• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatakan peransub sektor peternakaan di Kabupaten Bengkalis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatakan peransub sektor peternakaan di Kabupaten Bengkalis"

Copied!
289
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA

MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN

Dl KABUPATEN BENGKALIS

ZUL AMRY BAHAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul "Strategi

Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub Sektor

Peternakan Di Kabupaten Bengkalis", adalah karya sendiri dan belum pernah

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data

dan informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan rnaupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicanturnkan dalam daftar

pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Agustus 2006

ZUL AMRY BAHAR

(3)

ABSTRAK

ZUL AMRY BAHAR. Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka

Meningkatkan Peran Sub SeMor Peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dibimbing

oleh YUSMAN SYAUKAT dan SRI HARTOYO.

Pembangunan peternakan berperan sebagai penyedia protein hewani, penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi, pendorong pemerataan dan pertumbuhan serta pemicu dinamika ekonomi di pedesaan. Dengan melihat peranan yang cukup potensial tersebut, selayaknyalah peranan tersebut dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.

Tujuan umum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menvusun Droaram oembanaunan Deternakan untuk

.

-

keningkatkan peran subsektor peternakan d/ ~abupaten ~engkalis.

Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah untuk:

1. ~ e n g e t a h i i jenis-dan populasi ternak, serta mengestimasi tingkat produksi ternak dan permintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis.

2. Mengidentifikasi pola usaha peternakan masyarakat, dan menganalisis kelayakan usaha masing-masing komoditas ternak di Kabupaten Bengkalis. 3. Mengestimasi kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten

Bengkalis.

4. Merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program dalam rangka mengimplementasikan strategi.

Sasaran penelitian adalah usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis, pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling Technique dengan responden sebanyak 175 orang petani ternak. Sedangkan untuk penentuan kekuatan pengendali untuk penentuan strategi dilakukan dengan metode Purposive Sampling, masing-masing sebanyak 11 orang responden yang dianggap ahli.

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usaha (NPV, IRR, BIC), IFE, EFE, SWOT dan QSPM.

Dari hasil kajian diketahui kepadatan ternak 50,19 ST11000 penduduk. Produksi daging telah dapat memenuhi 76,49% kebutuhan standar gizi, sedangkan produksi telur hanya 25,41%. Pola usaha peternakan yang dilaksanakan pada umurnnya masih usaha sampingan. Nilai NPV, IRR dan BIC masing-masing ternak adalah: sapi 803.050, 12,19% dan 1,03, kerbau 1.965.002, 15,08% dan 1,06, kambing 360.856, 15,79% dan 1,06, babi 858.449, 24,03% dan 1,08, ayam buras 955.864, 48,03% dan 1,23, ayam pedaging 5.419.638, 37,89% dan 1,07, dan itik 3.391.256,40,38% dan 1,06.

Perananan sub sektor peternakan dalam perekonomian di Kabupaten Bengkalis belurn begitu menonjol, terlihat dari kontribusi terhadap PDRB Pertanianselama periode 2000-2004 sebesar 5,28%, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 5,16% per tahun.

Dari analisis SWOT dan QSPM diperoleh strategi prioritas untuk pengembangan petemakan di Kabupaten Bengkalis diiaksanakan melalui strategi Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. Untuk mengimplementasikan strategi tersebut, dilakukan melalui: 1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan melalui Pola Bagi Hasil; 2. Program Pembinaan dan Pendampingan Usaha Petemakan;

(4)

O Hak cipta milik lnstitut

Pertanian

Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi
(5)

STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA

MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN

Dl

KABUPATEN BENGKALIS

ZUL AMRY BAHAR

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka IWeningkatkan Peran Sub Sektor Peternakan Di Kabupaten Bengkalis

N a m a : Zul Amry Bahar

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yusman Svaukat. MEc Ketua

Dr. Ir. Sri Hartovo, NIS Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Manajemen Dekan Sekolah Pascasarjana Pembangunan Daerah

@fld

Dr. Ir. Yusman Svaukat, MEc

-

(7)

PRAKATA

Syukur Alharndulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SVVT, karena atas

rahrnat dan kamnia-Nya penulis dapat rnenyelesaikan penulisan laporan kajian

pernbangunan daerah yang berjudul "Strategi Pengembangan Peternakan Dalarn

Rangka Meningkatkan Peran Sub Sektor Peternakan di Kabupaten Bengkalis".

Tulisan ini rne~pakan salah satu syarat untuk rnenyelesaikan pendidikan pada

Program Studi Manajernen Pernbangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut

Pertanian Bogor.

Dalarn proses penyelesaian tulisan ini, penulis banyak rnendapat bantuan,

dukungan, serta kemudahan dalarn rnernperoleh informasi dan rnasukan-rnasukan

dari berbagai pihak, rnaka pada kesernpatan ini penulis rnenyarnpaikan ucapan

tenrna kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhorrnat :

1. Pernerintah Kabupaten Bengkalis yang telah rnernbenkan kesernpatan kepada

penulis untuk rnelanjutkan pendidikan pada Program Studi Manajernen

Pernbangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.

2. Komisi Pernbirnbing yakni Bapak Dr. Ir. Yusrnan Syaukat, M.Ec selaku Ketua

dan Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku anggota, atas kesediaannya

rneluangkan waktu untuk rnernberikan arahan, bimbingan, saran dan dorongan

yang sangat berharga dalarn rnenyelesaikan tulisan ini.

3. Bapak Dr. Ir. Khairil Notodiputro, MS, Dekan Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.

4. Bapak Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS, Ketua Departernen Sosial Ekonorni

Pertanian lnstitut Pertanian Bogor.

(8)

memberikan teori dan petunjuk dalam tata-cara penulisan laporan kajian

pembangunan daerah.

6. Ketua Program, para Dosen dan seluruh StafIKaryawan Program Studi

Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian

Bogor.

7. Fakultas Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim, Dinas

Petemakan Propinsi Riau, BAPPEDA Kabupaten Bengkalis, Dinas Pertanian

dan Peternakan Kabupaten Bengkalis, Karantina Hewan Wilayah Kerja

Bengkalis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis atas data,

informasi, dan masukan-masukan yang diberikan.

8. Kedua orang tua, abang dan adik-adik, serta isteri dan anak tercinta yang senantiasa memberikan bantuan dan dorongan serta doa dan kasih sayangnya

secara tulus ikhlas.

9. Rekan-rekan mahasiswa MPD Kelas Khusus Pernkab Bengkalis tempat

berbagi suka, duka, dan inspirasi baik dalam proses perkuliahan maupun

dalam penyelesaian tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, ha1 ini dikarenakari

keterbatasan pengetahuan penulis dalam penerapan teknik penulisan dan

pengungkapan substdnsinya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan

masukan-masukatl demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Semoga tulisan ini bermanfaaat dan semoga berkah Allah bersama kita

semua. Aamiin.

(9)

Penulis dilahirkan di Durnai pada tanggal 3 Pebruari 1969 dari ayah H. Bahar lbrahirn dan ibu Hj. Halifah. Penulis rnerupakan anak kedua dari lirna

bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar diternpuh di SD Negeri No. 9 Durnai lulus pada

tahun 1981, Sekolah Menengah Pertarna di SMP Negeri Karang Anyar Durnai

lulus pada tahun 1984, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Dumai

lulus pada tahun 1987. Pendidikan Sarjana diternpuh di Fakultas Peternakan

Universitas Andalas Padang Jurusan Produksi Ternak lulus pada tahun 1992.

Penulis bekerja pada Pernerintah Kabupaten Bengkalis sejak tahun 1998.

Pada tahun 2003 diberikan kesernpatan untuk rnelanjutkan pendidikan atas biaya

Pernerintah Kabupaten Bengkalis pada Program Studi Manajernen Pernbangunan

Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.

Pada bulan September 2005 penulis rnenikah dengan Mahda Fransiska,

dari pernikahan tersebut dikaruniai 1 (satu) orang putra bernarna Zechrya

(10)

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

I

.

PENDAHULUAN

...

1 . 1. Latar Belakang

...

1.2. Perumusan Masalah

...

1.3 Tujuan dan Manfaat

...

1.3.1. Tujuan Kajian

...

1.3.2. Manfaat Kajian

...

II

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1. Keterkaitan Sub sektor Peternakan

...

2.2. Wilayah Pengembangan Peternakan

...

2.3. Keputusan Strategis ... 2.4. lkhtisar ...

Ill

.

METODOLOGI KAJIAN

...

. .

3.1. Kerangka Pemrklran

...

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian

...

. .

3.3. Metode Penelrt~an

...

