STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN
Dl KABUPATEN BENGKALIS
ZUL AMRY BAHAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul "Strategi
Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub Sektor
Peternakan Di Kabupaten Bengkalis", adalah karya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data
dan informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan rnaupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicanturnkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, Agustus 2006
ZUL AMRY BAHAR
ABSTRAK
ZUL AMRY BAHAR. Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka
Meningkatkan Peran Sub SeMor Peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dibimbing
oleh YUSMAN SYAUKAT dan SRI HARTOYO.
Pembangunan peternakan berperan sebagai penyedia protein hewani, penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi, pendorong pemerataan dan pertumbuhan serta pemicu dinamika ekonomi di pedesaan. Dengan melihat peranan yang cukup potensial tersebut, selayaknyalah peranan tersebut dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.
Tujuan umum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menvusun Droaram oembanaunan Deternakan untuk
.
-
keningkatkan peran subsektor peternakan d/ ~abupaten ~engkalis.Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah untuk:
1. ~ e n g e t a h i i jenis-dan populasi ternak, serta mengestimasi tingkat produksi ternak dan permintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis.
2. Mengidentifikasi pola usaha peternakan masyarakat, dan menganalisis kelayakan usaha masing-masing komoditas ternak di Kabupaten Bengkalis. 3. Mengestimasi kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten
Bengkalis.
4. Merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program dalam rangka mengimplementasikan strategi.
Sasaran penelitian adalah usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis, pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling Technique dengan responden sebanyak 175 orang petani ternak. Sedangkan untuk penentuan kekuatan pengendali untuk penentuan strategi dilakukan dengan metode Purposive Sampling, masing-masing sebanyak 11 orang responden yang dianggap ahli.
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usaha (NPV, IRR, BIC), IFE, EFE, SWOT dan QSPM.
Dari hasil kajian diketahui kepadatan ternak 50,19 ST11000 penduduk. Produksi daging telah dapat memenuhi 76,49% kebutuhan standar gizi, sedangkan produksi telur hanya 25,41%. Pola usaha peternakan yang dilaksanakan pada umurnnya masih usaha sampingan. Nilai NPV, IRR dan BIC masing-masing ternak adalah: sapi 803.050, 12,19% dan 1,03, kerbau 1.965.002, 15,08% dan 1,06, kambing 360.856, 15,79% dan 1,06, babi 858.449, 24,03% dan 1,08, ayam buras 955.864, 48,03% dan 1,23, ayam pedaging 5.419.638, 37,89% dan 1,07, dan itik 3.391.256,40,38% dan 1,06.
Perananan sub sektor peternakan dalam perekonomian di Kabupaten Bengkalis belurn begitu menonjol, terlihat dari kontribusi terhadap PDRB Pertanianselama periode 2000-2004 sebesar 5,28%, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 5,16% per tahun.
Dari analisis SWOT dan QSPM diperoleh strategi prioritas untuk pengembangan petemakan di Kabupaten Bengkalis diiaksanakan melalui strategi Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. Untuk mengimplementasikan strategi tersebut, dilakukan melalui: 1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan melalui Pola Bagi Hasil; 2. Program Pembinaan dan Pendampingan Usaha Petemakan;
O Hak cipta milik lnstitut
Pertanian
Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungiSTRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN
Dl
KABUPATEN BENGKALIS
ZUL AMRY BAHAR
Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka IWeningkatkan Peran Sub Sektor Peternakan Di Kabupaten Bengkalis
N a m a : Zul Amry Bahar
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yusman Svaukat. MEc Ketua
Dr. Ir. Sri Hartovo, NIS Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Manajemen Dekan Sekolah Pascasarjana Pembangunan Daerah
@fld
Dr. Ir. Yusman Svaukat, MEc
-
PRAKATA
Syukur Alharndulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SVVT, karena atas
rahrnat dan kamnia-Nya penulis dapat rnenyelesaikan penulisan laporan kajian
pernbangunan daerah yang berjudul "Strategi Pengembangan Peternakan Dalarn
Rangka Meningkatkan Peran Sub Sektor Peternakan di Kabupaten Bengkalis".
Tulisan ini rne~pakan salah satu syarat untuk rnenyelesaikan pendidikan pada
Program Studi Manajernen Pernbangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut
Pertanian Bogor.
Dalarn proses penyelesaian tulisan ini, penulis banyak rnendapat bantuan,
dukungan, serta kemudahan dalarn rnernperoleh informasi dan rnasukan-rnasukan
dari berbagai pihak, rnaka pada kesernpatan ini penulis rnenyarnpaikan ucapan
tenrna kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhorrnat :
1. Pernerintah Kabupaten Bengkalis yang telah rnernbenkan kesernpatan kepada
penulis untuk rnelanjutkan pendidikan pada Program Studi Manajernen
Pernbangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
2. Komisi Pernbirnbing yakni Bapak Dr. Ir. Yusrnan Syaukat, M.Ec selaku Ketua
dan Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku anggota, atas kesediaannya
rneluangkan waktu untuk rnernberikan arahan, bimbingan, saran dan dorongan
yang sangat berharga dalarn rnenyelesaikan tulisan ini.
3. Bapak Dr. Ir. Khairil Notodiputro, MS, Dekan Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
4. Bapak Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS, Ketua Departernen Sosial Ekonorni
Pertanian lnstitut Pertanian Bogor.
memberikan teori dan petunjuk dalam tata-cara penulisan laporan kajian
pembangunan daerah.
6. Ketua Program, para Dosen dan seluruh StafIKaryawan Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian
Bogor.
7. Fakultas Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim, Dinas
Petemakan Propinsi Riau, BAPPEDA Kabupaten Bengkalis, Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten Bengkalis, Karantina Hewan Wilayah Kerja
Bengkalis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis atas data,
informasi, dan masukan-masukan yang diberikan.
8. Kedua orang tua, abang dan adik-adik, serta isteri dan anak tercinta yang senantiasa memberikan bantuan dan dorongan serta doa dan kasih sayangnya
secara tulus ikhlas.
9. Rekan-rekan mahasiswa MPD Kelas Khusus Pernkab Bengkalis tempat
berbagi suka, duka, dan inspirasi baik dalam proses perkuliahan maupun
dalam penyelesaian tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, ha1 ini dikarenakari
keterbatasan pengetahuan penulis dalam penerapan teknik penulisan dan
pengungkapan substdnsinya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan
masukan-masukatl demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga tulisan ini bermanfaaat dan semoga berkah Allah bersama kita
semua. Aamiin.
Penulis dilahirkan di Durnai pada tanggal 3 Pebruari 1969 dari ayah H. Bahar lbrahirn dan ibu Hj. Halifah. Penulis rnerupakan anak kedua dari lirna
bersaudara.
Pendidikan Sekolah Dasar diternpuh di SD Negeri No. 9 Durnai lulus pada
tahun 1981, Sekolah Menengah Pertarna di SMP Negeri Karang Anyar Durnai
lulus pada tahun 1984, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Dumai
lulus pada tahun 1987. Pendidikan Sarjana diternpuh di Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang Jurusan Produksi Ternak lulus pada tahun 1992.
Penulis bekerja pada Pernerintah Kabupaten Bengkalis sejak tahun 1998.
Pada tahun 2003 diberikan kesernpatan untuk rnelanjutkan pendidikan atas biaya
Pernerintah Kabupaten Bengkalis pada Program Studi Manajernen Pernbangunan
Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
Pada bulan September 2005 penulis rnenikah dengan Mahda Fransiska,
dari pernikahan tersebut dikaruniai 1 (satu) orang putra bernarna Zechrya
DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL
...
DAFTAR GAMBAR
...
DAFTAR LAMPIRAN
...
I
.
PENDAHULUAN...
1 . 1. Latar Belakang
...
1.2. Perumusan Masalah...
1.3 Tujuan dan Manfaat
...
1.3.1. Tujuan Kajian...
1.3.2. Manfaat Kajian
...
II
.
TINJAUAN PUSTAKA...
2.1. Keterkaitan Sub sektor Peternakan...
2.2. Wilayah Pengembangan Peternakan
...
2.3. Keputusan Strategis ... 2.4. lkhtisar ...Ill
.
METODOLOGI KAJIAN...
. .3.1. Kerangka Pemrklran
...
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian...
. .
3.3. Metode Penelrt~an
...
