents who are the sample of these study are patients from Poly-Endocrinology , Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik General Hospital, Medan and been chosen using Consecutive Sampling method. This research is done with interview and giving questionnaire

Results---The research of 92 respondents, 11 peoples (12%) have high level of

knowledge, 31 peoples (33.7%) have average level of knowledge and 50 peoples (54.3%) have low level of knowledge.

Conclusion---Majority of the respondents have a low level of knowledge

regarding complications of diabeticinfluenced by old age and lack of education.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dan

ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif

dari sekresi insulin dan atau gangguan kerja insulin (Rizal, 2008). Menurut

kriteria diagnostik Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun

2006, seseorang didiagnosa menderita Diabetes Melitus jika mempunyai kadar

glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl.

Manifestasi klinis Diabetes Melitus yang sangat khas adalah meningkatnya

frekuensi berkemih (poliuria), rasa haus berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang

semakin besar (polifagia), keluhan lelah dan mengantuk, serta penurunan berat

badan (Price, 2005)

Prevalensi diabetes melitus di dunia mengalami peningkatan yang cukup

besar. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia sekitar 171 juta dan

diprediksikan akan mencapai 366 juta jiwa tahun 2030. Di Asia tenggara terdapat

46 juta dan diperkirakan meningkat hingga 119 juta jiwa. Di Indonesia dari 8,4

juta pada tahun 2000 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO,

2008). Indonesia merupakan urutan keempat di dunia sebagai negara dengan

jumlah penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina, Uni Soviet, Jepang,

Brazil (Rahmadilayani, 2008). Sementara di Medan pula, penyakit Diabetes

Melitus menempati urutan pertama berbanding dengan penyakit lain, yaitu diatas

penyakit jantung koroner. Sejak bulan September hingga Oktober 2009, DM

merupakan penyakit yang mencatatkan angka penderita terbanyak dan jumlahnya

terus meningkat jika dibandingkan dengan jumlah pasien penyakit jantung

koroner atau penyakit yang lain (Waspada Online, 2009).

Penyakit DM adalah penyakit seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan,

(15)

selalu sama dengan kadar glukosa orang normal atau dalam batas normal. Kadar

glukosa yang tidak terkendali dan tertangani dengan baik bisa mengakibatkan

berbagai komplikasi (Tandra, 2007). Kompikasi DM dapat muncul secara akut

atau timbul secara mendadak seperti reaksi hipoglikemia dan koma diabetik.

Komplikasi yang lain muncul secara kronik atau secara perlahan, kadang tidak

diketahui, tetapi akhirnya berangsur menjadi makin berat dan membahayakan.

Komplikasi ini meliputi makrovaskuler, mikrovaskuler dan Diabetik Retinopati,

Nefropati, ulkus kaki diabetes, Neuropati (Tjokroprawiro, 1997).

Berdasarkan informasi American Diabetes Association (ADA) 2005, ada

peningkatan drastis komplikasi penyakit diabetes sejak 2001 hingga 2004. Pada

2001, penderita diabetes melitus beresiko mengalami penyakit kardiovaskuler

hingga 32%. Sedangkan pada tahun 2004 angkanya meningkat 11%, yaitu

mencapai 43%. Begitu juga dengan resiko yang mengalami hipertensi. Tahun

2001, 38% penderita diabetes mellitus mengalami hipertensi. Tahun 2004

angkanya mencapai 69% atau meningkat 31% (Wulandari, 2009). Dengan

demikian sebetulnya kematian pada penderita diabetes terjadi tidak secara

langsung akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan komplikasi yang

terjadi. Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita DM 5 kali

Iebih besar untuk timbul gangren, 17 kali Iebih besar untuk menderita kelainan

ginjal dan 25 kali Iebih besar untuk terjadinya kebutaan (Permana, 2009).

Pada umumnya 50% penderita diabetes sudah disertai kompliksi pada saat

didiagnosa Diabetes melitus pertama kalinya (Rahmadilayani, 2008). Menurut

Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Sidartawan Soegondo,

resiko kematian penderita diabetes 4 - 5 kali lebih besar dibandingkan nondiabetik

dengan penyebab kematian 50% akibat Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 30%

akibat gagal ginjal. Mereka yang mengidap Diabetes Melitus banyak yang

menderita penyakit jantung koroner dengan prognosis lebih buruk bila mendapat

serangan Infark Miokard Akut atau IMA (Smeltzer dan Bare, 2002).

Walaupun banyak penelitian telah dilakukan tentang tingkat pengetahuan

penderita DM tentang komplikasi daripada penyakit tersebut, di Medan masih

(16)

jumlah penderita rawat inap (Waspada Online, 2009). Disebabkan pengetahuan

yang kurang tentang komplikasi DM, penderita DM beresiko tinggi mengalami

penyakit kardiovaskular dan hipertensi, yang secara tidak langsung dapat

menyebabkan kematian pada penderita diabetes (Rahmadilayani, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian

berjudul tingkat pengetahuan penderita DM tentang komplikasi DM di RSUP H.