3.3.1. Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling

...

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

...

3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

...

3.4. Metode Perancangan Program

...

IV

.

KOldDISI UMUM KABUPATEN BENGKALIS

...

. .

4.1. Kondis~ W~layah

...

4.2 Kependudukan

...

4.3. Kondisi Perekonomian

...

4.4. lkhtisar

...

V

.

PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN

Dl KABUPATEN BENGKALlS

...

5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak

...

5.1 . 1. Jenis dan Populasi Ternak

...

5.1.2. Produksi Ternak Kabupaten Bengkalis

...

5.1.3. Konsumsi dan Kebutuhan Standar Gizi

...

5.1.4. Kebutuhan Ternak di Kabupten Bengkalis

...

5.2. Kontribusi Sub Sektor Peternakan

...

5.3. Program Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bengkalis

...

5.3. lkhtisar

...

VI

.

KARAKTERISTIK USAHA PETERNAKAN
(11)

...

6.1. Tingkat Pendidikan Peternak di Kabupaten Bengkalis

...

6.2. Pola Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis

...

6.3. Kelayakan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis

6.4. lkhtisar

...

VII

.

PENENTUAN DAN PENETAPAN STRATEGI

PENGEMBANGAN PETERNAKAN

...

7.1. Faktor-Faktor Strategis dalam Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis ...

7.1

.

1. Faktor Strategis Internal

...

7.1.2. FaMor Strategis Eksternal

...

7.2. Evaluasi Faktor-Faktor Strategis ... 7.3. Matriks Internal Eksternal ...

.

. 7.4. Analists SWOT

...

7.5. Rekomendasi Prioritas Strategi

...

7.6. lkhtisar

...

VIII

.

RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN ...

8.1. Pendekatan Perancangan Program

...

8.2. Usulan Rancangan Program Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis

...

8.2.1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan

...

melalui Pola Bagi Hasil

8.2.2. Program Pembinaan dan Pendampingan Usaha . . Peternakan

...

8.2.3. Program Pengembangan Pusat Pemasaran Hasil

Peternakan

...

8.3. Pengendalin dan Pengawasan

...

IX

.

KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KE~IJAKAN

...

9.1. Kesimpulan ...

9.2. lmplikasi Kebijakan

...

D A H A R PUSTAKA

...

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

I.

Jurnah Sarnpel Rurnah Tangga Peternak Berdasarkan Kornoditas

...

Tabel

2.

Data dan lnformasi Kajian Pernbangunan Daerah rnenurut

Variabel, Jenis, Surnber, serta ' Metode Pengurnpulan,

. .

Pengolahan dan Anallsls

...

Tabel

3.

Matriks Strategi SWOT ...

Tabel

4.

Luas Wilayah, Jurnlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

...

Menurut Kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun

2004

Tabel

5.

Perturnbuhan PDRB Kabupaten Bengkalis Menurut Sektor Tahun

2001-2004

(%)

...

Tabel 6. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten

Bengkalis Tahun

2000-2004

(%)

...

Tabel 7. Populasi Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun

2001

-

2005

(SatuamTernak

-

ST)

...

Tabel 8. Kepadatan Ekonorni Ternak per kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun

2005 (ST/1000

penduduk)

...

Tabel 9. Produksi Daging di Kabupten Bengkalis Tahun

2001

sarnpai

dengan

2005

...

Tabel

10.

Produksi Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun

2001-2005

...

Tabel

11.

Tingkat Konsurnsi Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun

2001 -2005

...

Tabel

12.

Produksi dan Kebutuhan Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun

2005

...

Tabel

13.

Produksi dan Kebutuhan Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun

2005

...

Tabel

14.

Kebutuhan Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun

2005

...

36 Tabel

15.

Kontribusi Masing-masing Sub Sektor Terhadap PDRB

Pertanian di Kabupaten Bengkalis Tahun

2000-2004

(%)

...

37

Tabel 16. Laju Perturnbuhan Masing-masing Sub Sektor dalarn Sektor

Pertanian di Kabupaten Bengkalis Tahun

2000-2004

(%) ...

38

Tabel

17.

Jurnlah Penyebaran dan Pengembangan Ternak di Kabupaten
(13)
[image:13.536.40.474.0.787.2]

...

Tabel 18. Latar Belakang Pendidikan Peternak Responden

Tabel 19. Penguasaan Sapta Usaha Peternakan Peternak Responden

Tabel 20. Rata-Rata Kepemilikan Ternak pada Rumah Tangga Peternak Responden

...

Tabel 21. Kelayakan Usaha pada Usaha Peternakan Responden ...

Tabel 22. Matrik IFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis

...

Tabel 23. Matrik EFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis

...

Tabel 24. Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis

...

(14)
[image:14.536.52.475.38.777.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

.

Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub sektor Peternakan

di Kabupaten Bengkalis

...

15

Gambar 2 . Matrik Internal-Eksternal (I-E)

...

20

Gambar 3 . Alur Proses Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) ... 23

Gambar4

.

Matriks I-E untuk Pengembangan Usaha Peternakan di
(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Larnpiran 1. PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor 2001-2005 (Jutaan Rupiah) ...

Larnpiran 2. PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor 2000-2004 (Jutaan Rupiah)

...

Larnpiran 3. Luas Wilayah dan Jumlah DesalKelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis

...

Larnpiran 4. Populasi Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001 sld 2005 . . .

. . . .

. . .

.

. . .

. . .

, . . .

. . .

. . .

.

. . .

Larnpiran 5. Populasi Ternak Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 per Kecamatan (Ekor)

...

Larnpiran 6. Rasio Populasi untuk Setiap Jenis Ternak (%)

...

Larnpiran 7. Nilai Konversi Satuan Ternak (ST) Setiap Jenis Ternak

...

Larnpiran 8. Jumlah Rurnah Tangga Peternakan per kecamatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2004

...

Larnpiran 9. Stratifikasi Daerah Sampling Berdasarkan Kepadatan Ekonomi Ternak

...

Larnpiran 10. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Kepernilikan Ternak pada 175 Rumah Tangga Peternak Responden

...

Lainpiran 1 I. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Sapi

.

Lampiran 12. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak

Kerbau .... . .

..

... . .

..

. ..

. ... . .. .

. . .

... .

. . . .

...

.

...

.

Lampiran 13. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Kambing

...

-

Larnpiran 14. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Babi

...

Larnpiran 15. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ayam Buras

...

Lampiran 16. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ayam

Pedaging ..

...

...

...

...

...

Larnpiran 17. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ternak ltik

...

(16)

Lampiran 19. Analisis Usaha Ternak Kerbau Rata-Rata Kepemilikan 7

Ekor

...

97 Lampiran 20. Analisis Usaha Ternak Kambing Rata-Rata Kepemilikan

13 Ekor

...

97 Lampiran 21. Analisis Usaha Ternak Babi Rata-Rata Kepemiiikan 18

Ekor

...

98 Lampiran 22. Tabel Analisis Usaha Ayam Buras Rata-Rata Kepemilikan

18Ekor

...

98 Lampiran 23. Analisis Usaha Ternak Ayam Pedaging 6 siklus dalam 1

Tahun Rata-Rata Kepemilikan 872 Ekor per Siklus

...

99 Lampiran 24. Analisis Usaha Ternak ltik Rata-Rata Kepemilikan 213

Ekor

...

99 Lampiran 25. Skala Minimal Usaha Peternakan

...

100 Lampiran 26. Penentuan Kekuatan dan Kelemahan Faktor Strategis

Internal dalam Pengembangan Usaha Peternakan dari 11

Responden ...

...

100

Lampiran 27. Penentuan Bobot Faktor Strategis lnternal dalam

Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 ~esponden

...

101 Lampiran28. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kekuatan dari 11

Responden

...

101 Lampiran 29. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kelemahan dari 11

Responden

...

101 Lampiran 30. Hasil Perhitungdn lntemal Factor Evaluation Pengembangan

Usaha Peternakan di kabupaten Bengkalis

...

102 Lampiran31. Penentuan Peluarig dan Ancaman Faktor Strategis

Eksternal dalam Phhgembangan Usaha Peternakan dari

-

11 Responden

...

102 Lampiran 32. Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal dalam

Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 Responden

...

103 Lampiran 33. Hasil Perhitungan Rating Faktor Peluang dari 11

Responden

...

I 0 3 Lampiran 34. Hasil Perhitungan Rating Faktor Ancaman dari I 1

Responden

...

103 Lampiran 35. Hasil Peibitungan Eksternal Factor Evaluation Pengembangan
(17)

Lampiran 36. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 1 (Pembinaan dan Pengembangan Wilayah

Kantong Produksi Peternakan) dari 11 Responden

...

