• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan sistem penangkaran rusa timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) berdasarkan jatah pemanenan dan ukuran populasi awal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan sistem penangkaran rusa timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) berdasarkan jatah pemanenan dan ukuran populasi awal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian -IE\IS

P.\L\\ D\\

D.\\'{

D-iKr,\C :1.13t-i-

tLS_1

S.\\f3{R

ca-lj:_i

:-":coLoR

KERR.

19-l)

DI RESORT TELL'K PL L {1. T.\\,i

r\

\.iSI,

,\ {L T{\-r

-

\G

? ,

T:\G. L1L.\t

t\T.\\

TE\C.\H

r Fo.,i plonrs ttnd

Hobirtt's Clr-n:iia C,i:.r.;.-. ,1r'-\,1p'r-'-

-1..- f

e:.-*.,:n---.'-,:,r

j,.. .',-)

:,:1..:,...rt,.,;;.?;,r,,.:. T,;t:iting Ptrting l- a t i o t t t I P a r 1.. Cer: ir.l,',(.:,'r n;,:i;,',r i:,

Abdul Haris \lustan. -\iioh \larsh.rr. Bur::rudi-n

\Ia:,,uc

17

54

PENENTUAN SISTEN{

PE\A\GI.i-\R\N

RUS-{TI\1OR lRti.rt:imorens;-i de Blainiille 18ll)BERD.\S-\RLAN JATAH PEMANENAN DAN UKURAN POPULASI A\\'.{L (Derer-rnining o.l'Captive Breeding Ststen ol.Rusa Deer

Based on Harvest Quota and Initial Population Size)

Yanto Santosa, RozzaTri Kwatrina,Agus Priyono

Kaftono

55 _ 64

EE=ffi*

KEANEKARAGAMAN JENIS SATWALIAR

DI

KAWASAN PERKEBUNAN KELAPASAWITDAN STATUS

PERLINDTINGANNYA: STUDI KASUS DI KAWASAN TINIT PENGELOLAAN PT. TANDAN SAWITA PAPUA, KABUPAIEN KEEROM, PAPUA(Diversity ofAnimals in Oil Palm PlantationArea and Status Proctetion; Case StLtdy

in Zone Management Unit PT. Tandan Satuita Papua, Keerom Regency, Papua) HamiosArief

PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT SAMIN TENTANG KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DAN PENGELOLAANYA(tocalKr owledge of Sanrin Society of Plant Diversit- and Conservation)

Jumari,DedeSetiadi,YPulwanto,EdiGuhardja

jl

-7B

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA DI PULAU BAWEAN KABUPATEN GRESIK (Tourism Development

Strategy in Bawean Island, GresikDistric)

MohammadRamli,E.K.S.

HariniMuntasib,AgusPriyonoKarrono

.7g

g4

PEMANFAATAN

DAN

UPAYA KONSERVASI

KAYU

PUTIH (Asteromyrtus syrnphyocarpa)

DI

TAMAN NASIONALwASUt(utilization and Conservation Actiort of Asteromyrtus symphyocarpa

lr

iltastriNational park)

Yarman, E,llynK.

Damayanti

g5

93

ANALISIS FAKTOR EKOLOGI TUMBUHAN LANGKA ROTAN BEULA Ceratolobtrs glctucescens BLUME DI CAGAR

ALAM

SUKAWAYANA SUKABUMI JAWA BARAT (Rare Plant Ecological Snuty of.Rotan Beula ceratolobus glaucescens B/urrc at sukau,ayana Natural Reserve, sukabunti, west Jcwcr\

Rudi Hermawan, Agus Hikmat, Agus P

Kaftono

94 _ 110
(2)

Volume

17,

Nomor

2,

Agustus

2012

DEWAN

REDAKSI

Penanggung Jawab Dewan Redaksi

Dewan Editor

Alamat Redaksi Telepon / Fax. E-mail

Media Konservasi merupakaniumal ilmiah bidang konservasi sumberdaya

alam hayati

dan

lingkungan,

yang

menyajikan

artikel

mengenai hasil penelitian maupun telaah

pustaka

Rdaksi

menerima sumbangan artikel, dengan ketentuan penulisan artikel s€eerti tercantum pada halaman dalam sampul belakang. Jurnal

ini

ditefti*an

setahrm 3

kali

:

April,

Agustus dan Desember.

Terakreditasi : SK Dirjen

DIKTI Nomor: II8/DIKTI/IGp/2001

Sambas Basuni Burhanuddin Masy'ud Rachmad Hermawan Agus Hikmat Eva Rachmawati

Arzyana Sunkar Resti Meilani Hadi S. Alikodra Machmud Thohari

ErvizalA.M.

Zuhud

Ani

Mardiastuti E.K.S. Harini Muntasib

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, P.O. Box 168, Bogor 16001

(62-2st)

8621947
(3)

Medie Konservasi VoL 17, No. 2 Agustus 2012

:

55 - 64

PEI{ENTUAN

SISTEM

PENANGKARAN

RUSA

TIMOR

(Rusa

timorensis

de

Blainvilte

1822}

BERDASARKAN JATAH PEMANENAN

DAN

UKURAN

POPULASI

AWAL

(Determining

of

Captive

Breeding

System

of

Rasabeer

Based

on

Harvesr Quota ond

Initial

Populution

Size)

YANTo

sexrose

r),

Rozze Tnr KwarnrNA

?),

Acus

pnrvoNo

KRRroNo3) t)

I)epartemen Konsen'asi Sum,benlaya Hutan dan Ekowisata, ['akultas Kehutanan, Kampus IIIB Dromaga,

l]ogor

"

P u s I i t ha n g Kon s e r

"-'asi d an Reh ab i I i t os i, IJ a I itb a nghu

t

Jl. Guntng Batu No. 5, Bogor r)

Departemen Kanservasi Sumberdoya Hutan dan

9furu*ou,

Fahdias Kehutanan, Kampus IIIB Dranraga, Rogar

Diterima

28

Okto5ff

201

llllisetujui

21 J znusrl. 2012

ABSTMCT

Hamest quatu and papalatiotr size could be used o da*rninc deer capti>y bred*q srytet.- Melopnanl Cartq of Deer Cqptive Breafing Technolopp: at Dramaga Research-Itorest (DEF) is one olcoptive breding projected io

b

o;6pdsb;I

irrsritution rtit

prdrdd*,

ogsprtni

for

consertalian and cammerciol requlrew.ent. The

^obiecttue of this resenrch *as

a

deternite

7n,

"opt*

brz"nirg

t,"t

*

t*ror&;rA

i"

han'rtstharvest qaota und initid Wpillation size at Dramaga Reveorch Forest. Ihta and ir{orr*tion

xei alletd

tf

tiioot*"

snAy ada 4eW ohsetwttun durtng I'ehraary antil April 2A09. 'lhe rasutt rciealetl that bceted on minimal hoie*t quota and initial ppAation sae, ana

u*iding

o1

carrying crtt)deily, semi inlewtue sj,stem (iS) v'ws the best deer cctptive breeding.syswm akemativefor DkF. Keywards: rusa deer,.harvest quoto, poptlation size, capiive breeeding syrtem

PENDAHULUAN

Rusa

timor

(J?risa timorensis

de

Blainville) merupakan salah satu

jenis

rusa

asli

Lndonesia yang

populasinya

terus

menuun

di

alam. Kondisi

ini disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah perburuan

secara

illegal

pada habitat aslinya

di

atam

untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi (fUCN 2008).

