• Tidak ada hasil yang ditemukan

Utilization of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) and coconut shell charcoal to increase growth of falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes and Samanea saman (Jacq) merr seedlings

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Utilization of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) and coconut shell charcoal to increase growth of falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes and Samanea saman (Jacq) merr seedlings"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

BIODATA MAHASISWA

AKAN TERMUAT DALAM PROSIDING

Nama : Intan Fajar Kemala

No. Pokok : E44080056

Nama Ayah : Iskandar Teha (Alm.)

Nama Ibu : Cosmalinda Simanjuntak

Tahun Masuk IPB : 2008

Alamat Rumah (Asal) : JL. H. Sairun No. 28, Patal Senayan, Jakarta Selatan

No. HP : 081584109475

Judul Skripsi : Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Arang Tempurung Kelapa untuk

Meningkatkan Pertumbuhan Semai

Falcataria moluccana (Miq)Barneby & JW Grimes dan Samanea saman (Jacq) Merr Pembimbing Utama : Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS

Komisi Pembimbing : Dr Ir Maman Turjaman, DEA

Bogor, 27 November 2012 Mahasiswa,

(2)

KELAPA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SEMAI Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes DAN

Samanea saman (Jacq) Merr1

Utilization of Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) and Coconut Shell Charcoal to Increase Growth of Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes) and

Samanea saman (Jacq) Merr Seedlings

Oleh :

Intan Fajar Kemala2, Sri Wilarso Budi R3 dan Maman Turjaman4

ABSTRAK

Tanah latosol memiliki kesuburan yang sangat rendah dan menyebar cukup luas di Indonesia. Tingkat keberhasilan penanaman pada tanah latosol dapat didukung dengan pemilihan jenis yang tepat dan kualitas yang baik. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan arang tempurung kelapa untuk meningkatkan pertumbuhan sengon (Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes) dan trembesi (Samanea saman (Jacq) Merr. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca digunakan Split Plot Design-RAL dengan FMA sebagai plot utama dan arang tempurung kelapa sebagai sub plot. Parameter yang digunakan adalah persentase kolonisasi FMA, tinggi, diameter, berat kering tajuk, berat kering akar, nisbah pucuk akar dan indeks mutu bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara FMA dan arang tempurung kelapa dapat meningkatkan parameter untuk kedua bibit dibandingkan dengan kontrol. Faktor tunggal dari dua jenis FMA (Glomus sp. dan

Gigaspora sp.) memberikan pengaruh yang sama pada pertumbuhan kedua jenis semai. Faktor tunggal arang tempurung kelapa berpengaruh terhadap beberapa parameter pertumbuhan.

Kata Kunci: fungi mikoriza arbusukula, arang tempurung kelapa, Falcataria moluccana, Samanea saman, latosol

PENDAHULUAN

Latosol merupakan tanah yang memiliki kesuburan tanah sangat rendah sampai sedang. Tanah ini memiliki kandungan primer dan unsur hara yang rendah, bereaksi masam hingga sangat masam, fiksasi ion fosfat tinggi serta kapasitas pertukaran basa yang rendah (Cahyono 1985). Berdasarkan sifat-sifat tersebut, keberhasilan kegiatan penanaman yang dilakukan pada tanah latosol perlu didukung oleh pemilihan jenis yang tepat dan adanya semai yang berkualitas serta perbaikan sifat-sifat tanah tersebut.

F. moluccana dan S. saman merupakan tanaman kehutanan tergolong legum yang memiliki fungsi antara lain mengembalikan kesuburan tanah (Irwan 2008) sehingga banyak dipakai untuk kegiatan penanaman. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas semai ini adalah dengan aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan arang tempurung kelapa pada media latosol. Penggunaan FMA dapat membantu memperkecil keterbatasan akar pada penyerapan hara dan air di dalam tanah, dengan adanya hifa akan membantu penyerapan hara yang tidak tersedia bagi tanaman (Smith & Read 1997). Penambahan arang tempurung kelapa

ke tanah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui keefektifannya dalam melepaskan unsur hara karena memiliki kapasitas tukar kation cukup tinggi sehingga berpotensi dalam penyediaan hara terutama unsur P (Soemeinaboedhy 2007). Selain itu, juga berfungsi untuk membantu perkembangan FMA pada akar tanaman dengan memberikan unsur hara tambahan bagi mikroorganisme serta menjadi tempat berlindung melalui pori-pori yang ada (Warnock et al. 2007).

Tujuan penelitian ini adalah menguji penagaruh pemberian fungi mikoriza arbuskula (FMA) dengan arang tempurung kelapa dan interaksi keduanya terhadap pertumbuhan semai F. moluccana dan S. saman pada media latosol.

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kaca Mikrobiologi Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Gunung Batu, Bogor dari Pebruari sampai Juli 2012.

1. Makalah disajikan pada seminar hasil penelitian pada Senin, 10 September 2012 pukul 11.00 di Ruang Seminar ABT 2 Fakultas Kehutanan IPB 2. Mahasiswa Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB (E44080056)

(3)

1

Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan terdiri atas media kecambah (tanah dan pasir)

dengan perbandingan 2:1 (v:v), benih F.

moluccana dan S. saman, media sapih berupa tanah latosol, inokulum FMA Gigaspora sp. dan Glomus sp., arang tempurung kelapa. Pewarnaan dan pengamatan infeksi akar digunakan bahan antara lain akuades, KOH 10%, HCl 2%, tryphan blue, gliserin, asam laktat.

Alat yang digunakan terdiri dari saringan bertingkat, neraca analitik, autoklaf, oven, mikroskop, tabung reaksi, preparat slide, pinset, blade, spatula, cawan petri, gelas ukur, labu erlenmeyer, alat hitung, sprayer, bak kecambah, polibag, gembor, kamera, mistar, kaliper, gunting, label dan alat tulis, mesin pengocok, pH meter, botol kocok 100 ml.

Metode Penelitian

Persiapan benih. Sebelum disemai dilakukan pematahan dormansi untuk mempercepat perkecambahan dengan cara merendam air hangat selama 5 menit setelah itu dalam air dingin selama 24 jam.

Persiapan media semai dan sapih. Media semai yang digunakan adalah campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 2:1 (v:v) yang dimasukan ke dalam bak kecambah. Media semai yang digunakan adalah tanah latosol dicampur dengan arang tempurung kelapa pada taraf 0 %, 10 % dan 20 % (v:v) yang dimasukan pada polibag berukuran 10 cm x 15 cm. Semua media yang digunakan diayak serta disterlisasi terlebih dahulu menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 30 menit.

Penyapihan dan inokulasi FMA. Semai yang digunakan adalah yang berumur 2 minggu. Inokulasi FMA dilakukan dengan memberikan inokulum FMA dengan pembawa zeolit sebanyak 10 gram ke dalam lubang tanam.

Pemeliharaan. Pemeliharaan semai dilakukan dengan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari (pagi dan sore) tergantung kondisi media. Jika media dalam kondisi basah cukup disiram sekali saja. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh.

Pengamatan parameter dan

pengumpulan data. Parameter yang diamati adalah tinggi, diameter, berat kering pucuk, berat kering akar, nisbah pucuk akar, indeks mutu bibit, infeksi akar. Pengumpulan data infeksi akar dilakukan dengan staining. Dilakukan pula analisis sifat fisik-kimia tanah awal dan arang tempurung kelapa serta pengukuran pH tanah setelah pemberian perlakuan.

Rancangan percobaan dan analisis data.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Split

Plot-RAL dengan plot utama adalah FMA yang

terdiri dari 3 taraf dan subplot adalah arang tempurung kelapa yang terdiri dari 3 taraf. Serta interaksi kedua faktor. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima kali.

Analisis data deskriptif dilakukan menggunakan program Microsoft Excel. Analisis data hasil pengukuran dilakukan dengan sidik ragam menggunakan program SAS 9.1. Jika perlakuan berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis sifat kima tanah dan arang

tempurung kelapa disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis sifat kimia (Tabel 1) menunjukkan bahwa tanah memiliki pH yang tergolong sangat masam, kandungan C-organik sangat rendah, N-total yang rendah, P tersedia yang tergolong rendah, Ca, Mg, K yang rendah serta kejenuhan basa dan KTK yang juga tergolong rendah. Hasil analis sifat kimia arang menunjukkan arang memiliki pH yang tergolong alkalis, kandungan C-organik sangat tinggi, N-total yang sangat tinggi, P tersedia yang tergolong sangat tinggi, Ca yang rendah, Mg yang tinggi, K yang sangat tinggi serta kejenuhan basa dan KTK yang juga tergolong sangat tinggi (Hardjowigeno 1995).

Rekapitulasi hasil sidik ragam semai F.

moluccana ditunjukkan pada Tabel 2. Interaksi FMA dan arang tempurung kelapa memberikan pengaruh nyata pada parameter berat kering pucuk dan akar serta pengaruh sangat nyata pada indeks mutu bibit.