105

Lampiran 37. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 2 (Melaksanakan Pengembangan dan Penerapan

...

Teknologi Pasca Panen) dari 11 Responden 106

Lampiran 38. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 3 (Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peternakan Pada Skala Usaha Yang Layak Secara

Intensif) dari 11 Responden

...

107

Lampiran 39. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 4 (Pembinaan dan Pengembangan SDM

Penyuluh dan Pembina Peternakan) dari 11 Responden ... 108

Lampiran 40. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 5 (Pengembangan Jaringan Distribusi Produk

Peternakan) dari 11 Responden

...

109

Lampiran 41. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi. 6 (Penerapan Disiplin Tindak Karantina Hewan

dan Pengawasan Pemotongan Hewan) dari 11

Responden

...

110

Lampiran 42. Hasil Perhitungan Total Nilai Daya Tarik (TNDT) dalam Pemiilihan Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis melalui Quantitative Strategic

Planing Matrix (QSPM) dari 11 Responden

...

11 1

Lampiran 43. Kuesioner Karakteristik Peternak dan Pola Usaha

...

112 Lampiran 44. Kuesioner Penentuan Faktor Pengendali internal dan

Eksternal

...

120

Lampiran 45. Kuesioner Penentuan Rating FaMor Pengendali Internal

dan Eksternal

...

125
(18)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Penyelenggraraan pemerintahan tersebut diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut telah mendorong lahirnya otonomi daerah.

Haeruman (2001) mengatakan bahwa melalui otonomi, masyarakat di daerah diberikan kesempatan untuk mengatur diri sendiri melalui local self government dan melaksanakan pembangunan sesuai karakteristik daerah (kondisi geografis, sumberdaya alam, dan sosial budaya masyarakat) masing- masing. Dengan terbukanya kesempatan tersebut, diharapkan masyarakat dapat terpacu untuk lebih kreatif dalam membangun daerahnya masing- masing.

Dengan demikian, otonomi memberikan penambahan kewenangan dan tanggung jawab pembangunan kepada daerah dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya dan potensi yang tersedia sesuai prakarsa daerah. Menjawab tantangan tersebut, daerah harus dapat memanfaatkan dan menggali potensi- potensi yang dimiliki untuk digunakan secara optimal dan terarah demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

(19)

2 kondisi krisis. Pertanian juga rnerupakan surnber rnatapencaharian utarna penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk rneningkatkan pendapatan rnasyarakat, rnenciptakan kesernpatan kerja dan berusaha.

Krisis yang terjadi selarna ini rnerupakan konsekuensi dari diposisikannya pertanian hanya sebagai "pendukung" dan bukan sebagai "rnesin penggerak perekonornian. Selarna ini usaha pertanian dipandang sebagai kegiatan yang berorientasi pada peningkatan produksi yang tidak responsif terhadap kondisi pasar dan keragaannya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan alarn dan bukan teknologi. Kondisi dernikian rnenirnbulkan citra pertanian sebagai sektor tradisional yang sulit untuk berkernbang, ha1 ini tercipta secara struktural karena rnernang kondisi rnakro struktural (termasuk kebijakan ekonorni rnakro dan rnikro) belurn berpihak pada penguatan pertanian (Solahuddin, 1999).

Selanjutnya Solahuddin (1999) rnengungkapkan lagi bahwa justru krisis ini juga yang ternyata rnernbuat orang rnenjadi sadar bahwa pertanian tidak selayaknya hanya sekedar sebagai 'pendukung" rnelainkan sebagai "rnesin penggerak" perekonornian nasional. Buktinya, dalarn rnasa krisis ini hanlpir sernua sektor rnengalarni kontraksi, kecuali pertanian.

Pernbangunan pertanian secara keseluruhan tercakup didalarnnya pernbangunan peternakan yang berperan sebagai penyedia protein hewani, penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi, pendorong pernerataan dan perturnbuhan serta pernicu dinarnika ekonorni di pedesaan. Dengan rnelihat peranan yang cukup potensial tersebut, selayaknyalah peranan tersebut dirnanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rnasyarakat.

(20)

3

a. Meningkatkan pernbangunan peternakan yang terkoordinasi dan saling rnenunjang serta rnendukung dengan pernbangunan disektor lain;

b. Meningkatkan kualitas surnberdaya rnanusia bidang peternakan rnelalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan, intensitas penyuluhan, studi banding, dan rneningkatkan kernampuannya untuk rnengakses inforrnasi tentang pasar, produksi dan pasca produksi;

c. Meningkatkan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi secara terpadu yang sesuai dengan kondisi klirnatologi, prasarana dan sarana fisik dengan tetap rnernelihara kelestarian surnberdaya alarn serta iingkungan hidup untuk kesinarnbungan pernbangunan;

d. Mengernbangkan usaha-usaha peternakan yang bertujuan untuk rnernenuhi kebutuhan rnasyarakat akan protein hewani, peningkatan kesejahteraan peternak, penyediaan bahan baku bagi industri dan untuk keperluan ekspor;

e. Pernanfaatan potensi lahan untuk pengernbangan peternakan.

Untuk rnencapai hal-ha1 tersebut diatas, diperlukan analisis dalarn penefituan strategi pengernbangan peternakan, sehingga dapat meningkatkan peran ekonorni subsektor peternakan.

Kalau dicermati, pola-pola pengernbangan peternakan yang telah dilaksanakan Pernerintah Kabupaten Bengkalis selarna ini belurn rnenunjukkan hasil yang rnenggernbirakan dan belurn rnernberikan darnpak yang berarti terhadap peningkatan kesejahteraan rnasyarakat peternak.

(21)

1.2. Perurnusan Masalah

Dalam pengembangan suatu usaha peternakan penentuan jenis ternak

untuk dikembangkan sangat penting dan harus disesuaikan dengan sumberdaya

lokal dan lingkungan sebagai sumber pakan, serta mengikuti permintaan dan

kebutuhan pasar. Pengembangan peternakan hams memperhitungkan kepadatan

optimum yang sesuai dengan daya dukung daerah dan tidak krtentangan dengan

keadaan sosio kultural masyarakatnya.

Disisi lain, perkembangan penduduk dan peningkatan pendapatan akan

rneningkatkan permintaan pangan terrnasuk produk peternakan. Dengan

semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan

masyarakat, maka akan meningkatkan permintaan akan produk peternakan.

Rusli (2003) menyatakan bahwa yang paling besar pengaruhnya terhadap keperluan pangan adalah jumlah dan perkembangan penduduk, selain itu faktor

lain yang berpengaruh terhadap keperluan pangan adalah tingkat konsumsi.

Penduduk Kabupaten Bengkalis dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan, dengan demikian juga akan mempengaruhi permintaan produk

peternakan.

Sejalan dengan hat tersebut di atas, rnelalui kajian ini perlu diketahui

"Bagaimana jenis dan populasi ternak dan bagaimana produksi serta permintaan

-

produk peternakan di Kabupaten Bengkalis?"

Sub sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor dalam

perekonomian daerah, dan memiliki fungsi sebagai salah satu penyedia

produk protein hewani. Pengembangan sub sektor peternakan diharapkan

dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi yang

(22)

5

diharapkan dapat menarik dan mendorong perkembangan sektor-sektor lain

yang berkaitan, sehingga memungkinkan terjadinya gerakan dan dinamika

dalarn pertumbuhan ekonomi daerah.

Hal ini tidak akan terwujud jika pengembangan suatu usaha dilaksanakan

tanpa dilandasi oleh suatu pola usaha yang baik dan perhitungan kelayakan.

Untuk itu melalui kajian ini, perlu diketahui "Bagaimana pola usahal

pengembangan dan kelayakan usaha masing-masing kornoditas ternak?".

Selama ini peranan subsektor peternakan di Kabupaten Bengkalis

dirasakan masih belum begitu besar, padahal jika dilihat dari kegiatan

pembangunan selama ini, subsektor peternakan cukup mendapat perhatian yang

sangat baik dari pemerintah Kabupaten Bengkalis, dan dimasukkan rnenjadi

salah satu agenda pengembangan ekonomi rakyat.

Untuk melihat sejauh mana peranan subsektor peternakan di Kabupaten

Bengkalis, maka perlu diketahui "Bagaimana kontribusi subsektor peternakan

terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis?

Setelah diketahui kondisi sebagaimana permasalahan tersebut diatas,

melalui kajian ini penulis mencoba rnerumuskan "Bagaimana strategi

pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sub sektor

peternakan di Kabupaten Bengkalis?", dan "Bagaimana mengimplemnetasikan

strategi tersebut?".

