Lampiran 2. Penggunaan Faktor-Faktor Produksi.
Sampel Produksi (Y)
38 17100 0,3 9045 1500 47.25 84.7 64.5
Lanjutan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi.
Sampel Prevaton (cc)
(HKO)
Lampiran 2. Penggunaan Faktor Produksi (kg/Ha).
Lampiran 3
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Produktivitas (kg/Ha) 5.46E4 14642.039 40
Bibit (batang/Ha) 2.95E4 7634.695 40
Pupuk Organik (kg/Ha) 5148.82 740.802 40
Pupuk N (kg/Ha) 149.95 22.548 40
Pupuk P (kg/Ha) 278.38 44.128 40
Pupuk K (kg/Ha) 221.15 47.562 40
Insektisida (cc/Ha) 2062.72 650.079 40
Insektisida
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Tenaga Kerja
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Produktivitas (kg/Ha)
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), Tenaga Kerja (HKO/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Pupuk N
(kg/Ha), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7.882E9 7 1.126E9 75.274 .000a
Residual 4.787E8 32 1.496E7
Total 8.361E9 39
a. Predictors: (Constant), Tenaga Kerja (HKO/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Pupuk N (kg/Ha),
Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha)
b. Dependent Variable: Produktivitas (kg/Ha)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2329.863 6775.258 .344 .733
Bibit (batang/Ha) 1.856 .096 .968 19.428 .000 .721 1.387
Pupuk Organik
(kg/Ha) .553 1.114 .028 .497 .623 .564 1.775
Pupuk N (kg/Ha) -22.698 31.895 -.035 -.712 .482 .742 1.348
Pupuk P (kg/Ha) -21.309 21.776 -.064 -.979 .335 .415 2.407
Pupuk K (kg/Ha) 33.146 19.352 .108 1.713 .096 .453 2.209
Insektisida (cc/Ha) -1.501 1.212 -.067 -1.238 .225 .618 1.619
Tenaga Kerja
(HKO/Ha) -9.908 51.159 -.010 -.194 .848 .676 1.480
Collinearity Diagnosticsa
a. Dependent Variable: Produktivitas
(kg/Ha)
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 23530.47 93971.75 5.46E4 14216.709 40
Std. Predicted Value -2.184 2.771 .000 1.000 40
Standard Error of Predicted
Value 685.603 2925.472 1.587E3 695.857 40
Adjusted Predicted Value 23333.13 93319.91 5.45E4 14144.940 40
Residual -1.415E4 5124.741 .000 3503.495 40
Std. Residual -3.659 1.325 .000 .906 40
Stud. Residual -3.887 1.422 .014 .967 40
Deleted Residual -1.597E4 6732.642 125.567 4017.114 40
Stud. Deleted Residual -5.266 1.447 -.026 1.133 40
Mahal. Distance .250 21.337 6.825 6.546 40
Cook's Distance .000 .243 .018 .043 40
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 23530.47 93971.75 5.46E4 14216.709 40
Std. Predicted Value -2.184 2.771 .000 1.000 40
Standard Error of Predicted
Value 685.603 2925.472 1.587E3 695.857 40
Adjusted Predicted Value 23333.13 93319.91 5.45E4 14144.940 40
Residual -1.415E4 5124.741 .000 3503.495 40
Std. Residual -3.659 1.325 .000 .906 40
Stud. Residual -3.887 1.422 .014 .967 40
Deleted Residual -1.597E4 6732.642 125.567 4017.114 40
Stud. Deleted Residual -5.266 1.447 -.026 1.133 40
Mahal. Distance .250 21.337 6.825 6.546 40
Cook's Distance .000 .243 .018 .043 40
Centered Leverage Value .006 .547 .175 .168 40
a. Dependent Variable: Produktivitas (kg/Ha)
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I Gusti Ngurah Agung. N Haidy A Pasay. Sugiharso. 2008. Teori
Ekonomi Mikro : Suatu Analisis Produksi Terapan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Balai Pegkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara. 2012. Budidaya
Sayuran. BPTP Sumut. Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik. 2015. Karo Dalam Angka 2015. Sumatera Utara.
Kusumaningsih, Riana Dewi. 2010. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan
Faktor – Faktor Produksi Pada Usahatani Kubis di Kabupaten Karanganyar. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Murdiantoro, Bayu. 2011. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Di
Desa Pulorejo Kecamatan Winong Kabupaten Pati.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pracoyo, T. K. dan Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. PT Grasindo. Jakarta.
Pindyck, R.S. dan Rubinfield. 2008. Mikroekonomi : Jilid 1 Edisi Keenam. PT Indeks. Jakarta.
Rahayu, Sri Yayu; Netti Nurlenawati; Endah Fitriyah; Agustriani Ramana Fitriyah; Agustriani Ramana Sidik. 2015. Pengaruh Kombinasi Dosis
Pupuk Nitrogen dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis (Brassica oleraceae Var botrytis L. Unsika.
Karawang.
Rifqie, Ade Suryani. 2008. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Usahatani Kubis (Studi Kasus di Desa Cimenyan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sinuhaji, N. 2013. Analisis Harga Domestik dan Harga Ekspor Kubis di Singaura
terhadap Ekspor Kubis (Brassica O. Capitata) Dari Kabupaten Karo.
Jurnal. Volume: III. No. 01. Hal : 14.
Soekartawi. 2003. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sumpena, Uum. 2012. Budidaya Kubis. Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.
Sunarjono, Hendro. 2015. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di
Kecamatan Kabanjahe. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Kecamatan
Kabanjahe adalah sentra produksi kubis dengan produksi terbesar di Kabupaten
Karo.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan secara Cluster Sampling dengan melakukan
pembagian menjadi beberapa kelompok berdasarkan wilayah/area. Dasar
pemilihan wilayah yang akan dipakai berdasarkan pembagian desa. Berdasarkan
jumlah desa, Kecamatan Kabanjahe terbagi menjadi 13 desa/kelurahan.
Berdasarkan hasil penelitian, Kecamatan Kabanjahe memiliki 8 desa dan 5
kelurahan. Namun tidak seluruh desa/kelurahan memiliki lahan pertanian.
Terdapat 3 desa yang tidak termasuk ke dalam daerah penelitian yaitu, Desa Gung
Leto, Desa Desa Lau Cimba dan Desa Padang Mas. Hal tersebut dikarenakan
keluarah tersebut telah menjadi daerah pemukiman dan perkantoran di Kecamatan
Kabanjahe; sehingga desa/kelurahan yang termasuk ke dalam daerah penelitian
hanya 10 desa/kelurahan.
Penentuan besar sampel dilakukan dengan metode Stratified Clustered
Sampling, yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara
sampel yang terpilih mewakili populasi setiap desa/kelurahan adalah sebanyak 5
orang. Petani sampel terpilih berada pada strata luas lahan yang telah ditentukan
secara acak. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya nilai yang pasti untuk jumlah
populasi maupun besaran lahan yang dimiliki petani. Tingkatan strata yang harus
dipenuhi oleh petani sampel, yaitu dibawah atau sama dengan 0,5 hektar (≤ 0,5)
Ha; diantara 0,6 hingga 0,9 hektar (0,6 – 0,9 Ha) dan besar atau sama dengan 1
hektar (≥1 Ha).
Namun berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak semua desa/kelurahan
memenuhi syarat tingkat strata yang telah ditentukan, sehingga komposisi sampel
yang terpilih dirumuskan ke dalam Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Realisasi Besaran Sampel Berdasarkan Tingkatan Luas Lahan.