Tabel 1 Hasil analisis sifat kimia tanah dan arang tempurung kelapa

Sampel Sifat Kimia

pH H20 C-org (%) N-Total (%)

P Bray I (ppm)

Ca (me/100g) Mg (me/100g) K (me/100g) KB (%) KTK (me/100 g)

Tanah* 4,1 0,96 0,1 5,2 2,2 0,4 0,13 23,14 12,75

Arang# 9,6 48,47 0,8 619,27 4,38 2,2 88,07 100 18,47

(4)

F.moluccana

Parameter Perlakuan

FMA × arang

FMA arang

Kolonisasi FMA (%) tn * tn

Tinggi (cm) tn ** tn

Diameter (mm) tn * tn

Berat kering pucuk (g) * * **

Berat kering akar (g) * * *

Nisbah pucuk Akar tn tn tn

Indeks mutu bibit ** ** **

**Sangat nyata = P-value < α (0.01), * Nyata = Α (0.01) < P-value < α (0.05), tn tidak nyata = P-value ≥ α (0.05)

Faktor tunggal inokulasi FMA memberikan pengaruh sangat nyata pada parameter tinggi dan indeks mutu bibit serta pengaruh nyata terhadap diameter, berat kering pucuk dan akar, kolonisasi FMA. Faktor tunggal arang tempurung kelapa memberikan pengaruh sangat nyata pada berat kering pucuk dan indeks mutu bibit dan pengaruh nyata pada berat kering akar. Rekapitulasi hasil sidik ragam S. saman disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam semai S. saman

Parameter Perlakuan

FMA × arang FMA arang

Kolonisasi FMA (%) tn * tn

Tinggi (cm) * tn **

Diameter (mm) tn tn tn

Berat kering pucuk (g) ** * **

Berat kering akar (g) ** tn **

Nisbah pucuk akar tn * tn

Indeks mutu bibit ** * **

**Sangat nyata = P-value < α (0.01), * Nyata = α (0.01) < P-value<

α (0.05), tn Tidak nyata = P-value ≥ α (0.05)

Interaksi kedua faktor pada semai S. saman menunjukkan pengaruh sangat nyata pada parameter berat kering pucuk dan akar serta indeks mutu bibit. Faktor tunggal FMA berpengaruh nyata terhadap berat kering pucuk, nisbah pucuk akar, indeks mutu bibit dan kolonisasi FMA. Faktor tunggal arang tempurung kelapa berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi, berat kering pucuk dan akar serta indeks mutu bibit.

Parameter PengamatanF. moluccana

Pengaruh nyata pada parameter kolonisasi FMA ditunjukkan oleh faktor tunggal inokulasi FMA dengan hasil uji DMRT seperti pada Tabel 4. Semai F. moluccana yang tidak diinokulasi FMA mempunyai persentase kolonisasi sebesar 2,27%. Inokulasi FMA jenis Glomus sp. dan Gigaspora sp. memiliki pengaruh tidak berbeda nyata. Kolonisasi FMA Glomus sp. menunjukkan nilai

sebesar 33,68% dan Gigaspora sp. sebesar

36,47%.

terhadap kolonisasi FMA semai moluccana

Petak utama (FMA)

Anak petak (arang tempurung kelapa) Rata-rata FMA

0% 10% 20%

Tanpa 2,11 2,57 2,13 2,27a

Glomus sp. 26,20 (0,00) 36,25 (38,36) 38,59 (47,29) 33,68b Gigaspora sp. 29,24

(0,00) 40,89 (39,84) 39,29 (34,37) 36,47b Rata-rata arang 19,18a 26,57a 26,67a

Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada selang kepercayaan 95%

Hasil uji DMRT untuk parameter tinggi disajikan pada Tabel 5. Inokulasi kedua jenis FMA menunjukkan pengaruh yang berbeda jika dibandingkan dengan semai tanpa inokulasi FMA.

Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh inokulasi FMA terhadap tinggi semai F. moluccana

Petak utama (FMA)

Anak petak (arang tempurung kelapa) Rata-rata FMA

0% 10% 20%

Tanpa 4,64 4,38 4,98 4,67a

Glomus sp. 8,52 (0,00) 10,38 (21,83) 9,82 (15,26) 9,57b Gigaspora sp. 9,82

(0,00) 8,20 (-16,50) 12,54 (27,70) 10,22b Rata-rata arang 7,69a 7,65a 9,11a

Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada selang kepercayaan 95%

Pertumbuhan tinggi semai F. moluccana disajikan pada Gambar 1. Pertumbuhan tinggi paling baik pada 12 MST ditunjukkan oleh perlakuan A2M2 dengan nilai sebesar 12,54 cm.

Gambar 1 Pertumbuhan tinggi semai F.

moluccana (A0= arang tempurung kelapa taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2 = arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0 = tanpa inokulasi FMA, M1 = FMA jenis Glomus sp., M2 = FMA jenis Gigaspora sp.)

0 2 4 6 8 10 12 14

0 2 4 6 8 10 12

(5)

Tabel 6 menunjukkan hasil uji DMRT faktor tunggal pemberian FMA terhadap tinggi semai F. moluccana.

Tabel 6 Hasil uji lanjut Duncan faktor tunggal pemberian FMA terhadap diameter pada semai F. moluccana

Petak utama (FMA)

Anak petak (arang tempurung kelapa)

Rata-rata FMA

0% 10% 20%

Tanpa 0,70 0,86 1,01 0,85a

Glomus sp. 1,41 (0,00) 1,18 (-16,31) 1,54 (9,22) 1,38b Gigaspora sp. 1,28

(0,00) 1,10 (-14,06) 1,55 (21,09) 1,31b Rata-rata arang 1,13ab 1,05b 1,37a

Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbedanyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada selang kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 6, inokulasi FMA menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Akan tetapi, antar jenis inokulum tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.

Pertumbuhan diameter semai F.

moluccana disajikan pada Gambar 2. Pertumbuhan diameter paling baik pada 12 MST ditunjukkan oleh perlakuan A2M1 dengan nilai 1,55 mm.

Gambar 2 Pertumbuhan diameter semai F. moluccana (A0= arang tempurung kelapa taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2 = arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0 = tanpa inokulasi FMA, M1 = FMA jenis Glomus sp., M2 = FMA jenis Gigaspora sp.)

Analisis deskriptif nisbah pucuk akar semai F. moluccana disajikan pada Gambar 3. Nilai NPA yang paling tinggi ditunjukkan oleh perlakuan A2M0. Akan tetapi nilai NPA paling baik (kisaran 1-3) ditunjukkan oleh perlakuan A1M2.

Gambar 3 Nisbah pucuk akar semai F. moluccana (A0= arang tempurung kelapa taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2= arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0= tanpa inokulasi FMA, M1= FMA jenis Glomus sp., M2 = FMA jenis

Gigaspora sp.)

Hasil uji lanjut Duncan terhadap parameter berat kering pucuk (BKP), berat kering akar (BKA) dan indeks mutu bibit (IMB) disajikan pada Tabel 7. Interaksi kedua faktor menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata untuk diameter berat kering pucuk, berat kering akar dan indeks mutu bibit pada perlakuan arang tempurung kelapa taraf 10% dan FMA jenis Glomus sp. (A2M1).

Tabel 7 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan interaksi pemberian FMA dan arang tempurung kelapa terhadap parameter pada semai F. moluccana

Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada selang kepercayaan 95%.

Parameter Pengamatan S. saman

Pengaruh nyata pada parameter kolonisasi FMA ditunjukkan oleh faktor tunggal inokulasi FMA dengan hasil uji DMRT seperti pada Tabel 8.

Semai S. saman yang tidak diinokulasi FMA

mempunyai persentase kolonisasi sebesar 4,93%. Inokulasi FMA jenis Glomus sp. dan Gigaspora sp. memiliki pengaruh tidak berbeda nyata. Kolonisasi FMA Glomus sp. menunjukkan nilai

sebesar 28,36% dan Gigaspora sp. sebesar

22,14%. 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

0 4 8 12

D iam et er sem ai ( m m ) Umur (minggu) A0M0 A1M0 A2M0 A0M1 A1M1 A2M1 A0M2 A1M2 A2M2 0 1 2 3 4 5 6 7

A0M0 A1M0 A2M0 A0M1 A1M1 A2M1 A0M2 A1M2 A2M2

N is ba h puc uk a k ar Perlakuan Petak utama (FMA) Anak petak (arang)

IMB BKP BKA

Tanpa Taraf 0% 0,15ac 0,05ac 0,02a Taraf 10% 0,15ac 0,06ac 0,02ac Taraf 20% 0,14a 0,03a 0,01a

Glomus sp. Taraf 0% 0,16ac 0,06ac 0,02ac Taraf 10% 0,22ac 0,07ac 0,02ac Taraf 20% 0,57b 0,17b 0,07b

Gigaspora sp.