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan Kajian

Tujuan urnum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan

peternakan dan menyusun program pembangunan peternakan untuk

meningkatkan peran subsektor peternakan dalam perekonomian daerah

(23)

6

Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah untuk:

1. Mengetahui jenis dan populasi temak, serta tingkat produksi ternak dan

penintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis.

2. Mengidentifikasi pola usaha peternakan masyarakat, dan menganalisis

kelayakan usaha masing-masing komoditas ternak di Kabupaten

Bengkalis.

3. Mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten

Bengkalis.

4. Merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program

dalam rangka mengimplementasikan strategi.

1.3.2. Manfaat Kajian

Hasil kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan kepada

penentu kebijakan dan pihak-pihak berkepentingan dalam menyusun

langkah-langkah pengembangan peternakan sehingga dapat meningkatkan

peranan sub sektor peternakan dalam perekonomian daerah di Kabupaten

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keterkaitan Sub Sektor Peternakan

Suatu usaha peternakan rnerupakan kegiatan yang bersifat generatif,

yaitu rnanusia rneningkatkan faktor-faktor produksi rnelalui proses produksi

ternak. Dalam proses ini diharapkan suatu kegunaan yang optimal dalarn bentuk

daging, telur, tenaga kerja dan pupuk (Tohir, 1983).

Sasaran utarna usaha peternakan adalah untuk rnernperoleh keuntungan

(Heady dan Jensen, 1965). Selain itu, Acker (1971) rnengernukakan bahwa

tujuan usaha peternakan adalah untuk mernenuhi kebutuhan protein asal ternak,

rnernperluas kegiatan industri dan perdagangan, rnernanfaatkan tenaga kerja

anggota keluarga, dan rnernpertinggi daya guna tanah.

Suharno (2002) rnengernukakan bahwa peningkatan jurnlah penduduk yang

ditunjang dengan rneningkatnya pendapatan perkapita rnerupakan peluang dalarn

usaha peternakan. Dengan semakin rneningkat jurnlah penduduk, maka akan

sernakin rneningkat jurnlah konsurnsi terhadap hasil-hasil ternak. Sernentara

peningkatan pendapatan perkapita dengan sendirinya akan rnendongkrak daya beli

rnasyarakat, karena produk peternakan rnerniliki nilai income elasticity of demand

(laju konsurnsi berkaitan erat dengan laju pendapatan).

Lebih lanjut dikatakan Suharno (2002), perkernbangan sektor lain seperti

industri dan jasa (catering, pariwisata, hotel dan restoran) juga turut rnernacu

perrnintaan akan produk peternakan, rnalahan dari sektor ini rnuncul pasar-pasar

baru bagi produk peternakan (create demand) berupa pasar hasil olahan dari

daging, telur dan susu.

2.2. Wilayah Pengembangan Peternakan

Menurut Anwar (1997) tujuan-tujuan pernbangunan wilayah seharusnya

(25)

8

dan (3) keberlanjutan (sustainability). Lebih lanjut dijelaskannya bahwa tujuan pernbangunan pertarna rnengenai perturnbuhan (growth) ditentukan sarnpai dirnana surnber-surnberdaya yang langka yang terdiri atas: surnberdaya rnanusia (human capital), peralatan dan teknologi (man-made capital), surnberdaya alarn (natural capital), dan surnberdaya sosial (social capital) dapat dialokasikan secara maksirnal sehingga dirnanfaatkan untuk rnernenuhi kebutuhan rnanusia dengan rneningkatkan kegiatan produktif rnasyarakat; tujuan pernbangunan kedua rnengenai pernerataan (equity) rnernpunyai irnplikasi dalarn pencapaian tujuan ketiga yaitu agar surnberdaya dapat berkelanjutan, rnaka tidak boleh ada pihak- pihak yang rnau terlalu serakah, sehingga diperlukan adanya pengaturan dalarn pernbagian rnanfaat dari hasil-hasil pernbangunan kepada setiap warga yang terlibat secara adil dan rnernadai; dan tujuan pernbangunan ketiga rnengenai keberlanjutan (sustainability) pernbangunan wilayah harus rnernenuhi persyaratan penggunaan surnberdaya, baik ditransaksikan rnelalui sistern pasar rnaupun diluar sistern pasar harus tidak rnelarnpaui kapasitas kernarnpuan produksinya.

Alkadri dkk. (1999) rnengatakan bahwa pengernbangan wilayah, mernpunyai dua rnakna, yaitu :

1. Makna sosial ekonorni, yaitu kegiatan pengernbangan wilayah dengan jalan rneningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rnasyarakat dengan rnenciptakan sentra-sentra produksi sekaligus rnernbangun prasarana dan adanya layanan logistik.

2. Makna ekologis, yaitu pengernbangan wilayah bertujuan untuk menjaga keseirnbangan lingkungan akibat terlalu banyaknya carnpur tangan rnanusia terhadap lingkungan.

(26)

9

Konsep kawasan dalarn pengernbangan peternakan rnenurut Putri (2003)

adalah:

1. Suatu konsep rnengenai pengernbangan sistern pernanfaatan ternak-lahan

(livestock-land use systems).

2. Suatu pendekatan yang rnengintegrasikan ternak dengan tanarnan, sehingga

ternak lebih berbasis lahan (land-based) daripada sebagai bagian dari suatu

sistern produksi industri perkotaan.

3.

Fokusnya adalah pada pernanfaatan lahan dan surnberdaya secara lebih

baik, pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, dan pengentasan

kerniskinan.

Kawasan peternakan terdiri atas (Putri, 2003): (1) Kawasan Khusus

Peternakan, rnerupakan daerah prioritas dengan kornoditas unggulan, dengan

rnernperhatikan kesesuaian agroekosistern dan agroklirnat serta tata ruang

wilayah, (2) Kawasan Terpadu, rnerupakan sistern integrasi antara ternak dengan

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan perikanan (program lintas

subsektor), (3) Kawasan Agropolitan, rnerupakan kota pertanian yang dihela oleh

desa-desa hinteriand.

Edward (1999) rnenjelaskan bahwa pernbangunan sistern agropolitan

rneliputi industri pengolahan rnakanan dan pakan, industri pengolahan

pertanian lain, industri peralatan dan input-input pertanian, serta barang

konsurnsi lain.

2.3. Keputusan Strategis

Keputusan strategis ialah pilihan oleh pernbuat keputusan tingkat tinggi

rnengenai serangkaian tindakan diantara berbagai alternatif yang tersedia yang

didesain untuk rnencapai tujuan utarna dari suatu organisasi rnelalui

(27)

10

Selanjutnya Salusu (2003) rnengatakan bahwa keputusan strategis dan

rencana strategis disiapkan oleh kelompok rnanajernen strategis. Manajernen

strategis disini diartikan sebagai suatu kelompok para eksekutif yang lazirn

disebut rnanajernen puncak yang rnernpunyai tugas utama rnerurnuskan rnisi,

tujuan, dan sasaran organisasi, keputusan-keputusan strategis lainnya, rencana

strategis, rnengevaluasi pelaksanaan keputusan strategis, atau rnengevaluasi

irnplernentasi strategi.

Manajernen strategis rnenurut Siagian (2001) adalah serangkaian

keputusan dan tindakan rnendasar yang dibuat oleh manajernen puncak dan

diirnplernentasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalarn rangka

pencapaian tujuan organisasi.

David (2002) mengatakan bahwa rnelalui manajernen strategis

rnernungkinkan suatu organisasi lebih proaktiif ketimbang reaktif dalarn mernbentuk

rnasa depan sendiri, sehingga rnemungkinkan organisasi tersebut untuk rnengawali

dan mempengaruhi (ketimbang hanya memberi respon terhadap) aktivitas, dan

dengan dernikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan sendiri.

Proses rnanajernen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perurnusan

strategi, disusul dengan tahap irnplernentasi strategi, dan terakhir tahap evaluasi

strategi (David, 2002).

Strategi ialah suatu seni rnenggunakan kecakapan dan surnberdaya

suatu organisasi untuk rnencapai sasarannya rnelalui hubungannya yang

efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (Salusu,

2003).

Teknik perurnusan strategi yang penting rnenurut David (2002) dapat

dipadukan rnenjadi kerangka kerja pernbuatan keputusan tiga tahap, yaitu:

(28)

11

T a h a ~ input. Tahap ini rnerupakan tahap analisis lingkungan. Menurut Salusu (2003), sernua organisasi tanpa kecuali, hidup dalarn satu dunia yang penuh dengan berbagai elernen yang saling berinteraksi dan penuh dengan saling ketergantungan satu terhadap yang lain. Dengan dernikian, organisasi rnana pun juga tidak terlepas dari hubungannya dengan lingkungan sekitarnya.