Salah satu upaya konservasi dan pemanfaatan jenis nrsa

timor

secam lestari adalah kegiatan penangkaran. Pusat

Penelitian dan

Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi merupakan salah satu institusi pemerintah yang sedang mengembangkan penangkaran nrsa timor. Penangkaran yang terletak

di

Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Provinsi Jawa Barat

ini

selain berfungsi sebagai

media

pendidikan, penelitian,

dan

rekreasi,

juga dirancang sebagai salah satu lembaga penyedia bibit rusa

timor.

Sesuai dengan

salah satu tujuan

pengelolaan satwaliar,

yaitu

konservasi

dan

pemanenan (Cauhgley

1977),

maka

pengelolaan populasi

rusa

timor

di penangkaran harus diarahkan untuk memperoleh panenan

lestari

berupa

jatah

panen setiap tahun. Keberhasilan pengelolaan

tersebut sangat

tergantung

pada

upaya pemanenan yang dilakukan dan waktu pemanenan (Xu e/

al.

2005), sehingga salah satu pertanyaan

yang

harus dtjawab oleh pengelola populasi satwaliar adalah berapa

jumlah

satwa yang harus dipanen

dari

populasi dalam setiap tahunnya

(CCM 2008). dan

kapan pemanenan dapat mulai dilakukan. Jatah panen yang telah ditetapkan

hanya

dapat

dipanen apabila terpenuhinya

ukuran populasi yang ter:edia pada saat peilnnenan, dan ukuran populasi awal saat kegiatan penangkaran dimulai.

Selain ukuran populasi, besarnya jatah panen yang

akan

ditetapkan

sangat

terkait

dengan

sistem penangkaran yang diterapkan. Dalam analisis finansial

ini,

digunakan analisis

Break

Even

Poinr (BEp)

yang

nilainya

dipengaruhi

oleh

komponan-komponen biaya

t€rtentu.

Sehingga"

dalam

penentuan

jaah

panen berdasad<an

analisis BEP, maka

sistem penangkaran

dengan

komponen

biaya

yang

berbeda

akan menghasilkan nilaijatah panen yang

berbeda-Secara urmun,

di

lndonesia

dikenal

tiga

sistem penangkaran

yaitu

sistem ekstensif,

semi

intensif, dan

intensif,

Perbedaan ketiga sistem penangkaran tersebut adalah intensitas keterl ibatan manusia dalam pengelolaan

dan

penyediaan pakan. Pada sistem ekstensifl pakan hanya tersedia

di

alam tanpa campur tangan manusia dalam penyediaan

dari

luar

areal peningkaran. pada sisiem semi

intensi{

pakan yang tersedia berasal dari dalam dan luar areal penangkaran yang diperoleh melalui campur tangan manusia.

Untnk

sistem

intensi{

pakan hanya diperoleh

dari luar

areal

penangkaran dengan bantuan manusia. Saat penelitian

ini

dilaksanakan hanya sistem

semi intensif dan intensif yang

diterapkan di Dramaga. Berdasarkan

hal

tersebut maka penelitian

ini

bertujuan

untuk

menentukan sistem penangkafan rusa

timor

di

pemngkaran

Hutan

Penelitian

Dramaga. berdasarkan

jatah

panen

dan

ukuran populasi

awal berdasarka n tiga pa nen.

METODE PENELITIAN

Penelitian

ini

dilakukan

di

Hutan

P@liriar

(4)

Konservasi

AIam,

Bogor. Penelitian dilaksanakan dari Februari sampai dengan

April

2009.

Data dikelornpokkan menjadi data primer dan data sekunder.

Data primer terdiri dari:

(1)

standar biaya pernbangunan penangkaran

yang

digunakan

rurtuk r'llenyusun biaya investasi, biaya operasional, dan biaya vaiabel penangkaran, (2) data pararneter demografi rusa

timor

yang digunakan

untuk

zuralisis populasi nrsa, (3) data daya dukung habitat yang digunakan untuk analisis

jatah

panen.

Data

sekunder

terdiri

dari

data

kondisi

karrasan

Hutan

Penelitian Dramaga,

serta

data bioekologi nrsa timor.

Data

dikumpulkan

melalui

studi

literatur,

wawancara,

dan

pengamatan lapangan pada beberapa penangkaran

di

Jawa

Barat. Studi literatur

dilakukan untuk mendapatkan data mengenai komponen dan biaya

yang

dibutuhkan dalam

menyelenggarakan kegiatan

penangkaran

rusa timor. Biaya

pembangunan penangkaran dikelompokkan

menjadi biaya

investasi. biaya tetap dan biaya variabel. Penyusunan biaya-biaya tersebut menggunakan standar biaya yang berlaku secara

Iokal

maupun nasional.

yang

mencakup standar biaya pegawai,

tenaga kerja. upah, bahan dan

pekerjaan.

Berdasarkan

data dan

infcrrnasi

yang

diperoleh'

selanjutnya

disusun

biaya

penangkaran

untuk penangkaran

Hutan Penelitian

Dramaga berdasarkan masing-masing

sistem

penangkaran.

Selain

itu,

juga

dikumpulkan data mengenai parameter demograti rusa timor, dan daya dtrkung habitat.

Wawancara

tidak

terstrulrtur

dilakukan

terhadap pengelola penangkaran pada beberapa penangkaran di wilayah Jawa Barat diantaranya Taman Safari Indonesia-Cisarua, penangkalan

rusa

Jonggol,

dan

penangkaran

rusa Vedca. Selain

itu

juga

dilakukan

pengamatan terhadap populasi n:sa

di

penangkaran yang dikunjungi' Data parameter dernografi rusa timor yang dikumpulkan

meliputi: natalitas,

mortalitas,

dan

laju

pel"tumbuhan populasi.

I.

Jatah panen

Penangkaran

rusa

timor

di

Hutan

Penelitiarr

Dramaga

yang

dikembangkan

dengan

tujuan menyediakan

bibit

rusa

timor.

memerlukan peret:caxaan pemanenao sepefti target dan

jatalr

panen. Jatah panen dapat ditetapkan berdasarkan perhitungan

nilai

Break Event

Point

(BEP). Pendekatan BEP digunakan karena

dapat

menggambarkan

produksi

minimal yang

harus dipenuhi agar penangkaran dapat lestali tidak saja secara

ekologi

nafirurl

juga

secara

ekonomi. Dalam

konteks

pengelolaan penangkaran

rusa,

penerimaan

yang diperoleh dari penjualan procluk harus sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola penangkaran. Kondisi

ini

tercapai

apabila

jumlah

produksi minimal

dapat terjual. Dengan demikian, pengelola harus menentukan

jumlah

penjualan

minimal

berupa

kuota

panenan

minimal

setiap

tahun,

sehingga kegiatan penangkaran dapat tenrs terselenggara.