Nama Desa Luas Lahan (Ha) Jumah Sampel
Petani Per Desa < 0,5 0,6 - 0,9 ≥1
Kaban 5 1 1 5
Kacaribu 5 - - 5
Kandibata 2 2 1 5
Ketaren 2 2 1 5
Lausimomo 2 2 1 5
Rumah Kabanjahe 5 - - 5
Samura 5 - - 5
Sumber Mufakat 5 - - 5
Gung Negeri 4 1 - 5
Kampung Dalam 3 1 1 5
Jumlah Sampel
Petani Per Kriteria 38 8 4 50
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani responden
menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik dan Badan Penyuluh Pertanian,
serta didukung dengan pernyataan dari berbagai literatur, jurnal dan internet yang
sesuai.
3.4 Ruang Lingkup dan Variabel Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produktivitasnya antara lain bibit,
pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K, insektisida dan tenaga kerja.
Variabel yang digunakan tersusun menjadi :
a. Variabel bebas atau independent variable yaitu variabel yang mempengaruhi,
antara lain : faktor produksi bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,
insektisida dan tenaga kerja.
b. Variabel terikat atau dependent variable yaitu variabel yang dipengaruhi
adalah produktivitas kubis.
3.5 Metode Analisis Data
Data primer yang telah diperoleh selanjutnya akan diolah dan dianalisis
dengan metode kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kubis di Kecamatan
Kabanajahe. Data yang dikumpulkan akan diolah menggunakan Software
SPSS 16.
3.5.1 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linearitas untuk mendeteksi
dimaksud adalah garis lurus yang menyatakan bentuk hubungan antara faktor X
dengan faktor Y, dengan beranggapan bahwa faktor-faktor lainnya konstan
(Sudarmanto, 2013).
Ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel bebas dan variabel terikat
dapat diuji dengan menggunakan Ramset Reset Test. Uji ini berkaitan dengan
masalah spesifikasi kesalahan. Langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu :
1. Meregresi fungsi empirik yang sedang diamati, dan diperoleh nilai residual R2
dan Yprediksi, selanjutnya dikuadratkan (Yprediksi2)
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e
2. Meregresi fungsi empirik tersebut, dan diperoleh nilai R2new.
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3Yprediksi^2 + e
3. Mencari nilai Fhitung dengan rumus :
Dimana, n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel bebas dan
variabel terikat.
4. Mencari nilai Ftabel (α = 10%).
5. Kesimpulan : Fhitung < Ftabel maka fungsi empiris linear.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik
jika memenuhi asumsi klasik, yaitu memenuhi asumsi bebas multikolinearitas,
bebas heterokedastisitas dan berbentuk normalitas. Pengujian asumsi klasik ini
dilakukan dengan bantuan Software SPSS 16.
Menurut Gunawan (2015), uji multikolinearitas dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antara variabel
bebas. Multikolinearitas terjadi apabila dua atau lebih variabel bebas saling
berkorelasi kuat satu sama lain. Bila terjadi multikolinearitas, estimasi kuadrat
terkecil dapat dihitung tetapi terjadi kesulitan untuk menginterpresentasikan efek
dari tiap-tiap variabel.
Uji multikolinearitas dengan SPSS dilakukan dengan uji regresi, dengan
patokan nilai VIF (Variance Inflation Factor), Tolerance dan koefisien korelasi
regresi antar variabel bebas. Kriteria yang digunakan adalah :
1. Jika nilai VIF lebih besar dari 1 atau nilai Tolerance lebih kecil dari 1, maka
dikatakan tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model regresi.
2. Jika koefisien antar variabel bebas kurang dari 0,7 maka tidak terdapat
masalah multikolinearitas.
Adapun rumus untuk menentukan nilai VIF dan Tol dalam Supardi (2013)
adalah seperti berikut :
Dimana, VIF = nilai Variance Inflation Factor
Tolj = nilai Tolerance variabel bebas – j
Hipotesis yang diuji adalah :
H0 : Terjadi multikolinearitas antara variabel bebas
3.5.2.2Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji ini
dilakukan menggunakan uji korelasi Rank – Spearman dengan scatterplot antara
nilai prediksi variabel independen yaitu ZPRED (sumbu X) dengan residualnya
SRESID (sumbu Y). Terjadi heterokedastisitas dalam model regresi jika titik-titik
dalam scatterplot membentuk pola-pola tertentu atau berkumpul di satu sisi atau
dekat nilai 0 pada sumbu Y pada kurva yang dihasilkan. Jika titik-titik data
menyebar tidak secara beraturan, maka tidak terjadi heterokedastisitas
(Santoso, 2010)
3.5.2.3 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji
t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi valid untuk jumlah sampel kecil.
Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dalam model
regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut.
a. Analisis Grafik
Melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot
uji sebagai berikut : jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi
normal menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas; namun
apabila data menyebar jauh di sekitar garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal
menunjukkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Konsep dasar dari Uji Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan
distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku.
Dengan kriteria uji sebagai berikut.
H0 : signifikansi yang diperoleh ˃α
H1 : signifikansi yang diperoleh < α
Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :
a. Jika signifikansi ˃ α : terima H0 atau tolak H1, artinya sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
b. Jika signifikansi ≤ α : tolak H0 atau terima H1, artinya sampel tidak berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
3.5.3 Uji Regresi Linear Berganda
Untuk menjawab hipotesis 1 dan 2, data dianalisis secara kuantitatif untuk
mengetahui faktor-faktor produksi (bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P,
pupuk K, insektisida dan tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap produktivitas
kubis. Pengolahan data dilakukan dengan Software SPSS. Setelah data diolah,
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas kubis
dimasukkan ke dalam sebuah fungsi persamaan linear berganda, sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7)
Dimana :
Y = produktivitas kubis (kg/Ha)
X1 = bibit (batang/Ha)
X2 = pupuk kandang (kg/Ha)
X3 = pupuk N (kg/Ha)
X4 = pupuk P (kg/Ha)
X5 = pupuk K (kg/Ha)
X6 = insektisida (cc/Ha)
X7 = tenaga kerja (HKO/Ha)
Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari
faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari
analisis regresi yaitu besarnya nilai thitung, Fhitung, dan koefisien determinasi (R2).
Nilai thitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah secara parsial
koefisien regresi dari masing-masing variabel terikat (Xn) yang dipakai
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel bebas (Y).
Pengujian hipotesis dapat ditarik melalui model linear berganda terhadap
parameter regresi, yakni sebagai berikut :
3.5.3.1 Uji Hipotesis Secara Serempak
Uji serempak dilakukan dengan uji F. Menurut Gujarati (2007) dalam Rifqie
(2008), menyatakan uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
secara bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen. Pengujian F ini
dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan Ftabel. Adapun
rumus untuk mencari nilai F yaitu :
Dimana :
ESS = jumlah kuadrat variabel yang dijelaskan (∑yi2)
RSS = jumlah kuadrat residu (∑ei2)
n = ukuran sampel
k = jumlah variabel
Dengan hipotesis yang diuji :
H0 : β1, β2, β3, β4, β5 = 0
H1 : minimal ada satu β ≠ 0
Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :
a. Jika Fhitung ≤ Ftabel atau signifikansi F ˃ α : terima H0 atau tolak H1, artinya
secara serempak, variabel bebas bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P,
pupuk K, insektisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat produktivitas kubis.
b. Jika Fhitung ˃ Ftabel atau signifikansi F ≤ α : tolak H0 atau terima H1, artinya
secara serempak, variabel bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,
insektisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
produktivitas kubis.