Adam Malik, Medan, sebagai usaha untuk mengurangi terjadinya kematian

penderita DM akibat komplikasi daripada penyakit diabetes.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, bagaimanakah tingkat pengetahuan

penderita Diabetes Melitus tentang komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H.

Adam Malik, Medan?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan penderita Diabetes Melitus tentang

komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui karateristik penderita DM berdasarkan umur, jenis kelamin,

tinggkat pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita penyakit DM.

b) Mengetahui tingkat pengetahuan penderita DM berdasarkan umur, jenis

kelamin, tinggkat pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita penyakit DM.

(17)

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Rumah Sakit

Dapat memberikan masukan terhadap Rumah Sakit untuk meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk penderita DM dengan

memberikan penyuluhan secara berkala.

2. Pasien

Memberi informasi tentang pencegahan DM agar menurunkan resiko

timbulnya komplikasi pada penderita DM maupun keluarganya dengan

lebih teratur.

3. Institusi Pendidikan

Memberi masukan sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DIABETES MELITUS

2.1.1. Definisi

Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan satu penyakit kronik

yang terjadi bila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau

tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksikan secara

efektif. Hiperglikemia atau kadar gula darah yang meningkat adalah kesan

umum DM yang tidak terkontrol dan bias menyebabkan kerusakan yang

serius pada sistem tubuh terutama pada sistem saraf dan pembuluh darah

(WHO, 2010). Menurut Soegonodo (a) (2007), DM adalah suatu

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh karena

adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik

absolut maupun relatif.

2.1.2. Klasifikasi

Menurut Waspadji (2006), klasifikasi DM dan penggolongan glukosa

adalah seperti berikut:

a) Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau DM Tipe 1

Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel Langerhans yang

berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik,

predisposisi pada insulin fenomena autoimun. Kelainan ini terjadi

karena kerusakan sistem imunitas yang kemudian merusak pulau

Langerhans di pankreas.Kelainan berdampak pada penurunan fungsi

(19)

b) Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau DM Tipe 2

Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada

semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada

kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat

hiperglikemik selama stress.

c) Diabetes Melitus Tipe lain

DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu

hiperglikemik terjadi karena penyakit lain: penyakit pankreas,

hormonal, alat / bahan kimia, endrokrinopati, kelainan reseptor insulin,

sindrom genetik tertentu.

d) Impaired Glucose Tolerance

Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau

tetap tidak berubah.

e) Gestational Diabetes Mellitus (GDM)

Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan

karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta

persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat

sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu

tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif

hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi.

2.1.3. Manifestasi Klinik

Menurut Riyadi (2007), manifestasi klinis yang sering dijumpai pada

pasien DM adalah seperti berikut:

(20)

b) Polidipsia

c) Rasa lelah dan kelemahan otot

d) Polifagia

e) Penurunan kerentanan terhadap infeksi

f) Kelainan kulit (gatal-gatal, bisul)

g) Kelaian ginekologis (jamur seperti candida)

h) Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati

i) Kelemahan tubuh

j) Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuh

k) Impotensi (umumnya pada laki-laki)

l) Mata kabur

2.1.4. Komplikasi Diabetes Melitus

Menurut Tandra (2007), selama bertahun-tahun penderita hidup

dengan diabetes dan dapat memungkinkan munculnya berbagai kerusakan

atau komplikasi yang kronis pada penderitanya. Komplikasi kronis

tersebut yaitu :

a. Kerusakan saraf (Neuropathy)

Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak

dan sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan

organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di

jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah

terus tinggi,tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10

tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi

normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam

jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi

normal maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah

kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf

(21)

diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau

menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau

terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan

saraf mana yang terkena.

b. Kerusakan ginjal (Nephropathy)

Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta

pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi

sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan

dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk

membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh

tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat

dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal

bocor ke luar. Semakin lama seseorang terkena diabetes dan makin

lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin mudah

mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita diabetes

juga terkait dengan neuropati atau kerusakan saraf.

c. Kerusakan mata (Retinopathy)

Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi

penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang

disebabkan oleh diabetes, yaitu:

(i) retinopati, retina mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah

kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak

pembuluh darah retina.

(ii) katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi

keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah

dengan adanya glukosa darah yang tinggi.

(iii) glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga

(22)

d. Penyakit jantung

Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan

penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan

pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan

tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.

e. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan

yang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun,

harus diingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung,

retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan

stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena

hipertensi.

f. Penyakit pembuluh darah perifer

Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang

dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini

dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang

tidak menderita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah

atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10

tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini.

Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau

neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya

sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.

g. Gangguan pada hati

Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak

makan gula bisa bisa mengalami kerusakan hati (liver). Hati bisa

terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang

(23)

diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karena mudah

tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis.

Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi

karena infeksi tau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati

yang sering ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati

atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2

dan gemuk.Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan

pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.

h. Penyakit paru

Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru

dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara

sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru,

demikian pula sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah.

i. Gangguan saluran makan

Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan

karena kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf

otonom yang mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari

rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan

sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah

terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan

menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga

bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung

dan usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat

pemakaian obat-obatan yang diminum.

j. Infeksi

Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh

dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita

(24)

adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat

kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf

sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.

