• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINAT SISWA DALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN BUKU TEKS KELAS VII SMP ISLAM AL-KHASYI'UN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MINAT SISWA DALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN BUKU TEKS KELAS VII SMP ISLAM AL-KHASYI'UN"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

NURHILALIYAH

1110013000068

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan: Dra. Hindun, M.Pd. desember 2014.

Minat menjadi salah satu pendukung keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas. Menurut Djaali dalam bukunya Psikologi Pendidikan minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui prestasi partisipasi dalam suatu aktivitas. Dengan demikian siswa akan memiliki kecenderungan dari diri sendiri untuk mengikuti pelajaran dengan tekun dan baik.

Dalam penelitian ini, masalah yang dikaji adalah minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks untuk anak kelas VII di SMP Islam Al-Khasyi‟un. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejelas-jelasnya tentang minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam

Al-Khasyi‟un. Objek dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Islam

Al-Khasyi‟un semester ganjil Tahun Ajaran 2014-2015. Teknik pengumpulan data

penelitian ini adalah teknik analisis data angket dan lembar observasi dengan menggunakan rumus P= .

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil angket yang masuk (berjumlah 40) maka diperoleh presentase angket 87,5% dengan jumlah siswa 35 menyatakan minat terhadap materi membaca puisi, sedangkan 75% dengan jumlah siswa 30 menyatakan senang membaca buku teks bahasa Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII perlu ditingkatkan. Sebaiknya, untuk mencapai kesempurnaan minat siswa dapat dilakukan dengan membimbing serta mendampingi siswa terutama guru bidang studi pada setiap pertemuan mata pelajaran bahasa Indonesia.

(7)

Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Under the guidance of: Dra. Hindun, M.Pd. december 2014.

Interest in becoming one of the supporting student success in receiving the material taught in the classroom teacher. According to Educational Psychology Djaali in his interest can be expressed through a statement that indicates that students are more like something from the other, can also be manifested through participation in an activity achievement. Thus, students will have a tendency of self to follow lessons diligently and well.

In this study, the considered problem is the students' interest in reading poetry by using textbooks for grades VII in SMP Islam Al-Khasyi'un. This study was conducted in July-August 2014. The purpose of this study was to determine clearly on students' interest in reading poetry using text books of class VII SMP Islam Khasyi'un. The object of this research is class VII SMP Islam Al-Khasyi'un semester of Academic Year 2014-2015. This research data collection techniques are techniques of data analysis questionnaire and observation sheet by using the formula P=

The results showed that the results of the questionnaire are entered (numbering 40), the presentase of the questionnaire 87,5% with the number of 35 students expressed an interest in poetry reading material, while 75% of the number of students 30 states enjoyed reading textbooks Indonesian. Thus, it can be concluded that students' interest in reading poetry using seventh grade text book needs to be improved. Preferably, to achieve perfection interests of students by guiding and assisting students, especially teachers of subjects at each meeting of Indonesian.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta inayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam penulis

curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyelamatkan manusia dari

jalan sesat menuju jalan lurus yang diridai Allah SWT.

Dalam rangka memenuhi kewajiban untuk mencapai gelar sarjana

pendidikan penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Minat Siswa dalam Membaca Puisi dengan Menggunakan Buku Teks Kelas VII SMP Islam

Al-Khasyi‟un”. Selama penulisan skripsi ini, tentunya tidak luput dari pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril dan materiil. Oleh karena itu, penulis

mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini:

1. Nurlena Rifa‟I MA, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hindun, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekretaris

jurusan, dosen penasehat akademik, dan dosen pembimbing yang dengan

kesabaran serta ketulusan meluangkan waktu untuk membimbingan dan

mengarahan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Wahyu Widoyo, S.Hut. selaku Kepala Sekolah SMP Islam Al-Khasyi‟un yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di

sekolah.

4. Dra. Kasroh selaku guru bahasa Indonesia SMP Islam Al-Khasyi‟un yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, pengalaman, dan membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian.

5. Siswa-siswa kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini serta para dewan guru SMP Islam Al-Khasyi‟un dan staff yang telah bersedia memberikan data-data yang peneliti butuhkan dalam

(9)

6. Ayahanda Alm. H. Umar Sholihin dan Ibunda Hj. Hasanah tercinta serta

kakak-kakakku Hasbiyallah, Hasbullah, Nur Aini, Nur Laila, Nur Jannah,

dan Nur Asiah yang selalu memberikan dukungan, doa, serta arahan yang

selalu menyertai dalam penulisan skripsi ini.

7. Sodikin yang telah memberikan doa, nasihat, semangat dan ketulusan dalam

menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Rizqi Aulia, Vivi Lutfiyani, Wilda Fizriyani, dan Dini Rismayanti Faoziah

sahabat-sahabatku yang memberikan semangat, motivasi dan keyakinan

untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman kelas PBSI-B angkatan 2010 yang telah banyak membantu dan

memberikan motivasi kepada penulis.

Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan yang telah kalian berikan

kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca

umumnya.

Jakarta, Desember 2014

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI A. Minat ... 6

1. Pengertian Minat ... 6

2. Macam-macam Minat ... 7

3. Cara Membangkitkan Minat ... 11

4. Peranan Minat dalam Belajar ... 12

B. Membaca ... 13

1. Pengertian Membaca ... 13

2. Proses Membaca... 14

3. Fungsi Membaca ... 15

4. Tujuan Pembelajaran Membaca ... 16

5. Minat Membaca ... 18

C. Puisi ... 20

1. Pengertian Puisi ... 20

2. Struktur Puisi ... 22

a. Struktur Fisik Puisi ... 22

b. Struktur Batin Puisi ... 27

(11)

D. Buku Teks ... 35

1. Pengertian Buku Teks ... 35

2. Klasifikasi Buku Teks ... 36

3. Kualitas Buku Teks ... 37

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

F. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian... 42

C. Instrumen Penelitian... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Observasi ... 43

2. Wawancara ... 45

3. Angket ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Khasyi‟un ... 47

B. Pembahasan ... 49

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 71

B. Implikasi ... 71

C. Saran ... 72

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kemampuan setiap siswa dalam memahami materi pembelajaran tidaklah

sama. Ada yang mudah dalam memahami materi pembelajaran, ada juga yang

sulit untuk memahami materi pembelajaran. Bahkan, ketidakmampuan siswa

ada yang disebabkan oleh mata pelajaran yang dipelajari, materi ajar, atau

pun minat siswa yang kurang baik.

Jika mata pelajarannya bahasa Indonesia, siswa hendaknya memiliki

minat terhadap keterampilan berbahasa yang merupakan materi dasar dari

pembelajaran. Adapun keterampilan berbahasa tersebut mencakup empat

keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Apabila tidak terdapat minat tersebut, bahasa Indonesia menjadi mata

pelajaran yang membosankan bagi para siswa. Oleh karena itu, hendaknya

guru mampu menumbuhkan minat siswa. Misalnya minat terkait dengan salah

satu keterampilan berbahasa yaitu membaca. Siswa dapat terus-menerus

memberi tahu kelebihan dari membaca agar timbul minat siswa terhadap

membaca.

