• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN PUHPELEM KAB PASCA PEMEKARAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KABUPATEN WONOGIRI WILAYAH TAHUN 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN PUHPELEM KAB PASCA PEMEKARAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KABUPATEN WONOGIRI WILAYAH TAHUN 2002"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

DI KECAMATA

PASCA PE

UNI

TAN PUHPELEM KABUPATEN W

PEMEKARAN WILAYAH TAHUN

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang

oleh

Fajar Tri Kuncoro

3211409006

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

NIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

WONOGIRI

UN 2002

(2)

S

DI KECAMATA

PASCA PE

UNI

i

STUDI PELAYANAN PUBLIK

TAN PUHPELEM KABUPATEN W

PEMEKARAN WILAYAH TAHUN

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang

oleh

Fajar Tri Kuncoro

3211409006

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

NIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

WONOGIRI

UN 2002

(3)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Rahma Hayati, S.Si., M.Si. Ariyani Indrayati, S.Si., M.Sc. NIP. 197206241998032003 NIP. 197806132005012005

Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi

(4)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Drs. Saptono Putro, M.Si. NIP. 196209281990031002

Penguji I Penguji II

Rahma Hayati, S.Si., M.Si. Ariyani Indrayati, S.Si, M.Sc. NIP. 197206241998032003 NIP. 197806132005012005

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dr. Subagyo, M.Pd.

(5)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2013

Fajar Tri Kuncoro

(6)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Lihatlah pada proses, bukan pada hasilnya (Penulis)

Semakin kita berkeringat banyak di masa damai, semakin kita berdarah sedikit di masa perang (Mario Teguh)

Man Jadda Wa Jada - Siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan berhasil (Peribahasa Arab)

Teruntuk Orangtuaku,

Kakak-kakakku,

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat juga tuntunan-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pelayanan Publik di Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri Pasca Pemekaran Wilayah Tahun 2002”. Doa, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. sebagai Ketua Jurusan Geografi.

4. Drs. Saptono Putro, M.Si. sebagai penguji utama, terimakasih atas saran dan bimbingannya yang telah diberikan.

5. Rahma Hayati, S.Si., M.Si. sebagai dosen pembimbing I yang telah membimbing dan meluangkan waktu sampai terselesaikannya skripsi ini. 6. Ariyani Indrayati, S.Si., M.Sc. sebagai dosen pembimbing II yang telah

membimbing dan meluangkan waktu sampai terselesaikannya skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu dosen, terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan

selama ini.

(8)

vii

9. Masyarakat pengguna pelayanan KK/KTP yang telah membantu dalam pengumpulan data penelitian.

10. Teman-teman yang membantu proses penelitian, Adimas dan Yopi yang telah sudi menemani selama di lapangan.

11. Bapak Padmono, Ibu Sukati, Mbak Wuri, Mas Nug dan partner spesial yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doa dukungannya yang tak henti-hentinya.

12. Teman-teman geografi 2009 (khususnya Doli, Indah, Luqman, Pepi, Puji, Rima, dan Vina), adik-adik angkatan, dan teman-teman Kos Rimba yang selalu memberikan motivasi, bantuan, dan kebersamaannya.

13. Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini memberikan manfaat dan kontribusi dalam bidang geografi pada khusunya dan semua pihak pada umumnya.

Semarang, Agustus 2013

(9)

viii

SARI

Kuncoro, Fajar Tri. 2013. Studi Pelayanan Publik di Kecamatan Puhpelem

Kabupaten Wonogiri Pasca Pemekaran Wilayah Tahun 2002. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Rahma Hayati, S.Si., M.Si., Pembimbing II: Ariyani Indrayati, S.Si., M.Sc.

Kata kunci: aksesibilitas wilayah; indeks kepuasan masyarakat; kinerja

pelayanan KK/KTP; pelayanan KK/KTP

Pelayanan publik termasuk pula pelayanan KK/KTP yang prima, merupakan ekspektasi masyarakat pelanggan pelayanan tersebut, terlebih pada daerah otonom baru hasil pemekaran wilayah. Namun, masih dijumpai permasalahan kualitas pelayanan publik yang masih rendah. Sistem dan prosedur yang berbelit-belit serta kelambanan sumberdaya manusia dalam melayani masyarakat menjadi sorotan tersendiri terhadap pemerintahan daerah otonom baru. Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan publik berupa pelayanan KK/KTP pasca pemekaran wilayah, (2) mengetahui tingkat kinerja pelayanan KK/KTP pasca pemekaran wilayah, dan (3) mengetahui indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KK/KTP pasca pemekaran tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat dengan umur lebih dari 17 tahun yang pernah mengurus KK/KTP di Kecamatan Puhpelem. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana sejumlah 150 responden. Pengukuran aksesibilitas dilakukan dengan membandingkan unsur jarak, waktu, dan biaya tempuh untuk menuju daerah induk dan daerah otonom baru. Penilaian kinerja pelayanan dilakukan dengan metode silang responden yaitu penilaian antar teman sejawat untuk selanjutnya dianalisis dengan analisis domain dan analisis Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Data diambil dengan melakukan pengukuran fisik dan menggunakan kuesioner panduan wawancara dan angket.

(10)

ix

1.5. Batasan Operasional Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Konsep Aksesibilitas ... 9

2.2. Konsep Kinerja ... 12

2.3. Penilaian dan Pengukuran Kinerja ... 15

2.4. Konsep Pelayanan Publik ... 18

2.5. Indeks Kepuasan Masyarakat ... 23

2.6. Diagram Alir Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Pendekatan Penelitian ... 29

3.2. Obyek dan Lokasi Penelitian ... 29

3.3. Variabel Penelitian ... 29

3.4. Sumber Data Penelitian ... 32

3.5.Teknik Pengumpulan Data ... 32

(11)

x

3.7. Teknik Analisis Data ... 36

3.8. Sistematika Penulisan ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Hasil Penelitian ... 45

4.1.1. Gambaran Umum Wilayah ... 45

4.1.1.1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Puhpelem ... 45

4.1.1.2. Kondisi Geografis ... 51

4.1.1.3. Kondisi Demografi ... 54

4.1.1.4. Kondisi Sosial ... 57

4.1.1.5. Kondisi Pemerintahan ... 60

4.1.1.6. Kondisi Infrastruktur Jalan ... 61

4.1.2. Profil Responden Pelanggan Pelayanan KK/KTP ... 66

4.1.3. Pengukuran Aksesibilitas ... 69

4.1.4. Kinerja Pelayanan Administrasi Dasar KK/KTP ... 72

4.1.5. Penilaian Masyarakat Terhadap Pelayanan KK/KTP ... 83

4.2. Pembahasan ... 88

4.2.1. Tingkat Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Pelayanan KK/KTP Pasca Pemekaran Wilayah ... 88

4.2.2. Tingkat Kinerja Pelayanan KK/KTP Pasca Pemekaran Wilayah .... 91

4.2.3. Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan KK/KTP ... 93

BAB V PENUTUP ... 96

5.1.Simpulan ... 96

5.2. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu

Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan ... 41

3.2. Tujuan Penelitian, Variabel, Teknik Perolehan Data, Sumber Data dan Teknik Analisis Data ... 43

4.1. Luas Wilayah dan Ketinggian Tiap Desa/Kelurahan ... 53

4.2. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Lahan ... 53

4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Desa/Kelurahan ... 54

4.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 55

4.5. Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Desa/Kelurahan ... 56

4.6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 57

4.7. Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan ... 58

4.8. Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan ... 59

4.9. Jumlah Pegawai di Kecamatan Puhpelem Berdasarkan Jenis Kelamin 61 4.10. Jumlah Responden Pelanggan Pelayanan KK/KTP Menurut Kelompok Umur ... 66

