decision of purchasing of consumer Restaurant of Sambara Bandung, and know how big affect Store Aerospace to decision of purchasing of consumer Restaurant of Sambara Bandung.
Method which used in this research descriptive research and verifikatif, while technique withdrawal of sampel use technique of sampel Aksidental so that obtained the amount of consumer taken as responder counted 100 one who represent Restaurant consumer of Sambara, data collecting method the used observation, interview, kuesioner, and documentation study. Hereinafter for megetahui affect aerospace store to decision of purchasing of consumer, hence statistical test by using analysis of regresi linear modestly, where to facilitate data processing of writer use SPSS 13.0 Windows for.
Pursuant to result of examination of statistic got that impact of store aerospace to decision of purchasing of consumer with correlation number of r= 0.598. Where level of impact of store aerospace to decision of purchasing of consumer equal to 35,76 % and the rest equal to 64,24% influenced by other factor which not research by writer like service, performance, etc.
Keyword : Store Atmospher, Decision Purchasing of Consumer
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Segala bentuk kebutuhan hidup masyarakat baik dilihat dari segi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier merupakan suatu kebutuhan yang ingin dipenuhi, terpuaskan dan tercapai oleh manusia. Dari hal ini diperlukan suatu proses yang dapat menyalurkan dan mendistribusikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dimulai dari produsen hingga sampai konsumen akhir, sehingga konsumen bener-bener biasa mengkonsumsinya dengan baik dan berkualitas.
Salah satu strategi itu dengan membuat suasana toko atau yang biasa disebut dengan atmosphere, situasi beda, nyaman yang akan menimbulkan rasa betah dan memberikan kesan yang lain disaat konsumen melangkahkan kakinya ditoko tersebut. setelah perusahaan memutuskan untuk menerapkan strategi tersebut maka perusahaan harus berusaha mengembangkan dan mempertahankan agar konsumen tidak mengunjungi ke toko pesaing. Perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan kelebihannya dalam merancang strore atmosphere tokonya dan mengevaluasi apakah store atmosphere yang dirancangnya mempunyai dampak positif dalam mempengaruhi sikap pembelian konsumennya.
Sambara adalah perusahaan retail yang bergerak dibidang Restoran khas Sunda yang menampilkan suasana yang berbeda dengan kuliner Sunda ditempat lain, karena disini tidak hanya menampilkan cita rasa kulinernya saja tetapi identitas “urang sunda” dalam kesehariannya sebagai wujud pelayanan dan pemampilan Restoran Sambara.
2. Sarana parkir yang kurang luas, sehingga membuat konsumen merasa sulit untuk memarkirkan kendaraan mereka.
3. Terjadinya penurunan konsumen yang memutuskan untuk makan di Restoran Sambara.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana tanggapan responden terhadap pelaksanaan Store Atmosphere pada Restoran Sambara Bandung.
b. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung.
c. Seberapa besar Store Atmosphere berdampak terhadap keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan Store Atmosphere dan pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan identifikasi masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pelaksanaan Store Atmosphere yang dilakukan oleh Restoran Sambara Bandung.
2. Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung. 3. Untuk mengetahui seberapa besar dampak Store Atmosphere terhadap keputusan
pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian A. Kegunaan Praktis
Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak – pihak yang terkait
1. Bagi Perusahaan
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan mengenai Store Atmosphere, sehingga konsumen menjadi setia kepada perusahaan
2. Bagi pihak terkait
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan baik bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini. Sehingga mereka mengetahui dan memahami tentang pentingnya
Store Amosphere sehingga dapat meningkatkan jumlah konsumen yang datang keperusahan.
B. Kegunaan Akademis
1. Bagi Pengembangan Ilmu Manajemen
Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi perbandingan antara ilmu manajemen (teori) dengan keadaan yang terjadi langsung dilapangan (praktek) sehingga dengan adanya perbandingan tersebut akan lebih memajukan ilmu manajemen yang sudah ada untuk ditempatkan pada dunia nyata dan dapat menguntungkan berbagi pihak.
2. Bagi pihak lain
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retailing
Konsumen dapat memenuhi kebutuhan dengan mendapatkan produk dan jasa yang dibutuhkan melalui pengecer dimana pengecer ini akan menyalurlan produk dan jasa kepada konsumen akhir tanpa digunakan untuk tujuan bisnis kembali. Didalam proses penyaluran tersebut setiap pengecer melakukan strategi dan siasat tersendiri. Semua jenis toko eceran melalui tahap-tahap pertumbuhan dan penurunan yang dapat dijelaskan dalam siklus hidup usaha eceran. Maka diperlukan strategi agar dapat bertahan dan tetap berjalan.
2.1.1.1 Bauran Eceran
Menurut Hendri Ma’ruf (2005:103) yang termasuk kedalam bauran eceran yaitu: lokasi, mercandise, ppricing, periklanan dan promosi, atmosphere dalam gerai, retail service. Salah satu kelebihan usaha eceran adalah mereka dapat langsung berhubungan dengan konsumen langsung dengan begitu mere dapat memahami dan mengerti apa yang mereka inginkan, sehingga dapat mengambil keputusan strategi yang tepat.
2.1.1.2 Jenis-Jenis Pengecer
Organisasi pengecer sangat beragam, dan bentuk baru terus bermunculan. Menurut Kotler (2000:592) ada pengecer toko (store retailer, penjualan eceran tanpa toko (non store retailer) dan berbagai organisasi eceran (retail organization). Menurut Djaslim Saladin (2003:163) jenis pengecer dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pengecer toko (store relailer)
2. Pengecer bukan toko (non store retailer)
3. Organisasi eceran (retail organization) terdiri dari:
2.1.1.3 Pengertian Store Atmosphere
Pengertian store atmosphere menurut Hendry Maruf (2005 : 204)
Suasana dalam toko yang menciptakan perasaan tertentu dalam diri pelanggan yang ditimbulkan dari penggunaan unsur-unsur desain interior, pengaturan cahaya, tata suara, sistem pengaturan udara dan pelayanan.
2.1.1.4 Aspek-Aspek Dari Atmosphere
Di dalam atmosphere terdapat aspek-aspek yang dapat diperlihatkan menurut Hendry Ma’ruf (2005 : 206) terdiri dari visual, tactile, olfactory, aural. Dimana semua bagian depan toko harus mempunyai perhatian dimana bagian-bagian itu adalah :
1. Aural 2. Visual 3. Tactile 4. Olfactory
2.1.1.5 Elemen-Elemen Store Atmosphere
Lebih jauh dijelaskannya bahwa terdapat beberapa elemen dalam penataan dan atmosphere toko diantaranya :
1. Eksterior (bagian luar toko) a. Bangunan luar toko
b. Lambang, logo, papan nama perusahaan c. Tempat parkir
3. Store Layout
a. Pengelompokkan dan penataan barang b. Label dan media pembungkus
c. Fasilitas lainnya.