3.3.1. Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling
...
3.3.2. Metode Pengumpulan Data...
3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data...
3.4. Metode Perancangan Program...
IV
.
KOldDISI UMUM KABUPATEN BENGKALIS...
. .
4.1. Kondis~ W~layah
...
4.2 Kependudukan
...
4.3. Kondisi Perekonomian
...
4.4. lkhtisar...
V
.
PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKANDl KABUPATEN BENGKALlS
...
5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak...
5.1 . 1. Jenis dan Populasi Ternak
...
5.1.2. Produksi Ternak Kabupaten Bengkalis
...
5.1.3. Konsumsi dan Kebutuhan Standar Gizi...
5.1.4. Kebutuhan Ternak di Kabupten Bengkalis...
5.2. Kontribusi Sub Sektor Peternakan...
5.3. Program Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bengkalis
...
5.3. lkhtisar...
VI
.
KARAKTERISTIK USAHA PETERNAKAN...
6.1. Tingkat Pendidikan Peternak di Kabupaten Bengkalis...
6.2. Pola Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis
...
6.3. Kelayakan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis
6.4. lkhtisar
...
VII
.
PENENTUAN DAN PENETAPAN STRATEGIPENGEMBANGAN PETERNAKAN
...
7.1. Faktor-Faktor Strategis dalam Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis ...
7.1
.
1. Faktor Strategis Internal...
7.1.2. FaMor Strategis Eksternal...
7.2. Evaluasi Faktor-Faktor Strategis ... 7.3. Matriks Internal Eksternal ....
. 7.4. Analists SWOT...
7.5. Rekomendasi Prioritas Strategi
...
7.6. lkhtisar
...
VIII
.
RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN ...8.1. Pendekatan Perancangan Program
...
8.2. Usulan Rancangan Program Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis
...
8.2.1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan...
melalui Pola Bagi Hasil
8.2.2. Program Pembinaan dan Pendampingan Usaha . . Peternakan
...
8.2.3. Program Pengembangan Pusat Pemasaran HasilPeternakan
...
8.3. Pengendalin dan Pengawasan
...
IX
.
KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KE~IJAKAN...
9.1. Kesimpulan ...9.2. lmplikasi Kebijakan
...
D A H A R PUSTAKA
...
DAFTAR TABEL
Tabel
I.
Jurnah Sarnpel Rurnah Tangga Peternak Berdasarkan Kornoditas...
Tabel2.
Data dan lnformasi Kajian Pernbangunan Daerah rnenurutVariabel, Jenis, Surnber, serta ' Metode Pengurnpulan,
. .
Pengolahan dan Anallsls
...
Tabel3.
Matriks Strategi SWOT ...Tabel
4.
Luas Wilayah, Jurnlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk...
Menurut Kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun2004
Tabel
5.
Perturnbuhan PDRB Kabupaten Bengkalis Menurut Sektor Tahun2001-2004
(%)...
Tabel 6. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB KabupatenBengkalis Tahun
2000-2004
(%)...
Tabel 7. Populasi Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun
2001
-
2005
(SatuamTernak
-
ST)...
Tabel 8. Kepadatan Ekonorni Ternak per kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun
2005 (ST/1000
penduduk)...
Tabel 9. Produksi Daging di Kabupten Bengkalis Tahun2001
sarnpaidengan
2005
...
Tabel
10.
Produksi Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun2001-2005
...Tabel
11.
Tingkat Konsurnsi Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun2001 -2005
...
Tabel
12.
Produksi dan Kebutuhan Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun2005
...
Tabel
13.
Produksi dan Kebutuhan Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun2005
...
Tabel
14.
Kebutuhan Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun2005
...
36 Tabel15.
Kontribusi Masing-masing Sub Sektor Terhadap PDRBPertanian di Kabupaten Bengkalis Tahun
2000-2004
(%)...
37
Tabel 16. Laju Perturnbuhan Masing-masing Sub Sektor dalarn Sektor
Pertanian di Kabupaten Bengkalis Tahun
2000-2004
(%) ...38
Tabel
17.
Jurnlah Penyebaran dan Pengembangan Ternak di Kabupaten...
Tabel 18. Latar Belakang Pendidikan Peternak Responden
Tabel 19. Penguasaan Sapta Usaha Peternakan Peternak Responden
Tabel 20. Rata-Rata Kepemilikan Ternak pada Rumah Tangga Peternak Responden
...
Tabel 21. Kelayakan Usaha pada Usaha Peternakan Responden ...
Tabel 22. Matrik IFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis
...
Tabel 23. Matrik EFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis
...
Tabel 24. Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis
...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
.
Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub sektor Peternakandi Kabupaten Bengkalis
...
15Gambar 2 . Matrik Internal-Eksternal (I-E)
...
20
Gambar 3 . Alur Proses Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) ... 23
Gambar4
.
Matriks I-E untuk Pengembangan Usaha Peternakan diDAFTAR LAMPIRAN
Larnpiran 1. PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor 2001-2005 (Jutaan Rupiah) ...
Larnpiran 2. PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor 2000-2004 (Jutaan Rupiah)
...
Larnpiran 3. Luas Wilayah dan Jumlah DesalKelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis
...
Larnpiran 4. Populasi Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001 sld 2005 . . .
. . . .
. . ..
. . .. . .
, . . .. . .
. . ..
. . .Larnpiran 5. Populasi Ternak Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 per Kecamatan (Ekor)
...
Larnpiran 6. Rasio Populasi untuk Setiap Jenis Ternak (%)
...
Larnpiran 7. Nilai Konversi Satuan Ternak (ST) Setiap Jenis Ternak
...
Larnpiran 8. Jumlah Rurnah Tangga Peternakan per kecamatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2004
...
Larnpiran 9. Stratifikasi Daerah Sampling Berdasarkan Kepadatan Ekonomi Ternak
...
Larnpiran 10. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Kepernilikan Ternak pada 175 Rumah Tangga Peternak Responden
...
Lainpiran 1 I. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Sapi
.
Lampiran 12. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor TernakKerbau .... . .
..
... . ...
. ..
. ... . .. .. . .
... .. . . .
...
.
....
Lampiran 13. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Kambing
...
-
Larnpiran 14. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Babi
...
Larnpiran 15. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ayam Buras
...
Lampiran 16. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor AyamPedaging ..
...
...
...
...
...
Larnpiran 17. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ternak ltik
...
Lampiran 19. Analisis Usaha Ternak Kerbau Rata-Rata Kepemilikan 7
Ekor
...
97 Lampiran 20. Analisis Usaha Ternak Kambing Rata-Rata Kepemilikan13 Ekor
...
97 Lampiran 21. Analisis Usaha Ternak Babi Rata-Rata Kepemiiikan 18Ekor
...
98 Lampiran 22. Tabel Analisis Usaha Ayam Buras Rata-Rata Kepemilikan18Ekor
...
98 Lampiran 23. Analisis Usaha Ternak Ayam Pedaging 6 siklus dalam 1Tahun Rata-Rata Kepemilikan 872 Ekor per Siklus
...
99 Lampiran 24. Analisis Usaha Ternak ltik Rata-Rata Kepemilikan 213Ekor
...
99 Lampiran 25. Skala Minimal Usaha Peternakan...
100 Lampiran 26. Penentuan Kekuatan dan Kelemahan Faktor StrategisInternal dalam Pengembangan Usaha Peternakan dari 11
Responden ...
...
100Lampiran 27. Penentuan Bobot Faktor Strategis lnternal dalam
Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 ~esponden
...
101 Lampiran28. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kekuatan dari 11Responden
...
101 Lampiran 29. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kelemahan dari 11Responden
...
101 Lampiran 30. Hasil Perhitungdn lntemal Factor Evaluation PengembanganUsaha Peternakan di kabupaten Bengkalis
...
102 Lampiran31. Penentuan Peluarig dan Ancaman Faktor StrategisEksternal dalam Phhgembangan Usaha Peternakan dari
-
11 Responden...
102 Lampiran 32. Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal dalamPengembangan Usaha Peternakan dari 11 Responden
...
103 Lampiran 33. Hasil Perhitungan Rating Faktor Peluang dari 11Responden
...
I 0 3 Lampiran 34. Hasil Perhitungan Rating Faktor Ancaman dari I 1Responden
...
