• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CReactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CReactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH

TERHADAP KADAR C-REACTIVE PROTEIN DARAH PADA

SUBYEK DISLIPIDEMIA

AGUSTINO

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar C-Reactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

AGUSTINO. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar C-Reactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia. Dibimbing oleh RIMBAWAN dan MIRA DEWI.

Peningkatan massa lemak tubuh dan tekanan darah diketahui berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Salah satu mekanismenya adalah melalui peningkatan status inflamasi yang dipicu oleh kondisi dislipidemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang pinggul dan persen lemak tubuh serta tekanan darah dengan status inflamasi yang ditentukan dengan kadar C-reactive protein (CRP) darah pada subyek dislipidemia di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Desain penelitian adalah survei potong lintang, melibatkan 81 subyek penderita dislipidemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara IMT, rasio lingkar pinggang pinggul, persentase lemak tubuh, serta tekanan darah diastolik dengan kadar CRP darah. Disimpulkan bahwa pada subyek penderita dislipidemia, semakin tinggi persentase status gizi lebih, massa lemak tubuh, dan tekanan darah diastolik semakin tinggi pula status inflamasinya.

Kata kunci: C-reactive protein, dislipidemia, massa lemak tubuh, status gizi, tekanan darah

ABSTRACT

AGUSTINO. The Association between Nutritional Status and Blood Pressure with Blood C-Reactive Protein Level in Dyslipidemic Subjects. Supervised by RIMBAWAN and MIRA DEWI

The increase of body fat mass and blood pressure have been reported to have association with the increase of cardiovascular diseases risks, which mechanism is mediated through the increase of inflammation status caused by impaired blood lipids (dyslipidemia). The objective of this study was to analyze association between nutritional status (Body Mass Index (BMI), waist circumference, waist-hip ratio, and body fat mass) and blood pressure with inflammation state which was assessed by blood C-reactive protein level in dyslipidemic subjects in Bogor. The study design was cross sectional survey involving 81 dyslipidemic subjects. The study showed that there were significant correlations between BMI, waist-hip ratio and body fat mass, diastolic blood pressure with blood CRP level. In conclusion, the higher percentage of over nutritional status, body fat mass, and diastolic blood pressure, the higher the inflammation status.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH

TERHADAP KADAR C-REACTIVE PROTEIN DARAH PADA

SUBYEK DISLIPIDEMIA

AGUSTINO

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober-Desember 2012 ini ialah status gizi, tekanan darah, dan inflamasi, dengan judul Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar C-Reactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Rimbawan dan Ibu dr Mira Dewi Sked MSi selaku pembimbing, serta dr Karina Rahmadia Ekawidyani Sked MSc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Lilik Kustiyah, Mbak Anna Vipta, Pak Mashudi, Wiwi Febriani, Kak Gian, Kak Angga, Kak Rahman, Kak Tunggul, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan masukan bermanfaat bagi penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

METODE 2

Desain, Waktu, dan Tempat 2

Jumlah dan Cara Penarikan Subyek 3

Jenis dan Cara Pengambilan Data 3

Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Karakteristik Sosial Ekonomi Subyek 5

Profil Lipid Darah Subyek 7

Status Gizi 8

Tekanan Darah 12

Kadar C-Reactive Protein (CRP) Darah 14

Persentase Status Gizi Lebih, Hipertensi, dan Kadar CRP Berisiko Penyakit

Kardiovaskular 14

Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CRP Darah 15

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian 4

2 Kategori karakteristik sosial ekonomi subyek 4

3 Karakteristik sosial ekonomi subyek 6

4 Rata-rata kadar TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol

HDL pada subyek 7

DAFTAR GAMBAR

1 Sebaran subyek berdasarkan abnormalitas profil lipid darah 8

2 Sebaran subyek berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) 9

3 Sebaran subyek berdasarkan lingkar pinggang 10

4 Sebaran subyek berdasarkan rasio lingkar pinggang pinggul 11

5 Sebaran subyek berdasarkan persentase lemak tubuh 12

6 Sebaran subyek berdasarkan tekanan darah 13

7 Sebaran subyek berdasarkan kadar CRP darah 14

8 Persentase subyek dengan status gizi lebih, hipertensi, dan kadar CRP berisiko penyakit kardivaskular 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 22

2 Kategori persentase lemak tubuh populasi Asia menurut Gallagher et

al. (2000) 25

3 Persentase subyek dengan hipertrigliserida, hiperkolesterolemia, kolesterol LDL tinggi, dan kolesterol HDL rendah 25 4 Klasifikasi dan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) subyek 25 5 Klasifikasi dan rata-rata lingkar pinggang subyek 25 6 Klasifikasi dan rata-rata rasio lingkar pinggang pinggul subyek 26 7 Klasifikasi dan rata-rata persentase lemak tubuh subyek 26 8 Klasifikasi dan rata-rata tekanan darah subyek 26 9 Klasifikasi, nilai median, nilai minimal, dan nilai maskimal kadar

C-Reactive Protein (CRP) darah subyek 26

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dislipidemia merupakan suatu kondisi ketidaknormalan profil lipid yang dicirikan dengan meningkatnya kadar trigliserida (TGA), kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), atau rendahnya kolesterol high density lipoprotein (HDL) (Osuji et al. 2010). Prevalensi dislipidemia tinggi dan semakin meningkat bahkan pada usia lebih muda (Caprnda et al. 2008). Menurut WHO (2011), pada tahun 2008 prevalensi global kenaikan total kolesterol darah mencapai 38%. Prevalensi kenaikan total kolesterol pada orang dewasa di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 35.1% dengan 30% total kematian diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular.

Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular (WHO 2011). Kondisi gangguan profil lipid tersebut memicu terjadinya proses inflamasi di dalam tubuh. Abnormalitas lipid di dalam darah terutama kolesterol LDL yang tinggi dan kolesterol HDL yang rendah akan menyebabkan proses aterosklerosis. Luka anterosklerotik akan memicu mobilitas leukosit ke daerah dinding pembuluh darah yang mengalami pembentukan sel busa. Selanjutnya sel sitokin proinflamasi akan diaktifkan dan bergerak menuju ke daerah luka tersebut sehingga terjadi inflamasi. Peningkatan sel sitokin akan memicu terjadinya peningkatan indikator-indikator inflamasi, salah satunya adalah C-reactive protein (CRP) (Libby et al. 2002).

