• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Store Atmosfher Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran Sambara Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Store Atmosfher Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran Sambara Bandung"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

decision of purchasing of consumer Restaurant of Sambara Bandung, and know how big affect Store Aerospace to decision of purchasing of consumer Restaurant of Sambara Bandung.

Method which used in this research descriptive research and verifikatif, while technique withdrawal of sampel use technique of sampel Aksidental so that obtained the amount of consumer taken as responder counted 100 one who represent Restaurant consumer of Sambara, data collecting method the used observation, interview, kuesioner, and documentation study. Hereinafter for megetahui affect aerospace store to decision of purchasing of consumer, hence statistical test by using analysis of regresi linear modestly, where to facilitate data processing of writer use SPSS 13.0 Windows for.

Pursuant to result of examination of statistic got that impact of store aerospace to decision of purchasing of consumer with correlation number of r= 0.598. Where level of impact of store aerospace to decision of purchasing of consumer equal to 35,76 % and the rest equal to 64,24% influenced by other factor which not research by writer like service, performance, etc.

Keyword : Store Atmospher, Decision Purchasing of Consumer

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Segala bentuk kebutuhan hidup masyarakat baik dilihat dari segi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier merupakan suatu kebutuhan yang ingin dipenuhi, terpuaskan dan tercapai oleh manusia. Dari hal ini diperlukan suatu proses yang dapat menyalurkan dan mendistribusikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dimulai dari produsen hingga sampai konsumen akhir, sehingga konsumen bener-bener biasa mengkonsumsinya dengan baik dan berkualitas.

Salah satu strategi itu dengan membuat suasana toko atau yang biasa disebut dengan atmosphere, situasi beda, nyaman yang akan menimbulkan rasa betah dan memberikan kesan yang lain disaat konsumen melangkahkan kakinya ditoko tersebut. setelah perusahaan memutuskan untuk menerapkan strategi tersebut maka perusahaan harus berusaha mengembangkan dan mempertahankan agar konsumen tidak mengunjungi ke toko pesaing. Perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan kelebihannya dalam merancang strore atmosphere tokonya dan mengevaluasi apakah store atmosphere yang dirancangnya mempunyai dampak positif dalam mempengaruhi sikap pembelian konsumennya.

Sambara adalah perusahaan retail yang bergerak dibidang Restoran khas Sunda yang menampilkan suasana yang berbeda dengan kuliner Sunda ditempat lain, karena disini tidak hanya menampilkan cita rasa kulinernya saja tetapi identitas “urang sunda” dalam kesehariannya sebagai wujud pelayanan dan pemampilan Restoran Sambara.

(2)

2. Sarana parkir yang kurang luas, sehingga membuat konsumen merasa sulit untuk memarkirkan kendaraan mereka.

3. Terjadinya penurunan konsumen yang memutuskan untuk makan di Restoran Sambara.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana tanggapan responden terhadap pelaksanaan Store Atmosphere pada Restoran Sambara Bandung.

b. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung.

c. Seberapa besar Store Atmosphere berdampak terhadap keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan Store Atmosphere dan pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan identifikasi masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pelaksanaan Store Atmosphere yang dilakukan oleh Restoran Sambara Bandung.

2. Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung. 3. Untuk mengetahui seberapa besar dampak Store Atmosphere terhadap keputusan

pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian A. Kegunaan Praktis

Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak – pihak yang terkait

1. Bagi Perusahaan

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan mengenai Store Atmosphere, sehingga konsumen menjadi setia kepada perusahaan

2. Bagi pihak terkait

Dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan baik bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini. Sehingga mereka mengetahui dan memahami tentang pentingnya

Store Amosphere sehingga dapat meningkatkan jumlah konsumen yang datang keperusahan.

B. Kegunaan Akademis

1. Bagi Pengembangan Ilmu Manajemen

Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi perbandingan antara ilmu manajemen (teori) dengan keadaan yang terjadi langsung dilapangan (praktek) sehingga dengan adanya perbandingan tersebut akan lebih memajukan ilmu manajemen yang sudah ada untuk ditempatkan pada dunia nyata dan dapat menguntungkan berbagi pihak.

2. Bagi pihak lain

(3)

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retailing

Konsumen dapat memenuhi kebutuhan dengan mendapatkan produk dan jasa yang dibutuhkan melalui pengecer dimana pengecer ini akan menyalurlan produk dan jasa kepada konsumen akhir tanpa digunakan untuk tujuan bisnis kembali. Didalam proses penyaluran tersebut setiap pengecer melakukan strategi dan siasat tersendiri. Semua jenis toko eceran melalui tahap-tahap pertumbuhan dan penurunan yang dapat dijelaskan dalam siklus hidup usaha eceran. Maka diperlukan strategi agar dapat bertahan dan tetap berjalan.

2.1.1.1 Bauran Eceran

Menurut Hendri Ma’ruf (2005:103) yang termasuk kedalam bauran eceran yaitu: lokasi, mercandise, ppricing, periklanan dan promosi, atmosphere dalam gerai, retail service. Salah satu kelebihan usaha eceran adalah mereka dapat langsung berhubungan dengan konsumen langsung dengan begitu mere dapat memahami dan mengerti apa yang mereka inginkan, sehingga dapat mengambil keputusan strategi yang tepat.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Pengecer

Organisasi pengecer sangat beragam, dan bentuk baru terus bermunculan. Menurut Kotler (2000:592) ada pengecer toko (store retailer, penjualan eceran tanpa toko (non store retailer) dan berbagai organisasi eceran (retail organization). Menurut Djaslim Saladin (2003:163) jenis pengecer dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pengecer toko (store relailer)

2. Pengecer bukan toko (non store retailer)

3. Organisasi eceran (retail organization) terdiri dari:

2.1.1.3 Pengertian Store Atmosphere

Pengertian store atmosphere menurut Hendry Maruf (2005 : 204)

Suasana dalam toko yang menciptakan perasaan tertentu dalam diri pelanggan yang ditimbulkan dari penggunaan unsur-unsur desain interior, pengaturan cahaya, tata suara, sistem pengaturan udara dan pelayanan.

2.1.1.4 Aspek-Aspek Dari Atmosphere

Di dalam atmosphere terdapat aspek-aspek yang dapat diperlihatkan menurut Hendry Ma’ruf (2005 : 206) terdiri dari visual, tactile, olfactory, aural. Dimana semua bagian depan toko harus mempunyai perhatian dimana bagian-bagian itu adalah :

1. Aural 2. Visual 3. Tactile 4. Olfactory

2.1.1.5 Elemen-Elemen Store Atmosphere

Lebih jauh dijelaskannya bahwa terdapat beberapa elemen dalam penataan dan atmosphere toko diantaranya :

1. Eksterior (bagian luar toko) a. Bangunan luar toko

b. Lambang, logo, papan nama perusahaan c. Tempat parkir

(4)

3. Store Layout

a. Pengelompokkan dan penataan barang b. Label dan media pembungkus

c. Fasilitas lainnya.

2.1.2 Keputusan Pembelian Konsumen

2.1.2.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen

Salah satu pokok bahasan yang sangat penting bagi perusahaan mengenai perilaku konsumen adalah keputusan pembelian konsumen. Seperti yang dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip dari Shciffman dkk (2004:289) bahwa “keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif”. Sedangkan menurut Kotler (2005:204) keputusan pembelian adalah serangkaian proses yang dilalui konsumen dalam memutuskan tindakan pembelian.