103 Lampiran 35. Hasil Peibitungan Eksternal Factor Evaluation PengembanganLampiran 36. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 1 (Pembinaan dan Pengembangan Wilayah
Kantong Produksi Peternakan) dari 11 Responden
...
105Lampiran 37. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 2 (Melaksanakan Pengembangan dan Penerapan
...
Teknologi Pasca Panen) dari 11 Responden 106
Lampiran 38. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 3 (Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peternakan Pada Skala Usaha Yang Layak Secara
Intensif) dari 11 Responden
...
107Lampiran 39. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 4 (Pembinaan dan Pengembangan SDM
Penyuluh dan Pembina Peternakan) dari 11 Responden ... 108
Lampiran 40. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi 5 (Pengembangan Jaringan Distribusi Produk
Peternakan) dari 11 Responden
...
109Lampiran 41. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif Strategi. 6 (Penerapan Disiplin Tindak Karantina Hewan
dan Pengawasan Pemotongan Hewan) dari 11
Responden
...
110Lampiran 42. Hasil Perhitungan Total Nilai Daya Tarik (TNDT) dalam Pemiilihan Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis melalui Quantitative Strategic
Planing Matrix (QSPM) dari 11 Responden
...
11 1Lampiran 43. Kuesioner Karakteristik Peternak dan Pola Usaha
...
112 Lampiran 44. Kuesioner Penentuan Faktor Pengendali internal danEksternal
...
120Lampiran 45. Kuesioner Penentuan Rating FaMor Pengendali Internal
dan Eksternal
...
125I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Penyelenggraraan pemerintahan tersebut diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut telah mendorong lahirnya otonomi daerah.
Haeruman (2001) mengatakan bahwa melalui otonomi, masyarakat di daerah diberikan kesempatan untuk mengatur diri sendiri melalui local self government dan melaksanakan pembangunan sesuai karakteristik daerah (kondisi geografis, sumberdaya alam, dan sosial budaya masyarakat) masing- masing. Dengan terbukanya kesempatan tersebut, diharapkan masyarakat dapat terpacu untuk lebih kreatif dalam membangun daerahnya masing- masing.
Dengan demikian, otonomi memberikan penambahan kewenangan dan tanggung jawab pembangunan kepada daerah dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya dan potensi yang tersedia sesuai prakarsa daerah. Menjawab tantangan tersebut, daerah harus dapat memanfaatkan dan menggali potensi- potensi yang dimiliki untuk digunakan secara optimal dan terarah demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
2 kondisi krisis. Pertanian juga rnerupakan surnber rnatapencaharian utarna penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk rneningkatkan pendapatan rnasyarakat, rnenciptakan kesernpatan kerja dan berusaha.
Krisis yang terjadi selarna ini rnerupakan konsekuensi dari diposisikannya pertanian hanya sebagai "pendukung" dan bukan sebagai "rnesin penggerak perekonornian. Selarna ini usaha pertanian dipandang sebagai kegiatan yang berorientasi pada peningkatan produksi yang tidak responsif terhadap kondisi pasar dan keragaannya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan alarn dan bukan teknologi. Kondisi dernikian rnenirnbulkan citra pertanian sebagai sektor tradisional yang sulit untuk berkernbang, ha1 ini tercipta secara struktural karena rnernang kondisi rnakro struktural (termasuk kebijakan ekonorni rnakro dan rnikro) belurn berpihak pada penguatan pertanian (Solahuddin, 1999).
Selanjutnya Solahuddin (1999) rnengungkapkan lagi bahwa justru krisis ini juga yang ternyata rnernbuat orang rnenjadi sadar bahwa pertanian tidak selayaknya hanya sekedar sebagai 'pendukung" rnelainkan sebagai "rnesin penggerak" perekonornian nasional. Buktinya, dalarn rnasa krisis ini hanlpir sernua sektor rnengalarni kontraksi, kecuali pertanian.
Pernbangunan pertanian secara keseluruhan tercakup didalarnnya pernbangunan peternakan yang berperan sebagai penyedia protein hewani, penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi, pendorong pernerataan dan perturnbuhan serta pernicu dinarnika ekonorni di pedesaan. Dengan rnelihat peranan yang cukup potensial tersebut, selayaknyalah peranan tersebut dirnanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rnasyarakat.
3
a. Meningkatkan pernbangunan peternakan yang terkoordinasi dan saling rnenunjang serta rnendukung dengan pernbangunan disektor lain;
b. Meningkatkan kualitas surnberdaya rnanusia bidang peternakan rnelalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan, intensitas penyuluhan, studi banding, dan rneningkatkan kernampuannya untuk rnengakses inforrnasi tentang pasar, produksi dan pasca produksi;
c. Meningkatkan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi secara terpadu yang sesuai dengan kondisi klirnatologi, prasarana dan sarana fisik dengan tetap rnernelihara kelestarian surnberdaya alarn serta iingkungan hidup untuk kesinarnbungan pernbangunan;
d. Mengernbangkan usaha-usaha peternakan yang bertujuan untuk rnernenuhi kebutuhan rnasyarakat akan protein hewani, peningkatan kesejahteraan peternak, penyediaan bahan baku bagi industri dan untuk keperluan ekspor;
e. Pernanfaatan potensi lahan untuk pengernbangan peternakan.
Untuk rnencapai hal-ha1 tersebut diatas, diperlukan analisis dalarn penefituan strategi pengernbangan peternakan, sehingga dapat meningkatkan peran ekonorni subsektor peternakan.
Kalau dicermati, pola-pola pengernbangan peternakan yang telah dilaksanakan Pernerintah Kabupaten Bengkalis selarna ini belurn rnenunjukkan hasil yang rnenggernbirakan dan belurn rnernberikan darnpak yang berarti terhadap peningkatan kesejahteraan rnasyarakat peternak.
1.2. Perurnusan Masalah
Dalam pengembangan suatu usaha peternakan penentuan jenis ternak
untuk dikembangkan sangat penting dan harus disesuaikan dengan sumberdaya
lokal dan lingkungan sebagai sumber pakan, serta mengikuti permintaan dan
kebutuhan pasar. Pengembangan peternakan hams memperhitungkan kepadatan
optimum yang sesuai dengan daya dukung daerah dan tidak krtentangan dengan
keadaan sosio kultural masyarakatnya.
Disisi lain, perkembangan penduduk dan peningkatan pendapatan akan
rneningkatkan permintaan pangan terrnasuk produk peternakan. Dengan
semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan
masyarakat, maka akan meningkatkan permintaan akan produk peternakan.
Rusli (2003) menyatakan bahwa yang paling besar pengaruhnya terhadap keperluan pangan adalah jumlah dan perkembangan penduduk, selain itu faktor
lain yang berpengaruh terhadap keperluan pangan adalah tingkat konsumsi.
Penduduk Kabupaten Bengkalis dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan, dengan demikian juga akan mempengaruhi permintaan produk
peternakan.
Sejalan dengan hat tersebut di atas, rnelalui kajian ini perlu diketahui
"Bagaimana jenis dan populasi ternak dan bagaimana produksi serta permintaan
-
produk peternakan di Kabupaten Bengkalis?"
Sub sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor dalam
perekonomian daerah, dan memiliki fungsi sebagai salah satu penyedia
produk protein hewani. Pengembangan sub sektor peternakan diharapkan
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi yang
5
diharapkan dapat menarik dan mendorong perkembangan sektor-sektor lain
yang berkaitan, sehingga memungkinkan terjadinya gerakan dan dinamika
dalarn pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini tidak akan terwujud jika pengembangan suatu usaha dilaksanakan
tanpa dilandasi oleh suatu pola usaha yang baik dan perhitungan kelayakan.
Untuk itu melalui kajian ini, perlu diketahui "Bagaimana pola usahal
pengembangan dan kelayakan usaha masing-masing kornoditas ternak?".
Selama ini peranan subsektor peternakan di Kabupaten Bengkalis
dirasakan masih belum begitu besar, padahal jika dilihat dari kegiatan
pembangunan selama ini, subsektor peternakan cukup mendapat perhatian yang
sangat baik dari pemerintah Kabupaten Bengkalis, dan dimasukkan rnenjadi
salah satu agenda pengembangan ekonomi rakyat.
Untuk melihat sejauh mana peranan subsektor peternakan di Kabupaten
Bengkalis, maka perlu diketahui "Bagaimana kontribusi subsektor peternakan
terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis?