CRP merupakan indikator inflamasi terbaik dibandingkan dengan yang lainnya seperti serum amyloid A (SAA), interleukin-6 (Libby et al. 2002), heat shock protein 65 (Xu et al. 1999), dan soluble intercellular adhesion molecule type (Ridker et al. 1998). CRP diproduksi di hati untuk merespon peningkatan interleukin-6 (salah satu sitokin dalam tubuh) dan terbukti dapat memprediksikan penyakit kardiovaskular (Blake & Ridker 2001). Studi cohort pada wanita Amerika selama 8 tahun menunjukkan bahwa kenaikan kadar CRP di dalam tubuh meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Ridker et al. 2003)

Dislipidemia memiliki hubungan terhadap status gizi dan tekanan darah pada seseorang. Studi oleh Liu et al. (2010) menunjukkan bahwa kegemukan lebih banyak terjadi pada individu yang mengalami dislipidemia. Di samping itu, kondisi dislipidemia akan menyebabkan kerusakan pada endotel dan berkurangnya aktivitas vasomotor (Nickenig & Harrison 2002) sehingga meningkatkan tekanan darah. Studi cross-sectional menunjukkan adanya hubungan dislipidemia dengan kejadian hipertensi (Oparil et al. 2003).

Peningkatan massa lemak tubuh dan peningkatan tekanan darah diketahui berkaitan dengan proses inflamasi di dalam tubuh. Penimbunan lemak di dalam tubuh terutama pada bagian sentral akan memicu peningkatan sitokin sehingga kadar CRP akan meningkat. Demikian pula pada tekanan darah, kerusakan endotel yang memicu peningkatan tekanan darah akan memicu peningkatan sitokin sehingga kadar CRP meningkat (Pearson et al. 2003).

(12)

2

pada individu dengan etnis yang berbeda diperlukan untuk menentukan status CRP pada dislipidemia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hubungan antara kadar CRP darah terhadap status gizi dan tekanan darah pada subyek dislipidemia.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengkaji hubungan status gizi dan tekanan darah terhadap CRP pada subyek dislipidemia.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Menguraikan karakteristik subyek.

2. Mengkaji status gizi (indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang pinggul) pada subyek dislipidemia. 3. Mengkaji tekanan darah dalam kaitannya dengan dislipidemia. 4. Mengkaji status CRP pada subyek dislipidemia.

5. Menganalisis hubungan antara status gizi dan CRP pada subyek dislipidemia.

6. Menganalisis hubungan antara tekanan darah dan CRP pada subyek dislipidemia.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara status gizi lebih dan CRP pada subyek dislipidemia.

2. Terdapat hubungan antara tekanan darah dan CRP pada subyek dislipidemia.

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

(13)

3 inflammation status in hyperlipidaemic individuals”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2012.

Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

Jumlah subyek dalam penelitian ini sebanyak 81 subyek. Penarikan subyek dilakukan secara purposif dengan kriteria: pria atau wanita dewasa berusia 20-65 tahun, wanita tidak sedang hamil, dislipidemia (TGA ≥150 mg/dL, kolesterol total

≥200 mg/dL, kolesterol LDL ≥130mg/dL, atau kolesterol HDL <40 mg/dL)

(National Institute of Health (NIH) 2001), tidak mengkonsumsi obat-obatan hipertensi atau penurun kolesterol, tidak menderita penyakit jantung, diabetes, ginjal atau penyakit kronik lainnya, dan bersedia menjadi subyek dalam penelitian ini.

Penelitian utama mensyaratkan pada subyek dengan kriteria inklusi: pria atau wanita berusia 20-65 tahun, total kolesterol plasma ≥200 mg/dL, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan penurun kolesterol. Kriteria eksklusi: hiperlipidemia sekunder, konsentrasi trigliserida puasa >300 mg/dL, menggunakan obat-obatan penurun kolesterol, menderita penyakit gastrointestinal atau penyakit berat lainnya yang sama, dan tidak bersedia menjadi subyek.

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Data yang digunakan mencakup data primer dan sekunder. Data primer meliputi tekanan darah (tekanan sistolik dan tekanan diastolik). Data sekunder meliputi karakteristik sosial ekonomi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga), status gizi (Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang (LP), Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dan persentase lemak tubuh), profil lipid darah (TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL) dan indikator inflamasi (CRP).

IMT diperoleh melalui berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur menggunakan timbangan injak (ketelitian 0.1 kg) dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise (ketelitian 0.1 cm). Lingkar pinggang dan lingkar pinggul diukur menggunakan meterline (ketelitian 0.1 cm). Persentase lemak tubuh diukur menggunakan alat Body Fat Monitoring (Ketelitian 4.1% dengan kisaran 4.0-50.0%). Data tekanan darah subyek diperoleh dengan menggunakan alat automatic blood pressure monitor (ketelitian ±3 mmHg dengan kisaran 0-299 mmHg).

(14)

4

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian

Jenis Data Variabel Cara Pengambilan Data

Karakteristik sosial

microtoise, meterline, body fat monitoring

Tekanan darah Tekanan sistolik dan tekanan diastolik

Menggunakan alat automatic blood pressure monitor

Profil lipid darah TGA, kolesterol total, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL

Metode spektrofotometri

Indikator inflamasi CRP Metode particle enhanced immunoturbidimetric assay

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi entry, coding, cleaning, pengelompokan data, analisis deskriptif, dan analisis inferensia. Pengolahan dan analisis data menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Minitab® 15.1.20.0. Jenis kelamin subyek dikelompokkan menjadi pria dan wanita. Usia subyek dikelompokkan berdasarkan Papalia & Olds (2001). Pendidikan subyek dikelompokkan menurut sebaran subyek. Pendapatan dikelompokkan berdasarkan garis kemiskinan BPS (2012). Besar keluarga dikelompokkan berdasarkan Hurlock (1993). Secara keseluruhan karakteristik sosial ekonomi subyek dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kategori karakteristik sosial ekonomi subyek

Variabel Kelompok Sumber

Acuan/Keterangan Jenis Kelamin 1.Pria

2.Wanita

Sebaran subyek Usia 1.Dewasa awal (20-40 tahun)

2.Dewasa madya (41-65 tahun) 3.Dewasa lanjut (>65 tahun)

Papalia & Olds (2001)

Pendidikan 1.Pendidikan dasar (SD)

2.Pendidikan menengah (SMP & SMA) 3.Pendidikan tinggi (perguruan tinggi)

Sebaran subyek

Pendapatan (Rp/kapita/bulan)

1.Keluarga miskin (<Rp242 104) 2.Keluarga tidak miskin (>Rp242 104)

BPS (2012) Besar keluarga 1.Keluarga kecil (≤4 orang)

2.Keluarga sedang (5-7 orang)

3.Keluarga besar (≥8 orang)

(15)

5 IMT dihitung dengan menggunakan rumus: berat badan (kg)/tinggi badan (m2), kemudian IMT dikelompokkan menjadi kurus (<18.5 kg/m2), normal

(18.5-22.9 kg/m2), overweight (23.0-24.9 kg/m2), obesitas I (25.0-29.9 kg/m2),

dan obesitas II (≥30 kg/m2) (WHO 2000). Data persentase lemak tubuh diolah dan

dikelompokkan berdasarkan Gallagher et al. (2000) (Lampiran 2). LP dikelompokkan dengan batas >90 cm berisiko komplikasi metabolik untuk pria dan >80 cm berisiko komplikasi metabolik untuk wanita (Grundy et al. 2005). RLPP dihitung menggunakan rumus: lingkar pinggang (cm)/lingkar pinggul

(cm), kemudian dikelompokkan berdasarkan WHO (2008) yaitu RLPP ≥0.90

berisiko komplikasi metabolik bagi pria dan RLPP ≥0.85 berisiko komplikasi metabolik bagi wanita.