4.11. Jumlah Responden Pelanggan Pelayanan KK/KTP Menurut Jenis Kelamin ... 67

4.12. Jumlah Responden Pelanggan Pelayanan KK/KTP Menurut Pendidikannya ... 67

4.13. Jumlah Responden Pelanggan Pelayanan KK/KTP Menurut Mata Pencahariannya ... 68

4.14. Aksesibilitas Desa-desa ke Kantor Kecamatan Bulukerto ... 70

4.15. Aksesibilitas Desa-desa ke Kantor Kecamatan Puhpelem ... 71

4.16. Penghematan Jarak, Waktu, Biaya Tempuh Menuju Kantor Kecamatan Bulukerto-Kecamatan Puhpelem ... 72

4.17. Analisis Domain Kinerja Pelayanan KK/KTP ... 78

4.18. Jumlah Responden Tiap Desa/Kelurahan ... 84

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Dimensi Kinerja ... 13

2.2. Diagram Alir Penelitian ... 28

4.1. Peta Wilayah Daerah Induk Pra Pemekaran Wilayah ... 47

4.2. Peta Wilayah Daerah Otonom Baru Pasca Pemekaran Wilayah ... 49

4.3. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Puhpelem ... 50

4.4. Kenampakan Daerah Perbukitan dan Berbukit ... 52

4.5. Infrastruktur Jalan Aspal ... 62

4.6. Infrastruktur Jalan Beton ... 63

4.7. Infrastruktur Jalan Makadam ... 63

4.8. Infrastruktur Jalan Campuran Beton dan Makadam ... 64

4.9. Infrastruktur Jalan Rusak ... 65

4.10. Pengukuran Jarak, Waktu, dan Biaya Tempuh ... 69

4.11. Loket Pendaftaran Pengurusan KK/KTP ... 73

4.12. Informasi Prosedur Pengurusan KTP ... 74

4.13. Informasi Prosedur Pengurusan KK ... 75

4.14. Proses Wawancara Dengan Petugas Pelayanan KK/KTP ... 76

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ... 99

2. Rekapitulasi Data Profil Responden ... 107

3. Pengolahan Data Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) ... 112

4. Daftar Responden Indeks Kepuasan Masyarakat ... 117

5. Perda No. 3/2002 Tentang Pembentukan Kecamatan Dalam Kabupaten Wonogiri ... 121

6. Berkas Surat Ijin Penelitian ... 144

(15)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemekaran wilayah terjadi pada suatu wilayah administratif yang disebut dengan daerah induk yang mengalami pemekaran sehingga menghasilkan daerah otonom baru. Dorongan akan terjadinya pemekaran tersebut dapat mengemuka salah satunya karena jauhnya pusat pelayanan publik oleh masyarakat setempat. Sehingga, jika hal itu permasalahannya maka tindakan untuk memekarkan suatu wilayah berpotensi untuk dilakukan. Namun, apakah tujuan dari pemekaran wilayah itu sendiri untuk mendekatkan pelayanan publik ke tengah-tengah masyarakat dapat tercapai?

(16)

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada tahun 2008, BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) mengeluarkan sebuah hasil riset yang dilangsir atas kerjasamanya dengan United Nations Development Programme (UNDP) tentang “Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah” bahwa hampir menyeluruh kawasan pemekaran secara administratif di Indonesia, kecuali di Pulau Jawa dalam kurun waktu 5 tahun, Daerah Otonom Baru (DOB) secara kinerja pelayanan publik masih berada di bawah daerah Induk dan daerah Kontrol (Tarigan, 2010: 25).

Rilis terbaru “Evaluasi Kinerja Penyelenggara Pemerintahan Daerah” (EKPPD), Kemendagri, disebutkan ada 6 daerah otonom yang kinerjanya rendah. Permasalahannya terletak pada pengelolaan keuangan daerah yang bermasalah, aparatur daerah yang kurang berkualitas, tata kelola pemerintahan yang tidak transparan dan akuntabel, serta salah satunya kualitas pelayanan publik yang rendah (INA, 25 April 2012: 2).

(17)

pelayanan yang berbelit-belit dan kelambanan sumber daya manusia dalam melayani pelayanan publik tersebut.

Pelayanan publik merupakan hal yang paling mudah untuk mengukur suatu kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi-fungsinya. Semua itu bisa dilihat dari penilaian masyarakat yang dituangkan dalam tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik dari pemerintah setempat. Terlebih, ketika adanya keengganan dari masyarakat untuk berhubungan langsung dengan pemerintah daerah kaitannya dengan urusan pelayanan publik menjadi indikator bahwa kinerja pelayanan publik pemerintah daerah tersebut dapat dikatakan rendah. Menurut Safroni (2012: 15), dalam bidang pelayanan publik, upaya-upaya telah dilakukan dengan menetapkan standar pelayanan publik untuk mewujudkan pelayanan yang cepat, tepat, murah, dan transparan. Namun pada kenyataannya upaya tersebut belum banyak dinikmati masyarakat. Hal tersebut terkait dengan pelaksanaan sistem dan prosedur pelayanan yang kurang efektif, berbelit-belit, lamban, tidak merespon kepentingan pelanggan, dan lain-lain.

(18)

Logikanya, dengan adanya pemekaran wilayah, maka akses terhadap pelayanan publik menjadi mudah mengingat didekatkannya pusat pelayanan publik tersebut.

Dalam ilmu geografi, yang menjadi obyek kajiannya adalah atmosfer, hidrosfer, litosfer/pedosfer, biosfer, dan antroposfer. Fenomena geosfer tersebut selanjutnya dilakukan analisis dengan salah satu maupun lebih pendekatan geografi. Pendekatan geografi ini adalah sebagai cara atau metode untuk memecahkan atau menjawab permasalahan atas fenomena-fenomena geosfer tersebut. Di dalam ilmu geografi dikenal dengan 3 pendekatan geografi, yaitu pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional approach).

Pendekatan keruangan akan mencari pola hubungan, distribusi, maupun penyebarannya dalam suatu ruang. Pendekatan kelingkungan memasukkan aspek lingkungan sebagai tempat tinggal manusia dimana di dalamnya terdapat interaksi antar keduanya. Sedangkan, pendekatan kompleks wilayah memiliki ruang lingkup yang lebih luas di mana memasukkan aspek keruangan dan interaksi antara manusia dan lingkungannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan geografi secara keruangan (spatial approach) dan aspek aksesibilitas (keterjangkauan) terhadap lokasi pelayanan publik termasuk dalam pendekatan tersebut.

