Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
NURHILALIYAH
1110013000068
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan: Dra. Hindun, M.Pd. desember 2014.
Minat menjadi salah satu pendukung keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas. Menurut Djaali dalam bukunya Psikologi Pendidikan minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui prestasi partisipasi dalam suatu aktivitas. Dengan demikian siswa akan memiliki kecenderungan dari diri sendiri untuk mengikuti pelajaran dengan tekun dan baik.
Dalam penelitian ini, masalah yang dikaji adalah minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks untuk anak kelas VII di SMP Islam Al-Khasyi‟un. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejelas-jelasnya tentang minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam
Al-Khasyi‟un. Objek dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Islam
Al-Khasyi‟un semester ganjil Tahun Ajaran 2014-2015. Teknik pengumpulan data
penelitian ini adalah teknik analisis data angket dan lembar observasi dengan menggunakan rumus P= .
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil angket yang masuk (berjumlah 40) maka diperoleh presentase angket 87,5% dengan jumlah siswa 35 menyatakan minat terhadap materi membaca puisi, sedangkan 75% dengan jumlah siswa 30 menyatakan senang membaca buku teks bahasa Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII perlu ditingkatkan. Sebaiknya, untuk mencapai kesempurnaan minat siswa dapat dilakukan dengan membimbing serta mendampingi siswa terutama guru bidang studi pada setiap pertemuan mata pelajaran bahasa Indonesia.
Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Under the guidance of: Dra. Hindun, M.Pd. december 2014.
Interest in becoming one of the supporting student success in receiving the material taught in the classroom teacher. According to Educational Psychology Djaali in his interest can be expressed through a statement that indicates that students are more like something from the other, can also be manifested through participation in an activity achievement. Thus, students will have a tendency of self to follow lessons diligently and well.
In this study, the considered problem is the students' interest in reading poetry by using textbooks for grades VII in SMP Islam Al-Khasyi'un. This study was conducted in July-August 2014. The purpose of this study was to determine clearly on students' interest in reading poetry using text books of class VII SMP Islam Khasyi'un. The object of this research is class VII SMP Islam Al-Khasyi'un semester of Academic Year 2014-2015. This research data collection techniques are techniques of data analysis questionnaire and observation sheet by using the formula P=
The results showed that the results of the questionnaire are entered (numbering 40), the presentase of the questionnaire 87,5% with the number of 35 students expressed an interest in poetry reading material, while 75% of the number of students 30 states enjoyed reading textbooks Indonesian. Thus, it can be concluded that students' interest in reading poetry using seventh grade text book needs to be improved. Preferably, to achieve perfection interests of students by guiding and assisting students, especially teachers of subjects at each meeting of Indonesian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam penulis
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyelamatkan manusia dari
jalan sesat menuju jalan lurus yang diridai Allah SWT.
Dalam rangka memenuhi kewajiban untuk mencapai gelar sarjana
pendidikan penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Minat Siswa dalam Membaca Puisi dengan Menggunakan Buku Teks Kelas VII SMP Islam
Al-Khasyi‟un”. Selama penulisan skripsi ini, tentunya tidak luput dari pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril dan materiil. Oleh karena itu, penulis
mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini:
1. Nurlena Rifa‟I MA, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hindun, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekretaris
jurusan, dosen penasehat akademik, dan dosen pembimbing yang dengan
kesabaran serta ketulusan meluangkan waktu untuk membimbingan dan
mengarahan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Wahyu Widoyo, S.Hut. selaku Kepala Sekolah SMP Islam Al-Khasyi‟un yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah.
4. Dra. Kasroh selaku guru bahasa Indonesia SMP Islam Al-Khasyi‟un yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, pengalaman, dan membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian.
5. Siswa-siswa kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini serta para dewan guru SMP Islam Al-Khasyi‟un dan staff yang telah bersedia memberikan data-data yang peneliti butuhkan dalam
6. Ayahanda Alm. H. Umar Sholihin dan Ibunda Hj. Hasanah tercinta serta
kakak-kakakku Hasbiyallah, Hasbullah, Nur Aini, Nur Laila, Nur Jannah,
dan Nur Asiah yang selalu memberikan dukungan, doa, serta arahan yang
selalu menyertai dalam penulisan skripsi ini.
7. Sodikin yang telah memberikan doa, nasihat, semangat dan ketulusan dalam
menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Rizqi Aulia, Vivi Lutfiyani, Wilda Fizriyani, dan Dini Rismayanti Faoziah
sahabat-sahabatku yang memberikan semangat, motivasi dan keyakinan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman kelas PBSI-B angkatan 2010 yang telah banyak membantu dan
memberikan motivasi kepada penulis.
Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan yang telah kalian berikan
kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca
umumnya.
Jakarta, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORI A. Minat ... 6
1. Pengertian Minat ... 6
2. Macam-macam Minat ... 7
3. Cara Membangkitkan Minat ... 11
4. Peranan Minat dalam Belajar ... 12
B. Membaca ... 13
1. Pengertian Membaca ... 13
2. Proses Membaca... 14
3. Fungsi Membaca ... 15
4. Tujuan Pembelajaran Membaca ... 16
5. Minat Membaca ... 18
C. Puisi ... 20
1. Pengertian Puisi ... 20
2. Struktur Puisi ... 22
a. Struktur Fisik Puisi ... 22
b. Struktur Batin Puisi ... 27
D. Buku Teks ... 35
1. Pengertian Buku Teks ... 35
2. Klasifikasi Buku Teks ... 36
3. Kualitas Buku Teks ... 37
E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39
F. Kerangka Berpikir ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
B. Metode Penelitian... 42
C. Instrumen Penelitian... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ... 43
1. Observasi ... 43
2. Wawancara ... 45
3. Angket ... 45
E. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Khasyi‟un ... 47
B. Pembahasan ... 49
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 71
B. Implikasi ... 71
C. Saran ... 72
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kemampuan setiap siswa dalam memahami materi pembelajaran tidaklah
sama. Ada yang mudah dalam memahami materi pembelajaran, ada juga yang
sulit untuk memahami materi pembelajaran. Bahkan, ketidakmampuan siswa
ada yang disebabkan oleh mata pelajaran yang dipelajari, materi ajar, atau
pun minat siswa yang kurang baik.
Jika mata pelajarannya bahasa Indonesia, siswa hendaknya memiliki
minat terhadap keterampilan berbahasa yang merupakan materi dasar dari
pembelajaran. Adapun keterampilan berbahasa tersebut mencakup empat
keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Apabila tidak terdapat minat tersebut, bahasa Indonesia menjadi mata
pelajaran yang membosankan bagi para siswa. Oleh karena itu, hendaknya
guru mampu menumbuhkan minat siswa. Misalnya minat terkait dengan salah
satu keterampilan berbahasa yaitu membaca. Siswa dapat terus-menerus
memberi tahu kelebihan dari membaca agar timbul minat siswa terhadap
membaca.
