• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Lampiran 2. Penggunaan Faktor-Faktor Produksi.

Sampel Produksi (Y)

(6)

38 17100 0,3 9045 1500 47.25 84.7 64.5

Lanjutan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi.

Sampel Prevaton (cc)

(7)

(HKO)

Lampiran 2. Penggunaan Faktor Produksi (kg/Ha).

(8)
(9)

Lampiran 3

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Produktivitas (kg/Ha) 5.46E4 14642.039 40

Bibit (batang/Ha) 2.95E4 7634.695 40

Pupuk Organik (kg/Ha) 5148.82 740.802 40

Pupuk N (kg/Ha) 149.95 22.548 40

Pupuk P (kg/Ha) 278.38 44.128 40

Pupuk K (kg/Ha) 221.15 47.562 40

Insektisida (cc/Ha) 2062.72 650.079 40

(10)
(11)

Insektisida

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Tenaga Kerja

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Produktivitas (kg/Ha)

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), Tenaga Kerja (HKO/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Pupuk N

(kg/Ha), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha)

(12)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7.882E9 7 1.126E9 75.274 .000a

Residual 4.787E8 32 1.496E7

Total 8.361E9 39

a. Predictors: (Constant), Tenaga Kerja (HKO/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Pupuk N (kg/Ha),

Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha)

b. Dependent Variable: Produktivitas (kg/Ha)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2329.863 6775.258 .344 .733

Bibit (batang/Ha) 1.856 .096 .968 19.428 .000 .721 1.387

Pupuk Organik

(kg/Ha) .553 1.114 .028 .497 .623 .564 1.775

Pupuk N (kg/Ha) -22.698 31.895 -.035 -.712 .482 .742 1.348

Pupuk P (kg/Ha) -21.309 21.776 -.064 -.979 .335 .415 2.407

Pupuk K (kg/Ha) 33.146 19.352 .108 1.713 .096 .453 2.209

Insektisida (cc/Ha) -1.501 1.212 -.067 -1.238 .225 .618 1.619

Tenaga Kerja

(HKO/Ha) -9.908 51.159 -.010 -.194 .848 .676 1.480

(13)

Collinearity Diagnosticsa

a. Dependent Variable: Produktivitas

(kg/Ha)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 23530.47 93971.75 5.46E4 14216.709 40

Std. Predicted Value -2.184 2.771 .000 1.000 40

Standard Error of Predicted

Value 685.603 2925.472 1.587E3 695.857 40

Adjusted Predicted Value 23333.13 93319.91 5.45E4 14144.940 40

Residual -1.415E4 5124.741 .000 3503.495 40

Std. Residual -3.659 1.325 .000 .906 40

Stud. Residual -3.887 1.422 .014 .967 40

Deleted Residual -1.597E4 6732.642 125.567 4017.114 40

Stud. Deleted Residual -5.266 1.447 -.026 1.133 40

Mahal. Distance .250 21.337 6.825 6.546 40

Cook's Distance .000 .243 .018 .043 40

(14)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 23530.47 93971.75 5.46E4 14216.709 40

Std. Predicted Value -2.184 2.771 .000 1.000 40

Standard Error of Predicted

Value 685.603 2925.472 1.587E3 695.857 40

Adjusted Predicted Value 23333.13 93319.91 5.45E4 14144.940 40

Residual -1.415E4 5124.741 .000 3503.495 40

Std. Residual -3.659 1.325 .000 .906 40

Stud. Residual -3.887 1.422 .014 .967 40

Deleted Residual -1.597E4 6732.642 125.567 4017.114 40

Stud. Deleted Residual -5.266 1.447 -.026 1.133 40

Mahal. Distance .250 21.337 6.825 6.546 40

Cook's Distance .000 .243 .018 .043 40

Centered Leverage Value .006 .547 .175 .168 40

a. Dependent Variable: Produktivitas (kg/Ha)

(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I Gusti Ngurah Agung. N Haidy A Pasay. Sugiharso. 2008. Teori

Ekonomi Mikro : Suatu Analisis Produksi Terapan. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Balai Pegkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara. 2012. Budidaya

Sayuran. BPTP Sumut. Sumatera Utara

Badan Pusat Statistik. 2015. Karo Dalam Angka 2015. Sumatera Utara.

Kusumaningsih, Riana Dewi. 2010. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan

Faktor – Faktor Produksi Pada Usahatani Kubis di Kabupaten Karanganyar. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Murdiantoro, Bayu. 2011. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Di

Desa Pulorejo Kecamatan Winong Kabupaten Pati.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pracoyo, T. K. dan Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. PT Grasindo. Jakarta.

Pindyck, R.S. dan Rubinfield. 2008. Mikroekonomi : Jilid 1 Edisi Keenam. PT Indeks. Jakarta.

Rahayu, Sri Yayu; Netti Nurlenawati; Endah Fitriyah; Agustriani Ramana Fitriyah; Agustriani Ramana Sidik. 2015. Pengaruh Kombinasi Dosis

Pupuk Nitrogen dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis (Brassica oleraceae Var botrytis L. Unsika.

Karawang.

Rifqie, Ade Suryani. 2008. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

Produksi Usahatani Kubis (Studi Kasus di Desa Cimenyan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sinuhaji, N. 2013. Analisis Harga Domestik dan Harga Ekspor Kubis di Singaura

terhadap Ekspor Kubis (Brassica O. Capitata) Dari Kabupaten Karo.

Jurnal. Volume: III. No. 01. Hal : 14.

Soekartawi. 2003. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sumpena, Uum. 2012. Budidaya Kubis. Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.

Sunarjono, Hendro. 2015. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di

Kecamatan Kabanjahe. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Kecamatan

Kabanjahe adalah sentra produksi kubis dengan produksi terbesar di Kabupaten

Karo.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan secara Cluster Sampling dengan melakukan

pembagian menjadi beberapa kelompok berdasarkan wilayah/area. Dasar

pemilihan wilayah yang akan dipakai berdasarkan pembagian desa. Berdasarkan

jumlah desa, Kecamatan Kabanjahe terbagi menjadi 13 desa/kelurahan.

Berdasarkan hasil penelitian, Kecamatan Kabanjahe memiliki 8 desa dan 5

kelurahan. Namun tidak seluruh desa/kelurahan memiliki lahan pertanian.

Terdapat 3 desa yang tidak termasuk ke dalam daerah penelitian yaitu, Desa Gung

Leto, Desa Desa Lau Cimba dan Desa Padang Mas. Hal tersebut dikarenakan

keluarah tersebut telah menjadi daerah pemukiman dan perkantoran di Kecamatan

Kabanjahe; sehingga desa/kelurahan yang termasuk ke dalam daerah penelitian

hanya 10 desa/kelurahan.

Penentuan besar sampel dilakukan dengan metode Stratified Clustered

Sampling, yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara

(18)

sampel yang terpilih mewakili populasi setiap desa/kelurahan adalah sebanyak 5

orang. Petani sampel terpilih berada pada strata luas lahan yang telah ditentukan

secara acak. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya nilai yang pasti untuk jumlah

populasi maupun besaran lahan yang dimiliki petani. Tingkatan strata yang harus

dipenuhi oleh petani sampel, yaitu dibawah atau sama dengan 0,5 hektar (≤ 0,5)

Ha; diantara 0,6 hingga 0,9 hektar (0,6 – 0,9 Ha) dan besar atau sama dengan 1

hektar (≥1 Ha).

Namun berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak semua desa/kelurahan

memenuhi syarat tingkat strata yang telah ditentukan, sehingga komposisi sampel

yang terpilih dirumuskan ke dalam Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Realisasi Besaran Sampel Berdasarkan Tingkatan Luas Lahan.

