• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bioactivity of Suren (Toona sureni Merr.) Heartwood at Different Wood Positions of Tree

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bioactivity of Suren (Toona sureni Merr.) Heartwood at Different Wood Positions of Tree"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

BIOAKTIVITAS ZAT EKSTRAKTIF KAYU TERAS SUREN

(

Toona sureni

Merr.) PADA POSISI KAYU YANG BERBEDA

DALAM BATANG POHON

VEBRI RAHMAWANDI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRACT

Bioactivity of Suren (Toona sureni Merr.) Heartwood at Different Wood Positions of Tree

By:

Vebri Rahmawandi1 and Rita Kartika Sari2

INTRODUCTION: Medicinal plants belongs to the natural wealth of biodiversity that is owned by Indonesia. Only 300 species that have been used as traditional medicine (Hariana 2008). Suren (T. sureni) is a type of tree that has been used in curing dysentery, fever, diabetes, and pengelat drugs (Heyne 1987). It indicates that the substance of extractive content in Suren can be potentially used as raw material of medicine. Levels and compositions of extractive substances in the same tree can be affected by the position of timber in the trunk tissue, especially on the heartwood that contains lots of extractives. This research aimed to establish levels and bioactivity of extractive substances of Suren (T. sureni) heartwood at various positions in the trunk with various kinds of solvents on Artemia salina Leach shrimp larvae through the test probe Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) as anticancer properties.

MATERIALS AND METHOD: There were six positions of Suren heartwood, consist of P1 (base 1), P2 (base 2), T (middle), U1 (tip 1), U2 (tip 2) and C (branches) that used in this research. Extraction was continously done in accordance with soxhletation method with different polarity of solvents (n-hexane, ethyl acetate, and methanol). The results were dried and measured to determine the levels of extractive substances, then the anti-cancer properties as a bioactivity are tested based on BSLT method.

RESULT AND DISCUSSION: The results indicated that the positions of wood in the trunk not significantly affect on the diversity of extractive substances of Suren heartwood. Total extractive levels were fluctuate among the potitions, but tend to decline from the base to the tip of trunk. The highest of extractives level was produced from the P1 position by 12,6%. The highest Suren heartwood bioactivity is showed by the ethyl acetate extract of the wood at the P1 position with LC50 value of 28,01 µg/mL and classified as very toxic.

(3)

sureni Merr.) pada Posisi Kayu yang Berbeda dalam Batang Pohon. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Rita Kartika Sari, M.Si

Tumbuhan obat merupakan salah satu jenis kekayaan alam hayati yang dimiliki oleh Indonesia namun baru 300 jenis yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Hariana 2008). Suren (T. sureni) merupakan salah satu jenis pohon yang telah dimanfaatkan sebagai obat disentri, demam, diabetes, dan obat pengelat (Heyne 1987). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan zat ekstraktif yang ada di dalam pohon Suren memiliki potensi sebagai bahan baku obat. Kadar dan komposisi zat ekstraktif dalam pohon yang sama dapat dipengaruhi oleh posisi jaringan kayu dalam batang pohon, terutama pada kayu teras yang merupakan bagian kayu yang mengandung banyak ekstraktif. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar zat ekstraktif dan bioaktivitas zat ekstraktif kayu teras Suren (T. sureni) pada berbagai posisi dalam batang pohon dengan berbagai jenis pelarut terhadap larva udang Artemia salina Leach melalui pengujian BSLT sebagai penduga sifat antikanker.

Penelitian ini menggunakan sampel kayu teras Suren pada posisi P1 (pangkal 1), P2 (pangkal 2), T (tengah), U1 (ujung 1), U2 (ujung 2), dan C (cabang). Ekstraksi dilakukan secara bersinambungan menggunakan metode sokletasi dengan pelarut yang memiliki kepolaran berbeda (n-heksana, etil asetat, dan metanol). Hasil ekstraksi dikeringkan dan dihitung kadar zat ekstraktifnya, kemudian diuji sifat bioaktifitas anti kankernya dengan metode BSLT.

(4)

BIOAKTIVITAS KAYU TERAS SUREN (

Toona sureni

Merr.)

PADA POSISI KAYU YANG BERBEDA DALAM BATANG

POHON

VEBRI RAHMAWANDI

E24080018

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Teras Pohon Suren (Toona sureni Merr.) pada Posisi Kayu yang Berbeda dalam Batang Pohon

Nama Mahasiswa : Vebri Rahmawandi

NRP : E24080018

Departemen : Hasil Hutan

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rita Kartika Sari, M.Si NIP. 19681124 199512 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Hasil Hutan IPB

Dr. Ir. Wayan Darmawan, M.Sc NIP. 19660212 199103 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Teras Pohon Suren (Toona sureni Merr.) pada Posisi Kayu yang Berbeda dalam Batang Pohon adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul

Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Teras Suren (Toona sureni Merr.) pada Posisi Kayu yang Berbeda dalam Batang Pohon. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, provinsi Jawa Barat pada tanggal 25 Februari 1990. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara keluarga pasangan Bapak Rahmawan Paidi dan Ibu Enung Aisah.

Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri Taman Pagelaran, Kabupaten Bogor pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Bogor hingga tahun 2005, kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 2 Bogor dan tamat pada tahun 2008.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selain melaksanakan kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) sebagai Wakil Ketua Umum pada periode 2010-2011 dan sebagai Ketua Kelompok Minat Kimia Hasil Hutan pada periode 2011-2012, serta aktif dalam berbagai kepanitiaan kegiatan lainnya. Penulis juga menjadi Ketua kelompok Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang lolos didanai Dikti pada tahun 2010.

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Rita Kartika Sari, M.Si yang telah memberikan bimbingan ilmu, waktu, bantuan, arahan, dan nasehat kepada penulis.

2. Ibu Dr. Nining Puspaningsih, M.Si selaku dosen penguji dan Bapak Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc selaku ketua sidang.

3. Keluarga tercinta: Rahmawan Paidi (Ayah), Enung Aisah (Ibu), Yoga R (Kakak), dan Bayu R (Adik) atas cinta, doa, pengertian, dan perhatian yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Deded, Bapak Supriatin, Akang Gunawan, Kak Adi, serta seluruh keluarga BKHH atas bantuannya selama melaksanakan penelitian.

5. Nadia Shaliha dan keluarga THH 45 (Rahma, Arip, Desi, Munawar, Prabu, Ari, Mae, Putri, Mita, Kajol dan rekan-rekan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu) atas cinta, semangat, motivasi, dan kebersamaan yang hangat selama ini.