3.5.3.2Uji Hipotesis Secara Parsial
Uji parsial dilakukan melalui uji t. Uji ini digunakan untuk menunjukkan
variabel independen. Menurut Arief (1993) daam Riyanti (2011), rumus
mengetahui nilai t adalah sebagai berikut :
t-hitung =
Dimana :
βi = koefisien regresi ke-i
Si = standart error koefisien regresi ke-i
Kriteria penilaian yang diuji :
H0 : βi = 0
H1 : βi ≠ 0
Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :
a. Jika thitung ≤ ttabel atau jika signifikansi t ˃α : terima H0 atau tolak H1, artinya
secara parsial variabel bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,
insektisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
produktivitas kubis.
b. Jika thitung˃ ttabel atau jika signifikansi t ≤α : tolak H0 atau terima H1, artinya
secara parsial variabel bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,
insektisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
produktivitas kubis.
3.6 Defenisi dan Batasan Operasional
3.6.1 Defenisi Operasional
1. Faktor produksi adalah input pada proses produksi seperti tenaga kerja, modal
dan bahan – bahan lainnya.
2. Produktivitas adalah rata-rata banyaknya kubis yang dihasilkan per satuan
3. Produksi kubis adalah banyaknya kubis yang diperoleh petani dari hasil panen
per periode tumbuh, diukur dalam satuan kilogram.
4. Luas Lahan adalah jumlah luas tanah yang digunakan oleh petani kubis untuk
tempat bertanam kubis, diukur dalam satuan hektar.
5. Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dipekerjakan dalam
merawat tanaman kubis dan dalam mengolah kubis per periode tumbuh,
diukur dalam satuan HKO per hektar (1 HKO = 8 jam).
6. Penggunaan pupuk kandang adalah banyaknya pupuk organik/pupuk kandang
yang diberikan kepada tanaman kubis per periode tumbuh, diukur dalam
satuan kilogram per hektar.
7. Penggunaan pupuk kimia yang digunakan yakni antara lain Phonska, KCl,
TSP, Superstikfos; adalah banyaknya pupuk yang diberikan kepada tanaman
kubis per periode tumbuh, diukur dalam satuan kilogram.
8. Jumlah pupuk kimia yang digunakan adalah hasil perhitungan setiap pupuk
yang telah dikonversikan ke dalam kandungannya masing-masing. Diukut
dalam satuan kilogtam per hektar.
9. Insektisida yang digunakan yakni antara lain Prevaton, Aero, Dursban, Serva;
adalah banyaknya insektisida yang diberikan kepada tanaman kubis per satu
periode tumbuh, diukur dalam satuan cc per hektar.
10.Penggunaan bibit adalah jenis bibit yang digunakan petani dalam satu periode
tumbuh. Petani terpilih semuanya telah menggunakan bibit unggul. Diukur
dalam satuan batang per hektar.
11.Satu periode tumbuh kubis membutuhkan waktu selama 3 – 4 bulan.
3.6.2 Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo Provinsi
Sumatera Utara tahun 2016.
2. Responden dalam penelitian ini adalah petani kubis yang telah menghasilkan
di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.
3. Pengolahan kubis yang diteliti adalah yang dilakukan dan dikelola secara
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Letak dan Geografis
Kecamatan Kabanjahe merupakan ibukota Kabupaten Karo, dimana letaknya
berada di tengah dan diapit oleh beberapa kecamatan lainnya. Batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Berastagi
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah
- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat
- Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah
Luas Kecamatan Kabanjahe sekitar 44,65 km2 yang terdiri dari 8 desa dan 5
kelurahan; berada pada 1.000 hingga 1.300 meter diatas permukaan laut dengan
temperatur suhu udara antara 16 hingga 27 derajat Celcius.
Tabel 5 berikut ini akan menunjukkan tinggi, luas dan rasio luas lahan per
desa dengan total luas lahan Kecamatan Kabanjahe. Tabel menunjukkan bahwa
daerah tertinggi Kecamatan Kabanjahe terletak di Desa Kaban (1.262 meter dpl)
sedangkan daerah terendah Kecamatan Kabanjahe terletak di Desa Kandibata
(1.048 meter dpl). Hal ini membuktian kesesuaian lahan di Kecamatan Kabanjahe
Tabel 5. Tinggi Wilayah Diatas Permukan Laut Dan Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Kabanjahe Tahun 2014.
No. Nama Desa Tinggi (m) Luas (Km2)
Rasio terhadap Total Luas Kecamatan (%)
1. Lau Simomo 1.114 2,00 4,48
2. Kandibata 1.048 5,00 11,20
3. Kacaribu 1.135 3,25 7,28
4. Lau Cimba 1.148 2,00 4,48
5. Padang Mas 1.138 3,00 6,72
6. Gung Leto 1.195 2,00 4,48
7. Gung Negeri 1.179 4,50 10,08
8. Samura 1.208 3,00 6,72
9. Ketaren 1.226 2,50 5,60
10. Kampung Dalam 1.220 2,00 4,48 11. Rumah Kabanjahe 1.185 5,00 11,20
12. Kaban 1.262 4,90 10,97
13. Sumber Mufakat 1.258 5,50 12,31
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015.
Tabel 5 tersebut juga menunjukkan bahwa daerah terluas di Kecamatan
Kabanjahe berada di Desa Sumber Mufakat (5,50 km2) sedangkan daerah
tersempit di Kecamatan Kabanjahe berada di Desa Lau Simomo, Desa Lau
Cimba, Desa Gung Leto, dan Desa Kampung Dalam yang masing-masing
memiliki luas sekitar 2,00 km2, dan rata-rata rasio luas desa terhadap luas
kecamatan adalah sebesar 7,69%. Berdasarkan data tinggi wilayah tersebut,
Kabupaten Karo memang memiliki topografi yang tepat untuk tempat tumbuhnya
Tabel 6. Luas Wilayah Berdasarkan Jenis Penggunaan Tanah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Kabanjahe Tahun 2014.
No. Nama Desa
Lahan Pertanian Lahan
Bukan
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015.
Tabel 6 menunjukkan bahwa lahan di Kecamatan Kabanjahe sebagian besar
digunakan untuk lahan pertanian bukan sawah dan tidak ada penggunaan lahan
untuk persawahan. Sedangkan lahan bukan pertanian digunakan untuk kawasan
pemukiman, perkantoran dan industri.
4.1.2 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Kabanjahe tahun 2015 adalah sekitar 70.890
jiwa yang terdiri dari 34.627 jiwa penduduk laki-laki dan 36.263 jiwa penduduk
perempuan serta 17.182 rumah tangga. Sebanyak 70.890 jiwa penduduk menyebar
di 13 desa.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan angka sex ratio Kecamatan
Kabanjahe sebesar 95,5%. Data menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih
bahwa penduduk di Kabupaten Kabanjahe belum banyak penduduk yang belum
produktif.
Tabel 7. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2014.
Kelompok Umur Penduduk (jiwa) Jumlah
Laki-laki Perempuan
0 – 4 4.147 4.137 8.284
5 – 9 3.842 3.782 7.624
10 – 14 3.416 3.349 6.765
15 – 19 2.807 2.702 5.509
20 – 24 2.451 2.391 4.842
25 – 29 2.702 2.778 5.480
30 – 34 2.831 2.905 5.736
35 – 39 2.719 2.774 5.493
40 – 44 2.403 2.495 4.898
45 – 49 1.943 2.189 4.132
50 – 54 1.620 1.844 3.464
55 – 59 1.374 1.585 2.959
60 – 64 1.002 1.131 2.133
65 – 69 630 884 1.514
70 – 74 403 563 966
75+ 337 754 1.091
Jumlah 34.627 36.263 70.890
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015.
Berdasarkan Tabel 7 tersebut, penduduk Kecamatan Kabanjahe tergolong
pada penduduk berusia muda karena sekitar 39,75% penduduknya berusia
dibawah 20 tahun. Namun, jumlah penduduk laki-laki usia muda memiliki jumlah
yang tidak jauh beda dengan jumlah penduduk perempuan usia muda.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Kecamatan Kabanjahe memiliki sarana yang cukup lengkap untuk memenuhi
keperluan usahataninya. Sarana prasarana yang terdapat di Kabupaten Karo
Tabel 8. Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Usahatani di Kecamatan Kabanjahe.