Setelah diketahui kondisi sebagaimana permasalahan tersebut diatas,
melalui kajian ini penulis mencoba rnerumuskan "Bagaimana strategi
pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sub sektor
peternakan di Kabupaten Bengkalis?", dan "Bagaimana mengimplemnetasikan
strategi tersebut?".
1.3. Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan Kajian
Tujuan urnum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan
peternakan dan menyusun program pembangunan peternakan untuk
meningkatkan peran subsektor peternakan dalam perekonomian daerah
6
Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah untuk:
1. Mengetahui jenis dan populasi temak, serta tingkat produksi ternak dan
penintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis.
2. Mengidentifikasi pola usaha peternakan masyarakat, dan menganalisis
kelayakan usaha masing-masing komoditas ternak di Kabupaten
Bengkalis.
3. Mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten
Bengkalis.
4. Merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program
dalam rangka mengimplementasikan strategi.
1.3.2. Manfaat Kajian
Hasil kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan kepada
penentu kebijakan dan pihak-pihak berkepentingan dalam menyusun
langkah-langkah pengembangan peternakan sehingga dapat meningkatkan
peranan sub sektor peternakan dalam perekonomian daerah di Kabupaten
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keterkaitan Sub Sektor Peternakan
Suatu usaha peternakan rnerupakan kegiatan yang bersifat generatif,
yaitu rnanusia rneningkatkan faktor-faktor produksi rnelalui proses produksi
ternak. Dalam proses ini diharapkan suatu kegunaan yang optimal dalarn bentuk
daging, telur, tenaga kerja dan pupuk (Tohir, 1983).
Sasaran utarna usaha peternakan adalah untuk rnernperoleh keuntungan
(Heady dan Jensen, 1965). Selain itu, Acker (1971) rnengernukakan bahwa
tujuan usaha peternakan adalah untuk mernenuhi kebutuhan protein asal ternak,
rnernperluas kegiatan industri dan perdagangan, rnernanfaatkan tenaga kerja
anggota keluarga, dan rnernpertinggi daya guna tanah.
Suharno (2002) rnengernukakan bahwa peningkatan jurnlah penduduk yang
ditunjang dengan rneningkatnya pendapatan perkapita rnerupakan peluang dalarn
usaha peternakan. Dengan semakin rneningkat jurnlah penduduk, maka akan
sernakin rneningkat jurnlah konsurnsi terhadap hasil-hasil ternak. Sernentara
peningkatan pendapatan perkapita dengan sendirinya akan rnendongkrak daya beli
rnasyarakat, karena produk peternakan rnerniliki nilai income elasticity of demand
(laju konsurnsi berkaitan erat dengan laju pendapatan).
Lebih lanjut dikatakan Suharno (2002), perkernbangan sektor lain seperti
industri dan jasa (catering, pariwisata, hotel dan restoran) juga turut rnernacu
perrnintaan akan produk peternakan, rnalahan dari sektor ini rnuncul pasar-pasar
baru bagi produk peternakan (create demand) berupa pasar hasil olahan dari
daging, telur dan susu.
2.2. Wilayah Pengembangan Peternakan
Menurut Anwar (1997) tujuan-tujuan pernbangunan wilayah seharusnya
8
dan (3) keberlanjutan (sustainability). Lebih lanjut dijelaskannya bahwa tujuan pernbangunan pertarna rnengenai perturnbuhan (growth) ditentukan sarnpai dirnana surnber-surnberdaya yang langka yang terdiri atas: surnberdaya rnanusia (human capital), peralatan dan teknologi (man-made capital), surnberdaya alarn (natural capital), dan surnberdaya sosial (social capital) dapat dialokasikan secara maksirnal sehingga dirnanfaatkan untuk rnernenuhi kebutuhan rnanusia dengan rneningkatkan kegiatan produktif rnasyarakat; tujuan pernbangunan kedua rnengenai pernerataan (equity) rnernpunyai irnplikasi dalarn pencapaian tujuan ketiga yaitu agar surnberdaya dapat berkelanjutan, rnaka tidak boleh ada pihak- pihak yang rnau terlalu serakah, sehingga diperlukan adanya pengaturan dalarn pernbagian rnanfaat dari hasil-hasil pernbangunan kepada setiap warga yang terlibat secara adil dan rnernadai; dan tujuan pernbangunan ketiga rnengenai keberlanjutan (sustainability) pernbangunan wilayah harus rnernenuhi persyaratan penggunaan surnberdaya, baik ditransaksikan rnelalui sistern pasar rnaupun diluar sistern pasar harus tidak rnelarnpaui kapasitas kernarnpuan produksinya.
Alkadri dkk. (1999) rnengatakan bahwa pengernbangan wilayah, mernpunyai dua rnakna, yaitu :
1. Makna sosial ekonorni, yaitu kegiatan pengernbangan wilayah dengan jalan rneningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rnasyarakat dengan rnenciptakan sentra-sentra produksi sekaligus rnernbangun prasarana dan adanya layanan logistik.
2. Makna ekologis, yaitu pengernbangan wilayah bertujuan untuk menjaga keseirnbangan lingkungan akibat terlalu banyaknya carnpur tangan rnanusia terhadap lingkungan.
9
Konsep kawasan dalarn pengernbangan peternakan rnenurut Putri (2003)
adalah:
1. Suatu konsep rnengenai pengernbangan sistern pernanfaatan ternak-lahan
(livestock-land use systems).
2. Suatu pendekatan yang rnengintegrasikan ternak dengan tanarnan, sehingga
ternak lebih berbasis lahan (land-based) daripada sebagai bagian dari suatu
sistern produksi industri perkotaan.
3.
Fokusnya adalah pada pernanfaatan lahan dan surnberdaya secara lebihbaik, pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, dan pengentasan
kerniskinan.
Kawasan peternakan terdiri atas (Putri, 2003): (1) Kawasan Khusus
Peternakan, rnerupakan daerah prioritas dengan kornoditas unggulan, dengan
rnernperhatikan kesesuaian agroekosistern dan agroklirnat serta tata ruang
wilayah, (2) Kawasan Terpadu, rnerupakan sistern integrasi antara ternak dengan
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan perikanan (program lintas
subsektor), (3) Kawasan Agropolitan, rnerupakan kota pertanian yang dihela oleh
desa-desa hinteriand.
Edward (1999) rnenjelaskan bahwa pernbangunan sistern agropolitan
rneliputi industri pengolahan rnakanan dan pakan, industri pengolahan
pertanian lain, industri peralatan dan input-input pertanian, serta barang
konsurnsi lain.
2.3. Keputusan Strategis
Keputusan strategis ialah pilihan oleh pernbuat keputusan tingkat tinggi
rnengenai serangkaian tindakan diantara berbagai alternatif yang tersedia yang
didesain untuk rnencapai tujuan utarna dari suatu organisasi rnelalui
10
Selanjutnya Salusu (2003) rnengatakan bahwa keputusan strategis dan
rencana strategis disiapkan oleh kelompok rnanajernen strategis. Manajernen
strategis disini diartikan sebagai suatu kelompok para eksekutif yang lazirn
disebut rnanajernen puncak yang rnernpunyai tugas utama rnerurnuskan rnisi,
tujuan, dan sasaran organisasi, keputusan-keputusan strategis lainnya, rencana
strategis, rnengevaluasi pelaksanaan keputusan strategis, atau rnengevaluasi
irnplernentasi strategi.
Manajernen strategis rnenurut Siagian (2001) adalah serangkaian
keputusan dan tindakan rnendasar yang dibuat oleh manajernen puncak dan
diirnplernentasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalarn rangka
pencapaian tujuan organisasi.
David (2002) mengatakan bahwa rnelalui manajernen strategis
rnernungkinkan suatu organisasi lebih proaktiif ketimbang reaktif dalarn mernbentuk
rnasa depan sendiri, sehingga rnemungkinkan organisasi tersebut untuk rnengawali
dan mempengaruhi (ketimbang hanya memberi respon terhadap) aktivitas, dan
dengan dernikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan sendiri.
Proses rnanajernen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perurnusan
strategi, disusul dengan tahap irnplernentasi strategi, dan terakhir tahap evaluasi
strategi (David, 2002).
Strategi ialah suatu seni rnenggunakan kecakapan dan surnberdaya
suatu organisasi untuk rnencapai sasarannya rnelalui hubungannya yang
efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (Salusu,
2003).