2.1.2.2 Tahap – Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Dalam proses pembelian, konsumen melalui beberapa tahap yang harus dilalui. Menurut Kotler diterjemahkan oleh Benyamin Molan ( 2005 : 204 ) tahap–tahap proses pembelian adalah sebagai berikut :

1. Pengenalan Masalah 2. Pencarian Informasi 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan Pembelian 5. Perilaku Pasca Pembelian

2.1.3 Keterikatan Store Atmosphere Dengan Keputusan Pembelian Konsumen

Sesuai dengan namanya store atmosphere menurut Gilbert yang dikutip oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129) menjelaskan bahwa atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.

2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Pemikiran

Dalam menghadapi persaingan di bisnis restoran, yang harus dilakukan perusahaan adalah memberikan suatu yang menarik konsumen agar mau mengunjungi toko, melakukan pembelian, merasa puas, dan pada akhirnya melakukan pembelian ulang. Salah satunya adalah dengan cara menampilkan store atmosphere yang kuat dan kreatif yang merupakan perpaduan unsur-unsur tampilan di dalam maupun di luar toko dengan segala suasananya. Diharapkan konsumen akan datang dan tidak akan beralih pada pesaing

Adapun store atmosphere menurut Gilbert yang dikutip oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129) menjelaskan bahwa atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa store atmosphere merupakan perpaduan unsur-unsur penampilan dari suatu toko yang dapat mempengaruhi konsumen. Menurut Kotller yang dikutif oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:542) suasana setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah,dan suram.

(5)

Kotler (2005:204) tahap–tahap proses pembelian adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan Masalah

2. Pencarian Informasi 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian

2.2.3 Hipotesis

Bertitik tolak dari identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Store atmosphere berdampak Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran Sambara Bandung”.

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Analisis Store Atmosphere Dan Dampaknya terhadap keputusan konsumen. Adapun pelaksanaan penelitian ini berlangsung di Restoran Sambara Bandung yang berlokasi di jalan trunojoyo Bandung. Aspek penelitian ini meliputi Store Atmosphere yang diberikan oleh Restoran Sambara Bandung sebagai variable bebas atau independent variable (X) dan Keputusan Pembelian Konsumen sebagai variable tidak bebas atau dependent (Y). Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung yang melakukan perjalanan

Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variable yang akan diteliti. Adapun variable tersebut adalah:

1. Variable Independent (independent variable)

Variabel ini merupakan vaiable bebas atau mengpengaruhi variabel lain, di mana dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Store Atmosphere sebagai variabel bebas (X)

2. Variabel Dependent (dependent variable)

Variabel ini merupakan variabel terkait oleh variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah keputusan pembelian konsumen variabel (Y).Store Atmosphere

merupakan faktor penyebab.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara untuk mencari, memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah atau penelitian dan kemudian menganalisa fakor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atas data yang diperoleh. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode analisis deskriptif dan metode verifikatif.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.

Menurut Sugiyono (2008:13) proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori sebagai berikut:

(6)

7. Kesimpulan

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah store atmosphere sebagai variabel X yang merupakan variabel bebas (independen variable) dan Keputusan Pembelian Konsumen sebagai variabel Y yang merupakan variabel terikat (dependen variable). Penjelasan

operasionalisasi variabel dapat dilihat pada daftar tabel.

3.2.3 Metode Penarikan Sampel 3.2.3.1 Populasi

Adapun populasi menurut Sugiyono (2008:115) dalam bukunya “Metode Penelitian Bisnis” sebagai berikut:

”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini sasaran populasi yang akan dipilih adalah konsumen dari Restoran Sambara Bandung. Menurut keterangan dari pihak Restoran Sambara diketahui bahwa populasi rata – rata jumlah pengunjung kurang lebih dari 15.000 orang

3.2.3.2 Sampel

Sampel adalah dari sejumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (

Sugiyono,2009 : 118 ),dengan menggunkan rumus dibawah ini Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel, dalam penelitian ini menggunakan nilai e sebesar 10%

Dengan hasil demikian, dari hasil perhitungan diatas diperoleh ukuran sampel minimal terendah 99,3 Untuk menghindari kebiasan dalam penyebaran angket, maka dipilih 100 orang untuk menjadi responden. Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Non Probability Sampling dengan teknik pengambilan sampel Aksidental (Acidental Sampling). Teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok dengan sumber data. Sugiono (2000:62).

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.2.4.1 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari individu maupun kelompok. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain.

Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden atau konsumen Restoran Sambara Bandung.Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi dari perusahaan mengenai gambaran perusahaan serta informasi lain yang dapat mendukung penelitian ini

n = 2

) 1

( Ne

N

(7)

khusus, diantaranya dengan terjun langsung ke perusahaan melalui: a. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara terjun langsung pada bagian kegiatan yang dihadapi melalui pengamatan dan pencatatan sehingga diperoleh data.

b. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan dengan pihak – pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Kuesioner

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh sejumlah responden. Untuk mendapatkan data yang diperoleh bagi pencapaian sasaran penelitian ini maka digunakan pengukuran melalui sejumlah responden.

2. Studi Kepustakaan ( Library Research )

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku (literature) dan pemilihan teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang menjadi landasan teori guna mendukung data yang diperoleh selama penelitian:

a. Studi Dokumentasi

Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang ada di perusahaan yang berkenan dengan masalah yang diteliti, seperti dokumen mengenai sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan sebagainya yang menunjang penelitian.

b. Studi Literatur

Yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku-buku, makalah dan skripsi untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori dan konsep yang sedang dibahas, yaitu tentang store atmospheredan keputusan pembelian konsumen.

3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis 3.2.5.1 Metode Analisis

Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Dimana responden mengisi sendiri kuesioner tersebut dengan menggunakan skala likert (lima skala), yaitu 5, 4, 3, 2, 1. Menurut Sugiyono (2000:86), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial, maka kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sosial sangat ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang dipakai valid dan atau tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang dilakukan tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

3.2.5.2 Perancangan Hipotesis

”Hipotesis didefinisikan sebagai dugaan atas jawaban sementara mengenai suatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris untuk mengetahui apakan pernyataan atau dugaan jawaban itu dapat diterima atau tidak”. (Sugiyono 2008: 377).

Ho : β = 0 Store Atmosphere tidak berdampak secara signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.

(8)

dari Exterior, General Inxterior, dan Store Layout memperoleh tanggapan baik dari responden. Karena Restoran Sambara telah mampu menunjukkan aspek Store Atmosphere untuk mempengaruhi konsumennya.

4.2.2.2 Tanggapan Responden Mengenai Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran Sambara Bandung

Tanggapan responden mengenai keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung yangterdiri dari Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, dan Perilaku Pasca Pembelian yang memperoleh tanggapan cukup baik dari responden. Karena Restoran Sambara mampu menempatkan posisinya dimata dan benak konsumen dengan cukup baik.