2.1.2 Keputusan Pembelian Konsumen
2.1.2.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen
Salah satu pokok bahasan yang sangat penting bagi perusahaan mengenai perilaku konsumen adalah keputusan pembelian konsumen. Seperti yang dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip dari Shciffman dkk (2004:289) bahwa “keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif”. Sedangkan menurut Kotler (2005:204) keputusan pembelian adalah serangkaian proses yang dilalui konsumen dalam memutuskan tindakan pembelian.
2.1.2.2 Tahap – Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Dalam proses pembelian, konsumen melalui beberapa tahap yang harus dilalui. Menurut Kotler diterjemahkan oleh Benyamin Molan ( 2005 : 204 ) tahap–tahap proses pembelian adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan Masalah 2. Pencarian Informasi 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan Pembelian 5. Perilaku Pasca Pembelian
2.1.3 Keterikatan Store Atmosphere Dengan Keputusan Pembelian Konsumen
Sesuai dengan namanya store atmosphere menurut Gilbert yang dikutip oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129) menjelaskan bahwa atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.
2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Pemikiran
Dalam menghadapi persaingan di bisnis restoran, yang harus dilakukan perusahaan adalah memberikan suatu yang menarik konsumen agar mau mengunjungi toko, melakukan pembelian, merasa puas, dan pada akhirnya melakukan pembelian ulang. Salah satunya adalah dengan cara menampilkan store atmosphere yang kuat dan kreatif yang merupakan perpaduan unsur-unsur tampilan di dalam maupun di luar toko dengan segala suasananya. Diharapkan konsumen akan datang dan tidak akan beralih pada pesaing
Adapun store atmosphere menurut Gilbert yang dikutip oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129) menjelaskan bahwa atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa store atmosphere merupakan perpaduan unsur-unsur penampilan dari suatu toko yang dapat mempengaruhi konsumen. Menurut Kotller yang dikutif oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:542) suasana setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah,dan suram.
Kotler (2005:204) tahap–tahap proses pembelian adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan Masalah
2. Pencarian Informasi 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian
2.2.3 Hipotesis
Bertitik tolak dari identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Store atmosphere berdampak Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran Sambara Bandung”.
III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Analisis Store Atmosphere Dan Dampaknya terhadap keputusan konsumen. Adapun pelaksanaan penelitian ini berlangsung di Restoran Sambara Bandung yang berlokasi di jalan trunojoyo Bandung. Aspek penelitian ini meliputi Store Atmosphere yang diberikan oleh Restoran Sambara Bandung sebagai variable bebas atau independent variable (X) dan Keputusan Pembelian Konsumen sebagai variable tidak bebas atau dependent (Y). Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung yang melakukan perjalanan
Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variable yang akan diteliti. Adapun variable tersebut adalah:
1. Variable Independent (independent variable)
Variabel ini merupakan vaiable bebas atau mengpengaruhi variabel lain, di mana dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Store Atmosphere sebagai variabel bebas (X)
2. Variabel Dependent (dependent variable)
Variabel ini merupakan variabel terkait oleh variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah keputusan pembelian konsumen variabel (Y).Store Atmosphere
merupakan faktor penyebab.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara untuk mencari, memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah atau penelitian dan kemudian menganalisa fakor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atas data yang diperoleh. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode analisis deskriptif dan metode verifikatif.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.
Menurut Sugiyono (2008:13) proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori sebagai berikut:
7. Kesimpulan
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah store atmosphere sebagai variabel X yang merupakan variabel bebas (independen variable) dan Keputusan Pembelian Konsumen sebagai variabel Y yang merupakan variabel terikat (dependen variable). Penjelasan
operasionalisasi variabel dapat dilihat pada daftar tabel.
3.2.3 Metode Penarikan Sampel 3.2.3.1 Populasi
Adapun populasi menurut Sugiyono (2008:115) dalam bukunya “Metode Penelitian Bisnis” sebagai berikut:
”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini sasaran populasi yang akan dipilih adalah konsumen dari Restoran Sambara Bandung. Menurut keterangan dari pihak Restoran Sambara diketahui bahwa populasi rata – rata jumlah pengunjung kurang lebih dari 15.000 orang
3.2.3.2 Sampel
Sampel adalah dari sejumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (
Sugiyono,2009 : 118 ),dengan menggunkan rumus dibawah ini Dimana :
n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel, dalam penelitian ini menggunakan nilai e sebesar 10%
Dengan hasil demikian, dari hasil perhitungan diatas diperoleh ukuran sampel minimal terendah 99,3 Untuk menghindari kebiasan dalam penyebaran angket, maka dipilih 100 orang untuk menjadi responden. Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Non Probability Sampling dengan teknik pengambilan sampel Aksidental (Acidental Sampling). Teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok dengan sumber data. Sugiono (2000:62).
3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.2.4.1 Jenis Data
Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari individu maupun kelompok. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain.
Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden atau konsumen Restoran Sambara Bandung.Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi dari perusahaan mengenai gambaran perusahaan serta informasi lain yang dapat mendukung penelitian ini
n = 2
) 1
( Ne
N
khusus, diantaranya dengan terjun langsung ke perusahaan melalui: a. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara terjun langsung pada bagian kegiatan yang dihadapi melalui pengamatan dan pencatatan sehingga diperoleh data.
b. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan dengan pihak – pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
c. Kuesioner
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh sejumlah responden. Untuk mendapatkan data yang diperoleh bagi pencapaian sasaran penelitian ini maka digunakan pengukuran melalui sejumlah responden.
2. Studi Kepustakaan ( Library Research )
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku (literature) dan pemilihan teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang menjadi landasan teori guna mendukung data yang diperoleh selama penelitian:
a. Studi Dokumentasi
Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang ada di perusahaan yang berkenan dengan masalah yang diteliti, seperti dokumen mengenai sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan sebagainya yang menunjang penelitian.
b. Studi Literatur
Yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku-buku, makalah dan skripsi untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori dan konsep yang sedang dibahas, yaitu tentang store atmospheredan keputusan pembelian konsumen.
3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis 3.2.5.1 Metode Analisis
Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Dimana responden mengisi sendiri kuesioner tersebut dengan menggunakan skala likert (lima skala), yaitu 5, 4, 3, 2, 1. Menurut Sugiyono (2000:86), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial, maka kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sosial sangat ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang dipakai valid dan atau tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang dilakukan tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
3.2.5.2 Perancangan Hipotesis
”Hipotesis didefinisikan sebagai dugaan atas jawaban sementara mengenai suatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris untuk mengetahui apakan pernyataan atau dugaan jawaban itu dapat diterima atau tidak”. (Sugiyono 2008: 377).
Ho : β = 0 Store Atmosphere tidak berdampak secara signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.
dari Exterior, General Inxterior, dan Store Layout memperoleh tanggapan baik dari responden. Karena Restoran Sambara telah mampu menunjukkan aspek Store Atmosphere untuk mempengaruhi konsumennya.