Teknik perurnusan strategi yang penting rnenurut David (2002) dapat
dipadukan rnenjadi kerangka kerja pernbuatan keputusan tiga tahap, yaitu:
11
T a h a ~ input. Tahap ini rnerupakan tahap analisis lingkungan. Menurut Salusu (2003), sernua organisasi tanpa kecuali, hidup dalarn satu dunia yang penuh dengan berbagai elernen yang saling berinteraksi dan penuh dengan saling ketergantungan satu terhadap yang lain. Dengan dernikian, organisasi rnana pun juga tidak terlepas dari hubungannya dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Setiawan dan Zulkieflirnansyah (1999), hal-ha1 yang perlu diperhatikan dalarn prosedur analisis lingkungan adalah :
1. Menentukan relevansi. Tidak sernua faktor lingkungan berpengaruh pada pemsahaan di waktu yang sarna dan kadar yang sarna, untuk itu rnanajernen hams dapat rnenganalisis seberapa besar pengamhnya dan kapan waktunya. 2. Menentukan tingkat relevansi dari strategic issue. Strategic issue adalah
faktor lingkungan yang rnernpunyai pengaruh besar terhadap organisasi, untuk itu rnanajernen harus dapat rnelakukan kajian strategic issue rnana yang paling penting bagi perusahaan dan rnana yang kurang penting.
Hal yang paling urnurn dalarn analisis lingkungan adalah rnenggunakan rnatrik IFE (internal factor evaluation) dan EFE (external factor evaluation), environmental scanning dan environmental forecasting.
T a h a ~ rnencmkkan. Menurut David (2002), strategi kadang-kadang didefinisikan sebagai perpaduan yang dibuat oleh organisasi antara surnberdaya dan keterarnpilan internal dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktor- faktor eksterndl. Mencocokkan faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal rnerupakan kunci untuk secara efektif rnenghasilkan strategi alternative yang layak. Salah satu alat pencocokan yang penting adalah Matrik SWOT.
12 Matrik SWOT dapat rnenggarnbarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelernahan yang dimilikinya. Empat set kemungkinan strategi yang dihasilkan rnatrik SWOT adalah (Rangkuti, 1997; David, 2002):
1. Strategi S-0.
Strategi ini dibuat dengan rnernanfaatkan seluruh kekuatan yang dirniliki untuk rnerebut dan rnernanfaatkan peluang yang ada.
2. Strategi S-T.
Ini adalah strategi dalarn rnenggunakan kekuatan yang dirniliki untuk mengatasi ancarnan.
3. Strategi W-0.
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan rneminirnalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi W-T.
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha rnerninirnalkan kelernahan yang ada serta rnenghindari ancaman.
Tahap Keputusan. David (2002) rnengatakan bahwa selain membuat peringkat strategi untuk rnernperoleh daftar prioritas, hanya ada satu teknik analisis yang dirancang untuk rnenetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak. Teknik ini adalah
QuanfjfafLve Strategic Planning Matriks
(QSPM) atau Matrik Perencanaan Strategi Kuantitatif. Teknik ini secara sasaran menunjukkan strategi alternative rnana yang terbaik.
13
2.4. lkhtisar
Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi produk-produk peternakan. Dengan semakin berkembangnya suatu daerah akan membuka peluang untuk usaha peternakan. Selain itu, sub sektor peternakan memiliki keterkaitan dengan berbagai sektor ekonorni lainnya.
Pengembangan kawasan peternakan memiliki rnakna sosial ekonorni dan ekologis. Dengan pengembangan petemakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta rnenjaga keseimbangan Cngkungan.
Konsep pengembangan kawasan peternakan mernpunyai arti penting karena rnerupakan pengembangan sistem pemanfaatan ternak-lahan (livestock- land use systems). Fokus dari konsep kawasan peternakan adalah pada pemanfaatan lahan dan sumberdaya secara lebih baik, pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan.
Ill. METODOLOGI KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Subsektor peternakan rnerupakan salah satu sektor ekonomi yang
penting dalarn penyediaan protein hewani. Upaya pengembangan subsektor
peternakan untuk rnencukupi protein hewani pada gilirannya akan berpengaruh
terhadap peningkatan kecukupan protein. Selama ini peranan subsektor
peternakan di Kabupaten Bengkalis dirasakan masih belurn begitu besar.
Padahal jika dilihat dari kegiatan pembangunan selama ini, subsektor peternakan
cukup mendapat perhatian yang sangat baik dari pemerintah ~'abupaten
Bengkalis, dan dimasukkan rnenjadi salah satu agenda pengembangan ekonomi
rakyat.
Dengan melihat fenomena ini, diperlukan suatu rencana yang strategis
untuk pengembangan peternakan, sehingga dapat mernberikan kontribusi yang
nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian
daerah. Berdasarkan ha1 tersebut, perlu dilakukan suatu kajian untuk penentuan
strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sut:
sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis.
Kerangka pemikiran kajian strategi pengembangan peternakan di
Kabuapten Bengkalis ditu~jukkan pada Gambar 1, dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis ternak yang sudah dikembangkan rnasyarakat. Dalam melakukan identifikasi jenis-jenis ternak yang sudah
dikembangkan pada masing-masing kecarnatan dilakukan melalui telaah data
populasi dan jenis ternak pada setiap kecarnatan serta menghitung
perbandingan tingkat produksi dan kemampuan pemenuhan kebutuhan
ii
2. Mengetahui permintaan produk petemakan.
Untuk mengetahui permintaan produk peternakan dilakukan dengan menganalisis data produksi, konsumsi riil dari produksi, dan kebutuhan standar gizi berdasarkan jumlah penduduk
PERAN P E T E M N
.
Penyedia protein hewani dan bahan baku Perhdan pemerirtah daerah rerhadap sub seldor peternakan cukup balk. namun Penysrapan tenaga ketja dan investasi. engembangan usaha peternakan dirasakan Konbibusi terhadap pertumbuhan ekonomi elum menunjuhn peran yang berare dalam Peningkatan pendapatan. erekonomian daerah.4
4
Jenis, populasi dan ting!at
Konbibusi sub sekior Pola usaha peternakan dan produksi ternak serta
petemakan terhadap kelaykan usaha perrnintaankebuiuhan petemakan.
produkpeternakan
3.
J.
RANCANGAN PROGRAM
Gambar 1. Kerangka Pemikiran m e g i Pengembangan Petemakan Dalam Ranaka Meninakatkan Peran Sub
sektor
Peternakan di Kabupaten3. Mengidentifikasi pola usaha dan menganalisis kelayakan usaha.
[image:32.532.82.480.152.569.2]16
4. Mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB.
Untuk mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB
dilakukan dengan menelaah data PDRB Kabupaten Bengkalis dan menilai
perkembangan kontribusi subsektor peternakan.
5. Pemilihan dan penetapan strategi.
Dalarn pemilihan dan penetapan strategi pengembangan peternakan,
dilakukan dengan analisis faktor-faktor sukses kritis internal dan ekstemal,
analisis SWOT, dan dilanjutkan dengan analisis Quantitative Strategic Planning
Matriks (QSPM) untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif.
3.2.
Lokasi dan Waktu KajianKajian ini dilaksanakan di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Waktu
pelaksanaan kajian selarna 3 bulan, mulai bulan Maret sampai dengan Mei 2005.
3.3.
Metode PenelitianDalam kajian ini rnetode penelitian yang akan digunakan adalah metode
deskriptif dengan melaksanakan survey lapangan. Melalui serangkaian kegiatan
tersebut dapat diketahui karakteristik ~eternak, jenis ternak, pola usaha, skala
usaha dan pola pengembangan, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan, sehingga dapat ditentukan strategi pengembangan peternakan
untuk rnasa yang akan datang.
3.3.1.
Sasaran Penelitian dan Teknik SamplingSasaran penelitian adalah usaha peternakan di Kabupaten
Bengkalis, pengambilan sarnpel dilakukan dengan metode Stratified
Random Sampling Technique dengan responden sebanyak 175 orang
petani ternak terdiri dari 25 orang peternak sapi, 25 orang peternak kerbau,
25 orang peternak kambing, 25 orang peternak babi. 25 orang peternak
Tabel 1. Jumah Sampel Rumah Tangga Peternak Berdasarkan Komoditas.