(6)

kolonisasi FMA semai S. saman

Petak utama (FMA)

Anak petak (arang tempurung kelapa)

Rata-rata FMA

0 % 10% 20%

Tanpa 0,33 1,12 13,35 4,93a

Glomus sp. 21,24 (0,00) 25,39 (19,53) 38,45 (81,03) 28,36b Gigaspora sp. 24,50

(0,00) 28,55 (16,53) 13,37 (-45,43) 22,14c Rata-rata arang 15,36b 18,35ab 21,72a

Pertumbuhan tinggi semai S. saman

disajikan pada Gambar 4. Pertumbuhan tinggi paling baik pada 12 MST ditunjukkan oleh perlakuan A1M2 dengan nilai sebesar 28,5 cm.

Gambar 4 Pertumbuhan tinggi semai S. saman. (A0= arang tempurung kelapa taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2= arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0= tanpa inokulasi FMA, M1= FMA jenis Glomus sp., M2 = FMA jenis Gigaspora sp.)

Gambar 5 menunjukkan pertumbuhan diameter semai S. saman. Pertumbuhan diameter paling baik pada 12 MST ditunjukkan oleh perlakuan A2M1 dengan nilai 2,56 mm

Gambar 5 Pertumbuhan diameter semai S. saman (A0= arang tempurung kelapa taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2= arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0= tanpa inokulasi FMA, M1 = FMA jenis Glomus sp., M2 = FMA jenis

Gigaspora sp.)

faktor pada parameter pertumbuhan semai saman.

Tabel 9 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan interaksi pemberian FMA dan arang tempurung pada semai S. saman

Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada selang kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 9 pengaruh berbeda nyata ditunjukkan pada perlakuan A1M2 untuk parameter tinggi. Parameter berat kering pucuk dan akar perlakuan A2M1 dan A1M2 tidak menunjukkan pengaruh berbeda nyata, tetapi nilai tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan A2M1. Nilai tertinggi untuk indeks mutu bibit ditunjukkan oleh perlakuan A2M1.

Tabel 10 menunjukkan faktor tunggal inokulasi FMA memberikan pengaruh berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 10 Faktor tunggal pemberian FMA terhadap NPA semai S. saman

Petak utama (FMA)

Anak petak (arang tempurung kelapa)

Rata-rata FMA

0% 10% 20%

Tanpa 2,43 2,09 2,29 2,27a

Glomus sp. 3,48 4,42 3,31 3,73b

Gigaspora sp. 4,34 4,57 3,42 4,11b Rata-rata arang 3,42a 3,69a 3,01a

Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbedanyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada selang kepercayaan 95%

Pembahasan

Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa terhadap media tanam. Media tanam semai F. moluccana dan S. saman dengan arang tempurung kelapa taraf 0% (A0M0, A0M1, A0M2) memiliki nilai pH yang sama dengan pH tanah awal yakni 4,1 terkecuali untuk perlakuan A0M2 (arang tempurung kelapa taraf 0% dan FMA jenis Gigaspora sp.) pada semai F. moluccana. Nilai pH tanah di bawah 6,5 menyebabkan defisiensi unsur P, Ca dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe (Hanafiah 2005). Tanah yang memiliki nilai pH 0 5 10 15 20 25 30

0 2 4 6 8 10 12

T inggi s em ai ( cm ) Umur (minggu) A0M0 A1M0 A2M0 A0M1 A1M1 A2M1 A0M2 A1M2 A2M2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

0 4 8 12

D iam et er s em ai ( m m ) Umur (minggu) A0M0 A1M0 A2M0 A0M1 A1M1 A2M1 A0M2 A1M2 A2M2 Petak utama (FMA) Anak petak (arang)

Tinggi BKP BKA IMB

Tanpa Taraf 0% 12,84a 0,23a 0,10ab 0,02ab Taraf 10% 14,90a 0,34ab 0,16bc 0,04a Taraf 20% 15,66ab 0,32ab 0,15bc 0,03ab

Glomus

sp.

Taraf 0% 6,52a 0,18a 0,06a 0,02b Taraf 10% 16,20ab 0,52b 0,12ab 0,04a Taraf 20% 25,28bc 0,92c 0,31c 0,07c Gigaspo

ra sp.

(7)

di bawah 5,6 memiliki kelarutan Fe (hara mikro toksik) dan Al (unsur toksik) yang tinggi sehingga terjadi fiksasi dan pengendapan P larutan dalam bentuk Fe-P dan Al-P, kemudian terjadi kristalisasi. Hal ini menyebabkan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman (Hanafiah 2005).

Peningkatan pH pada media yang diberi perlakuan arang ditunjukkan pada penelitian ini. Penambahan arang tempurung kelapa dengan taraf 10% (v:v) menyebabkan peningkatan pH dengan

kisaran 0,1‒0,5 pada media. Penambahan arang

dengan taraf 20% (v:v) memberikan peningkatan yang lebih besar pada media sapih F. moluccana

dengan kisaran 0,6‒0,9.

Peningkatan pH ini disebabkan karena arang tempurung kelapa yang diberikan memiliki pH yang tinggi yakni 9,6 sehingga berpengaruh terhadap pH tanah. Peningkatan taraf pada penambahan arang memberikan peningkatan yang berbeda pada pH tanah. Peningkatan nilai pH tanah menyebabkan berkurangnya kelarutan Al dan Fe sehingga P tidak terfiksasi dan menjadi tersedia untuk tanaman (Warncok et al. 2007).

Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa terhadap perkembangan FMA.

Salah satu parameter yang menentukan tingkat keberhasilan simbiosis antara FMA dengan tanaman inang adalah keberadaan dan perkembangan FMA yang ditunjukan dengan persentase kolonisasi. Berdasarkan hasil sidik ragam pemberian arang memang tidak berpengaruh terhadap kolonisasi FMA. Akan tetapi, Tabel 4 dan 8 menunjukkan terjadinya peningkatan kolonisasi FMA jenis Glomus sp. dengan pemberian taraf arang yang lebih besar untuk kedua semai. Penambahan arang pada tanah dapat meningkatkan kolonisasi FMA karena arang menyediakan habitat yang sesuai untuk perkembangan hifa melalui adanya pori mikro (Warnock et al. 2007).

Peningkatan terhadap kontrol untuk jenis Glomus sp. pada pemberian arang taraf 0%, 10% dan 20% untuk semai F. moluccana

adalah 0,00%, 38,36%, 47,29% sedangkan untuk S. saman adalah 0,00%, 19,53%, 81,03 Peningkatan terhadap kontrol jenis Gigaspora

sp. pada pemberian arang taraf 0%, 10% dan 20% untuk semai F. moluccana adalah 0,00%, 39,84%, 34,37%. Kolonisasi FMA jenis yang sama pada ketiga taraf arang untuk semai S. saman adalah 0,00%, 16,53%, -45,43%. Hal tersebut menunjukkan terjadi penurunan kolonisasi Gigaspora sp. pada pemberian arang taraf 20%.

Lehmann et al. (2011) menyatakan pemberian

arang dapat memberikan efek negatif terhadap kelimpahan FMA yang terjadi akibat menurunnya

persyaratan untuk simbiosis FMA. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya ketersediaan nutrisi dan air untuk tanaman sehingga ketersediaan P pada tanah meningkat. Pemberian arang dengan taraf 20% menyebabkan kondisi yang tidak cocok

bagi perkembangan FMA jenis Gigaspora sp.

sehingga terjadi penurunan persentase kolonisasi. Berdasarkan hasil analisis, arang tempurung kelapa yang digunakan memiliki kandungan P tersedia yang sangat tinggi yakni 619,27 ppm. Kandungan P yang sangat tinggi ini dapat mengubah keseimbangan nutrisi (seperti pergeseran rasio N/P) yang dapat berpengaruh besar pada kolonisasi FMA (Miller et al. 2002 dalam Warnock et al. 2007).

Penelitian ini menunjukkan kolonisasi FMA yang tergolong sedang (Setiadi et al. 1992). Hasil uji DMRT menunjukkan terdapat pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan inokulasi FMA dengan kontrol. Persentase kolonisasi kedua jenis

FMA pada semai F. moluccana menunjukkan

pengaruh yang tidak berbeda nyata. Persentase kolonisasi untuk jenis Glomus sp. sebesar 33,68% dan jenis Gigaspora sp. sebesar 36,47%. Berbeda dengan F. moluccana, persentase kolonisasi pada

semai S. saman menunjukkan pengaruh yang

berbeda nyata dengan nilai 28,36% untuk jenis Glomus sp. dan 22,14% untuk jenis Gigaspora sp. Persentase kolonisasi yang berbeda pada kedua jenis semai ini dikarenakan eksudat yang dihasilkan oleh akar masing-masing semai juga berbeda sehingga berpengaruh terhadap pekembangan FMA. Eksudat akar merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan simbiosis FMA pada tahap awal (Vierheilig et al. 2003). Eksudat akar dari berbagai tanaman menunjukkan efek yang berbeda pada kolonisasi akar, ada yang dapat menstimulasi ada juga yang dapat menghambat (Vierheilig et al. 2003).