2.1.5. Pencegahan

Menurut Suyono (2006), upaya pencegahan pada diabetes ada 3 tahap,

yaitu :

Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes melitus

pada individu yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup (pola makan

sesuai, aktivitas fisik, penurunan berat badan) dengan didukung program

edukasi yang berkelanjutan. Pencegahan primer merupakan cara yang

paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah orang-orang yang belum

sakit artinya mereka yang masih sehat. Semua pihak harus

memprogandakan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup berisiko.

Kendati program ini tidak mudah, tetapi sangat menghemat biaya. Oleh

karena itu dianjurkan untuk dilakukan di negara-negara dengan sumber

daya terbatas (Suyono, 2006).

Pencegahan sekunder merupakan tindakan pencegahan terjadinya

komplikasi akut maupun jangka panjang. Syarat untuk mencegah

komplikasi adalah kadar glukosa darah harus selalu terkendali mendekati

angka normal. Dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah harus

diutamakan cara-cara non-farmakologis terlebih dahulu secara maksimal

agar tidak terjadi resistensi insulin, misalnya dengan aktivitas fisik,

edukasi makanan, dan lain-lain. Bila tidak berhasil baru menggunakan

obat, baik oral maupun insulin.

Pencegahan tersier adalah upaya untuk mencegah komplikasi atau

kecacatan yang timbul akibat komplikasi. Pencegahan ini meliputi 3 tahap

yaitu :

(25)

• mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus kepada penyakit organ

• mencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena kegagalan organ atau jaringan

Langkah pertama dalam mengelola diabetes melitus selalu dimulai

dengan pendekatan non-farmakologis, yaitu berupa perencanaan makanan/

terapi nutrisi medik, aktivitas fisik, dan penurunan berat badan jika

didapati berat badan lebih atau obesitas. Bila dengan langkah-langkah

tersebut sasaran pengendalian diabetes belum tercapai, maka dilanjutkan

dengan penggunaan obat atau intervensi farmakologis.

Tujuan terapi untuk pasien diabetes adalah (Soegondo, (b) 2007) :

(1) mengurangi gejala yang disebabkan hiperglikemi.

(2) mengurangi komplikasi makrovaskular dan non mikrovaskular dari

DM.

(3) membuat pasien menjalani pola makan dan gaya hidup yang normal.

Untuk mencapai target ini maka dokter harus mengindentifikasi target

penurunan kadar gula darah untuk setiap pasien, memberikan pengobatan

yang sesuai, dan mengontrol ketat komplikasi yang mungkin dialami

pasien.

2.2. PENGETAHUAN 2.2.1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu.

Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai

(Keraf, 2001). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge)

adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan

“What”. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

(26)

Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior).

Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan

seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam

bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut

merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik

lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu

ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

(27)

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun

suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.3. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a) Baik: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari

seluruh petanyaan

b) Cukup: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pertanyaan

c) Kurang: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari

seluruh pertanyaan

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

(28)

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang

lain. Pengalaman yang sudah diperloeh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang

yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun

negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan

buku.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka

dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas

(29)

6. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ialah rangkaian variabel-variabel yang tersusun dalam suatu

bagian yang menjelaskan hubungan masing-masing sesuai tujuan penelitian.

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah :

3.2.Variabel dan Definisi Operasional

Definisi operasional adalah rumusan pengertian variabel yang akan dipakai

sebagai pegangan dalam pengumpulan data. Definisi operasional dalam penelitian

ini antara lain:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

(31)
(32)

DM mengeluhkan

komplikasi

Seperti

penyakit

jantung, gagal

ginjal,

gangguan

penglihatan,

hipertensi dan

gangguan

pada saraf.

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan ialah penelitian deskriptif. Disebut studi

deskriptif karena ingin melihat karakteristik pasien DM seperti umur, jenis

kelamin, tingkat pengetahuan, pekerjaan, lama menderita DM.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian

Waktu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu, (1) tahap persiapan, (2)

tahap pelaksanaan dan (3) tahap penyelesaian. Tahap persiapan merupakan

tahap proses persiapan proposal penelitian ini termasuk menyediakan

kuesioner. Ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga Desember 2013. Tahap

pelaksanaan akan dilakukan pada bulan Januari hingga April 2014. Tahap

ini meliputi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data melalui penyebaran

kuesioner, mengumpul jawaban, mengolah data, menginterprestasi hasil dan

menyimpulkan hasil penelitian.Tahap penyelesaian adalah tahap terakhir

yaitu penulisan, ujian, revisi, penjilidan dan penyerahan hasil karya tulis

ilmiah pada akhir bulan Mei 2014.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poli-Endokronologi, Departement Ilmu

(34)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita rawat jalan

Diabetes Melitus (DM), laki-laki dan perempuan yang mengunjungi

Poli-Endokrionologi pada bulan Juli hingga Desember 2013.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi.