Guru dapat mensosialisasikan istilah populer, membaca adalah jendela
dunia yang mampu memberikan pengetahuan, wawasan, hiburan serta
menciptakan imajinasi seseorang dari isi bacaan. Dalam pencapaian
kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa salah satunya
diharuskan mencapai kompetensi keterampilan membaca. Pada tingkat SMP
(Sekolah Menengah Pertama) materi yang berhubungan dengan keterampilan
membaca sangatlah beragam, antara lain membaca puisi, membaca teks
drama, membaca biografi tokoh, membaca denah dan lain sebagainya.
Materi membaca puisi, berdasarkan pengamatan penulis menjadi materi
banyak siswa yang tidak memiliki minat terhadap membaca puisi, sehingga
rasa percaya diri siswa terlihat kurang. Letak keindahan membaca puisi
berasal dari syair-syair serta cara pembacaannya. Namun penulis masih
menemukan pembacaan puisi tanpa pelafalan, volume suara, intonasi, serta
ekspresi yang tepat. Oleh karena itu, penulis memfokuskan materi membaca
puisi dalam penelitian ini.
Guru dapat mengupayakan agar siswa memiliki minat terhadap
keterampilan membaca. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan
memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sekolah terutama buku teks yang
menjadi buku pedoman wajib siswa, serta membumbui dengan inovasi yang
mampu meningkatkan tingkat membaca siswa.
Kurangnya minat dapat menjadi suatu kekhawatiran yang cukup
mengharuskan terciptanya suatu penanggulangan yang mampu meredanya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yakni dengan memupuk minat para
siswa dalam membaca, sehingga akan menghasilkan para siswa yang mahir
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tinggi rendahnya minat membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia
menjadi salah satu yang mempengaruhi hasil belajar. Jika minat membaca
siswa rendah, hasil belajar siswa pun dapat rendah dan dapat menghalangi
siswa dalam memiliki pemahaman serta pengetahuan yang terkandung pada
suatu bacaan, terutama yang termuat dalam buku teks bahasa Indonesia yang
menjadi pedoman para siswa di sekolah.
Buku teks menjadi salah satu pendukung berlangsungnya proses belajar
mengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru bidang studi sebaiknya memeriksa
dan menilai terlebih dahulu buku teks yang akan dipakai dalam pembelajaran
terkait kesesuaian dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
kebahasaan dan kemudahan materi agar mudah dipahami siswa serta melihat
juga tampilan fisik buku yang menarik.
Ketersedian buku teks pada tingkat SMP sudah sangat beragam, namun
ketersediaan tersebut harus diseleksi dengan benar-benar agar siswa dalam
pemerintah berdasarkan kurikulum yang sedang diterapkan. Terkait minat
membaca serta pemakaian buku teks yang telah penulis uraian, maka penulis
melakukan penelitian terkait minat siswa dalam membaca dengan
menggunakan buku teks. Adapun yang menjadi fokus penulis, yaitu terkait
salah satu keterampilan membaca yakni membaca puisi yang ada di kelas VII
SMP.
Membaca puisi menjadi penelitian kali ini, karena puisi adalah materi
pembelajaran yang selalu ada dalam mata pelajaran bahasa Indonesia setiap
tingkat sekolah, namun sering dianggap pembacaan puisi itu sulit bagi siswa.
Oleh karena itu, faktor-faktor apa saja yang menjadikan anggapan tersebut
jika dikaitkan dengan buku teks yang menjadi penompang siswa dalam
pembelajaran sehari-hari pelajaran bahasa Indonesia. Maka dengan latar
belakang tersebutlah, penulis melakukan penelitian berjudul MINAT SISWA
DALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN BUKU TEKS
KELAS VII SMP ISLAM AL-KHASYI‟UN.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa terhadap membaca
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca siswa
3. Peran guru dalam membantu menumbuhkan dan meningkatkan minat
membaca, khususnya materi membaca puisi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia
4. Keterkaitan fasilitas sekolah dengan minat membaca
5. Hubungan antara cara penyampaian guru dalam proses belajar mengajar
dengan minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks
6. Membaca puisi dianggap sulit bagi siswa
7. Membaca puisi dengan menggunakan buku teks
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang diidentifikasikan maka pada penelitian ini
tidak meluas, yaitu hal yang diteliti minat siswa dalam membaca puisi dengan
menggunakan buku teks, dengan subjek penelitian siswa kelas VII SMP
Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun lembaga pendidikan yang dimaksud
adalah SMP Islam Al-Khasyi‟un.
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan
masalah “Bagaimana minat siswa dalam membaca puisi dengan
menggunakan buku teks kelas VII semester ganjil SMP Islam Al-Khasyi‟un?”
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yaitu:
untukmengetahui sejelas-jelasnya tentang minat siswa dalam membaca puisi
dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis
yaitu:
1. Manfaat atau kegunaan teori
a. Sebagai suatu karya ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai
membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia untuk
mengetahui minat membaca siswa.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan
penelitian berikutnya.
2. Manfaat atau kegunaan praktis
a. Untuk siswa
Sebagai bahan masukan agar siswa memiliki minat terhadap pelajaran
bahasa Indonesia khususnya materi pembelajaran membaca puisi, guna
menumbuhkan minat siswa terhadap membaca.
b. Untuk guru
Sebagai evaluasi diri bagi guru untuk meningkatkan kualitas dalam
kegiatan proses belajar mengajar di kelas, tidak hanya terkait minat
terhadap minat membaca siswa terhadap buku teks bahasa Indonesia
yang digunakan di sekolah.
c. Untuk kepala sekolah
Sebagai wacana untuk memberikan motivasi kepada guru bahasa
Indonesia untuk mengembangkan proses belajar mengajar, perihal
materi ajar terkait keterampilan membaca guna mengetahui minat
membaca siswa di sekolah tersebut.
d. Untuk mahasiswa
Sebagai pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Indonesia terkait
membaca puisi, sehingga dapat mengetahui minat membaca siswa dan
menambah bekal dalam mengajar melalui penelitian ini. Selain itu,
dapat mempermudah mahasiswa dalam mencari referensi yang terkait
penelitian serupa sebagai rujukan dan acuan yang dijadikan tinjauan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Minat
1. Pengertian Minat
Minat menurut psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu
memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus.1 Banyak para
ahli yang menaruh perhatian terhadap minat serta mengemukakan pendapat
terkait pengertian minat, seperti berikut ini:
a. Muhibbin Syah mengemukakan secara sederhana, minat adalah (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.2
b. Slameto mengemukakan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan atas suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin lebih besar minat.3
c. Kurt Singer di dalam buku terjemahannya yang berjudul Membina Hasrat
Belajar di Sekolah mengemukakan bahwa minat adalah suatu landasan
yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.4
d. Djaali mengemukakan bahwa minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.5
e. Lestar D. Crow dan Alice Crow di dalam buku terjemahannya yang berjudul Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa minat adalah daya gerak yang mendorong kita untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau kegiatan ataupun bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.6
1
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet. Ke-4, h. 84
2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja GrafindonPersada, 2004), h.151
3
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.157
4
Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Bandung: CV Remadja Karya), h.78
5
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3, h. 121
6
Berdasarkan uraian pendapat para ahli mengenai pengertian minat,
penulis menyimpulkan bahwa minat adalah suatu dasar yang menjadikan
siswa memiliki rasa serta keinginan belajar yang ada dari dirinya sendiri,
sehingga memperoleh pemahaman yang cepat serta mampu mengingat
pelajaran setelah proses belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan Kurt Singer yang telah dikemukan penulis sebelumnya.