4.2.2.2 Tanggapan Responden Mengenai Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran Sambara Bandung
Tanggapan responden mengenai keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung yangterdiri dari Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, dan Perilaku Pasca Pembelian yang memperoleh tanggapan cukup baik dari responden. Karena Restoran Sambara mampu menempatkan posisinya dimata dan benak konsumen dengan cukup baik.
4.2.3 Hasil Pembahasan Kuantitatif
4.2.3.1 Dampak Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Restoran Sambara Bandung
Store Atmosphere (variabel X) memberikan dampak sebesar 35,76% terhadap keputusan pembelian konsumen (variabel Y). Sedangkan sisanya sebesar 64,24% dapat diterangkan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti oleh penulis seperti pelayanan, kinerja, dan sebagainya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Store Atmosphere pada Restoran Sambara Bandung memperoleh tanggapan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil total skor Exterior, General Inxterior, Store Layout yang memperoleh tanggapan baik dari responden. Dengan demikian Restoran Sambara telah mampu menunjukkan aspek Store Atmosphere untuk mempengaruhi konsumennya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan Store Atmosphere dapat membentuk sikap positif konsumen untuk melakukan pembelian.
2. Keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung memperoleh tanggapan yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari hasil total skor Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, dan Perilaku Pasca Pembelian yang memperoleh tanggapan cukup baik dari responden. Hal ini membuktikan bahwa Restoran Sambara mampu menempatkan posisinya dimata dan benak konsumen dengan cukup baik. 3. Dari pembahasan penelitian terbukti bahwa terdapat hubungan yang sedang antara Store
Atmosphere dengan keputusan pembelian konsumen yaitu sebesar 0.598, dan besarnya Store Atmosphere berdampak terhadap pembentukan keputusan pembelian konsumen yaitu sebesar 35,76%, sedangkan sisanya sebesar 64,24% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis seperti pelayanan, kinerja, dan sebagainya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
Pengendalian.Bandung :Linda Karya
Husein Umar,2002, Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen, PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Jonathan Sarwono.2006,Panduan Cepat dan Mudah SPSS12.CV.Andi:Yogyakarta
Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Jilid dua, Edisi Kesebelas, Jakarta: PT. Indeks Gramedia.
Ma”ruf,Hendry,2005, Pemasaran Retail,Jakarta : PT Gramedia Pusaka Utama. Panuju, Redi, 1995, Komunikasi Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta
Umi Narimawati,2007,Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contohi dan perhitunganya.Agung Media: Jakarta
Umi Narimawati,2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif : Teori dan Aplikasi.
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian 1. Exterior
2. General Interior 3. Store Layout
Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129)
Pengukuran Store Atmosphere (Variable X) Keputusan Pembelian (variable (Y atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan
konsumen melakukan tindakan pembelian. Gilbert (2003:129)
Serangkaian proses yang dilalui konsumen dalam memutuskan tindakan pembelian PhilipKotler
(2005:204)
1. Exterior
• bagian luar toko (desain, warna, stile)
• lambing, logo, papan nama perusahaan
• sarana parkir
2.General Interior
(bagian dalam toko) • tata cahaya • kebersihan toko • temperature
udara dan aroma ruangan
• music • karyawan
3. StoreLayout
(tata letak toko) • pengelompokan
barang
• penataan barang
• Pengenalan Masalah -Terdorong ingin membeli -membutuhkan produk
• Pencarian Informasi - Terdorong mencari
o Tingkat kemenarikan o Tingkat
kejelasan o Tingkat
keluasan
o Tingkat kesesuaian o Tingkat
kebersihan o Tingkat
kesesuaian o Tingkat
kesesuaian o Tingkat
keramahan
o Tingkat kerapihan o Tingkat
kerapihan
o Tingkat kesetujuan
o Tingkat
- Alternatif utama dalam
memenuhi kebutuhan
- Tempat yang tepat dalam memenuhi
kebutuhan • Keputusan
Pembelian - Keyakinan untuk
membeli produk Restoran Sambara - Sering berkunjung
ke restoran sambara
• PerilakuPasca Pembelian
-Perasaansetelah melakukan pembelian
- Datang kembali ke restoran sambara
o tingkat kesetujuan
o tingkat keyakinan
o tingkatn kesetujuan
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Segala bentuk kebutuhan hidup masyarakat baik dilihat dari segi
kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier merupakan suatu kebutuhan yang
ingin dipenuhi, terpuaskan dan tercapai oleh manusia. Dari hal ini diperlukan
suatu proses yang dapat menyalurkan dan mendistribusikan kebutuhan-kebutuhan
tersebut dimulai dari produsen hingga sampai konsumen akhir, sehingga
konsumen bener-bener biasa mengkonsumsinya dengan baik dan berkualitas.
Masyarakat saat ini sudah modern dan mengerti tentang perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta jaman, dimana hal ini menunjang
masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan mereka yang ingin serba
cepat, praktis dan nyaman. Sistem informasi dan komunikasi yang cepat juga
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan masyarakat mengetahui
mengenai perkembangan jaman dan mengikutinya, mereka semakin bersaing dan
tidak mau ketinggalan akan segala hal yang sedang terjadi dan umum
diperbincangkan, mereka merasa ingin mengikuti tren yang sedang berkembang
dan dinikmati masyarakat. Dari sini tingkat kebutuhan masyarakat semakin tinggi
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang tingkat pertumbuhan
penduduknya padat. Bila hal ini biasa dipikirkan oleh setiap organisasi usaha, hal
ini merupakan suatu faktor yang mensukseskan jalannya usaha serta menimbulkan
tercapainya tujuan perusahaan. Dimana masyarakat yang tingkat aktifitasnya
cukup padat dalam segala aspek kehidupan mengakibatkan keinginan untuk
memenuhi kebutuhan yang serba cepat, praktis dan nyaman, hal tersebut modal
utama bagi perusahaan yang dapat berhubungan langsung dengan konsumen
akhir. Saat ini masyarakat tidak hanya ingin mendapatkan dan memenuhi
kebutuhannya begitu saja mereka juga menginginkan pelayanan, situasi toko yang
baik sehingga mereka merasa nyaman dan merasa betah waktu berada dalam toko
tersebut dan sebagai pelepas stress.
Organisasi-organisasi pengecerpun sangat berperan dalam hal ini, Karena
pengecer merupakan suatu organisasi usaha yang melakukan penjualan barang
atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan
bukan bisnis sehingga masyarakat bisa mencari barang-barang kebutuhan mereka
secara mudah, cepat, nyaman dan sesuai harapan. Organisasi pengecer harus
mengetahui apa yang diinginkan pengecer dan mengetahui apa yang diinginkan
konsumen.mereka disini diperlukan strategi dan pemikiran kreatif.