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Toko Saprodi 15
2. Tempat Pembibitan Kubis 3
3. Pasar 1
4. Gudang Pelelangan Kubis 20
Jumlah 39
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015.
4.1.5 Pertanian
Melihat keadaan alam dan topografi Kecamatan Kabanjahe, maka sektor
pertanian menjadi potensi yang baik untuk mendukung perekonomian masyarakat.
Pada tahun 2014, luas lahan kubis mencapai 347 hektar yang telah mengalami
penurunan sebesar 27,73 % dari tahun 2013 yaitu sebesar 480 hektar. Namun
Kecamatan Kabanjahe tetap merupakan sentra produksi kubis, dimana pada tahun
2014 hasil produksi mencapai 12.970 ton yang telah mengalami penurunan
sebesar 24,76% dari tahun 2013 sebesar 17.240 ton.
4.2 Karakteristik Sampel
Petani kubis yang menjadi sampel dala penelitian ini adalah sebanyak 50
orang. Gambaran petani sampel meliputi umur, tingkat pendidikan, status
kepemilikan lahan, luas lahan dan pengalaman bertani kubis diuraikan berikut ini.
4.2.1 Umur Petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani sampel berada antara 16
hingga 65 tahun. Komposisi petani sampel berdasarkan umur ditunjukkan dalam
Tabel 9. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Umur Petani.
No. Kategori Berdasarkan Umur (Tahun)
Jumlah Sampel
(orang)
Persentase
(%)
1. Non-Produktif (17 – 25)
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1.
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebesar 98% petani sample berada pada rentang
umur yang produktif. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel terdiri dari
masyarakat telah memiliki kematangan dan pengalaman bertani dalam mengelola
usahatani kubis.
4.2.2 Tingkat Pendidikan Petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani berada antara
SMP hingga Perguruan Tinggi. Komposisi petani berdasarkan tingkat petani
ditunjukkan dalam Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Komposisi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani.
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah Sampel
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1.
Tabel 10 menunjukkan bahwa sebesar 6% petani sampel berpendidikan
SMP/Sederajat; 66% petani sampel berpendidikan SMA/Sederajat; dan sebesar
petani terbesar berada pada tingkat pendidikan SMA/Sederajat yaitu sejumlah 33
orang.
4.2.3 Status Kepemilikan Lahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan terbagi menjadi
dua yaitu milik sendiri dan menyewa. Komposisi petani berdasarkan status
kepemlikan lahan ditunjukkan dalam Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Komposisi Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
No. Status Kepemilikan
Jumlah Sampel
(orang)
Persentase
(%)
1. Milik Sendiri 41 82
2. Menyewa 9 18
Jumlah 50 100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1.
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel telah memiliki
hak milik sendiri atas lahannya. Sebesar 82% dengan jumlah 41 orang petani
sampel memiliki lahan dengan hak milik sendiri sedangkan sebesar 18% dengan
jumlah 9 orang petani sampel menyewa lahan yang mereka gunakan.
4.2.4 Lama Bertani Kubis
Komposisi pengalaman bertani kubis petani sampel ditunjukkan dalam Tabel
12 berikut ini.
Tabel 12. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Lama Bertani Kubis.
No.
Lama Bertani Kubis
(tahun)
Jumlah Sampel
(orang)
Persentase
(%)
1. 1 – 10 37 74
2. 11 – 20 12 26
Jumlah 50 100
Tabel 12 menunjukkan bahwa sebesar 74% petani sampel memiliki
pengalaman bertani selama 1 – 10 tahun dan sebesar 26% petani sampel memiliki
pengalaman 11 – 20 tahun. Komposisi terbesar berada pada pengalaman 1 – 10
tahun dengan jumlah petani sampel sebesar 37 orang. Hal ini menunjukkan bahwa
petani tersebut telah menjadikan komoditi kubis sebagai usahatani yang potensial
yang dapat dikelola terus menerus.
4.2.5 Luas Lahan
Komposisi luas lahan petani sampel ditunjukkan dalam Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan.
No.
Luas Lahan
(Ha)
Jumlah Sampel
(orang)
Persentase
(%)
1. ≥ 0,5 39 78
2. 0,6 – 0,9 7 14
3. ≥ 1 4 8
Jumlah 50 100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1.
Tabel 13 menunjukkan bahwa sebesar 78% petani sampel memiliki luas lahan
≥ 0,5 Ha; sebesar 14% petani sampel memiliki luas lahan 0,6 – 0,9 Ha dan sebesar
8% petani sampel memiliki luas lahan memiliki luas lahan ≥ 1 Ha. kOmposisi
terbesar berada pada luas lahan ≥ 0,5 Ha dengan jumlah petani sampel sebesar 39
orang. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani kubis di Kecamatan Kabanjahe
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Budidaya Tanaman Kubis di Kecamatan Kabanjahe
Tanaman kubis merupakan salah satu tanaman holtikultura yang dalam bahasa
ilmiahnya sering disebut dengan Brassica oleracea. Kabupaten Karo merupakan
10 cm. sentra penghasil kubis di Sumatera Utara yang sudah diekspor ke berbagai
provinsi di Indonesia maupun ke mancanegara. Umumnya, petani kubis di
Kabanjahe membudidayakan kubis sebanyak 3-4 kali dalam satu tahun. Hal ini
pun tergantung kepada kesediaan bibit untuk digunakan. Teknik penanaman kubis
yang dilakukan petani meliputi beberapa tahap, antara lain sebagai berikut.
5.1.1 Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk budidaya kubis dipersiapkan terlebih
dahulu. Kegiatan persiapan ahan yang dilakukan tidak berbeda dari biasanya,
yaitu dengan mencangkul tanah dengan keinginan untuk memberikan ruang udara
baru terhadap tanah. Kegiatan persiapan lahan ini selalu dilakukan sendiri oleh
petani, namun terdapat petani sampel yang menggunakan Tenaga Kerja Luar
Keluarga (TKLK) hanya beberapa orang saja. Umumnya, usahatani kubis yang
dilakukan petani di Kecamatan Kabanjahe dialkukan pada lahan yang sama
terus-menerus.
Kegiatan pencangkulan ini kemudian dilanjutkan dengan membuat lubang
tanam sesuai dengan jarak tanam yang standar. Biasanya petani menggunakan
jarak tanam 30 cm × 30 cm. Setelah diberi lubang tanam, kemudian diberikan
pupuk kandang. Rata-rata penggunaan pupuk organik petani kubis di Kecamatan
Kabanjahe mencapai 5.148,82 kg/Ha. Pupuk organik ini digunakan sebagai top
5.1.2 Penanaman
Varietas bibit yang ditanam di Kecamatan Kabanjahe adalah Green Nova dan
Green 11. Seluruh petani hanya mau menggunakan varietas bibit tersebut.
Varietas ini dikenal dapat menghasilkan prduksi yang besar. Untuk Green Nova
sendiri, per barangnya dapat menghasilkan 1,8 kg hingga 2 kg. Untuk Green 11,
dapat menghasilkan 1,6 kg hingga 1,8 kg. Rata-rata penggunaan bibit di
Kecamatan Kabanjahe mencapai 29.500 batang/Ha.
5.1.3 Pemupukan
Pemupukan dalam usahatani kubis hanya dilakukan tiga kali selama satu
produksi. Pertama, pemupukan dengan pupuk organik pada pengolahan tanah.