6. Seluruh pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suren (Toona sureni Merr.) ... 3

2.2 Kayu Teras ... 4

2.3 Ekstraksi ... 5

2.4 Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ... 6

III METODOLOGI PENELITIAN ... 8

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 8

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 8

3.3 Metode Penelitian ... 9

3.3.1 Penyiapan Serbuk ... 9

3.3.2 Ekstraksi ... 10

3.3.3 Penentuan Kadar Ekstraktif ... 11

3.3.4 Pengujian Bioaktivitas dengan Brine Shrimp Lethality Test ... 12

3.4 Analisis Data ... 13

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

4.1 Kadar Zat Ekstraktif Kayu ... 14

(11)

xi

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1. Kesimpulan ... 21

5.2. Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(12)

xii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Diameter sortimen batang Suren ... 9 2. Kadar zat ekstraktif kayu Suren pada posisi yang berbeda

dalam batang ... 14 3. Persentase mortalitas larva udang A. salina dan LC50

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kenampakan daun Suren (koleksi pribadi) ... 4 2. Posisi sampel yang digunakan pada batang pohon Suren ... 8 3. Pengambilan contoh uji ... 10 4. Bagan kerja proses ekstraksi dari berbagai posisi dalam

batang teras Suren (T. sureni Merr.) ... 11 5. Hubungan kadar ekstrak dengan posisi kayu dalam

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Analisis Statistik Kadar Ekstrak Kayu Teras Suren ... 25

2. Mortalitas Larva Kontrol BSLT Ekstrak Teras Suren ... 26

3. Hasil Analisis Statistik Mortalitas ... 27

4. Hasil Analisis Probit Ekstrak N-heksana ... 29

5. Hasil Analisis Probit Ekstrak Etil Asetat ... 35

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan obat merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Dari 20.000 jenis tumbuhan obat yang ada di Indonesia, baru sekitar 1.000 jenis tanaman yang terdata dan 300 jenis yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Berbagai macam tumbuhan obat yang ada di Indonesia tersebut digunakan oleh masyarakat sebagai obat karena adanya zat ekstraktif yang terkandung di dalamnya yang mampu secara aktif melawan penyakit-penyakit tertentu (Hariana 2008).

Menurut Heyne (1987), Suren adalah salah satu jenis pohon yang telah lama digunakan masyarakat umum sebagai obat disentri, demam, kencing manis dan digunakan sebagai obat pengelat (obat kuat). Hal ini menunjukan bahwa zat ekstraktif yang terdapat dalam pohon Suren memiliki potensi sebagai bahan baku obat. Penelitian Laksana (2011) menunjukan bahwa hasil uji brine shrimp lethality test (BSLT) menghasilkan ekstrak n-heksana kayu Suren memiliki bioaktivitas yang tinggi dan dapat digunakan sebagai indikator karakteristik antikanker.

(16)

2

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar dan menguji bioaktivitas zat ekstraktif kayu teras Suren (T. sureni) berdasarkan posisi kayu dalam batang pohon serta jenis pelarut yang berbeda melalui pengujian BSLT.

1.3 Manfaat

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Suren (Toona sureni Merr.)

Pohon Suren merupakan salah satu jenis pohon dari famili Meliaceae. Pohon ini merupakan salah satu jenis yang berasal dari Indonesia. Daerah penyebarannya sangat luas, penyebarannya yaitu di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya.

Ciri umum dari kayu Suren yaitu memiliki tinggi pohon yang dapat mencapai 34-40 m dengan panjang batang bebas cabang 10-25 m. Diameter dapat mencapai 85 cm. Pohon ini juga dapat memiliki banir dengan tinggi 0,9 m dan lebar banir 0,6 m. warna kayu teras merah daging, warna gubal cokelat, dan teksturnya agak kasar. Sementara daunnya majemuk, lanset, dan tepi daun agak bergelombang dan tidak bergerigi (Gambar 2). Kayu Suren merupakan kayu ringan dengan berat jenis 0,38-0,50 dengan kelas kuat III-IV dan kelas awet III-V. Pohon Suren ini biasa tumbuh pada tanah kering dan tanah lembab yang subur, umumnya di daerah yang memiliki ketinggian dibawah 1.200 m dari permukaan laut. Kegunaan kayu Suren antara lain dapat digunakan untuk bahan bangunan, peti, kotak, perahu, dan meja tulis yang indah, selain itu juga disukai untuk membuat almari pakaian karena pada waktu dikerjakan kayunya berbau harum (Hayne 1987).

Spesies ini menghasilkan kayu yang baik. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai astringent dan sebagai obat pencahar. Di Indo-Cina, spesies ini digunakan sebagai tonik, sebagai antiperiodik, dan anti rematik. Sementara di Indonesia jenis ini digunakan sebagai tonik untuk mengatasi diare, disentri, dan infeksi usus lainnya. Ekstrak daunnya memiliki aktivitas antibiotik terhadap Staphylococcus, dengan cara melaburkan ramuan ujung daun pada luka bengkak (Hua et al..

(18)

4

Gambar 1 Kenampakan daun Suren (koleksi pribadi).

2.2 Kayu Teras (Heartwood)

Kayu teras merupakan bagian dari batang kayu yang sudah tidak lagi berfungsi secara fisiologis tetapi masih berfungsi untuk menunjang pohon secara mekanis (Haygreen & Bowyer 1989). Mengacu pada penjelasan Rudman dalam

Haygreen dan Bowyer (1989) bahwa penyebab utama terbentuknya kayu teras adalah penumpukan dan penguraian zat-zat makanan yang melebihi dari volume kebutuhan pohon. Zat-zat makanan tersebut bergerak ke arah dalam sepanjang jari-jari, menumpuk, dan hancur, kemudian mengakibatkan matinya sel-sel. Kayu teras yang terbentuk berada pada bagian tengah penampang melintang kayu yang pada umumnya mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap.

Setelah pohon mencapai umur tertentu, kebanyakan kayu pada bagian dalam batang pohon mulai berubah menjadi kayu teras dan proporsinya pun semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan pohon tersebut. Sel-sel parenkim yang mati menghasilkan endapan-endapan organik seperti senyawa fenol, resin, pigmen, dan lainnya (Sjostrom 1981). Berbagai macam endapan organik yang terkandung di dalam kayu teras tersebut dikenal sebagai zat ekstraktif (Pandit & Kurniawan 2008).

Pada umumnya kayu teras menjadi lebih keras dan mengandung zat ekstraktif organik dari golongan polifenol. Polifenol ini merupakan ekstraktif organik hasil konversi dari pati, gula, dan ekstraktif organik yang ada dalam parenkim kayu gubal (Achmadi 1990).

(19)

disebabkan adanya zat-zat yang bersifat toksik dalam zat ekstraktif. Oleh karena adanya endapan zat ekstraktif juga pada umumnya kayu teras berubah warna menjadi lebih gelap. Suren memiliki kayu teras berwarna merah terang (Pandit & Kurniawan 2008). Berdasarkan penelitian Rahmawan (2011) yang membandingkan bioaktivitas antar bagian pohon, menunjukkan bahwa ekstrak dari kayu teras memiliki bioaktivitas yang lebih tinggi daripada ranting, daun, dan kayu gubalnya.

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses untuk memisahkan senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada jaringan tumbuhan atau hewan dengan menggunakan pelarut air maupun pelarut organik tertentu. Sementara ekstrak adalah komponen-komponen kimia kayu yang dipisahkan dari hasil ekstraksi. Ekstrak ini biasa digunakan sebagai ciri-ciri spesifik suatu genus maupun spesies kayu (Lewin & Goldstein 1991).

Metode ekstraksi terbagi menjadi dua macam cara, yaitu cara dingin dan cara panas. Metode ekstraksi dengan cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi, sedangkan metode dengan cara panas yaitu refluks, digesti, infus, dekok, dan sokletasi (Voigt 1994). Tahapan yang perlu diperhatikan dalam mengekstrak jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum diekstrak, pemilihan pelarut, kondisi proses ekstraksi, pengambilan pelarut, dan pengujian sebagai tahap penyelesaian (Sabel & Warren 1973).