Menurut Setiawan dan Zulkieflirnansyah (1999), hal-ha1 yang perlu diperhatikan dalarn prosedur analisis lingkungan adalah :

1. Menentukan relevansi. Tidak sernua faktor lingkungan berpengaruh pada pemsahaan di waktu yang sarna dan kadar yang sarna, untuk itu rnanajernen hams dapat rnenganalisis seberapa besar pengamhnya dan kapan waktunya. 2. Menentukan tingkat relevansi dari strategic issue. Strategic issue adalah

faktor lingkungan yang rnernpunyai pengaruh besar terhadap organisasi, untuk itu rnanajernen harus dapat rnelakukan kajian strategic issue rnana yang paling penting bagi perusahaan dan rnana yang kurang penting.

Hal yang paling urnurn dalarn analisis lingkungan adalah rnenggunakan rnatrik IFE (internal factor evaluation) dan EFE (external factor evaluation), environmental scanning dan environmental forecasting.

T a h a ~ rnencmkkan. Menurut David (2002), strategi kadang-kadang didefinisikan sebagai perpaduan yang dibuat oleh organisasi antara surnberdaya dan keterarnpilan internal dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktor- faktor eksterndl. Mencocokkan faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal rnerupakan kunci untuk secara efektif rnenghasilkan strategi alternative yang layak. Salah satu alat pencocokan yang penting adalah Matrik SWOT.

(29)

12 Matrik SWOT dapat rnenggarnbarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelernahan yang dimilikinya. Empat set kemungkinan strategi yang dihasilkan rnatrik SWOT adalah (Rangkuti, 1997; David, 2002):

1. Strategi S-0.

Strategi ini dibuat dengan rnernanfaatkan seluruh kekuatan yang dirniliki untuk rnerebut dan rnernanfaatkan peluang yang ada.

2. Strategi S-T.

Ini adalah strategi dalarn rnenggunakan kekuatan yang dirniliki untuk mengatasi ancarnan.

3. Strategi W-0.

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan rneminirnalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi W-T.

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha rnerninirnalkan kelernahan yang ada serta rnenghindari ancaman.

Tahap Keputusan. David (2002) rnengatakan bahwa selain membuat peringkat strategi untuk rnernperoleh daftar prioritas, hanya ada satu teknik analisis yang dirancang untuk rnenetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak. Teknik ini adalah

QuanfjfafLve Strategic Planning Matriks

(QSPM) atau Matrik Perencanaan Strategi Kuantitatif. Teknik ini secara sasaran menunjukkan strategi alternative rnana yang terbaik.

(30)

13

2.4. lkhtisar

Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi produk-produk peternakan. Dengan semakin berkembangnya suatu daerah akan membuka peluang untuk usaha peternakan. Selain itu, sub sektor peternakan memiliki keterkaitan dengan berbagai sektor ekonorni lainnya.

Pengembangan kawasan peternakan memiliki rnakna sosial ekonorni dan ekologis. Dengan pengembangan petemakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta rnenjaga keseimbangan Cngkungan.

Konsep pengembangan kawasan peternakan mernpunyai arti penting karena rnerupakan pengembangan sistem pemanfaatan ternak-lahan (livestock- land use systems). Fokus dari konsep kawasan peternakan adalah pada pemanfaatan lahan dan sumberdaya secara lebih baik, pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan.

(31)

Ill. METODOLOGI KAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Subsektor peternakan rnerupakan salah satu sektor ekonomi yang

penting dalarn penyediaan protein hewani. Upaya pengembangan subsektor

peternakan untuk rnencukupi protein hewani pada gilirannya akan berpengaruh

terhadap peningkatan kecukupan protein. Selama ini peranan subsektor

peternakan di Kabupaten Bengkalis dirasakan masih belurn begitu besar.

Padahal jika dilihat dari kegiatan pembangunan selama ini, subsektor peternakan

cukup mendapat perhatian yang sangat baik dari pemerintah ~'abupaten

Bengkalis, dan dimasukkan rnenjadi salah satu agenda pengembangan ekonomi

rakyat.

Dengan melihat fenomena ini, diperlukan suatu rencana yang strategis

untuk pengembangan peternakan, sehingga dapat mernberikan kontribusi yang

nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian

daerah. Berdasarkan ha1 tersebut, perlu dilakukan suatu kajian untuk penentuan

strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sut:

sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis.

Kerangka pemikiran kajian strategi pengembangan peternakan di

Kabuapten Bengkalis ditu~jukkan pada Gambar 1, dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis ternak yang sudah dikembangkan rnasyarakat. Dalam melakukan identifikasi jenis-jenis ternak yang sudah

dikembangkan pada masing-masing kecarnatan dilakukan melalui telaah data

populasi dan jenis ternak pada setiap kecarnatan serta menghitung

perbandingan tingkat produksi dan kemampuan pemenuhan kebutuhan

ii

(32)

2. Mengetahui permintaan produk petemakan.

Untuk mengetahui permintaan produk peternakan dilakukan dengan menganalisis data produksi, konsumsi riil dari produksi, dan kebutuhan standar gizi berdasarkan jumlah penduduk

PERAN P E T E M N

.

Penyedia protein hewani dan bahan baku Perhdan pemerirtah daerah rerhadap sub seldor peternakan cukup balk. namun Penysrapan tenaga ketja dan investasi. engembangan usaha peternakan dirasakan Konbibusi terhadap pertumbuhan ekonomi elum menunjuhn peran yang berare dalam Peningkatan pendapatan. erekonomian daerah.

4

4

Jenis, populasi dan ting!at

Konbibusi sub sekior Pola usaha peternakan dan produksi ternak serta

petemakan terhadap kelaykan usaha perrnintaankebuiuhan petemakan.

produkpeternakan

3.

J.

RANCANGAN PROGRAM

Gambar 1. Kerangka Pemikiran m e g i Pengembangan Petemakan Dalam Ranaka Meninakatkan Peran Sub

sektor

Peternakan di Kabupaten

3. Mengidentifikasi pola usaha dan menganalisis kelayakan usaha.

[image:32.532.82.480.152.569.2]
(33)

16

4. Mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB.

Untuk mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB

dilakukan dengan menelaah data PDRB Kabupaten Bengkalis dan menilai

perkembangan kontribusi subsektor peternakan.

5. Pemilihan dan penetapan strategi.

Dalarn pemilihan dan penetapan strategi pengembangan peternakan,

dilakukan dengan analisis faktor-faktor sukses kritis internal dan ekstemal,

analisis SWOT, dan dilanjutkan dengan analisis Quantitative Strategic Planning

Matriks (QSPM) untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif.

3.2.

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Waktu

pelaksanaan kajian selarna 3 bulan, mulai bulan Maret sampai dengan Mei 2005.

3.3.

Metode Penelitian

Dalam kajian ini rnetode penelitian yang akan digunakan adalah metode

deskriptif dengan melaksanakan survey lapangan. Melalui serangkaian kegiatan

tersebut dapat diketahui karakteristik ~eternak, jenis ternak, pola usaha, skala

usaha dan pola pengembangan, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

pengembangan, sehingga dapat ditentukan strategi pengembangan peternakan

untuk rnasa yang akan datang.

3.3.1.

Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling

Sasaran penelitian adalah usaha peternakan di Kabupaten

Bengkalis, pengambilan sarnpel dilakukan dengan metode Stratified

Random Sampling Technique dengan responden sebanyak 175 orang

petani ternak terdiri dari 25 orang peternak sapi, 25 orang peternak kerbau,

25 orang peternak kambing, 25 orang peternak babi. 25 orang peternak

(34)

Tabel 1. Jumah Sampel Rumah Tangga Peternak Berdasarkan Komoditas.

Dalam penentuan sampling, dilakukan stratiikasi wilayah Kabupaten

Bengkalis atas dasar kepadatan ekonomi ternak setiap kecamatan yang terdiri

dari: I. Kepadatan Rendah ( 4 0 Satuan Ternak per 1000 penduduk), II.

Kepadatan Sedang (50-100 Satuan Ternak per 1000 pendduk) dan Ill.

Kepadatan Tinggi (100-300 Satuan Ternak per I000 penduduk), hasil stratitikasi

disajikan pada Lampiran 9. Masing-masing straffikasi diarnbil secara random 2

kecamatan sebagai daerah sampling. Pada masing-masing daerah sampling

diarnbil responden peternak secara proporsional dari mmah tangga peternak

yang ada di daerah sampling tersebut sebanyak 25 orang untuk setiap komdias usaha petemakan. Hasil penentuan sampling disajikan pada Tabel 1.