Guru dapat mensosialisasikan istilah populer, membaca adalah jendela

dunia yang mampu memberikan pengetahuan, wawasan, hiburan serta

menciptakan imajinasi seseorang dari isi bacaan. Dalam pencapaian

kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa salah satunya

diharuskan mencapai kompetensi keterampilan membaca. Pada tingkat SMP

(Sekolah Menengah Pertama) materi yang berhubungan dengan keterampilan

membaca sangatlah beragam, antara lain membaca puisi, membaca teks

drama, membaca biografi tokoh, membaca denah dan lain sebagainya.

Materi membaca puisi, berdasarkan pengamatan penulis menjadi materi

(13)

banyak siswa yang tidak memiliki minat terhadap membaca puisi, sehingga

rasa percaya diri siswa terlihat kurang. Letak keindahan membaca puisi

berasal dari syair-syair serta cara pembacaannya. Namun penulis masih

menemukan pembacaan puisi tanpa pelafalan, volume suara, intonasi, serta

ekspresi yang tepat. Oleh karena itu, penulis memfokuskan materi membaca

puisi dalam penelitian ini.

Guru dapat mengupayakan agar siswa memiliki minat terhadap

keterampilan membaca. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan

memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sekolah terutama buku teks yang

menjadi buku pedoman wajib siswa, serta membumbui dengan inovasi yang

mampu meningkatkan tingkat membaca siswa.

Kurangnya minat dapat menjadi suatu kekhawatiran yang cukup

mengharuskan terciptanya suatu penanggulangan yang mampu meredanya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan yakni dengan memupuk minat para

siswa dalam membaca, sehingga akan menghasilkan para siswa yang mahir

dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Tinggi rendahnya minat membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia

menjadi salah satu yang mempengaruhi hasil belajar. Jika minat membaca

siswa rendah, hasil belajar siswa pun dapat rendah dan dapat menghalangi

siswa dalam memiliki pemahaman serta pengetahuan yang terkandung pada

suatu bacaan, terutama yang termuat dalam buku teks bahasa Indonesia yang

menjadi pedoman para siswa di sekolah.

Buku teks menjadi salah satu pendukung berlangsungnya proses belajar

mengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru bidang studi sebaiknya memeriksa

dan menilai terlebih dahulu buku teks yang akan dipakai dalam pembelajaran

terkait kesesuaian dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar,

kebahasaan dan kemudahan materi agar mudah dipahami siswa serta melihat

juga tampilan fisik buku yang menarik.

Ketersedian buku teks pada tingkat SMP sudah sangat beragam, namun

ketersediaan tersebut harus diseleksi dengan benar-benar agar siswa dalam

(14)

pemerintah berdasarkan kurikulum yang sedang diterapkan. Terkait minat

membaca serta pemakaian buku teks yang telah penulis uraian, maka penulis

melakukan penelitian terkait minat siswa dalam membaca dengan

menggunakan buku teks. Adapun yang menjadi fokus penulis, yaitu terkait

salah satu keterampilan membaca yakni membaca puisi yang ada di kelas VII

SMP.

Membaca puisi menjadi penelitian kali ini, karena puisi adalah materi

pembelajaran yang selalu ada dalam mata pelajaran bahasa Indonesia setiap

tingkat sekolah, namun sering dianggap pembacaan puisi itu sulit bagi siswa.

Oleh karena itu, faktor-faktor apa saja yang menjadikan anggapan tersebut

jika dikaitkan dengan buku teks yang menjadi penompang siswa dalam

pembelajaran sehari-hari pelajaran bahasa Indonesia. Maka dengan latar

belakang tersebutlah, penulis melakukan penelitian berjudul MINAT SISWA

DALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN BUKU TEKS

KELAS VII SMP ISLAM AL-KHASYI‟UN.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa terhadap membaca

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca siswa

3. Peran guru dalam membantu menumbuhkan dan meningkatkan minat

membaca, khususnya materi membaca puisi dalam pembelajaran bahasa

Indonesia

4. Keterkaitan fasilitas sekolah dengan minat membaca

5. Hubungan antara cara penyampaian guru dalam proses belajar mengajar

dengan minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks

6. Membaca puisi dianggap sulit bagi siswa

7. Membaca puisi dengan menggunakan buku teks

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang diidentifikasikan maka pada penelitian ini

(15)

tidak meluas, yaitu hal yang diteliti minat siswa dalam membaca puisi dengan

menggunakan buku teks, dengan subjek penelitian siswa kelas VII SMP

Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun lembaga pendidikan yang dimaksud

adalah SMP Islam Al-Khasyi‟un.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan

masalah “Bagaimana minat siswa dalam membaca puisi dengan

menggunakan buku teks kelas VII semester ganjil SMP Islam Al-Khasyi‟un?”

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yaitu:

untukmengetahui sejelas-jelasnya tentang minat siswa dalam membaca puisi

dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis

yaitu:

1. Manfaat atau kegunaan teori

a. Sebagai suatu karya ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai

membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia untuk

mengetahui minat membaca siswa.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan

penelitian berikutnya.

2. Manfaat atau kegunaan praktis

a. Untuk siswa

Sebagai bahan masukan agar siswa memiliki minat terhadap pelajaran

bahasa Indonesia khususnya materi pembelajaran membaca puisi, guna

menumbuhkan minat siswa terhadap membaca.

b. Untuk guru

Sebagai evaluasi diri bagi guru untuk meningkatkan kualitas dalam

kegiatan proses belajar mengajar di kelas, tidak hanya terkait minat

(16)

terhadap minat membaca siswa terhadap buku teks bahasa Indonesia

yang digunakan di sekolah.

c. Untuk kepala sekolah

Sebagai wacana untuk memberikan motivasi kepada guru bahasa

Indonesia untuk mengembangkan proses belajar mengajar, perihal

materi ajar terkait keterampilan membaca guna mengetahui minat

membaca siswa di sekolah tersebut.

d. Untuk mahasiswa

Sebagai pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Indonesia terkait

membaca puisi, sehingga dapat mengetahui minat membaca siswa dan

menambah bekal dalam mengajar melalui penelitian ini. Selain itu,

dapat mempermudah mahasiswa dalam mencari referensi yang terkait

penelitian serupa sebagai rujukan dan acuan yang dijadikan tinjauan

(17)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Minat

1. Pengertian Minat

Minat menurut psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu

memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus.1 Banyak para

ahli yang menaruh perhatian terhadap minat serta mengemukakan pendapat

terkait pengertian minat, seperti berikut ini:

a. Muhibbin Syah mengemukakan secara sederhana, minat adalah (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.2

b. Slameto mengemukakan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan atas suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin lebih besar minat.3

c. Kurt Singer di dalam buku terjemahannya yang berjudul Membina Hasrat

Belajar di Sekolah mengemukakan bahwa minat adalah suatu landasan

yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.4

d. Djaali mengemukakan bahwa minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.5

e. Lestar D. Crow dan Alice Crow di dalam buku terjemahannya yang berjudul Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa minat adalah daya gerak yang mendorong kita untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau kegiatan ataupun bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.6

1

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet. Ke-4, h. 84

2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja GrafindonPersada, 2004), h.151

3

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.157

4

Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Bandung: CV Remadja Karya), h.78

5

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3, h. 121

6

(18)

Berdasarkan uraian pendapat para ahli mengenai pengertian minat,

penulis menyimpulkan bahwa minat adalah suatu dasar yang menjadikan

siswa memiliki rasa serta keinginan belajar yang ada dari dirinya sendiri,

sehingga memperoleh pemahaman yang cepat serta mampu mengingat

pelajaran setelah proses belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan Kurt Singer yang telah dikemukan penulis sebelumnya.

