• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Daya Tarik Bahasa Alay Dalam Komunikasi Di Kalangan Remaja Kota Pada Pengguna Jejaring Sosial Facebook

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fenomena Daya Tarik Bahasa Alay Dalam Komunikasi Di Kalangan Remaja Kota Pada Pengguna Jejaring Sosial Facebook"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Sidang Skripsi Pada Program Studi Komunikasi konsentrasi Jurnalistik

Oleh : Aprisa Ramdhani

NIM. 41805047

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI

JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

iv Oleh : Aprisa Ramdhani

NIM. 41805047

Skripsi ini dibawah bimbingan, Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Fenomena Daya Tarik Bahasa Alay Dalam Komunikasi Di Kalangan Remaja kota Bandung Pada Penggguna Jejaring sosial Facebook, adapun untuk menjawab masalah di atas, maka diangkat daya tarik rasional, daya tarik emosional, dan daya tarik moral, subfokus. Untuk mengukur fokus penelitian.

Pendekatan Penelitian adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Subyek penelitian adalah 4 (orang) informan dan 2 (dua) orang key informan yang di ambil dengan teknik purposive samping. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, observasi langsung, studi literature, internet searching. Teknik analisa data yang digunakan adalah penyeleksian data, reduksi data, klasifikasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian adalah 1)daya tarik rasional bahwa bahasa alay memberikan manfaat bagi sarana komunikasi antar remaja khusunya bagi komunitas mereka, karena dengan bahasa alay komunikasi berjalan menarik unik dan merasa percaya diri dalam penggunaan bahasa alay di jejaring sosial facebook.2)Daya tarik emosional memotivasi remaja untuk mencari indentitas diri dan eksistensi diri terhadap keberadaan alayers di kehidupan remaja saat ini. Sedangkan 3)daya tarik moral untuk berkomunikasi membentuk interaksi sosial yang menuju ekspresi dan pergaulan anak alay.

Kesimpulan penelitian adalah fenomena daya tarik bahasa alay dalam komunikasi di kalangan remaja kota bandung pada jejaring sosial facebook merupakan bentuk komunikasi yang menarik dan unik antar penggunanya karena memberikan ciri dan kepuasaan tersendiri bagi komunitas alayers.

(3)

v

SOCIAL NETWORK FACEBOOK

Editors: Aprisa Ramdhani

NIM. 41805047

This research under the guidance, Desayu Eka Surya, S. Sos., M. Si

The research goal is to find out how the phenomenon of Attraction Language Alay In Communication Among Adolescents In the city of Bandung in the Facebook social networking users, while to answer the above problem, then lifted a rational appeal, emotional appeal, and appeal of the moral, subfokus. To measure the focus of research.

The study is a qualitative approach with descriptive methods. Subjects were 4 (people) informant and 2 (two) key informants in the capture side with a purposive technique. Data collection techniques are in-depth interviews, direct observation, literature study, searching the internet. Data analysis techniques used are data selection, data reduction, classification data, presenting data and drawing conclusions.

The results are 1) the rational appeal of that language alay provide benefits to a means of communication between adolescents especially for their communities, because the language of communication alay walk interesting and unique feel confident in the use of language in social networking alay facebook.2) emotional appeal to motivate adolescents to seek self-identity and existence itself against the existence alayers in teenage life today. Meanwhile, 3) moral appeal to communicate to establish social interactions and relationships child alay expression. Conclusion of research is the phenomenon of attraction alay language in communication among teenagers bandung city on the facebook social networking is a form of communication an attractive and unique among its users because it provides its own characteristics and satisfaction for the community alayers.

(4)

iii

Walaupun didera oleh cobaan dan membutuhkan perjuangan

panjang demi cita-cita yang tak mengenal kata usai.

Setitik harapan itu telah kuraih, namun sejuta harapan masih

kuimpikan dan ingin kugapai.

(5)

1 1 . Latar Belakang Masalah

Pada kehidupan sehari-hari bahasa memberikan peranan yang penting sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi akan menumbuhkan adanya konsep diri, pengaktualisasian diri, serta dapat memupuk hubungan dengan orang lain. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Dalam proses komunikasi, bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. (Mulyana, 2007: 260) atau bisa di artikan sebagai penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti.

(6)

Bahasa hanya bisa muncul akibat adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Dalam proses interaksi, orang yang lebih aktif melakukan komunikasi akan mendominasi interaksi tersebut. Maka tak heran apabila suatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan berkembang.

Saat ini kita sudah sangat sering dan sangat familiar sekali dengan yang namanya komunitas anak layangan atau yang lebih dikenal dengan nama“alay”. Alay itu sendiri adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul(Jarang Pulang). Tapi yang paling santer adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yang sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Konon asal usulnya, alay diartikan "anak kampung. karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan. Gejala anak layang ini ini biasanya di tunjukan dengan cara mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan.1

Anak layangan atau alay ini sama seperti komunitas lainnya yang memiliki bahasa tersendiri yang sebagian besar hanya komunitas mereka lah yang mengerti dan memahami tulisan maupun bahasa mereka. Mengapa dikatakan sebagian besar hanya anak alay yang mengerti bahasa ataupun tulisan mereka, ini dikarenakan bahasa alay sangat sulit di mengerti atau dibaca oleh orang awam 1

(7)

yang tidak biasa berbahasa alay. Bahasa alay ini banyak digunakan oleh sebagian selebritis dan kalangan remaja tertentu lainnya. Secara perlahan bahasa ini juga merambah kalangan remaja terutama di kota-kota besar seperti Bandung. Dikarenakan aturan pembentukan kata bahasa alay cenderung tidak konsisten, maka untuk orang awam dibutuhkan waktu untuk menghafal dan memahaminya.

Bahasa alay dapat diartikan sebagai variasi bahasa yang bersifat sementara yang biasanya berupa singkatan menggabungkan huruf dengan angka, memperpanjang atau memperpendek dan mencampurkan huruf besar dan kecil membentuk sebuah kata maupun kalimat. Bahasa alay lebih sering digunakan oleh anak-anak remaja seumuran SMP maupun SMU, yang secara tidak langsung bahasa tersebut menjadi suatu budaya. Uniknya, bahasa pergaulan yang sebenarnya diciptakan untuk kalangan terbatas justru berkembang menjadi bahasa pergaulan yang digunakan bahasa sehari-hari. Hal itu, karena terjadi kebocoran ragam bahasa. Bocor dari kelompok social tertentu ke kelompok social lainnya.2

Bahasa alay mulai berkembang melalui jejaring social “facebook” yang terlihat pada wall atau dinding di facebook, komentar dan status para pengguna facebook yang mungkin sering kali kita lihat atau tidak sengaja membaca kalimat yang berbeda dari tulisan biasanya. Contohnya saja ketika sesorang remaja mengucapkan kata“akuwhyang artinya aku” atauU” yang berarti kamu”. Contoh lainnya yaitu penggunaan bahasa-bahasa alay yang dipakai oleh Indra Herlambang dalam memandu acara Kaca Mata “ di salah satu stasiun televisi

(8)

swasta, Indra mengucapkan kata keren” menjadi krenz” atau,, manis” menjadi kata,,maniezt”.