Sedangkan pengambilan sampel untuk penentuan kekuatan

pengendali (driving force), analisis SWOT, dan analisis QSPM dilakukan

dengan metode Purposive Sampling, responden dengan sengaja dipilih

masing-masing sebanyak 11 (sebelas) orang yang dianggap ahli dari

kalangan akadernis (perguruan tinggi), instansi terkait pada Pemkab

Bengkalis, tokoh dan pelaku usaha peternakan.

No

1. 2. 3. 4. 5. 6.

3.3.2. Metode Pengumpulan

Data

Data dan informasi yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh rnelalui pengamatan langsung dan wawan- Kecamatan Mandau Bukit Batu Siak Kecil Bengkalis Bantan Merbau Jumlah

[image:34.541.81.485.68.269.2]
(35)

18

cara dengan responden terpilih, sedangkan data sekunder diperoleh rnelalui

telaahan pustaka dan data yang bersurnber dari lernbagalinstansi yang

terkait dengan kajian ini.

3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalarn

penelitian ini adalah analisis usaha, IFE, EFE, SWOT dan QSPM. Tujuan

kajian, jenis data yang diperlukan, surnber data, dan rnetode analisis yang

digunakan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data dan lnformasi Kajian Pernbangunan Daerah rnenurut Variabel, Jenis, Surnber, serta Metode Pengolahan dan Analisis.

Analisis Kelayakan. Analisis ini dilakukan dengan rnelihat nilai Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefif Cost Ratio (BCR) sebagai berikut:

a. NPV adalah ukuran dari nilai keuntungan bersih yang telah didiskon dengan

rurnus (Syaukat, 2003):

Bt

=

BenefZ pada waktu t. n

=

umurekonomis Ct

=

Costpada waktu t.

t

=

1,2,3

,...,

n.
(36)

b. IRR adalah arus pengernbalian yang rnenghasilkan NPVdran = NPVaxran

w,,

, yang disebut juga Eficiency of Capital (Syaukat, 2003). Giinger (1986), rnerurnuskan IRR sebagai berikut:

Bt

=

Benefits pada waktu t. n = urnurekonornis Ct

=

Cost pada waktu t. t

=

l , 2 , 3 ,..., n.

r

=

IRR.

c. BCR adalah rasio antara discounted benefits dengan discounted cost,

dengan rurnus (Syaukat, 2003):

Bt

=

Benefits pada waktu t. n

=

urnurekonornis. Ct = Costpada waktu t. t = 1,2;3

,...,

n. r

=

Interest rate..

Analisis SWOT. Analisis ini dilakukan dengan rnerujuk kepada kekuatan

pengendali internal (kekuatan dan kelernahan) dan eksternal (peluang dan

ancarnan) yang diperoleh dari studi pustaka dan infonnasi yang diperoleh dari

instan'si terkait dan pelaku usaha peternakan rnelalui langkah langkah sebagai

berikut:

a. Evaluasi faktor internal (Internal Factor Evaluation-IFE)

Langkah kerja dalarn penentuan faktor internal dan pernbobotan

adalah dengan rnernbuat daftar kekuatan dan kelernahan, kernudian

setiap kekuatan dan kelernahan diberi bobot (dari tidak penting > 0,O sarnpai dengan amat penting = 1,O) sehingga total bobot adalah 1,0,

selanjutnya berikan rating 1 s/d 4 pada setiap kekuatan dan kelernahan

(37)

kekuatan utarna), selanjutnya menentukan weight score dengan

rnengalikan bobot dengan rating (David, 2002)

b.

Evaluasi faktor eksternal (External Factor Evaluation-EFE)

Langkah kerja dalarn penentuan faktor eksternal dan pembobotan

adalah dengan mernbuat daftar peluang dan ancarnan, kernudian setiap

peluang dan ancarnan diberi bobot (dari tidak penting > 0,O sampai dengan amat penting

=

1,O) sehingga total bobot adalah 1,0, selanjutnya berikan rating

1 s/d 4 pada setiap peluang dan ancarnan (1 = jawaban jelek, 2 = jawaban rata-rata, 3

=

jawaban di atas rata-rata, 4

=

jawaban superiw), selanjutnya

rnenentukan weight score dengan rnengalikan bobot dengan rating

(David, 2002)

TOTAL NlLAl IFE YANG DlBERl BQBOT

Turnbuh dao blna

'.. 4.0

.... . .... . .

s

Tinggi

3.01.0

-

K W

m

n 3.0

Sedang

2.0-799

s!

W

-

u

a

2.0

Z

Penahankan den pellhera <... ....,... .' .. . . .. . . f Panen atau dlvestasi

[image:37.539.86.481.324.621.2]

Surnber : David, 2002

Gambar 2. Matrik Internal-Eksternal (I-E).

Dari evaluasi faktor internal dan eksternal maka akan dapat diketahui

peluang dan ancaman yang hams diberi respon paling besar, serta kekuatan

yang akan dioptirnalkan dan kelernahan yang akan dielerninir. Setelah dilakukan

(38)

ekstemal (I-E). Matrik I-E menempatkan suatu organisasi ke dalam sembilan sel yang didasarkan pada weight score faktor strategis intemal dan ekstemal

Matrik I-E seperti terlihat pada Gambar 2, terbagi atas tiga divisi yang mempunyai strategi yang berbeda. Divisi pertama adalah dimensi kunci yang termasuk dalam sel I, II dan IV, disebut divisi tumbuh dan bina. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk), atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Divisi kedua adalah yang termasuk dalam sel Ill, V, dan V11, disebut divisi pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi penetrasi pasar, dan pengembangan produk. Divisi ketiga adalah yang termasuk dalam sel VI, VIII, dan IX, disebut divisi divestasi (David, 2002).

Tabel 3. Matrik Strategi SWOT.

I

Strengfhs (S)

I

Weaknesses (W)

I

I

Strategi S-0 Strategi W-0

Strategi yang menggunakan Strategi yang meminimalkan oppurt~nities (0) kekuatan untuk mernanfaatkan kelmahan untuk memanfaal-

Faktor strategis intemal dan ekstemal yang dipemleh dari evaluasi faktor Threats (T)

intemal dan ekstemal yang telah dapat ditentukan kekuatan (sfength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (fhmat), disusun

;umber : David (2002).

Strategi S-T Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

kedalam matrik SWOT untuk dilakukan penwcokan untuk penentuan strategi, Strategi W-T

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindan ancaman.

(39)

22

Quantitative Strategic Planninu Matriks (QSPM). Matrik ini rnerupakan

alat yang rnernungkinkan untuk rnengevaluasi strategi alternatif secara

objektif dengan rnenentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

berdasarkan pada sejauh rnana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan

internal dirnanfaatkan dan diperbaiki.

Langkah-langkah yang dilakukan dalarn analisis QSPM adalah sebagai

berikut (David, 2002):

Langkah 1 : Mendaftarkan peluanglancarnan (faktor eksternal) dan kekuatanl

kelernahan (faktor internal) ke dalarn rnatrik QSPM.

Langkah 2 : Mernberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal.

Langkah 3 : Merneriksa/rnencocokkan rnatrik dan rnengidentifikasi strategi

altematif yang hams dipertirnbangkan untuk diirnplernentasikan.

Langkah 4 : Menetapkan nilai daya tarik (NDT), yaitu 1

=

tidak rnenarik, 2

=

agak rnenarik, 3 = cukup rnenarik, dan 4 = arnat rnenarik.

Langkah 5 : Menghitung total nilai daya tarik (TNDT), dengan rnenjurnlah hasil perkalian bobot dengan NDT dalarn setiap baris.

Langkah 6 : Menghitung Jurnlah total Nilai Daya Tarik.

Untuk penentuan bobot, rating, dan nilai daya tarik pada rnasing-

rnasing &riteria, digunakan teknik Delphi yaitu dengan rnerninta pendapat

responden yang dianggap ahli dan rnengetahui tentang seluk beluk

pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis.

3.4. Metode Perancangan Program

Setelah didapatkan strategi pengernbangan peternakan, selanjutnya

disusun program untuk direkornendasikan sebagai langkah kebijakan. Dalarn

(40)

(FGD) dengan tujuan untuk rnernperoleh rnasukanlinforrnasi dan rnenstirnulasi ide-idelkonsep tentang langkah-langkah implernentasi strategi.