2. Macam-macam Minat
a. Berdasarkan timbulnya
Minat berdasarkan timbulnya berarti minat yang ada sebab terjadinya
minat dalam diri seseorang, sebab inilah yang menjadi faktor asal mula suatu
perbuatan, kegiatan, kebiasaan yang melahirkan minat pada diri seseorang.
Minat berdasarkan timbulnya ini tentu tak sama asal mulanya, seperti yang
telah dikemukan oleh Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab yang
telah membedakan minat berdasarkan timbulnya menjadi dua kategori.
Minat dapat dibedakan menjadi minat primitif dan minat kultural. Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan yang enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. Minat kultural atau minat sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya minat belajar, induvidu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan berpendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat induvidu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.7
Dengan demikan¸ minat berdasarkan timbulnya terbagi dua yaitu
pertama minat primitif berarti minat yang lebih berhubungan dengan minat
biologis, berarti minat yang timbul karena keadaan dan sifat makhluk hidup.
Sedangkan kedua, minat kultural yaitu minat yang berhubungan dengan
sosial, minat yang timbul karena faktor keadaan dan situasi seseorang
terhadap lingkungannya.
7
b. Berdasarkan arahnya
Macam-macam minat dapat pula didasarkan dari arahnya yang berarti
minat yang dilihat dari tujuan minat ada pada diri seseorang. Seseorang yang
memiliki minat tentu memiliki tujuan mengapa minat tertentu menjadi minat
yang pilih, seperti yang dikemukan Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul
Wahab yang menjelaskan minat berdasarkan arahnya.
Minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik dan ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Misalnya, seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai akan ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian SIPENMARU, setelah menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SIPENMARU minat belajar menjadi turun.8
Berdasarkan uraian minat menurut arahnya, diketahui bahwa minat
dibagi menjadi minat instrisik dan ektrinsik. Minat instrinsik yang berarti
minat yang lebih mendasar, dalam arti minat yang ada karena dari diri
seseorang tersebut memiliki ketertarikan yang kuat terhadap suatu yang
diminatinya, Selanjutnya minat ekstrinsik yaitu minat yang terjadi karena
hendak mencapai tujuan akhir yang ingin dicapai. Jika tujuan akhir yang
membuat seseorang tersebut meminati sesuatu dan telah tercapai, maka
seseorang tersebut dapat meninggalkan bahkan menghilangkan minatnya.
c. Berdasarkan cara mengungkapan minat
Minat dapat pula dinyatakan melalui cara-cara tertentu, hal ini untuk
mengetahui minat yang dimiliki seseorang. Orang lain dapat mengetahui
minat yang dimiliki seseorang dengan cara menjadikan seseorang yang
memiliki minat sebagai subjek melalui berbagai cara agar subjek
mengungkapkan minat yang dimiliki dan telah dipilih. Abdul Rahman Shaleh
dan Muhbib Abdul Wahab telah membedakan menjadi empat cara
mengungkapan minat seseorang yaitu:
8
a) Expressed interest
Expressed interest menjadi cara pertama yang dapat dilakukan orang
lain untuk mengetahui minat seseorang. Orang lain dapat melakukan cara ini
untuk dapat memperoleh jawabannya terkait minat yang dimiliki seseorang
yang menjadi subjeknya. Cara ini tentu menjadi cara langsung untuk
mengetahui minat subjek.
Expressed interest merupakan minat yang diungkapkan dengan cara
meminta kepada subjek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya.9
Dengan demikian, expressed interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui meminta menuliskan kegiatan-kegiatan yang disenangi dan
tidak disenangi subjek. Tidak hanya itu, subjek juga diminta menyatakan
suatu hal yang disenangi dan tidak disenangi.
b) Manifest interest
Manifest interest menjadi cara kedua yang dapat dilakukan orang lain
untuk mengetahui minat seseorang. Cara ini dengan memperhatikan subjek
dengan memperhatikan dengan teliti untuk dapat diketahui dan menjawab
minat yang dimiliki subjek.
Manifest interest merupakan minat yang diungkapkan dengan cara
mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap
aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek dengan mengetahui hobinya.10
Dengan demikian, manifest interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui aktivitas-aktivitas yang dikerjakan, sehingga akan diketahui
minat subjek berupa hobi yang disenanginya. Manifest interest ini dilakukan secara mengobservasi atau mengamati subjek secara langsung.
c) Tested interest
Tested interest menjadi cara ketiga yang dapat dilakukan orang lain
untuk mengetahui minat seseorang. Cara ini dapat dilakukan dengan
9
Ibid., h. 267
10
melakukan tes terhadap subjek, hasil tes tersebut tentu menjadi jawaban yang
mengungkapkan minat yang dimiliki subjek.
Tested interest merupakan minat yang diungkapkan cara menyimpulkan
dari hasil jawaban tes objekif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.11
Dengan demikian, tested interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui pemberian tes objektif kemudian dilakukan penilaian dari hasil
jawaban. Berdasarkan penilaian dari pemberian tes tersebut akan diketahui
minat yang dimiliki subjek melalui perolehan nilai yang tertinggi terhadap
suatu objek atau masalah yang telah diberikan.
d) Inventoried interest
Inventoried interest menjadi cara terakhir yang dapat dilakukan orang
lain untuk mengetahui minat seseorang. Cara ini dengan menggunakan
instrumen untuk dapat diketahui minat subjek dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang menunjang terungkapnya suatu minat seseorang.
Inventoried interest merupakan minat yang diungkapkan dengan
menggunakan alat-alat yang sudah distandaritaskan, di mana biasanya berisi pertanyataan-pertanyaan yang ditunjukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek yang ditanyakan.12
Dengan demikian, inventoried interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui alat yang memuat pertanyaan dengan menggunakan alat-alat
yang distandaritaskan. Sehingga melalui alat yang berupa
pertanyaan-pertanyaan tersebut minat subjek dapat terungkapakan.
Berdasarkan macam-macam minat yang telah penulis uraikan, maka yang
sejalan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu minat instrinsik dan
inventoried interest. Minat instrinsik salah satu bagian dari minat berdasarkan
arahnya, minat tersebut minat yang berhubungan dengan aktivitas seseorang
yang memiliki tujuan mendasar seperti seseorang belajar karena memang
senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan,
sedangkan inventoried interest salah satu bagian cara mengungkapan minat,
11
Ibid., h.267-268
12
minat tersebut minat yang berhubungan dengan cara untuk mengetahui minat
subjek melalui alat yang memuat pertanyaan dengan menggunakan alat-alat
yang distandaritaskan.