Kehadiran jejaring social “facebook” merupakan langkah mendorong munculnya ragam bahasa tersendiri. Istilah populernya bahasa alay, akronim dari anak lebay, yakni bahasa tulis berupa campuran bahasa gaul lisan, bahasa asing khususnya Inggris, singkatan, kode, angka, dan visualisasi. Bahasa ini berkembang di kalangan remaja, namun dalam pergaulan media jejaring sosial juga digunakan orang dewasa bahkan lansia. Semakin lama bahasa ini kian berkembang sehingga seorang dewasa yang telat memiliki akun menggunakan bahasa alay. Bahasa alay pada dasarnya memanfaatkan bahasa prokem anak muda Ibu Kota, ragam bahasa yang berkembang di akhir 1980-an, dan kemudian jadi ragam bahasa ragam bahasa yang berkembang di akhir 1980-an, dan kemudian jadi ragam bahasa media jejaring sosial yang khas. Dalam pergaulan media jejaring social, bahasa alay dipergunakan sebagai bahasa pergaulan, karena sifatnya yang unik, lucu, aneh bila didengar, yang maknanya bisa jadi bertentangan dengan arti yang lazim. Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan semakin akrabnya generasi muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama internet. Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis.3

Bahasa alay ini bukan hanya alat komunikasi, namun juga alat identifikasi. Para remaja menggunakan bahasa alay ini bisa jadi untuk mengidentifikasikan diri 3

(9)

mereka sebagai seorang alay. Pengunaan bahasa alay juga dapat berguna untuk menumbuhkan eksistensi diri. Bahasa ini digunakan oleh kalangan remaja sebagai bahasa kode atau singkatan agar kata-kata menjadi aneh, lucu dan menarik. Tidak dipungkiri hingga sekarang bahasa alay semakin luas pemakaiannya dan semakin banyak para remaja bahkan orang dewasa menggunakan penulisan atau pengucapan bahsa alay karena adanya unsur daya tarik yang membuat orang orang yang sebelumnya kurang paham akan bahasa alay ini menjadi ingin tahu dan akhirnya mengikuti menggucapkan atau menulis dengan bahasa alay. Adapun pengertian Daya Tarik menurut Moch As’ad yaitu: “Daya Tarik adalah sikap yang membuat orang lain senang akan objek, situasi atau ide-ide tertentu. Diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenanginya itu”. (As’ad, 1992: 89).

Lebih lanjut seperti yang dikatakan Joseph A. Devito bahwa Daya tarik antarpribadi dipengaruhi oleh lima factor :

1. Fisik dan kepribadian 2. Membentuk citra 3. Kedekatan

4. Hipotesis kecocokkan

5. Sifat saling melengkapi (Devito, 1997 : 177-178).

(10)

menjadi partisipasi. Adapun Ketertarikan pada bahasa alay ini bisa dilihat dari bentuk tulisan yang kreatif atau pengucapannya yang unik merupakan beberapa faktor yang menjadi sebuah alasan berkembangnya bahasa alay pada saat sekarang ini.

Berikut adalah contoh kata dari bahasa alay yang di gunakan oleh remaja.

Tabel 1.1

Contoh Bahasa Alay

NO

BAHASA ALAY

MAKNA

1 Akyu, Akuwh, Akku, q. Aku,saya

2 Humz, Hozz Rumah

3 Luthu, Uchul, Luchuw Lucu

4 Lom, Lum Belum

5 Maniezt, Manies Manis

6 Krenz, Krent Keren

7 Bangedh, Beud, Beut Banget

8 wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo

Ketawa

9 Gga, Gax, Gag, Gz Nggak

10 Mu’uv, Muupz, Muuv Maaf

11 Cwekz Cewek

12 Cwokz Cowok

(11)

14 Mumz, Mamz Makan Sumber: pra penelitian peneliti

Bahasa alay merupakan fenomena tersendiri di kalangan masyarakat khususnya remaja di Indonesia. Bahasa alay biasanya digunakan dalam penulisan-penulisan pada obrolan yang informal seperti tulisan dan kalimat-kalimat yang di tulis di mediafacebook. yang sifatnya menghibur, menjalin keakraban, atau untuk mencairkan suasana, karena menurut para alayers ( sebutan untuk anak alay ) apabila memakai bahasa atau penulisan baku suasana yang terjadi cenderung formal dan tidak akrab.

(12)

Bahasa alay kini sudah menjadi suatu realitas yang tidak dapat dengan mudah dipisahkan dari masyarakat kita khususnya remaja di Indonesia. Realitas itu sendiri dapat diartikan sebagai objek, gejala, atau kenyataan yang terpersepsikan oleh indera. Menurut Babbie (1989) yang dikutip dalam suatu situs internet menyebutkan bahwa di dunia sekitar kita terdapat dua realitas. Pertama adalah realitas eksperimensial (experimential reality). Kedua adalah realitas penyetujuan (agreement reality). Realitas eksperimensial maksudnya ialah orang mengetahui realitas sebagai akibat dari pengalaman langsung orang tersebut dengan dunianya. Sedangkan realitas penyetujuan adalah sebagai akibat dari kabar (informasi) orang lain yang dia terima dan orang lain serta dirinya sendiri pun turut mendukung (setuju atau membenarkan) adanya realitas dimaksud. Dunia realitas eksperiensial lebih mudah diyakini kebenarannya, juga segala peristiwa yang melatarbelakangi peristiwa tersebut lebih mudah dilihat melalui indera kita. Namun dunia realitas penyetujuan lebih sulit dibuktikannya.4

Keberadaan Pengguna internet via telepon seluler yang dikenal sebagai mobileinternet. Mulai dari pengguna anak sekolah sampai pejabat dan pengusaha hampir semuanya bisa mendapatkan keuntungan dari layanan ini terutama yang banyak diminati adalah mediafacebook. Para remaja usia SMP-SMA yang aktif di situs jejaring social facebook pada umumnya mungkin kita pernah satu dua kali menemukan update status yang ditulis dengan campuran angka, huruf besar, huruf kecil, dan tanda baca. Seperti penulisan dalam perkenalan difacebookmisalnnya “H4l00w cp4 dcn4??? “ ( halo siapa disana ) atau penulisan nama ID facebook

4

(13)

menggunakan deretan nama yang di sambung sambungkan seperti “Maria Angelina BLmarmarjelousseringgagjelas” dan obrolan melalui coment antar pengguna facebook maupun dalam penulisan pada status di facebook Contohnya ‘Aq l9 ntn nie sm tmn2. filmX r4m3 sangadth.’ (dibaca: aku lagi nonton nih sama teman-teman. Filmnya rame sangat). Kata-kata ini disebut ‘bahasa alay’. Dimedia facebookinilah perkembangan bahasa alay tersebut sangat mewabah karena pada media facebook para alayers bebas menulis bahasa alay sesuai kreatifitas mereka,baik menulis di wall atau dinding,coment maupun status di facebook mereka.

Berkembangnya bahasa alay pada remaja di kota Bandung yang notabene “gudang” nya remaja kreatif tidak luput dari “kreatifitas” anak-anak alay, khususnya di media facebookdikarenakan dalam jejaring informasi ini pengguna facebook betul-betul membuat dunia lebih datar, lebih dekat, seolah-olah tiap individu bebas untuk mengusung produk budaya masing-masing. Sehingga faktanya tidak ada aturan yang benar-benar dianut secara baku dalam media ini khususnya dalam hal penulisan bahasa, jadi dengan leluasa para alayers mengembangkan bahasa mereka ke dunia maya terutama facebook, hingga berkembang pesat ke dunia nyata seperti sekarang ini. Tidak di pungkiri kita pasti sering mendengar remaja-remaja kota Bandung berbicara langsung atau menulis menggunakan bahasa alay baik secara langsung maupun hanya dengan membaca tulisannya.