Rumusan strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT dan QSPM dijadikan acuan dalarn rnelaksanakan FGD. Focus Group dilaksanakan dengan rnelibatkan berbagai pihak terkait (stakeholders), rnencakup unsur Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Perencanaan Pernbangunan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat), pelaku usaha peternakan, pedagang, dan lembaga lain yang terkait. Secara sederhana proses pelaksanaan FGD ditunjukkan pada Garnbar 3.

Kesepakalan mengenai keluaran I hasil perencanaan

A

Potensi dan jenis komoditas I usaha y n g mungkn dkembangkan

4

Kesepakatan mengenai jenis komoditas I usaha yang dapat dikembangkan

J.

Kesepakatan mengenai sarana dan prasarana pendukung (prod&i dan distlibusi).

L.

.

. . . - -

.

. .

Diagnosis dan Analisis

4

Anassis bersama dsgan peserta

Garnbar 3. Alur Proses Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD).

,

! budaya. tehis j

! & manejemen, ;

:

ekonomi

; (komersial &

i

finansialj, tala !

; ruang, dan j

; iingkungan. '

(41)

IV. KONDlSl UMUM KABUPATEN BENGKALIS

4.1. Kondisi Wilayah

Ciri khas geografis Kabupaten Bengkalis adalah dengan tiga tipologi

wilayah yaitu: pulau-pulau (lautan), pesisir dan daratan, terletak di bagian pesisir

tirnur Pulau Sumatera pada 2'30'-O017' LU dan 100"52'-102°10' BT yang

berhadapan langsung dengan jalur pelayaran internasional Selat Malaka serta

berada pada kawasan perturnbuhan segitiga Indonesia-Malaysia-Singapura

(IMS-GT) dan segitiga Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Secara

administratif, Kabupaten Bengkalib berbatasan dengan Selat Malaka di bagian

utara, di bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak, di bagian Barat

dengan Kota Durnai dan Kabupaten Karnpar, dan di bagian Tirnur berbatasan

dengan Kabupaten Karirnun.

Luas Kabupaten Bengkalis 11.481,77 Krn2, terdiri dari 13 kecarnatan yang

rneliputi 151 desa dan 24 kelurahan. Wilayah ini pada urnurnnya beriklirn tropis

dengan hujan harnpir rnerata setiap Tahunnya, ternperatur berkisar antara 26" C

sarnpai dengan 32" C dan tingkat curah hi~jan sebesar 2.000 rnrnltahun. Hamp';

seluruh wilayah Kabupaten Bengkalis terdiri dari dataran rendah yang diturnbuhi

hutan tropis, pantai-pantainya landai dan rnerupakan endapan lurnpur sebagai

hasil erosi sungai-sungai yang banyak berrnuara ke daerah ini. Penggunaan

lahan di Kabupaten Bengkalis didorninasi oleh hutan dengan luas 621.781,5 Ha,

perkebunan 158.976,5 Ha, sawah 11.116 Ha, tega1 41.550 Ha, padang angon

2.515 Ha, pekarangan 29.542 Ha dan ladang 2.237 Ha.

4.2. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Bengkalis tahun 2005 tercatat sebanyak 690.366

(42)

kepadatan penduduk 60,13 jiwa per ~ m ~ . Tabel 4 rnemperlihatkan jurnlah dan kepadatan penduduk disetiap kecamatan.

Dari Tabel 4 terlihat bahwa kecarnatan dengan tingkat kepadatan jarang

sekali ( ~ 2 5 jiwal~rn') adalah Kecarnatan Rupat Utara, Siak Kecil, dan Bukit Batu. Kecarnatan dengan tingkat kepadatan jarang (25

-

50 j i w a l ~ m ? adalah Kecamatan Rupat, Merbau, Tebing Tinggi Barat, Pinggir dan Rangsang.

Kecamatan dengan tingkat kepadatan kurang (50-100 jiwa/Km2) adalah Kecamatan Tebing Tinggi dan Bantan. Sedangkan kecarnatan dengan tingkat

kepadatan sedang (100-300 jiwa/Km2) adalah Kecamatan Mandau, Bengkalis dan Rangsang Barat

Tabel4. Luas Wilayah, Jurnlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005.

No

I

Jurnlah Kepadatan Pendu

Kecarnatan

I

Luas(Km2)

/

F'enduduk

I

per Krn2

I I

;umber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2006).

Mandau Pinggir Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara Bengkalis Bantan Merbau Rangsang Rangsang Barat Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat

Jurnlah

4.3. Kondisi Perekonomian

Perkembangan perekonomian pada suatu daerah antara lain dapat dilihat

937,47 2.503,OO 1.128,OO 742,21 896.35 628,50 514,OO 424,40 1.348,91 681,OO 241.60 849,50 586,83 11.481.77

dari perkernbangan Pendapatan Domestik Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten

Bengkalis atas dasar harga konstan 2000 (tanpa rnigas) selama rentang tahun

(43)

26

2000

sarnpai dengan tahun

2004

terlihat adanya peningkatan dengan rata-rata tingkat perturnbuhan setiap tahunnya sebesar

7,54%.

PDRB Kabupaten Bengkalis tahun

2004

adalah sebesar Rp.

3.126.467.10

juta (Larnpiran

I),

dengan tingkat perturnbuhan sebesar

8,20%

dari tahun

2003.

Tabel

5.

Perturnbul

P D R B

7,14 6,68

8,13 8.20 7 3 4

Surnber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2006).

Tabel

5

rnernperlihatkan sektor ekonorni yang turnbuh sangat pesat pada tahun

2004

adalah sektor pertarnbangan dan penggalian yang rnencapai

16,73%

dengan rata-rata perturnbuhan sebesar

12.22%

per tahun. Sektor lain yang cukup baik perturnbuhannya adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar

13,73% (11,97%

per tahun), sektor pengangkutan dan kornunikasi sebesar

12,26% (9,81%

per tahn), dan sektor jasa-jasa sebesar

11,65% (8,81%

per tahun).
(44)

tahun, dan sektor jasa-jasa sebesar 8,43% per tahun. Kontribusi masing-masing

sektor dari Tahun 2000 sampai dengan 2004 disajikan pada Tabel 6

Tabel 6. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis Tahun 20W2004 (%).

SEKTOR

(

2000

1

2001

1

2002

I I I

1. Pertanian 33,59 30.13 32,42

2. Pertarnbangan dan Penggalian

3. lndustri Pengolahan

4. Cistrik dan Air Bersih

1

0.74

1

0,62

1

0.59

5. Bangunan

1

4,27

1

338

1

3,59

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran 129,58 123,63

1

20.16 7. Pengangkutan dan Komunikasi

(

3,30

1

2,71

1

2,50 8. Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan

I 4 I

1 85 1,85 1,93

9. Jasa-Jasa 111.26

1

9,10

1

8,20

;umber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2006).

Dengan melihat kontribusi rata-rata sumbangan sektor pertanian terhadap

PDRB Kabupaten Bengkalis selama periode 2000 sampai dengan 2004 yang

tinggi, menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang sangat

penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Bengkalis.

4.4. lkhtisar

Luas Kabupaten Bengkalis 11.481,77 ~ m ' , beriklim tropis dengan,

temperatur berkisar antara 26" C sampai dengan 32" C dan tingkat curah hujan

-

sebesar 2.000 mmrrahun. Terdiri dari 13 kecamatan, dengan jumlah penduduk

pada tahun 2005 sebanyak 690.366 jiwa (353.926 laki-laki dan 336.440

perempuan), dengan kepadatan 60,13 jiwa per ~ m ' .

Kondisi perekonomian Kabupaten Bengkalis diiihat dari PDRB 2000-2004

atas dasar harga konstan 2000 setiap tahun rata-rata meningkat sebesar 7,54%.

PDRB tahun 2004 adalah sebesar Rp. 3.126.467,lO juta, meningkat 8,20% dari

(45)

28

sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 16,73% dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 12.22% per tahun.

Peranan yang sangat menonjol dalam perekonomian di Kabupaten

Bengkalis adalah sektor pertanian dengan kontribusi rata-rata setiap tahunnya

sebesar 32,30% menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang

sangat penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Bengkalis. Sektor lain yang

memberikan kontribusi yang tinggi adalah sektor sektor industri pengolahan sebesar

28,53% pertahun, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 21,95%

(46)

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN

KABUPATEN BENGKALlS

5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak

5.1.1 Jenis dan Populasi Ternak

Secara urnum jenis-jenis ternak yang dikernbangkan rnasyarakat

adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,

ayarn petelur dan itik. Karena masyarakat Kabupaten Bengkalis rnayoritas

beragarna Islam, ternak babi hanya dikernbangkan oleh sebagian kecil

rnasyarakat dari etnis tionghoa, sebagian suku batak dan suku asli (akit).

