PESAN MORAL DALAM NOVEL HABIBIE & AINUN KARYA
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE TINJAUAN SOSIOLOGI
SASTRA
SKRIPSI
OLEH :
MUHAMMAD MASHURI 090701038
DEPARTEMENSASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana di Departemen
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU. Adapun judul skripsi ini adalah “Pesan Moral
dalam Novel Habibie & Ainun Karya B.J Habibie Tinjauan Sosiologi Sastra”
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Haris Sultan Lubis, M.SP Dra. Yulizar Yunas, M.Hum NIP 19590907 198702 1 002 NIP 19500411 198102 2 001
Departemen Sastra Indonesia
Ketua
Pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya B.J Habibie Tinjauan Sosiologi
Sastra
Muhammad Mashuri
Fakultas Ilmu Budaya
Abstrak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka. Apabila pernyataan saya tidak benar saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Juni 2015
Hormat Saya,
PRAKATA
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan begitu banyak berkah kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Segala anugerah dari Yang Maha Kuasa telah menuntun dan menguatkan penulis dalam menghadapi segala kendala dalam menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU. Adapun judul skripsi ini adalah “Pesan Moral
dalam Novel Habibie & Ainun Karya B.J Habibie Tinjauan Sosiologi Sastra”
Saat melewati proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menemukan kesulitan
tetapi penulis juga banyak mendapat bantuan berupa dukungan, nasihat, perhatian, bimbingan
dan juga doa. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Dr. Syahron Lubis, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.
2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia sekaligus dosen penulis yang
telah memberikan banyak masukan selama menjadi mahasiswa di Depatemen Sasrta
Indonesia.
3. Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP. sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya USU dan juga sebagai dosen pembimbing I yang banyak
memberikan masukan kepada penulis serta selalu sabar membimbing penulis dalam
4. Dra. Yulizar Yunas, M.hum. sebagai dosen pembimbing II penulis yang senantiasa
membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5. Bapak dan Ibu pengajar di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU
yang senantiasa dengan tulus memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis
mengikuti perkuliahan.
6. Orang tua paling sempurna dalam hidup penuis sekaligus motivator terbesar dalam
hidup penulis yaitu ibu tersayang Hj. Siti Mardiah terimakasih untuk perjuangan yang
tidak pernah putus untuk penulis dan ayahanda H. M. Misbah, SE, M.Si.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan 09 yang telah memberikan dukungan kepada penulis
khususnya Andi, Norton, Sufriadi, Dwi, Ina, Hafni, Tiwi, Menik, dll. Terimakasih
sudah menjadi sahabat bagi penulis.
Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
agar lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca tentang pesan moral yang terdapat dalam novel Habibie
& Ainun.
Hormat saya
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
PERNYATAAN ... ii
PRAKATA ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 4
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 6 2.1 Konsep ... 6
2.1.1 Pesan moral ... 6
2.2 Landasan Teori ... 8
2.3 Tinjauan Pustaka ... 11
BAB III METODE PENELITIAN ... 14
3.1 Sumber Data ... 14
3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 15
3.3 Teknik Analisis Data ... 15
3.4. Sinopsis ... 17
BAB IV PEMBAHASAN ... 22
4.1 Pesan Moral dalam novel Habibie dan Ainun ... 19
4.2 Cara Penyampian Pesan Moral dalam novel Habibie dan Ainunkarya 39 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 47
5.1 Simpulan ... 47
5.2 Saran... 48
Pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya B.J Habibie Tinjauan Sosiologi
Sastra
Muhammad Mashuri
Fakultas Ilmu Budaya
Abstrak
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu
zaman. Artinya, melalui karya sastra, kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan
masyarakat dalam masa tertentu dan pada lingkungan tertentu. Hal ini disebabkan
karena pengarang dalam menciptakan karya sastra pasti dipengaruhi oleh
beberapa faktor termasuk di dalamnya lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Pada umumnya, di dalam karya sastra dijabarkan imajinasi dalam
mengungkapkan kenyataan-kenyataan hidup yang dialami oleh tokoh-tokohnya.
Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah ekspresi kehidupan
manusia yang tidak terlepas dari akar masyarakatnya. Kehidupan yang dituangkan
dalam karya sastra mencakup hubungan manusia dengan lingkungan dan
masyarakat; hubungan sesama manusia; hubungan manusia dengan dirinya; dan
hubungan manusia dengan Tuhan. Meskipun demikian, sastra tetap diakui sebagai
sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Sastra tidak akan semata-mata
menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan sekadar tiruan kenyataan,
melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan oleh pengarang dari kehidupan yang
ada disekitarnya. Jadi, karya sastra adalah pengejawantahan kehidupan hasil
pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya (Suharianto, 1982:11).
Ketika pengarang menciptakan sebuah karya, pengarang telah
menuangkan nilai moral tertentu di dalam karyanya baik secara sadar, maupun
tidak sadar. Jadi, setiap karya sastra mana pun yang telah diciptakan pengarang
akan memiliki makna tertentu dan memberikan interpretasi kepada pembaca.
yang dilakukan oleh para pengarang dengan pembaca sehingga memungkinkan
pembaca untuk memberi garis dan batasan tafsirnya sendiri. Pembaca akan
menemukan pesan dan makna yang tersirat dari kata-kata dalam sebuah karya
sastra.
Melalui karya sastra, pengarang bermaksud menyampaikan gagasan,
pandangan hidup, tanggapan, tentang kehidupan sekitar secara menarik dan
menyenangkan. Dengan kata lain, selain menghibur pengarang bermaksud pula
menyampaikan nilai-nilai yang memuat keyakinannya yang bermanfaat bagi
penikmat atau yang bisa diistilahkan. Selain itu, kehadiran karya sastra di
tengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir, dan berketuhanan. Oleh
karena itu, dalam penyajiannya, karya sastra hendaknya memiliki moral. Moral
dalam pengertian filsafat merupakan suatu konsep yang telah dirumuskan oleh
suatu masyarakat untuk menentukan kebaikan atau keburukan. Moral merupakan
suatu norma tentang kehidupan yang telah diberikan kedudukan istimewa dalam
kegiatan atau kehidupan sebuah masyarakat.
Novel sebagai salah satu karya sastra, merupakan sarana atau media yang
menggambarkan apa yang ada dalam pikiran pengarang. Ketika seorang
pengarang akan memunculkan nilai-nilai moralitas dalam karyanya, data-data atau
informasi yang ia kemukakan bisa berasal dari orang lain maupun dari
pengalamannya sendiri. Nilai-nilai tersebut adalah sebuah refleksi pandangan dari
bagaimana tingkah laku manusia dalam bermasyarakat. Informasi-informasi yang
telah diperoleh dan disertai dengan pengalaman kemudian ia bentuk dalam sebuah
menampakkan serangkaiaan peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur (Nor,
2004:26). Melalui tokoh-tokoh dan beragam rangkaian cerita, pembaca
diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan yang disampaikan atau
diamanatkan. Pengarang berusaha agar pembaca mampu memperoleh nilai-nilai
tersebut dan bisa merefleksikannya dalam kehidupan.
Dalam novel banyak kita jumpai nilai-nilai kehidupan, salah satunya
adalah pesan moral. Moral merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan
sesuai dengan ide-ide atau pendapat-pendapat umum yang diterima yang meliputi
kesatuan sosial lingkungan-lingkungan tertentu (Aminuddin, 2009:153).
Penggambaran moral yang ada dalam novel bisanya tak jauh dari
lingkungan kehidupan pengarang. Dari sanalah digambarkan bagaimana perilaku
kehidupan masyarakat yang tampak, tentang pengambaran baik buruknya akhlak
manusia dalam bertingkah laku. Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima
umum menjadi perbuatan sikap kewajiban akhlak budi pekerti dan susila
(Nurgiyantoro: 2007: 320-321).
Objek kajian dalam penelitian ini adalah sebuah novel yang berjudul
Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Novel Habibie & Ainun
merupakan sebuah karya sastra yang di dalamnya tercakup semua elemen
kehidupan. Namun, dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah pesan moral
yang terdapat di dalam novel ini. Permasalahan aspek moral dalam novel diangkat
dari pengalaman pengarang berdasarkan kehidupan, masyarakat, dan
lingkungannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah, yaitu
sebagai berikut:
1. Pesan moral apa sajakah yang terdapat di dalam novel Habibie & Ainun
karya Bacharuddin Jusuf Habibie?
2. Bagaimanakah cara penyampaian pesan moral dalam novel Habibie &
Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie?