3. Cara Membangkitkan Minat
Minat dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan untuk
menunjang keberhasilan siswa untuk mencapai indikator yang telah
ditetapkan dalam kurikulum yang sedang ditetapkan. Selain itu, dengan
adanya minat siswa akan lebih baik dalam mengikuti pelajaran yang diajarkan
dan mencegah kegagalan siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
Namun demikian, minat perlu dibangkitkan kepada seluruh siswa agar minat
tidak hanya dimiliki oleh beberapa atau sebagian siswa saja tetapi sebisa
mungkin minat dapat dimiliki oleh seluruh siswa. Adapun cara-cara untuk
membangkitkan minat adalah sebagai berikut:
a. Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya).
b. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.
c. Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “Nothing succesds like
success”. Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu.
d. Gunakan pelbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demontrasi, dan sebagainya.13
Berdasarkan uraian tersebut maka disimpulkan bahwa minat memiliki
empat cara untuk membangkitkannya yaitu membangkitkan minat melalui
kebutuhan peminat, menghubungkan dengan pengalaman yang telah lalu
dengan minat, menyesuaikan kadar kesanggupan siswa jika dalam
memberikan bahan pelajaran, dan menggunakan pelbagai bentuk mengajar
seperti membaca. Empat cara tersebut sebaiknya tak terpisahkan satu pun
karena masing-masing cara sangat medukung bangkitnya suatu minat. Empat
cara tersebut tentu yang harus melakukan atau melaksanakan adalah guru
karena guru yang melakukan proses mengajar di kelas, dengan demikian
minat siswa akan terrealisasi melalui cara-cara membangkitkan minat
tersebut.
13
4. Perananan Minat dalam Belajar
Minat memiliki peranan dalam belajar karena minat menjadi faktor yang
mendukung saat siswa mengkuti pembelajaran. Minat sangat diperlukan
untuk permudah proses belajar mengajar di kelas, siswa yang memiliki minat
dalam belajar tentu akan antusias mengikuti materi ajar yang disampaikan
guru. Namun demikian, tidak semua siswa memiliki minat dalam belajar
terlebih terkait minat keseluruhan materi ajar.
Dalam proses pembelajaran, perbedaan individual perlu dicermati
dengan baik. Perbedaan individual dilihat dari inteligensi, gender, tingkat
sosial ekonomi status keluarga, siswa beresiko, dan handicapped children.14 Terkait dengan intelegensi seseorang, Syah mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensi seseorang adalah sebagai berikut:
a. Pembawaan yang ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri khusus yang dibawa sejak lahir.
b. Kematangan, semua organ manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dikatakan matang jika sudah menampakkan fungsi yang seharusnya. Kematangan biasanya berhubungan dengan usia.
c. Pembentukan, yaitu segala keadaan di luar diri seseorang baik disengaja ataupun tidak yang mempengaruhi perkembangan kemampuan intelegensi. Misalnya pembentukkan yang dilakukan di sekolah (sengaja) atau oleh pengaruh alam sekitar (tidak sengaja).
d. Minat yang mengarah perbuatan kepada suatu tujuan dan yang merupakan dorongan untuk perbuatan tersebut. Apa yang menarik minat seseorang akan mendorongnya untuk berbuat lebih baik/giat lagi.
e. Kebebasan, dimana manusia mempunyai kebebasan untuk memilih metode dan masalah mana yang sesuai dengan kebutuhannya.15
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa minat menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensi seseorang.
Dalam belajar, minat adalah suatu keadaan siswa yang ikut berpartisipasi
terhadap pembelajarannya dengan aktif, hal tersebut karena siswa tersebut
merasa terdorong terhadap pembelajaran tersebut. Minat terkait
pembelajaran ini akan melahirkan siswa-siswa yang aktif serta berprestasi
dalam pelajaran yang diminatnya. Oleh karena itu, minat dapat dikatakan
14
Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah, 2010), h.35
15
sebagai salah satu bagian tes pengujian tingkat kecerdasan seseorang
(intelegensi).
Sikap dan minat sebagai faktor psikologis berbeda peranan dalam belajar. Peranan minat dalam belajar lebih besar atau lebih kuat dari sikap
yaitu minat akan berperan sebagai “motivating force” yaitu sebagai
kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya.16
Dengan demikian, peranan minat dalam belajar menjadi kekuatan
serta pendorong bagi siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki minat akan
selalu terdorong untuk giat dan tekun belajar dengan sikapnya yang senang.
Sehingga jika dihubungkan dengan pendapat Syah, minat menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensi seseorang, memanglah
terkait. Jika siswa minat dalam belajar serta giat dan rajin belajar, maka
dapat diketahui bahwa siswa tersebut memiliki tingkat kecerdasan. Oleh
karena itu, peranan minat dalam belajar sangat besar.
B.Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan satu keterampilan berbahasa di samping
menyimak, berbicara, dan menulis.17 Berikut ini pengertian membaca
menurut beberapa ahli, yaitu:
a. Henry Guntur Tarigan mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.18
b. Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet di dalam buku Meningkatkan
Ketrampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi) menyatakan
membaca merupakan memahami isi atau gagasan baik bersurat, tersirat bahkan tersorot dalam bacaan.19
16
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet.ke-4, h. 85
17
Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), Cet.ke-2, h.11.2
18
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (Bandung:Angkasa, 2008), h.7
19
c. Ahmad S. Harjasujana mengemukakan membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal ini berarti bahwa membaca memberikan respon terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik.20
d. Jazir Burhan mengemukakan membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan.21
e. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar mengemukakan membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang ditulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya.22
Dengan demikian sejalan dengan pendapat membaca oleh Jazir Burhan,
penulis menyimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan untuk
mengetahui makna yang terkandung dalam suatu kata, frasa, kalimat,
paragraf, atau wacana, tidak hanya sekedar melafalkan huruf-huruf semata,
baik secara lisan maupun hati. Oleh karena itu, membaca merupakan
keterampilan berbahasa yang kompleks yang juga memfungsikan mata, otak,
telinga, mulut bahkan hati untuk membantu kerja sama antara mengamati,
memahami, dan memikirkan untuk mengetahui makna yang terkandung
dalam suatu bacaan.
2. Proses Membaca
Kegiatan belajar siswa tidak terlepas dari kegiatan membaca. Membaca
materi pelajaran dari suatu mata pelajaran tentu kegiatan yang sederhana yang
mampu dilakukan semua siswa yang menjadi bagian proses belajar. Membaca
juga memiliki proses yang harus dilakukan siswa, ketika melakukan proses
membaca tentu saja membaca suatu isi bacaan, namun tidak selesai sampai di
situ saja melainkan ada proses lain yang harus dilakukan siswa.
Proses belajar tergantung pada kemampuan membaca. Orang yang dapat membaca dengan baik, biasanya dapat belajar dengan baik pula. Atau sebaliknya, orang dapat belajar dengan baik, biasanya membaca dengan baik
20Ibid.