(19)

tinjauan secara keruangan terhadap keterjangkauan (aksesibilitas) suatu pelayanan publik dengan menitikberatkan pada kemudahan akses pelayanan publik. Selain itu, juga muncul pertanyaan bagaimana kinerja pemerintah daerah setempat dalam melayani pelanggannya, dalam hal ini masyarakat setempat. Sederet penilaian dan tanggapan dari masyarakat mengenai sistem, kualitas, prosedur pelayanan, dan lain sebagainya menjadi salah satu tolok ukur untuk menilai kinerja pemerintah daerah dimana salah satu fungsinya sebagai pelayan publik (public service). Dari paparan di atas, sehingga memunculkan sebuah judul skripsi: Studi Pelayanan Publik di Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri Pasca Pemekaran Wilayah Tahun 2002.

1.2. Perumusan Masalah

Mendasar pada latar belakang di atas, dipaparkan bahwa pemekaran wilayah menjadi suatu agenda yang bisa memberikan ekspektasi bagi masyarakat yang pada akhirnya dapat mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Akan tetapi, di lapangan terkadang ekspektasi tersebut kaitannya dengan pelayanan, baik dari kinerja pemerintah otonom baru maupun dari penilaian publik masih belum seperti apa yang diharapkan walaupun akses terhadap pelayanan publik tersebut sudah didekatkan ke tengah-tengah publik.

(20)

1. Seberapakah tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap lokasi pelayanan publik untuk pelayanan administrasi dasar di Kecamatan Puhpelem pra dan pasca pemekaran wilayah tahun 2002?

2. Bagaimanakah kinerja pelayanan publik untuk pelayanan administrasi dasar pada tahun 2012 di daerah tersebut pasca pemekaran?

3. Seberapakah tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik untuk pelayanan administrasi dasar di daerah tersebut semenjak adanya pemekaran tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Setelah dirumuskannya masalah penelitian, tentu saja ada hal yang akan dicapai atas problematik penelitan, ada jawaban yang diharapkan, untuk selanjutnya dapat didapatkan suatu simpulan atas problematik penelitian tersebut. Hal yang akan dicapai atau diharapkan tersebut tertuang dalam tujuan penelitian yang beranjak dari suatu problematik penelitian yang nantinya dapat disinkronkan untuk mendapatkan sebuah jawaban atas pertanyaan problematik penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Mengetahui tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap lokasi pelayanan publik untuk pelayanan administrasi dasar di Kecamatan Puhpelem jika dibandingkan dengan daerah Induk pra dan pasca pemekaran wilayah tahun 2002.

(21)

3. Mengetahui indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik untuk pelayanan administrasi dasar di daerah tersebut pasca pemekaran tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat atau kegunaan penelitian merupakan rumusan atas kelanjutan suatu tujuan penelitian. Harapannya setelah selesai diadakannya penelitian dan diperoleh hasil yang dicapai, seorang peneliti dapat menyumbangkan hasil itu khususnya kepada bidang pengetahuan yang digeluti demi kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan diketahui tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian dapat dikategorikan menjadi 2 manfaat, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut.

1. Manfaat secara teoritis, dapat dijadikan sebagai salah satu wahana dalam pengembangan ilmu pengetahuan geografi dalam bidang pengembangan wilayah, khususnya pemekaran wilayah.

2. Manfaat secara praktis, dapat dijadikan sebagai teknik evaluasi pemekaran wilayah dilihat dari tingkat aksesibilitasnya, kinerja pemerintah daerahnya, dan penilaian kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik atas daerah otonom baru.

1.5. Batasan Operasional Penelitian

(22)

1. Dalam hal aksesibilitas pelayanan publik, yang dimaksud adalah tingkat kemudahan akses menuju lokasi pelayanan publik (Kantor Kecamatan Puhpelem) untuk pelayanan administrasi dasar pasca pemekaran dilihat dari aspek jarak, waktu, dan biaya tempuh jika dibandingkan sebelum terjadi pemekaran.

2. Kinerja adalah kinerja pelayanan publik sebagai suatu output, yang berarti hasil kerja yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah otonom baru dalam menjalankan tugasnya sebagai public service pasca terjadinya pemekaran wilayah tahun 2002 dengan melakukan penelitian tersebut pada tahun 2012. 3. Pelayanan publik adalah pelayanan administrasi dasar yang diberikan kepada

masyarakat berupa pelayanan KK dan KTP.

(23)

9

Kajian pustaka atau dapat disebut kajian literatur merupakan bagian dari kegiatan penelitian sebagai sebuah proses mencari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka dapat menjadi pintu yang dapat membantu untuk memecahkan atas problematik penelitian. Selain itu, dapat juga dijadikan dasar dalam memunculkan argumentasi, perkiraan ataupun dugaan sementara tentang hasil suatu penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil pustaka atau literatur mengenai konsep aksesibilitas, kinerja, pelayanan publik, dan indeks kepuasan masyarakat sebagai berikut.

2.1. Konsep Aksesibilitas

Konsep aksesibilitas dapat dikatakan sebagai suatu keterjangkauan terhadap suatu lokasi jika dilihat dari tingkat kemudahannya pada suatu wilayah. Sehingga, suatu aksesibilitas erat kaitannya dengan kemudahan terhadap akses. Menurut Black (1981) dalam Miro (2005: 18), mendefinisikan aksesibilitas sebagai berikut.

(24)

kota, akan mudah dihubungkan oleh penyediaan prasarana atau sarana angkutan.

2. Aksesibilitas dihubungkan dengan mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya.

Pandangan lain mengenai konsep aksesibilitas oleh Tamin (1997) dalam Miro (2005: 18), dikemukakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kemudahan dan kenyamaman mengenai cara lokasi petak (tata) guna lahan yang saling berpencar, dapat berinteraksi (berhubungan) satu sama lain. Mudah atau sulitnya lokasi-lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasinya, merupakan hal yang sangat subyektif, kualitatif, dan relatif sifatnya, yang artinya yang mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain. Selain itu, aksesibilitas juga memiliki makna sebagai kemudahan atau kesulitan dalam memperoleh/mencapai fasilitas layanan sosial, ekonomi, transportasi, dan lainnya/kebutuhan dasar (Oktaviana, Sulistio, dan Wicaksono, 2011: 182).

Tingkat aksesibilitas dikatakan rendah ataupun tinggi dapat dilihat dari beberapa faktor, dimana faktor-faktor tersebut sifatnya adalah kuantitatif. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas tersebut, Miro (2005: 19 – 20) mengemukakan sebagai berikut.

(25)

faktor ini juga memperhatikan ada/tidaknya sarana dan prasarana transportasi yang melayaninya untuk melihat tingkat aksesibilitasnya.

2. Faktor waktu tempuh, dimana faktor ini sangat ditentukan oleh ketersediaan prasarana transportasi dan sarana transportasi yang dapat dihandalkan (reliable transportation system).

3. Faktor biaya/ongkos perjalanan, ikut berperan dalam menentukan mudah tidaknya antar dua tempat tujuan untuk dicapai yang dihubungkan dengan sarana dan prasarana transportasi.

4. Faktor intensitas (kepadatan) guna lahan, memiliki makna bahwa padatnya kegiatan pada suatu petak lahan yang telah diisi dengan berbagai macam kegiatan, akan berpengaruh pada dekatnya jarak tempuh berbagai kegiatan tersebut, dan secara tidak langsung, hal tersebut ikut mempertinggi tingkat kemudahan pencapaian tujuan.

5. Faktor pendapatan orang yang melakukan perjalanan, artinya orang akan mudah melakukan perjalanan jika ia didukung oleh kondisi ekonomi yang mapan, walaupun jarak perjalanan secara fisik jauh.