Sokletasi merupakan salah satu metode ekstraksi. Pada prinsipnya proses sokletasi yaitu penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Keuntungan metode ini adalah penggunaan pelarut lebih sedikit, proses pembaruan pelarut secara terus-menerus sehingga proses lebih cepat, dan pemanasannya dapat diatur (Voigt 1994).

(20)

6

dilakukan dengan menggunakan pelarut polar, begitu pula dengan ekstrak non-polar dapat diekstrak dengan pelarut non-non-polar (Lewin & Goldstein 1991).

Menurut Achmadi (1990), jenis zat ekstraktif yang terekstrak pada pelarut

n-heksana (turunan benzena) adalah jenis golongan utama terpena, fenol, hidrokarbon melalui penyulingan uap, sedangkan zat ekstraktif yang terlarut dalam fraksi metanol (alkohol) adalah flobafen, tanin, stilbena dan jenis zat warna yaitu flavonoid, antosianin. Kemudian Hillis (1987) menyatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa yang menyebabkan kayu teras berwarna merah, seperti pada sampel kayu Suren yang digunakan. Sjostrom (1981) menjelaskan bahwa fenolik yang terdapat pada kayu teras, kulit, dan sedikit di dalam xilem berfungsi sebagai fungisida dan juga meningkatkan warna kayu.

Zat ekstraktif terdapat di dalam rongga sel namun bukan merupakan bagian dari struktur dinding sel kayu (Tsoumis 1991). Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu. Beberapa tanaman diketahui dapat menghasilkan zat ekstraktif sebagai senyawa bioaktif, termasuk antikanker, yang pada umumnya berupa senyawa-senyawa flavonoid, glikosida, steroid alkaloid dan terpenoid (Kurz & Constabel 1998). Berdasarkan penelitian sebelumnya, Suren memiliki kandungan bahan Surenon, Surenin dan Surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan insektisida dan antifeedant (menghambat daya makan) terhadap larva serangga uji ulat sutera. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan pengusir atau penolak (repellant) serangga, termasuk nyamuk (Sunarto 1998). Aktivitas biologis terhadap A.salina juga ditemukan pada ekstrak

n-heksana (Yuhernita & Juniarti 2009). Senyawa non-polar yang terkandung dalam Suren didominasi oleh senyawa fitol yang berfungsi sebagai senyawa antidiabetes dan juga sebagai senyawa obat hepatitis (Hsieh et al. 2011 dan Yu et al. 2012).

2.4 Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

(21)

sering digunakan untuk skrinning awal pencarian senyawa antikanker. Penggunaan BSLT sebagai uji bioaktivitas memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah, cepat, murah, sederhana (tidak memerlukan keterampilan dan peralatan khusus), dan hasilnya dapat dipercaya (Meyer et al. 1982).

Larva udang A. salina merupakan kelompok udang-udangan dari phylum arthropoda. Keunggulan penggunaan larva udang untuk uji BSLT adalah sifatnya yang peka terhadap bahan uji, waktu siklus hidup yang lebih cepat, mudah dibiakkan, dan harganya yang murah. Kepekaan yang dimiliki oleh larva udang ini kemungkinan disebabkan oleh keadaan membran kulitnya yang sangat tipis sehingga memungkinkan terjadinya difusi zat dari lingkungan yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuhnya (Sofyan 2008). A. salina ditemukan hampir di semua perairan di bumi yang memiliki kisaran salinitas sebesar 10-220 g/L, hal inilah yang menyebabkannya mudah dibiakkan. Penggunaannya dalam uji BSLT yaitu dengan menetaskan terlebih dahulu telur udang tersebut. Udang akan menetas dalam waktu 24 jam dan yang baik digunakan yaitu larva udang dengan umur 48 jam karena jika melebihi 48 jam dikhawatirkan nilai mortalitas bukan dipengaruhi oleh toksisitas bahan uji melainkan karena keterbatasan persediaan makanannya (Meyer et al. 1982).

Dalam uji ini diamati tingkat mortalitas larva udang A. salina yang disebabkan oleh ekstrak tumbuhan dengan konsentrasi tertentu. Senyawa tumbuhan yang aktif akan menghasilkan tingkat mortalitas yang tinggi. Data besarnya mortalitas yang diperoleh akan diolah untuk mendapatkan LC50 (Lethal Concentration 50%) pada tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan Probit Analysis Method sebagai perbandingan potensi signifikan secara statistik. LC50 merupakan besarnya konsentrasi (µg/mL) ekstrak yang diuji untuk dapat mematikan 50% dari hewan uji. Hasil uji BSLT dapat dikategorikan aktif secara biologis dan potensial untuk diteliti lebh lanjut apabila hasil tersebut menunjukkan nilai LC50 dibawah dari 250 µg/mL (Rieser et al. 1998 dalam Pissutthanan et al.

(22)

III.

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Mei 2012 di Laboratorium Kimia Kayu Bagian Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu teras dari tiga batang pohon Suren (T. Sureni Merr.) yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Sampel kayu yang digunakan yaitu posisi batang teras (P1, P2, T, U1, U2 dan C) (Gambar 2) dengan diameter batang yang tertera pada Tabel 1. Bahan lain yang digunakan adalah kertas saring, aluminium foil, larva udang (A. salina

Leach), air laut, dimetil sulfoksida (DMSO) dan pelarut seperti n-heksana, etil asetat, dan metanol teknis yang sudah disuling. Peralatan yang digunakan yaitu bor, Willey mill, alat sortasi serbuk bertingkat, soxlet extractor, gelas ukur, erlenmeyer, rotary vacuum evaporator, dan tabung reaksi.

U2 U1

T

P2

P1

(23)

Tabel 1 Diameter sortimen batang Suren

Bagian Pohon Diameter Teras Tebal Gubal Diameter Total

(cm) (cm) (cm)

P1

A 16,0 7,5 23,5

B 16,5 8,0 24,5

C 15,0 7,5 22,5

P2

A 12,0 6,0 17,0

B 12,7 6,3 19,0

C 13,7 7,3 21,0

T

A 11,8 5,2 17,0

B 13,0 6,0 19,0

C 12,8 7,2 20,0

U1

A 10,0 5,5 15,5

B 10,6 5,9 16,5

C 11,4 6,6 18,0

U2

A 7,5 5,0 12,5

B 8,8 5,7 14,5

C 10,6 6,4 17,0

Cabang

A 5,5 4,5 10,0

B 6,0 6,0 12,0

C 4,9 4,1 9,0

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian ini meliputi beberapa tahap. Tahapan penelitian ini yaitu penyiapan serbuk, ekstraksi, penentuan kadar ekstraktif, dan pengujian bioaktivitas dengan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) (Gambar 4).

3.3.1 Penyiapan Serbuk

(24)

10

Gambar 3 Pengambilan contoh uji (TG: Tebal Gubal; DT: Diameter Teras).