Nama Desa Luas Lahan (Ha) Jumah Sampel

Petani Per Desa < 0,5 0,6 - 0,9 ≥1

Kaban 5 1 1 5

Kacaribu 5 - - 5

Kandibata 2 2 1 5

Ketaren 2 2 1 5

Lausimomo 2 2 1 5

Rumah Kabanjahe 5 - - 5

Samura 5 - - 5

Sumber Mufakat 5 - - 5

Gung Negeri 4 1 - 5

Kampung Dalam 3 1 1 5

Jumlah Sampel

Petani Per Kriteria 38 8 4 50

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani responden

menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

(19)

dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik dan Badan Penyuluh Pertanian,

serta didukung dengan pernyataan dari berbagai literatur, jurnal dan internet yang

sesuai.

3.4 Ruang Lingkup dan Variabel Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produktivitasnya antara lain bibit,

pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K, insektisida dan tenaga kerja.

Variabel yang digunakan tersusun menjadi :

a. Variabel bebas atau independent variable yaitu variabel yang mempengaruhi,

antara lain : faktor produksi bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,

insektisida dan tenaga kerja.

b. Variabel terikat atau dependent variable yaitu variabel yang dipengaruhi

adalah produktivitas kubis.

3.5 Metode Analisis Data

Data primer yang telah diperoleh selanjutnya akan diolah dan dianalisis

dengan metode kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kubis di Kecamatan

Kabanajahe. Data yang dikumpulkan akan diolah menggunakan Software

SPSS 16.

3.5.1 Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linearitas untuk mendeteksi

(20)

dimaksud adalah garis lurus yang menyatakan bentuk hubungan antara faktor X

dengan faktor Y, dengan beranggapan bahwa faktor-faktor lainnya konstan

(Sudarmanto, 2013).

Ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel bebas dan variabel terikat

dapat diuji dengan menggunakan Ramset Reset Test. Uji ini berkaitan dengan

masalah spesifikasi kesalahan. Langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu :

1. Meregresi fungsi empirik yang sedang diamati, dan diperoleh nilai residual R2

dan Yprediksi, selanjutnya dikuadratkan (Yprediksi2)

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e

2. Meregresi fungsi empirik tersebut, dan diperoleh nilai R2new.

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3Yprediksi^2 + e

3. Mencari nilai Fhitung dengan rumus :

Dimana, n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel bebas dan

variabel terikat.

4. Mencari nilai Ftabel (α = 10%).

5. Kesimpulan : Fhitung < Ftabel maka fungsi empiris linear.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik

jika memenuhi asumsi klasik, yaitu memenuhi asumsi bebas multikolinearitas,

bebas heterokedastisitas dan berbentuk normalitas. Pengujian asumsi klasik ini

dilakukan dengan bantuan Software SPSS 16.

(21)

Menurut Gunawan (2015), uji multikolinearitas dimaksudkan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antara variabel

bebas. Multikolinearitas terjadi apabila dua atau lebih variabel bebas saling

berkorelasi kuat satu sama lain. Bila terjadi multikolinearitas, estimasi kuadrat

terkecil dapat dihitung tetapi terjadi kesulitan untuk menginterpresentasikan efek

dari tiap-tiap variabel.

Uji multikolinearitas dengan SPSS dilakukan dengan uji regresi, dengan

patokan nilai VIF (Variance Inflation Factor), Tolerance dan koefisien korelasi

regresi antar variabel bebas. Kriteria yang digunakan adalah :

1. Jika nilai VIF lebih besar dari 1 atau nilai Tolerance lebih kecil dari 1, maka

dikatakan tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model regresi.

2. Jika koefisien antar variabel bebas kurang dari 0,7 maka tidak terdapat

masalah multikolinearitas.

Adapun rumus untuk menentukan nilai VIF dan Tol dalam Supardi (2013)

adalah seperti berikut :

Dimana, VIF = nilai Variance Inflation Factor

Tolj = nilai Tolerance variabel bebas – j

Hipotesis yang diuji adalah :

H0 : Terjadi multikolinearitas antara variabel bebas

(22)

3.5.2.2Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang

baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji ini

dilakukan menggunakan uji korelasi Rank – Spearman dengan scatterplot antara

nilai prediksi variabel independen yaitu ZPRED (sumbu X) dengan residualnya

SRESID (sumbu Y). Terjadi heterokedastisitas dalam model regresi jika titik-titik

dalam scatterplot membentuk pola-pola tertentu atau berkumpul di satu sisi atau

dekat nilai 0 pada sumbu Y pada kurva yang dihasilkan. Jika titik-titik data

menyebar tidak secara beraturan, maka tidak terjadi heterokedastisitas

(Santoso, 2010)

3.5.2.3 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji

t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi valid untuk jumlah sampel kecil.

Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dalam model

regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut.

a. Analisis Grafik

Melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan

distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot

(23)

uji sebagai berikut : jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi

normal menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas; namun

apabila data menyebar jauh di sekitar garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal

menunjukkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Konsep dasar dari Uji Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan

distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku.

Dengan kriteria uji sebagai berikut.

H0 : signifikansi yang diperoleh ˃α

H1 : signifikansi yang diperoleh < α

Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :

a. Jika signifikansi ˃ α : terima H0 atau tolak H1, artinya sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

b. Jika signifikansi ≤ α : tolak H0 atau terima H1, artinya sampel tidak berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

3.5.3 Uji Regresi Linear Berganda

Untuk menjawab hipotesis 1 dan 2, data dianalisis secara kuantitatif untuk

mengetahui faktor-faktor produksi (bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P,

pupuk K, insektisida dan tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap produktivitas

kubis. Pengolahan data dilakukan dengan Software SPSS. Setelah data diolah,

(24)

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas kubis

dimasukkan ke dalam sebuah fungsi persamaan linear berganda, sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7)

Dimana :

Y = produktivitas kubis (kg/Ha)

X1 = bibit (batang/Ha)

X2 = pupuk kandang (kg/Ha)

X3 = pupuk N (kg/Ha)

X4 = pupuk P (kg/Ha)

X5 = pupuk K (kg/Ha)

X6 = insektisida (cc/Ha)

X7 = tenaga kerja (HKO/Ha)

Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari

faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari

analisis regresi yaitu besarnya nilai thitung, Fhitung, dan koefisien determinasi (R2).

Nilai thitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah secara parsial

koefisien regresi dari masing-masing variabel terikat (Xn) yang dipakai

berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel bebas (Y).

Pengujian hipotesis dapat ditarik melalui model linear berganda terhadap

parameter regresi, yakni sebagai berikut :

3.5.3.1 Uji Hipotesis Secara Serempak

Uji serempak dilakukan dengan uji F. Menurut Gujarati (2007) dalam Rifqie

(2008), menyatakan uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua

(25)

secara bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen. Pengujian F ini

dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan Ftabel. Adapun

rumus untuk mencari nilai F yaitu :

Dimana :

ESS = jumlah kuadrat variabel yang dijelaskan (∑yi2)

RSS = jumlah kuadrat residu (∑ei2)

n = ukuran sampel

k = jumlah variabel

Dengan hipotesis yang diuji :

H0 : β1, β2, β3, β4, β5 = 0

H1 : minimal ada satu β ≠ 0

Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :

a. Jika Fhitung ≤ Ftabel atau signifikansi F ˃ α : terima H0 atau tolak H1, artinya

secara serempak, variabel bebas bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P,

pupuk K, insektisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat produktivitas kubis.

b. Jika Fhitung ˃ Ftabel atau signifikansi F ≤ α : tolak H0 atau terima H1, artinya

secara serempak, variabel bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,

insektisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

produktivitas kubis.

3.5.3.2Uji Hipotesis Secara Parsial

Uji parsial dilakukan melalui uji t. Uji ini digunakan untuk menunjukkan

(26)

variabel independen. Menurut Arief (1993) daam Riyanti (2011), rumus

mengetahui nilai t adalah sebagai berikut :

t-hitung =

Dimana :

βi = koefisien regresi ke-i

Si = standart error koefisien regresi ke-i

Kriteria penilaian yang diuji :

H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0

Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :

a. Jika thitung ≤ ttabel atau jika signifikansi t ˃α : terima H0 atau tolak H1, artinya

secara parsial variabel bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,

insektisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

produktivitas kubis.

b. Jika thitung˃ ttabel atau jika signifikansi t ≤α : tolak H0 atau terima H1, artinya

secara parsial variabel bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,

insektisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

produktivitas kubis.