(26)

2.2. Konsep Kinerja

Konsep kinerja berdasarkan terminologinya memiliki macam-macam pengertian. Pengertian tersebut tergantung di mana hal tersebut ditempatkan. Menurut LAN, 1992 (dalam Amins 2012: 41), kinerja yang diterjemahkan dari Kosakata Bahasa Inggris performance, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja, atau penampilan kerja. Pengertian tentang kinerja lainnya menurut para ahli dalam Amins (2012: 41 – 42) adalah sebagai berikut.

1. Menurut Gibson et. al. (1997), dikatakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Batasan tersebut mengandung makna bahwa kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

2. Menurut Rivai dan Basri (2005), bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama.

3. Menurut Wittaker (1997), kinerja juga merupakan alat ukur manajemen yang digunakan untuk menilai tingkat pertanggungjawaban seseorang dalam melakukan tugasnya.

(27)

Sementara menurut Robbins dalam Rivai dan Basri (2005), mengemukakan tentang dimensi kinerja sebagai fungsi interaksi kemampuan atau

ability (A), motivasi atau motivation (M), dan kesempatan atau opportunity (O), dan secara matematis dinyatakan Kinerja = f (A x M x O), yang artinya kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan (Amins, 2012: 42).

Ability (A) adalah kemampuan untuk menetapkan dan atau melaksanakan suatu sistem pemanfaatan sumber daya dan teknologi secara efektif dan efisien guna mencapai hasil yang optimal. Motivation (M) adalah keinginan dan kesungguhan seorang pekerja untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Opportunity (O) adalah kesempatan yang dimiliki oleh karyawan secara individu dalam mengerjakan, memanfaatkan waktu dan peluang untuk mencapai hasil tertentu.

Gambar 2.1. Dimensi Kinerja (Rivai dan Basri (2005) dalam Amins, 2012: 43) Suatu kinerja juga berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, namun juga dipengaruhi keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu. Ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Gibson et. al., 1995

KEMAMPUAN

MOTIVASI

KINERJA

(28)

(dalam Amins, 2012: 44 – 45) dengan model partner-lawyernya. Bahwa suatu kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor: 1) harapan mengenai imbalan; 2) dorongan; 3) kemampuan, kebutuhan dan sifat; 4) persepsi terhadap tugas; 5) imbalan internal dan eksternal; (6) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan tiga hal, yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan, dan (3) lingkungan. Dikaitkan dengan peran individu dalam organisasi, kinerja adalah serangkaian perilaku atau kegiatan individu yang sesuai dengan harapan atau keinginan organisasi tempat ia bekerja (Arnold dan Feldman, 1986 dalam Amins, 2012: 45).

Menurut Amins (2012: 47), berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan kinerja adalah sebagai ekspresi potensi berupa perilaku atau cara seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan suatu kegiatan atau tugas sehingga menghasilkan suatu produk yang merupakan wujud dari semua tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang diberikan kepadanya. Oleh sebab itu, kinerja dapat diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu perilaku dalam melaksanakan tugas, kegiatan atau cara untuk menghasilkan suatu hasil kerja, dan hasil kerja itu sendiri. Dengan kata lain, dapat dikatakan kinerja merupakan hasil, baik kuantitas maupun kualitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya.

(29)

2.3. Penilaian dan Pengukuran Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan suatu proses yang dilakukan secara sistematis terhadap kinerja pegawai atau sumberdaya manusia berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan atau dibebankan kepada mereka. Termasuk di dalamnya mencakup penilaian terhadap seluruh kegiatan program dan proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, penilaian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor penting guna mengembangkan organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program penilaian prestasi kerja (Amins, 2012: 91).

Menurut Ivancevich, 2007 (dalam Amins, 2012: 91), penilaian kinerja merupakan aktivitas yang digunakan untuk menentukan pada tingkat mana seorang pekerja (dalam hal ini aparatur pemerintah) menyelesaikan pekerjaannya secara efektif (performance evaluation is the activity used to determine the extent to which an employee performs work activity). Implikasinya adalah penilaian kinerja terhadap pekerjaan pegawai diperlukan agar perilaku mereka dapat diarahkan guna melakukan pekerjaan dengan baik sehingga tercapailah tujuan organisasi.

(30)

1. berkaitan langsung dengan tugas orang tersebut dan mengukur kemampuannya dalam melaksanakan tugas;

2. lengkap, karena mengukur semua aspek yang penting;

3. bersifat obyektif, karena benar-benar mengukur kinerja tugasnya; 4. berdasarkan standar kinerja yang diinginkan;

5. didesain untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan seseorang dan selanjutnya menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi dan bagaimana mengatasinya.

Sedangkan menurut Hodgetts dan Kuratko, 1988 (dalam Amins, 2012: 96), menyatakan bahwa dimensi untuk melakukan penilaian kinerja pegawai adalah kuantitas pekerjaan (quantity of work), kualitas pekerjaan (quality of work), pengetahuan kerja (job knowledge), kreativitas (creativeness), kerjasama (cooperation), kemandirian (dependability), inisiatif (initiative), dan kualitas pribadi (personal qualities). Untuk selanjutnya, dimensi-dimensi tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a) Quantity of work adalah jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

(31)

c) Job knowledge adalah kejelasan pemahaman atau luasnya pengetahuan karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan dan keterampilan.

d) Creativeness adalah keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

e) Cooperation adalah kesediaan pegawai untuk melakukan kerjasama dengan orang lain atau sesama anggota dari organisasi.

f) Dependability adalah kesadaran yang dapat dipercaya pegawai dalam hak kehadiran, kesungguhan, kebersamaan dalam penyelesaian pekerjaan.

g) Initiative adalah semangat pegawai untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya.

h) Personal qualities adalah menyangkut kepribadian, keramahtamahan, kepemimpinan, dan integrasi pribadi.

(32)

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja kegiatan yang dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja yang diperoleh melalui data internal yang ditetapkan oleh instansi maupun data eksternal yang berasal dari luar instansi. Pengukuran kinerja mencakup kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok indikator-indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen rencana kerja. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan (Amins, 2012: 98).

2.4. Konsep Pelayanan Publik

(33)

instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, lembaga instansi pemerintah dan dunia usaha, yang menerima pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik.

Definisi pelayanan publik lainnya menurut KEPMENPAN No. 63 Tahun 2003 (dalam Safroni, 2012: 51), bahwa pelayanan publik diselenggarakan untuk pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintahan sebagai abdi masyarakat. Pelayanan publik prima dapat dinilai dari proses dan produk layanannya. Aspek proses meliputi SDM aparatur, mekanisme serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses. Sedangkan aspek produk layanan menyangkut jenis, kualitas, dan kuantitas produk layanan (Safroni, 2012: 50 – 51).

(34)

1. Jenis Pelayanan Administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat Kepemilikan/Penguasaan Tanah, dan sebagainya.