2. Macam-macam Minat

a. Berdasarkan timbulnya

Minat berdasarkan timbulnya berarti minat yang ada sebab terjadinya

minat dalam diri seseorang, sebab inilah yang menjadi faktor asal mula suatu

perbuatan, kegiatan, kebiasaan yang melahirkan minat pada diri seseorang.

Minat berdasarkan timbulnya ini tentu tak sama asal mulanya, seperti yang

telah dikemukan oleh Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab yang

telah membedakan minat berdasarkan timbulnya menjadi dua kategori.

Minat dapat dibedakan menjadi minat primitif dan minat kultural. Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan yang enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. Minat kultural atau minat sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya minat belajar, induvidu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan berpendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat induvidu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.7

Dengan demikan¸ minat berdasarkan timbulnya terbagi dua yaitu

pertama minat primitif berarti minat yang lebih berhubungan dengan minat

biologis, berarti minat yang timbul karena keadaan dan sifat makhluk hidup.

Sedangkan kedua, minat kultural yaitu minat yang berhubungan dengan

sosial, minat yang timbul karena faktor keadaan dan situasi seseorang

terhadap lingkungannya.

7

(19)

b. Berdasarkan arahnya

Macam-macam minat dapat pula didasarkan dari arahnya yang berarti

minat yang dilihat dari tujuan minat ada pada diri seseorang. Seseorang yang

memiliki minat tentu memiliki tujuan mengapa minat tertentu menjadi minat

yang pilih, seperti yang dikemukan Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul

Wahab yang menjelaskan minat berdasarkan arahnya.

Minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik dan ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Misalnya, seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai akan ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian SIPENMARU, setelah menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SIPENMARU minat belajar menjadi turun.8

Berdasarkan uraian minat menurut arahnya, diketahui bahwa minat

dibagi menjadi minat instrisik dan ektrinsik. Minat instrinsik yang berarti

minat yang lebih mendasar, dalam arti minat yang ada karena dari diri

seseorang tersebut memiliki ketertarikan yang kuat terhadap suatu yang

diminatinya, Selanjutnya minat ekstrinsik yaitu minat yang terjadi karena

hendak mencapai tujuan akhir yang ingin dicapai. Jika tujuan akhir yang

membuat seseorang tersebut meminati sesuatu dan telah tercapai, maka

seseorang tersebut dapat meninggalkan bahkan menghilangkan minatnya.

c. Berdasarkan cara mengungkapan minat

Minat dapat pula dinyatakan melalui cara-cara tertentu, hal ini untuk

mengetahui minat yang dimiliki seseorang. Orang lain dapat mengetahui

minat yang dimiliki seseorang dengan cara menjadikan seseorang yang

memiliki minat sebagai subjek melalui berbagai cara agar subjek

mengungkapkan minat yang dimiliki dan telah dipilih. Abdul Rahman Shaleh

dan Muhbib Abdul Wahab telah membedakan menjadi empat cara

mengungkapan minat seseorang yaitu:

8

(20)

a) Expressed interest

Expressed interest menjadi cara pertama yang dapat dilakukan orang

lain untuk mengetahui minat seseorang. Orang lain dapat melakukan cara ini

untuk dapat memperoleh jawabannya terkait minat yang dimiliki seseorang

yang menjadi subjeknya. Cara ini tentu menjadi cara langsung untuk

mengetahui minat subjek.

Expressed interest merupakan minat yang diungkapkan dengan cara

meminta kepada subjek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya.9

Dengan demikian, expressed interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui meminta menuliskan kegiatan-kegiatan yang disenangi dan

tidak disenangi subjek. Tidak hanya itu, subjek juga diminta menyatakan

suatu hal yang disenangi dan tidak disenangi.

b) Manifest interest

Manifest interest menjadi cara kedua yang dapat dilakukan orang lain

untuk mengetahui minat seseorang. Cara ini dengan memperhatikan subjek

dengan memperhatikan dengan teliti untuk dapat diketahui dan menjawab

minat yang dimiliki subjek.

Manifest interest merupakan minat yang diungkapkan dengan cara

mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap

aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek dengan mengetahui hobinya.10

Dengan demikian, manifest interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui aktivitas-aktivitas yang dikerjakan, sehingga akan diketahui

minat subjek berupa hobi yang disenanginya. Manifest interest ini dilakukan secara mengobservasi atau mengamati subjek secara langsung.

c) Tested interest

Tested interest menjadi cara ketiga yang dapat dilakukan orang lain

untuk mengetahui minat seseorang. Cara ini dapat dilakukan dengan

9

Ibid., h. 267

10

(21)

melakukan tes terhadap subjek, hasil tes tersebut tentu menjadi jawaban yang

mengungkapkan minat yang dimiliki subjek.

Tested interest merupakan minat yang diungkapkan cara menyimpulkan

dari hasil jawaban tes objekif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.11

Dengan demikian, tested interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui pemberian tes objektif kemudian dilakukan penilaian dari hasil

jawaban. Berdasarkan penilaian dari pemberian tes tersebut akan diketahui

minat yang dimiliki subjek melalui perolehan nilai yang tertinggi terhadap

suatu objek atau masalah yang telah diberikan.

d) Inventoried interest

Inventoried interest menjadi cara terakhir yang dapat dilakukan orang

lain untuk mengetahui minat seseorang. Cara ini dengan menggunakan

instrumen untuk dapat diketahui minat subjek dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang menunjang terungkapnya suatu minat seseorang.

Inventoried interest merupakan minat yang diungkapkan dengan

menggunakan alat-alat yang sudah distandaritaskan, di mana biasanya berisi pertanyataan-pertanyaan yang ditunjukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek yang ditanyakan.12

Dengan demikian, inventoried interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui alat yang memuat pertanyaan dengan menggunakan alat-alat

yang distandaritaskan. Sehingga melalui alat yang berupa

pertanyaan-pertanyaan tersebut minat subjek dapat terungkapakan.

Berdasarkan macam-macam minat yang telah penulis uraikan, maka yang

sejalan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu minat instrinsik dan

inventoried interest. Minat instrinsik salah satu bagian dari minat berdasarkan

arahnya, minat tersebut minat yang berhubungan dengan aktivitas seseorang

yang memiliki tujuan mendasar seperti seseorang belajar karena memang

senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan,

sedangkan inventoried interest salah satu bagian cara mengungkapan minat,

11

Ibid., h.267-268

12

(22)

minat tersebut minat yang berhubungan dengan cara untuk mengetahui minat

subjek melalui alat yang memuat pertanyaan dengan menggunakan alat-alat

yang distandaritaskan.

3. Cara Membangkitkan Minat

Minat dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan untuk

menunjang keberhasilan siswa untuk mencapai indikator yang telah

ditetapkan dalam kurikulum yang sedang ditetapkan. Selain itu, dengan

adanya minat siswa akan lebih baik dalam mengikuti pelajaran yang diajarkan

dan mencegah kegagalan siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.