Pemupukan kedua menggunakan pupuk Phonska, pupuk TSP, pupuk KCl, dan
pupuk Superstikfos; penggunaannya masing-masing setengah dari total
penggunaannya. Pemupukan ketiga dilakukan dengan pupuk yang sama dengan
jumlah penggunaannya sebanyak sisa penggunaan pupuk yang kedua.
Pengukuran pupuk-pupuk tersebut dihitung berdasarkan unsur kimia makro
yang terkandung di dalamnya. Kandungan pupuk Phonska tersusun atas unsur N
15%, unsur P 15% dan unsur K 15%. Kandungan pupuk TSP adalah unsur P 46%.
Kandungan pupuk KCl adalah 60% unsur K. Kandungan pupuk Superstikfos
adalah 11% unsur N dan 48% unsur P.
Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe yaitu
pupuk N sebanyak 149,95 kg/Ha, pupuk P sebanyak 278,38 kg/Ha dan pupuk K
5.1.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara penyemprotan dan penyiangan.
Penyemprotan biasanya dilakukan 8 kali hingga masa panen. Penyemportan
dilakukan dengan insektisida Prevaton, insektisida Aero, insektisida Serva dan
insektisida Dursban dengan jumlah penggunaan yang selalu sama selama 8 kali
penyemprotan. Hal ini dilakukan karena sifat kubis sendiri yang sangat sensitif
terhadap hama maupun penyakit, apabila terganggu, kubis akan mengatup dan
berhenti berproduksi. Rata-rata total penggunaan insektisida oleh petani kubis di
Kecamatan Kabanjahe sebesar 2.062,72 cc/Ha.
Penyiangan dilakukan dengan memerikan kondisi bibit yang ditanam. Apabila
terdapat bibit yang gagal tumbuh, dibutuhkan penyisipan dengan mengganti
dengan bibit yang baru.
5.1.5 Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah 3 bulan sejak penanaman. Pemanenan kubis di
Kecamatan Kabanjahe sangat unik, yaitu tidak dilakukan oleh petani, melainkan
agen yang datang untuk membeli kubis petani tersebut. Biasanya, telah ada
kesepakatan antara petani dengan agen, sehingga apabila waktu panen telah tepat,
agen akan memanen sendiri kubisnya, sehingga petani tidak membutuhkan tenaga
5.2 Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabajahe Kabupaten Karo.
Sebelum dilakukan analisis regresi metode kuadrat terkecil (Ordinary Least
Square), perlu dilakukan uji outlier menggunakan Microsoft Excel. Hal ini
diperlukan untuk memeriksa data yang menyimpang terlalu jauh dari data yang
lainnya dalam suatu rangkaian data. Adanya pemeriksaan terhadap data yang
mengandung outlier ini akan membuat analisis data semakin baik. Dari data
primer yang didapatkan (50 data sampel), terdapat 10 data yang mengalami
outlier, sehingga data tersebut tidak digunakan lagi. Untuk selanjutnya, hanya
terdapat 40 data yang bebas outlier dan jumlah data inilah yang akan digunakan di
sepanjang analisis regresi dengan SPSS 16.
5.2.1 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linearitas ini perlu
dilakukan sebelum uji OLS, untuk mengetahui apakah seluruh data berada dalam
bentuk yang linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan
Ramsey Test, dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Apabila Fhitung ≥
Ftabel, maka data menunjukkan hasil yang tidak linear. Sedangkan apabia Fhitung ≤
Ftabel, maka data menunjukkan hasil yang linear. Nilai Fhitung dapat diperoleh
dengan menggunakan hasil regresi dengan SPSS. Hasil uji linearitas yang
Tabel 14. Hasil Uji Linearitas Regresi Linear Berganda Faktor Produksi Usahatani Kubis
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Sig.
1 0,971 0,943 0,930 0,000
a. Predictors : (Constant), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk N (kg/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Tenaga Kerja (HKO/Ha)
b. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Sig.
1 0,971 0,943 0,930 0,000
c. Predictors : (Constant), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk N (kg/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Tenaga Kerja (HKO/Ha), DfFit
d. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)
Nilai Adjusted R Square tersebut dimasukkan ke dalam rumus, yaitu :
Untuk nilai Ftabel dilihat dari tabel F dengan nilai df1 = 7 dan df2 = 30, yaitu
sebesar 2,12. Jadi, Fhitung (0,0235) < Ftabel (2,12) maka data menunjukkan hasil
5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independent variable) dalam model regresi.
Korelasi diantara variable bebas tersebut seharusnya tidak terjadi dalam model
regresi yang baik. Gejala terjadinya multikolinieritas dalam model regresi adalah
sebagai berikut.
a. Jika nilai koefisien korelasi regresi antar variabel bebas lebih kecil dari 0,7;
maka tidak terjadi multikolinearitas.
b. Melihat nilai Tol dan VIF. Dimana apabila nilai VIF lebih besar dari 1 atau
nilai Tol leboh kecil dari 1, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 15. Hasil Uji Multikolinearitas Regresi Linear Berganda Faktor Produksi Usahatani Kubis
Variabel Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Bibit (batang/Ha) 0,721 1,387
Pupuk Organik (kg/Ha) 0,564 1,775
Pupuk N (kg/Ha) 0,742 1,348
Pupuk P (kg/Ha) 0,415 1,407
Pupuk K (kg/Ha) 0,453 1,209
Insektisida (cc/Ha) 0,618 1,619
Tenaga Kerja (HKO/Ha) 0,676 1,480
a. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)
Sumber : Lampiran 3
Tabel 15 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai
Tol mendekati 1 dan nilai VIF disekitar angka 1. Maka dapat dinyatakan model
regresi linear produktivitas kubis terbebas dari masalah multikolinearitas.
5.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan menggunakan uji korelasi Rank – Spearman
dengan scatterplot antara nilai prediksi variabel independen yaitu ZPRED (sumbu
X) dengan residualnya SRESID (sumbu Y). Terjadi heterokedastisitas dalam
model regresi jika titik-titik dalam scatterplot membentuk pola-pola tertentu atau
berkumpul di satu sisi atau dekat nilai 0 pada sumbu Y pada kurva yang
dihasilkan. Jika titik-titik data menyebar tidak secara beraturan, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
Gambar 2. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Sumber : Lampiran 3
Gambar 2 menunjukkan bahwa titik-titik scatterplot menyebar secara tidak
beraturan dan tidak membentuk pola apapun. Hal ini membuktikan bahwa tidak
5.2.4 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
c. Analisis Grafik
Melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dengan kriteria
uji sebagai berikut : jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi
normal menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas; namun
apabila data menyebar jauh di sekitar garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal
menunjukkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Berikut
gambar histogram hasil regresi.
Gambar 3 menunjukkan bahwa data menyebar disepanjang garis diagonal atau
mengikuti grafik histogramnya. Gambar 3 juga menunjukkan bahwa plot berada
di sekitar garis dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal ini membuktikan bahwa
data memenuhi asumsi normalitas atau data dalam distribusi normal.
d. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Konsep dasar dari Uji Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan
distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku.
Dengan kriteria uji sebagai berikut.
H0 : signifikansi yang diperoleh ˃α
H1 : signifikansi yang diperoleh < α
Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :
c. Jika signifikansi ˃ α : terima H0 atau tolak H1 , artinya sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
d. Jika signifikansi ≤ α : tolak H0 atau terima H1 , artinya sampel tidak berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 16. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov Smirnov Test Regresi Linear Berganda Faktor Produksi Usahatani Kubis
Unstandardized Residual
N
Normal Parametersa Mean Std. Deviation MostExtreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
40 .0000000 1.28128137E3 .101 .101 -.083 .663
Dari Tabel 16 didapati nilai signifikansi sebesar 0,177. Maka signifikansi ˃ α
maka terima H0 atau tolak H1, yang artinya sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, model regresi yag digunakan telah
terbebas dari masalah multikolinearitas, heterokedastisitas dan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Maka, uji regresi linear berganda dapat
dilakukan. Berikut adalah hasil yag diperoleh dari analisis linear berganda.