(14)

pula yang menggunakan bahasa alay pada orang lain yang kurang mengerti akan bahasa alay tersebut seperti seseorang yang sedang chating dengan orang lain yang tidak mengerti bahasa alay. Namun pada umumnya penulisan bahasa alay sering terjadi pada saat penulisan SMS, maupun penulisan di jejaring social seperti facebook. Akan tetapi penulisan alay pada awalnya lebih sering kita lihat di media facebook, hal ini dikarenakan tulisan di facebook lebih sering dibaca oleh masyarakat umum sesama penggunafacebook, tidak seperti sms yang hanya melibatkan dua orang antara penerima dan pengirim sms. Seperti yang telah ditulis sebelumnya bahwa bahasa alay memiliki kerugian dan keuntungan, maka masyarakat pun memiliki pendapat yang berbeda dalam menanggapi bahasa alay, ada yang menerima bahasa tersebut ada juga yang merasa terganggu.

Bagi mereka yang menerima bahasa Alay beralasan karena mereka menganggap itu merupakan kreativitas. Jadi, biarkan saja kaum muda itu menggunakan bahasa sandi mereka sendiri yang ditujukan kepada komunitas mereka sendiri saja.

Sedangkan bagi masyarakat lain yang merasa terganggu dengan bahasa Alay, menganggap bahasa Alay sangat sulit dipahami demikian juga penulisan dengan huruf alay sangat menyulitkan bagi beberapa orang untuk membacanya.

(15)

hingga sebutan anak alay sangat tidak “mutu”, tapi di lain sisi sering kita lihat di berbagai stasiun tv khususnya acara music, justru anak alay inilah yang sering ikut andil membuat suasana menjadi lebih “hidup” , Misalnya pada acara musik di televisi pihak televisi sengaja merekrut anak anak yang notabene memiliki ciri cirri sebagai anak alay untuk meramaikan acara mereka, sampai satu stasiun tv swasta membuat acara khusus anak alay, dari sini lah peneliti tertarik untuk meneliti tentang anak alay khusus nya bahasa dan penulisan yang mereka gunakan. Selain kontroversi yang ada penulis melihat secara langsung maraknya kemunculan komunitas anak alay di kota Bandung baik di sekolah, di mall maupun ditempat umum lainnya bahkan di lingkungan sekitar penulis. Serta ketika melihat banyaknya penggunafacebookyang mayoritas anak baru gede atau anak remaja di kota Bandung khususnya menulis status menggunakan huruf huruf yang unik yang membingungkan para pembacanya maupun melihat ID facebook yang menggunakan nama yang unik dan nyeleneh serta menampilkan Foto-foto yang terlalu narsis yang dideskripsikan sebagai ikon anak alay. Karena komunitas dan bahasa yang kontroversial itu lah maka dari itu penulis tertarik untuk lebih meneliti, mengkaji, dan membahasnya.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“ Bagaimana Fenomena Daya Tarik Bahasa Alay Sebagai komunikasi Di Kalangan Remaja Kota Bandung Pada pengguna Facebook?”

2. Identifikasi Masalah

(16)

1. Bagaimana Daya Tarik Rasional bahasa alay sebagai komunikasi pada kalangan remaja di kota Bandung pada penggunafacebook?

2. BagaimanaDaya Tarik Emosional bahasa alay sebagai komunikasi pada kalangan remaja di kota Bandung pada penggunafacebook?

3. Bagaimana Daya Tarik Moral bahasa alay komunikasi pada kalangan remaja di kota Bandung pada penggunafacebook?

4. Bagaimana Fenomena Daya Tarik Bahasa Alay Sebagai komunikasi di kalangan remaja kota Bandung pada penggunafacebook?

3. Maksud dan Tujuan Penelitian

3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mendeskripsikan tentang fenomena daya tarik bahasa alay sebagai komunikasi di kalangan remaja Kota Bandung pada penggunaan Facebook.

3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berkut:

1. Untuk mengetahui Daya Tarik Rasional bahasa alay sebagai komunikasi pada kalangan remaja di kota Bandung pada pengguna Facebook.

(17)

3. Untuk mengetahui Daya Tarik Moral bahasa alay sebagai bahasa komunitas remaja di kota Bandung pada penggunaFacebook.

4. Untuk mengetahuiDaya Tarik Bahasa Alay.

4. Kegunaan Penelitian 4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan kajian Ilmu Komunikasi pada umumnya dan komunikasi kelompok secara khusus yaitu penggunaan bahasa alay sebagai bahasa komunitas.

4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini memiliki kegunaan praktis sebagai berikut: A. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan perkembangan bahasa alay yang digunakan oleh remaja dalam kehidupan sehari hari umumnya dan pengguna facebook khususnya dan sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu dalam bentuk penelitian.

B. Bagi Unikom

(18)

C. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat beguna bagi masyarakat mengenai perkembangan bahasa alay khususnya pada remaja, dan sebagai informasi, evaluasi kepada masyrakat mengenai keberadaan bahasa alay.

5. Kerangka Pemikiran

5.1 Kerangka Teoritis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kerangka pikiran yang berisi teori-teori pendukung yang berkaitan dengan penelitian. Teori tersebut bertujuan untuk mengarahkan dan memfokuskan masalah yang akan diteliti.

 Fenomenologi

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaituphainomai yang berarti “menampak”.Phainomenon merujuk pada “yang menampak”. Menurut Husserl, dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri. ( Kuswarno, 2009: 10).

(19)

penafsiran. Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Schutz mengikuti pemikiran Husserl, yaitu proses pemahaman aktual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga ter-refleksi dalam tingkah laku. ( Kuswarno, 2009 : 18)

Stanley Deetz dalam buku Teori Komunikasi, mengemukakan tiga prinsip dasar fenomenologi.yaitu:

1. Pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak disimpulkan dari pengalaman, namun ditemukan secara langsung dari pengalaman sadar.

2. Makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu itu pada hidup seseorang. Dengan kata lain, bagaimana Anda memandang suatu objek, bergantung pada makna objek bagi Anda.

3. Bahasa adalah „kendaraan makna‟(vehicle meaning). Kita

mendapatkan pengalaman melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan menjelaskan dunia kita.

Proses interpretasi merupakan hal yang sangat penting dan sentral dalam fenomenologi. Interpretasi adalah proses aktif pemberian makna dari suatu pengalaman.

(20)

adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari.

 Bahasa Komunitas

(21)

Seseorang atau suatu kelompok orang dapat menciptakan permainan bahasa (language play) sebagai nama pribadi, nama kolompok atau lembaga, humor, ungkapan pribadi dalam SMS atau e-mail, dan sebagainya. Alasan membuat permainan bahasa itu mungkin bersifat pragmatis, agar lebih enak didengar, lucu, menghibur, atau boleh jadi telah menjadi kebiasaan suatu komunitas.Menggunakan permainan bahasa ini mungkin dapat menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi yang menggunakannya karena dapat mengekspresikan ungkapan-ungkapan tanpa harus terbebani oleh kandungan maknanya.

 Kontruksi Realitas Secara Sosial

Konstruksi sosial (social construction) merupakan sebuah teori sosiologi kontemporer yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann Menurut Berger, realitas sosial eksis dengan sendirinya dan struktur dunia sosial bergantung pada manusia yang menjadi subjeknya.

(22)

situasi secara otomatis. Kebiasaanseseorang ini berguna juga untuk orang lain. Dalam situasi komunikasi interpersonal, para partisipan saling mengamati dan merespon kebiasaan orang lain, dengan demikian para partisipan saling menggantungkan diri pada kebiasaan orang lain tersebut. Dengan kebiasaan tersebut, seseorang dapat membangun komunikasi dengan orang lain yang disesuaikan dengan tipe-tipe seseorang, yang disebut dengan pengkhasan (typication).