Penenluan Sistem I'enungkoran Rtsa'l'imor

Penentuan

jatah

panen beberapa hal, yaitu:

mempertimbangkan

a)

Sistem

penangkarar

yang

digurrakan, meliputi:

si*tem ekstensit sistem semi

intensi{

dan sistertr intensif,

b)

Jenis produk yang

dihasilkan adalah satu jerris produk {single producl) yaitu bibit rusa.

Analisis BEP

diperhitungkan berdasarkan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan setiap tahun. Komponen biaya tetap yang digunakan

meliputi;

biaya pemeliharaan bangunan

dan alat,

biaya

operasional perkantoran dan kegiatan penangkaran, serta

gaji

dan upah karyawan. Komponen biaya variabel meliputi biaya pembelian

pakan

tambahan, konsentrat

dall

vitamin, biaya perawatan kesehatan dan obat-obatan, serta biaya penangkapan darr pengangkutatl rusa.

Jatah panet msa timor yang dirryatakan sebagai Qt

dihitung

dengan

menggunakan

persarunn

(Honre &Wachowicz

1995):

F

ff=

{P

*vl

Keterangan (Remarksj:

Qt

:

jatah panen (hanest qwtta)

(individt/th)

F :

ootal biaya tetap (total Jixed cos4

Gp./th)

P :

harga jual per unit produk (sale price per unil

of

p roduc t) (Rp./individu)

V :

biaya variabel per

unit

produk (variable cosl per unit ot' p radacl) (Rp./individuith)

2.

Ukurnn

Populasi Pada SaatPemanenan

Jatah panen dapat tercapai apabila ukuran populasi pada saat pemanenan mencukupi. Apabila Qt dinyatakan sebagai panenan lestari (SY), maka ukuran populasi yang lrarus terssdia pada saat pemaneran

(Nt)

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Cau ghley I 977) :

o-ItI,

:

f

h:

t

-

{*-"}

Keterangan (Remarks\:

Nt

:

ukuan

populasi

pada saat

penlanenan $tapulatbn size at hon'esl rime) (individu)

Qt

:

jatah panen (&anest quota) (individu/th)

h :

la.iu pemanenan {harvest rate)

r :

la.iu perturnbuharr eksponensial (uipanential growth rute)

3.

Ukuran

Populasi

Awal

Untuk

mencapai

jatah

panen dan ukuran populasi

pad

saat

pemanenan,

maka dilakukan

perhitungan besarnya ukuran populasi awal yang harus tersedia pada saat kegiatan penangkaran

dirnulai. Ukuran

populasi

awal

(Ne) ditentukan trerdasarkan rnodel perturnbuhan populasi terpaut kerapatan atau model logistik (Caughley 1977). Berdasarkan persamaan

logistik

tersebut. maka

a

t

{

t

d

I

D

i

I

i

i

{.

H

i

h

{{

h

H

rl

F

f,:

&

k

h

h

4

r!il

(5)

Medir Konservasi Vol. 1.7, No. 2 Agustus 2012

:

55 _64

ukuran populasi persarnaan: .,ry$

awal (N0)

dapat ditentukan menunrt

A,

= kebutuhan areal penangkaran sistem semi intensif

Keterangan {Remarks\:

N,

:

ukuran populasi

pada waktu

pemanenan (Ttopulation size at han:art time) (irrdividu)

N6

:

ukuran populasi awal

(initial

population ,size)

(individu)

K :

daya

dukung habitat

(carrying

capacity) (individu/th)

r =

laju peftumbuhan Qyo**th rate)

t =

waktu pemanenan (hantest time)

(th)

e =

bilangan euler (e

:

2,718281...)

_.

Berdasarkar

tiga

sistem

penangkaran

yang digunakan, maka daya dukung

di

dibedalan atas

dafi

dukung

untuk

sistem ekstensif, daya dukung

unhrk

sistem

semi

intensi{ dan daya

dukung

untuk

sistem

intensif.

Daya dnkung habitat

di

Hutan

penelitian

Dramaga

berdasarkan

Kwatrina (2009)

yaitu

untuk sistem ekstensif sebanyak 14

individu

per

iahun,

daya dukung

untuk

sistem semi

intensifl yaitu

sebanyak 32

individu

per

tahun" dan daya dukung untuk

sistem

intensif sebanyak 38 individu per tahun.

4.

Pendugaan Kebutuhan

Areal

penangkaran Pendekatan

yang

digunakan

untuk

pendugaan kebutuhan areal penangkamn pada sistem ekitensif dan intensif adalah kebutuhan area[ penangkaran berdasarkan ketersediaan

pakan,

sedangkan

undk

sistem

intensif

digunakan

pendekatan

kebutuhan areal

penangkaran berdasarkan

kebutuhan terhadap ruang.

pendug;aan kebutuhan luas areal penangkar:an rusa ti-mor

padatp

sistem

penangkaran

dilakukan dargan

*enggunakar persamarm matematis

yang dimodifikasi dari

priyono (2007) sebagai berikut:

cu =

'

$€{1+f"}

FP '"EI

,

cre:

}f.n

re.(I

+f*)

Keterangan:

A:

kebutuhan areal penangkaran satwa (ha)

A=kebutuhanruang

(ha)

N:

populasi satwa (individu)

.fi:

faktorpengaman

-

- Persamaan

Priyono

e}AT

selanjutnya disesuaikan berdasarkan

tiga

sistem

pe*rgnarrn

yang

digunakan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai Ueritut:

4=rys'&=W,

&

:

Is.S"

{:,

+

rr}

Keteran gan (Rem a rt*s) :

A*:

kebutuhan areal penangkaran sistem ekstensif (ureu requirement of exteftsive system) (ha'1

(area re4uirement of semi intensh,e.system'S (ha) kebutuhan

areal

penangkaran

sistem

lntensif {area requirement of intensive system) lha) ukuran populasi Qtopulationslze) (individu)

kebutuhan

konsumsi

setiap

individu tconsumptian ,rize

per

intliticht\

(sebesar 6,4 kg/individu/th ; Kwatri na 2009)

produktivitas hijauan pakan

di

dalarn

areal

penangkaran saja (feed plant productlvitv inside of the breeding area) (sebesar 4.442,29 kg;/ha/th: Kwatrina 2009)

Ar=

N_

f:

Pr-Ps:

produktivitas hijauan pakan

di

dalam dan

di

luar

areal

penangkaran

(feed

plant

prodactivity outside of the breecling

area\

(sebesar g.155,36

kg/b/dr

Kwatrina 2009)

R

-

kebut"han

ruang

setiap

indMdu

(space rcquirement

per

individu)

(seluas

2]5

m2/

irdividu:

Semiadi

&

Nugraha, 2004)

./c

:

fakorkoleksi

bagi konsumsi setiap individu rusa (conection

factor

for

indivicluai nnsumption) (sebexr257o)

.fr

:

.

faktor

pengauan kebutuhan ruang

setiap

individq

2 kali

ksutuhan

ruang setiap individu

(ggard

factor

for

spoce requirement per

individu,

twice

af

space requirement per

indbidt)

Pengganrian

notasi

#

meqiadi

R

rnerupakan perubahan

luas ruang dalam bentuk

lingkaran

dalam persaman Priyono

renjadi

bentuk perseg empat pada p€rsasaan peoelitian

ini-

priasip persanraan persanraan awal dan s€telah modifikasi adalah sama sehingga tidak

menimbulkan

resiko

perubahan

dalam

p".1r1t*,ng*o kebuarhan areal penangkaran

5.