1. 3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting agar penelitian
lebih terarah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Peneliti membatasi
masalah hanya pada pesan moral yang mencakup pada: agama, budaya dan
pendidikan.
I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan aspek moral yang terdapat di dalam novel Habibie &
Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie
2. Mendeskripsikan bagaimana pesan moral tersebut digambarkan.
I.4.2 Manfaat
Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut
1.4.2.1Manfaat Teoretis
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi teori yang relevan serta menambah
wawasan masyarakat dalam memahami novel.
2. Menambah kontribusi yang positif terhadap ilmu pengetahuan terkhusus
dalam bidang sastradalam hal menganalisi pesan moral terhadap karya
sastra
1.4.2.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis analisis ini antara lain
1. Menambah wawasan pembaca dan menjadi sumber masukan bagi
penelitian dengan objek kajian bernaung dalam novel Habibie & Ainun
karya Bacharuddin Jusuf Habibie.
2. Menegaskan kepada pembaca bahwa karya sastra tidak luput dari
pengajaran tentang segala aspek kehidupan, di antaranya mengenai pesan
moral dan motivasi yang terkandung dalam novel Habibie dan Ainun.
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain (KBBI, 1995: 588). Dengan kata lain, konsep merupakan suatu unsur penelitian yang dipergunakan untuk mengarahkan suatu penelitian. Konsep digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan, ataupun
mendeskripsikan suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah analisis objek dalam novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie yang berupa aspek moral. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan
mempergunakan beberapa konsep sebagai dasar penelitan, sebagai berikut:
2.1.1 Pesan Moral
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 856) pesan adalah
perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain. Moral
adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti dan lain-lain.
Menurut Lillie (dalam Budiningsih 2004:24) kata moral berasal dari mores
(bahasa Latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey
(dalam Budinigsih 2004: 24) mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang
berhubungan dengan nilai-nilai susila. Hal ini membuktikan bahwa moral
merupakan suatu acuan untuk menilai baik buruknya perilaku seseorang. Semakin
sesuai perilaku seseorang dengan moral yang ditetapkan dalam masyarakat maka
semakin tinggi moralitasnya. (Nurgiantoro,2007: 40) Moral merupakan sesuatu
yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang merupakan makna
Dalam sastra, pesan moral dipandang sebagai amanat yang disisipkan
dalam cerita yang biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan
dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis dan dapat dilihat dari cerita.
Beberapa bagian dalam cerita sengaja diberikan pengarang kepada pembaca
dengan tujuan pembaca mengetahui amanat dalam cerita. Beberapa bagian ini
pada umumnya berisi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah
kehidupan, seperti tingkah laku, sikap dan kesopanan dalam kehidupan.
Pesan moral adalah amanat yang ingin disampaikan tentang ajaran baik
buruk yang diterima mengenai perbuatan dan kewajiban yang berkenaan tentang
budi pekerti atau akhlakmanusia yang tentunya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di masyarakat.
Uraian di atas mendeskripsikan bahwa pesan moral merupakan salah satu
aktivitas perbuatan manusia dalam suatu karya yang tentunya berbeda dengan
yang lainnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra yang merupakan
representase kehidupan masyarakat tentunya membawa pesan-pesan moral
sebagai salah satu amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Melalui karya sastra pengarang mengungkapkan gagasan tertentu berdasarkan
lingkungan, budaya, pendidikan, dalam situasi tertentu yang mempengaruhi
pikirannya. Novel sebagai salah satu genre sastra merupakan alat untuk
menyampaikan reaksi pengarang terhadap sesuatu yang dilihat, dirasa dan
2.2 Landasan Teori
Teori berfungsi untuk memecahkan masalah dan sebagai dasar untuk
menyelesaikan masalah maka sangat penting apabila teori yang dipakai
benar-benar relevan dengan permasalahan yang ada.
Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah sosiologi sastra. Sosiologi berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat.
(Endaswara, 2011:77)Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat. Kehidupan sosial akan memicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses, yaitu yang mampu merefleksikan zamannya.
Sosiologi sastra merupakan interdisiplin dari dua ilmu yang berbeda, yaitu sosiologi dan sastra. keduanya memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Meski objek kajian dari kedua ilmu tersebut sama, tetapi ada perbedaan dalam hal memandang persoalannya. Sosiologi lebih cenderung kepada hal yang bersifat objektif dan faktual, sementara sastra adalah kebalikannya, yaitu bersifat subjektif dan rekaan
Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Oleh karena itu, karya sastra dipandang sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang
dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Namun Wellek dan Warren mengingatkan, bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap
mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu.
dalam penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Alan Swingewood.
Swingewood menegaskan bahwa karya sastra adalah suatu jagat yang merupakan tumpuan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia karena di samping makhluk sosial, dinamika sosial budaya akan sangat sarat termuat dalam karya sastra. Swingewood juga menyampaikan bahwa sinkronisasi antara fakta imajinerdengan fakta realitas sebagai bukti bahwa sastra adalah refleksi sosia (Yasa 2012: 24).
Swingewood menyebutkan bahwa pengarang besar tidak sekadar
menggambarkan dunia sosial secara mentah, tetapi ia mengembangkan tugas yang mendesak, yaitu memainkan tokoh-tokoh ciptaannya dalam satu situasi rekaan untuk mengungkapkan nilai dan makna dalam dunia sosial(Yasa 2012: 22).
Dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) perlu adanya sebuah
pendekatan. Pendekatan di sini digunakan sebagai suatu cara agar penelitian
menjadi lebih dalam. Pendekatan merupakan sebuah cara yang digunakan peneliti
untuk menguasai dan mengembangkan ilmu yang paling tinggi validitasnya dan
ketepatannya sebagai acuan dalam penelitian.
Menurut Wellek dan Warren pendekatan terdiri dari dua yaitu pendekatan
intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik adalah penelitian sastra
yang bersumber pada teks sastra itu sendiri secara otonom. Sedangkan pedekatan
ekstrinsik adalah penelitian unsur-unsur luar karya sastra. Yakni pengkajian
konteks karya sastra diluar teks (Endraswara, 2003:9). Berkaitan dengan
penelitian analisis nilai moral, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan
ekstrinsik yaitu berbentuk pendekatan moral.Pendekatan moral dalam karya sastra
menghendaki sastra menjadi medium perekaman keperluan zaman yang memiliki
semangat menggerakkan masyarakat ke arah budi pekerti yang terpuji (Semi
1993: 71). Landasan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
berdasarkan pada apa yang sudah ada, yaitu dari persepsi bagaimana masyarakat
2.2 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu
penelitian. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah
karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya.
Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka
yang telah dimuat dalam bentuk skripsi.
Adapun penelitian yang pernah dilakukan dengan objek kajian novel
Habibie & Ainun, antara lain
Penelitian dengan objek kajian novel Habibie & Ainun pernah dilakukan oleh Elmustian dan Hadi Rumadi dengan judul Citra Perempuan dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie, FKIP-Universitas Riau Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Elmustian dan Hadi Rumadi dalam Jurnalnya berlatar belakang Citra perempuan yang sangat berkaitan dengan karya sastra. Karya sastra selalu menyediakan ruang terbuka pada setiap objek yang diperbincangkan salah satunya melalui novel. Novel merupakan salah satu di antara bentuk sastra yang paling peka terhadap cerminan dan pencitraan bagi masyarakat.Penelitian ini mendeskripsikan citra perempuan dalam novel Habibie dan Ainun.
Sehubungan dengan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh langsung dari sumber data yaitu novel
Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Untuk mencapai hasil yang lebih baik, penulis membatasi pemasalahan citra perempuan dengan menfokuskan kepada citra perempuan dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri dan dengan manusia yang lain dalam novel HA karya Bacharuddin Jusuf Habibie dengan menggunakan teori citra perempuan dari Oemarjati dan Sitanggang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ainun adalah sosok perempuan yang sangat mandiri, saleha, berperinsip dan perduli dengan orang lain Sosok Ainun sangat beriman kepada Allah, menjalankan semua yang diperintahkanNYA dan menjauhi segala laranganNYA, setiap persoalan yang menimpa keluarga kecilnya semuannya ia serahkan pada yang maha kuasa. Bagi keluarganya Ainun adalah sosok perempuan yang mampu berperan sebagai seorang istri dan ibu dengan baik, ia mendampingi Habibie kemana pun bertugas, menjaga kesehatan dan mampu menjadi penopang dan penyejuk disetiap kegelisahan Habibie. Ainun juga sangat perduli dengan orang lain, sikapnya yang selalu simpati dan empati
Simpulan yang dihasilkan dari hasil analisis maka diperoleh data bahwa tokoh Ainun banyak menggambarkan citra perempuan yang berhubungan dengan diri sendiri.