2. Jenis Pelayanan Barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan sebagainya.

3. Jenis Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos, dan sebagainya.

(35)

Selain jenis pelayanan publik, terdapat pula asas pelayanan publik, prinsip pelayanan publik, dan standar pelayanan publik berdasarkan KEPMENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003. Asas pelayanan publik tersebut adalah sebagai berikut:

a) transparansi, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;

b) akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c) kondisional, yaitu sesuai dengan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tahap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas; d) partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;

e) keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

f) kesamaan hak, yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi;

Prinsip pelayanan publik dapat dijabarkan sebagai berikut:

(36)

b) kejelasan, yaitu meliputi kejelasan persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik, unit kerja/pejabat publik, dan rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayarannya;

c) kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;

d) akurasi, yaitu produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah; e) keamanan, yaitu proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman

dan kepastian hukum;

f) tanggungjawab, yaitu pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam melaksanakan pelayanan publik;

g) kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekmounikasi dan informatika (telematika);

h) kemudahan akses, yaitu tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika;

i) kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan, yaitu pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan yang ikhlas;

(37)

serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

Sedangkan standar pelayanan publik dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) prosedur pelayanan, yaitu prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan;

b) waktu penyelesaian, yaitu waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan;

c) biaya pelayanan, yaitu biaya/tarif termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan;

d) produk pelayanan, yaitu hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

e) sarana dan prasarana, yaitu penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik;

f) kompetensi petugas pemberi pelayanan, yaitu kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

2.5. Indeks Kepuasan Masyarakat

(38)

memperoleh pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Untuk selanjutnya dijelaskan bahwa kepuasan pelanggan (masyarakat) adalah hasil pendapat dan penilaian masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh aparatur penyelenggara pelayanan publik.

Di dalam IKM terdapat unsur-unsur pelayanan publik dimana sebagai faktor atau aspek yang terdapat dalam penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat sebagai variabel penyusunan indeks kepuasan masyarakat untuk mengetahui kinerja unit pelayanan. Unsur-unsur tersebut sebagaiamana tertuang dalam KEPMENPAN No. 25/KEP/M. PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, adalah sebagai berikut:

a) prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;

b) persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrasi yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya; c) kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggungjawabnya);

d) kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

(39)

f) kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;

g) kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;

h) keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;

i) kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati;

j) kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;

k) kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;

l) kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

m) kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;

(40)

2.6. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian merupakan alur atau langkah-langkah dalam penelitian yang berisi simbol-simbol sebagai kerangka penelitian yang menggambarkan bagaimana penelitian tersebut akan dilakukan/dilaksanakan. Dalam penelitian yang bertemakan studi pelayanan publik pasca pemekaran di Kecamatan Puhpelem ini, terdapat 3 hal yang akan diteliti, yakni mengenai tingkat aksesibilitas terhadap pusat pelayanan publik untuk pelayanan administrasi dasar, kinerja pelayanan publik untuk pelayanan tersebut, dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan tersebut.

(41)
(42)
(43)

29

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa angka, untuk selanjutnya dilakukan olah data dan dianalisis guna untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah di balik angka-angka tersebut (Martono, 2011: 20). Sedangkan, metode survei adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan. Variabel yang dikumpulkan dapat bersifat fisik maupun sosial (Tika, 2005: 6).

3.2. Obyek dan Lokasi Penelitian

Obyek pada penelitian ini adalah aksesibilitas pelayanan publik, kinerja pelayanan publik pada pemerintahan otonom baru, dan pelanggan (masyarakat) yang dilayaninya. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Puhpelem, yang menjadi daerah otonom baru atas pemekaran wilayah Induk Kecamatan Bulukerto.

3.3. Variabel Penelitian

(44)

Pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemudahan akses (aksesibilitas) pelayanan publik, tingkat kinerja pelayanan publik pada daerah otonom baru dari tingkat pelayananannya yang telah diberikan kepada pelanggan (masyarakat) dan melakukan analisis indeks kepuasan masyarakat atas pelayanan daerah otonom baru setempat yang telah diterima pelanggan (masyarakat).

1. Variabel analisis tingkat aksesibilitas pelayanan publik a) Jarak tempuh (range) (km)

b) Waktu tempuh (time) (jam) c) Biaya tempuh (cost) (rupiah)

2. Variabel analisis tingkat kinerja pelayanan publik

(45)

3. Variabel Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam KEPMENPAN No. 25/KEP/M. PAN/2/2004, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid, dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut.

1) Prosedur pelayanan 2) Persyaratan pelayanan 3) Kejelasan petugas pelayanan 4) Kedisiplinan petugas pelayanan 5) Tanggungjawab petugas pelayanan 6) Kemampuan petugas pelayanan 7) Kecepatan pelayanan

(46)

3.4. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah subyek dari mana obyek dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam dua kategori sebagai berikut.

1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung dari obyek penelitian, baik melalui observasi lapangan maupun kuesioner/angket atau wawancara langsung dengan responden dalam hal ini adalah Pemda sebagai pihak pemberi pelayanan dan pelanggan (masyarakat) setempat sebagai pihak yang dilayani yang berkaitan dengan pelayanan publik di Kecamatan Puhpelem. 2. Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau

literatur yang dipublikasikan dalam lingkup Pemda setempat.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu bagian yang penting dalam penelitian adalah diperoleh data akurat, sehingga menghasilkan penelitian yang baik dan ilmiah. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi

(47)

aksesibilitas pelayanan publik. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang jarak, waktu, dan biaya.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2009: 137 – 138). Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data pendukung untuk mencapai tujuan penelitian tentang kinerja pelayanan publik. Wawancara dilakukan kepada petugas pelayanan KK/KTP dan camat setempat di Kecamatan Puhpelem.

3. Angket

(48)

memperoleh data pendukung untuk mencapai tujuan penelitian tentang tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diterimanya.

4. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi tak kalah pentingnya dalam upaya pengumpulan data penelitian. Pada teknik pengumpulan data ini dilakukan pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, notulen, agenda, dan sebagainya. Teknik pemgumpulan data dengan metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data pendukung dalam penelitian tentang studi pelayanan publik secara menyeluruh.

3.6. Penentuan Sampel Penelitian

(49)

terhadap petugas pelayanan tersebut sebagai suatu bentuk cross check di Kecamatan Puhpelem yang berada di unit pelayanan KK dan KTP. Pengambilan sampelnya bersifat sampel jenuh, dimana semua populasi yang berada pada unit pelayanan tersebut dijadikan sampel.

Untuk analisis indeks kepuasan masyarakat, teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik probability sampling dengan menggunakan metode simple random sampling. Teknik probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan metode

simple random sampling adalah metode penentuan sampel dengan mengambil anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan adanya strata. Peneliti menggunakan metode tersebut dikarenakan 2 alasan, yakni keterbatasan data dan bertumpu pada filosofi pelayanan publik di mana semua orang berhak mendapatkan pelayanan tersebut.

(50)

adalah sebanyak 150 responden dari keseluruhan jumlah populasi, mengacu pada KEPMEN No. 25/KEP/M. PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Dasar perhitungan jumlah responden tersebut adalah sebagai berikut.

(Jumlah unsur pelayanan + 1) x 10 = jumlah responden

(14+1) x 10 = 150 responden

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini terdapat 3 tahapan teknik analisis, yakni teknik analisis terhadap tingkat aksesibilitas pelayanan publik, tingkat kinerja pelayanan publik dan teknik analisis indeks kepuasan masyarakat.