Tekanan darah dikelompokkan berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII) (2004) yaitu normal (<120/80 mmHg), pre-hipertensi (120-139/80-89 mmHg), hipertensi I (140-159/90-99 mmHg), dan hipertensi II (≥160/100 mmHg). Data CRP dikategorikan menurut Pearson et al. (2003) yaitu <1.0 mg/L resiko rendah, 1-3 mg/L resiko sedang, >3 mg/L resiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Penyakit inflamasi kronik biasanya ≤10.0 mg/L, apabila >10.0 mg/L merupakan superimposed infeksi yang seharusnya dieksklusi (Wallach 2007).

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan inferensia. Analisis secara deskriptif (rata-rata, persentase, dan standar deviasi) digunakan untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi subyek, status gizi (IMT, LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh), tekanan darah, dan kadar CRP. Analisis inferensia yang digunakan adalah uji regresi linier berganda untuk menguji hubungan status gizi (IMT, LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh) dan tekanan darah terhadap kadar CRP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sosial Ekonomi Subyek

Karakteristik sosial ekonomi subyek meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 1. Sebagian besar subyek adalah wanita yaitu sebanyak 75.3% dan 24.7% adalah pria. Rata-rata usia subyek adalah 48±9 tahun. Sebagian besar subyek berada pada kategori dewasa madya yaitu 41-65 tahun (77.8%). Subyek yang termasuk kategori dewasa awal sebesar 19.7% dan subyek yang termasuk kategori dewasa lanjut hanya 2.5%.

(16)

6

Pendapatan keluarga mempunyai peranan penting dalam memberikan efek terhadap tarif hidup masyarakat. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat (Sayogyo 1994). Sebagian besar subyek termasuk kategori keluarga tidak miskin (61.7%). Persentase subyek yang termasuk keluarga miskin cukup tinggi yaitu sebesar 38.3%. Rata-rata pendapatan subyek adalah Rp393 919±312 042/kapita/bulan dan termasuk kategori keluarga tidak miskin (>Rp242 104 /kapita/bulan).

Besar keluarga menurut BKKBN (1997) adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Ukuran besarnya keluarga berkaitan dengan kejadian masalah gizi dan kesehatan. Sebagian besar subyek termasuk dalam kategori keluarga kecil yaitu sebesar 50.6% dan kategori keluarga sedang yaitu sebesar 43.2%. Subyek yang termasuk dalam kategori keluarga besar hanya 6.2%. Rata-rata anggota keluarga subyek adalah 5±3 orang.

Tabel 3 Karakteristik sosial ekonomi subyek

Sosial-Ekonomi Jumlah (n) Persentase (%)

Jenis kelamin

-Keluarga miskin (≤Rp242 104)

-Keluarga tidak miskin (>Rp242 104)

31 50

38.3 61.7

Total 81 100.0

(17)

7

Profil Lipid Darah Subyek

Dislipidemia merupakan suatu kondisi ketidaknormalan profil lipid yang dicirikan dengan meningkatnya kadar TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, atau rendahnya kolesterol HDL (Osuji et al. 2010). Gangguan pada profil lipid darah berperan dalam proses terjadinya aterosklerosis yang ditunjukkan oleh studi Berenson et al. (1998). Mekanisme terjadinya aterosklerosis meliputi proses oksidasi, pemicuan molekul inflamasi, dan pembentukan plak (Berliner et al. 1995).

Rata-rata kadar profil lipid darah subyek ditampilkan pada Tabel 3. Secara total, rata-rata kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol HDL tidak normal. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Blackburn et al. (2001) bahwa subyek dalam penelitiannya memiliki kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol LDL tinggi, sebaliknya kadar kolesterol HDL normal.

Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata lipid darah yang abnormal pada pria adalah kadar TGA dan kolesterol HDL. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor obesitas, aktivitas fisik yang rendah, seringnya konsumsi makanan tinggi gula dan lemak seperti jeroan (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Pada wanita, abnormalitas terjadi pada kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol LDL. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor obesitas, rendahnya aktivitas fisik, berkurangnya hormon estrogen (pasca-menopause), seringnya konsumsi makanan tinggi lemak (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008).

Rata-rata profil lipid darah pada pria dan wanita dalam penelitian ini sedikit berbeda dengan studi Blackburn et al. (2001). Studi oleh Blackburn et al. (2001) menunjukkan bahwa abnormalitas profil lipid pada pria terjadi pada kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol LDL. Pada wanita, profil lipid darah yang tidak normal adalah kadar kolesterol total dan kolesterol LDL.

Tabel 4 Rata-rata kadar TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol

Kolesterol Total 194±30 230±28 221±32

Kolesterol LDL 124±30 153±27 146±30

Kolesterol HDL 37±6 49±8 46±9

(18)

8

Sebaliknya wanita lebih banyak yang mengalami hiperkolesterolemia (86.9%) dan kolesterol LDL tinggi (83.6%). Hal ini dapat disebabkan oleh faktor obesitas, aktivitas fisik yang rendah, rendahnya asupan serat, dan tingginya konsumsi makanan tinggi lemak (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Sebagian besar wanita dalam penelitian ini cenderung mengalami obesitas dibanding pria. Menurut Depkes (2008), persentase wanita yang memiliki aktivitas rendah, konsumsi buah dan sayur kurang dari minimal 5 porsi per minggu, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak lebih tinggi dibandingkan dengan pria yakni 54.5% berbanding 41.4%, 93.7% berbanding 93.5%, dan 12.9% berbanding 12.8%.

Gambar 1 Sebaran subyek berdasarkan abnormalitas profil lipid darah

Status Gizi

Status gizi subyek dalam penelitian ini diukur secara antropometri. Menurut Jelliffe (1996) di dalam Gibson (2005), antropometri gizi adalah pengukuran berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh pada tingkat usia dan status gizi yang berbeda-beda. Pengukuran status gizi melalui pengukuran antropometri digunakan secara luas pada tingkat individu maupun populasi. Kelebihan utamanya adalah pengukuran antropometri dapat dikaitkan dengan paparan sebelumnya, proses saat ini, dan kejadian yang akan datang (WHO 1995).

Pengukuran antropometri terdiri atas dua jenis. Kelompok antropometri pertama digunakan untuk mengukur ukuran tubuh, sedangkan yang lain mengukur komposisi tubuh. Dalam penelitian ini, antropometri ukuran tubuh meliputi IMT dan antropometri komposisi tubuh meliputi LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh.