4.2.3 Hasil Pembahasan Kuantitatif

4.2.3.1 Dampak Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Restoran Sambara Bandung

Store Atmosphere (variabel X) memberikan dampak sebesar 35,76% terhadap keputusan pembelian konsumen (variabel Y). Sedangkan sisanya sebesar 64,24% dapat diterangkan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti oleh penulis seperti pelayanan, kinerja, dan sebagainya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Store Atmosphere pada Restoran Sambara Bandung memperoleh tanggapan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil total skor Exterior, General Inxterior, Store Layout yang memperoleh tanggapan baik dari responden. Dengan demikian Restoran Sambara telah mampu menunjukkan aspek Store Atmosphere untuk mempengaruhi konsumennya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan Store Atmosphere dapat membentuk sikap positif konsumen untuk melakukan pembelian.

2. Keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung memperoleh tanggapan yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari hasil total skor Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, dan Perilaku Pasca Pembelian yang memperoleh tanggapan cukup baik dari responden. Hal ini membuktikan bahwa Restoran Sambara mampu menempatkan posisinya dimata dan benak konsumen dengan cukup baik. 3. Dari pembahasan penelitian terbukti bahwa terdapat hubungan yang sedang antara Store

Atmosphere dengan keputusan pembelian konsumen yaitu sebesar 0.598, dan besarnya Store Atmosphere berdampak terhadap pembentukan keputusan pembelian konsumen yaitu sebesar 35,76%, sedangkan sisanya sebesar 64,24% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis seperti pelayanan, kinerja, dan sebagainya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

(9)
(10)

Pengendalian.Bandung :Linda Karya

Husein Umar,2002, Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen, PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Jonathan Sarwono.2006,Panduan Cepat dan Mudah SPSS12.CV.Andi:Yogyakarta

Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Jilid dua, Edisi Kesebelas, Jakarta: PT. Indeks Gramedia.

Ma”ruf,Hendry,2005, Pemasaran Retail,Jakarta : PT Gramedia Pusaka Utama. Panuju, Redi, 1995, Komunikasi Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta

Umi Narimawati,2007,Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contohi dan perhitunganya.Agung Media: Jakarta

Umi Narimawati,2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif : Teori dan Aplikasi.

(11)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian 1. Exterior

2. General Interior 3. Store Layout

Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129)

(12)

Pengukuran Store Atmosphere (Variable X) Keputusan Pembelian (variable (Y atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan

konsumen melakukan tindakan pembelian. Gilbert (2003:129)

Serangkaian proses yang dilalui konsumen dalam memutuskan tindakan pembelian PhilipKotler

(2005:204)

1. Exterior

• bagian luar toko (desain, warna, stile)

• lambing, logo, papan nama perusahaan

• sarana parkir

2.General Interior

(bagian dalam toko) • tata cahaya • kebersihan toko • temperature

udara dan aroma ruangan

• music • karyawan

3. StoreLayout

(tata letak toko) • pengelompokan

barang

• penataan barang

• Pengenalan Masalah -Terdorong ingin membeli -membutuhkan produk

• Pencarian Informasi - Terdorong mencari

o Tingkat kemenarikan o Tingkat

kejelasan o Tingkat

keluasan

o Tingkat kesesuaian o Tingkat

kebersihan o Tingkat

kesesuaian o Tingkat

kesesuaian o Tingkat

keramahan

o Tingkat kerapihan o Tingkat

kerapihan

o Tingkat kesetujuan

o Tingkat

(13)

- Alternatif utama dalam

memenuhi kebutuhan

- Tempat yang tepat dalam memenuhi

kebutuhan • Keputusan

Pembelian - Keyakinan untuk

membeli produk Restoran Sambara - Sering berkunjung

ke restoran sambara

• PerilakuPasca Pembelian

-Perasaansetelah melakukan pembelian

- Datang kembali ke restoran sambara

o tingkat kesetujuan

o tingkat keyakinan

o tingkatn kesetujuan

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Segala bentuk kebutuhan hidup masyarakat baik dilihat dari segi

kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier merupakan suatu kebutuhan yang

ingin dipenuhi, terpuaskan dan tercapai oleh manusia. Dari hal ini diperlukan

suatu proses yang dapat menyalurkan dan mendistribusikan kebutuhan-kebutuhan

tersebut dimulai dari produsen hingga sampai konsumen akhir, sehingga

konsumen bener-bener biasa mengkonsumsinya dengan baik dan berkualitas.

Masyarakat saat ini sudah modern dan mengerti tentang perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta jaman, dimana hal ini menunjang

masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan mereka yang ingin serba

cepat, praktis dan nyaman. Sistem informasi dan komunikasi yang cepat juga

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan masyarakat mengetahui

mengenai perkembangan jaman dan mengikutinya, mereka semakin bersaing dan

tidak mau ketinggalan akan segala hal yang sedang terjadi dan umum

diperbincangkan, mereka merasa ingin mengikuti tren yang sedang berkembang

dan dinikmati masyarakat. Dari sini tingkat kebutuhan masyarakat semakin tinggi

(15)

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang tingkat pertumbuhan

penduduknya padat. Bila hal ini biasa dipikirkan oleh setiap organisasi usaha, hal

ini merupakan suatu faktor yang mensukseskan jalannya usaha serta menimbulkan

tercapainya tujuan perusahaan. Dimana masyarakat yang tingkat aktifitasnya

cukup padat dalam segala aspek kehidupan mengakibatkan keinginan untuk

memenuhi kebutuhan yang serba cepat, praktis dan nyaman, hal tersebut modal

utama bagi perusahaan yang dapat berhubungan langsung dengan konsumen

akhir. Saat ini masyarakat tidak hanya ingin mendapatkan dan memenuhi

kebutuhannya begitu saja mereka juga menginginkan pelayanan, situasi toko yang

baik sehingga mereka merasa nyaman dan merasa betah waktu berada dalam toko

tersebut dan sebagai pelepas stress.

Organisasi-organisasi pengecerpun sangat berperan dalam hal ini, Karena

pengecer merupakan suatu organisasi usaha yang melakukan penjualan barang

atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan

bukan bisnis sehingga masyarakat bisa mencari barang-barang kebutuhan mereka

secara mudah, cepat, nyaman dan sesuai harapan. Organisasi pengecer harus

mengetahui apa yang diinginkan pengecer dan mengetahui apa yang diinginkan

konsumen.mereka disini diperlukan strategi dan pemikiran kreatif.

Organisasi-organisasi lainnyapun sangat beragam dan mempunyai

strategi-strategi tersendiri didalam memasarkan dan menjual produknya, ada pengecer

dengan tokonya (strore retailer), penjual eceran tanpa toko (non store retailer), dan

berbagai organisasi eceran (retailer organization). Dimana organisasi-organisasi

(16)

guna menarik dan mempertahankan pelanggan dengan menawarkan lokasi yang

dekat, jenis produk yang beragam, pelayanan yang baik dari pada pesaig dan

situasi toko yang mendukung.

Salah satu strategi itu dengan membuat suasana toko atau yang biasa

disebut dengan atmosphere, situasi beda, nyaman yang akan menimbulkan rasa

betah dan memberikan kesan yang lain disaat konsumen melangkahkan kakinya

ditoko tersebut. setelah perusahaan memutuskan untuk menerapkan strategi

tersebut maka perusahaan harus berusaha mengembangkan dan mempertahankan

agar konsumen tidak mengunjungi ke toko pesaing. Perusahaan dituntut untuk

mengoptimalkan kelebihannya dalam merancang strore atmosphere tokonya dan

mengevaluasi apakah store atmosphere yang dirancangnya mempunyai dampak

positif dalam mempengaruhi sikap pembelian konsumennya.