Namun demikian, minat perlu dibangkitkan kepada seluruh siswa agar minat

tidak hanya dimiliki oleh beberapa atau sebagian siswa saja tetapi sebisa

mungkin minat dapat dimiliki oleh seluruh siswa. Adapun cara-cara untuk

membangkitkan minat adalah sebagai berikut:

a. Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya).

b. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.

c. Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “Nothing succesds like

success”. Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu.

d. Gunakan pelbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demontrasi, dan sebagainya.13

Berdasarkan uraian tersebut maka disimpulkan bahwa minat memiliki

empat cara untuk membangkitkannya yaitu membangkitkan minat melalui

kebutuhan peminat, menghubungkan dengan pengalaman yang telah lalu

dengan minat, menyesuaikan kadar kesanggupan siswa jika dalam

memberikan bahan pelajaran, dan menggunakan pelbagai bentuk mengajar

seperti membaca. Empat cara tersebut sebaiknya tak terpisahkan satu pun

karena masing-masing cara sangat medukung bangkitnya suatu minat. Empat

cara tersebut tentu yang harus melakukan atau melaksanakan adalah guru

karena guru yang melakukan proses mengajar di kelas, dengan demikian

minat siswa akan terrealisasi melalui cara-cara membangkitkan minat

tersebut.

13

(23)

4. Perananan Minat dalam Belajar

Minat memiliki peranan dalam belajar karena minat menjadi faktor yang

mendukung saat siswa mengkuti pembelajaran. Minat sangat diperlukan

untuk permudah proses belajar mengajar di kelas, siswa yang memiliki minat

dalam belajar tentu akan antusias mengikuti materi ajar yang disampaikan

guru. Namun demikian, tidak semua siswa memiliki minat dalam belajar

terlebih terkait minat keseluruhan materi ajar.

Dalam proses pembelajaran, perbedaan individual perlu dicermati

dengan baik. Perbedaan individual dilihat dari inteligensi, gender, tingkat

sosial ekonomi status keluarga, siswa beresiko, dan handicapped children.14 Terkait dengan intelegensi seseorang, Syah mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensi seseorang adalah sebagai berikut:

a. Pembawaan yang ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri khusus yang dibawa sejak lahir.

b. Kematangan, semua organ manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dikatakan matang jika sudah menampakkan fungsi yang seharusnya. Kematangan biasanya berhubungan dengan usia.

c. Pembentukan, yaitu segala keadaan di luar diri seseorang baik disengaja ataupun tidak yang mempengaruhi perkembangan kemampuan intelegensi. Misalnya pembentukkan yang dilakukan di sekolah (sengaja) atau oleh pengaruh alam sekitar (tidak sengaja).

d. Minat yang mengarah perbuatan kepada suatu tujuan dan yang merupakan dorongan untuk perbuatan tersebut. Apa yang menarik minat seseorang akan mendorongnya untuk berbuat lebih baik/giat lagi.

e. Kebebasan, dimana manusia mempunyai kebebasan untuk memilih metode dan masalah mana yang sesuai dengan kebutuhannya.15

Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa minat menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensi seseorang.

Dalam belajar, minat adalah suatu keadaan siswa yang ikut berpartisipasi

terhadap pembelajarannya dengan aktif, hal tersebut karena siswa tersebut

merasa terdorong terhadap pembelajaran tersebut. Minat terkait

pembelajaran ini akan melahirkan siswa-siswa yang aktif serta berprestasi

dalam pelajaran yang diminatnya. Oleh karena itu, minat dapat dikatakan

14

Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah, 2010), h.35

15

(24)

sebagai salah satu bagian tes pengujian tingkat kecerdasan seseorang

(intelegensi).

Sikap dan minat sebagai faktor psikologis berbeda peranan dalam belajar. Peranan minat dalam belajar lebih besar atau lebih kuat dari sikap

yaitu minat akan berperan sebagai “motivating force” yaitu sebagai

kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya.16

Dengan demikian, peranan minat dalam belajar menjadi kekuatan

serta pendorong bagi siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki minat akan

selalu terdorong untuk giat dan tekun belajar dengan sikapnya yang senang.

Sehingga jika dihubungkan dengan pendapat Syah, minat menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensi seseorang, memanglah

terkait. Jika siswa minat dalam belajar serta giat dan rajin belajar, maka

dapat diketahui bahwa siswa tersebut memiliki tingkat kecerdasan. Oleh

karena itu, peranan minat dalam belajar sangat besar.

B.Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan satu keterampilan berbahasa di samping

menyimak, berbicara, dan menulis.17 Berikut ini pengertian membaca

menurut beberapa ahli, yaitu:

a. Henry Guntur Tarigan mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.18

b. Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet di dalam buku Meningkatkan

Ketrampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi) menyatakan

membaca merupakan memahami isi atau gagasan baik bersurat, tersirat bahkan tersorot dalam bacaan.19

16

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet.ke-4, h. 85

17

Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2008), Cet.ke-2, h.11.2

18

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (Bandung:Angkasa, 2008), h.7

19

(25)

c. Ahmad S. Harjasujana mengemukakan membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal ini berarti bahwa membaca memberikan respon terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik.20

d. Jazir Burhan mengemukakan membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan.21

e. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar mengemukakan membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang ditulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya.22

Dengan demikian sejalan dengan pendapat membaca oleh Jazir Burhan,

penulis menyimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan untuk

mengetahui makna yang terkandung dalam suatu kata, frasa, kalimat,

paragraf, atau wacana, tidak hanya sekedar melafalkan huruf-huruf semata,

baik secara lisan maupun hati. Oleh karena itu, membaca merupakan

keterampilan berbahasa yang kompleks yang juga memfungsikan mata, otak,

telinga, mulut bahkan hati untuk membantu kerja sama antara mengamati,

memahami, dan memikirkan untuk mengetahui makna yang terkandung

dalam suatu bacaan.

2. Proses Membaca

Kegiatan belajar siswa tidak terlepas dari kegiatan membaca. Membaca

materi pelajaran dari suatu mata pelajaran tentu kegiatan yang sederhana yang

mampu dilakukan semua siswa yang menjadi bagian proses belajar. Membaca

juga memiliki proses yang harus dilakukan siswa, ketika melakukan proses

membaca tentu saja membaca suatu isi bacaan, namun tidak selesai sampai di

situ saja melainkan ada proses lain yang harus dilakukan siswa.

Proses belajar tergantung pada kemampuan membaca. Orang yang dapat membaca dengan baik, biasanya dapat belajar dengan baik pula. Atau sebaliknya, orang dapat belajar dengan baik, biasanya membaca dengan baik

20Ibid.

, h.65

21

Ibid., h.64

22

(26)

pula. Yang dimaksud proses membaca tidak hanya melihat huruf-huruf, kata, kalimat, paragraf dan kemudian menerjemahkannya kedalam pikiran, akan tetapi merupakan fungsi atau pekerjaan yang kompleks dan menyangkut berbagai segi organ manusia.23

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses membaca merupakan

salah satu aspek penting dari suatu kegiatan belajar siswa karena jika proses

membaca siswa baik, maka akan memudahkan siswa tersebut dalam

memahami materi pelajaran dari proses membaca yang dilakukannya. Proses

membaca merupakan suatu pekerjaan yang kompleks bagi pembaca karena

selain membaca suatu isi bacaan, pembacaan juga harus memahami makna

yang tertulis dengan mengikutsertakan organ manusia tidak hanya mata dan

hati untuk membantu memahami suatu bacaan.