Indeks Massa Tubuh (IMT)

(19)

9 obesitas. Kelebihan pengukuran IMT adalah mudah, cepat dan tidak bersifat invasif (Gibson 2005). Sebaran subyek berdasarkan IMT ditampilkan pada Gambar 2. Rata-rata subyek secara total termasuk kategori obesitas tingkat I yang ditandai dengan rata-rata IMT sebesar 27.7±4.7 kg/m2.

Sebagian besar subyek memiliki IMT di atas batas normal yakni sekitar 83.9% (overweight, obesitas I, dan obesitas II). Subyek yang mengalami obesitas cukup tinggi yaitu mencapai 69.1%. Persentase wanita yang mengalami kegemukan (overweight dan obesitas) (85.3%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (80.0%). Hal ini dapat disebabkan oleh faktor rendahnya aktivitas fisik dan kurangnya konsumsi serat yang sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Persentase wanita yang memiliki aktivitas fisik rendah dan kurang konsumsi buah dan sayur lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Depkes 2008). Rata-rata IMT wanita (28.2±4.9 kg/m2) lebih besar dibandingkan dengan pria (25.9±3.5 kg/m2).

Rata-rata IMT subyek secara total dan pada wanita dalam penelitian ini lebih tinggi daripada rata-rata IMT secara total dan wanita pada penelitian Blackburn et al. (2001) pada subyek dislipidemia, sedangkan rata-rata IMT pria dalam penelitian ini lebih rendah. Rata-rata IMT pada studi Blackburn et al. (2001) yakni secara total 26.2±4.0 kg/m2, wanita 26.2±4.9 kg/m2, dan pria 26.3±3.4 kg/m2. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi oleh Nahar et al. (2012) di India menunjukkan tingginya prevalensi obesitas menurut IMT pada subyek dislipidemia dan prevalensi obesitas menurut IMT lebih tinggi pada wanita daripada pria. Tingginya rata-rata IMT dan persentase subyek yang mengalami kegemukan dapat dijelaskan bahwa secara tidak sengaja kondisi dislipidemia banyak ditemukan pada subyek yang gemuk saat penarikan subyek.

Gambar 2 Sebaran subyek berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Lingkar Pinggang (LP)

(20)

10

jaringan lemak abdominal. LP berhubungan lebih kuat terhadap gangguan metabolik yang bersifat aterogenik daripada RLPP dan berdasarkan jenis kelamin pria cenderung memiliki LP yang lebih besar dibandingkan dengan wanita (Gibson 2005).

Sebaran subyek berdasarkan LP dapat dilihat pada Gambar 3. Rata-rata LP pada subyek secara total adalah 93.8±9.3 cm dan berisiko mengalami komplikasi metabolik. Sebagian besar subyek berisiko komplikasi metabolik yakni sebesar 87.7%. Rata-rata LP wanita (94.4±9.1 cm) lebih besar dibandingkan dengan pria (91.8±10.0 cm) dan persentase wanita yang memiliki LP berisiko komplikasi metabolik (95.1%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (65.0%). Menurut Gee et al. di dalam Mahan & Stump (2008), wanita cenderung memiliki pola penumpukan jaringan lemak pada abdominal seperti halnya dengan pria, pada saat wanita pasca-menopause. Sebagian besar subyek dalam penelitian ini berada pada kategori dewasa madya (40-65 tahun), dimana wanita dalam rentang usia tersebut cenderung telah mengalami menopause.

Gambar 3 Sebaran subyek berdasarkan lingkar pinggang

(21)

11

Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP)

RLPP merupakan metode sederhana untuk membedakan penumpukan jaringan lemak pada tubuh bagian bawah (pinggul dan pantat) dan jaringan lemak pada bagian tubuh atas (pinggang dan abdominal). RLPP yang tinggi berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit terkait obesitas dan sindrom metabolik, terutama pada penumpukan jaringan lemak viseral (Gibson 2005).

Sebaran subyek berdasarkan RLPP ditampilkan pada Gambar 4. Rata-rata RLPP pada subyek secara total adalah 0.92±0.08 dan berisiko mengalami komplikasi metabolik. Sebagian besar subyek memiliki RLPP di atas batas normal yakni 90.1% subyek. Pria dan wanita memiliki rata-rata RLPP sama besar (0.92±0.11 dan 0.92±0.06). Persentase pria dan wanita yang berisiko komplikasi metabolik hampir sama besar, yakni sebesar 90.0% pria dan 90.2% wanita.

Gambar 4 Sebaran subyek berdasarkan rasio lingkar pinggang pinggul Rata-rata RLPP subyek dalam penelitian ini secara total dan pada pria lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata RLPP total dan pria pada studi Blackburn et al. (2001). Akan tetapi, rata-rata RLPP wanita dalam penelitian ini lebih tinggi daripada rata-rata RLPP wanita dalam studi Blackburn et al. (2001). Rata-rata RLPP berdasarkan hasil studi Blackburn et al. (2001) adalah total 0.94±0.11, pria 0.96±0.08, dan wanita 0.90±0.15. Persentase subyek dengan RLPP tinggi dalam penelitian ini lebih tinggi daripada persentase subyek pada studi Lin et al. (2010) yakni 42.1%.

Persentase Lemak Tubuh

(22)

12

Sebaran subyek berdasarkan persentase lemak tubuh dapat dilihat pada Gambar 5. Masing-masing jenis kelamin dan rentang usia memiliki batas presentase lemak tubuh yang berbeda-beda (Gallagher et al. 2000). Rata-rata persentase lemak tubuh subyek secara total adalah 33.5±5.8%. Sebagian besar subyek memiliki persentase lemak tubuh di atas batas normal, yakni sekitar 58.0% (kategori tinggi dan sangat tinggi). Rata-rata persentase lemak tubuh wanita (35.3±5.2%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (28.1±4.0%). Persentase pria yang memiliki persentase lemak tubuh di atas batas normal (90.0%) lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (47.5%). Jika dibandingkan dengan IMT, LP, dan RLPP yang cenderung lebih tinggi pada wanita, hal ini dapat diduga adanya distribusi lemak yang tinggi juga pada bagian tubuh lainnya pada pria sehingga berdasarkan batas persentase lemak tubuh oleh Gallagher et al. (2000), persentase pria yang memiliki persentase lemak tubuh di atas batas normal lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

Rata-rata persentase lemak tubuh pria dan wanita alam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian oleh Zaenudin (2013) di Bogor. Hasil penelitian oleh Zaenudin (2013) bahwa rata-rata persentase lemak tubuh pria adalah 26.02±8.30% dan wanita adalah 26.24±8.34 %. Persentase lemak tubuh terbesar pria dan wanita mencapai 51.9% dan 55.9%, sedangkan persentase lemak tubuh terkecil pria dan wanita adalah 2.7% dan 6.8% (Zaenudin 2013).

Gambar 5 Sebaran subyek berdasarkan persentase lemak tubuh

Tekanan Darah

(23)

13 Hipertensi dapat mengakibatkan gagal ginjal kongestif, gagal ginjal, miokardium infark, stroke, aneurisma jika tidak ditangani (Nelms et al. 2011).