Kuswarno (2009:112), dalam buku yang sama, menyebutkan bahwa:

“Institusi memungkinkan adanya suatu peranan (roles), atau kumpulan perilaku yang terbiasa (habitual behavior) dihubungkan dengan harapan-harapan individual yang terlibat. Ketika seseorang memainkan suatu peranan yang dia adopsi dari perilaku yang terbiasa, orang lain berinteraksi dengannya sebagai suatu bagian dari instsitusi tersebut ketimbang sebagai individu yang unik. Pada institusi tersebutjuga berkembang apa yang disebut sebagai hukum (law). Hukum ini yang mengatur berbagai peranan.”

(23)

 Daya Tarik

Daya tarik menurut Onong Uchjana Effendy adalah; kekuatan atau penampilan komunikator yang dapat memikat perhatian komunikan (Onong,1989: 33).Sedangkan menurut Kotler dalam Sindoro adalah: Daya tarik isi pesan sebuah tayangan meliputi daya tarik rasional, emosional dan moral. Daya tarik rasional menunjukan bahwa kegiatan tersebut menghasilkan manfaat, sedangkan daya tarik emosional mencoba membangkitkan motivasi terhadap suatu kegiatan atau produk, dan daya tarik moral di arahkan pada perasaan seseorang sehingga sering digunakan untuk mendorong orang mendukung masalah-masalah sosial . (Sindoro, 1996: 81).

(24)

menjadi suatu proses psikologis yang dapat berkembang menjadi pemberian respon positif maupun respon negatif terhadap pesan komunikasi yang diberikan. Daya tarik adalah proses awal terhadap kesan dari suatu bentuk komunikasi dan sangat berperan dalam membentuk animo komunikan. Berdasarkan pengertiannya daya tarik merupakan kekuatan yang dapat memikat perhatian. Sebagai suatu aspek kejiwaan, daya tarik bukan saja dapat mewarnaiperilaku seseorang tetapi lebih dari itu, dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya untuk terikat pada satu kegiatan.

(25)

1. Daya tarik Rasional adalah daya tarik rasional menunjukan bahwa kegiatan tersebut menghasilkan manfaat.

2. Daya tarik Emosional adalah daya tarik emosional mencoba membangkitkan motivasi terhadap suatu kegiatan atau produk

3. Daya tarik Moral (Sindoro, 1996: 81) : daya tarik moral di arahkan pada perasaan seseorang sehingga sering digunakan untuk mendorong orang mendukung masalah-masalah sosial .

5.2 Kerangka Konseptual  Fenomenologi

(26)

Secara teknik ada beberapa cara penulisan disebut dengan tulisan atau bahasa alay diantaranya:

1. Menulis dengan mencapur adukan huruf besar dan huruf kecil dan terkadang dengan simbol-simbol dan angka.

2. Menulis dengan mencampur adukan antara bahasa asing dengan bahasa Indonesia disertai dengan menambah-nambahkan huruf yang tidak penting.

Bahasa tiba-tiba saja muncul di tengah-tengah persinggungan antara seni dan filsafat, sehingga kemudian menghasilkan seni yang filosofis dan filsafat yang estetis. Dunia seni dan filsafat menjadi semacam arena baru yang oleh Wittgenstein disebut-sebut sebagailanguage games(permainan bahasa). (Sobur, 2006: 287)

(27)

Seperti yang dikatakan oleh Schutz, bahwa inti dari fenomenologi adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Tindakan sosial yang dimaksud adalah bagaimana remaja alay menggunakan bahasa alay dalam kehidupan komunitasnya pada penggunaanfacebook. Serta bagaimana para alayers memberikan makna terhadap pesan yang diterimanya dengan menggunakan bahasa alay tersebut.

Dari tiga prinsip dasar fenomenologi yang disebutkan oleh Stanley Deetz, bahwa :

1. Pengetahuan adalah kesadaran.

Bahwa alayers menyadari bahwa mereka memiliki style terutama cara penulisan dan bahasa yang berbeda dengan remaja pada umumnya khususnya penulisan dan bahsa yang mereka tuangkan dalam media facebook, maka dari itu sebagian dari remaja alay menggunakan bahasa dan penulisan alay sebagai cara menyampaikan maksud dan tujuan kepada para alayers yang lain. Mereka menggunakan bahasa alay untuk lebih menunjukan jati diri mereka sebagai seorangalayers.

2. Makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu itu pada hidup seseorang. Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, bahwa bahasa alay ini dapat memberikan manfaat bagi mereka yang menggunakannya, dalam hal ini adalah para alayers untuk membedakan mereka dengan orang lain dan untuk lebih mengenali komunitasnya.

3. Bahasa adalah kesadaran makna.

(28)

khususnya alayers penggunafacebook. Apabila alayers menggunakan bahasa alay, maka lawan bicaranya ( dalam hal ini sesama pengguna facebook ) diharapkan dapat memahami dan memaknai bahasa alay yang digunakan. Fenomenologi tidak pernah berusaha mencari pendapat dari informan apakah sesuatu itu benar atau salah, tetapi fenomenologi akan berusaha “mereduksi” kesadaran informan dalam memahami fenomena itu. Metode fenomenologi ini penulis terapkan untuk menjelaskan bahasa alay sebagai bahasa komunitas di kalangan remaja pengguna facebook berdasarkan mereka (alayers) dan hal ini menjadi data penting dalam penelitian.

 Bahasa Komunitas

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa bahasa komunitas dapat diartikan sebagai suatu kelompok atau komunitas yang menggunakan bahasa-bahasa atau kata-kata tertentu yang telah disepakati oleh komunitas atau kelompok tersebut. Remaja alay termasuk kaum minoritas dalam masyarakat. Maka dari itu mereka membentuk suatu komunitas atau perkumpulan untuk lebih bisa mengekploitasi diri mereka sebagai seorangalayers

(29)

menulis dengan huruf besar kecil dan menulis dengan mencampur adukan antara bahasa asing dengan bahasa Indonesia disertai dengan menambahkan huruf yang tidak penting. Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa komunikasi atau sistem bahasa yang dilakukan oleh remajaalay dapat terus berkembang sehingga bahasa yang mereka gunakan lama kelamaan akan bergabung dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.

 Kontruksi Realitas Secara Sosial

Sedangkan dalam teori konstruksi realitas, menyebutkan bahwa realitas sosial eksis dengan sendirinya dan struktur dunia sosial bergantung pada manusia yang menjadi subjeknya. Dalam hal ini, bahasa alay diciptakan lalu berkembang dengan sendirinya terutama dalam jejaring social facebook, bahasa alay tersebut lalu dipergunakan oleh remaja pengguna facebook sebagai bahasa mereka berkomunikasi antar sesama penggunafacebook.

(30)

 Daya Tarik

Bahasa alay merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas alay khususnya.. Bahasa alay sering digunakan oleh komunitas tersebut dalam SMS, atau status di Facebook dan Twitter. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui Fenomena Daya Tarik Bahasa Alay Dalam Komunikasi di Kalangan Remaja Kota Bandung Pada PenggunaFacebook.

(31)

Pada penelitian ini peneliti menarik kesimpulan bahwa bahasa alay memliki 3 daya tarik yaitu :

1. Daya tarik rasional

Dalam daya tarik rasional ini, bahasa alay mempunyai manfaat sebagai sarana komunikasi yang menarik khususnya bagi komunitas alayers.karena dengan menggunakan bahasa alay berarti mereka telah menambah bahasa non formal yang baru di samping bahasa-bahasa lain yang digunakan sehari-hari khususnya pada remaja di Kota Bandung.