3. Fungsi Membaca

Membaca memiliki fungsi yang berarti kegunaan setelah seseorang

melakukan kegiatan membaca. Fungsi membaca tidak hanya untuk

memperoleh pengetahuan dari isi bacaan karena fungsi membaca sangat

beragam. Dengan demikian, Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet

menjabarkan fungsi-fungsi ketika seseorang membaca. Adapun fungsi-fungsi

membaca tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fungsi intelektual

Dengan banyak membaca dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina daya nalar. Contohnya membaca laporan penelitian, jurnal, atau karya ilmiah lain.

b. Fungsi pemacu kreativitas

Hasil membaca dapat mendorong, menggerakkan diri untuk berkarya, didukung oleh keleluasan wawasan dan pemilihan kosakata.

c. Fungsi praktis

Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan. Contohnya teknik memelihara ikan lele, teknik memotret, resep membuat minuman dan makanan, cara membuat alat rumah tangga, dan lain-lain.

d. Fungsi rekreatif

Membaca digunakan sebagai upaya penghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan. Contohnya bacaan-bacaan ringan, novel-novel pop, cerita humor, fabel, karya sastra, dan lain-lain.

23

(27)

e. Fungsi informatif

Dengan membaca informatif contohnya surat kabar, majalah, dan lain-lain dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita perlukan dalam kehidupan.

f. Fungsi religius

Membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan meningkatkan diri kepada Tuhan. g. Fungsi sosial

Kegiatan membaca memiliki fungsi sosial yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring. Dengan demikian, kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat, dan berpikir. Contohnya pembacaan berita, karya sastra, pengumuman, dan lain-lain.

h. Fungsi pembunuh sepi

Kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang. Contohnya membaca majalah, surat kabar, dan lain-lain.24

Berdasarkan fungsi-fungsi membaca tersebut, dapat dikategorikan

beberapa fungsi membaca yang sejalan dengan penelitian yang penulis

lakukan, yaitu fungsi intelektual, fungsi pemacu kretivitas, fungsi rekreatif,

fungsi religius, fungsi sosial, dan fungsi pembunuh sepi. Fungsi-fungsi yang

telah penulis tetapkan tentu karena penelitian ini berkaitan dengan membaca

puisi, sehingga fungsi-fungsi tersebut dapat menjadi fungsi yang didapatkan

siswa dalam kegiatan membaca puisi.

4. Tujuan Pembelajaran Membaca

Setiap pembelajaran tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai, begitu

pula pembelajaran membaca. Membaca menjadi bagian dalam pembelajaran

bahasa Indonesia yang merupakan kategori pembelajaran yang berkaitan

dengan keterampilan berbahasa. Dengan demikian, dalam pembelajaran

membaca memiliki tujuan berbahasa yang dijabarkan oleh Budinuryanta Y,

dkk.

Secara umum tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa, yaitu: a. Tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan

pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya.

b. Tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret.

24

(28)

c. Tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa (atau dialek) itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa seperti seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan

dianggap “asing” lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek itu.

d. Tujuan kebudayaan, terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau masyarakat.

Berdasarkan tujuan pembelajaran membaca tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa mencakupi empat bagian yaitu pertama tujuan

penalaran berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan

keterjangkauan berpikir siswa terkait isi bacaan, kedua tujuan instrumental

berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan penggunaan

bahasa dalam suatu bacaan, ketiga tujuan integratif berarti tujuan

pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan variasi bahasa yang

digunakan oleh masing-masing individu, dan terakhir tujuan kebudayaan

berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan kebudayaan

yang meliputi pengetahuan sebagai makhluk yang bertimbal-balik dengan

orang lain.

Untuk memenuhi semua tujuan tersebut salah satu cara efektif yang dapat ditempuh adalah dengan membaca. Dengan membaca dunia berada di tangan. Artinya, semua informasi dengan mudah dapat diketahui lewat membaca. Mengingat begitu pentingnya membaca, membaca perlu diajarkan kepada setiap generasi. Hasrat dan minat membaca perlu ditumbuhkembangkan pada diri setiap orang. 25

Berdasarkan penjabaran tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kutipan

tersebut berkaitan dengan empat tujuan pembelajaran membaca yang telah

diuraikan sebelumnya. Dalam pencapaian semua tujuan pembelajaran

membaca tentu dengan cara membaca, namun untuk mencapainya harus

melalui cara efektif agar siswa berkeinginanan membaca. Dengan demikian,

setiap generasi hendaklah dapat ditumbuhkembangkan hasrat dan minat

membaca karena dengan hasrat dan minat siswa terhadap membaca, tentu

membaca bukan lagi sebab tuntutan guru tetapi keinginan dari diri sendiri.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian penulis yang melakukan penelitian

25

(29)

terkait pembelajaran membaca yang mengamati dan teliti dari minat yang

dimiliki siswa tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas VII.

5. Minat Membaca

Membaca tentu dapat dijadikan minat yang dipilih seseorang. Bagi

seorang siswa memiliki minat membaca menjadi hal yang membantu

keberhasilan dan memudahkan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan

hampir setiap harinya, karena dalam pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan

membaca materi pelajaran.

Minat membaca merupakan kebiasaan yang diperoleh setelah seseorang

dilahirkan. Dengan demikian, minat membaca bukanlah kebiasaan bawaan.

Oleh karena itu minat membaca dapat dipupuk, dibina, dan dikembangkan.26

Dengan demikian, minat membaca dapat menjadi kebiasaan semua orang

karena pada dasarnya minat membaca tidak dibawa saat seseorang lahir.

Minat membaca dapat diusahkan sehingga mampu tercipta pada diri

seseorang, antara lain dengan memupuk, membina, serta mengembangan diri

untuk terus membaca, agar membaca bisa menjadi suatu kebiasaan yang

disenangi seseorang dan dapat dikatakan sebagai minat terhadap membaca.

Oleh karena itu, hendaknya minat membaca perlu diusahakan. Henry Guntur

Tarigan menjelaskan beberapa usaha untuk meningkatkan minat terhadap

membaca yaitu sebagai berikut:

a. Menyediakan waktu untuk membaca

Membaca perlu menghabiskan seluruh isi bacaan yang sedang dibaca,

jika suatu bacaan sedikit ataupun banyak tentu tetap memerlukan waktu untuk

menyelesaikan isi bacaan. Bagi seseorang yang berusaha memiliki minat

terhadap membaca, untuk melakukan kegiatan membaca tidak hanya

memerlukan satu waktu saja untuk membaca sesuatu yang ingin diminatinya.