3.6 Defenisi dan Batasan Operasional

3.6.1 Defenisi Operasional

1. Faktor produksi adalah input pada proses produksi seperti tenaga kerja, modal

dan bahan – bahan lainnya.

2. Produktivitas adalah rata-rata banyaknya kubis yang dihasilkan per satuan

(27)

3. Produksi kubis adalah banyaknya kubis yang diperoleh petani dari hasil panen

per periode tumbuh, diukur dalam satuan kilogram.

4. Luas Lahan adalah jumlah luas tanah yang digunakan oleh petani kubis untuk

tempat bertanam kubis, diukur dalam satuan hektar.

5. Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dipekerjakan dalam

merawat tanaman kubis dan dalam mengolah kubis per periode tumbuh,

diukur dalam satuan HKO per hektar (1 HKO = 8 jam).

6. Penggunaan pupuk kandang adalah banyaknya pupuk organik/pupuk kandang

yang diberikan kepada tanaman kubis per periode tumbuh, diukur dalam

satuan kilogram per hektar.

7. Penggunaan pupuk kimia yang digunakan yakni antara lain Phonska, KCl,

TSP, Superstikfos; adalah banyaknya pupuk yang diberikan kepada tanaman

kubis per periode tumbuh, diukur dalam satuan kilogram.

8. Jumlah pupuk kimia yang digunakan adalah hasil perhitungan setiap pupuk

yang telah dikonversikan ke dalam kandungannya masing-masing. Diukut

dalam satuan kilogtam per hektar.

9. Insektisida yang digunakan yakni antara lain Prevaton, Aero, Dursban, Serva;

adalah banyaknya insektisida yang diberikan kepada tanaman kubis per satu

periode tumbuh, diukur dalam satuan cc per hektar.

10.Penggunaan bibit adalah jenis bibit yang digunakan petani dalam satu periode

tumbuh. Petani terpilih semuanya telah menggunakan bibit unggul. Diukur

dalam satuan batang per hektar.

11.Satu periode tumbuh kubis membutuhkan waktu selama 3 – 4 bulan.

(28)

3.6.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo Provinsi

Sumatera Utara tahun 2016.

2. Responden dalam penelitian ini adalah petani kubis yang telah menghasilkan

di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

3. Pengolahan kubis yang diteliti adalah yang dilakukan dan dikelola secara

(29)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak dan Geografis

Kecamatan Kabanjahe merupakan ibukota Kabupaten Karo, dimana letaknya

berada di tengah dan diapit oleh beberapa kecamatan lainnya. Batas-batas

wilayahnya adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Berastagi

- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah

- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat

- Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah

Luas Kecamatan Kabanjahe sekitar 44,65 km2 yang terdiri dari 8 desa dan 5

kelurahan; berada pada 1.000 hingga 1.300 meter diatas permukaan laut dengan

temperatur suhu udara antara 16 hingga 27 derajat Celcius.

Tabel 5 berikut ini akan menunjukkan tinggi, luas dan rasio luas lahan per

desa dengan total luas lahan Kecamatan Kabanjahe. Tabel menunjukkan bahwa

daerah tertinggi Kecamatan Kabanjahe terletak di Desa Kaban (1.262 meter dpl)

sedangkan daerah terendah Kecamatan Kabanjahe terletak di Desa Kandibata

(1.048 meter dpl). Hal ini membuktian kesesuaian lahan di Kecamatan Kabanjahe

(30)

Tabel 5. Tinggi Wilayah Diatas Permukan Laut Dan Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Kabanjahe Tahun 2014.

No. Nama Desa Tinggi (m) Luas (Km2)

Rasio terhadap Total Luas Kecamatan (%)

1. Lau Simomo 1.114 2,00 4,48

2. Kandibata 1.048 5,00 11,20

3. Kacaribu 1.135 3,25 7,28

4. Lau Cimba 1.148 2,00 4,48

5. Padang Mas 1.138 3,00 6,72

6. Gung Leto 1.195 2,00 4,48

7. Gung Negeri 1.179 4,50 10,08

8. Samura 1.208 3,00 6,72

9. Ketaren 1.226 2,50 5,60

10. Kampung Dalam 1.220 2,00 4,48 11. Rumah Kabanjahe 1.185 5,00 11,20

12. Kaban 1.262 4,90 10,97

13. Sumber Mufakat 1.258 5,50 12,31

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015.

Tabel 5 tersebut juga menunjukkan bahwa daerah terluas di Kecamatan

Kabanjahe berada di Desa Sumber Mufakat (5,50 km2) sedangkan daerah

tersempit di Kecamatan Kabanjahe berada di Desa Lau Simomo, Desa Lau

Cimba, Desa Gung Leto, dan Desa Kampung Dalam yang masing-masing

memiliki luas sekitar 2,00 km2, dan rata-rata rasio luas desa terhadap luas

kecamatan adalah sebesar 7,69%. Berdasarkan data tinggi wilayah tersebut,

Kabupaten Karo memang memiliki topografi yang tepat untuk tempat tumbuhnya

(31)

Tabel 6. Luas Wilayah Berdasarkan Jenis Penggunaan Tanah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Kabanjahe Tahun 2014.

No. Nama Desa

Lahan Pertanian Lahan

Bukan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015.

Tabel 6 menunjukkan bahwa lahan di Kecamatan Kabanjahe sebagian besar

digunakan untuk lahan pertanian bukan sawah dan tidak ada penggunaan lahan

untuk persawahan. Sedangkan lahan bukan pertanian digunakan untuk kawasan

pemukiman, perkantoran dan industri.

4.1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Kabanjahe tahun 2015 adalah sekitar 70.890

jiwa yang terdiri dari 34.627 jiwa penduduk laki-laki dan 36.263 jiwa penduduk

perempuan serta 17.182 rumah tangga. Sebanyak 70.890 jiwa penduduk menyebar

di 13 desa.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan angka sex ratio Kecamatan

Kabanjahe sebesar 95,5%. Data menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih

(32)

bahwa penduduk di Kabupaten Kabanjahe belum banyak penduduk yang belum

produktif.

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2014.

Kelompok Umur Penduduk (jiwa) Jumlah

Laki-laki Perempuan

0 – 4 4.147 4.137 8.284

5 – 9 3.842 3.782 7.624

10 – 14 3.416 3.349 6.765

15 – 19 2.807 2.702 5.509

20 – 24 2.451 2.391 4.842

25 – 29 2.702 2.778 5.480

30 – 34 2.831 2.905 5.736

35 – 39 2.719 2.774 5.493

40 – 44 2.403 2.495 4.898

45 – 49 1.943 2.189 4.132

50 – 54 1.620 1.844 3.464

55 – 59 1.374 1.585 2.959

60 – 64 1.002 1.131 2.133

65 – 69 630 884 1.514

70 – 74 403 563 966

75+ 337 754 1.091

Jumlah 34.627 36.263 70.890

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015.

Berdasarkan Tabel 7 tersebut, penduduk Kecamatan Kabanjahe tergolong

pada penduduk berusia muda karena sekitar 39,75% penduduknya berusia

dibawah 20 tahun. Namun, jumlah penduduk laki-laki usia muda memiliki jumlah

yang tidak jauh beda dengan jumlah penduduk perempuan usia muda.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Kecamatan Kabanjahe memiliki sarana yang cukup lengkap untuk memenuhi

keperluan usahataninya. Sarana prasarana yang terdapat di Kabupaten Karo

(33)

Tabel 8. Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Usahatani di Kecamatan Kabanjahe.

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Toko Saprodi 15

2. Tempat Pembibitan Kubis 3

3. Pasar 1

4. Gudang Pelelangan Kubis 20

Jumlah 39

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015.

4.1.5 Pertanian

Melihat keadaan alam dan topografi Kecamatan Kabanjahe, maka sektor

pertanian menjadi potensi yang baik untuk mendukung perekonomian masyarakat.