2. Daya tarik emosional

Pada daya tarik ini bahasa alay memberikan motivasi pada remaja kota untuk berkreasi dan mencoba hal-hal yang positif dalam membuat suatu kegiatan/produk yang positif

3. Daya Tarik Moral

Daya tarik moral diarahkan kepada remaja kota Bandung tentang berkomunikasi yang benar dan tepat, sehingga sering digunakan untuk mendorong seseorang mendukung masalah-masalah sosial.

6. Pertanyaan Penelitian

Berkaitan dengan identifikasi masalah diatas, maka penulis membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(32)

1. Sejak kapan anda menggunakan bahasa alay?

2. Menurut prediksi anda sampai kapan anda menggunakan bahasa alay di mediafacebook?

3. Apakah bahasa alay memberikan manfaat kepada anda selaku remaja kota Bandung saat berkomunikasi dengan menggunakan facebook?

4. Apa manfaat yang anda rasakan ketika menggunakan bahasa alay di media facebook?

5. Apakah manfaat tersebut di rasakan oleh teman bicara anda? 6. Apakah menggunakan bahasa alay menambahkan kepercayaan diri

anda..kenapa?

B. Pertanyaan 7 - 10 untuk menjawab daya tarik emosional remaja di kota Bandung dengan menggunakan bahasa alay di mediaFacebook.

1. Mengapa anda menggunakan bahasa alay di mediafacebook? 2. Dari mana anda mengenal bahasa alay ?

3. Apa yang memotivasi anda menggunakan bahasa alay di media facebook?

(33)

C. Pertanyaan 10-16 untuk menjawabdaya tarik moralpada remaja kota bandung sebagai penggunaFacebook.

1. Apakah menurut anda bahasa alay merupakan bahasa yang baik dan tepat dalam berkomunikasi di media facebook?

2. Jika tidak/ya apa alas an anda?

3. Apakah yang mendorong anda selaku remaja kota bandung menggunakan bahasa alay dalam berkomunikasi di media facebook ? 4. Apakah bahasa alay yang anda gunakan di media facebook, terbawa

ke pergaulan anda di luar komunitas alay,.misalnya apa?

5. Apakah menggunakan bahasa alay, merubah moral anda selama ini ? dari sisi apakah perubahan tersebut?

6. Apakah masalah sosial yang ada, mendorong anda menggunakan bahasa alay?

7. Apa saja masalah-masalah sosial yang dapat anda lakukan dengan menggunakan bahasa alay?

7. Subjek Penelitian dan Informan

7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga(organisasi), yang sifat-keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandungobjek penelitian.

(34)

7.2 Informan

Suwarno (2008), menyebutkan bahwa informan adalah seseorang yang memberikan informasi kepada orang lain yang belum mengetahuinya. Dalam hal ini informan merupakan sumber data penelitian yang utama yang memberikan informasi dan gambaran mengenai pola perilaku dari kelompok masyarakat yang diteliti.

Informan dipilih secara purposive (purposive sampling) berdasarkan aktivitas mereka dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi pengalaman mereka secara sadar. Peneliti dapat memilih informan, atau bisa juga informan yang mengajukan secara sukarela. Dengan demikian penelitian ini memilih tempat-tempat informan baik yang berada di lingkungan sekitar seperti sekolah ataupun di luar lingkungan sekolah seperti mall, dan bahkan di jalanan.

Wawancara dilakukan dengan 4 (empat) orang remaja alay sebagai subjek penelitian. Subjek penelitian tersebut dijadikan informan kunci atau sumber data utama. Data informan tersebut ditampilkan dalam tabel :

Tabel 1.2 Data Informan

No. Nama Pekerjaan

1 Hani Pelajar SMP

2 Anissa Pelajar SMA

3 Fitria Pelajar SMA

4 Echi Pelajar SMA

Sumber; peneliti 2011

(35)

bahasa alay yang karena pengalamannya dia mampu mengartikulasikan pengalaman dan pandangannya tentang suatu yang dipertanyakan.

7.3 Key Informan

Narasumber kunci (key informan) seorang ataupun beberapa orang, yaitu orang atau orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti tersebut. Data informan tersebut ditampilkan dalam tabel :

Tabel 1.3 Data Key Informan

No.

Nama

Pekerjaan

1 Prof.Dr. Cece Subarna Dosen 2 Ibu Susi Suliaswati Guru SMA Sumber; peneliti 2011

8. Metode Penelitian

(36)

berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, untuk lebih memperkuat dan mengarahkan proses penelitian.

Mulyana (2008:5), menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya.Secara konvensional metodologi kualitatif cenderung diasosiasikan dengan keinginan peneliti untuk menelaah makna, konteks, dan suatu pendekatan holistik terhadap fenomena. Deacon et al dalam buku Riset Kualitatif dalam Pulic Relations & Marketing Communications (2008:5), mengatakan bahwa metode kualitatif cenderung dihubungkan dengan paradigma interpretif. Metode ini memusatkan pada penyelidikan terhadap cara manusia memaknai kehidupan sosial mereka; serta bagaimana manusia mengekspresikan pemahaman mereka melalui bahasa, suara, perumpamaan, gaya pribadi, maupun ritual sosial.

9. Uji Reliabilitas Data

Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, sangat berbeda dengan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan paradigma dalam melihat relitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Dalam hal reliabilitas Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa :

(37)

sama dalam waktu menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukan data yang tidak berbeda.” (Sugiyono, 2009 : 118).

Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (kredibilitas) sebagai aspek nilai kebenaran, transferability (keteralihan) sebagai aspek penerapan, dependability (auditability) sebagai aspek konsistensi, dan confirmability (dapat di konfirmasi) sebagai aspek natralitas. Hal ini dapat di gambarkan seperti gambar berikut :

Gambar 1.1

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif

Sumber : (Sugiyono, 2009:121)

Uji

transferability Uji kredibilitas data

Uji

confirmability Uji

dependability

(38)

Uji Kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan (penliti kembali melakukan pengamatan ke lapangan), peningkatan ketekunan dalam penelitian (pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan), trianggulasi (pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagi waktu), diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif (mencari data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan), dan member check (mengecek kembali data yang didapat dari pemberi data).

Uji transferability berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diteapkan atau digunakan dalam situasi lain. Peneliti dalam membuat laporannya memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

(39)

10. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari empat macam, yaitu: 1. Wawancara mendalam

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara untuk memperoleh informasi secara akurat dari informan.Bingham dan Moore (1959) menggunakan istilah “percakapan dengan suatu tujuan (confersation with a purpose)” untuk wawancara kualitatif, yaitu ketika peneliti dan informan menjadi “mitra percakapan (conversational partner)”.

Wawancara mendalam marupakan wawancara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi dari seseorang mengenai suatu hal secara rinci dan menyeluruh. (Kuswarno, 2008:170)

Wawancara mendalam dilakukan dengan tujuan mengumpulkan keterangan atau data mengenai objek penelitian yaitu komunikasi informan dalam kesehariannya di suatu lingkungan. Wawancara mendalam bersifat terbuka dan tidak terstruktur serta dalam suasana yang tidak formal. Sifat terbuka dan tidak terstruktur ini maksudnya adalah pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara tidak bersifat kaku, namun bisa mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi dilapangan (fleksibel) dan ini hanya digunakan sebagaiguidance.

(40)

yang nyaman dan informanpun dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tanpa canggung, takut maupun perasaan-perasaan lainnya yang membuat proses wawancara tidak nyaman.

2. Observasi langsung

Observasi dilakukan untuk menunjang data yang telah ada. Observasi ini penting dilakukan agar data-data yang telah diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis lainnya dapat dianalisis dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses observasi di lapangan.

Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap fenomena yang terjadi pada remaja alay di Bandung tersebut di rekam, dicatat, atau didokumentasikan untuk di deskripsikan lebih lanjut sesuai dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melibatkan diri secara langsung, dimana peneliti mengamati secara langsung dan sekaligus melibatkan diri pada situasi sosial yang sedang terjadi pada komunitas alay tersebut. Seperti misalnya ikut berkumpul bersama alayers di suatu tempat atau turut menggunakan bahasa alay ketika sedang chatting atau ngbrol dengan alayers di facebook.

(41)

3. Studi literatur

Studi literatur adalah pengumpulan data melalui buku-buku, jurnal web, makalah, serta bacaan lainyang sesuai dengan topik yang dibahas

4.Internet searching

Adalah mencari dan mengumpulkan data yang diperoleh dari jurnal website atau internet. Data-data yang sudah diperoleh kemudian diolah dengan mencantumkan alamat resmi website dan mencantumkan waktu dan tanggal pengambilan data tersebut.

11. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dilakukan dengan langkah:

1. Penyeleksian data, yakni data yang telah terkumpul diperiksa kelengkapannya, dan dilihat kejelasan datanya.

2. Reduksi data atau pembentukan abstraksi data yang sudah ada, seperti wawancara, observasi, intisari dokumen, dan rekaman dikumpulkan.

3. Klasifikasi data,yaitu pengelompokan data sesuai dengan jenisnya.

(42)

5. Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Verifikasi berupa tinjauan atau pemikiran kembali pada catatan lapangan, yang mungkin berlangsung sekilas atau bahkan dilakukan dengan cara seksama dan memakan waktu lama.

12. Lokasi dan Waktu Penelitian

12.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Bandung. Penelitian yang dilakukan tidak berfokus pada satu tempat, tetapi dilakukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan informan. Penelitian ini kerap berlangsung disekolah, mall, obrolan chatting , dan tempat lainnya.

12.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan secara bertahap selama 6 bulan, yaitu mulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Juli 2011. Adapun waktu penelitian ditampilkan dalam tabel :

Tabel 1.4

Waktu dan Jadwal Kegiatan Penelitian

(43)

Sumber: peneliti 2011

13. Sistematika Penulisan

Dalam usaha memberikan gambaran secara sistematis, peneliti membagi susunan skripsi ke dalam lima bab, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada Bab 1 peneliti menguraikan latar belakang masalah, Identifikasi masalah. Maksud dan tujuan penelitian. Kegunaan penelitian. Kerangka pemikiran. Pertanyaan penelitian. Subjek dan informan. Metode penelitian. Teknik pengumpulan data. Teknik analisis data. Lokasi dan waktu penelititan. Sistematika penulisan.

(44)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti mencoba meninjau permasalahan dari aspek teoritis dalam mengkaji tinjauan mengenai komunikasi meliputi; pengertian komunikasi, unsur-unsur komunikasi, proses komunikasi, dan Tinjauan tentang komunikasi antarpersonal. Tinjauan mengenai studi fenomenologi, Tinjauan mengenai bahasa, Tinjauan mengenai bahasa komunitas. Tinjauan mengenai bahasa alay remaja.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini peneliti memberikan gambaran tentang Sejarah bahasa alay, bahasa alay pengguna Facebook, Komunitas alay diFacebook, ,keuntungan dan kerugian bahasa alay.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan mengenai Deskripsi identitas informan. Deskripsi hasil penelitian. Deskripsi pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(45)

41 2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Banyak definisi dan pengertian mengenai komunikasi yang ingin disampaikan oleh para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan makna utama dari komunikasi. Wiryanto dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa, Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnyacommunis, yang bermakna umum atau bersamasama.(Wiryanto, 2004: 5).

Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Onong Uchjana Effendy, Istilah komuniksi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. (Effendy, 2003: 9).

(46)

dicapai memerlukan adanya suatu pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Fisher (1986: 17) yang dikutip olehWiryanto bahwa, Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat eklektif. (Wiryanto, 2004: 3). Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963: 2) yang dikutip oleh Wiryanto bahwa, Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya. (Wiryanto, 2004: 3).

Berbagai pendapat untuk menjelaskan komunikasi juga diungkapkan oleh Charles R. Berger dan Steven H. Chaffe dalam buku Handbook Communication Science(1983: 17) yang dikutip oleh Wiryanto, menerangkan bahwa:

“Communication science seeks to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, processing and effect (Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari symbol serta sistem sinyal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelasken fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya). (Wiryanto, 2004: 3).

Carl I. Hoveland (1948: 371) dalam buku Social Communication , yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi sebgai:

(47)

(Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain). (Wiryanto, 2004: 6).

Raymond S. Ross (1983: 8) dalam buku Speech Communication; Fundamentals and Practice sebagimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa komunikasi sebagai:

“Suatu proses menyortir, memilih,dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator. (Wiryanto,2004: 6)“

Dari beberapa definisi dan pengertian komunikasi yang telah dikemukakan menurut beberapa ahli komunikasi, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya dapat terjadi apabila seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya komponen atau elemen komunikasi yang diantaranya adalah sumber, pesan, media, penerima dan efek. Ada beberapa pandangan tentang banyaknya unsure komunikasi yang mendukung terjadi dan terjalinnya komunikasi yang efektif. secara garis besar komunikasi telah cukup didukung oleh tiga unsure utama yakni sumber, pesan dan penerima, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah disebutkan.

(48)

mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. (Cangara, 2005: 21).

Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat populer bagi masyarakat Yunani.

Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi sederhana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, Formula ini dikenal dengan nama "SMCR", yakni: Source (pengirim),Message (pesan), Channel (saluran-media), danReceiver(penerima). (Cangara, 2005: 22).

Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur komunikasi lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara, Unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. (Cangara, 2005: 22). Kedua unsur ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi (persona) dan komunikasi massa.

(49)

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy:

“Pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untukmengawa-sandi (decode) pesan komunikator itu. ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi (decoder). (Effendi, 2003: 13).

Yang penting dalam proses penyandian (coding) ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa-sandi hanya ke dalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam pengalamannya masing-masing.

(50)

Kemudian Wilbur Schramm menambahkan, sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, Bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. (Effendy, 2003: 13). Pernyataan ini mengandung pengertian, jika bidang pengalaman kominikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar.

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

(51)

Gambar 2.1

Model Proses Komunikasi

(Sumber: Effendy 1993: 18)

Dari model proses komunikasi di atas dapat di identifikasi unsureunsur dari komunikasi sebagai berikut :

- Sender: komunikator menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding: penyandian yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

- Message: pesan, merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan.

- Decoding: proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan.

- Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikasn setelah diterpa pesan.

- Feed back: umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterima nya pesan lain oleh komunikan yang

(52)

berbeda pesan yang diberikan oleh komunikator. (Effendy, 1993: 18).

2.1.3 Proses Komunikasi

A. Proses Komunikasi Primer

Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses yang memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara efektif. Proses komunikasi inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan baik dengan berbagai tujuan. Dengan adanya proses komunikasi, berarti ada suatu alat yang digunakan dalam prakteknya sebagai cara dalam pengungkapan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek , Proses komunikasi

terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan secara sekunder, yakni:

“Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. (Effendy, 2003: 11).

(53)

mengenai hal yang jelas (kongkret) maupun untuk hal yang masih samar (abstrak), bukan hanya mengenai peristiwa atau berbagai hal yang sedang terjadi melainkan pada waktu dulu dan masa yang akan datang.

Kial (gesture) merupakan terjemahan dari pikiran seseorang sehingga dapat terekspresikan secara nyata dalam bentuk fisik, tetapi kial ini hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu secara terbatas.