Perkernbangan populasi ternak di Kabupaten Bengkalis dari tahun

ke tahun terus rneningkat selama kurun waktu lirna tahun terakhir. Tabel 7

rnernperlihatkan populasi seluruh jenis ternak rnengalami peningkatan.

Peningkatan populasi ternak tertinggi di Kabupaten Bengkalis dicapai pada

tahun 2004 sebesar 4,73%, peningkatan tersebut terutarna didorong oleh

populasi ternak ayarn buras, sapi potong dan karnbing.

Tabel 7. Populasi Ternak di Kabupaten 3engkalis Tahun 2001

-

2005 (Satuan Ternak

-

ST).

Jenis Ternak Populasi (S-

127,49 39,47 Sapi Potong

Kerbau Karnbing Babi

Ayarn Buras Ayarn Pedaging Ayarn Petelur ltik

7.127,20 3.206,24 6.671,81 4.850,22 8.297,81 121,651 38,42 455.99

Jurnlah 32.770,34 133.529,38 (33.993,22 135.602,57 136.655,31 Peningkatan

Surnber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis (2006, diolah).

[image:46.532.78.481.454.736.2]
(47)

Populasi ternak tahun 2005 adalah sebanyak 36.655,31 Satuan

Ternak (ST) dengan populasi ternak terbesar adalah ternak ayam buras

sebanyak 9.338,22 ST. Tingginya populasi ternak ayam buras dapat

difahami karena jenis ternak ini sudah umurn dipelihara oleh masyarakat

dan untuk pengembangan usaha tersebut tidak mernerlukan modal yang

terlalu besar

Tabel 8. Kepadatan Ekonomi Ternak per kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 (ST11000 penduduk).

I

Kepadatan (ST11000 penduduk)

1

1. Mandau

2. Merbau

3. Pinggir

4. Rangsang Barat

5. Tebing Tinggi

6. Bengkalis

7. Rangsang

8. Bukit Batu

9. Rupat

10. Bantan

11. Tebing Tinggi Barat

12. Siak Kecil

13. Rupat Utara

Kabupaten Bengkalis

Surnber : Dinas Pertanian

Kecarnatan 0,53 10.84 7.13 17,41 6,29 11.53 15-60 18.47 27.45 29.16 26,63 43,58 57,42 10,93

ian iiolah).

Sapi 1.24 0.94 6,76 2,37 4,55 0.72 2.59 18,47 11,93 0,54 20,32 14,16 28.94 4,43

Peternakan I.

1.68 4,88 9.26 11,58 5,51 15,95 9.27 20.61 18.53 37.33 20,78 42,82 45,72 10,77

Kepadatan ekonomi ternak di ~ a b u ~ a t e n Bengkalis tahun 2005

secara keseluruhan sebesar 50,19 ST11000 penduduk, seperti disajikan

pada Tabel 8. Kecamatan Rupat Utara, Siak Kecil, Tebing Tinggi Barat,

Bantan, dan Rupat, rnerupakan kecarnatan yang memiliki kepadatan tinggi

(100-300 ST11000 penduduk). Kecamatan yang memiliki kepadatan sedang

(50-100 ST11000 penduduk) adalah Kecarnatan Bukit Batu, Rangsang,

Karnbing Kehau 2.56 3.73 5.21 1.82 17.35 10.19 4.66 9.64 13.96 9,37 26.58 8,49 2437 7.40

/

Buras

I

Pedaqinq

/

t i

/

Total Babi
(48)

Bengkalis dan Tebing Tinggi, sedangkan kecarnatan yang rnerniliki

kepadatan rendah

( 4 0 ST11000

penduduk) adalah Rangsang Barat, Pinggir, Merbau dan Mandau

Kepadatan ekonorni rnenggarnbarkan darnpak dari keberadaan

ternak terhadap konsurnsi dan peningkatan pendapatan asal ternak pada

daerah tersebut, sernakin tinggi kepadatan ekonorni ternak pada suatu

daerah rnenunjukkan bahwa di wilayah tersebut usaha peternakan

rnerupakan salah satu bagian sandaran kehidupan dari sebagian besar

rnasyarakat daerah tersebut (Ashari dkk dalarn BPTP Riau.

2001).

5.1.2. Produksi Ternak Kabupaten Bengkalis

Tabel

9

rnernperlihatkan perkernbangan produksi daging ternak di Kabupaten Bengkalis. Produksi daging ternak di Kabupaten Bengkalis pada

Tahun

2005

rneningkat sebesar

34,39%

dari Tahun

2004

dan rnerupakan peningkatan tertinggi selarna lirna tahun tkrakhir. Hal ini dapat terjadi

karena produksi daging berkaitan erat dengan tingkat konsurnsi baik

dikarenakan perkernbangan jurnlah penduduk rnaupun peningkatan

konsurnsi daging perkapita akibat rneningkatnya pendapatan rnasyarakat.

Tabel

9.

Produksi Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun

2001

sarnpai dengan

2005.

Produksi Daging (Kg)

2001

1

2002

2003

1

2004

1

2005

186.615

]

196.185

1

201 .I36

1

449.460

1

453.915

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Jenis Ternak Sapi Potong Kerbau Karnbing Babi Ayarn Buras Ayarn Ras ltik Jurnlah Peningkatan

155.542

96.310

632.000

1.688.397

124.382

70.055

;umber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis (2006).

2.953.301

-

158.696

102.020

659.700

1.739.049

127.344

70.754

3.053.748

3,40%

160.423

105.035

670.675

1.764.375

128.833

71.203

3.101.680

1,57%

151.890

133.920

684.200

1.963.445

592.989

71.262

143.756

136.590

718.300

2.012.488

1.962.991

10.885

4.047.1

66

30,48%

(49)

32 Tabel 10 memperlihatkan produksi telur di Kabupaten Bengkalis dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Dari Tabel 10 tersebut terlihat produksi telur pada tahun 2005 merosot tajam sebesar 57,50% dari sebanyak 2.683.232 Kg menjadi 1.140.270 Kg. Hal ini mungkin tejadi akibat adanya isu flu burung yang rnenyebabkan sebahagian rnasyarakat peternak enggan bersentuhan langsung dengan ternak unggasnya, dengan demikian kebutuhan ternak untuk berproduksi menjadi terabaikan.

Kontribusi terbesar terhadap produksi telur di Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya diperoleh dari telur ayarn buras. Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan populasi tenak ayam buras di kabupaten ini cukup besar dibanding ternak unggas lainnya.

Tabel 10. Produksi Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001-2005.

Jenis Ternak

Ayam Buras

C

Ayam Petelur

I

ltik

I

Jurnlah )2.051.842 12.147.759 12.226.072 12,683,232 )1.140.270 Produksi Telur (Kg)

5.1.3. Konsumsi dan Kebutuhan Standar Gizi

Konsurnsi daging masyarakat Kabupaten Bengkalis pada tahun 2004 sebesar 6,14 Kglkapitaltahun meningkat pada Tahun 2005 menjadi

2001 1.591.340

116.054 344.448

Peningkatan

7,89 Kgkapitaltahun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan konsumsi 2004

2.360.469

-

322.763

daging walaupun masih di bawah standar gizi nasional (1

Gambar

Tabel 18. Latar Belakang Pendidikan Peternak Responden
Gambar 1 . Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub sektor Peternakan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran m e g i  Pengembangan Petemakan Dalam
Tabel 1. Jumah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya program pemerintah dalam memusatkan para pengrajin yang ada di Medan di harapkan bangunan yang akan didirikan ini dapat dengan mudah berintegrasi dengan

Berkenaan dengan hal tersebut, agar Saudara dapat membawa dokumen asli dan menyerahkan rekaman/copy untuk setiap data yang telah dikirim melalui form isian elektronik aplikasi

Universitas Negeri

This decree requires that imported and domestically produced refined vegetable oils be enriched with vitamin A; it also requires that imported and domestically produced soft

Ada perbedaan yang bermakna durasi menangis bayi pada bayi prematur yang dilakukan tindakan facilitated tucking dan musik saat dilakukan tindakan pengambilan

Penyajian sama dengan PSAK 2004, kecuali tidak ada lagi: (1) asset keuangan; (2) property investasi yang diukur dengan nilai wajar; (3) asset bilogik yang

Lebih lanjut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran karakteristik garam beriodium, penyimpanan, tempat membeli garam dan jumlah konsumsi

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran siklus I pelajaran PKn dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token diperoleh hasil keberanian siswa dalam