Penelitian selanjutnya dengan objek kajian novel Habibie & Ainun juga dilakukan oleh Wa Rosdahliana dengan judul Analisis Tema dan Amanat dalam novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Husuf Habibie , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Maritim Raja Alin Haji Tanjung Pinang, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2013.
Penelitian yang dilakukan Wa rosdahliana berlatar belakang pada tema
dan amanat yang terdapat di dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin
Jusuf Habibie. Penelitian ini untuk menemukan tema dan amanat maka dapat
dirumuskan apakah tema yang terdapat dalam novel Habibie dan Ainun karya
Bachruddin Jusuf Habibie dan apakah tema yang terdapat di dalam novel Habibie
dan Ainun karya bachruddin jusuf Habibie
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu dengan menganalisi isi.
Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwasanya novel Habibie dan
Ainun karya Bachruddin Jusuf Habibie memiliki keragaman tema dan amanat.
Novel Habibi dan Ainun memiliki tema mayor yaitu tentang “ kekuatan cinta”. Ini
lebih di tekankan pada cinta kasih dan romantisme antara Habibie dan Ainun. Di
lain pihak, tema minor terdapat pada Setting tempat dalam novel Habibie dan
Ainun adalah Acheen (Jerman)
Berdasarkan kedua tinjauan pustaka di atas, belum ada penelitian yang
relevan atau sama dengan penelitian dalam penelitian ini. Penelitian yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode merupakan cara mendekati, menganalisis, mengamati, dan menjelaskan suatu fenomena dari objek yang diteliti.
3.1 Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata atau
kalimat-kalimat dan bukan angka-angka. Dalam penelitian kualitatif, data formal
adalah kata-kata, kalimat, dan wacana (Ratna, 2004: 47). Data yang dimaksud
adalah kata-kata, kalimat, dan wacana yang terdapat pada novel Habibie dan
Ainun karya Bacharuddin Jusuf Lubis
Adapun yang menjadi sumber data yang akan dianalisis adalah:
Judul : Habibie dan Ainun
Ukuran buku : 16 x 21 cm
Pengarang : Bacharuddin Jusuf Habibie
Penerbit : PT THC Mandiri
Tebal Buku : xxi + 323 halaman
Cetakan : pertama
Tahun Terbit : 2010
Sumber data di atas merupakan data primer yang akan dianalisis sebagai
data utama. Selain data primer terdapat juga data sekunder yang juga diperlukan
seorang peneliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku
3.2Teknik Pengumpulan Data
Metode dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif. Metode
kualitatif menitikberatkan pada segi alamiah dan mendasarkan pada karakter yang
terdapat pada data. Dalam karya sastra, sumber data yang degunakan adalah
naskah, karya, data penelitian yang digunakan sebagai data formal adalah kata-
kata, kalimat, dan wacana.
Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode
kepustakaan, library research, yaitu mengumpulkan data-data dari buku-buku,
majalah, dan sumber data lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Sebelum
dianalisis, data akan diolah dengan menggunakan teknik pengamatan, yaitu
metode simak dan catat.
3.3 Teknik Analisis Data.
Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif, yaitu penelitian yang sangat
erat kaitannya dengan konseptual. Data-data yang telah dikumpulkan akan
diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu menguraikan hasil
penelitian secara sistematis.
Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
pengklasifikasian data. Data yang diperoleh berupa data primer dan sekuder akan
disusun secara sistematika. Pemerolehan data dilakukan dengan cara pembacaan
secara berulang, mencatat, dan memilih. Setelah itu, dilakukan tahap penyusunan
data yang dianalisis. Dalam penelitian ini, analisis tersebut didukung oleh teori
Penelitian ini berangkat dari pendekatan tekstual, yaitu dengan mengkaji
pesan moral dalam novel kemudian menganalis dan mendeskripsikan pesan moral
dan bagaimana pesan moral itu disampaikan dalam novel Habibie dan Ainun.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menganalisis data dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membaca novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie
untuk memahami isinya secara keseluruhan.
2. Mencari dan menentukan kutipan dalam novel yang memiliki ciri-ciri
bagaimana pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun karya
Bacharuddin Jusuf Habibie
3. Menganalisis data dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang berkenaan
dengan pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin
Jusuf Habibie
3.4 Sinopsis Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Lubis
Kisah yang diceritakan dalam novel bermula dari kisah di sekolah, yaitu
saat pertama kalinya Pak Habibie bertemu dengan Ibu Ainun. Kisah ini sangat
inspiratif. Tentang cinta yang tulus dan sederhana. Pak Habibie dan Ibu Ainun
berasal dari SMA yang sama. Hanya saja pada waktu itu, ia belum merasakan
getar cinta. Alih-alih suka, ia malah terkesan suka mengejek Ibu Ainun yang
dianggapnya berkulit gelap. Pada saat itu, Pak Habibie bahkan menjuluki ibu
Ainun dengan sebutan Gula Jawa. Walaupun Pak Habibie suka mengejek Ibu
Ainun, para guru sering menjodoh-jodohkan mereka berdua walaupun sekatar
ejekan.
Setelah lulus dari SMA, ternyata mereka bertemu kembali di lain waktu,
yaitu saat mereka sudah dewasa dan di sinilah muncul rasa cinta Pak Habibie
terhadap Bu Ainun. Saat ini, Fanny, adik bapak Habibie mengajaknya berkunjung
saat hari raya ke kediaman keluarga Ibu Ainun. Saat pertama kali melihat Ainun,
bapak Habibie langsung bergetar hatinya. Cinta bapak Habibie tersebut disambut
oleh ibu Ainun. Dalam waktu yang singkat keduanya sepakat untuk menikah.
Perjalanan selanjutnya, bapak Habibie dikisahkan memboyong Ibu Ainun
kembali ke Jerman. Di sinilah perjuangan mereka dimulai. Bapak Habibie
merintis karirnya dari nol. Namun berkat kegigihan dan sokongan cinta dari Ibu
Ainun, mereka berhasil melalui masa-masa sulit yang menguras tenaga juga
emosi. Pada akhirnya bapak Habibie terus memperlihatkan prestasi yang membuat
ia dikagumi banyak orang di Jerman.
Kisah di dalam buku ini juga menyisipkan nilai nasionalisme dan
kepeduliannya pada bangsa, hanya saja beberapa kendala politik dan intriknya
membuat bapak Habibie kapayahan. Namun, berkat niatnya yang tulus, ia
kemudian berhasil menjadi orang Nomor 1 di Indonesia. Kisah ini sebenarnya
tidak fokus pada bagaimana Pak Habibie memimpin Indonesia, tetapi seberapa
kuatnya ibu Ainun mendampingi beliau yang sangat sibuk. Perannya sebagai Istri
dan juga Ibu Negara dijalankan dengan baik. Meski beliau susah menemukan
waktu untuk bercengkrama dengan Bapak Habibie.
Kisah manis ini kemudian ditutup dengan kematian ibu Ainun akibat
kanker yang dideritanya selama bertahun-tahun. Salah satu kisah paling mengharu
biru dalam buku ini adalah pada saat ibu Ainun hendak dioperasi. Biasanya pak
Habibie selalu datang menjenguknya di waktu yang sama. Hanya saja karena hari
itu Ibu Ainun menjalani Operasi, Bapak Habibie tidak diperkenankan masuk
ruangan tempat ibu Ainun dirawat. Hal ini kemudian mengguncang jiwa Ibu
Ainun. Ia menangis sedih, karena ia berpikir ada hal buruk yang membuat
suaminya belum datang. Ibu Ainun, wanita penyabar tersebut, masih
mengkhawatirkan suaminya meski faktanya ia tengah sekarat. Begitulah cinta
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf
Habibie
Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam mengatur tingkah laku. Moral
selalu berhubungan dengan tingkah laku, perbuatan baik atau manghasilkan
penderitaan ataupun kebahagiaan itu tergantung pada individu masing-masing.
Moral juga dapat diartikan sebagai ajaran baik dan buruk, perbuatan dan kelakuan,
ahlak kewajiban, dan sebagainya.
Uraian di atas mendeskripsikan bahwa moral merupakan salah satu aktivitas
perbuatan manusia dalam suatu komunitas masyarakat yang tentunya berbeda
dengan masyarakat lain. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra yang merupakan
representase kehidupan masyarakat tentunya membawa pesan-pesan moral
sebagai salah satu amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Novel sebagai salah satu gendre sastra merupakan alat untuk menyampaikan
reaksi pengarang terhadap sesuatu yang dilihat, dirasa dan diamati. Melalui karya
sastra, pengarang mengungkapkan gagasan tertentu berdasarkan lingkungan,
budaya, pendidikan pada situasi tertentu yang memengaruhi pikirannya.