4.3.3. Besar Sampel

Besar sampel dengan menggunakan rumus di bawah :-

n

=

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = kesalahan (absolut) yang diinginkan

Kesalahan absolut yang diinginkan adalah sebesar 10 %.

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah :

n = 1202

1+1202 (0.12)

n = 92

Berdasarkan perhitungan tersebut, besar sampel yang diperlukan

adalah 92 orang. Besar sampel ini didapat setelah melakukan survei awal

proposal penelitian di RSUP H. Adam Malik. Besar sampel ini merupakan

jumlah pasien rawat jalan Diabetes Mellitus dari bulan Juli hingga

(35)

4.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel penelitian ini dipilih menggunakan:

1) kriteria inklusi atau penerimaan sebagai berikut:-

a) Penderita Diabetes Melitus

b) Pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik

c) Bersedia menjadi responden penelitian

2) Kriteria eksklusi sebagai berikut:-

Pasien yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

Pemilihan sampel dengan menggunakan Consecutive Sampling yaitu

menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

yang dikehendaki peneliti dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

yang dikenal sebelumnya.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer yaitu dengan metode pemberian

kuesioner pada penderita Diabetes Melitus. Data sekunder dari data tentang

keadaan umum RSUP Haji Adam Malik melalui proses survei.

Langkah-langkah yang peneliti akan lakukan dalam proses pengumpulan data

antara lain:

1. Setelah mendapat ijin dari RSUP Haji Adam Malik, peneliti akan

melakukan survei responden yang akan dijadikan sebagai sampel dalam

penelitian.

2. Peneliti akan mencatat penderita Diabetes Melitus yang akan dijadikan

(36)

3. Peneliti akan melakukan pendekatan serta meminta persetujuan pada calon

responden yakni pasien Diabetes Melitus dengan cara menjelaskan tujuan

dan manfaat penelitian yang akan dilakukan.

4. Setelah responden setuju, peneliti akan memberikan kuesioner kepada

penderita Diabetes Melitus.

5. Setelah responden mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan dan

memeriksa kelengkapannya.

4.5. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkat

pengetahuan penderita DM tentang komplikasi adalah data primer yang berupa

kuesioner yang diberikan pada penderita DM. Kuesioner adalah daftar pernyataan

yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan

jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri daripada 20 pertanyaan dimana dalam

pertanyaan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” dan “salah” dan

responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Cara penskoran untuk

pernyataan jika jawabanya benar skor 1 dan jika jawabanya salah skor 0.

Kuesioner dari penelitian Palanimuthu. B, (2010) dan Hassan. H, (2011) dan

dimodifikasikan supaya pasien dapat memahami dengan mudah.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang baik harus memenuhi 2 persyaratan yaitu valid dan

reliabel. Pembuatan instrumen dilandasi dengan kajian pustaka. Oleh karena itu,

kuesioner sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini akan diuji

validitas dan reliabilitas. Kuesioner ini divalidkan dengan cara “validity of

content” oleh dr.Tambaran Kemaran, SpPD. Uji coba instrument akan dilakukan

dengan 20 orang responden dari rumah sakit lain dengan karakteristik yang sama

(37)

dengan metode Pearson atau metode Product Moment. Uji Realibilitas adalah

metode Cronbach’s Alpha, dan dilakukan setelah uji validitas selesai. Uji validitas

dan realibilitas ini dianalisa menggunakan program SPSS. Hasil uji validitas dan

realibilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner No.

4.7. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh

peneliti. Analisa data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan

menggunakan program computer. Data hasil akan ditampilkan dalam bentuk tabel

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik di Kecamatan Medan

Sunggal. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes

No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan

sesuai SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai

pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Penelitian ini

dilakukan di Poli-Endokrinologi, Department Ilmu Penyakit Dalam, RSUP

Haji Adam Malik pada tahun 2014.

5.1.2 Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur

Umur Jumlah Persentase(%)

30-40 19 20.7

41-50 14 15.2

51-60 25 27.2

61-70 30 32.6

>70 4 4.3

Total 92 100.0

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut umur yang

terbanyak adalah 61-70 tahun yaitu 30 orang (32.6%) dan yang paling

(39)

Tabel 5.2 Distribusi responden menurut jenis kelamin

Tabel 5.2 menunjukan bahwa distribusi responden menurut jenis kelamin

yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 54 orang (58.7%).

Tabel 5.3 Distribusi responden menurut pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase(%)

Tidak bersekolah 3 3.3

Tabel 5.3 menunjukan bahwa distribusi responden menurut pendidikan

yang terbanyak adalah SMP yaitu 34 orang (37%) dan yang paling sedikit

adalah penderita DM yang tidak bersekolah yaitu sejumlah 3 orang (3.3%).

Tabel 5.4 Distribusi responden menurut pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase(%)

Petani/buruh 10 10.9

Pegawai Negeri 21 22.8

Pegawai Swasta 33 35.9

Tidak Bekerja/Pensiunan 28 30.4

Total 92 100.0

Tabel 5.4 menunjukan bahwa distribusi responden menurut pekerjaan

(40)

paling sedikit adalah penderita DM yang berkerja sebagai petani/buruh yaitu

sejumlah 10 orang (10.9%).