Organisasi-organisasi lainnyapun sangat beragam dan mempunyai
strategi-strategi tersendiri didalam memasarkan dan menjual produknya, ada pengecer
dengan tokonya (strore retailer), penjual eceran tanpa toko (non store retailer), dan
berbagai organisasi eceran (retailer organization). Dimana organisasi-organisasi
guna menarik dan mempertahankan pelanggan dengan menawarkan lokasi yang
dekat, jenis produk yang beragam, pelayanan yang baik dari pada pesaig dan
situasi toko yang mendukung.
Salah satu strategi itu dengan membuat suasana toko atau yang biasa
disebut dengan atmosphere, situasi beda, nyaman yang akan menimbulkan rasa
betah dan memberikan kesan yang lain disaat konsumen melangkahkan kakinya
ditoko tersebut. setelah perusahaan memutuskan untuk menerapkan strategi
tersebut maka perusahaan harus berusaha mengembangkan dan mempertahankan
agar konsumen tidak mengunjungi ke toko pesaing. Perusahaan dituntut untuk
mengoptimalkan kelebihannya dalam merancang strore atmosphere tokonya dan
mengevaluasi apakah store atmosphere yang dirancangnya mempunyai dampak
positif dalam mempengaruhi sikap pembelian konsumennya.
Sambara adalah perusahaan retail yang bergerak dibidang Restoran khas
Sunda yang menampilkan suasana yang berbeda dengan kuliner Sunda ditempat
lain, karena disini tidak hanya menampilkan cita rasa kulinernya saja tetapi
identitas “urang sunda” dalam kesehariannya sebagai wujud pelayanan dan
pemampilan Restoran Sambara.
Restoran Sambara menampilkan konsep gaya arsitektur modern tradisional
Sunda yang merupakan ciri khas dari Restoran Sambara. Restoran Sambara
memadukan etnis Sunda minimalis menyatu selaras dengan keindahan interior
kerajinan Jawa Barat yang sederhana namun elegan. Keindahan-keindahan
mereka merasa dimanjakan oleh keindahan-keindahan interior tersebut, dan
akhirnya tertarik memutuskan untuk makan di restoran tersebut.
Store atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang
telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan
terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional
khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.
Berdasarkan dari survei awal yang dilakukan oleh penulis, dan menurut
Manager Restoran Sambara Bandung ditemukan beberapa keluhan dari konsumen
diantaranya kurang maksimalnya kenyamanan yang diberikan pihak Restoran
Sambara, seperti tidak ada pemisahan antara ruangan smoking area dan non
smoking area, sehingga membuat konsumen kurang nyaman, dan sarana parkir
yang kurang luas sehingga membuat konsumen merasa sulit untuk memarkirkan
kendaraan mereka dan menyebabkan juga terjadinya kecenderungan penurunan
jumlah konsumen yang memutuskan makan di Restoran Sambara tersebut.
Masalah tersebut menjadi salah satu celah untuk pesaing atau restoran lain
agar lebih dapat memberikan fasilitas kenyamanan yang maksimal untuk
konsumen
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan Restoran
Sambara sebagai satu bentuk komunikasi pemasaran agar konsumen tertarik
melakukan pembelian sekaligus memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
menikmati makanan yang enak dan nyaman. Maka didalam penyusunan
DAMPAK STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN KONSUMEN PADA RESTORAN SAMBARA BANDUNG.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, bahwa masalah yang terjadi di
Restoran Sambara adalah:
1. Kurang maksimalnya kenyamanan yang diberikan pihak Restoran Sambara
(ruang smoking area yang tidak terpisah ).
2. Sarana parkir yang kurang luas, sehingga membuat konsumen merasa sulit
untuk memarkirkan kendaraan mereka.
3. Terjadinya penurunan konsumen yang memutuskan untuk makan di Restoran
Sambara.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu
sebagai berikut:
a. Bagaimana tanggapan responden terhadap pelaksanaan Store Atmosphere pada
Restoran Sambara Bandung.
b. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung.
c. Seberapa besar Store Atmosphere berdampak terhadap keputusan pembelian
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi
yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan Store Atmosphere dan
pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan identifikasi masalah, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pelaksanaan Store
Atmosphere yang dilakukan oleh Restoran Sambara Bandung.
2. Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen pada Restoran
Sambara Bandung.
3. Untuk mengetahui seberapa besar dampak Store Atmosphere terhadap
keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
A. Kegunaan Praktis
Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Bagi Perusahaan
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan
mengenai Store Atmosphere, sehingga konsumen menjadi setia kepada
perusahaan
2. Bagi pihak terkait
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan baik bagi pihak
yang terkait dengan penelitian ini. Sehingga mereka mengetahui dan
memahami tentang pentingnya Store Amosphere sehingga dapat meningkatkan
jumlah konsumen yang datang keperusahan.
B. Kegunaan Akademis
1. Bagi Pengembangan Ilmu Manajemen
Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi perbandingan antara ilmu
manajemen (teori) dengan keadaan yang terjadi langsung dilapangan (praktek)
sehingga dengan adanya perbandingan tersebut akan lebih memajukan ilmu
manajemen yang sudah ada untuk ditempatkan pada dunia nyata dan dapat
menguntungkan berbagi pihak.
2. Bagi pihak lain
Dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang ingin membuat skripsi
3. Bagi Peneliti Sendiri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis terutama
mengenai Dampak Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian dan
sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh
dibangku kuliah
1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Restoran Sambara yang beralamat di Jln
Trunojoyo No.64 Bandung. Sedangkan untuk jadwal penelitian yang
direncanakan oleh penulis selama 4 (empat) bulan dengan rincian yang tertera
didalam tabel berikut ini
Tabel 1.1
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Keterangan
Bulan
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Proposal Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan dan
Pengolahan Data Penyusunan Laporan dan Bimbingan
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Retailing
Konsumen dapat memenuhi kebutuhan dengan mendapatkan produk dan
jasa yang dibutuhkan melalui pengecer dimana pengecer ini akan menyalurlan
produk dan jasa kepada konsumen akhir tanpa digunakan untuk tujuan bisnis
kembali. Didalam proses penyaluran tersebut setiap pengecer melakukan strategi
dan siasat tersendiri.
Semua jenis toko eceran melalui tahap-tahap pertumbuhan dan penurunan
yang dapat dijelaskan dalam siklus hidup usaha eceran. Maka diperlukan strategi
agar dapat bertahan dan tetap berjalan.
Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan (2005:215)
“Eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi atau non-bisnis. Pengecer (retailer) atau toko eceran (retailer store) adalah setiap usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari eceran.”
Menurut Djaslim Saladin (2002:113) menjelaskan bahwa pengecer adalah
usaha bisnis yang menjual barang-barang ke konsumen rumah tangga untuk
digunakan secara non bisnis.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa retailing merupakan suatu
bentuk usaha menjual barang atau jasa yang ditujukan kepada konsumen akhir
untuk penggunaan yang sifatnya pribadi atau non bisnis. Tidak masalah
2.1.1.1Bauran Eceran
Menurut Hendri Ma’ruf (2005:103) yang termasuk kedalam bauran eceran
yaitu: lokasi, mercandise, ppricing, periklanan dan promosi, atmosphere dalam
gerai, retail service. Salah satu kelebihan usaha eceran adalah mereka dapat
langsung berhubungan dengan konsumen langsung dengan begitu mere dapat
memahami dan mengerti apa yang mereka inginkan, sehingga dapat mengambil
keputusan strategi yang tepat.