3.3.2 Ekstraksi

Serbuk kayu teras dari masing-masing bagian diekstraksi dengan menggunakan metode sokletasi bersinambung dalam tiga jenis pelarut yaitu

n-heksana, etil asetat, dan metanol. Pemilihan ketiga jenis pelarut ini mewakili polaritas jenis pelarut.

Serbuk sebanyak ± 20 g berat basah yang telah dijadikan timbel dimasukkan ke dalam alat soklet yang berisi 350 mL pelarut n-heksana dan dilakukan hingga pelarut tidak berwarna. Setelah bening, serbuk kayu yang telah diekstrak, dikeringkan dalam oven dengan suhu 40 °C untuk menghilangkan sisa pelarut yang terdapat dalam serbuk kayu. Timbel kemudian diekstraksi dengan pelarut etil asetat dan metanol dengan proses yang sama.

(25)

Gambar 4 Bagan kerja proses ekstraksi dari berbagai posisi dalam batang teras .Suren (T. sureni Merr.)

.

3.3.3 Penentuan Kadar Ekstraktif

Kadar zat ekstraktif pada setiap contoh uji dihitung terhadap bobot kering tanur serbuk. Penentuan zat ekstraktif dilakukan pada hasil ekstraksi berupa ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol. Semua ekstrak tersebut diambil ± 5 mL dan dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2 °C untuk mendapatkan berat padatan ekstraktif. Berat kering tanur setiap contoh uji diperoleh berdasarkan kadar air serbuk.

Kadar zat ekstraktif dari hasil akstraksi dihitung terhadap kering tanur serbuk dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

Wa = Berat padatan ekstraktif (g) Wb = Berat kering tanur (g)

Serbuk dari posisi batang (P1, P2, T, U1, U2 dan C) (40-60 mesh)

Ekstrak n-heksana Residu

Ekstrak etil asetat Residu

Ekstrak metanol Residu

Uji Bioaktivitas

(Brine Shrimp Lethality Test)

Sokletasi n-heksan hingga pelarut bening

Sokletasi etil asetat hingga pelarutbening Oven 40°C hingga sisa pelarut hilang

(26)

12

3.3.4 Pengujian Bioaktivitas dengan Brine Shrimp Lethality Test

Mengacu pada metode bioassay yang dilakukan oleh Meyer (1982), pengujian ini diawali dengan penetasan larva yaitu menempatkan telur dalam kotak penetasan yang berisi air laut dilengkapi aerator dan lampu penerangan selama 2 hari. Pengujian dilakukan dengan 4 variasi konsentrasi yaitu 1.000 µg/mL, 500 µg/mL, 100 µg/mL, dan 10 µg/mL. Dalam membuat berbagai konsentrasi ekstrak, diawali dengan pembuatan larutan uji dengan konsentrasi 2.000 µg/mL yaitu dengan cara melarutkan 20 mg ekstrak kering dengan menggunakan 4 sampai 5 tetes DMSO. Ekstrak yang telah larut kemudian dimasukkan ke dalam 10 mL air laut. Dari larutan 2000 µg/mL akan dibuat larutan uji dengan konsenterasi 1.000 µg/mL, 500 µg/mL, 100 µg/mL, dan 10 µg/mL.

Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan 20 ekor larva udang berusia 2 hari ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 2,5 mL larutan ekstrak dan 2,5 mL air laut. Setelah 1 hari (24 jam) dilakukan pengamatan dengan cara menghitung larva udang yang mati. Hasil pengamatan jumlah larva udang yang mati digunakan untuk menghitung mortalitas, yaitu dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

MA = Mortalitas teramati (%)

N1 = Jumlah larva udang yang mati setelah pengujian N2 = Jumlah larva udang awal

Data mortalitas larva udang hasil uji BSLT dianalisis dengan metode analisis probit untuk mencari konsenterasi kematian (Lethality Consentration) pada tingkat 50% (LC50) dengan asumsi distribusi weibull dan selang kepercayaan 95%. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak

(27)

3.4 Analisis Data

Pengolahan data pada penentuan kadar zat ekstraktif dan hasil uji BSLT dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for windows. Model rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, yaitu faktor A (posisi kayu teras dalam batang pohon yaitu P1, P2, T, U1, U2 dan C) dan faktor B (jenis pelarut yaitu n-heksana, etil asetat, dan metanol) yang masing-masing menggunakan 3 kali ulangan. Model rancangan percobaan statistik yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk Dimana :

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor posisi batang Suren dalam pohon taraf ke-i dan faktor pelarut taraf ke-j pada ulangan ke-k

µ = Nilai rataan pengamatan

αi = Pengaruh utama posisi batang teras Suren pada taraf ke-i

βj = Pengaruh utama pelarut pada taraf ke-j

(αβ)ij = Pengaruh utama interaksi antara posisi batang teras Suren dengan pelarut

εijk = Pengaruh acak pada perlakuan posisi batang teras Suren taraf ke-i dan pelarut taraf ke-j

i = Batang (P1, P2, T, U1, U2, dan Cabang) teras Suren j = Pelarut (n-heksana, etil asetat, dan metanol)

k = Ulangan (1,2,3)

(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kadar Zat Ekstraktif Kayu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi berkesinambungan terhadap kayu teras Suren pada berbagai posisi kayu dalam batang menghasilkan kadar zat ekstraktif yang beragam (Tabel 1). Selain itu, jenis pelarut dengan kepolaran yang berbeda (pelarut n-heksana sebagai pelarut non-polar, etil asetat sebagai pelarut semi-polar, dan metanol sebagai pelarut polar) juga memiliki kemampuan mengekstrak yang berbeda pula. Polaritas dapat diartikan sebagai adanya kutub muatan positif dan negatif akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari atom-atom penyusunnya sehingga dapat saling tarik-menarik dengan molekul lain yang memiliki persamaan tingkat polaritasnya (Hostettman & Hamburger

dalam Sari 2011).

Tabel 2 Kadar zat ekstraktif kayu Suren pada posisi yang berbeda dalam batang1)

Posisi kayu Pelarut Total ekstraktif

N-heksana Etil asetat Metanol

P1 0,83 1,41 10,36 12,59

P2 0,75 0,46 6,32 7,53

T 0,27 1,45 8,22 9,94

U1 0,51 1,61 5,78 7,90

U2 0,48 3,57 4,87 8,92

C 0,37 2,76 6,31 9,45

Rata-rata 0,54 (A) 1,88 (A) 6,98 (B) 9,39

1)

Rataan dari 3 kali ulangan

2)

A, B menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pada berbagai

pelarut dengan selang kepercayaan 95% (α=0,05).