Tabel 17. Nilai Regresi dan Variabel Faktor Produksi Usahatani Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo
No. Faktor Produksi (X) Tenaga Kerja (X7)
2329,863
Adjusted R Square = 0,930
Sumber : Lampiran 3.
Tabel 17 menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,930. Artinya,
sebesar 93% variabel terikat (Y) telah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
bebas (X) pada model regresi ini. Sedangkan sisanya 7% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dijelaskan ke dalam model.
Tabel juga telah merumuskan persamaan fungsi produktivitas kubis di
Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo sebagai berikut :
Y = 2.329,863 + 1,856 X1 + 0,553 X2 + (-22,698) X3 + (-21,309) X4 + 33,146 X5
Persamaan regresi linear berganda tersebut menjelaskan nilai konstanta
sebesar 2.329,863. Artinya, apabila seluruh nilai variabel bebas diasumsikan
bernilai nol, maka nilai produktivitas kubis sebesar 2.329,863 kg/Ha.
5.3 Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo
Faktor produksi yang digunakan terdiri atas bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk
P, pupuk K, insektisida dan tenaga kerja. Pengaruh yang terjadi diamati secara
serempak maupun sebagian/parsial. Uji serempak dilakukan menggunakan uji F,
sedangkan uji parsial dilakukan menggunakan uji f. Uji F dan uji t didapatkan
dengan bantuan Software SPSS 16.
5.3.1 Pengaruh Secara Serempak Faktor Produksi Terhadap Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo
Untuk menguji pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas kubis
di Kecamatan Kabanjahe digunakan Uji F. Dengan kriteria uji sebagai berikut :
H0 : β1, β2, β3, β4, β5 = 0
H1 : minimal ada satu β ≠ 0
Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :
c. Jika Fhitung ≤ Ftabel atau signifikansi F ˃ α : terima H0 atau tolak H1, artinya
secara serempak, variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat produksi kubis.
d. Jika Fhitung ˃ Ftabel atau signifikansi F ≤ α : tolak H0 atau terima H1, artinya
secara serempak, variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
Tabel 18. Hasil Analisis Serempak Penggunaan Faktor Produksi Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square Fhitung
F tabel
a. Predictors : (Constant), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk N (kg/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Tenaga Kerja (HKO/Ha)
b. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)
Sumber : Lampiran 3.
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui nilai Fhitung (75.274) ˃ Ftabel (1,91) atau
signifikansi (0,000) < α. Hal ini membuktikan bahwa secara serempak, variabel
bebas bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk K, insektisida dan tenaga kerja
berpengaruh nyata terhadap variabel bebas produktivitas kubis.
5.3.2 Pengaruh Secara Parsial Faktor Produksi Terhadap Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo
Untuk menguji pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas kubis
secara parsial, digunakan Uji t-test. Dengan kriteria uji sebagai berikut.
H0 : βi = 0
H1 : βi ≠ 0
Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :
c. Jika thitung≤ ttabel atau jika signifikansi t ˃α : terima H0 atau tolak H1, artinya
secara parsial variabel bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,
insektisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
d. Jika thitung ˃ ttabel atau jika signifikansi t ≤α : tolak H0 atau terima H1, artinya
secara parsial variabel bebas bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk
K, insektisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
produksi kubis.
Tabel 19. Hasil Analisis Parsial Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo
Model
B Thitung Ttabel Sig. α
(Constant)
Bibit (batang/Ha) Pupuk Organik (kg/Ha) Pupuk N (kg/Ha) Pupuk P (kg/Ha) Pupuk K (kg/Ha) Insektisida (cc/Ha) Tenaga Kerja (HKO/Ha)
2329,863 a. Predictors : (Constant), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk N (kg/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Tenaga Kerja (HKO/Ha)
b. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)
Sumber : Lampiran 3.
Variabel bebas bibit mempunyai nilai thitung 19,428 dan signifikansi 0,000.
Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung ˃ ttabel, dan apabila
dibandingkan dengan α, maka signifikansi < α. Berdasarkan hal ini dapat
dinyatakan bahwa variabel bebas bibit berpengaruh nyata terhadap produktivitas
kubis. Pengaruh yang nyata ini disebabkan oleh penggunaan bibit unggul Green
Nova dan Green 11 oleh petani kubis. Umumnya, petani kubis di Kecamatan
Kabanjahe hanya mau melakukan usahatani kubis dengan bibit unggul saja. Hasil
produksi kubis juga sangat bergantung dengan jenis bibit yang ditanam. Apabila
bibit yang digunakan adalah Gren Nova, satu tangkai kubis memiliki berat 1,8 kg
hingga 2 kg. Sedangkan Green 11 mempunyai berat 1,6 kg hingga 1,8 kg. Bibit
Variabel bebas pupuk organik mempunyai nilai thitung 0,497 dan signifikansi
0,623. Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung < ttabel dan apabila
dibandingkan dengan α, maka signifikansi ˃ α. Berdasarkan hal ini dapat
dinyatakan bahwa variabel bebas pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas kubis. Penyebab hal ini adalah komposisi penggunaan pupuk
organik yang belum sesuai dengan kebutuhan kubis itu sendiri. Berdasarkan
pernyataan Sumpena (2015), dosis pupuk organik pada masa awal tanam kubis
sebaik-baiknya antara lain pupuk kandang sapi 30 ton/Ha, pupuk kandang domba
20 ton/Ha atau kompos sebanyak 18 ton/Ha. Apabila dilihat rata-rata penggunaan
pupuk organik oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe sebesar 5.148,82 kg/Ha.
Hal ini menunjukkan penggunaan pupuk organik saat ini masih sangat kurang dari
kebutuhan kubis. Hal inilah yang menjelaskan belum berpengaruhnya variabel
bebas pupuk organik terhadap produktivitas kubis. Peningkatan penggunaan
pupuk organik sesuai dengan kebutuhan kubis yang sebenarnya dapat lebih
meningkatkan produksi dan produktivitas kubis tersebut.
Variabel bebas pupuk N mempunyai nilai thitung -0,712 dan nilai signifikansi
0,482. Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung < ttabel, dan apabila
dibandingkan dengan α, maka signifikansi ˃ α. Berdasarkan hal ini dapat
dinyatakan bahwa variabel bebas pupuk N tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas kubis. Penyebab hal ini juga disebabkan oleh penggunaan pupuk
berunsur N yang tidak sesuai dengan anjuran kebutuhan kubis. Apabila
dibandingkan dengan hasil penelitian Sub Balai Penelitian Holtikultura Brastagi
dalam jurnal BPTP Sumatera Utara (2012) yang memberikan rekomendasi dosis
urea; maka penggunaan pupuk N oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe
dengan rata-rata penggunaannya 194,95 kg/Ha lebih besar daripada dosis
anjurannya. Penggunaan dosis pupuk N yang dilakukan hingga pada saat ini
ternyata telah mengurangi produksi kubis itu sendiri. Perlu adanya penyesuaian
kembali terhadap dosis pupuk N sehingga dalam penggunaannya menjadi lebih
tepat dan tidak berlebih. Hal ini juga didukung melalui nilai koefisien pupuk N
sebesar -22,698. Artinya, apabila ada penambahan dosis pupuk N sebesar 1 kg/Ha,
maka akan menurunkan produktivitas kubis sebesar 22,698 kg/Ha.