Pada tahun 2014, luas lahan kubis mencapai 347 hektar yang telah mengalami

penurunan sebesar 27,73 % dari tahun 2013 yaitu sebesar 480 hektar. Namun

Kecamatan Kabanjahe tetap merupakan sentra produksi kubis, dimana pada tahun

2014 hasil produksi mencapai 12.970 ton yang telah mengalami penurunan

sebesar 24,76% dari tahun 2013 sebesar 17.240 ton.

4.2 Karakteristik Sampel

Petani kubis yang menjadi sampel dala penelitian ini adalah sebanyak 50

orang. Gambaran petani sampel meliputi umur, tingkat pendidikan, status

kepemilikan lahan, luas lahan dan pengalaman bertani kubis diuraikan berikut ini.

4.2.1 Umur Petani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani sampel berada antara 16

hingga 65 tahun. Komposisi petani sampel berdasarkan umur ditunjukkan dalam

(34)

Tabel 9. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Umur Petani.

No. Kategori Berdasarkan Umur (Tahun)

Jumlah Sampel

(orang)

Persentase

(%)

1. Non-Produktif (17 – 25)

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1.

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebesar 98% petani sample berada pada rentang

umur yang produktif. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel terdiri dari

masyarakat telah memiliki kematangan dan pengalaman bertani dalam mengelola

usahatani kubis.

4.2.2 Tingkat Pendidikan Petani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani berada antara

SMP hingga Perguruan Tinggi. Komposisi petani berdasarkan tingkat petani

ditunjukkan dalam Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Komposisi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani.

No. Tingkat Pendidikan

Jumlah Sampel

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1.

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebesar 6% petani sampel berpendidikan

SMP/Sederajat; 66% petani sampel berpendidikan SMA/Sederajat; dan sebesar

(35)

petani terbesar berada pada tingkat pendidikan SMA/Sederajat yaitu sejumlah 33

orang.

4.2.3 Status Kepemilikan Lahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan terbagi menjadi

dua yaitu milik sendiri dan menyewa. Komposisi petani berdasarkan status

kepemlikan lahan ditunjukkan dalam Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Komposisi Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

No. Status Kepemilikan

Jumlah Sampel

(orang)

Persentase

(%)

1. Milik Sendiri 41 82

2. Menyewa 9 18

Jumlah 50 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1.

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel telah memiliki

hak milik sendiri atas lahannya. Sebesar 82% dengan jumlah 41 orang petani

sampel memiliki lahan dengan hak milik sendiri sedangkan sebesar 18% dengan

jumlah 9 orang petani sampel menyewa lahan yang mereka gunakan.

4.2.4 Lama Bertani Kubis

Komposisi pengalaman bertani kubis petani sampel ditunjukkan dalam Tabel

12 berikut ini.

Tabel 12. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Lama Bertani Kubis.

No.

Lama Bertani Kubis

(tahun)

Jumlah Sampel

(orang)

Persentase

(%)

1. 1 – 10 37 74

2. 11 – 20 12 26

Jumlah 50 100

(36)

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebesar 74% petani sampel memiliki

pengalaman bertani selama 1 – 10 tahun dan sebesar 26% petani sampel memiliki

pengalaman 11 – 20 tahun. Komposisi terbesar berada pada pengalaman 1 – 10

tahun dengan jumlah petani sampel sebesar 37 orang. Hal ini menunjukkan bahwa

petani tersebut telah menjadikan komoditi kubis sebagai usahatani yang potensial

yang dapat dikelola terus menerus.

4.2.5 Luas Lahan

Komposisi luas lahan petani sampel ditunjukkan dalam Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan.

No.

Luas Lahan

(Ha)

Jumlah Sampel

(orang)

Persentase

(%)

1. ≥ 0,5 39 78

2. 0,6 – 0,9 7 14

3. ≥ 1 4 8

Jumlah 50 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1.

Tabel 13 menunjukkan bahwa sebesar 78% petani sampel memiliki luas lahan

≥ 0,5 Ha; sebesar 14% petani sampel memiliki luas lahan 0,6 – 0,9 Ha dan sebesar

8% petani sampel memiliki luas lahan memiliki luas lahan ≥ 1 Ha. kOmposisi

terbesar berada pada luas lahan ≥ 0,5 Ha dengan jumlah petani sampel sebesar 39

orang. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani kubis di Kecamatan Kabanjahe

(37)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Budidaya Tanaman Kubis di Kecamatan Kabanjahe

Tanaman kubis merupakan salah satu tanaman holtikultura yang dalam bahasa

ilmiahnya sering disebut dengan Brassica oleracea. Kabupaten Karo merupakan

10 cm. sentra penghasil kubis di Sumatera Utara yang sudah diekspor ke berbagai

provinsi di Indonesia maupun ke mancanegara. Umumnya, petani kubis di

Kabanjahe membudidayakan kubis sebanyak 3-4 kali dalam satu tahun. Hal ini

pun tergantung kepada kesediaan bibit untuk digunakan. Teknik penanaman kubis

yang dilakukan petani meliputi beberapa tahap, antara lain sebagai berikut.

5.1.1 Persiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan untuk budidaya kubis dipersiapkan terlebih

dahulu. Kegiatan persiapan ahan yang dilakukan tidak berbeda dari biasanya,

yaitu dengan mencangkul tanah dengan keinginan untuk memberikan ruang udara

baru terhadap tanah. Kegiatan persiapan lahan ini selalu dilakukan sendiri oleh

petani, namun terdapat petani sampel yang menggunakan Tenaga Kerja Luar

Keluarga (TKLK) hanya beberapa orang saja. Umumnya, usahatani kubis yang

dilakukan petani di Kecamatan Kabanjahe dialkukan pada lahan yang sama

terus-menerus.

Kegiatan pencangkulan ini kemudian dilanjutkan dengan membuat lubang

tanam sesuai dengan jarak tanam yang standar. Biasanya petani menggunakan

jarak tanam 30 cm × 30 cm. Setelah diberi lubang tanam, kemudian diberikan

pupuk kandang. Rata-rata penggunaan pupuk organik petani kubis di Kecamatan

Kabanjahe mencapai 5.148,82 kg/Ha. Pupuk organik ini digunakan sebagai top

(38)

5.1.2 Penanaman

Varietas bibit yang ditanam di Kecamatan Kabanjahe adalah Green Nova dan

Green 11. Seluruh petani hanya mau menggunakan varietas bibit tersebut.

Varietas ini dikenal dapat menghasilkan prduksi yang besar. Untuk Green Nova

sendiri, per barangnya dapat menghasilkan 1,8 kg hingga 2 kg. Untuk Green 11,

dapat menghasilkan 1,6 kg hingga 1,8 kg. Rata-rata penggunaan bibit di

Kecamatan Kabanjahe mencapai 29.500 batang/Ha.

5.1.3 Pemupukan

Pemupukan dalam usahatani kubis hanya dilakukan tiga kali selama satu

produksi. Pertama, pemupukan dengan pupuk organik pada pengolahan tanah.

Pemupukan kedua menggunakan pupuk Phonska, pupuk TSP, pupuk KCl, dan

pupuk Superstikfos; penggunaannya masing-masing setengah dari total

penggunaannya. Pemupukan ketiga dilakukan dengan pupuk yang sama dengan

jumlah penggunaannya sebanyak sisa penggunaan pupuk yang kedua.

Pengukuran pupuk-pupuk tersebut dihitung berdasarkan unsur kimia makro

yang terkandung di dalamnya. Kandungan pupuk Phonska tersusun atas unsur N

15%, unsur P 15% dan unsur K 15%. Kandungan pupuk TSP adalah unsur P 46%.

Kandungan pupuk KCl adalah 60% unsur K. Kandungan pupuk Superstikfos

adalah 11% unsur N dan 48% unsur P.

Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe yaitu

pupuk N sebanyak 149,95 kg/Ha, pupuk P sebanyak 278,38 kg/Ha dan pupuk K

(39)

5.1.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan cara penyemprotan dan penyiangan.