Tidak perlu lebih dari lima belas atau tiga puluh menit , tetapi kesetiaan seseorang terhadap membaca akan memudahkan seseorang berbuat lebih banyak lagi membaca daripada yang mungkin seseorang pikirkan. Mempertimbangkan dengan baik-baik akan segala nilai nisbi tuntunan-tuntunan waktu, pasti akan menolong seseorang untuk menentukan yang

26

(30)

mana memberikan sumbangan yang paling banyak terhadap perkembangan pribadi dan sosial seseorang. 27

Dengan demikian, usaha meningkatkan minat membaca pertama ini

berkaitan dengan usaha seseorang untuk memiliki minat membaca dengan

kesedian meluangkan waktu untuk membaca. Ketersediaan waktu yang

dilakukan pembaca hendaknya dilakukan dengan kesetiaan atau dapat

katakan dilakukan secara rutin setiap hari, tidak harus dengan meluangkan

waktu yang lama untuk mengusahakan seseorang memiliki minat tetapi dapat

hanya meluangkan waktu lima belas atau tiga puluh menit dengan memilih

bacaan yang memiliki nilai tersendiri bagi perkembangan pribadi maupun

sosial seseorang tersebut.

b. Memilih bacaan yang baik

Jenis bacaan sangat beragam, sehingga bagi seseorang yang berusaha

memiliki minat dapat memilih bacaan yang baik bagi dirinya. Bacaan yang

baik tentu bukan bacaan yang banyak diminati orang lain kebanyakan, karena

minat antara seseorang dengan orang lain berbeda.

Menyedikan waktu untuk membaca sangat erat berhubungan dengan salah satu aspek yang paling penting dari membaca kritis, yaitu mengetahui apa yang baik dan bermanfaat untuk dibaca. Setiap pribadi harus mengadakan prinsip-prinsip sendiri yang dapat membimbing pilihanya terhadap apa yang harus dibaca dan apa yang harus dilewatkan, dilalui saja28

Dengan demikian, usaha meningkatkan minat membaca kedua ini

masih berkaitan dengan usaha yang pertama, terkait ketersediaan waktu yang

diberikan seseorang yang berusaha memiliki minat terhadap membaca. Oleh

karena itu, usaha kedua ini dengan cara seseorang memilih bacaan yang baik

berdasarkan prinsip-prinsip yang menjadi tuntunan seseorang untuk memilih

bacaan yang baik bagi dirinya sendiri. Sehingga melalui pemilihan bacaan

tersebut seseorang dapat lebih mengetahui bacaan yang baik bagi diri

seseorang untuk dibaca, berdasarkan waktu yang telah disediakannya.

Berdasarkan uraian terkait minat membaca, penulis menyimpulkan

bahwa minat membaca tidak dibawa sejak manusia lahir, namun minat

27

Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), h. 106

28Ibid.

(31)

seseorang dapat dibantu dengan membina, memupuk, serta mengembangkan

minat. Guru dapat melakukan untuk menjadikan para siswa minat membaca.

Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Henry Guntur Tarigan yang

menjelaskan bahwa minat membaca dapat diusahakan melalui dua cara yaitu

dengan menyediakan waktu untuk membaca dan memilih bacaan yang baik.

Dengan demikian guru dapat memberikan waktu kepada siswa untuk

membaca dan memilih bacaan yang baik bagi siswa masing-masing namun

tentu untuk hal kedua ini, harus tetap terkait dengan materi ajar yang sedang

diajarkan guru.

C.Puisi

1. Pengertian Puisi

Puisi menjadi salah satu materi pelajaran dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia, tidak hanya itu puisi menjadi materi ajar yang selalu ada di setiap

tingkat pendidikan mulai dari SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah

Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), bahkan perguruan tinggi untuk

jurusan tertentu. Puisi tidak hanya terkenal di Indonesia saja, bahkan di

negara lain. Oleh karena itu, asal usul pengertian puisi pun disinonimkan

dengan beberapa negara lain.

Secara etimologis dan secara kamus umum dan kamus istilah kata puisi disinonimkan dengan istilah poetry (bahasa Inggris), poesie (bahasa Prancis),

poezie (bahasa Belanda). Istilah-istilah itu berasal dari bahasa Yunani,

poieetes dan bahasa Gerik, yaitu poeta. Secara sederhana pengertian puisi itu

adalah membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Makna sederhana itu berkembang dan menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut irama, sajak, kata-kata kiasan.29

Berdasarkan pengertian tersebut maka pada dasarnya puisi merupakan

hasil seni sastra yang kata-katanya terdiri dari irama, sajak, serta kata hiasan

yang hasil seni sastranya disebut membangun, menyebabkan, menimbulkan,

dan menyair. Namun pengertian puisi tidak sebatas berdasarkan pengertian

asal-usul tersebut, banyak ahli yang menaruh perhatian dan mengemukakan

29

(32)

pengertian puisi. Tentu tidak hanya ahli yang berasal dari Indonesia saja,

melainkan ahli yang berasal dari negara lain.

Waluyo mengemukakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.30 Sedangkan Wardjito Soeharso mengemukakan puisi adalah ekspresi pikiran dan pikiran penulisnya dalam bentuk susunan kata-kata indah dan bermakna. Indah dan bermakna adalah kata-kata kunci untuk pengertian puisi.31

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Waluyu mengemukakan

puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

penyair yang bersifat khayal dan memusatkan perhatian pada struktur fisik

dan struktur batin puisi. Sedangkan tidak jauh berbeda pengertian oleh

Wardjito Soeharso yang mengemukan puisi adalah ungkapan pikiran dalam

bentuk susunan kata-kata indah dan bermakna.

Harlold Bloom dalam buku The Norton Anthology of Theory and

Criticism, mengemukakan pendapatnya tentang puisi, yaitu: Poetry is the

anxiety of influence, is misprision, is a disciplined perverseness. Poetry is

misunderstanding, misinterprestation, misalliance.32

Arti pengertian puisi tersebut adalah suatu kecemasan pengaruh,

menginsprirasi yang menjadi siasat disiplin sebuah ilmu. Puisi juga

merupakan memahami, pencapai suatu hasil, serta penggabungan antara

keduannya. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa puisi berdasarkan

yang telah dikemukakan Harlold Bloom adalah suatu kegiatan seseorang

untuk memahami suatu puisi serta memahami makna yang berarti mencapai

suatu hasil dari bacaannya. Sebab itulah, puisi menjadi suatu yang

mempengaruhi serta menginsprirasi sehingga dijadikan puisi sebagai disiplin

ilmu.

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan terkait pengertian puisi,

penulis menyimpulkan puisi sejalan dengan pendapat Waluyo yang berarti

puisi merupakan pengungkapan pikiran dan perasaan penyair yang bersifat

khayal dan memusatkan perhatian pada struktur fisik dan struktur batin.

30

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h.108

31

Wardjito Soeharso, Yuk, Nulis Puisi, (Surabaya: PNRI (Perum Percetakan Negara RI Cabang Surabaya), h. 18

32

(33)

Struktur fisik dan dan struktur batin puisi suatu hal yang tentu tak terlepaskan

dari suatu puisi yang dibuat oleh penyair. Dengan demikian, puisi menjadi

salah satu bentuk dari karya sastra.