1. Teknik analisis tingkat aksesibilitas pelayanan publik untuk pelayanan administrasi dasar

(51)

2. Teknik analisis tingkat kinerja pelayanan publik untuk pelayanan administrasi dasar

Teknik analisis yang digunakan dalam analisis kinerja pelayanan administrasi dasar (pelayanan KK/KTP) adalah memakai salah satu model analisis dari Spradley yaitu analisis domain. Dalam Prastowo (2011: 253), dijelaskan bahwa analisis domain adalah langkah analisis yang dilakukan setelah melalui suatu proses dari terjun ke obyek penelitian yang berupa situasi sosial (place, actor, dan activity), kemudian pelaksanaan observasi partisipan, pencatatan hasil observasi dan wawancara, serta melakukan observasi deskriptif. Analisis ini adalah untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial (obyek penelitian) yang diteliti.

Teknik tersebut jika diperlakukan dalam menganalisis kinerja pelayanan yaitu dengan melakukan kategorisasi terhadap ketiga unsur domain yang terdiri dari: cover term, included terms, dan semantic relationship. Cover term di sini adalah nama suatu variabel kinerja pelayanan; included terms adalah nama-nama suatu yang lebih rinci dari variabel yang dinilai; dan yang terakhir adalah mencari hubungan semantik antar variabel tersebut. Mencari hubungan ini merupakan hal yang penting untuk menemukan simpulan secara umum dari berbagai domain tersebut, dalam hal ini adalah variabel kinerja pelayanan KK/KTP).

3. Teknik analisis indeks kepuasan masyarakat (IKM)

(52)

3.1. Tahap Persiapan

a. Penetapan Pelaksanaan

Dalam hal ini penyusunan “Analisis Kinerja Pelayanan Publik Untuk Pelayanan KK/KTP di Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri melalui pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).

b. Penyiapan Bahan 1. Angket

Dalam penyusunan IKM digunakan angket sebagai alat bantu pengumpulan data kepuasan masyarakat penerima pelayanan. Angket disusun berdasarkan tujuan survei terhadap tingkat kepuasan masyarakat. Bentuk angket

sebagaimana terlampir

.

2. Bagian Dari Angket

Bagian-bagian dalam angket telah ditentukan seperti dalam Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004, dimana angket dibagi menjadi 2 (dua) bagian sebagai berikut.

Bagian I : Identitas responden, yang meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan utama.

Bagian II : Mutu pelayanan publik adalah pendapat penerima pelayanan yang memuat kesimpulan atau pendapat responden terhadap unsur-unsur pelayanan yang dinilai.

3. Bentuk Jawaban.

(53)

a) kategori tidak baik, diberi nilai 1; b) kategori kurang baik, diberi nilai 2; c) kategori baik, diberi nilai 3; dan d) kategori sangat baik, diberi nilai 4; 3.2. Penetapan Responden.

Responden dipilih secara acak sederhana yang ditentukan berdasarkan penerima pelayanan dalam cakupan wilayah unit pelayanan. Untuk memenuhi akurasi hasil penyusunan indeks, responden terpilih ditetapkan minimal 150 orang dari jumlah populasi penerima layanan, dengan dasar (“Jumlah unsur” + 1) x 10 = jumlah responden (14 +1) x 10 = 150 responden.

3.3. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data a. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dan obyektif, perlu ditanyakan kepada masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang telah ditetapkan.

b. Pengisian Angket

Dilakukan dengan menyebar angket ke wilayah masyarakat responden dengan menitipkan angket di lingkup tiap-tiap desa/kelurahan melalui kepala desa/lurah.

3.4. Tahap Pengolahan Data a. Metode Pengolahan Data

(54)

masing-masing unsur pelayanan. Dalam penghitungan indeks kepuasan masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama dengan rumus sebagai berikut.

Bobot nilai rata-rata tertimbang = Jumlah bobot/Jumlah unsur

= 1 / 14 = 0,071

Untuk memperoleh nilai IKM unit pelayanan digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut.

IKM = (Total dari nilai persepsi per unsur / Total unsur yang terisi)

x Nilai penimbang

Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 – 100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25, dengan rumus sebagai berikut.

(55)

Tabel 3.1. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu

Data entri dan penghitungan indeks dilakukan dengan program komputer/sistem database. Data Isian angket dari setiap responden dimasukkan ke dalam formulir mulai dari unsur 1 ( U1) sampai dengan unsur 14 (U14). Langkah selanjutnya untuk mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan dan nilai indeks unit pelayanan adalah sebagai berikut.

1. Nilai rata-rata per unsur pelayanan

Nilai masing-masing unsur pelayanan dijumlahkan (kebawah) sesuai dengan jumlah kuesioner yang diisi oleh responden, kemudian untuk mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan, jumlah nilai masing-masing unsur pelayanan dibagi dengan jumlah responden yang mengisi. Untuk mendapatkan nilai rata-rata tertimbang per unsur pelayanan, jumlah nilai rata-rata per unsur pelayanan dikalikan dengan 0,071 sebagai nilai bobot rata-rata tertimbang.

2. Nilai indeks pelayanan

(56)

3.5. Pengujian Kualitas Data.

Data pendapat masyarakat yang telah dimasukkan dalam masing-masing angket, disusun dengan mengkompilasikan data responden yang dihimpun berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan utama. Informasi ini dapat digunakan untuk mengetahui profil responden dan kecenderungan jawaban yang diberikan sebagai bahan analisa obyektivitas.

3.6. Laporan Hasil Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat.

Hasil akhir kegiatan penyusunan IKM pelayanan KK/KTP di Kecamatan Puhpelem ini disusun dengan materi utama sebagai berikut.

a. Indeks Per Unsur Pelayanan.

Berdasarkan hasil penghitungan IKM, jumlah nilai dari setiap unit pelayanan diperoleh dari jumlah nilai rata-rata setiap unsur pelayanan. Sedangkan nilai indeks komposit (gabungan) untuk setiap unit pelayanan, merupakan jumlah nilai rata-rata dari setiap unsur pelayanan, merupakan jumlah nilai rata-rata dari setiap unsur pelayanan dikalikan dengan penimbang yang sama yaitu 0,071.

b. Prioritas Peningkatan Kualitas Pelayanan.

(57)

Tabel 3.2. Tujuan Penelitian, Variabel, Teknik Perolehan Data, Sumber Data, dan Teknik Analisis Data

(58)

3.8.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan memberikan gambaran mengenai isi skripsi yang akan disusun. Isi tersebut terdiri dari 5 bagian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan operasional penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA meliputi konsep aksesibilitas, konsep kinerja, penilaian dan pengukuran kinerja, konsep pelayanan publik, dan indeks kepuasan masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN meliputi pendekatan penelitian, obyek dan lokasi penelitian, variabel penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data

(59)

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Penelitian

Pada bagian sub-bab hasil penelitian ini berisikan informasi temuan lapangan yang dikumpulkan baik dari data primer maupun data sekunder. Selanjutnya, informasi-informasi tersebut disajikan dalam bentuk angka-angka, gambar, maupun tabel untuk dilakukan pembahasan lebih lanjut.