Penyemprotan biasanya dilakukan 8 kali hingga masa panen. Penyemportan

dilakukan dengan insektisida Prevaton, insektisida Aero, insektisida Serva dan

insektisida Dursban dengan jumlah penggunaan yang selalu sama selama 8 kali

penyemprotan. Hal ini dilakukan karena sifat kubis sendiri yang sangat sensitif

terhadap hama maupun penyakit, apabila terganggu, kubis akan mengatup dan

berhenti berproduksi. Rata-rata total penggunaan insektisida oleh petani kubis di

Kecamatan Kabanjahe sebesar 2.062,72 cc/Ha.

Penyiangan dilakukan dengan memerikan kondisi bibit yang ditanam. Apabila

terdapat bibit yang gagal tumbuh, dibutuhkan penyisipan dengan mengganti

dengan bibit yang baru.

5.1.5 Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah 3 bulan sejak penanaman. Pemanenan kubis di

Kecamatan Kabanjahe sangat unik, yaitu tidak dilakukan oleh petani, melainkan

agen yang datang untuk membeli kubis petani tersebut. Biasanya, telah ada

kesepakatan antara petani dengan agen, sehingga apabila waktu panen telah tepat,

agen akan memanen sendiri kubisnya, sehingga petani tidak membutuhkan tenaga

(40)

5.2 Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabajahe Kabupaten Karo.

Sebelum dilakukan analisis regresi metode kuadrat terkecil (Ordinary Least

Square), perlu dilakukan uji outlier menggunakan Microsoft Excel. Hal ini

diperlukan untuk memeriksa data yang menyimpang terlalu jauh dari data yang

lainnya dalam suatu rangkaian data. Adanya pemeriksaan terhadap data yang

mengandung outlier ini akan membuat analisis data semakin baik. Dari data

primer yang didapatkan (50 data sampel), terdapat 10 data yang mengalami

outlier, sehingga data tersebut tidak digunakan lagi. Untuk selanjutnya, hanya

terdapat 40 data yang bebas outlier dan jumlah data inilah yang akan digunakan di

sepanjang analisis regresi dengan SPSS 16.

5.2.1 Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linearitas ini perlu

dilakukan sebelum uji OLS, untuk mengetahui apakah seluruh data berada dalam

bentuk yang linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan

Ramsey Test, dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Apabila Fhitung ≥

Ftabel, maka data menunjukkan hasil yang tidak linear. Sedangkan apabia Fhitung ≤

Ftabel, maka data menunjukkan hasil yang linear. Nilai Fhitung dapat diperoleh

dengan menggunakan hasil regresi dengan SPSS. Hasil uji linearitas yang

(41)

Tabel 14. Hasil Uji Linearitas Regresi Linear Berganda Faktor Produksi Usahatani Kubis

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Sig.

1 0,971 0,943 0,930 0,000

a. Predictors : (Constant), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk N (kg/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Tenaga Kerja (HKO/Ha)

b. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Sig.

1 0,971 0,943 0,930 0,000

c. Predictors : (Constant), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk N (kg/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Tenaga Kerja (HKO/Ha), DfFit

d. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)

Nilai Adjusted R Square tersebut dimasukkan ke dalam rumus, yaitu :

Untuk nilai Ftabel dilihat dari tabel F dengan nilai df1 = 7 dan df2 = 30, yaitu

sebesar 2,12. Jadi, Fhitung (0,0235) < Ftabel (2,12) maka data menunjukkan hasil

(42)

5.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (independent variable) dalam model regresi.

Korelasi diantara variable bebas tersebut seharusnya tidak terjadi dalam model

regresi yang baik. Gejala terjadinya multikolinieritas dalam model regresi adalah

sebagai berikut.

a. Jika nilai koefisien korelasi regresi antar variabel bebas lebih kecil dari 0,7;

maka tidak terjadi multikolinearitas.

b. Melihat nilai Tol dan VIF. Dimana apabila nilai VIF lebih besar dari 1 atau

nilai Tol leboh kecil dari 1, maka tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 15. Hasil Uji Multikolinearitas Regresi Linear Berganda Faktor Produksi Usahatani Kubis

Variabel Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Bibit (batang/Ha) 0,721 1,387

Pupuk Organik (kg/Ha) 0,564 1,775

Pupuk N (kg/Ha) 0,742 1,348

Pupuk P (kg/Ha) 0,415 1,407

Pupuk K (kg/Ha) 0,453 1,209

Insektisida (cc/Ha) 0,618 1,619

Tenaga Kerja (HKO/Ha) 0,676 1,480

a. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)

Sumber : Lampiran 3

Tabel 15 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai

Tol mendekati 1 dan nilai VIF disekitar angka 1. Maka dapat dinyatakan model

regresi linear produktivitas kubis terbebas dari masalah multikolinearitas.

(43)

5.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan menggunakan uji korelasi Rank – Spearman

dengan scatterplot antara nilai prediksi variabel independen yaitu ZPRED (sumbu

X) dengan residualnya SRESID (sumbu Y). Terjadi heterokedastisitas dalam

model regresi jika titik-titik dalam scatterplot membentuk pola-pola tertentu atau

berkumpul di satu sisi atau dekat nilai 0 pada sumbu Y pada kurva yang

dihasilkan. Jika titik-titik data menyebar tidak secara beraturan, maka tidak terjadi

heterokedastisitas.

Gambar 2. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Sumber : Lampiran 3

Gambar 2 menunjukkan bahwa titik-titik scatterplot menyebar secara tidak

beraturan dan tidak membentuk pola apapun. Hal ini membuktikan bahwa tidak

(44)

5.2.4 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

c. Analisis Grafik

Melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan

distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dengan kriteria

uji sebagai berikut : jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi

normal menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas; namun

apabila data menyebar jauh di sekitar garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal

menunjukkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Berikut

gambar histogram hasil regresi.

(45)

Gambar 3 menunjukkan bahwa data menyebar disepanjang garis diagonal atau

mengikuti grafik histogramnya. Gambar 3 juga menunjukkan bahwa plot berada

di sekitar garis dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal ini membuktikan bahwa

data memenuhi asumsi normalitas atau data dalam distribusi normal.

d. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Konsep dasar dari Uji Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan

distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku.

Dengan kriteria uji sebagai berikut.

H0 : signifikansi yang diperoleh ˃α

H1 : signifikansi yang diperoleh < α

Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :

c. Jika signifikansi ˃ α : terima H0 atau tolak H1 , artinya sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

d. Jika signifikansi ≤ α : tolak H0 atau terima H1 , artinya sampel tidak berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 16. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov Smirnov Test Regresi Linear Berganda Faktor Produksi Usahatani Kubis

Unstandardized Residual

N

Normal Parametersa Mean Std. Deviation MostExtreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

40 .0000000 1.28128137E3 .101 .101 -.083 .663

(46)

Dari Tabel 16 didapati nilai signifikansi sebesar 0,177. Maka signifikansi ˃ α

maka terima H0 atau tolak H1, yang artinya sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, model regresi yag digunakan telah

terbebas dari masalah multikolinearitas, heterokedastisitas dan berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Maka, uji regresi linear berganda dapat

dilakukan. Berikut adalah hasil yag diperoleh dari analisis linear berganda.

Tabel 17. Nilai Regresi dan Variabel Faktor Produksi Usahatani Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

No. Faktor Produksi (X) Tenaga Kerja (X7)

2329,863

Adjusted R Square = 0,930

Sumber : Lampiran 3.

Tabel 17 menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,930. Artinya,

sebesar 93% variabel terikat (Y) telah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

bebas (X) pada model regresi ini. Sedangkan sisanya 7% dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dijelaskan ke dalam model.

Tabel juga telah merumuskan persamaan fungsi produktivitas kubis di

Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo sebagai berikut :

Y = 2.329,863 + 1,856 X1 + 0,553 X2 + (-22,698) X3 + (-21,309) X4 + 33,146 X5

(47)

Persamaan regresi linear berganda tersebut menjelaskan nilai konstanta

sebesar 2.329,863. Artinya, apabila seluruh nilai variabel bebas diasumsikan

bernilai nol, maka nilai produktivitas kubis sebesar 2.329,863 kg/Ha.