Sebaran subyek berdasarkan tekanan darah ditampilkan pada Gambar 6. Rata-rata tekanan darah subyek secara total adalah 141±25/89±13 mmHg dan termasuk kategori hipertensi I. Sebagian besar subyek mengalami tekanan darah tinggi yakni sekitar 67.9% (hipertensi I dan hipertensi II). Rata-rata tekanan darah pria dan wanita hanya berbeda sedikit (142±26/86±14 mmHg dan 141±25/89±13 mmHg). Tekanan darah tinggi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita yakni pria sekitar 70.0% dan wanita sekitar 67.2%. Hal tersebut dapat diduga karena adanya peran hormon estrogen pada wanita yang bersifat protektif terhadap vaskular, dimana mungkin wanita dalam penelitian ini tidak semuanya mengalami menopause. Faktor konsumsi makanan tinggi lemak seperti jeroan juga dapat menyebabkan pria lebih banyak yang hipertensi, dimana persentase pria yang sering mengkonsumsi jeroan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Depkes 2008).

Persentase subyek yang mengalami hipertensi dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase hipertensi dalam studi Blackburn et al. (2001), yakni secara total hipertensi sebesar 23.0%, pada pria 23.3% dan pada wanita sebesar 22.6%. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada subyek studi Blackburn et al. (2001) yang lebih rendah dibandingkan dalam penelitian ini yakni rata-rata tekanan darah secara total 131±16/80±9 mmHg, pada pria 132±16/81±9 mmHg, dan pada wanita 128±16/78±9 mmHg. Menurut Depkes (2008), sebesar 29.4% penduduk Jawa Barat (tidak terbatas pada kondisi dislipidemia) mengalami tekanan darah tinggi. Kondisi obesitas terutama obesitas sentral dapat mengakibatkan hipertensi (Gower et al. 2006).

(24)

14

Kadar C-Reactive Protein (CRP) Darah

C-reactive protein (CRP) merupakan protein fase akut utama dalam tubuh manusia yang sensitif terhadap inflamasi sistemik tubuh (Lin et al. 2010). CRP merespon berbagai bentuk inflamasi, infeksi, dan kerusakan jaringan di dalam tubuh. Protein tersebut diproduksi oleh sel hepatosit dan dipengaruhi oleh sirkulasi sitokin (Pepys & Hirchfield 2003). Setiap individu memproduksi CRP, tetapi jumlahnya berbeda, bergantung pada berbagai factor, misalnya genetik dan kebiasaan gaya hidup. Berbagai studi menunjukkan bahwa peningkatan kadar CRP dapat memprediksikan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, kematian jantung tiba-tiba, dan penyakit arteri perifer. Menurut Ridker (2003), rata-rata individu yang merokok, mengalami kelebihan berat badan, dan jarang berolahraga cenderung memiliki kadar CRP yang lebih tinggi.

Sebaran subyek berdasarkan kadar CRP darah dapat dilihat pada Gambar 7. Nilai median kadar CRP darah subyek secara total adalah 1.6 mg/L dengan kisaran 0.1-9.3 mg/L. Subyek yang berisiko tinggi penyakit kardiovaskular mencapai 28.4%. Nilai median kadar CRP darah pria (1.0 mg/L) dengan kisaran 0.1-9.3 mg/L dan nilai median kadar CRP darah wanita (2.1 mg/L) dengan kisaran 0.2-9.3 mg/L. Persentase wanita yang berisiko tinggi penyakit kardiovaskular (37.7%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (25.0%).

Gambar 7 Sebaran subyek berdasarkan kadar CRP darah

Persentase Status Gizi Lebih, Hipertensi, dan Kadar CRP Berisiko Penyakit Kardiovaskular

(25)

15 tinggi, dan kadar CRP di atas batas normal (risiko sedang dan tinggi penyakit kardiovaskular).

Wanita dalam penelitian ini lebih cenderung memiliki status gizi lebih (kecuali persentase lemak tubuh), hipertensi, dan kadar CRP berisiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini ditandai dengan persentase wanita yang dominan daripada pria pada status gizi lebih menurut IMT, LP, RLPP, hipertensi, dan kadar CRP yang berisiko penyakit kardiovaskular. Data pada Gambar 8 juga menunjukkan bahwa tidak hanya pria yang mengalami obesitas abdominal, akan tetapi wanita dalam penelitian ini juga obesitas abdominal. Menurut Gee et al. di dalam Mahan & Stump (2008), wanita dapat memiliki kecenderungan mengalami penumpukan jaringan lemak pada bagian abdominal seperti halnya dengan pria, terutama wanita yang telah menopause.

Gambar 8 Persentase subyek dengan status gizi lebih, hipertensi, dan kadar CRP berisiko penyakit kardiovaskular

Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CRP Darah

Uji hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda (multiple linier regression) untuk menguji hubungan beberapa variabel bebas (X) terhadap satu variabel tetap (Y). Variabel bebas meliputi status gizi (IMT, LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh) dan tekanan darah (tekanan sistolik dan tekanan diastolik), serta variabel tetap adalah kadar CRP darah. Uji regresi ini menggunakan transformasi data dengan pembobotan (1/residual2) agar

uji asumsi normalitas, autokolerasi, dan homogenitas ragam terpenuhi. Dalam analisis, variabel IMT dikeluarkan karena terdapat multikolinieritas dengan variabel LP dan persentase lemak tubuh.

(26)

16

berhubungan negatif nyata terhadap kadar CRP darah subyek. LP tidak berhubungan nyata terhadap kadar CRP darah subyek (P >0.05).

Hubungan signifikan antara status gizi berdasarkan indikator IMT, RLPP, dan persentase lemak tubuh dalam penelitian ini sesuai dengan beberapa studi lainnya. Studi oleh Blackburn et al. (2001) menunjukkan bahwa IMT berhubungan signifikan terhadap kadar CRP. Studi lain juga menunjukkan hal demikian, IMT dan RLPP berhubungan signifikan terhadap kadar CRP darah. (Hak et al. 1999; Festa et al. 2000; Frohlich et al. 2000). Lin et al. (2010) menyatakan bahwa persentase lemak tubuh merupakan indikator paling baik dalam menentukan status inflamasi (CRP) terutama pada pria. LP tidak berhubungan nyata dengan kadar CRP darah dalam penelitian ini sesuai dengan hasil studi Lin et al. (2010) bahwa LP bukan indikator yang baik untuk mengindikasikan kenaikan CRP dalam tubuh pada individu yang mengalami kegemukan.