4.1.1. Gambaran Umum Wilayah

Gambaran umum wilayah di sini adalah gambaran kondisi wilayah di Kecamatan Puhpelem baik secara fisik maupun sosial budayanya berdasarkan temuan di lapangan. Kondisi tersebut meliputi sejarah terbentuknya kecamatan, kondisi geografis, kondisi demografi, kondisi sosial, kondisi pemerintahan, dan kondisi infrastruktur jalan.

4.1.1.1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Puhpelem

Kecamatan Puhpelem merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran dari daerah induknya yakni Kecamatan Bulukerto. Kata “Puhpelem” berdasarkan informasi camat setempat diambil dari nama pohon mangga (dalam Jawa disebut

(60)

Saat sebelum terjadinya pemekaran wilayah, Kecamatan Puhpelem telah menjadi kecamatan pembantu Bulukerto, artinya pada saat itu sudah terdapat kantor pemerintahannya. Pembahasan soal usulan akan dibentuknya kecamatan baru melalui pemekaran wilayah ini menurut Bapak Agung Rahmat salah satu pegawai kantor Kecamatan Puhpelem saat diwawancarai mengatakan, bahwa hal tersebut sudah mengemuka sejak tahun 1980. Usulan tersebut berakar dari aspirasi masyarakat yang merasa adanya jarak yang jauh untuk menuju pusat pelayanan publik.

(61)
(62)

Sementara itu, Camat Puhpelem, Bapak Agus Hendradi mengatakan, bahwa dengan melihat jauhnya akses ke pusat pelayanan publik ditambah adanya aspek pendukung seperti terdapatnya kantor pemerintahan, jumlah penduduk yang cukup, luas wilayah yang cukup luas, adanya pasar untuk aktivitas perekonomian, dan ketersediaan sarana dan prasarana, maka pembentukan kecamatan baru sebagai daerah otonom baru hasil dari pemekaran wilayah memang tepat untuk diusulkan pada saat itu. Untuk selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai adanya pemekaran wilayah ini di tingkat DPRD.

Dasar hukum mengenai pembentukan Kecamatan Puhpelem adalah Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kecamatan Dalam Kabupaten Wonogiri (lihat di lampiran 5). Di dalam inkrah Perda tersebut diinformasikan bahwa terdapat penambahan kecamatan di Kabupaten Wonogiri yakni Kecamatan Puhpelem yang sebelumnya menjadi Kantor Pembantu Bulukerto (Pasal 2). Perda tersebut disahkan dan berlaku pada tanggal 27 Maret 2002. Tetapi, peresmian terbentuknya Kecamatan Puhpelem yaitu pada tanggal 2

(63)
(64)

Pada Gambar 4.2. di atas adalah peta wilayah daerah otonom baru yakni Kecamatan Puhpelem yang terbentuk pada tahun 2002 hasil dari pemekaran daerah induk Kecamatan Bulukerto. Pasca terjadinya pemekaran wilayah, Kecamatan Bulukerto secara administratif memiliki 10 desa/kelurahan dan Kecamatan Puhpelem memiliki 6 desa/kelurahan. Keenam desa/kelurahan tersebut adalah Desa Golo, Desa Sukorejo, Desa Tengger, Desa Nguneng, Kelurahan Giriharjo, dan Desa Puhpelem.

Sumber: Dokumentasi Lapangan, 26 Juni 2013

Gambar 4.3. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Puhpelem

Gambar 4.3. di atas adalah struktur organisasi kantor Kecamatan Puhpelem yang diambil melalui dokumentasi lapangan pada tanggal 26 Juni 2013. Secara struktural, kantor Kecamatan Puhpelem dipimpin oleh seorang camat yaitu Bapak Agus Hendradi yang dibantu oleh Bapak Bahari selaku sekretaris camat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kantor ini memiliki 4 seksi yaitu seksi tata pemerintahan, ketentraman dan ketertiban umum, pemberdayaan masyarakat dan desa, dan seksi kesejahteraan rakyat.

CAMAT

SEKCAM

KASUBAG

KASUBAG KASUBAG

KASI KASI KASI KASI

(65)

4.1.1.2. Kondisi Geografis

Kecamatan Puhpelem merupakan daerah otonom baru atas pemekaran wilayah daerah induk yaitu Kecamatan Bulukerto. Wilayah ini berada pada 07º42’ LS - 07º48’ LS dan 111º10’ BT - 111º15’ BT (dalam google maps). Dalam Kecamatan Bulukerto Dalam Angka 2012, Kecamatan Bulukerto merupakan daerah yang terletak di daerah pegunungan dan bebatuan yang memiliki luas daerah 4125,32 Ha. Secara administrasi, kecamatan induk ini memiliki 10 desa/kelurahan pasca terjadinya pemekaran wilayah. Kecamatan Bulukerto memiliki batas-batas wilayah, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magetan (Propinsi Jawa Timur), sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Purwantoro, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Slogohimo, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Puhpelem.

Kecamatan Puhpelem merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Secara geografis, wilayah ini berada pada koordinat 07º43’ LS - 07º48’ LS dan 111º12’ BT - 111º18’ BT (lihat di gambar 4.2.). Kecamatan Puhpelem terletak di ujung timur laut Kabupaten Wonogiri dengan kenampakan pegunungan dan berbukit-bukit dan bertanah subur yang cocok untuk pertanian baik lahan sawah maupun lahan tegalnya. Sebagian wilayahnya merupakan daerah yang berbatu dan hutan negara. Kecamatan Puhpelem memiliki batas wilayah sebagai berikut:

sebelah utara : Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur; sebelah selatan : Kecamatan Purwantoro;

sebelah barat : Kecamatan Bulukerto; dan

(66)

Sumber: Dokumentasi Lapangan, 21 Juni 2013

Gambar 4.4. Kenampakan Daerah Pertanian dan Berbukit di Kecamatan Puhpelem

(67)

Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Ketinggian Tiap Desa/Kelurahan

No. Desa/Kelurahan Luas Wilayah

(Ha)

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Puhpelem 2012

Sedangkan jenis penggunaan lahan di Kecamatan Puhpelem sebagian besar adalah bangunan/pekarangan, dengan luas penggunaan lahan tanah sawah 363,95 Ha, tanah tegalan 825,96 Ha, bangunan dan pekarangan 1.515,32 Ha, hutan 213,95 Ha, dan lainnya 242,37 Ha. Informasi tersebut selanjutnya disajikan dalam Tabel 4.2. sebagai berikut.

Tabel 4.2. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Lahan

No. Desa/Kelurahan Luas (Ha) %

1 Sawah 363,95 11,51

2 Bangunan/pekarangan 1.515,32 47,93

3 Tegalan 825,96 26,13

4 Hutan 213,95 6,77

5 Lainnya 242,37 7,67

Jumlah 3.161,55 100

Sumber: Kecamatan Puhpelem Dalam Angka 2012

(68)

Berdasarkan data statistik daerah tahun 2012, sektor paling dominan di Kecamatan Puhpelem ini memang berada pada sektor pertanian.