Perlakuan kontrol (tanpa inokulasi FMA) menunjukkan adanya kolonisasi pada kedua semai yakni sebesar 2,27% untuk semai F. moluccana dan sebesar 4,93% untuk semai S. saman. Hal ini terjadi karena adanya kontaminasi struktur FMA pada perlakuan kontrol akibat dari jarak peletakkan polibag yang berdekatan di rumah kaca antara perlakuan tanpa inokulasi dengan perlakuan inokulasi. Jarak yang berdekatan tersebut dapat menyebabkan spora dari perlakuan inokulasi berpindah melalui air dari proses penyiraman ataupun melalui angin.

Pertumbuhan tanaman.

Interaksi kedua faktor dan faktor tunggal pemberian arang tempurung kelapa tidak

berpangaruh nyata terhadap tinggi semai F.

(8)

taraf 20% (v:v) dan FMA jenis Gigaspora sp.). Berdasarkan uji DMRT, perbedaan jenis FMA

yakni Glomus sp. dan Gigaspora sp. tidak

memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada pertumbuhan tinggi semai F. moluccana. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan kontrol keduanya memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

Inokulasi Glomus sp. memiliki peningkatan

terhadap kontrol sebesar 86,30% dan Gigaspora sp. sebesar 118,84%. Adanya simbiosis mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tanah yang mengalami defisien P dengan cara meningkatkan kandungan P pada tanaman dan fiksasi N2 (Duponnois et al. 2001). Faktor tunggal

pemberian arang tempurung kelapa serta interaksi kedua faktor berpengaruh nyata terhadap tinggi

semai S. saman. Interaksi kedua faktor yang

menunjukkan pertumbuhan tinggi terbaik pada 12 MST adalah A1M2 (arang tempurung kelapa taraf 10% dan FMA jenis Gigaspora sp.) dengan nilai peningkatan terhadap kontrol sebesar 106,85%. Perlakuan A0M1 (arang tempurung kelapa taraf 0% dan FMA jenis Glomus sp.) dan A0M2 (arang tempurung kelapa taraf 0% dan FMA jenis Gigaspora sp.) menunjukkan peningkatan terhadap kontrol yang bernilai negatif yakni 49,22 dan -22,43. Nilai negatif ini menunjukkan tanpa arang tempurung kelapa tidak ada penambahan unsur hara pada media, sehingga kolonisasi FMA juga tidak mengalami peningkatan dan secara tidak langsung berpengaruh pada pertumbuhan tinggi.

Pertumbuhan diameter paling tinggi sampai 12 MST ditunjukkan oleh perlakuan A2M1 (arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v) dan FMA jenis Glomus sp.). Faktor tunggal inokulasi FMA berpengaruh sangat nyata terhadap parameter ini. Berdasarkan hasil uji DMRT, rata-rata diameter pada inokulasi FMA menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata dibanding dengan kontrol. FMA

jenis Glomus sp. menunjukkan peningkatan

terhadap kontrol sebesar 61,17% dan jenis Gigaspora sp. sebesar 53,28%. Akan tetapi, antara kedua jenis FMA tidak terdapat pengaruh yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis FMA memiliki kemampuan asosiasi yang sama terhadap akar semai F. moluccana. Diameter

semai S. saman menunjukkan tidak adanya

pengaruh nyata dari seluruh faktor serta interaksinya. Berdasarkan analisis statistik, interaksi yang menunjukkan pertumbuhan diameter tertinggi pada 12 MST adalah perlakuan A2M1 (arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v) dan FMA jenis Glomus sp.) dengan nilai 2,56 mm.

Nilai berat kering pucuk tertinggi pada semai F. moluccana dimiliki oleh perlakuan A2M1 (arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v) dan FMA

dimiliki oleh perlakuan A2M1 dengan nilai sebesar 0,17 g. Hal ini menunjukkan peningkatan taraf arang tempurung kelapa menjadi 20% pada semai F. moluccana dapat meningkatkan berat keringnya. Perlakuan A2M0 (arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v) dan tanpa inokulasi FMA) dan A0M1 (tanpa pemberian arang tempurung kelapa dan inokulasi FMA jenis Glomus sp.) menunjukkan peningkatan terhadap kontrol yang bernilai negatif pada berat kering pucuk yakni -2,76 dan -4,00. Perlakuan A2M0 pada parameter berat kering akar juga menunjukkan nilai yang negatif yakni -38,20. Hal ini menunjukkan tidak adanya pemberian arang menyebabkan sedikitnya unsur hara yang terkandung pada media sehingga sedikit pula yang dapat diserap oleh tanaman yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan pada bagian pucuk. Selain itu tidak adanya arang tempurung kelapa juga menyebabkan FMA tidak berkembang dibandingkan dengan media yang diberi arang. Pemberian arang pada taraf lebih tinggi memang dapat meningkatkan kandungan unsur hara pada tanaman, tetapi tanpa adanya FMA penyerapan hara pada akar akan lebih sedikit. Kolonisasi FMA akan meningkatkan ketersediaan dan penyerapan unsur hara makro dan mikro pada akar tanaman. Berat kering pucuk dan akar pada semai S. saman menunjukkan nilai terbaik pada perlakuan A2M1 (arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v) dan FMA jenis Glomus sp.) dan A1M2 (arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v) dan FMA jenis Gigaspora sp.). Berdasarkan hasil uji DMRT kedua perlakuan ini menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan pemberian arang taraf 20% memiliki pengaruh yang sama dengan pemberian pemberian arang taraf 10% terhadap interaksinya dengan kedua jenis FMA pada parameter berat kering pucuk dan akar semai S. saman. Perlakuan A2M1 pada kedua semai menunjukkan nilai berat kering akar dan pucuk yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Persentase peningkatan terhadap kontrol

untuk berat kering pucuk dan akar semai F.

(9)

negatif yakni -42,41 dan -42,77. Nilai negatif ini menunjukkan tanpa arang tempurung kelapa tidak ada penambahan unsur hara pada media, sehingga kolonisasi FMA juga tidak mengalami peningkatan dan secara tidak langsung berpengaruh pada berat kering akar.

Semai F. moluccana menunjukkan pengaruh tidak nyata untuk seluruh faktor. Berdasarkan analisis statistik, nilai NPA yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan A2M0 (arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v) dan tanpa inokulasi FMA) dengan nilai sebesar 6,17. Nilai NPA yang tinggi menunjukkan bahwa pertumbuhan pucuk lebih besar daripada pertumbuhan akar. Arang menyebabkan peningkatan pasokan hara sehingga membutuhkan akar yang lebih sedikit untuk mempertahankan produksi biomassa yang sama (Wilson 1988 dalam

Lehmann et al. 2011). Perlakuan yang

menunjukkan nilai NPA yang terbaik yakni yang berada pada kisaran 1‒3 (Duryea dan Brown 1984 dalam Frianto 2007) adalah A1M2, A1M2 dan A1M0. Arang dengan taraf yang lebih rendah membuat pasokan unsur hara yang lebih sedikit pula. Hal tersebut menyebabkan akar lebih bertumbuh agar dapat menjangkau unsur hara. Parameter NPA hanya menunjukkan pengaruh nyata pada faktor inokulasi FMA untuk semai S. saman. Berdasarkan hasil uji DMRT, faktor inokulasi FMA menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan dengan kontrol. Persentase peningkatan terhadap kontrol pada pemberian FMA Glomus sp. adalah 59,53%

dan untuk Gigaspora sp. adalah 88,81%.

Pemberian kedua jenis FMA ini menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Asosiasi dengan FMA dapat meningkatkan akses tanaman terhadap mineral tanah yang bersifat jarang, terutama P, dengan demikian dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman (Bever et al. 2011).

Pemberian inokulasi FMA membuat nilai rata-rata NPA menjadi semakin tinggi. Nilai rata-rata NPA untuk inokulasi jenis Glomus sp. sebesar 3,73, untuk inokulasi jenis Gigaspora sp. sebesar 4,11, serta untuk kontrol sebesar 2,27. Hal ini menunjukkan bahwa nilai NPA yang baik (mendekati kisaran 1‒3) adalah pada perlakuan tanpa inokulasi FMA karena pertumbuhan akar relatif sama dengan pertumbuhan pucuknya.Nilai NPA yang tinggi menjadi indikator bahwa media yang digunakan lebih subur dan tersedia air yang cukup (Frianto 2007). Hal tersebut menunjukkan adanya FMA membuat akar dari semai S. saman tidak tumbuh banyak karena penyerapan hara dibantu oleh hifa-hifa FMA.