Pemilihan Sistem penangkaran

Sistem penangkaran yang sesuai untuk penangkaran Hutan Penelitian Dramaga ditenmkan berdasarkan jatah paner yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan

ukuran

populasi

yang

harus

tersedia

pada

saat psmanenan, ukuran populasi awal, serta kebutuhan areal penangkaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jatah panen

Jatah panen yang ditentukan melalui analisis BEp

memiliki

pengertim bahwa penerimaan yang diperoleh dari-penjualan

produk

harus sama dengan

f,iryu

yurg dikeluarkan untuk mengelola penangkaiau.

Kondisi ini

1;rcapai apabila jumlah produksi minimal dapat terjual.

D"lgt,

demikian" pengelola harus menenrukan jumlah

penjualan

minimal

berupa

jatah

panen

minirnal

setiap

tahul

sehingga kegiatan

penangkarar,

dapat

terus
(6)

Jatah panen ditetapkan berdasarkan

biaya

tetap, biaya variabel dan harga

jual

produk (rusa). Perbedaan

sistem

penangkaran

yang

digunakan

rnengakibatkan perbedaan dalam komponen dan biaya tetap serta biaya

variabel

penangkaran, sebagaimana

disajikan

pada Lanrpiran

I

dan

2.

Dengan merrggunakan persamaan

Horne &Wachowicz (1995)

maka

jakh

panen

pada

masing-masing sistem penaflgkaran disajikarr

pada Tabel

I.

Biaya tetap tertinggi terdapat pada sistem intensi{

dan

terendah

pada sistem ekstensif.

Hal

ini

dapat

Penentuan Sis tem Perungl*r ran l&sa'l'imor

dipahami

karena pengelolaan

yang semakin

intensif membutuhkan kompondn pengelolaan tertentu, seperti pemtrangunan

kandang

dan

kebrm pakan,

yang mengakibatkan

tirggirya

biaya tetap. Biaya

variabel

dalam

perhitungan

ini

merupakan

biaya

yang berhubungan langsung dengan segala keperluan yang

dibutuhkan

untuk

memelihara

satu

individu

rusa, sehingga perbedaan sistem penangkaran menyebabkan perbedaan besarnya biaya variabel pada masing-masing sistem.

Tabel

I.

Biaya tetap, biaya variabel, dan jatah panen rusa timor di Hutan Penelitian Drarnaga (I;be cosl, variabel cost, and hnrvesl quota oJ'rusa deer at Dramaga Research F'orest)

Sistem penangkaran

((irtttive

breeding syslem\ Komponan analisis

(Analysis component)

(Intensive')

Intensif (Semi Semi intensif Ekstensif

intensif

system)

(Iktenstue) Biaya Tetap

(l;ix

cost) (Rp/th)

Biaya Variabel (Yariable co.st) (Rp/th)

Hargajual

(Sellprice) (Rp./individu)

BEP/ Jatah panen (Harvest suotd\

185.238.831 6.680.r00

7.s00.000

226

167.123.486 2.446.s04

7.500.000

tt43a?.236

r47.000

7.500.000

l6

33

Biaya variabel pada

sistem ekstensif menrpakan yang terendah dibanding&an dua sistem lainnya.

Hal

ini disebabkan

tidak

adanya komponen

biaya

penyediaan atau pengolahan pakan pada sistern ekstensif, dimana seluruh kebutuhan pakan rusa diperoleh satwa dari areal penangkaran tanpa campur tangan manusia. Berdasarkan lrasil perhitungan BEP dengan menggunakan harga rusa

sebesar

Rp.

7.500.000,-

perindividu

sebagairnana disajikan

pada Tabel

1,

maka

diperoleh

jatah

panen

minirnal

per

tahun pada

ketiga sistem

penangkaran masing-masing adalah 226 individu pada sistem intensif,

33 individu

pada sistem semi intensif, dan 16 individu pada sistem ekstensif.

Nilai

BEP, yang

merepresentasikan

jatah

panerq selain ditentukan oleh biaya tetap,

juga

ditentukan oleh

unit

eontribution

margin

atau selisih antara harga

jual

dengan biaya variabel

per unit

produk. Pengaruh biaya tetap dan

unit

contrihution

margin

terhadap

nilai

BEP

diperkuat

oleh hasil

penelitian

Teddy (1998)

di penangkaran Jonggol

yang

menggunakan sistem semi intensif.

Biaya

yang digunakan pada penelitian Teddy (1998) adalah biaya tetap sebesar Rp. 86.836.000,- untuk areal seluas

3

ha,

biaya variabel per

unit

sebesar Rp. 1.317.500,-,

dan

harga

jual

sebesar

Rp.

1.750.000,-. Berdasarkan

nilai-nilai

tersebut

maka BEP

diperoleh pada

nilai

201

individu.

Nilai

tersebut

lebih

besar dari

nilai

BEP

pada penelitian

ini

yaitu

33

individu.

Urit

conlributian

murgin

menggambarkan

besarnya konffibusi terhadap biaya operasional, sehingga semakin besar unit contribution morgin maka semakin

kecil

nilai

BEP (Martin

et

al.

1991}

Dengan kata

lain,

semakin besar penerimaan maka semakin sedikit jatah panen yang dapat ditetapkan.

Ukuran

Populasi

Ukuran populasi dalam pengelolaan penangkaran dengan tujuan pemanenan

terdiri dari

ukuran populasi pada saat pemao€nan dan ukuran populasi awal pada saat penangkaran

dimulai. Ukuran

populasi

pada

saat pemanenan

(N)

merupakan banyaknya rusa yang harus tersedia

pada saat

pemanenan

dilakukan,

sedangkan ukuran populasi

awal

(Nfl

merupakan banyaknya ntsa yang harus disediakan pada awal kegiatan penangkaran agar ukuran populasi pada saat pemanenan tercapai.

Berdasarkan

studi

literatur

terhadap hasil-hasil penelitian. jurnal

ilmiah

dan laporan ilmiah yang relevan (Priyono 1997, Finnansyah 2007, Setio 2007, Kwatrina dan Takandjandji 2008, Kwatrina 2009), maka diperoleh data dan inforrnasi mengenai laiu pertumbuhan, natalitas, dan mortalihs pada beberapa penangkaran rusa

timor

di Propirtsi Jawa Barat seperti disajikan pada Lampiran 3. Dasar dalam penetapan

nilai

laju pertumbuhan, natalitas, dan mortalitas dalam perhitungan kuota panenan adalah dengan merata-ratakan nilai yang diperoleh dari beberapa penangkaran

di

Jawa Barat.