4.1.1.3. Kondisi Demografi

Kondisi demografi merupakan keadaan kependudukan suatu daerah mengenai jumlah, kepadatan, sex ratio, angka ketergantungan, dan sebagainya. Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka Tahun 2012, penduduk di Kecamatan Puhpelem berjumlah 23.311 jiwa dengan penduduk laki-lakinya 11.528 jiwa dan penduduk perempuannya 11.783 jiwa. Selengkapnya data tentang kondisi penduduk setempat dapat dilihat pada Tabel 4.3. sebagai berikut.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Desa/Kelurahan

No. Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan L+P

1 Puhpelem 1.989 2.012 4.001

Sumber: Kecamatan Puhpelem Dalam Angka 2012

Dari Tabel 4.3. di atas dapat diketahui perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yaitu dengan konsep sex ratio. Sex ratio

(69)

Selanjutnya, untuk mengetahui bagaimana kondisi demografi di Kecamatan Puhpelem ini dapat ditunjukkan dengan kondisi mata pencaharian yang digeluti masyarakat setempat. Mata pencaharian tersebut dapat meliputi petani, buruh tani, wiraswasta, PNS/TNI/Polri, pedagang, dan lain-lain. Secara rinci kondisi tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut.

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah %

1 Petani 5636 53,98

2 Buruh petani/industri/bangunan 2504 23,98

3 PNS/TNI/Polri 170 1,63

(70)

Selain sub-sub kondisi demografis di atas, dalam suatu wilayah tentu memperlihatkan bagaimana persebaran penduduknya. Kondisi ini dikenal dengan kondisi kepadatan penduduk di mana jumlah penduduk akan dibagi luas wilayahnya. Sehingga akan diketahui persebaran penduduknya per kilometer, maka dari itu pula dapat ditunjukkan seberapa padatnya penduduk dalam suatu wilayah. Untuk lebih jelasnya seberapa kepadatan penduduk di Kecamatan Puhpelem adalah sebagai berikut dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Desa/Kelurahan

No. Desa/Kelurahan Jumlah

Sumber: Kecamatan Puhpelem Dalam Angka 2012

(71)

4.1.1.4. Kondisi Sosial

Kondisi sosial suatu wilayah menunjukkan keberadaan fungsi kesejahteraan masyarakatnya dan juga menjadi indikator atas kualitas masyarakatnya. Kondisi seperti itu dapat dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatannya. Aspek pendidikan dan kesehatan tersebut dapat dijelaskan dalam kuantitas dan kualitasnya. Dengan mengetahui keberadaan gambaran mengenai informasi tersebut, dapat dijadikan pihak yang terkait sebagai pedoman dalam menyusun kebijakan di masa mendatang. Ekspektasi masyarakat terhadap kedua bidang ini (pendidikan dan kesehatan) tidak lain adalah keterjangkauan untuk mendapatkan pelayanan tersebut dengan mudah dan murah demi sumberdaya manusia yang memiliki daya saing.

1. Pendidikan

Perkembangan kondisi di Kecamatan Puhpelem tersebut dapat diketahui dari capaian, ketersediaan fasilitas dan segala pendukungnya. Informasi kondisi pendidikan secara rinci digambarkan dalam tabel sebagai berikut. Tabel tersebut memberi informasi tentang tingkat pendidikan penduduknya berdasarkan jenjang pendidikannya.

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(72)

Melihat Tabel 4.6. di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Puhpelem sebagian besar dan lebih dari setengahnya merupakan tamatan SD dengan prosentase sebesar 57%. Tingkat pendidikan penduduk paling rendah adalah tamatan perguruan tinggi (1%). Realita tersebut memiliki makna bahwa tingkat partisipasi penduduk Kecamatan Puhpelem masih rendah. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penduduk tidak tamat SD sebesar 17%. Dapat dikatakan, sumberdaya manusia di Kecamatan ini masih rendah. Ini dapat disebabkan karena biaya pendidikan yang tidak terjangkau oleh masyarakat setempat.

Tabel 4.7. Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan

Tahun SD SLTP

Sumber:Statistik Daerah Kecamatan Puhpelem 2012

(73)

yang telah disajikan dalam uraian sebelumnya, harapannya semakin baiknya sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan Puhpelem akan mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang semakin baik pula.

2. Kesehatan

Selain pendidikan, tidak kalah pentingnya mengenai kondisi kesehatan suatu wilayah. Ini dapat menjadi salah satu indikator kesejahteran masyarakat suatu wilayah. Semakin sejahtera taraf hidup masyarakat maka semakin kondisi kesehatan dalam suatu wilayah sangat diperhatikan. Tentu hal tersebut didukung dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai dan sumberdaya manusia yang berkualitas pula. Peningkatan kesehatan masyarakat merupakan hal yang diperhatikan dewasa ini, mulai dari pembangunan fasilitas kesehatan, penambahan jumlah tenaga kesehatan, sampai pemberian pelayanan kesehatan gratis bagi rakyat miskin. Untuk melihat seperti apa kondisi kesehatan di Kecamatan Puhpelem secara detil adalah sebagai berikut.

Tabel 4.8. Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

No. Uraian 2010 2011

(74)

Dari Tabel 4.8. di atas bahwa dari tahun 2010 – 2011 tidak terjadi perubahan infrastruktur kesehatan. Kecamatan Puhpelem memiliki 1 puskesmas, 5 PKD, 5 pustu, 29 posyandu, dan 1 praktek dokter. Sedangkan untuk tenaga kesehatannya didominasi oleh dukun bayi. Ini menunjukkan tenaga dukun bayi masih kental digunakan di Kecamatan ini dibanding tenaga kesehatan yang lainnya. Hal tersebut bisa terjadi jika taraf hidup masyarakat yang rendah dan kemungkinan lainnya adalah karena masalah biaya yang kurang terjangkau.

4.1.1.5. Kondisi Pemerintahan

Gambar

Gambar 2.1. Dimensi Kinerja (Rivai dan Basri  (2005) dalam Amins, 2012: 43)
Gambar 2.2. Diagram Alir Penelitian
Tabel 3.1. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu
Tabel 3.2. Tujuan Penelitian, Variabel, Teknik Perolehan Data, Sumber Data, dan Teknik Analisis Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan dasar kerajaan yang berkuatkuasa dan arahan Yang Berhormat Menteri semasa, izinkan saya menggariskan perkara yang akan menjadi tumpuan atau fokus di dalam tahun 2016

Beliau tidak pernah mengharapkan kita semua cocok dengan satu bentuk sehingga ajaran-Nya pun di berikan dalam banyak cara dan dalam beragam cara melatih diri - dengan demikian

Tanaman kacangan merupakan tanaman penutup tanah (cover crops) yang sangat berguna untuk mencegah erosi dan melindungi tanah dari sinar matahari yang terlalu terik dan juga

(3) pada masing-masing tipe pola asuh orang tua otoriter, demokratis, maupun permisif, pendekatan pembelajaran Quantum Learning dengan metode diskusi menghasilkan

Nakon GDOS analize uzorak je izrezan i uliven u polimernu masu te postupcima brušenja, poliranja i nagrizanja pripremljen za metalografsku analizu, na kojoj se

Selanjutnya setelah masa kerja praktik yang telah disepakati selesai, maka mahasiswa dapat meminta formulir nilai dari jurusan, hal ini dibutuhkan untuk mengisi nilai yang

Polyurethane (PU) foam adalah salah satu produk utama dari material urethane. Pada dasarnya material ini diproduksi dari polyol, isocyanate, air, katalis dan

Hal ini menunjukkan bahwa selisih laju perubahan harga tingkat konsumen akhir dengan produsen relatif kecil (sedikit), sehingga struktur pasar yang terbentuk di