Dalam penentuan sampling, dilakukan stratiikasi wilayah Kabupaten
Bengkalis atas dasar kepadatan ekonomi ternak setiap kecamatan yang terdiri
dari: I. Kepadatan Rendah ( 4 0 Satuan Ternak per 1000 penduduk), II.
Kepadatan Sedang (50-100 Satuan Ternak per 1000 pendduk) dan Ill.
Kepadatan Tinggi (100-300 Satuan Ternak per I000 penduduk), hasil stratitikasi
disajikan pada Lampiran 9. Masing-masing straffikasi diarnbil secara random 2
kecamatan sebagai daerah sampling. Pada masing-masing daerah sampling
diarnbil responden peternak secara proporsional dari mmah tangga peternak
yang ada di daerah sampling tersebut sebanyak 25 orang untuk setiap komdias usaha petemakan. Hasil penentuan sampling disajikan pada Tabel 1.
Sedangkan pengambilan sampel untuk penentuan kekuatan
pengendali (driving force), analisis SWOT, dan analisis QSPM dilakukan
dengan metode Purposive Sampling, responden dengan sengaja dipilih
masing-masing sebanyak 11 (sebelas) orang yang dianggap ahli dari
kalangan akadernis (perguruan tinggi), instansi terkait pada Pemkab
Bengkalis, tokoh dan pelaku usaha peternakan.
No
1. 2. 3. 4. 5. 6.3.3.2. Metode Pengumpulan
Data
Data dan informasi yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh rnelalui pengamatan langsung dan wawan- Kecamatan Mandau Bukit Batu Siak Kecil Bengkalis Bantan Merbau Jumlah
[image:34.541.81.485.68.269.2]18
cara dengan responden terpilih, sedangkan data sekunder diperoleh rnelalui
telaahan pustaka dan data yang bersurnber dari lernbagalinstansi yang
terkait dengan kajian ini.
3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalarn
penelitian ini adalah analisis usaha, IFE, EFE, SWOT dan QSPM. Tujuan
kajian, jenis data yang diperlukan, surnber data, dan rnetode analisis yang
digunakan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Data dan lnformasi Kajian Pernbangunan Daerah rnenurut Variabel, Jenis, Surnber, serta Metode Pengolahan dan Analisis.
Analisis Kelayakan. Analisis ini dilakukan dengan rnelihat nilai Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefif Cost Ratio (BCR) sebagai berikut:
a. NPV adalah ukuran dari nilai keuntungan bersih yang telah didiskon dengan
rurnus (Syaukat, 2003):
Bt
=
BenefZ pada waktu t. n=
umurekonomis Ct=
Costpada waktu t.t
=
1,2,3,...,
n.b. IRR adalah arus pengernbalian yang rnenghasilkan NPVdran = NPVaxran
w,,
, yang disebut juga Eficiency of Capital (Syaukat, 2003). Giinger (1986), rnerurnuskan IRR sebagai berikut:
Bt
=
Benefits pada waktu t. n = urnurekonornis Ct=
Cost pada waktu t. t=
l , 2 , 3 ,..., n.r
=
IRR.c. BCR adalah rasio antara discounted benefits dengan discounted cost,
dengan rurnus (Syaukat, 2003):
Bt
=
Benefits pada waktu t. n=
urnurekonornis. Ct = Costpada waktu t. t = 1,2;3,...,
n. r=
Interest rate..Analisis SWOT. Analisis ini dilakukan dengan rnerujuk kepada kekuatan
pengendali internal (kekuatan dan kelernahan) dan eksternal (peluang dan
ancarnan) yang diperoleh dari studi pustaka dan infonnasi yang diperoleh dari
instan'si terkait dan pelaku usaha peternakan rnelalui langkah langkah sebagai
berikut:
a. Evaluasi faktor internal (Internal Factor Evaluation-IFE)
Langkah kerja dalarn penentuan faktor internal dan pernbobotan
adalah dengan rnernbuat daftar kekuatan dan kelernahan, kernudian
setiap kekuatan dan kelernahan diberi bobot (dari tidak penting > 0,O sarnpai dengan amat penting = 1,O) sehingga total bobot adalah 1,0,
selanjutnya berikan rating 1 s/d 4 pada setiap kekuatan dan kelernahan
kekuatan utarna), selanjutnya menentukan weight score dengan
rnengalikan bobot dengan rating (David, 2002)
b.
Evaluasi faktor eksternal (External Factor Evaluation-EFE)Langkah kerja dalarn penentuan faktor eksternal dan pembobotan
adalah dengan mernbuat daftar peluang dan ancarnan, kernudian setiap
peluang dan ancarnan diberi bobot (dari tidak penting > 0,O sampai dengan amat penting
=
1,O) sehingga total bobot adalah 1,0, selanjutnya berikan rating1 s/d 4 pada setiap peluang dan ancarnan (1 = jawaban jelek, 2 = jawaban rata-rata, 3
=
jawaban di atas rata-rata, 4=
jawaban superiw), selanjutnyarnenentukan weight score dengan rnengalikan bobot dengan rating
(David, 2002)
TOTAL NlLAl IFE YANG DlBERl BQBOT
Turnbuh dao blna
'.. 4.0
.... . .... . .
s
Tinggi
3.01.0
-
K W
m
n 3.0
Sedang
2.0-799
s!
W-
ua
2.0Z
Penahankan den pellhera <... ....,... .' .. . . .. . . f Panen atau dlvestasi
[image:37.539.86.481.324.621.2]Surnber : David, 2002
Gambar 2. Matrik Internal-Eksternal (I-E).
Dari evaluasi faktor internal dan eksternal maka akan dapat diketahui
peluang dan ancaman yang hams diberi respon paling besar, serta kekuatan
yang akan dioptirnalkan dan kelernahan yang akan dielerninir. Setelah dilakukan
ekstemal (I-E). Matrik I-E menempatkan suatu organisasi ke dalam sembilan sel yang didasarkan pada weight score faktor strategis intemal dan ekstemal
Matrik I-E seperti terlihat pada Gambar 2, terbagi atas tiga divisi yang mempunyai strategi yang berbeda. Divisi pertama adalah dimensi kunci yang termasuk dalam sel I, II dan IV, disebut divisi tumbuh dan bina. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk), atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Divisi kedua adalah yang termasuk dalam sel Ill, V, dan V11, disebut divisi pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi penetrasi pasar, dan pengembangan produk. Divisi ketiga adalah yang termasuk dalam sel VI, VIII, dan IX, disebut divisi divestasi (David, 2002).
Tabel 3. Matrik Strategi SWOT.
I
Strengfhs (S)I
Weaknesses (W)I
I
Strategi S-0 Strategi W-0Strategi yang menggunakan Strategi yang meminimalkan oppurt~nities (0) kekuatan untuk mernanfaatkan kelmahan untuk memanfaal-
Faktor strategis intemal dan ekstemal yang dipemleh dari evaluasi faktor Threats (T)
intemal dan ekstemal yang telah dapat ditentukan kekuatan (sfength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (fhmat), disusun
;umber : David (2002).
Strategi S-T Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
kedalam matrik SWOT untuk dilakukan penwcokan untuk penentuan strategi, Strategi W-T
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindan ancaman.
22
Quantitative Strategic Planninu Matriks (QSPM). Matrik ini rnerupakan
alat yang rnernungkinkan untuk rnengevaluasi strategi alternatif secara
objektif dengan rnenentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan pada sejauh rnana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan
internal dirnanfaatkan dan diperbaiki.
Langkah-langkah yang dilakukan dalarn analisis QSPM adalah sebagai
berikut (David, 2002):
Langkah 1 : Mendaftarkan peluanglancarnan (faktor eksternal) dan kekuatanl
kelernahan (faktor internal) ke dalarn rnatrik QSPM.
Langkah 2 : Mernberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal.
Langkah 3 : Merneriksa/rnencocokkan rnatrik dan rnengidentifikasi strategi
altematif yang hams dipertirnbangkan untuk diirnplernentasikan.
Langkah 4 : Menetapkan nilai daya tarik (NDT), yaitu 1
=
tidak rnenarik, 2=
agak rnenarik, 3 = cukup rnenarik, dan 4 = arnat rnenarik.Langkah 5 : Menghitung total nilai daya tarik (TNDT), dengan rnenjurnlah hasil perkalian bobot dengan NDT dalarn setiap baris.