Berdasarkan objek Analisis Pesan Moral dalam novel Habibie Ainun karya
Bacharuddin Jusuf Habibie, secara garis besar bentuk pesan moral yang menjadi
1. Agama
Agama dalam sebuah karya sastra merupakan salahsatu bagian yang tidak
bisa terlepas dari karya sastra. Sebagai salah satu genre sastra, novel hadir dalam
suasana lingkungan sosial yang sangat komplek tentunya karya sastra tersebut
membawa pesan religius atau agama yang merupakan repsentase dari kehidupan
sosial pengarang.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran, dan pengakuan akan
keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
dirinya.sesuatu yang luar biasatentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri misalnya tuhan atau dewa.
Sesuai dengan defenisi di atas maka pesan moral dalam konteks agama
merupakan problem penting yang ingin disampaikan pengarang sebagai salahsatu
amanat untuk menambah khasanah konsepsi epistemologi pembaca tentang
hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, manusia dengan
diri sendiri, dan manusia dengan Tuhan.
Berikut ini merupakan deskripsi mengenai pesan moral dalam agama yang
terdapat dalam novel Habibie Ainun
Rudy, kamu mau jadikan Ainun Pacarmu? Kamu harus tahu diri! Kamu sadar Ainun itu siapa? Sainganmu anggota keluarga terkemuka di Indonesia, berpendidikan lebih tinggi dari kamu, kaya, ganteng dan lebih besar dari kamu! Kamu siapa? Sepeda motor saja tidak kamu miliki. Paling banter naik becak harus realistis! Jangan berkhayal dan bermimpi.”
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa pengarang mengajak untuk tidak
gampang dalam berputus asa dan dengan cepat menganggap diri rendah. Dalam
kerendahhatiannya pengarang juga meyampaikan bahwa dengan berpegang teguh
pada keyakinan dan berdoa segala yang dianggap mustahil akan dapat mungkin
terjadi bahkan menjadi satu motivasi dalam hidup.
Dari kutipan di atas juga digambarkan bahwa pengarang merupakan
seoramg yang religius dan taat dengan Tuhan. Oleh karena itu, pengarang secara
tidak langsung mengajak para pembaca untuk lebih taat kepada Tuhan yang
Mahakuasa.
Dalam kutipan lain, pengarang juga menyampaikan pesan moral dalam
agama untuk tidak cepat mengeluh.
Semua pekerjaan di rumah dikerjakan seorang diri, tanpa mengeluh dan tetap bersyukur kepada Allah SWT bahwa kami sekeluarga dilindungi dan berada dalam keadaan sehat.(Hlm : 54)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa keyakinan dan ketaatan pengarang dalam beragama telah membawanya menjadi seorang yang selalu bersyukur dan tidak pernah berputus asa. Kutipan di atas mengajarkan bahwa Tuhan adalah sumber dari segala kekuatan dalam diri. Pengarang juga menyampaikan pesan moral bahwa apa pun cobaan yang kita hadapai kita harus selalu bersikap sabar dan tetap bersyukur karena di balik semua itu pasti ada hikmah yang sangat indah seperti yang digambarkan dalam kutipan di bawah ini
Kami berdua bekerja keras dan menikmati tiap detik yang diberikan oleh Allah SWT dengan meletakkan jejak yang indah dengan perasaan khusus yang dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi. Sehingga semua yang tidak mungkin menjadi mungkin.(Hlm : 55)
Pengarang dalam kutipan di atas secara tidak langsung memberikan satu
kehidupan yang indah dengan selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki. Bahkan
dalam kesederhanaannya pengarang menyampaikan bahwa apa yang dicapai
kita sebagai umat beragama harus selalu mengedepankan Tuhan dalam kehidupan
kita dan mengganggap segala sesuatu itu berasal dari Tuhan.
Tidak berkelebihan jika tiap saat saya memanjatkan doa pada Allah SWT dan bersyukur bahwa saya telah mendapat pasangan hidup sejati yang selalu menghilangkan kebimbangan dan keraguan hati saya dalam menerima tugas-tugas yang berat. (Hlm : 148)
Pak Habibie sebagai pengarang adalah seorang muslim yang sangat soleh,
dari kutipan di atas kita dapat melihat bahwa pengarang selalu bersyukur atas apa
yang sudah dimilikinya. Namun di balik itu semua, kutipan di atas menyampaikan
bahwa rasa syukur terbesar pengarang adalah memiliki seorang pendamping
hidup yang dapat menhilangkan kebimbangan dan keraguan hatinya. Dalam hal
ini pengarang mengajarkan bahwa dengan bersyukur atas apa yang kita cintai kita
akan dapat melewati segala persoalan dengan lebih mudah.
Serahkan semua kepada kebesaran dan kehendak Allah.(Hal:167)
Kutipan di atas menggambarkan bagaimana pengarang menjalani
kehidupannya, yaitu selalu berpegang pada kebesaran dan Kehendak Allah. Dapat
dilihat bagaimana pencapaian seorang Bapak B.J. Habibie ternyata memiliki
semboyan hidup yang sederhana, tetapi mengandung makna yang sangat dalam.
Hal ini dapat kita tegaskan dengan kutipan di bawah ini
Jabatan dan kekuasaan apapun yang pernah diperolehnya, atau jabatan apapun yang pernah ditugaskan kepada suaminya, itu hanyalah sebuah “amanah”, hanyalah “pinjaman dan titipan” Allah SWT.(Hlm : 186)
Sudah selayaknya kita meneladani kesederhanaan pengarang. Dalam
pencapaian yang sangat brilian, yakni menjadi seroang presiden, beliau
Artinya pengarang tidak cepat berpuas diri bahwa pencapaian itu hanya dari hasil
kerja kerasnya, melainkan karena Tuhan yang memberikan. Pesan moral oleh
pengarang dalam hal ini adalah untuk selalu mengingat Tuhan dalam segala
kondisi baik itu baik, maupun buruk.
Tiap saat, tiap jejak, tiap gerakan kami, kiranya sudah direncanakan dan dituntun oleh Allah SWT. (hlm : 197)
Kutipan di atas mengandung pesan keyakinan bahwa kehidupan yang kita jalani di dunia ini adalah rancangan Allah. Oleh karena itu kitalah yang menjaga agar tidak ke luar dari apa yang disuratkan Tuhan atas kita. Pengarang dalam novel Habibie Ainun sudah melakukan yang patut untuk kita teladani. Pengarang salalu melakukan kewajibannya sebgai muslim yang baik.
Sementara itu waktu untuk shalat Subuh sudah sampai dan kami melaksanakan kewajiban kami bersama shalat subuh. (Hlm : 210)
Sementara, dalam kondisi yang berbeda, pengarang mengajarkan untuk selalu memanjatkan doa rasa syukur dan terima kasih kepada Allah SWT.
Saya terus menerus memanjatkan doa terimakasih kepada Allah SWT dengan keyakinan bahwa semua terletak di tangan Allah SWT dan apa saja yang diputuskanNya adalah terbaik bagi Ainun dan saya.(Hal:211)
Bahkan, dalam situasi yang tidak membahagiakan pun pengarang tetap memanjatkan doa. Pesan moral dalam kutipan ini dapat digambarkan bagaimana pengarang mengadu kepada Tuhan melalui doa untuk kesehatan sang istri.
Saya panjatkan doa agar tahun 2009 yang baru saja dimulai dapat memperbaiki kesehatan Ainun.(Hlm: 257)
Kutipan di atas menggambarkan kehidupan pengarang saat sang istri mulai sakit-sakitan. Namun, hal ini tidak menyurutkan atau menggoyang iman
pengarang. Sebaliknya dengan penuh kesabaran dia selalu memanjatkan doa permohonan. Harapan demi harapan memang dipanjatkan melalui doa, tetapi pengarang tetap berpegang teguh dengan prinsip awal, yaitu Tuhan telah menuliskan suratan takdir setiap insan di dunia.
Demikian harapan Ainun, namun tidak demikian takdir Allah.(Hal:263)
berdoa. Dalam setiap dia yang dipanjatkan, pegarang selalu mengharapkan satu petunjuk.
Dalam keadaan kegelisahan ini, saya memanjatkan doa kepada Allah SWT, tanpa suara namun dengan getaran jiwa, agar diberi petunjuk untuk mengambil jalan benar.(Hlm:270).