Interaksi kedua faktor serta seluruh faktor tunggal menunjukkan pengaruh sangat nyata

terhadap parameter IMB untuk semai F.

moluccana. Faktor tunggal pemberian FMA menunjukkan pengaruh nyata pada semai S. saman dan interaksi kedua faktor serta faktor tunggal arang tempurung kelapa menunjukkan pengaruh yang sangat nyata. Berdasarkan uji DMRT, interaksi kedua faktor terhadap IMB yang menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada semai F. moluccana adalah perlakuan A2M1 (arang tempurung kelapa taraf 20% dan FMA jenis Glomus sp.) dengan nilai sebesar 0,07. Peningkatan taraf arang tempurung kelapa menjadi 20% dapat memberikan pasokan unsur hara yang lebih baik bagi IMB tanaman maupun bagi perkembangan FMA. Interaksi kedua faktor terhadap nilai IMB semai S. saman memiliki nilai terbaik pada perlakuan A2M1 dan A1M2. Kedua perlakuan ini juga menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji DMRT. Hal ini berarti taraf arang 10% dan 20% berpengaruh sama terhadap perkembangan FMA dan pertumbuhan tanaman. Menurut Dickson et al. (1960) tanaman yang dapat tumbuh baik untuk ditanam di lapangan adalah tanaman yang memiliki nilai IMB >0,09. Berdasarkan hasil penelitian ini, nilai IMB semai F. moluccana dan S. saman pada semua perlakuan tidak ada yang menunjukkan angka lebih dari 0,09. Nilai IMB tertinggi pada perlakuan A2M1 kedua semai sama-sama sebesar 0,07. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis semai membutuhkan waktu yang lebih lama agar siap ditanam di lapangan.

KESIMPULAN

1. FMA jenis Glomus sp. dan Gigaspora sp. memiliki pengaruh yang sama terhadap tinggi (nilai peningkatan secara berturut-turut 86,30% dan 118,84%) dan diameter (61,17% dan

53,28%) semai F. moluccana. Kedua jenis

FMA ini juga berpengaruh sama terhadap nisbah pucuk akar semai S. saman (59,53% dan 88,81%).

2. Arang tempurung kelapa berpengaruh terhadap parameter berat kering pucuk dengan nilai peningkatan terhadap kontrol pada semai F. moluccana untuk taraf 10% adalah 13,81% dan taraf 20% adalah 137,76%, berat kering akar (133,85% dan 165,97%) serta indeks mutu bibit. Arang tempurung kelapa juga berpengaruh pada berat kering pucuk (82,13% dan 70,83%), berat kering akar (56,68% dan 9,52%) dan indeks mutu bibit semai S. saman.

3. Peningkatan taraf arang tempurung kelapa

(10% dan 20%) dapat meningkatkan kolonisasi

FMA jenis Glomus sp. pada kedua semai.

(10)

taraf arang 20%.

4. Interaksi kedua faktor yang terbaik pada

semai F. moluccana adalah arang

tempurung kelapa taraf 20% dan FMA jenis Glomus sp. (A2M1). Interaksi terbaik

pada semai S. saman adalah arang

tempurung kelapa taraf 10% dan FMA jenis Gigaspora sp. (A1M2).

SARAN

1. Perlu dilakukan uji lapang untuk membuktikan tingkat keberhasilan bibit di lapangan.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan arang jenis lain untuk meningkatkan kolonisasi FMA.

DAFTAR PUSTAKA

Frianto. 2007. Aplikasi arang kompos pada media sapih dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan Hopea odorata di persemaian. Jurnal Penelitian Hasil Hutan dan Konservasi Alam (7) 3: 281-282.

Gross N, Pinguet YLB, Liancourt P, Urcelay C, Catherine R, Lavorel S. 2010.

Trai-mediated effect of arbuscular mycorrhiza on the competitive effect and response of a monopolistic species. Functional Ecology: 2-3.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo. Irwan AW. 2008. Produksi tanaman

polong-polongan (legume) [laporan penelitian]. Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran.

Lehmann J, Rondon M. 2006. Bio-char soil management on highly weathered soils in the humid tropics. Di dalam:

Uphoff N, editor. Biological

Lehmann J, Rillig MC, Thies J, Masiello CA, Hockaday WC, Crowley D. 2011. Biochar effects on soil biota - a review.

Soil Biology & Biochemistry 43: 1812-1836.

Martin E, Islam S, Rahman T. 2004. Pengaruh endomikoriza dan media semai terhadap pertumbuhan pulai, bungur, mangium

dan sungkai di persemaian. Jurnal

Penelitian Hutan Tanaman 1(3): 109-110.

Purwanto. 1985. Identifikasi Spora-spora

Endogone (Vesicular-Arbuscular

Mycorrhiza) di Tanah-tanah Pertanian Kabupaten Klaten, JawaTengah [laporan penelitian]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Setiadi Y, Mansur I, Budi SW, Achmad. 1992. Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Tanah Hutan. Bogor: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat

Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.

Smith SE, Read DJ. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Second Eds. San Diego California. Academic Press : Harcourt Barace and Company Publ.

Warnock DD, Lehmann J, Kuyper TW, Rillig

MC. 2007. Mycorrhizal responses to

biochar in soil - concepts and

mechanism. Plant Soil 300: 9-20.

Verheijen F, Jeffery S, Bastos AC, van der

Velde M, Diafas L. 2010. Biochar

(11)

PEMANFAATAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA)

DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SEMAI

Falcataria moluccana

(Miq) Barneby & JW Grimes

DAN

Samanea saman

(Jacq) Merr

INTAN FAJAR KEMALA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ii

UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SEMAI

Falcataria moluccana

(Miq) Barneby & JW Grimes

DAN

Samanea saman

(Jacq) Merr

INTAN FAJAR KEMALA

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

iii

RINGKASAN

INTAN FAJAR KEMALA. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Arang Tempurung Kelapa untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes dan Samanea saman (Jacq) Merr Dibimbing oleh SRI WILARSO BUDI R dan MAMAN TURJAMAN.

Latosol merupakan tanah yang memiliki kesuburan tanah sangat rendah sampai sedang. Keberhasilan kegiatan penanaman yang dilakukan pada tanah latosol dipengaruhi oleh pemilihan jenis yang tepat dan semai yang berkualitas serta perbaikan sifat-sifat tanah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas semai ini adalah dengan aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan arang tempurung kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian FMA dan arang tempurung kelapa serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan semai F. moluccana dan S. saman pada media latosol.

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan split plot design-RAL. Plot utama adalah FMA dan subplot adalah arang tempurung kelapa. Setiap kombinasi perlakuan diberikan ulangan sebanyak lima kali. Parameter pertumbuhan yang diamati selama 12 minggu setelah tanam (MST) ialah kolonisasi mikoriza, tinggi, diameter, berat kering akar dan pucuk, nisbah pucuk akar (NPA), indeks mutu bibit (IMB). Analisis hasil pengamatan dilakukan dengan program SAS 9.1, jika berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan taraf arang tempurung kelapa (10% dan 20%) menyebabkan peningkatan pula pada persentase kolonisasi mikoriza kedua semai. Kolonisasi mikoriza pada semai F. moluccana memiliki nilai 26,57% dan 26,67% serta pada semai S. saman memiliki nilai 18,35% dan 21,72%. Tingginya kandungan P pada arang tempurung kelapa menyebabkan persentase kolonisasi mikoriza pada kedua semai tergolong sedang karena mengubah keseimbangan unsur hara pada tanah. Interaksi kedua faktor yang terbaik pada semai F. moluccana adalah A2M1 (arang tempurung kelapa taraf 20% dan FMA jenis Glomus sp.) dan pada S. saman adalah A1M2 (arang tempurung kelapa taraf 10% dan FMA jenis Gigaspora sp.). Faktor tunggal inokulasi FMA pada kedua semai dapat meningkatkan pertumbuhan dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan jenis FMA (Glomus sp. dan Gigaspora

sp.) memberikan pengaruh yang sama pada pertumbuhan kedua semai. Faktor tunggal pemberian arang tempurung kelapa berpengaruh terhadap parameter berat kering pucuk, berat kering akar dan IMB pada semai F. moluccana. Arang tempurung kelapa juga berpengaruh terhadap tinggi, berat kering pucuk, berat kering akar dan IMB pada semai S. saman.

(14)

iv INTAN FAJAR KEMALA. Utilization of Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) and Coconut Shell Charcoal to Increase Growth of Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimesand Samanea saman (Jacq) MerrSeedlings. Supervised by SRI WILARSO BUDI R and MAMAN TURJAMAN.

Latosol is one of soil type that has soil fertility very low to moderate. The success of planting activities on latosol influenced by the right species selection, seedling quality and soil characteristics improvement. The one way to improve seedlings quality is the application of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) and coconut shell charcoal. This research aimed to examine the effect of AMF and coconut shell charcoal and both interaction to increase the growth of F. moluccana and S. saman seedling on latosol media.

This research used split plot design-RAL with AMF as main plot and coconut shell charcoal as subplot. Five replications of each treatment combination were implemented. Mycorrhizal colonization, height, diameter, shoot and root dry weight, shoot-root ratio and seed quality index were measured after 12 weeks after planting. The result of observation was analyzed by SAS 9.1 program and further Duncan test is used for advanced test.