Rata-rata 25% sirkulasi IL-6 diproduksi oleh jaringan adiposa subkutan secara in vivo (Mohamed et al. 1998) dan IL-6 merangsang produksi protein fase akut pada hati (Banks et al. 1995; Papanicolaou et al. 1998) sehingga memicu proses inflamasi. Akan tetapi, menurut Fried et al. (1998) jaringan adiposa viseral abdominal lebih banyak menghasilkan IL-6 dibandingkan dengan jaringan adiposa subkutan. Studi IDEA menunjukkan efek negatif yang diakibatkan kelebihan lemak dengan meningkatnya jaringan lemak viseral (Fox et al. 2009). Lemak abdominal atau viseral secara signifikan meningkatkan indikator-indikator inflamasi (Calabro & Yeh 2007). Oleh karena itu, risiko inflamasi sistemik lebih tinggi pada individu yang mengalami obesitas abdominal yaitu pada pria.

Kukslinka et al. (2009) menunjukkan bahwa pada individu yang mengalami hipertensi arterial cenderung mengalami kenaikan kadar CRP. Data eksperimental dan hasil studi cross-sectional pada manusia menunjukkan adanya keterkaitan antara CRP dan indikator pengerasan pembuluh arteri sehingga diduga adanya hubungan spesifik antara kadar CRP dan tekanan darah sistolik (Virdis et al. 2007). Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tekanan darah sistolik dan CRP. Hal ini diduga karena adanya faktor metode pengukuran tekanan darah pada subyek yang hanya dilakukan satu kali saja. Menurut Mancia et al. (2007), pengukuran tekanan darah seseorang untuk mengetahui adanya kenaikan tekanan darah perlu diukur rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik dari beberapa kali pengukuran yang terbagi atas waktu siang dan malam hari. Misalnya cara pengukuran tekanan darah oleh Kukslinka et al. (2009) yang menggunakan acuan Mancia et al. (2007), pengukuran tekanan darah dilakukan pada waktu siang jam 06.00 a.m.-10.00 p.m. dengan selang 10 menit dan pada waktu malam jam 10.30 p.m.-05.40 a.m. dengan selang waktu 20 menit.

(27)

17 Hubungan tekanan darah terhadap CRP dapat dijelaskan melalui mekanisme yang melibatkan Nitric Oxide (NO). NO merupakan salah satu faktor relaksasi yang dalam kondisi normal berfungsi untuk mencegah agregasi leukosit dan platelet dan menghambat proliferasi sel otot halus vaskular secara lokal. Penurunan ketersediaan NO dapat mempengaruhi kondisi protrombotik dan inflamasi dengan peningkatan proliferasi sel otot halus vaskular. Oleh karena kondisi inflamasi menyebabkan disfungsi endotel dan penurunan fungsi endotel NO sintase (eNOS), maka diduga NO merupakan faktor kunci yang menghubungkan inflamasi terhadap hipertensi dan sebaliknya (Boos & Lip 2006).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebanyak 81 subyek terlibat dalam penelitian ini dan sebagian besar adalah wanita. Rata-rata usia subyek adalah 48±9 tahun. Sebagian besar subyek hanya menempuh pendidikan dasar dan termasuk keluarga tidak miskin dengan rata-rata pendapatan Rp393 919±312 042/kapita/bulan. Rata-rata besar keluarga subyek adalah 5±3 orang.

Sebagian besar subyek dislipidemia cenderung memiliki status gizi lebih (berdasarkan IMT, LP, RLPP dan persentase lemak tubuh), mengalami hipertensi, dan berisiko penyakit kardiovaskular. Pada subyek dislipidemia, semakin tinggi IMT, RLPP, persentase lemak tubuh, dan tekanan darah diastolik maka kadar CRP darah akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi tekanan sistolik maka kadar CRP darah akan semakin rendah. Akan tetapi, semakin tinggi LP belum tentu kadar CRP akan semakin tinggi.

Saran

(28)

18

DAFTAR PUSTAKA

Banks RE, Forbes MA, Storr M, et al. 1995. The acute phase response in patients receiving subcutaneous IL-6. Clin Exp Immunol. 102:217-223.

Berenson GS, Srinivasan SR., Bao W, Newman WP, Tracy RE, Wattigney WA. 1998. Association between multiple cardiovascular risk factors and atherosclerosis in children and young adults. N Engl J Med. 338:1650-1656.

Berliner JA, Navab M, Fogelman AM, Frank JS, Demer LL et al. 1995. Atherosclerosis: Basic Mechanisms. Circulation. 91:2488–2896.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1997. Kamus Istilah Kependudukan Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN. Blackburn R, Giral P, Bruckert E, Andre JM, Gonbert S, Bernard M, Chapman MJ, Turpin G. 2001. Elevated C-reactive protein constitutes an independent predictor of advanced carotid plaques in dyslipidemic subjects. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 21:1962-1968.

Blake GJ, Ridker PM. 2001. High sensitivity C-reactive protein for predicting cardiovascular disease: an inflammatory hypothesis. Eur Heart J Med. 22(5):349-352.

Boos CJ, Lip GYH. 2006. Is hypertension an inflammatory process?. Current Pharmaceutical Design. 12:1623-1635.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah dan persentase penduduk miskin, garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan kemiskinan (P2) menurut provinsi. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php ?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&notab=1 [4 Februari 2013]. Calabro P, Yeh ET. 2007. Obesity, inflammation, and vascular disease: the role of

the adipose tissue as an endocrine organ. Subcell Biochem. 42:63-91. Caprnda M, Dukat A, Lietava J, Fodor JG. 2008. High prevalences of mixed

dyslipidemia in healthy Slovak people. Journal of Clinical Lipidology. 2:541.

Couch SC, Krummel DA. Medical nutrition therapy for hypertension. Di dalam: Mahan KL, Stump SE. 2008. editor. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th ed. Missouri: Elsevier. Inc. Hal 865-883.

[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar [Riskesdas] 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.

Festa A, D’Agostino R, Howard G, Mykkanen L, Tracy RP, Haffner SM. 2000. Chronic subclinical inflammation as part of the insulin resistance syndrome: the Insulin Resistance Atherosclerosis Study (IRAS). Circulation. 102:42–47.

Fox KAA, Despres JP, Richard AJ, Brette S, Deanfield JE. 2009. Does abdominal obesity have a similar impact on cardiovascular disease and diabetes? A study of 91,246 ambulant patients in 27 European countries. Eur Heart J. 30:3055–3063.

(29)

19 Frohlich M, Imhof A, Berg G, Hutchinson WL, Pepys MB, Boeing H, Muche R, Brenner H, Foenig W. 2000. Association between C-reactive protein and Missouri: Elsevier. Inc. Hal 532-562.

Gibson R. 2005. Principles of Nutrition Assessment Second Edition. New York: Oxford University.

Gower BA et al. 2006. Changes in intra-abdominal fat in early postmenopause women: effects of hormone use. Obesity. 14:1046.

Grundy SM, Cleeman JI, Daniels SR, Donato KA, Eckel RH, Franklin BA, Gordon DJ, Krauss RM, Savage PJ, Smith SC Jr. 2005. American Heart Association; National Heart and Blood Institute: Diagnosis and management of the metabolic syndrome: an American heart Association/National Heart, Lung, and Blood Institute Scientific Statement. Circulation. 112(17):2735-2752.