Dalam kegelisahannya, pengarang tetap menunjukkan rasa syukurnya dengan apa yang dimilikinya saat itu. Hal ini dapat digambarkan dalam kutipan di bawah ini
Manusia merencanakan tapi Allah SWT yang menentukan. Ainun pasrah, serahkan semuanya kepada Allah SWT.Allah memang menentukan namun Allah telah memberikan kepada kita semua nurani, kebebasan untuk berpikir dan bertindak. (Hlm:274)
Ujian terberat yang dihadapi oleh pengarang adalah ketika Ainun, sang istri, dipanggil Yang Mahakuasa. Dalam kesedihannya yang sangat mendalam, pengarang tetap berdoa bahkan terus berdoa mengiringi kepergian sang istri ke alam baka. Hal ini dihambarkan dalam kutipan di bawah ini.
Saya tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk Ainun dan bersyukur kepada Allah SWT bahwa ternyata dunia ini tidak buta dan tuli dan masyarakat yang kami kenal maupun yang tidak kami kenal ikut berduka cita dan memanjatkan doa untuk Ainun dalam perjalanannya ke alam dan dimensi baru”.(Hlm:302)
Kutipan di atas menggambarkan pesan moral tentang agama, yaitu bahwa kita harus selalu berpatok kepada Tuhan dan menerima segala yang ditakdirkan kepada kita. Berdoa dan memanjatkan rasa syukur adalah hal terbaik yang bisa dilakukan sebagai bentuk ibadah kita kepada Tuhan.
Hari kiamat tidak dapat diprediksi kapan akan datangnya, karena merupakan rahasia Allah SWT yang tidak diketahui siapapun.(Hal:321)
Dalam kutipan di atas, secara tidak langsung pengarang memberitahukan kepada pembaca bahwa yang membuat dia bertahan dengan apa yang telah dialaminya adalah keyakinan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Pengarang percaya dengan percaya kepada Tuhan, rasa tenang atas kesedihannya dapat dileswati.
Secara garis besar, pesan moral yang disampaikan pengarang adalah
bagaimana tetap bersyukur kepada Allah SWT dalam kebahagaiaan dan kesedihan
serta bagaimana rasa keyakinan kepada Tuhan dapat menguatkan manusia atas
segala cobaan.
2. Budaya
Selain unsur agama, karya sastra juga erat kaitannya dengan budaya dalam
kajian culture study sastra merupakan representasi dari budaya sehingga
keberadaanya sangat sulit terpisahkan satu sama lainnya.
Budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari, budaya itu bersifat abstrak.
Novel merupakan salah satu jenis sastra sebagai media aktualisasi budaya
yang representasikan budaya masyarakat atau komunitas tertentu. Oleh karena itu,
budaya merupakan salah satu unsur yang selaluh hadir dalam sebuah karya sastra.
Pesan moral dalam bentuk budaya dapat dilihat dalam beberapa kutipan di
bawah ini
Selama saya di Jakarta, hampir tiap hari kami bertemu dan makan di tempat yang menurut selera kami enak. Kadang kadang kami memanfaatkan becak, opelet atau menggunakan mobil ibu atau mobil keluarga Soebono yang dikemudikan oleh seorang pengemudi karena kami pada waktu itu belum memiliki surat izin mengemudi. (Hlm: 10)
Kutipan di atas menggambarkan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh
pengarang dalam mengisi waku senggangnya selama di Indonesia. Pesan moral
pengarang. Sebagai seorang pejabat pengarang masih tidak enggan untuk
menggunakan becak dan opelet untuk bepergian.
Melalui acara pernikahannya, pengarang juga menyampaikan pesan moral
berkaitan dengan filosofi dalam pernikahan.
Keesokan harinya, pada tanggal 13 Mei 1962 di Hotel Preanger, resepsi
menurut budaya Gorontalo dilaksanakan. Ainun berbusana Gorontalo dengan hisan rambut yang sangat ketat dan berat. Menurut tradisi ini adalah ujian bagi pengantin wanita apakah tetap anggun dan tidak mengeluh, tegak, tersenyum walaupun rambut dan kepalanya sakit. (hal: 13)
Kutipan tentang riasan rambut Ainun mengajarkan bahwa dalam resepsi
pernikahan ada lambang keanggunan dan ketegaran. Hal ini sangat berguna kelak
dalam menjalani kehidupan sebagai sepasang suami istri.
Pengarang melalui novel Habibie dan Ainunjuga menyampaikan pesan
moral berkaitan dengan kehidupan yang dijalani pada masa awal, yakni saat dia
mengisahkan tentang ibunya.
Ibu yang melahirkan saya sangat berperan dalam proses pembudayaan dan pendidikan, lahir di Yogya, berketurunan jawa dan bernama R. A Tuty marini puspowardojo. Adalah wajar sebagai Ibu, beliau sangat mengenal karakter, prilaku dan bakat anaknya. Beliau sangat menyadari bahwa saya sering menyendiri dan konsentrasi pada lingkungan dunia saya,” lupa makan, lupa minum vitamin sehingga sering sakit. Beliau sering memaksa saya untuk bermain diluar dengan anak-anak lain dan tidak menyendiri di rumah. (Hlm:14)
Nilai budaya dalam kutipan tersebut adalah kasih seorang ibu kepada
anaknya yang memang tiada batas. Selain itu pesan moral lainnya adalah
berkaitan dengan cara menjalin jiwa sosial dengan lingkungan sekitar, ibu
pengarang sering memaksa untuk bermain di luar. Pengarang juga menyampaikan
bahwa kehidupannya sangat dipengaruhi oleh peran sang ibu terutama saat
kutipan di atas mengajak kita untuk selalu menghormati pengorbanan yang telah
dilakukan seorang ibu untuk keberhasilan anaknya. Pengarang sadar semua
pencapaiannya adalah buah dari pengorbanan sang ibu.
Peran Ibu kandung saya sangat besar dalam melaksanakan perubahan ini. Beliau tidak saja mendorong saya tetapi juga menyanggupi membiayai proses pendidikan dan kemandirian saya. (Hlm:15)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa pengarang sangat menghormati
sang ibu. Secara tidak langsung pengarang memberikan pesan moral untuk selalu
menghormati orang tua dan agar pembaca lebih menyadari bahwa peran orang tua
dalam keberhasilan kita adalah hasil dari jerih payah orang tua.
Bentuk kebudayaan selain menghormati orang tua juga diceritakan oleh
pengarang berkaitan tentang kehidupan bersama sang istri. Tingkah laku serta
pengalaman yang patut untuk dipedomani digambarkan dalam setiap babak
penceritaan.
Rasa kedinginan, letih dan lapar hilang terpukau oleh pandangan mata Ainun yang mencerminkan kebahagian dan cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi.(hlm: 20)
Kutipan di atas menggambarkan tentang kesederhanaan seorang Habibie,
Dia dapat melihat kelebihan dalam kekurangan yang dia miliki. Pengarang
memberikan pesan moral untuk sabar dalam setiap cobaan dengan cara melihat
yang patut kita syukuri dan sudah kita miliki. Bentuk kesederhanaan lain dari
pengarang juga dapat kita lihat di bawah ini.
Kutipan di atas adalah ketika pengarang dengan penuh kesederhanaan
meminta maaf kepada Ainun karena pengarang merasa belum bisa memberikan
seperti yang diharapkan. Dengan penuh kesederhanaan pula, Ainun memberikan
semangat kepada pengarang. Pesan moral dalam kutipan di atas adalah sebagai
suami istri harus selalu saling memberikan yang terbaik dan memberikan
semangat satu sama lain. Ainun sebagai istri memang melakukan peran istri
dengan baik, yaitu dengan senantiasa memberikan semangat kepada pengarang
dalam mengerjakan pekerjaan.
Ainun terus menerus dengan kesabaran dan ketabahan yang tulus memberi dorongan dan mengilhami saya dalam segala pekerjaan/tugas, baik di Kantor Institut Konstruksi Ringan maupun di perusahaan talbot.(hlm:23)
Selain memberikan semangat, Ainun juga selalu bersemangat dalam
membantu pengarang dalam bekerja. Bahkan ketika pengarang terlalu sibuk
dengan pekerjaan sehingga waktu bersama keluarga menjadi berkurang, Ainun
tetap melakukan perannya seperti biasa. Sebagai seorang istri Ainun menunjukkan
sifat yang sangat dewasa dan sangat patut diteladani oleh para istri.