The results showed the increase of coconut shell charcoal level (10% and 20%) led to an increased the percentage of mycorrhizal colonization of two seedlings. The percentage of mycorrhizal colonization of F. moluccana ranged from 26,57% to 26,67%, and S. Saman ranged from 18,35% to 21,72%. The high P content in coconut shell charcoal caused the percentage of mycorrhizal colonization on both seedlings were classified at medium level because it was changed the soil nutrient balanced. The best interaction of these two factors are A2M1 (coconut shell charcoal level 20% and Glomus sp.) on F. moluccana and A1M2 (coconut shell charcoal level 10% and Gigaspora sp.) on S. Saman. Single factor of AMF inoculation was increased the growth both of seedlings compared with the control. The different types of AMF (Glomus sp. and Gigaspora sp.) gave the same effect for the growth both of seedlings. Single factor of coconut shell charcoal effected shoot dry weight, root dry weight and seed quality index of

F. moluccana. Coconut shell charcoal also affected height, shoot dry weight, root dry weight and seedling quality index of S. saman.

(15)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Arang Tempurung Kelapa untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes) dan Samanea saman (Jacq) Merr” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2012

(16)

vi Judul Skripsi : Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Arang

Tempurung Kelapa untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai

Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes dan

Samanea saman (Jacq) Merr

Nama : Intan Fajar Kemala

NIM : E44080056

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS Dr Ir Maman Turjaman, DEA NIP 19620210 198803 1 003 NIP 19650818 199203 1 006

Mengetahui:

Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS NIP 19601024 198403 1 009

(17)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus untuk segala berkat dan rancangan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Arang Tempurung Kelapa untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes dan Samanea saman (Jacq) Merr. Penelitian dilakukan selama enam bulan di laboratorium dan rumah kaca Mikrobiologi Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai peningkatan kualitas bibit S. saman dan F. moluccana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila terdapat kekurangan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bogor, Oktober 2012

(18)

viii Terselesaikannya penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak baik materi, doa, maupun semangat. Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada :

1. Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS dan Dr Ir Maman Turjaman, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, nasehat serta arahan sejak dimulainya penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi.

2. Papa (almarhum), Mama dan Kakak yang selalu memberi dukungan, kasih sayang, nasehat dan doa yang tak pernah terputus.

3. Sabti dan Tirsa rekan-rekan penelitian atas seluruh dukungan dan kerjasama selama penelitian.

4. Pak Yani, Pak Sugeng, Pak Uyeh, Mbak Herni, Pak Wahyu dan Pak Babas atas seluruh bantuan dan arahan yang telah diberikan selama di rumah kaca dan laboratorium mikrobiologi.

5. Mira, Adinda, Evi, Ageng, Ida, Safriati, Berto, Jumadin, Muhaemin dan Fitria yang telah membantu selama penelitian dan teman-teman Silvikultur 45 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu serta Kak Fiona Silvikultur 43 dan Ani Statistika 45 atas bantuannya.

6. Merry dan Ine sahabat yang selalu mendukung dan memotivasi.

7. Teman-teman satu kosan Nita,Ruth, Tini, Puyun, Geta, Ria, Lia untuk semua dukungannya.

(19)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balikpapan, 17 Oktober 1990 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Iskandar Teha (alm) dan Cosmalinda Constant Simanjuntak. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah di SMA Tarakanita 1 Jakarta selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2008. Penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun yang sama

Selama masa kuliah di IPB, penulis aktif pada sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai Sekretaris Divisi Informasi dan Komunikasi Himpro Mahasiswa Silvikultur (TGC) pada tahun 2011/2012 dan Kepala Bidang Pelayanan Kartu Komisi Pelayanan Khusus UKM PMK IPB pada tahun 2010/2011. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian yang berjudul “Angel (Anak Gelandangan) Enerpreneurship Program sebagai Sarana Peningkatan Kemandirian melalui Pendekatan Lingkungan” pada tahun 2009. Penulis juga pernah mendapat beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dari tahun 2010 sampai 2012.

(20)

x Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

1.4 Hipotesis ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Tanah latosol ... 3

2.2 Fungi mikoriza arbuskula ... 3

2.3 Arang tempurung kelapa ... 3

2.4 Pengaruh arang terhadap FMA dan tanah ... 5

2.5 Sengon (Falcataria moluccana (Miq)Barneby & JW Grimes) ... 5

2.5.1 Klasifikasi dan deskripsi botani ... 5

2.5.2 Penyebaran dan habitat ... 6

2.5.3 Pemanfaatan ... 6

2.6 Trembesi (Samanea saman (Jacq) Merr) ... 6

2.6.1 Klasifikasi dan deskripsi botani ... 7

2.6.2 Penyebaran dan habitat ... 7

2.6.3 Pemanfaatan ... 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat ... 8

3.2 Alat dan bahan ... 8

3.3 Metode pelaksanaan penelitian ... 8

3.3.1 Persiapan benih ... 8

3.3.2 Persiapan media semai ... 9

(21)

xi

3.3.4 Persiapan media sapih ... 9

3.3.5 Penyapihan ... 9

3.3.6 Inokulasi FMA ... 9

3.3.7 Pemeliharaan ... 10

3.3.8 Pengamatan parameter dan pengumpulan data ... 10

3.3.9 Rancangan percobaan ... 12 3.3.10 Analisis data ... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

4.1 Hasil ... 14

4.1.1 Pengaruh arang tempurung kelapa pada media ... 14

4.1.2 Hasil sidik ragam semai F. moluccana dan S. saman.. 15

4.1.3Kolonisasi FMA dan pertumbuhan F. moluccana ... 16

4.1.4 Kolonisasi FMA dan pertumbuhan S. saman ... 22

4.2 Pembahasan ... 27

4.2.1 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa terhadap media tanam ... 27

4.2.2 Pengaruh pemberian arang tempurung kelapa terhadap perkembangan FMA ... 29

4.2.3 Pertumbuhan tanaman ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(22)

xii Halaman

1 Hasil pengukuran pH media latosol setelah perlakuan (Hardjowigeno

1995) ... 14 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam semai F. moluccana ... 15 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam semai S. saman ... 15 4 Pengaruh inokulasi FMA terhadap kolonisasi FMA semai

F. moluccana ... 17 5 Pengaruh inokulasi FMA terhadap tinggi semai F. moluccana ... 17 6 Pengaruh inokulasi FMA terhadap diameter semai F. moluccana .... 19 7 Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan arang tempurung kelapa

terhadap berat kering pucuk semai F. moluccana ... 20 8 Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan arang tempurung kelapa

terhadap berat kering akar semai F. moluccana ... 21 9 Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan arang tempurung kelapa

terhadap IMB semai F. moluccana ... 22 10 Pengaruh inokulasi FMA terhadap kolonisasi FMA semai

S. saman ... 23 11 Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan arang tempurung kelapa

terhadap tinggi semai S. saman ... 23 12 Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan arang tempurung kelapa

terhadap berat kering pucuk semai S. saman ... 26 13 Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan arang tempurung kelapa

terhadap berat kering akar semai S. saman ... 26 14 Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan arang tempurung kelapa

terhadap nisbah pucuk akar semai S. saman ... 27 15 Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan arang tempurung kelapa

(23)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Hasil pengamatan kolonisasi FMA semai F. moluccana di bawah

mikroskop perbesaran (100 x): (a) akar dengan kolonisasi FMA;

(b) akar tanpa kolonisasi FMA ... 16 2 Pertumbuhan tinggi semai F. moluccana (A0= arang tempurung

kelapa taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2= arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0= tanpa inokulasi FMA,

M1= FMA jenis Glomus sp., M2= FMA jenis Gigaspora sp.) ... 18 3 Pertumbuhan diameter semai F. moluccana (A0= arang tempurung

kelapa taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2= arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0= tanpa inokulasi FMA,

M1= FMA jenis Glomus sp., M2= FMA jenis Gigaspora sp.) ... 19 4 Nisbah pucuk akar semai F. moluccana (A0= arang tempurung

kelapa taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2= arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0= tanpa inokulasi FMA,

M1= FMA jenis Glomus sp., M2= FMA jenis Gigaspora sp.) ... 21 5 Hasil pengamatan kolonisasi FMA semai S. saman di bawah

mikroskop perbesaran (100 x): (a) akar dengan kolonisasi FMA;

(b) akar tanpa kolonisasi FMA ... 22 6 Pertumbuhan tinggi semai S. saman (A0= arang tempurung kelapa

taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2= arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0= tanpa inokulasi FMA, M1=

FMA jenis Glomus sp., M2= FMA jenis Gigaspora sp.) ... 24 7 Diameter semai S. saman (A0= arang tempurung kelapa taraf 0%,

A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2= arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0= tanpa inokulasi FMA, M1= FMA jenis

Glomus sp., M2= FMA jenis Gigaspora sp.) ... 25 8 Pertumbuhan diameter semai S. saman (A0= arang tempurung

kelapa taraf 0%, A1= arang tempurung kelapa taraf 10% (v:v), A2= arang tempurung kelapa taraf 20% (v:v), M0= tanpa inokulasi FMA,