Sambara adalah perusahaan retail yang bergerak dibidang Restoran khas

Sunda yang menampilkan suasana yang berbeda dengan kuliner Sunda ditempat

lain, karena disini tidak hanya menampilkan cita rasa kulinernya saja tetapi

identitas “urang sunda” dalam kesehariannya sebagai wujud pelayanan dan

pemampilan Restoran Sambara.

Restoran Sambara menampilkan konsep gaya arsitektur modern tradisional

Sunda yang merupakan ciri khas dari Restoran Sambara. Restoran Sambara

memadukan etnis Sunda minimalis menyatu selaras dengan keindahan interior

kerajinan Jawa Barat yang sederhana namun elegan. Keindahan-keindahan

(17)

mereka merasa dimanjakan oleh keindahan-keindahan interior tersebut, dan

akhirnya tertarik memutuskan untuk makan di restoran tersebut.

Store atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang

telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan

terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional

khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.

Berdasarkan dari survei awal yang dilakukan oleh penulis, dan menurut

Manager Restoran Sambara Bandung ditemukan beberapa keluhan dari konsumen

diantaranya kurang maksimalnya kenyamanan yang diberikan pihak Restoran

Sambara, seperti tidak ada pemisahan antara ruangan smoking area dan non

smoking area, sehingga membuat konsumen kurang nyaman, dan sarana parkir

yang kurang luas sehingga membuat konsumen merasa sulit untuk memarkirkan

kendaraan mereka dan menyebabkan juga terjadinya kecenderungan penurunan

jumlah konsumen yang memutuskan makan di Restoran Sambara tersebut.

Masalah tersebut menjadi salah satu celah untuk pesaing atau restoran lain

agar lebih dapat memberikan fasilitas kenyamanan yang maksimal untuk

konsumen

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan Restoran

Sambara sebagai satu bentuk komunikasi pemasaran agar konsumen tertarik

melakukan pembelian sekaligus memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

menikmati makanan yang enak dan nyaman. Maka didalam penyusunan

(18)

DAMPAK STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN KONSUMEN PADA RESTORAN SAMBARA BANDUNG.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, bahwa masalah yang terjadi di

Restoran Sambara adalah:

1. Kurang maksimalnya kenyamanan yang diberikan pihak Restoran Sambara

(ruang smoking area yang tidak terpisah ).

2. Sarana parkir yang kurang luas, sehingga membuat konsumen merasa sulit

untuk memarkirkan kendaraan mereka.

3. Terjadinya penurunan konsumen yang memutuskan untuk makan di Restoran

Sambara.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu

sebagai berikut:

a. Bagaimana tanggapan responden terhadap pelaksanaan Store Atmosphere pada

Restoran Sambara Bandung.

b. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung.

c. Seberapa besar Store Atmosphere berdampak terhadap keputusan pembelian

(19)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi

yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan Store Atmosphere dan

pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan identifikasi masalah, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pelaksanaan Store

Atmosphere yang dilakukan oleh Restoran Sambara Bandung.

2. Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen pada Restoran

Sambara Bandung.

3. Untuk mengetahui seberapa besar dampak Store Atmosphere terhadap

keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

A. Kegunaan Praktis

Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat

(20)

1. Bagi Perusahaan

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan

mengenai Store Atmosphere, sehingga konsumen menjadi setia kepada

perusahaan

2. Bagi pihak terkait

Dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan baik bagi pihak

yang terkait dengan penelitian ini. Sehingga mereka mengetahui dan

memahami tentang pentingnya Store Amosphere sehingga dapat meningkatkan

jumlah konsumen yang datang keperusahan.

B. Kegunaan Akademis

1. Bagi Pengembangan Ilmu Manajemen

Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi perbandingan antara ilmu

manajemen (teori) dengan keadaan yang terjadi langsung dilapangan (praktek)

sehingga dengan adanya perbandingan tersebut akan lebih memajukan ilmu

manajemen yang sudah ada untuk ditempatkan pada dunia nyata dan dapat

menguntungkan berbagi pihak.

2. Bagi pihak lain

Dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang ingin membuat skripsi

(21)

3. Bagi Peneliti Sendiri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis terutama

mengenai Dampak Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian dan

sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh

dibangku kuliah

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Restoran Sambara yang beralamat di Jln

Trunojoyo No.64 Bandung. Sedangkan untuk jadwal penelitian yang

direncanakan oleh penulis selama 4 (empat) bulan dengan rincian yang tertera

didalam tabel berikut ini

Tabel 1.1

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Keterangan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Proposal Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan dan

Pengolahan Data Penyusunan Laporan dan Bimbingan

(22)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Retailing

Konsumen dapat memenuhi kebutuhan dengan mendapatkan produk dan

jasa yang dibutuhkan melalui pengecer dimana pengecer ini akan menyalurlan

produk dan jasa kepada konsumen akhir tanpa digunakan untuk tujuan bisnis

kembali. Didalam proses penyaluran tersebut setiap pengecer melakukan strategi

dan siasat tersendiri.

Semua jenis toko eceran melalui tahap-tahap pertumbuhan dan penurunan

yang dapat dijelaskan dalam siklus hidup usaha eceran. Maka diperlukan strategi

agar dapat bertahan dan tetap berjalan.

Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan (2005:215)

“Eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi atau non-bisnis. Pengecer (retailer) atau toko eceran (retailer store) adalah setiap usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari eceran.”

Menurut Djaslim Saladin (2002:113) menjelaskan bahwa pengecer adalah

usaha bisnis yang menjual barang-barang ke konsumen rumah tangga untuk

digunakan secara non bisnis.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa retailing merupakan suatu

bentuk usaha menjual barang atau jasa yang ditujukan kepada konsumen akhir

untuk penggunaan yang sifatnya pribadi atau non bisnis. Tidak masalah

(23)

2.1.1.1Bauran Eceran

Menurut Hendri Ma’ruf (2005:103) yang termasuk kedalam bauran eceran

yaitu: lokasi, mercandise, ppricing, periklanan dan promosi, atmosphere dalam

gerai, retail service. Salah satu kelebihan usaha eceran adalah mereka dapat

langsung berhubungan dengan konsumen langsung dengan begitu mere dapat

memahami dan mengerti apa yang mereka inginkan, sehingga dapat mengambil

keputusan strategi yang tepat.

2.1.1.2Jenis-Jenis Pengecer

Organisasi pengecer sangat beragam, dan bentuk baru terus bermunculan.

Menurut Kotler (2000:592) ada pengecer toko (store retailer, penjualan eceran

tanpa toko (non store retailer) dan berbagai organisasi eceran (retail organization).