Ainun selalu mendengar pemikiran saya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan menarik, selalu sabar, konsisten memberi semangat, dorongan dengan keyakinan bahwa apa yang saya laksanakan itu adalah yang terbaik. Ainun sangat memperhatikan kesehatan saya. Ia tidak pernah mengeluh karena tidak kebagian waktu. Ia mengisi waktunya dengan menjahit, untuk anak kami yang sedang dalam kandungannya.(hlm:25-26)
Keteladanan yang ditunjukkan Ainun mengajarkan para istri untuk selalu
mendukung dan menjadi penyemangat kepada sang suami untuk hasil yang lebih
maksimal. Bentuk semangat yang diberikan Ainun kepada pengarang dapat juga
Ainun sama sekali tidak memperlihatkan keprihatinan dan kegelisahan untuk tidak mengganggu konsentrasi saya, pada pekerjaan dengan segala masalah yang sedang saya hadapi.(hlm:27)
Kutipan di atas menggambarkan seorang Ainun tidak ingin menunjukkan
hal yang sangat kecil sekali pun yang mungkin dapat mengganggu pekerjaan
pengarang. Pesan moral yang bisa dipetik dari kutipan di atas adalah peran istri
sangat berpengaruh dengan keberhasilan seorang suami.
Selain memberi ruang gerak dalam pekerjaan, Ainun juga berulang kali
memberikan semangat saat pengarang mengalami kegagalan.
Kekecewaan begitu besar sehingga wajah saya sedih. Melihat itu, Ainun datang dan sambil memeluk dan mencium pipi dan dahi saya ia berkata:”Saya yakin bahwa semua yang dipikirkan dan dikembangkan Rudy itu sudah benar dan tepat. Mungkin ada kesalahan pada angka masukan yang begitu banyak. Mengenal kemampuanmu saya sangat yakin akan keunggulanmu”(hlm:34)
Ainun sering menyemangati sang suami dengan memberikan pujian agar
sang suami tidak berputus asa. Hal ini mengajarkan bahwa seorang istri harus bisa
membuat suami tetap bersemangat dalam berusaha.
Selain menyemangati sang suami, Ainun juga tidak lupa pada
kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Ainun selalu berusaha
melakukan apa pun yang menjadi kewajibannya walupun itu bukanlah pekerjaan
yang mudah. Bahkan, saat mengandung pun Ainun tetap melaksanakannya.
Tetapi Ainun tidak pernah mengeluh dan melaksanakan tugasnya dengan kesabaran sebaik mungkin. Ia tetap segar dan cerah jikalau saya pulang. (Hlm:47)
Kutipan di atas mengandung amanat untuk para istri agar selalu
melaksanakan kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Peran Ainun sebagai istri
“Mengapa saudara masih berada di rantau sementara saudara-saudaramu membanting tulang untuk membangun bangsanya. Saudara ikut
membangun bangsa lain. Saudara harus malu dan segera ikut bergabung dengan saudara-saudaramu menempa masa depan yang lebih baik bagi Indonesia yang kita cintai!!!” (Hlm:71)
Kutipan di atas menggambarkan keadaan ketika pengarang seudah mencapai kesuksesan di negeri lain, utusan dari Indonesia mengajak pengarang untuk ikut serta dalam proyek di Indonesia. Namun, pengarang menolak tawaran itu karena telah memegang satu janji bahwa dia mau meninggalkan pekerjaannya saat dia ingin pulang ke Indonesia.
Satu-satunya alasan menolak tawaran tersebut adalah bahwa saya pernah berjanji, hanya akan pindah dari tempat saya bekerja di Jerman, jikalau saya pulang ke Indonesia.(hlm:104)
Dari kutipan di atas dapat kita katakan bahwa pengarang adalah seseorang yang memiliki pendirian teguh dan setia pada janji yang diucapkannya. Ini
merupakan satu pesan moral yang dapat ditarik dari kehidupan perngarang. Dalam kesuksesannya, pengarang selalu melibatkan peran sang istri. Pengarang ingin menyampaikan bahwa peran sang istri sangat besar di dalam kehidupannya.
Pada semua proses persiapan apapun, Ainun setia mendampingi saya disegala pasang surut perjuangan.(Hlm:110)
Dalam kesibukannya di dunia pekerjaan, pengarang masih bisa memperhatikan sang istri dengan sangat seksama. Pengarang sangat detail menceritakan bagaimana saat dia memperhatikan apa yang dilakukan oleh sang istri dan bagaimana sang istri menanggapi pekerjaannya di rumah.
Seberat apapun pekerjaan yang ia hadapi, semua dilaksanakan rapi, rinci, dan terus dikonsultasikan dengan saya di mana pun kami
berada.(Hlm:120)
Pesan moral dalam kutipan di atas adalah bahwa dalam kesibukan apa pun kita harus mampu membuatnya seimbang dengan tidak mengabaikan apa yang ada di sekeliling kita.
Satu prinsip hidup yang sangat diteladani dari kehidupan pengarang adalah menciptakan kesempatan bekerja. Pengarang tidak meletakkan uang pada
kepentingan yang teratas, tetapi kesempatan bekerja. Dengan melihat pencapaian pengarang, kita bisa melihat gaya hidup sederhana selalu diperlihatkan. Ini merupakan salah satu pesan moral yang sangat penting bagi kita.
Kutipan di atas mengajarkan bahwa dengan mementingkan kesempatan
dibandingkan uang. Kita dapat meraih kesuksesan dalam hidup seperti yang telah
ditunjukkan oleh pengarang.
Pesan moral lainnya yang dapat dilihat dalam novel ini adalah pesan moral
dalam menjalin hubungan dengan sesama. Hal ini berkaitan dengan kehidupan
sosial kita.
Dialog harus dimulai pada peningkatan kualitas pendapat yang sama dan jangan dimulai dengan pemikiran yang bertentangan.(Hlm:150)
Pengarang sebagai seorang pemimpin negara sangat mementingkan diskusi untuk memperoleh mufakat. Hal ini memberikan kita pelajaran bahwa sesuatu yang bertentangan akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik dan untuk mengantisipasinya adalah dengan meningkatkan kualitas pendapat yang sama. Pesan moral yang bisa kita petik dari kutipan ini adalah untuk menghadapi masalah terutama berkaitan dengan orang lain, kita dapat menyelesaikan dengan mendiskusikan masalah dan membicarakan jalan keluar secara bersama-sama. Hal ini dilakukan agar ada keseimbangan.
Pengarang sebagai seorang anak juga memiliki prinsip hidup untuk selalu menghargai pengorbanan orang tua.
Pengorbanan seorang ibu, seorang janda, dengan segala jerih payah sendiri, membesarkan seluruh putra-putrinya, tidak boleh lama dan berkepanjangan. (Hlm:232)
Pesan moral di dalam kutipan di atas adalah agar kita selalu menghargai pengorbanan yang telah dilakukan orang tua. Seorang anak harus mampu
melakukan yang sesuai dengan kodrat seorang anak.
3. Pendidikan
Selain agama dan budaya, dalam novel Habibie Ainun secara umum
pendidikan dirumuskan sebagai suatu pembimbingan yang diberikan dengan
sengaja oleh pendidik kepada peserta didik ke arah satu tujuan. Mengenai
diberikan dalam pembimbingan, apa tujuan dan hakikat pendidikan serta anak
didik itu sendiri, tergantung pada dasar falsafah pendidikan.Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga dan pemerintah, termasuk
juga dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan.
Pesan moral yang terdapat dalam novel Habibie dan Ainun yang
berhubungan dengan pendidikan dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut
Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik mengatur menu murah tetapi sehat.(Hlm: 38)
Dari kutipan terdapat pesan moral berkaitan dengan cara pengarang
bertahan hidup di luar negeri. Kondisi di atas adalah saat pengarang sedang
mengenyam pendidikan di Jerman dan saat itu dia bersekolah tanpa mendapat
beasiswa dari mana pun sehingga dia hanya mengharapkan biaya dari orang tua.
Terkadang biaya yang dikirim ke pengarang terlambat sampai atau mungkin
kurang dengan kebutuhan. Namun, pengarang mampu bertahan dengan keadaan
itu, yaitu tetap menghemat. Pesan moral yang di dapat adalah agar kita tetap
mampu bertahan dalam kondisi apa pun.
Selain memberikan pesan moral dalam gaya hidup hemat, pengarang juga
memberikan pesan moral tentang bagaimana cara cerdas dalam belajar.