Pertimbangan dalam menggunakan data yang berasal dari wilayah Jawa Baral adalah kemiripan

kondisi

iklim

setempat. Berdasarkan

hal

tersebut. maka pada penelitian

ini

ditentukan laju pertumbuhan populasi rusa

timor

di

penangkaran semi

intensif

sebesar

0,19,

natalitas

sebesar

0,33,

dan mortalitas sebesar 0, I 5.

Data

parameter

demografi yang tersedia

untuk sistem ekstensif dan intensif sangat terbatas. Oleh sebab [image:6.612.61.544.248.374.2]
(7)

F I I r I i l, I ! i I i t; I lr ! I i l i I t' t I I t t i I t I I i t I l l

i

I t:

l

$ t

t

h

t

l

I

t

F

k

t

h

h

t

!, I

f'Iodir

frc*n

VcL 17, f5o. 2 Agshs 2012

:

55 -64

bcrtagai

pemngkaran, Berdasarkan

hal

tersebut, maka pada penelitian

ini

ditentukan laju perhrmbuhan populasi rusa

timor

di

penangkarar semi

intensif

sebesar 0,19,

rxtuk

sistem

intensif

sebesar

0,

25

dan

untuk

sistem

ekstensif

sebesar

0,13.

Menurut Caughley

(1977r, pemanenan

lestari

(SY)

h.N,, dan

h =

l-e-'.

Berdasarkan

laju

pertumtluhan

eksponensial untuk masing-masing sistem penangkaran tersebut, rnaka laju pemanenan pada sistenr semi intensif sebesar 0,173; pada sistem intensif sebesar 0,221; dan pada sistem ekstensif sebesar 0,122.

Apabila

jatah

panen

(Q)

yang diperoleh

dari perhitmgan

BEP

merupakan representasi

dari

panenan

lestari untuk

penangkaran

Hutan

Penelitian Dramaga. maka besarnya ukuran populasi pada saat pemanenan

(N)

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: N,

=

Q,/h.

Berdasarkan

jatah

panen pada masing-masing sistem penangkaran sebagaimana telah disampaikan di

muka, maka diperoleh ukuran populasi pada

saat pemanenan

(Ni)

sebesar

1022 individu pada

sistem intensif,

l9l

individu pada sistem semi intensif, dan 13l individu pada sistem ekstensif.

Jumlah

individu

rusa

timor

yang harus disediakan pada awal kegiatan penangkaran sangat tergantung pada waktu

awal

dirnulainya kegiatan penangkaran tersebut.

Ada

beberapa pertimbangan

dalam

penetapan waktu awal kegiatan pemanenan, yaitu:

a)

sebagai

satwa

dilindungi,

individu

rusa

yang dipanen merupakan keturunan kedua

(F2)

sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Rl

No.

8

Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa,

b)

tujuan

pemanenan adalah

untuk

menghasilkan

bibit

rusa

dalam

kondisi siap

bereproduksi,

sehingga diutarnakan

bagi

rusa yang

telah

'

melampaui usia dewasa kelamin.

Beberapa literztur menyatakan bahwa umur dewasa kelamin pada rusa

timor

adalah 15

-

18 bulan. Untuk

wilayah Nusa

Tenggara

Timur, umur

perkawinan pertanra {minimum breeding uge) pada rusa timor jantan adalah

ll -

L2,67

lnlan, dan

l0

-

15,25 bulan pada betina. Untuk wilayah Jawa, rusa jantan

di

penangkaran menampakkan sifat berahi padaumur 15

-

16 bulan. dan rusa betina asal Jawa bunting pada

umur

16-18 bulan. Rusa timor bunting selama 8,3

-

8,5 bulan (Takandjandji et

al.

1998, Semiadi dan Nugraha 2004, Semiadi 2006).

Berdasarkan pertirnbangan tersebut, maka individu yang dipanen adalah individu keturunan ke.dua yang telah berunrur

15

bulan.

Pada

umur

15

bulan, rusa

telah

dewasa

kelarnin

dan

rnemiliki

peluang

untuk menghasilkan keturunan dalarn jangka waktu yang cukup

lama.

Dengan msmperrimtrangkan rnasa kebuntingan selama 8.5 bulan, maka rusa timor keturunan kedua yang telah berumur 15 bulan dapat dipanen minirnal empat tahun setelah ukuran populasi awal tersedia.

Ukuran populasi awal yang harus tersedia

di

awal

kegiatan

penangkaran

dapat bervariasi

berdasarkan

waktu awal

kegiatan penangkaran. Berdasarkan waktu awal pemanenan, maka ukuran dan karakteristik populasi

awal

pada

ketiga

sistem penangkaran

disajikan

pada Tabel 2. Nisbah kelamin yang digunakan pada penelitian

ini

adalah

l:20

pada sistem

intensif,

l;10

pada sistem semi intensif" dan 1:5 pada sistem ekstensif (Tabel ?).

Tabel

2.

Ukuran populasi awal berdasarkan waktu awal pemanenan

(Initiol

populutian size bssed on

inttial

harvest time)

Waktu awal panenan

(Initial

harvest time) (Year)

Ukuran populasi (Portula tio n sizel

lntensif(/rle.nsive)

Semiintensif(Extensive) Ekstensif (.Ex/ en s iv e\

',{

Total i1' Total Total

il

8 7 5 4 1 2 I I 4 5 6 7

I

9

t0

II

t2

t3

l4

15 16 17 18

I9

20

18 358

376

t4 279

293

2t7

228

170

178

t3l

r38

103

r08

80

84

62

65

49

5t

38

40

30

3l

23

24

11819

11415

I

10

1l

099

077

8 7 6 5

8l

67

5i

46 38 32 26 89 74

t3

t1

t0

9 8 7 6 5 5 4 4 ., J 2

)

)

2 65 57 50 44 38 34 30 ?6 23 20

l7

16

t4

t2

11

I

8 78 68 60 53 46 41 36

3l

28 24

2l

19

I6

14

l3

II

10 4 J 3 2 2 I 1 1

I

6t

5l

42 35 29

2l

24

t8

20

t5

16

12

13

10

11 [image:7.612.68.561.486.827.2]
(8)

Tabel

2

menunjukkan bahwa

pada waktu

awal pemanenan

4

(empat) tahun, ukuran populasi awal yang

iru*r

disediakan pada sistem

intensif

adalah

376

individu, pada sistem semi intensif sebanyak 89 individu' darr pada listem ekstensif sebarryak 78 individu' Semakin lama jangka

*akhr

awal pemanenan, maka semakin kecil ukuran populasi yang harus disediakan

di

awal kegiahn peuangkaran.

Luas

Areal

Penangkaran

Untuk

menjamin keberhasilan purangkaran pada

setiap sistem

penangkaran diperlukan

areal

yang

memadai. Ukuran populasi

awal

yang

besar

akan membutuhkan areal

yang

luas,

dan

sebaliknya. Untuk sistem

semi intensif dan sist€m

ekstensif,

luas

areat penangkaran ditentukan

oleh

ketersediaan pakan yang dapat diukur melalui besarnya

nilai

produktivitas hijauan

prkur.