Isyarat juga merupakan cara pengkomunikasian yang menggunakan alat kedua selain bahasa yang biasa digunakan seperti misalnya kentongan, semaphore (bahasa isyarat menggunakan bendera), sirine, dan lain-lain. Pengkomunikasian ini juga sangat terbatas dalam menyampaikan pikiran seseorang.

Warna sama seperi halnya isyarat yang dapat mengkomunikasikan dalam bentuk warna-warna tertentu sebagai pengganti bahasa dengan kemampuannya sendiri. dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, warna tetap tidak berbicara banyak untuk menerjemahkan pikiran seseorang karena kemampuannya yang sangat terbatas dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

(54)

melebihi kemampuan bahasa dalam pengkomunikasian yang terbuka dan transparan. Penggunaan bahasa sebagai penerjemah pikiran dapat didukung dengan menggunakan gambar sebagai alat bantu pemahaman, tetapi posisinya hanya sebagai pelengkap bahasa untuk lebih mempertegas maksud dan tujuannya.

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, tetapi tidak semua orang dapat mengutarakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya melalui kata-kata yang tepat dan lengkap. Hal ini juga diperumit dengan adanya makna ganda yang terdapat dalam kata-kata yang digunakan, dan memungkinkan kesalahan makna yang diterima. Oleh karena itu bahasa isyarat, kial, sandi, simbol, gambar, dan lain-lain dapat memperkuat kejelasan makna.

B. Proses Komunikasi Sekunder

(55)

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain-lain adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media kedua ini memudahkan proses komunikasi yang disampaikan dengan meminimalisir berbagai keterbatasan manusia mengenai jarak, ruang, dan waktu.

Menurut Onong Uchjana Effendy, Pentingnya peran media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensi dalam mencapai komunikan. (Effendy, 2003: 17). Surat kabar, radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya.

(56)

komunikasinya umpan balik berlangsung seketika, dalam artian komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu.

Ini berlainan dengan komunikasi bermedia, apalagi menggunakan media massa yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya dan dalam proses komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung saat itu tetapi memerlukan waktu untuk menanggapinya.

Komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komuniksi primer untuk menembus ruang dan waktu. Dalam menata lambing- lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus mempertimbangkan sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari atas pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.

Komunikan media surat, poster atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu.

(57)

Media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain-lain memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain massif (massive) atau missal (massaal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa seperti, telepon, surat, telegram, spanduk, papan pengumuman, dan lain-lain tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit.

2.1.4 Fungsi-Fungsi Komunikasi

Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah :

1. Menginformasikan (to inform)

adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. 2. Mendidik (to educated)

adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

(58)

Dilihat dari fungsi dan keberadaanya di masyarakat, komunikasi tidak bisa lepas dari kehidupan, karena komunikasi akan selalu berada dalam kehidupan manusia sehari-hari.

2.1.5 Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy, adalah :

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change)a 3. Perubahan perilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change). (Effendy, 1993 : 35)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal

2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal (antar pribadi) didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book, yang mengungkapkan, bahwa:

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).” (Devito, 1997: 60).

(59)

komunikasi antarpribadi memungkinkan komunkasi yang berlangsung secara dialogis. Dimana terdapat interaksi antara komunikator dan komunikan yang sama-sama aktif. Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mendefinisikan komunikasi antarpribadi, yaitu Komunikasi antara orangorang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal (Mulyana, 2005: 73).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakannya dengan komunikasi massa dan komunikasi kelompok. Menurut Barnlund yang kemudian dikutip

oleh Liliweri menyatakan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi antarpribadi selalu:

1. Terjadi secara spontan

2. Tidak mempunyai stuktur yang teratur atau diatur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5. Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaan yang

kadang -kadang kurang jelas 6. Bisa terjadi sambil lalu

(Liliweri, 1997: 13).

(60)

2.2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Tujuan komunikasi interaksional dalam konteknya sebagai komunikasi interpersonal facebooker dalam komunitas virtual, tentunya dimaksudkan untuk beragam tujuan. Adapun tujuan komunikasi interpersonal; menurut Joseph A Devito yang mengungkapkan, sebagai berikut:

1. Penemuan diri sendiri (Personal Discovery)

2. Mengenal dunia di luar dirinya (Discovery of the External World) 3. Mengadakan hubungan yang berarti (Establishing Meaningful

Relationships)

4. Perubahan sikap dan tingkah laku (Changing Attitudes and Behaviors)

5. Untuk membantu (Devito, 1997: 165).

2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Evert M Rogers mengemukakan pendapatnya mengenai ciri-ciri komunikasi interpersonal yang kemudian dikutip oleh Lilliweri, yaitu:

1. Komunikasi interpersonal, spontan

2. Komunikasi interpersonal tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu

3. Komunikasi interpersonal terjadi secara kebetulan pada peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas

4. Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja

5. Komunikasi interpersonal seringkali berlangsung berbalas-balasan

6. Komunikasi interpersonal enghendaki paling sedikit melibatkan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan

7. Komunikasi interpersonal tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil

(61)

Melalui ciri-ciri komunikasi interpersonal dapat diketahui pula adanya faktor-faktor yang turut berperan pada waktu kegiatan komunikasi berlangsung. Faktor-faktor tersebut berupa kejelasan pesan yang disampaikan, daya tarik komunikator dan keakraban komunikator dalam menghadapi komunikan.

2.2.4 Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal

Terdapat tujuh sifat yang menunjukan bahwa komunikasi yang terjadi antara dua orang merupakan komunikasi antarpersona yang mendukung konteks interaksional di dalamnya. Hal ini terangkum dalam pendapat Reardon (1987), Effendy (1986) serta Porter dan Samovar (1982), yang kemudian dikutip oleh Liliweri. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Antar Persona, Perilaku Verbal dan Nonverbal

(62)

maka ada pula pesan nonverbal melalui paralinguistik yang berfungsi menunjukan suatu suasana kebathinan melalui suara dan waktu anda melukiskan peristiwa kejahatan, tangisan pedagang asongan, dan lain-lain.

b. Komunikasi Antar Persona, Perilaku Spontan,Scripted, danContrived

a) Bentuk Perilaku Spontan

Bentuk pertama adalah perilaku yang bersifat spontan. Dalam komunikasi antarpribadi perilaku ini dilakukan secara tiba-tiba, serta merta untuk menjawab suatu rangsangan dari luar. Perilaku spontan biasa dilakukan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Contoh orang batak langsung meneriaki kawannya Horas . Atau orang Ambon bertemu dengan serang kawan lama, Si Tutuarima menyapanya kawannya dengan kata-kata yang maki yang berkonotasi porno dan malah jorok .

b) Bentuk PerilakuScripted

(63)

kejahatan. Dia mampu membuat bulu roma anda berdiri. Kemahiran Agatha Cristie yang biasa merajut cerita kriminal itu didorong oleh pengetahuan dia yang cukup tentang jenis-jenis perilaku scripted. Ituah perilakuscriptedyang verbal.

c) Bentuk PerilakuContrived

(64)

c. Komunikasi Antar Persona, Proses Dinamis

Ciri ketiga komuikasi antarpribadi adalah komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses yang berkembang. Konsep tersebut menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi tidak statis melainkan dinamis, demikian kata Miller dan Steinberg. Mereka menerangkan bahwa apabila ada dua orang yang baru pertama kali bertemu, maka kedua orang itu hanya mempunyai gambaran yang umum atau informasi dasar tentang diri mereka masingmasing.