Langkah 6 : Menghitung Jurnlah total Nilai Daya Tarik.
Untuk penentuan bobot, rating, dan nilai daya tarik pada rnasing-
rnasing &riteria, digunakan teknik Delphi yaitu dengan rnerninta pendapat
responden yang dianggap ahli dan rnengetahui tentang seluk beluk
pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis.
3.4. Metode Perancangan Program
Setelah didapatkan strategi pengernbangan peternakan, selanjutnya
disusun program untuk direkornendasikan sebagai langkah kebijakan. Dalarn
(FGD) dengan tujuan untuk rnernperoleh rnasukanlinforrnasi dan rnenstirnulasi ide-idelkonsep tentang langkah-langkah implernentasi strategi.
Rumusan strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT dan QSPM dijadikan acuan dalarn rnelaksanakan FGD. Focus Group dilaksanakan dengan rnelibatkan berbagai pihak terkait (stakeholders), rnencakup unsur Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Perencanaan Pernbangunan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat), pelaku usaha peternakan, pedagang, dan lembaga lain yang terkait. Secara sederhana proses pelaksanaan FGD ditunjukkan pada Garnbar 3.
Kesepakalan mengenai keluaran I hasil perencanaan
A
Potensi dan jenis komoditas I usaha y n g mungkn dkembangkan
4
Kesepakatan mengenai jenis komoditas I usaha yang dapat dikembangkan
J.
Kesepakatan mengenai sarana dan prasarana pendukung (prod&i dan distlibusi).
L.
.
. . . - -.
. .Diagnosis dan Analisis
4
Anassis bersama dsgan peserta
Garnbar 3. Alur Proses Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD).
,
! budaya. tehis j
! & manejemen, ;
:
ekonomi; (komersial &
i
finansialj, tala !; ruang, dan j
; iingkungan. '
IV. KONDlSl UMUM KABUPATEN BENGKALIS
4.1. Kondisi Wilayah
Ciri khas geografis Kabupaten Bengkalis adalah dengan tiga tipologi
wilayah yaitu: pulau-pulau (lautan), pesisir dan daratan, terletak di bagian pesisir
tirnur Pulau Sumatera pada 2'30'-O017' LU dan 100"52'-102°10' BT yang
berhadapan langsung dengan jalur pelayaran internasional Selat Malaka serta
berada pada kawasan perturnbuhan segitiga Indonesia-Malaysia-Singapura
(IMS-GT) dan segitiga Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Secara
administratif, Kabupaten Bengkalib berbatasan dengan Selat Malaka di bagian
utara, di bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak, di bagian Barat
dengan Kota Durnai dan Kabupaten Karnpar, dan di bagian Tirnur berbatasan
dengan Kabupaten Karirnun.
Luas Kabupaten Bengkalis 11.481,77 Krn2, terdiri dari 13 kecarnatan yang
rneliputi 151 desa dan 24 kelurahan. Wilayah ini pada urnurnnya beriklirn tropis
dengan hujan harnpir rnerata setiap Tahunnya, ternperatur berkisar antara 26" C
sarnpai dengan 32" C dan tingkat curah hi~jan sebesar 2.000 rnrnltahun. Hamp';
seluruh wilayah Kabupaten Bengkalis terdiri dari dataran rendah yang diturnbuhi
hutan tropis, pantai-pantainya landai dan rnerupakan endapan lurnpur sebagai
hasil erosi sungai-sungai yang banyak berrnuara ke daerah ini. Penggunaan
lahan di Kabupaten Bengkalis didorninasi oleh hutan dengan luas 621.781,5 Ha,
perkebunan 158.976,5 Ha, sawah 11.116 Ha, tega1 41.550 Ha, padang angon
2.515 Ha, pekarangan 29.542 Ha dan ladang 2.237 Ha.
4.2. Kependudukan
Penduduk Kabupaten Bengkalis tahun 2005 tercatat sebanyak 690.366
kepadatan penduduk 60,13 jiwa per ~ m ~ . Tabel 4 rnemperlihatkan jurnlah dan kepadatan penduduk disetiap kecamatan.
Dari Tabel 4 terlihat bahwa kecarnatan dengan tingkat kepadatan jarang
sekali ( ~ 2 5 jiwal~rn') adalah Kecarnatan Rupat Utara, Siak Kecil, dan Bukit Batu. Kecarnatan dengan tingkat kepadatan jarang (25
-
50 j i w a l ~ m ? adalah Kecamatan Rupat, Merbau, Tebing Tinggi Barat, Pinggir dan Rangsang.Kecamatan dengan tingkat kepadatan kurang (50-100 jiwa/Km2) adalah Kecamatan Tebing Tinggi dan Bantan. Sedangkan kecarnatan dengan tingkat
kepadatan sedang (100-300 jiwa/Km2) adalah Kecamatan Mandau, Bengkalis dan Rangsang Barat
Tabel4. Luas Wilayah, Jurnlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005.
No
I
Jurnlah Kepadatan Pendu
Kecarnatan
I
Luas(Km2)/
F'endudukI
per Krn2I I
;umber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2006).
Mandau Pinggir Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara Bengkalis Bantan Merbau Rangsang Rangsang Barat Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat
Jurnlah
4.3. Kondisi Perekonomian
Perkembangan perekonomian pada suatu daerah antara lain dapat dilihat
937,47 2.503,OO 1.128,OO 742,21 896.35 628,50 514,OO 424,40 1.348,91 681,OO 241.60 849,50 586,83 11.481.77
dari perkernbangan Pendapatan Domestik Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten
Bengkalis atas dasar harga konstan 2000 (tanpa rnigas) selama rentang tahun
26
2000
sarnpai dengan tahun2004
terlihat adanya peningkatan dengan rata-rata tingkat perturnbuhan setiap tahunnya sebesar7,54%.
PDRB Kabupaten Bengkalis tahun2004
adalah sebesar Rp.3.126.467.10
juta (LarnpiranI),
dengan tingkat perturnbuhan sebesar
8,20%
dari tahun2003.
Tabel
5.
PerturnbulP D R B
7,14 6,68
8,13 8.20 7 3 4Surnber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2006).
Tabel
5
rnernperlihatkan sektor ekonorni yang turnbuh sangat pesat pada tahun2004
adalah sektor pertarnbangan dan penggalian yang rnencapai16,73%
dengan rata-rata perturnbuhan sebesar
12.22%
per tahun. Sektor lain yang cukup baik perturnbuhannya adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar13,73% (11,97%
per tahun), sektor pengangkutan dan kornunikasi sebesar12,26% (9,81%
per tahn), dan sektor jasa-jasa sebesar11,65% (8,81%
per tahun).tahun, dan sektor jasa-jasa sebesar 8,43% per tahun. Kontribusi masing-masing
sektor dari Tahun 2000 sampai dengan 2004 disajikan pada Tabel 6
Tabel 6. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis Tahun 20W2004 (%).
SEKTOR
(
20001
20011
2002I I I
1. Pertanian 33,59 30.13 32,42
2. Pertarnbangan dan Penggalian
3. lndustri Pengolahan
4. Cistrik dan Air Bersih
1
0.741
0,621
0.595. Bangunan
1
4,271
3381
3,596. Perdagangan. Hotel dan Restoran 129,58 123,63
1
20.16 7. Pengangkutan dan Komunikasi(
3,301
2,711
2,50 8. Keuangan. Persewaan dan Jasa PerusahaanI 4 I
1 85 1,85 1,939. Jasa-Jasa 111.26
1
9,101
8,20;umber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis (2006).
Dengan melihat kontribusi rata-rata sumbangan sektor pertanian terhadap
PDRB Kabupaten Bengkalis selama periode 2000 sampai dengan 2004 yang
tinggi, menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang sangat
penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Bengkalis.
4.4. lkhtisar
Luas Kabupaten Bengkalis 11.481,77 ~ m ' , beriklim tropis dengan,
temperatur berkisar antara 26" C sampai dengan 32" C dan tingkat curah hujan
-
sebesar 2.000 mmrrahun. Terdiri dari 13 kecamatan, dengan jumlah pendudukpada tahun 2005 sebanyak 690.366 jiwa (353.926 laki-laki dan 336.440
perempuan), dengan kepadatan 60,13 jiwa per ~ m ' .