2. Struktur Fisik dan Batin Puisi

Puisi terdiri dari struktur fisik dan struktur batin puisi. Seorang penyair

dalam menciptakan sebuah puisi tidak hanya mengungkapkan pikiran dan

perasaan yang dimilikinya, tetapi juga memperhatikan struktur fisik dan

struktur batin puisi. Struktur fisik dan struktur batin dalam sebuah puisi juga

menjadi perhatian seorang yang membaca puisi, pembaca puisi tentu akan

melihat dan menganalisis kedua struktur puisi tersebut. Dalam pembelajaran

puisi di sekolah struktur fisik dan struktur batin puisi juga menjadi perhatian

dan analisis siswa, namun tidak semua bagian dari kedua struktur puisi

tersebut dipelajari, sesuai dengan tingkat pendidikan siswa dan standar

kurikulum yang sedang ditetapkan. Adapun kedua struktur tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Struktur fisik puisi

Struktur fisik menjadi suatu ketentuan unsur-unsur yang harus ada dalam

sebuah puisi. Selain itu, struktur fisik dapat pula dijadikan struktur yang

cenderung terlihat dari sebuah puisi. Adapun struktur fisik meliputi empat

unsur seperti yang telah dijabarkan Wahyu Siswanto berikut ini, yaitu:

a) Perwajahan puisi (tipografi)

Puisi memiliki perwajahan yang disebut tipografi. Perwajahan dalam

puisi menjadi bagian pertama dalam struktur fisik puisi karena perwajahan ini

lebih memusatkan pada pemakaian kata keseluruhan yang diciptakan penyair

yang menjadi sebuah puisi dan terlihat.

Ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi adalah perwajahannya. Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi. Pengaturan baris dalam puisi sangat berpengaruh terhadap pemaknaan puisi karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas). Perwajahan puisi juga bisa mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya.33

33

(34)

Dengan demikian, perwajahan puisi adalah bentuk puisi yang terlihat

berupa pengaturan yang terkait dengan baris dalam sebuah puisi yang dapat

mempengaruhi makna dari sebuah puisi. Selain itu, perwajahan juga dapat

dikaitkan dengan penulisan yang digunakan penyair baik berupa kata, larik,

dan bait. Oleh karena itu, perwajahan suatu bentuk puisi lebih memfokuskan

pada pengaturan dan penulisan puisi yang terlihat, hal tersebut guna

menentukan makna yang terdapat dari puisi penyair.

b) Diksi

Strukur fisik puisi kedua yaitu diksi. Diksi dalam puisi menjadi

keharusan yang dilakukan penyair agar kata-kata puisi terlihat indah,

mengungkapakan pikiran serta perasaan penyair yang sesuai, dan tentu

banyak hal lain yang menjadikan kata-kata dipilih dan dijadikan sebuah puisi.

Diksi menjadi bagian struktur fisik puisi karena diksi dalam puisi pun terlihat.

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-kata-kata-katanya harus dipilih secermat mugkin. Pemillihan kata dalam puisi berhubungan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan kata berkaitan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luar wawasan penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan.34

Dengan demikian, diksi adalah pemilihan kata-kata yang dipilih penyair

dalam puisi yang diciptakan dengan kata-kata yang dikemas dengan kata-kata

yang sedikit namun mengandung banyak makna. Puisi yang dibuat penyair

dengan memperhatikan betul-betul diksi puisi yang diciptakan, dapat pula

menunjukkan identitas penyair yang berlatar belakang berwawasan luas atau

tidak dari pemilihan kata-kata dalam puisinya.

c) Imaji

Struktur fisik puisi selanjutnya adalah imaji. Imaji terkait dengan daya

pikir yang diungkapkan penyair dengan maksud pembaca puisi juga dapat

membayangkan puisi yang telah penyair ciptakan. Imaji dapat pula dijadikan

sebagai penguat puisi yang penyair ciptakan, agar pikiran ataupun

pengalaman penyair sampai kepada pembaca puisi. Dalam imaji tentu tak

34Ibid.,

(35)

hanya terkait dengan bayangan seolah pembaca puisi melihat, tetapi juga

berkaitan dengan indra lainnya.

Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti pengelihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair.35

Dengan demikian, imaji terkait dengan kata atau kumpulan kata yang

dipakai penyair dalam puisi yang diciptakan guna mengungkapkan

pengalaman indrawi yaitu penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Sehingga

pembaca puisi dapat membayangkan seolah betul-betul mengalami hal yang

diimajinasikan penyair.

d) Kata konkret

Kata konkret tentu berkaitan dengan kata yang digunakan penyair dalam

puisi yang diciptakannya, namun terlepas dari keseluruhan kata seperti

perwajahan ataupun imaji yang menggunakan kumpulan kata karena kata

konkret hanya memfokuskan pada satu kata yang bermakna kata konkret.

Puisi menggunakan kata konkret memiliki kegunaan tertentu, sehingga kata

konkret menjadi salah satu bagian dari struktur fisik puisi.

Seperti yang diterangkan sebelumnya kata konkret berhubungan erat dengan imaji. Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Dengan kata konkret akan memungkinkan imaji muncul. Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambang. Kata konkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata konkret rawa-rawa dapat melambangkan tempat yang kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan.36

Dengan demikian, kata konkret masih berhubungan dengan imaji yang

juga telah penulis uraikan sebelumnya. Kata konkret merupakan kata yang

berwujud yang dapat dibayangkan dialami indra manusia. Namun terdapat

perbedaan dengan imaji, jika imaji tak dibatasi penggunaan kata apapun

dengan syarat memunculkan makna dilihat, didengar, ataupun dirasa yang

dapat berkaitan dengan indra manusia, berbeda dengan kata konkret yang

35Ibid.,

h. 118

36Ibid.,

(36)

cenderung lebih terbatas dengan kata kiasan atau lambang saja seperti kata

salju dan rawa-rawa yang dicontohkan dalam kutipan.

e) Bahasa figuratif (majas)

Bahasa figuratif atau majas termasuk juga dalam bagian struktur fisik

sebuah puisi yang selanjutnya, namun dalam mata pelajaran bahasa indonesia

dalam tingkat pendidikan tertentu bahasa figuratif atau majas ini tidak hanya

menjadi bagian dari struktur fisik puisi melainkan dapat pula sebagai

percakapan dalam drama, kalimat dalam cerita, dan sebagainya.

Sudjito mengemukakan majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Waluyo mengemukakan bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Perrine menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imajinasi tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengosentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.37

Dengan demikian, bahasa figuratif merupakan kata lain dari majas,

karena keduanya bersifat kiasan. Bahasa figuratif atau majas ini memiliki

kesamaan dengan kata konkret yang bersifat kiasan tetapi tidak seperti kata

konkret yang hanya satu kata saja melainkan dapat berupa satu larik dalam

puisi. Oleh karena itu, sesuai dengan penjabaran yang telah penulis uraikan

beberapa ahli telah menaruh perhatian dan mengemukan pendapat terkait

pengertian bahasa figuratif dan majas yang penulis simpulkan bahwa bahasa

figuratif atau majas ini merupakan bahasa yang bersifat kiasan yang

menjadikan puisi bermakna konotasi dan memiliki makna yang beragam

dengan bahasa yang singkat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Perrine

yang menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk

menyatakan apa yang dimaksud penyair, arti dari maksud tersebut tentu

berarti pengungkapan pikiran dan perasaan penyair dengan kata lain makna

37Ibid.,

(37)

yang terkandung pada puisi tersebut. Sebab itulah Perrine mengemukakan

empat alasan bahasa figuratif harus terdapat dalam sebuah puisi.

f) Verifikasi (rima, ritme, dan metrum)

Struktur fisik puisi juga perlu dilakukan verifikasi dengan rima, ritme,

dan metrum. Ketiga unsur tersebut dijadikan sebagai verifikasi atau

pemeriksaan terhadap puisi guna mengetahui pembacaan yang tepat sesuai

dengan bunyi puisi yang dibaca.