Tabel 5.5 Distribusi responden menurut lama menderita DM Lama menderita DM Jumlah Persentase(%)

1-5 28 30.4

6-10 39 42.4

>10 25 27.2

Total 92 100.0

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut lama

menderita DM yang terbanyak adalah selama 6-10 tahun yaitu 39 orang

(42.4%) dan yang paling sedikit adalah selama >10 tahun yaitu 25 orang

(27.2%).

5.1.3 Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.6 Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang komplikasi DM.

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase(%)

Baik 11 12.0

Cukup 31 33.7

Kurang 50 54.3

Total 92 100.0

Tabel 5.6 menunjukan bahwa dari 92 responden, sebanyak 11 orang

(12%) mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan sebanyak 50 orang

(54.3%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang. Sedangkan,

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup adalah

(41)

Tabel 5.7 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur. Kelompok tingkat pengetahuan Total

Usia Baik Cukup Kurang

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan

baik paling banyak terdapat pada kelompok usia 51-60 tahun yaitu sebanyak

5 orang (45.5%). Mankala kelompok usia 61-70 tahun mempunyai tingkat

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 11 orang (35.5%) dan tingkat pengetahuan

kurang yaitu sebanyak 19 orang (38%).

Tabel 5.8 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin.

Kelompok tingkat pengetahuan Total Jenis kelamin Baik Cukup Kurang

f % f % f % f %

Laki-laki 5 45.5 21 67.7 28 56.0 54 58.7 Perempuan 6 54.5 10 32.3 22 44.0 38 41.3 Total 11 100.0 31 100.0 50 100.0 92 100.0

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden perempuam yang paling

banyak mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yaitu sejumlah 6 orang

(54.5%), manakala responden laki-laki mempunyai tingkat pengetahuan yang

kurang yaitu sejumlah 28 orang (56.0%). Sedangkan bagi tingkat

pengetahuan yang dikatergorikan cukup paling banyak adalah responden

(42)

Tabel 5.9 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan pendidikan.

Kelompok tingkat pengetahuan Total Pendidikan

Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok pendidikan yang paling

banyak mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah SMA yaitu sebanyak 6

orang (54.5%) dan tingkat pengetahuan cukup adalah SMP yaitu sebanyak 14

orang (45.2%). Manakala, kelompok pendidikan yang paling banyak

mempunyai tingkat pengetahuan kurang adalah SD yaitu sejumlah 19 orang

(38.0%).

Tabel 5.10 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan.

Kelompok tingkat pengetahuan Total Pekerjaan pasien Baik Cukup Kurang

(43)

Tabel 5.10 menunjukkan mayoritas responden yang bekerja sebagai

pegawai swasta memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu 8 orang

(72.7%), dan responden bekerja sebagai pegawai negeri memiliki tingkat

pengetahuan cukup yaitu 12 orang (38.7%). Bagi yang tidak bekerja ataupun

pensiunan memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu 19 orang (38%).

Tabel 5.11 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan lama menderita DM.

Kelompok tingkat pengetahuaan Total Lama

menderita DM

Baik Cukup Kurang

f % f % f % f %

1-5 2 18.2 6 19.4 20 40.0 28 30.4

6-10 6 54.5 15 48.4 18 36.0 39 42.4 >10 3 27.3 10 32.3 12 24.0 25 27.2 Total 11 100.0 31 100.0 50 100.0 92 100.0

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa rata-rata responden yang menderita

DM selama 6-10 tahun memiki tingkat pengetahuan yang baik dan cukup

yaitu sejumlah 6 orang (54.5%) dan 15 orang (48.4%) dan responden yang

menderita DM selama 1-5 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang kurang

(44)

5.2 Pembahasaan

Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan

mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi

diabetes melitus dengan jumlah responden yang terlibat adalah 92 orang pasien

diabetes melitus yang rawat jalan di Poli-Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik

Medan pada tahun 2014.

Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang komplikasi Diabetes Mellitus,

sebahagian besar pasien berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 50 orang (54.3%).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Pamekasan, Jawa

Timur yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan dari 66 orang pasien diabetes

mellitus, sebagian besar adalah kurang baik yaitu sebanyak 33 orang (50 %) dan

sisanya sebanyak 26 orang (39%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, dan

7 orang (11%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik (Sugiyanto, 2011).

Penelitian di Ludhiana, India (2005) oleh Indian Council of Medical Research

(ICMR) tentang tingkat pengetahuan pasien DM tentang komplikasi DM turut

dinyatakan bahawa tingkat pengetahuan pasien diabetes masih kurang pada total

100 orang responden. Tingkat pengetahuan yang bervariasi dapat dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu

karakteristik orang yang bersangkutan yang terdiri dari: pendidikan, persepsi,

motivasi dan pengalaman. Faktor eksternal meliputi lingkungan, kebudayaan dan

informasi (Notoadmojo, 2002). Pada penelitian ini rendahnya tingkat pengetahuan

kemungkinan dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan (dibawah SMA

78%) sedangkan faktor lain tidak dianalisa pada penelitian ini.