Hak AE, Stehouwer CDA, Bots ML, Polderman KS, Schalkwijk CG, Westendorp ICD, Hofman A, Witteman JCM. 1999. Association of C-reactive protein with measures of obesity, insulin resistance, and subclinical atherosclerosis in healthy, middle-aged women. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 19:1986– 1991.

Hurlock EB. 1993. Perkembangan Anak Jilid Dua. M Tjandrasa, M Zarkasih, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.

[JNC VII] Joint National Committee VII. 2004. Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Rockville (US): National Institute of Health.

Krummel DA. Medical nutrition therapy for cardiovascular disease. Di dalam: Mahan KL, Stump SE. 2008. editor. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th ed. Missouri: Elsevier. Inc. Hal 833-864.

Kuklinska AM, Mroczko B, Musial WJ, Sawicki R, Kozieradzka A, Waszkiewics, Szmitkowski M. 2009. High-sensitivity C-reactive protein and total antioxidant status in patients with essential arterial hypertension and dyslipidemia. Adv in Med Sci. 54(2):225-232.

Libby P, Ridker PM, Maseri A. 2002. Inflammation and atherosclerosis. Circulation. 105:1135-1143.

Lin CC, Kardia SLR, Li CI, Liu CS, Lai MM, Lin WY, Chang PC, Lee YD, Chen CC, Lin CH et al. 2010. The relationship of high sensitivity C-reactive protein to percent body fat mass, body mass index, waist-to-hip ratio, and waist circumference in a Taiwanese population. BMC Public Health. 10:579.

(30)

20

Mancia G, De Backer G, Dominiczak A. Cifkova R, Fagard R, Germano G, Grassi G, Heagerty AM. Kjeldsen SE, Laurent S et al. 2007. The task force for the management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension, The task force for the management of arterial hypertension of the European Society of Cardiology. 2007 Guidelines for the management of arterial hypertension: The Task Force for the Management of Arterial Hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J. 28(12):1462-536.

Medeiros DM, Wildman REC. 2012. Advanced Human Nutrition Second Edition. USA: Jones & Bartlett Learning, LLC.

Mohamed AV, Pinkney JH, Coppack SW. 1998. Adipose tissue as an endocrine and paracrine organ. Int J Obes Relat Metab Disord. 22:1145-1158.

Nahar N, Dubey S, Joshi A, Phadnis S, Sharma VK. 2012. Association of anthropometric indices of obesity with diabetes, hypertension, and dyslipidemia: a study from central India. Indian Journal of Medical Specialities. 3(1):6-11.

Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2011. Nutrition Theraphy and Pathophysiology 2th ed. Belmont (US): Cengage Learning, Inc.

Nickenig G, Horrison G. 2002. The AT (1)-type angiotension receptor in oxidative stress and antherogenesis: part 1: oxidative stress and antherogenesis. Circulation. 105:393-396.

[NIH] National Institute of Health. 2001. National cholesterol education program: ATP III guidelines At-A-Glance quick desk reference. Rockville (US): NIH Publication No. 01-3305.

Oparil S, Zaman MA, Calhoun DA. 2003. Pathogenesis of hypertension. Ann Intern Med. 139:761-776.

Osuji CU, Nzerem BA, Meludu S, Dioka CE, Nwobodo E, Amilo GI. 2010. The prevalence of overweight/obesity and dyslipidemia amongst a group of

women attending “August” meeting. Niger Med J. 51(4):155-159.

Papalia DE, Olds SW. 2001. Human Development, Second Edition. USA: Mc Graw-Hill.

Papanicolaou DA, Wilder RL, Manolagas SC, Chroussos GP. 1998. The pathophysiologic roles of interleukin-6 in human disease. Ann Intern Med. 128:127-137.

Pearson Thomas A, Mensah George A, Alexander R Wayne, Anderson Jefrrey L, Cannon III Richard O, Criqui Michael, Fadl Yazid Y, Fortmann Stephen P, Hong Yuling, Myers Gary L, et al. 2003. Markers of inflammation and cardiovascular disease: application to clinical and public health practice. Circulation. 43:499-511.

Pepys MB, Hirschfield GM. 2003. C-reactive: a critical update. J Clin Invest. 111:1805-1812.doi:10.1172/JCI200318921.

Ridker PM. 2003. C-reactive protein: a simple test to help predict risk of heart attack and stroke. Circulation. 108:e81-e85.

(31)

21 _________, Hennekens CH, Roitman JB, Stampfer MJ, Allen J. 1998. Plasma concentration of soluble intercellular adhesion molecule 1 and risks of future myocardial infarction in apparently healthy men. Lancet. 351:88– 92.

Sayogyo. 1994. Peranan Wanita dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Jakarta: C.V Rajawali.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB.

Virdis A, Ghiadoni L, Plantinga Y, Taddei S, Saivetti A. 2007. C-reactive protein and hypertension: is there a causal relationship? CurT Pharm Des. 13(16):1693-1698.

Wallach JB. 2007. Interpretation of Diagnostic Tests 8th Edition. USA: Williams & Wilkins.

[WHO] World Health Organization. 1995. Physical status: the use and interpretation of anthropometry. Report of a WHO Expert Committee. World Health Organ Tech Rep Ser. 854:1-452.

_____________________________. 2000. The Asia-Pacific perspective: redefining obesity and its treatment. Melbourne (AU): International Diabetes Institute.

_____________________________. 2008. Waist circumference and waist-hip ratio. Geneva: Switzerland.

_____________________________. 2011. Non-communicable disease country profiles 2011. Geneva, Switzerland.

Xu Q, Kiechl S, Mayr M et al. 1999. Association of serum antibodies to heat-shock protein 65 with carotid atherosclerosis: clinical significance determined in a follow-up study. Circulation. 100:1169–74.

(32)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan status gizi dan tekanan darah terhadap kadar

C-reactive protein darah pada subyek dislipidemia

1. Nomor Responden : ________________________ 2. Nama Responden : ________________________ 3. Jenis Kelamin : L / P*

4. Alamat Rumah : Jl._________________No____RT____RW____

Kelurahan_______________Kecamatan______________ 5. Wilayah : 1. Kota 2. Kabupaten

6. Nomor Hp/Telpon : _______________________ 7. Tanggal Wawancara: _______________________2012

(33)

23

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELUARGA

No Responden :

Nama Responden :

Umur Responden :

Pendidikan Terakhir Responden

: 1. Tidak Lulus SD 2. SD/Sederajat 3. SMP/Sederajat 4. SMA/Sederajat 5. Diploma/Sederajat 6. Sarjana/Sederajat

7. Lainnya, Sebutkan ……

Nama Suami/Isteri*) :

Umur Suami/Isteri*) :

Pendidikan Terakhir Suami/Isteri*) : Pekerjaan Suami/Isteri*) : Jumlah Anggota Keluarga :

Pendapatan Istri (Rp/bln) : Pendapatan Suami (Rp/bln) : Pendapatan Keluarga Lainnya :

Total Pendapatan Keluarga :

*)Coret yang tidak perlu

B. STATUS GIZI RESPONDEN

1. Antropometri

Berat badan : ……… Kg

Tinggi badan : ……… Cm

2. Lingkar pinggang : ……… Cm 3. Lingkar pinggul : ……… Cm 4. Persen lemak tubuh : ……… %

C. TEKANAN DARAH

1. Tekanan darah : . . . mmHg

D. STATUS INFLAMASI

(34)

24

E. RIWAYAT KESEHATAN RESPONDEN

1. Riwayat penyakit sekarang:

No Jenis Penyakit Ya Tidak Jenis Pengobatan* Ket**.