Variabel bebas pupuk P mempunyai nilai thitung -0,979 dan nilai signifikansi
0,335. Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung < ttabel, dan apabila
dibandingkan dengan nilai α, maka signifikansi ˃ α. Berdasarkan hal ini dapat
dinyatakan bahwa variabel bebas pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas kubis. Seperti pada penggunaan pupuk organik dan pupuk N,
penggunaan pupuk P juga belum sesuai dengan dosis kebutuhan kubis itu sendiri.
Apabila dilihat penggunaan rata-rata pupuk P oleh petani kubis di Kecamatan
Kabanjahe sebesar 278,38 kg/Ha. Sedangkan menurut hasil penelitian Sub Balai
Penelitian Holtikultura Brastagi dalam Jurnal BPTP Sumatera Utara (2012),
kebutuhan kubis akan unsur P sebanyak 144 kg/Ha atau setara dengan 400 kg/Ha
pupuk SP-36. Jumlah penggunaannya lebih besar dari jumlah anjurannya.
Penggunaan pupuk P yang dilakukan oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe
sudah melebihi kebutuhan dasar kubis itu sendiri, sehingga mengakibatkan
penurunan produksinya. Penggunaan pupuk P dengan komposisi pada saat ini
koefisien pupuk N yang bernilai -21,309; artinya penambahan pupuk P sebanyak
1 kg/Ha akan menurunkan produktivitas kubis sebesar 21,309 kg/Ha.
Variabel bebas pupuk K mempunyai nilai thitung 2,713 dan signifikansi sebesar
0,096. Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung ˃ ttabel dan apabila
dibandingkan dengan α, maka signifikansi < α. Berdasarkan hal ini dapat
dinyatakan bahwa variabel bebas pupuk K berpengaruh nyata terhadap
produktivitas kubis. Penggunaan rata-rata pupuk K oleh petani kubis sebesar
221,15 kg/Ha. Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Sub Balai Penelitian
Holtikultura Brastagi dalam Jurnal BPTP (2012), jumlah rekomendasi terhadap
pupuk K adalah 90 kg/Ha atau setara dengan 150 kg pupuk KCl; penggunaan
tersebut lebih besar daripada kebutuhannya yang hanya sebesar 100 kg/Ha. Hal ini
menunjukkan bahwa walaupun penggunaan pupuk K telah melebihi dosis
kebutuhan, dosis ini masih dapat terus dipakai selama tidak ada penambahan dosis
di dalamnya. Hal ini juga didasarkan nilai koefisien pupuk K yang bernilai positif
sebesar 33,146. Artinya, meskipun ada penambahan pupuk K sebanyak 1 kg/Ha
akan meningkatkan produktivitas kubis sebesar 33,146 kg/Ha.
Variabel bebas insektisida mempunyai nilai thitung -1,238 dan signifikansi
0,225. Apabila dibandingkan dengan ttabel, maka thitung < ttabel dan apabila
dibandingkan dengan α, maka signifikansi ˃ α. Berdasarkan hal ini dapat
dinyatakan bahwa variabel bebas insektisida tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas kubis. Umumnya, kondisi lahan di Kecamatan Kabanjahe sudah
dalam keadaan baik. Namun, penggunaan insektisida oleh petani kubis di
Kecamatan Kabanjahe dinilai sudah terlalu banyak. Petani melakukan
juga didukung oleh nilai koefisien insektisida sebesar -1,501; artinya penambahan
penggunaan insektisida sebesar 1 cc/Ha akan mengurangi produktivitas kubis
sebesar 1,501 kg/Ha.
Variabel bebas tenaga kerja mempunyai nilai thitung -0,194 dan signifikansi
0,848. Apabila dibandingkan dengan ttabel, maka thitung < ttabel dan apabila
dibandingkan dengan α, maka signifikansi ˃α. Berdasarkan hal ini, variabel bebas
tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kubis. Faktor
produksi tenaga kerja hanya mendukung proses produksi menjadi lebih tepat
waktu. Secara teknis, tidak ada perbedaan kinerja maupun performansi antara
tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dengan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).
Umumnya, petani kubis di Kecamatan Kabanjahe akan menggunaka tenaga kerja
luar keluarga ketika mereka dalam keadaan mendesak/tidak dapat melakukan
pemeliharaan pada waktu yang diharuskan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi
keseharian petani dan kondisi sosial budaya masyarakat Kecamatan Kabanjahe
yang mempunyai aktivitas adat dan lainnya, sehingga petani tidak sempat untuk
melakukan perawatan dan menggunakan jasa tenaga kerja luar keluarga.
Penelitian ini menggambarkan terdapat banyak perbedaan usahatani kubis
yang dilakukan oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe denga teori yang
sebenarnya. Kecamatan Kabanjahe sendiri memiliki banyak petani kubis yang
telah berpengalaman lebih dari 10 tahun. Sehingga mereka sendiri telah
mengetahui dan menentukan teknik usahatani dan seluruh faktor produksi yang
akan mereka gunakan. Penentuan ini dilakukan hanya berdasarkan pengalaman
petani tersebut tanpa adanya pengujian baik setiap tahun maupun periodenya, dan
minimnya informasi yang benar tentang usahatani kubis ini. Apabila melihat
kembali data produksi, memang produksi ini pernah mencapai angka
maksimalnya yaitu pada tahun 2012 sebesar 20.308 ton. Dengan perlakuan yang
tetap sama dari tahun ke tahun, penelitian menunjukkan bahwa hal ini
menunjukkan hasil yang negatif. Hal tersebut dibuktikan melalui angka produksi
yang menurun dari tahun 2013 dan 2014. Pentingnya pengujian dan penelitian
secara berkala akan membantu monitoring produksi kubis di Kecamatan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan, maka ditarik kesimpulan antara lain :
1. Secara serempak, variabel bebas bibit, pupuk N, pupuk K, insektisida dan
tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas kubis.
2. Secara parsial, variabel bebas bibit dan pupuk K berpengaruh nyata terhadap
produktivitas kubis. Sedangkan pupuk organik, pupuk N, pupuk P, insektisida
dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kubis.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain :
1. Kepada petani kubis di Kecamatan Kabanjahe agar dapat menyesuaikan
penggunaan dosis pupuk seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui
BPTP, yakni mengubah dosis pupuk N menjadi 92 kg/Ha; mengubah dosis
pupuk P menjadi 144 kg/Ha dan mengubah dosis pupuk K menjadi 90 kg/Ha.
2. Kepada pemerintah agar memberikan penyuluhan pertanian lebih baik lagi,
menguji usahatani kubis setiap tahun maupun periode, membandingkan
penggunaan faktor produksi sekarang dengan teori yang sebenarnya dan
memonitoring perkembangan usahatani kubis.
3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang fungsi biaya
produktivitas kubis, efisiensi penggunaan faktor produksi dan strategi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kubis
Kubis atau sering dikenal dengan kol sebenarnya merupakan tanaman
semusim atau yang lebih berbentuk perdu. Tanaman kubis berbatang pendek dan
beruas-ruas. Tanaman ini berakar tunggang dengan akar disampingnya sedikit
tetapi dangkal. Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani
kubis adalah bibit. Penggunaan varietas dan bibit unggul akan mampu
memberikan hasil produksi yang lebih baik. Jumlah varietas kubis banyak sekali.
Kubis krop (telur) atau yang dikenal dengan kubis putih memiliki daun yang
saling menutup satu sama lain hingga krop menjadi warna putih. Varietas yang
termasuk jenis kubis putih antara lain hybrid K-K cross, K-Y cross, hybrid 21,
R.v.e, dan yoshin. Pada umumnya kubis hanya baik jika ditanam di dataran tinggi
dengan ketinggian antara 1.000 – 3.000 meter diatas permukaan laut. Syarat yang
penting untuk dipenuhi agar kubis tumbuh dengan baik, yaitu tanahnya gembur,
bersarang, mengandung bahan organik, serta suhu udaranya rendah dan lembab.