(24)

xiv Halaman

1 Sidik ragam tinggi semai F.moluccana ... 43 2 Sidik ragam diameter semai F.molucanna ... 43 3 Sidik ragam persen kolonisasi FMA semai F.molucanna ... 43 4 Sidik ragam berat kering akar semai F.molucanna ... 43 5 Sidik ragam berat kering pucuk semai F.molucanna ... 43 6 Sidik ragam nisbah pucuk akar semai F.molucanna ... 44 7 Sidik ragam IMB semai F.molucanna ... 44 8 Rata-rata pertambahan tinggi semai F.molucanna ... 44 9 Rata-rata pertambahan diameter semai F.molucanna ... 44 10 Rata-rata tiap parameter dan persen peningkatan terhadap kontrol

F.moluccana (faktor tunggal arang tempurung kelapa) ... 44 11 Rata-rata tiap parameter dan persen peningkatan terhadap kontrol

F. moluccana (faktor tunggal FMA) ... 45 12 Sidik ragam tinggi semai S. saman ... 45 13 Sidik ragam diameter semai S. saman ... 45 14 Sidik ragam persen kolonisasi FMA semai S. saman ... 45 15 Sidik ragam berat kering akar semai S. saman ... 45 16 Sidik ragam berat kering pucuk semai S. saman ... 46 17 Sidik ragam nisbah pucuk akar semai S. saman ... 46 18 Sidik ragam IMB semai S. saman ... 46 19 Rata-rata pertambahan tinggi semai S. saman ... 46 20 Rata-rata pertambahan diameter semai S. saman ... 46 21 Rata-rata tiap parameter dan persen peningkatan terhadap kontrol

S. saman (faktor tunggal arang tempurung kelapa) ... 47 22 Rata-rata tiap parameter dan persen peningkatan terhadap kontrol

S. saman (faktor tunggal inokulasi FMA) ... 47 23 Kriteria persentase kolonisasi akar (Setiadi et al. 1992) ... 47 24 Kriteria penilaian hasil analisis tanah unsur mikro DTPA (Balai

(25)

xv 26 Hasil analisis sifat kimia dan tekstur tanah latosol (Hardjowigeno

1995) ... 48 27 Hasil analisis sifat kimia arang tempurung kelapa (Hardjowigeno

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Latosol merupakan tanah yang memiliki kesuburan sangat rendah sampai sedang. Penyebaran latosol di Indonesia terutama di pulau Jawa tergolong cukup luas yakni 2,291 juta ha atau sebesar 21,77% (Cahyono 1985). Tanah latosol memiliki sifat fisik yang baik antara lain konsistensi gembur, kemantapan agregat baik serta memiliki struktur mikro yang stabil. Akan tetapi, tanah ini memiliki kandungan primer dan unsur hara yang rendah, bereaksi masam hingga sangat masam, fiksasi ion fosfat tinggi serta kapasitas pertukaran basa yang rendah (Cahyono 1985).

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, keberhasilan kegiatan penanaman yang dilakukan pada tanah latosol dipengaruhi oleh pemilihan jenis yang tepat dan semai yang berkualitas. F. moluccana dan S. saman merupakan tanaman kehutanan tergolong legum yang memiliki fungsi antara lain mengembalikan kesuburan tanah sehingga banyak dipakai untuk kegiatan penanaman (Irwan 2008). Aplikasi FMA dan arang tempurung kelapa pada media latosol untuk kedua jenis tanaman ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas semai sehingga dapat bertahan di lapangan.

Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan satu kelompok fungi tanah biotrof obligat yang tidak dapat melestarikan pertumbuhan dan reproduksinya bila terpisah dari tanaman inang (Simanungkalit et al. 2006). Penggunaan FMA dapat membantu memperkecil keterbatasan akar dalam menyerap hara dan air di dalam tanah dengan adanya hifa eksternal (Smith dan Read 1997). Fungi mikoriza memiliki enzim fosfatase yang dapat membantu penyerapan fosfor tak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman (Mitchell dan Read 1981 dalam Kaleeswari 2007).

(27)

2

luas permukaan dalam antara 500‒1500 m2

/g sehingga berpotensi dalam penyediaan hara terutama unsur P (Soemeinaboedhy 2007). Arang juga berfungsi untuk membantu perkembangan FMA pada akar tanaman dengan mekanisme memberikan unsur hara tambahan bagi mikroorganisme serta menjadi tempat berlindung melalui pori-pori mikronya (Warnock et al. 2007).

Penggunaan FMA pada tanah latosol yang diperkaya dengan arang tempurung kelapa belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk melihat peluang pemanfaatan FMA, arang tempurung kelapa dan interaksi keduanya pada media tanam latosol untuk meningkatkan pertumbuhan semai F. moluccana dan S. saman di persemaian serta bibit berkualitas yang mampu tumbuh baik di lapangan.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan arang tempurung kelapa, interaksi keduanya terhadap pertumbuhan semai F. moluccana dan S. saman pada media latosol.

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai peningkatkan pertumbuhan dan kualitas semai F. moluccana dan S. saman melalui aplikasi FMA dan arang tempurung kelapa.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. FMA jenis Glomus sp. dan Gigaspora sp. berpengaruh terhadap pertumbuhan semai F. moluccana dan S. saman.

2. Arang tempurung kelapa berpengaruh terhadap pertumbuhan semai F. moluccana dan S. saman.

3. Arang tempurung kelapa dapat meningkatkan kolonisasi FMA pada semai F. moluccana dan S. saman.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah latosol

Tanah latosol merupakan tanah yang umum terdapat di daerah tropika basah

dengan curah hujan 2000‒7000 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari tiga

bulan atau tanpa bulan kering (Cahyono 1985). Penyebaran latosol di Indonesia meliputi Sumatera bagian timur, Sumatera Barat, Lampung, Jawa, Bali, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Utara (Dudal 1959 dalamCahyono 1985). Luas latosol di pulau Jawa mencapai 2,291 juta ha (21,77%) dan di seluruh Indonesia mencapai 17,170 juta ha (9%) (Satari dan Overdal 1968 dalamCahyono 1985).

Tanah latosol terbentuk dari proses latosolisasi yakni proses penghancuran di bawah curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropis dan semi tropis sehingga mengintensifkan kegiatan kimia terutama bahan organik. Tanah latosol memiliki ciri berwarna merah atau kuning terutama pada horizon B, bila lapisan atas tererosi akan berwarna coklat atau kelabu (Supardi 1983). Latosol mempunyai sifat fisik yang baik antara lain konsistensi gembur, kemantapan agregat baik dan mempunyai struktur mikro yang baik, hal ini berpengaruh terhadap drainase dan aerasi tanah. Tanah ini memiliki solum dalam, porus gembur sehingga baik untuk perkembangan akar tanaman.

Latosol tergolong miskin akan basa-basa dapat dipertukarkan dan hara lain yang disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sifat liat-hidro-oksida. Latosol memiliki respon yang kurang baik terhadap pemupukan dan pengapuran (Supardi 1983). Kesuburan tanah latosol umumnya sangat rendah sampai sedang, memiliki kandungan mineral primer (kecuali kuarsa) dan unsur hara yang rendah, memiliki fiksasi ion fosfat yang tinggi serta bereaksi sedang hingga sangat masam (Cahyono 1985).

2.2 Fungi mikoriza arbuskula (FMA)

(29)

4

pteridofita dan briofita. Sampai saat ini FMA diketahui memiliki 15 genus yakni

Ambispora, Archaeospora, Intraspora, Geosiphon, Acaulospora, Kuklospora,

Acaulospora, Diversispora, Otospora, Entrophospora, Gigaspora, Scutellospora,

Pacispora, Glomus dan Paraglomus (Blaszkowski 2003).

Asosiasi FMA terdiri dari hifa eksternal, spora, vesikel dan arbuskula (Brundrett et al. 1994). Hifa eksternal berfungsi untuk pengambilan nutrisi, propagasi dan pembentukan spora. Spora berfungsi sebagai propagul. Vesikel berfungsi sebagai penyimpan makanan (Brundrett et al. 1994). Genus Gigaspora

dan Scutellospora tidak memiliki vesikel. Struktur arbuskula memiliki peranan sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman dan fungi (Brundrett et al.

1994).

Peranan FMA untuk tanaman dan tanah menurut Simanungkalit (2006) adalah untuk meningkatan pertumbuhan, serapan hara dan hasil tanaman. Perbaikan serapan hara karena simbiosis FMA tidak hanya pada fosfat, tetapi juga unsur lain seperti Cu dan Zn. FMA juga berfungsi sebagai pengendali hayati dan pembenah tanah. Adanya glomalin menyebabkan partikel-partikel tanah melekat satu sama lain. Glomalin merupakan glikoprotein yang mengikat partikel-partikel tanah, dikeluarkan oleh FMA melalui hifa (Simanungkalit 2006).

2.3 Arang tempurung kelapa

Arang merupakan produk kaya karbon yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik seperti kayu, rumput, pupuk dan limbah pertanian pada kondisi yang rendah oksigen (Lehmann 2007). Arang tempurung kelapa memiliki kandungan utama selulosa dan lignin yang diduga sama dengan kayu, kayu umumnya sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik dalam bentuk wood vinegar (Hidayati 2008).