Menurut Djaslim Saladin (2003:163) jenis pengecer dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Pengecer toko (store relailer)

Yaitu retailer toko yang mempunyai toko atau gedung dalam setiap

transaksinya. Toko pengecer berdasarkan lini produk adalah:

a. Toko khusus (spesiallys store) yaitu suatu toko yang khusus menjual suatu

lini produk terbatas dengan maacam barang yang cukup banyak di dalam

lini tersebut.

b. Toko serba ada (departemen store) yaitu toko yang menjual beberapa lini

(24)

c. Toko swalayan (supermarket) yaitu suatu toko yang cukup besar yang

menyediakan seluruh kebutuhan konsumen, baik makanan, minuman,

kebutuhan rumah tangga, barang-barang kosmetik bahkan obat-obatan.

d. Toko banrang kebutuhan sehari-hari (convenience store) yaitu toko yang

relatif kecil yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dan biasanya berlokasi

ditempat-tempat pemukiman.

e. Superstore, toko gabungan dan hipermasche yaitu menjual barang untuk

memenuhi kebutuhan konsumen seluruhnya dan non pangan.

f. Toko pemberian potongan harga (diskon store).

g. Toko gudang yaitu suatu operasi penjualan yang pelayanannya dikurangi,

diberi potongan harga tanpa embel-embel.

2. Pengecer bukan toko (non store retailer)

Selain pengecer toko ada juga pengecer bukan toko yang diantaranya

menurut Kotller (2002:592) sebagai berikut:

a. Penjualan langsung saat, saat ini penjualan langsung melakukan penjualan

dari rumah ke rumah, dari kantor ke kantor (door to door) seperti yang

dilakukan multi level marketing.

b. Pemasaran langsung merupakan akar dari pemasaran, dimana pada saat ini

kegiatan ini cenderung dilakukan dengan pemasaran jarak jauh seperti

melalui televisi dan internet.

c. Mesin penjualan otomatis ini hanya digunakan untuk jenis barang tertentu

(25)

3. Organisasi eceran (retail organization) terdiri dari:

a. Coorporate cain store (jaringan toko korporate) merupakan dua toko atau

lebih yang dimiliki dan dikendalikan secara bersama-sama, melakukan

pembelian dan perdagangan serta menjual lini produk yang sejenis

b. Retailer cooporate (koperasi pengecer), terdiri dari pengecer-pengecer

independen yang membentuk suatu organisasi pembelian terpusat dan

melakukan promosi bersama.

c. Merchandising conglomerate (konglomerat perdagangan), yaitu

perdagangan yang bentuknya beda yang menggabungkan beberapa lini dan

bentuk pengeceran dalam kepemilikan terpusat yang juga menyatukan

fungsi distribusi dan manajemen.

2.1.2 Pengertian Store Atmosphere

Pengertian store atmosphere menurut Hendry Maruf (2005 : 204)

Suasana dalam toko yang menciptakan perasaan tertentu dalam diri pelanggan

yang ditimbulkan dari penggunaan unsur-unsur desain interior, pengaturan

cahaya, tata suara, sistem pengaturan udara dan pelayanan.

Jika iklan bertujuan memberitahu, menarik, memikat, atau mendorong

konsumen untuk datang ke gerai dan membeli barang, maka suasana atau

atmosphere dalam gerai berperan penting memikat pembeli, membuat nyaman

mereka, dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa

yang perlu dimiliki baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah

(26)

tercipta dari gabungan unsur-unsur desain toko/gerai, perencanaan toko,

komunikasi visual dan merchandising.

Suasana atau atmosphere dalam gerai merupakan salah satu dari berbagai

unsur dalam retail marketing mix. Gerai kecil yang tertata rapi dan menarik akan

lebih mengundang pembeli dibandingkan dengan gerai yang diatur biasa saja.

Sementara gerai yang diatur biasa saja tapi bersih lebih menarik daripada gerai

yang tidak diatur sama sekali dan tampak kotor.

Suasana toko (atmosphere) merupakan unsir senjata lain yang dimiliki

toko. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan

pembeli untuk berputar-putar di dalamnya. Setiap toko mempunyai “penampilan”

toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya

yang dapat menarik konsumen untuk membeli seperti yang dikemukakan Kothler

(2000 : 601).

Atmosphere toko akan membedakan toko yang satu dengan yang lainnya.

Hal ini dapat dijadikan strategi yang baik dan potensial dalam meningkatkan

minat konsumen, atmosphere toko dapat dilihat dari dalam maupun luar toko

tersebut.

2.1.2.1 Aspek-Aspek Dari Atmosphere

Di dalam atmosphere terdapat aspek-aspek yang dapat diperlihatkan

menurut Hendry Ma’ruf (2005 : 206) terdiri dari visual, tactile, olfactory, aural.

Dimana semua bagian depan toko harus mempunyai perhatian dimana

(27)

1. Visual

Warna menjadi salah satu faktor penting dalam aspek visual. Warna biru

misalnya, memberi dampak psikologis tenang, dampak temperatur dingin dan

memberi kesan jauh. Cahaya (lighting) adalah faktor lain dalam aspek visual.

2. Tactile

Aspek tactile berkaitan dengan sentuhan tangan atau kulit atau bahkan kaki jika

itu membuat pelanggan ingin merasakan dengan kakinya (misalnya lantai kayu

atau karpet). Meski tactile berkaitan dengan kulit sebenarnya berkaitan dengan

mata. Misalnya tembok yang dibuat kasar menjadi berseni adalah bagian dari

tactile, tembok itu bisa disentuh, dirasakan jika ada seseorang pelanggan yang

ingin mengetahui permukaan tembok tersebut.

3. Olfactory

Tujuan penggunaan aroma adalah menciptakan kesan rasa tertentu, misalnya

segar atau rasa lainnya seperti kesejukan. Aroma dapat juga digunakan untuk

menstimulasi suasana tertentu, misalnya suasana kebun, suasana pesta. Pada

jenis gerai tertentu dimana aspek olfactory amat mempengaruhi.

4. Aural

Suara dan musik menurut volume, pitch, tempo berpengaruh pada suasana hati

(mood) musik yang lembut membuat pengunjung suatu gerai terpengaruh

menjadi lebih santai dibandingkan dengan musil yang menghentak keras.

Sebaliknya, musik yang berirama mars membuat bawah sadar pengunjung

(28)

2.1.2.2 Elemen-Elemen Store Atmosphere

Lebih jauh dijelaskannya bahwa terdapat beberapa elemen dalam

penataan dan atmosphere toko diantaranya :

1. Eksterior (bagian luar toko)

a. Bangunan luar toko

b. Lambang, logo, papan nama perusahaan

c. Tempat parkir

2. General Interior (bagian dalam toko)

a. Sistem pencahayaan

b. Temperatur udara

c. Musik

d. Aroma ruangan

e. Kebersihan toko

f. Karyawan

g. Pengaturan gang

3. Store Layout

a. Pengelompokkan dan penataan barang

b. Label dan media pembungkus

c. Fasilitas lainnya.

2.1.3 Keputusan Pembelian Konsumen

2.1.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen

Salah satu pokok bahasan yang sangat penting bagi perusahaan mengenai

(29)

dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip dari Shciffman dkk (2004:289)

bahwa “keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan suatu tindakan dari dua

atau lebih pilihan alternatif”. Sedangkan menurut Kotler (2005:204) keputusan 

pembelian adalah serangkaian proses yang dilalui konsumen dalam memutuskan

tindakan pembelian.