2.1.1.2Jenis-Jenis Pengecer
Organisasi pengecer sangat beragam, dan bentuk baru terus bermunculan.
Menurut Kotler (2000:592) ada pengecer toko (store retailer, penjualan eceran
tanpa toko (non store retailer) dan berbagai organisasi eceran (retail organization).
Menurut Djaslim Saladin (2003:163) jenis pengecer dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Pengecer toko (store relailer)
Yaitu retailer toko yang mempunyai toko atau gedung dalam setiap
transaksinya. Toko pengecer berdasarkan lini produk adalah:
a. Toko khusus (spesiallys store) yaitu suatu toko yang khusus menjual suatu
lini produk terbatas dengan maacam barang yang cukup banyak di dalam
lini tersebut.
b. Toko serba ada (departemen store) yaitu toko yang menjual beberapa lini
c. Toko swalayan (supermarket) yaitu suatu toko yang cukup besar yang
menyediakan seluruh kebutuhan konsumen, baik makanan, minuman,
kebutuhan rumah tangga, barang-barang kosmetik bahkan obat-obatan.
d. Toko banrang kebutuhan sehari-hari (convenience store) yaitu toko yang
relatif kecil yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dan biasanya berlokasi
ditempat-tempat pemukiman.
e. Superstore, toko gabungan dan hipermasche yaitu menjual barang untuk
memenuhi kebutuhan konsumen seluruhnya dan non pangan.
f. Toko pemberian potongan harga (diskon store).
g. Toko gudang yaitu suatu operasi penjualan yang pelayanannya dikurangi,
diberi potongan harga tanpa embel-embel.
2. Pengecer bukan toko (non store retailer)
Selain pengecer toko ada juga pengecer bukan toko yang diantaranya
menurut Kotller (2002:592) sebagai berikut:
a. Penjualan langsung saat, saat ini penjualan langsung melakukan penjualan
dari rumah ke rumah, dari kantor ke kantor (door to door) seperti yang
dilakukan multi level marketing.
b. Pemasaran langsung merupakan akar dari pemasaran, dimana pada saat ini
kegiatan ini cenderung dilakukan dengan pemasaran jarak jauh seperti
melalui televisi dan internet.
c. Mesin penjualan otomatis ini hanya digunakan untuk jenis barang tertentu
3. Organisasi eceran (retail organization) terdiri dari:
a. Coorporate cain store (jaringan toko korporate) merupakan dua toko atau
lebih yang dimiliki dan dikendalikan secara bersama-sama, melakukan
pembelian dan perdagangan serta menjual lini produk yang sejenis
b. Retailer cooporate (koperasi pengecer), terdiri dari pengecer-pengecer
independen yang membentuk suatu organisasi pembelian terpusat dan
melakukan promosi bersama.
c. Merchandising conglomerate (konglomerat perdagangan), yaitu
perdagangan yang bentuknya beda yang menggabungkan beberapa lini dan
bentuk pengeceran dalam kepemilikan terpusat yang juga menyatukan
fungsi distribusi dan manajemen.
2.1.2 Pengertian Store Atmosphere
Pengertian store atmosphere menurut Hendry Maruf (2005 : 204)
Suasana dalam toko yang menciptakan perasaan tertentu dalam diri pelanggan
yang ditimbulkan dari penggunaan unsur-unsur desain interior, pengaturan
cahaya, tata suara, sistem pengaturan udara dan pelayanan.
Jika iklan bertujuan memberitahu, menarik, memikat, atau mendorong
konsumen untuk datang ke gerai dan membeli barang, maka suasana atau
atmosphere dalam gerai berperan penting memikat pembeli, membuat nyaman
mereka, dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa
yang perlu dimiliki baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah
tercipta dari gabungan unsur-unsur desain toko/gerai, perencanaan toko,
komunikasi visual dan merchandising.
Suasana atau atmosphere dalam gerai merupakan salah satu dari berbagai
unsur dalam retail marketing mix. Gerai kecil yang tertata rapi dan menarik akan
lebih mengundang pembeli dibandingkan dengan gerai yang diatur biasa saja.
Sementara gerai yang diatur biasa saja tapi bersih lebih menarik daripada gerai
yang tidak diatur sama sekali dan tampak kotor.
Suasana toko (atmosphere) merupakan unsir senjata lain yang dimiliki
toko. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan
pembeli untuk berputar-putar di dalamnya. Setiap toko mempunyai “penampilan”
toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya
yang dapat menarik konsumen untuk membeli seperti yang dikemukakan Kothler
(2000 : 601).
Atmosphere toko akan membedakan toko yang satu dengan yang lainnya.
Hal ini dapat dijadikan strategi yang baik dan potensial dalam meningkatkan
minat konsumen, atmosphere toko dapat dilihat dari dalam maupun luar toko
tersebut.
2.1.2.1 Aspek-Aspek Dari Atmosphere
Di dalam atmosphere terdapat aspek-aspek yang dapat diperlihatkan
menurut Hendry Ma’ruf (2005 : 206) terdiri dari visual, tactile, olfactory, aural.
Dimana semua bagian depan toko harus mempunyai perhatian dimana
1. Visual
Warna menjadi salah satu faktor penting dalam aspek visual. Warna biru
misalnya, memberi dampak psikologis tenang, dampak temperatur dingin dan
memberi kesan jauh. Cahaya (lighting) adalah faktor lain dalam aspek visual.
2. Tactile
Aspek tactile berkaitan dengan sentuhan tangan atau kulit atau bahkan kaki jika
itu membuat pelanggan ingin merasakan dengan kakinya (misalnya lantai kayu
atau karpet). Meski tactile berkaitan dengan kulit sebenarnya berkaitan dengan
mata. Misalnya tembok yang dibuat kasar menjadi berseni adalah bagian dari
tactile, tembok itu bisa disentuh, dirasakan jika ada seseorang pelanggan yang
ingin mengetahui permukaan tembok tersebut.
3. Olfactory
Tujuan penggunaan aroma adalah menciptakan kesan rasa tertentu, misalnya
segar atau rasa lainnya seperti kesejukan. Aroma dapat juga digunakan untuk
menstimulasi suasana tertentu, misalnya suasana kebun, suasana pesta. Pada
jenis gerai tertentu dimana aspek olfactory amat mempengaruhi.
4. Aural
Suara dan musik menurut volume, pitch, tempo berpengaruh pada suasana hati
(mood) musik yang lembut membuat pengunjung suatu gerai terpengaruh
menjadi lebih santai dibandingkan dengan musil yang menghentak keras.