Kondisi perekonomian Kabupaten Bengkalis diiihat dari PDRB 2000-2004
atas dasar harga konstan 2000 setiap tahun rata-rata meningkat sebesar 7,54%.
PDRB tahun 2004 adalah sebesar Rp. 3.126.467,lO juta, meningkat 8,20% dari
28
sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 16,73% dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 12.22% per tahun.
Peranan yang sangat menonjol dalam perekonomian di Kabupaten
Bengkalis adalah sektor pertanian dengan kontribusi rata-rata setiap tahunnya
sebesar 32,30% menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang
sangat penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Bengkalis. Sektor lain yang
memberikan kontribusi yang tinggi adalah sektor sektor industri pengolahan sebesar
28,53% pertahun, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 21,95%
V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN
KABUPATEN BENGKALlS
5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak
5.1.1 Jenis dan Populasi Ternak
Secara urnum jenis-jenis ternak yang dikernbangkan rnasyarakat
adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,
ayarn petelur dan itik. Karena masyarakat Kabupaten Bengkalis rnayoritas
beragarna Islam, ternak babi hanya dikernbangkan oleh sebagian kecil
rnasyarakat dari etnis tionghoa, sebagian suku batak dan suku asli (akit).
Perkernbangan populasi ternak di Kabupaten Bengkalis dari tahun
ke tahun terus rneningkat selama kurun waktu lirna tahun terakhir. Tabel 7
rnernperlihatkan populasi seluruh jenis ternak rnengalami peningkatan.
Peningkatan populasi ternak tertinggi di Kabupaten Bengkalis dicapai pada
tahun 2004 sebesar 4,73%, peningkatan tersebut terutarna didorong oleh
populasi ternak ayarn buras, sapi potong dan karnbing.
Tabel 7. Populasi Ternak di Kabupaten 3engkalis Tahun 2001
-
2005 (Satuan Ternak-
ST).Jenis Ternak Populasi (S-
127,49 39,47 Sapi Potong
Kerbau Karnbing Babi
Ayarn Buras Ayarn Pedaging Ayarn Petelur ltik
7.127,20 3.206,24 6.671,81 4.850,22 8.297,81 121,651 38,42 455.99
Jurnlah 32.770,34 133.529,38 (33.993,22 135.602,57 136.655,31 Peningkatan
Surnber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis (2006, diolah).
[image:46.532.78.481.454.736.2]Populasi ternak tahun 2005 adalah sebanyak 36.655,31 Satuan
Ternak (ST) dengan populasi ternak terbesar adalah ternak ayam buras
sebanyak 9.338,22 ST. Tingginya populasi ternak ayam buras dapat
difahami karena jenis ternak ini sudah umurn dipelihara oleh masyarakat
dan untuk pengembangan usaha tersebut tidak mernerlukan modal yang
terlalu besar
Tabel 8. Kepadatan Ekonomi Ternak per kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 (ST11000 penduduk).
I
Kepadatan (ST11000 penduduk)1
1. Mandau
2. Merbau
3. Pinggir
4. Rangsang Barat
5. Tebing Tinggi
6. Bengkalis
7. Rangsang
8. Bukit Batu
9. Rupat
10. Bantan
11. Tebing Tinggi Barat
12. Siak Kecil
13. Rupat Utara
Kabupaten Bengkalis
Surnber : Dinas Pertanian
Kecarnatan 0,53 10.84 7.13 17,41 6,29 11.53 15-60 18.47 27.45 29.16 26,63 43,58 57,42 10,93
ian iiolah).
Sapi 1.24 0.94 6,76 2,37 4,55 0.72 2.59 18,47 11,93 0,54 20,32 14,16 28.94 4,43
Peternakan I.
1.68 4,88 9.26 11,58 5,51 15,95 9.27 20.61 18.53 37.33 20,78 42,82 45,72 10,77
Kepadatan ekonomi ternak di ~ a b u ~ a t e n Bengkalis tahun 2005
secara keseluruhan sebesar 50,19 ST11000 penduduk, seperti disajikan
pada Tabel 8. Kecamatan Rupat Utara, Siak Kecil, Tebing Tinggi Barat,
Bantan, dan Rupat, rnerupakan kecarnatan yang memiliki kepadatan tinggi
(100-300 ST11000 penduduk). Kecamatan yang memiliki kepadatan sedang
(50-100 ST11000 penduduk) adalah Kecarnatan Bukit Batu, Rangsang,
Karnbing Kehau 2.56 3.73 5.21 1.82 17.35 10.19 4.66 9.64 13.96 9,37 26.58 8,49 2437 7.40
/
BurasI
Pedaqinq/
t i/
Total BabiBengkalis dan Tebing Tinggi, sedangkan kecarnatan yang rnerniliki
kepadatan rendah
( 4 0 ST11000
penduduk) adalah Rangsang Barat, Pinggir, Merbau dan MandauKepadatan ekonorni rnenggarnbarkan darnpak dari keberadaan
ternak terhadap konsurnsi dan peningkatan pendapatan asal ternak pada
daerah tersebut, sernakin tinggi kepadatan ekonorni ternak pada suatu
daerah rnenunjukkan bahwa di wilayah tersebut usaha peternakan
rnerupakan salah satu bagian sandaran kehidupan dari sebagian besar
rnasyarakat daerah tersebut (Ashari dkk dalarn BPTP Riau.
2001).
5.1.2. Produksi Ternak Kabupaten Bengkalis
Tabel
9
rnernperlihatkan perkernbangan produksi daging ternak di Kabupaten Bengkalis. Produksi daging ternak di Kabupaten Bengkalis padaTahun
2005
rneningkat sebesar34,39%
dari Tahun2004
dan rnerupakan peningkatan tertinggi selarna lirna tahun tkrakhir. Hal ini dapat terjadikarena produksi daging berkaitan erat dengan tingkat konsurnsi baik
dikarenakan perkernbangan jurnlah penduduk rnaupun peningkatan
konsurnsi daging perkapita akibat rneningkatnya pendapatan rnasyarakat.
Tabel
9.
Produksi Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun2001
sarnpai dengan2005.
Produksi Daging (Kg)
2001
1
2002
2003
1
2004
1
2005
186.615
]
196.185
1
201 .I36
1
449.460
1
453.915
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jenis Ternak Sapi Potong Kerbau Karnbing Babi Ayarn Buras Ayarn Ras ltik Jurnlah Peningkatan155.542
96.310
632.000
1.688.397
124.382
70.055
;umber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis (2006).
2.953.301
-
158.696
102.020
659.700
1.739.049
127.344
70.754
3.053.748
3,40%
160.423
105.035
670.675
1.764.375
128.833
71.203
3.101.680
1,57%
151.890
133.920
684.200
1.963.445
592.989
71.262
143.756
136.590
718.300
2.012.488
1.962.991
10.885
4.047.1
66
30,48%
32 Tabel 10 memperlihatkan produksi telur di Kabupaten Bengkalis dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Dari Tabel 10 tersebut terlihat produksi telur pada tahun 2005 merosot tajam sebesar 57,50% dari sebanyak 2.683.232 Kg menjadi 1.140.270 Kg. Hal ini mungkin tejadi akibat adanya isu flu burung yang rnenyebabkan sebahagian rnasyarakat peternak enggan bersentuhan langsung dengan ternak unggasnya, dengan demikian kebutuhan ternak untuk berproduksi menjadi terabaikan.
Kontribusi terbesar terhadap produksi telur di Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya diperoleh dari telur ayarn buras. Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan populasi tenak ayam buras di kabupaten ini cukup besar dibanding ternak unggas lainnya.
Tabel 10. Produksi Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001-2005.
Jenis Ternak
Ayam Buras
C
Ayam PetelurI
ltikI
Jurnlah )2.051.842 12.147.759 12.226.072 12,683,232 )1.140.270 Produksi Telur (Kg)5.1.3. Konsumsi dan Kebutuhan Standar Gizi
Konsurnsi daging masyarakat Kabupaten Bengkalis pada tahun 2004 sebesar 6,14 Kglkapitaltahun meningkat pada Tahun 2005 menjadi
2001 1.591.340
116.054 344.448
Peningkatan
7,89 Kgkapitaltahun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan konsumsi 2004
2.360.469
-
322.763
daging walaupun masih di bawah standar gizi nasional (1