(29)

menunjukkan bahwa ekstraksi bersinambung dengan metode sokletasi dapat mengekstrak lebih banyak dibandingkan dengan metode maserasi. Hal ini disebabkan oleh metode sokletasi memiliki keunggulan secara teknis dalam proses pelarutan zat ekstraktif yang terkandung dalam kayu teras Suren. Secara teknis, pemanasan yang dilakukan pada proses sokletasi akan membuat pemurnian pelarut secara berulang sehingga lebih cepat dan mudah zat ekstraktif terlarut.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara posisi kayu dalam batang pohon Suren dan jenis pelarut terhadap kadar zat ekstraktif yang dihasilkan. Namun, hanya faktor jenis pelarut saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap kadar zat ekstraktif yang dihasilkan (Lampiran 3). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar ekstrak n -heksana tidak berbeda nyata dengan etil asetat, tetapi keduanya berbeda nyata dengan kadar ekstrak metanol. Ekstrak metanol rata-rata (6,98%) merupakan kadar zat ekstraktif yang tertinggi diikuti etil asetat (1,88%) dan n-heksana (0,54%) (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa zat ekstraktif pada berbagai posisi kayu dalam batang pohon Suren didominasi oleh kelompok senyawa yang bersifat polar. Dominasi senyawa polar juga ditemukan pada penelitian Laksana (2011) dan Meilani (2006) yang menyatakan bahwa ekstraksi menggunakan pelarut metanol menghasilkan kadar ekstrak yang tinggi dibandingkan dengan pelarut lainnya. Fenomena dominasi dari ekstrak metanol juga ditemukan pada hasil penelitian Pissuthanan et al. (2004) terhadap kayu Mindi dan juga penelitian Sari (2011) terhadap kayu Surian.

Jenis ekstraktif kedua terbanyak dalam kayu Suren adalah ekstraktif bersifat semi polar yang ditunjukkan oleh kadar ekstrak terlarut etil asetat. Kadar ekstrak yang dihasilkan berkisar antara 0,46-3,57%. Kadar ekstraktif ini termasuk ke dalam kelas rendah hingga sedang.

(30)

16

Gambar 5 Hubungan kadar ekstrak dengan posisi kayu dalam batang pohon.

Berdasarkan posisi kayu teras dalam batang pohon, besarnya total kadar zat ekstraktif bervariasi mulai dari posisi pangkal hingga posisi cabang (Gambar 5). Posisi P1 (12,59%) merupakan kadar zat ekstraktif tertinggi diikuti dengan posisi T (9,94%), posisi C (9,45%), posisi U2 (8,92%), posisi U1 (7,90%), dan posisi P2 (7,53%) (Tabel 2). Variasi kadar zat ekstraktif dalam pohon dapat dipengaruhi oleh letak sampel yang digunakan dan tempat tumbuhnya (Hillis 1987).

(31)

masing-masing jenis pohon dapat mempengaruhi kadar zat ekstraktif yang terkandung di dalamnya.

Pada Gambar 5 terlihat pula kecenderungan kadar zat ekstraktif yang semakin menurun dari pangkal hingga ujung dan cabang pada kadar ekstrak metanol dan kadar ekstrak n-heksana. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi terbesar yang terkandung pada pangkal yaitu senyawa yang bersifat polar dan semi-polar. Sedangkan kadar zat ekstraktif terlarut etil asetat berkecenderungan meningkat dari posisi pangkal hingga ujung dan cabang. Variasi kadar zat ekstraktif dan komposisinya dapat dipengaruhi oleh jenis senyawa yang terdapat dalam contoh uji dan kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut yang digunakan (Achmadi 1990).

4.2 Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Teras Suren (T. sureni) dengan

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Pengujian BSLT merupakan pengujian bioassay senyawa aktif yang ada dalam ekstrak tanaman terhadap larva udang A. salina yang memiliki spektrum farmakologi yang luas, sederhana prosedurnya, cepat, tidak memerlukan biaya yang besar dan hasilnya dapat dipercaya (Meyer et al. 1982). Pengujian metode BSLT ini berdasarkan pada persentase mortalitas larva udang yang telah terkoreksi dan dinyatakan sebagai nilai LC50 dari suatu ekstrak terhadap respon kematian larva udang akibat toksisitas ekstrak tersebut. Semakin tinggi persentase mortalitasnya, maka semakin tinggi pula tingkat keaktifan biologisnya suatu senyawa di dalam ekstrak yang ditunjukkan oleh semakin kecilnya nilai LC50.

Hasil uji BSLT menunjukkan persentase mortalitas larva udang yang beragam berdasarkan faktor pelarut, posisi kayu dalam batang dan konsentrasi larutan yang berbeda. Nilai mortalitas secara keseluruhan berkisar antara 5-100%, dan terdapat kecenderungan semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka akan semakin tinggi pula tingkat mortalitas (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bertambahnya konsentrasi berkorelasi positif dengan tingkat toksisitasnya.

(32)

18

[image:32.595.106.513.202.458.2]

bahwa terdapat perbedaan yang nyata satu sama lain antar parameter pada faktor jenis pelarut dan faktor konsentrasi. Sedangkan berdasarkan faktor posisi kayu dalam batang, pengaruh posisi U1, U2, dan C tidak berbeda nyata dengan posisi P1, P2, dan T.

Tabel 3 Persentase mortalitas larva udang A. Salina dan LC50 hasil uji BSLT

1000 (µg/mL) 500 (µg/mL) 100 (µg/mL) 10 (µg/mL)

P1 100,00 80,83 44,17 20,83 95,49 Toksik P2 100,00 80,83 41,67 17,50 110,28 Toksik T 98,33 74,17 40,00 16,67 128,47 Toksik U1 90,00 70,00 37,50 15,00 160,31 Toksik U2 92,50 68,33 36,67 10,83 182,23 Toksik C 88,33 66,67 34,17 8,33 216,04 Toksik P1 100,00 100,00 65,83 38,33 28,01 Toksik P2 100,00 100,00 64,17 35,83 32,12 Toksik T 100,00 98,33 62,50 34,17 35,48 Toksik U1 100,00 95,00 57,50 29,17 47,77 Toksik U2 100,00 90,83 50,00 33,33 50,88 Toksik C 100,00 92,50 51,67 33,33 49,26 Toksik P1 89,17 60,83 30,83 10,00 233,34 Toksik P2 80,83 53,33 30,00 10,00 300,77 Tidak Toksik

T 74,17 51,67 27,50 6,67 378,32 Tidak Toksik U1 71,67 50,83 27,50 5,00 407,78 Tidak Toksik U2 75,00 51,67 26,67 10,00 357,21 Tidak Toksik C 73,33 50,83 35,83 9,17 367,82 Tidak Toksik

1) Rataan dari 2 kali ulangan dikoreksi dengan mortalitas kontrol 2) Menurut standar Rieser dalam Pissuthanan (2004)

Kategori 2)

Metanol

Mortalitas (%) 1)

LC50 (µg/mL) Pelarut Bagian

N-Heksan

Etil Asetat

Berdasarkan Tabel 3, nilai LC50 pada ekstrak n-heksana dan etil asetat kayu teras Suren tergolong toksik atau dikategorikan sebagai ekstrak yang aktif. Sementara itu, ekstrak yang terlarut metanol hanya pada posisi pangkal P1 saja yang dapat dikategorikan toksik, sedangkan pada posisi lainnya tergolong tidak toksik karena melebihi batas kategori toksisitas diatas 250 µg/mL (Rieser et al.

1998 dalam Pissutthanan et al. 2004).

(33)

2011) dan Suren (Laksana 2011). Hasil penelitian Laksana (2011) juga menunjukkan bahwa kayu teras Suren menghasilkan senyawa katekin dan asam linoleat sebagai senyawa antikanker. Berbagai macam komponen zat ekstraktif terkandung di dalam kayu, diantaranya yaitu komponen alkaloid, asam lemak, fenol seperti flavonoid, tanin, dan lainnya merupakan salah satu komponen terbesar dan juga memiliki aktivitas biologis yang baik sebagai antikanker (Achmadi 1990; Sjostrom 1981; Lewin & Goldstein 1991).

Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Laksana (2011) yang menemukan bahwa ekstrak dari n-heksana memiliki aktivitas biologis yang paling tinggi dibandingkan ekstrak etil asetat dan metanol. Perbedaan ini diduga akibat dari perbedaan proses ekstraksi yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan metode sokletasi, yang dilakukan pada suhu panas dengan tujuan untuk menguapkan pelarut dalam aliran ekstraksinya (Voigt 1994), sehingga kemungkinan dapat merusak atau menguapkan senyawa aktif yang terlarut dalam

n-heksana. Hal ini juga merupakan salah satu kekurangan dari metode sokletasi. Berdasarkan uji BSLT, ekstrak n-heksana dapat dikategorikan sebagai ekstrak yang aktif secara biologis karena memiliki nilai LC50 yang rendah berkisar 95,49-216,04 µg/mL. Hasil penelitian Laksana (2011) menunjukkan bahwa senyawa dalam ekstrak n-heksana yang terdapat pada kayu teras Suren dan berfungsi sebagai senyawa antikanker yaitu fenol, asam linoleat, dan ᵞ-terpena Menurut Wiryowidagdo dalam Purba (2011), golongan senyawa yang dapat terlarut dalam pelarut non-polar yaitu minyak atsiri, asam lemak, lilin, steroid, dan triterpenoid.

(34)

20

(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kadar zat ekstraktif kayu teras Suren pada posisi kayu yang berbeda dalam batang pohon menghasilkan nilai yang beragam dan secara signifikan, hanya dipengaruhi oleh jenis pelarut. Kadar ekstrak tertinggi dihasilkan dari ekstraksi menggunakan pelarut metanol (6,98%), diikuti ekstrak etil asetat (1,88%) dan ekstrak n-heksana (0,54%). Berdasarkan posisi kayu dalam batang pohon, kadar ekstraktif tertinggi dihasilkan dari posisi pangkal (12,59%) dan posisi lainnya menghasilkan kadar zat ekstraktif yang hampir seragam (7,53-9,94%).

Kayu teras Suren pada posisi kayu yang berbeda dalam batang pohon menghasilkan ekstrak etil asetat yang memiliki bioaktivitas tertinggi (LC50 28,01-50,88 µg/mL), diikuti ekstrak n-heksana (LC50 95,49-216,04 µg/mL) dan ekstrak metanol pada posisi P1 (LC50 233,34 µg/mL). Berdasarkan posisi kayu dalam batang, bagian pangkal (P1) dari ekstraksi dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol memiliki bioaktivitas tertinggi dibandingkan ekstrak yang dihasilkan dari posisi kayu lainnya.

5.2. Saran

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi SS. 1990. Kimia Kayu. Bogor: IPB Press.

Hariana A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Niaga Swadaya. Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu : Suatu Pengantar.

Hadikusumo SA, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Forest Product and Wood Science: Introduction.

Hayne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indoensia Jilid I. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan RI.

Hillis WE. 1987. Heartwood and Tree Exudates. Berlin: Springer-Verlag.

Hsieh TJ, Tsai YH, Liao MC, Du YC, Lien PJ, Sun CC, Chang FR, Wu YC. 2011. Anti-diabetic properties of non-polar Toona sinensis Roem extract prepared by supercritical-CO2 fluid. J Food Chemi Toxicol 50: 779-789

Hua P, Edmonds JM. 2008. Toona. Meliaceae.

http://hua.huh.harvard.edu/china/mss/volume11/Meliaceae.pdf.11:114 [27 Agustus 2012].

Kurz WGW, Constabel F. 1998. Production of Secondary Metabolite dalam Altman A, editor. Agriculture Biotechnology. (Ed). New York: Marcel Dekker Inc.

Laksana YT. 2011. Bioaktivitas zat ekstraktif kayu teras Surian (Toona sureni

Merr.) terhadap Artemia salina Leach [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Lestari SB, Pari G. 1990. Analisis Kimia Beberapa Jenis Kayu Indonesia. J Pen Hasil Hutan 7 (3):96-100.

Lewin M, Goldstein IS. 1991. Wood Structure and Composition. New York: Marcel Dekker, Inc.

Meilani SW. 2006. Uji bioaktivitas zat ekstraktif kayu Suren (Toona sureni Merr.) dan ki bonteng (Platea latifolia BL.) menggunakan brine shrimp lethality test (BSLT) [skripsi]: Bogor: Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughin JL. 1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant constituent. J Planta Medica 45:31-32.

(37)

Pissutthanan S, Plianbangchang P, Pissutthanan N, Ruanruay S, Muanrit O. 2004. Brine shrimp lethality activity of thai medicinal plantsin the family Meliaceae. J Naresuan Univ 12(2): 13-18.

Prayitno TA. 1981. Variasi Sifat-sifat Anatomi, Kimia, dan Fisika Beberapa Kayu Cepat Tumbuh Sehubungan Penggunaannya. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada.

Purba CYC. 2011. Bioaktivitas ekstrak kayu teras Suren (Toona sinensis Roemor) dan profil kromatografi lapis tipis fraksi aktifnya [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Rahmawan AJ. 2011. Bioaktivitas ekstrak etanol suren beureum (Toona sinensis

Roemor) terhadap larva udang Artemia salina Leach [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sabel W, Warren JDF. 1973. Theory and Practise of Oleoresin Extraction. London: Tropipcal Products Institute.

Sari Y. 2011. Bioaktivitas zat ekstraktif kayu teras Suren (Toona sinensis

Roemor) pada berbagai posisi dalam batang pohon [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sjostrom E. 1981. Wood Chemistry, Fundamental and Applications. California: Academic Press, Inc.

Sofyan D. 2008. Inhibisi fraksi aktif daun Dandang Gendis (Clinacanthus nutans)

pada pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae sebagai uji potensi antikanker [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Sunarto T, Purnama A, Nasahi HC, Suganda T. 1998. Pengujian potensi kulit kayu albasia, mahoni, pinus, dan Suren dalam mengendalikan nematode bengkak akar. J Agrikultura 9:54-59.

Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood : Structure, Properties,Utilization. New York: Van Nostrand.

Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada Press. Noerono S, Penerjemah. Terjemahan dari: Lehburch Der Pharmazeutischen Technologie.

Yu WJ, Chang CC, Kuo TF, Tsai TC, Chang SJ. 2012. Toona sinensis Roem leaf extracts improve antioxidant activity in the liver of rats under oxidative stress. J Food Chemi Toxicol 50: 1860-1865.