Berdasarkan umur, responden dari kelompok umur yang paling banyak

mempunyai tingkat pengetahuan yang baik adalah 51-60 tahun yaitu seramai 5

orang (45.5%). Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan

pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut. Semakin tua

umur seseorang semakin matang perkembangan mentalnya dan juga berpengaruh

pada pengetahuan yang diperolehnya, Akan tetapi, menjelang lansia kemampuan

(45)

terbukti juga pada penelitian ini karena usia rata-rata pada kategori tingkat

pengetahuan cukup maupun kurang adalah 61-70 tahun.

Penelitian ini mendapatkan tingkat pengetahuan baik pada responden

perempuan dan laki-laki hampir sama yaitu 6 orang (54.5%) dan laki-laki

sebanyak 5 orang (45.5%). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Vijaya

Sorganvi dkk (2013), di Karnataka, India yang mendapatkan bahwa tingkat

pengetahuan tentang komplikasi diabetes mellitus secara keseluruhan adalah

kurang dan kedua kelompok baik laki-laki maupun perempuan memperoleh skor

tingkat pengetahuan yang sama.

Berdasarkan pendidikan, kelompok responden yang tamat SMA mempunyai

tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 6 orang (54.5%). Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Rahmadilayani (2008), di Puskesmas I, Jawa

Tengah, Indonesia yang menyatakan bahwa paling banyak responden tamat SMA

memiliki tingat pengetahuan tentang diabetes mellitus yang baik. Tidak dapat

dimungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula

bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki (Wahid dkk, 2007).

Berdasarkan pekerjaan, tingkat pengetahuan baik terbanyak dari kelompok

pegawai swasta yaitu sebanyak 8 orang (72.7%). Penelitian ini sesuai dengan

penelitian Hassan, H (2011), yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan baik

paling banyak terdapat pada kelompok pegawai swasta yaitu sebanyak 81.8%

karena mereka tidak terikat dengan jadwal dan waktu bekerja yang padat sehingga

bisa dapat mencari informasi yang lebih tentang penyakit mereka. Selain itu,

lingkungan pekerjaan juga dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan yang baik, secara langsung maupun tidak langsung (Wahid dkk,

2007).

Berdasarkan lama menderita DM, responden yang menderita selama 6-10

tahun mempunyai pengetahuan baik dan cukup yaitu sebanyak 6 orang (54.5%)

dalam kategori baik dan 15 orang (48.4%) dalam kategori cukup. Menurut

penelitian D.P. Perera di Rumah Sakit Mortuwa, Sri lanka (2013) dinyatakan

(46)

pengetahuan yang tinggi tentang komplikasi dan pencegahan DM yaitu sebanyak

74 orang (49.3%) dengan jumlah responden 150 orang. Pengalaman pasien dapat

diperoleh dari lamanya pasien mengalami suatu penyakit. Semakin lama

menderita DM semakin banyak pengetahuan yang dapat tentang penyakit tersebut

dan dalam mengendalikan DM dengan benar juga semakin bertambah (

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa :

Sebahagian besar responden (54.3%) mempunyai tingkat pengetahuan

kurang tentang komplikasi Diabetes Melitus.

Hanya 12.0% responden memiliki tingkat pengetahuan baik dan 33.7%

responden memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang komplikasi Diabetes

Melitus.

Secara keseluruhan, karakteristik responden terbanyak pada tingkat

pengetahuan baik adalah seperti berikut: perempuan, kelompok umur 51-60,

pendidikan SMA, pekerjaan pegawai swasta, dan yang terdiagnosa lama sakit

6-10 tahun.

6.2. Saran

1. Pengetahuan mayoritas masyarakat masih dalam kategori kurang maka,

sebaiknya program-program penyuluhan perlu ditingkatkan kepada pasien DM

yang mengunjungi Poli-Endokrinologi.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien DM tentang komplikasi dan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. Position. Statement. Implication Of The Diabetes

Control and Complication Trial. Diabetes Spectrum 2005 : 4 (3) : 225-27

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Gulabani, M. et al. (2005). Patients' Knowledge Regarding The Treatment And

Complications Of Diabetes Indian Council of Medical Research (ICMR)

Grant No .21/220/2005 BMS Available from: http://www.ncbi.nlm. nih.gov/pmc/articles/PMC2763678/

Hassan. H. (2011) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Pola Makan dengan

Komplikasi pada Penderita DM di RSUP.H. Adam Malik. Skripsi. Sumatera

Utara: Program Studi Ilmu Kedokteraan Universitas Sumatera Utara [Accessed on 15 Maret 2014]

Keraf. A.S. & Dua. M. (2001) Ilmu Pengetahuan Sebuah tinjauan Filosofi, Yogjakarta, Komisius.