Semakin

tinggi

produktivitas hijauan

pakan,

lemakin

sernpit

areal yang

dibutuhkan- Produktivitas hijauan pakan pada sistem semi intensif

terdiri dari;

1)

pioduktivias

hijauan pakan

dari

alam yang terdapat di dalam areal penangkaran,

dm

2:1 produktivitas hijauan

yang disediakan manusia dengan sistem

cat

and

carry

dariluar

areal penangkaran. Produktivitas hijauan pakan pada sistem ekstensif hanya merupakan produktivitas

yang

tersedia

dari

alam

yang

terdapat

di

dalam areal penangkaran.

Menurut

Kwatrina (2009),

rata-rata lerUoboti produktivitas hijauan pakan rusa timor di Hutan

Penelitian Dramaga

pada

sistem ekstensif

adalah sebanyak

4.442,29 kg/ha/th,

dan

pada sistem

semi intensif sebanyak 8. 1 55,36 kg/haith.

Penentuan Sfutem Penangkaran Rtsa'l'imor

Untuk

sistem

intensif,

kebutuhan terhadap pakan

bukan

merupakan

faktor

pembatas,

karena

seluruh kebutuhan

pakan

disediakan

oleh

manusia

dari

luar penangkaran.

Faktor

pembatas

pada sistem

intensif aa"UU kebunrhan terhadap

ruang'

Menurut Serniadi

&

Nugrahr {2004},

kebutuhan

ryang untuk rusa

betina dewasa adalah 1,75

-

2,25

t*

per

individu,

dan

rusa jantan dewasa adalah 2.00

-

2,75

n*

per individu- Dalarn perhitungan kebutuhan ruang pada sistem

intensif

di

Hutan

Perrelitian Dramaga

ini

digur:akan kebutuhan ruang pada rusa jantan diwasa seblsar

2,75

m3 untuk menghitung kebutuhan semua rusa

yang ada

Hal

ini

berdasartan pertirnbangan bahwa penggunaan kebutuhan maksimal dapat rnengantisipasi kebutuhan ruang untuk sanua kelompok rusa jantan, betina dan anak.

Berdasarkan ukuran populasi

awal,

produktivitas hijauan pakan, dan kebutuhan ruang per

individu

maka

dapat

ditsntukan kebutuhan

areal

penangkaran berdasart<an

sistem

penangkaran

dan

waktu

awal pernanenan sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Tabel

3

menunjukkan bahwa

jika

waktu

awal pernanenan ditetapkan

empat

(4)

tahun

setelah arval penangkaran, maka

luas

lahan

yang

dibuttrhkan pada

siste*

intensif

urtuk

menampung

376 individu

adalah seluas 0,1 ha. Pada sistem semi intensif, dibutuhkan areal seluas 31,87 ha untuk menampung 89 individu, dan pada sistem ekstensifdibutuhkan areal seluas 51,27 ha untuk menampung

?8

individu.

Semakin

lama waktu

awal pemanenan

dan

semakin

kecil

ukuran populasi awal, maka semakin sempit areal yang

dibutuhkan-Tabel

3.

Luas areal penangkaran berdasarkan ukuran populasi awal dan waktu awal pemanenan (Width

af

captive breetling aiea baied on initidl popillation size and initial har"-est time)

Waktu Awal Panen

tlnitial

harvest time\

lntensif (^In lensive Semi lntensif intensive Ekstensif [Extensive

No

(individu)

A

(ha) No (individu A (ha) No (individu)

A

(ha)

Xead {tahun

78 46 28

16 10

89 42 20 9 4 4

8

t2

16 20

376 138

51

l9

7

o,l

0,04 0,01 0,01

31,87 15,04 7,16 3,22

51,2'1

30,24 18"40 10.52

1.43 6.57

Keterangan (Remarkt): No = lkuran populasi awal {Initiat population.rre), A

:

Iuas areal penangkaran (width of c'dptive hreedhtg area\

Jika

dihitung

jumlah

rusa

yang

dapat ditampung pada masing-masing areal penangkaran, maka diperoleh iata-ratu kepadatan rusa pada sistem

intensif

sebanyak 3.634 individu/ha, pada sistem semi intensif sebanyak 2,8 individu/ha, dan pada sistem ekstensif sebanyak 1,5

individuiha.

Pemilihan Sistem Penangkaran

Pemilihan sistem penangkaran yang sesuai dengan

kondisi

areal

Hutan

Penelitian Dramaga

sangat tergantung pada

jatah

panen dan ukuran pppulasi awal

dengan mernpertimbangkan ketersediaan hijauan pakan serta luas areal.

Pada sistem ekstensi{ seluruh

kebutuhan rusa

diperoleh

dari

alam tanpa campur tangen

manusia sehingga biaya tetap dan biaya variabel yang dibutuhkan untuk memproduksi satu

individu

sangat rendah, yaitu Rp. 147.000,-. Berdasarkan lrarga

iual

satu individu rusa

di

beberapa wilayah Jawa Barat sebesar Rp.7.500.000,-maka

nilai

margin

atau selisih antara

biaya

produksi dengan harga

jual

menjadi sangat besar, sehtngga breuk [image:8.596.64.551.488.585.2]
(9)

Me{is l(66s1rrsi VoL 17, No.2 Agustus 2012

:

SS _64

Walaupun

nilai jatah

panen

minimal

dan ukuran populasi awal pada sistem elistensif relatif rendah namun

aral

penangkaran yang dibutuhkancukup luas.

Hal ini

disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan hi;auan sumber pakan pada areal penangkaran ekstensif yang berakibat pada rerdahnya daya dukung habitat. Berdasarkan hal tersebut, dengan daya dukung areal penangkaran pada sistem ektensif sebesar 1,5

irrdividu per

hektar, maka dibutuhkan areal

yang cukup luas untuk

rnenampung sejumlah 131 rusa saat pemarEn:m.

Nilai

daya

dulung

Hutar

Penelitian Dramaga

untuk

sistent ekstensif ini

lebih

rendah

dibandingkan dengan

daya dukung

di

!4**

Istana Bogor sebesar 8-15

individu

per

hiktar

(Garsetiasih

dan

Herlina

2005).Kondisi

iebatiknya

terdapat pada sistem intensif. Luas areal yang dibutuhkan sedikit namun daya tampung perhektar areal sangat besar

yaitu

3.634

individu.

Walaupun demikian.

untuk

menyelenggarakan penangkaran dengan sistem intensif dipedukan dana yang sangat besar. pada sistem intensif

se_luruh keperluan rusa disediakan oleh manusia sehingga

dibutuhkan sejumlah

komponen

biaya tetap

s"p"rti, pemeliharaan

dan

operasional

kandang

intinsif

dan sarana pengelolaan

limbah, serta

gaji

petugas untuk menyediakan hijauan pakan.

.

liaya

variabel

pada sistem

intensif

juga

sangat

|*SCi.