5.3 Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Faktor produksi yang digunakan terdiri atas bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk

P, pupuk K, insektisida dan tenaga kerja. Pengaruh yang terjadi diamati secara

serempak maupun sebagian/parsial. Uji serempak dilakukan menggunakan uji F,

sedangkan uji parsial dilakukan menggunakan uji f. Uji F dan uji t didapatkan

dengan bantuan Software SPSS 16.

5.3.1 Pengaruh Secara Serempak Faktor Produksi Terhadap Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Untuk menguji pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas kubis

di Kecamatan Kabanjahe digunakan Uji F. Dengan kriteria uji sebagai berikut :

H0 : β1, β2, β3, β4, β5 = 0

H1 : minimal ada satu β ≠ 0

Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :

c. Jika Fhitung ≤ Ftabel atau signifikansi F ˃ α : terima H0 atau tolak H1, artinya

secara serempak, variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat produksi kubis.

d. Jika Fhitung ˃ Ftabel atau signifikansi F ≤ α : tolak H0 atau terima H1, artinya

secara serempak, variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

(48)

Tabel 18. Hasil Analisis Serempak Penggunaan Faktor Produksi Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square Fhitung

F tabel

a. Predictors : (Constant), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk N (kg/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Tenaga Kerja (HKO/Ha)

b. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)

Sumber : Lampiran 3.

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui nilai Fhitung (75.274) ˃ Ftabel (1,91) atau

signifikansi (0,000) < α. Hal ini membuktikan bahwa secara serempak, variabel

bebas bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk K, insektisida dan tenaga kerja

berpengaruh nyata terhadap variabel bebas produktivitas kubis.

5.3.2 Pengaruh Secara Parsial Faktor Produksi Terhadap Produktivitas Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Untuk menguji pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas kubis

secara parsial, digunakan Uji t-test. Dengan kriteria uji sebagai berikut.

H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0

Pada tingkat kepercayaan 90%, maka :

c. Jika thitung≤ ttabel atau jika signifikansi t ˃α : terima H0 atau tolak H1, artinya

secara parsial variabel bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K,

insektisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

(49)

d. Jika thitung ˃ ttabel atau jika signifikansi t ≤α : tolak H0 atau terima H1, artinya

secara parsial variabel bebas bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk

K, insektisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

produksi kubis.

Tabel 19. Hasil Analisis Parsial Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Kubis di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Model

B Thitung Ttabel Sig. α

(Constant)

Bibit (batang/Ha) Pupuk Organik (kg/Ha) Pupuk N (kg/Ha) Pupuk P (kg/Ha) Pupuk K (kg/Ha) Insektisida (cc/Ha) Tenaga Kerja (HKO/Ha)

2329,863 a. Predictors : (Constant), Bibit (batang/Ha), Pupuk Organik (kg/Ha), Pupuk N (kg/Ha), Pupuk P (kg/Ha), Pupuk K (kg/Ha), Insektisida (cc/Ha), Tenaga Kerja (HKO/Ha)

b. Dependent Variable : Produktivitas Kubis (kg/Ha)

Sumber : Lampiran 3.

Variabel bebas bibit mempunyai nilai thitung 19,428 dan signifikansi 0,000.

Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung ˃ ttabel, dan apabila

dibandingkan dengan α, maka signifikansi < α. Berdasarkan hal ini dapat

dinyatakan bahwa variabel bebas bibit berpengaruh nyata terhadap produktivitas

kubis. Pengaruh yang nyata ini disebabkan oleh penggunaan bibit unggul Green

Nova dan Green 11 oleh petani kubis. Umumnya, petani kubis di Kecamatan

Kabanjahe hanya mau melakukan usahatani kubis dengan bibit unggul saja. Hasil

produksi kubis juga sangat bergantung dengan jenis bibit yang ditanam. Apabila

bibit yang digunakan adalah Gren Nova, satu tangkai kubis memiliki berat 1,8 kg

hingga 2 kg. Sedangkan Green 11 mempunyai berat 1,6 kg hingga 1,8 kg. Bibit

(50)

Variabel bebas pupuk organik mempunyai nilai thitung 0,497 dan signifikansi

0,623. Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung < ttabel dan apabila

dibandingkan dengan α, maka signifikansi ˃ α. Berdasarkan hal ini dapat

dinyatakan bahwa variabel bebas pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap

produktivitas kubis. Penyebab hal ini adalah komposisi penggunaan pupuk

organik yang belum sesuai dengan kebutuhan kubis itu sendiri. Berdasarkan

pernyataan Sumpena (2015), dosis pupuk organik pada masa awal tanam kubis

sebaik-baiknya antara lain pupuk kandang sapi 30 ton/Ha, pupuk kandang domba

20 ton/Ha atau kompos sebanyak 18 ton/Ha. Apabila dilihat rata-rata penggunaan

pupuk organik oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe sebesar 5.148,82 kg/Ha.

Hal ini menunjukkan penggunaan pupuk organik saat ini masih sangat kurang dari

kebutuhan kubis. Hal inilah yang menjelaskan belum berpengaruhnya variabel

bebas pupuk organik terhadap produktivitas kubis. Peningkatan penggunaan

pupuk organik sesuai dengan kebutuhan kubis yang sebenarnya dapat lebih

meningkatkan produksi dan produktivitas kubis tersebut.

Variabel bebas pupuk N mempunyai nilai thitung -0,712 dan nilai signifikansi

0,482. Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung < ttabel, dan apabila

dibandingkan dengan α, maka signifikansi ˃ α. Berdasarkan hal ini dapat

dinyatakan bahwa variabel bebas pupuk N tidak berpengaruh nyata terhadap

produktivitas kubis. Penyebab hal ini juga disebabkan oleh penggunaan pupuk

berunsur N yang tidak sesuai dengan anjuran kebutuhan kubis. Apabila

dibandingkan dengan hasil penelitian Sub Balai Penelitian Holtikultura Brastagi

dalam jurnal BPTP Sumatera Utara (2012) yang memberikan rekomendasi dosis

(51)

urea; maka penggunaan pupuk N oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe

dengan rata-rata penggunaannya 194,95 kg/Ha lebih besar daripada dosis

anjurannya. Penggunaan dosis pupuk N yang dilakukan hingga pada saat ini

ternyata telah mengurangi produksi kubis itu sendiri. Perlu adanya penyesuaian

kembali terhadap dosis pupuk N sehingga dalam penggunaannya menjadi lebih

tepat dan tidak berlebih. Hal ini juga didukung melalui nilai koefisien pupuk N

sebesar -22,698. Artinya, apabila ada penambahan dosis pupuk N sebesar 1 kg/Ha,

maka akan menurunkan produktivitas kubis sebesar 22,698 kg/Ha.

Variabel bebas pupuk P mempunyai nilai thitung -0,979 dan nilai signifikansi

0,335. Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung < ttabel, dan apabila

dibandingkan dengan nilai α, maka signifikansi ˃ α. Berdasarkan hal ini dapat

dinyatakan bahwa variabel bebas pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap

produktivitas kubis. Seperti pada penggunaan pupuk organik dan pupuk N,

penggunaan pupuk P juga belum sesuai dengan dosis kebutuhan kubis itu sendiri.

Apabila dilihat penggunaan rata-rata pupuk P oleh petani kubis di Kecamatan

Kabanjahe sebesar 278,38 kg/Ha. Sedangkan menurut hasil penelitian Sub Balai

Penelitian Holtikultura Brastagi dalam Jurnal BPTP Sumatera Utara (2012),

kebutuhan kubis akan unsur P sebanyak 144 kg/Ha atau setara dengan 400 kg/Ha

pupuk SP-36. Jumlah penggunaannya lebih besar dari jumlah anjurannya.

Penggunaan pupuk P yang dilakukan oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe

sudah melebihi kebutuhan dasar kubis itu sendiri, sehingga mengakibatkan

penurunan produksinya. Penggunaan pupuk P dengan komposisi pada saat ini

(52)

koefisien pupuk N yang bernilai -21,309; artinya penambahan pupuk P sebanyak

1 kg/Ha akan menurunkan produktivitas kubis sebesar 21,309 kg/Ha.