, h.65
21
Ibid., h.64
22
pula. Yang dimaksud proses membaca tidak hanya melihat huruf-huruf, kata, kalimat, paragraf dan kemudian menerjemahkannya kedalam pikiran, akan tetapi merupakan fungsi atau pekerjaan yang kompleks dan menyangkut berbagai segi organ manusia.23
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses membaca merupakan
salah satu aspek penting dari suatu kegiatan belajar siswa karena jika proses
membaca siswa baik, maka akan memudahkan siswa tersebut dalam
memahami materi pelajaran dari proses membaca yang dilakukannya. Proses
membaca merupakan suatu pekerjaan yang kompleks bagi pembaca karena
selain membaca suatu isi bacaan, pembacaan juga harus memahami makna
yang tertulis dengan mengikutsertakan organ manusia tidak hanya mata dan
hati untuk membantu memahami suatu bacaan.
3. Fungsi Membaca
Membaca memiliki fungsi yang berarti kegunaan setelah seseorang
melakukan kegiatan membaca. Fungsi membaca tidak hanya untuk
memperoleh pengetahuan dari isi bacaan karena fungsi membaca sangat
beragam. Dengan demikian, Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet
menjabarkan fungsi-fungsi ketika seseorang membaca. Adapun fungsi-fungsi
membaca tersebut adalah sebagai berikut:
a. Fungsi intelektual
Dengan banyak membaca dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina daya nalar. Contohnya membaca laporan penelitian, jurnal, atau karya ilmiah lain.
b. Fungsi pemacu kreativitas
Hasil membaca dapat mendorong, menggerakkan diri untuk berkarya, didukung oleh keleluasan wawasan dan pemilihan kosakata.
c. Fungsi praktis
Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan. Contohnya teknik memelihara ikan lele, teknik memotret, resep membuat minuman dan makanan, cara membuat alat rumah tangga, dan lain-lain.
d. Fungsi rekreatif
Membaca digunakan sebagai upaya penghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan. Contohnya bacaan-bacaan ringan, novel-novel pop, cerita humor, fabel, karya sastra, dan lain-lain.
23
e. Fungsi informatif
Dengan membaca informatif contohnya surat kabar, majalah, dan lain-lain dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita perlukan dalam kehidupan.
f. Fungsi religius
Membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan meningkatkan diri kepada Tuhan. g. Fungsi sosial
Kegiatan membaca memiliki fungsi sosial yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring. Dengan demikian, kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat, dan berpikir. Contohnya pembacaan berita, karya sastra, pengumuman, dan lain-lain.
h. Fungsi pembunuh sepi
Kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang. Contohnya membaca majalah, surat kabar, dan lain-lain.24
Berdasarkan fungsi-fungsi membaca tersebut, dapat dikategorikan
beberapa fungsi membaca yang sejalan dengan penelitian yang penulis
lakukan, yaitu fungsi intelektual, fungsi pemacu kretivitas, fungsi rekreatif,
fungsi religius, fungsi sosial, dan fungsi pembunuh sepi. Fungsi-fungsi yang
telah penulis tetapkan tentu karena penelitian ini berkaitan dengan membaca
puisi, sehingga fungsi-fungsi tersebut dapat menjadi fungsi yang didapatkan
siswa dalam kegiatan membaca puisi.
4. Tujuan Pembelajaran Membaca
Setiap pembelajaran tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai, begitu
pula pembelajaran membaca. Membaca menjadi bagian dalam pembelajaran
bahasa Indonesia yang merupakan kategori pembelajaran yang berkaitan
dengan keterampilan berbahasa. Dengan demikian, dalam pembelajaran
membaca memiliki tujuan berbahasa yang dijabarkan oleh Budinuryanta Y,
dkk.
Secara umum tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa, yaitu: a. Tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan
pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya.
b. Tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret.
24
c. Tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa (atau dialek) itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa seperti seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan
dianggap “asing” lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek itu.
d. Tujuan kebudayaan, terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau masyarakat.
Berdasarkan tujuan pembelajaran membaca tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa mencakupi empat bagian yaitu pertama tujuan
penalaran berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan
keterjangkauan berpikir siswa terkait isi bacaan, kedua tujuan instrumental
berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan penggunaan
bahasa dalam suatu bacaan, ketiga tujuan integratif berarti tujuan
pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan variasi bahasa yang
digunakan oleh masing-masing individu, dan terakhir tujuan kebudayaan
berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan kebudayaan
yang meliputi pengetahuan sebagai makhluk yang bertimbal-balik dengan
orang lain.
Untuk memenuhi semua tujuan tersebut salah satu cara efektif yang dapat ditempuh adalah dengan membaca. Dengan membaca dunia berada di tangan. Artinya, semua informasi dengan mudah dapat diketahui lewat membaca. Mengingat begitu pentingnya membaca, membaca perlu diajarkan kepada setiap generasi. Hasrat dan minat membaca perlu ditumbuhkembangkan pada diri setiap orang. 25
Berdasarkan penjabaran tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kutipan
tersebut berkaitan dengan empat tujuan pembelajaran membaca yang telah
diuraikan sebelumnya. Dalam pencapaian semua tujuan pembelajaran
membaca tentu dengan cara membaca, namun untuk mencapainya harus
melalui cara efektif agar siswa berkeinginanan membaca. Dengan demikian,
setiap generasi hendaklah dapat ditumbuhkembangkan hasrat dan minat
membaca karena dengan hasrat dan minat siswa terhadap membaca, tentu
membaca bukan lagi sebab tuntutan guru tetapi keinginan dari diri sendiri.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian penulis yang melakukan penelitian
25
terkait pembelajaran membaca yang mengamati dan teliti dari minat yang
dimiliki siswa tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas VII.
5. Minat Membaca
Membaca tentu dapat dijadikan minat yang dipilih seseorang. Bagi
seorang siswa memiliki minat membaca menjadi hal yang membantu
keberhasilan dan memudahkan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan
hampir setiap harinya, karena dalam pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan
membaca materi pelajaran.
Minat membaca merupakan kebiasaan yang diperoleh setelah seseorang
dilahirkan. Dengan demikian, minat membaca bukanlah kebiasaan bawaan.
Oleh karena itu minat membaca dapat dipupuk, dibina, dan dikembangkan.26
Dengan demikian, minat membaca dapat menjadi kebiasaan semua orang
karena pada dasarnya minat membaca tidak dibawa saat seseorang lahir.
Minat membaca dapat diusahkan sehingga mampu tercipta pada diri
seseorang, antara lain dengan memupuk, membina, serta mengembangan diri
untuk terus membaca, agar membaca bisa menjadi suatu kebiasaan yang
disenangi seseorang dan dapat dikatakan sebagai minat terhadap membaca.
Oleh karena itu, hendaknya minat membaca perlu diusahakan. Henry Guntur
Tarigan menjelaskan beberapa usaha untuk meningkatkan minat terhadap
membaca yaitu sebagai berikut:
a. Menyediakan waktu untuk membaca
Membaca perlu menghabiskan seluruh isi bacaan yang sedang dibaca,
jika suatu bacaan sedikit ataupun banyak tentu tetap memerlukan waktu untuk
menyelesaikan isi bacaan. Bagi seseorang yang berusaha memiliki minat
terhadap membaca, untuk melakukan kegiatan membaca tidak hanya
memerlukan satu waktu saja untuk membaca sesuatu yang ingin diminatinya.