Sebaliknya, musik yang berirama mars membuat bawah sadar pengunjung
2.1.2.2 Elemen-Elemen Store Atmosphere
Lebih jauh dijelaskannya bahwa terdapat beberapa elemen dalam
penataan dan atmosphere toko diantaranya :
1. Eksterior (bagian luar toko)
a. Bangunan luar toko
b. Lambang, logo, papan nama perusahaan
c. Tempat parkir
2. General Interior (bagian dalam toko)
a. Sistem pencahayaan
b. Temperatur udara
c. Musik
d. Aroma ruangan
e. Kebersihan toko
f. Karyawan
g. Pengaturan gang
3. Store Layout
a. Pengelompokkan dan penataan barang
b. Label dan media pembungkus
c. Fasilitas lainnya.
2.1.3 Keputusan Pembelian Konsumen
2.1.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen
Salah satu pokok bahasan yang sangat penting bagi perusahaan mengenai
dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip dari Shciffman dkk (2004:289)
bahwa “keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan suatu tindakan dari dua
atau lebih pilihan alternatif”. Sedangkan menurut Kotler (2005:204) keputusan
pembelian adalah serangkaian proses yang dilalui konsumen dalam memutuskan
tindakan pembelian.
2.1.3.2 Tahap – Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Dalam proses pembelian, konsumen melalui beberapa tahap yang harus
dilalui. Menurut Kotler diterjemahkan oleh Benyamin Molan ( 2005 : 204 )
tahap–tahap proses pembelian adalah sebagai berikut :
Sumber :Kotler diterjemahkan oleh Benyamin Molan ( 2005 : 204 )
Gambar 1.1
Tahap – tahap proses Keputusan Pembelian Konsumen
1. Pengenalan Masalah
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip dari
Engel, Blackwell dan Miniard ( 2004 : 294 ) bahwa pengenalan kebutuhan atau
aktivasi kebutuhan terdiri dari beberapa faktor, antara lain:
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
a. Waktu
Berlalunya waktu akan menyebabkan teraktifkannya kebutuhan fisiologis
seseorang. Waktu juga akan mendorong pengenalan kebutuhan lain yang
diinginkan oleh seorang konsumen.
b. Perubahan Situasi
Perubahan situasi akan mengaktifkan kebutuhan, misalnya saja konsumen
remaja akan cenderung menghabiskan pengeluarannya untuk hal-hal yang
bersifat hiburan sedangkan konsumen yang sudah menikah akan cenderung
menabungkan uangnya untuk kebutuhan dimasa yang akan datang.
c. Pemilikan Produk
Memiliki sebuah produk seringkali mengaktifkan kebutuhan yang lain.
d. Konsumsi Produk
Kebiasaan mengkonsumsi produk akan memicu konsumen untuk membeli
produk kembali jika persediaan produk tersebut habis.
e. Perbedaan Individu
Dalam hal ini konsumen dibedakan kedalam dua tipe, yang pertama konsumen
yang membeli berdasarkan fungsi produk dan yang kedua konsumen yang
membeli produk berdasarkan prestise atau karena ia ingin kelihatan trendi
didepan orang lain.
f. Pengaruh Pemasaran
Program pemasaran tersebut akan mempengaruhi konsumen untuk menyadari
akan kebutuhannya. Produk yang dikomunikasikan menarik akan memicu
produk tersebutlah yang bisa memenuhi kebutuhannya tersebut.
2. Pencarian Informasi
Aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan didalam ingatan atau
pemerolehan informasi dari lingkungan. Sebagaimana telah dikemukakan oleh
Sumarwan yang mengutip dari Engel, Blackwell dan Miniard (2004 : 296) bahwa
pencarian informasi terdiri dari dua faktor, antara lain:
a. Pencarian Internal
Pengetahuan yang telah melekat didalam ingatan konsumen.
b. Pencarian Eksternal
Pengetahuan atau informasi tambahan mengenai produk, atau disebut juga
pencarian terus-menerus.
3. Evaluasi Alternatif
Proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sumarwan yang
mengutip dari Engel, Blackwell dan Miniard (2004 : 301) bahwa evaluasi
alternatif terdiri dari beberapa faktor, antara lain :
a. Harga
Harga merupakan kriteria evaluasi yang paling penting, oleh karena itu
kepekaan harga konsumen kerap digunakan sebagai dasar untuk pemangsaan
b. Nama Merek
Nama merek berfungsi sebagai indikator pengganti dari mutu produk, dan
kepentingannya tampak bervariasi dengan kemudahan dimana kualitas dapat
dinilai secara objektif.
c. Negara Asal
Dalam abad persaingan internasional yang semakin hebat dan hilangnya
banyak pekerjaan manufaktur ke tangan tenaga kerja asing yang lebih murah,
maka tidak mengherankan bahwa negara dimana suatu produk dihasilkan
menjadi pertimbangan penting dikalangan banyak konsumen.
4. Keputusan Pembelian
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip dari Engel,
Blackwell dan Miniard (2004 : 310) bahwa keputusan pembelian terdiri dari
beberapa jenis, antara lain:
a. Pembelian yang Terencana Sepenuhnya
Pembelian yang dilakukan jika konsumen telah menentukan pilihan produk dan
merek jauh sebelum pembelian dilakukan.
b. Pembelian yang Separuh Terencana
Pembelian yang dilakukan ketika konsumen ingin membeli suatu produk
sebelum masuk ke swalayan, namun konsumen tidak tahu merek yang akan
dibelinya sehingga konsumen akan mencari informasi yang lengkap mengenai
c. Pembelian yang Tidak Terencana
Konsumen seringkali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih
dahulu. Keinginan untuk membeli seringkali muncul di toko atau di mal.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Suatu tahap dimana konsumen akan mengevaluasi alternatif sesudah
pembelian. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip
dari Engel, Blackwell dan Miniard (2004 : 294) bahwa perilaku pasca
pembelian terdiri dari beberapa faktor, antara lain:
a. Kepuasan
Evaluasi pasca konsumsi yang menyatakan bahwa suatu alternatif yang
dipilih telah memenuhi harapan konsumen.
b. Ketidakpuasan
Evaluasi pasca konsumsi yang menyatakan bahwa suatu alternatif yang
dipilih tidak memenuhi harapan konsumen.
2.1.4 Keterikatan Store Atmosphere Dengan Keputusan Pembelian
Konsumen
Sesuai dengan namanya store atmosphere menurut Gilbert yang dikutip oleh
Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129) menjelaskan bahwa atmosphere toko
merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere
toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan
pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan
Adapun penelitian ini hanya unsure store atmosphere yang diteliti. Store
atmosphere yang baik akan membuat konsumen merasa nyaman dalam
mengkonsumsi sebuah produk. Bila pengeruh store atmosphere tepat maka akan
membuat konsumen mengambil keputusan pembelian dari suatu produk atau jasa.
Konsumen melakukan pembelian merupakan hasil kenyamanan yang ditawarkan
oleh perusahaan.