2.1.3.2 Tahap – Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Dalam proses pembelian, konsumen melalui beberapa tahap yang harus

dilalui. Menurut Kotler diterjemahkan oleh Benyamin Molan ( 2005 : 204 )

tahap–tahap proses pembelian adalah sebagai berikut :

Sumber :Kotler diterjemahkan oleh Benyamin Molan ( 2005 : 204 )

Gambar 1.1

Tahap – tahap proses Keputusan Pembelian Konsumen

1. Pengenalan Masalah

Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip dari

Engel, Blackwell dan Miniard ( 2004 : 294 ) bahwa pengenalan kebutuhan atau

aktivasi kebutuhan terdiri dari beberapa faktor, antara lain:  

Pengenalan masalah

 

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

(30)

a. Waktu

Berlalunya waktu akan menyebabkan teraktifkannya kebutuhan fisiologis

seseorang. Waktu juga akan mendorong pengenalan kebutuhan lain yang

diinginkan oleh seorang konsumen.

b. Perubahan Situasi

Perubahan situasi akan mengaktifkan kebutuhan, misalnya saja konsumen

remaja akan cenderung menghabiskan pengeluarannya untuk hal-hal yang

bersifat hiburan sedangkan konsumen yang sudah menikah akan cenderung

menabungkan uangnya untuk kebutuhan dimasa yang akan datang.

c. Pemilikan Produk

Memiliki sebuah produk seringkali mengaktifkan kebutuhan yang lain.

d. Konsumsi Produk

Kebiasaan mengkonsumsi produk akan memicu konsumen untuk membeli

produk kembali jika persediaan produk tersebut habis.

e. Perbedaan Individu

Dalam hal ini konsumen dibedakan kedalam dua tipe, yang pertama konsumen

yang membeli berdasarkan fungsi produk dan yang kedua konsumen yang

membeli produk berdasarkan prestise atau karena ia ingin kelihatan trendi

didepan orang lain.

f. Pengaruh Pemasaran

Program pemasaran tersebut akan mempengaruhi konsumen untuk menyadari

akan kebutuhannya. Produk yang dikomunikasikan menarik akan memicu

(31)

produk tersebutlah yang bisa memenuhi kebutuhannya tersebut.

2. Pencarian Informasi

Aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan didalam ingatan atau

pemerolehan informasi dari lingkungan. Sebagaimana telah dikemukakan oleh

Sumarwan yang mengutip dari Engel, Blackwell dan Miniard (2004 : 296) bahwa

pencarian informasi terdiri dari dua faktor, antara lain:

a. Pencarian Internal

Pengetahuan yang telah melekat didalam ingatan konsumen.

b. Pencarian Eksternal

Pengetahuan atau informasi tambahan mengenai produk, atau disebut juga

pencarian terus-menerus.

3. Evaluasi Alternatif

Proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi

kebutuhan konsumen. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sumarwan yang

mengutip dari Engel, Blackwell dan Miniard (2004 : 301) bahwa evaluasi

alternatif terdiri dari beberapa faktor, antara lain :

a. Harga

Harga merupakan kriteria evaluasi yang paling penting, oleh karena itu

kepekaan harga konsumen kerap digunakan sebagai dasar untuk pemangsaan

(32)

b. Nama Merek

Nama merek berfungsi sebagai indikator pengganti dari mutu produk, dan

kepentingannya tampak bervariasi dengan kemudahan dimana kualitas dapat

dinilai secara objektif.

c. Negara Asal

Dalam abad persaingan internasional yang semakin hebat dan hilangnya

banyak pekerjaan manufaktur ke tangan tenaga kerja asing yang lebih murah,

maka tidak mengherankan bahwa negara dimana suatu produk dihasilkan

menjadi pertimbangan penting dikalangan banyak konsumen.

4. Keputusan Pembelian

Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip dari Engel,

Blackwell dan Miniard (2004 : 310) bahwa keputusan pembelian terdiri dari

beberapa jenis, antara lain:

a. Pembelian yang Terencana Sepenuhnya

Pembelian yang dilakukan jika konsumen telah menentukan pilihan produk dan

merek jauh sebelum pembelian dilakukan.

b. Pembelian yang Separuh Terencana

Pembelian yang dilakukan ketika konsumen ingin membeli suatu produk

sebelum masuk ke swalayan, namun konsumen tidak tahu merek yang akan

dibelinya sehingga konsumen akan mencari informasi yang lengkap mengenai

(33)

c. Pembelian yang Tidak Terencana

Konsumen seringkali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih

dahulu. Keinginan untuk membeli seringkali muncul di toko atau di mal.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Suatu tahap dimana konsumen akan mengevaluasi alternatif sesudah

pembelian. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sumarwan yang mengutip

dari Engel, Blackwell dan Miniard (2004 : 294) bahwa perilaku pasca

pembelian terdiri dari beberapa faktor, antara lain:

a. Kepuasan

Evaluasi pasca konsumsi yang menyatakan bahwa suatu alternatif yang

dipilih telah memenuhi harapan konsumen.

b. Ketidakpuasan

Evaluasi pasca konsumsi yang menyatakan bahwa suatu alternatif yang

dipilih tidak memenuhi harapan konsumen.

2.1.4 Keterikatan Store Atmosphere Dengan Keputusan Pembelian

Konsumen

Sesuai dengan namanya store atmosphere menurut Gilbert yang dikutip oleh

Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129) menjelaskan bahwa atmosphere toko

merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, atmosphere

toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan

pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan

(34)

Adapun penelitian ini hanya unsure store atmosphere yang diteliti. Store

atmosphere yang baik akan membuat konsumen merasa nyaman dalam

mengkonsumsi sebuah produk. Bila pengeruh store atmosphere tepat maka akan

membuat konsumen mengambil keputusan pembelian dari suatu produk atau jasa.

Konsumen melakukan pembelian merupakan hasil kenyamanan yang ditawarkan

oleh perusahaan.

Menurut Kotller yang dikutif oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:542)

suasana setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik itu kotor,

menarik, megah,dan suram. Suatu toko harus membentuk suasana terencana yang

sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli di

toko tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.2.1 Kerangka Pemikiran

Dalam menghadapi persaingan di bisnis restoran, yang harus dilakukan

perusahaan adalah memberikan suatu yang menarik konsumen agar mau

mengunjungi toko, melakukan pembelian, merasa puas, dan pada akhirnya

melakukan pembelian ulang. Salah satunya adalah dengan cara menampilkan

store atmosphere yang kuat dan kreatif yang merupakan perpaduan unsur-unsur

tampilan di dalam maupun di luar toko dengan segala suasananya. Diharapkan

konsumen akan datang dan tidak akan beralih pada pesaing.

Adapun store atmosphere menurut Gilbert yang dikutip oleh Dr. Ir. Bob

Foster, MM (2003:129) menjelaskan bahwa atmosphere toko merupakan

(35)

digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian

yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen

melakukan tindakan pembelian.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa store

atmosphere merupakan perpaduan unsur-unsur penampilan dari suatu toko yang

dapat mempengaruhi konsumen. Menurut Kotller yang dikutif oleh Dr. Ir. Bob

Foster, MM (2003:542) suasana setiap toko mempunyai penampilan yang

berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah,dan suram. Suatu toko harus

membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat

menarik konsumen untuk membeli di toko tersebut.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulakan bahwa store atmosphere

toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan,

atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan

lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat

menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian. (Gilbert yang dikutip

oleh Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129).