Variabel bebas pupuk K mempunyai nilai thitung 2,713 dan signifikansi sebesar

0,096. Apabila dibandingkan dengan nilai ttabel, maka thitung ˃ ttabel dan apabila

dibandingkan dengan α, maka signifikansi < α. Berdasarkan hal ini dapat

dinyatakan bahwa variabel bebas pupuk K berpengaruh nyata terhadap

produktivitas kubis. Penggunaan rata-rata pupuk K oleh petani kubis sebesar

221,15 kg/Ha. Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Sub Balai Penelitian

Holtikultura Brastagi dalam Jurnal BPTP (2012), jumlah rekomendasi terhadap

pupuk K adalah 90 kg/Ha atau setara dengan 150 kg pupuk KCl; penggunaan

tersebut lebih besar daripada kebutuhannya yang hanya sebesar 100 kg/Ha. Hal ini

menunjukkan bahwa walaupun penggunaan pupuk K telah melebihi dosis

kebutuhan, dosis ini masih dapat terus dipakai selama tidak ada penambahan dosis

di dalamnya. Hal ini juga didasarkan nilai koefisien pupuk K yang bernilai positif

sebesar 33,146. Artinya, meskipun ada penambahan pupuk K sebanyak 1 kg/Ha

akan meningkatkan produktivitas kubis sebesar 33,146 kg/Ha.

Variabel bebas insektisida mempunyai nilai thitung -1,238 dan signifikansi

0,225. Apabila dibandingkan dengan ttabel, maka thitung < ttabel dan apabila

dibandingkan dengan α, maka signifikansi ˃ α. Berdasarkan hal ini dapat

dinyatakan bahwa variabel bebas insektisida tidak berpengaruh nyata terhadap

produktivitas kubis. Umumnya, kondisi lahan di Kecamatan Kabanjahe sudah

dalam keadaan baik. Namun, penggunaan insektisida oleh petani kubis di

Kecamatan Kabanjahe dinilai sudah terlalu banyak. Petani melakukan

(53)

juga didukung oleh nilai koefisien insektisida sebesar -1,501; artinya penambahan

penggunaan insektisida sebesar 1 cc/Ha akan mengurangi produktivitas kubis

sebesar 1,501 kg/Ha.

Variabel bebas tenaga kerja mempunyai nilai thitung -0,194 dan signifikansi

0,848. Apabila dibandingkan dengan ttabel, maka thitung < ttabel dan apabila

dibandingkan dengan α, maka signifikansi ˃α. Berdasarkan hal ini, variabel bebas

tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kubis. Faktor

produksi tenaga kerja hanya mendukung proses produksi menjadi lebih tepat

waktu. Secara teknis, tidak ada perbedaan kinerja maupun performansi antara

tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dengan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

Umumnya, petani kubis di Kecamatan Kabanjahe akan menggunaka tenaga kerja

luar keluarga ketika mereka dalam keadaan mendesak/tidak dapat melakukan

pemeliharaan pada waktu yang diharuskan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi

keseharian petani dan kondisi sosial budaya masyarakat Kecamatan Kabanjahe

yang mempunyai aktivitas adat dan lainnya, sehingga petani tidak sempat untuk

melakukan perawatan dan menggunakan jasa tenaga kerja luar keluarga.

Penelitian ini menggambarkan terdapat banyak perbedaan usahatani kubis

yang dilakukan oleh petani kubis di Kecamatan Kabanjahe denga teori yang

sebenarnya. Kecamatan Kabanjahe sendiri memiliki banyak petani kubis yang

telah berpengalaman lebih dari 10 tahun. Sehingga mereka sendiri telah

mengetahui dan menentukan teknik usahatani dan seluruh faktor produksi yang

akan mereka gunakan. Penentuan ini dilakukan hanya berdasarkan pengalaman

petani tersebut tanpa adanya pengujian baik setiap tahun maupun periodenya, dan

(54)

minimnya informasi yang benar tentang usahatani kubis ini. Apabila melihat

kembali data produksi, memang produksi ini pernah mencapai angka

maksimalnya yaitu pada tahun 2012 sebesar 20.308 ton. Dengan perlakuan yang

tetap sama dari tahun ke tahun, penelitian menunjukkan bahwa hal ini

menunjukkan hasil yang negatif. Hal tersebut dibuktikan melalui angka produksi

yang menurun dari tahun 2013 dan 2014. Pentingnya pengujian dan penelitian

secara berkala akan membantu monitoring produksi kubis di Kecamatan

(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan, maka ditarik kesimpulan antara lain :

1. Secara serempak, variabel bebas bibit, pupuk N, pupuk K, insektisida dan

tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas kubis.

2. Secara parsial, variabel bebas bibit dan pupuk K berpengaruh nyata terhadap

produktivitas kubis. Sedangkan pupuk organik, pupuk N, pupuk P, insektisida

dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kubis.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain :

1. Kepada petani kubis di Kecamatan Kabanjahe agar dapat menyesuaikan

penggunaan dosis pupuk seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui

BPTP, yakni mengubah dosis pupuk N menjadi 92 kg/Ha; mengubah dosis

pupuk P menjadi 144 kg/Ha dan mengubah dosis pupuk K menjadi 90 kg/Ha.

2. Kepada pemerintah agar memberikan penyuluhan pertanian lebih baik lagi,

menguji usahatani kubis setiap tahun maupun periode, membandingkan

penggunaan faktor produksi sekarang dengan teori yang sebenarnya dan

memonitoring perkembangan usahatani kubis.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang fungsi biaya

produktivitas kubis, efisiensi penggunaan faktor produksi dan strategi

(56)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kubis

Kubis atau sering dikenal dengan kol sebenarnya merupakan tanaman

semusim atau yang lebih berbentuk perdu. Tanaman kubis berbatang pendek dan

beruas-ruas. Tanaman ini berakar tunggang dengan akar disampingnya sedikit

tetapi dangkal. Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani

kubis adalah bibit. Penggunaan varietas dan bibit unggul akan mampu

memberikan hasil produksi yang lebih baik. Jumlah varietas kubis banyak sekali.

Kubis krop (telur) atau yang dikenal dengan kubis putih memiliki daun yang

saling menutup satu sama lain hingga krop menjadi warna putih. Varietas yang

termasuk jenis kubis putih antara lain hybrid K-K cross, K-Y cross, hybrid 21,

R.v.e, dan yoshin. Pada umumnya kubis hanya baik jika ditanam di dataran tinggi

dengan ketinggian antara 1.000 – 3.000 meter diatas permukaan laut. Syarat yang

penting untuk dipenuhi agar kubis tumbuh dengan baik, yaitu tanahnya gembur,

bersarang, mengandung bahan organik, serta suhu udaranya rendah dan lembab.

Apabila kubis tumbuh di dataran rendah dan bersuhu tinggi, kubis sulit

membentuk krop. Syarat lainnya ialah pH tanah antara 6 – 7. Waktu tanam kubis

yang baik ialah pada awal musim hujan (Oktober) atau awal musim kemarau

(Maret) (Sunarjono, 2015).

Sumpena (2012) menyatakan bahwa pupuk yang digunakan adalah pupuk

kandang dan buatan. Pupuk kandang yang direkomendasikan antara lain pupuk

kandang sapi 30 ton/Ha, pupuk kandang domba 20 ton/Ha atau kompos sebanyak

(57)

Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian dari Sub Balai Penelitian

Holtikultura Brastagi di dalam Jurnal BPTP Sumatera Utara (2012) yang

memberikan rekomendasi dosis pupuk di daerah pegunungan adalah pupuk N

sebanyak 92 kg/Ha atau sekitar 200 kg pupuk urea; pupuk P sebanyak 144 kg/Ha

atau sekitar 400 kg pupuk SP-36; dan pupuk K sebanyak 90 kg/Ha atau sekitar

150 kg pupuk KCl.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Produksi, Produktivitas dan Faktor Produksi

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas

ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Sedangkan

produktivitas adalah jumlah produksi per hektar. Dengan demikian, kegiatan

produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai input untuk menghasilkan

output (Agung dkk, 2008). Pengertian lain diungkapkan oleh Pracoyo dan

Pracoyo (2006), bahwa produksi adalah suatu aktivitas yang bernilai ekonomi atau

proses pengombinasian, pengoordinasian, penggunaan atau pemanfaatan dalam

pembuatan suatu barang atau jasa yaitu dengan menggunakan berbagai

material-material seperti input dan faktor-faktornya.

Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan

faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang diperoleh. Soekartawi

(2003:46) menjelaskan bahwa faktor produksi adalah semua korbanan yang

diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan

dengan baik. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya

(58)

terpenting antara lain lahan, modal, tenaga kerja dan aspek manajemen. Hal

tersebut didukung pula dengan pernyataan Pindyck dan Rubinfield (2008) bahwa

faktor produksi adalah input pada proses produksi seperti tenaga kerja, modal dan

bahan lainnya.

Suratiyah (2011) menerangkan faktor produksi tanah merupakan hal yang

penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman dan usahatani

keseluruhannya. Tentu saja faktor tanah tidak terlepas dari pengaruh alam

sekitarnya yaitu sinar matahari, curah hujan dan sebagainya. Tanah sendiri

mempunyai sifat istimewa antara lain bukan merupakan barang produksi, tidak

dapat diperbanyak, dan tidak dapat berpindah-pindah. Oleh karena itu, tanah

dalam usahatani mempunyai nilai terbesar. Faktor produksi modal adalah syarat

mutlak berlangsungnya suatu usahatani. Modal berdasarkan fungsi dibagi menjadi

dua, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap atau modal lancar

(current cost). Modal tetap adalah modal yang dapat digunakan dalam berkali-kali

proses produksi; ada yang bergerak atau mudah dipindahkan, ada yang hidup

maupun mati misalnya cangkul, sabit, ternak; sedangkan yang tidak dapat

dipindahkan misalnya bangunan. Lain hal dengan modal tidak tetap karena modal

hanya dapat digunakan dalam satu kali proses produksi saja misalnya pupuk,

pestisida dan bibit unggul untuk tanaman semusim. Terakhir, faktor produksi

tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu terutama bagi usahatani yang bersifat

musiman, karena berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman,

produktivitas dan kualitas produksi. Bagi usahatani keluarga, jika masih dapat

diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga

(59)

Pracoyo dan Pracoyo (2006) juga menjelaskan bahwa input juga dikenal

dengan faktor-faktor produksi, yakni tanah, modal, manusia serta

entrepreneurship (kemampuan manajerial). Kemampuan manajerial diartikan

sebagai suatu skill/keahlian yang dimiliki oleh individu dalam mengombinasikan

sumberdaya untuk menghasilkan suatu produk dengan cara yang efisien, baik

produk baru maupun produk yang sudah ada. Produk yang dihasilkan dari

kegiatan produksi disebut dengan output. Output yang dihasilkan dapat berupa

barang atau jasa.

Pembagian faktor-faktor produksi ke dalam tanah, tenaga kerja dan modal

adalah konvensional. Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli

dan sifat-sifat tanah yang tak dapat dirusakkan (origin and indestructible

properties of the soil) dengan mana hasil pertanian dapat diperoleh. Tetapi, untuk

memungkinkan diperolehnya produksi, diperlukan tangan manusia, yaitu tenaga

kerja petani (labor). Akhirnya, yang dimaksud modal adalah sumber-sumber

ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia (Mubyarto, 1989).

2.3 Penelitian Yang Relevan

Rifqie (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Usaha Tani Kubis (Studi Kasus : Desa Cimenyan Kecamatan

Cimenyan Kabupaten Bandung) menyimpulkan bahwa dalam keadaan normal,

usahatani kubis berada pada kondisi constant return to scale. Faktor-faktor

produksi yang berpengaruh secara signifikan dengan elastisitas positif adalah

pupuk kandang (selang kepercayaan 90 persen), benih, pupuk kimia, dan pestisida

(60)

secara signifikan dengan elastisitas negatif adalah tenaga kerja (selang

kepercayaan 85 persen) dan pestisida cair (selang kepercayaan 80 persen).

Murdiantoro (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Padi Di Desa Pulorejo Kecamatan Winong Kabupaten

Pati menggunakan metode analisis deskriptif dan model regresi linier berganda.

Variabel luas lahan (X1), modal (X2) dan tenaga kerja (X3) secara parsial

berpengaruh secara signifikan terhadap produksi petani di Desa Pulorejo. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut mempengaruhi hanya

sebagian kecil terhadap produksi padi.

Kusumaningsih (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efisensi

Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Kubis di

Kabupaten Karanganyar menggunakan model regresi dengan model fungsi

produksi Cobb Douglas. Sedangkan uji yang digunakan adalah uji F, uji

keberartian koefisien regresi dengan uji t, dan perbandingan nilai produk marginal

faktor produksi dengan faktor produksi. Hasil analisis regresi menunjukkan hahwa

variabel tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk Phonska, insektisida Prevaton

dan luas lahan secara serempak (bersama-sama) berpengaruh nyata terhadap

produksi. Sedangkan secara parsial (individual), variabel tenaga kerja, benih,

pupuk kandang, pupuk Phonska dan luas lahan berpengaruh terhadap produksi;

insektisida Prevaton tidak berpengaruh terhadap produksi. Penelitian juga

menyimpulkan bahwa hasil kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada

(61)

2.4 Kerangka Pemikiran

Penelitian dilakukan di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dengan

sasaran responden adalah petani kubis di daerah penelitian. Setiap usahatani

menggunakan faktor-faktor produksi dalam usahataninya. Faktor produksi yang

digunakan akan mempengaruhi produksi dan produktivitas kubis di Kecamatan

Kabanjahe yang telah mengalami penurunan selama dua tahun terakhir. Jika

produksi dapat ditingkatkan maka dapat memenuhi kebutuhan permintaan dalam

negeri maupun luar negeri.

Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kubis

Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo ini dilakukan dengan menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kubis. Berdasarkan penelitian Rifqie (2008),

Murdiantoro (2011), dan Kusumaningsih (2012), maka variabel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah bibit (X1), pupuk organik (X2), pupuk N

(X3), pupuk P (X4), pupuk K (X5), insektisida (X6) dan tenaga kerja (X7).

Diperlukan data-data tersebut dari petani yang kemudian akan dianalisis untuk

Gambar

Tabel 4. Realisasi Besaran Sampel Berdasarkan Tingkatan Luas Lahan.
Tabel 5. Tinggi Wilayah Diatas Permukan Laut Dan Luas Wilayah Menurut        Desa/Kelurahan di Kecamatan Kabanjahe Tahun 2014
Tabel 6. Luas Wilayah Berdasarkan Jenis Penggunaan Tanah Menurut      Desa/Kelurahan di Kecamatan Kabanjahe Tahun 2014
Tabel 7. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan         Kelompok Umur Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Jumat tanggal dua puluh empat bulan Juni tahun dua ribu enam belas bertempat di Ruang Rapat Unit Layanan Pengadaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

tanggal Dua puluh tujuh bulan Juni tahun dua .00 WIB melalui website LPSE Kementerian telah dilaksanakan acara penjelasan Dokumen. ksi Renovasi Rumah Negara Golongan

tanggal Dua puluh tujuh bulan Juni tahun dua .00 WIB melalui website LPSE Kementerian telah dilaksanakan acara penjelasan Dokumen. ksi Renovasi Rumah Negara Golongan

Kompetensi yang dikembangkan di SMK dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan karakter, sementara itu upaya serupa yang dikembangkan di SUPM KKP dan

Berdasarkan dari ukuran distribusi pendapatan, maka distribusi pendapatan masyarakat di Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan berada dalam keadaan merata, sedangkan

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan dan semangat selama proses penuyusunan

Kemudian untuk mengetahui atau menguji pengaruh masing-masing faktor (kualitas promosi, potongan harga, dan ragam produk) terhadap keputusan peningkatan volume

pada variabel aktivitas fisik diperoleh nilai p=0,623 yang berarti p&gt;0,05 menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak artinya tidak