Verifikasi dalam puisi terdiri atas rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik di awal, di tengah, maupun di akhir baris puisi. Ritme merupakan tinggi rendah, panjang-pendek, keras-lembutnya bunyi. Ritme sangat menonjol bila puisi itu dibacakan. Ada ahli yang menyamakan ritme dengan metrum. Dalam deklamasi, biasanya puisi diberi

(„) pada suku kata bertekanan keras, dan (u) di atas suku kata yang bertekanan

lemah.38

Dengan demikian, verifikasi meliputi tiga unsur yaitu rima, ritme, dan

metrum. Rima, ritme, dan metrum memfokuskan kepada bunyi dalam sebuah

puisi tentu hal ini berkaitan dengan pembacaan puisi. Seperti yang telah

diuraikan dalam kutipan tersebut bahwa rima terkait dengan konsisten atau

persamaan bunyi yang terdapat dalam sebuah puisi baik yang berada di awal,

tengah, maupun akhir. Selain itu, ritme terkait dengan irama dalam

pembacaan puisi yang dihubungan dengan tinggi rendah, panjang-pendek,

keras-lembutnya bunyi sehingga ritme ini disebut juga dengan istilah metrum

karena memiliki makna yang serupa.

Berdasarkan bagian-bagian dalam struktur fisik puisi yang telah penulis

uraikan, maka dalam tingkat pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama)

yang menjadi pembelajaran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu

perwajahan puisi (tipografi) namun dalam hal ini, siswa diperkenalkan

dengan istilah citraan puisi hal ini terkait dengan kompetensi dasar

mendengarkan atau menyimak, membaca, dan menulis puisi. Selanjutnya

bagian yang diajarkan yaitu diksi, dalam pembelajaran kelas VII siswa belum

dikenalkan dengan istilah diksi namun hanya pemilihan kata dalam puisi, hal

ini dalam kompetensi dasar menulis puisi. Selanjutnya imaji, imaji dalam

38Ibid.,

(38)

pembelajaran kelas VII dalam kompetensi dasar menulis puisi. Kata konkret

belum diperkenalkan dalam pembelajaran kelas VII. Bahasa figuratif atau

majas sudah diajarkan dalam pembelajaran kelas VII namun diperkenalkan

dalam istilah gaya bahasa dan hanya gaya bahasa personifikasi saja.

Sedangkan verifikasi rima, ritme, dan metrum hanya rima saja yang sudah

diajarkan di kelas VII dalam kompetensi dasar mendengarkan atau

menyimak, membaca, dan menulis puisi. Jadi, hanya kata konkret yang

belum diajarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII.

b. Struktur batin puisi

Struktur batin juga menjadi suatu ketentuan unsur-unsur yang harus ada

dalam sebuah puisi. Struktur batin ini cenderung lebih memusatkan pada

sesuatu yang bersembunyi dalam sebuah puisi, bersembunyi berarti sesuatu

yang tidak terlihat dari sebuah puisi melainkan terkandung dalam sebuah

puisi itu sendiri. Adapun struktur batin meliputi empat unsur seperti yang

telah dijabarkan pula oleh Wahyudi Siswanto berikut ini, yaitu:

a) Tema atau makna

Bagian pertama dalam struktur batin puisi adalah tema atau makna.

Tema atau makna menjadi suatu hal dasar sebuah puisi, namun tema atau

makna dapat dijelaskan oleh penyair dan dapat pula harus ditemukan sendiri

oleh pembaca puisi.

Salah satu tataran dalam bahasa adalah hubungan tanda dengan makna yang dipelajari dalam semantik. Karena bahasa berhubungan dengan makna maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Untuk puisi yang konvensional tiap kata-baris, bait, sampai keseluruhan puisi mempunyai makna, tetapi mulai berkurang pada puisi modern atau komtemporer.39

Dengan demikian, tema atau makna yaitu arti yang terkandung dalam

sebuah puisi yang dapat diketahui melalui baris, bait, serta keseluruhan kata

yang terdapat di dalam sebuah puisi. Puisi tentu diharuskan memiliki tema

atau makna karena terkait dengan tataran bahasa.

39Ibid.,

(39)

b) Rasa

Rasa menjadi bagian kedua dalam struktur batin ini. Sebuah puisi tentu

terdapat rasa yang menjadi cara penyair dalam mempertimbangkan sikap

terkait sebuah puisi yang diciptakan, guna sebagai bentuk pengungkapan

penyair yang dituliskan dalam sebuah puisi.

Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikilogis, serta pengetahuan.40

Dengan demikian, rasa sebagai sikap penyair terkait permasalahan yang

dihadirkan dalam puisi yang diciptakan. Rasa dalam puisi juga dihubungkan

dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair. Oleh karena itu, melalui

rasa yang terdapat dalam puisi dapat pula menjadi penilaian pembaca

terhadap diri penyair melalui rasa yang timbulkan dalam sebuah puisi yang

tentu telah dipertimbangkan penyair aspek apakah yang dipilihnya menjadi

rasa di dalam puisinya, misalnya aspek-aspek yang telah diuraikan dalam

kutipan tersebut yaitu latar belakang pendidikan, agama dan sebagainya.

c) Nada

Nada juga menjadi bagian struktur batin sebuah puisi. Nada tentunya

berkaitan dengan cara pembaca puisi yang diinginkan penyair atau dapat pula

cara membaca yang secara kreatif dilakukan oleh pembaca puisi. Dalam

sebuah puisi, nada dapat membawa pengaruh terhadap sebuah puisi yang

dibaca.

Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang dalam menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk menyelesaikan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca , dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca.41

Dengan demikian, nada terkait sikap penyair terhadap pembacaan puisi

yang diciptakannya. Nada dalam puisi dapat pula dijadikan penyair sebagai

tujuan penyair menyampaikan tema yang terdapat dalam sebuah puisi.

40Ibid.,

h.124

41Ibid.,

(40)

Namun, tentu tidak deng

Gambar

TABEL KISI-KISI TENTANG MINAT SISWA DALAM MEMBACA
Tabel 2 Saya selalu membaca sejumlah pelajaran bahasa Indonesia dimulai
Tabel 4 Saya selalu menantikan materi membaca, dibandingkan dengan materi
Tabel 7 Saya senang dengan membaca puisi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Murniati, Rina. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Berdasarkan Keindahan Alam dengan Menggunakan Teknik Beriur Kata Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2

Menurut Suharyanti (2008:108) contoh faktor internal antara lain pembawaan atau bakat, jenis kelamin, umur dan tingkat perkembangan, keadaan fisik dan psikis, dan

Hasil penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Islam Al Munawaroh Banjarnegara dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan tindakan kelas dalam pembelajaran menulis puisi dan peningkatan keterampilan menulis puisi dengan teknik

Ketepatan Pengembangan Nilai-Nilai Multikultural Dengan Komponen Pengembangan Buku Teks Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam PAI Kelas VII SMP Berbasis Multikultural Pada

Jika teknik ladang kata dengan media gambar sebelumnya digunkan dalam menulis puisi untuk menggali ide-ide berupa kata kunci, namun pada penelitian yang dilakukan

Berdasarkan data yang diperoleh, untuk mengetahui keterampilan menulis teks cerpen dengan menggunakan teknik parafrase puisi siswa kelas VII SMP Negeri 1 V Koto

Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian, hal ini melibatkan perbendaharaan kata dan struktur dasar