d. Komunikasi Antar Persona Umpan Balik, Interaksi dan Koherensi

a) Hasil Umpan Balik

(65)

b) Hasil Interaksi

Hasil komunikasi yang diukur melalui umpan balik saja tidak cukup. Komunikasi antarpribadi juga melibatkan beberapa tingkat interaksi antarpribadi. Umpan balik tidak mungkin ada jika tidak ada interaksi atau kegiatan dan tindakan yang menyertainya. Keberadaan interaksi menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat keterpengaruhan tertentu. Interaksi dalam komunikasi antarpribadi biasa mempertimbangkan apakah tujuan komunikasi yang dilakukan hanya mengharapkan perubahan pikiran dan pendapat atau minat dan perasaan, atau hanya mengharapkan perubahan pada tindakan tertentu.

c) Hasil Koherensi

(66)

bersifat koherensi. Hasil koherensi itu demikian penting bagi anda untuk memahami dan mencegah kesalahpahaman terhadap orang itu.

e. Komunikasi Antar Persona, Tatanan Intrinsik dan Ekstrinsik

a) Tatanan Intrinsik

Yang dimaksud dengan tatanan intrinsik adalah suatu standarisasi perilaku yang sengaja dikembangkan untuk memandu pelaksanaan komunikasi antarpribadi. Tata aturan intrinsik biasa disepakati di antara peserta komunikasi antarpribadi. Ini berarti komunikator dan komunikan bisa memusyawarahkan apakah suatu tema pembicaraan dapat dihentikan atau diteruskan itulah tatanan intrinsik.

b) Tatanan Ekstrinsik

Yang dimaksud dengan tatanan ekstrinsik adalah tata aturan yang timbul akibat pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antarpribadi harus diperbaiki.

f. Komunkasi Antar Persona, Merujuk pada Tindakan

(67)

pada kedatangan stimulus pesan, namun lebih dari itu, seluruh proses komunikasi antarpribadi harus memperhatikan seluruh proses komunikasi itu. Maka benar, para ahli komunikasi mengajukan pandangan baru tentang hubungan antara komunikator dan komunikan, yaitu prinsip: anda berkomunikasi, berhubungan, berbicara dengan pihak lain bukan berkomunikasi, berhubungan, atau berbicarauntukpihak lain.

g. Komunikasi Antar Persona, Tindakan Persuasi Antarmanusia

(68)

2.3 Tinjauan mengenai studi fenomenologi

MenurutTheOxford English Dictionary, yang dimaksud dengan fenomenologi adalah ;

“ (a) the science of phenomena as distinct from being (ontology), dan (b) division of any science which describes and classifiesits phenomena. Jadi, fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang dibedakan dari sesuatu yang sudah menjadi, atau disiplin ilmu yang menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena, atau studi tentang fenomena. (Kuswarno, 2009:1) “

Fenomenologi tidak dikenal setidaknya sampai abad ke-20. Abad ke-18 menjadi awal digunakannya istilah fenomenologi sebagai nama teori tentang penampakan, yang menjadi dasar pengetahuan empiris. Istilah fenomenologi diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert, pengikut Christian Wolff.

Abad ke-18 tidak saja penting bagi fenomenologi, namun juga untuk dunia filsafat secara umum.Menurut filosof Immanuel Kant, fenomena didefinisikan sebagai sesuatu yang tampak atau muncul dengan sendirinya (hasil sintesis antara penginderaan dan bentuk konsep dari objek, sebagaimana tampak darinya). 40

(69)

Tokoh-tokoh fenomenologi: a. Edmund Husserl (1859-1938)

Huserl adalah pendiri dan tokoh utama dari aliran filsafat fenomenologi. Menurut Husserl, dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminyasendiri.

Fenomenologi Husserl pada prinsipnya bercorak idealistik, karena menyerukan untuk kembali kepada sumber asli pada diri subjek dan kesadaran.

Adapun pokok-pokok pikiran Husserl mengenai fenomenologi adalah: 1. Fenomena adalah realitas sendiri yang tampak

2. Tidak ada batas antara subjek dengan realitas 3. Kesadaran bersifat intensional

4. Terdapat interaksi antara tindakan kesadaran (noesis) dengan objek yang disadari (noema)

b. Alfred Schutz (1899-1959)

(70)

Analisisnya yang mendalam mengenai fenomenologi didapatkannya ketika magang di New School for the Social Research di New York. Schutz membawa fenomenologi ke dalam ilmu sosial baginya tugas fenomenologi adalah menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan dari kegiatan di mana pengalaman dan pengetahuan itu berasal.

Inti pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran.Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari.

Inkuiri dari fenomenologi dimulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Kaum fenomenologi berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitnya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. (Moleong, 2001:9)

(71)

Jadi, fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang dibedakan dari sesuatu yang sudah menjadi atau disiplin ilmu yang menjelaskan atau mengklasifikasikan fenomena, atau studi tentang fenomena. Dengan kata lain fenomenologi mempelajari fenomena yang tampak di depan kita, dan bagaimana penampakannya.

Tujuan utama fenomenologi adalah mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran, dan dalam tindakan, seperti bagaimana fenomena tersebut bernilai atau diterima secara estetis. Fenomenologi mencoba mencari pemahaman bagaimana manusia menkonstruksi makna dan konsep-konsep penting dalam kerangka intersubjektifitas. Intersubjektivitas karena pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain. Walaupun yang kita ciptakan dapat ditelusuri dalam tindakan, karya dan aktivitas yang kita lakukan, tetap saja ada peran orang lain di dalamnya.

(72)

2.4 Tinjauan mengenai bahasa

a. Definisi bahasa

Dalam pengertian yang populer, bahasa adalah percakapan. Sedangkan dalam wacana linguistik bahasa diartikan sebagai sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. (Wibowo, 2001:3)

Menurut Spradley, yang dikutip dalam buku Semiotika Komunikasi (Sobur, 2003:273) menyebutkan bahwa “bahasa lebih dari sekedar alat mengkomunikasikan realitas; bahasa merupakan alat untuk menyusun realitas.”

Sedangkan menurut Kratz dalam buku yang sama, berpendapat bahwa dalam pandangan teori linguistik yang dipengaruhi Chomski, bahasa adalah sejumlah kalimat yang tak terbatas dan setiap kalimat bersifat tunggal-ialah setiap kalimat hanya satu kali terbentuk dalam suatu bentuk yang tertentu.

Gambar

Tabel 1.2Data Informan
Tabel 1.3Data Key Informan
Gambar 1.1
Tabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan ini menjelaskan mengenai pelayanan yang diterapkan oleh Bengkel Usaha Maju Jaya berdasarkan dari dimensi kualitas pelayanan seperti bukti fisik (tangibles),

Berpikir Kritis: Paradigma Teoritik Berpikir Kritis: Paradigma Teoritik pendekatan kontekstual efektifitas dinamisasi kontekstual teori berbasis kontekstual pedoman/

pseudo -analitik, karena siswa hanya melihat bahwa masalah yang diberikan adalah masalah.. yang sama dengan masalah yang pernah dipecahkan

Optimasi yang akan dilakukan adalah optimasi jenis dan komposisi fase gerak yang akan digunakan dalam sistem KLT- densitometri supaya dapat dihasilkan pemisahan yang baik

Penilaian sertifikasi dilakukan terhadap pemenuhan prinsip dan kriteria ISPO kelapa sawit berkelanjutan untuk Usaha Kebun Swadaya oleh pihak ketiga yang

Bahan Hewan/Ternak dan Tumbuhan Jenis Ukuran Jumlah

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data

2) Toys give long retention to the students, because they have experience in learning new words with context. So they will memorize for the long time.. For