Kita harus pandai belajar dari keberhasilan bangsa lain.(hlm:79)
Pesan moral dalam kutipan di atas adalah kita harus bisa melihat kelebihan dari negara lain untuk diterapkan di negara kita demi kemajuan negara kita
sendiri. Selain itu, pengarang dalam kutipan di atas juga mengajak kita untuk selalu melakukan pekerjaan untuk kemajuan bangsa dan negara sehingga secara tidak langsung pengarang telah mengajak kita untuk cinta pada tanah air.
Situai yang digambarkan dalam kutipan di atas adalah saat pengarang diajak untuk ikut serta dalam satu proyek yang dikembangkan di Indonesia. Pada saati itu terjadi krisis kepercayaan. Namun, karena kecintaan pada Indonesia membuat pengarang mau ikut berperan serta. Pesan moral yang bisa dikutip adalah bahwa sebagai bagian bangsa yang baik kita harus mengutamakan kepentingan negara di atas segalanya.
Sikap Ainun yang penuh dedikasi dan pengorbanan dalam mengatasi segala tantangan yang ia hadapi demi masa depan dan pembangunan bangsa dan keluarga sakinah yang lebih cerah, menjadi panutan bagi sekitarnya, khususnya bagi keluarga.(Hlm:112)
Pesan moral pendidikan juga dapat dikutip dari keteladanan sikap tokoh Ainun yang digambarkan oleh pengarang. Pengarang menggambarkan sikap sang istri yang penuh pengorbanan sehingga berujung pada bangsa dan keluarga yang sakinah yang lebih cerah.
Pengarang dalam novel juga memberikan pesan moral pendidikan untuk tidak berhenti dalam belajar. Pesan moral ini disampaikan pengarang dalam bentuk sikap tokoh Ainun.
Dalam setiap memberikan presentasi, pidato atau ceramah di dalam negeri maupun di luar negeri, Ainun seperti biasanya menyertai saya dan ikut hadir dan tekun mendengarkan apa yang saya sampaikan kepada hadirin, seperti tamu lainnya.(Hlm:155)
Sebagai seorang istri, Ainun pasti sudah mengetahui hampir semua yang berhubungan dengan pengarang. Namun dalam kutipan di atas digambarkan Ainun tetap mendengarkan apa yang disampaikan pengarang saat berpidato seakan-akan dia adalah hadirain seperti tamu lainnya. Cara Ainun bersikap dalam kutipan di atas juga patut untuk diteladani agar generasi penerus bangsa tidak berhenti belajar.
Pengarang sangat menghargai perempuan. Dalam setiap pidato, pengarang sering menutup pidato dengan mengatakan “di balik kesuksesan seseorang
tersembunyi peran dua orang perempuan, yaitu ibu dan istri.” Pesan moral yang bisa kutip adalah agar kita tetap mengingat peran orang-orang di sekitar kita yang ikut berperan serta dalam membantu kita meraih kesuksesan. Hal ini juga
menunjukkan bahwa pengarang adalah seorang suami yang sangat menghargai peran istri dalam kesuksesannya.
Yang membedakan manusia bukanlah jenis kelaminnya, tetapi tingkat ketakwaannya dan kemampuan pribadinya untuk berbuat mulia bagi masyarakat dan bangsanya.(Hlm:156)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa pengarang tidak membedakan derajat antara pria dan wanita. Namun, yang membedakan adalah hubungan dengan Tuhan dan kemauan untuk berbuat baik. Berbuat dalam hal ini adalah melakukan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan negara. Pengarang mengajak para pembaca untuk selalu berbuat baik karena dengan kebaikan, harkat dan martabat seseorang itu akan naik. Pesan moral yang dapat dipetik dari kutipan di atas adalah agar sesama manusia selalu berbuat baik untuk kebaikan bagi dirinya sendiri.
Dalam novel ini, pengarang menceritakan bahwa sebagai seorang ibu rumah tangga, Ainun juga memiliki kesibukan dan pekerjaan di luar rumah. Namun, Ainun masih bisa memberi keseimbangan dalam pekerjaannya di dalam maupun di luar rumah.
Tetapi setelah tugas dan kesibukannya di luar selesai, ia kembali kerumah, kembali berfungsi menjadi ibu rumah tangga, menjalankan peranannya sebagai seorang istri.(hlm:157)
Nilai moral dalam kutipan di atas adalah bahwa seorang wanita juga dapat memeroleh pendidikan dan bekerja di luar selain hanya sebagai ibu rumah tangga. Keteladanan tokoh Ainun dalam kutipan di atas mengajak para pembaca terutama para istri yang juga memiliki pekerjaan untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan di rumah dan di luar rumah dengan bijak. Seorang istri boleh bekerja, tetapi harus tetap menjalankan peran sebagai istri dan ibu rumah tangga. Seorang istri seperti yang telah dilakukan Ainun adalah contoh seorang istri yang bijak. Hal ini dapat dibuktikan dengan kehidupan Ainun saat pengarang sudah menjadi seorang pejabat tinggi dan setelah tidak menjabat lagi. Ainun masih bisa konsisten dalam bersikap sama seperti pada awalnya.
Ainun juga pernah menjadi Ibu Negara, sama sekali tidak terjangkiti penyakit Post power syndrome. Ia tidak pernah menolak dan “rikuh” bertemu dengan pejabat siapa pun, kendatipun kami sebagai warga negara biasa.(Hlm:185)
Kutipan di atas menggambarakan saat pengarang sudah tidak menjadi seorang pejabat tinggi negara. Ainun sebagai istri pejabat otomatis harus berhadapan dengan orang-orang berbeda. Namun ini tidak membuat Ainun menjadi seorang yang tinggi hati dan tetap mengingat masa sulit yang sudah dilewati bersama. Kita harus bisa menempatkan diri kita di mana pun kita berada tetapi tidak melupakan tempat yang sudah kita lewati. Keteladanan Ainun yang sangat patut kita contoh adalah tidak merasa kecil ketika berhadapan dengan orang yang kecil.
Kunci keberhasilan ditentukan dan tergantung pada kualitas, produktivitas dan daya saing SDM. (Hlm:194)
Pengarang dalam kutipan di atas memberikan motivasi bagi pembaca untuk meningkatkan kualitas, produktivitas dan daya saing sebagai kunci keberhasilan. Sebagai manusia yang menginginkan kesuksesan dalam hidup ini, kita sepatutnya memulai diri untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas diri kita agar mampu bersing secara SDM.
Pesan moral dalam kutipan di bawah ini mengajarkan kita untuk berusaha untuk membantu insan lain untuk berhasil. Hal ini sangat relevan dengan
pemahaman bahwa dengan memberikan kesempatan kepada orang lain berarti kita sudah lebih dahulu melewati kesempatan itu.
Jika kita berbicara dengan orang menggunakan suatu bahasa dan orang tersebut tidak mengerti bahasa itu, maka jangan heran jikalau mereka tidak mengerti apa yang kita sampaikan.(Hlm:240)
Kutipan di atas mengajarkan satu keadaan saat kita memberikan
kesempatan kepada orang lain. Memberikan kesempatan dapat dilakukan dengan memahami bahasa orang lain sebagai tahap awal. Dengan memahami bahasa orang lain berarti kita sudah terlebih dahulu.
Kutipan di atas juga mengajak para pembaca untuk tidak pernah berhenti belajar untuk meningkatkan kualitas SDM manusia pembaca itu sendiri.
Pengarang memberikan gambaran tentang pengalaman yang dialami.
Pada masa pengarang menjadi seorang presiden, pengarang menjalankan pemerintahan demokrasi secara penuh. Pengarang melakukan ini karena melihat keberhasilan negara lain dalam menjalankan pemerintahan yang demokrasi. Pada masa ini, banyak terjadi demonstrasi yang bermaksud menggoyang pemerintahan. Namun, pengarang memiliki prinsip hidup yang sangat patut untuk diteladani.
Namun bagi saya, sepanjang dilakukan dengan santun dan tidak merusak, saya dapat memahami dan menganggap hal yang wajar.(Hlm:243)
Kutipan di atas menggambarkan pengarang sebagai seorang pemimpin yang sangat terbuka. Dia memberikan kebebasan masyarakat dalam
menyampaikan aspirasinya selama itu tidak merusak.
Tidak bisa saya lupakan jasa-jasa kawan-kawan lainnya yang saya ajak membantu merealisasikan pendirian dan pembinaan The Habibie Center. (Hlm:248)
capai saat ini bukan karena kemampuannya sendiri melainkan ada peran dari orang-orang terdekat.
Secara umum, pesan moral pendidikan yang terdapat di dalam novel Habibie dan Ainun berkaitan dengan pendidikan berkarakter. Pengarang lebih menekankan pada mengembangkan kualitas dalam diri untuk menjadi seseorang yang berkualitas dan mampu bersaing dalam hal SDM. Di lain pihak pengarang selalu menunjukkan sikap kesederhanaan sebagai bentuk sikap yang patut untuk diteladani dan diikuti.