Tidak perlu lebih dari lima belas atau tiga puluh menit , tetapi kesetiaan seseorang terhadap membaca akan memudahkan seseorang berbuat lebih banyak lagi membaca daripada yang mungkin seseorang pikirkan. Mempertimbangkan dengan baik-baik akan segala nilai nisbi tuntunan-tuntunan waktu, pasti akan menolong seseorang untuk menentukan yang
26
mana memberikan sumbangan yang paling banyak terhadap perkembangan pribadi dan sosial seseorang. 27
Dengan demikian, usaha meningkatkan minat membaca pertama ini
berkaitan dengan usaha seseorang untuk memiliki minat membaca dengan
kesedian meluangkan waktu untuk membaca. Ketersediaan waktu yang
dilakukan pembaca hendaknya dilakukan dengan kesetiaan atau dapat
katakan dilakukan secara rutin setiap hari, tidak harus dengan meluangkan
waktu yang lama untuk mengusahakan seseorang memiliki minat tetapi dapat
hanya meluangkan waktu lima belas atau tiga puluh menit dengan memilih
bacaan yang memiliki nilai tersendiri bagi perkembangan pribadi maupun
sosial seseorang tersebut.
b. Memilih bacaan yang baik
Jenis bacaan sangat beragam, sehingga bagi seseorang yang berusaha
memiliki minat dapat memilih bacaan yang baik bagi dirinya. Bacaan yang
baik tentu bukan bacaan yang banyak diminati orang lain kebanyakan, karena
minat antara seseorang dengan orang lain berbeda.
Menyedikan waktu untuk membaca sangat erat berhubungan dengan salah satu aspek yang paling penting dari membaca kritis, yaitu mengetahui apa yang baik dan bermanfaat untuk dibaca. Setiap pribadi harus mengadakan prinsip-prinsip sendiri yang dapat membimbing pilihanya terhadap apa yang harus dibaca dan apa yang harus dilewatkan, dilalui saja28
Dengan demikian, usaha meningkatkan minat membaca kedua ini
masih berkaitan dengan usaha yang pertama, terkait ketersediaan waktu yang
diberikan seseorang yang berusaha memiliki minat terhadap membaca. Oleh
karena itu, usaha kedua ini dengan cara seseorang memilih bacaan yang baik
berdasarkan prinsip-prinsip yang menjadi tuntunan seseorang untuk memilih
bacaan yang baik bagi dirinya sendiri. Sehingga melalui pemilihan bacaan
tersebut seseorang dapat lebih mengetahui bacaan yang baik bagi diri
seseorang untuk dibaca, berdasarkan waktu yang telah disediakannya.
Berdasarkan uraian terkait minat membaca, penulis menyimpulkan
bahwa minat membaca tidak dibawa sejak manusia lahir, namun minat
27
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), h. 106
28Ibid.
seseorang dapat dibantu dengan membina, memupuk, serta mengembangkan
minat. Guru dapat melakukan untuk menjadikan para siswa minat membaca.
Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Henry Guntur Tarigan yang
menjelaskan bahwa minat membaca dapat diusahakan melalui dua cara yaitu
dengan menyediakan waktu untuk membaca dan memilih bacaan yang baik.
Dengan demikian guru dapat memberikan waktu kepada siswa untuk
membaca dan memilih bacaan yang baik bagi siswa masing-masing namun
tentu untuk hal kedua ini, harus tetap terkait dengan materi ajar yang sedang
diajarkan guru.
C.Puisi
1. Pengertian Puisi
Puisi menjadi salah satu materi pelajaran dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia, tidak hanya itu puisi menjadi materi ajar yang selalu ada di setiap
tingkat pendidikan mulai dari SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah
Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), bahkan perguruan tinggi untuk
jurusan tertentu. Puisi tidak hanya terkenal di Indonesia saja, bahkan di
negara lain. Oleh karena itu, asal usul pengertian puisi pun disinonimkan
dengan beberapa negara lain.
Secara etimologis dan secara kamus umum dan kamus istilah kata puisi disinonimkan dengan istilah poetry (bahasa Inggris), poesie (bahasa Prancis),
poezie (bahasa Belanda). Istilah-istilah itu berasal dari bahasa Yunani,
poieetes dan bahasa Gerik, yaitu poeta. Secara sederhana pengertian puisi itu
adalah membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Makna sederhana itu berkembang dan menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut irama, sajak, kata-kata kiasan.29
Berdasarkan pengertian tersebut maka pada dasarnya puisi merupakan
hasil seni sastra yang kata-katanya terdiri dari irama, sajak, serta kata hiasan
yang hasil seni sastranya disebut membangun, menyebabkan, menimbulkan,
dan menyair. Namun pengertian puisi tidak sebatas berdasarkan pengertian
asal-usul tersebut, banyak ahli yang menaruh perhatian dan mengemukakan
29
pengertian puisi. Tentu tidak hanya ahli yang berasal dari Indonesia saja,
melainkan ahli yang berasal dari negara lain.
Waluyo mengemukakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.30 Sedangkan Wardjito Soeharso mengemukakan puisi adalah ekspresi pikiran dan pikiran penulisnya dalam bentuk susunan kata-kata indah dan bermakna. Indah dan bermakna adalah kata-kata kunci untuk pengertian puisi.31
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Waluyu mengemukakan
puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair yang bersifat khayal dan memusatkan perhatian pada struktur fisik
dan struktur batin puisi. Sedangkan tidak jauh berbeda pengertian oleh
Wardjito Soeharso yang mengemukan puisi adalah ungkapan pikiran dalam
bentuk susunan kata-kata indah dan bermakna.
Harlold Bloom dalam buku The Norton Anthology of Theory and
Criticism, mengemukakan pendapatnya tentang puisi, yaitu: Poetry is the
anxiety of influence, is misprision, is a disciplined perverseness. Poetry is
misunderstanding, misinterprestation, misalliance.32
Arti pengertian puisi tersebut adalah suatu kecemasan pengaruh,
menginsprirasi yang menjadi siasat disiplin sebuah ilmu. Puisi juga
merupakan memahami, pencapai suatu hasil, serta penggabungan antara
keduannya. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa puisi berdasarkan
yang telah dikemukakan Harlold Bloom adalah suatu kegiatan seseorang
untuk memahami suatu puisi serta memahami makna yang berarti mencapai
suatu hasil dari bacaannya. Sebab itulah, puisi menjadi suatu yang
mempengaruhi serta menginsprirasi sehingga dijadikan puisi sebagai disiplin
ilmu.
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan terkait pengertian puisi,
penulis menyimpulkan puisi sejalan dengan pendapat Waluyo yang berarti
puisi merupakan pengungkapan pikiran dan perasaan penyair yang bersifat
khayal dan memusatkan perhatian pada struktur fisik dan struktur batin.