Biaya yang dibutuhkarr untuk mempioduksi satu

individu

rusa adalah

Rp.

6.680.100,-, sedangkan harga

jual

satu

individu

rusa adalah

Rp.

?.500.000, sehingla

margin

yang

diperoleh

sangat

rendah.

Hal

-*i

mengakibatkan jatah panen minimal dan ulanran populasi

pada

saat

pemanenan

menjadi sangat besai,

yaitu

masing*rasing

226

dan 1.022 individu.

Selain- itu,

ykuran populasi awal yang lrarus disediakan

juga

lebih banyak. Sebagai contoh, pada pemanenan 4 hhun setelah kegi-atan penangkaran

dimulai,

rnaka ukuran populasi awal yang harus disedia-kan adatah sebesar 326 individu.

Kondisi

ini

dapat rneqiadi kendala

bagi

pengelola

penangkararq karena dibutuhkan dana yang besar untuk menyediakan

376

individu

rusa pada

awal

kegiatan penangkaran.

Berdasarkan

ukuran populasi

awal

yang

harus tersedia, maka sistem ekstensif clan semi

inteniif

lebih berpeluang

-diterapkan.

Narmrn dernikian,

pcnerapan

sistem

semi

intensif

dan

ekstensif tersebut

sangat tergantung pada produktivitas hijauan pakan. Salah satu keterbatasan

pada

sistem

ekstensii

dalam

upaya pemenuhan kebutuhan pakan adalah ketersediaan

p;kar

yang hanya terbatas pada hijauan pakan

di

dalam areal

penangkaran. Pengelola

hanya

dapat

rnelakukan pembinaan habitat

di

dalam areal penangkaran, namun tidak dapat menambah sumber pakan lain-dari Iuar areal penangkaran. Hal ini dapat rneqiadi kendala dalam upaya

peningkatan

laju

pertumbuhan karena

terbatasnya

ll*pur

tangan manusia

dalam

pe.ngelolaan populasi.

,.r_u*

yang dapat dilakukan terbatas pada pengaturan nisbah kelamin,komposisi umnr, dan pernbinaan trabitat.

Sebaliknya, pada sistem semi intensif, pengelolaan

penangkarar dapat dilakukan secata leUih

intensif

dibandingkan

sistem

ekstensif. pengelola

dapat menyediakan sumber pakan dari luar areaipenangkaran, yaitu kebun pakan dengan cara cut and

carry,

s"hi,rgga kctersediaan hijauan pakan dapat ditingkatkan, Dengan memp€rtimbangkan

jatah

paren, ukuran populasi awal. serta kebutuhan areal penangkaran, maka

iistern

semi intensif dapar

dipilih

sebagai sistem yang sesuai untuk penangkaran Hutan penelitian Dramaga.

KESIMPULAN

l.

Jatah panen minimal pertahun

di

penangkaran Hutan Penelitian Dramaga adalah 226 individu pada sistem intensif 33 individu pada sistem semi intens:i{ dan

I6

individu pada sistem ekstensif. Ukuran populasi awal

yang

harus tersedia

pada waktu awal

pemanenan minimal empar

(4) ahun

adalah 376

individu

pada sistem intensif, 89 individu pada sistem semi intensif, dan 78 individu pada sistem ekstensif.

2.

Sjstern penangkaran yang

dipilih

untuk penangkaran Hutan Penelitian Dramaga berdasarkan

jatah

panen dan ukuran populasi awal dengan mempertimbangkan luas areal penangkaran adalah sistem semi intensii.

DAFTARPUSTAKA

Caughley

G.

1977. Analysis

of

Verrebrate posntlatbns. John Wiley

&

Sons. 2 t5 pp

ICCMI

Conservation Comission

of

Missouri.

200g.

Managing

Deer

population. http :i/mdc. mo. gov/nath islmammal Vdeer/populat. ht m. [9 Nop 2008].

Firmansyah. 2007. Prospek pengembangan Kebun Buru

di

Lokasi

Penangkaran

Rusa perum

perhutani

!$.lH

Jonggol Jawa Barat Berdasarkan Tinjauan

Ekologi [slaipsi]. Bogor:

Fakuluas Kehuianan, Institut Pertanian Bogor.

Garsetiasih

R

dan

N

Herlina. 2005.

Evaluasi plasma Nutfah Rusa

Totol (Axis

axis)

di

Halaman Kebrur Raya Bogor. Ball Ptasma NutJith.l t(

t):

34-40. Home, JCV and JM Wachowiez.1995. Funtlamentals

of

p'insncial

Management

9,h

Edition.

New Jersey:Prentice-Hall lncorporated. 760 pp.

IfUCN]

Internarional Union

for

Conservation

of

Nature and

Natural

Resource. 200g.

IUCN Red

List

of

flr91tened

Species. hqp://wwwiucmedlist.org. I I 3

Mei 20091.

Kwatrina

RT.

2009.

penetrtuarr

kuota

panenan dan ykuran populasi

awal

rusa

timor

di

penangkaran

Hutan

Penelitian

Dramaga

[tesisl.

Sekolah Pascasarjana" Institut pertanian Bogor.
(10)

Mayor

Konservasi Biodivesitas

Tropika

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor'

Martin JD, JW

Petty,

AJ Keown

and

DF

Scott. 1991' Basic

Financial

Manugemenl-

5h

Edition.

New Jersey:Prentice-Hall Incorpomted. 872 pp.

Priyono

A.

2AA1. Pendekatan

ekologi dan

ekonomi dalam penataan kawasan buru firsa sambar: Studi kasus

tanran

Buru

Gunung

Masigit-Kareumbi

[disertasi]. Bogor:

Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Priyono

A.

1997. Analisis pernrmbuhan populasi rusa

jawa {(iervus

timorensis

de Blainville)

di

Taman

Safrti

tttdooesia-Cisarua,

Bogor. Laporan

Hasil Penelitian Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan' Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Semiadi G. 2006.

Biologi

Rusa T'ropis. Cibinong: Pusat

Penelitian

Biologi.

Lembaga

Ilmu

Pengetaluan Indonesia.

l82hal.

Semiadi

G

[an

RTP

Nugraha'

2(f/,-

Panduan

Pemeliharaan

Rusa Tropis- Pusat

Penelitian

Penentuan Si*tem Penanpikaran &,tsa'I'imor

t ,,'

Biologi, Lernbaga Jlmu Pengetahuan lndonesia- 282 hal.

Setio

P.

2007.

Penelitian penangkaran

satwa

langka

Uirnitai

ekonomis

di

Jawa.

Laporan

Hasil

Penelitian.

Bogor: Pusat

Penelitian

dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor' Takadjandji

M,

N

Ramdhani,

dan

M

Sinaga. 1998'

Penampilan Reproduksi

Rusa

Timor

(Cervus timorensis)

di

Penangkaran.

Bull

BPK

Kupang

I3(r):

rt

-v1.

Xu C. MS

Boyce, and

DJ

Daley. 2005. Harvesting

in

seasonal envimnment. J Math

Biol

5A:663'682' Teddy. 1998. Analisis faktor-faktor penentu keberhasilan

usaha

penangkaran

n$a:

Studi kasus

di penangkaran rusa Perum Perhutani [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
(11)

Medir Konservasi Vol. 17, No. 2 Agustus 2012

:

55 - 64

Lampiran (Appendix\

l.