4.2 Cara Penyampaian pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie
Terdapat dua bentuk penyampaian pesan moral menurut Burhan Nurgiyantoro adalah sebagai berikut:
1) Bentuk Penyampaian Langsung
Penyampaian moral secara langsung disebut komunikatif, artinya pembaca memang secara mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan. Karena
pengarang dalam hal ini, tampak bersifat menggurui pembaca secara langsung memberikan nasihat dan petuahnya. Hubungan komunikasi yang terjadi antara pengarang (addresser) dengan pembaca (addresse) pada penyampaian moral dengan cara ini adalah hubungan langsung.
Pesan langsung dapat juga terlibat atau dilibatkan dengan cerita, tokoh-tokoh cerita, dan pengaluran cerita. Artinya kita hadapi memang cerita, namun isi ceritanya sendiri sangat terasa tendesius dan pembaca dengan mudah dapat memahami pesan tersebut.
2) Bentuk Penyampaian Tidak Langsung
Penyampaian pesan moral tidak langsung, hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain. Dilihat dari pembaca, jika ingin memahami dan menafsirkan pesan itu haruslah melakukannya berdasarkan cerita, sikap, dan tingkah laku para tokoh tersebut. Dilihat dari pengarang yang ingin menyampaikan pesan dan pandangannya, cara ini kurang komunikatif. Artinya pembaca belum tentu dapat menangkap apa sesungguhnya maksud pengarang. Hubungan yang terjadi antara pengarang dan pembaca adalah hubungan tidak langsung dan tersirat.
Dalam skripsi ini akan dibahas bentuk penyampaian pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Penyampaian pesan moral secara langsung dapat dilihat pada unsur cerita itu sendiri, artinya pengarang menyampaikan pesan moral melalui cerita itu sendiri. Bentuk penyampaian secara langsung dapat di bagi atas:
a. Menggunakan Tokoh dalam Cerita
Penyampaian pesan moral dengan menggunakan tokoh dalam cerita artinya pengarang menggambarkan sifat tokoh dalam cerita yang patut untuk diteladani. Contoh bentuk penyampaian ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini
Ainun terus menerus dengan kesabaran dan ketabahan yang tulus memberi dorongan dan mengilhami saya dalam segala pekerjaan/tugas, baik di Kantor Institut Konstruksi Ringan maupun di perusahaan talbot.(hlm:23)
Kutipan di atas menggambarkan keteladanan sosok Ainun sebagai tokoh
sentral yang digambarkan oleh pengarang dalam novel Habibie dan Ainun.
Melalui sifat tokoh Ainun, pengarang menyampaikan bahwa seorang istri perlu
memberikan semangat kepada sang suami dalam bekerja.
Ainun selalu mendengar pemikiran saya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan menarik, selalu sabar, konsisten memberi semangat, dorongan dengan keyakinan bahwa apa yang saya laksanakan itu adalah yang terbaik. Ainun sangat memperhatikan kesehatan saya. Ia tidak pernah mengeluh karena tidak kebagian waktu. Ia mengisi waktunya dengan menjahit, untuk anak kami yang sedang dalam kandungannya.(hlm:25-26)
Selain melalui tokoh Ainun, Pengarang juga menyampaikan pesan moral melalui sikap tokoh pengarang itu sendiri.
Tidak bisa saya lupakan jasa-jasa kawan-kawan lainnya yang saya ajak membantu merealisasikan pendirian dan pembinaan The Habibie Center. (Hlm:248)
Pesan moral yang disampaikan dari kutipan di atas adalah dengan
menunjukkan kesederhanaannya. Dalam kesuksesannya, pengarang menganggap itu merupakan hasil dari bantuan orang-orang di sekitarnya. Pesan moral dalam kutipan di atas disisipkan pengarang dalam keteladanan sikap tokoh.
b. Menggunakan Jalinan Cerita
Penyampaian pesan moral dalam novel melalui jalinan cerita dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
Rudy, kamu mau jadikan Ainun Pacarmu? Kamu harus tahu diri! Kamu sadar Ainun itu siapa? Sainganmu anggota keluarga terkemuka di Indonesia, berpendidikan lebih tinggi dari kamu, kaya, ganteng dan lebih besar dari kamu! Kamu siapa? Sepeda motor saja tidak kamu miliki. Paling banter naik becak harus realistis! Jangan berkhayal dan bermimpi.”
Terimakasih atas pandangan dan pendapat kalian. Saya percaya bahwa takdir seseorang ditentukan oleh Allah SWT. Jikalau memang Ainun ditakdirkan untuk saya dan saya untuk Ainun, maka apapun kalian katakan, Ainun Insya Allah akan menjadi isteri saya dan saya menjadi suamiAinun. Lihat saja nanti,”demikian ucapan saya kepada mereka.(Hlm. 6)
Kutipan di atas adalah keadaan ketika teman-teman mengejek tokoh pengarang karena menganggap pengarang tidak akan mampu mendapatkan Ainun yang saat itu adalah seorang wanita dengan derajat yang tinggi. Dengan
berpegang pada keyakinan, pengarang menunjukkan sikap percaya diri dan yakin pada diri sendiri. Ketetapan hati pengarang mengajak para pembaca untuk selalu yakin dan percaya pada diri sendiri untuk mendapatkan sikap optimis.
Pengarang juga menyampaikan pesan moral melalui kisah ketika pengarang bersama sang istri mengalami pergelutan dan kesusahan. Pengarang menyampaikan pesan moral melalui cara di melewati kesusahan itu.
Dalam keadaan kegelisahan ini, saya memanjatkan doa kepada Allah SWT, tanpa suara namun dengan getaran jiwa, agar diberi petunjuk untuk mengambil jalan benar.(Hlm:270).
Dalam kegelisahannya pengarang menyampaikan agar kita selalu
berpegang pada Allah SWT agar kita mampu menghadapi segala persoalan dalam hidup.
c. Menggunakan Cara Berpikir Tokoh
Pesan moral juga disampaikan pengarang melalui cara berpikir tokoh
dalam cerita.
Secara garis besar, cara berpikir tokoh dalam novel Habibie Ainun
digambarkan oleh pengarang tentang kehidupan bersama istri. Bentuk
Ainun sama sekali tidak memperlihatkan keprihatinan dan kegelisahan untuk tidak mengganggu konsentrasi saya, pada pekerjaan dengan segala masalah yang sedang saya hadapi.(hlm:27)
Pengarang dalam kutipan di atas memperlihatkan cara berpikir pengarang yang salalu memerhatikan secara sangat detail apa yang dilakukan oleh Ainun. Selain dengan memerhatikan sang istri, pengarang juga memberikan pesan moral berkaitan dengan prinsip kerja yang dia pegang selama menjalani kehidupan.
Kunci keberhasilan ditentukan dan tergantung pada kualitas, produktivitas dan daya saing SDM. (Hlm:194)
Melalui kutipan di atas, kita dapat mengutip bahwa pengarang adalah seorang yang menekankan pada kualitas diri. Cara berpikir seperti ini memberikan pengarang itu pesan moral bagi pembaca untuk meneladani cara berpikir
pengarang.
d. Menggunakan Dialog Antartokoh
Pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun juga disisipkan pada
percakapan antartokoh dalam novel.
Kutipan di bawah ini adalah ketika Ainun menyemangati pengarang yang
hampir menyerah dalam berusaha untuk menyelesaikan peerjaaannya.
Kekecewaan begitu besar sehingga wajah saya sedih. Melihat itu, Ainun datang dan sambil memeluk dan mencium pipi dan dahi saya ia berkata:”Saya yakin bahwa semua yang dipikirkan dan dikembangkan Rudy itu sudah benar dan tepat. Mungkin ada kesalahan pada angka masukan yang begitu banyak. Mengenal kemampuanmu saya sangat yakin akan keunggulanmu”(hlm:34)
Dari kutipan di atas, pengarang menyampaikan cara Ainun memberi
semangat kepada dirinya untuk tidak menyerah. Pesan moral yang disisipkan dari
percakapan di atas adalah agar kita bisa memberikan rasa semangat bagi orang di
sekitar kita yang sedang putus asa.
Bentuk penyampaian pesan moral melalui dialog antar pelaku dapat juga
dilihat pada kutipan ini.
“Mengapa saudara masih berada di rantau sementara saudara-saudaramu membanting tulang untuk membangun bangsanya. Saudara ikut