Arang tempurung kelapa memiliki kemampuan melepaskan unsur hara P dan K yang lebih baik jika dibandingkan dengan arang yang terbuat dari kayu, sekam padi dan serbuk gergaji (Soemeinaboedhy 2007). Hal itu disebabkan oleh kandungan P dan K total arang tempurung kelapa lebih tinggi dibandingkan dengan arang lainnya.

(30)

2.4 Pengaruh arang terhadap FMA dan tanah

Penambahan arang ke tanah dapat meningkatkan daya simpan dan ketersediaan hara yang lebih tinggi. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya kapasitas tukar kation, luasan permukaan serta penambahan unsur hara secara langsung oleh arang (Glaser et al. 2002). Peningkatan ketersediaan unsur hara dapat mengasilkan tanaman inang yang berkualitas baik serta meningkatkan konsentrasi nutrisi pada akar sehingga tingkat kolonisasi FMA pada akar tanaman inang juga meningkat. Arang juga dapat meningkatkan kemampuan FMA untuk membantu tanaman inang agar tahan terhadap serangan patogen (Warnock et al. 2007). Arang dapat mengubah aktivitas mikroorganisme lain yang berdampak pada mikoriza, mendetoksifikasi senyawa penghambat serta menjadi tempat berlindung bagi kolonisasi fungi dan bakteri (Warnock et al. 2007).

Efek negatif dari penambahan arang pada FMA sebagian besar disebabkan oleh kandungan nutrisinya. Penambahan arang dapat menganggu keseimbangan nutrisi, seperti peningkatan ketersediaan P dalam tanah (Warnock et al. 2007). Kandungan P yang tinggi dalam tanah menyebabkan jumlah arbuskula yang terbentuk sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali (Purwanto 1985).

2.5 Sengon (Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes ) 2.5.1 Klasifikasi dan deskripsi botani

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Fabales

Suku : Fabaceae

Sub suku : Mimosoideae

Marga : Falcataria

Jenis : F. moluccana

(31)

6

dapat mencapai 80 cm. Kulit batang luar berwarna putih keabu-abuan, tidak beralur, tidak berbanir dan tidak mengelupas. Daunnya majemuk menyirip ganda dan berseling. Bunganya berwarna krem sampai kekuningan terdapat dalam kumpulan kepala dengan ukuran daun mahkota yang kecil dan benang sari lebih panjang dari daun mahkota. Buahnya berbentuk polong berwarna hijau sampai coklat jika sudah masak. F. moluccana tergolong fast growing species dengan rata-rata riap volume berkisar antara 10‒25 dan 30‒40 m3/ha/tahun (Soerianegara dan Lemmens 1993).

2.5.2 Penyebaran dan habitat

F. moluccana berasal dari kepulauan Maluku dan Papua. Saat ini, F. moluccana sudah tersebar ke seluruh kepulauan bahkan kearah barat sampai India, ke utara sampai Filipina dan ke timur sampai Fiji dan Samoa. Jenis ini dapat tumbuh pada tanah yang tidak subur dengan tekstur ringan hingga berat serta pada pH tanah asam hingga netral. F. moluccana dapat tumbuh baik pada kondisi dengan ketinggian <1.600 m dpl, curah hujan 2000‒4000 mm/tahun,

temperatur 20‒34o

C, drainase baik, tidak tahan naungan.

2.5.3 Pemanfaatan

Kayu F. moluccana dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi ringan dan berperan penting sebagai bahan peti sabun, batang korek api, sumpit, palet, kerajinan mainan anak-anak, alat rumah tangga, mebel kualitas rendah, venir, kayu lapis, papan semen, papan partikel, papan blok, papan serat, kayu bakar serta bahan baku pembuatan arang aktif (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1991).

2.6 Trembesi (Samanea saman (Jacq) Merr) 2.6.1 Klasifikasi dan deskripsi botani

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Fabales

(32)

Sub Suku : Mimosoideae

Marga : Samanea

Jenis : S. saman

Jenis ini dapat mencapai tinggi maksimum 15‒25 meter. Diameter setinggi

dada mencapai 1‒2 m. S. saman memiliki kanopi yang berbentuk payung dengan

diameter yang dapat mencapai 30 meter. Bentuk batangnya tidak beraturan kadang bengkok, menggelembung besar. Daunnya majemuk mempunyai panjang

tangkai sekitar 7‒15 cm. S. saman dapat berbunga sepanjang tahun. Bunganya

berwarna merah muda dengan stamen panjang dalam dua warna (putih di bagian bawah dan kemerahan di bagian atas) yang berserbuk. Polong berukuran 15‒20 cm berisi 5‒20 biji. Biji berwarna coklat kemerahan dan memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera berkecambah saat mengenai tanah. S. saman termasuk pohon yang tumbuh moderate dengan riap tinggi 0,75‒1,5 m/tahun.

2.6.2 Penyebaran dan habitat

S. saman berasal dari negara-negara Amerika beriklim tropis seperti Meksiko, Peru dan Brazil namun dapat tumbuh di berbagai daerah tropis dan subtropis. Jenis ini sudah tersebar pada kisaran iklim yang luas, termasuk ekuator dan monsoon yang memiliki curah hujan rata-rata 600‒3000 mm pada ketinggian

0‒300 m dpl. S. saman dapat bertahan pada daerah yang memiliki 2‒4 bulan

kering dan suhu 20‒38o

C. S. saman dapat beradaptasi pada berbagai jenis tanah

dengan pH tanah sedikit asam hingga netral (6,0‒7,4) dan toleran hingga pH 8,5

serta pH minimal 4,7. Jenis ini memerlukan drainase yang baik namun masih toleran terhadap tanah tergenang air dalam jangka waktu pendek (Nuroniah dan Kosasih 2010).

2.6.3 Pemanfaatan

(33)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Mikrobiologi Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Bogor. Penelitian dilakukan selama enam bulan, mulai bulan Pebruari sampai dengan Juli 2012.

3.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah saringan bertingkat, neraca analitik, autoklaf, oven, plastik, sprayer, bak kecambah, ayakan, polibag, gembor, kamera, mistar, kaliper, gunting, label dan alat tulis, alat hitung, mesin pengocok, pH meter, botol kocok 100 ml. Pewarnaan dan pengamatan kolonisasi FMA digunakan alat antara lain mikroskop, stir, tabung reaksi, preparat slide, pinset,

blade, spatula, cawan petri, gelas ukur, labu erlenmeyer.

Bahan yang digunakan ialah media kecambah (tanah dan pasir) dengan perbandingan 2:1 (v:v), benih F. moluccana dan S. saman yang berasal dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Solo, untuk penyapihan digunakan media latosol. Perlakuan digunakan inokulum FMA Glomus sp. dan Gigaspora

sp. serta arang tempurung kelapa. Pewarnaan dan pengamatan kolonisasi FMA digunakan bahan antara lain akuades, KOH 10%, HCl 2%, tryphan blue, gliserin dan asam laktat.

3.3 Metode pelaksanaan penelitian 3.3.1 Persiapan benih

(34)

3.3.2 Persiapan media semai

Media semai yang digunakan adalah tanah dan pasir dengan perbandingan 2:1 (v:v). Pasir dan tanah harus diayak terlebih dahulu dengan tujuan mendapatkan butiran halus dan memisahkan kotoran. Setelah itu pasir dan tanah disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 30 menit agar bebas dari patogen tanah, kemudian dimasukkan ke dalam bak kecambah.

3.3.3 Persiapan semai

Benih F. moluccana dan S. saman ditabur dalam media kecambah yang telah disiapkan. Bak kecambah disiram secukupnya sesuai kebutuhan untuk menjaga kelembaban media perakaran.

3.3.4 Persiapan media sapih

Media sapih y

Gambar

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam semai
Tabel 7 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan interaksi pemberian FMA dan arang tempurung kelapa terhadap parameter pada semai F
Tabel 8  Pengaruh inokulasi FMA terhadap
Tabel 3  Rekapitulasi hasil sidik ragam semai S. saman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2000, didirikan Komite antar negara yaitu Intergovernmental Committee on intellectual Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore (IGC GRTKF)

Maslach, Schaufeli, &amp;Leither (2001) menjelaskan bahwa job burnout dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti karakteristik individu, lingkungan kerja, konflik

Berdasarkan hasil dari pengolahan data, diruangan IGD terdapat 6 faktor yang dapat menyebabkan stres kerja, yaitu waktu kerja yang menekan, konflik peran, tanggungjawab

a) Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akutansi. b)

Secara keseluruhan limbah cair yang diolah dengan reaktor biofilter (bermedia botol plastik berisikan potongan-potongan plastik dan tanpa media botol plastik

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa tekstur dari kelima tempe yang kompak tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (Tabel 2) dan semua jenis tempe

Berdasarkan hal tersebut, akan diadakan pengumpulan data yang diperlukan kemudian dijabarkan dalam bentuk tabel, gambar dan desain gambar dan maket dan dianalisa untuk

Berdasarkan hasil uji chi square menunjukan bahwa nilai p = 0,000 (&lt; 0,05) dan nilai OR ( Ods Ratio ) 237, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat hubungan