Keputusan pembelian timbul karena adanya penilaian objektif atau karena

adanya emosi. Keputusan untuk bertindak adalah hasil dari rangkaian aktivitas

dan rangsangan mental dan emosional. Menurut Sumarwan yang mengutip dari

Shciffman dkk (2004:289) definisi keputusan pembelian adalah sebagai berikut:

“keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan suatu tindakan dari dua atau

lebih pilihan alternatif”. Sedangkan menurut Kotler (2005:204) keputusan

(36)

tindakan pembelian.

Dalam proses pembelian, konsumen melalui beberapa tahap yang harus

dilalui. Menurut Kotler (2005:204) tahap–tahap proses pembelian adalah sebagai

berikut:

1. Pengenalan Masalah

2. Pencarian Informasi

3. Evaluasi Alternatif

4. Keputusan Pembelian

5. Perilaku Pasca Pembelian

Berdasarkan hal-hal diatas maka dapat dibuat paradigm sebagai berikut:

[image:36.595.181.518.397.651.2]

Gilbert(2003:129)

Gambar 1.2

Model Kerangka Pemikiran

Store Atmosphere:

1. Exterior

2. General Interior

3. Store Layout

Dr. Ir. Bob Foster, MM (2003:129)

Keputusan Pembelian Konsumen (Variabel Y)

1. Pengenalan Masalah

2. Pencarian Informasi

3. Evaluasi Alternatif

4. Keputusan Pembelian

5. Perilaku Pasca

Pembelian

(37)
[image:37.595.57.571.234.507.2]

2.2.2 Studi Empiris Dengan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Studi Empiris Dengan Penelitian Terdahulu

Dari tabel di atas dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara penulis dan

penelitian terdahulu, yaitu pada penulis dan peneliti terdahulu Prasetyo Bayu dan

Dewi Rubiyanti Hadi menggunakan Teknik analisis regresi berganda dan analisis

multivariant, analisis jalur(Path Analysis) dan survey eksplanatori. Sedangkan

penulis menggunakan analisis regresi linier sederhana.

2.2.3 Hipotesis

Bertitik tolak dari identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Store

atmosphere berdampak Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran

Sambara Bandung”.

No NAMA TAHUN JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN

1 Prasetyo Bayu 2009 Pengaruh store atmosphere (suasana toko) terhadap keputusan pembelian konsumen (studi pada Toko Stroberi Matos)

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo Bayu dengan penulis yaitu pada variabel X dan Y

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

berganda dan analisis multivariant.

2 Dewi

Rubiyanti

Hadi

2004 Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Pada China Emporium Factory Outlet Bandung

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rubiyanti Hadi dengan penulis yaitu pada variabel X dan Y

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

(38)

25 

Objek penelitian ini adalah Analisis Store Atmosphere Dan Dampaknya

terhadap keputusan konsumen. Adapun pelaksanaan penelitian ini berlangsung di

Restoran Sambara Bandung yang berlokasi di jalan trunojoyo Bandung. Aspek

penelitian ini meliputi Store Atmosphere yang diberikan oleh Restoran Sambara

Bandung sebagai variable bebas atau independent variable (X) dan Keputusan

Pembelian Konsumen sebagai variable tidak bebas atau dependent (Y).

Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variable yang akan

diteliti. Adapun variabel tersebut adalah:

1. Variable Independent (independent variable)

Menurut Sugiyono (2009:61), Variabel independen adalah merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Store Atmosphere.

2. Variabel Dependent (dependent variable)

Menurut Sugiyono (2009:61), Variabel dependen merupakan variabel terikat

oleh variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah

keputusan pembelian konsumen variabel (Y). Store Atmosphere merupakan

faktor penyebab.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara untuk mencari,

(39)

maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya

ilmiah atau penelitian dan kemudian menganalisa fakor-faktor yang berhubungan

dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atas

data yang diperoleh. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah

metode analisis deskriptif dan metode verifikatif.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi

semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.

Menurut Sugiyono (2008:13) proses penelitian dapat disimpulkan seperti

teori sebagai berikut:

Proses penelitian meliputi:

1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian

7. Kesimpulan

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada

(40)

1. Sumber Masalah

Peneliti melakukan survei awal untuk menentukan fenomena yang terjadi

untuk dijadikan sebagai sumber masalah sebagai dasar penelitian. Fenomena

dalam penelitian ini adalah Kurang maksimalnya kenyamanan yang diberikan

pihak Restoran Sambara.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya

melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap

penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab

masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik

jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Masalah dalam penelitian ini

meliputi :

a. Bagaimana tanggapan responden terhadap pelaksanaan store atmosphere

pada Restoran Sambara Bandung.

b. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Restoran Sambara

Bandung.

c. Seberapa besar store atmosphere berdampak terhadap keputusan pembelian

konsumen pada Restoran Sambara Bandung. 

3. Konsep dan teori yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis)

maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah

dan berpikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga

(41)

masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk

menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau

pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji

terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan

didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara

empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat

pada penelitian ini adalah store atmosphere Berdampak Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen.

5. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian

yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat

ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan

pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang

lain. Pada penelitian kali ini metode penelitian yang digunakan adalah metode

survey dengan teknik analisis data menggunakan metode analisis kualitatif dan

metode kuantitatif.

6. Menyusun Instrumen Penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun

instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.

Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner dan data dari perusahaan

(42)

instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya.

Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan

reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat

dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab

rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik

tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk

melakukan penelitian mengenai:

a. Dampak Store Atmosphere yang diperoleh dari data kuesioner yang akan

diisi oleh konsumen.

b. Keputusan Pembelian Konsumen yang ukurannya diperoleh dari data

kuesioner yang akan diisi oleh konsumen Restoran Sambara.

Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhitungan dengan

menggunakan MSI ( Method Succesive Interval ) untuk menaikkan skala

ordinal menjadi interval, regresi linear sederhana untuk membuktikan sejauh

mana dampak yang diperlihatkan antara store atmosphere berdampak terhadap

keputusan pembelian konsumen, Korelasi Pearson Product Moment untuk

meneliti erat tidaknya store atmoaphere berdampak terhadap keputusan

pembelian konsumen, koefisien determinasi untuk menilai besarnya store

atmosphere berdampak terhadap keputusan pembelian konsumen dan t hitung

untuk menguji tingkat signifikan

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa

(43)

masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai

dasar untuk pembuatan keputusan.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah store atmosphere sebagai

variabel X yang merupakan variabel bebas (independent variable) dan Keputusan

Pembelian Konsumen sebagai variabel Y yang merupakan variabel terikat

(dependent variable). Penjelasan operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel

(44)
[image:44.595.86.542.152.757.2]

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Pengukuran Skala Data Store Atmosphere (Variable X) atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik

yang telah direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan

konsumen melakukan tindakan pembelian.