Notoatmojo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Palanimuthu. B. (2010) Tingkat Pengetahuan Diet Pasien DM serta

Komplikasinya di Poli-Endrokrinologi, Department Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik. Skripsi. Sumatera Utara: Program Studi Ilmu

Kedokteraan Universitas Sumatera Utara

Perera. D.P. et al, (2013). Knowledge of diabetes among type 2 diabetes patients

attending a primary health care clinic in Sri Lanka Eastern Mediterranean

Health Journal EMHJ • Vol. 19 No. 7 • 2013

PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus

Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI

Permana, H. (2009). Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi. Diakses pada tanggal 18 September 2010 dari

dan_penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf

(49)

Rahmadilayani, N. (2008). Hubungan antara Pengetahuan tentang Penyakit dan

Komplikasi Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus dengan Tingkat mengontrol Kadar Gula Darah. Diakses tanggal 23 September 2009. dari

http://eprints.ums.ac.id/1041/1/2008v1n2-a3.pdf

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakkarta : Graha Ilmu.

Rizal, N. B. (2008). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian PJK

pada Penderita DM tipe 2 di RSUP DR. M. Djamil Padang. Skripsi. Padang

: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas Padang

Smeltzer, S.Bare,B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed.8. Vol 2. Jakarta: EGC

Sorganvi. V. et al (2013) Knowledge And Its Complications Of Diabetes Amongst

The Known Diabetic Patients – A Hospital Based Study Vol 05issue 22

Section: Healthcare Category Research, Shri B.M. Patil Medical College Karnataka State, India.

Soegondo, S. (a) (2007). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini,

dalam Soegondo, S.dkk. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu,

Jakarta FK-UI.

Soegondo, S. (b) (2007). Prinsip Pengobatan Diabetes Mellitus, Insulin dan Obat

Hipoglilcemi oral. Dalam Soegondo, dkk. Jakarta FK-UI

Sugiyanto, J. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes

Mellitus Dengan Tingkat Motivasi Penderita Dalam Mencegah Komplikasi Diabetes Mellitus Di RSUD Pamekasan. Majalah Kesehatan FKUB.

Suyono, S (2006). Kecenderungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes, dan

Tatalaksana Terpadu. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional RSCM, Jakarta.

Tandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Diabetes Tanya Jawab Lengkap dengan Ahlinya.Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Tjokroprawiro, A. (1997). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Waspada Online, (2009). Medan, Terbanyak Penderita Diabetes. Available from:

(50)

Waspadji, Sarwono, (2006). Komplikasi Kronik diabetes : Mekanisme Terjadinya,

Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Ilmu penyakit dalam jilid III. Jakarta;

Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

WHO. (2008). Global Prevalence of Diabetes. Diakses tanggal 18 April 2011 dari

WHO, World Health Organization. (2010). Definition and Diagnosis of Diabetes

Mellitus and Intermediate Hyperglycemia. Geneva: WHO Press

Wicaksono, AP. et al, (2012). The Relationship Between Diabetic Knowledge And

Social Support With The Behavior Of Diabetic Retinopathy Prevention At Dm Sufferers In Prof. Dr. Margono Soekarjo General Hospital Of Purwokerto. Nursing Health Science Faculty, Muhammadiyah University of

Purwokerto

Wulandari, A. (2009). Evaluasi Pemilihan Obat Antidiabetes pada Penderita

Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Tahun 2008. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas

(51)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vethanayaki Sellappan

Tempat/tanggal lahir : Kuala Lumpur, Malaysia/5 Nopember 1990

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jalan dr.Mansur, Gang Sehat 29, Medan Selayang

Riwayat pendidikan : SMK Bandar Baru, Sg. Buloh, Selangor(SPM) – 2007

SMP Jalan Ipoh, Kuala Lumpur(STPM) – 2009

President College, Kuala Lumpur -2010

Fakultas Kedokteraan USU-sekarang

Riwayat Organisasi : Ahli Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM).

(52)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat, Saya yang bernama VETHANAYAKI SELLAPPAN/ NIM 100100302 adalah mahasiswi yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini, saya sedang mengadakan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita diabetes mellitus tentang komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik, Medan. Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pasien tentang pencegahan DM agar menurunkan resiko timbulnya komplikasi pada penderita DM maupun keluarganya dengan lebih teratur. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Ibu/ Bapak untuk mengisi kuesionar dengan jujur dan apa adanya. Jika Ibu/ Bapak bersedia, silalah menandatangani persetujuan ini sebangai bukti kesukarelaan anda.

Identitas pribadi Ibu/ Bapak sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Ibu/ Bapak dapat bertanya langsung kepada peneliti.

(53)

LAMPIRAN 3

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Kelamin :

Telah mendapatkan penjelasan sepenuhnya mengenai penelitian,

Judul penelitian : Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang

Komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik,

Medan.

Nama peneliti : Vethanayaki Sellappan

Institusi yang melakukan penelitian : Universitas Sumatera Utara (USU)

Medan.

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

Medan,……….2013,

(54)

LAMPIRAN 4. KUESIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TENTANG KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI

RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN.