Tekanan darah tinggi

Jantung

Kolesterol tinggi Diabetes/kencing manis

Sakit ginjal

Sakit liver/sakit kuning

Asam urat

*nama obat yang diberikan (termasuk obat atau terapi tradisional), sejak kapan **pernah dirawat? Operasi? jenis spesifik penyakit

2. Riwayat penyakit dahulu

No Jenis Penyakit Ya Tidak Jenis Pengobatan* Ket**.

Serangan jantung Stroke

Sakit liver Sakit ginjal

*nama obat yang diberikan (termasuk obat atau terapi tradisional), sejak kapan **pernah dirawat? Operasi? jenis spesifik penyakit

3. Riwayat penyakit keluarga

No Jenis Penyakit Ya Tidak Hubungan

kekeluargaan

Ket**.

Tekanan darah tinggi

Jantung

Kolesterol tinggi Diabetes

Sakit ginjal Kegemukan

(35)

25 Lampiran 2 Kategori persentase lemak tubuh populasi Asia menurut Gallagher et

al. (2000) Jenis

kelamin

Usia (tahun)

Kategori Persentase Lemak Tubuh (%) Rendah Normal Tinggi Sangat

Tinggi Lampiran 3 Persentase subyek dengan hipertrigliserida, hiperkolesterolemia,

kolesterol LDL tinggi, dan kolesterol HDL rendah Fraksi Lipid Darah

(mg/dL)

Jenis Kelamin Total (%) Pria (%) Wanita (%)

Trigliserida ≥150 mg/dL 60.0 42.6 46.9

Kolesterol Total ≥200 mg/dL 40.0 86.9 75.3

Kolesterol LDL ≥130 mg/dL 40.0 83.6 72.8

Kolesterol HDL <40 mg/dL 75.0 11.5 27.2

Lampiran 4 Klasifikasi dan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) subyek

Indeks Massa Tubuh Jenis Kelamin Total

n (%) Lampiran 5 Klasifikasi dan rata-rata lingkar pinggang subyek

Lingkar Pinggang Jenis Kelamin Total

n (%)

Berisiko komplikasi metabolik 13 (65.0) 58 (95.1) 71 (87.7)

Total 20 (100.0) 61 (100.0) 81 (100.0)

(36)

26

Lampiran 6 Klasifikasi dan rata-rata rasio lingkar pinggang pinggul subyek Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul Jenis Kelamin Total

n (%)

Berisiko komplikasi metabolik 18 (90.0) 55 (90.2) 73 (90.1)

Total 20 (100.0) 61 (100.0) 81 (100.0)

Rata-rata±Std 0.92±0.11 0.92±0.06 0.92±0.08

Lampiran 7 Klasifikasi dan rata-rata persentase lemak tubuh subyek

Persentase Lemak Tubuh Jenis Kelamin Total

n (%)

Lampiran 8 Klasifikasi dan rata-rata tekanan darah subyek

Tekanan Darah Jenis Kelamin Total

n (%)

Rata-rata±std (mmHg)* 142±26/86±14 141±25/89±13 141±25/89±13 *sistolik/diastolik

Lampiran 9 Klasifikasi, nilai median, nilai minimal, dan nilai maskimal kadar C-Reactive Protein (CRP) darah subyek

C-Reactive Protein Jenis Kelamin Total n (%) Pria

n (%)

Wanita n (%)

Risiko rendah penyakit kardiovaskular 9 (45.0) 20 (32.8) 29 (35.8) Risiko sedang penyakit kardiovaskular 6 (30.0) 18 (29.5) 29 (35.8) Risiko tinggi penyakit kardiovaskular 5 (25.0) 23 (37.7) 23 (28.4)

(37)

27 Lampiran 10 Hasil uji regresi linier berganda

Model: Y= a . e(bx) (eksponensial) keterangan:

a = konstanta

b = nilai variable peubah x = variabel peubah

Weighted analysis using weights in 1/residual2

The regression equation is X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungpinang, pada tanggal 15 Agustus 1991, dari seorang Ayah yang bernama Sang Bu dan seorang Ibu yang bernama Eng Siang. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan SMA di sekolah SMA Negeri 1 Tanjungpinang dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pada tahun 2009, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama perkuliahan, penulis mendapat beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan beasiswa National Champion Scholarship dari Tanoto Foundation.

Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Keluarga Mahasiswa Buddhis (KMB), Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi), International Association of Agricultural Student and Related Science (IAAS), Asosiasi Tanoto Scholars. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitian tingkat Departemen dan Fakultas seperti Indonesia Ecology Expo (INDEX) 2010, Nutrition Fair 2010 dan 2012, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) 2011.

Gambar

Tabel 1  Jenis dan cara pengumpulan data penelitian
Tabel 3  Karakteristik sosial ekonomi subyek
Gambar 1  Sebaran subyek berdasarkan abnormalitas profil lipid darah
Gambar 3  Sebaran subyek berdasarkan lingkar pinggang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : Tesis yang berjudul : “PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN PENERAPAN

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Aktivitas Immunodulator Ekstrak Etanol Umbi Bawang Merah ( Allium Cepa L) Terhadap Respon Imun Non Spesifik Pada Mencit Jantan Galur

Dengan menggunakan Metode Cost-Plus Dengan Pendekatan Full-Costing, yang dapat dijalankan melalui beberapa cara tentang Penentuan Harga Jual Perusahaan yaitu Total Biaya Variable

Tunjukkan bahawa vektor sifar sahaja yang berortogon dengan semua vektor asas tersebut. (ii) Cari inti T, Ker T dan beri kesimpulan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax.. Pengabdian

Hasil uji F menjelaskan bahwa secara berganda variabel sales growth, price earning ratio, return on equity berpengaruh terhadap return saham terbukti, dikarenakan nilai

Peserta didik yang selesai lebih dulu, baik individu maupun kelompok dalam membuat produk kerajinan bahan berbasis media campuran dapat mempresentasikan di muka kelas, agar

43 Total regulatory adjustments to Additional Tier 1 capital Jumlah faktor pengurang (regulatory adjustment) terhadap AT1. 44 Additional Tier 1 capital (AT1) Jumlah AT 1 setelah