Menurut Kotller yang dikutif oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:542)
suasana setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik itu kotor,
menarik, megah,dan suram. Suatu toko harus membentuk suasana terencana yang
sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli di
toko tersebut.
2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.2.1 Kerangka Pemikiran
Dalam menghadapi persaingan di bisnis restoran, yang harus dilakukan
perusahaan adalah memberikan suatu yang menarik konsumen agar mau
mengunjungi toko, melakukan pembelian, merasa puas, dan pada akhirnya
melakukan pembelian ulang. Salah satunya adalah dengan cara menampilkan
store atmosphere yang kuat dan kreatif yang merupakan perpaduan unsur-unsur
tampilan di dalam maupun di luar toko dengan segala suasananya. Diharapkan
konsumen akan datang dan tidak akan beralih pada pesaing.
Adapun store atmosphere menurut Gilbert yang dikutip oleh Dr. Ir. Bob
Foster, MM (2003:129) menjelaskan bahwa atmosphere toko merupakan
digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian
yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen
melakukan tindakan pembelian.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa store
atmosphere merupakan perpaduan unsur-unsur penampilan dari suatu toko yang
dapat mempengaruhi konsumen. Menurut Kotller yang dikutif oleh Dr. Ir. Bob
Foster, MM (2003:542) suasana setiap toko mempunyai penampilan yang
berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah,dan suram. Suatu toko harus
membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat
menarik konsumen untuk membeli di toko tersebut.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulakan bahwa store atmosphere
toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan,
atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan
lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat
menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian. (Gilbert yang dikutip
oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129).
Keputusan pembelian timbul karena adanya penilaian objektif atau karena
adanya emosi. Keputusan untuk bertindak adalah hasil dari rangkaian aktivitas
dan rangsangan mental dan emosional. Menurut Sumarwan yang mengutip dari
Shciffman dkk (2004:289) definisi keputusan pembelian adalah sebagai berikut:
“keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan suatu tindakan dari dua atau
lebih pilihan alternatif”. Sedangkan menurut Kotler (2005:204) keputusan
tindakan pembelian.
Dalam proses pembelian, konsumen melalui beberapa tahap yang harus
dilalui. Menurut Kotler (2005:204) tahap–tahap proses pembelian adalah sebagai
berikut:
1. Pengenalan Masalah
2. Pencarian Informasi
3. Evaluasi Alternatif
4. Keputusan Pembelian
5. Perilaku Pasca Pembelian
Berdasarkan hal-hal diatas maka dapat dibuat paradigm sebagai berikut:
[image:36.595.181.518.397.651.2]Gilbert(2003:129)
Gambar 1.2
Model Kerangka Pemikiran
Store Atmosphere:
1. Exterior
2. General Interior
3. Store Layout
Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129)
Keputusan Pembelian Konsumen (Variabel Y)
1. Pengenalan Masalah
2. Pencarian Informasi
3. Evaluasi Alternatif
4. Keputusan Pembelian
5. Perilaku Pasca
Pembelian
2.2.2 Studi Empiris Dengan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Studi Empiris Dengan Penelitian Terdahulu
Dari tabel di atas dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara penulis dan
penelitian terdahulu, yaitu pada penulis dan peneliti terdahulu Prasetyo Bayu dan
Dewi Rubiyanti Hadi menggunakan Teknik analisis regresi berganda dan analisis
multivariant, analisis jalur(Path Analysis) dan survey eksplanatori. Sedangkan
penulis menggunakan analisis regresi linier sederhana.
2.2.3 Hipotesis
Bertitik tolak dari identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Store
atmosphere berdampak Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran
Sambara Bandung”.
No NAMA TAHUN JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN
1 Prasetyo Bayu 2009 Pengaruh store atmosphere (suasana toko) terhadap keputusan pembelian konsumen (studi pada Toko Stroberi Matos)
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo Bayu dengan penulis yaitu pada variabel X dan Y
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
berganda dan analisis multivariant.
2 Dewi
Rubiyanti
Hadi
2004 Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Pada China Emporium Factory Outlet Bandung
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rubiyanti Hadi dengan penulis yaitu pada variabel X dan Y
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
25
Objek penelitian ini adalah Analisis Store Atmosphere Dan Dampaknya
terhadap keputusan konsumen. Adapun pelaksanaan penelitian ini berlangsung di
Restoran Sambara Bandung yang berlokasi di jalan trunojoyo Bandung. Aspek
penelitian ini meliputi Store Atmosphere yang diberikan oleh Restoran Sambara
Bandung sebagai variable bebas atau independent variable (X) dan Keputusan
Pembelian Konsumen sebagai variable tidak bebas atau dependent (Y).
Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variable yang akan
diteliti. Adapun variabel tersebut adalah:
1. Variable Independent (independent variable)
Menurut Sugiyono (2009:61), Variabel independen adalah merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Store Atmosphere.
2. Variabel Dependent (dependent variable)
Menurut Sugiyono (2009:61), Variabel dependen merupakan variabel terikat
oleh variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
keputusan pembelian konsumen variabel (Y). Store Atmosphere merupakan
faktor penyebab.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara untuk mencari,
maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya
ilmiah atau penelitian dan kemudian menganalisa fakor-faktor yang berhubungan
dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atas
data yang diperoleh. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah
metode analisis deskriptif dan metode verifikatif.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi
semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.
Menurut Sugiyono (2008:13) proses penelitian dapat disimpulkan seperti
teori sebagai berikut:
Proses penelitian meliputi:
1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrument penelitian
7. Kesimpulan
Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada
1. Sumber Masalah
Peneliti melakukan survei awal untuk menentukan fenomena yang terjadi
untuk dijadikan sebagai sumber masalah sebagai dasar penelitian. Fenomena
dalam penelitian ini adalah Kurang maksimalnya kenyamanan yang diberikan
pihak Restoran Sambara.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya
melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap
penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab
masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik
jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Masalah dalam penelitian ini
meliputi :
a. Bagaimana tanggapan responden terhadap pelaksanaan store atmosphere
pada Restoran Sambara Bandung.
b. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara
Bandung.
c. Seberapa besar store atmosphere berdampak terhadap keputusan pembelian
konsumen pada Restoran Sambara Bandung.
3. Konsep dan teori yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis)
maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah
dan berpikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga
masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk
menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau
pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji
terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Pengajuan Hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara
empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat
pada penelitian ini adalah store atmosphere Berdampak Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen.
5. Metode Penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian
yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat
ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan
pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang
lain. Pada penelitian kali ini metode penelitian yang digunakan adalah metode
survey dengan teknik analisis data menggunakan metode analisis kualitatif dan
metode kuantitatif.
6. Menyusun Instrumen Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.
Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner dan data dari perusahaan
instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan
reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat
dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab
rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik
tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk
melakukan penelitian mengenai:
a. Dampak Store Atmosphere yang diperoleh dari data kuesioner yang akan
diisi oleh konsumen.
b. Keputusan Pembelian Konsumen yang ukurannya diperoleh dari data
kuesioner yang akan diisi oleh konsumen Restoran Sambara.
Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhitungan dengan
menggunakan MSI ( Method Succesive Interval ) untuk menaikkan skala
ordinal menjadi interval, regresi linear sederhana untuk membuktikan sejauh
mana dampak yang diperlihatkan antara store atmosphere berdampak terhadap
keputusan pembelian konsumen, Korelasi Pearson Product Moment untuk
meneliti erat tidaknya store atmoaphere berdampak terhadap keputusan
pembelian konsumen, koefisien determinasi untuk menilai besarnya store
atmosphere berdampak terhadap keputusan pembelian konsumen dan t hitung
untuk menguji tingkat signifikan
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa
masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai
dasar untuk pembuatan keputusan.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah store atmosphere sebagai
variabel X yang merupakan variabel bebas (independent variable) dan Keputusan
Pembelian Konsumen sebagai variabel Y yang merupakan variabel terikat
(dependent variable). Penjelasan operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Pengukuran Skala Data Store Atmosphere (Variable X) atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik
yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan
konsumen melakukan tindakan pembelian.
Gilbert (2003:129)
1. Exterior
• bagian luar toko (desain, warna, stile)
• lambing, logo,
papan nama perusahaan
• sarana parkir
2.General Interior
(bagian dalam toko)
• tata cahaya
• kebersihan toko
• temperature udara dan aroma ruangan
• music
• karyawan
3. StoreLayout
(tata letak toko)
• pengelompokan barang
• penataan barang
Keputusan Pembelian (variable (Y Serangkaian proses yang dilalui konsumen dalam memutuskan tindakan pembelian PhilipKotler (2005:204) • Pengenalan Masalah -Terdorong
ingin membeli
-membutuhkan
produk
•Pencarian Informasi
- Terdorong mencari informasi
-Kemudahan dalam mencari informasi
• Evaluasi Alternatif
- Alternatif utama dalam
memenuhi kebutuhan
- Tempat yang
tepat dalam memenuhi
kebutuhan
• Keputusan
Pembelian
- Keyakinan untuk
membeli produk Restoran Sambara - Sering berkunjung
ke restoran sambara
• PerilakuPasca Pembelian
-Perasaansetelah melakukan pembelian
3.2.3Metode Penarikan Sampel
Dalam melakukan penarikan sampel penelitian, penulis menggunakan
metode-metode yang akan diuraikan di bawah ini:
3.2.3.1 Populasi
Adapun populasi menurut Sugiyono (2008:115) dalam bukunya “Metode
Penelitian Bisnis” sebagai berikut:
”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini
sasaran populasi yang akan dipilih adalah konsumen dari Restoran Sambara
Bandung. Menurut keterangan dari pihak Restoran Sambara diketahui bahwa
populasi rata – rata jumlah pengunjung pada setiap bualnnya mencapai ±15.000
orang.
3.2.3.2 Sampel
Sampel adalah dari sejumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut ( Sugiyono, 2009 : 118 ),dengan menggunkan rumus dibawah ini
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e =Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel, dalam penelitian ini menggunakan nilai e sebesar 10%. n = 2
) 1
( Ne
N
Sehingga:
) 1
( Ne2
N n + = 2 ) 1 . 0 15000 ( 1 15000 x n + = ) 01 . 0 15000 ( 1 15000 x n + = 151 15000 = n 3 , 99 = n
Dengan hasil demikian, dari hasil perhitungan diatas diperoleh ukuran
sampel minimal terendah 99,3 Untuk menghindari kebiasan dalam penyebaran
angket, maka dipilih 100 orang untuk menjadi responden. Dalam penelitian ini
metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Non Probability
Sampling dengan teknik pengambilan sampel Aksidental (Acidental Sampling).
Teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok dengan sumber data. Sugiono
(2000:62).
3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.2.4.1 Jenis Data
Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung
dari individu maupun kelompok. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara dan
penyebaran kuesioner kepada responden atau konsumen Restoran Sambara
Bandung.Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi dari perusahaan
mengenai gambaran perusahaan serta informasi lain yang dapat mendukung
penelitian ini
3.2.4.2 Metode Pengumpulan Data
Selanjutnya untuk menunjang hasil penelitian, maka penulis melakukan
pengumpulan data yang diperlukan dengan cara sebagai berikut:
1. Studi Lapangan ( Field Research )
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer yang akurat, dimana
data yang diperlukan diperoleh secara langsung oleh penulis dengan
menggunakan usaha – usaha khusus, diantaranya dengan terjun langsung ke
perusahaan melalui:
a. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara terjun langsung pada bagian
kegiatan yang dihadapi melalui pengamatan dan pencatatan sehingga
diperoleh data.
b. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan dengan
pihak – pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
c. Kuesioner
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar
yang diperoleh bagi pencapaian sasaran penelitian ini maka digunakan
pengukuran melalui sejumlah responden.
2. Studi Kepustakaan ( Library Research )
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku
(literature) dan pemilihan teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah
yang akan dibahas. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang
menjadi landasan teori guna mendukung data yang diperoleh selama penelitian:
a. Studi Dokumentasi
Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang ada di perusahaan yang
berkenan dengan masalah yang diteliti, seperti dokumen mengenai sejarah
perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan sebagainya
yang menunjang penelitian.
b. Studi Literatur
Yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku-buku, makalah
dan skripsi untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori
dan konsep yang sedang dibahas, yaitu tentang store atmosphere dan
keputusan pembelian konsumen.
3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis
3.2.5.1 Metode Analisis
Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Dimana responden mengisi sendiri kuesioner tersebut dengan menggunakan skala
likert (lima skala), yaitu 5, 4, 3, 2, 1. Menurut Sugiyono (2000:86), skala likert
kelompok orang tentang fenomena sosial, maka kesungguhan responden dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian. Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sosial sangat
ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang dipakai valid
dan atau tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang dilakukan tidak akan
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
Dalam mengatasi hal tersebut diperlukan dua macam pengujian, yaitu uji
validitas ( test of validity ) dan uji keandalan ( test of reliability ). Jika validitas
dan reliabilitas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan
kesimpulan ataupun dalam memberi alasan terhadap hubungan-hubungan antar
variabel, bahkan secara luas validitas dan reliabilitas mencakup mutu seluruh
proses pengambilan data sejak konsep disiapkan sampai data siap untuk dianalisis.
Adapun dua macam pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
3.2.5.1.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Validitas alat pengumpulan (pengukuran) data
menunjukkan kesesuaian atau kecocokkan antara alat ukur dengan apa yang
diukur (Umi Narimawati, 2008:22).
Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang
ingin di ukur, atau sejauh mana alat ukur yang digunakan mengenai sasaran.
Semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat tersebut semakin mengenai pada
sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Hal ini
yang tidak valid, dengan mengkonsultasikan data tersebut dengan tingkat
signifikan r kritis = 0,3, apabila alat ukur tersebut berada <