Gilbert (2003:129)

1. Exterior

• bagian luar toko (desain, warna, stile)

• lambing, logo,

papan nama perusahaan

• sarana parkir

2.General Interior

(bagian dalam toko)

• tata cahaya

• kebersihan toko

• temperature udara dan aroma ruangan

• music

• karyawan

3. StoreLayout

(tata letak toko)

• pengelompokan barang

• penataan barang

(45)

Keputusan Pembelian (variable (Y Serangkaian proses yang dilalui konsumen dalam memutuskan tindakan pembelian PhilipKotler (2005:204) • Pengenalan Masalah -Terdorong

ingin membeli

-membutuhkan

produk

•Pencarian Informasi

- Terdorong mencari informasi

-Kemudahan dalam mencari informasi

• Evaluasi Alternatif

- Alternatif utama dalam

memenuhi kebutuhan

- Tempat yang

tepat dalam memenuhi

kebutuhan

• Keputusan

Pembelian

- Keyakinan untuk

membeli produk Restoran Sambara - Sering berkunjung

ke restoran sambara

• PerilakuPasca Pembelian

-Perasaansetelah melakukan pembelian

(46)

3.2.3Metode Penarikan Sampel

Dalam melakukan penarikan sampel penelitian, penulis menggunakan

metode-metode yang akan diuraikan di bawah ini:

3.2.3.1 Populasi

Adapun populasi menurut Sugiyono (2008:115) dalam bukunya “Metode

Penelitian Bisnis” sebagai berikut:

”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini

sasaran populasi yang akan dipilih adalah konsumen dari Restoran Sambara

Bandung. Menurut keterangan dari pihak Restoran Sambara diketahui bahwa

populasi rata – rata jumlah pengunjung pada setiap bualnnya mencapai ±15.000

orang.

3.2.3.2 Sampel

Sampel adalah dari sejumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut ( Sugiyono, 2009 : 118 ),dengan menggunkan rumus dibawah ini

Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e =Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel, dalam penelitian ini menggunakan nilai e sebesar 10%. n =   2

) 1

( Ne

N

(47)

Sehingga:

) 1

( Ne2

N n + = 2 ) 1 . 0 15000 ( 1 15000 x n + = ) 01 . 0 15000 ( 1 15000 x n + = 151 15000 = n 3 , 99 = n

Dengan hasil demikian, dari hasil perhitungan diatas diperoleh ukuran

sampel minimal terendah 99,3 Untuk menghindari kebiasan dalam penyebaran

angket, maka dipilih 100 orang untuk menjadi responden. Dalam penelitian ini

metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Non Probability

Sampling dengan teknik pengambilan sampel Aksidental (Acidental Sampling).

Teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok dengan sumber data. Sugiono

(2000:62).

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.2.4.1 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung

dari individu maupun kelompok. Sedangkan data sekunder adalah data yang

diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

(48)

Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara dan

penyebaran kuesioner kepada responden atau konsumen Restoran Sambara

Bandung.Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi dari perusahaan

mengenai gambaran perusahaan serta informasi lain yang dapat mendukung

penelitian ini

3.2.4.2 Metode Pengumpulan Data

Selanjutnya untuk menunjang hasil penelitian, maka penulis melakukan

pengumpulan data yang diperlukan dengan cara sebagai berikut:

1. Studi Lapangan ( Field Research )

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer yang akurat, dimana

data yang diperlukan diperoleh secara langsung oleh penulis dengan

menggunakan usaha – usaha khusus, diantaranya dengan terjun langsung ke

perusahaan melalui:

a. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara terjun langsung pada bagian

kegiatan yang dihadapi melalui pengamatan dan pencatatan sehingga

diperoleh data.

b. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan dengan

pihak – pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Kuesioner

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar

(49)

yang diperoleh bagi pencapaian sasaran penelitian ini maka digunakan

pengukuran melalui sejumlah responden.

2. Studi Kepustakaan ( Library Research )

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku

(literature) dan pemilihan teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah

yang akan dibahas. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang

menjadi landasan teori guna mendukung data yang diperoleh selama penelitian:

a. Studi Dokumentasi

Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang ada di perusahaan yang

berkenan dengan masalah yang diteliti, seperti dokumen mengenai sejarah

perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan sebagainya

yang menunjang penelitian.

b. Studi Literatur

Yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku-buku, makalah

dan skripsi untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori

dan konsep yang sedang dibahas, yaitu tentang store atmosphere dan

keputusan pembelian konsumen.

3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis

3.2.5.1 Metode Analisis

Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Dimana responden mengisi sendiri kuesioner tersebut dengan menggunakan skala

likert (lima skala), yaitu 5, 4, 3, 2, 1. Menurut Sugiyono (2000:86), skala likert

(50)

kelompok orang tentang fenomena sosial, maka kesungguhan responden dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam

penelitian. Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sosial sangat

ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang dipakai valid

dan atau tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang dilakukan tidak akan

menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Dalam mengatasi hal tersebut diperlukan dua macam pengujian, yaitu uji

validitas ( test of validity ) dan uji keandalan ( test of reliability ). Jika validitas

dan reliabilitas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan

kesimpulan ataupun dalam memberi alasan terhadap hubungan-hubungan antar

variabel, bahkan secara luas validitas dan reliabilitas mencakup mutu seluruh

proses pengambilan data sejak konsep disiapkan sampai data siap untuk dianalisis.

Adapun dua macam pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

3.2.5.1.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Validitas alat pengumpulan (pengukuran) data

menunjukkan kesesuaian atau kecocokkan antara alat ukur dengan apa yang

diukur (Umi Narimawati, 2008:22).

Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang

ingin di ukur, atau sejauh mana alat ukur yang digunakan mengenai sasaran.

Semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat tersebut semakin mengenai pada

sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Hal ini

(51)

yang tidak valid, dengan mengkonsultasikan data tersebut dengan tingkat

signifikan r kritis = 0,3, apabila alat ukur tersebut berada <

Gambar

Gambar 1.2 Model Kerangka Pemikiran
Tabel 2.1
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Keputusan Pembelian Konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep penyutradaraan dalam dokumenter ini lebih pada penggunaan bentuk potret yang dipilih pada objek, karena dokumenter ini akan bercerita tentang segala

Kontribusi dari penambahan jumlah wajib pajak orang pribadi baru hasil kegiatan ekstensifikasi pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi KPP Pratama Kepanjen yaitu

Dengan demikian kon fi gurasi politik da- lam pemberantasan tindak pidana korupsi lebih baik dan meningkat dibanding- kan dengan kon fi gurasi politik dalam era orde lama dan orde

Sebagai perbandingan bangunan fasilitas cottage, ada beberapa kawasan wisata dengan fasilitas akomodasinya yang memanfaatkan lingkungan sekitarnya sehingga fasilitas wisata

Metode penghampiran Hartree-Fock digunakan untuk mencari fungsi-fungsi gelombang stasioner yang akan digunakan untuk menghitung tenaga total, kerapatan, potensial Fock, nilai

Metro sebagai ruang terbuka publik Metode deskriptif 7 Desti Rahmiati , Bambang Setioko, Gagoek Hardiman, 2013, Universitas Bandar Lampung Pengaruh Perubahan Fungsi

(1) Wakapolres sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b merupakan unsur pimpinan Polres yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolres..

Peneliti mengambil jeruk nipis sebagai insektisida nabati dalam membasmi kumbang beras karena berdasarkan penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa daun, kulit, biji,