30
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h.108
31
Wardjito Soeharso, Yuk, Nulis Puisi, (Surabaya: PNRI (Perum Percetakan Negara RI Cabang Surabaya), h. 18
32
Struktur fisik dan dan struktur batin puisi suatu hal yang tentu tak terlepaskan
dari suatu puisi yang dibuat oleh penyair. Dengan demikian, puisi menjadi
salah satu bentuk dari karya sastra.
2. Struktur Fisik dan Batin Puisi
Puisi terdiri dari struktur fisik dan struktur batin puisi. Seorang penyair
dalam menciptakan sebuah puisi tidak hanya mengungkapkan pikiran dan
perasaan yang dimilikinya, tetapi juga memperhatikan struktur fisik dan
struktur batin puisi. Struktur fisik dan struktur batin dalam sebuah puisi juga
menjadi perhatian seorang yang membaca puisi, pembaca puisi tentu akan
melihat dan menganalisis kedua struktur puisi tersebut. Dalam pembelajaran
puisi di sekolah struktur fisik dan struktur batin puisi juga menjadi perhatian
dan analisis siswa, namun tidak semua bagian dari kedua struktur puisi
tersebut dipelajari, sesuai dengan tingkat pendidikan siswa dan standar
kurikulum yang sedang ditetapkan. Adapun kedua struktur tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Struktur fisik puisi
Struktur fisik menjadi suatu ketentuan unsur-unsur yang harus ada dalam
sebuah puisi. Selain itu, struktur fisik dapat pula dijadikan struktur yang
cenderung terlihat dari sebuah puisi. Adapun struktur fisik meliputi empat
unsur seperti yang telah dijabarkan Wahyu Siswanto berikut ini, yaitu:
a) Perwajahan puisi (tipografi)
Puisi memiliki perwajahan yang disebut tipografi. Perwajahan dalam
puisi menjadi bagian pertama dalam struktur fisik puisi karena perwajahan ini
lebih memusatkan pada pemakaian kata keseluruhan yang diciptakan penyair
yang menjadi sebuah puisi dan terlihat.
Ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi adalah perwajahannya. Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi. Pengaturan baris dalam puisi sangat berpengaruh terhadap pemaknaan puisi karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas). Perwajahan puisi juga bisa mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya.33
33
Dengan demikian, perwajahan puisi adalah bentuk puisi yang terlihat
berupa pengaturan yang terkait dengan baris dalam sebuah puisi yang dapat
mempengaruhi makna dari sebuah puisi. Selain itu, perwajahan juga dapat
dikaitkan dengan penulisan yang digunakan penyair baik berupa kata, larik,
dan bait. Oleh karena itu, perwajahan suatu bentuk puisi lebih memfokuskan
pada pengaturan dan penulisan puisi yang terlihat, hal tersebut guna
menentukan makna yang terdapat dari puisi penyair.
b) Diksi
Strukur fisik puisi kedua yaitu diksi. Diksi dalam puisi menjadi
keharusan yang dilakukan penyair agar kata-kata puisi terlihat indah,
mengungkapakan pikiran serta perasaan penyair yang sesuai, dan tentu
banyak hal lain yang menjadikan kata-kata dipilih dan dijadikan sebuah puisi.
Diksi menjadi bagian struktur fisik puisi karena diksi dalam puisi pun terlihat.
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-kata-kata-katanya harus dipilih secermat mugkin. Pemillihan kata dalam puisi berhubungan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan kata berkaitan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luar wawasan penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan.34
Dengan demikian, diksi adalah pemilihan kata-kata yang dipilih penyair
dalam puisi yang diciptakan dengan kata-kata yang dikemas dengan kata-kata
yang sedikit namun mengandung banyak makna. Puisi yang dibuat penyair
dengan memperhatikan betul-betul diksi puisi yang diciptakan, dapat pula
menunjukkan identitas penyair yang berlatar belakang berwawasan luas atau
tidak dari pemilihan kata-kata dalam puisinya.
c) Imaji
Struktur fisik puisi selanjutnya adalah imaji. Imaji terkait dengan daya
pikir yang diungkapkan penyair dengan maksud pembaca puisi juga dapat
membayangkan puisi yang telah penyair ciptakan. Imaji dapat pula dijadikan
sebagai penguat puisi yang penyair ciptakan, agar pikiran ataupun
pengalaman penyair sampai kepada pembaca puisi. Dalam imaji tentu tak
34Ibid.,
hanya terkait dengan bayangan seolah pembaca puisi melihat, tetapi juga
berkaitan dengan indra lainnya.
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti pengelihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair.35
Dengan demikian, imaji terkait dengan kata atau kumpulan kata yang
dipakai penyair dalam puisi yang diciptakan guna mengungkapkan
pengalaman indrawi yaitu penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Sehingga
pembaca puisi dapat membayangkan seolah betul-betul mengalami hal yang
diimajinasikan penyair.
d) Kata konkret
Kata konkret tentu berkaitan dengan kata yang digunakan penyair dalam
puisi yang diciptakannya, namun terlepas dari keseluruhan kata seperti
perwajahan ataupun imaji yang menggunakan kumpulan kata karena kata
konkret hanya memfokuskan pada satu kata yang bermakna kata konkret.
Puisi menggunakan kata konkret memiliki kegunaan tertentu, sehingga kata
konkret menjadi salah satu bagian dari struktur fisik puisi.
Seperti yang diterangkan sebelumnya kata konkret berhubungan erat dengan imaji. Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Dengan kata konkret akan memungkinkan imaji muncul. Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambang. Kata konkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata konkret rawa-rawa dapat melambangkan tempat yang kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan.36
Dengan demikian, kata konkret masih berhubungan dengan imaji yang
juga telah penulis uraikan sebelumnya. Kata konkret merupakan kata yang
berwujud yang dapat dibayangkan dialami indra manusia. Namun terdapat
perbedaan dengan imaji, jika imaji tak dibatasi penggunaan kata apapun
dengan syarat memunculkan makna dilihat, didengar, ataupun dirasa yang
dapat berkaitan dengan indra manusia, berbeda dengan kata konkret yang
35Ibid.,
h. 118
36Ibid.,
cenderung lebih terbatas dengan kata kiasan atau lambang saja seperti kata
salju dan rawa-rawa yang dicontohkan dalam kutipan.
e) Bahasa figuratif (majas)
Bahasa figuratif atau majas termasuk juga dalam bagian struktur fisik
sebuah puisi yang selanjutnya, namun dalam mata pelajaran bahasa indonesia
dalam tingkat pendidikan tertentu bahasa figuratif atau majas ini tidak hanya
menjadi bagian dari struktur fisik puisi melainkan dapat pula sebagai
percakapan dalam drama, kalimat dalam cerita, dan sebagainya.