Yuhernita, Juniarti. 2009. Skrining awal aktivitas daun surian (Toona Sureni (BI.) Merr.) dengan metoda Brine Shrimp Lethaloty Test (BSLT) dan perendaman 2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazhyl (DPPH). J Kim Mulawarman

(38)
(39)

Lampiran 1. Hasil Analisis Statistik Kadar Ekstrak Kayu Teras Suren

Between-Subjects Factors Value label N Posisi_Batang 1 P1 9

2 P2 9

3 T 9

4 U1 9

5 U2 9

6 C 9

Pelarut 1 N-Heksan 18 2 Etil Asetat 18 3 Metanol 18

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kadar_Ekstrak

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 494.225a 17 29.072 4.891 .000

Intercept 528.845 1 528.845 88.979 .000

Posisi_Batang 16.478 5 3.296 .554 .734

Pelarut 415.915 2 207.958 34.989 .000

Posisi_Batang * Pelarut 61.833 10 6.183 1.040 .431

Error 213.966 36 5.944

Total 1237.036 54

Corrected Total 708.191 53 a. R Squared = ,698 (Adjusted R Squared = ,555)

Hasil Uji Lanjut Duncan : Faktor Jenis Pelarut Kadar_Ekstrak

Duncan

Pelarut N

Subset

1 2

N-Heksan 18 .53494

Etil Asetat 18 1.87628

Metanol 18 6.97711

Sig. .108 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

(40)

26

Lampiran 2. Mortalitas Larva Kontrol BSLT Ekstrak Teras Suren

N-heksana Etil Asetat

Konsentrasi

(ppm) Ulangan

Mortalitas (ekor)

n (ekor)

1000 1 0 20

2 0 20

500 1 0 20

2 0 20

100 1 0 20

2 0 20

10 1 0 20

2 0 20

Metanol Konsentrasi

( ppm) Ulangan

Mortalitas (ekor)

n (ekor)

1000 1 0 20

2 0 20

500 1 0 20

2 0 20

100 1 0 20

2 0 20

10 1 0 20

2 0 20

Konsentrasi

(ppm) Ulangan

Mortalitas (ekor)

n (ekor)

1000 1 0 20

2 0 20

500 1 0 20

2 0 20

100 1 0 20

2 0 20

10 1 0 20

(41)

Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik Mortalitas

A. Hasil sidik ragam

Between-Subjects Factors

Value Label N Pelarut 1 N_Heksana 72 2 Etil_asetat 72 3 Metanol 72

Posisi 1 P1 36

2 P2 36

3 T 36

4 U1 36

5 U2 36

6 C 36

Konsentrasi 1 10 54

2 100 54

3 500 54

4 1000 54

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Mortalitas

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 206163.021a 41 5028.366 246.120 .000 Intercept 690769.560 1 690769.560 3.381E4 .000

Pelarut 33109.780 2 16554.890 810.300 .000

Posisi 2199.537 5 439.907 21.532 .000

Konsentrasi 167015.856 3 55671.952 2.725E3 .000 Pelarut * Posisi 392.998 10 39.300 1.924 .045 Posisi * Konsentrasi 170.602 15 11.373 .557 .904 Pelarut * Konsentrasi 3274.248 6 545.708 26.710 .000

Error 3554.919 174 20.431

Total 900487.500 216

Corrected Total 209717.940 215 a. R Squared = ,983 (Adjusted R Squared = ,979)

B. Hasil Uji Lanjut Duncan Mortalitas

Pelarut N Subset

1 2 3

Metanol 72 41.9097

N_Heksana 72 55.5556

Etil_asetat 72 72.1875

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(42)

28

Mortalitas Duncan

Posisi N Subset

1 2 3

C 36 53.1250 U2 36 53.8194 U1 36 54.0972

T 36 57.0139

P2 36 59.5139 59.5139

P1 36 61.7361

Sig. .533 .087 .128

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 38,011.

Mortalitas Duncan

Konsentras

i N

Subset

1 2 3 4

10 54 19.1204

100 54 42.0833

500 54 74.2593

1000 54 90.7407

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

(43)

Lampiran 4. Hasil Analisis Probit Ekstrak N-heksana

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak n-heksana Suren pada posisi P1

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 740 Failure 460 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3,26559 0,191469 -17,06 0,000 Konsentrasi 0,635895 0,0337266 18,85 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -529,498

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 34,0423 2 0,000 Deviance 46,4200 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:43.595.103.370.91.768.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,635895 0,0337266 0,573111 0,705555 Scale 169,937 12,3255 147,418 195,896

Table of Percentiles

(44)

30

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak n-heksana Suren pada posisi P2

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 722 Failure 478 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3,63215 0,205800 -17,65 0,000 Konsentrasi 0,694366 0,0359499 19,31 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -509,036

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 31,1009 2 0,000 Deviance 41,9632 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:44.595.107.360.64.773.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,694366 0,0359499 0,627363 0,768526 Scale 186,957 12,6678 163,707 213,510

Table of Percentiles

(45)

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak n-heksana Suren pada posisi T

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 690 Failure 510 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3,56613 0,205615 -17,34 0,000 Konsentrasi 0,658938 0,0353139 18,66 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -550,503

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 34,3444 2 0,000 Deviance 39,4552 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:45.595.108.370.61.773.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,658938 0,0353139 0,593235 0,731918 Scale 224,066 15,3855 195,852 256,344

Table of Percentiles

(46)

32

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak n-heksana Suren pada posisi U1

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 642 Failure 558 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3,35949 0,200645 -16,74 0,000 Konsentrasi 0,589503 0,0338197 17,43 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -609,657

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 8,30343 2 0,016 Deviance 8,38100 2 0,015

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:46.595.108.367.59.773.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,589503 0,0338197 0,526809 0,659659 Scale 298,525 22,0016 258,373 344,918

Table of Percentiles

(47)

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak n-heksana Suren pada posisi U2

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 627 Failure 573 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3,87303 0,222502 -17,41 0,000 Konsentrasi 0,673649 0,0371194 18,15 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -573,585

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 11,7312 2 0,003 Deviance 11,9817 2 0,003

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,673649 0,0371194 0,604687 0,750475 Scale 313,980 20,8008 275,747 357,515

Table of Percentiles

(48)

34

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak n-heksana Suren pada posisi C

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 595 Failure 605 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -4,03769 0,232555 -17,36 0,000 Konsentrasi 0,682952 0,0383419 17,81 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -581,455

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 3,46541 2 0,177 Deviance 3,47651 2 0,176

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:48.595.108.363.60.776.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,682952 0,0383419 0,611790 0,762391 Scale 369,485 24,2454 324,894 420,196

Table of Percentiles

(49)

Lampiran 5. Hasil Analisis Probit Ekstrak Etil Asetat

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak Etil Asetat Suren pada posisi P1

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 915 Failure 285 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2,31286 0,166334 -13,90 0,000 Konsentrasi 0,584059 0,0347853 16,79 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -411,861

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 33,5374 2 0,000 Deviance 40,1013 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:49.595.101.370.91.765.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,584059 0,0347853 0,519710 0,656376 Scale 52,4561 4,77208 43,8894 62,6949

Table of Percentiles

(50)

36

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak Etil Asetat Suren pada posisi P2

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 901 Failure 299 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regfression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2,48627 0,172086 -14,45 0,000 Konsentrasi 0,610976 0,0357624 17,08 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -412,034

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 34,4529 2 0,000 Deviance 41,1310 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,610976 0,0357624 0,544754 0,685248 Scale 58,5185 5,07130 49,3772 69,3520

Table of Percentiles

(51)

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak Etil Asetat Suren pada posisi T

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 886 Failure 314 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2,49351 0,167438 -14,89 0,000 Konsentrasi 0,595977 0,0335565 17,76 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -429,986