Rancangan biaya tetap pada tiga sistem penangkaran di.Hutan Penelitian Drarwga {Design

of

.fix cost on three captive breeding system at Dramaga Reiearch l'orest'l

-

Biaya Tetap

(Fix

cost\ (Ro./th)

Komponen {Component) lntensif Semi Intensif Ekstensif

Operationoll:

- Kantor

&

Pusat lnformasi (Office &.Information centre\

-

Laboratorium (laboratory)

-

Pos keamanan{Securiry pasfi

-

Papan nama (.llgnposr)

-

Gudang makanan dan gudang alat(Storehoase\

-

Sarana pengolahan limbah (Ii'ence)

-

Menara air {Water

bwer)

-

Kandang intensif (/nrer s i l" cage)

-

Kandang individu (Individual cage)

-

Shelter (Shelter)

-

Tempat'pakan (t;eeding location)

-

Kandang angkut (Container)

-

Kebrm pakan intensif (Intensive feetling gruturul)

-

Mena.ra pengawas (Observation towert

-

Pagar (l;ence'1

- Pagar tembok kandang terminal (I;ence a.f term.fual cage)

-

Pembirraan habitat (Habite* manupulatian)

-

Perlengkapan penangkaran Copttue hreeding equipment) - Irrstalasi listrik dan ak {Electric and water instalatian) - Biaya

listlik

(Electric

cosf

-

Klinik

satura \Animal

clinicl

- Neraca pegas (Spring bolance) - Sarana transportasi ('l\ct nsporta tio n)

- Perlengkapan operasional perkantoran (Affice operat ional) Gaji dan Upah karyawan per taElrn (Ofiicial salury

&fee)

1.380.000 I.t04.000 120.000 r2.000

960.000 810.000 140.000 9.240.000

924.00,A

26.400.000 4.12s.000

700.000

13 650.000

r.lz+.oss

1.093.968 7.200.000 1.472.17s

15.125.000 2.698.000 96.960.000

1.380.000 120.000 32.000 I2.000

600.000 29.400.000 3.696.000 600,000 504.000

l3l^250

700.000 4.550.000 15300.000

r.rz+.oae 861.648 6.000.000

l8_900 1s.12s.000 2.698.000 84.120.000

1.380.000

r20.000

- 12.000

,oo.roo

32.000 29-400.000 600.000 r8.200.000

1.174.688 861.648 6.000.000

18.900

15. t 25.000

2.698.000

37.980.000

(12)

Penentuan Sistem |terumgLaran /atsa I'imor

Lampiran (Appendix'12. Rancangan biaya variabel pada tiga sistem penan;€ran di Hutan Penelitian Dramaga {Design of variable cost on three captive breeding system at Dramoga Re,search b"orest\

,L

Biaya Variable (Vuriable co,rr) (Rp.1th)

Konrponen (Componentl Intensif

{lntensive)

Semi lntensif

(Semi Ekstensif

(Iktensive) intensive\

Pemberian pakan intensif {Intensive

waofl

Pernberian konsenhat (Conc e ntratel

Pakan tambahan (Ad d iti o n w o af)

Biaya

pengelolaan rumput tambahan (Cost

af

additional u,oof management\

Perawatan kesehatan dan obat2an (Heakh care

&

medicine)

Biaya penangkapan rusa {bee of deer harvesting) Biaya pengangkutan rusa (free oJ'deer transport)

_ Biaya ear tag

&

legalitas satwa (Ear tug & animal legatit.v\

1.401.600 1.09s.000 547.500 3.504.000 12.000

20^000 100.000

657.000 t.095.000

547.5AA

!2.000

15.000 20,000 100.000

t2.000

15.000 20.000 100.000

Jumlah

(Iotal)

6.680.r00 2.446.50A 147.000

Lampiran (Appendix)

3.

Parameter demografi populasi rusa timor pada beberapa lokasi penangkaran semi iniensif di Jawa Barat (Demography Wrameter oJ'rusa deer population on some semi intensive svstem cdptive breeding

at

West,Iava)

Lokasi

_^__';_-_

Rata-rata laju DenangKaran

'-iV;;;;;'"

Pertumbuhan

)''-';:--

krowth

rate

Dreedffis

trr"iiil

overage)

Nisbah

.

Keteransan

t.ffiT#l

Qkmait)

Natalitas

(Natality)

Mortalias

(Ititortality)

Fekunditas (Fecundityl

Dramaga, 0,15

0,15

0

-

l:1,5

Boqor

4

Vedca,

Cianjur

_

O,7l

Balapapat, 0,24

-

l

:1,67

Bosor Bogor Taman Safari Indonesia, Cisarua

0.18 0,33 0.15 0,9

l:1,8

Diolah dari berbagai sumber $'rocessed

from

sourcer): Kwatrina (2009)(pengam atan pribadi), Kwatrina dan Takandjandji (2008), Setio (2007), Firmansyah (2007),

Jonggol 0"22 0,59

I

: 1,3

Gambar

Tabel I. Biaya tetap, biaya variabel, dan jatah panen rusa timor di Hutan Penelitian Drarnaga (I;be cosl, variabel cost,and hnrvesl quota oJ'rusa deer at Dramaga Research F'orest)
Tabel 2. Ukuran populasi awal berdasarkan waktu awal pemanenan (Initiol populutian size bssed on inttial harvest
Tabel 3 pernanenan penangkaran, seluas siste* seluas pemanenan menampung sistem maka semakin sempit areal menunjukkan bahwa jika waktu awalditetapkan empat (4) tahun setelah arvalmaka luas lahan yang dibuttrhkan padaintensif urtuk menampung 376 individu ad

Referensi

Dokumen terkait

Strategi promosi pariwisata pada Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat pasca gempa bumi di pulau Lombok tahun 2018 melalui penjualan personal adalah

karena karakteristik produk dan jasanya yang bersifat universal, produk dan jasa wisata, objek wisata, dan tujuan wisata dalam Halal Tourism adalah sama dengan produk, jasa,

Memberikan kontribusi praktis bagi perusahaan-perusahaan dalam rangka pengambilan keputusan sehubungan dengan penggunaan dan pemanfaatan sisem informasi akuntansi berbasis

Puji syukur kehadirat Allah Swt karena laporan pra tugas akhir dengan judul Perancangan Pusat Budidaya Terumbu Karang di Kabupaten Lamongan ini dapat terselesaikan dengan

Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat

Pada penelitian yang dilakukan (Sobandi &amp; Nurhasanah, 2016) hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melaluli peningkatan minat

Bertitik tolak dari pengertian varibel di atas, maka secara operasional yang dimaksudkan oleh penulis dalam tesis ini adalah upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk

Tidak ketinggalan, ujian metabolit sekunder seperti tanin dan sebatian polifenol, antrakuinon serta gula deoksi dan glikosida kardium turut dijalankan.... penghasilan keladi