Sudjito mengemukakan majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Waluyo mengemukakan bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Perrine menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imajinasi tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengosentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.37
Dengan demikian, bahasa figuratif merupakan kata lain dari majas,
karena keduanya bersifat kiasan. Bahasa figuratif atau majas ini memiliki
kesamaan dengan kata konkret yang bersifat kiasan tetapi tidak seperti kata
konkret yang hanya satu kata saja melainkan dapat berupa satu larik dalam
puisi. Oleh karena itu, sesuai dengan penjabaran yang telah penulis uraikan
beberapa ahli telah menaruh perhatian dan mengemukan pendapat terkait
pengertian bahasa figuratif dan majas yang penulis simpulkan bahwa bahasa
figuratif atau majas ini merupakan bahasa yang bersifat kiasan yang
menjadikan puisi bermakna konotasi dan memiliki makna yang beragam
dengan bahasa yang singkat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Perrine
yang menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk
menyatakan apa yang dimaksud penyair, arti dari maksud tersebut tentu
berarti pengungkapan pikiran dan perasaan penyair dengan kata lain makna
37Ibid.,
yang terkandung pada puisi tersebut. Sebab itulah Perrine mengemukakan
empat alasan bahasa figuratif harus terdapat dalam sebuah puisi.
f) Verifikasi (rima, ritme, dan metrum)
Struktur fisik puisi juga perlu dilakukan verifikasi dengan rima, ritme,
dan metrum. Ketiga unsur tersebut dijadikan sebagai verifikasi atau
pemeriksaan terhadap puisi guna mengetahui pembacaan yang tepat sesuai
dengan bunyi puisi yang dibaca.
Verifikasi dalam puisi terdiri atas rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik di awal, di tengah, maupun di akhir baris puisi. Ritme merupakan tinggi rendah, panjang-pendek, keras-lembutnya bunyi. Ritme sangat menonjol bila puisi itu dibacakan. Ada ahli yang menyamakan ritme dengan metrum. Dalam deklamasi, biasanya puisi diberi
(„) pada suku kata bertekanan keras, dan (u) di atas suku kata yang bertekanan
lemah.38
Dengan demikian, verifikasi meliputi tiga unsur yaitu rima, ritme, dan
metrum. Rima, ritme, dan metrum memfokuskan kepada bunyi dalam sebuah
puisi tentu hal ini berkaitan dengan pembacaan puisi. Seperti yang telah
diuraikan dalam kutipan tersebut bahwa rima terkait dengan konsisten atau
persamaan bunyi yang terdapat dalam sebuah puisi baik yang berada di awal,
tengah, maupun akhir. Selain itu, ritme terkait dengan irama dalam
pembacaan puisi yang dihubungan dengan tinggi rendah, panjang-pendek,
keras-lembutnya bunyi sehingga ritme ini disebut juga dengan istilah metrum
karena memiliki makna yang serupa.
Berdasarkan bagian-bagian dalam struktur fisik puisi yang telah penulis
uraikan, maka dalam tingkat pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama)
yang menjadi pembelajaran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu
perwajahan puisi (tipografi) namun dalam hal ini, siswa diperkenalkan
dengan istilah citraan puisi hal ini terkait dengan kompetensi dasar
mendengarkan atau menyimak, membaca, dan menulis puisi. Selanjutnya
bagian yang diajarkan yaitu diksi, dalam pembelajaran kelas VII siswa belum
dikenalkan dengan istilah diksi namun hanya pemilihan kata dalam puisi, hal
ini dalam kompetensi dasar menulis puisi. Selanjutnya imaji, imaji dalam
38Ibid.,
pembelajaran kelas VII dalam kompetensi dasar menulis puisi. Kata konkret
belum diperkenalkan dalam pembelajaran kelas VII. Bahasa figuratif atau
majas sudah diajarkan dalam pembelajaran kelas VII namun diperkenalkan
dalam istilah gaya bahasa dan hanya gaya bahasa personifikasi saja.
Sedangkan verifikasi rima, ritme, dan metrum hanya rima saja yang sudah
diajarkan di kelas VII dalam kompetensi dasar mendengarkan atau
menyimak, membaca, dan menulis puisi. Jadi, hanya kata konkret yang
belum diajarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII.
b. Struktur batin puisi
Struktur batin juga menjadi suatu ketentuan unsur-unsur yang harus ada
dalam sebuah puisi. Struktur batin ini cenderung lebih memusatkan pada
sesuatu yang bersembunyi dalam sebuah puisi, bersembunyi berarti sesuatu
yang tidak terlihat dari sebuah puisi melainkan terkandung dalam sebuah
puisi itu sendiri. Adapun struktur batin meliputi empat unsur seperti yang
telah dijabarkan pula oleh Wahyudi Siswanto berikut ini, yaitu:
a) Tema atau makna
Bagian pertama dalam struktur batin puisi adalah tema atau makna.
Tema atau makna menjadi suatu hal dasar sebuah puisi, namun tema atau
makna dapat dijelaskan oleh penyair dan dapat pula harus ditemukan sendiri
oleh pembaca puisi.
Salah satu tataran dalam bahasa adalah hubungan tanda dengan makna yang dipelajari dalam semantik. Karena bahasa berhubungan dengan makna maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Untuk puisi yang konvensional tiap kata-baris, bait, sampai keseluruhan puisi mempunyai makna, tetapi mulai berkurang pada puisi modern atau komtemporer.39
Dengan demikian, tema atau makna yaitu arti yang terkandung dalam
sebuah puisi yang dapat diketahui melalui baris, bait, serta keseluruhan kata
yang terdapat di dalam sebuah puisi. Puisi tentu diharuskan memiliki tema
atau makna karena terkait dengan tataran bahasa.
39Ibid.,
b) Rasa
Rasa menjadi bagian kedua dalam struktur batin ini. Sebuah puisi tentu
terdapat rasa yang menjadi cara penyair dalam mempertimbangkan sikap
terkait sebuah puisi yang diciptakan, guna sebagai bentuk pengungkapan
penyair yang dituliskan dalam sebuah puisi.
Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikilogis, serta pengetahuan.40
Dengan demikian, rasa sebagai sikap penyair terkait permasalahan yang
dihadirkan dalam puisi yang diciptakan. Rasa dalam puisi juga dihubungkan
dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair. Oleh karena itu, melalui
rasa yang terdapat dalam puisi dapat pula menjadi penilaian pembaca
terhadap diri penyair melalui rasa yang timbulkan dalam sebuah puisi yang
tentu telah dipertimbangkan penyair aspek apakah yang dipilihnya menjadi
rasa di dalam puisinya, misalnya aspek-aspek yang telah diuraikan dalam
kutipan tersebut yaitu latar belakang pendidikan, agama dan sebagainya.
c) Nada
Nada juga menjadi bagian struktur batin sebuah puisi. Nada tentunya
berkaitan dengan cara pembaca puisi yang diinginkan penyair atau dapat pula
cara membaca yang secara kreatif dilakukan oleh pembaca puisi. Dalam
sebuah puisi, nada dapat membawa pengaruh terhadap sebuah puisi yang
dibaca.
Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang dalam menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk menyelesaikan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca , dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca.41
Dengan demikian, nada terkait sikap penyair terhadap pembacaan puisi
yang diciptakannya. Nada dalam puisi dapat pula dijadikan penyair sebagai
tujuan penyair menyampaikan tema yang terdapat dalam sebuah puisi.
40Ibid.,
h.124
41Ibid.,
Namun, tentu tidak deng