Apabila kubis tumbuh di dataran rendah dan bersuhu tinggi, kubis sulit
membentuk krop. Syarat lainnya ialah pH tanah antara 6 – 7. Waktu tanam kubis
yang baik ialah pada awal musim hujan (Oktober) atau awal musim kemarau
(Maret) (Sunarjono, 2015).
Sumpena (2012) menyatakan bahwa pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang dan buatan. Pupuk kandang yang direkomendasikan antara lain pupuk
kandang sapi 30 ton/Ha, pupuk kandang domba 20 ton/Ha atau kompos sebanyak
Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian dari Sub Balai Penelitian
Holtikultura Brastagi di dalam Jurnal BPTP Sumatera Utara (2012) yang
memberikan rekomendasi dosis pupuk di daerah pegunungan adalah pupuk N
sebanyak 92 kg/Ha atau sekitar 200 kg pupuk urea; pupuk P sebanyak 144 kg/Ha
atau sekitar 400 kg pupuk SP-36; dan pupuk K sebanyak 90 kg/Ha atau sekitar
150 kg pupuk KCl.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Produksi, Produktivitas dan Faktor Produksi
Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Sedangkan
produktivitas adalah jumlah produksi per hektar. Dengan demikian, kegiatan
produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai input untuk menghasilkan
output (Agung dkk, 2008). Pengertian lain diungkapkan oleh Pracoyo dan
Pracoyo (2006), bahwa produksi adalah suatu aktivitas yang bernilai ekonomi atau
proses pengombinasian, pengoordinasian, penggunaan atau pemanfaatan dalam
pembuatan suatu barang atau jasa yaitu dengan menggunakan berbagai
material-material seperti input dan faktor-faktornya.
Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan
faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang diperoleh. Soekartawi
(2003:46) menjelaskan bahwa faktor produksi adalah semua korbanan yang
diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan
dengan baik. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya
terpenting antara lain lahan, modal, tenaga kerja dan aspek manajemen. Hal
tersebut didukung pula dengan pernyataan Pindyck dan Rubinfield (2008) bahwa
faktor produksi adalah input pada proses produksi seperti tenaga kerja, modal dan
bahan lainnya.
Suratiyah (2011) menerangkan faktor produksi tanah merupakan hal yang
penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman dan usahatani
keseluruhannya. Tentu saja faktor tanah tidak terlepas dari pengaruh alam
sekitarnya yaitu sinar matahari, curah hujan dan sebagainya. Tanah sendiri
mempunyai sifat istimewa antara lain bukan merupakan barang produksi, tidak
dapat diperbanyak, dan tidak dapat berpindah-pindah. Oleh karena itu, tanah
dalam usahatani mempunyai nilai terbesar. Faktor produksi modal adalah syarat
mutlak berlangsungnya suatu usahatani. Modal berdasarkan fungsi dibagi menjadi
dua, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap atau modal lancar
(current cost). Modal tetap adalah modal yang dapat digunakan dalam berkali-kali
proses produksi; ada yang bergerak atau mudah dipindahkan, ada yang hidup
maupun mati misalnya cangkul, sabit, ternak; sedangkan yang tidak dapat
dipindahkan misalnya bangunan. Lain hal dengan modal tidak tetap karena modal
hanya dapat digunakan dalam satu kali proses produksi saja misalnya pupuk,
pestisida dan bibit unggul untuk tanaman semusim. Terakhir, faktor produksi
tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu terutama bagi usahatani yang bersifat
musiman, karena berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman,
produktivitas dan kualitas produksi. Bagi usahatani keluarga, jika masih dapat
diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga
Pracoyo dan Pracoyo (2006) juga menjelaskan bahwa input juga dikenal
dengan faktor-faktor produksi, yakni tanah, modal, manusia serta
entrepreneurship (kemampuan manajerial). Kemampuan manajerial diartikan
sebagai suatu skill/keahlian yang dimiliki oleh individu dalam mengombinasikan
sumberdaya untuk menghasilkan suatu produk dengan cara yang efisien, baik
produk baru maupun produk yang sudah ada. Produk yang dihasilkan dari
kegiatan produksi disebut dengan output. Output yang dihasilkan dapat berupa
barang atau jasa.
Pembagian faktor-faktor produksi ke dalam tanah, tenaga kerja dan modal
adalah konvensional. Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli
dan sifat-sifat tanah yang tak dapat dirusakkan (origin and indestructible
properties of the soil) dengan mana hasil pertanian dapat diperoleh. Tetapi, untuk
memungkinkan diperolehnya produksi, diperlukan tangan manusia, yaitu tenaga
kerja petani (labor). Akhirnya, yang dimaksud modal adalah sumber-sumber
ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia (Mubyarto, 1989).
2.3 Penelitian Yang Relevan
Rifqie (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Usaha Tani Kubis (Studi Kasus : Desa Cimenyan Kecamatan
Cimenyan Kabupaten Bandung) menyimpulkan bahwa dalam keadaan normal,
usahatani kubis berada pada kondisi constant return to scale. Faktor-faktor
produksi yang berpengaruh secara signifikan dengan elastisitas positif adalah
pupuk kandang (selang kepercayaan 90 persen), benih, pupuk kimia, dan pestisida
secara signifikan dengan elastisitas negatif adalah tenaga kerja (selang
kepercayaan 85 persen) dan pestisida cair (selang kepercayaan 80 persen).
Murdiantoro (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Padi Di Desa Pulorejo Kecamatan Winong Kabupaten
Pati menggunakan metode analisis deskriptif dan model regresi linier berganda.
Variabel luas lahan (X1), modal (X2) dan tenaga kerja (X3) secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap produksi petani di Desa Pulorejo. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut mempengaruhi hanya
sebagian kecil terhadap produksi padi.
Kusumaningsih (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efisensi
Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Kubis di
Kabupaten Karanganyar menggunakan model regresi dengan model fungsi
produksi Cobb Douglas. Sedangkan uji yang digunakan adalah uji F, uji
keberartian koefisien regresi dengan uji t, dan perbandingan nilai produk marginal
faktor produksi dengan faktor produksi. Hasil analisis regresi menunjukkan hahwa
variabel tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk Phonska, insektisida Prevaton
dan luas lahan secara serempak (bersama-sama) berpengaruh nyata terhadap
produksi. Sedangkan secara parsial (individual), variabel tenaga kerja, benih,
pupuk kandang, pupuk Phonska dan luas lahan berpengaruh terhadap produksi;
insektisida Prevaton tidak berpengaruh terhadap produksi. Penelitian juga
menyimpulkan bahwa hasil kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada
2.4 Kerangka Pemikiran
Penelitian dilakukan di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dengan
sasaran responden adalah petani kubis di daerah penelitian. Setiap usahatani
menggunakan faktor-faktor produksi dalam usahataninya. Faktor produksi yang
digunakan akan mempengaruhi produksi dan produktivitas kubis di Kecamatan
Kabanjahe yang telah mengalami penurunan selama dua tahun terakhir. Jika
produksi dapat ditingkatkan maka dapat memenuhi kebutuhan permintaan dalam
negeri maupun luar negeri.
Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kubis
Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo ini dilakukan dengan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kubis. Berdasarkan penelitian Rifqie (2008),
Murdiantoro (2011), dan Kusumaningsih (2012), maka variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah bibit (X1), pupuk organik (X2), pupuk N
(X3), pupuk P (X4), pupuk K (X5), insektisida (X6) dan tenaga kerja (X7).
Diperlukan data-data tersebut dari petani yang kemudian akan dianalisis untuk