No. Responden : Nama Responden : Alamat Responden : Tanggal wawancara :

A.DATA RESPONDEN

1. Umur : __________ tahun

2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Pendidikan : 1. Tidak tamat SD / tidak bersekolah 2. Tamat SD

3. Tamat SMP 4. tamat SMA 5. Akademi / PT

4. Pekerjaan : 1. Petani / Buruh 2. Pegawai kerajaan

3. Pegawai swasta 4. Pensiunan / tidak bekerja

5. Lama menderita DM : _____________ tahun

6. Komplikasi DM :1. tidak

2. ada

B. KUESIONER PENGETAHUAN

No. Pertanyaan Benar Salah

1. Penurunan kadar gula darah dibawah 50 mg/dl merupakan suatu komplikasi diabetes.

2. Kadar gula darah meningkat sesuai dengan usia adalah hal yang wajar

3. Sebagai penderita diabetes mellitus dengan melakukan perilaku hidup sehat seperti mengatur pola makan dengan baik akan memperkecil kemungkinan terkena komplikasi diabetes melitus.

4. Diabetes mellitus yang tidak ditanggulangi akan sembuh dengan sendirinya.

(55)

6. Semakin lama seseorang terkena diabetes mellitus makin mudah terjadi kerusakan saraf.

7. Pada penderita diabetes mellitus mudah terserang infeksi kuman karena fungsi kekebalan tubuh terganggu. 8. Kadar glukosa yang tinggi tidak menyebabkan sakit

pada paru-paru.

9. Penderita diabetes mellitus tidak mempunyai tekanan darah yang tinggi.

10. Penyakit diabetes mellitus sering menyebabkan sirkulasi darah tidak baik.

11. Penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan hilangnya rasa sensasi (baal/kebas) pada jari-jari, tangan dan kaki.

12. Seseorang yang terkena diabetes memiliki resiko lebih besar terhadap penyakit jantung.

13. Pada penderita diabetes mellitus, jika ada luka akan sulit disembuhkan.

14. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat diabetes.

15. Hati bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. 16. Penurunan kemampuan seksual akibat dari komplikasi

diabetes.

17. Diabetes tidak dapat menyebabkan kebutaan pada penderitanya.

18. Kurangnya penglihatan pada pasien diabetes hanya disebabkan oleh pengaruh usia, tidak ada hubungannya dengan diabetes.

19. Kerusakan ginjal pada diabetes dipengaruhi oleh tekanan darah tinggi penderita diabetes mellitus.

(56)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

(57)
(58)

Umur Pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 30-40 tahun 19 20.7 20.7 20.7

41-50 tahun 14 15.2 15.2 35.9

51-60 tahun 25 27.2 27.2 63.0

61-70 tahun 30 32.6 32.6 95.7

>70 tahun 4 4.3 4.3 100.0

Total 92 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 54 58.7 58.7 58.7

Perempuan 38 41.3 41.3 100.0

Total 92 100.0 100.0

Pendidikan Pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Bersekolah 3 3.3 3.3 3.3

Tamat SD 22 23.9 23.9 27.2

Tamat SMP 34 37.0 37.0 64.1

Tamat SMA 27 29.3 29.3 93.5

Akademi/PT 6 6.5 6.5 100.0

(59)

Perkerjaan Pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

V

a

l

i

d

Petani/Buruh 10 10.9 10.9 10.9

Pegawai Kerajaan 21 22.8 22.8 33.7

Pegawai Swasta 33 35.9 35.9 69.6

Tidak Bekerja/Pensiunan 28 30.4 30.4 100.0

Total 92 100.0 100.0

Lama Menderita DM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1-5 28 30.4 30.4 30.4

6-10 39 42.4 42.4 72.8

>10 25 27.2 27.2 100.0

Total 92 100.0 100.0

Kategori Pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 11 12.0 12.0 12.0

Cukup 31 33.7 33.7 45.7

Kurang 50 54.3 54.3 100.0

(60)

Pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(61)

1 56 60.9 60.9 100.0

Total 92 100.0 100.0

Pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(62)

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(63)

Total 92 100.0 100.0

Pertanyaan 15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 46 50.0 50.0 50.0

1 46 50.0 50.0 100.0

Total 92 100.0 100.0

Pertanyaan 16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 56 60.9 60.9 60.9

1 36 39.1 39.1 100.0

Total 92 100.0 100.0

Pertanyaan 17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 68 73.9 73.9 73.9

1 24 26.1 26.1 100.0

Total 92 100.0 100.0

Pertanyaan 18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(64)

1 17 18.5 18.5 100.0

Total 92 100.0 100.0

Pertanyaan 19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 44 47.8 47.8 47.8

1 48 52.2 52.2 100.0

Total 92 100.0 100.0

Pertanyaan 20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 69 75.0 75.0 75.0

1 23 25.0 25.0 100.0

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur
Tabel 5.3 Distribusi responden menurut pendidikan
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Immers, het is niet alleen zo dat "losse" kiezers van de blauwe partij moeten worden overtuigd, in Figuur 9 is te zien dat daar rechts de kiezers zitten van andere

[r]

In our research, we used point data of convenience living facilities developed by address geocoding of digital telephone directory and point data of future

4. Pameran literasi dapat dilaksanakan di luar kelas dengan meja-meja yang diatur untuk memamerkan karya tulisan siswa dan bahan bacaan. Kegiatan membaca dapat dilakukan di

[r]

[r]