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 25,2708 2 0,000 Deviance 26,7551 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,595977 0,0335565 0,533707 0,665513 Scale 65,6219 5,69826 55,3522 77,7970

Table of Percentiles

(52)

38

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak Etil Asetat Suren pada posisi U1

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 847 Failure 353 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2,73345 0,171854 -15,91 0,000 Konsentrasi 0,612186 0,0328690 18,63 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -453,896

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 19,9566 2 0,000 Deviance 22,7713 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,612186 0,0328690 0,551038 0,680120 Scale 86,9261 7,11868 74,0359 102,061

Table of Percentiles

(53)

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak Etil Asetat Suren pada posisi U2

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 826 Failure 374 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2,53133 0,164598 -15,38 0,000 Konsentrasi 0,550933 0,0305871 18,01 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -513,337

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 43,9714 2 0,000 Deviance 50,6640 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,550933 0,0305871 0,494130 0,614266 Scale 98,9519 8,50082 83,6178 117,098

Table of Percentiles

(54)

40

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak Etil Asetat Suren pada posisi C

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 833 Failure 367 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2,55435 0,165341 -15,45 0,000 Konsentrasi 0,561406 0,0309460 18,14 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -500,313

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 40,4667 2 0,000 Deviance 45,8554 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:54.595.108.362.62.760.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,561406 0,0309460 0,503914 0,625457 Scale 94,6245 8,08106 80,0406 111,866

Table of Percentiles

(55)

Lampiran 6. Hasil Analisis Probit Ekstrak Metanol

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak metanol Suren pada posisi P1

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 577 Failure 623 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -4,04503 0,236418 -17,11 0,000 Konsentrasi 0,674648 0,0390011 17,30 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -596,162

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 15,6814 2 0,000 Deviance 15,8386 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,674648 0,0390011 0,602379 0,755588 Scale 401,720 26,8778 352,349 458,010

Table of Percentiles

(56)

42

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak metanol Suren pada posisi P2

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 525 Failure 675 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3,76424 0,232592 -16,18 0,000 Konsentrasi 0,595428 0,0382879 15,55 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -643,275

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 12,5886 2 0,002 Deviance 12,6580 2 0,002

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:56.595.108.361.65.773.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,595428 0,0382879 0,524922 0,675405 Scale 556,628 44,8141 475,373 651,771

Table of Percentiles

(57)

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak metanol Suren pada posisi T

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 483 Failure 717 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -4,08265 0,253460 -16,11 0,000 Konsentrasi 0,626062 0,0412133 15,19 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -631,713

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 3,57039 2 0,168 Deviance 3,56261 2 0,168

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:57.595.109.360.66.770.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,626062 0,0412133 0,550279 0,712281 Scale 679,362 55,6808 578,544 797,749

Table of Percentiles

(58)

44

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak metanol Suren pada posisi U1

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 469 Failure 731 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -4,19558 0,261471 -16,05 0,000 Konsentrasi 0,637041 0,0423469 15,04 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -626,856

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 3,48207 2 0,175 Deviance 3,46879 2 0,177

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:58.595.105.349.48.770.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,637041 0,0423469 0,559222 0,725689 Scale 724,914 59,9330 616,471 852,433

Table of Percentiles

(59)

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak metanol Suren pada posisi U2

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 494 Failure 706 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3,73979 0,236050 -15,84 0,000 Konsentrasi 0,573849 0,0387673 14,80 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -653,327

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 6,71936 2 0,035 Deviance 6,69630 2 0,035

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:59.595.108.365.61.776.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,573849 0,0387673 0,502682 0,655092 Scale 676,560 60,5857 567,651 806,364

Table of Percentiles

(60)

46

Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi (ppm) ekstrak n-heksana Suren pada posisi C

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count Mortalitas Success 490 Failure 710 n Total 1200

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3,67732 0,234110 -15,71 0,000 Konsentrasi 0,560432 0,0384588 14,57 0,000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -657,953

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 5,03892 2 0,081 Deviance 5,05333 2 0,080

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:60.595.104.352.49.768.2]

Standard 95,0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0,560432 0,0384588 0,489904 0,641114 Scale 707,386 65,8662 589,385 849,012

Table of Percentiles

(61)

Heartwood at Different Wood Positions of Tree

By:

Vebri Rahmawandi1 and Rita Kartika Sari2

INTRODUCTION: Medicinal plants belongs to the natural wealth of biodiversity that is owned by Indonesia. Only 300 species that have been used as traditional medicine (Hariana 2008). Suren (T. sureni) is a type of tree that has been used in curing dysentery, fever, diabetes, and pengelat drugs (Heyne 1987). It indicates that the substance of extractive content in Suren can be potentially used as raw material of medicine. Levels and compositions of extractive substances in the same tree can be affected by the position of timber in the trunk tissue, especially on the heartwood that contains lots of extractives. This research aimed to establish levels and bioactivity of extractive substances of Suren (T. sureni) heartwood at various positions in the trunk with various kinds of solvents on Artemia salina Leach shrimp larvae through the test probe Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) as anticancer properties.

MATERIALS AND METHOD: There were six positions of Suren heartwood, consist of P1 (base 1), P2 (base 2), T (middle), U1 (tip 1), U2 (tip 2) and C (branches) that used in this research. Extraction was continously done in accordance with soxhletation method with different polarity of solvents (n-hexane, ethyl acetate, and methanol). The results were dried and measured to determine the levels of extractive substances, then the anti-cancer properties as a bioactivity are tested based on BSLT method.

RESULT AND DISCUSSION: The results indicated that the positions of wood in the trunk not significantly affect on the diversity of extractive substances of Suren heartwood. Total extractive levels were fluctuate among the potitions, but tend to decline from the base to the tip of trunk. The highest of extractives level was produced from the P1 position by 12,6%. The highest Suren heartwood bioactivity is showed by the ethyl acetate extract of the wood at the P1 position with LC50 value of 28,01 µg/mL and classified as very toxic.

(6

Gambar

Tabel 3  Persentase mortalitas larva udang A. Salina dan LC50 hasil uji BSLT
Table of Percentiles                       Standard   95,0% Fiducial CI
Table of Percentiles
Table of Percentiles                       Standard   95,0% Fiducial CI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terutama nitrogen yang dapat membuat tanaman menjadi lebih hijau karena mengandung banyak butir-butir hijau yang penting dalam proses fotosintesa Nitrogen juga

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2008;

Dari hasil pengolahan basis data Scopus terkait teknologi 5G, dapat dilihat negara mana yang memiliki minat yang tinggi terhadap penelitian teknologi yaitu negara dengan

Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa TA 2014 Pada RSUD Sekayu Kab Musi

Strategi dasar dalam pengembangan kawasan agroindustri terintegrasi berbasis ekspor di Provinsi Jambi harus memperhatikan beberapa hal yaitu (1) fokus pada pengembangan

Dengan adanya organisasi di suatu perusahaan maka dapat dilihat suatu sistem birokrasi yang menggambarkan bagaimana setiap pekerjaan dilaksanakan dengan teratur dan dengan

Pada pengamatan keadaan atmosfer kita di stasiun digunakan beberapa alat.. yang mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan alat-alat ilmiah lainnya